Anda di halaman 1dari 270

IMPLEMENTASI GROUP INVESTIGATION DALAM MODEL

PBL MATERI REDOKS UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

SMAN 2 BATANG.

Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Mentari Nur Rizkyawati


4301411125

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian
hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

Semarang, 10 Juli 2015

Mentari Nur Rizkyawati

4301411125

i
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Implementasi Group Investigation dalam Model PBL Materi Redoks


untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMAN 2
Batang.

disusun oleh

Mentari Nur Rizkyawati

4301411125

telah dipertahankan di hadapan siding Panitia Ujian Skripsi Unnes, tanggal 10 Juli
2015.

Panitia :
Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Dra. Woro Sumarni, M.Si


196310121988031001 196507231993032001

Penguji,
Ketua Penguji,

Dr. Endang Susilaningsih, M.S


195903181994122001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sri Haryani, M.Si Dr. A Tri Widodo


195808081983032002 195205201976031004

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

 “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya


bersama kesulitan ada kemudahan” (Al- Insyirah 94: 5-6)

 Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat kesehatan
dan keselamatan dari-Nya.

 Engkau akan mengetahui kekuatanmu yang sesungguhnya, saat tidak ada


pilihan lain bagimu kecuali menguatkan diri. (Mario Teguh)

 Lakukanlah dengan segala usaha terbaikmu di dunia ini sebagai ladang amal
sembari menunggu giliran menghadap Illahi.

 Harta yang paling berharga di dunia ini hanyalah keluarga.

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini penulis persembahkan untuk :

 Orang tua tercinta atas segala kasih sayang, perhatian dan kesabarannya
dalam mendidik kami menjadi anak yang penuh cinta.

 Adikku terkasih, Akbar Muhammad Ilham yang selalu memberikan energi


positif dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Kakakku terima kasih untuk selalu siaga memberikan dukungan tenaga dan
waktu dalam membantu melancarkan penelitian skripsi ini.

 Sahabat Rombel 4 Pendidikan Kimia 2011 yang selalu siap untuk menjadi
teman sharing dalam memberikan pendapat Penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.

 Sahabat Himpunan Mahasiswa Kimia 2013 yang selalu memberikan spirit


to be better dan juga canda tawa untuk sejenak menyegarkan pikiran.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat
menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Group
Investigation dalam Model PBL materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMA Negeri 2 Batang”.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat kerjasama, bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini pula peneliti mengucapkan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, atas kesempatan menimba ilmu,
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian,
3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
ijin dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian,
4. Dr. Sri Haryani, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah dengan
sabar memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti selama
menyusun skripsi,
5. Dr. A Tri Widodo selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam menyelesaikan
skripsi,
6. Dr. Endang Susilaningsih, M.Si selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan saran,
7. Kepala SMA Negeri 2 Batang yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian,
8. Ibu Srikandi, S.Pd selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri 2 Batang
yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini,
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini
masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca. Akhir kata, penulis mengharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Juli 2015

Penulis

iv
ABSTRAK

Rizkyawati, Mentari Nur. 2015. Implementasi Group Investigation dalam Model


PBL Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa.
Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing utama Dr. Sri Haryani, M.Si dan Pembimbing Pendamping Dr. A Tri
Widodo.

Kata Kunci: Group Investigation; model PBL; Kemampuan Pemecahan Masalah.

Analisis kebutuhan untuk mambangun pengetahuan sendiri melalui pengamatan


merupakan aspek dalam Kurikulum 2013. Pembelajaran kimia materi redoks
dengan penyelidikan langsung mengenai penerapannya di lingkungan sekitar di
beberapa sekolah masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa melalui hasil belajar dan
respon tanggapan siswa dengan menerapkan metode pembelajaran group
investigation dalam Model PBL di SMA Negeri 2 Batang. Penelitian yang
dilakukan adalah penelitian jenis eksperimen, dengan teknik pengambilan sampel
cluster random sampling setelah diperoleh data bahwa populas berdistribusi
normal, homogenitas sama dan memiliki kesamaan rerata awal. Kelas X MIIA 1
dengan jumlah siswa 36 siswa digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas X
MIIA 2 sebanyak 36 siswa sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dalam
pembelajarannya dengan menerapkan metode group investigation berbasis model
PBL dengan melakukan penyelidikan diberbagai tempat yang berkaitan dengan
penerapan materi redoks, sebaliknya dalam kelas kontrol pembelajaran tanpa
menerapkan metode group investigation. Metode pengumpulan data dalam
penelitian berupa tes kognitif berbentuk pilihan ganda dan uraian, lembar observasi
dan dokumentasi serta angket respon. Peningkatan kemampuan pemecahan
masalah diukur melalui tes kognitif berbentuk uraian bermuatan konsep indikator
kemampuan pemecahan masalah dengan melihat hasil pretest dan postest setiap
siswa. Lembar pengamatan meliputi aspek kognitif dan aspek psikomototik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar serta peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa pada kelas siswa menunjukkan peningkatan yang
signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Analisis ini ditunjukan melalui uji t test
yang diperoleh hasil sebesar 4,25 sehingga ada perbedaan nilai postest antara kelas
eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis koefisien determinasi menunjukkan
bahwa penerapan metode group investigation memberikan kontribusi sebesar
19,36% terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil angket
respon siswa menunjukkan bahwa 52,46% siswa menyatakan setuju bahwa
penerapan metode ini lebih menyenangkan dan lebih mudah memahami materi.
Sehingga dapat disimpulakan bahwa penerapan metode pembelajaran group
investigation dalam model PBL dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah siswa di SMA Negeri 2 Batang.

v
ABSTRACT

Rizkyawati, Mentari Nur. 2015. Implementation Group Investigation in PBL Model


Material Redox to Improve Problem Solving Capability Students. Skripsi.
Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State
University of Semarang.
Main Supervisor Dr. Sri Haryani, M.Si and Assistance Supervisor Dr. A Tri
Widodo.

Keyword : Group Investigation; PBL models; Problem solving capability.

Analysis of the need for knowledge, builds itself through the observation of an
aspect in 2013 curriculum. Learning material redox chemistry with direct inquiry
regarding its application in the neighborhood in some schools still lacking. This
study aims to determine the improvement of students' problem solving skills
through learning outcomes and response to student responses by applying learning
methods in a model of PBL group investigation at SMAN 2 Batang. Research
carried out is kind of experimental research, with cluster random sampling
technique sampling after data showed that populas normal distribution,
homogeneity mean the same and have the same beginning. Class X MIIA 1 with
the number of students 36 students used as an experimental class and the class X
MIIA 2 were 36 students as the control class. Experimental class in learning by
applying model-based method PBL group investigation by investigating various
places associated with the application of redox materials, otherwise the control class
learning without applying methods of group investigation. Methods of data
collection in the form of research on cognitive tests multiple choice and description,
documentation and observation sheet and questionnaire responses. Improved
problem solving skills through cognitive tests measured the description of charged-
shaped indicator concept problem solving skills by looking at the results of the
pretest and post-test every student. Observation sheet includes cognitive and
psychomotor aspects. The results showed that the learning outcomes as well as the
improvement of problem solving ability of students at grade students showed
significant improvement compared with the control class. This analysis
demonstrated through t test were obtained yield was 4.25 so that there is a difference
between the value posttest experimental and control classes. Based on the analysis
of the coefficient of determination shows that the application of the methods of
investigation group contributed 19.36% to the improvement of students' problem-
solving abilities. Results of student questionnaire responses showed that 52.46% of
students agreed that the application of this method is more fun and easier to
understand the material. So can to take conclution that the application of learning
methods group investigation in the model PBL can improve and develop problem-
solving abilities of students at SMAN 2 Batang.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………….. i


LEMBAR PENGESAHAN ..……………………………………………. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………… …… iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… iv
ABSTRAK ………………………………………………………………. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………… 6
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………. 7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………… 7
1.5 Penegasan Istilah ………………………………………………. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Hasil Belajar ………………………………………. 12


2.2 Model Pembelajaran ……………………………………………. 14
2.3 Model Problem Based Learning (PBL) ………………………… 15
2.4 Group Investigasi ………………………………………………. 17
2.5 Kemampuan Pemecahan Masalah………………………………. 19
2.6 Tinjauan Tentang Konsep Redoks ……………………………… 21
2.7 Kerangka Berpikir ……………………………………………… 27
2.8 Hipotesis ………………………………………………………... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 32


3.2 Subyek Penelitian ……………………………………………….. 32
3.2.1 Populasi …………………………………………………... 32

vii
3.2.2 Sampel …………………………………..………………... 33
3.3 Variabel Penelitian ……………………………………………… 33
3.4 Desain Penelitian ……………………………………………….. 34
3.5 Prosedur Penelitian ……………………………………………… 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 37
3.7 Metode Analisis Data …………………………………………… 38
3.7.1 Analisis Data Awal ………………………………………… 38
3.7.2 Analisis Instrumen …………………………………………. 41
3.7.3 Analisis Data Akhir ………………………………………… 51

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ……………………………………………….. 55


4.1.1 Analisis Data Tahap Awal …………………………………. 55
4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir …………………………………. 58
4.2 Pembahasan …………………………………………………… 78
4.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation dalam

Model PBL ……………………………………………...…. 86

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ……………………………………………………… 88


5.2 Saran ………………………………………………………….. 88
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 90
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 93

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gambaran peran Guru, Murid dan Masalah dalam Pembelajaran
Model PBL…………………………………………………….. 17
Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Batang………… 32
Tabel 3.2 Desain Penelitian Eksperimen………………………………… 34
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal………………………….…… 43
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal Uji Coba Instrumen………………. 44
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran dan Kriteria Soal Kemampuan Pemecahan
Masalah………………………………………………………… 47
Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda……………………………………….. 47
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Populasi Awal ……………………. 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi………………………………. 56
Tabel 4.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Dalam Kelas (Uji Anava)…………… 57
Tabel 4.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi …………………………. 57
Tabel 4.5 Data Postest Hasil Belajar Siswa Materi Redoks……………… 58
Tabel 4.6 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Redoks.... 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Hasil Belajar..…. 59
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Postest ……………………. 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest dan Postest …… 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Postest …………… 62
Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kanan ………. 62
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aspek Psikomotorik ………………………… 65
Tabel 4.13 Hasil Observasi Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan
Kontrol ………………………………………………..……… 66
Tabel 4.14 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah ………………. 67
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah ……. 70
Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pretestdan Postest …………………… 70
Tabel 4.17 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretst dan Postest …… 71
Tabel 4.18 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Postest Soal Uraian ... 72

ix
Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Soal
Uraian ………………………………………………………… 72
Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran …. 77

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian …………………... 30


Gambar 4.1 Nilai N-gain Siswa Kelas Eksperimen …………..…………… 64
Gambar 4.2 Nilai N-gain Siswa Kelas Kontrol ……………………….…. 64
Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ……………………………….. 67
Gambar 4.4 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Eksperimen …………………………………………… 68
Gambar 4.5 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Kelas Kontrol ……………........…………………………… 69
Gambar 4.6 Tingkat Pencapaian N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen ……………………..…………………… 74
Gambar 4.7 Tingkat Pencapaian N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol………………………………………………... 74

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penggalan Silabus …………………………………………… 93


Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 98
Lampiran 3. Bahan Ajar Siswa ……………………………………………. 129
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa …………………………………………. 136
Lampiran 5. Soal Essay Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah … 150
Lampiran 6. Kisi-Kisi Soal Kognitif ……………………………………… 156
Lampiran 7. Soal Uji Coba Kognitif ……………………………………… 158
Lampiran 8. Lembar Observasi Penilaian Sikap(Afektif) ………………… 167
Lampiran 9.Lembar Observasi Penilaian Ketrampilan (Psikomotorik) ….. 170
Lampiran 10. Lembar Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ...174
Lampiran 11 Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda ……………………… 175
Lampiran 12 Analisis Uji Coba Soal Uraian ……………………………… 177
Lampiran 13 Data Nilai Kondisi Awal Populasi …………………………. 178
Lampiran 14 Analisis Data Normalitas Kelas X MIIA 1 ………………… 179
Lampiran 15 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 2 ………………… 180
Lampiran 16 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 3 ………………… 181
Lampiran 17 Analisis Normalitas Data Kelas X MIIA 4 …………………. 182
Lampiran 18 Analisis Uji Homogenitas Awal Populasi …………………. 183
Lampiran 19 Analisis Uji Anava Awal Populasi …………………………. 184
Lampiran 20. Analisis Uji Kesamaan Varians Data Populasi ……………. 186
Lampiran 21 Daftar Nama Siswa ………………………………………… 187
Lampiran 22 Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Siswa …………………. 188
Lampiran 23 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Siswa
Kelas Eksperimen……………………………………………. 189
Lampiran 24 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Siswa
Kelas Kontrol ……………………………………………..… 190
Lampiran 25 Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar
Kognitif ……………………………………………..……… 191

xii
Lampiran 26 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Hasil
Belajar ………………………………………………………. 192
Lampiran 27 HAsil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……… 193
Lampiran 28 Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas
Eksperimen ………………………………………………… 194
Lampiran 29 Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas
Kontrol …………………………………………………….. 195
Lampiran 30 Analisis Uji Homogenitas Data Postest Hasil Belajar ……….196
Lampiran 31 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Hasil
Belajar ………………………………………………..…….. 197
Lampiran 32 Uji t Pihak Kanan Data Postest Hasil Belajar ……………… 198
Lampiran 33 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Hasil Belajar ….. 199
Lampiran 34 Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Kognitif Siswa ………… 200
Lampiran 35 Ananlisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif …. 202
Lampiran 36 Analisis Lembar Observasi Aspek Afektif ………………... 203
Lampiran 37 Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek
Psikomotorik ……………………………………………….. 205
Lampiran 38 Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik …………. 206
Lampiran 39 Data Hasil Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah …. 208
Lampiran 40 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas
Eksperimen ………………………………………………..... 209
Lampiran 41 Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas
Kontrol ………………………………………………..……. 210
Lampiran 42 Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah ……………………………………….. 211
Lampiran 43 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Soal
Uraian ………………………………………………………. 212
Lampiran 44 Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah .... 213
Lampiran 45 Analisis Uji Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas
Eksperimen …………………………………………….…... 214

xiii
Lampiran 46 Analisis Uji Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas
Kontrol ……………………………………………..………. 215
Lampiran 47 Analisis Uji Homogenitas Data Postest Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah ……………………………………….. 216
Lampiran 48 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Soal
Uraian ……………………………………………………… 217
Lampiran 49 Analisis Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Soal Uraian ………. 218
Lampiran 50 Analisis Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Soal
Uraian …………………………………………………….… 219
Lampiran 51 Analisis Uji N-gain Soal kemampuan Pemecahan Masalah ... 220
Lampiran 52 Analisis Uji Pengaruh Antar Variabel (Korelasi Biserial) ..… 222
Lampiran 53 Uji Signifikansi Pengaruh Antar Variabel ………………….. 223
Lampiran 54 Analisis Koefisien Determinasi ……………………………. 224
Lampiran 55 Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Eksperimen …………………………………………... 225
Lampiran 56 Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol ……………………………………………….. 226
Lampiran 57 Analisis Reliabilitas Angket Respon Minat Siswa ………… 227
Lampiran 58 Analisis Lembar Angket Respon Minat Siswa ……………. 228
Lampiran 59 Lembar Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 229
Lampiran 60 Lembar Soal Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 234
Lampiran 61 Dokumentasi Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ……………………………………………...……… 239
Lampiran 62 Dokumentasi Hasil Pretest dan Postest ……………………. 241

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang bertujuan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Sejalan dengan kemajuan teknologi, kesadaran

manusia akan pendidikanpun meningkat sehingga dorongan untuk memperbaiki

sistem dan kualitas semakin giat dilakukan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi

antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Terdapat pola kesinambungan antara murid dengan guru dalam suatu

proses pembelajaran yang ditunjang dengan adanya sumber belajar. Untuk

menghasilkan pembelajaran yang baik maka proses interaksi yang terjadi antara

peserta didik dan pendidik harus berjalan kondusif. Menurut Sardiman (2005)

dengan adanya komunikasi yang baik maka akan terjaminlah kelanjutan hidup

masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia. Secara tidak langsung maka

penyampaian materi dari guru terhadap peserta didik berjalan multiarah dan sesuai

dengan usia penerima informasi agar mudah dipahami dan untuk kelancaran

proses belajar mengajar itu sendiri.

Setiap peserta didik pada dasarnya sudah memiliki bermacam

pengetahuan dasar yang diperoleh sejak dini baik itu diperoleh dari keluarga

maupun lingkungan. Pengetahuan dasar dan pengalaman yang telah diperoleh


2

tadi, peserta didik kemudian dapat membangun sistem berpikirnya untuk bisa

memahami informasi-informasi pengetahuan baru dari lingkungannya.

Pemahaman tersebut dibangun oleh guru ketika proses pembelajaran pada

permasalahan yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang

sudah ada, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan

menerapkan idenya sendiri.

Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik

setelah peserta didik berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa, dan informasi dari

sekitarnya (Hamdani, 2010). Pada era pembelajaran modern seperti saat ini, dalam

interaksi pembelajaran peserta didik tidak hanya berperan sebagai subjek

penerima pesan tetapi peserta didik juga bertindak sebagai komunikator atau

penyampai pesan. Kondisi tersebut akan menjadikan komunikasi berlangsung

secara multi arah, maka proses pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik.

Aktifitas peserta didik dalam proses pembelajaran menunjukan adanya

kesadaran peserta didik untuk mengontrol proses berpikir dirinya sendiri, dan

kesadaran tersebut sangat menentukan minat dan kemauan peserta didik untuk

lebih memahami dan memaknai apa yang mereka pelajari dalam proses

pembelajaran. Kesadaran peserta didik untuk belajar ini menunjang ketercapaian

kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan guru.

Ilmu kimia yang merupakan bagian dari disiplin ilmu Ilmu Pengetahuan

Alam, sehingga kimia erat kaitannya dengan fenomena yang ada di lingkungan.

Penerapan dan isu-isu hangat pada berbagai materi kimia sering dijumpai.
3

Chemistry is one of the most important branches of science; it enable learners to

understand what happened around them (Sirhan, 2007). Isi materi dalam mata

pelajaran kimia umumnya bersifat abstrak, sehingga kimia dikategorikan sebagai

salah satu bidang studi yang sukar dan tak jarang peserta didik dihinggapi rasa

bosan serta enggan untuk mempelajarinya. Guru sebagai fokus utama dalam

memberikan pelajaran kimia dituntut untuk menyampaikan materi secara inovatif

tanpa mengabaikan unsur akademis, agar peserta didik mudah dalam memahami

pelajaran Kimia.

Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang telah dilakukan

terhadap guru Kimia Ibu Srikandi, S.Pd di SMA Negeri 2 Batang pada tanggal 29

Maret 2014, peneliti mendapatkan informasi bahwa rata-rata nilai hasil belajar

peserta didik kelas X masih berada di bawah KKM 75, dari 36 peserta didik dalam

satu kelas sekitar 4-5 peserta didik yang tuntas dalam pelajaran kimia. Kegiatan

belajar mengajar yang terlihat di SMA Negeri 2 Batang masih menggunakan

metode ceramah sehingga sebagian peserta didik yang terlihat kurang

berpartisipasi aktif. Menurut beliau, pembelajaran kimia dengan melakukan

metode diskusi kadangkala pernah dilakukan, namun tidak mencapai tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai karena pada saat pelaksanaan hanya segelintir

peserta didik yang aktif.

Penyampaian pelajaran dengan metode ceramah perlu dilengkapi

dengan metode lainnya sebagai alternatif untuk mengoptimalkan pemahaman

serta keaktifan peserta didik di dalam belajar. Wawancara yang dilakukan dengan

sebagian peserta didik kelas X menyatakan bahwa pelajaran kimia sukar untuk
4

dipahami dan rumit sehingga mereka sering merasa bosan di kegiatan

pembelajaran. Kebosanan dalam pembelajaran materi Kimia ini secara otomatis

menurunkan minat peserta didik untuk belajar. Akibatnya murid hanya

mengutamakan pada aspek produk pembelajaran tanpa memperhatikan dan

memahami aspek prosesnya. Seperti dalam mengerjakan soal, peserta didik hanya

berorientasi pada hasil jawaban soal tanpa memahami alur proses dalam

memperoleh hasil tersebut. Secara tidak langsung ini sangat berpengaruh terutama

kepada cara pandang peserta didik dalam memperoleh informasi dan

menganalisisnya. Perihal tersebut tidak hanya tentang kemampuan kognitif tetapi

juga tentang komitmen moral dengan standar kritis dan sifat (Guo Mei, 2013).

Sehubungan dengan hal ini mengakibatkan kemampuan penalaran, komunikasi,

dan koneksi akademis serta pemecahan masalah peserta didik dirasa kurang

mumpuni. Untuk menjawab permasalahan ini diperlukan upaya yang nyata,

rencana yang matang, dan dikaji dengan saksama agar kemampuan peserta didik

dalam mencari solusi terhadap suatu masalah dapat tumbuh dan berkembang

sesuai potensi peserta didik masing-masing. Upaya yang dirancang adalah dengan

memberikan pembelajaran yang berbasis masalah atau PBL dengan melakukan

penyelidikan secara berkelompok (group investigation).

Pelaksanaan pembelajaran yang berupaya untuk meningkatkan

kemampuan penalaran seperti yang dimaksud pada paragraf sebelumnya adalah

dengan memberikan model pembelajaran PBL secara otomatis dapat merangsang

peserta didik untuk belajar mandiri menggali lebih dalam mengenai suatu materi

dan berlatih memecahkan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.


5

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajran PBL ini peserta didik akan

dikaitkan dengan hal-hal faktual tentang kimia. Menurut Nurhayati, et al (2013)

PBL adalah model pembelajaran yang memposisikan peserta didik dalam posisi

belajar yang paling baik karena mereka terhubung dengan proses pembelajaran

dan menemukan pengetahuan untuk diri mereka sendiri, bukan ketika guru

menjelaskan materi di dalam kelas dan memberikan pengetahuan untuk mereka.

Menerapkan group investigation dalam kegiatan pembelajaran dapat melatih

peserta didik bekerja sama untuk mempelajari isu suatu masalah yang kemudian

akan mereka rancang suatu solusi dari pemecahan masalah tersebut. Harapannya

dengan menerapkan penyelidikan secara berkelompok dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam kehidupan sehari-hari yang

berkaitan dengan pelajaran atau ilmu Kimia.

Berdasarkan penelitian sebelumnya pembelajaran berbasis masalah

(PBL) dengan media crossword dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi

belajar pada materi minyak bumi sebesar 53,27% pada siklus I dan 64,49% pada

siklus II (Nurhayati et al, 2013). Penerapan model PBL berbantuan media

transvisi di SMA Negeri 1 Randublatung dapat meningkatkan kemampuan KPS

sebesar 62,39% dan peningkatan hasil belajar peserta didik sebesar 49,43%

(Rahayu et al, 2012). Model PBL juga dapat meningkatkan kemampuan

mahapeserta didik dalam partisipasi belajar dan hasil belajar dari 74,56 menjadi

82,04 yaitu 11% di Undhiksa (Suci, 2008). Penelitian untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah juga dilakukan pada Peserta didik SMP dengan

penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Hertiavi et al, 2010). Peningkatan


6

kemampuan pemecahan masalah di bidang matematika pada pemebalajaran

multimedia interaktif berbantuan komputer juga berhasil dilakukan oleh

Rahayuningrum (2008). Penelitian yang dilakukan dengan model PBL untuk

meningkatkan kemampuan penalaran di bidang matematis peserta didik SMP

pernah di teliti oleh Tatang Herman pada tahun 2008.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan melihat penelitian

terdahulu, maka peneliti hendak melakukan penelitian mengenai penerapan

pembelajaran dengan group investigation dalam model PBL materi redoks untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik SMA Negeri 2

Batang. Harapannya dengan menerapkan pembelajaran dengan peserta didik

membentuk kelompok pengamatan dengan bantuan media penunjang dalam

model pembelajaran berbasis masalah ini peserta didik dapat lebih mudah dalam

pemahaman konsep materi kimia serta merangsang peserta didik untuk lebih

memperluas cara pandangnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang

diteliti yaitu :

(1) Apakah penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatan

kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi redoks ?

(2) Apakah penerapan group investigation dalam model PBL dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Kimia materi

redoks?
7

(3) Bagaimana respon peserta didik terhadap penerapan group investigation

dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

(1) Mengetahui adanya peningkatan dalam penerapan group investigation model

pembelajaran berbasis masalah (PBL) materi redoks terhadap kemampuan

pemecahan masalah peserta didik.

(2) Mengetahui adanya peningkatan penerepan group investigation dalam model

PBL pada materi redoks terhadap peningkatan hasil belajar Kimia.

(3) Mengetahui respon peserta didik terhadap penerapan pembelajan group

investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks .

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai

penerapan group investigation dalam model pembelajaran PBL sebagai salah

satu alternatif dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam maupun di luar

kelas.
8

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi

sekolah, khususnya untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran dan

peningkatan mutu sekolah tersebut.

1.4.2.2 Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

pengetahuan dalam proses pembelajaran, untuk lebih meningkatkan kualitas

suatu materi Kimia dengan penerapan group investigation model PBL

berbantuan media.

1.4.2.3 Bagi Peserta didik

Pelaksanaan pembelajaran yang berbeda dari biasanya yaitu

penerapan group investigation dalam model PBL, diharapkan peserta didik dapat

lebih tertarik dan mudah dalam pemahaman sehingga dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah. Modal kemampuan yang diperoleh

selanjutnya peserta didik dapat menghadapi tantangan dalam kehidupan dan

karir di lingkungan dengan kondisi yang kian hari semakin kompleks.

1.4.2.4 Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan penelitian dengan acuan hasil penelitian yang

didapat untuk lebih memajukan pendidikan di Indonesia.


9

1.5 Penegasan Istilah

Agar tidak menimbulkan kesalahan dalam mengartikan atau

mengungkap maksud penelitian, maka perlu dijelaskan dan dibatasi pengertian-

pengertian yang terdapat dalam judul skripsi.

1.5.2 Implementasi

Implementasi adalah kata ilmiah untuk penerapan. Penerapan adalah

proses pemasangan atau pemanfaatan suatu benda agar dapat digunakan untuk

dapat melakukan suatu kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Mengacu pada pengertian tersebut penerapan dalam penelitian ini

adalah penggunaan metode pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil

belajar peserta didik.

1.5.3 Group investigation

Group investigation adalah suatu strategi pembelajaran dimana

peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap

kelompok diarahkan untuk melakukan penyelidikan terkait materi yang

dipelajari secara mendalam, dalam hal ini peserta didik melakukan penyelidikan

mengenai penerepan materi redoks dalam kehidupan sehari-hari untuk

mengetahui penyebab utama dan pencegahan yang dilakukan pada reaksi redoks

yang terjadi.
10

1.5.4 Problem Based Learning (PBL)

PBL atau pembelajaran yang berbasis masalah adalah pembelajaran

yang dihadapkan pada masalah-masalah kontekstual yang relevan dengan materi

yang dipelajari agar peserta didik dapat membangun pengetahuannya.

Pelaksanaan model pembelajaran ini peserta didik diorientasikan kepada

permasalahan yang kemudian dilakukan penyelidikan dan disajikan hasil

penyelidikan tersebut dalam suatu karya untuk dianalisa dan evaluasi bersama.

1.5.5 Peningkatan

Peningkatan merupakan perbedaan yang terjadi pada sebelum

dilakukan dan setelah dilakukannya penelitian. Peningkatan untuk penelitian ini

yang dimaksudkan adalah dalam hal kemampuan pemecahan peserta didik

mengalami perkembangan atau lebih baik dari sebelumnya. Pengukuran untuk

mengetahui tingkat peningkatan dalam kemampuan pemecahan masalah

dilakukan dengan mengukur selisih hasil antara post test dan pretest.

1.5.6 Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan atau kecakapan

yang dimiliki individu untuk menghubungkan segala pengetahuan yang didapat

dengan persoalan yang dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah merupakan

keterampilan utama yang harus dikembangkan kepada peserta didik agar lebih

analitis untuk mengambil setiap keputusan. (Herviati dkk, 2010). Peningkatan

kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini diukur dengan

memberikan instrumen tes yang berupa soal uraian bermuatan indikator


11

kemampuan pemecahan masalah kepada peserta didik pada awal dan akhir

pembelajaran.

1.5.7 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh peserta didik

sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakan. Hasil

belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar

dan merupakan penilaian yang dicapai peserta didik untuk mengetahui sejauh

mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima peserta didik

(Samino, 2011). Penilaian hasil belajar dilakukan dengan menekankan pada

hasil belajar peserta didik setelah peserta didik menerima pengalaman

belajarnya. Hasil belajar dilihat melalui tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan berbagai instrument

penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang ada dalam kompetensi dasar.

Aspek kognitif diukur melalui test, aspek afektif dan psikomotorik diukur

dengan menggunakan lembar observasi.


12

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Hasil Belajar


Belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh individu secara

berulang agar memahami atau memperoleh suatu hal yang berarah positif.

Menurut Lindgren, sebagaimana dikutip oleh Saptorini (2011) dalam buku yang

berjudul Strategi Pembelajaran Kimia mengemukakan bahwa belajar merupakan

suatu proses dimana seseorang mengalami perubahan tingkah laku, peningkatan

kinerja, pembenahan pemikiran atau penemuan konsep-konsep dan cara-cara yang

baru. Sehingga belajar merupakan usaha seseorang untuk meningkatkan kualitas

dirinya dalam suatu bidang dan tujuan tertentu. Sapari (2013) menjelaskan bahwa

belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil

atau tujuan. Belajar sekarang bukan hanya tentang mengingat materi yang sudah

didapat sebelumnya melainkan sebuah pengalaman dan pemahaman mendasar.

Haryanto (2010) menjelaskan bahwa belajar memiliki tiga teori yaitu

teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme dan teori belajar

konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif

yang diamati dalam pembelajaran. Teori kontruktivisme belajar merupakan

sebuah proses dimana pelajar aktif membangun ide ide baru atau konsep. Teori

kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis

otak. Salah satu peneliti teori pembelajaran kognitif adalah Bruner, yang
13

menekankan pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu

jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.

Teori kognitif ini cukup relevan dengan pengembangan kemampuan pemecahan

masalah peserta didik karena melatih peserta didik untuk mengonsep solusi

permasalahan yang didapat dari informasi-informasi lingkungan maupun sumber.

Beberapa pengertian dan teori tentang belajar tersebut di atas, dalam

belajar terdapat juga beberapa dimensi dan indikator sebagai berikut (Ismail,

2009) : (1) Belajar ditandai dengan perubahan sikap, tingkah laku dan

keterampilan yang relatif tetap dalam diri seseorang sesuai dengan tujuan yang

diharapkan; (2) Belajar terjadi melalui latihan dan pengamalan yang dijalani yang

bersifat secara komulatif; (3) Belajar merupakan proses aktif konstrukstifyang

terjadi melalui mental proses, meliputi persepsi (perception), perhatian (atention),

mengingat (memory), berpikir (thinking, reasoning) memecahkan masalah.

Umumnya dalam akhir kegiatan belajar diadakan suatu tes yang

digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik tentang sejauh

mana pemahamannya terhadap suatu materi terutama hasil belajar kognitif. Hasil

belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai tujuan-

tujuan pengajaran yang hendak dicapai (Sudjana, 2009).

Aspek-aspek hasil belajar yang dikemukakan oleh Bloom, yaitu

Taksonomi Bloom dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Aspek Kognitif meliputi

pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication),

analisis (analysis), sintetis (synthesis), evaluasi (evaluation); (2) Aspek Afektif


14

meliputi penerimaan (receiving/attending), penanggapan (responding), penilaian

(valuing), pengorganisasian (organizing), karakteristik (characterization); dan

terakhir (3) Aspek Psikomotorik meliputi kesiapan (set), meniru (imitation),

membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption), menciptakan (origination).

(Solichin, 2012)

2.2 Model Pembelajaran

Pembelajaran secara umum adalah segala kegiatan yang dilakukan guru

dalam kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk membimbing tingkah laku

peserta didik ke arah yang lebih baik (Hamdani, 2010). Kegiatan pembelajaran ini

dilakukan atas dasar kesadaran setiap individu dari tidak tahu menjadi tahu

tentang segala hal yang akan menjadi bekal di kehidupan. Pembelajaran

merupakan bagian proses pendidikan yang berlangsung seumur hidup (life long

education). Hal ini berarti bahwa usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia

itu lahir sampai tutup usia, sepanjang manusia itu mampu menerima pengaruh dan

dapat mengembangkan dirinya (Munib, 2011). Upaya untuk mencapai tujuan

pembelajaran ini, guru membutuhkan model-model dalam pembelajaran.

Santyasa (2007) menerangkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model-model pembelajaran

akan mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan kurikulum yang

diterapkan. Penerapan kurikulum 2013 terjadi perubahan dan atau pergeseran

mind set, peserta didik diharapkan dapat secara aktif untuk belajar karena yang
15

ditekankan adalah keterampilan proses. Perubahan penekanan dari subject

oriented ke process oriented dengan memperhatikan empat pilar pembelajaran

menurut UNESCO yaitu learning to know, to do, to be and to live together sebagai

modal intelektual (Saptorini, 2011).

Joyce & Weil yang dikutip oleh Santyasa (2007) menjelaskan bahwa

model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah

langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma

yang berlaku dalam kegiatan pembelajaran, (3) principles of reaction, mengenai

gambaran yang hendak menjadi perilaku guru seperti cara dalam memandang,

memperlakukan, dan merespon peserta didik, (4) support system, segala sarana,

bahan, alat, atau lingkungan belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran,

dan (5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang dapat diperoleh

langsung berdasarkan tujuan yang hendak dicapai (instructional effects) dan hasil

belajar diluar yang hendak dicapai (nurturant effects).

2.3 Model Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah adalah

strategi pembelajaran peserta didik melalui permasalahan-permasalahan praktis

dalam kehidupan nyata (Rubi & Zamtimah, 2010). Model pembelajaran PBL ini

melatih peserta didik untuk dapat memberi solusi dari permasalahan yang muncul

dengan mencari informasi data yang dapat mereka peroleh dari berbagai sumber.

PBL ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif modern yang

menyatakan bahwa belajar suatu proses dalam mana pembelajar secara aktif

mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan belajar


16

yang dirancang oleh fasilitator pembelajaran. (Suci, 2008). Teori yang

dikembangkan ini mengandung dua prinsip penting yaitu (1) belajar adalah suatu

proses konstruksi bukan proses menerima (receptive process), (2) belajar

dipengaruhi oleh faktor interaksi social dan sifat kontektual dari pelajaran

(Gisjelairs, 1996).

Barrows (1996) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis

masalah memiliki sejumlah karateristik yang membedakannya dengan model

pembelajaran yang lainnya yaitu (1) pembelajaran bersifat student centered, (2)

pembelajaran terjadi pada kelompok-kelompok kecil, (3) dosen atau guru

berperan sebagai fasilitator dan moderator, (4) masalah menjadi fokus dan

merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan problem solving, (5)

informasi-informasi baru diperoleh dari belajar mandiri (self directed learning).

Hafismuaddab (2011) mengungkapkan bahwa ada lima strategi untuk

menerapkan pembelajaran berbasis masalah yaitu : (1) permasalahan sebagai

kajian; (2) permasalahan sebagai penjajakan pemahaman; (3) permasalahan

sebagai contoh; (4) permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses;

(5) permasalahan sebagai stimulus permasalahan otentik. Peran guru, murid, dan

permasalahan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan seperti

pada Tabel 2.1


17

Tabel 2.1 Gambaran Peran Guru, Murid Dan Masalah Dalam Pembelajaran
Model PBL
Guru sebagai pelatih Peserta didik sebagai Masalah sebagai awal
problem solver tantangan dan motivasi

a) Asking about thinking (bertanya a) peserta yang aktif a) menarik untuk


tentang pemikiran) b) terlibat langsung dipecahkan
b) memonitor pembelajaran dalam b) menyediakan
c) probbing ( menantang peserta didik pembelajaran kebutuhan yang ada
untuk berfikir ) c) membangun hubungannya dengan
d) menjaga agar peserta didik terlibat pembelajaran pelajaran yang
e) mengatur dinamika kelompok dipelajari
f) menjaga berlangsungnya proses

Sumber : (Hafis, 2011)

2.4 Group Investigation

Group adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti kelompok,

yaitu kumpulan lebih dari dua orang yang bergabung untuk melakukan hal yang

sama. Sedang investigation adalah kata yang juga berasal dari bahasa Inggris yaitu

investigasi atau pengamatan. Ulfah (2014) mengungkapkan bahwa Group

investigation adalah metode pembelajaran yang berbasis penemuan, metode ini

sangat relevan dalam meningkatkan keterampilan proses peserta didik. Sehingga

metode ini dirasa cocok oleh peneliti dalam menunjang proses pembelajaran PBL,

karena memiliki tujuan akhir yang hendak dikembangkan oleh peserta didik yaitu

peningkatan kemampuan pemecahan masalah. Metode group investigation

memiliki tiga konsep utama, yaitu : penelitian atau enquiri, pengetahuan atau

knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group (Udin,

2008). Penerapan pembelajaran dengan group investigation peserta didik diajak

untuk mengamati suatu permasalahan yang dihadapi dengan teman-teman


18

sebayanya untuk mencari solusi yang sesuai berdasarkan pengetahuan yang

dimiliki dan informasi yang diperoleh. Penelitian ini adalah proses dinamika

kepada peserta didik untuk menghadapi masalah dan usaha untuk memecahkan

masalah tersebut dengan tepat.

Pelaksanaan group investigation dalam proses pembelajaran yaitu dengan

membagi peserta didik dalam satu kelas menjadi 4 sampai 6 kelompok (Wiryadi,

2010). Setiap kelompok mendapatkan permasalahan yang sesuai dengan materi

yang diajarkan, kemudian dalam pelaksanaanya ada beberapa tahapan yaitu : 1)

tahap pembentukan kelompok; 2) tahapan perencanaan; 3) tahap penyelidikan; 4)

tahap pengorganisasian; 5) tahap presentasi; 6) dan tahapan evaluasi.

Kemal., et al, sebagaimana dikutip oleh Ulfah (2014) mengungkapkan

bahwa penerapan pembelajaran tipe Group Investigation dapat memberikan

dampak positif terhadap pengalaman belajar peserta didik. Pembelajaran dengan

group investigation memiliki beberapa kelebihan yaitu peserta didik secara

bekerjasama berlatih untuk menginvestigasi atau mengamati permasalahan-

permasalahan berbeda yang ada dengan topik yang sama, pembelajaran yang

dilakukan akan mengaktifkan peserta didik karena satu sama lain akan

berinteraksi untuk mencari solusi tanpa memandang latar belakang tiap peserta

didik, peserta didik akan dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi, sehingga dengan penerapan metode group investigation ini

diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta

didik.
19

2.5 Kemampuan Pemecahan Masalah

Kurikulum 2013 yang saat ini sudah dijalankan adalah mengedepankan

kemandirian peserta didik dalam belajar, artinya peserta didik tidak hanya

mengandalkan orang lain untuk mencerdaskan dirinya. Peserta didik tahu apa

yang sedang dipelajari, apa yang telah dipelajari dan apa yang harus dipelajari.

Pelajaran kimia pada materi reaksi oksidasi dan reduksi misalnya peserta didik

dapat menganalisis sendiri mengenai materi tersebut, apa yang sudah diketahui

dan yang perlu diperdalam, serta dapat memilah intisari materi yang akan

dipelajari. Implementasi pelaksanaan kurikulum 2013 ini, maka kemampuan

pemecahan masalah peserta didik ini harus mulai diberikan.

Kemampuan pemecahan masalah berarti kecakapan menerapkan

pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang baru dikenal

(Hertiavi dkk, 2010). Kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah , maka akan melatih peserta

didik untuk mencari solusi dari materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan

sebelumnya sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna

bagi dirinya. Secara otomatis peserta didik akan mampu menyelesaikan masalah-

masalah serupa ataupun berbeda dengan baik karena peserta didik sudah mendapat

pengalaman konkret dari permasalahan terdahulu (Trianto, 2007)

Kegiatan belajar mengajar juga mengandung permasalahan yang hendak

dipecahkan oleh peserta didik atau sekelompok peserta didik yaitu sutu pertanyaan

yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Dalam aktivitas sehari-hari
20

kemampuan ini juga berguna bagi peserta didik, karena dalam kehidupan tak

terlepas dari permasalahan, sehingga ada bermacam solusi yang menjadi

pegangan peserta didik dalam memecahkan masalah tersebut. Guru yang

mengajarkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik berarti menjadikan

peserta didik lebih analitis dalam mengambil keputusan dalam kehidupan nyata

(Herviati dkk, 2010). Ini berarti peserta didik diharuskan untuk mencari solusi

permasalahan dengan mencari referensi, informasi yang relevan, menganalisis

informasi, mengumpulkan data, meneliti kembali data dan kemudian menjadi

solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Gagne menyatakan sebagaimana yang dikutip oleh Gelar &

Munasprianto (2008) bahwa dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah terdapat lima langkah yang harus dilakukan, sebagai berikut :

… menyajikan masalah dalam bentuk lebih jelas; menyatakan


masalah dalam bentuk yang operasional; menyusun hipotesis-
hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik
untuk digunakan dalam memecahkan masalah itu; mengetes
hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasil; mengecek
atau memeriksa kembali apakah hasil yang didapat sudah benar
atau memiliki solusi pemecahan yang lebih baik.
(Gelar&Munasprianto, 2008)
Kimia merupakan mata pelajaran yang terkait dengan isu-isu

lingkungan sekitar, sehingga dalam pembelajarannya haruslah dapat

menyelaraskan dengan fenomena yang ada. Seperti halnya dalam materi redoks,

banyak persoalan dikehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi ini untuk

dilakukan suatu pemecahan agar dapat diberikan solusinya. Perkaratan atau

peristiwa korosi pada besi misalnya yang dibiarkan begitu saja sehingga terjadi
21

kontak langsung dengan air dan oksigen, hal inilah yang merupakan penyebab

utama terjadinya korosi. Peristiwa korosi atau perkaratan tersebut merupakan

salah satu contoh persoalan terkait redoks dalam kehidupan sehari-hari yang

dibutuhkan suatu pemecahan yang realistis untuk melakukan pencegahannya.

Perkembangan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam

kurikulum merupakan hal yang diperhatikan sehingga penyilidikan masalah kimia

dalam setiap pokok bahasan diperlukan, dalam hal ini peran guru begitu penting.

Pentingnya peran Guru dalam memngembangkan kemampuan pemecahan

masalah adalah dengan aktivitas selama pembelajaran, misalnya dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan selama kegiatan belajar secara berkelanjutan

dan efektif dapat merangsang peserta didik untuk mencari penyelesaian yang

tepat. Apabila peserta didik dirasa kurang memahami atau kesulitan dalam

mencari solusi, guru dapat menuntun peserta didik dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan acuan sebagai motivasi peserta didik atau bisa juga peserta

didik melakukan kegiatan diskusi dengan beberapa teman kelasnya untuk mencari

penyelesaian dari permasalahan yang terjadi. Dengan demikian pemberian

otonomi seluas-luasnya kepada peserta didik dalam berpikir untuk menyelesaikan

permasalahan dapat menumbuhkembangkan kemampuan peserta didik dalam

pemecahan masalah dan berpikir strategis secara optimal (Herman, 2008).

2.6 Tinjauan Tentang Konsep Redoks

Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) banyak ditemukan dikehidupan sehari-

hari, maupun dalam industri. Beberapa contohnya yaitu perkaratan logam, reaksi
22

pembakaran, reaksi respirasi, dan proses pengolahan logam dari bijihnya.

Pengertian oksidasi dan reduksi sendiri telah mengalami perkembangan, seiring

dengan kemajuan ilmu kimia. Pada awalnya, reaksi oksidasi-reduksi dikaitkan

dengan pengikatan dan pelepasan oksigen, kemudian dikembangkan menjadi

proses serah-terima elektron dan perubahan bilangan oksidasi.

2.6.1 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Reaksi Terhadap

Oksigen

Reaksi antara Mg dan O2 merupakan contoh reaksi

penerimaan/pengikatan oksigen disebut reaksi oksidasi. Ini berarti bahwa zat yang

mengalami oksidasi adalah Mg. Reaksi ini dapat ditulis sebagai berikut :

2Mg (s) + O2(g) 2MgO (s)

Sebaliknya reaksi yang mengalami pelepasan oksigen disebut reaksi reduksi.

Contoh :

PbO (s) + CO (g) Pb (s) + CO2 (g)

2.6.2 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Transfer Elektron

Tidak semua reaksi kimia melibatkan oksigen, sehingga butuh konsep

lain untuk menjelaskan salah satunya dengan serah-terima elektron. Berdasarkan

konsep ini, reduksi adalah proses penangkapan electron. Sedangkan oksidasi

adalah proses pembebasan electron. Contoh :

a) Penangkapan elektron (reduksi) Zn2+ + 2e-  Zn

b) Pembebasan electron (oksidasi) Cu  Cu2+ + 2e-


23

2.6.3 Konsep Reaksi Reduksi Oksidasi Berdasarkan Perubahan Bilangan

Oksidasi

Bilangan oksidasi adalah besarnya muatan yang diemban oleh sutu atom

dalam suatu senyawa, jika semua electron ikatan didistribusikan kepada unsur

yang lebih elektronegatif. Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah peristiwa

penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan oksidasi adalah persitiwa naiknya

bilangan oksidasi.

Contoh :

Oksidasi
0 +3
Cr2O3 (aq) + 2Al (s) 2Al2O3 (aq) + 2Cr (s)
+3 0
Reduksi

Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya

merupakan zat yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan

sebagian lagi mengalami reduksi.

Contoh :

3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O


0 -1 +5
reduksi

oksidasi

Pada reaksi ini I2 mengalami penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.

sehingga reaksi ini disebut reaksi autoredoks.

Kebalikan reaksi disproporsionasi adalah reaksi konproporsionasi, yaitu

reaksi redoks yang mana hasil reduksi dan oksidasinya sama.


24

Contoh :

Pada rekasi ini, H2S berfungsi sebagai reduktor, sedangkan SO2 sebagai

oksidator. Sedangkan untuk unsur S merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi.

(Purba, 2007)

2.6.4 Penerapan Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-hari

Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari,

seperti di bawah ini :

a. Reaksi redoks dalam pengolahan logam

Reaksi redoks ini diterapkan pada proses setelah dipisahkan dari batu reja

(karang) baik secara kimia maupun fisika yang kemudian dipekatkan menjadi

bijih pekat. Bijih pekat tersebut direduksi dengan zat pereduksi yang paling

tepat.

Contoh :

3 C(s) + 4 Al3+(l) + 6 O2-(l)  4 Al(s) + 3 CO2(g)

+3 0
25

b. Reaksi redoks pada sel aki

Pada saat aki digunakan terjadi reaksi redoks, di mana Pb mengalami

reaksi oksidasi membentuk PbSO4 dan PbO2 mengalami reaksi reduksi

membentuk PbSO4

Reaksi penggunaan sel aki adalah sebagai berikut :


26

c. Reaksi redoks pada pengolahan air limbah

Konsep reaksi redoks sering dimanfaatkan dalam proses pengolahan air

limbah. Di dalam suatu tempat pengolahan, limbah dilewatkan pada serangkaian

sekat dan ruangan yang di dalamnya dilakukan beberapa proses, termasuk proses

kimia untuk mengurangi kotoran dan zat racun. Pada umumnya, proses

pengolahan air limbah terdiri dari tiga fase pengolahan utama, yaitu primer,

sekunder, dan tersier.


27

2.7 Kerangka Berpikir

Upaya untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta

didik dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh model yang diterapkan oleh

guru. Model pembelajaran yang tepat akan menarik minat peserta didik untuk

berperan aktif dan membuat pembelajaran menjadi berfokus pada peserta didik

atau students centered. Hal inilah yang menjadi indikator penting dalam

menunjang keberhasilan proses.

Pengembangan cara berpikir peserta didik ini perlu dilatih dalam suatu

pembelajaran dengan memberikan masalah-masalah yang dipecahkan dengan

membentuk group investigation. Penerapan metode tersebut maka peserta didik

akan melakukan proses dinamika untuk memberikan respon terhadap masalah dan

memecahkan masalah tersebut (Ulfah, 2014). Penerapan group investigation

memiliki andil besar dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik karena secara otomatis peserta didik memperoleh pengalaman yang

dalam mencari solusi permasalahan dan pengetahuan secara lebih faktual. Hal ini

akan merangsang pola berpikir peserta didik dalam mencari solusi dan mengambil

keputusan, dorongan-dorongan ini yang kemudian mampu mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah peserta didik karena melakukan penyelidikan

secara berkelompok akan terjun langsung dilapangan untuk mengatasi

permasalahan terkait materi yang dipelajari.

Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah juga akan

berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik jika


28

dibandingkan dengan model pembelajaran ceramah karena dengan pembelajaran

yang berbasis masalah peserta didik dikaitkan dengan penerapan materi

kehidupan sehari-hari serta kecerdasan dalam pengambilan keputusan untuk

mencari solusi. Santoso (2011) menyatakan bahwa dengan menerapkan group

investigation dalam pembelajaran memiliki beberapa manfaat yaitu (1) memiliki

dampak positif dalam hasil belajar peserta didik, (2) dapat meningkatkan motivasi

belajar peserta didik, (3) menerapkan group investigation dalam pembelajaran

membuat peserta didik saling berinteraksi dan bekerjasama didalam kelompok

tanpa memandang latar belakang, dan (4) mendorong dan memotivasi peserta

didik untuk aktif dalam proses belajar.

Pelaksanaan group investigation dalam penelitian ini saat proses belajar

mengajar pada materi redoks yaitu dengan membagi peserta didik dalam beberapa

kelompok penyelidikan. Tiap-tiap kelompok penyelidikan mendapatkan tugas

yang berbeda, menyelidiki tentang penerapan redoks dalam kehidupan sehari-

hari, seperti (1) penyelidikan tentang kondisi logam pada rumah warga di tepi laut,

(2) menyelidiki reaksi redoks yang terjadi pada aki mobil, (3) menyelidiki reaksi

redoks yang terjadi pada saat penyambungan besi atau logam, (4) menyelidiki

reaksi redoks pada pembuatan tape, (5) menyelidiki pencegahan korosi pada

logam menara pemancar dan (6) menyelidiki reaksi pengolahan logam menjadi

barang bernilai ekonomis.

Penelitian ini menggunakan sampel dua kelas yaitu kelas X MIIA 1

sebagai kelas eksperimen dan X MIIA 3 sebagai kelas kontrol, dalam hal ini

diharapkan setelah penelitian kelas eksperimen akan memperoleh hasil belajar


29

yang lebih baik dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terkait kelebihan dari penerapan

metode group investigation dalam model PBL sendiri yang diterapkan pada kelas

eksperimen yaitu dengan menghadapkan peserta didik dengan masalah yang ada

dilingkungan sekitarnya sehingga mereka memperoleh langsung pengetahuan

yang dipelajari dan pengalaman yang lebih baik juga. Selanjutnya peserta didik

dalam kelompok penyelidikannya berusaha secara aktif mencari informasi yang

berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan secara tidak langsung ini

mengaktifkan peserta didik. Sehingga dengan partisipasi aktif peserta didik ini

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil

belajar peserta didik bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik di SMA N 2

Batang.
30

Secara ringkas penelitian yang akan dilakukan disajikan seperti pada Gambar 2.1
berikut :

Fakta di sekolah : Seharusnya di sekolah :


 Pembelajaran kimia masih  Pembelajaran harus
berpusat pada guru berpusat pada peserta didik,
 Minat peserta didik dalam guru hanya sebagai
pembelajaran Kimia masih fasilitator
kurang  Kegiatan pembelajaran
 Peserta didik yang tuntas yang digunakan harus
KKM kurang dari 25% dilengkapi metode lain
 Dalam pembelajarannya untuk mengaktifkan peserta
peserta didik masih kurang didik
terlibat aktif  Peserta didik merasa
antusias dan senang dalam
pembelajaran Kimia

Kemampuan pemecahan
masalah peserta didik harus
Indikator Kemampuan dilatih agar berkembang
Sintak PBL :
Pemecahan Masalah : 1. Orientasi pada
1. Memahami masalah masalah
2. Merencanakan 2. Mengorganisasikan
penyelesaian Pembelajaran dengan
berbasis Masalah (PBL) kegiatan belajar
3. Melakukan perhitungan 3. Penyelidikan mandiri
4. Penalaran logis 4. Menyajikan karya
5. Menemukan suatu pola 5. Analisis & evaluasi
6. Pengecekan kembali

Implementasi Group Investigation dalam model PBL pada


Materi Redoks untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Peserta didik SMAN 2 Batang

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian


31

3.8 Hipotesis

Mengacu dari latar belakang yang ada dan teori yang mendasari penelitian

ini, maka hipotesis yang dapat ditarik adalah :

(1) Implementasi group investigation dalam pelaksanaan model PBL materi

Redoks dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik

kelas X SMA Negeri 2 Batang.

(2) Implementasi group investigation dalam model PBL pada materi Redoks

dapat meningkatkan hasil belajar Kimia peserta didik kelas X SMA Negeri 2

Batang.

(3) Implementasi group investigation dalam pelaksanaan model PBL materi

Redoks dapat memberikan respon positif kepada peserta didik dalam

pelajaran Kimia kelas X SMA Negeri 2 Batang.


32

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 2 Batang pada semester genap

tahun pelajaran 2014/2015

3.2 Subyek Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah obyek atau subyek yang memiliki karakteristik dan

kualitas tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian eksperimen ini harus

memenuhi prasyarat homogenitas dan normalitas, gunanya untuk kemudahan

dalam pengambilan sampel dan perlakuan yang hendak diberikan. Kesamaan ciri

yang dimaksud dalam populasi ini meliputi kurikulum, materi pelajaran,

kemampuan guru, jam pelajaran serta rata-rata hasil belajar awal yang sama.

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X

MIA SMAN 2 Batang yang terbagi dalam empat kelas pararel. Daftar kelas dan

jumlah peserta didik dalam populasi ini disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jumlah peserta didik populasi kelas X SMA Negeri 2 Batang
Nomor Kelas Jumlah Peserta didik
1 X MIIA 1 36
2 X MIIA 2 36
3 X MIIA 3 36
4 X MIIA 4 36
Jumlah 144
33

3.2.2 Sampel

Berdasarkan populasi tersebut diambil sampel untuk pelaksanaan

penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2010)

3.2.2.1 Sampling

Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster

random sampling, yaitu metode yang digunakan untuk memilih sampel dari

populasi sedemikian rupa sehingga anggota populasi mempunyai peluang yang

sama besar untuk diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Penentuan 2 kelas

sebagai sample (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dengan teknik cluster

random sampling ini dilakukan secara acak dengan pertimbangan populasi yang

ada terbagi dalam kelas-kelas yang berdistribusi normal dan memiliki

homogenitas yang sama dengan data yang diambil dari nilai mid semester ganjil

mata pelajaran kimia kelas X SMA Negeri 2 Batang. Metode yang digunakan

adalah metode undian karena jumlah populasi kecil yaitu 4 kelas. Dari hasil

undian tersebut didapatkan dua kelas yaitu kelas X MIIA 1 dan X MIIA 3 sebagai

kelas sampel. Dari kedua kelas tersebut, satu sebagai kelas pembanding (kontrol)

yaitu kelas X MIIA 3 dan yang satu sebagai kelas perlakuan (eksperimen) yaitu

kelas X MIIA 1.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah :


34

a. Variabel bebas

Variabel bebas yang digunakan yaitu metode pembelajaran. Penerapan

metode pembelajaran group investigation dalam model PBL yang diterapkan

pada kelas eksperimen dan metode ceramah serta diskusi biasa diterapkan pada

kelas kontrol.

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan

masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang pada materi Redoks dengan

melihat hasil belajarnya serta minat peserta didik pada pembelajaran.

c. Variabel kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, kurikulum, mata

pelajaran dan jumlah jam pelajaran yang sama serta bahan ajar dalam

pelaksanaan pembelajaran yang sama.

3.4 Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan pretest–posttest

control group design, yaitu penelitian dengan melihat perbedaan pretes maupun

postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain penelitian disajikan

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Desain Penelitian Eksperimen


Kelas Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T1 Y T2
35

Keterangan :
X :Pembelajaran kimia dengan menerapkan group
investigation menggunakan model PBL.
Y :Pembelajaran kimia dengan menggunakan model
pembelajaran ceramah dan diskusi serta praktek redoks.
T1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest
T2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest

Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai obyek penelitian, kelas

X MIIA 1 sebagai kelas ekaperimen dan kelas X MIIA 3 sebagai kelas kontrol.

Pengambilan dua kelas untuk penelitian ini sesuai dengan teknik sampling yang

digunakan yaitu cluster random sampling dengan memerhatikan analisis data

awal yaitu semua kelas dalam populasi berdistribusi normal, kesamaan rata-rata

awal antar kelas dan homogenitas sama. Sebelum kegiatan pembelajarn

dilaksanakan, masing-masing kelas diberi pretest terlebih dahulu. Selanjutnya

pada kelas eksperimen dilakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

group investigation dengan model PBL sedangkan untuk kelas kontrol kegiatan

pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan metode ceramah disertai dengan

pelaksanaan percobaan sederhana. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,

observer melakukan pengamatan terhadap sikap dan keterampilan peserta didik.

Setelah masing-masing kelas dillaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya

sebagain langkah akhir diberikan posttest dengan maksud untuk mengetahui

perkembangan peserta didik (sebagai evaluasi).


36

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Membuat perangkat pembelajaran

2. Membuat instrumen (silabus, RPP, bahan ajar, lembar penilaian

keterampilan peserta didik, lembar penilaian sikap peserta didik, lembar

angket respon peserta didik, lembar penilaian kemampuan pemecahan

masalah, soal pretest dan posttest)

3. Melakukan uji coba instrumen soal pretest dan posttest

4. Analisa hasil uji coba instrumen

5. Melakukan uji homogenitas dan normalitas kelas yang akan digunakan

sebagai sampel penelitian.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi langkah-

langkah sebagai berikut :

(1) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan group

investigation dengan model PBL (pada kelas eksperimen).

(a) Memberikan pretest pada peserta didik

(b) Guru membagi peserta didik menjadi enam kelompok.

(c) Guru membagikan lembar tugas investigasi kepada masing-masing

kelompok
37

(d) Kelompok-kelompok melakukan penyelidikan langsung dengan

berkunjung di berbagai tempat seperti rumah warga tepi laut untuk

mengetahui kondisi logam disana, bengkel mobil untuk mengetahui

penerapan redoks pada aki, bengkel las untuk menyelidiki penerapan

redoks pada penyambungan logam, pembuatan tape, dll.

(e) Menyajikan hasil penyelidikan dengan membuat artikel ilmiah secara

individu yang memuat hasil investigasi seperti penerapan yang

dilakukan, reaksi yang terjadi, penanggulangan yang ditawarkan, teori

yang mendukung serta dokumentasi.

(f) Memberikan posttest

(2) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan tidak menerapkan

group investigation dengan model PBL (pada kelas kontrol).

(a) Memberikan pretest kepada peserta didik

(b) Guru menerangkan materi

(c) Memberikan posttest

3.6 Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penilitian ini digunakan untuk memperoleh

data mengenai jumlah populasi, jumlah sampel, nama-nama peserta didik

anggota sampel.
38

b. Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengungkap data tentang penerapan group

investigation dalam model PBL materi konsep redoks terhadap peningkatan

kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Batang

c. Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk menilai afektif dan psikomotorik peserta

didik serta untuk mengungkap data tentang penerapan group investigation dalam

model PBL untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik

kelas X SMA Negeri 2 Batang.

d. Metode Angket atau Kuesioner

Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana respon peserta didik

tentang penerapan group investigation dalam model PBL pada kegiatan

pembelajaran Kimia.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Analisis Data Awal

3.7.1.1 Uji Normalitas

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui data dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol berdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk menguju
kenormalan data ini adalah dengan Chi-Kuadrat.
𝑘
2
(Oi − Ei )2
𝜒 =∑
Ei
𝑡=1

Keterangan:
X2 = Chi kuadrat
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
k = Banyaknya kelas interval
39

Kriteria : Tolak Ho jika χ2 data ≥ χ2 (0,95)(k-3) atau χ2 dengan taraf

konfidensi 0,95 derajat kebebasan k-3. Dalam hal lainnya Ho diterima artinya

data yang diuji berdistribusi normal (Sudjana, 2005).

3.7.1.2. Uji Homogenitas Populasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui bahwa dalam populasi memiliki

homogenitas yang sama dan memiliki rata-rata yang sama. Uji kesamaan

homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai berikut:

(i) Menghitung varians gabungan dari semua kelas :

2
∑(𝑛𝑖 − 1)𝑆𝑖2
𝑆 =
∑(𝑛𝑖 − 1)

(ii) Menghitung harga satuan B :

𝐵 = (𝑙𝑜𝑔𝑆 2 ) ∑(𝑛𝑖 − 1)

(iii) Menghitung nilai statistik chi-kuadrat dengan rumus:

 2  (ln 10)[ B   (ni  1) log Si ]


2

Keterangan:
Si2 = variansi masing-masing kelas
S = variansi gabungan
ni = banyaknya anggota dalam kelas/kelas
B = koefisien Bartlett
χ2 = harga konsultasi homogenitas sampel
(Sudjana, 2005)

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:


H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (12 = 22 = ... = n2)
40

H diterima jika t2hitung < t2tabel (1-t)(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti

varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya

sama).

Uji homogenitas populasi merupakan langkah awal untuk menentukan

teknik pengambilan sampel. Apabila populasi homogenitasnya sama, maka

pengambilan sampel yang tepat adalah cluster random sampling, sedangkan

apabila populasi tidak homogenitas maka dapat menggunakan teknik purposive

sampling.

3.7.1.3. Uji Kesamaan Rata-Rata Antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA)

Uji Anava dilakukan untuk mengetahui apakah keadaan awal populasi

sama atau tidak (Sudjana, 2002). Untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari

kelas-kelas dalam populasi, dengan H : μ1 = μ2 =….= μk. Hipotesis diterima

apabila Fhitung < Ftabel (0,95) (k-1) (n-k).

Perhitungan menggunakan rumus berikut:


𝐴𝑦/(𝐾−1)
𝐹=
𝐷𝑦/ ∑(𝑛−𝐾)
Dengan:
(i) Jumlah kuadrat rata-rata (Ry)
(∑ X)2
Ry =
n
(ii) Jumlah kuadrat antar kelas (Ay)
(∑ Xi)2
Ay = − RY
ni

(iii) Jumlah kuadrat total (Jk tot)


JK tot = ∑ Xi2
Jk tot = jumlah kuadrat – kuadrat (Jk) dari semua nilai pengamatan
41

(iv) Jumlah kuadrat dalam (Dy)


Dy = Jk tot – Ry – Ay

3.7.2 Analisis Instrumen

3.7.2.1 Analisis Butir Soal Kognitif

a. Validitas

Validitas tes diketahui dengan menggunakan rumus korelasi point


biserial, dengan rumus sebagai berikut.

𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = √
𝑆𝑡 𝑞

R pbis yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus t.


𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 √𝑛 − 2
𝑡=
√1 − 𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 2

Kriteria: jika t hit ˃ t tab, maka butir soal valid, dengan dk = (n-2) dan n adalah

jumlah peserta didik.

Setelah dilakukan perhitungan validitas tiap-tiap butir soal dihitung

dengan menggunakan rumus korelasi point biserial kemudian

dikonsultasikan dan diperoleh t Tabel = 1,7, sehingga perhitungan validitas

soal diperoleh hasil sebagai berikut :

Soal valid berjumlah 37 butir soal yaitu pada nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8,

10, 11, 12, 13,15, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27,28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,

37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, dan 49. Sedangkan soal yang tidak valid

berjumlah 13 butir yaitu nomor 2, 6, 9, 14, 16, 17, 18, 24, 29, 45, 47, 48, dan

50. Perhitungan analisis hasil uji coba soal pilihan ganda selengkapnya dapat

di lihat pada Lampiran 11 halaman 175-176.


42

b. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumus K-R21:

 k  M (k  M ) 
r11   1  
 k  1  kVt 

Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen, instrumen reliabel bila r11 ≥ 0,7
k : banyaknya butir soal
M : skor rata-rata
Vt : varians total

Reliabelitas yang didapatkan sebesar 0,70 yang termasuk kedalam

kriteria reliabelitas tinggi. Perhitungan reliabilitas yang selengkapnya terdapat

dalam Lampiran 11 halaman 175-176.

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal

disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara

0,00 sampai dengan 1,00. Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi

simbol P (p kapital), singkatan dari kata “proporsi”.

Rumus mencari P adalah:

B
IK 
JS
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
B = Jumlah peserta didik menjawab benar butir soal
JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
43

Kriteria tingkat kesukaran soal uji coba instrumen disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriterian Tingkat Kesukaran Soal
Interval Indeks
Kriteria
Kesukaran
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal dapat dikategorikan

dalam beberapa kriteria, yang termasuk kriteria sukar adalah nomor 5, 7, 8, 10,

11, 13, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 33, 35, 37, 39, 41, dan 49. Butir soal yang

termasuk kriteria sedang terdapat pada nomor 1, 3, 4, 15, 19, 28,30, 31, 32, 34,

36, 38, 40, 42, 43, dan 44. Untuk soal yang tergolong mudah yaitu nomor 12,

27, dan 46. Perhitungan lebih lengkap mengenai tingkat kesukaran dapat di

lihat pada Lampiran 11 halaman 175-176.

d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara

peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya data pembeda

disebut indeks diskriminasi (D). Daya pembeda dinyatakan dalam rumus:

𝐵𝑎 𝐵𝑏
D= − 𝐽𝑏
𝐽𝑎

Keterangan:
Ja : banyaknya peserta kelompok atas
Jb : banyaknya peserta kelompok bawah
Ba :banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
Bb :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
44

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal uji Coba Instrumen


Interval Indeks Daya Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah

3.7.2.2 Analisis Soal Pemecahan Masalah

Analisis instrumen soal ini digunakan untuk mengukur peningkatan

kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Soal yang diterapkan berbentuk

essay sesuai indikator ketercapain kompetensi dasar yang bervisi pada

indikator kemampuan pemecahan masalah.

a. Validitas Butir Soal

Instrumen dapat dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang

hendak diukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan rumus

korelasi product moment, sebagai berikut.

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }

Keterangan: 𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi antara X dan Y


N : Banyaknya subjek/peserta didik
yang diteliti
∑𝑋 : Jumlah skor tiap butir soal
∑Y : Jumlah skor total
∑ 𝑋2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
∑ 𝑌2 : Jumlah kuadrat skor total
(Arikunto, 2010).

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product

moment, dengan taraf signifikansi 𝛼 = 5%. Jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal

tersebut valid. Analisis kevalidan soal uraian ini yang terdapat sejumlah 5 butir
45

soal didapat kevalidan secara berturut-turut yaitu 0,66; 0,66; 0,77; 0,52; dan

0,60. Perhitungan kevalidan uji soal uraian terdapat pada Lampiran 12 halaman

177.

b. Reliabilitas

Suatu instrumen tes dapat dikatakan baik apabila instrumen tersebut

dapat digunakan berulang kali dengan syarat saat pengukuran tidak berubah

serta memberikan hasil tes yang sama. Reliabilitas instrumen tes pada

penelitian ini menggunakan rumus Alpha karena tes berupa soal uraian atau

essay. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen tes

adalah :

𝑘 Ʃ𝜎𝑏2
𝑟11 = [ ] [1 − 2 ]
𝑘−1 𝜎𝑡

Varians :

(Ʃ𝑦)2
Ʃ𝑦 2 −
𝜎𝑡2 = 𝑁
𝑁

(Ʃ𝑥)2
Ʃ𝑥 2 −
𝜎𝑏2 = 𝑁
𝑁

Ʃ𝜎𝑏2 = 𝜎12 + 𝜎22 + ⋯ … … … . +𝜎𝑛2

Keterangan :
r11 : reliabilitas tes, instrumen reliabel bila r11 ≥ 0,7
k : banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
2
Ʃ𝜎𝑏 : jumlah varians butir
𝜎𝑡2 : varians total
(Ʃx)2 : kuadrat jumlah skor item
(Ʃy)2 : kuadrat jumlah skor total
N : banyaknya subjek pengikut tes
(Arikunto, 2002)
46

Kriteria pengujian tes yaitu setelah didapat harga r11 dan harga r11

tersebut ≥ 0,7, maka soal tersebut reliabel. Setelah melakukan analisis data

butir soal diperoleh harga reliabilitas sebesar 0,80. Perhitungan selengkapnya

terdapat pada Lampiran 12 halaman 177.

c. Tingkat Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu disebut

indeks kesukaran (difficult index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00

sampai 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan tingkat kesukaran soal.

0,00 1,00
Sukar Mudah
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal adalah:

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑢𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑜𝑎𝑙

(Arifin, 2012)

Untuk menginterpolasikan tingkat kesukaran soal digunakan tolak ukur


sebagai berikut:

Kriteria:

TK = 0,00 – 0,30 (Item sukar)

TK = 0,31 – 0,70 (Item sedang)

TK = 0,71 – 1,00 (Item mudah)


Dalam soal uraian ini untuk meneliti tingkat kemampuan pemecahan

masalah dari lima soal yang diujicobakan didapatkan hasil seperti dalam Tabel

3.5 berikut, untuk analisis terdapat pada Lampiran 12 pada halaman 177.
47

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran dan Kriteria Soal Kemampuan


Pemecahan Masalah
Nomor 1 2 3 4 5
Tingkat
0,30 0,38 0,48 0,48 0,43
Kesukaran
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

d. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang

kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi). Logikanya adalah peserta

didik yang pandai tentu akan lebih mampu menjawab dibandingkan dengan

peserta didik yang kurang pandai (Arifin, 2012).

Rumus untuk menentukan daya pembeda pada butir soal uraian adalah:

𝑚𝑒𝑎𝑛 𝐾𝐴 − 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝐾𝐵
𝐷𝑃 =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠

(Arifin, 2012)

Keterangan:
DP = daya pembeda
Mean KA = rata-rata kelompok atas
Mean KB = rata-rata kelompok bawah
Skor Maks = skor maksimum

Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda


Daya Pembeda Keterangan
≥ 0,40 Sangat baik
0,30 - 0,39 Baik
Cukup, soal perlu
0,20 – 0,29
perbaikan
Kurang baik, soal harus
≤ 0,19
dibuang

Berdasarkan analisis daya beda dalam soal uraian ini untuk mengetahui

tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik didapatkan daya beda


48

pada angka 0,41 dengan kriterian sangat baik. Sehingga dengan kriteria ini soal

uraian dapat digunakan dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya mengenai

daya pembeda uji soal uraian terdapat pada Lampiran 12 halaman 177.

3.7.2.3 Analisis Lembar Observasi

Penilaian aspek psikomotorik dan afektif merupakan instrumen non tes,

pada kedua aspek tersebut diukur dengan menggunakan lembar observasi.

Lembar observasi ini disusun dengan memuat indikator-indikator terkait

keterampilan pada kurikulum yang berlaku. Tahap selanjutnya diukur validitas

dan reliabilitas pada tiap aspekya sama dengan langkah sebagai berikut :

a. Validitas Lembar Observasi


Lembar observasi akan dikatakan valid apabila validitas isi telah

divalidasi oleh pakar menggunakan lembar validasi, (Mardapi, 2008).

b. Reliabilitas Lembar Observasi

Lembar observasi akan reliable jika r11 ≥ 0,70 menggunakan rumus

inter raters reliability:

𝑉𝑝 − 𝑉𝑒
𝑟11 =
𝑉𝑝 + (𝑘 − 1)𝑉𝑒

Keterangan:
r11 = reliabilitas ≥ 0,70
Vp = varian persons/responden/testee
Ve = varian eror
k = jumlah rater/observer
(Mardapi, 2008)

Lembar observasi dalam penelitian ini ada dua jenis, yang pertama yaitu

untuk lembar observasi untuk mengukur ketercapaian aspek afektif atau sikap
49

peserta didik diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,75 perhitungan reliabilitas ini

terdapat pada Lampiran 35 halaman 202. Kedua adalah lembar observasi untuk

mengukur ketercapaian aspek keterampilan atau psikomotorik peserta didik

dalam analisisnya diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,71 untuk perhitungan

selengkapnya mengenai reliabilitas lembar observasi psikomotorik ini dapat

dilihat pada Lampiran 37 halaman 205.

3.7.2.4 Analisis Lembar Angket

Analisis lembar angket ini digunakan untuk mengetahui dan atau

mengukur tingkat respon dan minat peserta didik terhadap pembelajaran

dengan penerapan group investigation dalam model PBL pada materi Redoks.

Tiap aspek dari pembelajaran kimia dengan menerapkan metode group

investigation dianalisis untuk mengetahui rata-rata nilai tiap indikator dalam

kelas eksperimen. Dalam menganalisis data yang berasal dari angket

bergradasi atau berperingkat satu sampai dengan lima, peneliti menyimpulkan

makna setiap alternatif sebagai berikut:

1) “Sangat setuju” menunjukkan gradasi paling tinggi. Untuk kondisi tersebut

diberi nilai 5

2) “Setuju”, menunjukkan peringkat lebih rendah dibandingkan dengan kata

“Sangat”. Oleh karena itu kondisi tersebut diberi nilai 4

3) “Biasa Saja”, karena berada dibawah “Setuju”, diberi nilai 3

4) “Tidak Setuju” yang berada di bawah “Kurang Setuju”, diberi nilai 2

5) “Sangat Tidak setuju” yang berada dibawah “Tidak Setuju”, diberi nilai 1.
50

Besarnya presentase tanggapan peserta didik dihitung dengan rumus:

Jumlah nilai
Rata - rata nilai tiap aspek 
Jumlah responden

Tiap aspek dalam penilaian angket dapat dikategorikan sangat tinggi

jika rata-rata nilai 3,4 – 4,0, kategori tinggi jika rata-rata nilai 2,8 – 3,4, kategori

sedang jika rata-rata nilai 2,2 – 2,8, kategori rendah jika rata-rata nilai 1,6 –

2,2, dan kategori sangat rendah jika rata-rata nilai 1,0 – 1,6

a. Validitas Lembar Angket


Angket akan dikatakan valid apabila validasi isi dilakukan oleh pakar

dan dikatakan valid menggunakan lembar validasi angket, (Mardapi, 2008).

b. Reliabilitas Angket
Reliabilitas angket dapat dihitung menggunakan rumus α-Cronbach
sebagai berikut:

𝑛 ∑𝑆𝑖 2
𝑟11 =( ) {1 − }
𝑛−1 𝑆𝑡 2

Keterangan:
r11 = reliabilitas, instrument reliabel bila r11 ≥ 0,7
n = jumlah soal
Si2 = varian butir soal
2
St = varian total
(Mardapi, 2008)

Analisis reliabilitas angket dalam penelitian ini memperoleh harga 𝑟11

sebesar 0,85. Reliabilitas yang diperoleh tersebut sudah sesuai dengan kriteria

tingkat reliabel instrumen. Analisis reliabilitas lembar angket selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 57 halaman 227.


51

3.7.3 Analisis Data Akhir

3.7.3.1 Uji Normalitas Data

Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan

dianalisis. Rumus yang digunakan untuk menguju kenormalan data ini adalah

dengan Chi-Kuadrat.

𝑘
2
(Oi − Ei )2
𝜒 =∑
Ei
𝑡=1

Keterangan:
χ2 = Chi kuadrat
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
k = Banyaknya kelas interval
Kriteria : Tolak Ho jika χ2 data ≥ χ2 (0,95)(k-3) atau χ2 dengan taraf

konfidensi 0,95 derajat kebebasan k-3. Ho diterima artinya data yang diuji

berdistribusi normal (Sudjana, 2005).

3.7.3.2 Uji Kesamaan Dua Varian

Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas

eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama

(homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk

menentukan rumus t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir.

Rumus yang digunakan adalah:


𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹=
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Kriteria pengujiannya adalah:
1. Jika FHitung ˃ F0,5α(n1-1)(n2-1), berarti varians kedua kelas sampel berbeda.
2. Jika FHitung ˂ F0,5α(n1-1)(n2-1), berarti varians kedua kelas sampel sama.
52

3.7.3.3. Uji Average Normalized Gain <g>

Uji ini dilakukan untuk menguji peningkatan hasil belajar kognitif

peserta didik berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah antara

kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan menggunakan rumus N-gain.

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡


𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡

Kategori peningkatannya adalah sebagai berikut :

g tinggi = N-gain > 0,7

g sedang = 0,7 > N-gain > 0,3

g rendah = N-gain < 0,3

3.7.3.4 Uji Hipotesis

a. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji hipotesis dilakukan dengan statistik satu pihak, yaitu pihak kanan

dengan rumus uji t. Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan

peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol (Sudjana, 1996)

Berdasarkan uji kesamaan dua varian :

i) Jika dua kelas mempunyai varians tidak berbeda (S12 = S22) digunakan

rumus t.

x1  x 2
t hitung  s2 
n1  1s12  n2  1s2 2
dengan
1 1 n1  n2  2
s 
n1 n2
ii) Jika dua kelas mempunyai varians yang berbeda (S12 ≠ S22) digunakan

Rumus t’.
53

x1  x2
𝑡 ′ ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=
2 2
√(𝑆1 ⁄𝑛 ) + (𝑆2 ⁄𝑛 )
1 2

Keterangan :
x1 = rata-rata post test kelas eksperimen
x2 = rata-rata post test kelas kontrol
n1 = jumlah peserta didik kelas eksperimen
n2 = jumlah peserta didik kelas kontrol
s1 = simpangan baku kelas eksperimen
s2 = simpangan baku kelas kontrol
s = simpangan baku gabungan

b. Uji Korelasi

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan group

investigation dalam model PBL pada kelas eksperimen dan ceramah serta

diskusi pengamatan percobaan sederhana pada kelas kontrol. Penelitian dapat

dikatakan signifikan jika hasil 𝑟𝑏 > 1,96 x 𝑆𝐸𝑟 . Uji korelasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan uji koefisien korelasi biserial.

(𝑌1 − 𝑌2 )𝑝. 𝑞
𝑟𝑏 =
𝑢. 𝑠𝑦
Keterangan:
rb = koefisien korelasi biserial
Y̅1 = rata-rata variable Y yang didapat karena kategori
pertama
Y̅2 = rata-rata variable Y yang didapat karena kategori
kedua
sy = simpangan baku untuk semua nilai Y
p = proporsi pengamatan yang ada di dalam kategori
pertama
q = proporsi pengamatan yang ada di dalam kategori
kedua
u = tinggi ordinat dari kurva normal baku pada titik z
yang memotong bagian luas normal baku menjadi
bagian p dan q.
54

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi disebut koefisien penentu karena varian yang

terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan melalui varian yang terjadi pada

variabel bebas. Harga koefisien determinasi adalah rb2, sehingga pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui.

Koefisien determinasi = rb2 . 100%

Keterangan:
rb2 = indeks determinasi yang diperoleh dari harga kuadrat rb
koefisien korelasi biserial.
55

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Batang pada bulan

Maret-April, maka hasil penelitian disajikan dalam bentuk hasil analisis data tahap

awal, dan hasil analisis data tahap akhir.

4.1.1 Analisis Data Tahap Awal

4.1.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan

diambil sampelnya. Suatu data dikatakan normal jika χ2hitung < χ2Tabel . Hasil uji

normalitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Normalitas Data Populasi Awal


2 2
No Kelas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Distribusi
1. X MIIA 1 3,38 7,81 Berdistribusi normal

2. X MIIA 2 7,69 7,81 Berdistribusi normal

3. X MIIA 3 7,07 7,81 Berdistribusi normal

4. X MIIA 4 3,24 7,81 Berdistribusi normal

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2hitung untuk setiap data

kurang dari χ2Tabel dengan dk = 4 dan α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa Ho

diterima. Hal ini berarti bahwa data populasi berdistribusi normal, sehingga uji

selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Hasil uji normalitas disajikan pada

Lampiran 14 – 17 dengan halaman 179-182.


56

4.1.1.2 Uji Homogenitas Populasi

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi dalam

penelitian ini homogenitas atau tidak. Dalam penelitian ini jumlah kelas yang

diteliti ada dua kelas. Setelah data homogen selanjutnya akan dilakukan analisis uji

kesamaan rata-rata populasi baru diambil sampel dengan teknik cluster random

sampling. Uji kesamaan varians dari k buah kelas ( k > 2 ) populasi digunakan

dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu populasi dikatakan homogen jika


2 2
𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil uji homogenitas populasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Populasi


2 2
Data 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kriteria
Nilai mid semester gasal 1,91 3,84 Homogen
Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2hitung kurang dari

2
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan dk = 3 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan Ho diterima. Hal ini

berarti bahwa keempat populasi mempunyai varians yang sama (homogen).

Perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 18 dengan halaman 183.

4.1.1.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Populasi Dalam Kelas (Uji Anava)

Uji kesamaan rata-rata dalam kelas atau Uji Anava dilakukan untuk

mengetahui apakah keadaan awal populasi sama atau tidak (Sudjana, 2002).

Dalam penelitian ini terdapat empat kelas reguler X MIIA 1 – X MIIA 4. Untuk

mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi, dengan H : μ1 =

μ2 =….= μk. Hipotesis diterima apabila Fhitung < Ftabel (0,95) (k-1) (n-k). Hasil uji kanava

dapat dilihat pada Tabel 4.3.


57

Tabel 4.3 Uji Kesamaan Rata-Rata Dalam Kelas (Uji Anava)


Sumber Variasi Dk JK KT F
Rata-rata 1 288548.03 288548.03
Antar Kelompok 3 2676.02 892.01
Dalam Kelompok 140 40928959.95 292349.72 0.003
Total 144 41550916

Berdasarkan analisis tersebut diperoleh bahwa Fhitung sebesar 0,003 < Ftabel

sebesar 2,57. Sehingga dapat dikatakan bahwa didalam populasi tidak terdapat

perbedaan yang signifikan maka Ho diterima. Selanjutnya dapat dilakukan

pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan uji

kesamaan rata-rata kelas dalam populasi dapat di lihat pada Lampiran 19 dengan

halaman 184.

4.1.1.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi

Uji kesamaan varians bertujuan mengetahui apakah data populasi

mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan pengolahan data

yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data populasi mempunyai varians

yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian

data populasi terangkum dalam Tabel 4.4

Tabel 4.4 Uji Kesamaan Varians Data Populasi


Data Ftabel Fhitung Keterangan
X MIA 1 – 1,96 1,52 Varians sama
X MIA 4

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel sehingga Ho

diterima yang berarti bahwa populasi mempunyai varians yang tidak berbeda.

Perhitungan uji kesamaan dua varianas data populasi terdapat pada Lampiran 20

halaman 186.
58

4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir

Analisis data tahap akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah

dikemukakan. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir adalah pre-test dan

tes akhir (post-test) pemahaman konsep serta keterampilan proses sains. Jadi dilihat

perbandingan langsung hasil post-test antara kelompok eksperimen dan kontrol

setelah pembelajaran selesai. Pada analisis tahap akhir dilakukan uji normalitas, uji

kesamaan dua varians, uji perbedaan dua rata-rata, analisis terhadap pengaruh antar

variabel, penentuan koefisien determinasi, N-Gain, analisis lembar observasi dan

analisis angket.

Hasil post-test pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol

disajikan pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Sedangkan hasil post-test selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 27 dengan halaman 193.

Tabel 4.5 Data Post-test Hasil Belajar Materi Redoks


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
N 36 36
Rata-rata 65.18 52.86
SD 4.98 6.93
Nilai Tertinggi 77 72
Nilai Terendah 52 43
Jumlah yang
Tuntas 2 0
Aspek
Psikomotorik 93% 87.96%
Aspek Afektif 96.43% 91.96%
Sumber : Data Primer
59

Tabel 4.6 Data Post-test Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Redoks

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


N 36 36
Rata-rata 70.64 62.86
SD 6.41 8.92
Nilai Tertinggi 82 80
Nilai Terendah 55 47
Jumlah yang
Tuntas 15 6
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data hasil postest seperti tabel tersebut di atas, terlihat bahwa

kelas eksperimen memperoleh hasil postest lebih baik daripada kelas kontrol baik

itu pada postest hasil belajar maupun peningkatan kemampuan pemecahan masalah.

Hal ini membuktikan bahwa penerapan group investigation dalam model PBL

memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

masalah.

4.1.2.1 Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Hasil Belajar

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk

menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau

nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data pre-test dan post-test dapat

disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Hasil Belajar
2
Uji Normalitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2
Dk Kelas Kelas 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keterangan
Eksperimen Kontrol
Berdistribusi
Pre-test 3 1,22 6,29 7,81
Normal
Berdistribusi
Post-test 3 4,53 6,85 7,81
Normal
Sumber : Data Primer
60

Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung Pre-test dan Post-test kelas

eksperimen masing-masing 1,22 dan 6,29; sedangkan χ2hitung Pre-test dan Post-test

kelas kontrol masing-masing 4,53 dan 6,85. Untuk α = 5% dengan dk =3,

diperoleh χ2Tabel =7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung <

χ2Tabel sehingga Ho diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal,

sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas

data pre-test terdapat pada Lampiran 23–24 halaman 189-190 dan data post-test

pada Lampiran 28–29 dengan halaman 194-195.

4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretest dan Postest

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah test dalam penelitian

ini homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu test dikatakan
2 2
homogen jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil uji homogenitas pretest dan postest ini dapat

dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest


2 2
Uji Homogenitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kriteria
Pre-test 3,31 3,84 Homogen
Post-test 3,73 3,84 Homogen
Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ2hitung kurang dari

2
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan dk = 2 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa pre-test dan

post-test dalam penelitian ini berhomogenitas. Analisis uji homogenitas

selengkapnya terdapat Lampiran 25 pada halaman 191 dan 30 pada halaman 196.
61

4.1.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test Hasil Belajar

Uji kesamaan dua varians bertujuan mengetahui apakah kelas eksperimen

dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan

pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan

post-test mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung

< FTabel. Hasil pangujian data pre-test dan post-test terangkum dalam Tabel 4.9

Tabel 4.9 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test
Data Fhitung FTabel Keterangan
Varians Tidak
Pre-test 1,86 1,96
Berbeda
Varians Tidak
Post-test 1,93 1,96
Berbeda
Sumber : Data Primer

Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung Pre-test dan Post-test masing-

masing 1,86 dan 1,93, untuk α = 5% dengan dk pembilang dan penyebut = 35,

diperoleh FTabel = 1,96. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel

sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelompok mempunyai varians

yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varianas data hasil pre-test dan

data post-test antara kelompok eksperimen dan kontrol terdapat pada Lampiran 26

dan 31 dengan letak halaman pada lembar ke 192 dan 197.

4.1.2.4 Uji Perbedaan Dua Rata-rata ( Uji Dua Pihak )

Uji perbedaan dua rata-rata ini, data dikatakan mempunyai perbedaan

signifikan jika thitung > tTabel. Berdasarkan hasil uji-t, dapat dikatakan bahwa Ho

diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan pada skor post-test antara kelas
62

eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikansi 5%. Hasil pengujian antara

data pre test dan post-test dengan uji-t dapat dilihat dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Post-Test


Data thitung tTabel Keterangan

Post-Test 8,66 1,99 Ada Perbedaan

Sumber : Data Primer

Hasil post test terdapat perbedaan hasil belajar maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh implementasi group investigation dalam model PBL terhadap

pemahaman konsep peserta didik. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data

post-test terdapat pada Lampiran 33 dengan halaman 199.

4.1.2.5 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan (Uji Satu Pihak)

Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan

bahwa rata-rata pemahaman konsep peserta didik kelompok eksperimen lebih baik

daripada kelompok kontrol, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi

group investigation dalam Model PBL berpengaruh positif terhadap pemahaman

konsep. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Data Post Test

Data thitung tTabel Keterangan

Kelas eksperimen lebih baik


Post Test 8,66 1,99
dari kelas kontrol

Sumber : Data Primer

Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih dari tTabel dengan

dk=68 dan α=5% maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti bahwa
63

rata-rata hasil pemahaman konsep peserta didik yang diberi pembelajaran dengan

group investigation dalam Model PBL lebih baik daripada peserta didik yang diberi

pembelajaran dengan Model PBL tanpa group investigation, sehingga dapat pula

disimpulkan bahwa implementasi group investigation memberikan pengaruh

positif terhadap pemahaman konsep. Perhitungan uji perbedaan rata-rata satu pihak

kanan terdapat pada Lampiran 32 halaman 198.

4.1.2.6 N-Gain Hasil Belajar Peserta didik

Data hasil pretest dan postest peserta didik pada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol dilakukan uji N-Gain untuk mengetahui kriteria peningkatannya.

Analisis tersebut memperoleh hasil bahwa pada kelas eksperimen seluruh siswa

mengalami peningkatan yang sedang pada hasil belajar, sedangkan pada kelas

kontrol 25 dari 36 peserta didik mengalami peningkatan sedang dan sisanya

menunjukan peningkatan yang rendah. Berikut pada Gambar 4.1 dan 4.2 disajikan

data hasil normalitas Gain (N-gain) pada kelas eksperimen dan kontrol serta

peningkatanya.
64

40
36

35

30

25

20

15

10

5 0 0
0
Tinggi Sedang Rendah

Gambar 4.1 Nilai N-Gain Siswa Kelas Eksperimen

25
25

20

15 11

10

5 0
0
Tinggi Sedang Rendah

Gambar 4.2 Nilai N-Gain Peserta didik Kelas Kontrol

Tingkat pencapaian N-gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol yang

disajikan pada gambar diatas menunjukkan bahwa rata-rata normalitas Gain kelas

Eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol walaupun kriteria yang didapat

sama yaitu Sedang. Perhitungan normalitas gain hasil belajar ini dapat di lihat pada

Lampiran 34 dengan halaman 200-201.


65

4.1.2.7 Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik

Lembar observasi aspek psikomotorik peserta didik digunakan untuk

mengetahui keterampilan peserta didik dalam pembelajaran baik itu saat diskusi,

presentasi dan laporan hasil diskusi/pengamatan. Pada kelas eksperimen lembar

observasi psikomotorik juga dinilai dari laporan hasil percobaan sederhana dan

penyelidikan sedangkan kelas kontrol pada diskusi dan pengamatan terhadap

percobaan sederhan. Hasil lembar observasi aspek psikomotorik disajikan pada

Tabel 4.12. Perhitungan analisis lembar observasi aspek psikomotorik ini dapat

dilihat pada Lampiran 38 halaman 206-207.

Tabel 4.12 Hasil observasi aspek psikomotorik


Kelas Kelas
Psikomotorik Eksperimen Kontrol
Pembagian Tugas 1 0,86
Pemecahan Masalah 0,91 0,85
Aspek
Sumber Belajar 1 0,95
A
Laporan Hasil Diskusi 0,89 0,85
Ketepatan Pengumpulan 0,96 0,94
Penyampaian 0,93 0,73
Aspek Saran dan Kritik 0,88 0,76
B Ketepatan Pengambilan
Keputusan 1 0,82
Sumber : Data Primer

4.1.2.8 Analisis Lembar Observasi Aspek Afektf

Lembar observasi aspek afektif yaitu ketrampilan sikap digunakan untuk

mengamati sikap peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek

afektif yang dinilai dalam penelitian ini mengacu pada kompetensi inti yang

terdapat pada kurikulum 2013. Penilaian tiap aspeknya antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol sama. Hasil analisis lembar observasi aspek afektif ini dapat disajikan

dalam Tabel 4.13 dan Lampiran 36 pada halaman 203-204 .


66

Tabel 4.13 Hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Afektif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Kehadiran 0,99 0,98
Menyampikan Pendapat 0,94 0,78
Disiplin 0,96 0,99
Sopan Santun 0,99 1
Tanggungjawab 0,96 0,97
Kepedulian 1 0,89
Percaya Diri 0,91 0,83

4.1.2.9 Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Penelitin ini disamping mengetahui peningkatan hasil belajar

peserta didik juga untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan

masalah peserta didik dengan penerapan group investigation dalam model

PBL pada kelas eksperimen dan peningkatan kemampuan pemecahan

masalah pada kelas kontrol dengan pembelajaran model PBL biasa tanpa

penerapan group investigation.

Analisis kemampuan pemecahan masalah ini dilihat dari hasil

pretest dan posttest yang terdapat pada soal uraian bermuatan indikator

pemecahan masalah yaitu memahami masalah, penalaran logis,

mengevaluasi kembali solusi, menemukan suatu pola dan

memperhtungkan segala kemungkinan. Analisis yang digunakan yaitu uji

normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dua varians,uji perbedaan dua

rata-rata, N-Gain untuk kemampuan pemecahan masalah, analisis

terhadap pengaruh antar variable dan penentuan koefisian determinasi

serta analisis angket respon minat peserta didik.


67

Hasil posttest kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas

eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.14, sedangkan hasil

pretest dan posttest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39 halaman

208 dan Lampiran 44 halaman 213.

Tabel 4.14 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas N Rata- SD Nilai Nilai


rata tertinggi terendah
Eksperimen (X MIIA 1) 36 70,64 6,41 82 55
Kontrol (X MIIA 3) 36 62,86 8,92 80 47
Sumber : Data Primer

Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Berdasarkan Tabel 4.14 terihat bahwa hasil postest kelas ekperimen

lebih baik daripada kelas kontrol, ini menunjukan bahwa penerapan group

investigation dalam Model PBL berpengaruh positif terhadap kemampuan

pemecahan masalah peserta didik daripada pembelajaran tanpa group

investigation. Penelitian ini mengambil 5 indikator pemecahan masalah


68

dari 10 indikator yang ada, 5 indikator ini terdapat dalam 5 soal uraian

yaitu pada soal nomor 1 memuat indikator memperhitungkan segala

kemungkinan, soal nomor 2 indikator penalaran logis, nomor 3 terdapat

indikator memahami masalah, nomor 4 indikator untuk menemukan suatu

pola pemecahan masalah dan nomor 5 memuat indikator kemampuan

pemecahan masalah untuk mengevaluasi kembali solusi.

Analisis peningkatan tiap-tiap indikator kemampuan pemecahan

masalah ini dilihat dari skor tiap butir soal pada pretest dan posttest setiap

peserta didik antara kelas eksperimen dan kontrol. Analisis peningkatan

indikator kemampuan pemecahan masalah ini terdapat pada Lampiran 55

dan 56 halaman 225-226.

Gambar 4.4 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah


Peserta didik Kelas Eksperimen
69

Gambar 4.5 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah


Peserta didik Kelas Kontrol

Berdasarkan dua gambar di atas diketahui bahwa di kelas

eksperimen peningkatan tiap indikator kemampuan pemecahan

masalahnya lebih baik daripada peningkatan yang terdapat dalam kelas

kontrol. Kecuali pada indikator nomor 3 yaitu memahami masalah pada

kelas kontrol persentase peningkatannya lebih baik daripada kelas

eksperimen karena di kelas kontrol setiap permasalahan didiskusikan

bersama sedangkan pada kelas eksperimen permasalah dipecahkan sendiri

berdasarkan penyelidikan di lapangan.

4.1.2.10 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kemampuan Pemecahan Masalah

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan

untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistic parametrikatau

nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan pemecahan masalah

data pretst dan posttest dapat disajikan pada Tabel 4.15.


70

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah


2
Uji Normalitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
2
Dk Kelas Kelas 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keterangan
Eksperimen Kontrol
Berdistribusi
Pre-test 3 7,13 3,69 7,81
Normal
Berdistribusi
Post-test 3 5,27 1,45 7,81
Normal

Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung Pre-test dan Post-test kelas

eksperimen masing-masing 7,13 dan 5,27; sedangkan χ2hitung Pre-test dan Post-

test kelas kontrol masing-masing 3,69 dan 1,45. Untuk α = 5% dengan dk =3,

diperoleh χ2Tabel =7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung <

χ2Tabel sehingga Ho diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal,

sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas

data pre-test dan data post-test terdapat pada Lampiran 40-41 halaman 209-210

dan Lampiran 45-46 pada halaman 214-215.

4.1.2.11 Uji Homogenitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah test dalam

penelitian ini homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu test
2 2
dikatakan homogen jika 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil uji homogenitas untuk mengukur

kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pre-test dan Post-test


2 2
Uji Homogenitas 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kriteria
Pre-test 2,1437 3,84 Homogen
Post-test 3,7428 3,84 Homogen
χ2hitung Data
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh Sumber: kurang dari
Primer

2
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan dk = 2 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa pre-test dan
71

post-test untuk tingkat kemampuan pemecahan ,asalah peserta didik dalam

penelitian ini berhomogenitas. Lampiran 42 dan 47 halaman 211 dan 216.

4.1.2.12 Uji Kesamaan Dua Varians Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

Uji kesamaan dua varians bertujuan mengetahui apakah kelas eksperimen

dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan

pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan

post-test kemampuan pemecahan masalah pada soal uraian pada kelas eksperimen

maupun kelas kontrol mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5%

diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian data pre-test dan post-test terangkum pada

Tabel 4.17

Tabel 4.17. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test
Data Fhitung FTabel Keterangan
Pre-test 1,64 1,96 Varians Tidak Berbeda
Post-test 1,93 1,96 Varians Tidak Berbeda
Sumber : Data Primer

Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung Pre-test dan Post-test masing-

masing 1,64 dan 1,93; untuk α = 5% dengan dk pembilang dan penyebut = 35,

diperoleh FTabel = 1,96. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel

sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelompok mempunyai varians

yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varians data hasil pre-test dan

data post-test kemampuan pemecahan masalah antara kelompok eksperimen dan

kontrol terdapat pada Lampiran 43 halaman 212 dan Lampiran 48 halaman 217.

4.1.2.13 Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji Dua Pihak)

Pada uji ini data dikatakan mempunyai perbedaan signifikan jika thitung >

tTabel. Berdasarkan hasil uji-t, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan
72

pada skor post-test soal uraian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf

signifikansi 5%. Hasil pengujian antara data pre test dan post-test dengan uji-t dapat

dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Post-Test Soal Uraian
Data thitung tTabel Keterangan
Post-Test 4,25 1,99 Ada Perbedaan
Sumber : Data Primer

Pada hasil post test soal uraian terdapat perbedaan hasil kemampuan

pemecahan masalah pada kelas eksperimen dan kontrol yang signifikan maka

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh implementasi group investigation dalam

model PBL terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data post-test terdapat pada Lampiran 50

dengan halaman 219.

4.1.2.14 Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Soal Kemampuan Pemecahan

Masalah

Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan

bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik

kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, sehingga dapat pula

disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL

berpengaruh positif terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah. Hasil uji

satu pihak dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Soal Uraian
Data thitung tTabel Keterangan
Kelas eksperimen lebih baik
Post Test 4,251 1,99
dari kelas kontrol
Sumber : Data Primer
73

Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih dari tTabel dengan

dk=70 dan α=5% maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti

bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang

diberi pembelajaran dengan group investigation lebih baik daripada peserta didik

yang diberi pembelajaran dengan tanpa group investigation, sehingga dapat pula

disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL

memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep. Perhitungan uji

perbedaan rata-rata satu pihak kanan terdapat pada Lampiran 49 di halaman 218.

4.1.2.15 Harga N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Harga N-Gain untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik di kelas eksperimen sebesar 0,65 sedangkan pada kelas kontrol

sebesar 0,51. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan harga normalitas Gain

kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol walaupun keduanya berada

pada kriteria yang sama yaitu sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran

yang menerapkan metode group investigation dalam model PBL memberikan

pengaruh positif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik dibanding dengan pembelajaran diskusi biasa. Selanjutnya tingkat

pencapaian N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Gambar

4.6 dan Gambar 4.7. Analisis perhitungan normalitas gain selengkapnya terdapat

pada Lampiran 51 halaman 220-221.


74

Gambar 4.6 Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas


Eksperimen

Gambar 4.7 Tingkat Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah


Peserta didik Kelas Kontrol

4.1.2.16 Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis

yang diajukan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode

pembelajaran group investigation dalam Model PBL pada kelas eksperimen (X

MIIA 1) dan pembelajaran PBL tanpa group investigation pada kelas kontrol (X

MIIA 3). Data post-test dianalisis menggunakan analisis koefisien korelasi biserial
75

untuk mengetahui adanya pengaruh dan koefisien determinasi untuk mengetahui

besarnya pengaruh.

4.1.2.16.1 Analisis Terhadap Pengaruh Antar Variabel

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran, yaitu

penerapan metode pembelajaran group investigation dalam Model PBL di kelas

eksperimen dan metode ceramah disertai diskusi pada kelas kontrol, sedangkan

variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah peserta didik Kelas X

SMA Negeri 2 Batang pada materi redoks. Untuk menentukan besarnya pengaruh

pembelajaran yang menggunakan group investigation digunakan koefisien korelasi

biserial.

Berdasarkan data diperoleh besarnya X1 = 70,64; X2 = 62,86; Sy = 10,98;

p = 0,5; q = 0,5 dan u = 0,3989 (diperoleh dari Tabel daftar E). Berdasarkan hasil

perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial pemahaman konsep

peserta didik ( rb ) sebesar 0,44. Perhitungan koefisien korelasi biserial pemahaman

konsep peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 52 (halaman 222) dan uji

signifikansi terdapat pada Lampiran 53 (halaman 223).

4.1.2.16.2 Penentuan Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk menentukan kontribusi suatu

variabel bebas terhadap variabel terikat. Kontribusi dalam penelitian ini yaitu

pengaruh pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran group

investigation dalam Model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta

didik materi reaksi oksidasi dan reduksi.


76

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi

biserial pemahaman konsep ( rb ) sebesar 0,44 dan termasuk dalam kategori

sedang, sehingga besarnya koefisien determinasi (KD) adalah 19,36%. Jadi

besarnya pengaruh pembelajaran yang menerapakan metode pembelajaran group

investigation dalam Model PBL terhadappeningkatan kemampuan pemecahan

masalah peserta didik materi reaksi oksidasi dan reduksi sebesar 19,36%.

Perhitungan koefisien determinasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah

dapat dilihat pada Lampiran 54 di halaman 224.

4.1.2.17 Analisis Angket Respon Tanggapan Peserta didik

Penyebaran angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana penerimaan peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan

metode group investigation dalam model PBL materi reaksi oksidasi dan reduksi.

Penyebaran angket diberikan pada kelas eksperimen pada akhir pembelajaran,

dimana dalam penelitian ini diberikan di kelas X MIIA 1 SMA Negeri 2 Batang.

Hasil penyebaran angket respon dapat dilihat pada Tabel 4.20.


77

Tabel 4.20 Hasil Angket Respon Peserta didik terhadap Pembelajaran


No Pernyataan SS S BS TS STS
1. Saya merasa senang dan asyik
mengikuti pelajaran Kimia dengan
44,4% 52,8% 2,8% 0% 0%
melakukan investigasi secara
berkelompok.
2. Dalam melakukan investigasi dan
diskusi kelompok saya dan teman-
teman saling membantu dalam mencari 30,6 % 63,9% 5,6% 0% 0%
penyelesaian
3. Saya belajar Kimia dengan sungguh-
sungguh agar nilai saya dan kelompok 52,8% 44,4% 2,8% 0% 0%
saya baik
4. Dengan diskusi dan investigasi
langsung saya merasa lebih mudah 19,4% 66,7% 13,9% 0% 0%
memahami materi Kimia
5. Saya menyukai cara guru dalam materi
dengan diskusi dan kemudian dilakukan 44,4% 50% 5,6% 0% 0%
pembahasan
6. Saya termotivasi untuk mengikuti
8,3% 83,3% 5,6% 0% 2,8%
pembelajaran Kimia selanjutnya
7. Dengan melakukan investigasi langsung
saya merasawaktu diluar sekolah lebih 19,4% 55,6% 25% 0% 0%
bermanfaat

Berdasarkan Tabel hasil angket respon peserta didik yang telah

terkumpul kemudian dianalisis diketahui bahwa sebesar 52,46% peserta didik

menyatakan setuju bahwa dengan menerapkan metode group investigation dalam

model PBL karena lebih menyenangkan, menarik, dan dapat membuat peserta didik

lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari rasa ingin tahu peserta

didik yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi untuk giat

belajar. Selanjutnya peserta didik yang sangat setuju untuk menyukai penerapan

metode pembelajaran group investigation dalam model PBL sebesar 25,05%; untuk

peserta didik yang menyatakan biasa saja dalam penerapan metode pembelajaran

ini sebesar 7,97%; kategori tidak setuju 0% dan sangat tidak setuju 2,8%. Sehingga
78

dengan mengacu kepada hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa peserta didik

menyukai pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam

model PBL karena memberikan pengaruh positif kepada peserta didik terutama

dalam hal mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data awal maupun data akhir dari penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran group investigation

dalam model PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik baik di kelas

eksperimen maupun di kelas kontrol baik itu hasil belajar dalam aspek kognitif,

psikomotorik dan afektif peserta didik. Hasil belajar pada kelas eksperimen dalam

aspek kognitif mengalami peningkatan sebesar 0,53 berdasarkan uji normalitas

Gain dengan seluruh peserta didik tergolong dalam kelompok kreteria prestasi

sedang, sedangkan pada kelas kontrol peningkatan hanya sebesar 0,36 dengan

peserta didik kelompok prestasi sedang 25 dari 36 peserta didik dan sisanya pada

kelompok peserta didik prestasi rendah. Kelas eksperimen memberikan hasil

belajar yang lebih baik dibanding kelas kontrol, hal ini dikarenakan dalam kelas

eksperimen peserta didik melakukan diskusi dengan penyelidikan sehingga peserta

didik dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Perlakuan berbeda dengan kelas

kontrol dalam proses pembelajarannya dengan melakukan diskusi tanpa

penyelidikan. Variasi perlakuan ini memberikan pengalaman yang berbeda,

sehingga berpengaruh dengan pemahaman konsep materi yang didapatkan.


79

Kurikulum 2013 menilai hasil belajar peserta didik dari tiga aspek yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik. Sejalan dengan hasil belajar aspek kognitif

begitu juga dengan aspek psikomotorik dan aspek afektif menunjukkan bahwa

dalam kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Penilaian aspek

psikomotorik ini dilakukan saat peserta didik melakukan presentasi solusi

pemecahan masalah dari hasil diskusi yang telah dilakukan baik di kelas

eksperimen maupun kelas kontrol. Tingkat ketercapaian ketrampilan peserta didik

dalam memecahkan suatu masalah diukur dengan lembar observasi aspek

psikomotorik. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada aspek psikomotorik

seluruh indikator ketercapaian pada kelas eksperimen sebesar 93,17% sedangkan

kelas kontrol sebesar 87,96%.

Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan semua indikator

ketercapaian dalam aspek psikomotorik ini sudah mencapai kriteria yang tinggi

baik itu pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kriteria tinggi yang tercapai

ini karena peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan

diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi dengan sungguh-

sungguh. Indikator dalam aspek psikomotorik yang perlu ditingkatkan baik untuk

kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator saran dan kritik, pada

indikator ini peserta didik dalam memberikan saran dan kritik masih kurang sesuai

dengan solusi pemecahan yang ditemukan. Kemudian untuk indikator-indikator

selain saran dan kritik tingkat ketercapaian peserta didik baik pada kelas

eksperimen maupun kelas kontrol sudah baik.


80

Ditinjau dari aspek afektif dari tujuh indikator ketercapaian dalam kelas

eksperimen jauh lebih tinggi rata-rata persentase keseluruhan jika dibanding kelas

kontrol yakni sebesar 96,43% dan 91,96%. Indikator kehadiran antara kelas

eksperimen dan kontrol memiliki ketercapaian yang hampir sama tinggi yaitu 0,99

dan 0,98. Indikator menyampaikan pendapat dalam kelas eksperimen memiliki

tingkat ketercapaian yang lebih tinggi 0,93 daripada kelas kontrol 0,78 karena pada

kelas eksperimen setiap solusi pemecahan masalah mereka temukan secara mandiri

sehingga setiap kelompok berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan

pendapatnya. Indikator ketiga yaitu kedisiplinan antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol memiliki tingkat ketercapaian yang hampir sama tinggi, begitu juga dengan

indikator sopan dan santun serta indikator tanggungjawab. Selanjutnya pada

indikator kepedulian kelas eksperimen memperoleh ketercapaian yang sempurna

dibanding kelas kontrol 0,89 dikarenakan pada kelas eksperimen setiap anggota

dalam kelompok berusaha mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi sehingga

antar anggotanya memiliki rasa kepedulian yang tinggi untuk membantu mencari

solusi. Kemudian indikator percaya diri pada kelas eksperimen memperoleh hasil

0,91 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 0,83 hal ini karena pada kelas eksperimen

setiap solusi yang ditemukan merupakan hasil pemikiran setiap kelompok sehingga

dalam mempresentasikan jauh lebih memiliki rasa percaya diri.

Analisis kemampuan pemecahan masalah dilihat dari instrumen tes yang

berupa soal uraian yang bermuatan indikator pemecahan masalah. Indikator

pemecahan masalah yang sesuai dalam penelitian ini ada lima yakni tingkat

pemahaman terhadap suatu masalah, menemukan suatu pola pemecahan, penalaran


81

logis terhadap masalah, memperhitungkan semua kemungkinan solusi dan

mengevalusi kembali solusi yang telah ditawarkan dalam diskusi. Penelitian untuk

mengembangkan pemecahan masalah dengan pengaruh penggunaan artikel ilmiah

di internet pada tahun 2009 menunjukkan hasil bahwa pada kelas eksperimen

memperoleh tingkat hasil belajar lebih baik dibanding kelas kontrol (Supardi &

Putri, 2009). Sehubungan dengan hal ini menunjukkan bahwa dengan

menggunakan artikel ilmiah di internet yang sangat beragam dapat membangun

pola pengetahuan peserta didik. Pengetahuan yang diperolehpun tidak hanya

mengenai konsep materi namun juga penerapannya dikehidupan sehari-hari.

Berbeda dengan kelas kontrol yang bersumber pada buku paket, sehingga peserta

didik dalam kelas ini kurang leluasa dalam memilih masalah untuk diselidiki

(Supardi & Putri, 2009).

Pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini dengan memfokuskan pada

langkah-langkah PBL yang selaras dengan indikator kemampuan pemecahan

masalah. Indikator kemampuan pemecahan masalah yang pertama yaitu

memperhitungkan semua kemungkinan pemecahan, indikator ini mengalami

peningkatan yang tertinggi diantara lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil analisis uji

normalitas Gain pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 0,8

kategori tinggi, sedangkan kelas kontrol sebesar 0,45 dalam kategori sedang.

Peningkatan ini terjadi karena adanya faktor pendukung yang terfasilitasi yaitu

dengan langkah-langkah PBL. Perlakuan awalnya dengan mengorientasikan

peserta didik pada masalah. Hal ini peserta didik diberikan permasalahan yang

umum dalam lingkungan sekitar seperti perkaratan pada besi. Selanjutnya yaitu
82

mengorganisasikan dalam kegiatan belajar, dalam hal ini perserta didik dalam

kelompoknya berdiskusi dan bertukar informasi sebab terjadinya dan pencegahan

yang dilakukan dalam peristiwa perkaratan. Perlakuan dalam langkah membimbing

penyelidikan mandiri yaitu dengan memberikan tugas kelompok untuk

menginvestigasi reaksi yang terjadi dalam peristiwa perkaratan pada beberapa

logam serta pencegahannya.

Mengembangkan dan menyajikan karya dilakukan setelah investigasi

selesai, setiap kelompok merancang laporan hasil penyelidikan disertai

dokumentasi untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas. Terakhir dalam

langkah analisis dan evaluasi, kelompok pendengar bertugas untuk memberikan

saran kritik serta pendapat kepada kelompok yang sedang presentasi sehingga

solusi yang didapat lebih beragam dan baik lagi serta analisis kemampuan

pemecahan masalah peserta didik berkembang.

Indikator kemampuan pemecahan masalah yang kedua yaitu penalaran

logis, dalam hal ini peserta didik diorientasikan pada permasalahan yang terjadi

dalam dirinya yaitu proses pembakaran dalam tubuh. Pengorganisasian dalam

kegiatan pembelajaran peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok diskusi

tentang proses pembakaran glukosa didalam tubuh. Membimbing penyelidikan

mandiri ini peserta didik berdiskusi serta menganalisis hubungan redoks yang

terjadi dengan proses pembakaran dari beberapa literatur. Selanjutnya hasil diskusi

tersebut dikembangkan menjadi sebuah karya berupa laporan hasil diskusi sesuai

petunjuk guru untuk kemudian dipresentasikan. Analisis dan evaluasi dilakukan

tiap kelompok kepada kelompok yang bertugas presentasi dengan pengawasan guru
83

agar pokok pembahasan tetap pada jalur. Hasilnya indikator penlaran logis ini

mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan selisih yang tipis antara kelas

eksperimen maupun kontrol. Berdasarkan uji normalitas Gain kelas eksperimen

mengalami peningkatan sebesar 0,74 kategori tinggi sedangkan kelas kontrol 0,67

dalam kategori sedang.

Indikator kemampuan pemecahan masalah yang ketiga yaitu pemahaman

terhadap permasalahan. Peserta didik diarahkan kepada permasalahan

permasalahan terkait materi redoks yang terdapat di dalam lingkungan sekitar yang

beragam selain peristiwa korosi. Peserta didik diorientasikan bahwa hal-hal yang

berkaitan dengan redoks tidak hanya sebatas pada perkaratan pada logam.

Permasalahan-permasalahan yang mereka temukan terkait redoks tersebut

kemudian didiskusikan dalam kelompoknya. Selanjutnya dilakukan penyelidikan

dengan beberapa sumber referensi, seperti halnya penggunaan pemutih pakaian,

peristiwa fotosintesis dan pencoklatan pada apel yang telah dibelah. Hasil

penyelidikan dan diskusi kelompok tersebut kemudian dipresentasikan dan di

analisis serta evaluasi oleh kelompok lain serta guru agar tidak terjadi miskonsepsi.

Hasil dari fasilitas perlakuan dengan PBL ini dengan analisis normalitas Gain

diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 0,37 dan kelas kontrol 0,5 dalam kategori

yang sama yaitu sedang. Kelas eksperimen mengalami peningkatan yang sedikit

rendah daripada kelas kontrol karena perbedaan perlakuan pada langkah

penyelidikan mandiri. Kelas eksperimen dalam penyelidikan secara mandiri di luar

jam pembelajaran, sedangkan kelas kontrol dalam kelas dengan sumber informasi
84

dan bimbingan guru sehingga segala penjelasan permasalahan dalam pantauan

guru.

Indikator kemampuan pemecahan masalah selanjutnya adalah menemukan

suatu pola, dengan menggunakan langkah PBL peserta didik dapat memberikan

suatu gambaran atau alur pemecahan suatu masalah. Indikator ini mengalami

peningkatan dalam kategori yang sedang baik pada kelas eksperimen (0,65) dan

pada kelas kontrol (0,43). Langkah PBL pertama yang diterapkan adalah dengan

mengorientasi peserta didik kepada masalah. Permasalahan tersebut kemudian

diorganisasikan dalam kegiatan belajar seperti pada pengolahan limbah industri

dengan metode lumpur aktif. Selanjutnya setiap kelompok melakukan diskusi serta

investigasi mengenai permasalahan tersebut, baik itu langkah-langkah pengolahan

limbah maupun prinsipnya. Hasil diskusi kelompok kemudian dibuat sebuah karya

berupa laporan yang kemudian akan dianalisis serta evaluasi bersama dengan

kelompok lain dan guru.

Indikator pemecahan masalah kelima yakni mengevaluasi kembali solusi.

Hasil analisisi normalitas Gain menyatakan bahwa pada kelas eksperimen maupun

kontrol mengalami peningkatan yang sedang. Perlakuan awal dengan

mengorientasikan peserta didik kepada permasalahan pencoklatan buah seperti

pisang, apel dan kentang setelah dikupas dan dibiarkan begitu saja. Permasalahan

tersebut diorganisasikan dalam kegiatan belajar salah satunya dengan menampilkan

sebuah video. Gambaran permasalahan yang sudah ditangkap siswa kemudian

dilakukan penyelidikan mandiri secara berkelomopok. Hasil diskusi kelompok

dibuat sebuah karya berupa laporan pengamatan. Hasil laporan tersebut dianalisis
85

dan dievaluasi bersama dengan dampingan guru. Setiap peserta didik wajib menulis

hal-hal penting terkait solusi pemecahan masalah ini, untuk menguji kembali solusi

yang pernah dibahas dan untuk meningkatkan indiaktor evaluasi kembali solusi

maka permasalahan ini diujikan dalam soal test.

Data yang diperoleh dari nilai pretest dan postest kemudian di analisis

menggunakan uji N-Gain untuk mengetahui peningkatan setiap indikatornya.

Perhitungan N-Gain setiap indikator kemampuan pemecahan masalah secara umum

menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada kelas eksperimen dibanding kelas

kontrol.

Hasil analisis keseluruhan mengenai peningkatan kemampuan pemecahan

masalah dapat disimpulkan bahwa penerapan group investigation dalam model

PBL dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

peserta didik. Penelitian yang dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri 27 Palembang

tahun 2010 menunjukkan hasil yang serupa bahwa metode investigasi dalam

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik

dengan tingkat keberhasilan setiap indikator minimal 60% (Anggraini, 2010).

Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan

melakukan penyelidikan langsung maka peserta didik akan memperoleh langsung

permasalahannya sehingga akan lebih paham dalam mengambil penyelesaian yang

tepat dan sesuai.


86

4.2.1 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Batang dan

melihat analisis data yang diperoleh, maka dapat diketahui mengenai kelebihan

pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran group investigtion sebagai

berikut :

(1) Peserta didik lebih mudah dalam memahami materi karena dalam proses

pembelajarannya peserta didik menggali pemahaman materi secara diskusi

kelompok dan bimbingan guru.

(2) Ketrampilan kemampuan pemecahan masalah memberikan kesempatan

kepada setiap peserta didik untuk berlatih memecahkan masalah yang ada

dilingkungannya (Tawil & Liliasari, 2013)

(3) Peserta didik dapat lebih percaya diri dalam membuat keputusan serta

berpartisipasi aktif dalam diskusi

(4) Peserta didik berlatih untuk bekerja secara kelompok sehingga berlatih

bekerjasama, kekompakan dan saling tolong menolong.

(5) Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif

dalam proses pembelajaran

(6) Kemandirian peserta didik dalam belajar dapat terlihat, dimana peserta didik

dapat mencari materi sendiri dalam pemecahan masalah dari masalah yang

ditemui.

Selain keunggulan, penggunaan pembelajaran dengan menerapkan metode

pembelajaran group investigation dalam model PBL juga terdapat kekurangan,

antara lain:
87

(1) Menuntut kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan

membangkitkan semangat berkompetisi peserta didik

(2) Tempat penyelidikan yang diberikan kepada setiap kelompok kurang

bervariasi, ini disesuaikan dengan kota tempat penelitian.


88

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan

sebagai berikut:

(1) Penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik, sesuai dengan uji t yang

telah dilakukan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas

kontrol.

(2) Penerapan group investigation dalam model PBL dapat meningkatkan hasil

belajar peserta didik dalam pelajaran Kimia materi redoks, berdasarkan analisi

pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik memperlihatkan bahwa kelas

eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Sebagian besar peserta didik memberikan tanggapan dan respon positif

terhadap penerapan pembelajaran dengan metode group investigation dalam

model PBL melalui pengisian angket.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan :

(1) Tempat-tempat yang digunakan sebagai tugas penyelidikan pada penelitian

selanjutnya lebih beragam dan lebih luas lagi, agar pengetahuan penyelidikan

siswa lebih mendalam.


89

(2) Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran menentukan hasil belajar peserta

didik, oleh karena itu guru disarankan mempunyai cara-cara yang tepat untuk

mengaktifkan peserta didik.


90

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, L., Siroj, R.A. & Putri, R.I.I., 2010. Penerapan Model Pembelajaran
Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 4(1). 72-84.

Arifin Z. 2012. Evalusi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Arikunto, S. 2002a. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010b. Prosedur Penelitian (Ed Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Barrows, H. 1996. New direction for teaching and learning “Problem Based
Learning medichine and beyond:A brief overbiew. Jossey Bass Publishers.
Supardi, Kasmadi Imam & Putri, Indraspuri Rahning. 2010. Pengaruh Penggunaan
Artikel Kimia dari Internet pada Model Pembelajaran Creative Problem
Solving Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 4(1). 574-581
Guo, M. 2013. Developing Critical Thinking in English Class: Culture-based
Knowledge and Skills. Theory and Practice in Language Studies, 3:[3], pp.
503-507 [Tersedia di http://e-resources.pnri.go.id:2061/media]
Hafismuaddab. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). [Tersedia di
http://hafismuaddab.files.wordpress.com/2011/06/problem-based-learning-
process]
Hamdani, M.A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV.Pustaka Setia
Haryanto, 2010. Macam-macam Teori Belajar. http://belajarpsikologi.com/
[diakses 27-01-2015)
Herman, T. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Indonesia,
1(1). 22-28.
Hertiavi, M.A; H. Langlang & S. Khanafiyah. 2010. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika 6(2010): 53-57.
Ismail, S M. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM.
Semarang: Rasail. Media Grup.
91

Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes Nontes. Yogyakarta:
PT Mitra Cendekia.
Munib, A. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri
Semarang Press
Nurhayati, L; K S Martini & T Redjeki. 2013. Peningkatan Kreativitas Dan Prestasi
Belajar Pada Materi Minyak Bumi Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Crossword. Jurnal
Pendidikan Kimia, 2(4): 1-8.
Nurhayati. 2013. Peningkatan kreativitas dan prestasi belajar pada materi minyak
bumi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL)
dengan media crossword. Mengutip dari Gentry, E. (2000). Creating
Student-centered, Problembased Classrooms.Huntsville: University of
Alabama. Tersedia di http://aspire.cs.uah.edu/ [diakses 15- 04- 2014]
Rahayu, I P; Sudarmin & Wijanto. 2012. Penerapan Model PBL Berbantaun Media
Transvisi Untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar. Chemistry in
Education, 2(1).
Rahayuningrum, R H. 2008. Penggunaan Media Pembelajaran Multimedia
Interaktif Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII F dI SMP
Negeri 2 Imogiri Bantul. Peran ICT untuk Mendukung Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika. Artikel. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rubi, A P & Zamtinah. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada
Mata Diklat Praktik Dasar Intalasi Listrik (PDIL) Di Smk Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
Santoso, E B. 2011. Model Pembelajaran Group Investigation. http://www.ras-
eko.co.cc [diakses pada 4 Februari 2015]
Sapari. 2013. Penerapan Cooperative Learning Melalui Strategi Crossword Puzzle
dalam Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Akidah Akhlak Materi
Asmaul Husna Kelas IV MI Krajankulon Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Skripsi. Semarang : IAIN Walisongo Semarang
Saptorini. 2011. Strategi Pembelajaran Kimia. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA
Unnes
Sardiman A.M. 2005. Interaksi & Motivasi belajar mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
92

Sirhan, Ghassan. 2007. Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Journal


of Turkish Science Education (TUSED). 4(2)
Solichin, Mohammad Muchlis. 2012. Psikologi Belajar: Aplikasi Teori-Teori
Belajar Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Suka Press
Suci, N M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Undiksha. 2(1): 74-86
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudjana. 2002a. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjana. 2005b. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2011. Metoda Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan proses pembelajaran Matematika 1. Semarang:
Jurusan Matematika
Tawil, Muh & Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam
Pembelajaran IPA. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Beorientasi Konstruktivisme. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher
Udin S W. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Ulfah, A. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap
Proses Ketrampilan Sains Pada Materi Koloid di SMA. Jurnal Pendidikan
Kimia 3(10): 2-10.
UU Nomor 20 tahun 2003. 2011. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wiryadi, Ni Ketut. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Kimia Dengan
Mempertimbangkan Kreativitas Siswa (Studi Eksperimen terhadap Para
Siswa SMA Dwijendra Denpasar). Jurnal Pascasarjana Undhiksa 7(1): 28-
41.
93

Lampiran 1. Penggalan Silabus


PENGGALAN SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA
MATERI REDOKS

Satuan Pendidikan : SMA


Kelas :X
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi dengan melakukan investigasi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami ,menerapkan, menyelidiki, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik dengan melakukan investigasi
pada penerapannya sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

Materi Alokasi Sumber


Kompetensi Dasar Indikator Kompetensi Pembelajaran Penilaian
Pokok Waktu Belajar
1.1 Menyadari adanya 1.1.1 Peserta didik Konsep reaksi Mengamati Tugas 3 mgg x  Lembar
keteraturan struktur mampu oksidasi -  Melakukan  Melakukan 3 jp kerja siswa
partikel materi mengagungkan reduksi penyelidikan investigasi
kebesaran Tuhan mengenai penerapan
sebagai wujud mengenai penerapan
YME konsep redoks
94

kebesaran Tuhan 1.1.2 Peserta didik dikehidupan sehari- redoks dalam  Buku
YME dan mampu hari semisal reaksi kehidupan sehari- Kimia kelas
pengetahuan tentang menyadari bahwa pembakaran, kondisi hari diberbagai X
ketentuan yang logam pada daerah
struktur partikel
ditetapkan oleh pinggir laut, pada
tempat seperti  Berbagai
materi sebagai hasil Tuhan YME bengkel las untuk pinggir laut, bengkel sumber
pemikiran kreatif adalah yang menyelidiki las, bengkel mobil belajar
manusia yang terbaik bagi kita penyambungan besi dll. lainnya
kebenarannya 1.1.3 Peserta didik dan reaksi redoks
bersifat tentatif. mampu yang terjadi serta karat
mensyukuri setiap besi untuk Observasi
anugerah yang menjelaskan reaksi
 Sikap dan
telah diberikan oksidasi-reduksi
ketrampilan saat
Tuhan YME  Melakukan diskusi
berbasis masalah melakukan
tentang perkembangan investigasi serta saat
konsep reaksi presentasi artikel
oksidasi-reduksi dan ilmiah dan hasil
bilangan oksidasi lembar investigasi
unsur dalam senyawa
atau ion.
Portofolio
 Melakukan percobaan
 Artikel ilmiah
sederhana terkait
materi redoks dengan  Lembar investigasi
meletakkan logam  Lembar hasil
pada beberapa larutan percobaan sederhana
95

(larutan asam, larutan Tes Tertulis


basa dan garam)  Pemahaman konsep
Menanya redoks, perubahan
 Mencari solusi untuk bilangan oksidasi
menjawab dan aplikasi redoks
permasalahn dalam
dalam pemecahan
penyelidikan yang
dilakukan dengan masalah lingkungan.
mengajukan beberapa
pertanyaan di tempat
penyelidikan.
 Mengapa besi bisa
berkarat? Bagaimana
menuliskan persamaan
reaksinya?
 Bagaimana
menentukan bilangan
oksidasi unsur dalam
senyawa atau ion?
Pengumpulan data
 Mencatat segala
informasi yang
diperoleh saat
melakukan
penyelidikan.
 Mencari informasi
terkait solusi untuk
96

menjawab
penyelidikan yang
dilakukan
 Merancang percobaan
sederhana mengenai
peristiwa korosi serta
mempresentasikan
hasilnya untuk
mencegah
misskonsepsi.
 Mendiskusikan hasil
kajian literatur untuk
menjawab pertanyaan
tentang bilangan
oksidasi unsur dalam
senyawa atau ion.
Mengasosiasi
 Menganalisis data
untuk menyimpulkan
reaksi perkaratan yang
terjadi pada logam
besi di berbagai jenis
larutan
 Menuliskan reaksi
korosi hasil
percobaan.
97

 Menyamakan jumlah
unsur sebelum dan
sesudah reaksi.
 Menuliskan reaksi
serah terima elektron
hasil percobaan.
 Menganalisis dan
menyimpulkan
bilangan oksidasi
unsur dalam senyawa
atau ion.
Mengkomunikasikan
 Menyajikan hasil
percobaan
sederhana .reaksi
perkaratan pada logam
besi
 Menyajikan
penyelesaian
penentuan bilangan
oksidasi unsur dalam
senyawa atau ion.
 Melakukan pemaparan
terkait hasil
penyelidikan yang
dilakukan.
98

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS EKSPERIMEN

A. Identitas Sekolah
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 2 Batang
Kelas / Semester :X/2
Materi Pokok : Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi
Alokasi Waktu : 3 x pertemuan (3 x 45 menit)

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompentensi


KD dari KI 1:
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi
sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat
tentatif.
Indikator :
1.1.1 Peserta didik mampu mengagungkan kebesaran Tuhan YME
1.1.2 Peserta didik mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan
oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
1.1.3 Peserta didik mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME
KD dari KI 2:
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif )
dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang
diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama,santun, toleran, cinta damai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
99

2.3 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai


wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
Indikator :
2.1.1 Peserta didik memiliki rasa ingin tahu
2.1.2 Peserta didik secara jujur dan bertanggungjawab mampu dalam
menggunakan data untuk penyelidikan
2.1.3 Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data
(mampu melakukan penyelidikan secara runtut dan konsisten
terhadap langkah-langkah serta kebenaran hasil)
2.2.1 Peserta didik secara ulet mampu mencari sumber pengetahuan
yang mendukung penyelesaian masalah
2.2.2 Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu bekerjasama dalam
diskusi
2.2.3 Peserta didik peduli lingkungan dan mampu memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada di sekitar
2.3.1 Peserta didik secara responsive dan aktif mampu memecahkan
setiap masalah dan mampu membuat keputusan dengan tepat dan
cepat.
KD dari KI 3
3.9 Menganalisis perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta
menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion.
Indikator:
3.9.1 Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan
reaksi redoks.
3.9.2 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi
atom unsur dalam suatu senyawa atau ion.
3.9.3 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks
dalam kehidupan sehari-hari
KD dari KI 4
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan reaksi oksidasi-reduksi.
100

Indikator:
4.9.1 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan
oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
4.9.2 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh
materi redoks dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan
investigasi diberbagai tempat seperti di bengkel mobil untuk
mengetahui penerepan redoks dalam aki, dll
4.9.3 Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat
mempresentasikan hasil penyelidikan mengenai reaksi redoks.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik secara sadar dapat mengagungkan kebesaran Tuhan YME
dengan mempelajari materi Redoks
2. Peserta didik dengan penuh keyakinan mampu menyadari bahwa
ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
melalui hasil investigasi
3. Pesrta didik secara sadar mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME melalui pembelajaran Redoks
4. Peserta didik secara mandiri memiliki rasa ingin tahu terhadap materi
redoks dengan melakukan investigasi di berbagai tempat.
5. Peserta didik secara jujur dapat mengambil solusi pemecahan dengan
menggunakan data yang diperoleh melalui penyelidikan
6. Peserta didik dengan rasa percaya diri dapat mempertanggungjawabkan
data hasil pengamatan yang diperoleh dari penyelidikan dan percobaan
sederhana dengan menyajikan karya.
7. Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data hasil
pengamatan dalam percobaan sederhana dan hasil penyelidikan dengan
menyajikan sebuah karya dan laporan sederhana dengan kebenaran hasil.
8. Peserta didik secara tekun dan ulet mampu mencari sumber informasi
yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi untuk mengambil solusi
101

relevan yang mendukung penyelesaian masalah melalui diskusi


kelompok.
9. Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu melakukan kerjasama
dalam diskusi kelompok untuk mengambil solusi dalam penyelesaian
masalah yang dihadapi.
10. Peserta didik secara mandiri dan sadar dapat memperdulikan lingkungan
dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar dengan
melakukan penyelidikan kelompok diberbagai tempat dengan potensi dan
permasalahan yang berbeda.
11. Peserta didik secara responsif dan aktif mampu mengambil solusi-solusi
untuk memecahkan setiap permasalahan dengan tepat dan cepat melalui
diskusi dalam kelompok.
12. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep
reaksi oksidasi-reduksi.
13. Peserta didik secara cermat dapat menentukan bilangan oksidasi atom
unsur dalam suatu senyawa atau ion dengan benar melalui diskusi
kelompok.
14. Peserta didik secara mandiri dapat melakukan investigasi mengenai
penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari seperti mengetahui
kondisi logam yang terdapat pinggir laut, penerapan redoks di aki dengan
menyelidiki bengkel mobil, reaksi redoks yang terjadi saat penyambungan
logam dengan menyelidiki di bengkel las.
15. Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan dengan
benar oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks melalui group
investigation secara tepat.
16. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil
diskusi mengenai materi redoks dengan antusias.
17. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan
macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
102

D. Materi Pembelajaran
Pertemuan Ke 1
Perkembangan Reaksi Redoks
1. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Oksigen
2. Konsep Reaksi Oksidai Reduksi Berdasarkan Elektron
3. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan
Oksidasi

Pertemuan Ke 2 dan Ke 3
Bilangan Oksidasi
1. Presentasi hasil investigasi dan percobaan sederhana

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Model : problem based learning
Pendekatan : scientific
Strategi : group investigation
Metode : diskusi, tanya jawab dan penugasan

F. Media dan Sumber Belajar


1. Media : Laptop dan LCD.
2. Sumber Belajar :
 LKS ( lembar kerja peserta didik)
 Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Unggul
Sudarmo.
 Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Michael Purba
dan Sunardi.
 Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Arya Duta oleh Jamiludin
Hidayat
 Buku Kimia Dasar I, Universitas Negeri Semarang oleh Kasmadi
Imam Supardi dan Gatot Luhbandjono.
103

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (3 x 45 menit)
Langkah Alokasi
Kegiatan Deskripsi
PBL Waktu
Pendahuluan  Guru memberikan salam. 100 menit
 Guru menanyakan
kehadiran peserta didik.
 Guru mempersilahkan salah
satu peserta didik
memimpin doa.
 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
 Guru memberikan pretest.
 Guru memberikan beberapa
pertanyaan tentang reaksi
oksidasi dan reduksi di
kehidupan sehari-hari.
“Anak-anak pernahkah
kalian melihat menara
pemancar ? terbuat dari apa
pemancar tersebut ?
Bagaimana jika besi
tersebut mengalami korosi
dan kemudian roboh ?”
Inti  Guru membagi kelas 35 menit
menjadi beberapa kelompok
group investigation
(1 kelompok terdiri dari 6
orang).
Mengamati:
104

 Mengorientasi - Guru mengarahkan salah


Peserta Didik Pada satu siswa dari setiap
Masalah kelompok untuk maju
kedepan kelas mengambil
lembar diskusi yang berisi
tugas mengenai
perkembangan konsep
redoks.
 Mengorganisasikan - Guru memberikan
Kegiatan Belajar pengantar diskusi yang
berupa masalah terkait. Di
sekeliling kita banyak
reaksi kimia yang terjadi
baik itu yang kita sadari
maupun tidak, ayo
sebutkan reaksi reaksi
kimia yang kalian ketahui
? apakah semua reaksi
yang terjadi dengan unsur
yang sama ? apakah selalu
dengan oksigen?.
Kemudian anak-anak
diberi waktu dan
kesempatan untuk
berdiskusi.
 Membimbing - Lembar diskusi ini berisi
Kegiatan reaksi-reaksi kimia yang
Penyelidikan berhubungan dengan
Mandiri perkembangan konsep
redoks. Dari reaksi-reaksi
tersebut siswa
105

mengelompokkan reaksi-
reaksi yang ada dalam
jenis perkembangan reaksi
redoks. Setelah semua
reaksi terkelompokkan,
setiap kelompok membuat
dan atau mencari reaksi
yang berbeda untuk
menggenapi contoh tiap
perkembangan reaksi
redoks.

Menanya:
- Peserta didik mendapat
contoh mengenai salah satu
penerapan redoks
dilingkungan sekitar yaitu
mengenai peristiwa
perkaratan atau kororsi
pada besi yang dibiarkan
begitu saja tanpa dilakukan
perlindungan.
- Dari contoh penerapan
redoks, peserta didik
menyelidiki reaksi yang
terjadi pada perkaratan besi
dan kemudian
menghubungkannya
dengan perkembangan
konsep redoks dengan
106

mencari berbagai contoh


reaksi kimia lainnya.
- Peserta didik
mendiskusikan tugas
bersama anggota kelompok
dan termasuk dalam
perkembangan konsep
redoks apa dan mencari
dan atau membuat reaksi
lain yang berbeda.
Pengumpulkan data:
 Mengembangkan - Masing-masing kelompok
dan Menyajikan diperkenankan mencari
Karya informasi yang berkaitan
dengan masalah atau soal
yang dihadapi serta
menafsirkannya, berkaitan
dengan golongan
perkembangan redoks dan
alasannya disertai contoh
lainnya.
- Menuliskan jawaban atau
solusi dari hasil diskusi
pada kertas yang
disediakan.
Mengasosiasikan:
- Meminta seluruh peserta
didik untuk menulis semua
perkembangan konsep
redoks yang telah
didiskusikan oleh
107

kelompok sendiri maupun


kelompok teman. Serta
membuat kesimpulan dari
setiap perkembangan
konsep redoks.
- Guru dan observer
melakukan penilaian
ketrampilan serta penilaian
afektif.
Mengkomunikasikan:
- Kelompok yang sudah
 Analisis dan menyelesaikaan diskusi
Evaluasi terlebih dahulu
memperoleh kesempatan
untuk mempresentasikan
atau membacakan hasil
diskusinya didepan kelas
serta memperoleh
penghargaan sebagai
kelompok terbaik.
Penutup  Meminta salah satu peserta 5 menit
didik membacakan
kesimpulan yang telah
dibuat.
 Guru melengkapi atau
menyempurnakan
kesimpulan dari siswa untuk
mencegah tejadinya salah
paham konsep.
108

 Guru memberi tugas kepada


tiap-tiap kelompok memulai
melakukan investigasi
dengan penyelidikan yang
didapat.
 Guru menutup pertemuan
dengan do’a dan salam
penutup

Pertemuan Ke 2 (3 x 45 menit)

LANGKAH ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
PBL WAKTU

Pendahuluan - Guru memberikan salam. 15 menit


- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
- Guru mempersilahkan salah satu
peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
- Melakukan apresepsi dengan
mengajukan pertanyaan untuk
mengarahkan peserta didik ke
materi yang akan dipelajari.
Kemarin kita sudah mempelajari
perkembangan konsep redoks,
sekarang kita akan mempelajari
tentang bilangan oksidasi, “apa
itu biloks ? bagaimana cara
menentukan biloks?”. Namun
109

sebelumnya dilakukan presentasi


mengenai hasil investigasi.
Inti PRESENTASI HASIL 60 menit
INVESTIGASI
Guru mengarahkan peserta didik
untuk duduk mengelompok bersama
kelompok investigasinya.
Mengamati
 Mengorientasi - Tugas yang diberikan oleh Guru
Peserta Didik pada pertemuan sebelumnya
Pada Masalah untuk melakukan penyelidikan di
berbagai tempat tiap
kelompoknya, mengenai
penerapan redoks di kehidupan
sehari-hari dan bagaimana reaksi
yang terjadi serta solusi yang bisa
ditawarkan dilakukan oleh peserta
selama satu minggu.
 Mengorganisa - Hasil penyelidikan yang
si Kegiatan diperoleh kemudian
Belajar dipresentasikan secara
berkelompok.
Menanya
- Guru memberikan kesempatan
kepada tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil
penyelidikannya secara mandiri
tanpa ditunjuk.
Mengumpulkan Data
- Data hasil penyelidikan yang telah
dilakukan kemudian dianalisis.
110

 Membimbing Untuk menganalisis data dan


Kegiatan menjawab identifikasi masalah
Penyelidikan siswa diperbolehkan membaca
Mandiri atau mencari di berbagai sumber
belajar.
Mengasosiasikan
- Setiap kelompok dapat
mempresentasikan hasil
 Mengembang diskusinya dengan bebas dalam
kan dan berbagai bentuk hasil
Menyajikan penyelidikan. Yang didalamnya
Karya termuat solusi-solusi penawaran
pada permasalahan yang ada.
Mengkomunikasikan
- Kelompok yang tidak bertugas
presentasi diperkenankan untuk
 Analisis dan memberikan pendapat atau
Evaluasi tanggapan pada kelompok
presentasi.
DISKUSI PENENTUAN BILOKS 35 menit
Mengamati
 Mengasosiasi - Setiap kelompok mendapat lembar
Peserta Didik diskusi yang berupa penentuan
Pada Masalah bilangan oksidasi dengan
menggunakan rumus lewis dan
tingkat keelektronegatifan suatu
atom.
Menanya
 Mengorganisa - Guru memberi arahan tentang
sikan langkah menyelesaikan diskusi ini
dengan mengaitkan dan
111

Kegiatan mengingatkan siswa pada materi


Belajar sebelumnya yaitu pada materi
Sistem Periodik Unsur.
- Guru menunjuk salah seorang
 Membimbing siswa maju kedepan kelas untuk
kegiatan menjawab soal diskusi nomor satu
Penyelidikan dengan tuntunan guru.
Mandiri Mengumpulkan Data
- Dalam menyelesaikan diskusi
siswa diijinkan untuk mencari
sumber mengenai tingkat
kelektronegatifan dan nomor atom
unsur dari manapun.
Mengasosiasi
- Jawaban hasil diskusi bukan
 Mengembang hanya mengenai biloks dengan
kan dan rumus lewis. Namun dilengkapi
Menyajikan juga dengan penjelasan tingkat
Karya kelektronegatifan setiap unsurnya
sehingga biloks tersebut bernilai
positif ataukah negatif.

Mengkomunikasikan
- Setiap kelompok perwakilan maju
kedepan kelas untuk menuliskan
jawaban hasil diskusinya satu
nomor saja.
- Kemudian hasil jawaban tiap-tiap
 Analisis dan nomor dari masing-masing
Evaluasi kelompok dianalisis oleh Guru.
112

Penutup - Guru mengumumkan kelompok 25 menit


terbaik dalam dua diskusi ini,
kemudian memberikan sebuah
apresiasi.
- Guru memberikan tugas lanjutan
kepada peserta didik untuk
melakukan percobaan sederhana
mengenai pengaruh larutan
terhadap korosi.
- Guru memutarkan langkah
percobaan sederhana yang hendak
dilakukan peserta didik.
- Guru menutup pertemuan dengan
do’a dan salam.

Pertemuan Ke-3 (3 x 45 menit)

Langkah Alokasi
Kegiatan Deskripsi
PBL Waktu
Pendahuluan  Guru memberikan salam. 10 menit
 Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
 Guru mempersilahkan salah
satu peserta didik memimpin
doa.
 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran di pertemuan
akhir ini, yaitu untuk
mengetahui hasil percobaan
sederhana yang telah dilakukan
oleh setiap kelompok.
113

Inti Mengamati: 20 menit


 Mengorientasi - Setiap perwakilan kelompok
Peserta Didik maju kedepan kelas untuk
Pada Masalah membacakan hasil percobaan
sederhana yang telah
diamatinya selama 3 hari.
Menanya:
 Mengorganisasi - Kelompok 1 membacakan
kan Kegiatan hasil percobaan sederhananya
Belajar bersama kelompok 4, karena
 Membimbing yang diamati adalah hal yang
Kegiatan sama kemudian dibandingkan
Penyelidikan hasilnya kemudian dibahas
Mandiri bersama. Begitu juga yang
dilakukan oleh kelompok 2
dengan kelompok 5 dan
kelompok 3 bersama
kelompok 6.
Pengumpulkan data:
 Mengembangka - Hasil pengamatan dalam

n dan percobaan sederhana yang

Menyajikan dilakukan selama tiga hari itu

Karya kemudian di analisis dan


dibahas. Kemudian pada
bagian akhir ditarik
kesimpulannya.
Mengasosiasikan:
- Dalam menganalisi dan
membahas hasil pengamatan
dikaitkan dengan materi
redoks yang telah dipelajari
114

pada perteuan sebelumnya,


baik itu perkembangan konsep
redoks maupun perubahan
bilangan oksidasinya.
Mengkomunikasikan:
- Kelompok dengan
 Analisis dan pengamatan pada objek yang
Evaluasi sama melakukan
perbandingan hasil
pengamatan. Kemudian
dipresentasikan hasilnya.
Penutup  Meminta salah satu peserta 115menit
didik memberikan kesimpulan
mengenai pengaruh jenis
larutan tehadap korosi logam.
 Siswa mengatur tempat duduk
dan memasukkan segala
sumber belajar kecuali
peralatan tulis.
 Guru melakukan posttest
 Guru mengumumkan kelompok
terbaik untuk diskusi percobaan
sederhana dan memberikan
kenangan kepada murid-murid.
 Guru menutup pertemuan
dengan berpamitan dan do’a
serta salam penutup
115

H. Penilaian
1. Penilaian Pengetahuan
(terlampir)
2. Penilaian Sikap
(terlampir)
3. Penilaian Ketrampilan
(terlampir)

Semarang, Januari 2015

Mengetahui,
Guru Pamong Guru Praktikan

Mentari Nur Rizkyawati


NIP NIM 4301411125
116

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(KELAS KONTROL)

A. Identitas Sekolah
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 2 Batang
Kelas / Semester :X/2
Materi Pokok : Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi
Alokasi Waktu : 5 x pertemuan (1 jp x 45 menit)

B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompentensi


KD dari KI 1:
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi
sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat
tentatif.
Indikator :
1.1.4 Peserta didik mampu mengagungkan kebesaran Tuhan YME
1.1.5 Peserta didik mampu menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan
oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
1.1.6 Peserta didik mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME
KD dari KI 2:
2.4 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif )
dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang
diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.5 Menunjukkan perilaku kerjasama,santun, toleran, cinta damai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.
2.6 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
117

Indikator :
2.1.1 Peserta didik memiliki rasa ingin tahu
2.1.2 Peserta didik secara jujur dan bertanggungjawab mampu dalam
menggunakan data hasil percobaan sederhana
2.1.3 Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data
(mampu melakukan percobaan sederhana secara runtut dan
konsisten terhadap langkah-langkah serta kebenaran hasil)
2.2.1 Peserta didik secara ulet mampu mencari sumber pengetahuan
yang mendukung penyelesaian masalah
2.2.2 Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu bekerjasama dalam
diskusi
2.2.3 Peserta didik peduli lingkungan dan mampu memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada di sekitar
2.3.1 Peserta didik secara responsive dan aktif mampu memecahkan setiap
masalah dan mampu membuat keputusan dengan tepat dan cepat.
KD dari KI 3
3.9 Menganalisis perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi serta
menentukan bilangan oksidasi atom dalam molekul atau ion.
Indikator:
3.9.1 Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan
reaksi redoks.
3.9.2 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi
atom unsur dalam suatu senyawa atau ion.
3.9.3 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks
dalam kehidupan sehari-hari
KD dari KI 4
4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan reaksi oksidasi-reduksi.
Indikator:
4.9.4 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan
oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.
118

4.9.5 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh


materi redoks dalam kehidupan sehari-hari dai pelaksanaan diskusi
berbasis masalah seperti perkaratan dan pencoklatan pada apel.
4.9.6 Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat
mempresentasikan hasil diskusi mengenai reaksi redoks.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik secara sadar dapat mengagungkan kebesaran Tuhan YME
dengan mempelajari materi Redoks.
2. Peserta didik dengan penuh keyakinan mampu menyadari bahwa
ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME adalah yang terbaik bagi kita
melalui pelaksanaan diskusi berbasis masalah.
3. Peserta didik secara sadar mampu mensyukuri setiap anugerah yang telah
diberikan Tuhan YME melalui pembelajaran Redoks.
4. Peserta didik secara jujur dapat mengambil solusi untuk menarik
kesimpulan dalam pemecahan masalah yang tersedia didalam diskusi
kelompok.
5. Peserta didik dengan rasa percaya diri dapat mempertanggungjawabkan
data hasil pengamatan dalam percobaan sederhana dengan menyajikan
karya.
6. Peserta didik secara teliti mampu mengolah dan menganalisis data hasil
percobaan sederhana dengan laporan sederhana pada kebenaran hasil.
7. Peserta didik secara tekun dan ulet mampu mencari sumber informasi
yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi untuk mengambil solusi
relevan yang mendukung penyelesaian masalah melalui diskusi
kelompok.
8. Peserta didik secara aktif, inovatif dan mampu melakukan kerjasama
dalam diskusi kelompok untuk mengambil solusi dalam penyelesaian
masalah yang dihadapi.
119

9. Peserta didik secara mandiri dan sadar dapat memperdulikan lingkungan


dan mampu memanfaatkan sumberdaya alam yang ada disekitar
melakukan percobaan sederhana.
10. Peserta didik secara responsif dan aktif mampu mengambil solusi-solusi
untuk memecahkan setiap permasalahan dengan tepat dan cepat melalui
diskusi dalam kelompok.
11. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep
reaksi oksidasi-reduksi.
12. Peserta didik secara cermat dapat menentukan bilangan oksidasi atom
unsur dalam suatu senyawa atau ion dengan benar melalui diskusi
kelompok.
13. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil
diskusi mengenai materi redoks dengan antusias.
14. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan
macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.

D. Materi Pembelajaran
Pertemuan Ke 1
1. Pelaksanaan pretest.
Pertemua Ke 2
Perkembangan Reaksi Redoks
1. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Oksigen
2. Konsep Reaksi Oksidai Reduksi Berdasarkan Elektron
3. Konsep Reaksi Oksidasi Reduksi Berdasarkan Perubahan Bilangan
Oksidasi
Pertemuan Ke 3
Bilangan Oksidasi
1. Penentuan Bilangan Oksidasi
Pertemua Ke 4
1. Pengamatan Percobaan Sederhana
120

Pertemuan Ke 5
1. Pelaksanaan posttest.

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


Pendekatan : scientific
Strategi : kolaboratif
Metode : diskusi, ceramah dan penugasan
Model : problem based learning

F. Media dan Sumber Belajar


1. Media : Laptop dan LCD.
2. Sumber Belajar :
 LKS ( lembar kerja peserta didik)
 Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Unggul
Sudarmo.
 Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Erlangga oleh Michael Purba
dan Sunardi.
 Buku Kimia SMA Kelas X, Penerbit Arya Duta oleh Jamiludin
Hidayat
 Buku Kimia Dasar I, Universitas Negeri Semarang oleh Kasmadi
Imam Supardi dan Gatot Luhbandjono

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1 (2 x 45 menit)
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Pendahuluan  Guru memberikan salam. 5 menit
 Guru memperkenalkan diri sebagai
mahasiswa penelitian
121

 Guru mempersilahkan salah satu peserta


didik memimpin doa.
 Guru menanyakan kehadiran peserta didik
 Guru memberikan pretest.
Inti  Pelaksanaan pretest 90 menit
Penutup  Guru memberikan arahan peserta didik 5 menit
untuk mengumpulkan soal dan lembar
jawab pretest.
 Guru menutup pertemuan dengan do’a dan
salam penutup

Pertemuan Ke 2 (1 x 45 menit)

LANGKAH ALOKASI
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
PBL WAKTU

Pendahuluan - Guru memberikan salam. 10 menit


- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
- Guru mempersilahkan salah satu
peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
- Melakukan penyegaran kepada
siswa dengan memberikan
pertanyaan terkait materi yang
akan dipelajari yaitu Redoks,
“Pernah melihat besi berkarat ?
mengapa bias besi tersebut
berkarat?”
122

Inti  Guru membagi peserta didik dalam 30 menit


beberapa kelompok kecil.
Mengamati
- Guru mengomando siswa untuk
duduk bersama kelompok
diskusinya.
 Mengorientasi - Guru membagikan lembar diskusi
Peserta Didik kepada tiap-tiap kelompok
Pada Masalah mengenai perkembangan konsep
redoks dengan memberikan
sebuah permasalahan mengenai
perkaratan pada besi yang biasa
dijumpai dalam lingkungan
sekitar.
Menanya
 Mengorganisa - Peserta didik melakukan diskusi
sikan sesuai dengan petunjuk yang
Kegiatan tertera dalam lembar diskusi.
Belajar - Bersama anggota kelompoknya
peserta didik mengelompokkan
reaksi-reaksi yang disediakan
dalam kelompok perkembangan
konsep redoks dan reaksi bukan
redoks.
Mengumpulkan Data
 Membimbing - Dalam menjawab persoalan dalam
Kegiatan diskusi peserta didik dibebaskan
Penyelidikan untuk mencari diberbagai sumber
Mandiri belajar.
Mengasosiasikan
123

- Guru bersama observer


melakukan penilaian pada aspek
afektif dan psikomotorik siswa.
Mengkomunikasikan
 Mengembang - Tiap kelompok bertugas
kan dan mempresentasikan hasil diskusi
Menyajikan yang telah dilakukannya.
Karya - Kelompok yang tidak mendapat
 Analisis dan giliran presentasi bertugas untuk
Evaluasi memberikan pendapat maupun
kritik-saran kepada kelompok
yang presentasi.
Penutup - Guru memberikan analisis hasil 10 menit
kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
- Guru memberikan apresiasi
kembali kepada kelompok dengan
hasil diskusi terbaik. Dan
memberikan motivasi tambahan
kepada peserta didik lain untuk
terus belajar.
- Guru menutup pertemuan dengan
do’a dan salam.

Pertemuan Ke 3 (2 x 45 menit)

Langkah Alokasi
Kegiatan Deskripsi
PBL Waktu
Pendahuluan - Guru memberikan salam.
- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
124

- Guru mempersilahkan salah satu


peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
- Guru memberikan pertanyaan
mengenai perkembangan konsep
redoks berdasarkan perubahan
biloks. “Anak-anak apakah yang
dimaksud dengan reaksi oksidasi
dan reduksi berdasarkan konsep
perubahan bilangan oksidasi ?
Inti Guru menginstruksikan kepada Peserta 65 menit
didik untuk duduk bersama anggota
kelompoknya.
Mengamati:
 Mengorientasi - Setiap kelompok mendapat lembar
Peserta Didik diskusi yang berupa penentuan
Pada Masalah bilangan oksidasi dengan
 Mengorganisasi menggunakan rumus lewis dan
kan Kegiatan tingkat keelektronegatifan suatu
Belajar atom.
Menanya:
 Membimbing - Guru memberi arahan tentang
Kegiatan langkah menyelesaikan diskusi ini
Penyeidikan dengan mengaitkan siswa pada
Mandiri materi di semester sebelumnya.
Kemudian memberikan contoh
penyelesaian diskusi pada nomor 1.
Pengumpulkan data:
- Dalam menyelesaikan diskusi
siswa diijinkan untuk mencari
125

sumber informasi dari segala


sumber mengenai
keelektronegatifan dan nomor atom
suatu unsur.
Mengasosiasikan:
- Dalam menjawab hasil diskusi
 Mengembangka siswa harus menyelesaikan dengan
n dan menuliskan rumus lewis dan
Menyajikan penjelasan mengenai tingkat
Karya keelektronegatifan sehingga biloks
atom dapat diketahui.
Mengkomunikasikan:
- Perwakilan setiap kelompok maju
 Analisis dan untuk menjawab satu nomor dari
Evaluasi diskusi yang telah dilakukan dan
ditulis di papan tuis untuk
dianalisis secara bersama.
Penutup  Guru memberikan penghargaan 10 menit
kepada kelompok terbaik dalam
pelaksanaan diskusi.
 Guru memberikan tugas lanjutan
kepada peserta didik untuk
mempelajari kembali materi
redoks yang dipelajari hari ini dan
pertemuan sebelumnya
 Guru menutup pertemuan dengan
do’a dan salam penutup.
126

Pertemuan Ke 4 (1 x 45 menit)

Langkah Alokasi
Kegiatan Deskripsi
PBL Waktu
Pendahuluan - Guru memberikan salam.
- Guru menanyakan kehadiran
peserta didik.
- Guru mempersilahkan salah satu
peserta didik memimpin doa.
- Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Inti - Guru memhimbau kepada peserta 30 menit
didik untuk duduk bersama
kelompok investigasinya.
Mengamati:
 Mengorientasi - Guru memutar sebuah video
Peserta Didik mengenai demonstrasi pengaruh
Pada Masalah jenis larutan terhadap kecepatan
korosi.
- Kemudian Guru menunjukkan hasil
percobaan sederhana yang
dilakukan selama tiga hari.
Menanya:
 Mengorganisas - Dari hasil percobaan sederhana
ikan Kegiatan dalam demonstrasi kemudian setiap
Belajar kelompok mendiskusikannya sesuai
dengan lembar diskusi.
Pengumpulkan data:
- Data yang diperoleh kemudian
diamati dan dicari solusi
pemecahannya. Dalam mencari
127

 Membimbing pemecahannya peserta didik dapat


Kegiatan membuka segala sumber informasi
Penyelidikan yang relevan.
Mandiri Mengasosiasikan:
- Kemudian setiap kelompok
 Mengembangk menarik kesimpulan dari percobaan
an dan sederhana ini berdasarkan solusi
Menyajikan pemecahan yang didapat.
Karya Mengkomunikasikan:
- Masing –masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas dengan penuh
semangat.
- Kelompok yang tidak bertugas
mempresentasikan hasil diskusinya
dapat memberikan saran dan kritik
 Analisis dan
kepada kelompok yang sedang
Evaluasi
presentasi.

Penutup  Meminta salah satu peserta didik 10 menit


membacakan kesimpulan yang
telah dibuat.
 Guru membetulkan jika masih ada
yang salah.
 Guru memberi arahan kepada
peserta didik agar tetap semangat
belajar karena dipertemuan
selanjutnya akan diadakan posttest.
128

Pertemuan Ke 5 (2 x 45 menit)

Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Pendahuluan  Guru memberikan salam dan memimpin 90 menit
doa.
 Guru menanyakan kehadiran peserta didik
 Guru membagikan lembar soal dan
jawaban postest.
Inti  Pelaksanaan posttest.
Penutup  Guru memberikan arahan peserta didik
untuk mengumpulkan soal dan lembar
jawab postest.
 Guru memberikan kenang-kenangan
kepada Peserta didik.
 Guru menutup pertemuan dengan do’a dan
salam penutup
H. Penilaian
1. Penilaian Pengetahuan (terlampir)
2. Penilaian Sikap (terlampir)
3. Penilaian Ketrampilan (terlampir)

Semarang, Januari 2015

Mengetahui,
Guru Pamong Guru Praktikan

Mentari Nur Rizkyawati


NIP NIM 4301411125
129
129

Lampiran 3. Bahan Ajar Siswa

Bahan Ajar Kimia Kelas X MIPA


Semester Genap
Reaksi Reduksi dan Oksidasi (REDOKS)

Oleh : MENTARI NUR


RIZKYAWATI
130

Reaksi Reduksi dan Oksidasi

Mengapa daging buah apel yang tadinya berwarna putih setelah dibiarkan di udara
berubah warna menjadi cokelat? Apakah ada buah lain yang dapat mengalami hal
serupa? Pada kehidupan sehari-hari sering dijumpai besi berubah menjadi karat
besi. Mengapa logam besi bisa berkarat? Bagaimana dengan logam-logam lainnya?
Kedua contoh tersebut merupakan proses terjadinya reaksi oksidasi dan reduksi.
Nah, sekarang kita akan mempelajari konsep reaksi redoks dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.

A. Konsep Redoks
Redoks adalah singkatan dari Reduksi dan Oksidasi. Seiring dengan
meningkatnya pemahaman kimia, konsep redoks juga mengalami
pertumbuhan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.


Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah proses pelepasan oksigen.
Sedangkan oksidasi adalah peristiwa pengikatan oksigen. Contoh :

a) Pelepasan oksigen (reduksi) : 2 KClO3  2 KCl + O2 (di sini


yang mengalami reduksi adalah KClO3)
b) Pengikatan oksigen (oksidasi)2 Fe + 3O2  2 Fe2O3 (di sini
yang mengalami oksidasi adalah Fe)
2. Berdasarkan penangkapan dan pembebasan electron.
Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah proses penangkapan
electron. Sedangkan oksidasi adalah proses pembebasan electron.
Contoh :

c) Penangkapan elektron (reduksi) Zn2+ + 2e- 


Zn
d) Pembebasan electron (oksidasi) Cu  Cu2+ +
2e-
3. Berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
Berdasarkan konsep ini, reduksi adalah peristiwa penurunan
bilangan oksidasi. Sedangkan oksidasi adalah persitiwa naiknya
bilangan oksidasi. Contoh :
131

B. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidasi adalah angka atau nilai yang menentukan jumlah electron
yang dapat diterima dan dilepas oleh suatu atom dalam bentuk molekul atau
ion. Penentuan bilangan oksidasi dari suatu atom unsur dalam molekul atau
ion mengikuti beberapa aturan sebagai berikut :

a) Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomic, dan


poliatomik) dan molekul bebas serta dalam bentuk senyawa adalah
nol (0)
b) Bilangan oksidasi atom logam dalam senyawa selalu positif. Khusus
untuk logam golongan IA, IIA, dan logam Al, bilangan oksidasinya
sama dengan golongannya.
c) Bilangan oksidasi atom H dalam senyawa atau ion umumnya adalah
+1, kecuali jika berikatan dengan unsur logam (senyawa hidrida),
misalnya, KH (bilangan oksidasi H = -1).
d) Bilangan oksidasi atom O dalam senyawa adalah -2, kecuali bila
berikatan dengan atom F, senyawa peroksida, dan superperoksida.
OF2 : bilangan oksidasi dari O = +2

H2O2 : bilangan oksidasi dari O = -1

KO2 : bilangan oksidasi dari O = -1/2

e) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam molekul / senyawa netral


adalah nol (0).
f) Jumlah bilangan oksidasi atom dalam suatu senyawa ion sama
dengan jumlah muatan ion.
C. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang mengandung peristiwa perubahan
bilangan oksidasi (penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. dalam suatu
reaksi redoks, unsur yang mengalami penurunan bilangan oksidasi disebut
oksidator, sedangkan yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi disebut
reduktor. Contoh :
132

Reduktor : H2S...... hasil oksidasi : S


Oksidator : HNO3 hasil reduksi : NO

D. Reaksi Autoredoks (disproporsionasi)


Reaksi Autoredoks terjadi jika salah satu unsur mengalami reduksi dan
oksidasi (penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi). contoh :

Pada reaksi ini Cl2 mengalami penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi.
sehingga reaksi ini disebut reaksi autoredoks.

Kebalikan reaksi disproporsionasi adalah reaksi kompromisasi. Contoh :

Pada rekasi ini, H2S berfungsi sebagai reduktor, sedangkan SO2 sebagai
oksidator.

E. Aplikasi Reaksi Redoks dalam Kehidupan Sehari-hari..


Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari atau
dalam industri. Berikut ini akan dijelaskan beberapa aplikasi reaksi redoks
dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

1. Reaksi Redoks pada Pengolahan logam.


Reaksi redoks ini diterapkan pada proses setelah dipisahkan dari
batu reja (karang) baik secara kimia maupun fisika yang kemudian
dipekatkan menjadi bijih pekat. Bijih pekat tersebut direduksi
dengan zat pereduksi yang paling tepat.

Contoh : reaksi elektrolisis logam aluminium.

3 C(s) + 4 Al3+(l) + 6 O2-(l)  4 Al(s) + 3 CO2(g)


133

reduksi

2. Reaksi Pembakaran
Pencernaan makanan didalam tubuh juga dapat dikategorikan
sebagai reaksi pembakaran dan merupakan salah satu contoh dari
reaksi redoks. Karena kandungan makanan yang kita makan seperti
glukosa akan mengalami oksidasi dengan oksigen yang kita hirup.
Peristiwa oksidasi tersebut kemudian akan menghasilkan energi
untuk tubuh kita dan mengeluarkan zat sisa berupa CO2 dan H2O.

Reaksi yang terjadi :

C6H12O6(aq) + 6O2 (g) Energi + 6CO2 (g) + 6H2O(g)

3. Reaksi Redoks pada Penyambungan Besi.


Rel-rel besi dilas dengan proses termit. Campuran aluminium dan
besi oksida disulut untuk memulai reaksi redoks dan panas yang
dihasilkan dapat melumerkan permukaan rel. Reaksi : 2 Al(s) +
Fe2O3(s)  2 Fe(s) + Al2O3(s)

4. Reaksi Redoks pada Sel Aki.


Reaksi penggunaan sel aki sebagai berikut

Aki

Pada saat aki digunakan terjadi reaksi redoks, di mana Pb mengalami reaksi
oksidasi membentuk PbSO4 dan PbO2 mengalami reaksi reduksi membentuk
PbSO4

5. Oksidasi Pada Buah Apel


Buah apel yang dibelah dan kemudian dibiarkan beberapa saat maka
bagian yang terbelah tersebut akan mengalami perubahan warna
manjadi kecoklatan ini terjadi karena adanya reaksi oksidasi antara
134

zat yang terkandung dalam buah apel dengan lingkungan sekitar


(O2)

6. Reaksi Redoks pada Baterai (Sel Leclanche).


perubahan bilangan oksidasi pada reaksi pemakaian baterai.

7. Reaksi Aluminotermik
Salah satu pemanfaatan aluminium adalah dengan adanya Reaksi
Aluminotermik. Reaksinya adalah sebagai berikut :

4Al + 3O2 2Al2O3

Reaksi ini tahan dengan suhu yang cukup tinggi, biasanya reaksi
aluminotermik digunakan untuk melindungi logam-logam yang
tahan dengan suhu tinggi namun tidak tahan terhadap korosi dan
oksidasi logamnya cukup buruk contohnya yaitu niobium dan
tantalium (logam refraktori), reaksi aluminotermik ini digunakan
sebagai pelindung logam-logam tersebut terhadap korosi dan
oksidasi logam tersebut.

Dilihat dari reaksi aluminotermik sendiri yang menggunakan


oksigen, sehingga reaksi ini termasuk dalam konsep perkembangan
redoks berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.

8. Reaksi Redoks pada Pengolahan Air Limbah.


Konsep reaksi redoks sering dimanfaatkan dalam proses pengolahan
air limbah. Di dalam suatu tempat pengolahan, limbah dilewatkan
pada serangkaian sekat dan ruangan yang di dalamnya dilakukan
beberapa proses, termasuk proses kimia untuk mengurangi kotoran
dan zat racun. Pada umumnya, proses pengolahan air limbah terdiri
dari tiga fase pengolahan utama, yaitu primer, sekunder, dan tersier.

a. Pada pengolahan primer, sebagaian besar zat padat dan zat-zat


anorganik dihilangkan dari limbah.
135

b. Pada pengolahan sekunder. Zat-zat organic dikurangi dengan


mempercepat proses-proses biologi secara alamiah. Untuk
mengurangi zat-zat organic dalam air limbah dilakukan reaksi
oksidasi menggunakan lumpur aktif yang mengandung banyak
bakteri aerob. Reaksinya sebagai berikut :

CH2O + O2  CO2 + biomasa

Senyawa N organic NH4+ + NO3-

Senyawa P organic H2PO4- ; HPO42-

c. Pada proses tersier, sisa-sisa zat padat, zat-zat beracun, logam


berat, dan bakteri dihilangkan dari air, sehingga air tersebut bebas
dari kotoran yang mungkin terdapat di dalamnya.
136

Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa


A. Pertemuan I
TUGAS 1
LEMBAR DISKUSI

PERKEMBANGAN KONSEP REDOKS

Kelompok :
Anggota :

Petunjuk Pelaksanaan Diskusi :

1. Isilah terlebih dahulu identitas kelompok pada kolom yang telah disediakan.
2. Pelajarilah terlebih dahulu materi mengenai Perkembangan Konsep Redoks
pada sumber belajar yang kalian miliki.
3. Setiap anggota kelompok wajib berpartisipasi aktif dalam diskusi untuk
menambah poin kelompok.
4. Kerjakan dengan teliti dan cermat, lembar diskusi ini dikerjakan sesuai
waktu yang ditentukan guru.
TUJUAN :
Peserta didik secara teliti mampu mengindentifikasi perkembangan
reaksi redoks.

Fase 1 : Memahami Masalah


Siswa akan dihadapkan pada permasalahan awal mengenai reaksi
redoks yang ada disekelilingnya yaitu peristiwa perkaratan logam
atau korosi logam.
PERMASALAHAN

Pernahkah kalian melihat benda-benda yang rusak karena korosi ? korosi atau
perkaratan biasa kita lihat pada logam besi yang dibiarkan begitu saja. Terjadi karena
adanya kontak langsung dengan air dan oksigen, sehingga besi
teroksidasi yang akhirnya mengalami korosi.
Tapi ?? apakah semua reaksi kimia menggunakan oksigen ??
apakah reaksi yang menggunakan oksigen saja yang dapat mengalami oksidasi dan
reduksi ? bagaimana dengan oksidasi dan reduksi pada reaksi lain yang tidak
menggunakan oksigen ?
137

Fase 2 : Mengorientasikan Dalam Kegiatan Belajar


Dari permasalahan yang dihadapkan kemudian siswa dibagi dalam
beberapa kelompok untuk melakukan diskusi dan penyelidikan awal.

Fase 3 : Melakukan Penyelidikan Mandiri


Siswa yang terbagi dalam beberapa kelompok kecil melakukan diskusi
awal sebagai pengantar penyelidikan yaitu mengenai perkembangan
konsep redoks.

TUGAS  Dari permasalahan diatas jawablah pertanyaan-pertanyaan


berikut ini :
1. Bilamana semua logam-logam misal sejenis Fe, Al, Zn, Sn, dan Pb
mengalami peristiwa korosi ?
2. Benda-benda disekeliling kita seperti pagar, jembatan dan tiang sebagian
besar terbuat dari logam besi (Fe) yang kita ketahui bahwa besi mudah
terkorosi. Dalam peristiwa korosi pada besi tersebut terjadi sebuah reaksi
kimia, tunjukkan reaksi korosi yang terjadi ! (Tunjukkan pula oksidator dan
reduktornya)
3. Sebutkan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghambat
terjadinya korosi pada berbagai jenis logam ?
4. Tunjukkanlah 15 reaksi-reaksi kimia yang kamu ketahui baik itu
menggunakan oksigen maupun tidak !
5. Apakah semua contoh reaksi yang kalian temukan tersebut merupakan contoh
dari reaksi redoks ? Pisahkan antara yang redoks dan bukan redoks ?
6. Tidak semua reaksi redoks yang kalian temukan menggunakan oksigen,
sehingga konsep redoks mengalami perkembangan. Sekarang coba jelaskan
menurut pandangan kalian mengenai perkembangan konsep redoks yang ada
termasuk penjelasan mengenai oksidasi dan reduksinya !
7. Dari reaksi-reaksi yang termasuk redoks tadi yang kalian temukan, sekarang
kelompokkanlah sesuai dengan jenis perkembangan konsep redoks yang ada!

Fase 4 : Mengembangkan Dan Menyajikan Karya

Dari hasil diskusi yang dilakukan siswa kemudian membuat sebuah


lembar jawab yang kemudian dipresentasikan hasilnya didepan
kelas
JAWAB  :

1. Logam-logam jenis Fe, Al, Zn, Sn, dan Pb yang dibiarkan begitu saja......
.....................................................................................................................
138

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

2. Reaksi korosi yang terjadi pada Fe ..........................................................


.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

3. Pencegahan yang dapat kita lakukan pada...................................................


.....................................................................................................................

4. 15 reaksi kimia
.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

5. Reaksi redoks dan bukan redoks


No. Reaksi Redoks Bukan Redoks Alasan
139

6. Konsep Perkembangan Redoks


a. Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Oksigen
.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

b. Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Elektron


.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

c. Konsep Perkembangan Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan


Oksidasi
.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

.....................................................................................................................

7. Berikut disediakan beberapa reaksi kimia, kelompok reaksi-reaksi


berdasarkan perkembangan konsep redoks yang ada.

Konsep Redoks Berdasarkan


Oksigen

Konsep redoks Berdasarkan


Elektron

Konsep Redoks Berdasarkan


Perubahan Biloks
140

Fase 5 : Analisis dan Evaluasi


Siswa setelah melakukan presentasi mengenai hasil diskusi yang dilakukan,
kemudian hasil tersebut kemudian kelompok yang sedang tidak bertugas
presentasi memberikan analisis mengenai hasil kelompok lain dan evaluasi
jawabannya dilakukan oleh kelompok presentasi dengan bimbingan guru
141

LEMBAR KERJA SISWA MANDIRI


TUGAS 2
PENENTUAN BILANGAN OKSIDASI

Kelompok :
Anggota :

TUJUAN :

 Peserta didik secara cermat mampu menentukan bilangan oksidasi


atom unsur dalam suatu senyawa atau ion.
 Peserta didik secara logis dapat mengidentifikasi dan menentukan
oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks.

PERMASALAHAN 

Pada semester sebelumnya, kalian sudah mempelajari mengenai


Sistem Periodik Unsur serta Ikatan kimia bukan ?? ayo diingat-
ingat lagi!!!! Terutama pada bagian sifat keperiodikan unsur
mengenai keelektronegatifan dan struktur lewis pada ikatan
Kimia. Sudah mengingatnya sekarang ? ayo lakukan diskusi
, berikut untuk mengetahui biloks setiap unsur .....

PENGANTAR :

Atom-atom dalam suatu senyawa mengemban muatan listrik tertentu. Misalnya


HCl, atom hidrogen mengemban muatan positif sedangkan klorin mengemban
muatan negatif karena keelektronegatifan klorin lebih besar daripada
keelektronegatifan hidrogen. Besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom
142

dalam senyawa, jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih
elektronegatif disebut Bilangan Oksidasi.

TUGAS  Tentukan bilangan-bilangan oksidasi setiap unsur dalam


senyawa berikut dengan menggunakan rumus lewis dan
tentukan tingkat kelektronegatifannya!

1. Berapakah bilangan oksidasi H dan O dalam senyawa H2O ?


2. Berapakah bilangan oksidasi H dan O dalam senyawa H2O2 (Hidrogen
peroksida) ?
3. Berapakah bilangan oksidasi O dalam O2 ?
4. Berapakah bilangan oksidasi Na dan H dalam senyawa NaH ?
5. Berapakah bilangan oksidasi O dan F dalam senyawa OF2 ?
6. Berapakah bilangan oksidasi CL dalam Cl2 ?

Jawab =

1. Rumus lewis H2O :

...........................................................

Oleh karena O lebih elektronegatif daripada H, maka elektron ikatan


didistribusikan pada atom O. Jadi, bilangan oksidasi O = -2, sedangkan H masing-
masing = +1.

2. Rumus Lewis H2O2

 selamat mengerjakan 
143

B. Pertemuan II

LEMBAR PENYELIDIKAN SISWA

MATERI REDOKS

TUJUAN :

 Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan penerapan redoks dalam


kehidupan sehari-hari.
 Peserta didik secara cermat dapat mendeskripsikan pengaruh materi redoks
dalam kehidupan sehari-hari.
Fase 1 : Mengorganisasikan Masalah
Siswa dalam kelompok investigasinya dihadapakan dengan contoh
permasalahan atau fenomena dikehidupan nyata terkait redoks yaitu buah apel.
Kemudian setiap kelompok dihadapkan kembali dengan permasalahn yang
berbeda-beda mengenai pemecahan masalah juga dikehidupan nyata.
Kemudian dari permasalahan terkait buah apel dan yang didapatkan dilakukan
penyelidikan berkelompok.

PERMASALAHAN 
Penerapan konsep redoks dalam kehidupan sehari-hari dalam memecahkan
masalah lingkungan sangat beragam. Dari yang sederhana
yaitu ketika kita memakan buah apel yang kemudian
dibiarkan begitu saja akan berubah menjadi coklat, karena
senyawa didalam buah apel teroksidasi dengan oksigen
diudara. Mengapa bisa buah apel teroksidasi ? bagaimana
dengan buah yang lain ? permasalahan serupa juga yang harus kalian pelajari
terkait penerapan redoks dan cari solusinya !!
144

Fase 2 : Mengorientasikan dalam Kegiatan Belajar


Dua permasalahan yang didapatkan oleh setiap kelompok kemudian dilakukan
penyelidikan dan dicari informasinya mengenai solusi dan reaksi redoks yang
terjadi.

Fase 3 : Melakukan Penyelidikan Kelompok


Siswa melakukan penyelidikan berkelompok pada setiap tempat untuk
mengetahui penerapan redoks yang terjadi. Kemudian dari penyelidikan
tersebut dikumpulkanlah data.

TUGAS 

Tiap kelompok penyelidikan yang sudah dibentuk pada pertemuan


sebelumnya untuk melakukan pengamatan peristiwa reaksi oksidasi pada
apel dan investigasi lapangan mengenai penerapan materi Redoks dalam
kehidupan sehari-hari yang didapat.

Dari hasil investigasi tersebut kemudian dibuat sebuah presentasi


kelompok.

Fase 4 : Mengembangkan dan Menyajikan Karya


Data hasil dari penyelidikan kemudian dicari solusi pemecahan masalahnya
dari berbagai sumber. Kemudian data-data tersebut dibuat sebuah karya untuk
dipresentasikan.
145

 Tugas Investigasi Lapangan


Lokasi Investigasi yang akan di pilih oleh tiap kelompok :

1. Rumah warga di dekat atau tepi laut


 Melakukan penyelidikan untukmengetahui kondisi logam yang
terdapat ditepi laut, penyelidikan di rumah warga untuk mengetahui
perkaratan logam yang disebabkan oleh air laut.
2. Bengkel mobil
 Penyelidikan yang dilakukan di bengkel mobil, untuk mengetahui
penerapan konsep redoks yang terjadi di aki kendaraan.
3. Toko besi/ Bengkel las
 Melakukan penyelidikan di bengkel las atau toko besi, untuk
mengetahui penerapan konsep redoks pada saat penyambungan logam
besi.
4. Menara pemancar
 Melakukan penyelidikan diarea menara pemancar untuk mengetahui
kondisi logam dan perlakuan yang diterapkan sehingga menara tidak
cepat korosi dan keropos sehingga tidak mudah roboh.
5. Toko perhiasan
 Penyelidikan yang dilakukan di toko perhiasan atau aksesoris yang
terbuat dari logam, untuk mengetahui penerapan konsep redoks pada
pengolahan logam sehingga dapat dibentuk sedemikian rupa.
6. Tempat jual-beli rongsok
 Penyelidikan yang dilakukan ditempat jual-beli rongsok atau logam
bekas, untuk mengetahui perlakuan dalam menanangi logam yang
sudah mengalami perkaratan atau korosi.
7. Tempat Pembuatan Tape
 Melakukan penyelidikan di tempat pembuatan tape, untuk mengetahui
reaksi redoks yang diterapkan dalam pembuatan tape.

Fase 5 : Analisis dan Evaluasi


Hasil dari penyelidikan kemudian dipresentasikan dan dilakukan analisis oleh
kelompok lain dan dievalusi secara bersama-sama dengan bimbingan guru
146

LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK


MATERI REDOKS

Kelompok :
Anggota :

Petunjuk Umum :
 Isilah indentitas pada kolom yang sudah disediakan.
 Pelajarilah lembar investigasi terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan
investigasi.
 Lembar investigasi ini diisi berdasarkan tugas investigasi yang diperoleh
oleh tiap kelompok
 Tugas investigasi dilakukan selama satu minggu, setiap hasil investigasi
dicatat dalam tabel data yang disediakan.
 Lengkapi lembar kerja dibawah ini dengan cermat dan teliti sesuai dengan
data dan teori yang relevan.
 Ketua kelompok wajib mencatat dan menilai kinerja setiap anggota
kelompok dalam melakukan investigasi.

Tujuan Pembelajaran :
1. Peserta didik secara teliti mampu mengidentifikasi perkembangan konsep
reaksi oksidasi-reduksi.
2. Pesrta didik secara mandiri dapat melakukan investigasi mengenai
penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari
3. Peserta didik secara mandiri dapat menjelaskan serta mendeskripsikan
macam-macam penerapan materi redoks di lingkungan sekitar.
4. Peserta didik dengan penuh tanggungjawab dapat mempresentasikan hasil
diskusi mengenai materi redoks dengan antusias.
147

Fase 1 : Mengorganisasikan Masalah

Siswa dengan kelompok investigasinya kembali melakukan penyelidikan. Namun


kali ini penyelidikan berupa percobaan sederhana mengenai redoks. Tentang
pengaruh korosi terhadap jenis larutan disekitarnya.

PERMASALAHAN 

Alam telah menyediakan segala sesuatunya dengan sedemikian


begitu juga dengan larutannya terdiri dari tiga jenis yaitu larutan
asam, basa, dan garam. Masing-masing jenis larutan tersebut
memiliki sifat yang berbeda satu sama lain.

Coba sekarang dengan kelompok investigasimu, lakukanlah sebuah


penyelidikan dari setiap jenis larutan tersebut dengan meletakkan
sebuah logam didalamnya.
Ayo lakukanlah penyelidikan berikut ...............

Fase 2 : Mengorientasikan dalam Kegiatan Belajar

Setiap kelompok investigasi melakukan pengamatan pada percobaan sederhana


mengenai redoks ini dengan rentang waktu yang ditentukan.

a. Alat dan Bahan


…………...........….sebagai lerutan asam ………………………………
………….................sebagai larutan basa ………………………………
……………...........sebagai larutan garam ………………………………

b. Identifikasi Permasalahan
Di alam ini terdapat tiga jenis larutan yaitu larutan asam, basa, dan garam. Salah
satu dari larutan tersebut ada yang bersifat korosif pada logam, contohnya yaitu
besi. Dalam penyelidikan sederhana ini disediakan 3 larutan yaitu larutan jeruk
nipis sebagai asam, larutan sabun pemutih pakaian sebagai basa, dan larutan
garam tentunya sebagai garam serta 3 buah logam dengan jenis yang sama.
148

Kemudian dilakukan pengamatan mengenai kondisi logam dalam tiap-tiap


larutan.
 Bagaimana kondisi logam setelah beberapa waktu terendam di tiap-tiap
larutan ?
 Logam manakah yang mengalami perubahan mencolok ? Mengapa ?
 Reaksi apa yang terjadi ? Termasuk dalam konsep redoks apa ?

Fase 3 : Membimbing Penyelidikan Mandiri

Setiap Siswa dengan kelompoknya melakukan penyelidikan pada percobaan


sederhana untuk mencari data pada pengaruh jenis larutan terhadap korosi.

c. Mengumpulkan Data
Data Investigasi

Pengamatan Larutan Uji


No Waktu
Air Jeruk Nipis Air Sabun Air Garam/Laut

d. Menganalisis Data
 Pada awal logam dimasukkan dalam tiap-tiap larutan apakah yang terjadi ?
 Setelah beberapa hari terendam, logam dalam larutan manakah yang
mengalami perubahan signifikan ?
 Mengapa larutan tersebut dapat mengubah kondisi logam secara signifikan ?
 Bagaimana kalian menghubungkannya dengan materi redoks ?
 Tuliskan reaksi yang terjadi !
149

…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………
…………………………………………………………………………………
e. Kesimpulan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………

Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan karya

Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan kemudian setiap siswa membuat
sebuah laporan sederhana mengenai hasil pengamatan yang dilakukan disertai
dengan analisis dan teori yang mendukung.

TUGAS INVESTIGASI KELOMPOK

 Tugas Investigasi Berkala Dalam Kelas


Kelompok III & VI
Kelompok I & IV Kelompok II & V
Membawa =
Membawa = Membawa =
- 3 potongan kecil
- 3 potongan kecil
- 3 paku bekas kaleng bekas
cutter
- 1 buah jeruk nipis - 1 buah jeruk nipis
- 1 buah jeruk nipis
- 1 sendok detergen - 1 sendok detergen
- 1 sendok detergen
- 1 buah garam krosok - 1 buah garam krosok
- 1 buah garam krosok
- 3 air mineral gelas - 3 air mineral gelas
- 3 air mineral gelas

Fase 5 : Analisis dan Evaluasi

Setiap kelompok membuat presentasi berupa power point mengenai hasil


pengamatan yang dilakukan beserta analisis dan kesimpulan. Kemudian setelah
presentasi dilakukan sesi tanya jawab guna untuk menganalisis dan evaluasi
bersama hasil percobaan yang didapat.
150

Lampiran 5. Soal Essay Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

KISI-KISI SOAL URAIAN

Indikator
Indikator Kemampuan Ranah
Kompetensi Dasar Soal
Ketercapaian Pemecahan Kognitif
Masalah

3.9 Menganalisis 3.9.1 Peserta didik  Memperhitungkan 1. Aluminium merupakan jenis logam
perkembangan secara teliti Segala yang ringan, logam yang aktif dan
konsep reaksi mampu Kemungkinan mudah teroksidasi menjadi ion +3.
oksidasi-reduksi mengindentifikasi Menyajikan Logam aluminium ini biasa
pertanyaan dengan
serta menentukan perkembangan digunakan sebagai pelapis untuk
jawaban benar
bilangan oksidasi reaksi redoks. lebih dari satu. melindungi logam yang mengalami
atom dalam korosi dengan reaksi yang disebut
molekul atau ion. C4 sebagai Reaksi Aluminotermik.
Reaksi kimianya adalah sebagai
berikut :
4Al + 3O2 2Al2O3

Dari reaksi tersebut diatas, jelaskan


dengan salah satu perkembangan
konsep redoks yang menurut kalian
paling tepat ! Skor : 10
151

 Penalaran Logis 2. Glukosa adalah zat makanan yang


Menyajikan dibutuhkan tubuh sebagai sumber
pertanyaan tentang energi. Didalam tubuh glukosa
penerapan redoks dicerna melalui proses pembakaran,
dimana proses pembakaran ini
dalam kehidupan
termasuk contoh reaksi redoks.
sehari-hari, C4 Jelaskan reaksi pembakaran yang
kemudian terjadi dalam tubuh jika dikaitkan
menganalisis dengan materi redoks apakah
peristiwanya mengalami reaksi oksidasi atau
termasuk oksidasi reduksi dan tunjukkan pula reaksi
ataukah reduksi. yang terjadi !
Skor : 10

3.9.3 Peserta didik  Memahami 3. Penerapan konsep redoks yang


secara mandiri Masalah sering kita jumpai adalah peristiwa
dapat Menyajikan korosi atau perkaratan yang terjadi
masalah yang biasa pada logam besi. Jelaskan peristiwa
menjelaskan
dijumpai dalam perkaratan yang terjadi pada logam
penerapan redoks besi tersebut !
dalam kehidupan lingkungan sekitar C4
Sebutkan pula 2 contoh lain
sehari-hari kemudian mencari mengenai penerapan konsep redoks
masalah yang beserta penjelasannya yang kalian
serupa namun ketahui selain yang terdapat pada
dengan jenis lain. soal-soal ini !
Skor :10
152

4.9.2 Peserta didik  Menemukan Suatu 4. Kemajuan industri tekstil


secara cermat Pola membawa dampak positif dan
dapat Menyajikan dampak negatif. Dampak negatif
pertanyaan yang itu misalnya menghasilkan air
mendeskripsikan
berupa pemecahan limbah yang membahayakan
pengaruh materi lingkungan. Salah satu mengatasi
redoks dalam redoks dalam
air limbah industri dengan
kehidupan sehari- lingkungan sekitar melakukan pengolahan air limbah
hari. pada bidang dengan metode lumpur aktif
industry. Siswa C3 sebelum dibuang ke lingkungan.
diharapkan dapat Kemukakan prinsip pengolahan air
menjawab dengan limbah dengan proses lumpur aktif
suatu alur atau pola tersebut !
Skor : 10
dalam lumpur aktif
ini.

 Mengevaluasi C4 5. Buah apel yang dibelah dan


Kembali Solusi. dibiarkan begitu saja mengalami
Menyajikan perubahan warna menjadi
pertanyaan berupa kecoklatan, mengapa hal tersebut
terjadi dan apa kaitannya redoks ?
permasalahan
Skor : 10
terkait materi
redoks yang sudah
dibahas solusinya
secara bersama.
153

KUNCI JAWABAN DAN JENJANG SKOR NILAI SOAL URAIAN


SOAL URAIAN KUNCI JAWABAN SKOR
NILAI
1. Aluminium merupakan jenis logam yang  Bila dilihat dari reaksi aluminotermik tersebut yang menggunakan
ringan, logam yang aktif dan mudah oksigen didalamnya dapat kita golongkan dalam perkembangan
Skor 5
teroksidasi menjadi ion +3. Logam konsep redoks yang berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen.
aluminium ini biasa digunakan sebagai 4Al + 3O2 2Al2O3
pelapis untuk melindungi logam yang Skor 10
Dari reaksi tersebut mengalami peristiwa oksidasi dimana logam Al
mengalami korosi dengan reaksi yang menangkap sejumlah oksigen untuk membentuk senyawa.
disebut sebagai Reaksi Aluminotermik.
Reaksi kimianya adalah sebagai berikut : ATAU
4Al + 3O2 2Al2O3  Reaksi aluminotermik tersebut setiap unsurnya mengalami perubahan Skor 5
bilangan oksidasi, sehingga juga dapat digolongkan dalam
Dari reaksi tersebut diatas, jelaskan dengan
perkembangan konsep redoks berdasarkan perubahan biloks.
salah satu perkembangan konsep redoks
4Al + 3O2 2Al2O3
yang menurut kalian paling tepat !
0 +6
0 -6

Al mengalami kenaikan biloks 0 menjadi +6 = Reaksi Oksidasi


Oksigen mengalami penurunan biloks 0 menjadi -6 = Reaksi Reduksi Skor 10
2. Glukosa adalah zat makanan yang Kandungan glukosa dari makanan yang kita makan akan mengalami
dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. proses pembakaran di dalam tubuh, ini berkaitan dengan oksigen yang
Skor 2,5
Didalam tubuh glukosa dicerna melalui kita hirup.
154

proses pembakaran, dimana proses Proses pembakaran glukosa di dalam tubuh mengalami reaksi oksidasi. Skor 5
pembakaran ini termasuk contoh reaksi
Peristiwa oksidasi ini kemudian akan menghasilkan energi untuk tubuh Skor 7,5
redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang
kita dan mengeluarkan zat-zat sisa berupa CO2 dan H2O.
terjadi dalam tubuh jika dikaitkan dengan
materi redoks apakah mengalami reaksi Reaksi adalah sebagai berikut :
oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula Skor 10
reaksi yang terjadi ! C6H12O6 + 6O2 Energi + 6CO2 + 6H2O

3. Penerapan konsep redoks yang sering kita Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan senyawa lain
jumpai adalah peristiwa korosi atau yang terdapat dilingkungan (air dan udara) sehingga menghasilkan
perkaratan yang terjadi pada logam besi. Skor 2,5
senyawa yang tidak dikehendaki. Besi adalah logam yang paling banyak
Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi mengalami korosi. Korosi terjadi dimana logam mengalami oksidasi dan
pada logam besi tersebut ! oksigen mengalami reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau
Sebutkan pula 2 contoh lain mengenai karbonat.
penerapan konsep redoks beserta
penjelasannya yang kalian ketahui selain Karat pada besi berupa zat berwarna cokelat kemerahan dengan rumus
yang terdapat pada soal-soal ini ! kimia Fe2O3.x H2O penyebab utamanya yaitu oksigen dan air. Skor 5
Contoh lain penerapan konsep redoks :
 Reaksi redoks pada sel aki Skor 7,5
 Penyambungan logam
 Pengolahan bijih besi Skor 10
 Fotosintesis
4. Kemajuan industri tekstil membawa Tiga fase dalam pengolahan air limbah :
dampak positif dan dampak negatif.
a) Pada pengolahan primer, sebagian besar zat padat dan zat-zat Skor 2,5
Dampak negatif itu misalnya
anorganik dihilangkan dari limbah
155

menghasilkan air limbah yang b) Pengolahan sekunder, zat-zat organic dikurangi dengan
membahayakan lingkungan. Salah satu mempercepat proses-proses biologi secara alamiah, dengan reaksi
Skor 5
mengatasi air limbah industri dengan oksidasi menggunakan lumpur aktif yang mengandung banyak
melakukan pengolahan air limbah bakteri aerob. Reaksinya sebagai berikut :
dengan metode lumpur aktif sebelum CH2O + O2 CO2 + biomassa
dibuang ke lingkungan. Kemukakan
c) Pada proses tersier, sisa-sisa zat padat, zat beracun, logam berat dan
prinsip pengolahan air limbah dengan Skor 7,5
bakteri dihilangkan dari air sehingga air bebas dari kotoran
proses lumpur aktif tersebut !
didalamnya.
Karena pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif yaitu dengan
melibatkan bakter-bakteri aerob didalamnya sehingga prinsipnya
adalah oksidasi enzimatis. Skor 10

5. Buah apel yang dibelah dan dibiarkan Buah apel yang dibelah dan kemudian dibiarkan beberapa saat maka
begitu saja mengalami perubahan warna bagian yang terbelah tersebut mengalami perubahan warna menjadi
Skor 5
menjadi kecoklatan, mengapa hal tersebut kecoklatan, ini terjadi karena adanya reaksi oksidasi.
terjadi dan apa kaitannya redoks ?
Kaitannya dengan redoks yaitu kandungan zat yang terdapat dalam buah
apel akan mengalami kontak langsung dengan lingkungan sekitar yaitu Skor 10
oksigen di udara. Sehingga mengalami reaksi oksidasi yang termasuk
dalam perkembangan konsep redoks berdasarkan pelepasan dan
pengikatan oksigen.
156

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Kognitif


KISI-KISI SOAL UJI COBA
MATERI REDOKS
Indikator Ketercapaian Nomor Ranah
Kompetensi Dasar
Kompetensi Soal Kognitif
1.9 Menganalisis 3.9.1 Peserta didik secara 1 C2
perkembangan teliti mampu
2 C2
konsep reaksi mengindentifikasi
oksidasi - reduksi perkembangan reaksi 3, 44 C3
serta menentukan redoks.
bilangan oksidasi 8 C2
atom dalam molekul 25 C4
atau ion
31 C3
35 C4
36 C4
3.9.2 Peserta didik secara 4, 49 C3
cermat mampu
6, 18 C2
menentukan bilangan
oksidasi atom unsur 9, 16, C3
dalam suatu senyawa 27
atau ion.
23 C3
32 C2
35 C4
36 C4
40 C1
43 C4
48 C3
3.9.3 Peserta didik secara 7 C2
mandiri dapat
11, 17, C1
menjelaskan
33
penerapan redoks
dalam kehidupan 12 C3
sehari-hari
14, 21,
C4
45
157

24 C3
26, 50 C2
34 C4
38 C3
4.9 Merancang, 4.9.1 Peserta didik secara 5, 28 C3
melakukan, dan logis dapat
19 C2
menyimpulkan serta mengidentifikasi dan
menyajikan hasil menentukan oksidator 29, 30 C4
percobaan reaksi dan reduktor dalam
oksidasi-reduksi. reaksi redoks.
4.9.2 Peserta didik secara 10 C3
cermat dapat
20 C2
mendeskripsikan
pengaruh materi 22, 46 C1
redoks dalam
kehidupan sehari-hari. 37 C2
13 C3
39 C4
47 C3
4.9.3 Peserta didik dengan
penuh tanggungjawab
dapat
mempresentasikan 15 C3
hasil diskusi
mengenai reaksi
redoks.
158

Lampiran 7. Soal Uji Coba Kognitif

LEMBAR SOAL UJI COBA

Mata Pelajaran : Kimia


Materi : Redoks
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 90 menit

Petunjuk umum =
 Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia
 Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia
 Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab
 Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu
 Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E sebagai jawaban yang paling
tepat.

1.
1 Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah
. ....
. a. 2Cu + O2 2CuO
b. H2 + Cl2 2HCl
c. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI
d. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
e. Mg + Cl2 MgCl2
2. Cermati pernyataan-pernyataan berikut :
1. Reaksi pelepasan oksigen
2. Reaksi pelepasan elektron
3. Reaksi pelepasan hidrogen
4. Reaksi penambahan bilangan oksidasi
Pernyataan di atas yang sesuai dengan konsep reaksi oksidasi adalah ....
a. 1, 2 dan 3 d. 2 dan 4
b. 1 dan 3 e. 3 dan 4
c. 1 dan 2
3. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen adalah ....
a. 2BaO2 2BaO + O2
b. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3
c. Mg + ½ O2 MgO
d. 4Na + O2 2Na2O
e. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3
159

4. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi


tertinggi adalah ....
a. MnO2 c. Mn2O2 e. KMnO4
b. MnO4 d. K2MnO4
5. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada ....
a. 2S + 3O2 2SO3
b. H2S + O2 SO2 + H2O
c. SO3 + NO3 + 2H+
2- -
SO42- + NO + H2O
d. 2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
e. SO2 + 2H2 S + 2H2O
6. Persamaan reaksi: Zn + NiCl2 ZnCl2 + Ni, bilangan oksidasi atom Zn
berubah dari ....
a. 0 menjadi -2 d. +2 menjadi 0
b. 0 menjadi +2 e. -2 menjadi +2
c. -2 menjadi 0
7. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut :
Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr , dari reaksi di samping dapat dikatakan
bahwa ....
a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2
b. Cr2O3 adalah oksidator
c. Logam krom adalah reduktor
d. Logam krom mengalami oksidasi
e. Krom adalah hasil oksidasi.
8. Reaksi oksidasi yang benar adalah ....
a. Mg + 2e- Mg2+ d. Al Al3+ + 3e-
b. Na Na2+ + 2e- e. Ca Ca3+ +3e-
c. Cu + 2e- Cu2+
9. Oksigen merupakan senyawa kimia yang diperlukan makhluk hidup untuk
bernafas. Oksigen tersebut mempunyai bermacam-macam bilangan oksidasi.
Oksigen dalam senyawa berikut yang mempunyai bilangan oksidasi -1 terdapat
pada ....
a. H2O d. K2O
b. O2 e. H2O2
c. N2O3
10. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung
larutan elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat
adalah ....
a. +1 d. +6
b. +2 e. +8
c. +4
11. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah ....
a. Kalium klorida b. Kalsium klorida
160

c. Kalium diklorida e. Kalsium monoklorida


d. Karbon diklorida
12. Nama yang benar menurut aturan IUPAC untuk senyawa MnSO4 dan MnO
adalah ....
a. Mangan sulfide & Mangan oksida
b. Mangan (I) sulfat & Mangan oksida
c. Mangan (I) sulfit & Mangan (II) oksida
d. Mangan (II) sulfat & Mangan (II) oksida
e. Mangan (II) sulfide & Mangan (II) oksida
13. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali ....
a. Besi dengan oksigen menjadi karat besi
b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida
c. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur
d. Kayu dibakar menjadi arang
e. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen
14. Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif.
Dampak negatif itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan
lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri dengan melakukan
pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke
lingkungan. Prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif adalah
....
a. Reaksi asam basa
b. Reaksi oksidasi enzimatis
c. Reaksi elektrolisis
d. Reaksi stoikiometris
e. Reaksi reduksi
15. Besi banyak terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak dilapisi atau dicat
maka besi tersebut akan cepat berkarat karena teroksidasi menjadi senyawa X.
Rumus kimia untuk senyawa X tersebut adalah ....
a. Fe2O d. Fe3O2
b. FeO e. Fe2O3
c. Fe3O
16. Unsur Br dapat ditemukan dengan bilangan oksidasi -1 sampai +7. Bilangan
oksidasi Br pada senyawa KBrO2 adalah ....
a. -1 c. +3 e. +7
b. -3 d. +5
17. Unsur klor dapat bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa dikloro
pentaoksida. Senyawa dikloro pentaoksida mempunyai rumus kimia ....
a. Cl2O e. Cl2O5
b. Cl2O7
c. Cl2O3
d. Cl2O4
161

18. Cl2 + 2KOH KCl + KClO + H2O


Dari persamaan reaksi diatas, bilangan oksidasi klor berubah dari ....
a. 0 menjadi -1 dan -2
b. 0 menjadi -1 dan +1
c. -1 menjadi +1 dan 0
d. +1 menjadi -1 dan 0
e. -2 menjadi 0 dan +1
19. Perhatikan reaksi berikut :
4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO
Yang bertindak sebagai oksidator adalah ....
a. ClO3- d. H2O
b. N2H4 e. NO
-
c. Cl
20. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan
dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam
senyawa Na2S2O3 adalah ....
a. +1 c. +3 e. +5
b. +2 d. +4
21. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja
dengan beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita
ketahui bahwa logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah
berkarat. Alasan yang benar untuk pernyataan tersebut adalah ....
a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat.
b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah
berkarat.
c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah
berkarat.
d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah
berkarat
e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah
berkarat.
22. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari
padat ke gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus ....
a. P5O d. P2O3
b. P3O5 e. P2O5
c. P3O10
23. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada
kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah ....
a. 0 dan +1 d. +2 dan +4
b. 0 dan +2 e. +4 dan +2
c. 0 dan +4
162

24. Pengolahan air limbah dilakukan untuk mengatasi air limbah yang berbahaya
bagi lingkungan. Pada pengolahan air limbah organik dilakukan dengan
proses lumpur aktif yang melibatkan ....
a. Senyawa kaporit d. Kapur
b. Unsur radioaktif e. Tanah liat
c. Mikroorganisme pengurai
25. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi,
adalah ....
a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O
c. Mg + HCl MgCl2 + H2
d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O
e. KI + Cl2 KCl + I2
26. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali ....
a. Pembuatan agar-agar d. Fotosintesis
b. Pencoklatan apel e. Pembakaran gas metana
c. Perkaratan besi
27. Oksigen yang mempunyai bilangan oksidasi dengan harga positif yaitu pada
senyawa ....
a. CaO d. H2O
b. Na2O e. N2O5
c. OF2
28. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut :
1) Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
2) 2H2 + O2 2H2O
3) H2 + 2Na 2NaH
4) 2H2O2 2H2O + O2
Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi....
a. 1 dan 2 d. 2 dan 3
b. 1 dan 3 e. 1 dan 4
c. 2 dan 4
29. Diantara spesi berikut yang tidak mungkin digunakan sebagai reduktor adalah
....
a. Na d. H2
2+
b. Fe e. Cl-
c. Na+
30. Belerang yang tidak dapat direduksi lagi terdapat pada senyawa ....
a. SO2 e. K2S
b. H2SO4
c. Na2S2O3
d. K2SO4
163

31. Diantara ion-ion berikut yang tidak dapat mengalami reaksi autoredoks
adalah ....
a. ClO4- dan Cl2 d. ClO- dan Cl-
b. ClO4- dan ClO- e. Cl2 dan Cl-
c. ClO4- dan Cl-
32. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah
adalah ....
a. H2SO4 d. Na2S2O3
b. Na2SO3 e. Al2S3
c. K2SO3
33. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut
adalah ....
a. Natrium bikarbonat d. Natrium bikarbonit
b. Natrium karbonat e. Natrium karbonit
c. Natrium dikarbonat
34. Rumus molekul senyawa oksida dari unsur seng adalah ....
a. Zn2O d. Zn2O5
b. ZnO e. Zn2O7
c. Zn2O3
35. Diantara rumus oksida klor berikut, yang tidak mungkin adalah ....
a. ClO d. Cl2O5
b. Cl2O e. Cl2O7
c. Cl2O3
36. Perhatikan tabel berikut ini :
No Kation Anion Rumus Kimia Nama
+ 3-
1 K PO4 K3PO4 Trikalium monofosfat
2+ 3-
2 Ca NO CaNO3 Kalsium nitrat
3+ 2-
3 Fe SO4 Fe2(SO4)3 Besi (III) sulfat
4+ -
4 Sn Cl SnCl4 Timah (IV) klorida
4+ 2-
5 NH CO3 (NH4)2CO3 Amonium karbonat
Hubungan yang benar adalah ....
a. 1, 2, 3 d. 1, 2, 5
b. 2, 3, 4 e. 1, 3, 4
c. 3, 4, 5
37. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti dibawah ini, kecuali ....
a. Dicat
b. Melapisi logam dengan Al
c. Melindungi logam dari kelembapan
d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air
e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan
karat.
164

38. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan ....
a. Oksigen c. Karbondioksida e. Nitrogen
b. Karbon d. Hidrogen
39. Perhatikan proses berikut :
1) Karbon organik metana
2) P organik posfat
3) N organik nitrat
4) S organik sulfat
Perubahan yang terjadi dalam pengolahan air kotor dengan lumpur aktif ialah
....
a. 1 dan 3 d. 1, 2 dan 3
b. 2 dan 4 e. Semua jawaban benar
c. 2,3 dan 4
40. Oksigen dengan biloks -1 terdapat dalam senyawa ....
a. N2O2 d. O2
b. H2O2 e. Na2O
c. H2O
Untuk nomor 41- 42.
Diketahui reaksi sebagai berikut :
CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4

41. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh ....
a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks
b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1
c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan
oksigen
d. Reaksi redoks tidak stabil
e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut
42. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor
adalah ....
a. I2 karena mempunyai biloks 0
b. CuSO4 karena mengalami reduksi
c. CuI karena merupakan hasil reduksi
d. KI karena mengalami oksidasi
e. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri
43. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn
dalam senyawa MnO42- adalah ....
a. CrO d. Cr2(SO4)3
b. CrCl3 e. Cr(NO3)3
2-
c. Cr2O7
165

44. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan
pengikatan elektron adalah ....
a. Ag Ag+ + e
b. 2KNO3 2KNO2 + O2
2+
c. Cu + 2e Cu
d. H2S + SO2 S + H2O
e. PbO + H2 Pb + H2O
45. Pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif dimaksudkan untuk ....
a. Meningkatkan BOD d. Mengurangi DO
b. Mengurangi BOD e. Menghilangkan bahan-bahan
c. Meningkatkan DO beracun.
46. Apabila suatu unsur melepaskan elektron maka ....
a. Biloksnya akan turun d. Muatannya berkurang
b. Mengalami reduksi e. Ionnya menjadi negatif
c. Terjadi oksidasi
47. Setengah reaksi berikut merupakan reaksi oksidasi adalah ....
a. Cl2 + 2e 2Cl-
b. O2 + 4e 2O2-
c. 6O2- 3O2 + 12e
3+
d. 4Al + 12e 4Al
2+
e. Cu + 2e Cu
48. Pada reaksi :
Cl2 + 2KOH KCl+ KClO + H2O.
Bilangan oksidasi klorin berubah dari ....
a. -1 menjadi +1 dan 0 d. -1 menjadi +2 dan +1
b. +1 menjadi 0 dan -1 e. 0 menjadi -1 dan +1
c. +2 menjadi -1 dan +1
49. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang
mengandung senyawa Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa
tersebut adalah ....
a. +1 d. +4
b. +2 e. +5
c. +3
50. Pengolahan air limbah organik dengan proses lumpur aktif melibatkan ....
a. Mikroorganisme pengurai
b. Senyawa kaporit
c. Tanah liat
d. Kapur
e. Unsur radioaktif

 SELAMAT MENGERJAKAN 
166

KUNCI JAWABAN UJI COBA SOAL REDOKS

1. D 18. B 35. A
2. D 19. A 36. C
3. A 20. D 37. E
4. B 21. A 38. A
5. E 22. E 39. E
6. A 23. C 40. B
7. B 24. C 41. B
8. B 25. B 42. D
9. E 26. A 43. C
10. D 27. C 44. E
11. E 28. B 45. B
12. D 29. C 46. C
13. C 30. E 47. C
14. B 31. C 48. E
15. E 32. E 49. D
16. C 33. B 50. A
17. E 34. B
167

Lampiran 8. Lembar Observasi Penilaian Sikap (Afektif) Siswa


Penilaian Sikap
N No Aspek Yang Dinilai Skor Kriteria Skor peserta
didik
1 Kehadiran 4 Selalu hadir mengikuti pelajaran kimia
3 Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran
kimia 1x
2 Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran
kimia 2x
1 Pernah tidak hadir mengikuti pelajaran
kimia lebih dari 2x
2 Menyampaikan 4  Penyampaian pendapat masih masih
pendapat berhubungan dengan materi yang
dibahas
 bahasa yang digunakan sederhana dan
mudah dipahami,
 suara sudah jelas terdengar.
3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
3 Disiplin 4 Tidak pernah terlambat dalam mengikuti
pelajaran kimia
3 Terlambat mengikuti pelajaran kimia
maksimal 5 menit
2 Terlambat mengikuti pelajaran kimia
antara 5- 10 menit
1 Terlambat mengikuti pelajaran kimia lebih
dari 10 menit
4 Sopan dan santun 4  tidak menyela pembicaraan saat teman
presentasi
 meminta ijin terlebih dahulu ketika ingin
menyampaikan pendapat,
 meminta ijin ketika ingin meminjam
barang milik orang lain.

3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak


terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
168

1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak


terpenuhi
5 Tanggungjawab 4 Mengumpulkan tugas lengkap dan tepat
waktu
3 Mengumpulkan tugas tidak lengkap
tetapi tepat waktu
2 Mengumpulka tugas lengkap tetapi tidak
tepat waktu
1 Tidak mengumpulkan tugas
6 Kepedulian 4  Dapat bekerjasama dengan teman
dalam kelompok
 Mau membantu teman yang belum
menyelesaikan pekerjaannya dalam
kelompok
 Menyelesaikan pekerjaan sendiri dalam
kelompok dengan baik
3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
7 Percaya diri 4  Berani menyampaikan pendapat,
 Berani bertanya,
 Berani menjawab pertanyaan di depan
kelas
3 Jika 1 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
2 Jika 2 kriteria dari skor 4 tidak terpenuhi
1 Jika semua kriteria dari skor 4 tidak
terpenuhi
Skor total diperoleh peserta didik

Keterangan :

Pengolahan Nilai Afektif :


Nilai = Skot total X 100
Skor maksimal
169

Daftar Nilai Afektif :

Afektif
Skor
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 Nilai
total

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
170

Lampiran 9. Lembar Observasi Penilaian Ketrampilan (Psikomotorik)


Penilaian Ketrampilan
Kode No Aspek Yang dinilai Skor Kriteria
A Setiap anak melakukan tugas yang
3
(Pelaksanaan didapatkan dengan baik dan cermat
Group Ada satu anak yang tidak
1 Pembagian Tugas 2
Investigation) melaksanakan tugasnya dengan baik
Ada lebih dari 2 anak yang tidak
1
melaksanakan tugasnya dengan baik
Solusi pemecahan masalah yang
3
didapat lebih dari 2 solusi
Solusi pemecahan masalah yang
2 Pemecahan Masalah 2
didapat yaitu 2 solusi saja
Solusi pemecahan masalah yang
1
diajukan hanya 1 solusi saja
Terdapat lebih dari 3 sumber belajar
3
yang digunakan untuk mencari solusi
Terdapat 2-3 sumber belajar yang
3 Sumber Belajar 2
digunakan untuk mencari solusi
Hanya terdapat satu sumber belajar
1
yang digunakan untuk mencari solusi
 Artikel disertai dokumentasi saat
investigasi
4 Artikel Hasil Diskusi 3
 Bahasa yang digunakan komunikatif
(mudah dipahami)
171

 Sistematis, menarik, dan ditulis


tangan
Jika ada salah satu kriteria di skor 3
2
yang tidak dipenuhi
Jika ada salah dua kriteria di skor 3
1
yang tidak dipenuhi
3 Tepat waktu
5 Ketepatan Pengumpulan 2 Terlambat 1 hari
1 Terlambat 2 hari
B Penyampaian dengan bahasa yang
3
( Presentasi komunikatif secara bergantian.
Hasil Diskusi ) Penyampaian dengan bahasa yang
1 Penyampaian 2
gugup tetapi secara bergantian.
Penyampaian secara komunikatif dan
1
lancar namun tidak bergantian
Berani memberikan pendapat/kritik
3
saran kepada 3 atau lebih kelompok
Berani memberikan pendapat/kritik
2
2 Saran dan Kritik saran kepada 1-2 kelompok
Tidak memberikan pendapat/kritik
1 saran kepada kelompok yang
presentasi
 Kesimpulan sesuai dengan
permasalahan yang didapat
3 Ketepatan Pengambilan Keputusan 3
 Disajikan sesuai dengan dasar teori
yang ditemukan
172

 Mudah dimengerti

Bila 1 kriteria dari skor 3 tidak


2
terpenuhi
Bila 2 kriteria dari skor 3 tidak
1
terpenuhi
Total Skor Yang Diperoleh Peserta Didik

Keterangan :
Pengolahan Nilai Psikomotor :
Nilai = Skot total X 100
Skor maksimal
173

Daftar Nilai Ketrampilan


A B Skor
No Nama Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
174

Lampiran 10. Lembar Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran


ANGKET RESPON SISWA
Berilah tanda (v) pada kolom respon sesuai dengan kondisi Anda!

Nama :

Kelas :

Respon
No. Aspek Yang Diamati Keterangan
SS S BS TS STS
Saya merasa senang dan asyik mengikuti
1 pelajaran Kimia dengan melakukan
investigasi secara berkelompok
Dalam melakukan investigasi dan diskusi
2 kelompok saya dan teman-teman saling
membantu dalam mencari penyelesaian
Saya belajar materi kimia dengan
3 sungguh-sungguh agar nilai saya dan
kelompok saya baik
Dengan diskusi dan investigasi langsung
4 saya merasa lebih mudah memahami
materi kimia.
Saya menyukai cara guru dalam
5 menyampaikan materi dengan diskusi dan
kemudian dilakukan pembahasan
Saya termotivasi untuk mengikuti
6
pembelajaran Kimia selanjutnya
Dengan melakukan investigasi langsung
7 saya merasa waktu di luar sekolah lebih
bermanfaat.

KRITIK / SARAN :

Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
BS : Biasa Saja
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
175
Lampiran 11. Analisis Soal Uji Coba Pilihan Ganda
Nama / Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Dian Rizki 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
Sabila Mutiara S 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0
Wirantiarti A R 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0
Serena Maharani P 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0
Misak Banul A 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
Muh Hisyam A 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0
M Muslih M 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
Dicky Alfian Y H 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
Merita Yuliyani 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
Nisa Nafidina 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0
Severa Insani A 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
Erlina Widiastuti 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
Lesta S 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0
Dimas Bobby B 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0
Kristian W 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
Ikhlasul Amal 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
Umi Rizkiyah 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
Arin Laila F 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0
Firsad K 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0
Gangga P Sari 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0
Dista Fitri Y 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
Rudi Haryanto 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
Mega Dwi S W 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
Nurul Aryani 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
Shinta Adi Asih 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Ridho Sebastian R 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0
Ike Septian H 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0
Nuning Nailatu R 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
Nadia Salsabila U 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
Fatchurohman 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
M Hanindhita P A 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0
Gabriela Rizki 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0
Arief Aji P 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0

Jumlah Siswa 33
Jumlah Benar 7 26 10 20 16 24 17 7 25 12 6 16 4 5 8 31 31 24 19 21 20 11 20 31 15 17 15 17 0
Jumlah Salah 43 24 40 30 34 26 33 43 25 38 44 34 46 45 42 19 19 26 31 29 30 39 30 19 35 33 35 33 50
D 0.4375 -0.188 0.375 0.313 0.25 0.25 -0.06 0.188 0.25 0.125 0.125 0.938 0.125 0 0.4375 0 0.125 0.125 0.375 0.25 0.125 0.25 0.188 0 0.1875 0.1875 0.9375 0.3125 0
P 0.2121 0.788 0.303 0.606 0.485 0.727 0.515 0.212 0.758 0.364 0.182 0.485 0.121 0.15 0.2424 0.939 0.939 0.727 0.5758 0.636 0.606 0.333 0.606 0.93939 0.4545 0.5152 0.4545 0.5152 0
Q 0.7879 0.212 0.697 0.394 0.515 0.273 0.485 0.788 0.242 0.636 0.818 0.515 0.879 0.85 0.7576 0.061 0.061 0.273 0.4242 0.364 0.394 0.667 0.394 0.06061 0.5455 0.4848 0.5455 0.4848 1
Rerata Xt 15.46
Xp 28.143 23.73 26.4 24.7 24.06 23.88 23.76 25.86 24.76 26.08 26.83 24.44 26 23.2 25.875 23.48 23.74 24.17 25.579 24.1 23.65 25.55 24.4 23.5806 25.6 23.882 23.867 24.294 0
Simpangan Baku 12.395
sd 4.9789
Rpbis 0.532 1.29 0.5833 0.927 0.675 1.112 0.693 0.436 1.33 0.649 0.433 0.705 0.317 0.26 0.4764 2.556 2.638 1.15 0.9533 0.924 0.822 0.577 0.897 2.58674 0.7486 0.7024 0.6209 0.7366 0
Rpbis*akar(32) 3.0093 7.295 3.2995 5.244 3.819 6.289 3.918 2.468 7.522 3.673 2.452 3.985 1.791 1.5 2.6951 14.46 14.92 6.506 5.3927 5.228 4.649 3.262 5.074 14.6328 4.2345 3.9731 3.5121 4.1669 0
Akar(1-Rpbis^2) 0.8468 0 0.8123 0.375 0.738 0 0.721 0.9 0 0.76 0.901 0.71 0.949 0.96 0.8792 0 0 0 0.302 0.382 0.57 0.817 0.442 0 0.6631 0.7118 0.7839 0.6763 1
t hitung 3.5539 0 4.0621 13.98 5.177 0 5.431 2.743 0 4.83 2.721 5.616 1.888 1.55 3.0653 0 0 0 17.857 13.68 8.162 3.994 11.48 0 6.3864 5.5816 4.4802 6.1612 0
t tabel 1.7
VALIDITAS VALID TIDAK VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID TIDAK TIDAK TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID TIDAK
Tingkat Kesukaran sedang sulit sedang sedangsulit sulit sulit sulit sulit sulit sulit mudahsulit sulit sedang sulit sulit sulit sedang sulit sulit sulit sulit sulit sulit sulit mudah sedang sulit
pakai buang pakai pakai pakai buang perbaikan
buang buang perbaikan
pakai buang pakai buangbuang buang buang buang pakai pakai perbaikan
pakai pakai buang perbaikan
pakai buang pakai buang

RELIABILITAS
K/(K-1) 1.0278
Xt(K-Xt)/K*St^2 0.3629
1-(Xt(K-Xt)/K*St^2 0.6371
RELIABILITAS 0.6548
176
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah Nilai No Xi - X bar(Xi-X bar)^2
1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 34 68 1 9.87 97.4169
0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 31 62 2 5.87 34.4569
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 28 56 3 3.87 14.9769
1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 29 58 4 4.87 23.7169
0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 28 56 5 3.87 14.9769
0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 27 54 6 2.87 8.2369
1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 27 54 7 2.87 8.2369
1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 27 54 8 2.87 8.2369
0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 27 54 9 2.87 8.2369
1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 26 52 10 1.87 3.4969
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 26 52 11 1.87 3.4969
1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 26 52 12 1.87 3.4969
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 26 52 13 1.87 3.4969
1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 25 50 14 0.87 0.7569
0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 25 50 15 0.87 0.7569
0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 25 50 16 0.87 0.7569
0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 23 46 17
0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 24 48 18 -0.13 0.0169
0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 22 44 19 -2.13 4.5369
0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 24 48 20 -0.13 0.0169
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 23 46 21 -1.13 1.2769
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 23 46 22 -1.13 1.2769
1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 22 44 23 -2.13 4.5369
0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 20 40 24 -4.13 17.0569
0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 20 40 25 -4.13 17.0569
0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 20 40 26 -4.13 17.0569
0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 20 40 27 -4.13 17.0569
1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 19 38 28 -5.13 26.3169
1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 17 34 29 -7.13 50.8369
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 17 34 30 -7.13 50.8369
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 17 34 31 -7.13 50.8369
1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 14 28 32 -10.13 102.6169
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 11 22 33 -13.13 172.3969
Ʃ 773 Ʃ 768.4808
X bar 24.156

15 8 15 16 10 10 10 20 8 9 17 9 18 18 11 27 14 5 24 6 28
35 42 35 34 40 40 40 30 42 41 33 41 33 32 31 23 36 45 26 44 22
0.3125 0.4375 0.438 0.25 0.5625 0 0.625 0.13 0.0625 0.1875 0.375 0 0.4375 0.3125 0.3125 0.188 -0.188 -0.063 0.3125 0.125 0.1875
0.4545 0.2424 0.455 0.485 0.303 0.303 0.303 0.61 0.2424 0.2727 0.515 0.273 0.54545 0.5455 0.3333 0.818 0.4242 0.1515 0.7273 0.1818 0.8485
0.5455 0.7576 0.545 0.515 0.697 0.697 0.697 0.39 0.7576 0.7273 0.485 0.727 0.45455 0.4545 0.6667 0.182 0.5758 0.8485 0.2727 0.8182 0.1515

24.6 24.75 25 25.13 24.3 23.1 22.4 23.6 24.375 25.556 25.65 23.89 23.6111 25.278 26.545 23.41 23 23 24.458 24.5 23.821

0.6749 0.4251 0.704 0.758 0.4715 0.408 0.3704 0.82 0.4079 0.5 0.849 0.418 0.72244 0.8698 0.6338 1.364 0.5238 0.2578 1.1886 0.3447 1.6008
3.8178 2.4045 3.984 4.29 2.6673 2.306 2.0953 4.62 2.3077 2.8282 4.804 2.362 4.08673 4.9203 3.5853 7.717 2.9629 1.4586 6.7238 1.95 9.0556
0.7379 0.9052 0.71 0.652 0.8819 0.913 0.9289 0.58 0.913 0.866 0.528 0.909 0.69144 0.4934 0.7735 0 0.8519 0.9662 0 0.9387 0
5.1737 2.6564 5.613 6.581 3.0247 2.525 2.2558 8.01 2.5275 3.2656 9.096 2.6 5.91049 9.9719 4.6352 0 3.4781 1.5096 0 2.0773 0

VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID TIDAK TIDAK VALID TIDAK
sedang sedang sedang sulit sedang sulit sedang sulit sedang sulit sedangsulit sedang sedang sedang sulit mudah sulit sedang sulit sulit
buang buang pakai pakai buang buang buang pakai pakai buang buang pakai pakai pakai pakai buang buang buang buang pakai buang
177
Lampiran 12. Analisis Uji Coba Soal Uraian
Nama/Nomor 1 2 3 4 5 Y Y^2 Nilai
Rakhmat Zaenudin 10 4 9 1010 43 1849 86
M. Irfan Setiyawan 10 8 9 510 42 1764 84
Dina Safira M 4 10 10 10 4 38 1444 76
Rovika Vidiayanti 8 8 9 5 8 38 1444 76
Nur Rizky A 6 8 10 7.5 6 37.5 1406.25 75
Eviana Etika K 6 10 7 2.5 8 33.5 1122.25 67
Shabilla M 2 8 9 10 2 31 961 62
Dhea Ayu N 4 4 3.5 7.510 29 841 58
Dwi Kurniasih 8 4 9 2.5 4 27.5 756.25 55
Maryani 2 10 3.5 2.5 8 26 676 52
Sri Nuruntut 2 10 7 5 2 26 676 52
Diana Pangestuti 0 8 9 2.5 4 23.5 552.25 47
M. Machfudh 2 6 0 7.5 8 23.5 552.25 47
Sekar Rozviona T 2 0 7 2.510 21.5 462.25 43
Fitrotunnisa 2 0 7 2.510 21.5 462.25 43
Hesti Dwi R 2 2 7 7.5 2 20.5 420.25 41
Fatimatuh Zuhro 2 0 3.5 5 8 18.5 342.25 37
Nesilia Hendrawati 2 0 7 7.5 2 18.5 342.25 37
Aeka Putri Nur A 4 6 3.5 2.5 2 18 324 36
Anung Satya 2 2 7 5 2 18 324 36
Viani Dwintasari 8 4 3.5 2.5 0 18 324 36
Arinta Safira 2 0 0 510 17 289 34
M. Miftah A 0 4 3.5 2.5 6 16 256 32
Eri Triawan 2 2 3.5 2.5 6 16 256 32
M. Multazam 0 0 7 5 2 14 196 28
Lulu Amilatus S 4 0 3.5 2.5 4 14 196 28
M. Dzikron Abid 0 4 7 2.5 0 13.5 182.25 27
Febby Nuralisa 0 0 0 2.510 12.5 156.25 25
Kukuh P 2 4 0 0 6 12 144 24
Rio Ardi S 0 0 3.5 7.5 0 11 121 22
Andwingga K A 0 2 0 5 2 9 81 18
Rina Sofianingsih 8 0 0 0 0 8 64 16
Anis Ihsani 0 6 0 0 0 6 36 12
Dita Maria Rizki 0 0 0 2.5 2 4.5 20.25 9
Diko Prasetya H 0 2 0 0 0 2 4 4
Jumlah 728.5 19047.25 1457
Rata-rata 3.02857 3.82857 4.8142857 4.8 4.28571
Tingkat Kesukaran 0.30286 0.38286 0.4814286 0.48 0.42857
Kriteria Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang

Means KA 29.4412
Mans KB 12.3235
Daya Beda 0.41765 Kriteria sangat baik

ƩX 106 134 168.5 168 150


Ʃ X^2 644 960 1237.25 1264 925
Ʃ XY 2944 3663 4491.75 4201 3747.5
rxy 0.65864 0.66324 0.7653604 0.52822 0.59738
Kevalidan Soal TINGGI TINGGI TINGGI CUKUP CUKUP

^2 i -320.64 -526.24 -888.24 -876.16 -715


S ^2 i -3326.3
 ^2 t -17419
r11 0.80904
Kriteria TINGGI
178

Lampiran 13. Data Nilai Kondisi Awal Populasi


DATA NILAI KONDIS I AWAL (UTS S EMES TER 1)

No. Kelas
X M IA1 X M IA 2 X M IA3 X M IA 4
1 36 66 37 44
2 48 42 23 50
3 53 42 21 26
4 28 41 37 27
5 29 50 22 13
6 27 35 34 67
7 57 37 65 32
8 59 50 69 20
9 53 59 21 61
10 65 32 54 16
11 52 53 63 44
12 60 26 56 43
13 27 48 52 31
14 25 32 90 35
15 32 43 47 45
16 47 66 57 57
17 75 51 72 36
18 40 59 37 40
19 21 32 57 32
20 62 40 62 30
21 48 40 52 38
22 40 27 44 37
23 33 76 32 54
24 37 42 30 68
25 62 41 47 42
26 29 40 58 42
27 5 31 44 32
28 19 59 84 37
29 21 58 43 59
30 21 70 38 16
31 35 70 39 42
32 42 26 92 75
33 25 62 58 61
34 25 88 26 37
35 45 54 78 49
36 27 26 62 81

∑Х 1410 1714 1803 1519


χ 39 48 50 42.194444
s2 257.45714 239.84444 365.10714 266.38968
n 36 36 36 36
M ax 75 88 92 81
M in 5 26 21 13
Rentang 70 62 71 68
log n 1.5563025 1.5563025 1.5563025 1.5563025
simp angan 16.045471 15.486912 19.107777 16.321449
179
Lampiran 14. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 1

UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 1

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
  2
i 1
Ei
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 75 Panjang Kelas = 0
Nilai Minimal = 5 Rerata Kelompok = 39.17
Rentang = 70 Simpangan Baku = 16.045
Banyak Kelas = 8 n = 36

Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval
Kelas Tengah Batas BawahUntuk ZUntuk Z Ei
5 - 14 4.5 9.5 -2.16 0.02 0.05 1.68 1 0.28
15 - 24 14.5 19.5 -1.54 0.06 0.12 4.26 4 0.02
25 - 34 24.5 29.5 -0.91 0.18 0.21 7.39 11 1.77
35 - 44 34.5 39.5 -0.29 0.39 0.24 8.81 6 0.89
45 - 54 44.5 49.5 0.33 0.63 0.20 7.21 7 0.01
55 - 64 54.5 59.5 0.96 0.83 0.11 4.05 5 0.22
65 - 74 64.5 69.5 1.58 0.94 0.04 1.56 1 0.20
75 - 84 74.5 79.5 2.20 0.99 0.01 0.41 1 0.83
85 - 94 84.5 89.5 2.83 1.00

c² = 3.38
36
2
c (1-a)(k-3) 7.81

c2
3.38

5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

3.38 7.81
6) Keputusan : Ho diterima karena c < c2 (1-a)(k-3)
2

7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal


180
Lampiran 15. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 2
UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X2

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
 
2
i 1
Ei
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 88 Panjang Kelas = 0
Nilai Minimal = 26 Rerata Kelompok = 47.61111
Rentang = 62 Simpangan Baku = 15.48691
Banyak Kelas = 8 n = 36

Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval
Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
26 - 33 25.5 29.5 -1.43 0.08 0.10 3.76 8 4.78
34 - 41 33.5 37.5 -0.91 0.18 0.17 5.96 7 0.18
42 - 49 41.5 45.5 -0.39 0.35 0.20 7.27 5 0.71
50 - 57 49.5 53.5 0.12 0.55 0.19 6.84 5 0.49
58 - 65 57.5 61.5 0.64 0.74 0.14 4.95 5 0.00
66 - 73 65.5 69.5 1.16 0.88 0.08 2.76 4 0.55
74 - 81 73.5 77.5 1.67 0.95 0.03 1.19 1 0.03
82 - 89 81.5 85.5 2.19 0.99 0.01 0.39 1 0.94
90 - 97 89.5 93.5 2.70 1.00

² = 7.69
36
 2 (1-a)(k-3) 7.81

 2 hitung 7.69

5) Daerah Kritik

Daerah
penolakan Ho
Daerah

7.69 7.81
2 2
6) Keputusan : Ho diterima karena c < c (1-a)(k-3)
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
181
Lampiran 16. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 3
UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 3

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
 2

i 1
Ei
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 92 Panjang Kelas = 8
Nilai Minimal = 21 Rerata Kelompok = 50.08333
Rentang = 71 Simpangan Baku = 19.10778
Banyak Kelas = 9 n = 36

Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval
Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
21 - 28 20.5 24.5 -1.55 0.06 0.07 2.47 5 2.60
29 - 36 28.5 32.5 -1.13 0.13 0.11 3.93 3 0.22
37 - 44 36.5 40.5 -0.71 0.24 0.15 5.27 8 1.41
45 - 52 44.5 48.5 -0.29 0.39 0.17 5.95 4 0.64
53 - 60 52.5 56.5 0.13 0.55 0.16 5.65 6 0.02
61 - 68 60.5 64.5 0.55 0.71 0.13 4.51 4 0.06
69 - 76 68.5 72.5 0.96 0.83 0.08 3.03 2 0.35
77 - 84 76.5 80.5 1.38 0.92 0.05 1.71 2 0.05
85 - 92 84.5 88.5 1.80 0.96 0.02 0.81 2 1.73
93 - 100 92.5 96.5 2.22 0.99

² = 7.07
36

 2 (1-a)(k-3) 7.81

 2 hitung 7.07

5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan
penerimaan Ho

7.07 7.81
6) Keputusan : Ho diterima karena c2 < c2 (1-a)(k-3)
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
182
Lampiran 17. Analisis Normalitas Data Kelas X MIA 4
UJI NORMALITAS DATA HASIL MID TEST KELAS X MIIA 4

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 0.5
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
  2

i 1
Ei
4) Komputasi
Nilai Maksimal = 81 Panjang Kelas = 9
Nilai Minimal = 13 Rerata Kelompok = 42.19444
Rentang = 68 Simpangan Baku = 16.32145
Banyak Kelas = 7 n = 36

Batas Bawah Nilai Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval
Kelas Tengah Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
13 - 22 12.5 17.5 -1.82 0.03 0.08 2.86 4 0.46
23 - 32 22.5 27.5 -1.21 0.11 0.16 5.85 7 0.23
33 - 42 32.5 37.5 -0.59 0.28 0.23 8.32 10 0.34
43 - 52 42.5 47.5 0.02 0.51 0.23 8.23 6 0.60
53 - 62 52.5 57.5 0.63 0.74 0.16 5.66 5 0.08
63 - 72 62.5 67.5 1.24 0.89 0.08 2.70 2 0.18
73 - 82 72.5 77.5 1.86 0.97 0.02 0.90 2 1.36
83 - 92 82.5 87.5 2.47 0.99
² = 3.24
36

 2 (1-a)(k-3) 7.81

 2 hitung 3.24
5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

3.24 7.81
2 2
6) Keputusan : Ho diterima karena c < c (1-a)(k-3)
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
183

Lampiran 18. Analisis Uji Homogenitas Awal Populasi

UJI HOMOGENITAS POPULASI

1) Ho : s 21 = s 22 = s 23 …. s 28
H1 : s 21 ≠ s 22 ≠ s 23 … s 28
2) α : 0.5
3) Statistik Uji

4) Komputasi

Sampel ni dk = n i - 1 si2 (dk) s i 2 log s i 2 (dk) log s i 2

X MIIA 1 36 35 257.46 9011.1000 2.4107 84.375


X MIIA 2 36 35 239.84 8394.4000 2.3799 83.297
X MIIA 3 36 35 365.11 12778.8500 2.5624 89.685
X MIIA 4 36 35 266.39 9323.6500 2.4255 84.893
∑ 144 140 1128.80 39508.0000 9.7786 342.250
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:
s2 = ∑(ni-1) si2 = 39508.0000 = 282.200
∑(ni-1) 140
2
Log s = 2.4506

Harga satuan B
B = (Log s 2 ) ∑ (n i - 1)
= 2.4506 x 140
= 343.0780

χ2 = (Ln 10) { B - ∑(n i -1) log s i 2 }


= 2.3026 343.0780 - 342.2501
= 1.9064
Untuk a = 5% dengan dk = k - 1 = 4 - 1 = 3 diperoleh c 2 tabel = 3.84
5) Daerah Kritik

Daerah
penerimaan Ho

1.9064 3,84

6) Keputusan :

Karena χ2 hitung <χ2 tabel maka data antar kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen

7) Kesimpulan: Kelompok berhomogenitas


184

Lampiran 19. Analisis Uji Anava Awal Populasi


UJI ANAVA

1) Ho : μ1 = μ2 = μ3 = μ4
H1 : Tidak semua μi sama, untuk i = 1,2,3,4
2) α: 0.5
3) Statistik Uji

4) Komputasi
Kelas
No.
X MIIA 1 X MIIA 2 X MIIA 3 X MIIA 4
∑X 1410 1714 1803 1519
n 36 36 36 36
X̅ 39.1667 47.61111 50.0833 42.194
Pengujian Hipotesis
Jumlah Kuadrat
1. jumlah Kuadrat Rata-rata (RY)
RY = (∑X) 2
n
= (1410 + 1714 + 1803 + 1519) 2
36 + 36 + 36 + 36
(6446) 2
=
144
= 288548.03
2. Jumlah Kuadrat antar Kelompok (AY)
AY = (∑Xi)2 - RY
ni
= (1410) 2 + (1714) 2 + (1803) 2 + (1519) 2 -
288548
36 36 36 36
= 2676.02
3. Jumlah Kuadrat Total (JK tot)
Jk tot = 41550916 - 330732
= 41220184
4. Jumlah Kuadrat dalam (DY)
DY = JK tot - RY - AY
= 41220184 - 288548.03 - 2676
= 40928959.95
185

Tabel Ringkasan Anava


Sumber Variasi dk JK KT F
Rata-rata 1 RY K= RY : 1
Antar Kelompok k-1 AY A = AY : (k-1) A
Dalam Kelompok ∑(ni-1) DY D = DY : (∑(ni – 1))
D
Total ∑ni ∑X2

Sumber Variasi dk JK KT F
Rata-rata 1 288548.03 288548.03
Antar Kelompok 3 2676.02 892.01
Dalam Kelompok 140 40928959.95 292349.72 0
Total 144 41550916
F tabel = 2.658
5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

0.003 2.568

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
Karena F hitung < F tabel , ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan.
186

Lampiran 20. Analisis Uji Kesamaan Varians Data Populasi

UJI KESAMAAN VARIANS DATA POPULASI


SISWA KELAS X SMAN 2 BATANG

1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Ha : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
2) α: 5%
3) Statistik Uji Varians terbesar
untuk menguji hipotesis digunakan rumus: F 
Varians terkecil
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Variasi X MIA 1 X MIA 2 X MIA 3 X MIA 4
Jumlah 1410 1714 1803 1519
n 36 36 36 36
Mean 39.00 48.00 50.00 42.19
Varians (S2 ) 257.46 239.84 365.11 266.39
Standar deviasi (S) 16.05 15.49 19.11 16.32

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:


F: 365.11 = 1.52
239.84

Pada α = 5% dengan :
dk pembilang : nb-1 = 35
dk penyebut : nk -1 = 35

5) Daerah Kritik

Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ho

1.52 1.96

6) KeputusanHo
: diterima
7) Kesimpulan : dalam populasi mempunyai varians yang tidak berbeda.
Kelas
187

Lampiran 21. Daftar Nama Siswa


DAFTAR NAMA SISWA

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL


NAMA KODE NAMA KODE
ALDISA DWI AGUSTINA E-001 AEKA PUTRI NUR ASRINI K-001
ANANDA NUURIL FITRI HIDAYAH E-002 ANDWINGGA KRESNA ARDIANSYAH K-002
ANGGI LUKIYANTI E-003 ANIS IHSANI K-003
BANGEN SASI PRASANTI E-004 ANJAS WICAKSONO K-004
BAYU SAPUTRA E-005 ANUNG SATYA K-005
BURHANNUDIN OKTAVIANTO E-006 ARINTA SAFIRA K-006
DESTI PUJIASIH E-007 DHEA AYUNINGWIDI NOVITA K-007
GALIH RASYID ARROZAQ E-008 DIANA PANGESTUTI K-008
GEZA DANAR RULLAH E-009 DIKO PRASETIYO HADI K-009
IKA YULIANTI E-010 DINA SAFERA MALIK K-010
IRMA SULISTYANI E-011 DITA MARIA RIZKI K-011
JAMIATUL KAMILAH E-012 DWI KURNIASIH K-012
JULIA CINDRA SALSABILA E-013 ERI TRIAWAN K-013
KESWANTO E-014 EVIANA ETIKA KHUNAINI K-014
KHARIS AL MAHASIBI E-015 FATIMATUH ZUHRO K-015
KRISTIYAH E-016 FEBBY NURALISA K-016
MEISA DELA AGATI E-017 FITROTUNNISA K-017
MICKY LUKINANDA E-018 HESTI DWI RESNADI K-018
MOH. YUSUF E-019 KUKUH PRIBADI K-019
MUHAMAD IRFAN E-020 LULU AMILATUS SOLEKHA K-020
MUHAMMAD NIZAR MAULANA E-021 MARYANI K-021
NAELATU ZULFA E-022 MOCHAMAD IRFAN SETIYAWAN K-022
NILA AYUNINGTYAS E-023 MOCHAMAD MULTAZAM K-023
NOLA EKA CAHYATI E-024 MOHAMMAD MACHFUDH K-024
NUR AMILA E-025 MOKHAMAD MIFTAH ARDIANSYAH K-025
OKASYATI LESTARI PUTRI E-026 MUHAMMAD DZIKRON ABIED K-026
PELANGI REFOR E-027 NESILIA HENDRAWATI K-027
PUTU FAHRIZA DWIKA SAPUTRA E-028 NUR RIZKY AMALIA K-028
RIZKI HANDAYANI E-029 RAKHMAT ZAENUDIN K-029
SALMAN NUR AZMII E-030 RINA SOFIANINGSIH K-030
SOFAN SUSANTO E-031 RIO ARDI SANTOSO K-031
SONIA DEFEGA PRAFISTANTI E-032 ROVIKA VIDIAYANTI K-032
SUNARTI E-033 SEKAR ROSVIONA TYARTA K-033
SUSILOWATI E-034 SHABILLA MARGIYANTI K-034
SYAFIRA NOER FITRIYANIE E-035 SRI NURUNTUT K-035
VINA DWI LESTARI E-036 VIANI DWINTASARI K-036
188
Lampiran 22. Nilai Pretest Hasil Belajar Kognitif Siswa
DAFTAR NILAI PRETES


S
Nomor Kelas
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 28.5 21 49.5 812.25 441
2 32 17 49 1024 289
3 27 21 48 729 441
4 30 24 54 900 576
5 26 20 46 676 400
6 40 16 56 1600 256
7 32.5 37.5 70 1056.25 1406.25
8 25.5 30.5 56 650.25 930.25
9 26 29 55 676 841
10 30 30.5 60.5 900 930.25
11 32 16 48 1024 256
12 17 30 47 289 900
13 27 30 57 729 900
14 22 32.5 54.5 484 1056.25
15 13 32 45 169 1024
16 19 19 38 361 361
17 25 27 52 625 729
18 24 16 40 576 256
19 22 25.5 47.5 484 650.25
20 23.5 30 53.5 552.25 900
21 25 32.5 57.5 625 1056.25
22 22 42 64 484 1764
23 32.5 20 52.5 1056.25 400
24 28 34 62 784 1156
25 21.5 30 51.5 462.25 900
26 29 25.5 54.5 841 650.25
27 24 16 40 576 256
28 29 30 59 841 900
29 23.5 32.5 56 552.25 1056.25
30 28 25 53 784 625
31 27 30 57 729 900
32 23 34.5 57.5 529 1190.25
33 28 20 48 784 400
34 27 25 52 729 625
35 28 27.5 55.5 784 756.25
36 23 32.5 55.5 529 1056.25
∑ 940.5 961.5 1902 25406.75 27234.75
X 26.13 26.71
ni 36 36
ni - 1 35 35
Si2 23.89 44.42
(ni-1) Si2 836.19 1554.69
Log Si2 1.38 1.65
2
(ni-1) Log Si 48.24 57.67
Si 4.89 6.66
Nilai Maks. 40 42
Nilai Min. 13 16
Rentang 27 26
Log ni 1.56 1.56
189

Lampiran 23. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Eksperimen
UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
2  i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 40 Panjang Kelas = 6
Nilai Minimal = 13 Rerata Kelompok = 26.11
Rentang = 27 Simpangan Baku = 4.887
Banyak Kelas = 4 n = 36

Batas Bawah Z untuk Peluang Luas Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval Ei
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
13 - 19 12.5 -2.78 0.00 0.09 3.08 3 0.00
20 - 26 19.5 -1.35 0.09 0.44 15.97 15 0.06
27 - 33 26.5 0.08 0.53 0.40 14.51 17 0.43
34 - 40 33.5 1.51 0.93 0.06 2.29 1 0.73
41 - 47 40.5 2.94 1.00
² = 1.22
36
 2 (1-a)(k-3) 7.81

 2 hitung 1.22

5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

1.22 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
190

Lampiran 24. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar Kelas Kontrol

UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST KELAS KONTROL (X MIIA 3)

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji :
k
Oi  E i 2
2  
i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 42 Panjang Kelas = 7
Nilai Minimal = 16 Rerata Kelompok = 26.71
Rentang = 26 Simpangan Baku = 6.66
Banyak Kelas = 4 n = 36

Batas Bawah Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
13 - 20 12.5 -2.13 0.02 0.16 5.73 9 1.86
21 - 28 20.5 -0.93 0.18 0.43 15.49 9 2.72
29 - 36 28.5 0.27 0.61 0.32 11.64 16 1.64
37 - 44 36.5 1.47 0.93 0.07 2.42 2 0.07
45 - 52 44.5 2.67 1.00
² = 6.29
36
2 (1-a)(k-3) 7.81

2 hitung 6.29

5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

6.29 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :Data berdistribusi normal
191
Lampiran 25. Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Hasil Belajar Kognitif
UJI HOMOGENITAS HASIL PRETES

2 2
1) H0 : s 1 = s 2
2
Ha : Tidak semua s i sama, untuk i = 1, 2
2) α : 5%
3) Statistik Uji

4) Komputasi
2 2 2 2
Kelas ni dk = ni - 1 Si (dk) Si log Si (dk) log Si

Eksperimen 36 35 23.89 836.1500 1.3782 48.2376


Kontrol 36 35 44.42 1554.7000 1.6476 57.6652
Jumlah 72 70 68.3100 2390.8500 3.0258 105.9028

Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:


S2 = S(ni-1) Si2 = 2390.8500 = 34.1550
S(ni-1) 70
2
Log S = 1.53

Harga satuan B

B = (Log S2 ) S (ni - 1)
= 1.53 x 70
= 107

2 = (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 }


= 2.3026 107.3418 105.9028
= 3.3134
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2 tabel 3.8415
=

5) Daerah Kritik

Daerah
penerimaan Ho Daerah penolakan Ho

3.3134 3.8415

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :

Karena 2 hitung < 2 (1-a)(k-1) maka populasi mempunyai homogenitas yang sama
192

Lampiran 26. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Hasil Belajar
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL PRETEST
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Ha : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
2) α: 5%
3) Statistik Uji
Varians terbesar
F 
Varians terkecil
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber Kelompok Kelompok
Variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 940 960.5
n 36 36
Mean 26.11 26.68
Varians (S2 ) 23.89 44.42
Standar deviasi (S) 4.89 6.66

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:


F: 44.42 = 1.86
23.89

Pada α = 5% dengan :
dk pembilang : nb-1 = 35
dk penyebut : nk -1 = 35

5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho

1.86 1.96

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
193

Lampiran 27. Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


DAFTAR NILAI POSTEST HASIL BELAJAR

S
Nomor Kelas X²

Eksperimen Kontrol EksperimenKontrol


1 69.5 44 113.5 4830.3 1936
2 64 54 118 4096 2916
3 59 59 118 3481 3481
4 64.5 57 121.5 4160.3 3249
5 61 48 109 3721 2304
6 62 58 120 3844 3364
7 62 52 114 3844 2704
8 62 56.5 118.5 3844 3192.25
9 76 43 119 5776 1849
10 69 48 117 4761 2304
11 62.5 47 109.5 3906.3 2209
12 63.5 44 107.5 4032.3 1936
13 67 64 131 4489 4096
14 63.5 62 125.5 4032.3 3844
15 67 43 110 4489 1849
16 64.5 50 114.5 4160.3 2500
17 77 55 132 5929 3025
18 66 57.5 123.5 4356 3306.25
19 64.5 50.5 115 4160.3 2550.25
20 65 48 113 4225 2304
21 65.5 55 120.5 4290.3 3025
22 63 65 128 3969 4225
23 63 50.5 113.5 3969 2550.25
24 71 55 126 5041 3025
25 67 57.5 124.5 4489 3306.25
26 71 45 116 5041 2025
27 66 58.5 124.5 4356 3422.25
28 71 44.5 115.5 5041 1980.25
29 56 58.5 114.5 3136 3422.25
30 72 52 124 5184 2704
31 63 46 109 3969 2116
32 61 72 133 3721 5184
33 63.5 54 117.5 4032.3 2916
34 69.5 44 113.5 4830.3 1936
35 62.5 50.5 113 3906.3 2550.25
36 52 54.5 106.5 2704 2970.25
S 2346.5 1903 4249.5 153816 102276.5
X 65.18 52.86 118.04
ni 36 36 72
ni - 1 35 35 71 48.491
Si 2 24.85 48.05 48.49 6.9636
(ni-1) Si2 869.58 1681.81 3442.87
Log Si2 1.40 1.68 1.69
(ni-1) Log Si2 48.83 58.86 119.68
Si 4.98 6.93 6.96
Nilai Maks. 77 72 133
Nilai Min. 52 43 106.5
Rentang 25 29 26.5
Simpangan baku 4.98 6.93
194

Lampiran 28. Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Eksperimen

UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST


KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1)

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
2  
i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 77 Panjang Kelas = 6
Nilai Minimal = 52 Rerata Kelompok = 65.18
Rentang = 25 Simpangan Baku = 4.98
Banyak Kelas = 5 n = 36

Kelas Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²


Ei Oi
Interval Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
50 - 55 49.5 -3.15 0.00 0.03 0.91 1 0.01
56 - 61 55.5 -1.94 0.03 0.20 7.34 4 1.52
62 - 67 61.5 -0.74 0.23 0.45 16.18 22 2.10
68 - 73 67.5 0.47 0.68 0.27 9.84 7 0.82
74 - 79 73.5 1.67 0.95 0.05 1.63 2 0.08
80 - 85 79.5 2.88 1.00
² = 4.53
36
 2 (1-a)(k-3) 7.81
 2 hitung 4.53

5) Daerah Kritik

Daerah Daerah
penerimaan Ho penolakan Ho

4.53 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
195

Lampiran 29. Analisis Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Kelas Kontrol

UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST


KELAS KONTROL (X MIA 3)

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
2  
i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 72 Panjang Kelas = 8
Nilai Minimal = 43 Rerata Kelompok = 52.86
Rentang = 29 Simpangan Baku = 6.93
Banyak Kelas = 5 n = 36

Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²


Kelas Interval Ei Oi
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
40 - 47 39.5 -1.93 0.03 0.19 6.94 9 0.61
48 - 55 47.5 -0.77 0.22 0.43 15.44 15 0.01
56 - 63 55.5 0.38 0.65 0.29 10.41 9 0.19
64 - 71 63.5 1.54 0.94 0.06 2.12 2 0.01
72 - 79 71.5 2.69 1.00 0.00 0.13 1 6.03
80 - 87 79.5 3.84 1.00
c² = 6.85
36
c2 (1-a)(k-3) 7.81
c2 6.85

5) Daerah Kritik

Daerah Daerah
penerimaan Ho penolakan Ho

6.85 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
196

Lampiran 30. Analisis Uji Homogenitas Data Postest Hasil Belajar

UJI HOMOGENITAS DATA POSTEST HASIL BELAJAR

1) H0 : s21 = s 22
Ha : Tidak semua s2i sama, untuk i = 1, 2
2) α : 5%
3) Statistik Uji

4) Komputasi
dk = ni -
Kelas ni Si2 (dk) Si2 log Si2 (dk) log Si2
1
Eksperimen 36 35 24.8500 869.7500 1.3953 48.8364
Kontrol 36 35 48.0500 1681.7500 1.6817 58.8593
Jumlah 72 70 72.9000 2551.5000 3.0770 107.6957

Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:


S2 = S(ni-1) Si2 = 2551.5000 = 36.4500
S(ni-1) 70
2
Log S = 1.561698

Harga satuan B
B = (Log S2 ) S (ni - 1)
= 1.561698 x 70
= 109.3188
 2
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 }
= 2.3026 109.32 107.6957
= 3.7374

Untuk α = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2 tabel =3.8415

5) Daerah Kritik

Daerah
penerimaan Ho

3.7374 3.8415

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
Karena 2 hitung < 2 (1-a)(k-1) maka data mempunyai homogenitas yang sama
197

Lampiran 31. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Hasil Belajar

ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Ha : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
2) α : 5%
3) Statistik Uji
Varians terbesar
F 
Varians terkecil
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber Kelompok Kelompok
Variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 2346.5 1903
n 36 36
Mean 65.18 52.86
Varians (S2) 24.85 48.05
Standar deviasi (S) 4.98 6.93

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:


F: 48.05 = 1.93
24.85

Pada α = 5% dengan :
dk pembilang : nb-1 = 35 dk penyebut : nk -1 = 35

5) Daerah Kritik

Daerah Daerah
penolakan
1.93 1.96
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
198

Lampiran 32. Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Hasil Belajar

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA


NILAI POSTTEST (UJI t PIHAK KANAN)
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

1) Ho : m1 < m2
Ha : m1 > m2
2) α : 5%
3) Statistik Uji
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x1  x 2 Dimana,
t 
1

1 n 1  1s12  n 2  1s 22
s s
n1 n2 n1  n 2  2
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah 2347 1903
n 36 36
X̅ 65.18 52.86
Varians (s2) 24.85 48.05
Standart deviasi (s) 4.98 6.93

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:


36 1 24.85 + 36 1 48.05
s = = 6.037
36 + 36 2
65.18 52.86
t = = 8.658
1 + 1
6.04
36 36
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 =68 diperoleh t (0.95)(68) 1.9944371
=
5) Daerah Kritik

-1.994 0 1.994 8.658

6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho


7) Kesimpulan :Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol
199

Lampiran 33. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Hasil Belajar
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI POSTTEST ANTARA
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

1) Ho : m1 = m2
Ha : m1 ≠ m2
2) α : 5%
3) Statistik Uji
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x1  x2 Dimana,
t 
1 1 n 1  1s12  n 2  1s 22
s  s 
n1 n2 n1  n 2  2

4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Jumlah 2347 1903
n 36 36
x̅ 65.18 52.86
Varians (s2) 24.85 48.05
Standart deviasi (s) 4.98 6.93

s = 36 -1 24.85 + 36 -1 48.05 =
6.037
36 + 36 - 2
t 65.18 - 52.86
= = 8.657
6.037 1 + 1
36 36

Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 = 68 diperoleh t (0.95)(68) 1.994


=
5) Daerah Kritik

Daerah penerimaan Ho

-1.994 0 1.994 8.66

6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho


7) Kesimpulan : Ada perbedaan rata-rata nilai postest antara kelompok
eksperimen dan kontrol
200

Lampiran 34. Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Kognitif Siswa

UJI NORMALITAS GAIN (g) PENINGKATAN RATA-RATA


HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

Rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pretest 26.13 26.71
Posttest 65.18 52.86

Kriteria Uji (g) : g ˃ 0.7 (tinggi)


0.3 < g < 0.7 (sedang)
g < 0.3 (rendah)

Kelas Eksperimen
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 65.18 - 26.13
100 - 26.13
= 0.528631 (SEDANG)

Kelas Kontrol
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 52.86 - 26.71
100 - 26.71
= 0.356802 (SEDANG)
201

UJI NORMALIZED GAIN <g>


PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

DATA KELAS EKSPERIMEN DATA KELAS KONTROL


KELAS X MIIA 1 KELAS X MIIA 3
No Testee Pretes Postes g Kriteria No Testee Pretes Postes g Kriteria
1 E-01 28.5 69.5 0.57 Sedang 1 K-01 21 44 0.29 Rendah
2 E-02 32 64 0.47 Sedang 2 K-02 17 54 0.45 Sedang
3 E-03 27 59 0.44 Sedang 3 K-03 21 59 0.48 Sedang
4 E-04 30 64.5 0.49 Sedang 4 K-04 24 57 0.43 Sedang
5 E-05 26 61 0.47 Sedang 5 K-05 20 48 0.35 Sedang
6 E-06 40 62 0.37 Sedang 6 K-06 16 58 0.50 Sedang
7 E-07 32.5 62 0.44 Sedang 7 K-07 37.5 52 0.23 Rendah
8 E-08 25.5 62 0.49 Sedang 8 K-08 30.5 56.5 0.37 Sedang
9 E-09 26 76 0.68 Sedang 9 K-09 29 43 0.20 Rendah
10 E-10 30 69 0.56 Sedang 10 K-10 30.5 48 0.25 Rendah
11 E-11 32 62.5 0.45 Sedang 11 K-11 16 47 0.37 Sedang
12 E-12 17 63.5 0.56 Sedang 12 K-12 30 44 0.20 Rendah
13 E-13 27 67 0.55 Sedang 13 K-13 30 64 0.49 Sedang
14 E-14 22 63.5 0.53 Sedang 14 K-14 32.5 62 0.44 Sedang
15 E-15 13 67 0.62 Sedang 15 K-15 32 43 0.16 Rendah
16 E-16 19 64.5 0.56 Sedang 16 K-16 19 50 0.38 Sedang
17 E-17 25 77 0.69 Sedang 17 K-17 27 55 0.38 Sedang
18 E-18 24 66 0.55 Sedang 18 K-18 16 57.5 0.49 Sedang
19 E-19 22 64.5 0.54 Sedang 19 K-19 25.5 50.5 0.34 Sedang
20 E-20 23.5 65 0.54 Sedang 20 K-20 30 48 0.26 Rendah
21 E-21 25 65.5 0.54 Sedang 21 K-21 32.5 55 0.33 Sedang
22 E-22 22 63 0.53 Sedang 22 K-22 42 65 0.40 Sedang
23 E-23 32.5 63 0.45 Sedang 23 K-23 20 50.5 0.38 Sedang
24 E-24 28 71 0.60 Sedang 24 K-24 34 55 0.32 Sedang
25 E-25 21.5 67 0.58 Sedang 25 K-25 30 57.5 0.39 Sedang
26 E-26 29 71 0.59 Sedang 26 K-26 25.5 45 0.26 Rendah
27 E-27 24 66 0.55 Sedang 27 K-27 16 58.5 0.51 Sedang
28 E-28 29 71 0.59 Sedang 28 K-28 30 44.5 0.21 Rendah
29 E-29 23.5 56 0.42 Sedang 29 K-29 32.5 58.5 0.39 Sedang
30 E-30 28 72 0.61 Sedang 30 K-30 25 52 0.36 Sedang
31 E-31 27 63 0.49 Sedang 31 K-31 30 46 0.23 Rendah
32 E-32 23 61 0.49 Sedang 32 K-32 34.5 72 0.57 Sedang
33 E-33 28 63.5 0.49 Sedang 33 K-33 20 54 0.43 Sedang
34 E-34 27 69.5 0.58 Sedang 34 K-34 25 44 0.25 Rendah
35 E-35 28 62.5 0.48 Sedang 35 K-35 27.5 50.5 0.32 Sedang
36 E-36 23 52 0.38 Sedang 36 K-36 32.5 54.5 0.33 Sedang
Jumlah 941 2347 18.96 Jumlah 962 1903 12.73
Mean 26.13 65.18 Tinggi 0 Mean 26.71 52.86 Tinggi 0
2 2
S 23.89 24.85 Sedang 36 S 44.42 48.05 Sedang 25
S 4.89 4.98 Rendah 0 S 6.66 6.93 Rendah 11
202

Lampiran 35. Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Afektif


RELIABILITAS LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF
NO NAMA OB 1 OB 2 OB 3 JUMLAH X X KUADRAT
1 AEKA PUTRI NUR ASRINI 26 25 26 77 5929
2 ANDWINGGA KRESNA A 27 26 26 79 6241
3 ANIS IHSANI 26 26 26 78 6084
4 ANJAS WICAKSONO 26 26 26 78 6084
5 ANUNG SATYA 26 25 25 76 5776
6 ARINTA SAFIRA 27 26 27 80 6400
7 DHEA AYUNINGWIDI N 27 27 27 81 6561
8 DIANA PANGESTUTI 27 26 26 79 6241
9 DIKO PRASETIYO HADI 26 25 25 76 5776
10 DINA SAFERA MALIK 27 27 27 81 6561
11 DITA MARIA RIZKI 28 28 28 84 7056
12 DWI KURNIASIH 25 25 25 75 5625
13 ERI TRIAWAN 27 27 27 81 6561
14 EVIANA ETIKA KHUNAINI 27 25 27 79 6241
15 FATIMATUH ZUHRO 25 25 25 75 5625
16 FEBBY NURALISA 28 26 28 82 6724
17 FITROTUNNISA 28 27 28 83 6889
18 HESTI DWI RESNADI 27 27 27 81 6561
19 KUKUH PRIBADI 26 26 26 78 6084
20 LULU AMILATUS S 27 27 27 81 6561
21 MARYANI 27 26 27 80 6400
22 MOCH IRFAN SETIYAWAN 27 26 27 80 6400
23 MOCHAMAD MULTAZAM 28 27 28 83 6889
24 MOHAMMAD MACHFUDH 28 26 26 80 6400
25 MOKH MIFTAH ARDIANSYAH 27 27 27 81 6561
26 MUH DZIKRON ABIED 26 26 26 78 6084
27 NESILIA HENDRAWATI 28 28 28 84 7056
28 NUR RIZKY AMALIA 28 27 28 83 6889
29 RAKHMAT ZAENUDIN 27 25 27 79 6241
30 RINA SOFIANINGSIH 27 27 27 81 6561
31 RIO ARDI SANTOSO 28 27 28 83 6889
32 ROVIKA VIDIAYANTI 27 27 27 81 6561
33 SEKAR ROSVIONA T 28 28 28 84 7056
34 SHABILLA MARGIYANTI 27 25 27 79 6241
35 SRI NURUNTUT 26 26 27 79 6241
36 VIANI DWINTASARI 28 27 28 83 6889
JUMLAH Y 970 947 965 2882 230938
Y KUADRAT 940900 896809 931225 2768934

JKT 95.2962963 RELIABILITAS 0.749840663


JKOB 8.12962963
JKP 72.62962963
JKR 14.53703704
VP 2.075132275
VE 0.207671958
203
Lampiran 36. Analisis Lembar Observasi Aspek Afektif

ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK AFEKTIF


KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)

AFEKTIF
No Kode
1 2 3 4 5 6 7
1 E-001 4 3 4 4 4 4 4
2 E-002 4 4 4 4 4 4 4
3 E-003 4 4 4 4 4 4 4
4 E-004 4 4 4 4 3 4 4
5 E-005 4 4 4 4 3 4 4
6 E-006 4 4 4 4 4 4 3
7 E-007 4 3 4 4 4 4 4
8 E-008 4 4 4 4 4 4 4
9 E-009 3 4 4 4 4 4 3
10 E-010 4 4 4 4 4 4 3
11 E-011 4 4 3 4 4 4 4
12 E-012 4 3 4 4 4 4 4
13 E-013 4 4 4 4 3 4 4
14 E-014 4 3 3 4 4 4 4
15 E-015 4 4 4 4 4 4 4
16 E-016 4 4 4 4 4 4 4
17 E-017 4 3 4 4 4 4 3
18 E-018 4 4 4 4 4 4 4
19 E-019 4 4 4 4 4 4 3
20 E-020 4 4 3 4 4 4 4
21 E-021 4 4 3 4 3 4 3
22 E-022 4 4 4 4 4 4 4
23 E-023 4 4 4 4 4 4 3
24 E-024 4 3 4 4 4 4 3
25 E-025 4 4 4 4 4 4 4
26 E-026 4 4 4 3 3 4 3
27 E-027 4 4 4 4 4 4 3
28 E-028 4 4 4 3 3 4 4
29 E-029 4 4 4 4 4 4 4
30 E-030 4 4 3 4 4 4 4
31 E-031 4 3 4 4 4 4 4
32 E-032 4 4 4 4 4 4 4
33 E-033 4 4 4 4 4 4 4
34 E-034 4 3 4 4 4 4 3
35 E-035 4 4 4 4 4 4 3
36 E-036 4 3 4 4 4 4 3
Jumlah 143 135 139 142 138 144 131
Rerata 0.993056 0.9375 0.965278 0.986111 0.958333 1 0.90972
Persen 99.31% 93.75% 96.53% 98.61% 95.83% 100% 90.97%
204

ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK AFEKTIF


KELAS X MIIA 3 (KELAS KONTROL)

AFEKTIF
No KODE
1 2 3 4 5 6 7
1 K-001 4 3 4 4 3 4 3
2 K-002 4 3 4 4 3 4 3
3 K-003 4 3 4 4 4 3 3
4 K-004 3 3 4 4 3 3 4
5 K-005 4 3 4 4 3 4 3
6 K-006 4 3 4 4 3 3 4
7 K-007 4 3 4 4 4 3 3
8 K-008 4 3 4 4 4 4 3
9 K-009 4 3 4 4 4 3 2
10 K-010 4 3 4 4 4 3 3
11 K-011 4 3 4 4 4 3 4
12 K-012 4 3 4 4 4 4 3
13 K-013 4 3 4 4 4 4 4
14 K-014 4 3 4 4 4 3 3
15 K-015 4 3 4 4 4 3 3
16 K-016 4 3 4 4 4 4 4
17 K-017 4 4 4 4 4 4 3
18 K-018 4 3 4 4 4 4 4
19 K-019 4 3 4 4 4 4 2
20 K-020 4 3 4 4 4 3 4
21 K-021 4 3 4 4 4 4 3
22 K-022 4 3 4 4 4 4 4
23 K-023 4 3 4 4 4 4 4
24 K-024 4 3 4 4 4 3 4
25 K-025 4 4 3 4 4 3 4
26 K-026 4 4 3 4 4 4 3
27 K-027 4 3 4 4 4 4 3
28 K-028 4 3 4 4 4 3 4
29 K-029 4 3 4 4 4 4 4
30 K-030 4 3 4 4 4 4 3
31 K-031 4 4 4 4 4 3 3
32 K-032 3 3 4 4 4 4 3
33 K-033 4 3 4 4 4 3 3
34 K-034 4 4 4 4 4 4 3
35 K-035 4 3 4 4 4 4 3
36 K-036 4 3 4 4 4 3 3
Jumlah 142 113 142 144 139 128 119
Rerata 0.98611 0.784722 0.986111 1 0.965278 0.888889 0.826389
Persen 98.61% 78.47% 98.61% 100.00% 96.53% 88.89% 82.64%
205

Lampiran 37. Analisis Reliabilitas Lembar Observasi Aspek Psikomotorik


RELIABILITAS LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK
NO NAMA OB 1 OB 2 OB 3 JUMLAH X X KUADRAT
1 AEKA PUTRI NUR ASRINI 23 22 23 68 4624
2 ANDWINGGA KRESNA A 23 22 23 68 4624
3 ANIS IHSANI 24 24 24 72 5184
4 ANJAS WICAKSONO 22 23 23 68 4624
5 ANUNG SATYA 23 23 23 69 4761
6 ARINTA SAFIRA 24 24 23 71 5041
7 DHEA AYUNINGWIDI NOVITA 23 24 23 70 4900
8 DIANA PANGESTUTI 24 23 24 71 5041
9 DIKO PRASETIYO HADI 21 22 22 65 4225
10 DINA SAFERA MALIK 23 23 23 69 4761
11 DITA MARIA RIZKI 24 24 24 72 5184
12 DWI KURNIASIH 23 24 24 71 5041
13 ERI TRIAWAN 22 23 23 68 4624
14 EVIANA ETIKA KHUNAINI 24 23 24 71 5041
15 FATIMATUH ZUHRO 24 24 24 72 5184
16 FEBBY NURALISA 24 24 24 72 5184
17 FITROTUNNISA 24 23 24 71 5041
18 HESTI DWI RESNADI 23 23 23 69 4761
19 KUKUH PRIBADI 23 23 23 69 4761
20 LULU AMILATUS SOLEKHA 24 24 24 72 5184
21 MARYANI 21 21 21 63 3969
22 MOCH IRFAN SETIYAWAN 23 23 23 69 4761
23 MOCHAMAD MULTAZAM 24 23 24 71 5041
24 MOHAMMAD MACHFUDH 24 24 23 71 5041
25 MOKH MIFTAH ARDIANSYAH 24 24 23 71 5041
26 MUHAMMAD DZIKRON ABIED 23 24 24 71 5041
27 NESILIA HENDRAWATI 24 24 24 72 5184
28 NUR RIZKY AMALIA 24 23 24 71 5041
29 RAKHMAT ZAENUDIN 24 24 24 72 5184
30 RINA SOFIANINGSIH 24 24 24 72 5184
31 RIO ARDI SANTOSO 24 23 24 71 5041
32 ROVIKA VIDIAYANTI 24 23 24 71 5041
33 SEKAR ROSVIONA TYARTA 24 24 24 72 5184
34 SHABILLA MARGIYANTI 23 23 23 69 4761
35 SRI NURUNTUT 24 24 24 72 5184
36 VIANI DWINTASARI 23 23 23 69 4761
JUMLAH Y 842 839 844 2525 177249
Y KUADRAT 708964 703921 712336 2125221

JKT 61.43518519 RELIABILITAS 0.71396


JKOB 0.351851852
JKP 49.43518519
JKR 11.64814815
VP 1.412433862
VE 0.166402116
206

Lampiran 38. Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik

ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTORIK


KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)

Aspek A Aspek B
No Kode
1 2 3 4 5 1 2 3
1 E-001 3 2 3 3 3 2 2 3
2 E-002 3 3 3 2 3 3 3 3
3 E-003 3 3 3 3 3 3 3 3
4 E-004 3 3 3 2 2 3 3 3
5 E-005 3 3 3 3 2 3 3 3
6 E-006 3 3 3 2 3 3 3 3
7 E-007 3 3 3 2 3 2 2 3
8 E-008 3 3 3 3 3 3 3 3
9 E-009 3 2 3 3 3 2 2 3
10 E-010 3 2 3 2 3 3 2 3
11 E-011 3 3 3 3 3 3 3 3
12 E-012 3 3 3 3 3 3 2 3
13 E-013 3 3 3 3 3 3 2 3
14 E-014 3 2 3 3 3 2 3 3
15 E-015 3 3 3 3 3 3 3 3
16 E-016 3 3 3 3 3 3 3 3
17 E-017 3 3 3 2 3 3 2 3
18 E-018 3 2 3 2 3 3 2 3
19 E-019 3 2 3 2 3 3 3 3
20 E-020 3 3 3 3 3 3 3 3
21 E-021 3 2 3 2 3 3 2 3
22 E-022 3 2 3 3 3 2 3 3
23 E-023 3 3 3 3 3 3 3 3
24 E-024 3 3 3 2 3 3 2 3
25 E-025 3 3 3 2 3 3 3 3
26 E-026 3 3 3 3 2 3 3 3
27 E-027 3 3 3 3 3 2 2 3
28 E-028 3 3 3 3 2 3 3 3
29 E-029 3 3 3 3 3 3 3 3
30 E-030 3 3 3 3 3 3 3 3
31 E-031 3 2 3 3 3 2 2 3
32 E-032 3 3 3 3 3 3 3 3
33 E-033 3 3 3 3 3 3 3 3
34 E-034 3 3 3 3 3 3 3 3
35 E-035 3 3 3 3 3 3 3 3
36 E-036 3 2 3 2 3 2 2 3
Jumlah 108 98 108 96 104 100 95 108
Rerata 1 0.90741 1 0.888889 0.962963 0.925926 0.87963 1
Persen 100% 85.18% 100% 85.18% 94.44% 92.59% 87.96% 100%
207

ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ASPEK PSIKOMOTORIK


KELAS X MIIA 3 (KELAS KONTROL)

ASPEK A ASPEK B
No KODE
1 2 3 4 5 1 2 3
1 K-001 3 3 3 3 3 2 3 3
2 K-002 2 2 3 2 3 2 2 3
3 K-003 3 3 3 3 3 2 3 2
4 K-004 3 3 3 3 3 3 3 3
5 K-005 2 2 3 2 3 2 3 3
6 K-006 3 2 3 3 3 3 3 2
7 K-007 3 3 3 2 3 2 2 2
8 K-008 3 3 3 3 3 2 2 2
9 K-009 1 3 2 3 3 2 2 2
10 K-010 3 3 3 2 3 2 2 2
11 K-011 3 2 3 2 3 2 3 3
12 K-012 3 2 3 3 3 2 3 3
13 K-013 2 2 3 3 3 2 2 3
14 K-014 3 3 3 3 3 2 3 3
15 K-015 3 3 3 2 3 2 2 3
16 K-016 3 3 3 2 3 3 2 2
17 K-017 3 3 3 3 3 2 2 2
18 K-018 3 3 3 3 2 2 2 2
19 K-019 3 2 3 2 2 2 2 2
20 K-020 3 2 3 2 3 2 2 2
21 K-021 3 3 3 3 2 2 2 2
22 K-022 2 3 2 3 3 2 2 2
23 K-023 2 2 2 3 3 3 3 2
24 K-024 2 2 3 2 3 2 2 2
25 K-025 2 2 2 2 2 3 2 3
26 K-026 2 3 2 3 3 3 2 2
27 K-027 2 2 3 3 3 2 2 3
28 K-028 2 2 3 2 3 2 2 3
29 K-029 2 2 3 3 3 2 2 3
30 K-030 2 3 3 2 3 2 3 3
31 K-031 2 2 3 2 3 2 2 2
32 K-032 3 3 3 3 2 2 2 2
33 K-033 3 3 3 3 2 2 2 2
34 K-034 3 2 3 2 3 2 2 3
35 K-035 3 3 3 2 3 3 2 3
36 K-036 3 3 3 3 3 2 2 3
Jumlah 93 92 103 92 102 79 82 89
Rerata 0.86111 0.851852 0.953704 0.851852 0.944444 0.731481 0.75926 0.82407
Persen 86.11% 90.74% 95.37% 100.00% 100% 73.15% 75.93% 82.41%
208
Lampiran 39. Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
DAFTAR NILAI PRETES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

S
Nomor Kelas
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
1 25 30 55 625 900
2 15 15 30 225 225
3 30 15 45 900 225
4 20 10 30 400 100
5 20 20 40 400 400
6 20 20 40 400 400
7 25 30 55 625 900
8 25 25 50 625 625
9 20 10 30 400 100
10 20 35 55 400 1225
11 20 15 35 400 225
12 10 40 50 100 1600
13 10 25 35 100 625
14 20 35 55 400 1225
15 10 20 30 100 400
16 10 25 35 100 625
17 10 30 40 100 900
18 20 20 40 400 400
19 25 15 40 625 225
20 15 25 40 225 625
21 10 30 40 100 900
22 20 40 60 400 1600
23 25 18 43 625 324
24 20 20 40 400 400
25 15 25 40 225 625
26 10 17 27 100 289
27 15 16 31 225 256
28 10 40 50 100 1600
29 15 35 50 225 1225
30 35 13 48 1225 169
31 10 20 30 100 400
32 15 30 45 225 900
33 10 20 30 100 400
34 10 30 40 100 900
35 25 25 50 625 625
36 10 25 35 100 625
∑ 625 864 1489 12425 23188
X 17.36 24.00
ni 36 36
ni - 1 35 35
2
Si 44.98 70.06
(ni-1) Si2 1574.31 2452.00
Log Si2 1.65 1.85
2
(ni-1) Log Si 57.86 64.59
Si 6.71 8.37
Nilai Maks. 35 40
Nilai Min. 10 10
Rentang 25 30
Log ni 1.56 1.56
209

Lampiran 40. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Eksperimen

UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST

KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1)

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
2  i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 35 Panjang Kelas = 6
Nilai Minimal = 10 Rerata Kelompok = 26.11
Rentang = 25 Simpangan Baku = 6.706
Banyak Kelas = 4 n = 36

Batas Bawah Z untuk Peluang Luas Ei Oi (Oi-Ei)²


Kelas Interval
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
10 - 16 9.5 -2.48 0.01 0.07 2.49 6 4.93
17 - 23 16.5 -1.43 0.08 0.27 9.82 12 0.49
24 - 30 23.5 -0.39 0.35 0.40 14.22 14 0.00
31 - 37 30.5 0.65 0.74 0.21 7.62 4 1.72
38 - 44 37.5 1.70 0.96
² = 7.13
36
 2 (1-a)(k-3) 7.81

 2 hitung 7.13

5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah
penerimaan Ho
penolakan Ho
7.13 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
210

Lampiran 41. Analisis Uji Normalitas Data Pretest Soal Uraian Kelas Kontrol

UJI NORMALITAS DATA HASIL PRETEST


KELAS KONTROL (X MIA 3)

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
2  
i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 40 Panjang Kelas = 9
Nilai Minimal = 10 Rerata Kelompok = 24.00
Rentang = 30 Simpangan Baku = 8.37
Banyak Kelas = 4 n = 36

Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²


Kelas Interval Ei Oi
Kelas Batas BawahUntuk Z Untuk Z Ei
10 - 19 9.5 -1.73 0.04 0.25 9.14 10 0.08
20 - 29 19.5 -0.54 0.30 0.45 16.17 14 0.29
30 - 39 29.5 0.66 0.74 0.22 8.05 9 0.11
40 - 49 39.5 1.85 0.97 0.03 1.11 3 3.21
50 - 59 49.5 3.05 1.00
² = 3.69
36
2 (1-a)(k-3) 7.81

2 hitung 3.69

5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

3.69 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
211
Lampiran 42. Analisis Uji Homogenitas Data Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

UJI HOMOGENITAS HASIL PRETES SOAL URAIAN

2 2
1) H0 : s 1 = s 2
Ha : Tidak semua s2 i sama, untuk i = 1, 2
2) α : 5%
3) Statistik Uji

4) Komputasi
2 2 2
Kelas ni dk = ni - 1 Si2 (dk) Si log Si (dk) log Si
Eksperimen 36 35 42.60 1491.0000 1.6294 57.0293
Kontrol 36 35 70.06 2452.1000 1.8455 64.5915
Jumlah 72 70 112.6600 3943.1000 3.4749 121.6208

Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:


S2 = S(ni-1) Si2 = 3943.1000 =
56.3300
S(ni-1) 70
2
Log S = 1.75074

Harga satuan B

B = (Log S2 ) S (ni - 1)
= 1.8 x 70
= 123

2 = (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 }


= 2.3026 122.551783 121.6208
= 2.1437
Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 2 tabel =3.8415

5) Daerah Kritik

Daerah
penerimaan Ho Daerah penolakan Ho

2.1437 3.8415

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :

Karena 2 hitung < 2 (1-a)(k-1) maka populasi mempunyai homogenitas


yang sama
212

Lampiran 43. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretest Soal Uraian
UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL PRETEST
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Ha : Kelas eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang berbeda
2) α: 5%
3) Statistik Uji
Varians terbesar
F 
Varians terkecil
4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber Kelompok Kelompok
Variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 590 864
n 36 36
Mean 16.39 24.00
2 42.60 70.06
Varians (S )
Standar deviasi (S) 6.53 8.37

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:


F: 70.06 = 1.64
42.60

Pada α = 5% dengan :
dk pembilang : nb-1 = 35
dk penyebut : nk -1 = 35
5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan
penerimaan Ho

1.64 1.96

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
213
Lampiran 44. Data Hasil Postest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
DAFTAR NILAI POSTEST SOAL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

S
Nomor Kelas X²

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol


1 75 56 131 5625 3136
2 80 68 148 6400 4624
3 70 70 140 4900 4900
4 65 70 135 4225 4900
5 66 60 126 4356 3600
6 75 72 147 5625 5184
7 72 63 135 5184 3969
8 75 65 140 5625 4225
9 72 52 124 5184 2704
10 70 59 129 4900 3481
11 73 58 131 5329 3364
12 75 48 123 5625 2304
13 65 75 140 4225 5625
14 75 80 155 5625 6400
15 75 58 133 5625 3364
16 65 60 125 4225 3600
17 75 67 142 5625 4489
18 60 75 135 3600 5625
19 57 65 122 3249 4225
20 70 48 118 4900 2304
21 75 54 129 5625 2916
22 70 62 132 4900 3844
23 65 57 122 4225 3249
24 82 71 153 6724 5041
25 67 75 142 4489 5625
26 70 52 122 4900 2704
27 80 77 157 6400 5929
28 70 47 117 4900 2209
29 55 65 120 3025 4225
30 80 64 144 6400 4096
31 75 54 129 5625 2916
32 75 75 150 5625 5625
33 75 60 135 5625 3600
34 67 55 122 4489 3025
35 65 57 122 4225 3249
36 62 69 131 3844 4761
S 2543 2263 4806 181073 145037
X 70.64 62.86 133.50
ni 36 36 72
ni - 1 35 35 71
2
Si 41.09 79.49 120.49
(ni-1) Si2 1438.31 2782.31 8554.49
Log Si2 1.61 1.90 2.08
(ni-1) Log Si2 56.48 66.51 147.75
Si 6.41 8.92 10.98
Nilai Maks. 82 80 157
Nilai Min. 55 47 117
Rentang 27 33 40
Simpangan baku 6.41 8.92
214

Lampiran 45. Analisis Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Eksperimen

UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST )


KELAS EKSPERIMEN (X MIA 1

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
2  
i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 82 Panjang Kelas = 8
Nilai Minimal = 55 Rerata Kelompok = 70.64
Rentang = 27 Simpangan Baku = 6.41
Banyak Kelas = 5 n = 36

Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²


Kelas Interval Ei Oi
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
50 - 57 49.5 -3.30 0.00 0.02 0.71 2 2.35
58 - 65 57.5 -2.05 0.02 0.19 6.88 7 0.00
66 - 73 65.5 -0.80 0.21 0.46 16.59 12 1.27
74 - 81 73.5 0.45 0.67 0.28 10.17 14 1.44
82 - 89 81.5 1.69 0.95 0.04 1.57 1 0.20
90 - 97 89.5 2.94 1.00
² = 5.27
36
 2 (1-a)(k-3) 7.81
 2 hitung 5.27
5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

5.27 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
215

Lampiran 46. Analisis Normalitas Data Postest Soal Uraian Kelas Kontrol

UJI NORMALITAS DATA HASIL POSTTEST


KELAS KONTROL (X MIA 3)

1) H0 : Data berdistribusi normal


Ha : Data tidak berdistribusi normal
2) α : 5%
3) Statistik Uji
k
Oi  E i 2
2  
i 1
Ei

4) Komputasi
Nilai Maksimal = 80 Panjang Kelas = 9
Nilai Minimal = 47 Rerata Kelompok = 62.86
Rentang = 33 Simpangan Baku = 8.92
Banyak Kelas = 5 n = 36

Batas Bawah Z untuk Peluang Luas (Oi-Ei)²


Kelas Interval Ei Oi
Kelas Batas Bawah Untuk Z Untuk Z Ei
40 - 48 39.5 -2.62 0.00 0.05 1.77 3 0.85
49 - 57 48.5 -1.61 0.05 0.22 7.93 8 0.00
58 - 66 57.5 -0.60 0.27 0.38 13.84 12 0.24
67 - 75 66.5 0.41 0.66 0.26 9.48 11 0.24
76 - 84 75.5 1.42 0.92 0.07 2.54 2 0.12
85 - 93 84.5 2.43 0.99
² = 1.45
36
 2 (1-a)(k-3) 7.81
 2 hitung 1.45
5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah penolakan Ho
penerimaan Ho

1.45 7.81

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Data berdistribusi normal
216

Lampiran 47. Analisis Uji Homogenitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

UJI HOMOGENITAS DATA HASIL POSTES

2
1) H0 : s 1 = s2 2
2
Ha : Tidak semua s i sama, untuk i = 1, 2
2) α : 5%
3) Statistik Uji

4) Komputasi
Kelas ni dk = ni - 1 Si2 (dk) Si2 log Si2 (dk) log Si2
Eksperimen 36 35 41.0900 1438.1500 1.6137 56.4808
Kontrol 36 35 79.4900 2782.1500 1.9003 66.5109
Jumlah 72 70 120.5800 4220.3000 3.5140 122.9917

Varians gabungan dari kelompok sampel adalah:


S2 = S(ni-1) Si2 = 4220.3000 =
60.2900
S(ni-1) 70
Log S2 = 1.78025

Harga satuan B
B = (Log S2 ) S (ni - 1)
= 1.8 x 70
= 124.617
 2
= (Ln 10) { B - S(ni-1) log Si2 }
= 2.3026 124.62 122.9917
= 3.7428

Untuk a = 5% dengan dk = k-1 = 2-1 = 1 diperoleh 3.8415


2
tabel =
5) Daerah Kritik

Daerah Daerah
penerimaan Ho penolakan Ho

3.7428 3.8415

6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan :
Karena   (1-a)(k-1) maka data mempunyai homogenitas
2 2
hitung <
yang sama
217
Lampiran 48. Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Postest Soal Uraian

UJI KESAMAAN DUA VARIANS DATA HASIL POSTTEST


ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

1) H₀ : Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang tidak berbeda
Ha : Kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang berbeda
2) α : 5%
3) Statistik Uji
Varians terbesar
F 
Varians terkecil
4) Komputasi
Sumber Kelompok Kelompok
Variasi Eksperimen Kontrol
Jumlah 2543 2263
n 36 36
Mean 70.64 62.86
Varians (S2) 41.09 79.49
Standar deviasi (S) 6.41 8.92
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
F: 79.49 = 1.93
41.09

Pada α = 5% dengan :
dk pembilang : nb-1 = 35 dk penyebut : nk -1 = 35
5) Daerah Kritik

Daerah
Daerah
penolakan Ho
penerimaan Ho

1.93 1.96
6) Keputusan : Ho diterima
7) Kesimpulan : Kedua kelas mempunyai varians yang tidak berbeda
218
Lampiran 49. Analisis Uji t Pihak Kanan Nilai Postest Soal Uraian

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA


(UJI t PIHAK KANAN) NILAI POSTTEST
ANTARA KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

1) Ho : m1 < m2
Ha : m1 > m2
2) α : 5%
3) Statistik Uji
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x1  x 2 Dimana,
t 
1 1 n 1  1s12  n 2  1s 22
s  s
n1 n2 n1  n 2  2

4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah 2543 2263
n 36 36
X̅ 70.64 62.86
Varians (s2) 41.09 79.49
Standart deviasi (s) 6.41 8.92

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:


36 1 41.09 + 36 1 79.49
s = = 7.765
36 + 36 2
70.64 62.86
t = = 4.251
1 + 1
7.76
36 36
Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 =68 diperoleh t (0.95)(68) = 1.994
5) Daerah Kritik

-1.994 0 1.994 4.251

6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho


7) Kesimpulan : Rata-rat kelas eksperimen lebih baik daripada kelas
kontrol
219

Lampiran 50. Analisis Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postest Soal Uraian
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA NILAI POSTTEST ANTARA
KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL

1) Ho : m1 = m2
Ha : m1 ≠ m2
2) α : 5%
3) Statistik Uji
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
x1  x2 Dimana,
t 
1 1 n 1  1s12  n 2  1s 22
s  s
n1 n2 n1  n 2  2

4) Komputasi
Dari data diperoleh:
Sumber variasi Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
Jumlah 2543 2263
n 36 36
x̅ 70.64 62.86
Varians (s2) 41.09 79.49
Standart deviasi (s) 6.41 8.92

s = 36 -1 41.09 + 36 -1 79.49 =
7.765
36 + 36 - 2
t 70.64 - 62.86
= = 4.250
7.765 1 + 1
36 36

Pada a = 5% dengan dk = 36 + 34 - 2 = 68 diperoleh t(0.95)(68)1.994


=
5) Daerah Kritik

Daerah penerimaan Ho

-1.99 0 1.994 4.25

6) Keputusan : t berada pada daerah penolakan Ho


7) Kesimpulan : Ada perbedaan rata-rata nilai postest antara kelompok
eksperimen dengan kontrol
220

Lampiran 51. Analisis Uji N-Gain Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

UJI NORMALITAS GAIN (g) PENINGKATAN KEMAMPUAN


PEMECAHAN MASALAH SISWA

Rata-rata Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Pretest 17.36 24
Posttest 70.64 62.86

Kriteria Uji (g) : g ˃ 0.7 (tinggi)


0.3 < g < 0.7 (sedang)
g < 0.3 (rendah)

Kelas Eksperimen
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 70.64 - 17.36
100 - 17.36
= 0.644724 (SEDANG)

Kelas Kontrol
(g) = ( S post ) - ( S pre )
100% - ( S pre )
= 62.86 - 24
100 - 24
= 0.511316 (SEDANG)
221

UJI NORMALIZED GAIN <g>


PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

DATA KELAS EKSPERIMEN DATA KELAS KONTROL


KELAS X MIIA 1 KELAS X MIIA 3
No Testee Pretes Postes g Kriteria No Testee Pretes Postes g Kriteria
1 E-01 25 75 0.67 Sedang 1 K-01 30 56 0.37 Sedang
2 E-02 15 80 0.76 Tinggi 2 K-02 15 68 0.62 Sedang
3 E-03 30 70 0.57 Sedang 3 K-03 15 70 0.65 Sedang
4 E-04 20 65 0.56 Sedang 4 K-04 10 70 0.67 Sedang
5 E-05 20 66 0.58 Sedang 5 K-05 20 60 0.50 Sedang
6 E-06 20 75 0.69 Sedang 6 K-06 20 72 0.65 Sedang
7 E-07 25 72 0.63 Sedang 7 K-07 30 63 0.47 Sedang
8 E-08 25 75 0.67 Sedang 8 K-08 25 65 0.53 Sedang
9 E-09 20 72 0.65 Sedang 9 K-09 10 52 0.47 Sedang
10 E-10 20 70 0.63 Sedang 10 K-10 35 59 0.37 Sedang
11 E-11 20 73 0.66 Sedang 11 K-11 15 58 0.51 Sedang
12 E-12 10 75 0.72 Tinggi 12 K-12 40 48 0.13 Rendah
13 E-13 10 65 0.61 Sedang 13 K-13 25 75 0.67 Sedang
14 E-14 20 75 0.69 Sedang 14 K-14 35 80 0.69 Sedang
15 E-15 10 75 0.72 Tinggi 15 K-15 20 58 0.48 Sedang
16 E-16 10 65 0.61 Sedang 16 K-16 25 60 0.47 Sedang
17 E-17 10 75 0.72 Tinggi 17 K-17 30 67 0.53 Sedang
18 E-18 20 60 0.50 Sedang 18 K-18 20 75 0.69 Sedang
19 E-19 25 57 0.43 Sedang 19 K-19 15 65 0.59 Sedang
20 E-20 15 70 0.65 Sedang 20 K-20 25 48 0.31 Sedang
21 E-21 10 75 0.72 Tinggi 21 K-21 30 54 0.34 Sedang
22 E-22 20 70 0.63 Sedang 22 K-22 40 62 0.37 Sedang
23 E-23 25 65 0.53 Sedang 23 K-23 18 57 0.48 Sedang
24 E-24 20 82 0.78 Tinggi 24 K-24 20 71 0.64 Sedang
25 E-25 15 67 0.61 Sedang 25 K-25 25 75 0.67 Sedang
26 E-26 10 70 0.67 Sedang 26 K-26 17 52 0.42 Sedang
27 E-27 15 80 0.76 Tinggi 27 K-27 16 77 0.73 Tinggi
28 E-28 10 70 0.67 Sedang 28 K-28 40 47 0.12 Rendah
29 E-29 15 55 0.47 Sedang 29 K-29 35 65 0.46 Sedang
30 E-30 35 80 0.69 Sedang 30 K-30 13 64 0.59 Sedang
31 E-31 10 75 0.72 Tinggi 31 K-31 20 54 0.43 Sedang
32 E-32 15 75 0.71 Tinggi 32 K-32 30 75 0.64 Sedang
33 E-33 10 75 0.72 Tinggi 33 K-33 20 60 0.50 Sedang
34 E-34 10 67 0.63 Sedang 34 K-34 30 55 0.36 Sedang
35 E-35 25 65 0.53 Sedang 35 K-35 25 57 0.43 Sedang
36 E-36 10 62 0.58 Sedang 36 K-36 25 69 0.59 Sedang
Jumlah 625 2543 23.13 Jumlah 864 2263 18.09
Mean 17.36 70.64 Tinggi 10 Mean 24.00 62.86 Tinggi 1
2 2
S 44.98 41.09 Sedang 26 S 70.06 79.49 Sedang 33
S 6.71 6.41 Rendah 0 S 8.37 8.92 Rendah 2
222
Lampiran 52. Uji Analisis Pengaruh Antar Variabel (Korelasi Biserial)

ANALISIS TERHADAP PENGARUH VARIABEL

Rumus yang digunakan untuk menghitung pengaruh variabel yaitu :

rb 
X 1 
 X 2 pq
uS y

Keterangan:
rb = koefisien korelasi biserial
= rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen
= rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
p = proporsi jumlah siswa pada kelompok eksperimen
q = proporsi jumlah siswa pada kelompok kontrol
u = tinggi ordinat pada kurva normal baku pada titik z yang memotong
bagian luas normal baku menjadi bagian p dan q
Sy = simpangan baku untuk semua nilai dari kedua kelompok

Pedoman untuk memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi biserial (r b )


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 ≤ x < 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ x < 0,40 Rendah
0,40 ≤ x < 0,60 Sedang
0,60 ≤ x < 0,80 Kuat
0,80 ≤ x ≤ 1,00 Sangat kuat

= 70.64
= 62.86
p = 36
= 0.5
72
q = 1 0.5 = 0.5000

u = dari nilai p dan q diperoleh z = 0.01 (Daftar F atau tabel kurva normal)
dari nilai z = 0.01 didapat tinggi ordinat u = 0.3989
(Daftar E atau tabel ordinat Y untuk lengkungan normal standart pada titik Z)

Sy = 10.980

maka:
rb = 70.64 62.86 0.5 x 0.5
0.3989 x 10.98000
= 0.44 (SEDANG)
223

Lampiran 53. Uji Signifikansi Pengaruh Antar Variabel

STANDAR ERROR UJI KORELASI


Hipotesis:
Ho: Tidak ada pengaruh penerapan group investigation dalam model PBL materi
Redoks terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
Ha: Ada pengaruh penerapan group investigation dalam model PBL materi
Redoks terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa

Pengujian Hipotesis:
Rumus yang digunakan:
.
E b=
y

dengan ketentuan, rb > SErb x 1,96, maka Ho ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:


p= 0.50
q= 0.50
y= 0.44
N= 72

. . . .
E b = = = 0.134
y . . 2

karena rb (0.44) > SErb x 1.96 (0.26), maka Ho ditolak.


224

Lampiran 54. Analisis Koefesien Determinasi

KOEFISIEN DETERMINASI

Rumus yang digunakan yaitu :

KD  r b x 100%
2

Keterangan :
KD = koefisien determinasi
rb = koefisien korelasi biserial

Berdasarkan rumus di atas diperoleh:

KD = ( 0.44 )² x 100%

= 19.36 %

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Group Investigation
memberikan kontribusi sebesar 19.36 % terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa
225
Lampiran 55. Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen

ANALISIS PENINGKATAN INDIKATOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


KELAS EKSPERIMEN (X MIIA 1)

INDIKATOR
KODE Memperhitungkan Penalaran Memahami Menemukan Mengevaluasi
Semua Kemungkinan Logis Masalah Suatu Pola Kembali Solusi
Nomor 1 2 3 4 5
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
E-001 2.5 10 0 5 5 5 2.5 10 2.5 7.5
E-002 2.5 5 0 10 0 7.5 0 7.5 5 10
E-003 0 5 0 10 2.5 5 5 5 7.5 10
E-004 5 10 0 5 5 5 0 7.5 0 5
E-005 2.5 5 0 10 5 5 0 3 2.5 10
E-006 0 10 0 7.5 5 5 0 5 5 10
E-007 0 7.5 0 10 7.5 5 0 3.5 5 10
E-008 0 10 0 7.5 7.5 5 0 5 5 10
E-009 0 10 0 5 5 7.5 0 5 5 10
E-010 2.5 10 0 7.5 0 5 0 7.5 7.5 5
E-011 0 7.5 0 10 5 5 0 4 5 10
E-012 5 7.5 0 10 0 5 0 5 0 10
E-013 5 10 0 5 0 5 0 7.5 0 5
E-014 5 10 0 10 0 5 0 7.5 5 5
E-015 0 10 0 10 5 5 0 7.5 0 5
E-016 0 10 0 5 5 5 0 7.5 0 5
E-017 0 10 0 5 0 7.5 5 7.5 0 7.5
E-018 2.5 10 0 5 2.5 7.5 0 6.5 5 5
E-019 0 10 0 5 2.5 3.5 0 5 10 5
E-020 0 10 0 5 7.5 7.5 0 7.5 0 5
E-021 0 5 0 10 0 5 5 7.5 0 10
E-022 5 10 0 7.5 0 5 0 7.5 5 5
E-023 0 5 0 7.5 7.5 5 0 7.5 5 7.5
E-024 0 10 7.5 7.5 0 3.5 2.5 7.5 0 5
E-025 2.5 10 5 7.5 0 3.5 0 7.5 0 5
E-026 0 10 0 7.5 0 5 0 7.5 5 5
E-027 0 5 0 10 0 7.5 0 7.5 7.5 10
E-028 0 10 0 7.5 5 5 0 7.5 0 5
E-029 0 5 0 5 0 5 0 5 7.5 7.5
E-030 0 10 0 7.5 7.5 7.5 0 7.5 10 7.5
E-031 0 10 0 5 5 7.5 0 7.5 0 7.5
E-032 0 5 0 10 0 5 0 7.5 7.5 10
E-033 0 5 0 10 0 5 0 7.5 5 0
E-034 0 10 0 5 0 3.5 0 7.5 5 7.5
E-035 7.5 5 5 7.5 0 5 0 5 0 10
E-036 0 5 0 7.5 0 3.5 0 7.5 5 7.5
Jumlah 47.5 297.5 17.5 270 95 192.5 20 239.5 132.5 260
Rerata 0.13194 0.82639 0.04861 0.75 0.26389 0.53472 0.05556 0.66528 0.36806 0.72222
Persen 13.19% 82.64% 4.86% 75% 26.39% 53.47% 5.56% 66.53% 36.81% 72.22%
226
Lampiran 56. Analisis Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol

ANALISIS PENINGKATAN INDIKATOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


KELAS KONTROL (X MIIA 3)

INDIKATOR
KODE Memperhitungkan Penalaran Memahami Menemukan Mengevaluasi
Semua Kemungkinan Logis Masalah Suatu Pola Kembali Solusi
Nomor 1 2 3 4 5
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
K-001 5 5 5 7.5 2.5 4 0 7.5 2.5 4
K-002 0 5 0 10 2.5 6.5 0 2.5 5 10
K-003 0 5 5 10 0 7.5 0 5 2.5 7.5
K-004 0 5 0 10 2.5 5 0 5 2.5 10
K-005 0 5 0 7.5 5 7.5 0 5 5 5
K-006 0 5 0 10 0 7.5 5 3.5 5 10
K-007 0 5 0 4 2.5 7.5 5 7.5 7.5 7.5
K-008 0 5 5 7.5 5 7.5 0 5 2.5 7.5
K-009 5 5 0 7.5 0 5 0 5 0 3.5
K-010 2.5 10 5 5 7.5 7.5 2.5 3.5 5 3.5
K-011 0 6.5 0 7.5 2.5 2.5 0 7.5 5 5
K-012 5 3.5 2.5 3.5 7.5 7.5 2.5 4.5 5 5
K-013 2.5 6.5 2.5 10 2.5 7.5 2.5 3.5 2.5 10
K-014 2.5 5 2.5 10 5 7.5 2.5 7.5 5 10
K-015 0 6.5 0 2.5 2.5 7.5 2.5 7.5 5 5
K-016 0 5 0 7.5 0 5 5 7.5 7.5 5
K-017 0 7.5 0 10 5 7.5 7.5 3.5 2.5 5
K-018 0 5 0 7.5 5 7.5 0 7.5 5 10
K-019 0 5 5 10 0 7.5 2.5 5 0 5
K-020 2.5 4.5 0 3.5 5 7.5 2.5 3.5 2.5 5
K-021 0 3.5 5 7.5 2.5 7.5 5 7.5 2.5 3.5
K-022 2.5 5 5 7.5 5 7.5 5 7.5 5 3.5
K-023 0 5 5 7.5 0 7.5 0 3.5 4 5
K-024 0 4.5 5 10 0 7.5 2.5 3.5 2.5 10
K-025 0 7.5 2.5 10 2.5 7.5 2.5 2.5 5 7.5
K-026 0 5 2.5 5 3.5 3.5 0 2.5 2.5 10
K-027 0 3.5 0 10 5 7.5 0 7.5 3 10
K-028 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 7.5 10 7.5
K-029 5 5 2.5 5 2.5 5 5 7.5 5 10
K-030 5 4.5 0 10 1.5 2.5 0 7.5 0 7.5
K-031 0 5 0 7.5 2.5 3.5 0 2.5 7.5 7.5
K-032 2.5 5 2.5 10 5 10 2.5 7.5 2.5 5
K-033 0 5 0 10 2.5 7.5 5 2.5 2.5 5
K-034 2.5 5 5 5 5 7.5 0 5 2.5 5
K-035 2.5 5 2.5 3.5 2.5 7.5 0 7.5 5 5
K-036 2.5 7.5 2.5 5 2.5 7.5 0 7 5 7.5
Jumlah 50 188.5 75 267 107.5 235 70 196 142 243
Rerata 0.1389 0.5236 0.2083 0.74167 0.29861 0.65278 0.19444 0.54444 0.39444 0.675
Persen 13.89% 52.36% 20.83% 74.17% 29.86% 65.28% 19.44% 54.44% 39.44% 67.50%
227

Lampiran 57. Analisis Reliabilitas Angket Respon Siswa

Perhitungan Reliabilitas Angket Respon Siswa

Rumus:

Keterangan:
n : Banyaknya butir soal
Si2 : Jumlah varians butir
St2 : Varians total

Kriteria
Apabila r11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel.

Berdasarkan tabel pada analisis ujicoba diperoleh:

2
Si = 0.30 + 0.30 + … + 0.44 = 2.19

2
31622 1062
𝑆𝑡 2 36
= = 8.14
36

7 2.19
r = 1
7 1 8.139
= 0.853
Pada a = 5% dengan n = 36 diperoleh r tabel = 0.320
Karena r > rtabel, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel
228
Lampiran 58. Analisis Lembar Angket Respon Siswa

ANALISIS ANGKET RESPON MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN

KODE INDIKATOR SKOR


NO RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 SKORKUADRAT
1 E-001 5 4 4 4 4 4 4 29 841
2 E-002 5 3 5 4 5 5 5 32 1024
3 E-003 4 5 5 4 5 4 4 31 961
4 E-004 4 4 4 4 4 4 4 28 784
5 E-005 4 4 4 4 4 4 3 27 729
6 E-006 5 4 4 3 4 4 3 27 729
7 E-007 4 4 4 4 4 4 4 28 784
8 E-008 4 5 4 3 4 4 3 27 729
9 E-009 4 5 4 3 4 4 3 27 729
10 E-010 4 4 5 3 4 3 3 26 676
11 E-011 5 4 4 4 5 4 4 30 900
12 E-012 5 5 5 4 4 4 4 31 961
13 E-013 4 4 4 4 4 4 4 28 784
14 E-014 5 4 5 4 4 4 3 29 841
15 E-015 5 4 5 5 5 4 5 33 1089
16 E-016 4 5 4 4 3 4 4 28 784
17 E-017 4 4 5 4 5 4 4 30 900
18 E-018 5 4 4 5 4 4 5 31 961
19 E-019 5 4 4 5 4 4 5 31 961
20 E-020 4 4 5 5 5 4 3 30 900
21 E-021 5 4 5 4 5 4 5 32 1024
22 E-022 4 4 4 5 3 4 4 28 784
23 E-023 5 5 5 4 5 4 5 33 1089
24 E-024 4 4 3 4 4 3 4 26 676
25 E-025 4 5 5 4 4 4 4 30 900
26 E-026 4 4 5 4 5 4 4 30 900
27 E-027 5 5 5 4 5 5 4 33 1089
28 E-028 5 4 5 4 5 4 5 32 1024
29 E-029 4 5 4 5 5 4 4 31 961
30 E-030 3 4 4 3 4 4 3 25 625
31 E-031 4 4 5 4 4 5 4 30 900
32 E-032 4 4 5 5 5 4 4 31 961
33 E-033 5 4 5 4 5 4 4 31 961
34 E-034 4 3 4 4 5 3 3 26 676
35 E-035 5 5 5 4 4 4 4 31 961
36 E-036 5 5 5 4 5 4 4 32 1024
JUMLAH 159 153 162 146 158 144 142 1064 31622
JUMLAH KUADRAT 713 661 740 604 706 582 576
2
σ 0.30 0.30 0.31 0.33 0.35 0.17 0.44 2.19

Varian Total 4.86


Kriteria SS 44,4 % 30,6 % 52,8 % 19,4 % 44,4 % 8,3 %19,4 %
Kriteria S 52,8 % 63,9 % 44,4% 66,7 % 50% 83,3 %55,6 %
Kriteria BS 2,8 % 5,6 % 2,8 % 13,9 % 5,6 % 5,6 % 25%
Kriteria TS 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Kriteria STS 0% 0% 0% 0% 0% 2,8 % 0%
229

Lampiran 59. Lembar Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

LEMBAR SOAL PRETEST

Mata Pelajaran : Kimia


Materi : Redoks
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 90 menit

Petunjuk umum =
 Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia
 Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia
 Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab
 Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu
 Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E untuk soal pilihan ganda sebagai jawaban
yang paling tepat.
 Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum diserahkan pada pengawas beserta lembar soalnya.
 Berdoalah sebelum Anda mengerjakan.

I. Pilihan Ganda
1. Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah
....
a. 2Cu + O2 2CuO
b. H2 + Cl2 2HCl
c. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI
d. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
e. Mg + Cl2 MgCl2
2. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen adalah ....
a. 2BaO2 2BaO + O2
b. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3
c. Mg + ½ O2 MgO
d. 4Na + O2 2Na2O
e. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3
3. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi
tertinggi adalah ....
a. MnO2 c. Mn2O2 e. KMnO4
b. MnO4 d. K2MnO4
4. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada ....
a. 2S + 3O2 2SO3
b. H2S + O2 SO2 + H2O
c. SO3 + NO3 + 2H+
2- -
SO42- + NO + H2O
d. 2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
230

e. SO2 + 2H2 S + 2H2O

5. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut :


Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr
dari reaksi diatas dapat dikatakan bahwa ....
a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2
b. Cr2O3 adalah oksidator
c. Logam krom adalah reduktor
d. Logam krom mengalami oksidasi
e. Krom adalah hasil oksidasi.
6. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung
larutan elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat
adalah ....
a. +1 c. +4 e. +8
b. +2 d. +6
7. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah ....
a. Kalium klorida d. Karbon diklorida
b. Kalsium klorida e. Kalsium diklorida
c. Kalium diklorida
8. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali ....
a. Besi dengan oksigen menjadi karat besi
b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida
c. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur
d. Kayu dibakar menjadi arang
e. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen
9. Perhatikan reaksi berikut :
4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO
Yang bertindak sebagai oksidator adalah ....
a. ClO3- c. Cl- e. NO
b. N2H4 d. H2O
10. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan
dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam
senyawa Na2S2O3 adalah ....
a. +1 c. +3 e. +5
b. +2 d. +4
11. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja dengan
beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita ketahui bahwa
logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah berkarat. Alasan yang
benar untuk pernyataan tersebut adalah ....
a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat.
b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah berkarat.
c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah berkarat.
230
231

d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah berkarat
e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah berkarat.
12. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke
gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus ....
a. P5O c. P3O10 e. P2O5
b. P3O5 d. P2O3
13. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada
kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah ....
a. 0 dan +1 d. +2 dan +4
b. 0 dan +2 e. +4 dan +2
c. 0 dan +4
14. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi,
adalah ....
a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O
c. Mg + HCl MgCl2 + H2
d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O
e. KI + Cl2 KCl + I2
15. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali ....
a. Pembuatan agar-agar d. Fotosintesis
b. Pencoklatan apel e. Pembakaran gas metana
c. Perkaratan besi
16. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut :
1. Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
2. 2H2 + O2 2H2O
3. H2 + 2Na 2NaH
4. 2H2O2 2H2O + O2
Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi....
a. 1 dan 2 c. 2 dan 4 e. 1 dan 4
b. 1 dan 3 d. 2 dan 3
17. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah
adalah ....
a. H2SO4 d. Na2S2O3
b. Na2SO3 e. Al2S3
c. K2SO3
18. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut
adalah ....
a. Natrium bikarbonat d. Natrium bikarbonit
b. Natrium karbonat e. Natrium karbonit
c. Natrium dikarbonat
19. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
dibawah ini, kecuali ....
230
232

a. Dicat
b. Melapisi logam dengan Al
c. Melindungi logam dari kelembapan
d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air
e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan karat.
20. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan ....
a. Oksigen c. Karbondioksida e. Nitrogen
b. Karbon d. Hidrogen
Untuk nomor 21- 22.
Diketahui reaksi sebagai berikut :
CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4

21. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh ....
a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks
b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1
c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan
oksigen
d. Reaksi redoks tidak stabil
e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut
22. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor
adalah ....
a. I2 karena mempunyai biloks 0
b. CuSO4 karena mengalami reduksi
c. CuI karena merupakan hasil reduksi
d. KI karena mengalami oksidasi
e. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri
23. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn
dalam senyawa MnO42- adalah ....
a. CrO d. Cr2(SO4)3
b. CrCl3 e. Cr(NO3)3
2-
c. Cr2O7
24. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan
pengikatan elektron adalah ....
a. Ag Ag+ + e
b. 2KNO3 2KNO2 + O2
2+
c. Cu + 2e Cu
d. H2S + SO2 S + H2O
e. PbO + H2 Pb + H2O
25. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang
mengandung senyawa Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa
tersebut adalah ....
a. +1 b. +2 c. +3
230 233

d. +4 e. +5

II. Soal Essay


1. Aluminium merupakan jenis logam yang ringan, logam yang aktif dan mudah teroksida
menjadi ion +3. Logam aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi
logam yang mudah mengalami korosi, dinamakan dengan Reaksi Aluminotermik. Reaksi
kimianya sebagai berikut :

4Al + 3O2 2Al2O3


Dari Reaksi Aluminotermik tersebut, jelaskan dengan salah satu perkembangan konsep
redoks yang menurut kalian paling tepat !
2. Glukosa adalah zat makanan yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Didalam
tubuh glukosa dicerna melalui proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini
termasuk contoh reaksi redoks. Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi didalam tubuh
apakah mengalami oksidasi atau reduksi dan tunjukkan pula reaksi yang terjadi !
3. Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan
yang terjadi pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi
tersebut! Sebutkan pula 2 contoh lagi mengenai penerapan konsep redoks beserta
penjelasannya yang kalian ketahui selain yang terdapat pada soal-soal ini!
4. Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif
itu misalnya menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu
mengatasi air limbah industri dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode
lumpur aktif sebelum dibuang ke lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah
dengan proses lumpur aktif tersebut !
5. Buah apel yang dibelah dan dibiarkan begitu saja mengalami perubahan warna menjadi
kecoklatan, mengapa hal tersebut terjadi dan apa kaitannya dengan redoks ?

 Selamat Mengerjakan 
230
234

Lampiran 60. Lembar Soal Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

LEMBAR SOAL POST-TEST

Mata Pelajaran : Kimia


Materi : Redoks
Kelas/Semester : X/2
Waktu : 90 menit

Petunjuk umum =
 Kerjakan soal pada lembar jawab yang tersedia
 Tulis nama dan no.absen pada kolom yang tersedia
 Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum dijawab
 Kerjakan soal yang dianggap paling mudah dahulu
 Berilah tanda [X] pada huruf A, B, C, D, dan E untuk soal pilihan ganda sebagai
jawaban yang paling tepat.
 Periksa kembali pekerjaan Anda sebelum diserahkan pada pengawas beserta lembar
soalnya.
 Berdoalah sebelum Anda mengerjakan.

I. Pilihan Ganda
1. Diantara reaksi-reaksi berikut ini, yang bukan merupakan reaksi redoks ialah ....
a. CuO + 2HCl CuCl2 + H2O
b. SnCl2 + I2 + 2HCl SnCl4 + 2HI
c. H2 + Cl2 2HCl
d. Mg + Cl2 MgCl2
e. 2Cu + O2 2CuO
2. Reaksi berikut yang merupakan reaksi reduksi bedasarkan pengikatan dan
pelepasan oksigen adalah ....
a. 2Cl2 + 3O2 2Cl2O3
b. 4Na + O2 2Na2O
c. 4Fe + 3 O2 2Fe2O3
d. 2BaO2 2BaO + O2
e. Mg + ½ O2 MgO
3. Dari beberapa senyawa berikut, mangan yang memiliki bilangan oksidasi
tertinggi adalah ....
a. MnO2 c. MnO4 e. K2MnO4
b. Mn2O2 d. KMnO4
4. Reaksi kimia yang menunjukkan atom S mengalami reduksi terjadi pada ....
a. 2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
b. 2S + 3O2 2SO3
c. SO2 + 2H2 S + 2H2O
d. H2S + O2 SO2 + H2O
e. SO3 + NO3 + 2H+
2- -
SO42- + NO + H2O
230
235

5. Seorang peneliti memperoleh logam krom dari reaksi berikut :


Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr
dari reaksi diatas dapat dikatakan bahwa ....
a. Biloks krom berubah dari +3 menjadi +2
b. Krom adalah hasil oksidasi.
c. Logam krom mengalami oksidasi
d. Logam krom adalah reduktor
e. Cr2O3 adalah oksidator
6. Aki merupakan bagian penting dalam kendaraan bermotor. Aki mengandung larutan
elektrolit asam sulfat. Bilangan oksidasi belerang dalam asam sulfat adalah ....
a. +1 c. +4 e. +8
b. +2 d. +6
7. Suatu zat dengan rumus kimia CaCl2 adalah ....
a. Kalium klorida d. Kalium diklorida
b. Kalsium klorida e. Kalsium diklorida
c. Karbon diklorida
8. Semua reaksi berikut ini merupakan redoks, kecuali ....
a. Logam dengan asam menghasilkan gas hidrogen
b. Karbon dengan oksigen menjadi gas karbon dioksida
c. Besi dengan oksigen menjadi karat besi
d. Asam klorida dengan natrium hidroksida menjadi garam dapur
e. Kayu dibakar menjadi arang
9. Perhatikan reaksi berikut :
4ClO3- + 3N2H4 4Cl- + 6H2O + 6NO
Yang bertindak sebagai oksidator adalah ....
a. ClO3- c. H2O e. N2H4
-
b. Cl d. NO
10. Sulfur merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sulfur banyak digunakan
dalam industri pupuk, kertas, cat, dan plastik. Bilangan oksidasi unsur S dalam
senyawa Na2S2O3 adalah ....
a. +1 c. +3 e. +5
b. +2 d. +4
11. Sendok yang biasa kita gunakan terbuat dari stainless atau campuran baja dengan
beberapa logam, namun sendok tidak mudah berkarat padahal yang kita ketahui bahwa
logam jika kontak langsung dengan air dan oksigen akan mudah berkarat. Alasan yang
benar untuk pernyataan tersebut adalah ....
a. Sendok dan garpu sudah dilapisi logam lain sehingga tidak mudah berkarat.
b. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan oksigen, sehingga tidak mudah berkarat.
c. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan air, sehingga tidak mudah berkarat.
d. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan makanan, sehingga tidak mudah berkarat
e. Sendok dan garpu tidak bereaksi dengan nitrogen, sehingga tidak mudah berkarat.
230
236

12. Fosfor (V) oksida berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke
gas) pada suhu 300oC. Fosfor (V) oksida mempunyai rumus ....
a. P5O c. P2O5 e. P3O10
b. P2O3 d. P3O5
13. Elektroda yang digunakan dalam aki adalah Pb dan PbO2. Biloks Pb pada
kedua elektroda tersebut berturut-turut adalah ....
a. 0 dan +1 d. +2 dan +4
b. 0 dan +2 e. +4 dan +2
c. 0 dan +4
14. Diantara senyawa berikut yang termasuk dalam reaksi disproporsionasi,
adalah ....
a. Cu + 4HNO Cu(NO3)2 + 2NO2 + 2H2O
b. 3I2 + 6KOH 5KI + KIO3 + 3H2O
c. Mg + HCl MgCl2 + H2
d. 2K2CrO4 + H2SO4 K2SO4 + K2Cr2O7 + H2O
e. KI + Cl2 KCl + I2
15. Kejadian berikut ini yang melibatkan reaksi redoks,kecuali ....
a. Pencoklatan apel d. Pembakaran gas metana
b. Fotosintesis e. Perkaratan besi
c. Pembuatan agar-agar
16. Diketahui beberapa reaksi sebagai berikut :
1) Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
2) 2H2 + O2 2H2O
3) H2 + 2Na 2NaH
4) 2H2O2 2H2O + O2
Hidrogen yang mengalami reduksi terjadi pada reaksi....
a. 1 dan 2 c. 2 dan 4 e. 1 dan 4
b. 1 dan 3 d. 2 dan 3
17. Diantara senyawa berikut yang mengandung belerang dengan biloks terendah
adalah ....
a. Na2S2O3 d. H2SO4
b. K2SO3 e. Al2S3
c. Na2SO3
18. Kapur memiliki rumus kimia Na2CO3, nama IUPAC untuk senyawa tersebut
adalah ....
a. Natrium karbonat d. Natrium dikarbonat
b. Natrium karbonit e. Natrium bikarbonit
c. Natrium bikarbonat
19. Untuk menghambat proses perkaratan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
dibawah ini, kecuali ....
a. Dicat
b. Melapisi logam dengan Al
230
237

c. Melindungi logam dari kelembapan


d. Mengurangi kontak dengan oksigen dan uap air
e. Menghubungkan logam yang dilindungi dengan logam lain yang tahan karat.
20. Pembakaran merupakan suatu reaksi antara suatu zat dengan ....
a. Karbon c. Hidrogen e. Nitrogen
b. Oksigen d. Karbondioksida

Untuk nomor 21- 22.


Diketahui reaksi sebagai berikut :
CuSO4 + KI CuI + I2 + K2SO4

21. Dari reaksi tersebut data apa yang dapat diperoleh ....
a. Reaksi redoks tersebut merupakan reaksi autoredoks
b. Cu mengalami perubahan biloks dari +2 menjadi +1
c. Reaksi termasuk kelompok perkembangan konsep redoks berdasarkan
oksigen
d. Reaksi redoks tidak stabil
e. Tidak terjadi perubahan biloks pada reaksi tersebut
22. Berdasarkan reaksi redoks diatas, senyawa yang berperan sebagai reduktor
adalah ....
a. KI karena mengalami oksidasi
b. I2 karena mempunyai biloks 0
c. CuSO4 karena mengalami reduksi
d. CuSO4 dan KI karena berada diruas kiri
e. CuI karena merupakan hasil reduksi
23. Diantara senyawa berikut, biloks Cr yang bernilai sama dengan biloks Mn
dalam senyawa MnO42- adalah ....
a. CrO
b. CrCl3
c. Cr2O72-
d. Cr2(SO4)3
e. Cr(NO3)3
230
238

24. Reaksi berikut yang merupakan reaksi oksidasi berdasarkan pelepasan dan pengikatan elektron
adalah ....
a. Ag Ag+ + e
b. Cu2+ + 2e Cu
c. H2S + SO2 S + H2 O
d. PbO + H2 Pb + H2O
e. 2KNO3 2KNO2 + O2

25. Cangkang kerang merupakan sumber bahan pembentuk gunung kapur yang mengandung senyawa
Kalsium karbonat. Biloks karbon dalam senyawa tersebut adalah ....
a. +1
b. +2
c. +3
d. +4
e. +5

III. Soal Essay


1. Aluminium merupakan jenis logam yang ringan, logam yang aktif dan mudah teroksida menjadi ion
+3. Logam aluminium ini biasa digunakan sebagai pelapis untuk melindungi logam yang mudah
mengalami korosi, dinamakan dengan Reaksi Aluminotermik. Reaksi kimianya sebagai berikut :

4Al + 3O2 2Al2O3


Dari Reaksi Aluminotermik tersebut, jelaskan dengan salah satu perkembangan konsep redoks yang
menurut kalian paling tepat !
2. Glukosa adalah zat makanan yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi. Didalam tubuh glukosa
dicerna melalui proses pembakaran, dimana proses pembakaran ini termasuk contoh reaksi redoks.
Jelaskan reaksi pembakaran yang terjadi didalam tubuh apakah mengalami oksidasi atau reduksi dan
tunjukkan pula reaksi yang terjadi !
3. Penerapan konsep redoks yang sering kita jumpai adalah peristiwa korosi atau perkaratan yang terjadi
pada logam besi. Jelaskan peristiwa perkaratan yang terjadi pada logam besi tersebut! Sebutkan pula 2
contoh lagi mengenai penerapan konsep redoks beserta penjelasannya yang kalian ketahui selain yang
terdapat pada soal-soal ini!
4. Kemajuan industri tekstil membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif itu misalnya
menghasilkan air limbah yang membahayakan lingkungan. Salah satu mengatasi air limbah industri
dengan melakukan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebelum dibuang ke
lingkungan. Kemukakan prinsip pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif tersebut !
5. Buah apel yang dibelah dan dibiarkan begitu saja mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan,
mengapa hal tersebut terjadi dan apa kaitannya dengan redoks ?

Selamat MengerjakaN
231
239

Lampiran 61. Dokumentasi Penelitian


Kelas Eksperimen

Pelaksanaan Pretest Pelaksanaan Postest

Pelaksanaan Diskusi Perencanaan Investigasi

Presentasi Hasil Diskusi


232
240

Kelas Kontrol

Pelaksanaan Pretest Pelaksanaan Postest

Pelaksanaan Diskusi Presentasi Hasil Diskusi


233
241

Lampiran 62. Dokumentasi Hasil Pretest dan Postest


Hasil Pretest
234
242

Hasil Postest
235
243
IMPLEMENTASI GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH
Mentari Nur Rizkyawati*, Sri Haryani, Antonius Tri Widodo
Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229
Email :mentarizkyawati@gmail.com

Abstrak
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
siswa dengan menerapkan metode group investigation berbasis problem based learning
(PBL). Penelitian dilakukan dengan desain pretest and postest group design, yaitu dengan
membandingkan hasil pretest maupun postest antara kelas eksperimen dan kontrol. Penelitian
dilaksanakan di SMAN 2 Batang dari tanggal 3 Maret – 22 April 2015. Sampel yang diambil
sebanyak 2 dari 4 kelas X MIA dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Data
hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistic student (uji t) dan normalitas Gain.
Analisis uji t memperoleh data bahwa rata-rata postest kelas eksperimen menunjukkan hasil
yang lebih baik dibanding kelas kontrol dengan nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 4,25 lebih besar dari
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar 1,99. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata postest yang lebih tinggi
dibanding kelas kontrol. Uji normalitas Gain menunjukkan bahwa kelas eksperimen
mengalami peningkatan yang lebih baik dalam perkembangan kemampuan pemecahan
masalah sebesar 0,64 dan kelas kontrol peningkatannya sebesar 0,51 dengan kriteria sedang.
Tingkat ketercapaian indikator psikomotorik dan afektif menurut analisis deskriptif
menunjukkan rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibanding kontrol. Menurut analisis yang
telah dilaksanakan memperoleh hasil bahwa penelitian ini berkontribusi dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan
bahwa penerapan group investigation berbasis PBL dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
Kata kunci :group investigation, kemampuan pemecahan masalah, problem based learning.
Abstract
This experimental study aims to improve students problem-solving abilities by applying
methods based group investigation of problem based learning (PBL). Research carried out by
design of pretest and posttest group design, by comparing the results of the pretest and post-
test between the experimental and control classes. Research conducted at SMAN 2 Batang
from the date of March 3 to April 22, 2015. Samples taken as many as 2 of the 4 class X MIA
using cluster random sampling technique. Data were analyzed using student test statistic (t
test) and normality Gain. T test analysis to obtain the data that the average posttest
experimental class showed better results than the control class with values greater than 4.25
t analysis t table of 1.99. Obtaining experimental class average postest higher than the control
class. Gain normality test showed that the experimental class experience better improvement
in the development of problem-solving ability of 0.64 and grade control the increase of 0.51
with the criteria of being. The level of achievement indicators psychomotor and affective
according to descriptive analysis shows the average grade is better than the control
experiment. According to the analysis that was conducted to obtain the results of that research
might contribute to improving students' problem-solving abilities. Based on the results of the
analysis concluded that the application of PBL based group investigation can improve
students' problem-solving abilities.
Keywords: group investigation, problem-solving ability, problem based learning
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Terciptanya interaksi yang baik
makaakan terjaminlah kelanjutan hidup masyarakat dan terjamin pula kehidupan manusia
(Sadirman, 2005). Menciptakan komunikasi yang baik harus diselaraskan dengan aktifitas
didalamnya, sehingga aktifitas siswa didalam pembelajaran menunjukkan adanya kesadaran
untuk memaknai apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajaran. Kesadaran siswa
dalam belajar ini menunjang ketercapaian kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh
guru (Herman, 2008). Pembelajaran dalam kurikulum 2013 tidak hanya memfokuskan
kepada hasil belajar kognitif yang tinggi namun harus sejalan dengan ketercapaian
kemampuan kerjasama antar siswa, pengamatan langsung, serta kemampuan pemecahan
masalah (Guo, 2013).
Penerapan kurikulum 2013 yang memperhatikan perkembangan sikap dan
ketrampilan siswa baik dalam bekerjasama maupun pengamatan masih kurang untuk dilatih.
Fokus pencapaian pembelajaran cenderung memperhatikan aspek pengetahuan, sehingga
perkembangan aspek ketrampilan dan sikap masih kurang. Hal ini terlihat saat guru
melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah siswa masih pasif dan kurang berani
dalam menyampaikan pendapat, tetapi saat dilempar pertanyaan dari guru beberapa siswa
bisa menjawab (Wiryadi & Ketut, 2010). Sehingga tak jarang mata pelajaran kimia kurang
diminati dan dianggap sebagai salah satu disiplin ilmu yang sukar. Diperlukan suatu
pembelajaran untuk melengkapi metode ceramah yang dapat mengaktifkan siswa dan
menarik minat siswa (Rahayu et al., 2012). Pembelajaran yang diterapkan ini tanpa
mengesampingkan hakekat dalam kurikulum 2013, salah satunya dengan menerapkan metode
pembelajaran group investigation dalam model PBL karena dengan ini siswa selain aktif saat
pembelajaran juga dihadapkan dengan suatu permasalahan yang hendak dipecahkan secara
mandiri berkelompok dengan melakukan penyelidikan langsung di lapangan. Membiasakan
siswa belajar denganlangkah-langkah yang faktual dan kreatif dalam memecahkan masalah,
diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam memahami kimia
(Supardi & Putri, 2010)
Model pembelajaran PBL adalah suatu pembelajaran yang dihadapkan pada suatu
permasalahan-permasalahan kontekstual yang relevan dengan materi yang dipelajari agar
siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui interaksi dengan
lingkungan (Suci, 2008). Interaksi dengan lingkungan dilakukan dengan menerapkan metode
pembelajaran group investigation yang dalam pelaksanaannya siswa secara kelompok
mencari solusi terkait masalah yang dihadapi melalui penyelidikan langsung. Penerapan
metode pembelajaran group investigation ini berbasis penemuan sehingga cocok jika untuk
meningkatkan ketrampilan proses siswa (Ulfah, 2014). Sehubungan dengan hal ini mengajar
siswa untuk menyelesaikan masalah memungkinkan siswa untuk menjadi lebih analitis dalam
mengambil keputusan didalam kehidupan (Hertiavi et al., 2010). Penelitian ini dilakukan pada
materi reaksi osidasi dan reduksi atau redoks, dimana dalam aplikasi materi ini di kehidupan
sehari-hari begitu juga permasalahannya, beberapa diantaranya mengenai perkaratan pada
logam, pencoklatan pada buah apel yang dikupas kemudian dibiarkan begitu saja serta
penerapan materi redoks dalam aki kendaraan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah penerapan group
investigation dalam model PBL dapat meningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
pada materi redoks? dan (2) bagaimana respon siswa terhadap penerapan group investigation
dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks? Penelitian ini bertujuan untuk,
(1) mengetahui adanya peningkatan dalam penerapan group investigation model
pembelajaran berbasis masalah (PBL) materi redoks terhadap kemampuan pemecahan
masalah siswa, dan (2) mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajan group
investigation dalam model PBL pada pembelajaran kimia materi redoks

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Batang pada tanggal 3 Maret – 22 April
2015 dengan materi kimia reaksi oksidasi dan reduksi. Desain penelitian yang digunakan
adalahpretest and postest control group design untuk membandingkan hasil pretest dan
postest kelas eksperimen dan kontrol, sehingga diketahui kemampuan siswa yang
berkembang optimal (Listyawati, 2012). Sampel diambil sebanyak 2 dari 4 kelas X MIA
dengan teknik cluster random sampling agar dalam pemilihannya setiap anggota populasi
mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil menjadi sampel (Sugiyono, 2011).
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian yaitu penerapan metode pembelajaran,
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan
variabel kontrolnya berupa kurikulum, mata pelajaran, guru serta jumlah jam pelajaran.
Variasi perlakuan penelitian dalam kelas eksperimen dengan menerapkan
pembelajaran metode group investigation dalam model PBL disertai percobaan sederhana
mengenai pengaruh larutan dengan peristiwa korosi. Perlakuan dalam kelas kontrol dengan
memberikan proses pembelajaran metode diskusi dan juga pengamatan percobaan. Teknik
pengambilan data dilakukan dalam beberapa metode beberapa diantaranya adalah metode
dokumentasi, metode tes, metode observasi dan metode angket. Adapun metode dokumentasi
dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai populasi yang berupa nilai
ujian tengah semester gasal kelas X MIA guna untuk pengambilan sampel. Metode tes
digunakan untuk mengungkapkan data tentang pelaksanaan penerapan pembelajaran metode
group investigation dalam model PBL materi redoks pada peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa berupa tes pretest dan postest. Metode observasi diperlukan untuk
menilai ketercapaian aspek afektif dan psikomotorik siswa dalam kemampuan pemecahan
masalah. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode
group investigation dengan menggunakan lembar angket. Instrumen penelitian dalam
mendukung pengambilan data berupa (1) soal pretest – postest berupa soal uraian(2) lembar
observasi aspek afektif, (3) lembar observasi aspek psikomotorik, dan (4) lembar angket
respon siswa.

Instrumen dan data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis. Analisis
instrumen berupa uji analisis tes, lembar observasi afektif dan psikomotorik serta lembar
angket respon siswa. Analisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah dalam kelas
eksperimen dan kontrol menggunakan uji t dan normalitas Gain.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah terlaksana diperoleh data hasil belajar dan respon
siswa. Data hasil belajar yang diperoleh meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Aspek kognitif berupa soal uraian sejumlah 5 soal yang bermuatan indikator kemampauan
pemecahan masalah. Ada 5 indikator yang digunakan yaitu memahami masalah, penalaran
logis, menemukan pola pemecahan, memperhitungkan segala solusi dan mengevaluasi
kembali solusi.

Rata-rata aspek kognitif pada hasil postest memperlihatkan bahwa kelas eksperimen
sebesar 70,64 lebih tinggi daripada kelas kontrol yaitu 62,86. Hasil uji normalitas kelas
eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama.
Uji kesamaan varian menunjukkan bahwa kedua kelas mempunyai varian yang tidak berbeda.
Analisi uji t dilakukan dengan melihat satu pihak kanan menunjukkan bahwa aspek kognitif
kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol. Hal
ini sesuai pada perolehan thitung sebesar 4,251 dengan harga 𝛼 sebesar 5% dan daerah kritis
68.

Analisis uji normalitas Gain (N-Gain) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan


masalah pada kelas eksperimen sebesar 0,64 dan pada kelas kontrol 0,51 keduanya pada
kategori peningkatan sedang. Melihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen berdasarkan uji normalitas Gain
lebih baik dibanding kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan tiap peserta didik,
pada kelas eksperimen 10 peserta didik pada kategori peningkatan tinggi dan 26 pada kategori
sedang. Pada kelas kontrol 1 peserta didik mengalami peningkatan kategori tinggi, 33 peserta
didik kategori sedang dan 2 peserta didik kategori rendah.

Hipotesis untuk mengetahui besar pengaruh penerapan metode group investigation


pada kelas eksperimen dan metode diskusi pada kelas kontrol dengan menggunakan rumus
korelasi biserial, diperoleh harga sebesar 0,44 pada kategori sedang. Selanjutnya dengan
menggunakan koefisien penentu atau determinasi memperlihatkan bahwa penerapan metode
group investigation dalam model PBL memberikan kontribusi sebesar 19,36% terhadap
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Penerapan metode pembelajaran group investigation dalam model PBL ini melatih
siswa dengan menghadapkan beberapa masalah terkait redoks dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian untuk memecahkan masalah tersebut dengan melakukan penyelidikan langsung.
Perlakuan seperti ini dapat membuat siswa mengkonstruks pengetahuannya sendiri dan dapat
dengan sigap mengambil keputusan untuk solusi permasalahan (Sulistyowati et al., 2012).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di SMP Negeri 27
Palembang memperoleh hasil bahwa dengan menambah intensitas keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Anggraini et al.,
2010). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen terjadi karena
pada pelaksanaan pembelajaran siswa dalam kelompoknya melakukan penyelidikan langsung
mengenai penerapan redoks dalam kehidupan sehari-hari. Penyelidikan ini dilakukan di
beberapa tempat seperti menyelidiki kondisi logam pada rumah-rumah warga di pinggir laut,
di bengkel mobil untuk mengetahui redoks pada aki, industri pembuatan tape, dsb.
Selanjutnya hasil penyelidikan di buat presentasi.

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari 5 indikator yaitu


memperhitungkan semua kemungkinan pemecahan masalah, penalaran logis, memahami
masalah yang sedang dihadapi, menemukan suatu pola pemecahan, mengevaluasi kembali
solusi yang pernah di tawarkan (Husna et al., 2013). Data yang diperoleh berasal dari nilai
pretest dan postest kemudian di analisis menggunakan uji N-Gain untuk mengetahui
peningkatan setiap indikatornya. Perhitungan N-Gain setiap indikator kemampuan
pemecahan masalah secara umum menunjukkan peningkatan yang lebih baik pada kelas
eksperimen dibanding kelas kontrol. Hasil uji N-Gain pada kelas eksperimen indikator
memperhitungkan semua solusi sebesar 0,8 dan penalaran logis sebesar 0,74 keduanya pada
kategori tinggi. Pada kategori sedang terdapat indikator memahami masalah sebesar 0,37;
indikator menemukan suatu pola sebesar 0,65 dan mengevaluasi kembali solusi sebesar 0,56.
Selanjutnya pada kelas kontrol memperoleh hasil uji N-Gain pada kategori sedang untuk
seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah. Indikator memperhitungkan semua solusi
sebesar 0,45; penalaran logis sebesar 0,67; memahami masalah sebesar 0,5; menemukan
suatu pola sebesar 0,43 dan mengevaluasi kembali solusi sebesar 0,46. Peningkatan 5
indikator kemampuan pemecahan masalah (A) memperhitungkan semua solusi, (B)
Penalaran logis, (C) Memahami masalah, (D) Menemukan pola pemecahan dan (E)
Mengevaluasi kembali solusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ini disajikan pula pada
Gambar 1.
Gambar 1. Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam model PBL


menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut dikarenakan dengan melaksanakan penyelidikan langsung
siswa memperoleh permasalahan sendiri kemudian solusi dicari melalui berbagai sumber baik
itu buku pelajaran dan internet, sehingga pengetahuan tentang aplikasi redoks di lingkungan
sekitar dapat dipahami menurut cara mereka sendiri. Penerapan model pembelajaran PBL ini
memposisikan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, bukan ketika guru
menjelaskan materi didalam kelas (Nurhayati et al., 2013). Hal ini sejalan dengan teori belajar
konstruktivis menurut Bruner yaitu suatu proses aktif dalam pembelajaran memungkinkan
manusia untuk menemukan hal-hal bari diluar informasi yang telah diberikan kepadanya
(Udin, 2008).

Peningkatan indikator kemampuan pemecahan masalah ini sebagai hasil belajar


dalam ranah kognitif, harus disesuaikan pula dengan ketercapaian aspek afektif. Penilaian
untuk mengetahui ketercapian setiap indikator dalam aspek afektif ini dilakukan pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Indikator yang dinilai dalam aspek ini adalah (1) kehadiran,(2)
menyampaikan pendapat, (3) disiplin, (4) sopan santun, (5) tanggungjawab, (6) kepedulian,
dan (7) percaya diri. Semua indikator dalam aspek afektif memiliki ketercapaian yang tinggi
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Secara umum ketercapaian dalam kelas
eksperimen menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Ketercapaian
indikator-indikator tersebut pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Ketercapaian Aspek Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kehadiran 0.99 0.98
Menyampaikan pendapat 0.93 0.78
Disiplin 0.97 0.99
Sopan dan santun 0.99 1
Tanggungjawab 0.96 0.97
Kepedulian 1 0.89
Percaya diri 0.91 0.83
Indikator kehadiran antara kelas eksperimen dan kontrol memiliki ketercapaian yang
hampir sama tinggi yaitu 0,99 dan 0,98. Indikator menyampaikan pendapat dalam kelas
eksperimen memiliki tingkat ketercapaian yang lebih tinggi 0,93 daripada kelas kontrol 0,78
karena pada kelas eksperimen setiap solusi pemecahan masalah mereka temukan secara
mandiri sehingga setiap kelompok berusaha untuk menyampaikan dan mempertahankan
pendapatnya. Indikator ketiga yaitu kedisiplinan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki tingkat ketercapaian yang hamper samatinggi, begitu juga dengan indikator sopan
dan santun serta indikator tanggungjawab. Selanjutnya pada indikator kepedulian kelas
eksperimen memperoleh ketercapaian yang sempurna dibanding kelas kontrol 0,89
dikarenakan pada kelas eksperimen setiap anggota dalam kelompok berusaha mencari solusi
terhadap masalah yang dihadapi sehingga antar anggotanya memiliki rasa kepedulian yang
tinggi untuk membantu mencari solusi. Kemudian indikator percaya diri pada kelas
eksperimen memperoleh hasil 0,91 lebih tinggi dibanding kelas kontrol 0,83 hal ini karena
pada kelas eksperimen setiap solusi yang ditemukan merupakan hasil pemikiran setiap
kelompok sehingga dalam mempresentasikan jauh lebih memiliki rasa percaya diri.
Kurikulum 2013 menilai hasil belajar siswa dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Penilaian aspek psikomotorik ini dilakukan saat siswa melakukan presentasi
solusi pemecahan masalah dari hasil diskusi yang telah dilakukan baik di kelas eksperimen
maupun kelas kontrol. Tingkat ketercapaian ketrampilan siswa dalam memecahkan suatu
masalah diukur dengan lembar observasi aspek psikomotorik.

Penilaian psikomotorik dilakukan dalam dua aspek yaitu pada saat pelaksanaan
diskusi dan presentasi hasil diskusi. Dalam aspek pelaksanaan diskusi terdapat 6 indikator
penilaian yaitu pembagian tugas dalam kelompok, pemecahan masalah, sumber belajar,
laporan hasil diskusi dan ketepatan pengumpulan. Pada aspek presentasi hasil diskusi terdapat
beberapa indikator penilaian yaitu penyampaian hasil, respon penanggapan saran dan kritik,
serta ketepatan pengambilan keputusan. Hasil analisis aspek psikomotorik kelas eksperimen
dan kontrol ini disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Ketercapaian Aspek Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok
Aspek Indikator
Eksperimen Kontrol
Pelaksanaan Pembagian Tugas 1 0.86
Diskusi/Penyelidikan Pemecahan Masalah 0.85 0.81
Sumber Belajar 1 0.95
Laporan Hasil Diskusi 0.85 1
Ketepatan
Pengumpulan 0.94 1
Presentasi Hasil Diskusi Penyampaian 0.93 0.73
Saran dan Kritik 0.88 0.76
Pengambilan
Keputusan 1 0.82
Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan semua indikator ketercapaian
dalam aspek psikomotorik ini sudah mencapai kriteria yang tinggi baik itu pada kelas
eksperimen maupun kelas kontrol. Kriteria tinggi yang tercapai ini karena siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol melaksanakan diskusi untuk mencari solusi pemecahan masalah
yang dihadapi dengan sungguh-sungguh. Indikator dalam aspek psikomotorik yang perlu
ditingkatkan baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator saran dan
kritik, pada indikator ini siswa dalam memberikan saran dan kritik masih kurang sesuai
dengan solusi pemecahan yang ditemukan. Kemudian untuk indikator-indikator selain saran
dan kritik tingkat ketercapaian siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol sudah
baik.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation
dalam model PBL ini dianalisis dengan melakukan penyebaran lembar angket. Lembar
angket ini terdapat 7 pernyataan respon siswa meliputi (a) ketertarikan dalam mengikuti
pelajaran kimia, (b) rasa saling membantu dalam mencari solusi, (c) kesungguhan dalam
belajar, (d) keefektifan dalam menguasai konsep, (e) antusias dalam diskusi, (f) motivasi
dalam belajar, (g) pemanfaatan waktu di luar jam sekolah. Setiap pernyataan memuat 5
tanggapan yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “biasa saja”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”.

Penyebaran angket pada kelas eksperimen ini memperoleh hasil pada pernyataan (a)
44,4% peserta didik menyatakan sangat setuju; 52,8% menyatakan setuju dan 2,8% biasa saja.
Pernyataan (b) diperoleh hasil 30,6% peserta didik berpendapat sangat setuju dan 63,9%
menyatakan setuju serta 5,6% lainnya menyatakan biasa saja. Pernyataan (c) peserta didik
sebanyak 52,8% mengungkapkan sangat setuju; 44,4% menyatakan setuju serta 2,8%
berpendapat bahwa pembelajaran biasa saja. Pernyataan (d) sebanyak 19,4% peserta didik
menyatakan sangat setuju; 66,7% menyatakan setuju pada penerapan pembelajaran ini dan
13,9% lainnya berpendapat biasa saja. Pernyataan (e) 44,4% peserta didik menyatakan sangat
setuju, 50% berpendapat setuju saja sedangkan 5,6% lainnya biasa saja. Pernyataan (f) hanya
8,3% peserta didik yang sangat setuju, 83,3% lainnya menyatakan setuju sedangkan sisanya
5,6% menganggap biasa saja dan 2,8% tidak setuju. Terakhir pernyataan (g) sejumlah 19,4%
peserta didik menyatakan sangat setuju pada penerapan pembelajaran ini dan 55,6% lainnya
menganggap setuju saja serta sisanya yakni 25% peserta didik berpendapat biasa saja.
Berdasarkan analisis tiap aspek ini diperoleh rerata sebesar 52,46% peserta didik menyatakan
setuju. Analisis mengenai angket respon siswa ini disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Respon Minat Siswa Terhadap Pembelajaran

Berdasarkan analisis hasil angket respon siswa yang telah terkumpul kemudian
dianalisis diketahui rata-rata sebesar 52,46% siswa menyatakan setuju bahwa dengan
menerapkan metode group investigation dalam model PBL karena lebih menyenangkan,
menarik, dan dapat membuat siswa lebih mudah memahami materi, hal ini dapat dilihat dari
rasa ingin tahu siswa yang meningkat dalam pembelajaran dan mereka lebih termotivasi
untuk giat belajar. Sehingga dengan mengacu kepada hasil analisis ini dapat disimpulkan
bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan menerapkan metode group investigation dalam
model PBL karena memberikan pengaruh positif kepada siswa terutama dalam hal
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Simpulan

Hasil analisis penelitian ini pada aspek kognitif menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas eksperimen 0,64 dan kelas
kontrol sebesar 0,51 dengan menggunakan uji normalitas Gain. Aspek psikomotorik dan
afektif menunjukkan tingkat ketercapaian yang lebih baik pada kelas eksperimen dibanding
kelas kontrol. Penerapan metode group investigation berbasis model PBL memberikan
kontribusi sebesar 19,36% terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan
metode pembelajaran group investigation berbasis model PBL dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X MIA di SMA Negeri 2 Batang.

Daftar Pustaka

Anggraini, L., Siroj, R.A. & Putri, R.I.I., 2010. Penerapan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas VIII-4 SMP Negeri 27 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1). 72-84.

Guo, M., 2013. Developing Critical Thinking in English Class: Culture-based Knowledge
and Skills. Theory and Practice in Language Studies, 3(3). 503-07.

Herman, T., 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan


Penalaran Matematis Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Indonesia, 1(1). 22-28.

Hertiavi, M.A., Langlang, H. & Khanafiyah, S., 2010. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 4. 53-57.

Husna, M., Ikhsan & Fatimah, S., 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Jurnal Peluang, 1(2).

Listyawati, M., 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di SMP. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 1(1). 61-70.

Nurhayati, L., Martini, K.S. & Redjeki, T., 2013. Peningkatan Kreativitas Dan Pretasi Belajar
Pada Materi Minyak Bumi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Dengan Media Crossword. Jurnal Pendidikan Kimia, 2(4). 1-8.

Rahayu, I.P., Sudarmin & Sunarto, W., 2012. Penerapan Model PBL Berbantuan Media
Transvisi Untuk Meningkatkan KPS dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi
Pendidikan Kimia, 2(1). 1093-178.

Sadirman, A.M., 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Suci, N.M., 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Undhiksa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 2(1). 74-86.

Sugiyono, 2011. Metoda Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.


Sulistyowati, N., Widodo, A.T. & Sumarni, W., 2012. Efektivitas Model Pembelajaran
Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kimia. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 2(1). 1-7.

Supardi, K.I. & Putri, I.R., 2010. Pengaruh Penggunaan Artikel Kimia dari Internet Pada
Model Pembelajaran Creatif Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 4(1). 574-82.

Udin, S.W., 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Ulfah, A., 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Ketrampilan
Proses Sains Pada Materi Koloid di SMA. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(10). 2-10.

Wiryadi & Ketut, N., 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Kimia dengan Mempertimbangkan
Kreativitas Siswa. Jurnal Pascasarjana Undhiksa, 7(1). 28-41.

Anda mungkin juga menyukai