Hubungan Koefesien Konsolidasi PDF
Hubungan Koefesien Konsolidasi PDF
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsolidasi adalah suatu proses berkurangnya volume atau berkurangnya rongga pori
dari tanah jenuh yang berpermeabilitas rendah akibat pembebanan, dimana prosesnya
dipengaruhi oleh kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanahnya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara koefesien konsolidasi arah
horizontal (Ch) dan arah vertikal (Cv)
Lingkup penelitian adalah jenis tanah yang dipakai sebagai objek penelitian ini diambil
sekitar pantai di daerah Tanjung Mas Semarang Utara, dengan alasan daerah tersebut
muka air tanahnya cukup tinggi 0.00 meter sampai 0.50 meter.
Pengambilan sampel tanah pada kedalaman 2 meter dan 5 m
Alat uji yang dipakai adalah oedometer test
∆p
Katup (pori) ∆p ∆p
Air pori
Sc
u0 + ∆p
u0 u0 + ∆u1 u0
pegas
Akibat tambahan tekanan ∆p, yaitu segera setelah beban pondasi bekerja, tinggi
air dalam pipa piezometer naik setinggi h = ∆p/ γw, atau menurut garis DE. Garis
DE ini menyatakan distribusi kelebihan tekanan air pori awal.
Bila volume padat Vs = 1 dan volume pori awal adalah e0, maka kedudukan
akhir dari proses konsolidasi dapat dilihat dalam gambar 2.6. Volume padat
besarnya tetap, angka pori berkurang karena adanya ∆e. ( gambar 2.6 ) dapat
diperoleh persamaan :
∆e
∆H = H …………………….....……………………………..…………( 2.2 )
1 + e0
V1 − V2 (1 + e1 ) − (1 + e2 ) e1 − e2
= = ……….......………..………… ( 2.2a )
V1 1 + e1 1 + e1
dimana :
e1 = angka pori pada tegangan p1’
e2 = angka pori pada tegangan p2’
V1 = volume pada tegangan p1’
V2 = volume pada tegangan p2’
e1 − e2 ∆e
Cc = = ……………..…………..………........…… ( 2.3 )
log p ' 2 − log p '1 log( p ' 2 / p '1 )
∆V ∆H e0 − e1 ∆e
= = = ………………..…………….............…………. ( 2.4 )
V H 1 + e0 1 + e0
dimana :
V = volume awal
H = tebal lapisan tanah awal
∆V = perubahan volume
∆H = perubahan tebal
e0 = angka pori awal
e1 = angka pori pada perubahan volume tertentu
∆e = perubahan angka pori
Karena regangan lateral nol, pengurangan volume per satuan volume sama
dengan pengurangan tebal per satuan tebalnya, yaitu penurunan per satuan
ketinggian atau panjangnya.
Besarnya penurunan lapisan tanah setebal dh dapat dinyatakan dalam
persamaan :
e0 − e1 e − e p '− p0 '
dS c = dh = 0 1 1 dh = mv ∆pdh
1 + e0 p1 '− p 0 ' 1 + e0 …………..………........……. ( 2.5 )
dimana :
Sc adalah penurunan konsolidasi
Untuk penurunan lapisan tanah dengan tebal H:
∆e
dari nilai C c = ………………….……………..............…… ( 2.8 )
log p 2 '− log p1 '
Maka volume bersih dari air keluar dari elemennya, dalam satuan waktu adalah :
δV δV
V+ dz − V = dz …………………………………………..........……. ( 2.16 )
δz δz
Perubahan volume persatuan volume dari volume asli, dinyatakan dalam
perubahan porositas ∆n. Maka, luas potongan adalah luas satuan dan
volumenya akan sama dengan ketebalannya, yaitu dz. Bila perubahan volume
n = ∞ 1
nπz nπz − n 2π 2 C v t
2H
u = ∑ ∫ u i sin dz sin exp …….......… ( 2.4 )
2 H 2 H
2
n =1 H
0 4H
dimana :
H = tinggi lintasan drainasi terpanjang
ui = distribusi kelebihan tekanan air pori awal yang dapat berupa variasi,
lengkung sinus, atau bentuk – bentuk lainnya.
Untuk kasus tertentu di mana ui konstan di seluruh lapisan lempungnya, maka :
n =∞
nπz − n 2π 2 C v 2
u= ∑
2ui
(1 − cos nπ ) sin exp ……………….........… ( 2.25 )
n =1 nπ 2H 2
4H
Diselesaikan dengan cara subtitusi
N=2m + 1 dan M = ( π/2)(2m+1)
Cv t
Tv = ………….………………………………...……………...............… ( 2.26 )
H2
Tv adalah besaran tanpa dimensi, yang disebut faktor waktu ( time factor ), maka
persamaan ( 2.25 ) akan menjadi :
2ui MZ
( )
m=∞
u= ∑ sin exp − M Tv ….………………………….........…..… ( 2.27 )
2
m=0 M H
Derajat konsolidasi pada kedalaman z dan pada waktu t dapat diperoleh dengan
subtitusi nilai u pada persamaan ( 2.27 ) ke dalam persamaan ( 2.24 ). Dari sini
akan diperoleh persamaan sebagi berikut :
2 MZ
( )
m =∞
U z = 1− ∑ sin exp − M Tv ….……………………..........…… ( 2.28 )
2
m =0 M H
ui
atau
( )
m =∞ 2
U = 1− ∑ 2
exp − M 2Tv …………………………….……….............… ( 2.29 )
m =0 M
Variasi kelebihan tekanan air pori dalam lapisan lempung, dalam prakteknya dapat
didekati dengan menganggap distribusi tekanan air pori awal yang konstan, linier,
dan lengkungan. Nilai – nilai hubungan U dan Tv dalam kondisi tekanan air pori awal
( ui ) yang dianggap sama besar diseluruh lapisannya disajikan dalam Tabel 2.1. Bila
distribusi tekanan kelebihan air pori awal simetri terhadap tengah – tengah tinggi
lapisan yang mempunyai drainasi ganda, maka pada sembarang waktunya distribusi
kelebihan tekanan air pori akan simetri terhadap bidang tengah ini. Jadi distribusi
kelebihan tekanan air pori setengah dari lapisan dengan drainasi ganda adalah sama
seperti kondisi kelebihan tekanan air pori dalam suatu lapisan drainasi tunggal yang
tebalnya setengah dari tebal lapisan drainasi ganda. Karena itu, nilai – nilai di dalam
tabel 2.1 dapat pula digunakan dalam hitungan pada kondisi drainasi tunggal.
Jika akan menghitung batas konsolidasi primer ( U=100% ), titik R100 pada kurva
dapat diperoleh dengan mempertimbangkan menurut perbandingan
kedudukannya.
Seperti dalam penggambaran kurva log-waktu, gambar kurva akar waktu yang
terjadi memanjang melampaui titik 100 % ke dalam daerah konsolidasi
sekunder. Metode akar waktu membutuhkan pembacaan penurunan
( kompresi ) dalam periode waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan
metode log – waktu. Tetapi kedudukan garis lurus tidak selalu diperoleh dari
penggambaran metode akar – waktu.
± 0.00
- 0.50 s/d
1.00 meter
Proses pengambilan tanah dilakukan dengan jalan para pekerja harus berendam sambil
membawa tabung undisturb dan cangkul.
Sample Undisturb ,
a) Tabung undisturb disiapkan , dibersihkan bagian dalamnya
b) Tabung ditekan masuk dalam tanah secara vertikal
c) Kemudian ditekan perlahan – lahan sampai seluruh tabung terbenam
d) Dengan bantuan cangkul, kita gali tanah di sekitar tabung tersebut
e) Dengan bantuan tangan, kita menutup bagian bawah tabung kemudian di
angkat ke atas
f) Tabung diberi tanda atau label
g) Kita mencairkan parafin yang nantinya dituangkan ke dalam mulut tabung
atas dan bawah
top
± 0.00
- 0.50
s/d 1.00
- 2.00
bottom
Sampel tanah
dalam tabung
undistrub tembok
tembok
Tabung undisturb
horizontal
Stang pemutar
Catatan :
= Sampel uji yang dipakai untuk menghitung Ch
= Sampel uji yang dipakai untuk menghitung Cv
Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa jenis tanah pada kedalaman 2 meter dan 5 meter
adalah sama atau dapat dinyatakan homogen yaitu jenis marine clay, very soft.
0.16
0.14
Koefesien Konsolidasi Arah Vertikal (Cv)
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
Cv = 0.5951 Ch + 0.0208
R2 = 0.4096
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
Koefesien Konsolidasi Arah Horizontal (Ch)
0.3
0.25
Koefesien Konsolidasi Arah Vertikal (Cv)
0.2
0.15
0.1
0.05
Cv = 1.0703 Ch - 0.0056
R2 = 0.5044
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
Koefesien Konsolidasi Arah Horizontal (Ch)
0.197 H 2 t
Mengacu pada persamaan (2.30) , C v = , maka data – data koefesien
t 50
konsolidasi diplot dalam 2 (dua) sumbu x dan sumbu y. Sumbu x mewakili Cv sedangkan
sumbu y mewakili Ch, plotting data – data dapat dilihat lihat gambar 4.3 dan gambar 4.4
0.35
0.3
Koefesien Konsolidasi Arah Vertikal (Cv)
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
Cv = 0.3975 Ch+ 0.1121
R2 = 0.5042
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Koefesien Konsolidasi Arah Horizontal (Ch)
0.3
0.25
Koefesien Konsolidasi Arah Vertikal (Cv)
0.2
0.15
0.1
0.05
Cv = 0.1766 Ch + 0.149
2
R = 0.4489
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45
Koefesien Konsolidasi Arah Horizontal (Ch)
5.2. Saran
1. Perlunya penyelidikan lebih lanjut dan intensif terhadap lapisan tanah yang lebih
kompleks
2. Proses pengambilan sampel undisturb jangan dilakukan pada musin penghujan,
karena sampel akan sulit diambil menggunakan tabung undisturb
3. Pengujian konsolidasi perlu dilakukan dengan membandingkan marine clay yang
lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles, J.E., Foundation Analysis And Design, McGraw-Hill, New York, 1983.
2. Das, B. M., Advanced Soil Mechanics, McGraw-Hill, New York, 1983.
3. Das, B. M., Mekanika Tanah ( Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknis ), Jilid 1 , Penerbit
Erlangga, 4 th ed, 1995.
4. Das, B. M., Mekanika Tanah ( Prinsip – prinsip Rekayasa Geoteknis ), Jilid 2 , Penerbit
Erlangga, 4 th ed, 1995.
5. Das, B. M., Principles of Geotechnical Engineering, 4 th ed., International Thomson
Publishing, 1998.
6. Hary Christiady H., Mekanika Tanah 1, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992.
7. Hary Christiady H., Mekanika Tanah 2, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1992.
8. Holtz, R.D. and Kovacs, W.D., An Introduction To Geotechnical Engineering, Prentice
Hall, New Jersey, 1981.
9. Rahardjo P.P., Karakteristik Lempung Marina, Seminar Geoteknik Foundation Design &
Improvement Techniques In Difficult Ground – Testana Enginnering, Inc, Surabaya,
1996
10. Rahardjo P.P. dan Salim, El Fie., Interprestasi Tanah Lempung Lembek Berdasarkan Uji
Piezocone, GEC, UNPAR, Bandung, 1998
Hubungan Koefesien Konsolidasi 30
(Coefesien of Consolidation) arah Vertikal (Cv) dengan arah Horizontal (Ch)
Hubungan Koefesien Konsolidasi 31
(Coefesien of Consolidation) arah Vertikal (Cv) dengan arah Horizontal (Ch)