Anda di halaman 1dari 3

A.

Hubungan antara Defisiensi Vitamin A dengan KEP


Kekurangan vitamin A (KVA) merupakan masalah kesehatan utama di negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia. KVA terutama sekali mempengaruhi anak kecil,
diantara mereka yang mengalami defisiensi dapat mengalami xerophthalmia dan dapat
berakhir menjadi kebutaan, pertumbuhan yang terbatas, pertahanan tubuh yang lemah,
eksaserbasi infeksi serta meningkatkan resiko kematian. Hal ini menjadi nyata bahwa KVA
dapat terus berlangsung mulai usia sekolah dan remaja hingga masuk ke usia dewasa. (Keith
dan West, 2008)
Kurang vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan hasil survey Xeroftalmia pada tahun 1992, sekitar 50% balita di Indonesia
menderita KVA sub klinis, yaitu serum retinol <20 μg/dl. Kurang vitamin A dapat
disebabkan oleh factor penyebab langsung dan tidak langsung. Salah satu factor penyebab
tidak langsung adalah anak yang menderita kurang energy protein (KEP).
Ketika anak mengalami tanda-tanda klinis kurang energi protein, maka anak tersebut
juga akan mengalami tanda-tanda kekurangan vitamin dan mineral, seperti defisiensi vitamin
larut lemak, vitamin larut air, dan zat besi. Pada Negara yang mengonsumsi nasi di Asia
Tenggara, defisiensi vitamin A adalah endemic dan dihubungkan dengan KEP. Di Indonesia,
sekitas ¾ kasus kwashiorkor dilaporkan juga mengalami xerophtalmia. Anak yang
mengalami KVA akibat KEP belum memiliki tanda klinis pada mata, hanya rendahnya serum
retinol dan deplesi vitamin A di hati. Tanda klinis pada mata menunjukkan defisiensi yang
berkepanjangan.
Berdasarkan penelitian Ebele, Emeka, Ignatius, Azubike, & Tola (2010), anak-anak
yang mengalami KEP menunjukkan penurunan yang signifikan (P <0,05) pada kadar serum
vitamin A, indeks massa tubuh (IMT), dan serum albumin dibandingkan subyek kontrol. Hal
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kadar serum vitamin A,
indeks massa tubuh (IMT), dan serum albumin mengalami penurunan akibat asupan dan
penyerapan makanan kaya vitamin A rendah, simpanan vitamin A di hati tidak mencukupi,
dan penggunaan meningkat saat defisiensi protein yang mengganggu penyerapan, transportasi
dan metabolisme retinol dan menekan konversi karoten menjadi vitamin A. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa penurunan kadar Vitamin A merupakan akibat dari KEP yang
mengganggu sintesis hepatik dan pelepasan retinol binding protein (RBP) yang diperlukan
untuk transportasi vitamin A dari hati. Hal ini menyebabkan gangguan transportasi retinol
sehingga terjadi penurunan kadar serum retinol yang mengakibatkan gangguan siklus visual.
Selain itu, KEP juga menurunkan kadar serum protein, khususnya albumin sebagai akibat
dari rendahnya asupan protein. Hal ini berhubungan dengan kwasiokor dimana penurunan
serum albumin diikuti oleh edema akut.
Pada anak yang menderita KEP, kadar vitamin A menurun yang merupakan akibat dari
rendahnya asupan makanan yang menurunkan sintesis retinol binding protein (RBP) di hati.
Meskipun anak yang menderita KEP memiliki cadangan vitamin A yang cukup, namun
karena terdapat gangguan pada sintesis RBP maka kadar retinol serum menurun. Perpindahan
RBP dari hati untuk diberikan ke sel target melalui jalur sekretori tergantung pada
pembentukan retinol menjadi holo-RBP. Pada defisiensi vitamin A, mRNA RBP relative
konstan, tetapi protein RBP terakumulasi dengan hepatosit sebagai apo-RBP, untuk
dilepaskan sebagai holo-RBP untuk pemenuhan vitamin A. Berdasarkan hasil penelitian,
pada tikus yang mengalami defisiensi vitamin A, hanya sebagian kecil retinol ditransfer pada
hepatic stellate cells.
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi Protein
(KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi mikro
dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA mudah sekali terserang infeksi seperti
infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan
anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada keluarga dengan
penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua / ibu tentang gizi
yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan KVA walaupun hal ini
sangat jarang terjadi. Kurangnya konsumsi makanan (< 80 % AKG) yang berkepanjangan
akan menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana
keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup. Sampai saat ini masalah KVA di
Indonesia masih membutuhkan perhatian yang serius. Oleh karena itu dirasakan perlunya
Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkan prevalensi KVA
terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita dan wwanita yang berada
pada usia reproduksi. Program ini sejalan dengan Vision 2020 The Right to Sight yang
bertujuan untuk menurunkan masalah kebutaan di Indonesia ( Heijthuijsen, et al ,2013).
DAFTAR PUSTAKA
Nurrahmawati, Fitria. 2016. Ternyata, Kekurangan Vitamin A dan Kekurangan Energi
Protein Berkaitan. http://fitrianurrahmawatisodiq.blogspot.co.id/2016/08/ternyata-
kekurangan-vitamin-dan.html (Diakses pada tanggal 20 Maret 2018)
Tita. 2013. Kekurangan Vitamin A (KVA).
http://titamenawati.blogspot.co.id/2013/08/kekurangan-vitamin-kva_26.html (Diakses
pada tanggal 20 Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai