Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harta atau al maal menurut Wahbah Zuhaili, didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan dan dapat dimiliki manusia
dengan sebuah upaya baik itu berupa zat maupun manfaat.

Jabatan menurut bahasa adalah sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang
diemban. Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau
terhormat dalam setiap lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya
jabatan.

Sebagai fitrah manusia, mereka memenuhi kebutuhan dengan menggunakan


harta yang dimilikinya. Kebutuhan-kebutuhan manusia tiada habisnya yang
membuat manusia tidak pernah puas dengan harta yang telah ia peroleh.
Pencapaian harta terkadang disertai dengan jabatan yang diidamkan manusia.
Mereka berpendapat bahwa semakin tinggi jabatan, semakin tinggi pula harta
yang akan diperoleh.

Harta dan jabatan yang diperoleh oleh manusia adalah amanah yang akan
dipertanggungjawabkan kelak. Namun, masih banyak manusia/ insan yang
belum memahami dengan benar mengenai sikap serta pendayagunaan harta
dan jabatan. Tentunya kita ingin harta yang kita peroleh dapat meringankan
langkah kita menuju surga-Nya dan sebagai bekal kita di akherat kelak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian harta dan jabatan ?
2. Apakah harta dan jabatan sebagai amanah dalam islam?
3. Bagaimana kewajiban mencari harta ?
4. Apasaja pengaruh harta ?
5. Sebutkan macam-macam harta!
6. Bagaimana sikap terhadap harta dan jabatan?
7. Bagaimana pendayagunaan terhadap harta dan jabatan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HARTA DAN JABATAN


1. Pengertian Harta
Harta atau al maal menurut Wahbah Zuhaili, didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan dan dapat dimiliki manusia
dengan sebuah upaya baik itu berupa zat maupun manfaat.

Menurut Hanafiyah, al maal adalah sesuatu yang mungkin dimiliki, disimpan


dan dimanfaatkan.

Pendapat Mayoritas Ulama, al maal adalah segala sesuatu yang memiliki nilai
dimana bagi orang yang merusaknya, berkewajiban untuk menanggung atau
menggantinya.

Harta, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang
lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu
berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas :
a. memiliki unsur nilai ekonomis.
b. unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan


berdasarkan urf (kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat. As-Suyuti
berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai
ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak
atau melenyapkannya.

Dengan demikian tempat bergantungnya status al-mal terletak pada nilai


ekonomis (al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah
dalam harta tergantung pada besar kecilnya manfaat suatu barang. Faktor
manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka
manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

2. Pengertian Jabatan

2
Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang
diemban. Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau
terhormat dalam setiap lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya
jabatan.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang
menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang
menunjukkan keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan
sebagainya. Dalam surat Al-Haqqah Allah SWT menyatakan bahwa pejabat yang
tidak beriman itu di akhirat kelak akan mengatakan bahwa lepas sudah
jabatannya (yang sewaktu di dunia ia miliki).

B. HARTA DAN JABATAN SEBAGAI AMANAH


Dalam Al-Qur’an bahwa harta adalah perluasan hidup. Pada Al-Qur’an surat AL Kahfi:
46 dan surat An-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan manusia terhadap harta sama
dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan, maka kebutuhan
manusia terhadap harta adalah kebutuhan yang mendasar.

Manusia bukan pemilik mutlak terhadap harta, kepemilikan manusia terhadap harta
dibatasi oleh hak-hak Allah, ini terlihat dari kewajiban manusia mengeluarkan
sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah lainnya. Cara-cara pengambilan
manfaat harta mengarah kepada kemakmuran bersama, pelaksanannya dapat diatur
oleh masyarakat melalui wakil-wakilnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk
umum, dengan syarat pemiliknya mendapat imbalan yang wajar, masyarakat tidak
boleh mengganggu dan melanggar kepentingan pribadi, selama tidak merugikan
orang lain dan mayarakat, karena pemilikan manfaat berhubungan serta dengan
hartanya, maka pemilik boleh untuk memindahkan hak miliknya kepada orang lain,
misalnya dengan cara menjualnya, menghibahkannya dan sebagainya.

Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-
mata karena kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah,
juga sejatinya bukan dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga
buat kemaslahatan orang lain. Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus
dijaga dan dijalankan atau dipelihara dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu
saat akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT.

3
Itu sebabnya maka Al-Qur’an dan hadis selalu mengingatkan bahwa harta itu juga
merupakan cobaan atau fitnah, seperti Firman Allah pada Surat Al-Anfal ayat 28:

‫ال فععنلدهم ألعجةر لعفظيِةم‬


‫لواععللمموُا ألننلماَ ألعملوُالممكعم لوألعوللمدمكعم ففعتنلةة لوألنن ن‬

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan,
dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”.

Juga Firman Allah pada Surat At-Taghabun ayat 15:


‫ام فععنلدهم ألعجةر لعفظيِةم‬
‫فإنلماَ ألعملوُالممكعم لوألعوللمدمكعم ففعتنلةة لو ن‬

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-


lah pahala yang besar”.

Sehubungan dengan hal itu, maka harta dan jabatan adalah karunia Allah yang
sangat baik buat manusia, tetapi manakala tidak dapat dijaga dan dipelihara dengan
baik, maka ia akan menjadi fitnah dan bencana.

Harta dan jabatan yang halal serta digunakan dengan baik akan membawa manfaat
dan barokah, sedangkan harta dan jabatan yang disalahgunakan atau diperoleh
dengan tidak halal akan menjadi fitnah bahkan musibah. Sehubungan dengan hal ini
Rasulullah SAW bersabda:

‫( من حديث عمممرو بممن العمماَص‬17763) " ‫صنلىَّ ام لعللعيِفه لولسلنلم فيِماَ رواه الماَم أحمد في "مسنده‬
‫فقد قاَل ل‬
.‫رفعه "نعم الماَل الصاَلح للرجل الصاَلح" وإسناَده صحيِح‬

Rasul bersabda :”Sebaik-baik harta yang soleh adalah yang dimiliki oleh orang yang
soleh”. HR Ahmad dan Ibnu Hibban. (Musnah Ahmad 29/16 hadits 17763 dan sohih
Ibnu Hibban 8/6)

C. KEWAJIBAN MENCARI HARTA


Tidak dapat diingkari bahwa harta sangat berguna buat manusia, bahkan
bukan hanya untuk kehidupannya di dunia, tetapi juga untuk kepentingan di
akhirat. Kepentingan di dunia maksudnya seperti untuk makan, minum,
pakaian, rumah tempat tinggal, biaya pengobatan, pendidikan dan sebagainya.
Sedangkan kepentingan akhirat maksudnya seperti untuk bisa kita berinfak,
berzakat, berwakaf, menunaikan ibadah haji dan sebagainya.

4
Oleh sebab itu manusia diperintahkan untuk bekerja keras atau berusaha
dalam rangka mencari harta buat kebahagiaannya dunia akhirat. Hal ini antara
lain difahami dari Firman Allah pada Surat Al-Mukminun ayat 3 dan 4 yaitu :
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat” (QS Al
Mukminun : 3-4).

Dan Firman Allah pada Surat Al-Qashash ayat 77 yaitu :


“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS AL Qashash : 77)

D. PENGARUH HARTA
1. Pengaruh Positif
a. Memenuhi kepentingan pribadi, misalnya Haji, Shadaqah, berbakti
kepada orang tua.
b. Menjaga kehormatan, misalnya membangun rumah, membeli
kendaraan, memberi hadiah.
c. Membantu orang lain, misalnya melakukan aktivitas sosial menggaji
karyawan, mengupah pembantu, dan sebagainya.
d. Sebagai bekal dan penyempurna ibadah misalnya zakat, jihad,
membagun tempat ibadah, dan sebagainya

2. Pengaruh Negatif
a. Mendorong melakukan kemaksiatan dan berbagai macam kecurangan.
b. Mempermudah melampiaskan hawa nafsu dan keinginan yang tidak
sesuai dengan syariat.
c. Melalaikan zikir kepada Allah dan mengurangi aktivitas ibadah.

E. MACAM-MACAM HARTA

5
1. Harta Halal
Segala harta yang diperbolehkan oleh Allah untuk dimanfaatkan oleh
manusia, misalnya upah kerja, warisan, harta karun, dsb.

‫ح مملكليفبيِلن تملعليمموُنلهمنن فمنماَ لعلنلممكمم ن‬


َ‫ام فلمكملوُا فمنما‬ ‫ك لماَلذا أمفحنل للهمعم قمعل أمفحنل للمكمم الطنيِيلباَ م‬
‫ت لولماَ لعلنعممتم يملن اعللجلوُافر ف‬ ‫يلعسأ لملوُنل ل‬
‫ال لسفريمع اعلفحلساَ ف‬
‫ب‬ ‫ال إفنن ن‬ ‫اف لعللعيِفه لواتنمقوُا ن‬‫ألعملسعكلن لعللعيِمكعم لواعذمكمروا اعسلم ن‬

“Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi


mereka?”. Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan
yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih
nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan
Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu,
dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya).
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-
Nya.”( Q.S. Al-Maidah (5) : 4)

2. Harta Haram
Harta yang dilarang oleh Allah untuk di manfaatkan manusia, misalnya
hasil korupsi, menipu, riba dsb.

‫س فباَ ع فلعثفم لولأنتمعم تلععللمموُلن‬ ‫ع‬ ‫ع‬


‫لولل تلأمكملوُا ألعملوُاللمكم بلعيِنلمكم فباَعللباَفطفل لوتمعدملوُا بفلهاَ إفللىَّ اعلمحنكاَفم لفتلأمكملوُا فلفريققاَ يمعن ألعملوُافل النناَ ف‬

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain


di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2) : 188)

3. Upaya Menghindari Harta Haram


a. Membiasakan Hidup Sederhana
Sabda Rasululah ShallallahuAlaihiWasallam:
‫لماَ لعاَلل لمعن اعقتل ل‬.
‫َ أحمد والطبراني‬/‫صلد‬
“Tidak akan melarat orang yang berlaku sederhana (dalam
belanja).” (H.R. Ahmad dan Thabrani).
b. Yakin Bahwa Rizki Sudah Ditentukan Allah

6
Firman Allah:
‫اف فرعزقملهاَ لويلععللمم ممعستلقلنرلهاَ لوممعستلعوُلدلعلهاَ مكلُل ففي فكلتاَ ة‬
‫ب ممفبيِةن‬ ‫لولماَ فمن لدابنةة ففي اعللعر ف‬
‫ض إفنل لعللىَّ ن‬

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). Q.S. Hud (11): 6
c. Bersikap Qanaah dan Tidak Terlalu Berharap Pertolongan Orang
Lain
Sabda Rasulullah ShallallahuAlaihiWasallam :
‫فعمز اعلممعؤفمنفإ فعستلعغلناَلءهم لعفناَلنناَ ف‬.
‫َ الطبراني والحاَكم‬/‫س‬
“Kemulian seorang muslim terletak pada kemandiriannya.” (H.R.
Tabrani dan Hakim)
d. Memperbanyak Pemikiran Tentang Kenikmatan Dunia Yang
Diberikan Kepada Orang Kafir dan Kesederhanaan Para Nabi
dan Orang-Orang Yang Dikasihi Allah.
e. Menyadari Bahwa Harta Banyak Menimbulkan Bencana dan
Marabahaya di Dunia

4. Usaha Memperoleh Harta Halal


a. Berkerja dengan Baik (Amal Sholeh)
‫صاَلفقحاَ يمن لذلكةر ألعو مأنثلىىَّ لوهملوُ ممعؤفمةن فلللنمعحيِفيِلننهم لحيِلمماَةق ل‬
‫طيِيبلممةق لوللنلعجفزيلننهمممعم ألعجلرهمممم بفأ لعحلسممفن لممماَ لكمماَمنوُا‬ ‫لمعن لعفملل ل‬
‫يلععلمملوُلن‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. An-Nahl (16): 97
Harta halal itu harus diusahkan dan dicari,kadang-kadang karena
gengsi dan harga diri orang enggan berkerja. Padahal mulia tidaknya
perkerjaan dilihat dari halal dan haramnya.

7
b. Taqwa
‫ي لعمعدةل يمنمكمعم لوألفقيِمممموُا النشملهاَلدةل‬ ‫ف لوألعشفهمدوا لذلو ع‬ ‫ف ألعو لفاَفرمقوُهمنن بفلمععمرو ة‬ ‫فلإ فلذا بلللعغلن أللجللهمنن فلأ لعمفسمكوُهمنن بفلمععمرو ة‬
‫ى‬
‫ث لل‬ ‫ لويلعرمزعقممهم فمممعن لحعيِمم م‬.َ‫ال يلعجلعل لنهم لمعخلرقجمما‬ ‫ق ن‬ ‫فنلف لذلفمكعم ميوُلعظم بففه لمن لكاَلن يمعؤفممن فباَنلف لواعليِلعوُفم اعلفخفر لولمن يلتن ف‬
‫ام لفمكيل لشعيةء قلعدقرا‬ ‫ال لباَلفمغ ألعمفرفه قلعد لجلعلل ن‬
‫اف فلهملوُ لحعسبمهم إفنن ن‬
‫ب لولمن يلتللوُنكعل لعللىَّ ن‬ ‫يلعحتلفس م‬.
“Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah
mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan
hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah
diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar.Dan memberinya rezeki dari arah
yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu.” (Q.S. At-Talaq (65): 2-3)
Banyak orang yang mengabaikan perkara ini akibat dia mengabaikan
perintah Allah.

c. Tawakkal
‫لولمن يلتللوُنكعل لعللىَّ ن‬
‫اف فلهملوُ لحعسبمهم‬
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya.”( Q.S. At-Thalaq (65): 3)
Qatadah berkata, “Barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka
Allah akan memberi rizki dari jalan yang tidak diharapkan dari
diangan-angankan.”

d. Banyak Beristighfar
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

8
‫ق لمعخلرقجماَ لولرلزلقمهم فممعن لحعيِم م‬
‫ث لل‬ ‫لمعنأ لعكثللر فمملن ا ع فلعسمتفعغلفاَفر لجلعملل م‬
‫ام للمهم فممعن مكميل لهممم فلعرقجماَ لوفممعن مكميل ل‬
‫ضمعيِ ة‬
‫يلعحتلفس م‬.
‫َ أحمد‬/‫ب‬
“Barang siapa memperbanyak istighfar, Allah akan memberikan
kelapangan dari semua kesulitan dan jalan keluar dari semua
kesempitan dan memberikan rizki dari arah yang tidak diangan-
angankan.” (H.R. Ahmad)

e. Berdoa
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
‫المدلعاَمء هملوُ اعلفعلباَلدةم لقاَلل لرمبمكعم أمعدمععوُنفعي ألعستلفج ع‬.
‫َ أبو داود‬/‫ب للمكعم‬
“Doa adalah ibadah sesuai dengan firman Allah “berdoalah kepada
Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu Q.S. Ghafir (40):
60.” (H.R.Abu Daud)

f. Shilaturahim
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
‫ب ألعن يلعبمسطم للهم ففي فرعزقففه لويمعنلساَلء للهم ففي ألثلفرفه فلعليِل ف‬
‫َ البخاري‬/‫صعل لرفحلممه‬ ‫لمعن أللح ن‬.
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizekinya dan dipanjangkan
umurnya maka hendaknya menyambung silaturahim.”(H.R. Bukhari)

g. Bersyukur
‫لوإفعذ تلأ لنذلن لرمبمكعم للفئن لشلكعرتمعم لللفزيلدننمكعم لوللفئن لكفلعرتمعم إفنن لعلذافبي لللشفديةد‬
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S. Ibrahim [14]: 7)
Al Qurthubi berkata, “Hakekat bersyukur adalah mengakui nikmat itu
dari Allah dan tidak mengakui nikmat itu dari Allah dan tidak
menggunakannya untuk selain taat kepada Allah.”
h. Berinfaq (Berderma)
‫ق لفلمن يللشمماَمء فمممعن فعبلمماَفدفه لويلعقممفدمر للممهم لولممماَ لأنفلعقتمممم يمممن لشممعيةء فلهممملوُ يمعخلففمممهم لوهممملوُ لخعيِمممر‬
‫قمعل إفنن لريبي يلعبمسطم اليرعز ل‬
‫النرافزفقيِلن‬
“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa

9
saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan
Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”(Q.S. Saba [34]: 39)

F. SIKAP TERHADAP HARTA DAN JABATAN


Disebabkan harta dan jabatan itu adalah merupakan Amanah dari allah SWT, maka
kita harus bersikap hati-hati terhadapnya. Bila terhadap harta kita wajib berupaya
dan berusaha mencarinya karena harta merupakan kebutuhan kita sebagai bagian
dari modal hidup, namun bukan demikian halnya tentang jabatan. Jabatan itu
merupakan amanah, oleh karena itu kita tidak harus ambisus untuk
memperolehnya.

Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang
maslahat kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan
bahwa ia juga tidak boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan atau
menjaga amanah bagi yang tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah
disebut sebagai perilaku zhalim dan bodoh, sebagaimana Firman allah pada Surat
Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat Al-Ahzab ayat 72 yaitu:

“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang
yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia
berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan
Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". (QS Yusuf (12) : 54)

“Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku


adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan". (QS Yusuf (12) : 55)

”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan


gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”. (QS Al Ahzab (33) : 72)

G. PENDAYAGUNAAN HARTA DAN JABATAN DI JALAN ALLAH


Sehubungan dengan itu, maka harta dan jabatan hendaklah digunakan bahkan
didayagunakan di Jalan Allah, yakni dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab
dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Harta misalnya hendaklah

10
digunakan selain untuk kemaslahatan kehidupan duniawi, juga harus digunakan
sebagai infak atau belanja untuk akhirat.

Sebagaimana Firman Allah pada Surat Al-Munafiqun ayat 10, yaitu :


“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku,
mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"
(QS Al-Munafiqun (63) :10)

Apabila harta telah di belanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan


mengalir terus sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutama bila
yang dibelanjakan itu bertahan lama zatnya atau yang disebut sebagai wakaf, ini
sesuai dengan sabda Nabi SAW yang berbunyi:

‫ " إفلذا لماَ ل‬:‫صنلىَّ ام لعللعيِفه لولسلنلم لقاَلل‬


‫ُ اعنقلطللع لعلملمهم إفنل فمعن ثللل ة‬،‫ت ا ع فلعنلساَمن‬
:‫ث‬ ‫ُ لعفن الننبفيي ل‬،‫ام لععنمه‬ ‫لععن ألفبي هملرعيلرةل لر ف‬
‫ضلي ن‬
‫ح يلعدمعوُ للهم "]تعليِق المحقق[ إسناَده صحيِح‬ ‫ُ ألعو لوللةد ل‬،‫صلدقلةة تلعجفري للمه‬
‫صاَلف ة‬ ‫ُ ألعو ل‬،‫فععلةم يمعنتلفلمع بففه‬
Artinya:
“Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal
dunia maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang
dimanfaatkan, sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan
untuk kebaikannya”. HR Ad-Darimi dan tirmidzi. (Sunan Darimi 1/462 dan sunan
tirmidzi 3/53. Sanadnya sohih.)

Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat
kelak jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT
dalam Surat Al-Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana
tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka”. (QS Al Isra (17) : 13)
“Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabnya”.
(QS Al Isra (17) : 34)

11
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa harta dan jabatan


adalah hal yang menjadi prioritas manusia di dunia, namun kembali pada sebuah
hadis yang menjelaskan bahwa dunia adalah ladang akhirat. Bekerjalah untuk
tetap dapat hidup didunia menambah amalan diakhirat kelak. Karena harta dan
jabatan adalah amanah dari Yang Maha Kuasa.

12

Anda mungkin juga menyukai