Anda di halaman 1dari 24

KONSOLIDASI

Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan isi tanah jenuh secara perlahanan-
lahan dengan permeabilitas rendah akibat keluarnya air pori. Proses tersebut
berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan
tegangang total telah benar-benar hilang.
Pada umumnya konsolidasi ini akan berlangsung dalam suatu jurusan saja,
yaitu jurusan vertikal karena lapisan yang terkena tambahan beban itu tidak dapat
bergerak dalam jurusan mendatar (ditahan oleh tanah sekelilingnya).
Dalam keadaan seperti ini pengaliran air juga akan berjalan terutama dalam
arah vertikal saja. Hal yang dimikian ini disebut konsolidasi suatu matra (One
dimensional consolidation) dan perhitungan konsolidasi hampir selalu berdasarkan
teori konsolidasi satu matra. Pada waktu konsolidasi berlangsung, maka konstruksi di
atas lapisan tanah tersebut akan menurunkan (settle).
Contoh yang paling nyata adalah penurunan struktur jalan tol sediatmo (tol
akses ke bandara soekarno - hatta) yang sudah mengalami penurunan hampir 1 meter
selama masa penggunaannya
KONSOLIDASI PADA TANAH SISA (RESIDUAL SOIL)
Residual soil adalah tanah yang berasal dari lapisan di bawahnya yaitu
pembentukannya berlangsung ditempat asalnya dan tanah tersebut tidak mengalami
pemindahan atau pengendapan. Untuk menghitung penurunan pada tanah ini
sebaiknya digunakan persamaan-persamaan seperti pada contoh tanah yang
terkonsolidasi berlebihan.

TEORI TERZAGHI KONSOLIDASI SATU MATRA (TERZAGHIS THEORY OF


ONE DIMENSIONAL CONSOLIDATION)
Terzaghi membuat anggapan-anggapan sebagai berikut :
1. tanah merupakan tanah homogen dan akan tetap jenuh (Sr = 100%).
Penurunan konsolidasi dapat diperoleh untuk tanah yang tidak jenuh, tetapi
ramalan waktu terjadinya penurunan sangat tidak dapat percaya.
2. air dan butir-butir tanah tidak dapat mampatkan (incompressible).
3. terhadap hubungan linier antara tekanan yang bekerja dan perubahan isi
4. koefisien permeabilitas (k) tetap selama konsolidasi.
5. Hukum Darcy berlaku (V = k.i)
6. terdapat suhu yang tetap. Perubahan suhu dari sekitar 10 0 sampai 200C (masing-
masing merupakan suhu lapangan dan suhu laboratorium/kamar) menghasilkan
sekitar 30 % perubahan dalam kekentalan (viskositas) air.
Penting artinya bahwa percobaan di laboratorium dilakukan pada suhu yang
diketahui besarnya, paling baik sama dengan suhu di lapangan.
7. konsolidasi merupakan konsolidasi satu matra (vertikal), sehingga tidak terdapat
aliran lateral ataupun pergerakan tanah. Ini benar-benar terjadi dalam percobaan
di laboratorium dan pada umumnya juga berlaku di lapangan.
8. contoh tanag merupakan contoh asli/tidak terganggu (undisturbed sample). Ini
merupakan masalah utama, sebab bagaimana pun telitinya contoh itu diambil, ia
sebenarnya sudah tidak terbebani lagi oleh tanah yang berada di atasnya di
lapangan. Di samping itu muka air statis
KONSOLIDASI DRAINASE PASIR (CONSOLIDATION BY SAND DRAINS)

Drainase pasir (sand drains)

Guna mempercepat proses penurunan konsolidasi suatu konstruksi, maka


dapat digunakan drainese pasir (sand drains). Drainase pasir dibuat dengan menggali
lubang-lubang yang kemudian di isi dengan pasir seperti tampak pada gambar 8.11.
jika beban di atas permungkaan tanah bekerja, maka tegangan air pori akan timbul
pada tanah lempung tersebut dan ini akan mengakibatkan terjadinya drainase vertikal
dan horizontal.
Dasar tiori drainase pasir diberikan oleh Rendulic (1935) dan Barron (1948)
serta kemudian oleh Richart (1959). Untuk mempelajari drainase pasir, ada dua hal
yang pokok yang perlu diketahui, yaitu:
1. regangan bebas (free strain)
apa bila beban diletakkan di atas permungkaan tanah lentur (fleksibel). Distribusi
beban permungkaan seimbang.
2. regangan seimbang Equal strain)
apabila beban diletakkan di atas permungkaan tanah kaku. Penurunan
permungkaan seluruhnya sama.

Faktor lain yang harus diperhitungkan ialah akibat pelumas (smear).

Daerah pelumas (smear zone) pada draine pasir diperoleh oleh pembentukan
lempung ketika operasi pengeboran dilaksanakan. Pembentukan ini menyebabkan
pengurangan koefesien perma permeabilitas pada arah horizontal/radial.
KONSOLIDASI CONTOH TANAH YANG TERKONSOLIDASI NORMAL
(NORMALLY CONSOLIDATED)
Untuk contoh tanah semacam ini dalam percobaan-percobaan konsolidasi
akan diperoleh hasil-hasil seperti ditunjukkan dalam gambar 8.4.
Jika P0 = tegangan efektif yang di atas tanah di lapangan dan e 0 = angka pori aslinya,
maka titik A menunjukkan keadaan tanah di lapangan tersebut.
Di laboratorium sebelum tegangan mencapai harga = P 0, penurunannya kecil,
tetapi setelah tegangannya melebihi P0 penurunan akan menjadi besar
Apa bila contoh tanah yang dipakai benar-benar asli, maka setelah tegangan P0
dilampaui, penurunan akan berlangsung menurut garis konsolidasi asli yaitu garis
AB.
Dengan kurva seperti dalam gambar 8.4 kita dapat menghitung besarnya
penurunan yang akan terjadi lapangan. Misal tegangan setempat naik dari P0 menjadi
P, maka besar penurunan atau perubahan angka pori dapat dibaca langsung pada
kurva.
Penurunan tiap satuan tebal tanah dapat dituliskan sebagai berikut:
h e0 e
atau .................................................................................. (8.6)
h 1 e0

Dalam hal ini :


h = penurunan kerena penambahan tegangan dari P0 menjadi P
h = tebal contoh tanah di laboratorium
e0 = angka pori pada teganggan P0 (angka pori asli)
e = angka pori pada tegangan P
jika tebal lapisan tanah di lapangan = H, maka penurunan yang terjadi :
h
S H ............................................................................................. (8.7)
h

atau
e0 e e
S H H ..................................................................... (8.8)
1 e0 1 e0

dengan memperhatikan persamaan (8.4) maka persamaan (8.7) dapat di ubah dengan
subtitusi persamaan (8.4) ke dalam persamaan (8.7) maka persamaan (8.7) menjadi:
h H P
S H log e ............................................................................. (8.9)
h C P0

Demikian juga dengan persamaan (8.8) dengan subsitusi persamaan (8.5) ke dalam
persamaan (8.8), maka persamaan ini menjadi:
e0 e H P
S H C c log 10 ......................................................... (8.10)
1 e0 1 e0 P0
Pembangunan Drainase Pasir Vertikel
Drainase pasir vertikal mempercepat kecepatan konsolidasi dan sangat
membantu pembagunan jalan raya atau lapangan terbang dan penimbunan
benndungan tanah yang pemampatannya sangat tinggi. Untuk mambangun drainase
pasir vertikal dengan cara membor tanah di mana bangunan akan dibuat dengan
diameter tertentu dengan kedalaman tertentu pula.
Jarak-jarak lubang bor (drainase pasir) dapat dihitung dengan persamaan:
a. pola/bentuk bujur sangkar:
R
S = 0,564 1,773 R.. (8.59)

b. Pola segitiga:

R
S = 0,525 1,905 R.. (8.60)

Setelah pemboran lubang-lubang selesai, maka lubang-lubang tadi diisi


dengan pasir dan biasanya disebut tiang-tiang pasir. Selanjutnya di atas tiang-tiang
pasir tersebut ditutup atau diberi selimut (blanket) yang berfungsi sebagai drainase
horizontal dengan ketebalan tertentu, kira-kira setebal = 0,50 meter.
Kemudian baru ditimbun dengan timbunan tanah sesuai dengan konstruksi yang
direncanakan.
Dalam praktek diameter sumuran dw berkisar antara 0,30 0,80 m dengan
jarak antara dari sumbu ke sumbu S = 2,50 7,50 m (Guy Sanglert et. al. Mekanika
tanah dan teknik pondasi, hlm. 112, Alih bahasa Ir. V.F.X. Kris-Diameter sumuran dw
= 6 30 in dan umumnya dw = 6 -20 in dengan S = 6 20 ft dan umumnya S = 6
10 ft (NAFAC DM 7 hlm. 7-6-21).
Analisis Tegangan - Regangan Waktu Pada Konsolidasi Biot Dengan
Menggunakan Pemodelan Tanah " SoftSoil (Cap)

Masalah konsolidasi pada tanah lempung dalam rekayasa geoteknik


merupakan hal yang sangat penting, selama ini analisis yang sering dipakai
menggunakan teori konsolidasi 1-D dari Terzaghi (1924), di asumsikan deformasi dan
pengaliran excess pore water pressure hanya arah vertikal saja, dan hubungan
teganganregangan tidak tergantung waktu. Biot (1941) memperluas teori
konsolidasi Terzaghi dengan memperumum proses pengaliran excess pore water
pressure dan regangan yang terjadi keruang 3-D (Nulty Dimensional Case), hubungan
tegangan-regangan, dan excess Pore Water Pressure tergantung waktu (fungsi
transient), yang didalam solusinya melibatkan proses peng " couple "an dari
hubungan tegangan-regangan - deformasi dan pengaliran melalui media porous.

Pada penelitian ini dipelajari hubungan tegangan - regangan - waktu dari


konsolidasi Biot, dengan analisis elemen hingga , yang telah diimplementasikan pada
program aplikasi PLAXIS, direview kembali teori dasar pemodelan tanah dan
konsolidasi. Selanjutnya dengan Program aplikasi tersebut disimulasikan pelaksanaan
Pembangunan Dam Sei Rempang dipulau Batam yang dalam pelaksanaannya
menggunakan Vertikal drain, dengan sistim monitoring terdiri dari Settlement plate,
Pneumatic Piezometer dan Inclinometer.

Pada studi ini dilakukan verifikasi vertikal drain yang terpasang dilapangan
dari kondisi setempat-setempat kekondisi plane strain, dianalisis excess pore water
pressure, penurunan veriikal, horizontal displacement, tegangan, regangan terhadap
waktu, dan tegangan-regangan, dengan menggunakan model Soft soil (Cap),
dibandingkan dengan perhitungan analitis, dan kuantitatif yang terukur dilapangan.
Hasil studi menunjukan bahwa : adanya kesesuaian dari respons program Plaxis,
terhadap kuantitatif yang terukur dilapangan dan perhitungan analitis, diperoleh :
excess pore water pressure yang dibangkitkan pada respons Plaxis hari ke-215,
24,725 kPa, lapangan 24,53 kPa dan analitis 3204 kPa, dengan derajat konsolidasi
rata-rata yang dicapai sampai hari ke320, Plaxis 88,95 %, lapangan 88,08 % dan
analitis 90,00 %. Deformasi vertikal respons Plaxis 0.835 m, lapangan 0.80 m dan
analitis 0.786 m, horizontal displacement respons Plaids 0.179 m, lapangan 0.30 m.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka untuk selanjutnya pada pekerjaan yang sejenis
bisa digunakan Model Soft-soil.
Bila suatu massa tanah diberikan tambahan beban, maka tanah tersebut akan
mengalami penyusutan volume yang akan mengakibatkan keluarnya sebagian air pori
tanah. Proses ini biasanya disebut sebagai konsolidasi tanah yang besarnya tergantung
dari jenis tanah yang dibebani tersebut. Tanah lempung merupakan jenis tanah yang
banyak dijumpai di kota Jakarta ini dimana tanah ini sering digunakan untuk
menimbun /mengurug lokasi bangunan yang akan didirikan. Tanah lempung ini
sangat peka terhadap air dan walaupun telah dipadatkan maksimum akan tetap mudah
dimasuki oleh air. Hal ini akan meyebabkan proses konsolidasi yang terjadi akan
berlangsung sangat lama.

Pada era pembangunan sekarang ini sangat diperlukan usaha untuk


mempercepat konsolidasi tanah, karena disamping untuk menghemat waktu
pelaksanaan pekerjaan juga untuk memperkecil resiko yang dapat membahayakan
bangunaan tersebut. Salah satu usaha untuk mempercepat konsolidasi tanah ini adalah
dengan cara mencampurkan tanah tersebut dengan pasir dengan perbandingan yang
tepat. Dalam penelitian yang dilakukan di laboratorium di ambil perbandingan 5:1,
5:2, 5:3 dan hasil dari perbandingan ini akan dilihat seberapa jauh perubahan
kecepatan konsolidasi masing masing campuran.

Dan dari analisa hasil penelitian diperoleh bahwa kecepatan konsolidasi


lempung dengan kecepatan konsolidasi lempung yang dicampur pasir secara
keseluruhan mengalami perubahan, Perubahan yang diperoleh sangat kecil dan terjadi
pada tegangan awal yaitu 0.033 Kg/cm 2 s/d 0.5 Kg /cm 2 . Jadi dapat disimpulkan
bahwa campuran pasir dengan perbandingan diatas belum dapat diambil sebagai
perbandingan diatas belum dapat diambil sebagai perbandingan yang tepat untuk
dapat mempercepat perubahan konsolidasi tanah lempung.
PERBANDINGAN KONSOLIDASI TANAH LIAT PADA BEBAN LANGSUNG &
BERTAHAP

Serangkaian percobaan Test Konsolidasi dilakukan untuk mengevaluasi


penurunan yang terjadi antara penggunaan metode pembebanan langsung dan metode
pembebanan bertahap, terhadap tanah liat yang sama jenisnya. Contoh jenis tanah liat
yang digunakan dalam percobaan adalah tanah liat jenis lempung dengan batas cair
tinggi, lanau dengan batas cair tinggi dan lempung dengan batas cair rendah. Masing-
masing jenis tanah liat diambil 6 buah contoh, 3 contoh untuk pembebanan langsung
dan 3 contoh lainnya untuk pembebanan bertahap. Setiap pembebanan dilakukan
selama 5 hari. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa penurunan yang dihasilkan
dengan kedua metode pembebanan pada tiap jenis tanah liat relatif sama. Dari hasil
analisa data hasil percobaan didapatkan kecepatan penurunan (cv) masing-masing
jenis contoh tanah liat tersebut relatif sama untuk penurunan terakhir, tetapi indeks
pemampatan sekundernya berbeda untuk kedua metode.

KARAKTERISTIK DRAINASE HORIZONTAL LEMPUNG CIWASTRA


MENGGUNAKAN SEL KONSOLIDASI ROWE UKURAN BESAR

Problem konsolidasi pada tanah lunak merupakan masalah unik. Disebabkan


permeabilitas yang rendah pada lempung, untuk mencapai derajat konsolidasi total
dibutuhkan waktu yg sgt lama.Usaha - usaha untuk memperpendek lama waktu atau
mempercepat proses konsolidasi sudah banyak dilakukan dengan berbagai cara.
Menggunakan model sand drain yang memperpendek lintasan drainase dapat
mempercepat proses konsolidasi. Perhitungan konsolidasi terutama akibat drainase
horizontal yang menyebabkan dissipasi tekanan air pori berlebih lebih cepat.

Drainase horizontal dapat dilakukan dilaboratorium pada sampel tidak


terganggu dengan uji konsolidasi Rowe ukuran besar (250 mm). Drainase horizontal
dapat disimulasi untuk dua arah pengaliran, drainase horizontal keluar dan kedalam,
pada kedua kondisi pembebanan equal strain dan free strain.Drainase horizontal
keluar dilakukan dengan meletakkan porous lining (material standard konsolidasi
Rowe) pada keliling sampel dibatasan impermeabel dan tekanan air pori diukur di
tengah tengah sampel pada dasar.

Drainase horizontal kedalam dilakukan dengan membuat model porous drain


(12.5 mm dengan pasir otawa) di pusat sampel dan tekanan air pori diukur pada 0,55
R dari pusat di dasar sampel. Dengan anggapan permeabilitas material porous lining
sama dengan model porous drain.Kondisi equal strain dapat dilakukan dengan
meletakkan plat rigid diantara sampel dan membran karet dari tekanan sel untuk
memberikan distribusi penurunan yang merata di permukaan. Sedangkan membran
karet yang fleksibel dari tekanan sel dapat memberikan kondisi free strain yang
menyebabkan distribusi tegangan merata di permukaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada:Kondisi equal strain ; nilai


koefisien konsolidasi vertikal drainase horizontal keluar (Cvro) lebih besar dari arah
horizontal kedalam (Cvri), sementara besarnya penurunan primer pada drainase
horizontal keluar lebih besar dari arah horizontal kedalam, sedangkan penurunan
sekunder, untuk drainase horizontal kedalam cenderung lebih besar dari horizontal ke
luar,Kondisi free strain ; nilai koefisien konsolidasi vertikal drainase horizontal
kedalam (Cvri) lebih besar dari arah horizontal keluar (Cvro), dan penurunan primer
untuk drainase Horizontal kedalam lebih besar dari arah horizontal keluar, sementara
penurunan sekunder pada drainase horizontal keluar memperlihatkan nilai yang lebih
besar.
Pengaruh Strain Rate, Batas Cair Dan Kadar Air Tanah Lempung Terhadap
Parameter Konsolidasi pada Test Konsolidasi Metoda Constant Rate Of Straem
(Crs)

Parameter konsolidasi Cc dan Cv dari tanah lempung yang ditentukan dari


hasil test konsolidasi metoda CRS sangat dipengaruhi oleh besarnya strain rate yang
dipilih serta besarnya batas cair dan kadar air dari tanah lempung yang ditest. Oleh
sebab itu diperlukan penelitian untuk mempelajari pengaruh batas cair dan kadar air
dari tanah lempung terhadap besarnya strain rate yang harus dipilih pada test
konsolidasi metoda CRS. Dengan didapatkan besarnya strain rate yang harus dipakai
pada test konsolidasi metoda CRS untuk tanah lempung dengan batas cair dan kadar
air tertentu diharapkan harga Cc dan Cv yang didapatkan sesuai dengan harga yang
ditentukan dari test konsolidasi metoda konvensional.

Untuk studi ini sampel tanah yang ditest dibuat dilaboratorium dengan cara
membuat campuran kaolinite dan bentonite dengan harga batas cair yang berbeda-
beda yaitu 60%, 80% dan 100% dan kadar air yang berbeda pula yaitu 40%, 47% dan
55%. Beban yang dipilih untuk test konsolidasi metoda konvensional adalah: 0,2; 0,4;
0,8; 1,6; 3,2; 6,4; 12,8 dan 25,6 kg/cm2; tiap-tiap beban diberikan selama 24 jam.
Kecepatan regangan (strain rate) yang dipilih untuk test konsolidasi metoda CRS
adalah: 0,02 ; 0,01 dan 0,005 ( %/menit ). Jadi total jumlah sampel yang ditest adalah
36 buah; dengan rincian 9 sampel untuk test konsolidasi metoda konvensional dan 27
sampel untuk test konsolidasi metoda CRS.

Hasil studi yang diperoleh menunjukkan bahwa besarnya strain rate yang
dipilih dalam test, besarnya batas cair dan kadar air, berpengaruh terhadap harga Cv
dari tanah tersebut. Harga batas cair dan kadar air tanah berpengaruh terhadap
besarnya harga Cc, sedangkan besarnya strain rate yang dipilih berpengaruh terhadap
tegangan prakonsolidasi. Tanah yang mempunyai batas cair 60% dan batas cair 80%
yang di test memakai strain rate 0.005 %/menit memberikan hasil yang memuaskan.
Sedangkan untuk tanah dengan batas cair 100% belum memberikan hasil yang
memuaskan (strain rate yang dipilih harus lebih kecil dari 0.005 %/menit).
Pemodelan embankment di atas tanah lunak dengan variasi ketebalan
[permalink] Penimbunan embankment pada kenyataannya di lapangan seringkali
mengalami penurunan, terutama terjadi pada tanah dasar lunak, misalnya tanah
lempung. Hal ini dikarenakan tidak dipelajarinya terlebih dahulu spesifikasi tanah
dasar tersebut dan tidak diperhitungkannya konsolidasi yang bakal terjadi pada
penimbunan tersebut.Skripsi ini merupakan study tahapan penimbunan embankment
yang tepat supaya tidak terjadi penurunan pada tanah dasar khususnya tanah
lempung.
Dimana didalam perhitungan ini selain digunakan data tanah dasar ,tanah
asli Surabaya ( yang diperoleh dari laboratorium tanah ) dipakai juga simulasi
spesifikasi tanah lempung. Simulasi spesifikasi tanah lempung tersebut dengan
memvariasi nilai kohesi ( C ),modulus elastisitas ( E ),dan sudut geser ( O ). Selain itu
ketebalan tanah lempung dan kemiringan embankment yang divariasi. Secara umum
dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semakin besar nilai C dan E suatu tanah
lempung maka ketinggian embankment yang mampu ditahan dan angka
keamanannya semakin besar, sedangkan waktu konsolidasi dan penurunan yang
terjadi semakin kecil.
PENGARUH KADAR AIR, ANGKA PORI, DAN BATAS CAIR TANAH
LEMPUNG TERHADAP HARGA INDEKS PEMAMPATAN KONSOLIDASI,
Cc, DAN INDEKS PENGEMRANGAN, Cs

Kadar air angka pori

Batas cair tanah lempung terhadap harga Indek pemampatan konsolidasi


adalah masalah yang selalu terjadi pada tanah lempung lunak. Itu sebabnya di dalam
perencanaan suatu bangunan yang berada di atas tanah lempung lunak, besamya
pemampatan akibat konsolidasi memegang penman penting yang ikut menentukan
disamping kapasitas dukung tanah dasar setempat Untuk menentukan besar
pemampatan ini dibutuhkan suatu parameter konsolidasi yaitu Indeks Pemampatan,
Cc, dan Indeks Pengembangan, Cs, yang biasanya didapat dari hasil pengujian
konsolidasi di laboratorium.

Secara umum kita ketahui bahwa nilai Cc ini memiliki hubungan kuat
dengan sifat fisik tanah yaitu plastisitas yang lebih diwakili oleh nilai LL (Batas Cair)
seperti yang telah disarankan oleh Terzaghi dan Peck (1967). Namun dari banyak
hasil uji konsolidasi terhadap tanah ash dari hasil pemboran dijumpai bahwa
umumnya lapisan tanah yang sebelah bawah, dimana kadar air dan angka pori juga
lebih kecil, memberikan harga Cc yang lebih kecil dari pada lapisan tanah yang
sebelah atas. Didalam kenyataannya tanah lempung dengan nilai Batas Cair yang
sama namun memiliki kedalaman yang berbeda, ini berarti kadar air dan angka pori
awal juga biasanya berbeda pula, umumnya akan memberikan besaran Indeks
Pemampatan yang berbeda.

Dari pemikiran inilah kemudian ingin ditemukan sejauh mana pengaruh


kadar air, angka pori, dan Batas Cair terhadap nilai Indeks Pemampatan, Cc maupun
Indeks Pengembangan, Cs. Dalam penelitian ini contoh tanah dibuat dengan batas
cair 50, 70, 90, 110 dan 130 % yang ditentukan terlebih dahulu dengan
memvariasi prosentase kaolinite/pasir halus dan bentonite. Setelah itu, dari contoh
tanah dengan Batas Cair yang sudah tertentu tersebut dibuat benda uji dengan kadar
air yang bervariasi antara 30 % s/d 110 %, untuk kemudian diuji
konsolidasi konventional di laboratorium.

Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat korelasi yang


sangat kuat antara kadar air, angka pori, dan Batas Cair dengan nilai Indeks
Pemampatan, Cc dan Indeks Pengembangan, Cs, dimana semakin besar nilai Batas
Cair dan kadar air/angka porinya akan membuat nilai Cc dan Cs semakin meningkat.
Dapat disimpulkan bahwa nilai Cc dan Cs tidak hanya tergantung pada nilai Batas
Cair saja namun juga tergantung dari nilai kadar air/angka pori dari tanah.
Analisis penurunan dengan metoda Fadum

Apabila lapisan tanah lembek sangat dalam, maka lapisan tanah tersebut di
bagi menjadi beberapa bagian sehingga setiap lapisan dapat di hitung penurunannya.
(Lihat gambar 8.31)
Kemudian penurunan masing-masing lapisan dijumlahkan, maka jumlah
penurunan itu merupakan penurunan seluruh lapisan tanah tersebut.
Langkah-langkah perhitungan:
1) hitung tekanan mula-mula ditengah-tengah fondasi.
(titik pusat fondasi = C)
Missal tekanan mula-mula P0
2) jika diketahui
X
lebar fondasi = X meter, maka: B = meter.
2
Y
Panjang fondasi = Y, maka; L = meter
2
Kedalaman fondasi = Df = hf meter.
Kedalaman air tanah dari permungkaan tanah = hw meter
Berat isi air = Yw t/m3
Berat isi tanah lempung = Ys t/m3
3) tekanan mula-mula sebelum ada konstruksi, dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
P0 = (hf + Zi) Ys (hf + Zi hw) Yw(8.82)
P0 = t/m2+
4) harga tambahan tekanan = Dp dihitung pada pertengahan masing-masing lapisan
di bawah titik pusat fondasi.
5) Hitung harga m pada pertengahan masing-masing lapisan, demikian juga harga n.
Tambahan tekanan:
pi = 4I q( 8.83)
6) Tekanan total:
Pi = p0 + pi.............................................................................( 8.84)
7) Untuk menghitung besar penurunan hi digunakan kurva gambar 8.32.
Untuk; P0 = .kg/cm2 h0 = .mm
Untuk; Pi = .kg/cm2 hi = ..mm
PENURUNAN KONSOLIDASI KEDUA (SECONDARY CONSOLIDATION
SETTLEMENT)

Penurunan kedua konsolidasi (rangkak) ini terjadi sesudah selesainya


penurunan pertama konsolidasi (primary consolidation settlement). Selama
penurunan kedua, tingkat regangan biasanya sangat rendah sehingga tekanan pori
yang berlebih tidak dapat diukur. Oleh karena itu, penurunan kedua akan tergantung
kepada waktu dan dapat berlangsung sangat lama sampai ratusan tahun. Penurunan
kedua cukup sukar untuk di evaluasi, relatif kurang penting untuk tanah-tanah yang
tidak organis dan sangat penting atau dominan pada tanah-tanah yang sangat organis
(Weber, 1969).
Ukuran-ukuran nyata di lapangan relatif jarang. Akan tetapi telah terjadi
kesepakatan baik tentang besarnya dan estimasi penurunan yang telah dilaporkan oleh
beberapa pengamat antara lain: Horn dan Lambe (1964). Crawford dan Sutherland
(1971, Prysock (1072)
ANALISIS PENURUNAN

1. Pendahuluan
Analisis penurunan dimaksudkan untuk memperkirakan penurunan suatu
konstruksi sebagai akibat tanah yang mengalami konsolidasi.
Pada umumnya tanah lempung besar penurunannya yang harganya jauh lebih
besar kalau dibandingkan dengan pasir atau lanau.

2. Penurunan terdiri dari:


a. Penurunan segera (Immediate settlement)
b. Penurunan pertama konsolidasi (Primary consolidation settlement)
c. Penurunan kedua konsolidasi/rangkak (Secondary consolidation
settlement/creep)
Penurunan total dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
S = Si + Sc + Ss .. (8.61)
Dalam hal ini :
Si = penurunan segera (immediate settlement)
Sc = Penurunan pertama konsolidasi (primary consolidation settlement)
Ss = Penurunan kedua konsolidasi (secondary consolidation settlement)
Harga Si jauh lebih kecil dari pada harga Sc dan waktu yang diperlukan juga lebih
kecil dari pada waktu Sc. Sedangkan Ss merupakan tahapan kedua sesudah selesainya
penurunan pertama, waktu yang diperlukan Ss sangat lama dan harga penurunannya
juga kecil.
3. Perhitungan penurunan
a. Penurunan segera berdasarkan toeri elastis.
Penurunan karena beban terpusat pada permungkaan. Penurunan elastis
karena beban terpusat (gambar 8.22), regangan pada kedalaman Z dapat
ditentukan dengan persamaan;
b. Penurunan pada permungkaan karena beban terbagi rata berbentuk
lingkaran fleksibel.
Penurunan pada permungkaan dalam hal ini : Z = 0, maka perhitungan
penurunan dapat ditentukan dengan persamaan:
q.b
Si (permungkaan) = (1 V2) I2 . (8.65)
E
c. Penurunan pada permungkaan tanah dengan beban terbagi rata fleksibel
berbentuk persegi.

d. Penurunan dengan beban luasan fleksibel pada elastis dengan tebal terbatas.
Dalam terdahulu dianggap bahwa lapisan tanah elastis mempunyai ketebalan
tidak terbatas. Di sini tebal tanah elastis terbatas = H dan di bawah lapisan
elastis ini terdapat tanah keras/kaku.
Persamaan penurunan;
Si = Si (Z = 0) Si (Z = H). (8.75)
Dalam hal ini :
Si(Z = 0) = penurunan di permungkaan
Si(Z = H) = penurunan pada kedalaman Z = H
Kondisi lain untuk menghitung penurunan segera juga diperlukan
pertimbangan-pertimbangan.
Fondasi-fondasi pada umumnya tidak terletak di permungkaan tanah, tetapi terletak di
kedalaman tertentu = Df (Lihat Gambar 8.25)

Gambar 8.25. Beban fleksibel di atas tanah elastis dengan tebal terbatas
Oleh Fox (1948) diberi faktor koreksi yang merupakan fungsi-fungsi: D f/B; L/B dan
angka Poisson = V, maka:
Si(Rata-rata) = I6.Si(rata-rata) ..........................................................(8.76)
Dalam hal ini:
Si = Penurunan fondasi elastis setelah dikoreksi
Si = penurunan fondasi di permungkaan tanah
I6 = faktor koreksi kedalaman fondasi: Df
(Lihat gambar 8.26)
Dengan pemrograman komputer persamaan yang dianjurkan oleh Fox, Bowles (1977)
memperoleh harga-harga I6 dengan berbagai harga Df/B dan L/B serta angka Poisson
dalam lapisan tanah. Harga-harga ini dapat dilihat dalam gambar 8.26.

Faktor koreksi kedalaman fondasi


Dari Foundation analysis and Design oleh J.E Bowles, 1977,

Janbut et. al. (1956) mengusulkan persamaan umum penurunan segera rata-rata
dengan beban terbagi rata = q untuk fondasi fleksibel sebagai berikut:
qB
Si (rata-rata) = U1U0 E .(8.77)
Dalam hal ini :
U1 = faktor koreksi lapisan tanah elastis dengan tebal terbatas = H.
(Lihat gambar 8.27)
U0 = faktor koreksi kedalaman = Df (lihat gambar yang sama).
B = lebar untuk luasan beban persegi dan diameter untuk luasan beban lingkaran.

Lamanya Penurunan Berlangsung


Seandainya kita ingin menghitung waktu yang diperlukan oleh suatu lapisan
tanah lempung sampai penurunan 90% selesai, maka derajat konsolidasi:
U = 90% dengan melihat tabel 8.1 diperoleh harga faktor waktu : Tv = 0,848 atau
dapat dihitung dengan persamaan (8.23) atau (8.24).
Untuk : U > 60% U = 90%
U
Tv = 0,9332 log (1 - ) 0,0851
100
90
Tv = 0,9332 log (1 - ) 0,0851 = 0,8481
100
Atau :
Tv = 1,781 0,933 log (100 U%)
Tv = 1,781 0,933 log (100 90%) = 0,848
Dengan menggunakan persamaan (8020):

Lamanya penurunan tergantung dari :


a. Faktor waktu (Tv)
b. Tebal lapisan tanah lempung (H)

c. Koefisien konsolidasi (Cv)

Menurut teori konsolidasi Terzaghi, konsolidasi seluruhnya terdiri dari dua bagian,
yaitu:
b. konsolidasi pertama (primary consolidation).
Konsolidasi ini terjadi kerena adanya air yang mengalir ke luar dan berarti adanya
perubahan tegangan efektif
c. konsolidasi kedua (secondary consolidation)

konsolidasi berjalan terus setelah konsolidasi pertama selesai. Konsolidasi kedua


berlangsung dalam waktu yang lama dan nilainya kecil. Konsolidasi ini terjadi kerena
adanya penyesuaian diri satu sama lain di dalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai