4.1.1.1 Data Stasiun Kerja, Operation Process Chart (OPC), Assembly Chart
(AC), Bill of Material Product (BOM), Gambar Dua Dimensi dan
Gambar Tiga Dimensi Produk
Berikut merupakan data-data yang terdapat dalam pembuatan produk
mobil, truk dan pesawat.
4 5 1
Stasiun
Perakitan
Stasiun Pengeboran
7
Pemeriksaan
Stasiun
II-1
IV-2
1. OPC Mobil
Berikut ini merupakan OPC dari perakitan mobil:
0,274 Pengukuran 0,252 Pengukuran 0,345 Pengukuran 0,251 Pengukuran 0,515 Pengukuran 0,292 Pengukuran 0,308 Pengukuran 0,705 Pengukuran 0,169 Pengukuran 0,435 Pengukuran
O-57 O-54 O-51 O-48 O-42 O-36 O-33 0-13 0-5 0-1
0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur
0,242 Pemotongan 0,205 Pemotongan 0,445 Pemotongan 0,445 Pemotongan 0,461 Pemotongan 0,351 Pemotongan 1,256 Pembubutan 5,434 Pembubutan 1,327 Pemotongan
0,453 Pemotongan
O-58 O-55 O-52 O-49 O-43 O-37 O-34 O-14 0-6 0-2
0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin Bubut 0% Mesin Bubut 0% Mesin potong
Mesin potong
0,081 Pengecatan 0,062 Pengecatan 0,109 Pengecatan 0,081 Pengecatan Pengecatan 0,129 Pengecatan 0,120 Pengecatan Pengeboran 1,021
0,218 0,532 0,569 Pemotongan Pengeboran
O-59 O-56 O-53 O-50 O-44 O-38 O-35 O-15 0-7 0-3
0% Mesin cat 0% 0% Mesin cat 0% Mesin potong
0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% Mesin cat Mesin cat 0% Mesin Bor 0% Mesin Bor
0,100 Pemeriksaan 0,103 0,121 Pemeriksaan 0,122 0,199 0,194 Pemeriksaan 0,142 Pemeriksaan 0,671 Pemotongan 0,513 Pengecatan 0,133 Pengecatan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
I-16 Meja I-15 I-14 I-13 I-11 I-9 I-8 O-16 0-8 0-4
Meja Meja Meja Meja Meja Meja
0% Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Mesin potong Mesin cat
0% Pemeriksaan 0% 0% Pemeriksaan 0% 0% 0% 0% 0% 0% Mesin cat
0,371 Pengecatan
x2 0,204 Pemeriksaan 0,160 Pemeriksaan
O-17 I-2 I-1
Meja Meja
Sekrup dan Obeng Mesin cat 0%
0% Pemeriksaan 0 % Pemeriksaan
x2 Lem
Lem
0,456 Perakitan 6
O-71
0% Meja Perakitan
0,651 Perakitan 7
O-72
0% Meja Perakitan
Lem
0,198 Perakitan 8
O-73
0% Meja Perakitan
Lem
Operasi
0,193
Gabungan
O-74
I-17
0% Meja Perakitan
RINGKASAN
WAKTU
KEGIATAN JUMLAH
73 22,124
16 1,816
1 0,193
Total 90 24,133
2. OPC Truk
Berikut ini merupakan OPC dari perakitan truk:
OPERATION PROCESS
CHART
Bagian Belakang Sisi Samping (2) Bagian Atas Bagian Bawah Roda (4) As Roda (2) Alas
0,180 Pengukuran 0,316 Pengukuran 0,654 Pengukuran 0,222 Pengukuran 0,705 Pengukuran 0,169 Pengukuran 0,101 Pengukuran
0,408 Pemotongan 0,793 Pemotongan 0,833 Pemotongan 0,325 Pemotongan 1,256 Pembubutan 5,434 Pembubutan 1,327 Pemotongan
O-46 O-40 O-37 O-34 O-14 O-6 O-2
0% 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin potong Mesin Bubut Mesin potong
Mesin potong 0% Mesin Bubut 0% 0%
Cat Pilox Cat Pilox Cat Pilox Cat Pilox
0,082 Pengecatan 0,173 Pengecatan 0,129 Pengecatan 0,128 Pengecatan 0,532 Pengeboran 0,569 Pemotongan 1,021 Pengeboran
O-47 O-41 O-38 O-35 O-15 O-7 O-3
Mesin cat Mesin cat
0% Mesin cat 0% 0% 0% Mesin cat 0% Mesin Bor 0% 0% Mesin Bor
Mesin potong
Cat Pilox Cat Pilox
x2
0,262 Pemeriksaan
I-4 Meja
0% Pemeriksaan
0,092 Perakitan 1
x4 O-48
x2
Lem 0% Meja Perakitan
Lem
x2 0,240 Perakitan 3 0,076 Perakitan 2
Sekrup dan Obeng O-54
O-50
0% Meja Perakitan 0%
Meja Perakitan
Lem
RINGKASAN Operasi
Gabungan
0,204
KEGIATAN JUMLAH WAKTU O-58
I-13
0%
58 17,752 Meja Perakitan
13 1,043
1 0,204
Total 72 18,999
3. OPC Pesawat
Berikut ini merupakan OPC dari perakitan pesawat:
OPERATION PROCESS
CHART
Ekor Pesawat Sayap Belakang Sisi Baling (2) Penyangga (4) Sisi Sayap (2) Bodi
0,168 Pengukuran 0,186 Pengukuran 0,929 Pengukuran 0,539 Pengukuran 0,320 Pengukuran 1,677 Pengukuran
0,100 Pengecatan 0,089 Pengecatan 0,097 Pengecatan 0,429 Pemotongan 0,147 Pengecatan 0,153 Pengecatan
O-37 O-34 O-28 O-12 O-6 O-3
0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% 0% Mesin cat 0% Mesin cat
Mesin potong
Cat Pilox
Pemeriksaan Pemeriksaan
0,181 Pengecatan 0,209 0,131
Pemeriksaan 0,104 Pemeriksaan 0,152 Pemeriksaan
0,112 I-2 I-1
O-13 Meja Meja
I-11 Meja I-10 Meja I-8 Meja Mesin cat 0% Pemeriksaan 0% Pemeriksaan
0%
Pemeriksaan Pemeriksaan 0% Pemeriksaan
0% 0%
Pemeriksaan x2
0,294
I-4 Meja
0% Pemeriksaan
x2 x4
Lem
0,723 Perakitan 1
O-38
0% Meja Perakitan
0,254 Perakitan 2
O-42
0% Meja Perakitan
Lem
0,110 Perakitan 3
O-43
0% Meja Perakitan
Lem
0,307 Perakitan 4
O-45
0% Meja Perakitan
RINGKASAN Lem
1 0,134
Total 58 17,585
Alas
SA 1
As Roda (2)
SA 2
Roda (4)
SA 3
Sisi Samping
Supir (2)
SA 4
SA 6
Sisi Samping SA 5
Penumpang (2)
SA 7
Bagian Belakang
SA 8
Atap Bodi
Mobil
Kaca
Atap Kap
Alas
SA 1
As Roda (2)
SA 2
Roda (4)
SA 5
Bagian Bawah
SA 3
Truk
Bagian Atas
SA 4
Bagian Belakang
Bodi
SA 2
Sisi Sayap (2)
SA 1
SA 3
Penyangga (4)
Ekor Pesawat
Level 0
Mobil
Sisi
As Sisi Sisi
Roda Samping Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Depan Samping Lem Cat
(4) Penumpang Belakang (4) Level 2
(2) Kap Supir (2)
(2)
Level 0
Truk
As Sisi
Roda Bagian Bagian Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Lem Cat Samping Cat
(4) Bawah Atas Belakang (2) Level 2
(2) (2)
Gambar 4.9 Bill of Material Product (BOM) Dari Produk Truk
IV-9
Pesawat Level 0
Sisi
Sayap Sayap Ekor Sekrup
Bodi Baling Cat Lem Level 1
Depan Belakang Pesawat (4)
(2)
Sisi Penyangga
Lem Cat
Sayap (2) (4) Level 2
G
Gambar 4.10 Bill of Material Product (BOM) Dari Produk Pesawat
A. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.1 yang berisikan data waktu operasi produk
mobil.
B. Truk
Berikut merupakan tabel 4.2 yang berisikan data waktu operasi produk
truk.
C. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.3 yang berisikan data waktu operasi produk
pesawat.
01 0 4 23 1 36 40
02 0 2 80 0 13 59
Bodi
05 0 1 35 0 7 81
06 0 2 26 0 5 62
01 0 5 6 0 14 12
04 0 5 38 0 20 26
Sisi Sayap (2)
05 0 1 35 0 7 44
06 0 2 26 0 10 30
01 0 4 3 0 28 32
04 0 19 80 6 15 64
Penyangga (4) 02 0 3 9 0 22 64
05 0 1 35 0 9 48
06 0 3 13 0 14 48
01 0 3 23 0 52 48
02 0 8 59 2 0 76
Sisi Baling (2)
05 0 1 35 0 4 46
06 0 2 22 0 6 90
01 0 3 56 0 7 62
Sayap Belakang
02 0 5 70 0 11 68
05 0 1 35 0 4 0
Sayap Belakang
06 0 1 80 0 4 46
01 0 3 56 0 6 51
02 0 5 70 0 12 59
Ekor Pesawat
05 0 1 35 0 4 66
06 0 2 6 0 4 66
Sub Assembly 1 07 0 2 31 0 41 8
Sub Assembly 2 07 0 3 21 0 12 4
Sub Assembly 3 07 0 2 13 0 4 46
Sub Assembly 4 07 0 3 20 0 15 22
Assembly Pesawat 07 0 2 19 0 5 82
Tabel 4.4 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Mobil (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
01 0,060 0,375 0,435
02 0,121 1,206 1,327
Alas 03 0,064 0,957 1,021
05 0,017 0,116 0,133
06 0,052 0,108 0,160
01 0,068 0,101 0,169
02 0,170 0,398 0,569
As Roda (2) 04 0,330 5,104 5,434
05 0,017 0,497 0,513
06 0,052 0,152 0,204
01 0,035 0,671 0,705
02 0,102 0,569 0,671
03 0,248 0,284 0,532
Roda (4)
04 0,118 1,138 1,256
05 0,017 0,355 0,371
06 0,039 0,223 0,262
01 0,054 0,254 0,308
02 0,104 0,248 0,351
Sisi Depan Kap
05 0,017 0,104 0,120
06 0,054 0,088 0,142
01 0,054 0,238 0,292
Sisi Samping Supir 02 0,104 0,349 0,453
(2) 05 0,017 0,113 0,129
06 0,047 0,147 0,194
01 0,111 0,404 0,515
Sisi Samping 02 0,072 0,390 0,461
Penumpang (2) 05 0,017 0,201 0,218
06 0,039 0,160 0,199
01 0,111 0,140 0,251
02 0,098 0,347 0,445
Bagian Belakang
05 0,017 0,065 0,081
06 0,048 0,075 0,122
01 0,068 0,277 0,345
02 0,098 0,347 0,445
Atap Bodi
05 0,017 0,092 0,109
06 0,047 0,073 0,121
01 0,070 0,182 0,252
02 0,070 0,136 0,205
Kaca
05 0,017 0,045 0,062
06 0,036 0,067 0,103
01 0,072 0,202 0,274
02 0,100 0,142 0,242
Atap Kap
05 0,017 0,064 0,081
06 0,041 0,059 0,100
Sub Assembly 1 07 0,041 0,102 0,143
Sub Assembly 2 07 0,040 0,144 0,184
Sub Assembly 3 07 0,147 0,797 0,944
Sub Assembly 4 07 0,076 0,548 0,624
IV-18
Lanjutan Tabel 4.4 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Mobil (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
Sub Assembly 5 07 0,125 0,236 0,362
Sub Assembly 5 07 0,125 0,236 0,362
Sub Assembly 6 07 0,058 0,398 0,456
Sub Assembly 7 07 0,123 0,528 0,651
Sub Assembly 8 07 0,060 0,138 0,198
Assembly Mobil 07 0,061 0,132 0,193
Total 24,133
2. Truk
Dibawah ini adalah tabel rekapitulasi waktu operasi produk mobil dalam
menit yang diperoleh dari data pengukuran waktu operasi.
Tabel 4.5 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Truk (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
01 0,060 0,042 0,101
02 0,121 1,206 1,327
Alas 03 0,064 0,957 1,021
05 0,025 0,116 0,142
06 0,052 0,108 0,160
01 0,068 0,101 0,169
02 0,170 0,398 0,569
As Roda (2) 04 0,330 5,104 5,434
05 0,025 0,129 0,154
06 0,052 0,152 0,204
01 0,035 0,671 0,705
02 0,102 0,569 0,671
03 0,248 0,284 0,532
Roda (4)
04 0,118 1,138 1,256
05 0,025 0,210 0,235
06 0,039 0,223 0,262
01 0,074 0,148 0,222
02 0,109 0,216 0,325
Bagian Bawah
05 0,025 0,103 0,128
06 0,050 0,082 0,132
01 0,074 0,580 0,654
02 0,109 0,724 0,833
Bagian Atas
05 0,025 0,104 0,129
60 0,038 0,164 0,202
01 0,062 0,254 0,316
02 0,073 0,720 0,793
Sisi Samping (2)
05 0,025 0,148 0,173
06 0,045 0,155 0,200
IV-19
Lanjutan Tabel 4.5 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Truk (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
01 0,062 0,117 0,180
02 0,073 0,335 0,408
Bagian Belakang
05 0,025 0,056 0,082
06 0,034 0,083 0,117
Sub Assembly 1 07 0,041 0,051 0,092
Sub Assembly 2 07 0,040 0,036 0,076
Sub Assembly 3 07 0,033 0,123 0,156
Sub Assembly 4 07 0,084 0,163 0,247
Sub Assembly 5 07 0,065 0,325 0,390
Assembly Truk 07 0,022 0,182 0,204
Total 18,999
3. Pesawat
Dibawah ini adalah tabel rekapitulasi waktu operasi produk mobil dalam
menit yang diperoleh dari data pengukuran waktu operasi.
Tabel 4.6 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Pesawat (menit)
Lanjutan Tabel 4.6 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Pesawat (menit)
4.1.2.3 Konversi
Konversi dilakukan dengan menggunakan waktu baku item C. Berikut ini
adalah Tabel 4.11 yang berisikan unit konversi ketiga produk menjadi waktu baku
item C.
Tabel 4.17 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item A
SK Nama Komponen Waktu TOTAL
Alas 0,435
As Roda (2) 0,169
Roda (4) 0,705
Sisi Depan Kap 0,308
Sisi Samping Supir (2) 0,292
SK 1 (Pengukuran) 3,545
Sisi Samping Penumpang (2) 0,515
Bagian Belakang 0,251
Atap Bodi 0,345
Kaca 0,252
Atap Kap 0,274
Alas 1,327
As Roda (2) 0,569
Roda (4) 0,671
Sisi Depan Kap 0,351
Sisi Samping Supir (2) 0,453
SK 2 (Pemotongan) 5,168
Sisi Samping Penumpang (2) 0,461
Bagian Belakang 0,445
Atap Bodi 0,445
Kaca 0,205
Atap Kap 0,242
Alas 1,021
SK 3 (Pengeboran) 1,554
Roda (4) 0,532
As Roda (2) 5,434
SK 4 (Pembubutan) 6,690
Roda (4) 1,256
Alas 0,133
As Roda (2) 0,513
Roda (4) 0,371
Sisi Depan Kap 0,120
Sisi Samping Supir (2) 0,129
SK 5 (Pengecatan) 1,816
Sisi Samping Penumpang (2) 0,218
Bagian Belakang 0,081
Atap Bodi 0,109
Kaca 0,062
Atap Kap 0,081
Alas 0,160
As Roda (2) 0,204
Roda (4) 0,262
Sisi Depan Kap 0,142
Sisi Samping Supir (2) 0,194
SK 6 (Pemeriksaan) 1,606
Sisi Samping Penumpang (2) 0,199
Bagian Belakang 0,122
Atap Bodi 0,121
Kaca 0,103
Atap Kap 0,100
IV-25
Lanjutan Tabel 4.17 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item A
SK Nama Komponen Waktu TOTAL
Sub Assembly 1 0,143
Sub Assembly 2 0,184
Sub Assembly 3 0,944
Sub Assembly 4 0,624
SK 7 (Perakitan) Sub Assembly 5 0,362 3,755
Sub Assembly 6 0,456
Sub Assembly 7 0,651
Sub Assembly 8 0,198
Assembly Mobil 0,193
Berikut ini adalah tabel 4.18 yang berisikan data rekapitulasi waktu
operasi setiap stasiun kerja untuk item B.
Tabel 4.18 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item B
SK Nama Komponen Waktu Total
Alas 0,101
As Roda (2) 0,169
Roda (4) 0,705
SK 1 (Pengukuran) Bagian Bawah 0,222 2,346
Bagian Atas 0,654
Sisi Samping (2) 0,316
Bagian Belakang 0,180
Alas 1,327
As Roda (2) 0,569
Roda (4) 0,671
SK 2 (Pemotongan) Bagian Bawah 0,325 4,926
Bagian Atas 0,833
Sisi Samping (2) 0,793
Bagian Belakang 0,408
Alas 1,021
SK 3 (Pengeboran) 1,554
Roda (4) 0,532
As Roda (2) 5,434
SK 4 (Pembubutan) 6,690
Roda (4) 1,256
Alas 0,142
As Roda (2) 0,154
Roda (4) 0,235
SK 5 (Pengecatan) Bagian Bawah 0,128 1,043
Bagian Atas 0,129
Sisi Samping (2) 0,173
Bagian Belakang 0,082
Alas 0,160
As Roda (2) 0,204
Roda (4) 0,262
SK 6 (Pemeriksaan) Bagian Bawah 0,132 1,277
Bagian Atas 0,202
Sisi Samping (2) 0,200
Bagian Belakang 0,117
IV-26
Lanjutan Tabel 4.18 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item B
SK Nama Komponen Waktu Total
Sub Assembly 1 0,092
Sub Assembly 2 0,076
Sub Assembly 3 0,156
SK 7 (Perakitan) 1,164
Sub Assembly 4 0,247
Sub Assembly 5 0,390
Assembly Truk 0,204
Berikut ini adalah tabel 4.19 yang berisikan data rekapitulasi waktu
operasi setiap stasiun kerja untuk item C.
Tabel 4.19 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item C
SK Nama Komponen Waktu Total
Bodi 1,677
Sisi Sayap (2) 0,320
Penyangga (4) 0,539
SK 1 (Pengukuran) 3,819
Sisi Baling (2) 0,929
Sayap Belakang 0,186
Ekor Pesawat 0,168
Bodi 0,273
Sisi Sayap (2) 0,427
Penyangga (4) 0,429
SK 2 (Pemotongan) 3,880
Sisi Baling (2) 2,156
Sayap Belakang 0,290
Ekor Pesawat 0,305
SK 4 (Pembubutan) Penyangga (4) 6,591 6,591
Bodi 0,153
Sisi Sayap (2) 0,147
Penyangga (4) 0,181
SK 5 (Pengecatan) 0,766
Sisi Baling (2) 0,097
Sayap Belakang 0,089
Ekor Pesawat 0,100
Bodi 0,131
Sisi Sayap (2) 0,209
Penyangga (4) 0,294
SK 6 (Pemeriksaan) 1,003
Sisi Baling (2) 0,152
Sayap Belakang 0,104
Ekor Pesawat 0,112
Sub Assembly 1 0,723
Sub Assembly 2 0,254
SK 7 (Perakitan) Sub Assembly 3 0,110 1,528
Sub Assembly 4 0,307
Assembly Pesawat 0,134
IV-27
Berikut ini adalah tabel 4.20 yang berisikan rekapitulasi data waktu
operasi setiap stasiun kerja.
Tabel 4.20 Rekapitulasi Data Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja (menit)
Waktu Operasi
Stasiun
A B C
SK 1 3,545 2,346 3,819
SK 2 5,168 4,926 3,880
SK 3 1,554 1,554 0,000
SK 4 6,690 6,690 6,591
SK 5 1,816 1,043 0,766
SK 6 1,606 1,277 1,003
SK 7 3,755 1,164 1,528
Total 24,133 18,999 17,585
Di bawah ini merupakan tabel 4.22 yang berisikan item master truk.
Di bawah ini merupakan tabel 4.23 yang berisikan item master pesawat.
Di bawah ini merupakan tabel 4.27 yang menunjukkan data ongkos truk.
Level 0
Mobil
Sisi
As Sisi Sisi
Roda Samping Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Depan Samping Lem Cat
(4) Penumpang Belakang (4) Level 2
(2) Kap Supir (2)
(2)
Level 0
Truk
As Sisi
Roda Bagian Bagian Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Lem Cat Samping Cat
(4) Bawah Atas Belakang (2) Level 2
(2) (2)
Gambar 4.18 Bill of Material Product Truk
Pesawat Level 0
Sisi
Sayap Sayap Ekor Sekrup
Bodi Baling Cat Lem Level 1
Depan Belakang Pesawat (4)
(2)
Sisi Penyangga
Lem Cat
Sayap (2) (4) Level 2
2. Truk
Berikut ini merupakan tabel 4.32 yang menunjukkan komponen truk.
3. Pesawat
Berikut ini merupakan tabel 4.33 yang menunjukkan komponen pesawat.
Tabel 4.35 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk Produk Mobil
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
1 A 17,100 1
2 B 14,200 2
3 C 11,900 1
4 D 12,700 3
5 E 10,500 4
6 F 10,900 5
7 G 11,600 3
8 H 13,400 2
9 I 10,800 3
10 J 12,500 1
11 K 11,300 2
12 L 12,800 1
13 M 11,400 3
Berikut ini merupakan tabel 4.36 data due date dan waiting time untuk
produk truk.
Tabel 4.36 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk Produk Truk
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
1 A 18,300 2
2 B 15,100 1
3 C 10,700 2
4 D 10,200 3
5 E 11,500 4
6 F 12,400 5
IV-38
Lanjutan Tabel 4.36 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk
Produk Truk
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
7 G 10,900 3
8 H 10,100 2
9 I 11,700 3
10 J 12,900 1
11 K 10,000 2
Berikut ini merupakan tabel 4.37 data due date dan waiting time untuk
produk pesawat.
Tabel 4.37 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk Produk Pesawat
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
1 A 11,100 1
2 B 16,200 2
3 C 11,300 1
4 D 11,500 3
5 E 10,400 4
6 F 14,300 5
7 G 10,100 3
8 H 10,700 2
2. Truk
Di bawah ini merupakan tabel 4.40 routing produk truk dan tabel 4.41
waktu proses produk truk.
3. Pesawat
Di bawah ini merupakan tabel 4.42 routing produk truk dan tabel 4.43
waktu proses produk pesawat.
A. Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu hasil pengamatan langsung yang diperoleh dari
stopwatch. Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada masing-masing
produk.
IV-41
1. Produk Mobil
Perhitungan waktu siklus terhadap produk mobil yaitu,
Ws = X =
= 24,133 menit
2. Produk Truk
Perhitungan waktu siklus terhadap produk truk yaitu,
Ws = X =
= 18,999 menit
3. Produk Pesawat
Perhitungan waktu siklus terhadap produk pesawat yaitu,
Ws = X =
= 17,585 menit
B. Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu kerja ynag telah mempertimbangkan faktor
penyesuaian.
Berikut adalah perhitungan waktu normal pada masing-masing produk.
1. Produk Mobil
Perhitungan waktu normal terhadap produk mobil yaitu,
Wn = Ws x (1 + p)
Wn = 24,133 x (1 + 0.09)
Wn = 26,305 menit
2. Produk Truk
Perhitungan waktu normal terhadap produk truk yaitu,
Wn = Ws x (1 + p)
Wn = 18,999 x (1 + 0.09)
Wn = 20,709 menit
IV-42
3. Produk Pesawat
Perhitungan waktu normal terhadap produk truk yaitu,
Wn = Ws x (1 + p)
Wn = 17,585 x (1 + 0.09)
Wn = 19,168 menit
C. Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu waktu yang sebenarnya digunakan operator
untuk memproduksi satu unit dari data jenis produk.
Berikut adalah perhitungan waktu baku pada masing-masing produk.
1. Produk Mobil
Perhitungan waktu baku terhadap produk mobil yaitu,
Wb = Wn + (Wn x l)
Wb = 26,305 + (26,305x 0.18)
Wb = 31,039 menit
2. Produk Truk
Perhitungan waktu baku terhadap produk truk yaitu,
Wb = Wn + (Wn x l)
Wb = 20,709+ (20,709 x 0.18)
Wb = 24,437 menit
3. Produk Pesawat
Perhitungan waktu baku terhadap produk mobil yaitu,
Wb = Wn + (Wn x l)
Wb = 19,168 + (19,168 x 0.18)
Wb = 22,618 menit
IV-43
D. Unit Konversi
Dibawah ini adalah perhitungan unit konversi dari ketiga produk dengan
waktu baku unit B.
Dari perhitungan pada tabel diatas maka diperoleh demand yang akan
digunakan untuk peramalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Plotting Data
1200
1000
800
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Periode Demand
Gambar 4.20 Grafik Pola Data Hasil Konversi dengan Waktu Baku C
IV-44
Pola data yang terbentuk berdasarkan hasil konversi yaitu pola data trend.
S't+S't-1+S't-2+…+S'tn+1
𝑆"𝑡 =
N
S'2+S'3
S''3=
2
1080,500+1088,500
=
2
=1084,500
IV-45
S'3+S'4
S''4 =
2
1088,500+1097,000
=
2
=1092,750
S'4+S'5
S''5=
2
1097,000+1107,000
=
2
=1102,250
at = (2S't)-S"t
a3 = (2S'3)-S"3 = 2(1088,500) – 1084,500 = 1092,500
a4 = (2S'4)-S"4 = 2(1097,000) – 1092,750 = 1101,250
a5 = (2S'5)-S"5 = 2(1107,500) – 1102,250= 1112,750
2 (S' t-S"t)
bt=
N-1
2 (S' 3-S"3)
b3=
2-1
= 2(1088,500 - 1084,500)
= 8,000
2 (S' 4-S"4)
b4 =
2-1
= 2(1097,000 - 1092,750)
= 8,500
2 (S' 5-S"5)
b5 =
2-1
= 2(1107,500 - 1102,250)
= 10,500
IV-46
Ft+m =at+bt.m
F4 =a3+b3.1 = 1092,500+ (8,000 x 1) = 1100,500
F5 =a4+b4.1 = 1101,250+ (8,500 x 1) = 1109,750
F6 =a5+b5.1 = 1112,750+ (10,500 x 1) = 1123,250
Tabel 4.47 Hasil Perhitungan dengan Metode Single Exponential Smoothing (SES)
Periode Dt Ft+1
1 1075 -
2 1086 1075.000
3 1091 1080,941
4 1103 1086,374
5 1112 1095,354
6 1121 1104,344
7 1125 1113,340
8 1134 1119,638
9 1151 1127,395
10 1152 1140,144
11 1167 1146,547
12 1170 1157,594
∑ni-1 ⃒ei ⃒
MAE =
n
Dimana, ei diperoleh dari selisih antara Dt dengan Ft.
Tabel 4.49 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Peramalan Menggunakan MAE untuk Metode
Double Moving Average
Periode Dt S' S'' At bt Ft ei |ei|
1 1075 - - - - - - -
2 1086 1080,500 - - - - - -
3 1091 1088,500 1084,500 1092,500 8,000 - - -
4 1103 1097,000 1092,750 1101,250 8,500 1100,500 2,500 2,500
5 1112 1107,500 1102,250 1112,750 10,500 1109,750 2,250 2,250
6 1121 1116,500 1112,000 1121,000 9,000 1123,250 -2,250 2,250
7 1125 1123,000 1119,750 1126,250 6,500 1130,000 -5,000 5,000
8 1134 1129,500 1126,250 1132,750 6,500 1132,750 1,250 1,250
9 1151 1142,500 1136,000 1149,000 13,000 1139,250 11,750 11,750
10 1152 1151,500 1147,000 1156,000 9,000 1162,000 -10,000 10,000
11 1167 1159,500 1155,500 1163,500 8,000 1165,000 2,000 2,000
12 1170 1168,500 1164,000 1173,000 9,000 1171,500 -1,500 1,500
JUMLAH 38,500
MAE 4,278
Tabel 4.50 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Peramalan Menggunakan MAE untuk Metode
Single Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 ei |ei|
1 1075 - - -
2 1086 1075,000 11,000 11,000
3 1091 1080,941 10,059 10,059
4 1103 1086,374 16,626 16,626
5 1112 1095,354 16,646 16,646
6 1121 1104,344 16,656 16,656
7 1125 1113,340 11,660 11,660
8 1134 1119,638 14,362 14,362
9 1151 1127,395 23,605 23,605
10 1152 1140,144 11,856 11,856
11 1167 1146,547 20,453 20,453
12 1170 1157,594 12,406 12,406
JUMLAH 165,329
MAE 15,030
IV-50
Tabel 4.51 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Peramalan Menggunakan MAE untuk
Metode Regresi Linier
Periode y(t) X Xy X2 Ft ei |ei|
1 1075 -11 -11825 121 1075,628 -0,628 0,628
2 1086 -9 -9774 81 1084,408 1,592 1,592
3 1091 -7 -7637 49 1093,188 -2,188 2,188
4 1103 -5 -5515 25 1101,967 1,033 1,033
5 1112 -3 -3336 9 1110,747 1,253 1,253
6 1121 -1 -1121 1 1119,527 1,473 1,473
7 1125 1 1125 1 1128,307 -3,307 3,307
8 1134 3 3402 9 1137,086 -3,086 3,086
9 1151 5 5755 25 1145,866 5,134 5,134
10 1152 7 8064 49 1154,646 -2,646 2,646
11 1167 9 10503 81 1163,425 3,575 3,575
12 1170 11 12870 121 1172,205 -2,205 2,205
Total 28,119
MAE 2,343
Tabel 4.52 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MSE untuk Metode Double
Moving Average
Periode Dt S' S'' At bt Ft ei |ei| ei2
1 1075 - - - - - - - -
2 1086 1080,500 - - - - - - -
3 1091 1088,500 1084,500 1092,500 8,000 - - - -
4 1103 1097,000 1092,750 1101,250 8,500 1100,500 2,500 2,500 6,250
5 1112 1107,500 1102,250 1112,750 10,500 1109,750 2,250 2,250 5,063
6 1121 1116,500 1112,000 1121,000 9,000 1123,250 -2,250 2,250 5,063
7 1125 1123,000 1119,750 1126,250 6,500 1130,000 -5,000 5,000 25,000
8 1134 1129,500 1126,250 1132,750 6,500 1132,750 1,250 1,250 1,563
9 1151 1142,500 1136,000 1149,000 13,000 1139,250 11,750 11,750 138,063
10 1152 1151,500 1147,000 1156,000 9,000 1162,000 -10,000 10,000 100,000
11 1167 1159,500 1155,500 1163,500 8,000 1165,000 2,000 2,000 4,000
12 1170 1168,500 1164,000 1173,000 9,000 1171,500 -1,500 1,500 2,250
JUMLAH 287,250
MSE 31,917
Tabel 4.53 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MSE untuk Metode Single
Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 ei |ei| ei2
1 1075 - - - -
2 1086 1075,000 11,000 11,000 121,000
3 1091 1080,941 10,059 10,059 101,181
4 1103 1086,374 16,626 16,626 276,427
5 1112 1095,354 16,646 16,646 277,101
6 1121 1104,344 16,656 16,656 277,411
7 1125 1113,340 11,660 11,660 135,954
IV-52
∑ni-1 ei2
SDE =√
n
Tabel 4.55 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan SDE untuk Metode Double
Moving Average
Periode Dt S' S'' At bt Ft ei |ei| ei2
1 1075 - - - - - - - -
2 1086 1080,500 - - - - - - -
3 1091 1088,500 1084,500 1092,500 8,000 - - - -
4 1103 1097,000 1092,750 1101,250 8,500 1100,500 2,500 2,500 6,250
5 1112 1107,500 1102,250 1112,750 10,500 1109,750 2,250 2,250 5,063
6 1121 1116,500 1112,000 1121,000 6,500 1130,000 -5,000 5,000 25,000
7 1125 1123,000 1119,750 1126,250 6,500 1130,000 -5,000 5,000 25,000
8 1134 1129,500 1126,250 1132,750 6,500 1132,750 1,250 1,250 1,563
9 1151 1142,500 1136,000 1149,000 13,000 1139,250 11,750 11,750 138,063
10 1152 1151,500 1147,000 1156,000 9,000 1162,000 -10,000 10,000 100,000
11 1167 1159,500 1155,500 1163,500 8,000 1165,000 2,000 2,000 4,000
12 1170 1168,500 1164,000 1173,000 9,000 1171,500 -1,500 1,500 2,250
JUMLAH 287,250
SDE 5,992
IV-54
Maka, nilai SDE untuk metode Double Moving Average adalah 5,992.
Tabel 4.56 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan SDE untuk Metode Single
Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 ei |ei| ei2
1 1075 - - - -
2 1086 1075.000 11,000 11,000 121,000
3 1091 1080,941 10,059 10,059 101,181
4 1103 1086,374 16,626 16,626 276,427
5 1112 1095,354 16,646 16,646 277,101
6 1121 1104,344 16,656 16,656 277,411
7 1125 1113,340 11,660 11,660 135,954
8 1134 1119,638 14,362 14,362 206,279
9 1151 1127,395 23,605 23,605 557,209
10 1152 1140,144 11,856 11,856 140,566
11 1167 1146,547 20,453 20,453 418,309
12 1170 1157,594 12,406 12,406 153,913
JUMLAH 2665,349
SDE 16,326
Berikut ini adalah gambar 4.21 yang berisikan grafik moving range test
berdasarkan data dari tabel nilai batas dan nilai region.
MO VING RANGE T E S T
15
P
10
UCL
LCL
5
Region A (-)
0 Region B (-)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 C
-5 Region B (+)
Region A (+)
-10
Ft - Xt
-15
Dari grafik diatas didapatkan bahwa data hasil peramalan sudah berada
didalam batas kendali, sehingga disimpulkan metode Regresi Linier merupakan
metode yang terbaik.
Peramalan :
Ft = α + bX
F13 = 1123,917+ 4,390 (13) = 1180,985
F14 = 1123,917+ 4,390 (15) = 1189,765
F15 = 1123,917+ 4,390 (17) = 1198,544
Di bawah ini adalah tabel 4.64 yang berisikan data peramalan 12 periode
ke depan menggunakan metode Regresi Linier.
B. Regresi Linear
Berikut ini adalah gambar 4.23 yang berisikan hasil perhitungan data
peramalan dengan menggunakan software.
∑ni=1(xi-x̅)2
SDA =√
N
(307-322,916)²+(308-322,916)²+…+(315-322,916)²
=√
12
= 11,814
Diperoleh standar deviasinya sebesar 19,434. Berikut adalah perhitungan
SSi (Safety Stock) untuk produksi mobil.
IV-64
= 1,645 x 11,814 x √1
= 19,434 ≈ 20
∑ni=1(xi-x̅)2
SDB =√
N
= 15,558
= 1,645 x 15,558 x √1
= 25,593 ≈ 26
∑ni=1(xi-x̅)2
SDC =√
N
= 11,055
= 1,645 x 11,055 x √1
= 18,186 ≈ 19
IV-65
Berikut ini adalah tabel 4.65 yang berisikan rekapitulasi hasil perhitungan
safety stock setiap produk.
Berikut ini adalah perhitungan kapasitas regular time (menit) untuk stasiun
kerja 1 pada periode 13.
Kapasitas RT = Kapasitas RT per periode/waktu operasi
IV-67
Tabel 4.67 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 1 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 2725 2606 2488 2488 2725 2606 2725 2725 2606 2488 2606 2488
B 4117 3938 3759 3759 4117 3938 4117 4117 3938 3759 3938 3759
C 2529 2419 2309 2309 2529 2419 2529 2529 2419 2309 2419 2309
Jumlah 9371 8963 8556 8556 9371 8963 9371 9371 8963 8556 8963 8556
Tabel 4.68 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 2 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 1869 1787 1706 1706 1869 1787 1869 1869 1787 1706 1787 1706
B 1961 1875 1790 1790 1961 1875 1961 1961 1875 1790 1875 1790
C 2489 2381 2273 2273 2489 2381 2489 2489 2381 2273 2381 2273
Jumlah 6319 6043 5769 5769 6319 6043 6319 6319 6043 5769 6043 5769
Tabel 4.69 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 3 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 6218 5947 5677 5677 6218 5947 6218 6218 5947 5677 5947 5677
B 6218 5947 5677 5677 6218 5947 6218 6218 5947 5677 5947 5677
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 12436 11894 11354 11354 12436 11894 12436 12436 11894 11354 11894 11354
IV-69
Tabel 4.70 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 4 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 1443 1381 1318 1318 1443 1381 1443 1443 1381 1318 1381 1318
B 1443 1381 1318 1318 1443 1381 1443 1443 1381 1318 1381 1318
C 1465 1401 1338 1338 1465 1401 1465 1465 1401 1338 1401 1338
Jumlah 4351 4163 3974 3974 4351 4163 4351 4351 4163 3974 4163 3974
Tabel 4.71 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 5 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 5320 5089 4857 4857 5320 5089 5320 5320 5089 4857 5089 4857
B 9264 8861 8459 8459 9264 8861 9264 9264 8861 8459 8861 8459
C 12613 12065 11516 11516 12613 12065 12613 12613 12065 11516 12065 11516
Jumlah 27197 26015 24832 24832 27197 26015 27197 27197 26015 24832 26015 24832
Tabel 4.72 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 6 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 6014 5753 5491 5491 6014 5753 6014 6014 5753 5491 5753 5491
B 7566 7237 6908 6908 7566 7237 7566 7566 7237 6908 7237 6908
C 9635 9216 8798 8798 9635 9216 9635 9635 9216 8798 9216 8798
Jumlah 23215 22206 21197 21197 23215 22206 23215 23215 22206 21197 22206 21197
Tabel 4.73 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 7 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 2572 2460 2349 2349 2572 2460 2572 2572 2460 2349 2460 2349
B 8296 7935 7575 7575 8296 7935 8296 8296 7935 7575 7935 7575
C 6323 6048 5773 5773 6323 6048 6323 6323 6048 5773 6048 5773
Jumlah 17191 16443 15697 15697 17191 16443 17191 17191 16443 15697 16443 15697
IV-70
Stasiun Kerja 1
Kapasitas OT = 30% x 9371 = 2811
Stasiun Kerja 2
Kapasitas OT = 30% x 6319 = 1895
Stasiun Kerja 3
Kapasitas OT = 30% x 12436 = 3730
Stasiun Kerja 4
Kapasitas OT = 30% x 4351 = 1305
Stasiun Kerja 5
Kapasitas OT = 30% x 27197 = 8159
Stasiun Kerja 6
Kapasitas OT = 30% x 23215 = 6964
IV-71
Stasiun Kerja 7
Kapasitas OT = 30% x 17191 = 5157
Perhitungan Persediaan
Persediaan = Inventory x konvensi per item
Item A = 130 x 1,372= 178,405
Item B = 100 x 1,080 = 108,041
Item C = 120 x 1,000 = 120,000
Total = 406
Keterangan :
KTTP : Kapasitas tidak terpakai
KT : Kapasitas tersedia
AP : Perencanaan agregat
IV-73
Berikut ini adalah tabel 4.77 yang berisikan data rekapitulasi perhitungan
ongkos Total produksi dengan metode FIFO.
IV-74
Keterangan :
KTTP : Kapasitas tidak terpakai
KT : Kapasitas tersedia
AP : Perencanaan agregat
Berikut ini adalah tabel 4.79 yang berisikan data rekapitulasi perhitungan
ongkos total produksi dengan metode Least Cost.
Tabel 4.79 Rekapitulasi Perhitungan Ongkos Total Produksi Metode Least Cost
Periode RT OT SC KTTP Ongkos Total (Rp)
13 7750000 0 0 447000 8197000
14 11900000 0 0 371625 12271625
15 11990000 0 0 346875 12336875
16 12080000 0 0 345750 12425750
17 12170000 0 0 391750 12561750
18 12250000 0 0 367250 12617250
19 12340000 0 0 389625 12729625
20 12430000 0 0 388500 12818500
21 12520000 0 0 363875 12883875
22 12610000 0 0 339125 12949125
23 12690000 0 0 361750 13051750
24 12780000 0 0 337000 13117000
Ongkos Persediaan (Rp) 0
Ongkos Total Produksi (Rp) 147960125
Berikut ini adalah gambar 4.25 yang berisikan hasil yang diperoleh dengan
menggunakan software Lingo.
5324
= x 100%
5324+4223+3940
= 39,475%
∑ni=1 DB
Item B = x 100%
∑ni=1 DA+ ∑ni=1 DB+ ∑ni=1 DC
4223
= x 100%
5324+4223+3940
= 31,312%
IV-79
∑ni=1 DC
Item C = x 100%
∑ni=1 DA+ ∑ni=1 DB+ ∑ni=1 DC
3940
= x 100%
5324+4223+3940
= 29,213%
Item B
Permintaan konversi item B periode 14 = % item B x demand
= 31,312% x 1190
= 372,608
Item C
Permintaan konversi item C periode 14 = % item C x demand
= 29,213% x 1190
= 347,638
Item B
Permintaan konversi item B periode 15 = % item B x demand
= 31,312% x 1199
= 375,426
Item C
Permintaan konversi item C periode 15 = % item C x demand
= 29,213% x 1199
= 350,368
IV-81
Berikut ini adalah tabel 4.86 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 13.
= [0;1,372(340+340-126+26)]+[0;1,080(343+343-126+26)]
= 1387,909
= [0;1,000(346+346-139+19)]
= 572,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko
backorder dengan rumus:
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
IV-84
* X* LBI 775×550,732
YI = ∑ = = 549,504
LB
∀j∈i i 776,732
* X* LBII 775×226,000
YII = ∑ = = 225,496
LB
∀j∈i i 776,732
Untuk Famili I
Untuk N = 1
549,504 ≤ [0;1,372(340-150+20)]+[0;1,080(343-126+26)]
549,504 ≤ 550,732
EI = 550,732 – 549,504 = 1,228
1,228 × 340
YIA = (340-150+20) - (1,372 × 340)+(1,080 × 343)
1,228 × 343
YIB = (343-126+26) - (1,372 × 340)+(1,080 × 343)
YIB = 242,497 ≈ 243 unit
IV-85
Untuk Famili I
Untuk N = 1
225,496 ≤ [0;1,000(346-139+19)]
225,496 ≤ 226,000
EII = 226,000 – 225,496 = 0,504
0,504 × 346
YIIC = (346-139+19) - (1,000 × 346)
Berikut adalah tabel 4.87 yang berisikan inventory pada periode 13.
Berikut ini adalah tabel 4.88 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 14.
= [0;1,372(343+343-20+20)]+[0;1,080(345+345-20+20)]
= 1686,910
= [0;1,000(348+348-19+19)]
= 696,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-87
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
Untuk Famili I
Untuk N = 1
842,425 ≤ [0;1,372(343-20+20)]+[0;1,080(345-26+26)]
842,425 ≤ 843,455
EI = 843,455– 842,425 = 1,030
1,030 × 343
YIA = (343-20+20) - (1,372 × 343)+(1,080 × 345)
1,030 × 343
YIB = (345-26+26) - (1,372 × 343)+(1,080 × 345)
YIB = 344,579 ≈ 345 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
347,575 ≤ [0;1,000(348-19+19)]
347,575 ≤ 348,000
EII = 348,000– 347,575 = 0,425
0,425 × 348
YIIC = (348-19+19) - (1,000 × 348)
Berikut adalah tabel 4.89 yang berisikan inventory pada periode 14.
Berikut ini adalah tabel 4.90 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 15.
= [0;1,372(345+345-20+20)]+[0;1,080(348+348-26+26)]
= 1698,882
= [0;1,000(351+351-19+19)]
= 702,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-90
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
Untuk Famili I
Untuk N = 1
848,421 ≤ [0;1,372(345-20+20)]+[0;1,080(348-26+26)]
848,421 ≤ 849,441
EI = 849,441– 848,421 = 1,020
1,020 × 345
YIA = (345-20+20) - (1,372 × 345)+(1,080 × 348)
1,020 × 348
YIB = (348-26+26) - (1,372 × 345)+(1,080 × 348)
YIB = 347,582 ≈ 348 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
350,579 ≤ [0;1,000(348-19+19)]
350,579 ≤ 351,000
EII = 351,000 – 350,579 = 0,421
0,421 × 351
YIIC = (351-19+19) - (1,000 × 351)
Berikut adalah tabel 4.91 yang berisikan inventory pada periode 15.
Berikut ini adalah tabel 4.92 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 16.
= [0;1,372(348+348-20+20)]+[0;1,080(351+351-26+26)]
= 1713,599
= [0;1,000(353+353-19+19)]
= 706,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-93
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
Untuk Famili I
Untuk N = 1
855,525 ≤ [0;1,372(348-20+20)]+[0;1,080(351-26+26)]
855,525 ≤ 856,799
EI = 856,799– 855,525 = 1,274
1,274 × 348
YIA = (348-20+20) - (1,372 × 348)+(1,080 × 351)
1,274 × 351
YIB = (351-26+26) - (1,372 × 348)+(1,080 × 351)
YIB = 350,478 ≈ 351 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
352,475 ≤ [0;1,000(348-19+19)]
352,475 ≤ 353,000
EII = 353,000 – 352,475 = 0,525
0,525 × 353
YIIC = (353-19+19) - (1,000 × 353)
Berikut adalah tabel 4.93 yang berisikan inventory pada periode 16.
Berikut ini adalah tabel 4.94 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 17.
= [0;1,372(351+351-20+20)]+[0;1,080(353+353-26+26)]
= 1726,154
= [0;1,000(356+356-19+19)]
= 712,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-96
Untuk Famili I
Untuk N = 1
861,607 ≤ [0;1,372(351-20+20)]+[0;1,080(353-26+26)]
861,607 ≤ 863,077
EI = 863,077– 861,607= 1,471
1,471 × 351
YIA = (351-20+20) - (1,372 × 351)+(1,080 × 353)
1,471 × 353
YIB = (353-26+26) - (1,372 × 348)+(1,080 × 353)
YIB = 352,399 ≈ 353 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
355,393 ≤ [0;1,000(356-19+19)]
355,393 ≤ 356,000
EII = 356,000 – 355,393 = 0,607
0,607 × 356
YIIC = (356-19+19) - (1,000 × 356)
Berikut adalah tabel 4.95 yang berisikan inventory pada periode 17.
Berikut ini adalah tabel 4.96 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 18.
= [0;1,372(353+353-20+20)]+[0;1,080(356+356-26+26)]
= 1738,126
= [0;1,000(356+356-19+19)]
= 716,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-99
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
Untuk Famili I
Untuk N = 1
867,602 ≤ [0;1,372(351-20+20)]+[0;1,080(353-26+26)]
867,602 ≤ 869,063
EI = 869,063 – 867,602 = 1,461
1,461 × 351
YIA = (353-20+20) - (1,372 × 353)+(1,080 × 356)
1,461 × 353
YIB = (356-26+26) - (1,372 × 353)+(1,080 × 356)
YIB = 355,401 ≈ 356 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
357,398 ≤ [0;1,000(358-19+19)]
357,398 ≤ 358,000
EII = 358,000 –357,398 = 0,602
0,602 × 358
YIIC = (358-19+19) - (1,000 × 358)
Berikut ini adalah tabel 4.98 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 19.
= [0;1,372(355+355-20+20)]+[0;1,080(358+358-26+26)]
= 1747,937
= [0;1,000(361+361-19+19)]
= 722,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-102
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
* X* LBII 1234×361,000
YII = ∑ = = 360,717
LB
∀j∈i i 1234,969
Untuk Famili I
Untuk N = 1
873,283≤ [0;1,372(355-20+20)]+[0;1,080(358-26+26)]
873,283≤ 873,969
EI = 873,969 – 873,283= 0,685
0,685×355
YIA = [(355-20+20)] - (1,372×355)+(1,080×358)
0,685×358
YIB = (358-26+26) - (1,372×355)+(1,080×358)
YIB = 357,554 ≈ 358 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
360,717≤ [0;1,000(361-19+19)]
360,717≤ 361,000
EII = 361,000– 360,717= 0,283
0,283×361
YIIC =(361-19+19) - 1,000x361
Berikut adalah tabel 4.99 yang berisikan inventory pada periode 19.
Berikut ini adalah tabel 4.100 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 20.
= [0;1,372(358+358-20+20)]+[0;1,080(361+361-26+26)]
= 1763,222
= [0;1,000(364+364-19+19)]
= 728,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-105
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
Untuk Famili I
Untuk N = 1
879,846 ≤ [0;1,372(358-20+20)]+[0;1,080(361-26+26)]
879,846 ≤ 881,895
EI = 881,895 – 879,846 = 2,049
2,276×358
YIA = [(358-20+20)] - (1,372×358)+(1,080×361)
2,276×361
YIB = (361-26+26) - (1,372×358)+(1,080×361)
YIB = 360,161 ≈ 361 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
363,266 ≤ [0;1,000(364-19+19)]
363,266 ≤ 364,000
EII = 364,000– 363,154 = 0,846
0,940×364
YIIC =(364-19+19) - 1,000x364
Berikut adalah tabel 4.101 yang berisikan inventory pada periode 20.
Berikut ini adalah tabel 4.102 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 21.
= [0;1,372(361+361-20+20)]+[0;1,080(363+363-26+26)]
= 1775,201
= [0;1,000(366+366-19+19)]
= 732,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-108
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
Untuk Famili I
Untuk N = 1
886,469 ≤ [0;1,372(361-20+20)]+[0;1,080(363-26+26)]
886,469 ≤ 887,605
EI = 887,605– 886,469 = 1,136
3,228×361
YIA = [(361-20+20)] - (1,372×361)+(1,080×363)
3,228×363
YIB = (363-26+26) - (1,372×361)+(1,080×363)
YIB = 362,538 ≈ 363 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
365,531 ≤ [0;1,000(366-19+19)]
365,531 ≤ 366,000
EII = 366,000 – 365,531 = 0,469
1,330×366
YIIC =(366-19+19) - 1,000x366
Berikut adalah tabel 4.103 yang berisikan inventory pada periode 21.
Berikut ini adalah tabel 4.104 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 22.
= [0;1,372(363+363-20+20)]+[0;1,080(366+366-26+26)]
= 1787,181
= [0;1,000(369+369-19+19)]
= 738,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-111
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
Untuk Famili I
Untuk N = 1
892,465 ≤ [0;1,372(363-20+20)]+[0;1,080(366-26+26)]
892,465 ≤ 893,591
EI = 893,591 – 892,465 = 1,126
4,090×363
YIA = [(363-20+20)] - (1,372×363)+(1,080×366)
4,090×366
YIB = (366-26+26) - (1,372×363)+(1,080×366)
YIB = 365,543 ≈ 366 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
358,535 ≤ [0;1,000(366-19+19)]
358,535 ≤ 369,000
EII = 369,000 – 358,535 = 0,465
1,687 × 369
YIIC =(369-19+19) - 1,000 x 366
Berikut adalah tabel 4.105 yang berisikan inventory pada periode 22.
Berikut ini adalah tabel 4.106 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 23.
= [0;1,372(366+366-20+20)]+[0;1,080(368+368-26+26)]
= 1799,737
= [0;1,000(371+371-19+19)]
= 742,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-114
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
* X* LBI 1269×899,869
YI = ∑ = = 898,545
LB
∀j∈i i 1270,869
* X* LBII 1269×371,000
YII = ∑ = = 370,445
LB
∀j∈i i 1270,869
Untuk Famili I
Untuk N = 1
898,545≤[0;1,372(366-20+20)]+[0;1,080(368-26+26)]
898,545≤ 899,869
EI = 899,869– 898,545= 1,323
1,323 × 366
YIA = (366-20+20) - (1,372 × 366)+(1,080 × 368)
1,323 × 368
YIB = (368-26+26) - (1,372 × 366)+(1,080 × 368)
YIB = 367,463 ≈ 368 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
370,455 ≤ [0;1,000(371-19+19)]
370,455 ≤ 371,000
EII = 371,000 – 370,455 = 0,545
0,545 × 371
YIIC = (371-19+19) - (1,000 × 371)
Berikut adalah tabel 4.107 yang berisikan inventory pada periode 23.
Berikut ini adalah tabel 4.108 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 24.
=[0;1,372(368+368-20+20)]+[0;1,080(371+371-26+26)]
= 1811,709
= [0;1,000(374+374-19+19)]
= 748,000
Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-117
* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
* X* LBII 1278×374,000
YII = ∑ = = 373,458
LB
∀j∈i i 1279,854
Untuk Famili I
Untuk N = 1
904,542 ≤ [0;1,372(368-20+20)]+[0;1,080(371-26+26)]
904,542 ≤ 905,854
EI = 905,854 – 904,542 = 1,313
2,528 × 368
YIA = (368-20+20) - (1,372 × 368)+(1,080 × 371)
2,528 × 343
YIB = (371-26+26) - (1,372 × 368)+(1,080 × 371)
YIB = 370,467 ≈ 371 unit
Untuk Famili I
Untuk N = 1
373,458 ≤ [0;1,000(374-19+19)]
373,458 ≤ 374,000
EII = 374,000 – 373,354 = 0,542
1,043 × 374
YIIC = (374-19+19) - (1,000 × 374)
Berikut adalah tabel 4.109 yang berisikan inventory pada periode 24.
Grafik RCCP
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Stasiun SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 SK 5
SK 6 SK 7 RT OT RT+OT
Berdasarkan gambar 4.26 tidak ada nilai yang melewati batas RT dan
RT+OT sehingga dapat disimpulkan bahwa kapasitas yang dibutuhkan sudah
sebanding dengan kapasitas yang tersedia.
4.2.3.3.1 Level 0
A. Mobil
Pada level 0 proses lotting yang digunakan adalah metode LFL (Lot For
Lot). LFL adalah jumlah pesanan untuk setiap periode sama dengan jumlah
kebutuhan pada periode tersebut akibatnya jumlah persediaan adalah nol.
Berikut ini adalah tabel 4.117 yang menunjukkan perhitungan final MRP
untuk produk mobil.
B. Truk
Berikut ini adalah tabel 4.118 yang menunjukkan perhitungan final MRP
untuk produk truk.
Tabel 4.118 Perhitungan Final MRP Truk
Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
LFL 1 0 0 0 0 Tr GR 243 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 243
POH
NR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
PORc 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
POR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
IV-126
C. Pesawat
Berikut ini adalah tabel 4.119 yang menunjukkan perhitungan final MRP
untuk produk pesawat.
4.2.3.3.2 Level 1
1. Landasan
Berikut merupakan perhitungan perencanaan kebutuhan material untuk
komponen landasan.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 1 periode ke depan. Pada landasan nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil sehingga diperoleh seperti tabel dibawah ini.
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan Lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut.
IV-127
Berikut ini merupakan tabel 4.122 yang menunjukkan hasil MRP dari
lotting dengan menggunakan metode EOQ.
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
rencana pesan dilakukan untuk menentukan saat yang tepat untuk
melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang
diinginkan Leadtime. Berikut ini merupakan tabel 4.123 final MRP landasan
(POQ).
IV-129
2. Bodi Mobil
Berikut merupakan perhitungan perencanaan kebutuhan material untuk
komponen Bodi Mobil.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 1 periode ke depan. Pada Bodi mobil nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR Mobil sehingga diperoleh seperti tabel dibawah ini.
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan Lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut.
Berikut adalah tabel 4.215 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting Bodi
mobil dengan menggunakan metode EOQ.
Dari hasil perhitungan Total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki Total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Rencana pesan dilakukan untuk menentukan saat yang tepat untuk
melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang
diinginkan leadtime. Berikut ini merupakan Tabel 4.127 final MRP bodi mobil
(POQ).
3. Atap Bodi
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
IV-132
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada atap bodi nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 3258
S=
n
= 10
= 325,800 unit/bulan
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
IV-133
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.131 final MRP atap bodi (EOQ).
4. Kaca
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada kaca nilai GR diperoleh dari hasil penjumlahan
POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
IV-135
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 3568
S= = = 356,800 unit/bulan
n 10
2CS 2× 200 x 356,8
EOQ=√ =√ = 154,229 ≈ 155 unit/pesan
H 6
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3568
155
= 23,019 ≈ 24 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 24 = 0,416 ≈ 1 periode
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan Leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.135 Final MRP Kaca (POQ).
5. Atap Kap
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada atap kap nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 3548
S= = = 354,800 unit/bulan
n 10
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3548
154
= 23,038 ≈ 24 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 24 = 0,416 ≈ 1 periode
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
IV-140
6. Sekrup
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Nettting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
IV-141
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 28711
379
= 75,754 ≈ 76 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 76 = 0,131 ≈ 1 periode
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.143 final MRP sekrup (POQ).
IV-143
7. Bagian Supir
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
IV-144
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3555
85
= 41,823 ≈ 42 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 42 = 0,23 ≈ 1 periode
IV-145
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.148 final MRP bagian supir (POQ).
8. Bak Truk
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3555 =355,500 unit/bulan
n 10
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3555
40
= 88,875 ≈ 89 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 89 = 0,112 ≈ 1 periode
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan Leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.151 final MRP bak truk (POQ).
9. Bodi Pesawat
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
IV-149
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3568 =356,800 unit/bulan
n 10
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3568
53
= 67,320 ≈ 68 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 68 = 0,147 ≈ 1 periode
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.155 final MRP bodi pesawat (POQ).
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3588 =358,800 unit/bulan
n 10
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3588
49
= 73,224 ≈ 74 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 74 = 0,135 ≈ 1 periode
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
IV-154
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.159 final MRP sayap depan (POQ).
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
IV-155
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 7201 = 720,100 unit/bulan
n 10
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 7201
121
= 59,512 ≈ 60 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 60 = 0,166 ≈ 1 periode
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.163 final MRP sisi baling (POQ).
IV-157
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
IV-158
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3573
155
= 23,051 ≈ 24 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 24 = 0,416 ≈ 1 periode
IV-159
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.167 final MRP sayap belakang (POQ).
B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3563 =356,300 unit/bulan
n 10
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3563
155
= 22,987 ≈ 23 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 23 = 0,434 ≈ 1 periode
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.171 final MRP ekor pesawat (POQ).
4.2.3.3.3 Level 2
Level 2 terdiri dari alas, as roda, roda sisi depan kap, sisi samping supir,
sisi samping penumpang, bagian belakang, bagian bawah, bagian atas, sisi
samping, sisi sayap dan penyangga dengan penjabaran sebagai berikut.
IV-163
A. Exploding
Proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level yang dibawahnya
bersadarkan rencana pesan. Dan yang termasuk kedalam level dibawahnya (level
2) adalah alas, as roda, roda sisi depan kap, sisi samping supir, sisi samping
penumpang, bagian belakang, bagian bawah, bagian atas, sisi samping, sisi sayap
dan penyangga (untuk exploding digunakan metode Within Wagner (WW) dapat
dilihat pada tabel) MRP berikut ini.
a. Alas
Berikut ini merupakan tabel 4.172 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 250,-
Ongkos Simpan : Rp. 10,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [250]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [250]
= 250 untuk O11 + F0
= 250
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [7240 + 0,250 + 250]
= 500
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [21320 + 0,250 + 500]
= 750
b. As Roda
Berikut ini merupakan tabel 4.176 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 6,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [8588 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [25484 + 0,200 + 400]
= 600
c. Roda
Berikut ini merupakan tabel 4.180 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 17,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-169
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [47732 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [143476 + 0,200 + 400]
= 600
IV-170
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [2536 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [7450 + 0,100 + 100]
= 300
Berikut ini merupakan tabel 4.187 yang menunjukkan final sisi depan kap
menggunakan metode Within Wagner.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-174
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [4972 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [14800+ 0,100 + 200]
= 300
IV-175
Berikut ini merupakan tabel 4.191 yang menunjukkan Final sisi samping
supir menggunakan metode Within Wagner.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [4972 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [14800+ 0,100 + 200]
= 300
Berikut ini merupakan tabel 4.195 yang menunjukkan final sisi samping
penumpang menggunakan metode Within Wagner.
g. Bagian Belakang
Berikut ini merupakan tabel 4.196 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [2536 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [7450 + 0,100 + 200]
= 300
h. Sekrup
Berikut ini merupakan tabel 4.200 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 150,-
Ongkos Simpan : Rp. 6,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-182
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [150]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [150]
= 150 untuk O11 + F0
= 150
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [12714 + 0,150 + 150]
= 300
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [38034+ 0,150+ 150]
= 450
IV-183
i. Bagian Bawah
Berikut ini merupakan tabel 4.204 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [3008 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [8656 + 0,200 + 400]
= 600
Berikut ini merupakan tabel 4.207 yang menunjukkan final bagian bawah
menggunakan metode Within Wagner.
IV-186
j. Bagian Atas
Berikut ini merupakan tabel 4.104 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 10,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [3610 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [10670 + 0,100 + 100]
= 300
IV-188
Berikut ini merupakan tabel 4.211 yang menunjukkan final bagian atas
menggunakan metode Within Wagner.
k. Sisi Samping
Berikut ini merupakan tabel 4.212 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [5816+ 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [17112 + 0,200 + 400]
= 600
Berikut ini merupakan tabel 4.215 yang menunjukkan final sisi samping
menggunakan metode Within Wagner.
l. Bagian Belakang I
Berikut ini merupakan tabel 4.216 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 6,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [2206 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [6442 + 0,100 + 200]
= 300
m. Sisi Sayap
Berikut ini merupakan Tabel 4.220 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menentukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-195
Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [5848 + 0,200 +200]
= 400
IV-196
Berikut ini merupakan tabel 4.223 yang menunjukkan final sisi sayap
menggunakan metode Within Wagner.
n. Penyangga
Berikut ini merupakan tabel 4.224 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.
Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1
Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
Langkah 2
Menghitung nilai fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [11496 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [34280 + 0,200 + 400]
= 600
Berikut ini merupakan tabel 4.230 matriks Set Up Time stasiun kerja 2.
Berikut ini merupakan tabel 4.231 matriks Set Up Time stasiun kerja 3.
Berikut ini merupakan tabel 4.232 matriks Set Up Time stasiun kerja 4.
Berikut ini merupakan tabel 4.233 matriks Set Up Time stasiun kerja 5.
Berikut ini merupakan tabel 4.234 matriks Set Up Time stasiun kerja 6.
Berikut ini merupakan tabel 4.235 matriks Set Up Time stasiun kerja 7.
Berikut ini merupakan tabel 4.237 matriks Run Time stasiun kerja 2.
Berikut ini merupakan tabel 4.238 matriks Run Time stasiun kerja 3.
Berikut ini merupakan tabel 4.239 matriks Run Time stasiun kerja 4.
Berikut ini merupakan tabel 4.240 matriks Run Time stasiun kerja 5.
Berikut ini merupakan tabel 4.241 matriks Run Time stasiun kerja 6.
Berikut ini merupakan tabel 4.242 matriks Run Time stasiun kerja 7.
b. N Job m Mesin
1. Metode Johnson n Job 2 Mesin
2. Metode CDS (Campbell, Dudek & Smith)
4.2.4.1 Pengolahan Data pada n Job Satu Mesin (Mesin Ukur, Mesin Potong
dan Mesin Cat)
Metode n Job satu mesin adalah satu metode yang biasa digunakan dalam
pengurutan dan penjadwalan. Arti dari n job satu mesin adalah n Job akan
dijadwalkan dan diurutkan untuk proses pada sebuah mesin yang sama.
IV-218
A. Mesin Ukur
Mesin ukur pada proses pengerjaan ketiga produk ini terletak pada stasiun
kerja 1, mesin ukur yang digunakan adalah penggaris.
1. Mobil
Berikut adalah tabel 4.247 yang merupakan data awal mesin ukur.
Sequencing: B-G-I-J-E-D-H-A-F-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,559
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
IV-219
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,227
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,001
n
f) Maksimum Lateness = -8,061
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,080
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,170
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,480
n
IV-220
Sequencing: C-F-A-H-D-E-J-I-G-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,340
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,151
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,220
n
f) Maksimum Lateness = -7,675
g) Maksimum Tardiness = 0
Berikut tabel 4.18 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode EDD untuk produk mobil.
Sequencing: E-I-F-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,970
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,180
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10.590
n
f) Maksimum Lateness = -9,842
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: E-G-I-B-D-F-H-J-A-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,657
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,214
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,903
n
f) Maksimum Lateness = -8,355
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-223
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.21 dan 2.22 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk mobil.
Sequencing: E-F-I-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,042
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,174
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-224
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,518
n
f) Maksimum Lateness = -9,585
g) Maksimum Tardiness = 0
Lanjutan Tabel 4.24 Scheduling Mesin Ukur Metode Critical Ratio Mobil
Job Ti Ci Di Li
A 0,435 2,291 17,100 -14,809
I 0,252 2,543 10,800 -8,257
D 0,308 2,851 12,700 -9,849
G 0,251 3,102 11,600 -8,498
J 0,274 3,376 12,500 -9,124
B 0,169 3,545 14,200 -10,655
Sequencing: C-F-E-H-A-I-D-G-J-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,300
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,154
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,260
n
f) Maksimum Lateness = -8,257
g) Maksimum Tardiness = 0
2. Truk
Berikut adalah tabel 4.25 yang merupakan data awal mesin ukur.
Berikut tabel 4.26 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode SPT untuk produk truk.
Sequencing: A-B-G-D-F-E-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,924
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,363
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,805
n
f) Maksimum Lateness = -8,354
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,272
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,263
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 1
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,456
n
f) Maksimum Lateness = -8,554
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: C-E-F-D-G-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
IV-229
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,758
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,191
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,971
n
f) Maksimum Lateness = -8,303
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,526
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,220
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-230
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,202
n
f) Maksimum Lateness = -9,739
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: G-F-D-B-A-E-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,036
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,324
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-231
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,693
n
f) Maksimum Lateness = -8,354
g) Maksimum Tardiness = 0
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.32 dan 2.33 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk truk.
Sequencing: D-C-E-G-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,526
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,220
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-232
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,202
n
f) Maksimum Lateness = -9,739
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: C-E-F-D-G-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,758
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,191
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,971
n
f) Maksimum Lateness = -8,303
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-234
3. Pesawat
Berikut adalah tabel 4.36 yang merupakan data awal mesin ukur.
Sequencing: E-D-A-B-C-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,395
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,456
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,072
n
f) Maksimum Lateness = -9,159
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-235
Sequencing: A-B-C-D-E-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,817
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,350
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,650
n
f) Maksimum Lateness = -8,259
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: F-C-B-A-D-E
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,060
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,208
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,406
n
f) Maksimum Lateness = -6,581
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: E-A-C-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
IV-237
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,795
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,355
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,671
n
f) Maksimum Lateness = -9,884
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: E-D-B-A-F-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
IV-238
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,556
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,409
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,910
n
f) Maksimum Lateness = -7,481
g) Maksimum Tardiness = 0
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.43 dan 2.44 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk pesawat.
Sequencing: E-C-A-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
IV-239
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,897
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,336
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,570
n
f) Maksimum Lateness = -9,684
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: F-C-B-A-E-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,057
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,208
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,409
n
f) Maksimum Lateness = -6,768
g) Maksimum Tardiness = 0
B. Mesin Potong
Mesin potong pada proses pengerjaan ketiga produk ini terletak pada
stasiun kerja 2, mesin pemotongan yang digunakan adalah gergaji listrik.
IV-241
1. Mobil
Berikut adalah tabel 2.47 yang merupakan data awal mesin potong
Sequencing: I-J-G-D-H-E-B-F-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,130
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
IV-242
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,243
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,430
n
f) Maksimum Lateness = -8,058
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,500
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,148
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,060
n
IV-243
Sequencing: A-C-B-F-E-G-H-D-J-I
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,555
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,145
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,005
n
f) Maksimum Lateness = -5,632
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-244
Sequencing: E-I-F-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,362
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,219
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,198
n
f) Maksimum Lateness = -9,665
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: I-F-E-D-G-H-J-B-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,252
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,230
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,128
n
f) Maksimum Lateness = -8,058
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-246
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.54 dan 2.55 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk mobil.
Sequencing: E-F-I-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,387
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,216
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,993
n
IV-247
Lanjutan Tabel 2.57 Scheduling Mesin Potong Metode Critical Ratio Mobil
Job Ti Ci Di Li
H 0,445 4,371 11,600 -7,229
D 0,351 4,722 12,700 -7,978
I 0,205 4,927 10,800 -5,873
J 0,242 5,168 12,500 -7,332
Sequencing: A-C-E-F-G-B-H-D-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,516
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,147
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -8,864
n
f) Maksimum Lateness = -5,873
g) Maksimum Tardiness = 0
2. Truk
Berikut adalah tabel 2.58 yang merupakan data awal mesin potong
Berikut tabel 2.59 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode SPT untuk produk truk.
Sequencing: D-G-B-C-F-E-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,332
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,315
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,496
n
f) Maksimum Lateness = -7,901
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,121
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,225
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = 9,607
n
f) Maksimum Lateness = -5,974
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-E-F-C-B-G-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
IV-252
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,397
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,207
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,331
n
f) Maksimum Lateness = -5,274
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,360
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,298
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-253
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,369
n
f) Maksimum Lateness = -9,262
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: D-G-F-E-B-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,342
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,300
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-254
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,386
n
f) Maksimum Lateness = -7,101
g) Maksimum Tardiness = 0
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.65 dan 2.66 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk truk.
Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,360
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,298
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-255
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,369
n
f) Maksimum Lateness = -9,262
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-E-C-F-G-D-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,322
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,212
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,406
n
f) Maksimum Lateness = -5,843
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-257
3. Pesawat
Berikut adalah tabel 2.69 yang merupakan data awal mesin potong.
Sequencing: F-D-E-A-B-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,434
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,451
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,033
n
f) Maksimum Lateness = -7,420
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-258
Sequencing: A-B-C-D-E-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,514
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,257
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,953
n
f) Maksimum Lateness = -6,794
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: C-B-A-E-D-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,093
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,209
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,374
n
f) Maksimum Lateness = -7,083
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: E-A-C-D-F-B
IV-260
Sequencing: F-E-D-B-A-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
IV-261
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,436
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,450
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,030
n
f) Maksimum Lateness = -7,420
g) Maksimum Tardiness = 0
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.76 dan 2.77 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk pesawat.
Sequencing: C-E-A-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
IV-262
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,002
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,215
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,465
n
f) Maksimum Lateness = -7,939
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: C-A-E-D-B-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,048
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,212
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,418
n
f) Maksimum Lateness = -7,512
g) Maksimum Tardiness = 0
C. Mesin Cat
Mesin pengecatan pada proses pengerjaan ketiga produk ini terletak pada
stasiun kerja 3, mesin pengecatan yang digunakan adalah mesin cat.
IV-264
1. Mobil
Berikut adalah tabel 2.80 yang merupakan data awal mesin cat.
Sequencing: I-J-G-H-D-E-A-F-C-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,655
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
IV-265
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,277
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,905
n
f) Maksimum Lateness = -9,919
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,247
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,146
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,313
n
IV-266
Sequencing: B-C-F-A-E-D-H-G-J-I
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,342
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,135
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,218
n
f) Maksimum Lateness = -8,984
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-267
Sequencing: E-I-F-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,875
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,208
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,685
n
f) Maksimum Lateness = -10,371
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: I-G-E-D-F-H-J-A-B-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,719
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,253
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,841
n
f) Maksimum Lateness = -10,084
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-269
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.87 dan 2.88 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk mobil.
Sequencing: E-F-I-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,890
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,204
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-270
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,670
n
f) Maksimum Lateness = -10,371
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: B-C-F-E-D-H-A-G-J-I
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,338
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,136
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,222
n
f) Maksimum Lateness = -8,984
g) Maksimum Tardiness = 0
2. Truk
Berikut adalah tabel 2.91 yang merupakan data awal mesin cat.
Sequencing: G-D-E-A-B-F-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,514
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,290
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,215
n
f) Maksimum Lateness = -9,657
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,631
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,236
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,097
n
f) Maksimum Lateness = -9,541
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: C-F-B-A-E-D-G
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,678
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,220
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,050
n
f) Maksimum Lateness = -9,239
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,600
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,248
∑ Ci
IV-276
Sequencing: G-E-F-D-B-A-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,529
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,282
∑ Ci
IV-277
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.98 dan 2.99 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk truk.
Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,600
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0.248
∑ Ci
IV-278
Sequencing: C-F-D-E-B-A-G
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,667
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,223
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,062
n
f) Maksimum Lateness = -9,664
g) Maksimum Tardiness = 0
3. Pesawat
Berikut adalah tabel 2.102 yang merupakan data awal mesin cat.
IV-280
Sequencing: D-C-E-A-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,391
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,327
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,076
n
f) Maksimum Lateness = -10,134
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-281
Sequencing: A-B-C-D-E-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,465
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,275
∑ Ci
Sequencing: B-F-A-E-C-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0.503
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,254
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11.964
n
f) Maksimum Lateness = -9,820
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: E-A-C-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
IV-283
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,412
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,310
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,054
n
f) Maksimum Lateness = -10,300
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: E-D-F-B-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
IV-284
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,425
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0.302
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,043
n
f) Maksimum Lateness = -10,300
g) Maksimum Tardiness = 0
f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.109 dan 2.110 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk pesawat.
Sequencing: E-A-C-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
IV-285
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,412
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,310
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,054
n
f) Maksimum Lateness = -10,300
g) Maksimum Tardiness = 0
Sequencing: A-B-F-E-C-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,496
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,257
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,971
n
f) Maksimum Lateness = -9,820
g) Maksimum Tardiness = 0
A. Mesin Ukur
Berikut merupakan tabel data rekapitulasi mesin ukur untuk produk mobil,
truk dan pesawat.
1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.113 data rekapitulasi performasi mesin ukur
untuk produk mobil.
Mean
Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum
Performansi Flow Utilitas
Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness
Time
2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.114 data rekapitulasi performasi mesin ukur
untuk produk truk.
Mean
Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum
Performansi Flow Utilitas
Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness
Time
3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.115 data rekapitulasi performasi mesin ukur
untuk produk pesawat.
IV-288
Mean
Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum
Performansi Flow Utilitas
Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness
Time
B. Mesin Potong
Berikut merupakan tabel data rekapitulasi mesin potong untuk produk
mobil, truk, dan pesawat.
1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.115 data rekapitulasi performasi mesin potong
untuk produk mobil.
2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.116 data rekapitulasi performasi mesin potong
untuk produk truk
3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.117 data rekapitulasi performasi mesin potong
untuk produk pesawat.
C. Mesin Cat
Berikut merupakan tabel data rekapitulasi mesin cat untuk produk mobil,
truk, dan pesawat.
1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.118 data rekapitulasi performasi mesin cat
untuk produk mobil.
IV-290
2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.119 data rekapitulasi performasi mesin cat
untuk produk truk.
3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.120 data rekapitulasi performasi mesin cat
untuk produk pesawat.
Tabel 4.121 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Untuk Produk Mobil
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,435 1,327 1,021 0,133 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,513 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,371 0,262
D 0,308 0,351 0,120 0,142
E 0,292 0,453 0,129 0,194
F 0,515 0,461 0,218 0,199
G 0,251 0,445 0,081 0,122
H 0,345 0,445 0,109 0,121
I 0,252 0,205 0,062 0,103
J 0,274 0,242 0,081 0,100
2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.122 waktu proses tiap hari per item/job (Ti)
(menit) untuk produk truk.
Tabel 4.122 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Untuk Produk Truk
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,101 1,327 1,021 0,142 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,154 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,235 0,262
D 0,222 0,325 0,128 0,132
E 0,654 0,833 0,129 0,202
F 0,316 0,793 0,173 0,200
G 0,180 0,408 0,082 0,117
3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.123 waktu proses tiap hari per item/job (Ti)
(menit) untuk produk pesawat.
IV-292
Tabel 4.123 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Pesawat
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,320 0,427 0,147 0,209
B 0,539 0,429 6,591 0,181 0,294
C 0,929 2,156 0,097 0,152
D 0,186 0,290 0,089 0,104
E 0,168 0,305 0,100 0,112
F 1,677 0,273 0,153 0,131
1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.123 waktu proses mesin pemotongan dan
pengecatan mobil.
Sequencing: B-C-F-A-E-D-H-J-G-I
2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.123 waktu proses mesin pemotongan dan
pengecatan truk.
Sequencing: C-F-B-A-E-D-G
3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.124 waktu proses mesin pemotongan dan
pengecatan pesawat.
Sequencing: B-F-A-E-C-D
dan ti,2 = t*i,2 , seperti pada langkah awal. Catat urutan pekerjaan dan hitung
makespan. Ulangi langkah 1 dan 2 sampai K = m-1 (dimana m = jumlah
mesin).
c) Jika K = (m-1), perhitungan dihentikan, catat makespan yang terkecil sejak
K = 1 sampai K = m-1, makespan terkecil merupakan penjadwalan yang
terpilih. Jika K ≠ (m-1), maka K = K + 1 dan kembali ke langkah 1.
Berikut merupakan pengolahan data sequencing and scheduling dengan
metode CDS untuk produk mobil, truk, dan pesawat.
1. Mobil
Tabel 4.128 merupakan tabel waktu proses mesin per tiap hari item/job
(Ti) dalam satuan menit untuk produk mobil.
Tabel 4.128 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Untuk Produk Pesawat
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,435 1,327 1,021 0,133 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,513 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,371 0,262
D 0,308 0,351 0,120 0,142
E 0,292 0,453 0,129 0,194
F 0,515 0,461 0,218 0,199
G 0,251 0,445 0,081 0,122
H 0,345 0,445 0,109 0,121
I 0,252 0,205 0,062 0,103
J 0,274 0,242 0,081 0,100
a) Untuk K = 1
t*,1 = t,1
t*2 = t,6
IV-295
Sequencing : C-F-E-B-A-D-G-H-I-J
Berikut tabel 4.130 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.
Makespan = 10,063
b) Untuk K = 2
t*, 1 = t,1 + t,2
t*, 2 = t,6 + t,5
Sequencing : B-C-F-E-A-D-H-G-J-I
IV-297
Berikut tabel 4.132 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.
Makespan = 9,200
IV-298
c) Untuk K = 3
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4
Sequencing : B-C-F-E-A-D-H-G-J-I
Berikut tabel 4.134 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.
d) Untuk K = 4
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3
Sequencing : B-C-A-F-E-D-H-G-J-I
Berikut tabel 4.136 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.
Makespan = 9,200
e) Untuk K = 5
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4 + t,5
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3 + t,2
Sequencing : B-C-A-F-E-H-G-D-J-I
Berikut tabel 4.138 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.
Makespan = 9,200
2. Truk
Tabel 4.139 merupakan tabel waktu proses mesin per tiap hari item/job
(Ti) dalam satuan menit untuk produk truk.
Tabel 4.139 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Truk
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,101 1,327 1,021 0,142 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,154 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,235 0,262
D 0,222 0,325 0,128 0,132
E 0,654 0,833 0,129 0,202
F 0,316 0,793 0,173 0,200
G 0,180 0,408 0,082 0,117
a) Untuk K = 1
t*,1 = t,1
t*2 = t,6
Sequencing : C-E-F-B-D-G-A
Berikut tabel 4.141 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.
Makespan = 9,771
b) Untuk K = 2
t*, 1 = t,1 + t,2
t*, 2 = t,6 + t,5
Sequencing : C-F-B-E-A-D-G
Berikut tabel 4.143 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.
Makespan = 9,568
c) Untuk K = 3
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4
Sequencing : B-C-F-E-A-D-G
Berikut tabel 4.145 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.
IV-306
Makespan = 8,735
d) Untuk K = 4
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3
Sequencing : B-C-A-F-E-D-G
Berikut tabel 4.147 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.
Makespan = 8,735
IV-308
e) Untuk K = 5
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4 + t,5
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3 + t,2
Sequencing : A-B-C-F-E-G-D
Berikut tabel 4.149 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.
Makespan = 9,835
3. Pesawat
Tabel 4.150 merupakan tabel waktu proses mesin per tiap hari item/job
(Ti) dalam satuan menit untuk produk pesawat.
Tabel 4.150 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Pesawat
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,320 0,427 0,147 0,209
B 0,539 0,429 6,591 0,181 0,294
C 0,929 2,156 0,097 0,152
D 0,186 0,290 0,089 0,104
E 0,168 0,305 0,100 0,112
F 1,677 0,273 0,153 0,131
a) Untuk K = 1
t*,1 = t,1
t*2 = t,6
Sequencing : B-A-C-F-E-D
Berikut tabel 4.152 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.
Makespan = 8,742
IV-311
b) Untuk K = 2
t*, 1 = t,1 + t,2
t*, 2 = t,6 + t,5
Sequencing : B-A-F-C-E-D
Berikut tabel 4.154 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.
Tabel 4.154 Sequencing (Pesawat)
Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,539 0,000 0,539
2 0,429 0,539 0,968
B 4 6,591 0,968 7,559
5 0,181 7,559 7,739
6 0,294 7,739 8,033
1 0,320 0,539 0,859
2 0,427 0,968 1,395
A
5 0,147 7,739 7,886
6 0,209 8,033 8,242
1 1,677 0,859 2,536
2 0,273 2,536 2,809
F
5 0,153 7,886 8,038
6 0,131 8,242 8,373
1 0,929 2,536 3,465
2 2,156 3,465 5,620
C
5 0,097 8,038 8,135
6 0,152 8,373 8,525
1 0,168 3,465 3,632
2 0,305 5,620 5,925
E
5 0,100 8,135 8,235
6 0,112 8,525 8,637
IV-312
Makespan = 8,742
c) Untuk K = 3
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4
Sequencing : B-A-F-C-E-D
Berikut tabel 4.156 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.
Makespan = 8,742
d) Untuk K = 4
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3
Sequencing : B-A-F-C-E-D
Berikut tabel 4.158 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.
Makespan = 8,742
e) Untuk K = 5
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4 + t,5
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3 + t,2
Sequencing : B-C-A-F-E-D
IV-315
Makespan = 8,742
2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.166 yang menunjukkan waktu rakitan dan
Tabel 4.167 yang menunjukkan scheduling pada stasiun rakit produk truk.
3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.168 yang menunjukkan waktu rakitan dan
Tabel 4.169 yang menunjukkan scheduling pada stasiun rakit produk pesawat.
4.2.4.4 Gantt Chart untuk Metode CDS (Campbell, Dudek, and Smith)
Gantt Chart merupakan sebuah grafik dari pengalokasian sumber daya
kelebihan waktu (Baker, et al., 1974). Berikut merupakan gantt chart untuk
produk mobil, truk dan pesawat.
1. Mobil
Berikut merupakan gambar 4.1 yang menunjukkan gantt chart produk
mobil.
IV-318
2. Truk
Dibawah ini adalah gambar 4.2 yang menunjukkan gantt chart produk
truk.
IV-321
Rakitan ID H I J K
M6 ID B ID C A F E D G ID
M5 ID B ID C A F E D G ID
ID B C ID
M4
M3 ID C ID A ID
M2 B C A F E D G ID
M1 B C A F E D G ID
waktu
Gambar 4.2 Gantt Chart Truk
IV-322
3. Pesawat
Berikut merupakan Gambar 4.3 yang menunjukkan gantt chart produk pesawat.
Rakitan ID G H
M6 ID B A C F E D ID
M5 ID B A C F E D ID
ID B ID
M4
M3 ID
M2 ID B A ID C F E D ID
F
M1 B A C E D ID
waktu
Gambar 4.3 Gantt Chart Pesawat
Waiting Time (W)
a. Mesin 2 = 0,968 – 0,859 = 0,109
3,943 – 3,465 = 0,478
4,216 – 3,632 = 0,584
4,521 – 3,819 = 0,702
Total Waiting Time Mesin 2 = 1,873
Dari hasil perbandingan CRP dan kapasitas yang tersedia maka diperoleh
graf ik seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.
A. Mesin Ukur
Berikut ini merupakan pengolahan data n job satu mesin terhadap mesin
ukur dengan menggunakan software POM-QM.
1. Mobil
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur pada produk mobil
dengan menggunakan software POM-QM.
Gambar 4.4 Mesin Ukur Mobil Metode SPT (Shortest Processing Time)
IV-328
Gambar 4.5 Mesin Ukur Mobil Metode FCFS (First Come First Served).
Gambar 4.6 Mesin Ukur Mobil Metode LPT (Longest Processing Time).
IV-329
Gambar 4.7 Mesin Ukur Mobil Metode EDD (Earlist Due Date)
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk mobil dengan
metode SLACK.
2. Truk
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur pada produk truk
dengan menggunakan software POM-QM.
IV-331
Gambar 4.11 Mesin Ukur Truk Metode SPT (Shortest Processing Time)
Gambar 4.12 Mesin Ukur Truk Metode FCFS (First Come First Served)
IV-332
Gambar 2.13 Mesin Ukur Truk Metode LPT (Longest Processing Time)
Gambar 2.14 Mesin Ukur Truk Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-333
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk truk dengan
metode SLACK.
3. Pesawat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur pada produk pesawat
dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode SPT (Shortest Processing Time).
Gambar 2.18 Mesin Ukur Metode Pesawat SPT (Shortest Processing Time)
Gambar 2.19 Mesin Ukur Pesawat Metode FCFS (First Come First Served)
IV-335
Gambar 2.20 Mesin Ukur Pesawat Metode LPT (Longest Processing Time)
Gambar 2.21 Mesin Ukur Pesawat Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-336
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode SLACK.
B. Mesin Potong
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan dengan
menggunakan software POM-QM.
1. Mobil
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan pada produk
mobil dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode SPT (Shortest Processing Time).
Gambar 2.25 Mesin Potong Mobil Metode SPT (Shortest Processing Time)
IV-338
Gambar 2.26 Mesin Potong Mobil Metode FCFS (First Come First Served)
Gambar 2.27 Mesin Potong Mobil Metode LPT (Longest Processing Time)
IV-339
Gambar 2.28 Mesin Potong Mobil Metode EDD (Earlist Due Date)
d. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode SLACK.
2. Truk
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan pada produk
truk dengan menggunakan software POM-QM.
IV-341
Gambar 2.32 Mesin Potong Truk Metode SPT (Shortest Processing Time)
Gambar 2.33 Mesin Potong Truk Metode FCFS (First Come First Served)
IV-342
Gambar 2.34 Mesin Potong Truk Metode LPT (Longest Processing Time)
Gambar 2.35 Mesin Potong Truk Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-343
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk truk dengan
metode SLACK.
3. Pesawat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan pada produk
pesawat dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode SPT (Shortest Processing Time).
Gambar 2.39 Mesin Potong Pesawat Metode SPT (Shortest Processing Time)
IV-345
Gambar 2.40 Mesin Potong Pesawat Metode FCFS (First Come First Served)
Gambar 2.41 Mesin Potong Pesawat Metode LPT (Longest Processing Time)
IV-346
Gambar 2.42 Mesin Potong Pesawat metode EDD (Earlist Due Date)
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode SLACK.
C. Mesin Cat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat dengan menggunakan
software POM-QM.
1. Mobil
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat pada produk mobil
dengan menggunakan software POM-QM.
IV-348
Gambar 2.46 Mesin Cat Mobil Metode SPT (Shortest Processing Time)
Gambar 2.47 Mesin Cat Mobil Metode FCFS (First Come First Served)
IV-349
Gambar 2.48 Mesin Cat Mobil Metode LPT (Longest Processing Time)
Gambar 2.49 Mesin Cat Mobil Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-350
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk mobil dengan
metode SLACK.
2. Truk
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat pada produk truk dengan
menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).
Gambar 2.53 Mesin Cat Truk Metode SPT (Shortest Processing Time)
Gambar 2.54 Mesin Cat Truk Metode FCFS (First Come First Served)
IV-352
Gambar 2.55 Mesin Cat Truk Metode LPT (Longest Processing Time)
Gambar 2.56 Mesin Cat Truk Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-353
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode SLACK.
3. Pesawat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat pada produk pesawat
dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).
Gambar 2.60 Mesin Cat Pesawat Metode SPT (Shortest Processing Time)
Gambar 2.61 Mesin Cat Pesawat metode FCFS (First Come First Served)
IV-355
Gambar 2.62 Mesin Cat Pesawat Metode LPT (Longest Processing Time)
Gambar 2.63 Mesin Cat Pesawat Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-356
e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode SLACK.
2. Truk
3. Pesawat