Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Hakekat label pangan adalah informasi spesifik yang berkaitan dengan suatu produk
pangan yang disertainya. Informasi tersebut dapat berupa tulisan, gambar, grafik atau
kombinasinya. Label pangan umumnya ditempelkan pada kemasan atau dimasukkan kedalam
kemasan. Untuk alasan kepraktisan label kadang dicetak langsung pada kemasan pangan,
seperti kaleng.
Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa informasi verbal
tentang produk atau penjualnya. Menurut Tjiptono label merupakan bagian dari suatu produk
yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual. Sebuah label biasa merupakan
bagian dari kemasan, atau bisa pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada
produk. Sedangkan Kotler menyatakan bahwa label adalah tampilan sederhana pada produk
atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasan.
Label bisa hanya mencantumkan merek atau informasi.
Label memiliki kegunaan untuk memberikan infomasi yang benar, jelas dan lengkap
baik mengenai kuantitas, isi, kualitas maupun hal-hal lain yang diperlukan mengenai barang
yang diperdagangkan. Dengan adanya label konsumen akan memperoleh informasi yang
benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas mengenai barang / jasa beredar dan
dapat menentukan pilihan sebelum membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa.
Berdasarkan UU no. 8 Pasal 1 Butir 1 Tahun 1999, tentang perlindungan konsumen
disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hokum untuk member perlindungan kepada konsumen”. Kepastian hokum
memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi sewenang-wenang yang selalu merugikan
hak konsumen. Menurut undang-undang tersebut hak konsumen diantaranya adalah hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa; hak atas
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa; hak untuk
mendapatkan kompensari, ganti rugi, dan penggantian, apabila barang dan atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Bagi produsen, pencantuman label produk pangan merupakan keharusan. Dasar hokum
pencantuman label pangan adalah UU No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, peraturan
pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan keputusan Dirjen POM
No. 02240/B/SK/VI/91 tentang pedoman Persyaratan Mutu serta label dan Periklanan
Makanan.
Menurut Pasal 3- ayat 2 UU No. 7 tentang pangan, label pangan sekurang-kurangnya
berisi informasi tentang :
1. Nama produk
2. Daftar bahan yang digunakan
3. Berat bersih / Isi bersih
4. Nama dan alamat produsen atau importer untuk makanan dari luar negeri
5. Keterangan halal
6. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 menyebabkan bahwa keterangan pada label
sekurang-kurangnya terdiri atas :
1. Nama produk
2. Daftar bahan
3. Berat bersih
4. Nama dan alamat produsen atau importer
5. Masa kadaluarsa
Keharusan untuk mencantumkan kehalalan produk diatur dalam pasal terpisah dari
pasal yang mengatur keterangan minimal pada label. Keterangan atau tulisan halal pada label
diwajibkan bagi produsen atau importer yang menyatakan produk tersebut halal bagi kaum
muslim.
Informasi yang harus dicantumkan pada label menurut SK Dirjen POM No.
02240/B/SK/VI/91 meliputi :
1. Nama makanan / nama produk
2. Komposisi atau daftar ingredient
3. Isi netto
4. Nama dan alamat perusahaan / importer
5. Nomor pendaftaran
Untuk makanan tertentu ditambahkan informasi tentang kode produksi, tanggal
kadaluarsa, petunjuk atau cara penyimpanan, petunjuk dan cara penggunaan, nilai gizi,
tulisan atau pernyataan khusus.

DAFPUS:
Anonym. http://repository.uin-suska.ac.id/7112/3/BAB%20II.pdf (Diakses pada tanggal 24
Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai