Anda di halaman 1dari 4

Makalah Aspek Etika & Hukum Kesehatan Rumah Sakit

BAB I
PENDAHULUAN

Dewasa ini dapat dilihat semua bidang kehidupan masyarakat sudah terjamah aspek hukum.Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya manusia mempunyai hasrat untuk hidup teratur. Akan tetapi keteraturan bagi
seseorang belum tentu sama dengan keteraturan bagi orang lain, oleh karena itu diperlukan kaidah-kaidah yang
mengatur hubungan antar manusia melalui keserasian antara ketertiban dan landasan hukum. Suatu norma hukum
biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dilarang dengan mendapat sanksi apabila larangan tersebut
dilanggar. Norma hukum ada yang tertulis dan ada pula yang tidak tertulis.Hukum tertulis biasanya disamakan dengan
peraturan perundangundangan.Hukum kesehatan merupakan suatu bidang spesialisasi ilmu hukum yang relatifmasih
baru di Indonesia.Hukum kesehatan mencakup segala peraturan dan aturan yang secara langsung berkaitan dengan
pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan yang rusak.Hukum kesehatan mencakup
penerapan hukum perdata dan hukum pidana yang berkaitan dengan hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan.

Dalam melakukan tugasnya dokter dan tenaga kesehatan harus mematuhi segala aspek hukum dalam
kesehatan. Kesalahan dalam melaksanakan profesi kedokteran merupakan masalah penting, karena membawa akibat
yang berat, terutama akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi kesehatan. Suatu kesalahan dalam
melakukan profesi dapat disebabkan karena. Kekurangan pengetahuan, pengalaman, pengertian. Ketiga faktor
tersebut menyebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan atau penilaian.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan dan memberikan jasa pelayanan medis jangka
pendek dan jangka panjang yang terdiri atas tindakan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitative untuk orang-
orang yang menderitasakit, terlukadanuntuk yang melahirkan (World Health Organization).
Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga
kesehetan dan penelitian (permenkes no.159b/1988)
UU NO.44 tahun2009 tentang rumah sakit , rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawatinap, rawat
jalan dangawatdarurat.Pelayanan rumah sakit juga diatur dalam KODERSI/kode etik rumah sakit, dimana kewajiban
rumah sakit terhadap karyawan, pasien dan masyarakat diatur.
Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) huruf f dalam UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit
sebenarnya memiliki fungsi sosial yaitu antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian
luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan. Pelanggaran terhadap kewajiban tersebut bisa berakibat
dijatuhkannya sanksi kepada Rumah Sakit tersebut, termasuk sanksi pencabutan izin.
Selain itu, dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b UU 44/2009, pemerintah dan pemerintah daerah juga bertanggung
jawab untuk menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jadi, secara umum penyanderaan pasien oleh Rumah Sakit tidak bisa dikategorikan sebagai penahanan
(perampasan kemerdekaan) ataupun pelanggaran HAM.Meski demikian, Anda dapat saja melaporkan kepada polisi
jika ada indikasi penyanderaan tersebut telah merampas kemerdekaan si pasien.

5.Hukum Rumah Sakit (Hospital Low)


A. Pidana

Pertanggungjawaban dari aspek hukum pidana terjadi jika kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit memenuhi tiga unsur. Ketuga unsur tersebut adalah adanya kesalahan
dan perbuatan melawan hukum serta unsur lainya yang tercantum dalam ketentuan pidana yang bersangkutan.

Perlu dikemukakan bahwa dalam sistem hukum pidana kita, dalam hal tindak pidana dilakukan oleh
korporasi, maka pengurusnya dapat dikenakan pidana penjara dan denda. Sedangkan untuk korporasi, dapat dijatuhi
pidana denda dengan pemberatan.

Ketentuan pidana ( UU No.44 Tahun 2009 pasal 62-63 )

1. setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan rumah sakit tidak memiliki izin dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 tahun dan denda paling banyak 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. apabila tindakan pidana tersebut dilakukan koorporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap koorporasi berupa
pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda
3. selain pidana denda terhadap koorporasi tersebut, koorporasi dijauhi pidana tambahan berupa
a. pencabutan izin usaha, dan/atau
b. pencabutan status badan hukum

B. Perdata
Merujuk pendapat Triana Ohoiwutun(2007:81), hubungan hukum ini menyangkut dua macam perjanjian
yaitu perjanjian perawatan dan perjanjian pelayanan medis. Perjanjian perawatan adalah perjanjian antara rumah sakit
untuk menyediakan perawatan dengan segala fasilitasnya kepada pasen. Sedangkan perjanjian pelayanan medis
adalah perjanjian antra rumah sakit dan pasen untuk memberikan tindakan medis sesuai kebutuhan pasen.
Jika terjadi kesalahan dalam pelayanan kesehatan, maka menurut mekanisme hukum perdata pihak pasien
dapat menggugat dokter berdasarkan perbuatan melawan hukum. Sedangkan gugatan terhadap rumah sakit dapat
dilakukan berdasarkan wan prestasi (ingkar janji), di samping perbuatan melawan hukum. ”
Sikap/tindakan semua orang yang turut terlibat dalam organisasi rumah sakit. Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1367 yang berbunyi: "Seorang tidak saja
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya....".
Tanggung jawab rumah sakit dalam garis besarnya dapat dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu:
1. Yang menyangkut personalia, termasuk sikap-tindak atau kelalaian semua orang
yang terlibat dalam kegiatan rumah sakit.
2. Yang menyangkut mutu pemberian pelayanan kesehatan (Standard of Care) di
rumah sakit.
3. Yang menyangkut sarana dan peralatan yang disediakan, baik di bidang medis
maupun non-medis.

Menurut hukum kedokteran, ada 4 bentuk risiko yang harus ditanggung oleh pasien itu
sendiri, yaitu:
1. Kecelakaan (accident, mishap, mischance, misad venture)
2. Risiko pengobatan (risk of treatment)
3. Kesalahan penilaian profesional (error of clinical judgment)
4. Kelalaian pasien (contributory negligence)
C. Administratif

Pertanggungjawaban rumah sakit dari aspek hukum administratif berkaitan dengan kewajiban atau
persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh rumah sakit khususnya untuk mempekerjakan tenaga kesehatan di
rumah sakit.
UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) yang menentukan antara lain kewajiban untuk
memiliki kualifikasi minimum dan memiliki izin dari pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan. Selain itu UU Kesehatan menentukan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi kode etik, standar profesi,
hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional.
Jika rumah sakit tidak memenuhi kewajiban atau persyaratan administratif tersebut, maka berdasarkan Pasal
46 UU RS, rumah sakit dapat dijatuhi sanksi administratif berupa teguran, teguran tertulis, tidak diperpanjang izin
operasional, dan/atau denda dan pencabutan izin.

Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek Van Strafrecht, Staatsblad 1915 No. 732)
2. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (UU Kesehatan)
5. Undang-undang pasal 46 tentang administratif rumah sakit
Penjelasan Dasar Hukum Rumah Sakit

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Rumah sakit adalah subyek hukum. Dalam hal ini, rumah sakit dapat melakukan hubungan hukum dengan
subyek hukum lainnya dalam melaksanakan tugasnya dalam pelayanan kesehatan. Karena itu rumah sakit wajib
menanggung segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum yang timbul sebagai akibat dari perbuatannya atau
perbuatan orang lain yang berada dalam tanggung jawabnya. Tanggung jawab hukum tersebut meliputi tiga aspek
yaitu hukum perdata, hukum administrasi dan hukum pidana. Hukum perdata berarti, rumah sakit bertanggung jawab
antara pasien dengan rumah sakit berhubungan dengan pelayanan kesehatan, Hukum administratif berhubungan
dengan kewajiban yang harus di bayar pihak rumah sakit terhadap tenaga kesehatan di rumah sakit.
Pertanggungjawaban dari aspek hukum pidana terjadi jika kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
oleh tenaga medis di rumah sakit.Dari ketiga aspek hukum tersebut dapat di katakan bahwa rumah sakit sangat
memiliki kaitan hubungan yang erat bukan hanya bagi pelayanan medis saja melainkan terhadap aspek hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, soekidjo. 2010. EtikadanHukum Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta


Indriyantidewi, Alexandra. 2008. Etika dan Hukum kesehatan. Yogyakarta:Pustaka Book Publisher
http://hukumonline.com/klinik/detail/lt4d9e5e636fb84

http://valenciasstorynjourney.blogspot.co.id/2012/04/makalah-aspek-etika-hukum-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai