Anda di halaman 1dari 358

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Pada praktikum kali ini, pengumpulan data dilakukan untuk perhitungan
waktu baku, waktu normal dan waktu siklus. Data yang dikumpulkan berasal dari
hasil pengamatan pembuatan produk mobil, truk dan pesawat.

4.1.1 Pengumpulan Data Peramalan


Berikut merupakan pengumpulan data peramalan.

4.1.1.1 Data Stasiun Kerja, Operation Process Chart (OPC), Assembly Chart
(AC), Bill of Material Product (BOM), Gambar Dua Dimensi dan
Gambar Tiga Dimensi Produk
Berikut merupakan data-data yang terdapat dalam pembuatan produk
mobil, truk dan pesawat.

A. Data Stasiun Kerja


Di bawah ini merupakan gambar data stasiun kerja untuk perakitan produk
mobil, truk dan pesawat mainan.
Stasiun Pemotongan
Stasiun Pembubutan Stasiun Pengukuran
Stasiun Pengecatan 2

4 5 1

Stasiun
Perakitan
Stasiun Pengeboran

7
Pemeriksaan
Stasiun

Gambar 4.1 Data Stasiun Kerja

II-1
IV-2

Keterangan gambar 4.1 :


1. Stasiun Pengukuran
2. Stasiun Pemotongan
3. Stasiun Pengeboran
4. Stasiun Pembubutan
5. Stasiun Pengecatan
6. Stasiun Pemeriksaan
7. Stasiun Perakitan

B. Operation Process Chart (OPC)


Berikut ini merupakan Operation Process Chart (OPC) yang
menggambarkan proses keseluruhan dari proses pembuatan mobil, truk dan
pesawat.
IV-3

1. OPC Mobil
Berikut ini merupakan OPC dari perakitan mobil:

OPERATION PROCESS CHART

NAMA OBJEK : MOBIL


NOMOR PETA :1

DIPETAKAN OLEH : KELOMPOK 12

TANGGAL DIPETAKAN : 3 APRIL 2018

Atap Kap Kaca Sisi Samping Sisi Samping


Atap Bodi Bagian Belakang Sisi Depan Kap Roda (4) As Roda (2) Alas
Penumpang (2) Supir (2)

0,274 Pengukuran 0,252 Pengukuran 0,345 Pengukuran 0,251 Pengukuran 0,515 Pengukuran 0,292 Pengukuran 0,308 Pengukuran 0,705 Pengukuran 0,169 Pengukuran 0,435 Pengukuran

O-57 O-54 O-51 O-48 O-42 O-36 O-33 0-13 0-5 0-1
0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur 0% Alat ukur

0,242 Pemotongan 0,205 Pemotongan 0,445 Pemotongan 0,445 Pemotongan 0,461 Pemotongan 0,351 Pemotongan 1,256 Pembubutan 5,434 Pembubutan 1,327 Pemotongan
0,453 Pemotongan
O-58 O-55 O-52 O-49 O-43 O-37 O-34 O-14 0-6 0-2
0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin Bubut 0% Mesin Bubut 0% Mesin potong
Mesin potong

0,081 Pengecatan 0,062 Pengecatan 0,109 Pengecatan 0,081 Pengecatan Pengecatan 0,129 Pengecatan 0,120 Pengecatan Pengeboran 1,021
0,218 0,532 0,569 Pemotongan Pengeboran

O-59 O-56 O-53 O-50 O-44 O-38 O-35 O-15 0-7 0-3
0% Mesin cat 0% 0% Mesin cat 0% Mesin potong
0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% Mesin cat Mesin cat 0% Mesin Bor 0% Mesin Bor

0,100 Pemeriksaan 0,103 0,121 Pemeriksaan 0,122 0,199 0,194 Pemeriksaan 0,142 Pemeriksaan 0,671 Pemotongan 0,513 Pengecatan 0,133 Pengecatan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
I-16 Meja I-15 I-14 I-13 I-11 I-9 I-8 O-16 0-8 0-4
Meja Meja Meja Meja Meja Meja
0% Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Mesin potong Mesin cat
0% Pemeriksaan 0% 0% Pemeriksaan 0% 0% 0% 0% 0% 0% Mesin cat

0,371 Pengecatan
x2 0,204 Pemeriksaan 0,160 Pemeriksaan
O-17 I-2 I-1
Meja Meja
Sekrup dan Obeng Mesin cat 0%
0% Pemeriksaan 0 % Pemeriksaan

0,117 Perakitan 3 0,262 Pemeriksaan


O-66 I-4 Meja
x2
0% Meja Perakitan 0% Pemeriksaan

x2 Lem

Perakitan 4 0,143 Perakitan 1


0,448
O-68 O-60
Meja Perakitan 0% Meja Perakitan
0%
x4 Lem
Sekrup dan Obeng
0,184 Perakitan 2
0,396 Perakitan 5
O-62
O-70
0% Meja Perakitan 0% Meja Perakitan

Lem

0,456 Perakitan 6
O-71
0% Meja Perakitan

Sekrup dan Obeng

0,651 Perakitan 7
O-72
0% Meja Perakitan

Lem

0,198 Perakitan 8
O-73
0% Meja Perakitan
Lem
Operasi
0,193
Gabungan
O-74
I-17
0% Meja Perakitan
RINGKASAN

WAKTU
KEGIATAN JUMLAH

73 22,124

16 1,816

1 0,193

Total 90 24,133

Gambar 4.2 Operation Process Chart dari Mobil


IV-4

2. OPC Truk
Berikut ini merupakan OPC dari perakitan truk:

OPERATION PROCESS
CHART

NAMA OBJEK : TRUK


NOMOR PETA :2
DIPETAKAN OLEH : KELOMPOK 12
TANGGAL DIPETAKAN : 3 APRIL 2018

Bagian Belakang Sisi Samping (2) Bagian Atas Bagian Bawah Roda (4) As Roda (2) Alas

0,180 Pengukuran 0,316 Pengukuran 0,654 Pengukuran 0,222 Pengukuran 0,705 Pengukuran 0,169 Pengukuran 0,101 Pengukuran

O-45 O-39 O-36 O-33 O-13 O-5 O-1


Alat ukur Alat ukur Alat ukur 0% Alat ukur Alat ukur Alat ukur
0% 0% 0% 0% 0% 0% Alat ukur

0,408 Pemotongan 0,793 Pemotongan 0,833 Pemotongan 0,325 Pemotongan 1,256 Pembubutan 5,434 Pembubutan 1,327 Pemotongan
O-46 O-40 O-37 O-34 O-14 O-6 O-2
0% 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin potong Mesin Bubut Mesin potong
Mesin potong 0% Mesin Bubut 0% 0%
Cat Pilox Cat Pilox Cat Pilox Cat Pilox

0,082 Pengecatan 0,173 Pengecatan 0,129 Pengecatan 0,128 Pengecatan 0,532 Pengeboran 0,569 Pemotongan 1,021 Pengeboran
O-47 O-41 O-38 O-35 O-15 O-7 O-3
Mesin cat Mesin cat
0% Mesin cat 0% 0% 0% Mesin cat 0% Mesin Bor 0% 0% Mesin Bor
Mesin potong
Cat Pilox Cat Pilox

0,671 Pemotongan 0,154 Pengecatan 0,142 Pengecatan


0,177 Pemeriksaan 0,200 Pemeriksaan 0,202 Pemeriksaan 0,132 Pemeriksaan
I-12 I-10 I-9 I-8 O-16 O-8 O-4
Meja Meja Meja Meja Mesin cat
0% Pemeriksaan 0% Mesin potong 0% Mesin cat 0%
0% Pemeriksaan 0% Pemeriksaan 0% Pemeriksaan
Cat Pilox

235 Pengecatan 0,204 Pemeriksaan 0,160 Pemeriksaan


I-1
O-17 I-2 Meja Meja
Mesin cat 0% Pemeriksaan 0% Pemeriksaan
0%

x2
0,262 Pemeriksaan
I-4 Meja
0% Pemeriksaan

0,092 Perakitan 1

x4 O-48
x2
Lem 0% Meja Perakitan

Lem
x2 0,240 Perakitan 3 0,076 Perakitan 2
Sekrup dan Obeng O-54
O-50
0% Meja Perakitan 0%
Meja Perakitan

Sekrup dan Obeng


0,371 Perakitan 4
O-55
0% Meja Perakitan 0,390 Perakitan 5
O-57
0% Meja Perakitan

Lem
RINGKASAN Operasi
Gabungan
0,204
KEGIATAN JUMLAH WAKTU O-58
I-13
0%
58 17,752 Meja Perakitan

13 1,043

1 0,204

Total 72 18,999

Gambar 4.3 Operation Process Chart Dari Truk


IV-5

3. OPC Pesawat
Berikut ini merupakan OPC dari perakitan pesawat:

OPERATION PROCESS
CHART

NAMA OBJEK : PESAWAT


NOMOR PETA :3
DIPETAKAN OLEH : KELOMPOK 12
TANGGAL DIPETAKAN : 3 APRIL 2018

Ekor Pesawat Sayap Belakang Sisi Baling (2) Penyangga (4) Sisi Sayap (2) Bodi

0,168 Pengukuran 0,186 Pengukuran 0,929 Pengukuran 0,539 Pengukuran 0,320 Pengukuran 1,677 Pengukuran

O-35 O-32 O-26 O-10 O-4 O-1


Alat ukur 0% Alat ukur Alat ukur Alat ukur Alat ukur
0% 0% Alat ukur 0% 0% 0%
0,305 Pemotongan 0,290 Pemotongan 2,156 Pemotongan 6,591 Pembubutan 0,427 Pemotongan 0,273 Pemotongan
O-36 O-33 O-27 O-11 O-5 O-2
0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin potong 0% Mesin Bubut 0% Mesin potong 0% Mesin potong
Cat Pilox Cat Pilox Cat Pilox Cat Pilox Cat Pilox

0,100 Pengecatan 0,089 Pengecatan 0,097 Pengecatan 0,429 Pemotongan 0,147 Pengecatan 0,153 Pengecatan
O-37 O-34 O-28 O-12 O-6 O-3
0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% Mesin cat 0% 0% Mesin cat 0% Mesin cat
Mesin potong
Cat Pilox
Pemeriksaan Pemeriksaan
0,181 Pengecatan 0,209 0,131
Pemeriksaan 0,104 Pemeriksaan 0,152 Pemeriksaan
0,112 I-2 I-1
O-13 Meja Meja
I-11 Meja I-10 Meja I-8 Meja Mesin cat 0% Pemeriksaan 0% Pemeriksaan
0%
Pemeriksaan Pemeriksaan 0% Pemeriksaan
0% 0%
Pemeriksaan x2
0,294

I-4 Meja
0% Pemeriksaan

x2 x4
Lem

0,723 Perakitan 1
O-38
0% Meja Perakitan

Sekrup dan Obeng

0,254 Perakitan 2

O-42
0% Meja Perakitan

Lem

0,110 Perakitan 3
O-43
0% Meja Perakitan

Lem
0,307 Perakitan 4

O-45
0% Meja Perakitan

RINGKASAN Lem

KEGIATAN JUMLAH WAKTU 0,134 Operasi


O-46 Gabungan
45 16,685
I-12
0% Meja Perakitan
12 0,766

1 0,134

Total 58 17,585

Gambar 4.4 Operation Process Chart Pesawat


IV-6

C. Assembly Chart (AC)


Berikut merupakan Assembly Chart yang mengambarkan bagian dan sub
bagian komponen dirakit pada produk mobil, truk dan pesawat:
1. Assembly Chart Mobil
Berikut ini merupakan assembly chart dari mobil:

Alas

SA 1

As Roda (2)
SA 2

Roda (4)

Sisi Depan Kap

SA 3
Sisi Samping
Supir (2)
SA 4
SA 6

Sisi Samping SA 5
Penumpang (2)

SA 7

Bagian Belakang

SA 8

Atap Bodi

Mobil

Kaca

Atap Kap

Gambar 4.5 Assembly Chart dari Produk Mobil


IV-7

2. Assembly Chart Truk


Berikut ini merupakan assembly chart dari produk truk:

Alas

SA 1

As Roda (2)
SA 2

Roda (4)
SA 5

Bagian Bawah

SA 3
Truk
Bagian Atas

Sisi Samping (2)

SA 4

Bagian Belakang

Gambar 4.6 Assembly Chart Dari Produk Truk

3. Assembly Chart Pesawat


Berikut ini merupakan Assembly Chart dari produk pesawat:

Bodi

SA 2
Sisi Sayap (2)

SA 1
SA 3
Penyangga (4)

Sisi Baling (2) SA 4

Sayap Belakang Pesawat

Ekor Pesawat

Gambar 4.7 Assembly Chart Dari Produk Pesawat


IV-8

D. Bill of Material Produk (BOM)


Berikut merupakan struktur Bill of Material yang menggambarkan produk
per item dalam pembuatan produk mobil, truk, dan pesawat:
1. Bill of Material Mobil
Berikut ini merupakan gambar dari Bill of Material produk mobil:

Level 0
Mobil

Landasan Atap Atap Sekrup


Bodi Kaca Lem Cat Level 1
Bodi Kaca (3)

Sisi
As Sisi Sisi
Roda Samping Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Depan Samping Lem Cat
(4) Penumpang Belakang (4) Level 2
(2) Kap Supir (2)
(2)

Gambar 4.8 Bill of Material Product (BOM) Produk Mobil

2. Bill of Material Truk


Berikut ini merupakan gambar dari Bill of Material produk truk:

Level 0
Truk

Bagian Bak Sekrup


Landasan Lem Level 1
Supir Truk (1)

As Sisi
Roda Bagian Bagian Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Lem Cat Samping Cat
(4) Bawah Atas Belakang (2) Level 2
(2) (2)
Gambar 4.9 Bill of Material Product (BOM) Dari Produk Truk
IV-9

3. Bill of Material Pesawat


Berikut ini merupakan gambar dari Bill of Material produk pesawat:

Pesawat Level 0

Sisi
Sayap Sayap Ekor Sekrup
Bodi Baling Cat Lem Level 1
Depan Belakang Pesawat (4)
(2)

Sisi Penyangga
Lem Cat
Sayap (2) (4) Level 2

G
Gambar 4.10 Bill of Material Product (BOM) Dari Produk Pesawat

E. Gambar Dua Dimensi Produk


Berikut ini adalah gambar dua dimensi dari produk mobil, truk dan
pesawat.
1. Gambar Dua Dimensi Produk Mobil
Berikut ini merupakan gambar dua dimensi produk mobil:

Gambar 4.11 Gambar 2 Dimensi Mobil


IV-10

2. Gambar Dua Dimensi Produk Truk


Berikut ini merupakan gambar dua dimensi produk truk:

Gambar 4.12 Gambar 2 Dimensi Truk


IV-11

3. Gambar Dua Dimensi Produk Pesawat


Berikut ini merupakan gambar dua dimensi produk pesawat:

Gambar 4.13 Gambar 2 Dimensi Pesawat


IV-12

F. Gambar Tiga Dimensi Produk


Berikut ini merupakan gambar 3 dimensi dari mobil, truk, dan pesawat.
1. Gambar Tiga Dimensi Mobil
Berikut ini merupakan gambar tiga dimensi produk mobil:

Gambar 4.14 Gambar 3 Dimensi Produk Mobil

2. Gambar Tiga Dimensi Produk Truk


Berikut ini merupakan gambar tiga dimensi produk truk:

Gambar 4.15 Gambar 3 Dimensi Produk Truk


IV-13

3. Gambar Tiga Dimensi Produk Pesawat


Berikut ini merupakan gambar tiga dimensi produk pesawat:

Gambar 4.16 Gambar 3 Dimensi Produk Pesawat

4.1.1.2 Data Pengukuran Waktu Operasi Produk


Dibawah ini merupakan data pengukuran operasi produk awal pada
produk mobil, truk dan pesawat.

A. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.1 yang berisikan data waktu operasi produk
mobil.

Tabel 4.1 Data Waktu Pengamatan Produk Mobil


Nama Komponen SK Set Up Time Run Time
01 0 3 58 0 22 49
02 0 7 27 1 12 33
Alas 05 0 0 99 0 6 97
06 0 3 13 0 6 45
03 0 3 83 0 57 44
01 0 4 6 0 6 6
04 0 19 80 5 6 24
As Roda (2) 02 0 10 21 0 23 90
05 0 0 99 0 29 80
06 0 3 12 0 9 12
IV-14

Lanjutan Tabel 4.1 Data Waktu Pengamatan Produk Mobil


Nama Komponen SK Set Up Time Run Time
01 0 2 7 0 5 3
04 0 7 10 1 8 25
03 0 14 90 0 17 4
Roda (4)
02 0 6 12 0 4 27
05 0 0 99 0 10 64
06 0 2 32 0 6 70
01 0 3 22 0 15 25
02 0 6 22 0 14 85
Sisi Depan Kap
05 0 0 99 0 6 22
06 0 3 25 0 5 25
01 0 3 22 0 14 28
Sisi Samping Supir 02 0 6 22 0 20 96
(2) 05 0 0 99 0 6 76
06 0 2 84 0 8 80
01 0 6 68 0 24 22
Sisi Samping 02 0 4 29 0 23 38
Penumpang (2) 05 0 0 99 0 12 6
06 0 2 33 0 9 58
01 0 6 68 0 8 40
02 0 5 87 0 20 83
Bagian Belakang
05 0 0 99 0 3 87
06 0 2 85 0 4 49
01 0 4 8 0 16 60
02 0 5 87 0 20 83
Atap Bodi
05 0 0 99 0 5 54
06 0 2 83 0 4 40
01 0 4 21 0 10 90
02 0 4 17 0 8 13
Kaca
05 0 0 99 0 2 70
06 0 2 16 0 4 3
01 0 4 30 0 12 14
02 0 5 99 0 8 50
Atap Kap
05 0 0 99 0 3 84
06 0 2 45 0 3 56
Sub Assembly 1 07 0 2 48 0 6 10
Sub Assembly 2 07 0 2 41 0 8 64
Sub Assembly 3 07 0 8 81 0 47 84
Sub Assembly 4 07 0 4 58 0 32 86
Sub Assembly 5 07 0 7 51 0 14 18
Sub Assembly 6 07 0 3 50 0 23 86
Sub Assembly 7 07 0 7 37 0 31 68
Sub Assembly 8 07 0 3 62 0 8 25
Assembly Mobil 07 0 3 65 0 7 94
IV-15

B. Truk
Berikut merupakan tabel 4.2 yang berisikan data waktu operasi produk
truk.

Tabel 4.2 Data Waktu Pengamatan Produk Truk


Nama Komponen SK Set Up Time Run Time
01 0 3 58 0 2 49
02 0 7 27 1 12 33
Alas 05 0 1 52 0 6 97
06 0 3 13 0 6 45
03 0 3 83 0 57 44
01 0 4 6 0 6 6
04 0 19 80 5 6 24
As Roda (2) 02 0 10 21 0 23 90
05 0 1 52 0 7 72
06 0 3 12 0 9 12
01 0 2 7 0 40 24
04 0 7 10 1 8 25
03 0 14 90 0 17 4
Roda (4)
02 0 6 12 0 34 16
05 0 1 52 0 12 60
06 0 2 32 0 13 40
01 0 4 45 0 8 86
02 0 6 56 0 12 96
Bagian Bawah
05 0 1 52 0 6 17
06 0 2 99 0 4 90
01 0 4 45 0 34 80
02 0 6 56 0 43 42
Bagian Atas
05 0 1 52 0 6 23
06 0 2 29 0 9 85
01 0 3 73 0 15 22
02 0 4 38 0 43 18
Sisi Samping (2)
05 0 1 52 0 8 86
06 0 2 69 0 9 30
01 0 3 73 0 7 4
02 0 4 38 0 20 11
Bagian Belakang
05 0 1 52 0 3 37
06 0 2 4 0 5 0
Sub Assembly 1 07 0 2 48 0 3 5
Sub Assembly 2 07 0 2 41 0 2 16
Sub Assembly 3 07 0 1 99 0 7 36
Sub Assembly 4 07 0 5 6 0 9 76
Sub Assembly 5 07 0 3 91 0 19 47
Assembly Truk 07 00 01 29 00 10 92
IV-16

C. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.3 yang berisikan data waktu operasi produk
pesawat.

Tabel 4.3 Data Waktu Pengamatan Produk Pesawat

Nama Komponen SK Set Up Time Run Time

01 0 4 23 1 36 40
02 0 2 80 0 13 59
Bodi
05 0 1 35 0 7 81
06 0 2 26 0 5 62
01 0 5 6 0 14 12
04 0 5 38 0 20 26
Sisi Sayap (2)
05 0 1 35 0 7 44
06 0 2 26 0 10 30
01 0 4 3 0 28 32
04 0 19 80 6 15 64
Penyangga (4) 02 0 3 9 0 22 64
05 0 1 35 0 9 48
06 0 3 13 0 14 48
01 0 3 23 0 52 48
02 0 8 59 2 0 76
Sisi Baling (2)
05 0 1 35 0 4 46
06 0 2 22 0 6 90
01 0 3 56 0 7 62
Sayap Belakang
02 0 5 70 0 11 68
05 0 1 35 0 4 0
Sayap Belakang
06 0 1 80 0 4 46
01 0 3 56 0 6 51
02 0 5 70 0 12 59
Ekor Pesawat
05 0 1 35 0 4 66
06 0 2 6 0 4 66
Sub Assembly 1 07 0 2 31 0 41 8
Sub Assembly 2 07 0 3 21 0 12 4
Sub Assembly 3 07 0 2 13 0 4 46
Sub Assembly 4 07 0 3 20 0 15 22
Assembly Pesawat 07 0 2 19 0 5 82

4.1.1.3 Data Waktu Operasi Produk


Dari data pengukuran waktu operasi produk diperoleh rekapitulasi waktu
operasi dalam menit yaitu:
1. Produk Mobil
Dibawah ini adalah tabel rekapitulasi waktu operasi produk mobil dalam
menit yang diperoleh dari data pengukuran waktu operasi.
IV-17

Tabel 4.4 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Mobil (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
01 0,060 0,375 0,435
02 0,121 1,206 1,327
Alas 03 0,064 0,957 1,021
05 0,017 0,116 0,133
06 0,052 0,108 0,160
01 0,068 0,101 0,169
02 0,170 0,398 0,569
As Roda (2) 04 0,330 5,104 5,434
05 0,017 0,497 0,513
06 0,052 0,152 0,204
01 0,035 0,671 0,705
02 0,102 0,569 0,671
03 0,248 0,284 0,532
Roda (4)
04 0,118 1,138 1,256
05 0,017 0,355 0,371
06 0,039 0,223 0,262
01 0,054 0,254 0,308
02 0,104 0,248 0,351
Sisi Depan Kap
05 0,017 0,104 0,120
06 0,054 0,088 0,142
01 0,054 0,238 0,292
Sisi Samping Supir 02 0,104 0,349 0,453
(2) 05 0,017 0,113 0,129
06 0,047 0,147 0,194
01 0,111 0,404 0,515
Sisi Samping 02 0,072 0,390 0,461
Penumpang (2) 05 0,017 0,201 0,218
06 0,039 0,160 0,199
01 0,111 0,140 0,251
02 0,098 0,347 0,445
Bagian Belakang
05 0,017 0,065 0,081
06 0,048 0,075 0,122
01 0,068 0,277 0,345
02 0,098 0,347 0,445
Atap Bodi
05 0,017 0,092 0,109
06 0,047 0,073 0,121
01 0,070 0,182 0,252
02 0,070 0,136 0,205
Kaca
05 0,017 0,045 0,062
06 0,036 0,067 0,103
01 0,072 0,202 0,274
02 0,100 0,142 0,242
Atap Kap
05 0,017 0,064 0,081
06 0,041 0,059 0,100
Sub Assembly 1 07 0,041 0,102 0,143
Sub Assembly 2 07 0,040 0,144 0,184
Sub Assembly 3 07 0,147 0,797 0,944
Sub Assembly 4 07 0,076 0,548 0,624
IV-18

Lanjutan Tabel 4.4 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Mobil (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
Sub Assembly 5 07 0,125 0,236 0,362
Sub Assembly 5 07 0,125 0,236 0,362
Sub Assembly 6 07 0,058 0,398 0,456
Sub Assembly 7 07 0,123 0,528 0,651
Sub Assembly 8 07 0,060 0,138 0,198
Assembly Mobil 07 0,061 0,132 0,193
Total 24,133

2. Truk
Dibawah ini adalah tabel rekapitulasi waktu operasi produk mobil dalam
menit yang diperoleh dari data pengukuran waktu operasi.

Tabel 4.5 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Truk (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
01 0,060 0,042 0,101
02 0,121 1,206 1,327
Alas 03 0,064 0,957 1,021
05 0,025 0,116 0,142
06 0,052 0,108 0,160
01 0,068 0,101 0,169
02 0,170 0,398 0,569
As Roda (2) 04 0,330 5,104 5,434
05 0,025 0,129 0,154
06 0,052 0,152 0,204
01 0,035 0,671 0,705
02 0,102 0,569 0,671
03 0,248 0,284 0,532
Roda (4)
04 0,118 1,138 1,256
05 0,025 0,210 0,235
06 0,039 0,223 0,262
01 0,074 0,148 0,222
02 0,109 0,216 0,325
Bagian Bawah
05 0,025 0,103 0,128
06 0,050 0,082 0,132
01 0,074 0,580 0,654
02 0,109 0,724 0,833
Bagian Atas
05 0,025 0,104 0,129
60 0,038 0,164 0,202
01 0,062 0,254 0,316
02 0,073 0,720 0,793
Sisi Samping (2)
05 0,025 0,148 0,173
06 0,045 0,155 0,200
IV-19

Lanjutan Tabel 4.5 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Truk (menit)
Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total
01 0,062 0,117 0,180
02 0,073 0,335 0,408
Bagian Belakang
05 0,025 0,056 0,082
06 0,034 0,083 0,117
Sub Assembly 1 07 0,041 0,051 0,092
Sub Assembly 2 07 0,040 0,036 0,076
Sub Assembly 3 07 0,033 0,123 0,156
Sub Assembly 4 07 0,084 0,163 0,247
Sub Assembly 5 07 0,065 0,325 0,390
Assembly Truk 07 0,022 0,182 0,204
Total 18,999

3. Pesawat
Dibawah ini adalah tabel rekapitulasi waktu operasi produk mobil dalam
menit yang diperoleh dari data pengukuran waktu operasi.

Tabel 4.6 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Pesawat (menit)

Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total

01 0,071 1,607 1,677


02 0,047 0,227 0,273
Bodi
05 0,023 0,130 0,153
06 0,038 0,094 0,131
01 0,084 0,235 0,320
04 0,090 0,338 0,427
Sisi Sayap (2)
05 0,023 0,124 0,147
06 0,038 0,172 0,209
01 0,067 0,472 0,539
04 0,330 6,261 6,591
Penyangga (4) 02 0,052 0,377 0,429
05 0,023 0,158 0,181
06 0,052 0,241 0,294
01 0,054 0,875 0,929
02 0,143 2,013 2,156
Sisi Baling (2)
05 0,023 0,074 0,097
06 0,037 0,115 0,152
01 0,059 0,127 0,186
02 0,095 0,195 0,290
Sayap Belakang
05 0,023 0,067 0,089
06 0,030 0,074 0,104
01 0,059 0,109 0,168
02 0,095 0,210 0,305
Ekor Pesawat
05 0,023 0,078 0,100
06 0,034 0,078 0,112
IV-20

Lanjutan Tabel 4.6 Data Pengukuran Operasi Produk Awal pada Produk Pesawat (menit)

Nama Komponen SK Set Up Time Run Time Total

Sub Assembly 1 07 0,039 0,685 0,723


Sub Assembly 2 07 0,054 0,201 0,254
Sub Assembly 3 07 0,036 0,074 0,110
Sub Assembly 4 07 0,053 0,254 0,307
Assembly Pesawat 07 0,037 0,097 0,134
TOTAL 17,585

4.1.1.4 Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggaran


Faktor penyesuaian adalah nilai-nilai yang diberikan oleh pengukur kepada
operator ketika melakukan pekerjaannya. Faktor ini diperhitungkan agar waktu
yang diperoleh menjadi wajar. Faktor kelonggaran merupakan faktor yang
dipertimbangkan ketika operator melakukan pekerjaannya, seperti kebutuhan
pribadi dan kejadian yang tak terduga lainnya.
Berikut ini adalah tabel 4.7 yang berisikan faktor penyesuaian dan faktor
kelonggaran yang diberikan pada saat pengamatan dilakukan.

Tabel 4.7 Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggaran Pembuatan Produk


Faktor Penyesuaian (p) Faktor Kelonggaran (l)
Keterampilan +0,01 Tenaga yang dikeluarkan 5%
Usaha +0,03 Sikap kerja 1%
Kondisi Kerja +0,02 Gerakan kerja 4%
Konsistensi +0,03 Kelelahan mata 2%
Keadaan temperatur tempat kerja 2%
Keadaan atmosfer 2%
Keadaan lingkungan yang baik 2%
Jumlah +0,09 Jumlah 18%

4.1.1.5 Data Permintaan


Data permintaan (demand) digunakan untuk plotting data sehingga dapat
ditentukan metode peramalan yang cocok. Berikut ini adalah tabel 4.8 yang
berisikan data permintaan dari produk mobil, truk, dan pesawat.
Tabel 4.8 Data Permintaan (demand)
Periode
Famili Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 307 308 311 309 326 337 330 325 331 335 341 315
I
B 320 317 320 329 315 306 310 318 345 330 329 365
II C 307 320 318 322 323 327 337 343 323 335 343 342
IV-21

4.1.2 Pengumpulan Data Perencanaan Agregat, Jadwal Produksi Induk,


Perencanaan Kapasitas Kasar
Berikut merupakan pengumpulan data perencanaan agregat, jadwal
produksi induk, perencanaan kapasitas kasar.

4.1.2.1 Waktu Baku


Waktu baku adalah waktu kerja setelah mempertimbangkan faktor
penyesuaian dan kelonggaran. Data waktu baku yang digunakan merupakan data
waktu baku pada modul peramalan. Berikut ini adalah tabel 4.9 yang berisikan
data waktu baku.

Tabel 4.9 Data Waktu Baku (menit)


Item Wb
Mobil (A) 26,305 menit
Truk (B) 20,709 menit
Pesawat (C) 19,168 menit

4.1.2.2 Data Permintaan


Data permintaan (demand) masa lalu diperlukan untuk meramalkan
permintaan di masa yang akan datang. Berikut ini adalah tabel 4.10 yang berisikan
data permintaan dari produk mobil, truk dan pesawat.

Tabel 4.10 Data Permintaan


Periode
Family Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 307 308 311 309 326 337 330 325 331 335 341 315
I
B 320 317 320 329 315 306 310 318 345 330 329 365
II C 307 320 318 322 323 327 337 343 323 335 343 342

4.1.2.3 Konversi
Konversi dilakukan dengan menggunakan waktu baku item C. Berikut ini
adalah Tabel 4.11 yang berisikan unit konversi ketiga produk menjadi waktu baku
item C.

Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai Konversi


Item Konversi
Mobil (A) 1,372
Truk (B) 1,080
Pesawat (C) 1,000
IV-22

4.1.2.4 Data Permintaan Hasil Konversi


Data permintaan hasil konversi adalah data permintaan yang telah
dikalikan dengan masing-masing unit konversi produknya. Berikut ini adalah
tabel 4.12 yang berisikan data permintaan hasil konversi.

Tabel 4.12 Data Permintaan Hasil Konversi (unit)


Periode
Family Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 422 423 427 425 448 463 453 447 455 460 468 433
I
B 346 343 346 356 341 331 335 344 373 357 356 395
II C 307 320 318 322 323 327 337 343 323 335 343 342
JUMLAH 1075 1086 1091 1103 1112 1121 1125 1134 1151 1152 1167 1170

4.1.2.5 Data Hasil Peramalan


Data hasil peramalan diperoleh dari perhitungan peramalan dengan
menggunakan metode Regresi Linier yang telah dilakukan pada modul peramalan.
Berikut ini adalah tabel 4.13 yang berisikan data hasil peramalan dengan
menggunakan metode Regresi Linier.

Tabel 4.13 Hasil Peramalan Menggunakan Metode Regresi Linier


Periode
Ramalan 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1181 1190 1199 1208 1217 1225 1234 1243 1252 1261 1269 1278

4.1.2.6 Data Ongkos


Data ongkos merupakan data yang berisikan ongkos-ongkos dari produksi
yang meliputi ongkos Regular Time, Over Time, Inventory, Kapasitas Tidak
Terpakai, dan Subkontrak. Berikut adalah ongkos yang diperlukan
a. Ongkos RT (Reguler Time) = Rp 10.000,-/unit.
b. Ongkos OT (Over Time) = 125% dari ongkos RT = Rp 12.500,-/unit.
Dengan asumsi OT dikerjakan dengan kekurangan produk.
c. Ongkos Inventory = Rp 150,-/unit.
d. Ongkos KTTP (Kapasitas Tidak Terpakai) untuk Reguler Time = Rp 125,-
/unit.
e. Ongkos Subkontrak =Rp 25.000,-/unit.
IV-23

4.1.2.7 Data Hari Kerja


Data hari kerja berisikan jumlah hari kerja yang dilaksanakan pada setiap
periodenya. Berikut ini adalah tabel 4.14 yang berisikan data hari kerja.

Tabel 4.14 Data Hari Kerja


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Hari Kerja 23 22 22 22 23 21 21 22 21 22 23 23

4.1.2.8 Jam Kerja per Hari


Jam kerja merupakan durasi waktu ketika bekerja. Berikut ini adalah jam
kerja pada produksi mobil, truk, dan pesawat.
a. Reguler Time : 7 jam/hari.
b. Over Time : 30% dari jam RT = 2,1 jam/hari.

4.1.2.9 Lead Time


Lead time adalah lama waktu menunggu pesanan. Berikut adalah Tabel
4.15 yang berisikan data lead time dari setiap produk.

Tabel 4.15 Data Lead Time (bulan)


Famili Item Lt
A 1
I
B 1
II C 1

4.1.2.10 Data Inventory


Data inventory merupakan jumlah barang yang tersedia di tempat
penyimpanan. Berikut ini adalah tabel 4.16 yang berisikan data inventory dari
setiap produk.

Tabel 4.16 Data Inventory (unit)


Famili Item Lt
A 130
I
B 100
II C 120
IV-24

4.1.2.11 Waktu Operasi Masing-Masing Stasiun Kerja


Waktu operasi adalah waktu yang dihabiskan ketika melaksanan pekerjaan
di suatu stasiun. Berikut ini adalah tabel 4.17 yang berisikan data rekapitulasi
waktu operasi setiap stasiun kerja untuk item A.

Tabel 4.17 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item A
SK Nama Komponen Waktu TOTAL
Alas 0,435
As Roda (2) 0,169
Roda (4) 0,705
Sisi Depan Kap 0,308
Sisi Samping Supir (2) 0,292
SK 1 (Pengukuran) 3,545
Sisi Samping Penumpang (2) 0,515
Bagian Belakang 0,251
Atap Bodi 0,345
Kaca 0,252
Atap Kap 0,274
Alas 1,327
As Roda (2) 0,569
Roda (4) 0,671
Sisi Depan Kap 0,351
Sisi Samping Supir (2) 0,453
SK 2 (Pemotongan) 5,168
Sisi Samping Penumpang (2) 0,461
Bagian Belakang 0,445
Atap Bodi 0,445
Kaca 0,205
Atap Kap 0,242
Alas 1,021
SK 3 (Pengeboran) 1,554
Roda (4) 0,532
As Roda (2) 5,434
SK 4 (Pembubutan) 6,690
Roda (4) 1,256
Alas 0,133
As Roda (2) 0,513
Roda (4) 0,371
Sisi Depan Kap 0,120
Sisi Samping Supir (2) 0,129
SK 5 (Pengecatan) 1,816
Sisi Samping Penumpang (2) 0,218
Bagian Belakang 0,081
Atap Bodi 0,109
Kaca 0,062
Atap Kap 0,081
Alas 0,160
As Roda (2) 0,204
Roda (4) 0,262
Sisi Depan Kap 0,142
Sisi Samping Supir (2) 0,194
SK 6 (Pemeriksaan) 1,606
Sisi Samping Penumpang (2) 0,199
Bagian Belakang 0,122
Atap Bodi 0,121
Kaca 0,103
Atap Kap 0,100
IV-25

Lanjutan Tabel 4.17 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item A
SK Nama Komponen Waktu TOTAL
Sub Assembly 1 0,143
Sub Assembly 2 0,184
Sub Assembly 3 0,944
Sub Assembly 4 0,624
SK 7 (Perakitan) Sub Assembly 5 0,362 3,755
Sub Assembly 6 0,456
Sub Assembly 7 0,651
Sub Assembly 8 0,198
Assembly Mobil 0,193

Berikut ini adalah tabel 4.18 yang berisikan data rekapitulasi waktu
operasi setiap stasiun kerja untuk item B.

Tabel 4.18 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item B
SK Nama Komponen Waktu Total
Alas 0,101
As Roda (2) 0,169
Roda (4) 0,705
SK 1 (Pengukuran) Bagian Bawah 0,222 2,346
Bagian Atas 0,654
Sisi Samping (2) 0,316
Bagian Belakang 0,180
Alas 1,327
As Roda (2) 0,569
Roda (4) 0,671
SK 2 (Pemotongan) Bagian Bawah 0,325 4,926
Bagian Atas 0,833
Sisi Samping (2) 0,793
Bagian Belakang 0,408
Alas 1,021
SK 3 (Pengeboran) 1,554
Roda (4) 0,532
As Roda (2) 5,434
SK 4 (Pembubutan) 6,690
Roda (4) 1,256
Alas 0,142
As Roda (2) 0,154
Roda (4) 0,235
SK 5 (Pengecatan) Bagian Bawah 0,128 1,043
Bagian Atas 0,129
Sisi Samping (2) 0,173
Bagian Belakang 0,082
Alas 0,160
As Roda (2) 0,204
Roda (4) 0,262
SK 6 (Pemeriksaan) Bagian Bawah 0,132 1,277
Bagian Atas 0,202
Sisi Samping (2) 0,200
Bagian Belakang 0,117
IV-26

Lanjutan Tabel 4.18 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item B
SK Nama Komponen Waktu Total
Sub Assembly 1 0,092
Sub Assembly 2 0,076
Sub Assembly 3 0,156
SK 7 (Perakitan) 1,164
Sub Assembly 4 0,247
Sub Assembly 5 0,390
Assembly Truk 0,204

Berikut ini adalah tabel 4.19 yang berisikan data rekapitulasi waktu
operasi setiap stasiun kerja untuk item C.

Tabel 4.19 Rekapitulasi Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja untuk Item C
SK Nama Komponen Waktu Total
Bodi 1,677
Sisi Sayap (2) 0,320
Penyangga (4) 0,539
SK 1 (Pengukuran) 3,819
Sisi Baling (2) 0,929
Sayap Belakang 0,186
Ekor Pesawat 0,168
Bodi 0,273
Sisi Sayap (2) 0,427
Penyangga (4) 0,429
SK 2 (Pemotongan) 3,880
Sisi Baling (2) 2,156
Sayap Belakang 0,290
Ekor Pesawat 0,305
SK 4 (Pembubutan) Penyangga (4) 6,591 6,591
Bodi 0,153
Sisi Sayap (2) 0,147
Penyangga (4) 0,181
SK 5 (Pengecatan) 0,766
Sisi Baling (2) 0,097
Sayap Belakang 0,089
Ekor Pesawat 0,100
Bodi 0,131
Sisi Sayap (2) 0,209
Penyangga (4) 0,294
SK 6 (Pemeriksaan) 1,003
Sisi Baling (2) 0,152
Sayap Belakang 0,104
Ekor Pesawat 0,112
Sub Assembly 1 0,723
Sub Assembly 2 0,254
SK 7 (Perakitan) Sub Assembly 3 0,110 1,528
Sub Assembly 4 0,307
Assembly Pesawat 0,134
IV-27

Berikut ini adalah tabel 4.20 yang berisikan rekapitulasi data waktu
operasi setiap stasiun kerja.

Tabel 4.20 Rekapitulasi Data Waktu Operasi Setiap Stasiun Kerja (menit)
Waktu Operasi
Stasiun
A B C
SK 1 3,545 2,346 3,819
SK 2 5,168 4,926 3,880
SK 3 1,554 1,554 0,000
SK 4 6,690 6,690 6,591
SK 5 1,816 1,043 0,766
SK 6 1,606 1,277 1,003
SK 7 3,755 1,164 1,528
Total 24,133 18,999 17,585

4.1.3 Pengumpulan Data Material Requirement Planning (MRP) dan


Capacity Requirement Planning (CRP)
Berikut ini merupakan pengumpulan data pada modul III tentang Material
Requirement Planning (MRP) dan Capacity Requirement Planning (CRP).
4.1.3.1 Data Item Master
Item master merupakan arsip produk yang lebih lengkap mengenai
komponen dan bagian (part), dimana item master ini merupakan input dari MRP.
Di bawah ini merupakan tabel 4.21 yang menunjukkan data item master mobil.

Tabel 4.21 Data Item Master Mobil


Kode
Lead Satuan Safety On
Level Spare Deskripsi Satuan %Allocated Quantity Ket ALL
Time Produksi Stock Hand
Part
0 Mb Mobil Unit 1 P 0 0 0 - - 0
1 Ld Landasan Unit 1 P 20 75 0 1 - 0
1 Bm Body Mobil Unit 1 P 20 60 0 1 - 0
1 Ab Atap Bodi Unit 1 P 20 60 0 1 - 0
1 Kc Kaca Unit 1 P 20 20 0 1 - 0
1 Ak Atap Kap Unit 1 P 0 20 0 1 - 0
1,2 Ct Cat Unit 1 P 0 80 0 0,5 - 0
1,2 Skr Sekrup Unit 1 P 0 80 0 7 - 0
2 Lm Lem Unit 1 P 0 80 0 0,5 - 0
2 Al Alas Unit 1 P 0 60 0 1 - 0
2 Ar As Roda Unit 1 P 0 85 0 2 - 0
2 Rd Roda Unit 1 P 25 110 0 4 - 0
2 Sdk Sisi Depan Kap Unit 1 P 10 60 0 1 - 0
Sisi Samping
2 Sss Unit 1 P 10 60 0 2 - 0
Supir
Sisi Samping
2 Ssp Unit 1 P 10 60 0 2 - 0
Penumpang
2 Bb Bagian Belakang Unit 1 P 0 60 0 1 - 0
IV-28

Di bawah ini merupakan tabel 4.22 yang berisikan item master truk.

Tabel 4.22 Data Item Master Truk


Kode
Lead Satuan Safety On
Level Spare Deskripsi Satuan %Allocated Quantity Ket ALL
Time Produksi Stock Hand
Part
0 Tr Truk Unit 1 P 0 0 0 - - 0
1 Ld Landasan I Unit 1 P 20 75 0 1 - 0
1 Bs Bagian Supir Unit 1 P 20 60 0 1 - 0
1 Bt Bak Truk Unit 1 P 20 60 0 1 - 0
1,2 Skr Sekrup Unit 1 P 0 80 0 3 - 0
1,2 Lm Lem Unit 1 P 0 80 0 0,5 - 0
2 Al Alas Unit 1 P 0 60 0 1 - 0
2 Ar As Roda Unit 1 P 0 85 0 2 - 0
2 Rd Roda Unit 1 P 25 110 0 4 - 0
2 Ct Cat Unit 1 P 0 80 0 0,5 - 0
2 Bgb Bagian Bawah Unit 1 P 10 60 0 1 - 0
2 Bga Bagian Atas Unit 1 P 10 75 0 1 - 0
2 Ssg Sisi Samping Unit 1 P 10 60 0 2 - 0
2 Bbg Bagian Belakang I Unit 1 P 10 60 0 1 - 0

Di bawah ini merupakan tabel 4.23 yang berisikan item master pesawat.

Tabel 4.23 Data Item Master Pesawat


Kode
Lead Satuan Safety On
Level Spare Deskripsi Satuan %Allocated Quantity Ket ALL
Time Produksi Stock Hand
Part
0 Ps Pesawat Unit 1 P 0 0 0 - - 0
1 Bp Body Pesawat Unit 1 P 20 75 0 1 - 0
1 Sd Sayap Depan Unit 1 P 25 60 0 1 - 0
1 Sb Sisi Baling Unit 1 P 10 55 0 2 - 0
1 Sbl Sayap Belakang Unit 1 P 0 50 0 1 - 0
1 Ep Ekor Pesawat Unit 1 P 0 60 0 1 - 0
1,2 Ct Cat Unit 1 P 0 85 0 0,5 - 0
1,2 Lm Lem Unit 1 P 0 60 0 0,5 - 0
1 Skr Sekrup Unit 1 P 0 60 0 4 - 0
2 Ssy Sisi Sayap Unit 1 P 0 60 0 2 - 0
2 Pg Penyangga Unit 1 P 10 50 0 4 - 0

4.1.3.2 Jadwal Produksi Induk


Pada MRP, JPI salah satu input dari MRP yang merupakan proses alokasi
membuat suatu produk dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki. Di bawah
ini merupakan tabel 4.24 yang menunjukkan hasil JPI berdasarkan pada modul II.
IV-29

Tabel 4.24 Jadwal Produksi Induk (JPI)


Periode
Family Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 210 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
I
B 243 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
II C 226 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374

4.1.3.3 Data On Order


Berdasarkan jadwal produksi induk atau JPI dari setiap item mobil, truk,
dan pesawat diperoleh data on order dengan due date yang telah ditentukan. Di
bawah ini merupakan tabel 4.25 yang menunjukkan data on order dengan due
date yang telah ditentukan.

Tabel 4.25 Data On Order


Kode
No Level Spare On Order Keterangan Due Date
Part
1 0 Mb 210 JPI 13 A 16 April 2018
2 0 Tr 243 JPI 13 B 16 April 2018
3 0 Ps 226 JPI 13 C 16 April 2018
4 1 Ld 688 JPI 14 (A+B) 16 April 2018
5 1 Bm 343 JPI 14 A 16 April 2018
6 1 Ab 343 JPI 14 A 16 April 2018
7 1 Kc 343 JPI 14 A 16 April 2018
8 1 Ak 343 JPI 14 A 16 April 2018
9 1,2 Ct 345,5 JPI 14 (A(0,5) + C(0,5)) 16 April 2018
10 1,2 Skr 3436 JPI 14 (A(7) + B(3) 16 April 2018
11 2 Lm 518 JPI 14 (A(0,5) + B(0,5) + C(0,5)) 16 April 2018
12 1 Bs 345 JPI 14 B 16 April 2018
13 1 Bt 345 JPI 14 B 16 April 2018
14 1 Bp 348 JPI 14 C 16 April 2018
15 1 Sd 348 JPI 14 C 16 April 2018
16 1 Sb 696 JPI 14 C(2) 16 April 2018
17 1 Sbl 348 JPI 14 C 16 April 2018
18 1 Ep 348 JPI 14 C 16 April 2018
19 2 Skr 1392 JPI 14 C (4) 16 April 2018
453 JPI 13 (A+B) 20 April 2018
20 2 Al
688 JPI 14 (A+B) 20 April 2018
906 JPI 13 (A(2) + B(2)) 20 April 2018
21 2 Ar
1376 JPI 14 (A(2) + B(2)) 20 April 2018
1812 JPI 13 (A(4) + B(4)) 20 April 2018
22 2 Rd
2752 JPI 14 (A(4) + B(4)) 20 April 2018
IV-30

Lanjutan Tabel 4.25 Data On Order


Kode
No Level Spare On Order Keterangan Due Date
Part
23 2 Sdk 686 JPI 14 A(2) 20 April 2018
24 2 Sss 686 JPI 14 A(2) 20 April 2018
25 2 Ssp 686 JPI 14 A(2) 20 April 2018
26 2 Ct 172,5 JPI B (0,5) 20 April 2018
27 2 Bb 343 JPI 14 A 20 April 2018
28 2 Bgb 345 JPI 14 B 20 April 2018
29 2 Bga 345 JPI 14 B 20 April 2018
30 2 Ssg 690 JPI 14 B(2) 20 April 2018
31 2 Bbg 345 JPI 14 B 20 April 2018
32 2 Ssy 696 JPI 14 C(2) 20 April 2018
33 2 Pg 1392 JPI 14 C(4) 20 April 2018

4.1.3.4 Data Ongkos dan Distribusi Ongkos Simpan


Dalam perencanaan suatu pemesanan perlu diketahui data ongkos serta
distribusi ongkos simpan agar dapat diketahui berapa biaya yang dibutuhkan
untuk memproduksi produk.
Di bawah ini merupakan tabel 4.26 yang berisikan data ongkos mobil.

Tabel 4.26 Data Ongkos Mobil


Harga Ongkos Ongkos
Kode
Level Deskripsi Satuan Spare Parts Pesan Set Up
Spare Part
(Rp) (Rp) (Rp)
0 Mb Mobil Unit 12800 - -
1 Ld Landasan Unit 2700 - 250
1 Bm Body Mobil Unit 3250 - 100
1 Ab Atap Bodi Unit 300 - 200
1 Kc Kaca Unit 300 - 200
1 Ak Atap Kap Unit 300 - 200
1,2 Ct Cat Unit 300 - 150
1,2 Skr Sekrup Unit 300 150 -
2 Lm Lem Unit 300 150 -
2 Al Alas Unit 450 - 250
2 Ar As Roda Unit 250 - 200
2 Rd Roda Unit 800 - 200
2 Sdk Sisi Depan Kap Unit 300 - 100
Sisi Samping
2 Sss Unit 300 - 100
Supir
Sisi Samping
2 Ssp Unit 300 - 100
Penumpang
2 Bb Bagian Belakang Unit 300 100
IV-31

Di bawah ini merupakan tabel 4.27 yang menunjukkan data ongkos truk.

Tabel 4.27 Data Ongkos Truk


Harga Ongkos Ongkos
Kode
Level Deskripsi Satuan Spare Parts Pesan Set Up
Spare Part
(Rp) (Rp) (Rp)
0 Tr Truk Unit 6400 - -
1 Ld Landasan Unit 2700 - 250
1 Bs Bagian Supir Unit 500 - 100
1 Bt Bak Truk Unit 4500 - 200
1,2 Skr Sekrup Unit 500 150 -
2 Al Alas Unit 1000 - 200
2 Ar As Roda Unit 300 - 200
2 Rd Roda Unit 300 - 200
2 Ct Cat Unit 800 - 200
2 Bgb Bagian Bawah Unit 400 - 200
2 Bga Bagian Atas Unit 500 - 100
2 Lm Lem Unit 300 - -
2 Ssg Sisi Samping Unit 400 - 200
Bagian
2 Bbg Unit 300 - 100
Belakang

Di bawah ini merupakan tabel 4.28 yang menunjukkan data ongkos


pesawat.

Tabel 4.28 Data Ongkos Pesawat


Harga Ongkos Ongkos
Kode
Level Deskripsi Satuan Spare Parts Pesan Set Up
Spare Part
(Rp) (Rp) (Rp)
0 Ps Pesawat Unit 5950 - -
1 Bp Body Pesawat Unit 3250 - 250
1 Sd Sayap Depan Unit 1500 - 100
1 Sb Sisi Baling Unit 500 - 100
Sayap
1 Sbl Unit 300 - 200
Belakang
1 Ep Ekor Pesawat Unit 300 - 200
1,2 Ct Cat Unit 300 - -
1,2 Lm Lem Unit 300 - -
Q Skr Sekrup Unit 300 150 -
2 Ssy Sisi Sayap Unit 400 - 200
2 Pg Penyangga Unit 400 - 200
IV-32

4.1.3.5 Data Routing


Menunjukkan set up time dan run time suatu part/komponen pada stasiun
kerja (SK) yang dilaluinya. Data yang dibutuhkan dalam pembuatan routing
merupakan set up time pada masing-masing stasiun kerja (SK) dan data run time
untuk setiap piece pengerjaan.
Di bawah ini merupakan tabel 4.29 yang menunjukkan penjelasan nomor
stasiun kerja yang dilalui setiap komponen produk.

Tabel 4.29 Penjelasan Nomor Stasiun Kerja


No. Stasiun Kerja (SK) Stasiun Kerja
SK 1 Pengukuran
SK 2 Pemotongan
SK 3 Pengeboran
SK 4 Pembubutan
SK 5 Pengecatan
SK 6 Pemeriksaan
SK 7 Perakitan

Di bawah ini merupakan tabel 4.30 yang menunjukkan routing (menit).

Tabel 4.30 Routing (menit)


Nama Komponen SK Set Up Time (menit) Run Time (menit)
Mobil 7 0,061 0,132
Truk 7 0,022 0,182
Pesawat 7 0,037 0,097
Landasan 7 0,163 0,333
Body Mobil 7 0,348 1,581
1 0,068 0,277
2 0,098 0,347
Atap Bodi
5 0,017 0,092
6 0,047 0,073
1 0,070 0,182
2 0,070 0,136
Kaca
5 0,017 0,045
6 0,036 0,067
1 0,072 0,202
2 0,100 0,142
Atap Kap
5 0,017 0,064
6 0,041 0,059
Bagian Supir 7 0,033 0,123
Bak Truk 7 0,084 0,163
1 0,071 1,607
2 0,047 0,227
Body Pesawat
5 0,023 0,130
6 0,038 0,094
Sayap Depan 7 0,039 0,685
IV-33

Lanjutan Tabel 4.30 Routing (menit)


Nama Komponen SK Set Up Time (menit) Run Time (menit)
1 0,054 0,875
2 0,143 2,013
Sisi Baling (2)
5 0,023 0,074
6 0,037 0,115
1 0,059 0,127
2 0,095 0,195
Sayap Belakang
5 0,023 0,067
6 0,030 0,074
1 0,059 0,109
2 0,095 0,210
Ekor Pesawat
5 0,023 0,078
6 0,034 0,078
1 0,119 0,416
2 0,242 2,411
Alas (2) 3 0,128 1,915
5 0,042 0,232
6 0,104 0,215
1 0,135 0,202
4 0,660 10,208
As Roda (4) 2 0,340 0,797
5 0,042 0,625
6 0,104 0,304
1 0,069 1,341
4 0,237 2,275
3 0,497 0,568
Roda (8)
2 0,204 1,139
5 0,042 0,565
6 0,077 0,447
1 0,054 0,254
2 0,104 0,248
Sisi Depan Kap
5 0,017 0,104
6 0,054 0,088
1 0,054 0,238
2 0,104 0,349
Sisi Samping Supir (2)
5 0,017 0,113
6 0,047 0,147
1 0,111 0,404
Sisi Samping Penumpang 2 0,072 0,390
(2) 5 0,017 0,201
6 0,039 0,160
1 0,111 0,140
2 0,098 0,347
Bagian Belakang
5 0,017 0,065
6 0,048 0,075
1 0,074 0,148
2 0,109 0,216
Bagian Bawah
5 0,025 0,103
6 0,050 0,082
IV-34

Lanjutan Tabel 4.30 Routing (menit)


Nama Komponen SK Set Up Time (menit) Run Time (menit)
1 0,074 0,580
2 0,109 0,724
Bagian Atas
5 0,025 0,104
6 0,038 0,164
1 0,062 0,254
2 0,073 0,720
Sisi Samping
5 0,025 0,148
6 0,045 0,155
1 0,062 0,117
2 0,073 0,335
Bagian Belakang I
5 0,025 0,056
6 0,034 0,083
1 0,084 0,235
2 0,090 0,338
Sisi Sayap
5 0,023 0,124
6 0,038 0,172
1 0,067 0,472
4 0,330 6,261
Penyangga 2 0,052 0,377
5 0,023 0,158
6 0,052 0,241

4.1.3.6 Bill of Material


Bill of material produk (BOM) merupakan material, bahan, atau daftar iten
yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur, atau memproduksi produk akhir.
Berikut ini merupakan Bill of Material produk mobil.

Level 0
Mobil

Landasan Atap Atap Sekrup


Bodi Kaca Lem Cat Level 1
Bodi Kaca (3)

Sisi
As Sisi Sisi
Roda Samping Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Depan Samping Lem Cat
(4) Penumpang Belakang (4) Level 2
(2) Kap Supir (2)
(2)

Gambar 4.17 Struktur Bill Of Material Produk Mobil


IV-35

Berikut ini merupakan Bill of Material produk truk.

Level 0
Truk

Bagian Bak Sekrup


Landasan Lem Level 1
Supir Truk (1)

As Sisi
Roda Bagian Bagian Bagian Sekrup
Alas Roda Cat Lem Cat Samping Cat
(4) Bawah Atas Belakang (2) Level 2
(2) (2)
Gambar 4.18 Bill of Material Product Truk

Berikut ini merupakan merupakan Bill of Material produk pesawat.

Pesawat Level 0

Sisi
Sayap Sayap Ekor Sekrup
Bodi Baling Cat Lem Level 1
Depan Belakang Pesawat (4)
(2)

Sisi Penyangga
Lem Cat
Sayap (2) (4) Level 2

Gambar 4.19 Bill of Material Product Pesawat

4.1.4 Pengumpulan Data Sequencing and Scheduling


Berikut adalah pengumpulan data pada produk mobil, truk, dan pesawat.

4.1.4.1 Jenis Komponen Yang Akan Diproduksi


Jenis komponen yang akan diproduksi pada produk mobil, truk, dan
pesawat adalah sebagai berikut.
1. Mobil
Berikut ini merupakan tabel 4.31 yang menunjukkan komponen mobil.

Tabel 4.31 Komponen Mobil


IV-36

No Nama Komponen Job


1 Alas A
2 As Roda B
3 Roda C
4 Sisi Depan Kap D
5 Sisi Samping Supir E
6 Sisi Samping Penumpang F
7 Bagian Belakang G
8 Atap Bodi H
9 Kaca I
10 Atap Kap J
11 Landasan K
12 Bodi Mobil L
13 Mobil M

2. Truk
Berikut ini merupakan tabel 4.32 yang menunjukkan komponen truk.

Tabel 4.32 Komponen Truk


No Nama Komponen Job
1 Alas A
2 As Roda B
3 Roda C
4 Bagian Bawah D
5 Bagian Atas E
6 Sisi Samping F
7 Bagian Belakang I G
8 Landasan H
9 Bagian Supir I
10 Bak truk J
11 Truk K

3. Pesawat
Berikut ini merupakan tabel 4.33 yang menunjukkan komponen pesawat.

Tabel 4.33 Komponen Pesawat


No Nama Komponen Job
1 Sisi Sayap A
2 Penyangga B
3 Sisi Baling C
4 Sayap Belakang D
5 Ekor Pesawat E
6 Bodi Pesawat F
7 Sayap Depan G
8 Pesawat H
IV-37

4.1.4.2 Data Nomor dan Nama Mesin


Adapun data nomor dan nama mesin yang digunakan pada pengerjaan
untuk ketiga produk ditunjukkan pada tabel 4.34 di bawah ini.

Tabel 4.34 Nama dan Nomor Mesin


No Nama Mesin
1 Mesin Ukur
2 Mesin Potong
3 Mesin Bor
4 Mesin Bubut
5 Mesin Cat
6 Meja Pemeriksaan
7 Meja Perakitan

4.1.4.3 Data Due Date dan Waiting Time


Berikut ini merupakan tabel 4.35 data due date dan waiting time untuk
produk mobil.

Tabel 4.35 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk Produk Mobil
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
1 A 17,100 1
2 B 14,200 2
3 C 11,900 1
4 D 12,700 3
5 E 10,500 4
6 F 10,900 5
7 G 11,600 3
8 H 13,400 2
9 I 10,800 3
10 J 12,500 1
11 K 11,300 2
12 L 12,800 1
13 M 11,400 3

Berikut ini merupakan tabel 4.36 data due date dan waiting time untuk
produk truk.

Tabel 4.36 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk Produk Truk
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
1 A 18,300 2
2 B 15,100 1
3 C 10,700 2
4 D 10,200 3
5 E 11,500 4
6 F 12,400 5
IV-38

Lanjutan Tabel 4.36 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk
Produk Truk
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
7 G 10,900 3
8 H 10,100 2
9 I 11,700 3
10 J 12,900 1
11 K 10,000 2

Berikut ini merupakan tabel 4.37 data due date dan waiting time untuk
produk pesawat.

Tabel 4.37 Data Due Date (Di) dan Waiting Time (Wi) untuk Produk Pesawat
No Job Di (Menit) Wi (Menit)
1 A 11,100 1
2 B 16,200 2
3 C 11,300 1
4 D 11,500 3
5 E 10,400 4
6 F 14,300 5
7 G 10,100 3
8 H 10,700 2

4.1.4.4 Data Routing dan Waktu Proses


Berikut ini merupakan tabel routing dan tabel waktu proses dari ketiga
produk.
1. Mobil
Di bawah ini merupakan tabel 4.38 routing produk mobil dan tabel 4.39
waktu proses produk mobil.

Tabel 4.38 Routing Produk Mobil


Mesin
Komponen Job
1 2 3 4 5 6
Alas A 1 2 3 4 5
As Roda B 1 3 2 4 5
Roda C 1 4 3 2 5 6
Sisi Depan Kap D 1 2 3 4
Sisi Samping Supir E 1 2 3 4
Sisi Samping Penumpang F 1 2 3 4
Bagian Belakang G 1 2 3 4
Atap Bodi H 1 2 3 4
Kaca I 1 2 3 4
Atap Kap J 1 2 3 4
IV-39

Tabel 4.39 Waktu Proses Produk Mobil (menit)


Mesin
Komponen Job
1 2 3 4 5 6
Alas A 0,435 1,327 1,021 0,133 0,160
As Roda B 0,169 0,569 5,434 0,513 0,204
Roda C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,371 0,262
Sisi Depan Kap D 0,308 0,351 0,120 0,142
Sisi Samping Supir E 0,292 0,453 0,129 0,194
Sisi Samping Penumpang F 0,515 0,461 0,218 0,199
Bagian Belakang G 0,251 0,445 0,081 0,122
Atap Bodi H 0,345 0,445 0,109 0,121
Kaca I 0,252 0,205 0,062 0,103
Atap Kap J 0,274 0,242 0,081 0,100

2. Truk
Di bawah ini merupakan tabel 4.40 routing produk truk dan tabel 4.41
waktu proses produk truk.

Tabel 4.40 Routing Produk Truk


Mesin
Komponen Job
1 2 3 4 5 6
Alas A 1 2 3 4 5
As Roda B 1 3 2 4 5
Roda C 1 4 3 2 5 6
Bagian Bawah D 1 2 3 4
Bagian Atas E 1 2 3 4
Sisi Samping F 1 2 3 4
Bagian Belakang I G 1 2 3 4

Tabel 4.41 Waktu Proses Produk Truk (menit)


Mesin
Komponen Job
1 2 3 4 5 6
Alas A 0,101 1,327 1,021 0,142 0,160
As Roda B 0,169 0,569 5,434 0,154 0,204
Roda C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,235 0,262
Bagian Bawah D 0,222 0,325 0,128 0,132
Bagian Atas E 0,654 0,833 0,129 0,202
Sisi Samping F 0,316 0,793 0,173 0,200
Bagian Belakang I G 0,180 0,408 0,082 0,117
IV-40

3. Pesawat
Di bawah ini merupakan tabel 4.42 routing produk truk dan tabel 4.43
waktu proses produk pesawat.

Tabel 4.42 Routing Produk Pesawat


Mesin
Komponen Job
1 2 3 4 5 6
Sisi Sayap A 1 2 3 4
Penyangga B 1 3 2 4 5
Sisi Baling C 1 2 3 4
Sayap Belakang D 1 2 3 4
Ekor Pesawat E 1 2 3 4
Bodi Pesawat F 1 2 3 4

Tabel 4.43 Waktu Proses Produk Pesawat (menit)


Mesin
Komponen Job
1 2 3 4 5 6
Sisi Sayap A 0,320 0,427 0,147 0,209
Penyangga B 0,539 0,429 6,591 0,181 0,294
Sisi Baling C 0,929 2,156 0,097 0,152
Sayap Belakang D 0,186 0,290 0,089 0,104
Ekor Pesawat E 0,168 0,305 0,100 0,112
Bodi Pesawat F 1,677 0,273 0,153 0,131

4.2 Pengolahan Data


Dibawah ini merupakan pengolahan data waktu pengamatan terhadap
produk mobil, truk dan pesawat.

4.2.1 Perhitungan Waktu Baku dan Unit Konversi


Perhitungan waktu terbagi 4 yaitu perhitungan waktu siklus, perhitungan
waktu normal, perhitungan waktu baku, dan perhitungan unit konversi. Dibawah
ini merupakan pengolahan data waktu pengamatan terhadap produk mobil, truk
dan pesawat.

A. Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu hasil pengamatan langsung yang diperoleh dari
stopwatch. Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada masing-masing
produk.
IV-41

1. Produk Mobil
Perhitungan waktu siklus terhadap produk mobil yaitu,
Ws = X = 
= 24,133 menit
2. Produk Truk
Perhitungan waktu siklus terhadap produk truk yaitu,
Ws = X = 
= 18,999 menit
3. Produk Pesawat
Perhitungan waktu siklus terhadap produk pesawat yaitu,
Ws = X = 
= 17,585 menit

B. Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu kerja ynag telah mempertimbangkan faktor
penyesuaian.
Berikut adalah perhitungan waktu normal pada masing-masing produk.

1. Produk Mobil
Perhitungan waktu normal terhadap produk mobil yaitu,
Wn = Ws x (1 + p)
Wn = 24,133 x (1 + 0.09)
Wn = 26,305 menit

2. Produk Truk
Perhitungan waktu normal terhadap produk truk yaitu,
Wn = Ws x (1 + p)
Wn = 18,999 x (1 + 0.09)
Wn = 20,709 menit
IV-42

3. Produk Pesawat
Perhitungan waktu normal terhadap produk truk yaitu,
Wn = Ws x (1 + p)
Wn = 17,585 x (1 + 0.09)
Wn = 19,168 menit

C. Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu waktu yang sebenarnya digunakan operator
untuk memproduksi satu unit dari data jenis produk.
Berikut adalah perhitungan waktu baku pada masing-masing produk.
1. Produk Mobil
Perhitungan waktu baku terhadap produk mobil yaitu,
Wb = Wn + (Wn x l)
Wb = 26,305 + (26,305x 0.18)
Wb = 31,039 menit

2. Produk Truk
Perhitungan waktu baku terhadap produk truk yaitu,
Wb = Wn + (Wn x l)
Wb = 20,709+ (20,709 x 0.18)
Wb = 24,437 menit

3. Produk Pesawat
Perhitungan waktu baku terhadap produk mobil yaitu,
Wb = Wn + (Wn x l)
Wb = 19,168 + (19,168 x 0.18)
Wb = 22,618 menit
IV-43

D. Unit Konversi
Dibawah ini adalah perhitungan unit konversi dari ketiga produk dengan
waktu baku unit B.

Tabel 4.44 Waktu Baku dan Konversi


Item WB Konversi
Mobil (A) 31,039 1,372

Truk (B) 24,437 1,080

Pesawat (C) 19,168 1,000

Dari perhitungan pada tabel diatas maka diperoleh demand yang akan
digunakan untuk peramalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.45 Perhitungan Konversi dengan Waktu Baku Unit C


Periode
Famili Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I A 396 397 401 398 420 434 425 419 427 432 440 406
II B 319 316 319 328 314 305 309 317 344 329 328 364
I C 307 320 318 322 323 327 337 343 323 335 343 342
JUMLAH 1075 1086 1091 1103 1112 1121 1125 1134 1151 1152 1167 1170

4.2.1.2 Plotting Data


Berikut ini merupakan pola data yang terbentuk dari jumlah hasil
perhitungan konversi dengan waktu baku unit C.

Plotting Data
1200

1000

800

600

400

200

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Periode Demand

Gambar 4.20 Grafik Pola Data Hasil Konversi dengan Waktu Baku C
IV-44

Pola data yang terbentuk berdasarkan hasil konversi yaitu pola data trend.

4.2.1.3 Metode Peramalan yang Digunakan


Berikut ini adalah metode peramalan yang digunakan untuk tiga produk
yang telah dibuat yaitu Double Moving Average (DMA), Single Exponential
Smoothing (SES) dan Regresi Linier.

A. Metode Double Moving Average (DMA)


Berikut ini adalah perhitungan peramalan menggunakan metode Double
Moving Average dengan nilai N = 2.
Xt+Xt-1+Xt-2+…+Xtn+1
S' t =
N
X1+X2
S' 2 =
2
1075 + 1086
=
2
= 1080,500
X2+X3
S' 3 =
2
1086+1091
=
2
= 1088,500
X3+X4
𝑆 ′4 =
2
1091+1103
=
2
= 1097,000

S't+S't-1+S't-2+…+S'tn+1
𝑆"𝑡 =
N
S'2+S'3
S''3=
2
1080,500+1088,500
=
2
=1084,500
IV-45

S'3+S'4
S''4 =
2
1088,500+1097,000
=
2
=1092,750

S'4+S'5
S''5=
2
1097,000+1107,000
=
2
=1102,250

at = (2S't)-S"t
a3 = (2S'3)-S"3 = 2(1088,500) – 1084,500 = 1092,500
a4 = (2S'4)-S"4 = 2(1097,000) – 1092,750 = 1101,250
a5 = (2S'5)-S"5 = 2(1107,500) – 1102,250= 1112,750

2 (S' t-S"t)
bt=
N-1
2 (S' 3-S"3)
b3=
2-1
= 2(1088,500 - 1084,500)
= 8,000

2 (S' 4-S"4)
b4 =
2-1
= 2(1097,000 - 1092,750)
= 8,500

2 (S' 5-S"5)
b5 =
2-1
= 2(1107,500 - 1102,250)
= 10,500
IV-46

Ft+m =at+bt.m
F4 =a3+b3.1 = 1092,500+ (8,000 x 1) = 1100,500
F5 =a4+b4.1 = 1101,250+ (8,500 x 1) = 1109,750
F6 =a5+b5.1 = 1112,750+ (10,500 x 1) = 1123,250

Di bawah ini adalah tabel hasil pengamatan dengan metode Double


Moving Average.

Tabel 4.46 Hasil Peramalan dengan Metode Double Moving Average


Periode Dt S' S'' At bt Ft
1 1075 - - - - -
2 1086 1080,500 - - - -
3 1091 1088,500 1084,500 1092,500 8,000 -
4 1103 1097,000 1092,750 1101,250 8,500 1100,500
5 1112 1107,500 1102,250 1112,750 10,500 1109,750
6 1121 1116,500 1112,000 1121,000 9,000 1123,250
7 1125 1123,000 1119,750 1126,250 6,500 1130,000
8 1134 1129,500 1126,250 1132,750 6,500 1132,750
9 1151 1142,500 1136,000 1149,000 13,000 1139,250
10 1152 1151,500 1147,000 1156,000 9,000 1162,000
11 1167 1159,500 1155,500 1163,500 8,000 1165,000
12 1170 1168,500 1164,000 1173,000 9,000 1171,500
JUMLAH 10234,000

B. Metode Single Exponential Smoothing (SES)


Di bawah ini adalah perhitungan peramalan menggunakan metode Single
Exponential Smoothing dengan nilai α = 0,5401.

Ft+1 = aX1 + (1-α) Ft


F2 = aX1 + (1-α) F1 = 0,5401(1075) + (1-0,5401)1075 = 1075,000
F3 = aX2 + (1-α) F2 = 0,5401(1086) + (1-0,5401)1075 = 1080,941
F4 = aX3 + (1-α) F3 = 0,5401(1091) + (1-0,5401)1080,941 = 1086,374

Di bawah ini adalah tabel hasil peramalan untuk metode Single


Exponential Smoothing:
IV-47

Tabel 4.47 Hasil Perhitungan dengan Metode Single Exponential Smoothing (SES)
Periode Dt Ft+1
1 1075 -
2 1086 1075.000
3 1091 1080,941
4 1103 1086,374
5 1112 1095,354
6 1121 1104,344
7 1125 1113,340
8 1134 1119,638
9 1151 1127,395
10 1152 1140,144
11 1167 1146,547
12 1170 1157,594

C. Metode Peramalan Regresi Linier


Di bawah ini adalah perhitungan peramalan menggunakan Metode Regresi
Linier.
Koefisien intersep:
∑𝑦 13487
α = = = 1123,917
𝑛 12
Koefisien kemiringan:
∑xy 2511
b = 2 = = 4,390
∑x 572
Peramalan:
Ft = α + bX
F1 = 1123,917+ [4,390 x (-11)] = 1075,628
F2 = 1123,917+ [4,390 x (-9] = 1084,408
F3 = 1123,917+ [4,390 x (-7)] = 1093,188

Di bawah ini merupakan tabel data peramalan dengan metode Regresi


Linier.
IV-48

Tabel 4.48 Hasil Perhitungan dengan Metode Regresi Linier


Periode y(t) X Xy X2 Ft
1 1075 -11 -11825 121 1075,628
2 1086 -9 -9774 81 1084,408
3 1091 -7 -7637 49 1093,188
4 1103 -5 -5515 25 1101,967
5 1112 -3 -3336 9 1110,747
6 1121 -1 -1121 1 1119,527
7 1125 1 1125 1 1128,307
8 1134 3 3402 9 1137,086
9 1151 5 5755 25 1145,866
10 1152 7 8064 49 1154,646
11 1167 9 10503 81 1163,425
12 1170 11 12870 121 1172,205
Total 13487 0 2511 572 13487,000

4.2.1.4 Uji Kesalahan Peramalan


Di bawah ini merupakan perhitungan pengujian kesalahan peramalan pada
ketiga metode peramalan sebelumnya.

A. Mean Absolute Error (MAE)


Mean Absolute Error atau nilai tengah kesalahan dapat dihitung dengaan
menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ni-1 ⃒ei ⃒
MAE =
n
Dimana, ei diperoleh dari selisih antara Dt dengan Ft.

1 Metode Double Moving Average (DMA)


Di bawah ini merupakan tabel perhitungan uji kesalahan peramalan
menggunakan Mean Absolute Error atau nilai tengan kesalahan absolut untuk
Metode Double Moving Average.
IV-49

Tabel 4.49 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Peramalan Menggunakan MAE untuk Metode
Double Moving Average
Periode Dt S' S'' At bt Ft ei |ei|
1 1075 - - - - - - -
2 1086 1080,500 - - - - - -
3 1091 1088,500 1084,500 1092,500 8,000 - - -
4 1103 1097,000 1092,750 1101,250 8,500 1100,500 2,500 2,500
5 1112 1107,500 1102,250 1112,750 10,500 1109,750 2,250 2,250
6 1121 1116,500 1112,000 1121,000 9,000 1123,250 -2,250 2,250
7 1125 1123,000 1119,750 1126,250 6,500 1130,000 -5,000 5,000
8 1134 1129,500 1126,250 1132,750 6,500 1132,750 1,250 1,250
9 1151 1142,500 1136,000 1149,000 13,000 1139,250 11,750 11,750
10 1152 1151,500 1147,000 1156,000 9,000 1162,000 -10,000 10,000
11 1167 1159,500 1155,500 1163,500 8,000 1165,000 2,000 2,000
12 1170 1168,500 1164,000 1173,000 9,000 1171,500 -1,500 1,500
JUMLAH 38,500
MAE 4,278

2. Metode Single Exponential Smoothing (SES)


Di bawah ini merupakan tabel 4.50 yang berisikan perhitungan uji
kesalahan peramalan menggunakan Mean Absolute Error atau nilai tengah
kesalahan absolut untuk metode Single Exponential Smoothing.

Tabel 4.50 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Peramalan Menggunakan MAE untuk Metode
Single Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 ei |ei|
1 1075 - - -
2 1086 1075,000 11,000 11,000
3 1091 1080,941 10,059 10,059
4 1103 1086,374 16,626 16,626
5 1112 1095,354 16,646 16,646
6 1121 1104,344 16,656 16,656
7 1125 1113,340 11,660 11,660
8 1134 1119,638 14,362 14,362
9 1151 1127,395 23,605 23,605
10 1152 1140,144 11,856 11,856
11 1167 1146,547 20,453 20,453
12 1170 1157,594 12,406 12,406
JUMLAH 165,329
MAE 15,030
IV-50

∑ni-1 |ei| 165,329


MAE = = = 15,030
n 11
Maka, nilai MAE untuk metode Single Exponential Smoothing adalah
15,030,

3. Metode Regresi Linier


Berikut ini merupakan tabel 4.51 yang berisikan perhitungan uji kesalahan
peramalan menggunakan Mean Absolute Error atau nilai tengah kesalahan absolut
untuk metode regresi linier.

Tabel 4.51 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Peramalan Menggunakan MAE untuk
Metode Regresi Linier
Periode y(t) X Xy X2 Ft ei |ei|
1 1075 -11 -11825 121 1075,628 -0,628 0,628
2 1086 -9 -9774 81 1084,408 1,592 1,592
3 1091 -7 -7637 49 1093,188 -2,188 2,188
4 1103 -5 -5515 25 1101,967 1,033 1,033
5 1112 -3 -3336 9 1110,747 1,253 1,253
6 1121 -1 -1121 1 1119,527 1,473 1,473
7 1125 1 1125 1 1128,307 -3,307 3,307
8 1134 3 3402 9 1137,086 -3,086 3,086
9 1151 5 5755 25 1145,866 5,134 5,134
10 1152 7 8064 49 1154,646 -2,646 2,646
11 1167 9 10503 81 1163,425 3,575 3,575
12 1170 11 12870 121 1172,205 -2,205 2,205
Total 28,119
MAE 2,343

∑ni-1 |ei| 28,119


MAE = = = 2,343
n 12
Maka, nilai MAE untuk metode regresi linier adalah 2,343.

B. Mean Square Error (MSE)


Mean Square Error atau nilai tengah kesalahan kuadrat dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑ni-1 ei2
MSE =
n
Dimana, ei diperoleh dari selisih antara Dt dengan Ft.
IV-51

1. Metode Double Moving Average (DMA)


Di bawah ini merupakan tabel 4.52 yang berisikan perhitungan uji
kesalahan peramalan menggunakan Mean Square Error atau nilai tengah
kesalahan kuadrat untuk metode Double Moving Average.

Tabel 4.52 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MSE untuk Metode Double
Moving Average
Periode Dt S' S'' At bt Ft ei |ei| ei2
1 1075 - - - - - - - -
2 1086 1080,500 - - - - - - -
3 1091 1088,500 1084,500 1092,500 8,000 - - - -
4 1103 1097,000 1092,750 1101,250 8,500 1100,500 2,500 2,500 6,250
5 1112 1107,500 1102,250 1112,750 10,500 1109,750 2,250 2,250 5,063
6 1121 1116,500 1112,000 1121,000 9,000 1123,250 -2,250 2,250 5,063
7 1125 1123,000 1119,750 1126,250 6,500 1130,000 -5,000 5,000 25,000
8 1134 1129,500 1126,250 1132,750 6,500 1132,750 1,250 1,250 1,563
9 1151 1142,500 1136,000 1149,000 13,000 1139,250 11,750 11,750 138,063
10 1152 1151,500 1147,000 1156,000 9,000 1162,000 -10,000 10,000 100,000
11 1167 1159,500 1155,500 1163,500 8,000 1165,000 2,000 2,000 4,000
12 1170 1168,500 1164,000 1173,000 9,000 1171,500 -1,500 1,500 2,250
JUMLAH 287,250
MSE 31,917

∑ni-1 ei2 287,250


MSE = = = 31,917
n 9
Maka, nilai MSE untuk metode Double Moving Average adalah 31,917.

2. Metode Single Exponential Smoothing (SES)


Di bawah ini merupakan tabel 4.53 yang berisikan perhitungan uji
kesalahan peramalan menggunakan Mean Square Error atau nilai tengah
kesalahan kuadrat untuk metode Single Exponential Smoothing.

Tabel 4.53 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MSE untuk Metode Single
Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 ei |ei| ei2
1 1075 - - - -
2 1086 1075,000 11,000 11,000 121,000
3 1091 1080,941 10,059 10,059 101,181
4 1103 1086,374 16,626 16,626 276,427
5 1112 1095,354 16,646 16,646 277,101
6 1121 1104,344 16,656 16,656 277,411
7 1125 1113,340 11,660 11,660 135,954
IV-52

Lanjutan Tabel 4.53 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan


MSE untuk Metode Single Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 ei |ei| ei2
8 1134 1119,638 14,362 14,362 206,279
9 1151 1127,395 23,605 23,605 557,209
10 1152 1140,144 11,856 11,856 140,566
11 1167 1146,547 20,453 20,453 418,309
12 1170 1157,594 12,406 12,406 153,913
JUMLAH 2665,349
MSE 242,304

∑ni-1 ei2 2665,349


MSE = = = 242,304
n 11
Maka, nilai MSE untuk metode Single Exponential Smoothing adalah
242,304.

3. Metode Regresi Linier


Di bawah ini merupakan tabel 4.54 yang berisikan perhitungan uji
kesalahan peramalan menggunakan Mean Square Error atau nilai tengah
kesalahan kuadrat untuk metode regresi linier.

Tabel 4.54 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MSE untuk


Metode Regresi Linier
Periode y(t) X Xy X2 Ft ei |ei| ei2
1 1075 -11 -11825 121 1075,628 -0,628 0,628 0,395
2 1086 -9 -9774 81 1084,408 1,592 1,592 2,535
3 1091 -7 -7637 49 1093,188 -2,188 2,188 4,786
4 1103 -5 -5515 25 1101,967 1,033 1,033 1,066
5 1112 -3 -3336 9 1110,747 1,253 1,253 1,570
6 1121 -1 -1121 1 1119,527 1,473 1,473 2,170
7 1125 1 1125 1 1128,307 -3,307 3,307 10,933
8 1134 3 3402 9 1137,086 -3,086 3,086 9,525
9 1151 5 5755 25 1145,866 5,134 5,134 26,358
10 1152 7 8064 49 1154,646 -2,646 2,646 7,000
11 1167 9 10503 81 1163,425 3,575 3,575 12,778
12 1170 11 12870 121 1172,205 -2,205 2,205 4,863
Total 83,978
MSE 6,998
IV-53

∑ni-1 ei2 83,978


MSE = = = 6,998
n 12
Maka, nilai MSE untuk metode Regresi Linier adalah 6,998.

C. Standar Deviation Error (SDE)


Standar Deviation Error atau nilai tengah kesalahan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ni-1 ei2
SDE =√
n

Dimana ei diperoleh dari selisih antara Dt dengan Ft.

1. Metode Double Moving Average (DMA)


Berikut ini merupakan tabel 4.55 yang berisikan perhitungan uji kesalahan
peramalan menggunakan Standar Deviation Error atau nilai tengah kesalahan
untuk metode Double Moving Average.

Tabel 4.55 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan SDE untuk Metode Double
Moving Average
Periode Dt S' S'' At bt Ft ei |ei| ei2
1 1075 - - - - - - - -
2 1086 1080,500 - - - - - - -
3 1091 1088,500 1084,500 1092,500 8,000 - - - -
4 1103 1097,000 1092,750 1101,250 8,500 1100,500 2,500 2,500 6,250
5 1112 1107,500 1102,250 1112,750 10,500 1109,750 2,250 2,250 5,063
6 1121 1116,500 1112,000 1121,000 6,500 1130,000 -5,000 5,000 25,000
7 1125 1123,000 1119,750 1126,250 6,500 1130,000 -5,000 5,000 25,000
8 1134 1129,500 1126,250 1132,750 6,500 1132,750 1,250 1,250 1,563
9 1151 1142,500 1136,000 1149,000 13,000 1139,250 11,750 11,750 138,063
10 1152 1151,500 1147,000 1156,000 9,000 1162,000 -10,000 10,000 100,000
11 1167 1159,500 1155,500 1163,500 8,000 1165,000 2,000 2,000 4,000
12 1170 1168,500 1164,000 1173,000 9,000 1171,500 -1,500 1,500 2,250
JUMLAH 287,250
SDE 5,992
IV-54

∑ni-1 ei2 287,250


SDE =√ =√ = 5,992
n-1 8

Maka, nilai SDE untuk metode Double Moving Average adalah 5,992.

2. Metode Single Exponential Smoothing (SES)


Berikut ini merupakan tabel 4.56 yang berisikan perhitungan uji kesalahan
peramalan menggunakan Standar Deviation Error atau nilai tengah kesalahan
untuk metode Single Exponential Smoothing.

Tabel 4.56 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan SDE untuk Metode Single
Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 ei |ei| ei2
1 1075 - - - -
2 1086 1075.000 11,000 11,000 121,000
3 1091 1080,941 10,059 10,059 101,181
4 1103 1086,374 16,626 16,626 276,427
5 1112 1095,354 16,646 16,646 277,101
6 1121 1104,344 16,656 16,656 277,411
7 1125 1113,340 11,660 11,660 135,954
8 1134 1119,638 14,362 14,362 206,279
9 1151 1127,395 23,605 23,605 557,209
10 1152 1140,144 11,856 11,856 140,566
11 1167 1146,547 20,453 20,453 418,309
12 1170 1157,594 12,406 12,406 153,913
JUMLAH 2665,349
SDE 16,326

∑ni-1 ei2 2665,349


SDE =√ =√ = 16,326
n-1 10

Maka, nilai SDE untuk metode Single Exponential Smoothing adalah


16,326.

3. Metode Regresi Linier


Berikut ini merupakan tabel 4.57 yang berisikan perhitungan uji kesalahan
peramalan menggunakan Standar Deviation Error atau nilai tengah kesalahan
untuk metode Regresi Linier.
IV-55

Tabel 4.57 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan SDE untuk


Metode Regresi Linier
Periode y(t) X Xy X2 Ft ei |ei| ei2
1 1075 -11 -11825 121 1075,628 -0,628 0,628 0,395
2 1086 -9 -9774 81 1084,408 1,592 1,592 2,535
3 1091 -7 -7637 49 1093,188 -2,188 2,188 4,786
4 1103 -5 -5515 25 1101,967 1,033 1,033 1,066
5 1112 -3 -3336 9 1110,747 1,253 1,253 1,570
6 1121 -1 -1121 1 1119,527 1,473 1,473 2,170
7 1125 1 1125 1 1128,307 -3,307 3,307 10,933
8 1134 3 3402 9 1137,086 -3,086 3,086 9,525
9 1151 5 5755 25 1145,866 5,134 5,134 26,358
10 1152 7 8064 49 1154,646 -2,646 2,646 7,000
11 1167 9 10503 81 1163,425 3,575 3,575 12,778
12 1170 11 12870 121 1172,205 -2,205 2,205 4,863
Total 83,978
SDE 2,763

∑ni-1 ei2 83,978


SDE =√ =√ = 2,763
n-1 11

Maka, nilai SDE untuk metode Regresi Linier adalah 2,763.

D. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)


Mean Absolute Percentage Error dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
∑ni-1 |Pei|
MAPE =
n
Dimana ei diperoleh dari selisih antara Dt dengan Ft.

1. Metode Double Moving Average (DMA)


Berikut ini merupakan tabel 4.58 yang berisikan perhitungan uji kesalahan
peramalan menggunakan Mean Absolute Percentage Error untuk metode Double
Moving Average.
IV-56

Tabel 4.58 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MAPE


untuk Metode Double Moving Average
Periode Dt Ft Pei
1 1075 - -
2 1086 - -
3 1091 - -
4 1103 1084,500 0,227
5 1112 1092,750 0,202
6 1121 1102,250 0,201
7 1125 1112,000 0,444
8 1134 1119,750 0,110
9 1151 1126,250 1,021
10 1152 1136,000 0,868
11 1167 1147,000 0,171
12 1170 1155,500 0,128
Jumlah 3,373
MAPE 0,375

∑ni-1 |Pei| 3,373


MAPE = = = 0,375
n 9
Maka, nilai MAPE untuk metode Double Moving Average adalah 0,375.

2. Metode Single Exponential Smoothing


Di bawah ini merupakan tabel 4.59 yang berisikan perhitungan uji
kesalahan peramalan menggunakan Mean Absolute Percentage Error untuk
metode Single Exponential Smoothing.

Tabel 4.59 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MAPE


untuk Metode Single Exponential Smoothing
Periode Dt Ft+1 Pei
1 1075 - -
2 1086 1075.000 1,013
3 1091 1080,941 0,922
4 1103 1086,374 1,507
5 1112 1095,354 1,497
6 1121 1104,344 1,486
7 1125 1113,340 1,036
8 1134 1119,638 1,267
9 1151 1127,395 2,051
10 1152 1140,144 1,029
11 1167 1146,547 1,753
12 1170 1157,594 1,060
Jumlah 14,621
MAPE 1,329
IV-57

∑ni-1 |Pei| 14,621


MAPE = = = 1,329
n 11
Maka, nilai MAPE untuk metode Single Exponential Smoothing adalah 1,329.

3, Metode Regresi Linier


Berikut ini merupakan tabel 4.60 yang berisikan perhitungan uji kesalahan
peramalan menggunakan Mean Absolute Percentage Error untuk metode Regresi
Linier.

Tabel 4.60 Hasil Perhitungan Uji Kesalahan Menggunakan MAPE


untuk Metode Regresi Linier
Periode y(t) Ft Pei
1 1075 1075,628 0,058
2 1086 1084,408 0,147
3 1091 1093,188 0,201
4 1103 1101,967 0,094
5 1112 1110,747 0,113
6 1121 1119,527 0,131
7 1125 1128,307 0,294
8 1134 1137,086 0,272
9 1151 1145,866 0,446
10 1152 1154,646 0,230
11 1167 1163,425 0,306
12 1170 1172,205 0,188
Jumlah 2,480
MAPE 0,207

∑ni-1 |Pei| 2,480


MAPE = = = 0,207
n 12
Maka, nilai MAPE untuk metode Regresi Linier adalah 0,207.

4.2.1.5 Pemilihan Metode Peramalan Terbaik


Dari hasil perhitungan uji kesalahan peramalan dengan menggunakan
MAE, MSE, SDE dan MAPE, selanjutnya dipilih metode peramalan yang terbaik.
Berikut merupakan tabel 4.61 yang berisikan metode peramalan terbaik
berdasarkan perhitungan peramalan yang telah dilakukan.
IV-58

Tabel 4.61 Metode Peramalan Terbaik


Double Moving Single Exponential
Uji Kesalahan Regresi Linier Terbaik
Average Smoothing
MAE 4,278 15,030 2,343 Regresi Linier
MSE 31,917 242,304 6,998 Regresi Linier
SDE 5,992 16,326 2,763 Regresi Linier
MAPE 0,375 1,329 0,207 Regresi Linier

Berdasarkan tabel 4.61 metode peramalan terbaik di atas, dapat diketahui


bahwa metode terbaik yang terpilih yaitu metode regresi linier.

4.2.1.6 Uji Validasi (Moving Range Test)


Moving Range Test dirancang untuk membandingkan nilai-nilai
permintaan yang akan terjadi sehingga dapat diketahui demand aktual bila terjadi
perubahan-perubahan yang tidak diharapkan. Perhitungan Moving Range Test
dapat dikerjakan dengan rumus :
MRt = |(Ft-Xt)-(Ft-1 -Xt-1 )|
∑ni-1 MRt
̅̅̅̅̅
MR = n

MR2 = |(F2 - X2 )-(F1 - X1 )|


= |(1084,404 – 1086) –(1075,628 - 1075)|
= -2,220
MR3 = |(F3 - X3 )-(F2 - X2 )|
= |(1093,188 - 1091) - (1084,404 – 1086)|
= 3,780
MR4 = |(F4 - X4 )-(F3 - X3 )|
= |(1101,967 - 1103) - (1093,188 - 1091)|
= -3,220
Di bawah ini adalah tabel 4.62 yang berisikan rekapitulasi uji validasi
(Moving Range Test).

Tabel 4.62 Uji Validasi (Moving Range Test)


Periode y(t) Ft mrt |mrt|
1 1075 1075,628 - -
2 1086 1084,408 -2,220 2,220
3 1091 1093,188 3,780 3,780
4 1103 1101,967 -3,220 3,220
IV-59

Lanjutan Tabel 4.62 Uji Validasi (Moving Range Test)


Periode y(t) Ft mrt |mrt|
5 1112 1110,747 -0,220 0,220
6 1121 1119,527 -0,220 0,220
7 1125 1128,307 4,780 4,780
8 1134 1137,086 -0,220 0,220
9 1151 1145,866 -8,220 8,220
10 1152 1154,646 7,780 7,780
11 1167 1163,425 -6,220 6,220
12 1170 1172,205 5,780 5,780
Jumlah 42,661

∑ni-1 |MRt| 42,661


̅̅̅̅̅
MR = = = 3,878
n 11
Out Of Control Test
Parameter-parameter dalam Out Of Control Test adalah:
UCL ̅̅̅̅̅ = +2,66 x 3,878 = 10,316
= +2,66MR
LCL ̅̅̅̅̅ = -2,66 x 3,878 = -10,316
= -2,66MR
REGION A ̅̅̅̅̅) = ±2/3 (10,316) = ±6,877
= ±2/3 (2,66MR
REGION B ̅̅̅̅̅) = ±1/3 (10,316) = ±3,439
= ±1/3 (2,66MR
REGION C = CENTER LINE = 0

Berikut merupakan tabel 4.63 yang berisikan parameter-parameter dalam


Out of Control Test.
Tabel 4.63 Nilai Batas dan Nilai Region (Moving Range Test)
Region Region Region Region
P UCL LCL C Ft - Xt
A (-) B (-) B (+) A (+)
1 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 0,628
2 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 -1,592
3 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 2,188
4 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 -1,033
5 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 -1,253
6 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 -1,473
7 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 3,307
8 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 3,086
9 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 -5,134
10 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 2,646
11 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 -3,575
12 10,316 -10,316 -6,877 -3,439 0 3,439 6,877 2,205
IV-60

Berikut ini adalah gambar 4.21 yang berisikan grafik moving range test
berdasarkan data dari tabel nilai batas dan nilai region.

MO VING RANGE T E S T
15
P
10
UCL
LCL
5
Region A (-)

0 Region B (-)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 C
-5 Region B (+)
Region A (+)
-10
Ft - Xt

-15

Gambar 4.21 Grafik Moving Range Test

Dari grafik diatas didapatkan bahwa data hasil peramalan sudah berada
didalam batas kendali, sehingga disimpulkan metode Regresi Linier merupakan
metode yang terbaik.

4.2.1.7 Peramalan 12 Periode ke Depan


Berdasarkan hasil perhitungan uji kesalahan peramalan dengan
menggunakan MAE, MSE, SDE dan MAPE, dapat diketahui bahwa metode
terbaik yang terpilih adalah metode Regresi Linier, sehingga metode inilah yang
akan digunakan untuk peramalan 12 periode ke depan.
Berikut ini adalah perhitungan peramalan untuk 12 periode ke depan
menggunakan metode Regresi Linier.
Koefisien Intersep:
∑y 113486
α= = = 1123,917
n 12
Koefisien Kemiringan:
∑ xy 2511
b=
∑ x2
= = 4,390
572
IV-61

Peramalan :
Ft = α + bX
F13 = 1123,917+ 4,390 (13) = 1180,985
F14 = 1123,917+ 4,390 (15) = 1189,765
F15 = 1123,917+ 4,390 (17) = 1198,544

Di bawah ini adalah tabel 4.64 yang berisikan data peramalan 12 periode
ke depan menggunakan metode Regresi Linier.

Tabel 4.64 Data Peramalan Menggunakan Metode Regresi Linier


Periode X Ft
13 13 1180,985
14 15 1189,765
15 17 1198,544
16 19 1207,324
17 21 1216,104
18 23 1224,883
19 25 1233,663
20 27 1242,443
21 29 1251,223
22 31 1260,002
23 33 1268,782
24 35 1277,562

4.2.1.8 Peramalan Dengan Menggunakan Software


Di bawah ini merupakan perhitungan metode-metode peramalan
menggunakan Software POM QM.

A. Single Exponential Smoothing (SES)


Berikut ini adalah gambar 4.22 yang berisikan hasil perhitungan data
peramalan dengan menggunakan software.
IV-62

Gambar 4.22 Hasil Peramalan SES Menggunakan Software POM QM

B. Regresi Linear
Berikut ini adalah gambar 4.23 yang berisikan hasil perhitungan data
peramalan dengan menggunakan software.

Gambar 4.23 Hasil Peramalan RL Menggunakan Software POM QM


IV-63

4.2.2 Pengolahan Data Perencanaan Agregat, Jadwal Produksi Induk,


Perencanaan Kapasitas Kasar
Pengolahan data pada yaitu perhitungan safety stock, perhitungan kapasitas
produksi, perencanaan agregat, penentuan famili yang akan diproduksi, jadwal
produksi induk, dan perencanaan kebutuhan kapasitas kasar.

4.2.2.1 Perhitungan Safety Stock Untuk Masing-Masing Item


Tingkat kepercayaan diperoleh melalui kebijakan yang ditetapkan oleh
suatu perusahaan dengan mempertimbangkan keadaan di perusahaan dan
mengikuti standarisasi yang ada. Adapun tingkat kepercayaan yang digunakan
adalah 95% dengan nilai Z merupakan hasil interpolasi:
X = 0,95 Z = 95%
X1 = 0,9505 Z1 = 1,65
X2 = 0,9495 Z2 = 1,64
X2 - X1 Z2 - Z1
=
X - X1 Z - Z1
0,9495 - 0,9505 1,64- 1,65
=
0,95 - 0,9505 Z - 1,65
-0,0001 -0,01
=
-0,0005 Z-1,65
-0,001Z+0,00165 = 0,000005
-0,001Z = -0,001645
Z = 1,645

Standar deviasi untuk perhitungan safety stock produksi mobil adalah


sebagai berikut:

∑ni=1(xi-x̅)2
SDA =√
N

(307-322,916)²+(308-322,916)²+…+(315-322,916)²
=√
12

= 11,814
Diperoleh standar deviasinya sebesar 19,434. Berikut adalah perhitungan
SSi (Safety Stock) untuk produksi mobil.
IV-64

SSA = Z x SDA x √LtA

= 1,645 x 11,814 x √1
= 19,434 ≈ 20

Standar deviasi untuk perhitungan safety stock produksi truk adalah


sebagai berikut:

∑ni=1(xi-x̅)2
SDB =√
N

(320-322,916)2 +(317-322,916)2 +…(365-322,916)2


=√
12

= 15,558

Diperoleh standar deviasinya sebesar 15,558. Berikut adalah perhitungan


SSi (Safety Stock) untuk produksi truk.
SSB = Z x SDB x √LtB

= 1,645 x 15,558 x √1
= 25,593 ≈ 26

Standar deviasi untuk perhitungan safety stock produksi pesawat adalah


sebagai berikut:

∑ni=1(xi-x̅)2
SDC =√
N

(307-322,916)2 + (320-322,916)2 +⋯+(342-322,916)2


=√
12

= 11,055

Diperoleh standar deviasinya sebesar 11,055. Berikut adalah perhitungan


SSi (Safety Stock) untuk produksi pesawat.
SSC = Z x SDC x √LtC

= 1,645 x 11,055 x √1
= 18,186 ≈ 19
IV-65

Berikut ini adalah tabel 4.65 yang berisikan rekapitulasi hasil perhitungan
safety stock setiap produk.

Tabel 4.65 Rekapitulasi Safety Stock


Famili Item Standar Deviasi Z Safety Stock
A 11,814 1,645 19,434
I
B 15,558 1,645 25,593
II C 11,055 1,645 18,186

4.2.2.2 Perhitungan Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi merupakan jumlah output yang dapat diproduksi atau
dihasilkan dalam satuan waktu tertentu.

4.2.2.1 Perhitungan Kapasitas RT Untuk Masing-Masing Stasiun Kerja


Perhitungan kapasitas regular time dilakukan untuk menentukan berapa
kapasitas untuk regular time yang tersedia. Berikut ini adalah perhitungan
kapasitas RT pada masing-masing periode.

Kapasitas RT periode 13 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60


= 23 x 7 x 60
= 9660
Kapasitas RT periode 14 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 22 x 7 x 60
= 9240
Kapasitas RT periode 15 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 21 x 7 x 60
= 8820
Kapasitas RT periode 16 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 21 x 7 x 60
= 8820
Kapasitas RT periode 17 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 23 x 7 x 60
= 9660
IV-66

Kapasitas RT periode 18 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60


= 22 x 7 x 60
= 9240
Kapasitas RT periode 19 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 23 x 7 x 60
= 9660
Kapasitas RT periode 20 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 23 x 7 x 60
= 9660
Kapasitas RT periode 21 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 22 x 7 x 60
= 9240
Kapasitas RT periode 22 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 21 x 7 x 60
= 8820
Kapasitas RT periode 23 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 22 x 7 x 60
= 9240
Kapasitas RT periode 24 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 21 x 7 x 60
= 8820
Berikut ini adalah tabel 4.66 yang berisikan rekapitulasi kapasitas regular
time dari setiap periode.

Tabel 4.66 Rekapitulasi Kapasitas Regular Time (menit)


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kapasitas RT 9660 9240 8820 8820 9660 9240 9660 9660 9240 8820 9240 8820

Berikut ini adalah perhitungan kapasitas regular time (menit) untuk stasiun
kerja 1 pada periode 13.
Kapasitas RT = Kapasitas RT per periode/waktu operasi
IV-67

Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 1 periode 13


Kapasitas RT Item A = 9660/3,545 = 2725,221 ≈ 2725
Kapasitas RT Item B = 9660/2,346 = 4117,062 ≈ 4117
Kapasitas RT Item C = 9660/3,819 = 2529,679 ≈ 2529

Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 2 periode 13


Kapasitas RT Item A = 9660/5,168 = 1689,074 ≈ 1869
Kapasitas RT Item B = 9660/4,926 = 1961,156 ≈ 1961
Kapasitas RT Item C = 9660/3,880 = 2489,905 ≈ 2489

Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 3 periode 13


Kapasitas RT Item A = 9660/1,554 = 6218,217 ≈ 6218
Kapasitas RT Item B = 9660/1,554 = 6218,217 ≈ 6218
Kapasitas RT Item C = 9660/0 =0

Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 4 periode 13


Kapasitas RT Item A = 9660/6,690 = 1443,982 ≈ 1443
Kapasitas RT Item B = 9660/6,690 = 1443,982 ≈ 1443
Kapasitas RT Item C = 9660/6,591 = 1465,709 ≈ 1465

Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 5 periode 13


Kapasitas RT Item A = 9660/1,816 = 5320,360 ≈ 5320
Kapasitas RT Item B = 9660/1,043 = 9264,706 ≈ 9264
Kapasitas RT Item C = 9660/0,766 = 12613,710 ≈ 12613

Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 6 periode 13


Kapasitas RT Item A = 9660/1,606 = 6014,944 ≈ 6014
Kapasitas RT Item B = 9660/1,277 = 7566,580 ≈ 7566
Kapasitas RT Item C = 9660/1,003 = 9635,910 ≈ 9635
IV-68

Kapasitas RT per item pada stasiun kerja 7 periode 13


Kapasitas RT Item A = 9660/3,755 = 2572,798 ≈ 2572
Kapasitas RT Item B = 9660/1,164 = 8296,593 ≈ 8296
Kapasitas RT Item C = 9660/1,528 = 6323,369 ≈ 6323

Berikut ini adalah tabel 4.67 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time pada stasiun kerja 1.

Tabel 4.67 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 1 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 2725 2606 2488 2488 2725 2606 2725 2725 2606 2488 2606 2488
B 4117 3938 3759 3759 4117 3938 4117 4117 3938 3759 3938 3759
C 2529 2419 2309 2309 2529 2419 2529 2529 2419 2309 2419 2309
Jumlah 9371 8963 8556 8556 9371 8963 9371 9371 8963 8556 8963 8556

Berikut ini adalah tabel 4.68 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time pada stasiun kerja 2.

Tabel 4.68 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 2 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 1869 1787 1706 1706 1869 1787 1869 1869 1787 1706 1787 1706
B 1961 1875 1790 1790 1961 1875 1961 1961 1875 1790 1875 1790
C 2489 2381 2273 2273 2489 2381 2489 2489 2381 2273 2381 2273
Jumlah 6319 6043 5769 5769 6319 6043 6319 6319 6043 5769 6043 5769

Berikut ini adalah tabel 4.69 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time pada stasiun kerja 3.

Tabel 4.69 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 3 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 6218 5947 5677 5677 6218 5947 6218 6218 5947 5677 5947 5677
B 6218 5947 5677 5677 6218 5947 6218 6218 5947 5677 5947 5677
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 12436 11894 11354 11354 12436 11894 12436 12436 11894 11354 11894 11354
IV-69

Berikut ini adalah tabel 4.70 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time pada stasiun kerja 4.

Tabel 4.70 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 4 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 1443 1381 1318 1318 1443 1381 1443 1443 1381 1318 1381 1318
B 1443 1381 1318 1318 1443 1381 1443 1443 1381 1318 1381 1318
C 1465 1401 1338 1338 1465 1401 1465 1465 1401 1338 1401 1338
Jumlah 4351 4163 3974 3974 4351 4163 4351 4351 4163 3974 4163 3974

Berikut ini adalah tabel 4.71 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time pada stasiun kerja 5.

Tabel 4.71 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 5 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 5320 5089 4857 4857 5320 5089 5320 5320 5089 4857 5089 4857
B 9264 8861 8459 8459 9264 8861 9264 9264 8861 8459 8861 8459
C 12613 12065 11516 11516 12613 12065 12613 12613 12065 11516 12065 11516
Jumlah 27197 26015 24832 24832 27197 26015 27197 27197 26015 24832 26015 24832

Berikut ini adalah tabel 4.72 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time pada stasiun kerja 6.

Tabel 4.72 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 6 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 6014 5753 5491 5491 6014 5753 6014 6014 5753 5491 5753 5491
B 7566 7237 6908 6908 7566 7237 7566 7566 7237 6908 7237 6908
C 9635 9216 8798 8798 9635 9216 9635 9635 9216 8798 9216 8798
Jumlah 23215 22206 21197 21197 23215 22206 23215 23215 22206 21197 22206 21197

Berikut ini adalah tabel 4.73 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time pada stasiun kerja 7.

Tabel 4.73 Perhitungan Kapasitas Regular Time pada Stasiun Kerja 7 (unit)
Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 2572 2460 2349 2349 2572 2460 2572 2572 2460 2349 2460 2349
B 8296 7935 7575 7575 8296 7935 8296 8296 7935 7575 7935 7575
C 6323 6048 5773 5773 6323 6048 6323 6323 6048 5773 6048 5773
Jumlah 17191 16443 15697 15697 17191 16443 17191 17191 16443 15697 16443 15697
IV-70

Berikut ini adalah tabel 4.74 yang berisikan rekapitulasi perhitungan


kapasitas regular time.

Tabel 4.74 Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas Regular Time (unit)


Periode
Kapasitas
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
SK 1 9371 8963 8556 8556 9371 8963 9371 9371 8963 8556 8963 8556
SK 2 6319 6043 5769 5769 6319 6043 6319 6319 6043 5769 6043 5769
SK 3 12436 11894 11354 11354 12436 11894 12436 12436 11894 11354 11894 11354
SK 4 4351 4163 3974 3974 4351 4163 4351 4351 4163 3974 4163 3974
SK 5 27197 26015 24832 24832 27197 26015 27197 27197 26015 24832 26015 24832
SK 6 23215 22206 21197 21197 23215 22206 23215 23215 22206 21197 22206 21197
SK 7 17191 16443 15697 15697 17191 16443 17191 17191 16443 15697 16443 15697
Rata-rata 14297 13675 13054 13054 14297 13675 14297 14297 13675 13054 13675 13054
Bottleneck 4351 4163 3974 3974 4351 4163 4351 4351 4163 3974 4163 3974

4.2.2.2 Perhitungan Kapasitas OT Untuk Masing-Masing Stasiun Kerja


Perhitungan kapasitas over time dilakukan untuk menentukan berapa
kapasitas untuk over time yang tersedia. Berikut ini adalah perhitungan kapasitas
RT pada masing-masing stasiun kerja untuk periode 13.
Kapasitas OT masing-masing stasiun = 30% dari kapasitas RT

Stasiun Kerja 1
Kapasitas OT = 30% x 9371 = 2811

Stasiun Kerja 2
Kapasitas OT = 30% x 6319 = 1895

Stasiun Kerja 3
Kapasitas OT = 30% x 12436 = 3730

Stasiun Kerja 4
Kapasitas OT = 30% x 4351 = 1305

Stasiun Kerja 5
Kapasitas OT = 30% x 27197 = 8159

Stasiun Kerja 6
Kapasitas OT = 30% x 23215 = 6964
IV-71

Stasiun Kerja 7
Kapasitas OT = 30% x 17191 = 5157

Berikut ini adalah tabel 4.75 yang berisikan rekapitulasi perhiotungan


kapasitas over time.

Tabel 4.75 Rekapitulasi Perhitungan Kapasitas Over Time (unit)


Peroide
Kapasitas
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
SK 1 2811 2688 2566 2566 2811 2688 2811 2811 2688 2566 2688 2566
SK 2 1895 1812 1730 1730 1895 1812 1895 1895 1812 1730 1812 1730
SK 3 3730 3568 3406 3406 3730 3568 3730 3730 3568 3406 3568 3406
SK 4 1305 1248 1192 1192 1305 1248 1305 1305 1248 1192 1248 1192
SK 5 8159 7804 7449 7449 8159 7804 8159 8159 7804 7449 7804 7449
SK 6 6964 6661 6359 6359 6964 6661 6964 6964 6661 6359 6661 6359
SK 7 5157 4932 4709 4709 5157 4932 5157 5157 4932 4709 4932 4709
Rata-rata 4288 4101 3915 3915 4288 4101 4288 4288 4101 3915 4101 3915
Bottleneck 1305 1248 1192 1192 1305 1248 1305 1305 1248 1192 1248 1192

4.2.2.3 Perencanaan Agregat


Perencanaan agregat adalah penghubung antara perencanaan harian atau
penjadwalan dengan perencanaan jangka panjang. Berikut ini adalah perhitungan
persediaan.

Perhitungan Persediaan
Persediaan = Inventory x konvensi per item
Item A = 130 x 1,372= 178,405
Item B = 100 x 1,080 = 108,041
Item C = 120 x 1,000 = 120,000
Total = 406

4.2.2.3.1 Metode First In First Out


Metode FIFO didasarkan pada anggapan bahwa bahan yang pertama kali
dipakai dibebani dengan harga perolehan per satuan dan bahan yang pertama kali
masuk ke gudang bahan. Berikut ini adalah tabel 4.76 yang berisikan perencanaan
agregat dengan menggunakan metode FIFO.
IV-72

Tabel 4.76 Perencanaan Agregat Metode FIFO


Periode
Sumber KTTP KT AP
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Persediaan 406
RT 775 1190 1199 1187 0 4351
13 OT 1305 1305 4351
SC
RT 21 1217 1225 1234 466 0 4163
14 OT 1248 1248 4163
SC
RT 777 1252 1261 684 0 3974
15 OT 1192 1192 3974
SC
RT 585 1278 2111 3974
16 OT 1192 1192 1863
SC
RT 4351 4351
17 OT 1305 1305 0
SC
RT 4163 4163
18 OT 1248 1248 0
SC
RT 4351 4351
19 OT 1305 1305 0
SC
RT 4351 4351
20 OT 1305 1305 0
SC
RT 4163 4163
21 OT 1248 1248 0
SC
RT 3974 3974
22 OT 1192 1192 0
SC
RT 4163 4163
23 OT 1248 1248 0
SC
RT 3974 3974
24 OT 1192 1192 0
SC
Demand 1181 1190 1199 1208 1217 1225 1234 1243 1252 1261 1269 1278

Keterangan :
KTTP : Kapasitas tidak terpakai
KT : Kapasitas tersedia
AP : Perencanaan agregat
IV-73

Perhitungan Ongkos Total Produksi (OTP)


OTP = Ongkos Produksi RT + Ongkos Kapasitas Tidak Terpakai
Ongkos Total Produksi Periode 13
a. Ongkos Produksi RT = (775 x Rp. 10.000) + (1190 x Rp. 10.150) +
(1199 x Rp. 10.300) + (1187 x Rp 10.450) +
= Rp. 44.582.350,-
b. Ongkos KTTP = 0 x Rp. 125,- = Rp. 0,-
Ongkos Total Produksi = Ongkos Produksi RT + Ongkos KTTP
= Rp. 44.582.350,-

Ongkos Total Produksi Periode 14


a. Ongkos Produksi RT = (21 x Rp. 10.300) + (1217 x Rp. 10450)
+ (1225 x Rp 10.600) + (1234 x Rp 10750)
+ (466 x Rp 10.900)
= Rp. 44.263.850,-
b. Ongkos KTTP = 0 x Rp. 125,- = Rp. 0,-
Ongkos Total Produksi = Ongkos Produksi RT + Ongkos KTTP
= Rp. 44.263.850,-

Ongkos Total Produksi Periode 15


a. Ongkos Produksi RT = (777 x Rp. 10.750) + (1252 x Rp. 10.900)
+ (1261 x Rp 11.050) + (684 x Rp 11.200)
= Rp. 43.594.400
b. Ongkos KTTP = 0 x Rp. 125,- = Rp. 0,-
Ongkos Total Produksi = Ongkos Produksi RT + Ongkos KTTP
= Rp. 43.594.400

Berikut ini adalah tabel 4.77 yang berisikan data rekapitulasi perhitungan
ongkos Total produksi dengan metode FIFO.
IV-74

Tabel 4.77 Rekapitulasi Perhitungan Ongkos Total Produksi Metode FIFO


Periode RT OT SC KTTP Ongkos Total (Rp)
13 44582350 44582350
14 44263850 44263850
15 43594400 43594400
16 20777850 263875 21041725
17 543875 543875
18 520375 520375
19 543875 543875
20 543875 543875
21 520375 520375
22 496750 496750
23 520375 520375
24 496750 496750
Ongkos Persediaan (Rp)
Ongkos Total Produksi (Rp) 157668575

4.2.2.3.2 Metode Least Cost


Metode Least Cost merupakan metode yang mempertimbangkan biaya
terkecil. Berikut ini adalah tabel 4.78 yang berisikan perencanaan agregat dengan
menggunakan metode Least Cost.

Tabel 4.78 Perencanaan Agregat Metode Least Cost


Periode
Sumber KTTP KT AP
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Persediaan 406
RT 775 3576 4351
13 OT 1305 1305 775
SC
RT 1190 2973 4163
14 OT 1248 1248 1190
SC
RT 1199 2775 3974
15 OT 1192 1192 1199
SC
RT 1208 2766 3974
16 OT 1192 1192 1208
SC
RT 1217 3134 4351
17 OT 1305 1305 1217
SC
RT 1225 2938 4163
18 OT 1248 1248 1225
SC
RT 1234 3117 4351
19 OT 1305 1305 1234
SC
RT 1243 3108 4351
20 OT 1305 1305 1243
SC
IV-75

Lanjutan Tabel 4.78 Perencanaan Agregat Metode Least Cost


Periode
Sumber KTTP KT AP
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Persediaan 406
RT 1252 2911 4163
21 OT 1248 1248 1252
SC
RT 1261 2713 3974
22 OT 1192 1192 1261
SC
RT 1269 2894 4163
23 OT 1248 1248 1269
SC
RT 1278 2696 3974
24 OT 1192 1192 1278
SC
Demand 1181 1190 1199 1208 1217 1225 1234 1243 1252 1261 1269 1278

Keterangan :
KTTP : Kapasitas tidak terpakai
KT : Kapasitas tersedia
AP : Perencanaan agregat

Perhitungan Ongkos Total Produksi (OTP)


OTP = Ongkos Produksi RT + Ongkos Kapasitas Tidak Terpakai
Berikut ini adalah ongkos Total produksi periode 13.
a. Ongkos Produksi RT = (775 x Rp 10.000,-)
= Rp 7.775.000,-
b. Ongkos KTTP = 3576 x Rp 125,- = Rp 447.000,-
c. Ongkos Total Produksi = Rp 7.775.000,-+ Rp 447.000,-
= Rp 8.197.000,-

Berikut ini adalah ongkos total produksi periode 14.


a. Ongkos Produksi RT = (1190 x Rp 10.000,-)
= Rp 11.900.000,-
b. Ongkos KTTP = 2973 x Rp 125,- = Rp 371.625,-
c. Ongkos Total Produksi = Rp 11.900.000,- + Rp 371.625,-
= Rp 12.271.625,-
IV-76

Berikut ini adalah ongkos Total produksi periode 15.


a. Ongkos Produksi RT = (1199 x Rp 10.000,-)
= Rp 11.990.000,-
b. Ongkos KTTP = 2775 x Rp 125,- = Rp 346.875,-
c. Ongkos Total Produksi = Rp 11.990.000,- + Rp 346.875,-
= Rp 12.336.875,-

Berikut ini adalah tabel 4.79 yang berisikan data rekapitulasi perhitungan
ongkos total produksi dengan metode Least Cost.

Tabel 4.79 Rekapitulasi Perhitungan Ongkos Total Produksi Metode Least Cost
Periode RT OT SC KTTP Ongkos Total (Rp)
13 7750000 0 0 447000 8197000
14 11900000 0 0 371625 12271625
15 11990000 0 0 346875 12336875
16 12080000 0 0 345750 12425750
17 12170000 0 0 391750 12561750
18 12250000 0 0 367250 12617250
19 12340000 0 0 389625 12729625
20 12430000 0 0 388500 12818500
21 12520000 0 0 363875 12883875
22 12610000 0 0 339125 12949125
23 12690000 0 0 361750 13051750
24 12780000 0 0 337000 13117000
Ongkos Persediaan (Rp) 0
Ongkos Total Produksi (Rp) 147960125

4.2.2.3.3 Metode Linier Programing


Perencanaan agregat menggunakan metode linier programing dilakukan
dengan bantuan software Lingo. Berikut adalah gambar 4.24 yang berisikan
pengkodean (coding) untuk perencanaan agregat dengan metode linier
programing.
IV-77

Gambar 4.24 Pengkodean Perencanaan Agregat dengan Metode Linier Programing

Berikut ini adalah gambar 4.25 yang berisikan hasil yang diperoleh dengan
menggunakan software Lingo.

Gambar 4.25 Hasil Perencanaan Agreagat dengan Metode Linier Programing


IV-78

Berdasarkan gambar 4.25 dapat diketahui bahwa hasil dari perhitungan


perencanaan agregat dengan metode linier programing menggunakan software
Lingo adalah sebesar Rp. 147.960.100,-.
Berikut ini adalah tabel 4.80 yang berisikan perbandingan ongkos Total
produksi dari metode FIFO, Least Cost, dan Linier Programing.

Tabel 4.80 Perbandingan Ongkos Total Produksi


Metode Tabular FIFO Least Cost Linier Programing
Ongkos Total Produksi 157.668.575 147.960.125 147.960.125

Berdasarkan perbandingan ketiga metode tersebut, metode Least Cost


dipilih sebagai metode terbaik karena memiliki ongkos total produksi terkecil
yaitu Rp. 147.960.125,-. Berikut adalah tabel 4.81 yang berisikan hasil
perencanaan agregat dengan metode least cost.

Tabel 4.81 Hasil Perencanaan Agregat dari Metode Least Cost


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
AP 775 1190 1199 1208 1217 1225 1234 1243 1252 1261 1269 1278

4.2.2.4 Presentase Masing-Masing Item


Berikut merupakan presentase masing-masing item.
∑ni=1 DA
Item A = x 100%
∑ni=1 DA+ ∑ni=1 DB+ ∑ni=1 DC

5324
= x 100%
5324+4223+3940
= 39,475%

∑ni=1 DB
Item B = x 100%
∑ni=1 DA+ ∑ni=1 DB+ ∑ni=1 DC

4223
= x 100%
5324+4223+3940
= 31,312%
IV-79

∑ni=1 DC
Item C = x 100%
∑ni=1 DA+ ∑ni=1 DB+ ∑ni=1 DC

3940
= x 100%
5324+4223+3940
= 29,213%

Berikut merupakan tabel 4.82 yang berisikan rekapitulasi persentase


masing-masing item.

Tabel 4.82 Rekapitulasi Presentase Masing-Masing Item


Item Persentase
A 39,475%
B 31,312%
C 29,213%

4.2.2.5 Permintaan Konversi Masing-Masing Item


Permintaan konversi masing-masing item dibutuhkan sebagai data untuk
perhitungan disagregasi, yaitu penentuan famili produk yang akan diproduksi.
Berikut merupakan perhitungan permintaan konversi item pada periode 13.
Item A
Permintaan konversi item A periode 13 = % item A x demand
= 39,475% x 1181
= 466,200
Item B
Permintaan konversi item B periode 13 = % item B x demand
= 31,312% x 1181
= 369,790
Item C
Permintaan konversi item C periode 13 = % item C x demand
= 29,213% x 1181
= 345,009
IV-80

Berikut merupakan perhitungan permintaan konversi item pada periode


14.
Item A
Permintaan konversi item A periode 14 = % item A x demand
= 39,475% x 1190
= 469,753

Item B
Permintaan konversi item B periode 14 = % item B x demand
= 31,312% x 1190
= 372,608

Item C
Permintaan konversi item C periode 14 = % item C x demand
= 29,213% x 1190
= 347,638

Berikut merupakan perhitungan permintaan konversi item pada periode


15.
Item A
Permintaan konversi item A periode 15 = % item A x demand
= 39,475% x 1199
= 473,306

Item B
Permintaan konversi item B periode 15 = % item B x demand
= 31,312% x 1199
= 375,426

Item C
Permintaan konversi item C periode 15 = % item C x demand
= 29,213% x 1199
= 350,368
IV-81

Berikut merupakan tabel 4.83 yang berisikan rekapitulasi permintaan


masing-masing item dalam satuan konversi.

Tabel 4.83 Rekapitulasi Permintaan Masing-Masing Item dalam Satuan Konversi


Periode
Family Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 466,200 469,753 473,306 476,859 480,411 483,569 487,122 490,675 494,228 497,780 500,938 504,491
I
B 369,790 372,608 375,426 378,245 381,063 383,568 386,386 389,204 392,022 394,840 397,345 400,163
II C 345,009 347,638 350,268 352,897 355,526 357,863 360,492 363,122 365,751 368,380 370,717 373,346
Jumlah 1181 1190 1199 1208 1217 1225 1234 1243 1252 1261 1269 1278

4.2.2.6 Permintaan Masing-Masing Item


Berikut merupakan perhitungan permintaan item A.
Permintaan item A periode 13 = Demand satuan konversi/Nilai konversi A
= 466,200/1,372 = 339,711 ≈ 340

Permintaan item A periode 14 = Demand satuan konversi/Nilai konversi A


= 449,753/1,372 = 342,300 ≈ 343

Permintaan item A periode 15 = Demand satuan konversi/Nilai konversi A


= 473,306/1,372 = 344,889 ≈ 345

Berikut merupakan perhitungan permintaan item B.


Permintaan item B periode 13 = Demand satuan konversi/Nilai konversi B
= 369,790/1,080 = 342,269 ≈ 343

Permintaan item B periode 14 = Demand satuan konversi/Nilai konversi B


= 372,608/1,080 = 344,877 ≈ 345

Permintaan item B periode 15 = Demand satuan konversi/Nilai konversi B


= 375,426/1,080 = 347,485 ≈ 348

Berikut merupakan perhitungan permintaan item C.


Permintaan item C periode 13 = Demand satuan konversi/Nilai konversi C
= 345,009/1 = 345,009 ≈ 346

Permintaan item C periode 14 = Demand satuan konversi/Nilai konversi C


= 347,638/1 = 347,638 ≈ 348
IV-82

Permintaan item C periode 15 = Demand satuan konversi/Nilai konversi C


= 350,268/1 = 350,268 ≈ 351
Berikut merupakan tabel 4.84 yang berisikan rekapitulasi permintaan
masing-masing item (unit).

Tabel 4.84 Rekapitulasi Permintaan Masing-Masing Item (Unit)


Periode
Family Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 339,711 342,300 344,889 347,477 350,066 352,367 354,956 357,545 360,134 362,723 365,024 367,613
I
B 342,269 344,877 347,485 350,094 352,702 355,021 357,629 360,237 362,845 365,454 367,772 370,381
II C 345,009 347,638 350,268 352,897 355,526 357,863 360,492 363,122 365,751 368,380 370,717 373,346

Berikut merupakan tabel 4.85 yang berisikan rekapitulasi permintaan


masing-masing item (pembulatan ke atas) (unit).

Tabel 4.85 Rekapitulasi Permintaan Masing-Masing Item (Pembulatan ke atas) (Unit)


Periode
Family Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 340 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
I
B 343 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
II C 346 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374

4.2.2.7 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi


Salah satu cara untuk menentukan famili yang akan diproduksi adalah
dengan menggunakan metode Hax and Candea. Berikut ini adalah perhitungan
penentuan famili yang akan diproduksi dengan metode Hax and candea.

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 13


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 150– 340 = -190
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 126 – 343 = -217
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 139 – 346 = -207

Berikut ini adalah tabel 4.86 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 13.

Tabel 4.86 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 13


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 340 150 20 -190 Produksi
I
B 343 126 26 -217 Produksi
II C 346 139 19 -207 Produksi
IV-83

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(340-150+20)]+[0;1,080(343-126+26)]
= 550,732

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(340+340-126+26)]+[0;1,080(343+343-126+26)]
= 1387,909

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(346-139+19)]
= 226,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(346+346-139+19)]
= 572,000

X*(Perencanaan Agregat) = 775


∑∀j∈i LBi = 776,732
∑∀j∈i UBi = 1959,909

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko
backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi
IV-84

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 775
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 775×550,732
YI = ∑ = = 549,504
LB
∀j∈i i 776,732

* X* LBII 775×226,000
YII = ∑ = = 225,496
LB
∀j∈i i 776,732

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
549,504 ≤ [0;1,372(340-150+20)]+[0;1,080(343-126+26)]
549,504 ≤ 550,732
EI = 550,732 – 549,504 = 1,228

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,228 × 340
YIA = (340-150+20) - (1,372 × 340)+(1,080 × 343)

YIA = 209,501 ≈ 210 unit

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,228 × 343
YIB = (343-126+26) - (1,372 × 340)+(1,080 × 343)
YIB = 242,497 ≈ 243 unit
IV-85

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
225,496 ≤ [0;1,000(346-139+19)]
225,496 ≤ 226,000
EII = 226,000 – 225,496 = 0,504

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,504 × 346
YIIC = (346-139+19) - (1,000 × 346)

YIIC = 225,496 ≈ 226 unit

Berikut adalah tabel 4.87 yang berisikan inventory pada periode 13.

Tabel 4.87 Inventory Periode 13


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 340 210 150 20
I
B 343 243 126 26
II C 346 226 139 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 14


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 340 = -323
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 345 = -319
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 348 = -329
IV-86

Berikut ini adalah tabel 4.88 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 14.

Tabel 4.88 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 14


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 343 20 20 -323 Produksi
I
B 345 26 26 -319 Produksi
II C 348 19 19 -329 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(343-20+20)]+[0;1,080(345-26+26)]
= 843,455

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(343+343-20+20)]+[0;1,080(345+345-20+20)]
= 1686,910

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(348-19+19)]
= 348,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(348+348-19+19)]
= 696,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1190


∑∀j∈i LBi = 1191,455
∑∀j∈i UBi = 2382,910

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-87

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1190
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1190 × 843,455


YI = ∑ = = 842,425
LB
∀j∈i i 1191,455

* X* LBII 1190 × 348,000


YII = ∑ = = 347,575
LB
∀j∈i i 1191,455

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
842,425 ≤ [0;1,372(343-20+20)]+[0;1,080(345-26+26)]
842,425 ≤ 843,455
EI = 843,455– 842,425 = 1,030

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,030 × 343
YIA = (343-20+20) - (1,372 × 343)+(1,080 × 345)

YIA = 342,581 ≈ 343 unit


IV-88

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,030 × 343
YIB = (345-26+26) - (1,372 × 343)+(1,080 × 345)
YIB = 344,579 ≈ 345 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
347,575 ≤ [0;1,000(348-19+19)]
347,575 ≤ 348,000
EII = 348,000– 347,575 = 0,425

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,425 × 348
YIIC = (348-19+19) - (1,000 × 348)

YIIC = 347,575 ≈ 348 unit

Berikut adalah tabel 4.89 yang berisikan inventory pada periode 14.

Tabel 4.89 Inventory Periode 14


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 343 343 20 20
I
B 345 345 26 26
II C 348 348 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 15


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 345 = -325
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 348 = -322
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 351 = -332
IV-89

Berikut ini adalah tabel 4.90 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 15.

Tabel 4.90 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 15


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 345 20 20 -325 Produksi
I
B 348 26 26 -322 Produksi
II C 351 19 19 -332 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(345-20+20)]+[0;1,080(348-26+26)]
= 849,441

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(345+345-20+20)]+[0;1,080(348+348-26+26)]
= 1698,882

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(351-19+19)]
= 351,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(351+351-19+19)]
= 702,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1199


∑∀j∈i LBi = 1200,441
∑∀j∈i UBi = 2400,882

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-90

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1199
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1199 × 849,441


YI = ∑ = = 848,421
LB
∀j∈i i 1200,441

* X* LBII 1199 × 351,000


YII = ∑ = = 350,579
LB
∀j∈i i 1200,441

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
848,421 ≤ [0;1,372(345-20+20)]+[0;1,080(348-26+26)]
848,421 ≤ 849,441
EI = 849,441– 848,421 = 1,020

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,020 × 345
YIA = (345-20+20) - (1,372 × 345)+(1,080 × 348)

YIA = 344,586 ≈ 345 unit


IV-91

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,020 × 348
YIB = (348-26+26) - (1,372 × 345)+(1,080 × 348)
YIB = 347,582 ≈ 348 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
350,579 ≤ [0;1,000(348-19+19)]
350,579 ≤ 351,000
EII = 351,000 – 350,579 = 0,421

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,421 × 351
YIIC = (351-19+19) - (1,000 × 351)

YIIC = 350,579 ≈ 351 unit

Berikut adalah tabel 4.91 yang berisikan inventory pada periode 15.

Tabel 4.91 Inventory Periode 15


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 345 345 20 20
I
B 348 348 26 26
II C 351 351 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 16


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 348 = -328
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 351 = -325
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 353 = -334
IV-92

Berikut ini adalah tabel 4.92 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 16.

Tabel 4.92 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 16


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 348 20 20 -328 Produksi
I
B 351 26 26 -325 Produksi
II C 353 19 19 -334 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(348-20+20)]+[0;1,080(351-26+26)]
= 856,799

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(348+348-20+20)]+[0;1,080(351+351-26+26)]
= 1713,599

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(353-19+19)]
= 353,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(353+353-19+19)]
= 706,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1208


∑∀j∈i LBi = 1209,799
∑∀j∈i UBi = 2419,599

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-93

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1208
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1208 × 856,799


YI = ∑ = = 855,525
LB
∀j∈i i 1209,799

* X* LBII 1208 × 353,000


YII = ∑ = = 352,475
LB
∀j∈i i 1209,799

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
855,525 ≤ [0;1,372(348-20+20)]+[0;1,080(351-26+26)]
855,525 ≤ 856,799
EI = 856,799– 855,525 = 1,274

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,274 × 348
YIA = (348-20+20) - (1,372 × 348)+(1,080 × 351)

YIA = 347,482 ≈ 348 unit


IV-94

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,274 × 351
YIB = (351-26+26) - (1,372 × 348)+(1,080 × 351)
YIB = 350,478 ≈ 351 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
352,475 ≤ [0;1,000(348-19+19)]
352,475 ≤ 353,000
EII = 353,000 – 352,475 = 0,525

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,525 × 353
YIIC = (353-19+19) - (1,000 × 353)

YIIC = 352,475 ≈ 353 unit

Berikut adalah tabel 4.93 yang berisikan inventory pada periode 16.

Tabel 4.93 Inventory Periode 16


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 348 348 20 20
I
B 351 351 26 26
II C 353 353 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 17


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 348 = -331
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 351 = -327
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 353 = -337
IV-95

Berikut ini adalah tabel 4.94 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 17.

Tabel 4.42 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 17


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 351 20 20 -331 Produksi
I
B 353 26 26 -327 Produksi
II C 356 19 19 -337 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(351-20+20)]+[0;1,080(353-26+26)]
= 863,077

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(351+351-20+20)]+[0;1,080(353+353-26+26)]
= 1726,154

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(356-19+19)]
= 356,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(356+356-19+19)]
= 712,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1217


∑∀j∈i LBi = 1219,077
∑∀j∈i UBi = 2438,154

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-96

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:
X* LBi
Y* i = ∑
∀j∈i LBi

Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1217
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1217 × 863,077


YI = ∑ = = 861,607
LB
∀j∈i i 1219,077

* X* LBII 1217 × 356,000


YII = ∑ = = 355,393
LB
∀j∈i i 1219,077

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
861,607 ≤ [0;1,372(351-20+20)]+[0;1,080(353-26+26)]
861,607 ≤ 863,077
EI = 863,077– 861,607= 1,471

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,471 × 351
YIA = (351-20+20) - (1,372 × 351)+(1,080 × 353)

YIA = 350,402 ≈ 351 unit


IV-97

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,471 × 353
YIB = (353-26+26) - (1,372 × 348)+(1,080 × 353)
YIB = 352,399 ≈ 353 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
355,393 ≤ [0;1,000(356-19+19)]
355,393 ≤ 356,000
EII = 356,000 – 355,393 = 0,607

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,607 × 356
YIIC = (356-19+19) - (1,000 × 356)

YIIC = 355,393 ≈ 356 unit

Berikut adalah tabel 4.95 yang berisikan inventory pada periode 17.

Tabel 4.95 Inventory Periode 17


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 351 351 20 20
I
B 353 353 26 26
II C 356 356 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 18


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 353 = -333
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 356 = -330
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 358 = -339
IV-98

Berikut ini adalah tabel 4.96 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 18.

Tabel 4.96 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 18


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 353 20 20 -333 Produksi
I
B 356 26 26 -330 Produksi
II C 358 19 19 -339 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(353-20+20)]+[0;1,080(356-26+26)]
= 869,063

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(353+353-20+20)]+[0;1,080(356+356-26+26)]
= 1738,126

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(358-19+19)]
= 358,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(356+356-19+19)]
= 716,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1225


∑∀j∈i LBi = 1227,063
∑∀j∈i UBi = 2454,126

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-99

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1225
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1225 × 869.063


YI = ∑ = = 867,602
LB
∀j∈i i 1227,063

* X* LBII 1225 × 358,000


YII = ∑ = = 357,398
LB
∀j∈i i 1227,063

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
867,602 ≤ [0;1,372(351-20+20)]+[0;1,080(353-26+26)]
867,602 ≤ 869,063
EI = 869,063 – 867,602 = 1,461

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,461 × 351
YIA = (353-20+20) - (1,372 × 353)+(1,080 × 356)

YIA = 352,406 ≈ 353 unit


IV-100

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,461 × 353
YIB = (356-26+26) - (1,372 × 353)+(1,080 × 356)
YIB = 355,401 ≈ 356 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
357,398 ≤ [0;1,000(358-19+19)]
357,398 ≤ 358,000
EII = 358,000 –357,398 = 0,602

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,602 × 358
YIIC = (358-19+19) - (1,000 × 358)

YIIC = 357,398 ≈ 358 unit


Berikut adalah tabel 4.97 yang berisikan inventory pada periode 18.

Tabel 4.97 Inventory Periode 18


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 353 353 20 20
I
B 356 356 26 26
II C 358 358 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 19


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 355 = -335
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 358 = -332
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 361 = -342
IV-101

Berikut ini adalah tabel 4.98 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 19.

Tabel 4.98 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 19


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 355 20 20 -335 Produksi
I
B 358 26 26 -332 Produksi
II C 361 19 19 -342 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(355-20+20)]+[0;1,080(358-26+26)]
= 873,969

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(355+355-20+20)]+[0;1,080(358+358-26+26)]
= 1747,937

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(361-19+19)]
= 361,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(361+361-19+19)]
= 722,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1234


∑∀j∈i LBi = 1234,969
∑∀j∈i UBi = 2469,937

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-102

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1234
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1234× 873,969


YI = ∑ = = 873,283
LB
∀j∈i i 1234,969

* X* LBII 1234×361,000
YII = ∑ = = 360,717
LB
∀j∈i i 1234,969

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
873,283≤ [0;1,372(355-20+20)]+[0;1,080(358-26+26)]
873,283≤ 873,969
EI = 873,969 – 873,283= 0,685

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,685×355
YIA = [(355-20+20)] - (1,372×355)+(1,080×358)

YIA = 354,722 ≈ 355 unit


IV-103

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,685×358
YIB = (358-26+26) - (1,372×355)+(1,080×358)
YIB = 357,554 ≈ 358 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*ii ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
360,717≤ [0;1,000(361-19+19)]
360,717≤ 361,000
EII = 361,000– 360,717= 0,283

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,283×361
YIIC =(361-19+19) - 1,000x361

YIIC = 360,794 ≈ 361 unit

Berikut adalah tabel 4.99 yang berisikan inventory pada periode 19.

Tabel 4.99 Inventory Periode 19


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 355 355 20 20
I
B 358 358 26 26
II C 361 361 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 20


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 355 = -335
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 358 = -332
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 361 = -342
IV-104

Berikut ini adalah tabel 4.100 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 20.

Tabel 4.100 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 20


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 358 20 20 -339 Produksi
I
B 361 26 26 -336 Produksi
II C 364 19 19 -346 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(358-20+20)]+[0;1,080(361-26+26)]
= 881,895

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(358+358-20+20)]+[0;1,080(361+361-26+26)]
= 1763,222

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(364-19+19)]
= 364,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(364+364-19+19)]
= 728,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1243


∑∀j∈i LBi = 1245,895
∑∀j∈i UBi = 2491,222

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-105

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1243
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1243× 882,010


YI = ∑ = = 879,846
LB
∀j∈i i 1246,216

* X* LBII 1243× 364,206


YII = ∑ = = 363,154
LB
∀j∈i i 1246,216

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
879,846 ≤ [0;1,372(358-20+20)]+[0;1,080(361-26+26)]
879,846 ≤ 881,895
EI = 881,895 – 879,846 = 2,049

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

2,276×358
YIA = [(358-20+20)] - (1,372×358)+(1,080×361)

YIA = 357,582 ≈ 358 unit


IV-106

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

2,276×361
YIB = (361-26+26) - (1,372×358)+(1,080×361)
YIB = 360,161 ≈ 361 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*ii ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
363,266 ≤ [0;1,000(364-19+19)]
363,266 ≤ 364,000
EII = 364,000– 363,154 = 0,846

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,940×364
YIIC =(364-19+19) - 1,000x364

YIIC = 363,154 ≈ 364 unit

Berikut adalah tabel 4.101 yang berisikan inventory pada periode 20.

Tabel 4.101 Inventory Periode 20


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 358 358 20 20
I
B 361 361 26 26
II C 364 364 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 21


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 355 = -335
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 358 = -332
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 361 = -342
IV-107

Berikut ini adalah tabel 4.102 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 21.

Tabel 4.102 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 21


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 361 20 20 -342 Produksi
I
B 363 26 26 -338 Produksi
II C 366 19 19 -348 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(361-20+20)]+[0;1,080(363-26+26)]
= 887,605

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(361+361-20+20)]+[0;1,080(363+363-26+26)]
= 1775,201

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(366-19+19)]
= 366,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(366+366-19+19)]
= 732,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1252


∑∀j∈i LBi = 1253,605
∑∀j∈i UBi = 2507,210

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-108

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1252
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1252× 887,605


YI = ∑ = = 886,469
LB
∀j∈i i 1253,605

* X* LBII 1252× 366,000


YII = ∑ = = 365,531
LB
∀j∈i i 1253,605

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
886,469 ≤ [0;1,372(361-20+20)]+[0;1,080(363-26+26)]
886,469 ≤ 887,605
EI = 887,605– 886,469 = 1,136

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

3,228×361
YIA = [(361-20+20)] - (1,372×361)+(1,080×363)

YIA = 360,538 ≈ 361 unit


IV-109

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

3,228×363
YIB = (363-26+26) - (1,372×361)+(1,080×363)
YIB = 362,538 ≈ 363 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*ii ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
365,531 ≤ [0;1,000(366-19+19)]
365,531 ≤ 366,000
EII = 366,000 – 365,531 = 0,469

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,330×366
YIIC =(366-19+19) - 1,000x366

YIIC = 365,659 ≈ 366 unit

Berikut adalah tabel 4.103 yang berisikan inventory pada periode 21.

Tabel 4.103 Inventory Periode 21


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 361 361 20 20
I
B 363 363 26 26
II C 366 366 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 22


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 363 = -343
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 366 = -340
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 369 = -350
IV-110

Berikut ini adalah tabel 4.104 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 22.

Tabel 4.104 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 22


Exp. Demand
Item Inventory Safety Stock
Famili Demand Qij = Iij(t-1) - Status
j Iij (t-1) Ssij,t
Dij,t
A 363 20 20 -345 Produksi
I
B 366 26 26 -342 Produksi
II C 369 19 19 -351 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(363-20+20)]+[0;1,080(366-26+26)]
= 893,591

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(363+363-20+20)]+[0;1,080(366+366-26+26)]
= 1787,181

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(369-19+19)]
= 369,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(369+369-19+19)]
= 738,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1261


∑∀j∈i LBi = 1262,591
∑∀j∈i UBi = 2525,181

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-111

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1261
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1261× 893,591


YI = ∑ = = 892,465
LB
∀j∈i i 1262,591

* X* LBII 1261× 369,000


YII = ∑ = = 358,535
LB
∀j∈i i 1262,591

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
892,465 ≤ [0;1,372(363-20+20)]+[0;1,080(366-26+26)]
892,465 ≤ 893,591
EI = 893,591 – 892,465 = 1,126

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

4,090×363
YIA = [(363-20+20)] - (1,372×363)+(1,080×366)

YIA = 362,543 ≈ 363 unit


IV-112

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

4,090×366
YIB = (366-26+26) - (1,372×363)+(1,080×366)
YIB = 365,543 ≈ 366 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*ii ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
358,535 ≤ [0;1,000(366-19+19)]
358,535 ≤ 369,000
EII = 369,000 – 358,535 = 0,465

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,687 × 369
YIIC =(369-19+19) - 1,000 x 366

YIIC = 368,661 ≈ 369 unit

Berikut adalah tabel 4.105 yang berisikan inventory pada periode 22.

Tabel 4.105 Inventory Periode 22


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 363 363 20 20
I
B 366 366 26 26
II C 369 369 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 23


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20– 366 = -346
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 368 = -342
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 371 = -352
IV-113

Berikut ini adalah tabel 4.106 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 23.

Tabel 4.106 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 23


Inventory Safety Stock Exp. Demand
Famili Item j Demand Status
Iij (t-1) Ssij,t Qij = Iij(t-1) - Dij,t
A 366 20 20 -346 Produksi
I
B 368 26 26 -342 Produksi
II C 371 19 19 -352 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(366-20+20)]+[0;1,080(368-26+26)]
= 899,869

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,372(366+366-20+20)]+[0;1,080(368+368-26+26)]
= 1799,737

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(371-19+19)]
= 371,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(371+371-19+19)]
= 742,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1269


∑∀j∈i LBi = 1270,869
∑∀j∈i UBi = 2541,737

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-114

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1269
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1269×899,869
YI = ∑ = = 898,545
LB
∀j∈i i 1270,869

* X* LBII 1269×371,000
YII = ∑ = = 370,445
LB
∀j∈i i 1270,869

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
898,545≤[0;1,372(366-20+20)]+[0;1,080(368-26+26)]
898,545≤ 899,869
EI = 899,869– 898,545= 1,323

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,323 × 366
YIA = (366-20+20) - (1,372 × 366)+(1,080 × 368)

YIA = 365,462 ≈ 366 unit


IV-115

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,323 × 368
YIB = (368-26+26) - (1,372 × 366)+(1,080 × 368)
YIB = 367,463 ≈ 368 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*ii ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
370,455 ≤ [0;1,000(371-19+19)]
370,455 ≤ 371,000
EII = 371,000 – 370,455 = 0,545

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

0,545 × 371
YIIC = (371-19+19) - (1,000 × 371)

YIIC = 370,603 ≈ 371 unit

Berikut adalah tabel 4.107 yang berisikan inventory pada periode 23.

Tabel 4.107 Inventory Periode 23


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 366 366 20 20
I
B 368 368 26 26
II C 371 371 19 19

Penentuan Famili yang Akan Diproduksi untuk Periode 24


Exp. Quantity untuk Item A = I0 – demand = 20 – 340 = -323
Exp. Quantity untuk Item B = I0 – demand = 26 – 345 = -319
Exp. Quantity untuk Item C = I0 – demand = 19 – 348 = -329
IV-116

Berikut ini adalah tabel 4.108 yang berisikan penentuan famili yang akan
diproduksi periode 24.

Tabel 4.108 Penentuan Famili yang Akan Diproduksi Periode 24


Exp. Demand
Item Inventory Safety Stock
Famili Demand Qij = Iij(t-1) - Status
j Iij (t-1) Ssij,t
Dij,t
A 368 20 20 -348 Produksi
I
B 371 26 26 -345 Produksi
II C 374 19 19 -355 Produksi

Menentukan Batas Atas (UB) dan Batas Bawah (LB)


LBI = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]
= [0;1,372(368-20+20)]+[0;1,080(371-26+26)]
= 905,854

UBI = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

=[0;1,372(368+368-20+20)]+[0;1,080(371+371-26+26)]
= 1811,709

LBII = ∑∀j∈i Max [0,kij (Dij,t -Iij,t-1 +SSij )]


= [0;1,000(374-19+19)]
= 374,000

UBII = ∑∀j∈i Kij [(∑n-1


k=0 Dij,t+k )-Iij,t-1 +SSij ]

= [0;1,000(374+374-19+19)]
= 748,000

X*(Perencanaan Agregat) = 1278


∑∀j∈i LBi = 1279,854
∑∀j∈i UBi = 2559,709

Pada hasil perhitungan, nilai X* tidak terdapat pada range ∑∀j∈i LBi dan
∑∀j∈i UBi , maka perlu dilakukan penyesuaian karena melanggar batas bawah,
tingkat inventory < safety stock dan menimbulkan biaya stockout maka
IV-117

penyesuaian dilakukan dengan asumsi biaya konstan dan terdapat resiko


backorder dengan rumus:

* X* LBi
Y i=
∑∀j∈i LBi
Sehingga ∑∀j∈i LBi ≤ X* ≤ ∑∀j∈i UBi

Menghitung jumlah famili yang akan diproduksi dengan


menggunakan penyesuaian
X*(Perencanaan Agregat) = 1278
Karena ∑∀j∈i LBi > X* maka

* X* LBI 1278 × 905,854


YI = ∑ = = 904,542
LB
∀j∈i i 1279,854

* X* LBII 1278×374,000
YII = ∑ = = 373,458
LB
∀j∈i i 1279,854

Jumlah Item Famili I


a. Penentuan Nilai EI
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
904,542 ≤ [0;1,372(368-20+20)]+[0;1,080(371-26+26)]
904,542 ≤ 905,854
EI = 905,854 – 904,542 = 1,313

b. Penentuan Jumlah Item A


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

2,528 × 368
YIA = (368-20+20) - (1,372 × 368)+(1,080 × 371)

YIA = 367,467 ≈ 368 unit


IV-118

c. Penentuan Jumlah Item B


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

2,528 × 343
YIB = (371-26+26) - (1,372 × 368)+(1,080 × 371)
YIB = 370,467 ≈ 371 unit

Jumlah Item Famili II


a. Penentuan Nilai EII
n
Y*i ≤ ∑ Kij [∑ Dij,t+k -Iij,t-1 +SSij ]
∀j∈i n-1

Untuk Famili I
Untuk N = 1
373,458 ≤ [0;1,000(374-19+19)]
373,458 ≤ 374,000
EII = 374,000 – 373,354 = 0,542

b. Penentuan Jumlah Item C


Ei Dij,N
Y*ij = ∑nn-1 Dij,t -Iij,t-1 +SSij ∑
∀j∈i Kij Dij,N

1,043 × 374
YIIC = (374-19+19) - (1,000 × 374)

YIIC = 373,605 ≈ 374 unit

Berikut adalah tabel 4.109 yang berisikan inventory pada periode 24.

Tabel 4.109 Inventory Periode 24


Inventory
Famili Item j Demand Produksi Inventory
Iij
A 368 368 20 20
I
B 371 371 26 26
II C 374 374 19 19
IV-119

4.2.2.8 Jadwal Produksi Induk Disagregasi


Berikut merupakan jadwal produksi induk disagregasi (unit).

Tabel 4.110 Rekapitulasi Jadwal Induk Produksi (unit)


Periode
Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mobil 210 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
Truk 243 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
Pesawat 226 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374

4.2.2.9 Posisi Inventori


Berikut merupakan tabel 4.111 yang berisikan rekapitulasi posisi inventori
(unit).

Tabel 4.111 Rekapitulasi Posisi Inventori (unit)


Periode
Famili Item
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
A 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
I
B 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26
II C 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19

4.2.2.10 Perhitungan Perancanaan Kebutuhan Kapasitas Kasar


Berikut merupakan tabel perhitungan perancanaan kebutuhan kapasitas
kasar (RCCP).

Tabel 4.112 Rekapitulasi Posisi Inventori (unit)


Waktu Operasi per Item
Stasiun
A B C
SK 1 3,545 2,346 3,819
SK 2 5,168 4,926 3,880
SK 3 1,554 1,554 0,000
SK 4 6,690 6,690 6,591
SK 5 1,816 1,043 0,766
SK 6 1,606 1,277 1,003
SK 7 3,755 1,164 1,528
Total 24,133 18,999 17,585

Perencanaan kebutuhan kapasitas kasar merupakan suatu teknik yang


mengkonversi JPI ke dalam kebutuhan-kebutuhan kapasitas secara kasar dari
sumber daya utama yang digunakan setiap produk individual yang terangkum
dalam JPI.
IV-120

Berikut merupakan perhitungan untuk periode 13 dengan pendekatan Bill


of Labour.
SK 1 = [(WO SK 1 Item A) x (JPI Item A periode 13)] + [(WO SK 1 Item B) x
(JPI
Item B periode 13)] + [(WO SK 1 Item C) x (JPI Item C periode 13)]
= 2177,558 ≈ 2177 menit

SK 2 = [(WO SK 2 Item A) x (JPI Item A periode 13)] + [(WO SK 2 Item B) x


(JPI
Item B periode 13)] + [(WO SK 2 Item C) x (JPI Item C periode 13)]
= 3159,092 ≈ 3159 menit

SK 3 = [(WO SK 3 Item A) x (JPI Item A periode 13)] + [(WO SK 3 Item B) x


(JPI
Item B periode 13)] + [(WO SK 3 Item C) x (JPI Item C periode 13)]
= 703,736 ≈ 703 menit

SK 4 = [(WO SK 4 Item A) x (JPI Item A periode 13)] + [(WO SK 4 Item B) x


(JPI
Item B periode 13)] + [(WO SK 4 Item C) x (JPI Item C periode 13)]
= 4519,885 ≈ 4519 menit

SK 5 = [(WO SK 5 Item A) x (JPI Item A periode 13)] + [(WO SK 5 Item B) x


(JPI
Item B periode 13)] + [(WO SK 5 Item C) x (JPI Item C periode 13)]
= 807,736≈ 807 menit

SK 6 = [(WO SK 6 Item A) x (JPI Item A periode 13)] + [(WO SK 6 Item B) x


(JPI
Item B periode 13)] + [(WO SK 6 Item C) x (JPI Item C periode 13)]
= 874,055 ≈ 874 menit
IV-121

SK 7 = [(WO SK 7 Item A) x (JPI Item A periode 13)] + [(WO SK 7 Item B) x


(JPI
Item B periode 13)] + [(WO SK 7 Item C) x (JPI Item C periode 13)]
= 1416,666 ≈ 1416 menit

Berikut merupakan tabel rekapitulasi kapasitas yang dibutuhkan untuk


masing-masing stasiun kerja (unit).

Tabel 4.113 Rekapitulasi Kapasitas Yang Dibutuhkan Untuk Masing-Masing


Stasiun Kerja (Unit).
Periode
Stasiun
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
SK 1 2177 3354 3379 3405 3431 3453 3476 3506 3528 3554 3577 3603
SK 2 3159 4822 4858 4897 4934 4966 4998 5040 5073 5110 5143 5180
SK 3 703 1068 1076 1085 1093 1101 1107 1116 1124 1132 1140 1148
SK 4 4519 6896 6949 7002 7055 7102 7149 7208 7255 7308 7355 7408
SK 5 807 1249 1258 1268 1277 1286 1294 1305 1314 1323 1332 1341
SK 6 874 1340 1350 1360 1371 1380 1389 1400 1410 1420 1429 1439
SK 7 1416 2221 2236 2254 2272 2286 2301 2320 2337 2352 2369 2385
Total 13655 20950 21106 21271 21433 21574 21714 21895 22041 22199 22345 22504

Perhitungan Kapasitas Tersedia


Perhitungan kapasitas Reguler Time (RT) untuk periode 13 (menit).
Kapasitas RT periode 13 = (hari kerja/bulan) x (jumlah jam kerja/hari) x 60
= 23 x 7 x 60
= 9660 menit

Perhitungan kapasitas Over Time (OT) untuk periode 13 (menit).


Kapasitas OT periode 13 = 30% dari kapasitas RT
= 30% x 9660
= 2898 menit

Berikut merupakan tabel rekapitulasi kapasitas yang tersedia.

Tabel 4.114 Rekapitulasi Kapasitas Yang Tersedia.


RT 9660 9240 8820 8820 9660 9240 9660 9660 9240 8820 9240 8820
OT 2898 2772 2646 2646 2898 2772 2898 2898 2772 2646 2772 2646
RT+OT 12558 12012 11466 11466 12558 12012 12558 12558 12012 11466 12012 11466
IV-122

Berikut ini adalah gambar 4.26 yang berisikan grafik RCCP.

Grafik RCCP
14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Stasiun SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 SK 5
SK 6 SK 7 RT OT RT+OT

Gambar 4.26 Grafik RCCP Metode Bill of Labour

Berdasarkan gambar 4.26 tidak ada nilai yang melewati batas RT dan
RT+OT sehingga dapat disimpulkan bahwa kapasitas yang dibutuhkan sudah
sebanding dengan kapasitas yang tersedia.

4.2.3 Pengolahan Data Material Requirement Planning (MRP) dan


Capacity Requirement Planning (CRP)
Berikut ini merupakan pengolahan data Material Requrement Planning
(MRP) dan Capacity Requirement Planning (CRP).

4.2.3.1 Perhitungan Ongkos Simpan


Dibawah ini merupakan tabel 4.115 yang menunjukkan elemen untuk
perhitungan ongkos simpan dalam penentuan ongkos simpan persediaan menurut
Heizer, et al (1993).
IV-123

Tabel 4.115 Perhitungan Ongkos Simpan Persediaan


Ongkos Dalam Persen dari Nilai
Kategori
Persediaan
Ongkos Gedung (OG)
- Sewa gedung atau Depresiasi
- Ongkos Operasi Gedung (3-10)%
- Pajak Gedung
- Asuransi Gedung
Ongkos Material Handling (OM)
- Peralatan, sewa atau Depresiasi
(1,3-5)%
- Sumber Energi
- Ongkos Operasi Peralatan
Ongkos Tenaga Kerja Di Luar Handling dan (3-5)%
Supervisor (OT)
Ongkos Investasi (OI)
- Ongkos Pinjaman
(6-24)%
- Pajak Persediaan
- Asuransi Persediaan
Ongkos Scrap, Barang Rusak (OS) (2-5)%

Berdasarkan tabel diatas, dapat ditentukan dan diperoleh perhitungan


ongkos simpan sebagai berikut.

Tabel 4.116 Perhitungan Ongkos Simpan


Kode Ongkos Simpan
Total/Tahun Total/Bulan
No. Level Spare Deskripsi Satuan OG OM OT OI OS (Rp) (Rp)
Part (7%) (3%) (4%) (8%) (2%)
1 0 Mb Mobil Unit 896 384 512 1024 256 3072 256
2 0 Tr Truk Unit 448 1920 256 512 128 3264 272
3 0 Ps Pesawat Unit 416,5 178,5 238 476 119 1428 119
4 1 Ld Landasan Unit 189 81 108 216 54 648 54
5 1 Bm Body Mobil Unit 227,5 97,5 130 260 65 780 65
6 1 Ab Atap Bodi Unit 21 9 12 24 6 72 6
7 1 Kc Kaca Unit 21 9 12 24 6 72 6
8 1 Ak Atap Kap Unit 21 9 12 24 6 72 6
9 1,2 Ct (1,5) Cat Unit 21 9 12 24 6 72 6
Skr
10 1,2 Sekrup Unit 21 9 12 24 6 72 6
(14)
11 2 Lm Lem Unit 21 9 12 24 6 72 6
12 1 Bs Bagian Supir Unit 35 15 20 40 10 120 10
13 1 Bt Bak Truk Unit 315 135 180 360 90 1080 90
14 1 Bp Body Pesawat Unit 227,5 97,5 130 260 65 780 65
15 1 Sd Sayap Depan Unit 105 45 60 120 30 360 30
16 1 Sb Sisi Baling Unit 35 15 20 40 10 120 10
Sayap
17 1 Sbl Unit 21 9 12 24 6 72 6
Belakang
18 1 Ep Ekor Pesawat Unit 21 9 12 24 6 72 6
19 2 Al Alas Unit 31,5 13,5 18 36 13,5 113 10
20 2 Ar As Roda Unit 17,5 7,5 10 20 7,5 63 6
21 2 Rd Roda Unit 56 24 32 64 24 200 17
IV-124

Lanjutan Tabel 4.116 Perhitungan Ongkos Simpan


Kode Ongkos Simpan
Total/Tahun Total/Bulan
No. Level Spare Deskripsi Satuan OG OM OT OI OS (Rp) (Rp)
Part (7%) (3%) (4%) (8%) (2%)
Sisi Depan
22 2 Sdk Unit 21 9 12 24 9 75 7
Kap
Sisi Samping
23 2 Sss Unit 21 9 12 24 9 75 7
Supir
Sisi Samping
24 2 Ssp Unit 21 9 12 24 9 75 7
Penumpang
Bagian
25 2 Bb Unit 21 9 12 24 9 75 7
Belakang
26 2 Bgb Bagian Bawah Unit 28 12 16 32 8 96 8
27 2 Bga Bagian Atas Unit 35 15 20 40 10 120 10
28 2 Lm Lem Unit 21 9 12 24 6 72 6
29 2 Ssg Sisi Samping Unit 28 12 16 32 8 96 8
Bagian
30 2 Bbg Unit 28 12 16 32 8 96 8
Belakang I
31 2 Ssy Sisi Sayap Unit 28 12 16 32 8 96 8
32 2 Pg Penyangga Unit 28 12 16 32 8 96 8

4.2.3.2 Perhitungan Project On Hand


Allocated merupakan komponen yang sudah dialokasikannya
pemakaiannya, misalnya dipakai untuk pameran.
Lead Time sesuai dengan set data (dalam bulan).
Perhitungan Allocated (All)
All = % Allocated x On Hand
All =0x0
=0

Project On Hand (POH) merupakan material yang sudah ada digudang


dari setiap akhir periode dan dapat digunakan untuk periode berikutnya.
Berikut ini merupakan perhitungan POH pada Item A.
Perhitungan Project On Hand (POH) pada level 1 item A (Mobil)
POH = OH – SS – All
POH = 0 – 0 – 0
POH = 0
Perhitungan Project On Hand (POH) pada level 1 item A (Landasan)
POH = OH – SS – All
POH = 0 – 0 – 0
POH = 0
IV-125

Perhitungan Project On Hand (POH) pada level 1 item A (Alas)


POH = OH – SS – All
POH = 0 – 0 – 0
POH = 0
Keterangan : OH (On Hand), SS (Safety Stock), All (Allocated)

4.2.3.3 Perhitungan Perencanaan Kebutuhan Material


Berikut merupakan perhitungan perencanaan kebutuhan material.

4.2.3.3.1 Level 0
A. Mobil
Pada level 0 proses lotting yang digunakan adalah metode LFL (Lot For
Lot). LFL adalah jumlah pesanan untuk setiap periode sama dengan jumlah
kebutuhan pada periode tersebut akibatnya jumlah persediaan adalah nol.
Berikut ini adalah tabel 4.117 yang menunjukkan perhitungan final MRP
untuk produk mobil.

Tabel 4.117 Perhitungan Final MRP Mobil


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
LFL 1 0 0 0 0 Mb GR 210 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 210
POH
NR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
PORc 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
POR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368

B. Truk
Berikut ini adalah tabel 4.118 yang menunjukkan perhitungan final MRP
untuk produk truk.
Tabel 4.118 Perhitungan Final MRP Truk
Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
LFL 1 0 0 0 0 Tr GR 243 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 243
POH
NR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
PORc 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
POR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
IV-126

C. Pesawat
Berikut ini adalah tabel 4.119 yang menunjukkan perhitungan final MRP
untuk produk pesawat.

Tabel 4.119 Perhitungan Final MRP Pesawat


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
LFL 1 0 0 0 0 Ps GR 226 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 226
POH
NR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
PORc 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
POR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374

4.2.3.3.2 Level 1
1. Landasan
Berikut merupakan perhitungan perencanaan kebutuhan material untuk
komponen landasan.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 1 periode ke depan. Pada landasan nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil sehingga diperoleh seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.120 Netting untuk Landasan


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 75 20 0 1 Ld GR 688 693 699 704 709 713 719 724 729 734 739
SR 688
POH 55 55
NR 638 699 704 709 713 719 724 729 734 739

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan Lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut.
IV-127

a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)


Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus :
C = Ongkos Pesan (Rp/Pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/Unit/Bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/Bulan)
∑ni keb.bersih 7108
S= = = 710,800
n 10

2CS 2 x 250 x 710


EOQ = √ =√ = 81,126 ≈ 82 unit/pesan
H 54

Berikut ini merupakan tabel 4.122 yang menunjukkan hasil MRP dari
lotting dengan menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.121 Lotting untuk Landasan I dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 75 20 0 1 Ld GR 688 693 699 704 709 713 719 724 729 734 739
SR 688
POH 55 55 18 57 9 38 63 0 14 23 27 26
NR 638 681 647 700 675 656 724 715 711 712
PORc 656 738 656 738 738 656 738 738 738 738
POR 656 738 656 738 738 656 738 738 738 738
Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli
= (∑ POH x OS)+ ( ∑ Periode POR x OP)+ ( ∑ POR x Harga SP)
= Rp. 231.840 + Rp. 2.500 + Rp. 19.261.800
= Rp. 19.478.140

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pesan merupakan penetuan kuantitas pesanan yang dihasilkan
proses lotting. Ongkos pesan merupakan biaya pesan yang mencakup ongkos
tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos variabel untuk menyiapkan
dan melaksanakan pemesanan tersebut.
IV-128

∑ kebutuhan bersih 7108


Jumlah pesan = = = 86,682 ≈ 87
EOQ 82
Jumlah Periode 10
POQ = = = 0,114 ≈ 1
Jumlah Pesan 87

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.113 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan POQ.

Tabel 4.122 Lotting untuk Landasan I dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 75 20 0 1 Ld GR 688 693 699 704 709 713 719 724 729 734 739
SR 688
POH 55 55
NR 638 699 704 709 713 719 724 729 734 739
PORc 638 699 704 709 713 719 724 729 734 739
POR 638 699 704 709 713 719 724 729 734 739

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH x OS)+ ( ∑ Periode POR x OP)+ ( ∑ POR x Harga SP)
= Rp. 35.640 + Rp. 2.500 + Rp. 19.191.600
= Rp. 19.229.740

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
rencana pesan dilakukan untuk menentukan saat yang tepat untuk
melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang
diinginkan Leadtime. Berikut ini merupakan tabel 4.123 final MRP landasan
(POQ).
IV-129

Tabel 4.123 Final MRP Landasan (POQ)

2. Bodi Mobil
Berikut merupakan perhitungan perencanaan kebutuhan material untuk
komponen Bodi Mobil.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 1 periode ke depan. Pada Bodi mobil nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR Mobil sehingga diperoleh seperti tabel dibawah ini.

Tabel 4.124 Netting untuk Bodi Mobil


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 60 20 0 1 Bm GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 40 40
NR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan Lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut.

a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)


Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
IV-130

∑ni Keb.bersih 3528


S= = = 352,800 unit/bulan
n 10

2CS 2x100x 352,8


EOQ = √ =√ = 32,947 ≈ 33 unit/pesan
H 65

Berikut adalah tabel 4.215 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting Bodi
mobil dengan menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.125 Lotting Bodi Mobil dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 60 20 0 1 Bm GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 40 40 25 7 19 29 4 9 11 11 8 3
NR 305 323 344 334 326 354 352 352 355 360
PORc 330 330 363 363 330 363 363 363 363 363
POR 330 330 363 363 330 363 363 363 363 363

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POHxOS)+ ( ∑ Periode POR x OP)+( ∑ PORx Harga SP)
= Rp. 129.480 + Rp. 1.000 + Rp 11.475.750
= Rp 11.606.230

b. Metode Periode Order Quantity (POQ)


Rencana pesan dan ongkos dari Bodi mobil yaitu sebagai berikut.

∑ Kebutuhan Bersih 3528


Jumlah Pesan = = = 106,909 ≈ 107
EOQ 33
Jumlah Periode 10
POQ = = = 0,093 ≈ 1 periode
Jumlah Pesan 107

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode. Berikut merupakan tabel 4.126 yang menunjukkan hasil MRP dari
Lotting dengan menggunakan metode POQ.
IV-131

Tabel 4.126 Lotting Bodi Mobil dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 60 20 0 1 Bm GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 40 40
NR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
PORc 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
POR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH x OS)+ ( ∑ Periode POR x OP)+ ( ∑ POR x Harga SP)
= Rp 31.200 + Rp 1.000 + Rp 11.466.000
= Rp 11.498.200

Dari hasil perhitungan Total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki Total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Rencana pesan dilakukan untuk menentukan saat yang tepat untuk
melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang
diinginkan leadtime. Berikut ini merupakan Tabel 4.127 final MRP bodi mobil
(POQ).

Tabel 4.127 Final MRP Bodi Mobil (POQ)

3. Atap Bodi
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
IV-132

A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada atap bodi nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.128 Netting Untuk Atap Bodi


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 60 20 0 1 Ab GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 40 40
NR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 3258
S=
n
= 10
= 325,800 unit/bulan

2CS 2 x 200 x 325,8


EOQ=√ =√ = 153,362 ≈ 154 unit/pesan
H 6

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.
IV-133

Tabel 4.129 Lotting Atap Bodi dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 60 20 0 1 Ab GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 40 40 3 117 74 29 136 86 33 132 74 14
NR 305 345 234 279 326 222 275 330 234 294
PORc 308 462 308 308 462 308 308 462 308 308
POR 308 462 308 308 462 308 308 462 308 308

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp 53.136 + Rp 2.000 + Rp 1.062.600
= Rp 1.117.736

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih 3528


Jumlah Pesan= = 154 = 22,909 ≈ 23 kali
EOQ
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 23 = 0,434 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.130 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.130 Lotting Atap Bodi dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 60 20 0 1 Ab GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 40 40
NR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
PORc 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
POR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
IV-134

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH x OS)+ ( ∑ Periode POR x OP)+ ( ∑ POR x Harga SP)
= Rp 2.880 + Rp 2.000 + Rp 1.058.400
= Rp 1.063.280

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.131 final MRP atap bodi (EOQ).

Tabel 4.1313 Final MRP Atap Bodi (EOQ)

4. Kaca
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada kaca nilai GR diperoleh dari hasil penjumlahan
POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
IV-135

Tabel 4.132 Netting Untuk Kaca


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 20 20 0 1 Kc GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH
NR 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 3568
S= = = 356,800 unit/bulan
n 10
2CS 2× 200 x 356,8
EOQ=√ =√ = 154,229 ≈ 155 unit/pesan
H 6

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting


dengan menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.133 Lotting Kaca dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 20 20 0 1 Kc GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 120 82 41 153 108 60 9 111 55 152
NR 345 228 269 312 202 250 301 354 255 313
PORc 465 310 310 465 310 310 310 465 310 465
POR 465 310 310 465 310 310 310 465 310 465
IV-136

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp 64.152 + Rp 2.000 + Rp 1.116.000
= Rp 1.182.152

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3568
155
= 23,019 ≈ 24 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 24 = 0,416 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.134 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.134 Lotting Kaca dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 20 20 0 1 Kc GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH
NR 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
PORc 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
POR 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp 0 + Rp 2.000 + Rp 1.070.400
= Rp 1.072.400
IV-137

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan Leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.135 Final MRP Kaca (POQ).

Tabel 4.135 Final MRP Kaca (POQ)

5. Atap Kap
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada atap kap nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.136 Netting Untuk Atap Kap


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 20 0 0 1 Ak GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 20 20
NR 325 348 351 353 355 358 361 363 366 368
IV-138

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 3548
S= = = 354,800 unit/bulan
n 10

2CS 2× 200 x354,8


EOQ=√ =√ = 153,796 ≈ 154 unit/pesan
H 6

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.137 Lotting Atap Kap dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 20 0 0 1 Ak GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 20 20 137 97 54 9 116 66 13 112 54 148
NR 325 211 254 299 346 242 295 350 254 314
PORc 462 308 308 308 462 308 308 462 308 462
POR 462 308 308 308 462 308 308 462 308 462

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp 59.472 + Rp 2.000 + Rp 1.108.800
= Rp 1.170.272
IV-139

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3548
154
= 23,038 ≈ 24 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 24 = 0,416 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.138 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.138 Lotting Atap Kap dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 20 0 0 1 Ak GR 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 343
POH 20 20
NR 325 348 351 353 355 358 361 363 366 368
PORc 325 348 351 353 355 358 361 363 366 368
POR 325 348 351 353 355 358 361 363 366 368

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp 1.440 + Rp 2.000 + Rp 1.064.400
= Rp 1.067.840

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
IV-140

Berikut merupakan tabel 4.139 final MRP atap kap (POQ).

Tabel 4.139 Final MRP Atap Kap (POQ)

6. Sekrup
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Nettting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.140 Netting Untuk Sekrup


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 80 0 0 1 Skr GR 2766 2787 2807 2830 2847 2867 2891 2910 2931 2950 2971
SR 2766
POH 80 80
NR 2707 2807 2830 2847 2867 2891 2910 2931 2950 2971

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
IV-141

a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)


Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 28711
S= = = 2871,100 unit/bulan
n 10

2CS 2× 150 x 2871,100


EOQ=√ =√ = 378,886 ≈ 379 unit/pesan
H 6

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.141 Lotting Sekrup dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 80 0 0 1 Skr GR 2766 2787 2807 2830 2847 2867 2891 2910 2931 2950 2971
SR 2766
POH 80 80 325 171 373 179 344 106 228 329 32 93
NR 2707 2482 2659 2474 2688 2547 2804 2703 2621 2939
PORc 3032 2653 3032 2653 3032 2653 3032 3032 2653 3032
POR 3032 2653 3032 2653 3032 2653 3032 3032 2653 3032

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp 162.720 + Rp 1.500 + Rp 8.641.200
= Rp 8.805.420

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.
IV-142

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 28711
379
= 75,754 ≈ 76 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 76 = 0,131 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.142 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.142 Lotting Sekrup dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 80 0 0 1 Skr GR 2766 2787 2807 2830 2847 2867 2891 2910 2931 2950 2971
SR 2766
POH 80 80
NR 2707 2807 2830 2847 2867 2891 2910 2931 2950 2971
PORc 2707 2807 2830 2847 2867 2891 2910 2931 2950 2971
POR 2707 2807 2830 2847 2867 2891 2910 2931 2950 2971

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 5.760 + Rp. 1.500 + Rp. 8.613.300
= Rp 8.620.560

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.143 final MRP sekrup (POQ).
IV-143

Tabel 4.143 Final MRP Sekrup (POQ)

7. Bagian Supir
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.144 Netting Untuk Bagian Supir


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 60 20 0 1 Bs GR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 345
POH 40 40
NR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
IV-144

Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)


H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑ni=1 Keb.bersih 3555
S= = = 355,500 unit/bulan
n 10

2CS 2× 100 x355,5


EOQ=√ =√ = 84,320 ≈ 85 unit per pesan
H 10

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.145 Lotting Bagian Supir dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 60 20 0 1 Bs GR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 345
POH 40 40 32 21 8 77 59 38 15 74 46 15
NR 308 319 332 348 281 302 325 351 294 325
PORc 340 340 340 425 340 340 340 425 340 340
POR 340 340 340 425 340 340 340 425 340 340

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 51.000 + Rp. 1000 + Rp. 1.785.000
= Rp. 1.837.000

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3555
85
= 41,823 ≈ 42 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 42 = 0,23 ≈ 1 periode
IV-145

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.146 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.146 Lotting Bagian Supir dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 60 20 0 1 Bs GR 0 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
0 0 SR 0 345
0 0 POH 40 40
0 0 NR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
0 0 PORc 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
0 0 POR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 4.800 + Rp. 1000 + Rp. 1.777.500
= Rp. 1.783.300

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.148 final MRP bagian supir (POQ).

Tabel 4.147 Final MRP Bagian Supir (POQ)


IV-146

8. Bak Truk
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.148 Netting Untuk Bak Truk


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 60 20 0 1 Bt GR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 345
POH 40 40
NR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3555 =355,500 unit/bulan
n 10

2CS 2× 200 x355,5


EOQ=√ =√ = 39,749 ≈ 40 unit/pesan
H 90
IV-147

Tabel 4.149 Lotting Bak Truk dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 60 20 0 1 Bt GR 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 345
POH 40 40 12 21 28 32 34 33 30 24 16 5
NR 308 339 332 328 326 327 330 336 344 355
PORc 320 360 360 360 360 360 360 360 360 360
POR 320 360 360 360 360 360 360 360 360 360

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 297.000 + Rp. 2.000 + Rp. 16.020.000
= Rp. 16.319.000

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3555
40
= 88,875 ≈ 89 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 89 = 0,112 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.150 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.150 Lotting Bak Truk dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 60 20 0 1 Bt GR 0 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 0 345
POH 40 40
NR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
PORc 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
POR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
IV-148

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 43.200 + Rp. 2.000 + Rp. 15.997.500
= Rp. 16.042.700
Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan Leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.151 final MRP bak truk (POQ).

Tabel 4.151 Final MRP Bak Truk (POQ)

9. Bodi Pesawat
Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:
IV-149

Tabel 4.152 Netting Untuk Bodi Pesawat


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 75 20 0 1 Bp GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 55 55
NR 296 353 356 358 361 364 366 369 371 374

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3568 =356,800 unit/bulan
n 10

2CS 2× 250 x356,8


EOQ=√ =√ = 52,389 ≈ 53 unit/pesan
H 65

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.153 Lotting Bodi Pesawat dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 75 20 0 1 Bp GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 55 55 22 40 2 15 25 32 37 39 39 36
NR 296 331 316 356 346 339 334 332 332 335
PORc 318 371 318 371 371 371 371 371 371 371
POR 318 371 318 371 371 371 371 371 371 371
IV-150

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 266.760 + Rp. 2.500 + Rp. 11.713.000
= Rp. 11.982.260

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3568
53
= 67,320 ≈ 68 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 68 = 0,147 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.154 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.154 Lotting Bodi Pesawat dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 75 20 0 1 Bp GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 55 55
NR 296 353 356 358 361 364 366 369 371 374
PORc 296 353 356 358 361 364 366 369 371 374
POR 296 353 356 358 361 364 366 369 371 374

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 42.900 + Rp. 2.500 + Rp. 11.596.000
= Rp. 11.641.400
IV-151

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.155 final MRP bodi pesawat (POQ).

Tabel 4.155 Final MRP Bodi Pesawat (POQ)

10. Sayap Depan


Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.156 Netting Untuk Sayap Depan


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 60 25 0 1 Sd GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 35 35
NR 316 353 356 358 361 364 366 369 371 374
IV-152

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3588 =358,800 unit/bulan
n 10

2CS 2× 100 x 358,8


EOQ=√ =√ = 48,908 ≈ 49 unit/pesan
H 30

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.157 Lotting Sayap Depan dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 60 25 0 1 Sd GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 35 35 27 17 4 38 20 48 25 48 20 38
NR 316 326 339 354 323 344 318 344 323 354
PORc 343 343 343 392 343 392 343 392 343 392
POR 343 343 343 392 343 392 343 392 343 392

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 115.200 + Rp. 1.000 + Rp. 5.439.000
= Rp. 5.555.200
IV-153

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3588
49
= 73,224 ≈ 74 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 74 = 0,135 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.158 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.158 Lotting Sayap Depan dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 60 25 0 1 Sd GR 0 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 0 348
POH 35 35
NR 316 353 356 358 361 364 366 369 371 374
PORc 316 353 356 358 361 364 366 369 371 374
POR 316 353 356 358 361 364 366 369 371 374

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 12.600 + Rp. 1.000 + Rp. 5.382.000
= Rp. 5.395.600

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.
IV-154

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.159 final MRP sayap depan (POQ).

Tabel 4.159 Final MRP Sayap Depan (POQ)

11. Sisi Baling


Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.160 Netting Untuk Sisi Baling


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 55 10 0 1 Sb GR 696 702 706 712 716 722 728 732 738 742 748
SR 696
POH 45 45
NR 657 706 712 716 722 728 732 738 742 748

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
IV-155

(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 7201 = 720,100 unit/bulan
n 10

2CS 2× 100 x 720,1


EOQ=√ =√ = 120,008 ≈ 121 unit/pesan
H 10

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.161 Lotting Sisi Baling dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 55 10 0 1 Sb GR 696 702 706 712 716 722 728 732 738 742 748
SR 696
POH 45 45 69 89 103 113 117 115 109 97 81 59
NR 657 637 623 613 609 611 617 629 645 667
PORc 726 726 726 726 726 726 726 726 726 726
POR 726 726 726 726 726 726 726 726 726 726

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 119.640 + Rp. 1.000 + Rp. 3.630.000
= Rp. 3.750.640

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.
IV-156

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 7201
121
= 59,512 ≈ 60 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 60 = 0,166 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.162 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.162 Lotting Sisi Baling dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 55 10 0 1 Sb GR 696 702 706 712 716 722 728 732 738 742 748
SR 696
POH 45 45
NR 657 706 712 716 722 728 732 738 742 748
PORc 657 706 712 716 722 728 732 738 742 748
POR 657 706 712 716 722 728 732 738 742 748

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 5.400 + Rp. 1.000 + Rp. 3.600.500
= Rp. 3.606.900

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.163 final MRP sisi baling (POQ).
IV-157

Tabel 4.163 Final MRP Sisi Baling (POQ)

12. Sayap Belakang


Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.164 Netting Untuk Sayap Belakang


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 50 0 0 1 Sbl GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 50 50
NR 301 353 356 358 361 364 366 369 371 374

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
IV-158

Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)


H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3573 =357,300 unit/bulan
n 10

2CS 2× 200 x357,3


EOQ=√ =√ = 154,337 ≈ 155 unit/pesan
H 6

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.165 Lotting Sayap Belakang dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 50 0 0 1 Sbl GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 50 50 9 121 75 27 131 77 21 117 56 147
NR 301 344 235 283 334 233 289 348 254 318
PORc 310 465 310 310 465 310 310 465 310 465
POR 310 465 310 310 465 310 310 465 310 465

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 59.832 + Rp. 2.000 + Rp. 1.116.000
= Rp. 1.177.832

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3573
155
= 23,051 ≈ 24 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 24 = 0,416 ≈ 1 periode
IV-159

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.166 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.

Tabel 4.166 Lotting Sayap Belakang dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 50 0 0 1 Sbl GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 50 50
NR 301 353 356 358 361 364 366 369 371 374
PORc 301 353 356 358 361 364 366 369 371 374
POR 301 353 356 358 361 364 366 369 371 374

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 3.600 + Rp. 2.000 + Rp. 1.071.900
= Rp. 1.077.500

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.167 final MRP sayap belakang (POQ).

Tabel 4.167 Final MRP Sayap Belakang (POQ)


IV-160

13. Ekor Pesawat


Dilakukan perhitungan dengan tiga metode yaitu netting, lotting dan
offsetting. Berikut adalah perhitungan dengan menggunakan ketiga metode
tersebut.
A. Netting
Netting merupakan proses perhitungan kebutuhan bersih yang merupakan
selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Netting dilakukan
untuk 12 periode kedepan. Pada landasan I nilai GR diperoleh dari hasil
penjumlahan POR mobil, sehingga diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.168 Netting Untuk Ekor Pesawat


Item Periode
LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 60 0 0 1 Ep GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 60 60
NR 291 353 356 358 361 364 366 369 371 374

B. Lotting
Lotting merupakan tahap penentuan besarnya pesanan setiap individu
berdasarkan hasil perhitungan netting. Perhitungan lotting dilakukan dengan
metode lot sizing untuk semua komponen selain end item yang berstatus Produksi
(P) dan Beli (B) dengan diketahui ongkos pesan dan simpan. Metode perhitungan
lotting yaitu EOQ dan POQ sebagai berikut:
a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kebutuhan bersifat
berkelanjutan dan pola permintaan yang stabil.
Rumus: C = Ongkos Pesan (Rp/pesan)
H = Ongkos Simpan (Rp/unit/bulan)
S = Rata-rata Kebutuhan (Unit/bulan)
∑n
S= i=1 Keb.bersih = 3563 =356,300 unit/bulan
n 10

2CS 2× 200 x 356,3


EOQ=√ =√ = 154,121 ≈ 155 unit/pesan
H 6
IV-161

Berikut merupakan tabel yang menunjukkan hasil MRP dari lotting dengan
menggunakan metode EOQ.

Tabel 4.169 Lotting Ekor Pesawat dengan Metode EOQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
EOQ 1 60 0 0 1 Ep GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 60 60 19 131 85 37 141 87 31 127 66 2
NR 291 334 225 273 324 223 279 338 244 308
PORc 310 465 310 310 465 310 310 465 310 310
POR 310 465 310 310 465 310 310 465 310 310

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 56.592 + Rp. 2.000 + Rp. 1.068.900
= Rp. 1.075.220

b. Metode Period Order Quantity (POQ)


Rencana pemesanan merupakan penentuan kualitas pesanan yang
dihasilkan proses lotting. Ongkos pesanan merupakan biaya pesan yang
mencangkup ongkos tetap pemesanan item barang ke pemasok serta ongkos
variabel untuk menyiapkan dan melaksanakan pemesanan tersebut.

∑ Kebutuhan Bersih
Jumlah Pesan= EOQ
= 3563
155
= 22,987 ≈ 23 kali
Jumlah Periode 10
POQ= Jumlah Pesan = 23 = 0,434 ≈ 1 periode

Perhitungan menunjukkan bahwa pemesanan dapat dilakukan untuk 1


periode.
Berikut merupakan tabel 4.170 yang menunjukkan hasil MRP dari lotting
dengan menggunakan metode POQ.
IV-162

Tabel 4.170 Lotting Ekor Pesawat dengan Metode POQ


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
POQ 1 60 0 0 1 Ep GR 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
SR 348
POH 60 60
NR 291 353 356 358 361 364 366 369 371 374
PORc 291 353 356 358 361 364 366 369 371 374
POR 291 353 356 358 361 364 366 369 371 374

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= (∑ POH×OS)+(∑ Periode POR×OP)+(∑ POR×Harga SP)
= Rp. 4.320 + Rp. 2.000 + Rp. 1.068.900
= Rp. 1.075.220

Dari hasil perhitungan total ongkos untuk kedua metode diatas terpilih
metode POQ dalam penentuan ukuran pesan untuk pemesanan landasan karena
memiliki total ongkos paling kecil.

C. Offsetting
Untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana
pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan leadtime.
Berikut merupakan tabel 4.171 final MRP ekor pesawat (POQ).

Tabel 4.171 Final MRP Ekor Pesawat (POQ)

4.2.3.3.3 Level 2
Level 2 terdiri dari alas, as roda, roda sisi depan kap, sisi samping supir,
sisi samping penumpang, bagian belakang, bagian bawah, bagian atas, sisi
samping, sisi sayap dan penyangga dengan penjabaran sebagai berikut.
IV-163

A. Exploding
Proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level yang dibawahnya
bersadarkan rencana pesan. Dan yang termasuk kedalam level dibawahnya (level
2) adalah alas, as roda, roda sisi depan kap, sisi samping supir, sisi samping
penumpang, bagian belakang, bagian bawah, bagian atas, sisi samping, sisi sayap
dan penyangga (untuk exploding digunakan metode Within Wagner (WW) dapat
dilihat pada tabel) MRP berikut ini.
a. Alas
Berikut ini merupakan tabel 4.172 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.172 Demand Komponen Alas


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 638 699 704 709 713 719 724 729 734 739 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 250,-
Ongkos Simpan : Rp. 10,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 250 + 10 [(638-638)]


= 250
O(13,14) = 250 + 10 [(1337-638) + 1337-1337)]
= 7240
O(13,15) = 250 + 10 [(2041-638) + (2041-1337) + (2041-2041)]
= 21320
IV-164

Dibawah ini merupakan tabel 4.173 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


alas dengan WW.

Tabel 4.173 Rekapitulasi Oen Alas dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 250 7240 21320 42590 71110 107060 150500 201530 260250 326760
14 250 7290 21470 42860 71620 107820 151560 202940 262060
15 250 7340 21600 43170 72130 108580 152620 204350
16 250 7380 21760 43480 72640 109340 153680
17 250 7440 21920 43790 73150 110100
18 250 7490 22070 44090 73650
19 250 7540 22220 44390
20 250 7590 22370
21 250 7640
22 250
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [250]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [250]
= 250 untuk O11 + F0
= 250
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [7240 + 0,250 + 250]
= 500
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [21320 + 0,250 + 500]
= 750

Dibawah ini merupakan tabel 4.174 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn alas menggunakan metode Within Wagner.
IV-165

Tabel 4.174 Rekapitulasi Nilai Fn Alas (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 250 7240 21320 42590 71110 107060 150500 201530 260250 326760
14 500 7540 21720 43110 71870 108070 151810 203190 262310
15 750 7840 22100 43670 72630 109080 153120 204850
16 1000 8130 22510 44230 73390 110090 154430
17 1250 8440 22920 44790 74150 111100
18 1500 8740 23320 45340 74900
19 1750 9040 23720 45890
20 2000 9340 24120
21 2250 9640
22 2500
23
24
Fn 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500
Optimal 2500

Berikut ini merupakan tabel 4.175 yang menunjukkan final alas


menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.175 Final Alas (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 0 0 2 Al GR 638 699 704 709 713 719 724 729 734 739
SR 638 699
POH 60 60 60
NR 644 709 713 719 724 729 734 739
PORc 644 709 713 719 724 729 734 739
POR 644 709 713 719 724 729 734 739 0

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp. 13.500,- + Rp. 2.000,- + Rp. 2.569.950,-
= Rp. 2.585.450,-

b. As Roda
Berikut ini merupakan tabel 4.176 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.176 Demand Komponen As Roda


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 1276 1398 1408 1418 1426 1438 1448 1458 1468 1478 0 0
IV-166

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 6,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 200 + 6 [(1276-1276)]


= 200
O(13,14) = 200 + 6 [(2674-1276) + 2674-2674)]
= 8588
O(13,15) = 200 + 6 [(4082-1276) + (4082-2674) + (4082-4082)]
= 25484

Dibawah ini merupakan tabel 4.177 yang menunjukkan rekapitulasi Oen as


roda dengan WW.

Tabel 4.177 Rekapitulasi Oen As Roda dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 8588 25484 51008 85232 128372 180500 241736 312200 392012
14 200 8648 25664 51332 85844 129284 181772 243428 314372
15 200 8708 25820 51704 86456 130196 183044 245120
16 200 8756 26012 52076 87068 131108 184316
17 200 8828 26204 52448 87680 132020
18 200 8888 26384 52808 88280
19 200 8948 26564 53168
20 200 9008 26744
21 200 9068
22 200
23
24
IV-167

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [8588 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [25484 + 0,200 + 400]
= 600

Dibawah ini merupakan tabel 4.178 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn as roda menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.178 Rekapitulasi Nilai Fn As Roda (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 8588 25484 51008 85232 128372 180500 241736 312200 392012
14 400 8848 25864 51532 86044 129484 181972 243628 314572
15 600 9108 26220 52104 86856 130596 183444 245520
16 800 9356 26612 52676 87668 131708 184916
17 1000 9628 27004 53248 88480 132820
18 1200 9888 27384 53808 89280
19 1400 10148 27764 54368
20 1600 10408 28144
21 1800 10668
22 2000
23
24
Fn 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Optimal 2000
IV-168

Berikut ini merupakan tabel 4.179 yang menunjukkan final as roda


menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.179 Final As Roda (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 85 0 0 2 Ar GR 1276 1398 1408 1418 1426 1438 1448 1458 1468 1478
SR 1276 1398
POH 85 85 85
NR 1323 1418 1426 1438 1448 1458 1468 1478
PORc 1323 1418 1426 1438 1448 1458 1468 1478
POR 1323 1418 1426 1438 1448 1458 1468 1478

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp. 10.625 + Rp. 1.600 + Rp. 2.569.950
= Rp. 2.876.475

c. Roda
Berikut ini merupakan tabel 4.180 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.180 Demand Komponen Roda


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 2552 2796 2816 2836 2852 2876 2896 2916 2936 2956 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 17,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-169

O(13,13) = 200 + 17 [(2552-2552)]


= 200
O(13,14) = 200 + 17 [(5348-2552) + 5348-5348)]
= 47732
O(13,15) = 200 + 17 [(8164-2552) + (8164-5348) + (8164-8164)]
= 143476

Dibawah ini merupakan tabel 4.181 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


roda dengan WW.

Tabel 4.181 Rekapitulasi Oen Roda (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 47732 143476 288112 482048 726508 1021900 1368904 1768200 2220468
14 200 48072 144496 289948 485516 731676 1029108 1378492 1780508
15 200 48412 145380 292056 488984 736844 1036316 1388080
16 200 48684 146468 294164 492452 742012 1043524
17 200 49092 147556 296272 495920 747180
18 200 49432 148576 298312 499320
19 200 49772 149596 300352
20 200 50112 150616
21 200 50452
22 200
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [47732 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [143476 + 0,200 + 400]
= 600
IV-170

Dibawah ini merupakan tabel 4.182 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn roda menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.182 Rekapitulasi Nilai Fn Roda (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 47732 143476 288112 482048 726508 1021900 1368904 1768200 2220468
14 400 48272 144696 290148 485716 731876 1029308 1378692 1780708
15 600 48812 145780 292456 489384 737244 1036716 1388480
16 800 49284 147068 294764 493052 742612 1044124
17 1000 49892 148356 297072 496720 747980
18 1200 50432 149576 299312 500320
19 1400 50972 150796 301552
20 1600 51512 152016
21 1800 52052
22 2000
23
24
Fn 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Optimal 2000

Berikut ini merupakan tabel 4.183 yang menunjukkan final roda


menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.183 Final Roda (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 110 25 0 2 Rd GR 2552 2796 2816 2836 2852 2876 2896 2916 2936 2956
SR 2552 2796
POH 85 85 85
NR 2731 2836 2852 2876 2896 2916 2936 2956
PORc 2731 2836 2852 2876 2896 2916 2936 2956
POR 2731 2836 2852 2876 2896 2916 2936 2956

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp. 34.000,- + Rp. 1.600,- + Rp. 18.399.200,-
= Rp. 18.434.800,-

d. Sisi Depan Kap


Berikut ini merupakan tabel 4.184 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.184 Demand Komponen Sisi Depan Kap


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368 0 0
IV-171

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 100 + 17 [(305-305)]


= 100
O(13,14) = 100 + 17 [653-305) + 653-653)]
= 2536
O(13,15) = 100 + 17 [(1004-305) + (1004-653) + (1004-1004)]
= 7450

Dibawah ini merupakan tabel 4.185 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


sisi depan kap dengan WW.

Tabel 4.185 Rekapitulasi Oen Sisi Depan Kap dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 2536 7450 14863 24803 37333 52495 70282 90778 113962
14 100 2557 7499 14954 24978 37613 52859 70793 91401
15 100 2571 7541 15059 25167 37872 53244 71276
16 100 2585 7597 15178 25342 38152 53608
17 100 2606 7660 15283 25531 38411
18 100 2627 7709 15395 25699
19 100 2641 7765 15493
20 100 2662 7814
21 100 2676
22 100
23
24
IV-172

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [2536 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [7450 + 0,100 + 100]
= 300

Dibawah ini merupakan tabel 4.186 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn sisi depan kap menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.186 Rekapitulasi Nilai Fn Sisi Depan Kap (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 2536 7450 14863 24803 37333 52495 70282 90778 113962
14 200 2657 7599 15054 25078 37713 52959 70893 91501
15 300 2771 7741 15259 25367 38072 53444 71476
16 400 2885 7897 15478 25642 38452 53908
17 500 3006 8060 15683 25931 38811
18 600 3127 8209 15895 26199
19 700 3241 8365 16093
20 800 3362 8514
21 900 3476
22 1000
23
24
Fn 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Optimal 1000
IV-173

Berikut ini merupakan tabel 4.187 yang menunjukkan final sisi depan kap
menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.187 Final Sisi Depan Kap (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 10 0 2 Sdk GR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 305
POH 50 50
NR 298 351 353 355 358 361 363 366 368
PORc 298 351 353 355 358 361 363 366 368
POR 298 351 353 355 358 361 363 366 368

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp. 3.750,- + Rp. 900,- + Rp. 951.900,-
= Rp. 956.550

e. Sisi Samping Supir


Berikut ini merupakan tabel 4.188 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.188 Demand Komponen Sisi Samping Supir


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 610 696 702 706 710 716 722 726 732 736 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-174

O(13,13) = 100 + 7 [(610-610)]


= 100
O(13,14) = 100 + 7 [(1306-610) + (1306-1306)]
= 4972
O(13,15) = 100 + 7 [(2008-610) + (2008-1306) + (2008-2008)]
= 14800

Dibawah ini merupakan tabel 4.189 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


sisi samping supir dengan WW.

Tabel 4.189 Rekapitulasi Oen Sisi Samping Supir dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 4972 14800 29626 49506 74566 104890 140464 181456 227824
14 100 5014 14898 29808 49856 75126 105618 141486 182702
15 100 5042 14982 30018 50234 75644 106388 142452
16 100 5070 15094 30256 50584 76204 107116
17 100 5112 15220 30466 50962 76722
18 100 5154 15318 30690 51298
19 100 5182 15430 30886
20 100 5224 15528
21 100 5252
22 100
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [4972 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [14800+ 0,100 + 200]
= 300
IV-175

Dibawah ini merupakan tabel 4.190 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn sisi samping supir menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.190 Rekapitulasi Nilai Fn Sisi Samping Supir (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 4972 14800 29626 49506 74566 104890 140464 181456 227824
14 200 5114 14998 29908 49956 75226 105718 141586 182802
15 300 5242 15182 30218 50434 75844 106588 142652
16 400 5370 15394 30556 50884 76504 107416
17 500 5512 15620 30866 51362 77122
18 600 5654 15818 31190 51798
19 700 5782 16030 31486
20 800 5924 16228
21 900 6052
22 1000
23
24
Fn 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Optimal 1000

Berikut ini merupakan tabel 4.191 yang menunjukkan Final sisi samping
supir menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.191 Final Sisi Samping Supir (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 10 0 2 Sss GR 610 696 702 706 710 716 722 726 732 736
SR 610
POH 50 50
NR 646 702 706 710 716 722 726 732 736
PORc 646 702 706 710 716 722 726 732 736
POR 646 702 706 710 716 722 726 732 736

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp. 3.750,- + Rp. 900,- + Rp. 1.918.800,-
= Rp. 1.923.450.-
IV-176

f. Sisi Samping Penumpang


Berikut ini merupakan tabel 4.192 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.192 Demand Komponen Sisi Samping Penumpang


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 610 696 702 706 710 716 722 726 732 736 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 100 + 7 [(610-610)]


= 100
O(13,14) = 100 + 7 [(1306-610) + (1306-1306)]
= 4972
O(13,15) = 100 + 7 [(2008-610) + (2008-1306) + (2008-2008)]
= 14800

Dibawah ini merupakan tabel 4.193 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


sisi samping penumpang dengan WW.
IV-177

Tabel 4.193 Rekapitulasi Oen Sisi Samping Penumpang dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 4972 14800 29626 49506 74566 104890 140464 181456 227824
14 100 5014 14898 29808 49856 75126 105618 141486 182702
15 100 5042 14982 30018 50234 75644 106388 142452
16 100 5070 15094 30256 50584 76204 107116
17 100 5112 15220 30466 50962 76722
18 100 5154 15318 30690 51298
19 100 5182 15430 30886
20 100 5224 15528
21 100 5252
22 100
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [4972 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [14800+ 0,100 + 200]
= 300

Dibawah ini merupakan tabel 4.194 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn sisi samping penumpang menggunakan metode Within Wagner.
IV-178

Tabel 4.194 Rekapitulasi Nilai Fn Sisi Samping Penumpang (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 4972 14800 29626 49506 74566 104890 140464 181456 227824
14 200 5114 14998 29908 49956 75226 105718 141586 182802
15 300 5242 15182 30218 50434 75844 106588 142652
16 400 5370 15394 30556 50884 76504 107416
17 500 5512 15620 30866 51362 77122
18 600 5654 15818 31190 51798
19 700 5782 16030 31486
20 800 5924 16228
21 900 6052
22 1000
23
24
Fn 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Optimal 1000

Berikut ini merupakan tabel 4.195 yang menunjukkan final sisi samping
penumpang menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.195 Final Sisi Samping Penumpang (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 10 0 2 Ssp GR 610 696 702 706 710 716 722 726 732 736
SR 610
POH 50 50
NR 646 702 706 710 716 722 726 732 736
PORc 646 702 706 710 716 722 726 732 736
POR 646 702 706 710 716 722 726 732 736

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp. 3.750,- + Rp. 900,- + Rp. 1.918.800,-
= Rp. 1.923.450.-

g. Bagian Belakang
Berikut ini merupakan tabel 4.196 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.196 Demand Komponen Bagian Belakang


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368 0 0
IV-179

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 7,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 100 + 7 [(305-)305]


= 100
O(13,14) = 100 + 7 [(653-305) + (653-653)]
= 2536
O(13,15) = 100 + 7 [(1004-305) + (1004-653) + (1004-1004)]
= 7450

Dibawah ini merupakan tabel 4.197 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


bagian belakang dengan WW.

Tabel 4.197 Rekapitulasi Oen Bagian Belakang dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 2536 7450 14863 24803 37333 52495 70282 90778 113962
14 100 2557 7499 14954 24978 37613 52859 70793 91401
15 100 2571 7541 15059 25167 37872 53244 71276
16 100 2585 7597 15178 25342 38152 53608
17 100 2606 7660 15283 25531 38411
18 100 2627 7709 15395 25699
19 100 2641 7765 15493
20 100 2662 7814
21 100 2676
22 100
23
24
IV-180

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [2536 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [7450 + 0,100 + 200]
= 300

Dibawah ini merupakan tabel 4.198 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn bagian belakang menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.198 Rekapitulasi Nilai Fn Bagian Belakang (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 2536 7450 14863 24803 37333 52495 70282 90778 113962
14 200 2657 7599 15054 25078 37713 52959 70893 91501
15 300 2771 7741 15259 25367 38072 53444 71476
16 400 2885 7897 15478 25642 38452 53908
17 500 3006 8060 15683 25931 38811
18 600 3127 8209 15895 26199
19 700 3241 8365 16093
20 800 3362 8514
21 900 3476
22 1000
23
24
Fn 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Optimal 1000
IV-181

Berikut ini merupakan tabel 4.199 yang menunjukkan final bagian


belakang menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.199 Final Bagian Belakang (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 0 0 2 Bb GR 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
SR 305
POH 60 60
NR 288 351 353 355 358 361 363 366 368
PORc 288 351 353 355 358 361 363 366 368
POR 288 351 353 355 358 361 363 366 368

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp. 4.500,- + Rp. 900,- + Rp. 948.900,-
= Rp. 954.300.-

h. Sekrup
Berikut ini merupakan tabel 4.200 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.200 Demand Komponen Sekrup


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 1836 2094 2110 2124 2136 2154 2170 2184 2200 2214 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 150,-
Ongkos Simpan : Rp. 6,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-182

O(13,13) = 150 + 6 [1836-1836]


= 150
O(13,14) = 150 + 6 [(3930-1836) + (3930-3930)]
= 12714
O(13,15) = 100 + 7 [(6040-1836) + (6040-3930) + (6040-6040)]
= 38034

Dibawah ini merupakan tabel 4.201 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


sekrup dengan WW.

Tabel 4.201 Rekapitulasi Oen Sekrup dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 150 12714 38034 76266 127530 192150 270270 361998 467598 587154
14 150 12810 38298 76746 128442 193542 272166 364566 470838
15 150 12894 38526 77298 129378 194898 274098 367086
16 150 12966 38814 77874 130290 196290 275994
17 150 13074 39114 78426 131226 197646
18 150 13170 39378 78978 132114
19 150 13254 39654 79506
20 150 13350 39918
21 150 13434
22 150
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [150]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [150]
= 150 untuk O11 + F0
= 150
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [12714 + 0,150 + 150]
= 300
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [38034+ 0,150+ 150]
= 450
IV-183

Dibawah ini merupakan tabel 4.202 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn sekrup menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.202 Rekapitulasi Nilai Fn Sekrup (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 150 12714 38034 76266 127530 192150 270270 361998 467598 587154
14 300 12960 38448 76896 128592 193692 272316 364716 470988
15 450 13194 38826 77598 129678 195198 274398 367386
16 600 13416 39264 78324 130740 196740 276444
17 750 13674 39714 79026 131826 198246
18 900 13920 40128 79728 132864
19 1050 14154 40554 80406
20 1200 14400 40968
21 1350 14634
22 1500
23
24
Fn 150 300 450 600 750 900 1050 1200 1350 1500
Optimal 1500

Berikut ini merupakan tabel 4.203 yang menunjukkan final sekrup


menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.203 Final Sekrup (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 0 0 2 Bb GR 1836 2094 2110 2124 2136 2154 2170 2184 2200 2214
SR 1836
POH 60 60
NR 2034 2110 2124 2136 2154 2170 2184 2200 2214
PORc 2034 2110 2124 2136 2154 2170 2184 2200 2214
POR 2034 2110 2124 2136 2154 2170 2184 2200 2214

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp 4.320 + Rp 1.350 + Rp 5.797.800
= Rp 5.803.470

i. Bagian Bawah
Berikut ini merupakan tabel 4.204 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.204 Demand Komponen Bagian Bawah


Periode 13 1415 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
IV-184

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 200 + 8 [308-308]


= 200
O(13,14) = 200 + 8 [(659-308) + (659-659)]
= 3008
O(13,15) = 200 + 8 [(1012-308) + (1012-659) + (1012-1012)]
= 8656

Dibawah ini merupakan tabel 4.205 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


Bagian Bawah dengan WW.

Tabel 4.205 Rekapitulasi Oen Bagian Bawah dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 3008 8656 17200 28656 43096 60520 81016 104568 131280
14 200 3024 8720 17312 28864 43384 60952 81560 105304
15 200 3048 8776 17440 29056 43696 61360 82136
16 200 3064 8840 17552 29264 43984 61792
17 200 3088 8896 17680 29456 44296
18 200 3104 8960 17792 29664
19 200 3128 9016 17920
20 200 3144 9080
21 200 3168
22 200
23
24
IV-185

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [3008 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [8656 + 0,200 + 400]
= 600

Dibawah ini merupakan tabel 4.206 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn bagian bawah menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.206 Rekapitulasi Nilai Fn Bagian Bawah (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 3008 8656 17200 28656 43096 60520 81016 104568 131280
14 400 3224 8920 17512 29064 43584 61152 81760 105504
15 600 3448 9176 17840 29456 44096 61760 82536
16 800 3664 9440 18152 29864 44584 62392
17 1000 3888 9696 18480 30256 45096
18 1200 4104 9960 18792 30664
19 1400 4328 10216 19120
20 1600 4544 10480
21 1800 4768
22 2000
23
24
Fn 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Optimal 2000

Berikut ini merupakan tabel 4.207 yang menunjukkan final bagian bawah
menggunakan metode Within Wagner.
IV-186

Tabel 4.207 Final Bagian Bawah (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 75 10 0 2 Bga GR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 308
POH 65 65
NR 286 353 356 358 361 363 366 368 371
PORc 286 353 356 358 361 363 366 368 371
POR 286 353 356 358 361 363 366 368 371

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan +Ongkos Beli


= Rp 4.800 + Rp 1.800 + Rp 1.278.800
= Rp 1.285.400

j. Bagian Atas
Berikut ini merupakan tabel 4.104 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.208 Demand Komponen Bagian Atas


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 10,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 100 + 10 [(308-308]


= 100
O(13,14) = 100 + 10 [(659-308) + (659-659)]
= 3610
IV-187

O(13,15) = 100 + 10 [(1012-308) + (1012-659) + (1012-1012)]


= 10670

Dibawah ini merupakan tabel 4.209 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


bagian atas dengan WW.

Tabel 4.209 Rekapitulasi Oen Bagian Atas dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 3610 10670 21350 35670 53720 75500 101120 130560 163950
14 100 3630 10750 21490 35930 54080 76040 101800 131480
15 100 3660 10820 21650 36170 54470 76550 102520
16 100 3680 10900 21790 36430 54830 77090
17 100 3710 10970 21950 36670 55220
18 100 3730 11050 22090 36930
19 100 3760 11120 22250
20 100 3780 11200
21 100 3810
22 100
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [3610 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [10670 + 0,100 + 100]
= 300
IV-188

Dibawah ini merupakan tabel 4.210 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn bagian atas menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.210 Rekapitulasi Nilai Fn Bagian Atas (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 3610 10670 21350 35670 53720 75500 101120 130560 163950
14 200 3730 10850 21590 36030 54180 76140 101900 131580
15 300 3860 11020 21850 36370 54670 76750 102720
16 400 3980 11200 22090 36730 55130 77390
17 500 4110 11370 22350 37070 55620
18 600 4230 11550 22590 37430
19 700 4360 11720 22850
20 800 4480 11900
21 900 4610
22 1000
23
24
Fn 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Optimal 1000

Berikut ini merupakan tabel 4.211 yang menunjukkan final bagian atas
menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.211 Final Bagian Atas (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 75 10 0 2 Bga GR 616 702 706 712 716 722 726 732 736 742
SR 616
POH 65 65
NR 637 706 712 716 722 726 732 736 742
PORc 637 706 712 716 722 726 732 736 742
POR 637 706 712 716 722 726 732 736 742

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp 7.800 + Rp 900 + Rp 1.591.000
= Rp 1.599.700
IV-189

k. Sisi Samping
Berikut ini merupakan tabel 4.212 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.212 Demand Komponen Sisi Samping


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 616 702 706 712 716 722 726 732 736 742 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 200 + 8 [(616-616]


= 200
O(13,14) = 200 + 8 [(1318-616) + (1318-1318)]
= 5816
O(13,15) = 200 + 8 [(2024-616) + (2024-1318) + (2024-2024)]
= 17112

Dibawah ini merupakan tabel 4.213 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


sisi samping dengan WW.
IV-190

Tabel 4.213 Rekapitulasi Oen Sisi Samping dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 5816 17112 34200 57112 85992 120840 161832 208936 262360
14 200 5848 17240 34424 57528 86568 121704 162920 210408
15 200 5896 17352 34680 57912 87192 122520 164072
16 200 5928 17480 34904 58328 87768 123384
17 200 5976 17592 35160 58712 88392
18 200 6008 17720 35384 59128
19 200 6056 17832 35640
20 200 6088 17960
21 200 6136
22 200
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [5816+ 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [17112 + 0,200 + 400]
= 600

Dibawah ini merupakan tabel 4.214 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn sisi samping menggunakan metode Within Wagner.
IV-191

Tabel 4.214 Rekapitulasi Nilai Fn Sisi Samping (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 5816 17112 34200 57112 85992 120840 161832 208936 262360
14 400 6048 17440 34624 57728 86768 121904 163120 210608
15 600 6296 17752 35080 58312 87592 122920 164472
16 800 6528 18080 35504 58928 88368 123984
17 1000 6776 18392 35960 59512 89192
18 1200 7008 18720 36384 60128
19 1400 7256 19032 36840
20 1600 7488 19360
21 1800 7736
22 1100
23
24
Fn 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 1100
Optimal 1800

Berikut ini merupakan tabel 4.215 yang menunjukkan final sisi samping
menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.215 Final Sisi Samping (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 10 0 2 Ssg GR 616 702 706 712 716 722 726 732 736 742
SR 616
POH 50 50
NR 652 706 712 716 722 726 732 736 742
PORc 652 706 712 716 722 726 732 736 742
POR 652 706 712 716 722 726 732 736 742

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan +Ongkos Beli


= Rp 4.800 + Rp 1.800 + Rp 2.577.600
= Rp 2.584.200

l. Bagian Belakang I
Berikut ini merupakan tabel 4.216 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.216 Demand Komponen Bagian Belakang I


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371 0 0
IV-192

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 100,-
Ongkos Simpan : Rp. 6,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 100 + 6 [(308-308]


= 100
O(13,14) = 100 + 6 [(659-308) + (659-659)]
= 2206
O(13,15) = 100 + 6 [(1012-308) + (1012-659) + (1012-1012)]
= 6442

Dibawah ini merupakan tabel 4.217 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


bagian belakang I dengan WW.

Tabel 4.217 Rekapitulasi Oen Bagian Belakang I dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 2206 6442 12850 21442 32272 45340 60712 78376 98410
14 100 2218 6490 12934 21598 32488 45664 61120 78928
15 100 2236 6532 13030 21742 32722 45970 61552
16 100 2248 6580 13114 21898 32938 46294
17 100 2266 6622 13210 22042 33172
18 100 2278 6670 13294 22198
19 100 2296 6712 13390
20 100 2308 6760
21 100 2326
22 100
23
24
IV-193

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [100]
= 100 untuk O11 + F0
= 100
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [2206 + 0,100 + 100]
= 200
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [6442 + 0,100 + 200]
= 300

Dibawah ini merupakan tabel 4.218 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn bagian belakang I menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.218 Rekapitulasi Nilai Fn Bagian Belakang I (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 100 2206 6442 12850 21442 32272 45340 60712 78376 98410
14 200 2318 6590 13034 21698 32588 45764 61220 79028
15 300 2436 6732 13230 21942 32922 46170 61752
16 400 2548 6880 13414 22198 33238 46594
17 500 2666 7022 13610 22442 33572
18 600 2778 7170 13794 22698
19 700 2896 7312 13990
20 800 3008 7460
21 900 3126
22 1000
23
24
Fn 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
Optimal 1000
IV-194

Berikut ini merupakan tabel 4.219 yang menunjukkan final bagian


belakang I menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.219 Final Bagian Belakang I (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
WW 1 60 10 0 2 Bbg GR 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
SR 308
POH 50 50
NR 301 353 356 358 361 363 366 368 371
PORc 301 353 356 358 361 363 366 368 371
POR 301 353 356 358 361 363 366 368 371

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan +Ongkos Beli


= Rp 3.600 + Rp 900 + Rp 959.100
= Rp 963.600

m. Sisi Sayap
Berikut ini merupakan Tabel 4.220 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menentukan nilai Oen.

Tabel 4.220 Demand Komponen Sisi Sayap I


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 632 706 712 716 722 728 732 738 742 748 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode
IV-195

O(13,13) = 200 + 8 [(632-632]


= 200
O(13,14) = 200 + 8 [(1338-632) + (1338-1338)]
= 5848
O(13,15) = 200 + 8 [(2050-632) + (2050-1338) + (2050-2050)]
= 17240

Dibawah ini merupakan tabel 4.221 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


sisi sayap I dengan WW.

Tabel 4.221 Rekapitulasi Oen Sisi Sayap dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 5848 17240 34424 57528 86648 121784 163112 210600 264456
14 200 5896 17352 34680 57976 87256 122680 164232 212104
15 200 5928 17480 34952 58376 87896 123512 165400
16 200 5976 17624 35192 58808 88488 124392
17 200 6024 17736 35448 59192 89112
18 200 6056 17864 35672 59608
19 200 6104 17976 35928
20 200 6136 18104
21 200 6184
22 200
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai Fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [100]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [5848 + 0,200 +200]
= 400
IV-196

F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]


= min [17240 + 0,200 +400]
= 600

Dibawah ini merupakan tabel 4.222 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn sisi sayap menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.222 Rekapitulasi Nilai Fn Sisi Sayap (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 5848 17240 34424 57528 86648 121784 163112 210600 264456
14 400 6096 17552 34880 58176 87456 122880 164432 212304
15 600 6328 17880 35352 58776 88296 123912 165800
16 800 6576 18224 35792 59408 89088 124992
17 1000 6824 18536 36248 59992 89912
18 1200 7056 18864 36672 60608
19 1400 7304 19176 37128
20 1600 7536 19504
21 1800 7784
22 2450
23
24
Fn 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2450
Optimal 2450

Berikut ini merupakan tabel 4.223 yang menunjukkan final sisi sayap
menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.223 Final Sisi Sayap (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0 1 60 0 0 2 Ssy GR 632 706 712 716 722 728 732 738 742 748
SR 632
POH 60 60
NR 646 712 716 722 728 732 738 742 748
PORc 646 712 716 722 728 732 738 742 748
POR 646 712 716 722 728 732 738 742 748

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan + Ongkos Beli


= Rp 5.760 + Rp 1.800 + Rp 2.593.600
= Rp 2.601.160
IV-197

n. Penyangga
Berikut ini merupakan tabel 4.224 yang menunjukkan proses netting yang
bertujuan untuk menetukan nilai Oen.

Tabel 4.224 Demand Komponen Penyangga


Periode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Dt 1264 1412 1424 1432 1444 1456 1464 1476 1484 1496 0 0

Diketahui:
Ongkos Pesan : Rp. 200,-
Ongkos Simpan : Rp. 8,-
Leadtime : 1

Langkah 1
Oen = C + H∑ei=1 Qce -Qci , untuk 1≤ c ≤ e ≤ N
Dimana :
C = Ongkos pesan setiap satu kali pemesanan
H = Ongkos simpan/unit/periode

O(13,13) = 200 + 8 [(1264-1264]


= 200
O(13,14) = 200 + 8 [(2676-1264) + (2676-2676)]
= 11496
O(13,15) = 200 + 8 [(4100-1264) + (4100-2676) + (4100-4100)]
= 34280

Dibawah ini merupakan tabel 4.225 yang menunjukkan rekapitulasi Oen


penyangga I dengan WW.
IV-198

Tabel 4.225 Rekapitulasi Oen Penyangga dengan (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 11496 34280 68648 114856 173096 243368 326024 421000 528712
14 200 11592 34504 69160 115752 174312 245160 328264 424008
15 200 11656 34760 69704 116552 175592 246824 330600
16 200 11752 35048 70184 117416 176776 248584
17 200 11848 35272 70696 118184 178024
18 200 11912 35528 71144 119016
19 200 12008 35752 71656
20 200 12072 36008
21 200 12168
22 200
23
24

Langkah 2
Menghitung nilai fn dimana :
Fn = Min [Oen + F0 ] = min [200]
F0 =0
F13 = Min [O13.13 + F0 ] = min [200]
= 200 untuk O11 + F0
= 200
F14 = Min [O13.14 + F0 , O14.14 + F1 ]
= min [11496 + 0,200 + 200]
= 400
F15 = Min [O13.15 + F0 , O15.15 + F2 ]
= min [34280 + 0,200 + 400]
= 600

Dibawah ini merupakan tabel 4.226 yang menunjukkan rekapitulasi nilai


Fn penyangga menggunakan metode Within Wagner.
IV-199

Tabel 4.226 Rekapitulasi Nilai Fn Penyangga (WW)


n
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
e
13 200 11496 34280 68648 114856 173096 243368 326024 421000 528712
14 400 11792 34704 69360 115952 174512 245360 328464 424208
15 600 12056 35160 70104 116952 175992 247224 331000
16 800 12352 35648 70784 118016 177376 249184
17 1000 12648 36072 71496 118984 178824
18 1200 12912 36528 72144 120016
19 1400 13208 36952 72856
20 1600 13472 37408
21 1800 13768
22 2000
23
24
Fn 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Optimal 2000

Berikut ini merupakan tabel 4.227 yang menunjukkan final penyangga


menggunakan metode Within Wagner.

Tabel 4.227 Final Penyangga (WW)


Item Periode
LZ LT OH SS ALL Lvl Ket PD
Kode 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
0 1 50 10 0 2 Pg GR 1264 1412 1424 1432 1444 1456 1464 1476 1484 1496
SR 1264
POH 40 40
NR 1372 1424 1432 1444 1456 1464 1476 1484 1496
PORc 1372 1424 1432 1444 1456 1464 1476 1484 1496
POR 1372 1424 1432 1444 1456 1464 1476 1484 1496

Total Ongkos = Ongkos Simpan + Ongkos Pesan +Ongkos Beli


= Rp. 3.840 + Rp. 1.800 + Rp. 5.219.200
= Rp. 5.224.840

4.2.3.4 Data Rekapitulasi Planned Order Release (POR)


Data rekapitulasi Planned Order Release (POR) diperoleh dari tabel Final
MRP untuk masing-masing part/komponen yang mempunyai status produksi
seperti tabel 4.228 dibawah ini.
IV-200

Tabel 4.228 Data Rekapitulasi Planned Order Release (POR)


Periode
Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb 343 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
Tr 345 348 351 353 356 358 361 363 366 368 371
Ps 348 351 353 356 358 361 364 366 369 371 374
Ld 638 699 704 709 713 719 724 729 734 739
Bm 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
Ab 305 348 351 353 355 358 361 363 366 368
Kc 345 348 351 353 355 358 361 363 366 368
Ak 325 348 351 353 355 358 361 363 366 368
Ar 1323 1418 1426 1438 1448 1458 1468 1478
Skr 4741 4917 4954 4983 5021 5061 5094 5131 5164 2971
Bs 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
Bt 308 351 353 356 358 361 363 366 368 371
Bp 296 353 356 358 361 364 366 369 371 374
Sd 316 353 356 358 361 364 366 369 371 374
Sb 657 706 712 716 722 728 732 738 742 748
Sbl 301 353 356 358 361 364 366 369 371 374
Ep 291 353 356 358 361 364 366 369 371 374
Al 644 709 713 719 724 729 734 739
Rd 2731 2836 2852 2876 2896 2916 2936 2956
Sdk 298 351 353 355 358 361 363 366 368
Sss 646 702 706 710 716 722 726 732 736
Ssp 646 702 706 710 716 722 726 732 736
Bb 288 351 353 355 358 361 363 366 368
Bgb 301 353 356 358 361 363 366 368 371
Bga 286 353 356 358 361 363 366 368 371
Ssg 652 706 712 716 722 726 732 736 742
Bbg 301 353 356 358 361 363 366 368 371
Ssy 646 712 716 722 728 732 738 742 748
Pg 1372 1424 1432 1444 1456 1464 1476 1484 1496

4.2.3.5 Pengolahan Data CRP


Pengolahan data CRP meliputi perhitungan Matriks Set Up Time, Matriks
Run Up Time, kebutuhan kapasitas yang direncanakan, kapasitas yang diperlukan
untuk menyelesaikan on order, dan perhitungan CRP (Capacity Requirement
Planning).

4.2.3.5.1 Matriks Set Up Time


Set Up Time yang dipakai untuk mengisi set up time diperoleh dari tabel
routing dikalikan dengan jumlah POR tiap komponen yang dibutuhkan.
Pengukuran Set Up Time pada masing-masing part/komponen yang diproduksi.
IV-201

Perhitungan dalam matriks Set Up Time dilakukan dengan cara


mengalikan Set Up Time yang diperoleh dari tabel routing POR masing-masing
part/komponen. Set Up Time hanya dilakukan diawal produksi (dalam urutan lot).
Berikut ini merupakan tabel 4.229 matriks Set Up Time stasiun kerja 1.

Tabel 4.229 Matriks Set Up Time Stasiun Kerja 1


Stasiun Kerja 1
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 0,068 0,068 0,068 0,068 0,068 0,068 0,068 0,068 0,068 0,068
Kc 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070
Ak 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072
Ar 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135 0,135
Skr
Bs
Bt
Bp 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071 0,071
Sd
SK 1 Sb 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054
Sbl 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059
Ep 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059 0,059
Al 0,000 0,119 0,119 0,119 0,119 0,119 0,119 0,119 0,119
Rd 0,000 0,069 0,069 0,069 0,069 0,069 0,069 0,069 0,069
Sdk 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054
Sss 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054
Ssp 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111
Bb 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111 0,111
Bgb 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074
Bga 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074 0,074
Ssg 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062
Bbg 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062 0,062
Ssy 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084
Pg 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067 0,067
Total 1,207 1,531 1,531 1,531 1,531 1,531 1,531 1,531 1,531 0,453 0,000 0,000
IV-202

Berikut ini merupakan tabel 4.230 matriks Set Up Time stasiun kerja 2.

Tabel 4.230 Matriks Set Up Time Stasiun Kerja 2


Stasiun Kerja 2
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098
Kc 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070 0,070
Ak 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100
Ar 0,000 0,340 0,340 0,340 0,340 0,340 0,340 0,340 0,340
Skr
Bs
Bt
Bp 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047
Sd
SK 2 Sb 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143
Sbl 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095
Ep 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095 0,095
Al 0,000 0,242 0,242 0,242 0,242 0,242 0,242 0,242 0,242
Rd 0,000 0,204 0,204 0,204 0,204 0,204 0,204 0,204 0,204
Sdk 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104
Sss 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104
Ssp 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072 0,072
Bb 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098 0,098
Bgb 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109
Bga 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109 0,109
Ssg 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073
Bbg 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073 0,073
Ssy 0,090 0,090 0,090 0,090 0,090 0,090 0,090 0,090 0,090
Pg 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052
Total 1,530 2,316 2,316 2,316 2,316 2,316 2,316 2,316 2,316 0,647 0,000 0,000
IV-203

Berikut ini merupakan tabel 4.231 matriks Set Up Time stasiun kerja 3.

Tabel 4.231 Matriks Set Up Time Stasiun Kerja 3


Stasiun Kerja 3
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab
Kc
Ak
Ar
Skr
Bs
Bt
Bp
Sd
SK 3 Sb
Sbl
Ep
Al 0,000 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128
Rd 0,000 0,497 0,497 0,497 0,497 0,497 0,497 0,497 0,497
Sdk
Sss
Ssp
Bb
Bgb
Bga
Ssg
Bbg
Ssy
Pg
Total 0,000 0,624 0,624 0,624 0,624 0,624 0,624 0,624 0,624 0,000 0,000 0,000
IV-204

Berikut ini merupakan tabel 4.232 matriks Set Up Time stasiun kerja 4.

Tabel 4.232 Matriks Set Up Time Stasiun Kerja 4


Stasiun Kerja 4
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab
Kc
Ak
Ar 0,000 0,660 0,660 0,660 0,660 0,660 0,660 0,660 0,660
Skr
Bs
Bt
Bp
Sd
SK 4 Sb
Sbl
Ep
Al
Rd 0,000 0,237 0,237 0,237 0,237 0,237 0,237 0,237 0,237
Sdk
Sss
Ssp
Bb
Bgb
Bga
Ssg
Bbg
Ssy
Pg 0,330 0,330 0,330 0,330 0,330 0,330 0,330 0,330 0,330
Total 0,330 1,227 1,227 1,227 1,227 1,227 1,227 1,227 1,227 0,000 0,000 0,000
IV-205

Berikut ini merupakan tabel 4.233 matriks Set Up Time stasiun kerja 5.

Tabel 4.233 Matriks Set Up Time Stasiun Kerja 5


Stasiun Kerja 5
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
Kc 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
Ak 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
Ar 0,000 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042
Skr
Bs
Bt
Bp 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023
Sd
SK 5 Sb 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023
Sbl 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023
Ep 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023
Al 0,000 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104
Rd 0,000 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042 0,042
Sdk 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
Sss 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
Ssp 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
Bb 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017 0,017
Bgb 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025
Bga 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025
Ssg 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025
Bbg 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025 0,025
Ssy 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023
Pg 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023
Total 0,352 0,540 0,540 0,540 0,540 0,540 0,540 0,540 0,540 0,140 0,000 0,000
IV-206

Berikut ini merupakan tabel 4.234 matriks Set Up Time stasiun kerja 6.

Tabel 4.234 Matriks Set Up Time Stasiun Kerja 6


Stasiun Kerja 6
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047
Kc 0,036 0,036 0,036 0,036 0,036 0,036 0,036 0,036 0,036 0,036
Ak 0,041 0,041 0,041 0,041 0,041 0,041 0,041 0,041 0,041 0,041
Ar 0,000 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104 0,104
Skr
Bs
Bt
Bp 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038
Sd
SK 6 Sb 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037
Sbl 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030 0,030
Ep 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034
Al 0,000 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128 0,128
Rd 0,000 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077 0,077
Sdk 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054 0,054
Sss 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047 0,047
Ssp 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039
Bb 0,048 0,048 0,048 0,048 0,048 0,048 0,048 0,048 0,048
Bgb 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050
Bga 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038
Ssg 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045
Bbg 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034 0,034
Ssy 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038 0,038
Pg 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052 0,052
Total 0,708 1,017 1,017 1,017 1,017 1,017 1,017 1,017 1,017 0,263 0,000 0,000
IV-207

Berikut ini merupakan tabel 4.235 matriks Set Up Time stasiun kerja 7.

Tabel 4.235 Matriks Set Up Time Stasiun Kerja 7


Stasiun Kerja 7
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb 0,061 0,061 0,061 0,061 0,061 0,061 0,061 0,061 0,061 0,061 0,061
Tr 0,022 0,022 0,022 0,022 0,022 0,022 0,022 0,022 0,022 0,022 0,022
Ps 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037 0,037
Ld 0,163 0,163 0,163 0,163 0,163 0,163 0,163 0,163 0,163 0,163
Bm 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348 0,348
Ab
Kc
Ak
Ar
Skr
Bs 0,033 0,033 0,033 0,033 0,033 0,033 0,033 0,033 0,033 0,033
Bt 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084 0,084
Bp
Sd 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039 0,039
SK 7 Sb
Sbl
Ep
Al
Rd
Sdk
Sss
Ssp
Bb
Bgb
Bga
Ssg
Bbg
Ssy
Pg
Total 0,786 0,786 0,786 0,786 0,786 0,786 0,786 0,786 0,786 0,786 0,119 0,000

4.2.3.5.2 Matriks Run Time


Perhitungan dalam matriks Run Up Time dilakukan dengan cara
mengalikan Run Time yang diperoleh dari tebel routing dengan POR pada
masing-masing part/komponen. Pengurutan Run Time pada masing-masing
stasiun kerja dilakukan sesuai dengan urutan POR masing-masing part/komponen
yang diproduksi.
IV-208

Berikut merupakan tabel 4.236 matriks Run Time stasiun kerja 1.

Tabel 4.236 Matriks Run Time Stasiun Kerja 1


Stasiun Kerja 1
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 84,383 96,280 97,110 97,663 98,217 99,047 99,877 100,430 101,260 101,813
Kc 62,675 63,220 63,765 64,128 64,492 65,037 65,582 65,945 66,490 66,853
Ak 65,758 70,412 71,019 71,424 71,828 72,435 73,042 73,447 74,054 74,459
Ar 267,246 286,436 288,052 290,476 292,496 294,516 296,536 298,556
Skr
Bs
Bt
Bp 475,573 567,153 571,973 575,187 580,007 584,827 588,040 592,860 596,073 600,893
Sd
SK 1 Sb 574,656 617,515 622,763 626,261 631,509 636,757 640,256 645,504 649,003 654,251
Sbl 38,227 44,831 45,212 45,466 45,847 46,228 46,482 46,863 47,117 47,498
Ep 31,574 38,301 38,626 38,843 39,169 39,494 39,711 40,037 40,254 40,579
Al 482,785 531,514 534,512 539,010 542,759 546,507 550,255 554,004
Rd 3663,181 3804,021 3825,483 3857,675 3884,501 3911,328 3938,155 3964,981
Sdk 75,742 89,213 89,721 90,229 90,992 91,754 92,263 93,025 93,533
Sss 153,748 167,076 168,028 168,980 170,408 171,836 172,788 174,216 175,168
Ssp 260,769 283,374 284,989 286,603 289,025 291,447 293,062 295,484 297,099
Bb 40,320 49,140 49,420 49,700 50,120 50,540 50,820 51,240 51,520
Bgb 44,448 52,126 52,569 52,865 53,308 53,603 54,046 54,341 54,784
Bga 165,880 204,740 206,480 207,640 209,380 210,540 212,280 213,440 215,180
Ssg 165,391 179,089 180,611 181,625 183,147 184,162 185,684 186,699 188,221
Bbg 35,317 41,419 41,771 42,005 42,357 42,592 42,944 43,179 43,531
Ssy 152,025 167,557 168,499 169,911 171,323 172,264 173,676 174,617 176,029
Pg 647,584 672,128 675,904 681,568 687,232 691,008 696,672 700,448 706,112
Total 3074,070 7816,786 8050,430 8098,146 8165,521 8223,327 8279,575 8336,721 8392,969 1586,346 0,000 0,000
IV-209

Berikut ini merupakan tabel 4.237 matriks Run Time stasiun kerja 2.

Tabel 4.237 Matriks Run Time Stasiun Kerja 2


Stasiun Kerja 2
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 105,886 120,814 121,856 122,550 123,244 124,286 125,327 126,022 127,063 127,757
Kc 46,748 47,154 47,561 47,832 48,103 48,509 48,916 49,187 49,593 49,864
Ak 46,042 49,300 49,725 50,008 50,292 50,717 51,142 51,425 51,850 52,133
Ar 0,000 1053,990 1129,673 1136,047 1145,607 1153,573 1161,540 1169,507 1177,473
Skr
Bs
Bt
Bp 67,044 79,955 80,634 81,087 81,767 82,446 82,899 83,579 84,032 84,711
Sd
SK 2 Sb 1322,322 1420,943 1433,019 1441,069 1453,145 1465,221 1473,272 1485,348 1493,399 1505,475
Sbl 58,595 68,717 69,301 69,691 70,275 70,859 71,248 71,832 72,221 72,805
Ep 61,062 74,071 74,701 75,120 75,750 76,379 76,799 77,429 77,848 78,478
Al 1552,684 1709,399 1719,043 1733,509 1745,564 1757,619 1769,674 1781,729
Rd 3109,699 3229,259 3247,477 3274,805 3297,579 3320,352 3343,125 3365,899
Sdk 73,755 86,873 87,368 87,863 88,605 89,348 89,843 90,585 91,080
Sss 225,669 245,232 246,629 248,027 250,123 252,219 253,616 255,712 257,109
Ssp 251,725 273,546 275,105 276,663 279,001 281,339 282,898 285,236 286,795
Bb 99,984 121,856 122,550 123,244 124,286 125,327 126,022 127,063 127,757
Bgb 65,016 76,248 76,896 77,328 77,976 78,408 79,056 79,488 80,136
Bga 206,969 255,454 257,625 259,073 261,244 262,691 264,862 266,309 268,480
Ssg 469,223 508,085 512,403 515,281 519,599 522,478 526,796 529,675 533,993
Bbg 100,885 118,314 119,319 119,990 120,995 121,666 122,671 123,341 124,347
Ssy 218,133 240,419 241,769 243,795 245,821 247,172 249,198 250,549 252,575
Pg 517,701 537,323 540,341 544,869 549,397 552,416 556,944 559,963 564,491
Total 3936,757 10040,675 10425,132 10486,057 10573,543 10648,196 10721,018 10795,047 10867,869 1971,223 0,000 0,000
IV-210

Berikut ini merupakan tabel 4.238 matriks Run Time stasiun kerja 3.

Tabel 4.238 Matriks Run Time Stasiun Kerja 3


Stasiun Kerja 3
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab
Kc
Ak
Ar
Skr
Bs
Bt
Bp
Sd
SK 3 Sb
Sbl
Ep
Al 1233,045 1357,499 1365,157 1376,645 1386,219 1395,792 1405,365 1414,939
Rd 1551,208 1610,848 1619,936 1633,568 1644,928 1656,288 1667,648 1679,008
Sdk
Sss
Ssp
Bb
Bgb
Bga
Ssg
Bbg
Ssy
Pg
Total 0,000 2784,253 2968,347 2985,093 3010,213 3031,147 3052,080 3073,013 3093,947 0,000 0,000 0,000
IV-211

Berikut ini merupakan tabel 4.239 matriks Run Time stasiun kerja 4.

Tabel 4.239 Matriks Run Time Stasiun Kerja 4


Stasiun Kerja 4
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab
Kc
Ak
Ar 13505,184 14474,944 14556,608 14679,104 14781,184 14883,264 14985,344 15087,424
Skr
Bs
Bt
Bp
Sd
SK 4 Sb
Sbl
Ep
Al
Rd 6213,025 6451,900 6488,300 6542,900 6588,400 6633,900 6679,400 6724,900
Sdk
Sss
Ssp
Bb
Bgb
Bga
Ssg
Bbg
Ssy
Pg 8589,635 8915,189 8965,275 9040,403 9115,531 9165,616 9240,744 9290,829 9365,957
Total 8589,635 28633,398 29892,119 30085,311 30337,535 30535,200 30757,908 30955,573 31178,281 0,000 0,000 0,000
IV-212

Berikut ini merupakan tabel 4.240 matriks Run Time stasiun kerja 5.

Tabel 4.240 Matriks Run Time Stasiun Kerja 5


Stasiun Kerja 5
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 28,162 32,132 32,409 32,594 32,778 33,055 33,332 33,517 33,794 33,979
Kc 15,525 15,660 15,795 15,885 15,975 16,110 16,245 16,335 16,470 16,560
Ak 20,800 22,272 22,464 22,592 22,720 22,912 23,104 23,232 23,424 23,552
Ar 0,000 827,316 886,723 891,725 899,229 905,483 911,736 917,989 924,243
Skr
Bs
Bt
Bp 38,529 45,949 46,339 46,600 46,990 47,381 47,641 48,032 48,292 48,682
Sd
SK 5 Sb 48,837 52,479 52,925 53,223 53,669 54,115 54,412 54,858 55,155 55,601
Sbl 20,067 23,533 23,733 23,867 24,067 24,267 24,400 24,600 24,733 24,933
Ep 22,601 27,416 27,649 27,805 28,038 28,271 28,426 28,659 28,814 29,047
Al 0,000 138,460 152,435 153,295 154,585 155,660 156,735 157,810 158,885
Rd 0,000 1542,105 1601,395 1610,429 1623,981 1635,275 1646,568 1657,861 1669,155
Sdk 30,893 36,387 36,594 36,802 37,113 37,424 37,631 37,942 38,149
Sss 72,783 79,092 79,543 79,993 80,669 81,345 81,796 82,472 82,923
Ssp 129,846 141,102 141,906 142,710 143,916 145,122 145,926 147,132 147,936
Bb 18,576 22,640 22,769 22,898 23,091 23,285 23,414 23,607 23,736
Bgb 30,953 36,300 36,609 36,814 37,123 37,329 37,637 37,843 38,151
Bga 29,696 36,653 36,965 37,172 37,484 37,692 38,003 38,211 38,522
Ssg 96,279 104,253 105,139 105,729 106,615 107,206 108,092 108,683 109,569
Bbg 16,906 19,827 19,995 20,108 20,276 20,389 20,557 20,669 20,838
Ssy 80,104 88,288 88,784 89,528 90,272 90,768 91,512 92,008 92,752
Pg 216,776 224,992 226,256 228,152 230,048 231,312 233,208 234,472 236,368
Total 917,332 3516,856 3656,427 3677,920 3708,639 3734,397 3760,375 3785,932 3811,909 232,355 0,000 0,000
IV-213

Berikut ini merupakan tabel 4.241 matriks Run Time stasiun kerja 6.

Tabel 4.241 Matriks Run Time Stasiun Kerja 6


Stasiun Kerja 6
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb
Tr
Ps
Ld
Bm
Ab 22,367 25,520 25,740 25,887 26,033 26,253 26,473 26,620 26,840 26,987
Kc 23,173 23,374 23,576 23,710 23,844 24,046 24,247 24,382 24,583 24,717
Ak 19,283 20,648 20,826 20,945 21,063 21,241 21,419 21,538 21,716 21,835
Ar 0,000 402,192 431,072 433,504 437,152 440,192 443,232 446,272 449,312
Skr
Bs
Bt
Bp 27,725 33,064 33,345 33,533 33,814 34,095 34,282 34,563 34,750 35,031
Sd
SK 6 Sb 75,555 81,190 81,880 82,340 83,030 83,720 84,180 84,870 85,330 86,020
Sbl 22,374 26,240 26,463 26,611 26,834 27,057 27,206 27,429 27,578 27,801
Ep 22,601 27,416 27,649 27,805 28,038 28,271 28,426 28,659 28,814 29,047
Al 0,000 1233,045 1357,499 1365,157 1376,645 1386,219 1395,792 1405,365 1414,939
Rd 0,000 1219,847 1266,747 1273,893 1284,613 1293,547 1302,480 1311,413 1320,347
Sdk 26,075 30,713 30,888 31,063 31,325 31,588 31,763 32,025 32,200
Sss 94,747 102,960 103,547 104,133 105,013 105,893 106,480 107,360 107,947
Ssp 103,145 112,086 112,725 113,363 114,321 115,279 115,918 116,876 117,515
Bb 21,552 26,267 26,416 26,566 26,790 27,015 27,165 27,389 27,539
Bgb 24,582 28,828 29,073 29,237 29,482 29,645 29,890 30,053 30,298
Bga 46,952 57,951 58,443 58,772 59,264 59,593 60,085 60,413 60,906
Ssg 101,060 109,430 110,360 110,980 111,910 112,530 113,460 114,080 115,010
Bbg 25,083 29,417 29,667 29,833 30,083 30,250 30,500 30,667 30,917
Ssy 110,897 122,227 122,913 123,943 124,973 125,660 126,690 127,377 128,407
Pg 331,109 343,659 345,589 348,485 351,381 353,312 356,208 358,139 361,035
Total 1098,279 4056,073 4264,417 4289,760 4325,611 4355,405 4385,896 4415,490 4445,981 251,438 0,000 0,000
IV-214

Berikut ini merupakan tabel 4.242 matriks Run Time stasiun kerja 7.

Tabel 4.242 Matriks Run Time Stasiun Kerja 7


Stasiun Kerja 7
Stasiun
Periode
Kerja Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Mb 45,390 45,655 46,052 46,449 46,714 46,978 47,375 47,772 48,037 48,434 48,699
Tr 62,790 63,336 63,882 64,246 64,792 65,156 65,702 66,066 66,612 66,976 67,522
Ps 33,756 34,047 34,241 34,532 34,726 35,017 35,308 35,502 35,793 35,987 36,278
Ld 212,135 232,418 234,080 235,743 237,073 239,068 240,730 242,393 244,055 245,718
Bm 482,307 550,304 555,048 558,211 561,373 566,117 570,861 574,024 578,768 581,931
Ab
Kc
Ak
Ar
Skr
Bs 37,781 43,056 43,301 43,669 43,915 44,283 44,528 44,896 45,141 45,509
Bt 50,101 57,096 57,421 57,909 58,235 58,723 59,048 59,536 59,861 60,349
Bp
Sd 216,355 241,687 243,741 245,111 247,165 249,219 250,588 252,642 254,011 256,065
SK 7 Sb
Sbl
Ep
Al
Rd
Sdk
Sss
Ssp
Bb
Bgb
Bga
Ssg
Bbg
Ssy
Pg
Total 1140,615 1267,599 1277,767 1285,870 1293,992 1304,560 1314,141 1322,831 1332,279 1340,969 152,499 0,000

4.2.3.5.3 Kebutuhan Kapasitas Yang Direncanakan


Kebutuhan kapasitas yang direncakan = jumlah Set Up Time untuk tiap-
tiap periode per stasiun kerja + jumlah Run Time tiap-tiap periode per stasiun
kerja. Dibawah ini merupakan tabel 4.243 yang merupakan kapasitas yang
direncanakan.

Tabel 4.243 Kebutuhan Kapasitas yang Direncanakan


Periode
Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
SK 1 3075,277 7603,650 7815,627 7862,010 7927,385 7983,525 8038,106 8093,585 8148,166 1586,799
SK 2 3938,286 10042,991 10427,448 10488,373 10575,859 10650,512 10723,335 10797,363 10870,185 1971,870
SK 3 0,000 2784,878 2968,971 2985,718 3010,838 3031,771 3052,704 3073,638 3094,571 0,000
SK 4 8589,965 28634,625 29893,345 30086,537 30338,761 30536,427 30759,135 30956,800 31179,508 0,000
SK 5 917,684 3528,496 3669,193 3690,756 3721,579 3747,424 3773,488 3799,132 3825,196 232,495
SK 6 1098,987 2962,480 3060,347 3078,891 3104,544 3125,839 3147,832 3168,928 3190,920 251,701
SK 7 1141,402 1268,385 1278,553 1286,656 1294,778 1305,346 1314,927 1323,617 1333,065 1341,755 152,618
IV-215

4.2.3.5.4 Kapasitas Yang Diperlukan Untuk Menyelesaikan On Order


Dalam perhitungan On Order data yang di ambil dari data Scheduled
Receipt Final MRP.
Total time periode = Set Up Time + (Run Time x data JPI Part per
periode).
Dibawah ini merupakan tabel 4.244 yang merupakan kapasitas yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan On Order.

Tabel 4.244 Kapasitas yang Dibutuhkan untuk Menyelesaikan On Order


Set Up
Run Time
Nama Komponen SK 13 14 Time 13 14
( menit)
( menit)
Mobil 7 210 0,061 0,132 27,851
Truk 7 243 0,022 0,182 44,248
Pesawat 7 226 0,037 0,097 21,959
Landasan 7 688 0,163 0,333 228,923
Bodi Mobil 7 343 0,348 1,581 542,746
Atap Bodi 6 343 0,047 0,073 25,201
Kaca 6 343 0,036 0,067 23,074
Atap Kap 6 343 0,041 0,059 20,392
Bagian Supir 7 345 0,033 0,123 42,353
Bak Truk 7 345 0,084 0,163 56,204
Bodi Pesawat 6 348 0,038 0,094 32,634
Sayap Depan 7 348 0,039 0,685 238,303
Sisi Baling 6 696 0,037 0,115 80,077
Alas 5 699 0,042 0,232 162,443
6 638 699 0,104 0,215 137,274 150,389
As Roda 5 1398 0,042 0,625 874,258
6 1276 1398 0,104 0,304 388,008 425,096
Roda 5 2796 0,042 0,565 1578,850
6 2552 2796 0,077 0,447 1139,971 1248,957
Sayap Belakang 6 348 0,030 0,074 25,898
Ekor Pesawat 6 348 0,034 0,078 27,062
Sisi Depan Kap 6 305 0,054 0,088 26,742
Sisi Samping Supir 6 610 0,047 0,147 89,514
Sisi Samping Penumpang 6 610 0,039 0,160 97,436
Bagian Belakang 6 305 0,048 0,075 22,872
Bagian Bawah 6 308 0,050 0,082 25,203
Bagian Atas 6 308 0,038 0,164 50,602
Sisi Samping 6 616 0,045 0,155 95,525
Bagian Belakang I 6 308 0,034 0,083 25,701
Sisi Sayap 6 632 0,038 0,172 108,531
Penyangga 6 1264 0,052 0,241 305,098
IV-216

Dibawah ini merupakan tabel 4.245 yang merupakan rekapitulasi kapasitas


On Order.

Tabel 4.245 Rekapitulasi Kapasitas On Order


Periode
Part
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
SK 1
SK 2
SK 3
SK 4
SK 5 2615,551
SK 6 2746,812 1824,443
SK 7 1202,586

4.2.3.5.5 Perhitungan CRP (Capacity Requirement Planning)


CRP adalah perbandingan kapasitas yang diperlukan secara detail dari
MRP dengan kapasitas yang tersedia saat ini.
Pada tabel ini hanya ditambahkan kapasitas pada periode yang mempunyai
kapasitas on order dari Tabel 4.245.
Contoh:
Untuk Work Center 1 periode 1 = kebutuhan kapasitas yang direncanakan
(Tabel 4.192) + kapasitas on order (Tabel 4.245)
Berikut tabel 4.246 menunjukkan hasil perhitungan CRP produk.

Tabel 4.246 Menunjukkan Hasil Perhitungan CRP Produk


SK 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
SK 1 3075 7603 7815 7862 7927 7983 8038 8093 8148 1586
SK 2 3938 10042 10427 10488 10575 10650 10723 10797 10870 1971
SK 3 2784 2968 2985 3010 3031 3052 3073 3094
SK 4 8589 28634 29893 30086 30338 30536 30759 30956 31179
SK 5 3533 3528 3669 3690 3721 3747 3773 3799 3825 232
SK 6 3845 4786 3060 3078 3104 3125 3147 3168 3190 251
SK 7 2343 1268 1278 1286 1294 1305 1314 1323 1333 1341 152

Di bawah ini merupakan tabel 4.247 yang menunjukkan kapasitas yang


tersedia untuk tiap periodenya.

Tabel 4.247 Kapasitas Yang Tersedia (menit)


Kapasitas Periode
TK 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
RT 9240 9240 8820 8820 8820 9240 9240 9240 9660 9240 8820 9240
OT 2772 2772 2646 2646 2646 2772 2772 2772 2898 2772 2646 2772
RT+OT 12012 12012 11466 11466 11466 12012 12012 12012 12558 12012 11466 12012
2RT 18480 18480 17640 17640 17640 18480 18480 18480 19320 18480 17640 18480
2RT+OT 21252 21252 20286 20286 20286 21252 21252 21252 22218 21252 20286 21252
IV-217

Lanjutan Tabel 4.247 Kapasitas Yang Tersedia (menit)


Kapasitas Periode
TK 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
2RT+2OT 24024 24024 22932 22932 22932 24024 24024 24024 25116 24024 22932 24024
3RT 27720 27720 26460 26460 26460 27720 27720 27720 28980 27720 26460 27720
3RT+OT 30492 30492 29106 29106 29106 30492 30492 30492 31878 30492 29106 30492
3RT+2OT 33264 33264 31752 31752 31752 33264 33264 33264 34776 33264 31752 33264

4.2.4 Pengolahan Data Sequencing and Scheduling


Pada sequencing and scheduling terdapat pengolahan data dengan
menggunakan metode sesuai dengan jumlah Job dan jumlah mesin dalam proses
produksi. Untuk pengolahan n Job satu mesin, data yang diolah diambil dari
waktu meja ukur, mesin pengecatan dan meja pemeriksaan dan untuk pengolahan
n Job n m mesin digunakan data dari waktu semua mesin yang ada ditambah
dengan satu stasiun perakitan. Metode yang digunakan dalam proses pengurutan
(sequencing) dan penjadwalan (scheduling), sebagai berikut:
a. N Job Satu Mesin
1. Metode SPT (Shortest Processing Time)
2. Metode FCFS (First Come First Server)
3. Metode LPT (Longest Processing Time)
4. Metode EDD (Earliest Due Date)
5. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)
6. Metode SLACK
7. Metode Critical Ratio

b. N Job m Mesin
1. Metode Johnson n Job 2 Mesin
2. Metode CDS (Campbell, Dudek & Smith)

4.2.4.1 Pengolahan Data pada n Job Satu Mesin (Mesin Ukur, Mesin Potong
dan Mesin Cat)
Metode n Job satu mesin adalah satu metode yang biasa digunakan dalam
pengurutan dan penjadwalan. Arti dari n job satu mesin adalah n Job akan
dijadwalkan dan diurutkan untuk proses pada sebuah mesin yang sama.
IV-218

A. Mesin Ukur
Mesin ukur pada proses pengerjaan ketiga produk ini terletak pada stasiun
kerja 1, mesin ukur yang digunakan adalah penggaris.
1. Mobil
Berikut adalah tabel 4.247 yang merupakan data awal mesin ukur.

Tabel 4.247 Data Awal Mesin Ukur Mobil


Job Ti Di
A 0,435 17,100
B 0,169 14,200
C 0,705 11,900
D 0,308 12,700
E 0,292 10,500
F 0,515 10,900
G 0,251 11,600
H 0,345 13,400
I 0,252 10,800
J 0,274 12,500

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.248 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode SPT untuk produk mobil.

Tabel 4.248 Scheduling Mesin Ukur Metode SPT Mobil


Job Ti Ci Di Li
B 0,169 0,169 14,200 -14,031
G 0,251 0,420 11,600 -11,180
I 0,252 0,672 10,800 -10,128
J 0,274 0,946 12,500 -11,554
E 0,292 1,238 10,500 -9,263
D 0,308 1,545 12,700 -11,155
H 0,345 1,890 13,400 -11,510
A 0,435 2,325 17,100 -14,776
F 0,515 2,840 10,900 -8,061
C 0,705 3,545 11,900 -8,355

Sequencing: B-G-I-J-E-D-H-A-F-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,559
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
IV-219

∑ Ti
c) Utilitas = = 0,227
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,001
n
f) Maksimum Lateness = -8,061
g) Maksimum Tardiness = 0

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 4.249 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk mobil.

Tabel 4.249 Scheduling Mesin Ukur Metode FCFS Mobil


Job Ti Ci Di Li
A 0,435 0,435 17,100 -16,666
B 0,169 0,603 14,200 -13,597
C 0,705 1,308 11,900 -10,592
D 0,308 1,616 12,700 -11,084
E 0,292 1,908 10,500 -8,592
F 0,515 2,423 10,900 -8,477
G 0,251 2,674 11,600 -8,926
H 0,345 3,019 13,400 -10,381
I 0,252 3,271 10,800 -7,529
J 0,274 3,545 12,500 -8,955

Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,080
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,170
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,480
n
IV-220

f) Maksimum Lateness = -7,529


g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.250 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode LPT untuk produk mobil.

Tabel 4.250 Scheduling Mesin Ukur Metode LPT Mobil


Job Ti Ci Di Li
C 0,705 0,705 11,900 -11,195
F 0,515 1,220 10,900 -9,680
A 0,435 1,655 17,100 -15,445
H 0,345 1,999 13,400 -11,401
D 0,308 2,307 12,700 -10,393
E 0,292 2,599 10,500 -7,901
J 0,274 2,873 12,500 -9,627
I 0,252 3,125 10,800 -7,675
G 0,251 3,376 11,600 -8,224
B 0,169 3,545 14,200 -10,655

Sequencing: C-F-A-H-D-E-J-I-G-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,340
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,151
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,220
n
f) Maksimum Lateness = -7,675
g) Maksimum Tardiness = 0

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
IV-221

Berikut tabel 4.18 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode EDD untuk produk mobil.

Tabel 4.18 Scheduling Mesin Ukur Metode EDD Mobil


Job Ti Ci Di Li
E 0,292 0,292 10,500 -10,208
I 0,252 0,544 10,800 -10,257
F 0,515 1,059 10,900 -9,842
G 0,251 1,310 11,600 -10,290
C 0,705 2,015 11,900 -9,885
J 0,274 2,289 12,500 -10,211
D 0,308 2,597 12,700 -10,103
H 0,345 2,942 13,400 -10,459
B 0,169 3,110 14,200 -11,090
A 0,435 3,545 17,100 -13,555

Sequencing: E-I-F-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,970
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,180
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10.590
n
f) Maksimum Lateness = -9,842
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.19 dan 2.20 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk mobil.
IV-222

Tabel 4.19 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 0,435 1 0,435
B 0,169 2 0,084
C 0,705 1 0,705
D 0,308 3 0,103
E 0,292 4 0,073
F 0,515 5 0,103
G 0,251 3 0,084
H 0,345 2 0,172
I 0,252 3 0,084
J 0,274 1 0,274

Tabel 4.20 Scheduling Mesin Ukur Metode WSPT Mobil


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
E 0,292 0,292 10,500 -10,208 0,073
G 0,251 0,543 11,600 -11,057 0,084
I 0,252 0,795 10,800 -10,005 0,084
B 0,169 0,964 14,200 -13,237 0,084
D 0,308 1,271 12,700 -11,429 0,103
F 0,515 1,786 10,900 -9,114 0,103
H 0,345 2,131 13,400 -11,269 0,172
J 0,274 2,405 12,500 -10,095 0,274
A 0,435 2,840 17,100 -14,261 0,435
C 0,705 3,545 11,900 -8,355 0,705

Sequencing: E-G-I-B-D-F-H-J-A-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,657
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,214
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,903
n
f) Maksimum Lateness = -8,355
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-223

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.21 dan 2.22 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk mobil.

Tabel 4.21 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 0,435 17,100 16,666
B 0,169 14,200 14,031
C 0,705 11,900 11,195
D 0,308 12,700 12,392
E 0,292 10,500 10,208
F 0,515 10,900 10,385
G 0,251 11,600 11,349
H 0,345 13,400 13,055
I 0,252 10,800 10,548
J 0,274 12,500 12,226

Tabel 4.22 Scheduling Mesin Ukur Metode SLACK Mobil


Job Ti Ci Di Li
E 0,292 0,292 10,500 -10,208
F 0,515 0,807 10,900 -10,093
I 0,252 1,059 10,800 -9,742
C 0,705 1,764 11,900 -10,136
G 0,251 2,015 11,600 -9,585
J 0,274 2,289 12,500 -10,211
D 0,308 2,597 12,700 -10,103
H 0,345 2,942 13,400 -10,459
B 0,169 3,110 14,200 -11,090
A 0,435 3,545 17,100 -13,555

Sequencing: E-F-I-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,042
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,174
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-224

∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,518
n
f) Maksimum Lateness = -9,585
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 4.23 dan 2.24 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk mobil.

Tabel 4.23 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 0,133 17,100 128,894 -16,967
B 0,513 14,200 27,671 -13,554
C 0,371 11,900 32,061 -10,883
D 0,120 12,700 105,687 -11,563
E 0,129 10,500 81,290 -9,234
F 0,218 10,900 50,115 -9,416
G 0,081 11,600 143,210 -10,035
H 0,109 13,400 123,124 -11,726
I 0,062 10,800 175,610 -9,065
J 0,081 12,500 155,280 -10,684
t= 0,513
A 0,133 16,587 125,026 -16,454
C 0,371 11,387 30,678 -10,883
D 0,120 12,187 101,416 -11,563
E 0,129 9,987 77,317 -9,234
F 0,218 10,387 47,756 -9,416
G 0,081 11,087 136,874 -10,035
H 0,109 12,887 118,409 -11,726
I 0,062 10,287 167,266 -9,065
J 0,081 11,987 148,905 -10,684
t= 0,884
A 0,133 16,216 122,229 -16,083
D 0,120 11,816 98,327 -11,563
E 0,129 9,616 74,444 -9,234
F 0,218 10,016 46,049 -9,416
G 0,081 10,716 132,292 -10,035
H 0,109 12,516 114,998 -11,726
I 0,062 9,916 161,230 -9,065
J 0,081 11,616 144,294 -10,684
Job Ti Di CR Li
IV-225

Lanjutan Tabel 4.23 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t = 1,102
A 0,133 15,998 120,589 -15,866
D 0,120 11,598 96,517 -11,345
E 0,129 9,398 72,760 -9,016
G 0,081 10,498 129,607 -10,035
H 0,109 12,298 113,000 -11,726
I 0,062 9,698 157,694 -9,065
J 0,081 11,398 141,592 -10,684
t= 1,231
A 0,133 15,869 119,616 -15,736
D 0,120 11,469 95,442 -11,216
G 0,081 10,369 128,012 -10,035
H 0,109 12,169 111,813 -11,726
I 0,062 9,569 155,593 -9,065
J 0,081 11,269 139,988 -10,684
t= 1,351
A 0,133 15,749 118,710 -15,616
G 0,081 10,249 126,529 -10,035
H 0,109 12,049 110,709 -11,726
I 0,062 9,449 153,640 -9,065
J 0,081 11,149 138,495 -10,684
t= 1,460
A 0,133 15,640 117,889 -15,507
G 0,081 10,140 125,185 -9,926
I 0,062 9,340 151,870 -9,065
J 0,081 11,040 137,143 -10,684
t= 1,593
G 0,133 10,007 75,432 -9,875
I 0,081 9,207 113,671 -8,994
J 0,062 10,907 177,355 -10,632
t= 1,725
I 0,062 9,075 147,556 -9,013
J 0,081 10,775 133,847 -10,633
t= 1,806
I 0,062 8,994 146,247 -8,933
t= 1,886

Tabel 4.24 Scheduling Mesin Ukur Metode Critical Ratio Mobil


Job Ti Ci Di Li
C 0,705 0,705 11,900 -11,195
F 0,515 1,220 10,900 -9,680
E 0,292 1,512 10,500 -8,988
H 0,345 1,857 13,400 -11,544
IV-226

Lanjutan Tabel 4.24 Scheduling Mesin Ukur Metode Critical Ratio Mobil
Job Ti Ci Di Li
A 0,435 2,291 17,100 -14,809
I 0,252 2,543 10,800 -8,257
D 0,308 2,851 12,700 -9,849
G 0,251 3,102 11,600 -8,498
J 0,274 3,376 12,500 -9,124
B 0,169 3,545 14,200 -10,655

Sequencing: C-F-E-H-A-I-D-G-J-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,300
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,154
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,260
n
f) Maksimum Lateness = -8,257
g) Maksimum Tardiness = 0

2. Truk
Berikut adalah tabel 4.25 yang merupakan data awal mesin ukur.

Tabel 4.25 Data Awal Mesin Ukur Truk


Job Ti Di
A 0,101 18,300
B 0,169 15,100
C 0,705 10,700
D 0,222 10,200
E 0,654 11,500
F 0,316 12,400
G 0,180 10,900

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
IV-227

Berikut tabel 4.26 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode SPT untuk produk truk.

Tabel 4.26 Scheduling Mesin Ukur Metode SPT Truk


Job Ti Ci Di Li
A 0,101 0,101 18,300 -18,199
B 0,169 0,270 15,100 -14,830
G 0,180 0,449 10,900 -10,451
D 0,222 0,671 10,200 -9,529
F 0,316 0,987 12,400 -11,413
E 0,654 1,641 11,500 -9,859
C 0,705 2,346 10,700 -8,354

Sequencing: A-B-G-D-F-E-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,924
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,363
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,805
n
f) Maksimum Lateness = -8,354
g) Maksimum Tardiness = 0

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 4.27 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk truk.

Tabel 4.27 Scheduling Mesin Ukur Metode FCFS Truk


Job Ti Ci Di Li
A 0,101 0,101 18,300 -18,199
B 0,169 0,270 15,100 -14,830
C 0,705 0,975 10,700 -9,725
D 0,222 1,197 10,200 -9,003
E 0,654 1,851 11,500 -9,649
F 0,316 2,167 12,400 -10,233
IV-228

Lanjutan Tabel 4.27 Scheduling Mesin Ukur Metode FCFS Truk


Job Ti Ci Di Li
G 0,180 2,346 10,900 -8,554
H 2,346 2,346

Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,272
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,263
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 1
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,456
n
f) Maksimum Lateness = -8,554
g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.28 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode LPT untuk produk truk.

Tabel 4.28 Scheduling Mesin Ukur Metode LPT Truk


Job Ti Ci Di Li
C 0,705 0,705 10,700 -9,995
E 0,654 1,359 11,500 -10,141
F 0,316 1,675 12,400 -10,725
D 0,222 1,897 10,200 -8,303
G 0,180 2,077 10,900 -8,824
B 0,169 2,245 15,100 -12,855
A 0,101 2,346 18,300 -15,954

Sequencing: C-E-F-D-G-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
IV-229

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,758
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,191
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,971
n
f) Maksimum Lateness = -8,303
g) Maksimum Tardiness = 0

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.29 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode EDD untuk produk truk.

Tabel 4.29 Scheduling Mesin Ukur Metode EDD Truk


Job Ti Ci Di Li
D 0,222 0,222 10,200 -9,978
C 0,705 0,927 10,700 -9,773
G 0,180 1,107 10,900 -9,794
E 0,654 1,761 11,500 -9,739
F 0,316 2,077 12,400 -10,324
B 0,169 2,245 15,100 -12,855
A 0,101 2,346 18,300 -15,954

Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,526
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,220
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-230

∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,202
n
f) Maksimum Lateness = -9,739
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.30 dan 2.31 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk truk.

Tabel 4.30 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 0,101 2 0,051
B 0,169 1 0,169
C 0,705 2 0,353
D 0,222 3 0,074
E 0,654 4 0,164
F 0,316 5 0,063
G 0,180 3 0,060

Tabel 4.31 Scheduling Mesin Ukur Metode WSPT Truk


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
G 0,180 0,180 10,900 -10,721 0,060
F 0,316 0,495 12,400 -11,905 0,063
D 0,222 0,717 10,200 -9,483 0,074
B 0,169 0,886 15,100 -14,214 0,084
A 0,101 0,987 18,300 -17,313 0,101
E 0,654 1,641 11,500 -9,859 0,164
C 0,705 2,346 10,700 -8,354 0,705

Sequencing: G-F-D-B-A-E-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,036
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,324
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-231

∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,693
n
f) Maksimum Lateness = -8,354
g) Maksimum Tardiness = 0

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.32 dan 2.33 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk truk.

Tabel 4.32 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 0,101 18,300 18,199
B 0,169 15,100 14,931
C 0,705 10,700 9,995
D 0,222 10,200 9,978
E 0,654 11,500 10,846
F 0,316 12,400 12,084
G 0,180 10,900 10,721

Tabel 4.33 Scheduling Mesin Ukur Metode SLACK Truk


Job Ti Ci Di Li
D 0,222 0,222 10,200 -9,978
C 0,705 0,927 10,700 -9,773
G 0,180 1,107 10,900 -9,794
E 0,654 1,761 11,500 -9,739
F 0,316 2,077 12,400 -10,324
B 0,169 2,245 15,100 -12,855
A 0,101 2,346 18,300 -15,954

Sequencing: D-C-E-G-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,526
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,220
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-232

∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,202
n
f) Maksimum Lateness = -9,739
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 4.36 dan 2.37 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode Critical Ratio untuk produk mobil.

Tabel 4.36 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 0,101 18,300 180,890 -18,199
B 0,169 15,100 89,526 -14,830
C 0,705 10,700 15,174 -9,725
D 0,222 10,200 45,980 -9,003
E 0,654 11,500 17,580 -9,649
F 0,316 12,400 39,261 -10,233
G 0,180 10,900 60,724 -8,554
t= 0,705
A 0,101 17,595 173,919 -17,494
B 0,169 14,395 85,345 -14,125
D 0,222 9,495 42,802 -9,003
E 0,654 10,795 16,502 -9,649
F 0,316 11,695 37,028 -10,233
G 0,180 10,195 56,796 -8,554
t= 1,359
A 0,101 16,941 167,453 -16,840
B 0,169 13,741 81,466 -13,471
D 0,222 8,841 39,853 -8,349
F 0,316 11,041 34,957 -10,233
G 0,180 9,541 53,151 -8,554
t= 1,675
A 0,101 16,625 164,331 -16,524
B 0,169 13,425 79,594 -13,155
D 0,222 8,525 38,429 -8,033
G 0,180 9,225 51,392 -8,554
t= 1,897
A 0,101 16,403 162,138 -16,302
B 0,169 13,203 78,279 -12,933
G 0,180 9,003 50,156 -8,554
IV-233

Lanjutan Tabel 4.36 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t = 2,077
A 0,101 16,224 160,364 -16,122
B 0,169 13,203 78,279 -12,933
t = 2,245
A 0,101 16,055 158,697 -15,954
t = 2,414

Tabel 4.37 Scheduling Mesin Ukur Metode Critical Ratio Truk


Job Ti Ci Di Li
C 0,705 0,705 10,700 -9,995
E 0,654 1,359 11,500 -10,141
F 0,316 1,675 12,400 -10,725
D 0,222 1,897 10,200 -8,303
G 0,180 2,077 10,900 -8,824
B 0,169 2,245 15,100 -12,855
A 0,101 2,346 18,300 -15,954

Sequencing: C-E-F-D-G-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,758
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,191
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,971
n
f) Maksimum Lateness = -8,303
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-234

3. Pesawat
Berikut adalah tabel 4.36 yang merupakan data awal mesin ukur.

Tabel 4.36 Data Awal Mesin Ukur Pesawat


Job Ti Di
A 0,320 11,100
B 0,539 16,200
C 0,929 11,300
D 0,186 11,500
E 0,168 10,400
F 1,677 14,300

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.37 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode SPT untuk produk pesawat.

Tabel 4.37 Scheduling Mesin Ukur Metode SPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li
E 0,168 0,168 10,400 -10,232
D 0,186 0,354 11,500 -11,146
A 0,320 0,674 11,100 -10,426
B 0,539 1,213 16,200 -14,987
C 0,929 2,142 11,300 -9,159
F 1,677 3,819 14,300 -10,481

Sequencing: E-D-A-B-C-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,395
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,456
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,072
n
f) Maksimum Lateness = -9,159
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-235

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 4.38 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk pesawat.

Tabel 4.38 Scheduling Mesin Ukur Metode FCFS Pesawat


Job Ti Ci Di Li
A 0,320 0,320 11,100 -10,780
B 0,539 0,859 16,200 -15,341
C 0,929 1,787 11,300 -9,513
D 0,186 1,974 11,500 -9,526
E 0,168 2,142 10,400 -8,259
F 1,677 3,819 14,300 -10,481

Sequencing: A-B-C-D-E-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,817
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,350
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,650
n
f) Maksimum Lateness = -8,259
g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.39 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode LPT untuk produk pesawat.
IV-236

Tabel 4.39 Scheduling Mesin Ukur Metode LPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li
F 1,677 1,677 14,300 -12,623
C 0,929 2,606 11,300 -8,694
B 0,539 3,145 16,200 -13,055
A 0,320 3,465 11,100 -7,636
D 0,186 3,651 11,500 -7,849
E 0,168 3,819 10,400 -6,581

Sequencing: F-C-B-A-D-E
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,060
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,208
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,406
n
f) Maksimum Lateness = -6,581
g) Maksimum Tardiness = 0

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.40 yang merupakan data scheduling mesin ukur dengan
menggunakan metode EDD untuk produk pesawat.

Tabel 4.40 Scheduling Mesin Ukur Metode EDD Pesawat


Job Ti Ci Di Li
E 0,168 0,168 10,400 -10,232
A 0,320 0,488 11,100 -10,613
C 0,929 1,416 11,300 -9,884
D 0,186 1,602 11,500 -9,898
F 1,677 3,280 14,300 -11,021
B 0,539 3,819 16,200 -12,381

Sequencing: E-A-C-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
IV-237

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,795
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,355
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,671
n
f) Maksimum Lateness = -9,884
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.41 dan 2.42 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk pesawat.

Tabel 4.41 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 0,320 1 0,320
B 0,539 2 0,270
C 0,929 1 0,929
D 0,186 3 0,062
E 0,168 4 0,042
F 1,677 5 0,335

Tabel 4.42 Scheduling Mesin Ukur Metode WSPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
E 0,168 0,168 10,400 -10,232 0,042
D 0,186 0,354 11,500 -11,146 0,062
B 0,539 0,893 16,200 -15,307 0,270
A 0,320 1,213 11,100 -9,887 0,320
F 1,677 2,890 14,300 -11,410 0,335
C 0,929 3,819 11,300 -7,481 0,929

Sequencing: E-D-B-A-F-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
IV-238

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,556
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,409
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,910
n
f) Maksimum Lateness = -7,481
g) Maksimum Tardiness = 0

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 4.43 dan 2.44 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk pesawat.

Tabel 4.43 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 0,320 11,100 10,780
B 0,539 16,200 15,661
C 0,929 11,300 10,372
D 0,186 11,500 11,314
E 0,168 10,400 10,232
F 1,677 14,300 12,623

Tabel 4.44 Scheduling Mesin Ukur Metode SLACK Pesawat


Job Ti Ci Di Li
E 0,168 0,168 10,400 -10,232
C 0,929 1,096 11,300 -10,204
A 0,320 1,416 11,100 -9,684
D 0,186 1,602 11,500 -9,898
F 1,677 3,280 14,300 -11,021
B 0,539 3,819 16,200 -12,381

Sequencing: E-C-A-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
IV-239

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,897
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,336
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,570
n
f) Maksimum Lateness = -9,684
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa Total shop time.
Berikut tabel 4.45 dan 2.46 yang merupakan data scheduling mesin ukur
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk pesawat.

Tabel 4.45 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 0,320 11,100 34,724 -10,780
B 0,539 16,200 30,046 -15,341
C 0,929 11,300 12,170 -9,513
D 0,186 11,500 61,717 -9,526
E 0,168 10,400 61,966 -8,259
F 1,677 14,300 8,526 -10,481
t= 1,677
A 0,320 9,423 29,477 -9,103
Lanjutan Tabel 4.45 Metode Critical Ratio
Job Ti Di CR Li
B 0,539 14,523 26,936 -13,664
C 0,929 9,623 10,364 -7,836
D 0,186 9,823 52,716 -7,849
E 0,168 8,723 51,973 -6,581
t = 2,606
A 0,320 8,494 26,572 -8,175
B 0,539 13,594 25,214 -12,736
D 0,186 8,894 47,733 -7,849
E 0,168 7,794 46,441 -6,581
t = 3,145
IV-240

Lanjutan Tabel 4.45 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
A 0,320 7,955 24,886 -7,636
D 0,186 8,355 44,840 -7,849
E 0,168 7,255 43,228 -6,581
t= 3,465
D 0,186 8,036 43,124 -7,175
E 0,168 6,936 41,324 -5,908
t= 3,632
D 0,186 7,868 42,224 -7,681
t= 3,819

Tabel 4.46 Scheduling Mesin Ukur Metode Critical Ratio Pesawat


Job Ti Ci Di Li
F 1,677 1,677 14,300 -12,623
C 0,929 2,606 11,300 -8,694
B 0,539 3,145 16,200 -13,055
A 0,320 3,465 11,100 -7,636
E 0,168 3,632 10,400 -6,768
D 0,186 3,819 11,500 -7,681

Sequencing: F-C-B-A-E-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,057
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,208
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,409
n
f) Maksimum Lateness = -6,768
g) Maksimum Tardiness = 0

B. Mesin Potong
Mesin potong pada proses pengerjaan ketiga produk ini terletak pada
stasiun kerja 2, mesin pemotongan yang digunakan adalah gergaji listrik.
IV-241

1. Mobil
Berikut adalah tabel 2.47 yang merupakan data awal mesin potong

Tabel 2.47 Data Awal Mesin Potong Mobil


Job Ti Di
A 1,327 17,100
B 0,569 14,200
C 0,671 11,900
D 0,351 12,700
E 0,453 10,500
F 0,461 10,900
G 0,445 11,600
H 0,445 13,400
I 0,205 10,800
J 0,242 12,500

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.48 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode SPT untuk produk mobil.

Tabel 2.48 Scheduling Mesin Potong Metode SPT Mobil


Job Ti Ci Di Li
I 0,205 0,205 10,800 -10,595
J 0,242 0,447 12,500 -12,054
D 0,351 0,798 12,700 -11,902
G 0,445 1,243 11,600 -10,357
H 0,445 1,688 13,400 -11,712
E 0,453 2,141 10,500 -8,359
F 0,461 2,602 10,900 -8,298
B 0,569 3,170 14,200 -11,030
C 0,671 3,842 11,900 -8,058
A 1,327 5,168 17,100 -11,932

Sequencing: I-J-G-D-H-E-B-F-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,130
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
IV-242

∑ Ti
c) Utilitas = = 0,243
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,430
n
f) Maksimum Lateness = -8,058
g) Maksimum Tardiness = 0

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 2.49 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk mobil.

Tabel 2.49 Scheduling Mesin Potong Metode FCFS Mobil


Job Ti Ci Di Li
A 1,327 1,327 17,100 -15,773
B 0,569 1,895 14,200 -12,305
C 0,671 2,567 11,900 -9,334
D 0,351 2,918 12,700 -9,782
E 0,453 3,371 10,500 -7,129
F 0,461 3,832 10,900 -7,068
G 0,445 4,277 11,600 -7,323
H 0,445 4,722 13,400 -8,678
I 0,205 4,927 10,800 -5,873
J 0,242 5,168 12,500 -7,332

Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,500
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,148
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,060
n
IV-243

f) Maksimum Lateness = -5,873


g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.50 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode LPT untuk produk mobil.

Tabel 2.50 Scheduling Mesin Potong Metode LPT Mobil


Job Ti Ci Di Li
A 1,327 1,327 17,100 -15,773
C 0,671 1,998 11,900 -9,902
B 0,569 2,567 14,200 -11,634
F 0,461 3,028 10,900 -7,872
E 0,453 3,481 10,500 -7,019
G 0,445 3,926 11,600 -7,674
H 0,445 4,371 13,400 -9,029
D 0,351 4,722 12,700 -7,978
J 0,242 4,963 12,500 -7,537
I 0,205 5,168 10,800 -5,632

Sequencing: A-C-B-F-E-G-H-D-J-I
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,555
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,145
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,005
n
f) Maksimum Lateness = -5,632
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-244

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.51 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode EDD untuk produk mobil.

Tabel 2.51 Scheduling Mesin Potong Metode EDD Mobil


Job Ti Ci Di Li
E 0,453 0,453 10,500 -10,047
I 0,205 0,658 10,800 -10,142
F 0,461 1,119 10,900 -9,781
G 0,445 1,564 11,600 -10,036
C 0,671 2,236 11,900 -9,665
J 0,242 2,477 12,500 -10,023
D 0,351 2,828 12,700 -9,872
H 0,445 3,273 13,400 -10,127
B 0,569 3,842 14,200 -10,358
A 1,327 5,168 17,100 -11,932

Sequencing: E-I-F-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,362
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,219
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,198
n
f) Maksimum Lateness = -9,665
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.52 dan 2.53 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk mobil.
IV-245

Tabel 2.52 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 1,327 1 1,327
B 0,569 2 0,284
C 0,671 1 0,671
D 0,351 3 0,117
E 0,453 4 0,113
F 0,461 5 0,092
G 0,445 3 0,148
H 0,445 2 0,223
I 0,205 3 0,068
J 0,242 1 0,242

Tabel 2.20 Scheduling Mesin Potong Metode WSPT Mobil


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
I 0,205 0,205 10,800 -10,595 0,068
F 0,461 0,666 10,900 -10,234 0,092
E 0,453 1,119 10,500 -9,381 0,113
D 0,351 1,470 12,700 -11,230 0,117
G 0,445 1,915 11,600 -9,685 0,148
H 0,445 2,360 11,600 -9,240 0,223
J 0,242 2,602 12,500 -9,898 0,242
B 0,569 3,170 14,200 -11,030 0,284
C 0,671 3,842 11,900 -8,058 0,671
A 1,327 5,168 17,100 -11,932 1,327

Sequencing: I-F-E-D-G-H-J-B-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,252
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,230
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,128
n
f) Maksimum Lateness = -8,058
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-246

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.54 dan 2.55 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk mobil.

Tabel 2.54 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 1,327 17,100 15,773
B 0,569 14,200 13,632
C 0,671 11,900 11,229
D 0,351 12,700 12,349
E 0,453 10,500 10,047
F 0,461 10,900 10,439
G 0,445 11,600 11,155
H 0,445 13,400 12,955
I 0,205 10,800 10,595
J 0,242 12,500 12,259

Tabel 2.55 Scheduling Mesin Potong Metode SLACK Mobil


Job Ti Ci Di Li
E 0,453 0,453 10,500 -10,047
F 0,461 0,914 10,900 -9,986
I 0,205 1,119 10,800 -9,681
G 0,445 1,564 11,600 -10,036
C 0,671 2,236 11,900 -9,665
J 0,242 2,477 12,500 -10,023
D 0,351 2,828 12,700 -9,872
H 0,445 3,273 11,600 -8,327
B 0,569 3,842 14,200 -10,358
A 1,327 5,168 17,100 -11,932

Sequencing: E-F-I-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,387
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,216
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,993
n
IV-247

f) Maksimum Lateness = -8,327


g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 2.56 dan 2.57 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk mobil.

Tabel 2.56 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 1,327 17,100 12,889 -15,773
B 0,569 14,200 24,978 -12,305
C 0,671 11,900 17,726 -9,334
D 0,351 12,700 36,165 -9,782
E 0,453 10,500 23,179 -7,129
F 0,461 10,900 23,636 -7,068
G 0,445 11,600 26,067 -7,323
H 0,445 13,400 30,112 -8,678
I 0,205 10,800 52,683 -5,873
J 0,242 12,500 51,760 -7,332
t= 1,327
B 0,569 12,873 22,644 -12,305
C 0,671 10,573 15,750 -9,334
D 0,351 11,373 32,387 -9,782
E 0,453 9,173 20,250 -7,129
F 0,461 9,573 20,759 -7,068
G 0,445 10,273 23,086 -7,323
H 0,445 12,073 27,131 -8,678
I 0,205 9,473 46,211 -5,873
J 0,242 11,173 46,266 -7,332
t= 1,998
B 0,569 12,202 21,464 -11,634
D 0,351 10,702 30,476 -9,782
E 0,453 8,502 18,768 -7,129
F 0,461 8,902 19,303 -7,068
G 0,445 9,602 21,578 -7,323
H 0,445 11,402 25,622 -8,678
I 0,205 8,802 42,937 -5,873
J 0,242 10,502 43,487 -7,332
t= 2,451
B 0,569 11,749 20,667 -11,181
D 0,351 10,249 29,186 -9,329
IV-248

Lanjutan Tabel 2.56 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
F 0,461 8,449 18,321 -7,068
G 0,445 9,149 20,560 -7,323
H 0,445 10,949 24,604 -8,678
I 0,205 8,349 40,727 -5,873
J 0,242 10,049 41,611 -7,332
t= 2,912
B 0,569 11,288 19,855 -10,719
D 0,351 9,788 27,872 -8,868
G 0,445 8,688 19,523 -7,323
H 0,445 10,488 23,568 -8,678
I 0,205 7,888 38,477 -5,873
J 0,242 9,588 39,701 -7,332
t= 3,357
B 0,569 10,843 19,073 -10,274
D 0,351 9,343 26,605 -8,423
H 0,445 10,043 22,568 -8,678
I 0,205 7,443 36,307 -5,873
J 0,242 9,143 37,859 -7,332
t= 3,926
D 0,351 8,774 24,986 -8,423
H 0,445 9,474 21,291 -8,678
I 0,205 6,874 33,533 -5,873
J 0,242 8,574 35,504 -7,332
t= 4,371
D 0,351 8,329 23,719 -7,978
I 0,205 6,429 31,363 -5,873
J 0,242 8,129 33,662 -7,332
t= 4,722
I 0,205 6,078 29,650 -5,873
J 0,242 7,778 32,208 -7,332
t= 4,927
J 0,242 5,873 24,320 -5,632
t= 5,168

Tabel 2.57 Scheduling Mesin Potong Metode Critical Ratio Mobil


Job Ti Ci Di Li
A 1,327 1,327 17,100 -15,773
C 0,671 1,998 11,900 -9,902
E 0,453 2,451 10,500 -8,049
F 0,461 2,912 10,900 -7,988
G 0,445 3,357 11,600 -8,243
B 0,569 3,926 14,200 -10,274
IV-249

Lanjutan Tabel 2.57 Scheduling Mesin Potong Metode Critical Ratio Mobil
Job Ti Ci Di Li
H 0,445 4,371 11,600 -7,229
D 0,351 4,722 12,700 -7,978
I 0,205 4,927 10,800 -5,873
J 0,242 5,168 12,500 -7,332

Sequencing: A-C-E-F-G-B-H-D-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,516
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,147
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -8,864
n
f) Maksimum Lateness = -5,873
g) Maksimum Tardiness = 0

2. Truk
Berikut adalah tabel 2.58 yang merupakan data awal mesin potong

Tabel 2.58 Data Awal Mesin Potong Truk


Job Ti Di
A 1,327 18,300
B 0,569 15,100
C 0,671 10,700
D 0,325 10,200
E 0,833 11,500
F 0,793 12,400
G 0,408 10,900

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
IV-250

Berikut tabel 2.59 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode SPT untuk produk truk.

Tabel 2.59 Scheduling Mesin Potong Metode SPT Truk


Job Ti Ci Di Li
D 0,325 0,325 10,200 -9,875
G 0,408 0,734 10,900 -10,167
B 0,569 1,302 15,100 -13,798
C 0,671 1,973 10,700 -8,727
F 0,793 2,766 12,400 -9,634
E 0,833 3,599 11,500 -7,901
A 1,327 4,926 18,300 -13,374

Sequencing: D-G-B-C-F-E-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,332
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,315
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,496
n
f) Maksimum Lateness = -7,901
g) Maksimum Tardiness = 0

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 2.60 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk truk.

Tabel 2.60 Scheduling Mesin Potong Metode FCFS Truk


Job Ti Ci Di Li
A 1,327 1,327 18,300 -16,973
B 0,569 1,895 15,100 -13,205
C 0,671 2,567 10,700 -8,134
D 0,325 2,892 10,200 -7,308
E 0,833 3,725 11,500 -7,775
IV-251

Lanjutan Tabel 2.60 Scheduling Mesin Potong Metode FCFS Truk


Job Ti Ci Di Li
F 0,793 4,518 12,400 -7,883
G 0,408 4,926 10,900 -5,974
H 4,926 4,926

Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,121
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,225
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = 9,607
n
f) Maksimum Lateness = -5,974
g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.61 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode LPT untuk produk truk.

Tabel 2.61 Scheduling Mesin Potong Metode LPT Truk


Job Ti Ci Di Li
A 1,327 1,327 18,300 -16,973
E 0,833 2,160 11,500 -9,340
F 0,793 2,952 12,400 -9,448
C 0,671 3,624 10,700 -7,076
B 0,569 4,192 15,100 -10,908
G 0,408 4,600 10,900 -6,300
D 0,325 4,926 10,200 -5,274

Sequencing: A-E-F-C-B-G-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
IV-252

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,397
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,207
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,331
n
f) Maksimum Lateness = -5,274
g) Maksimum Tardiness = 0

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.62 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode EDD untuk produk truk.

Tabel 2.62 Scheduling Mesin Potong Metode EDD Truk


Job Ti Ci Di Li
D 0,325 0,325 10,200 -9,875
C 0,671 0,997 10,700 -9,703
G 0,408 1,405 10,900 -9,495
E 0,833 2,238 11,500 -9,262
F 0,793 3,031 12,400 -9,370
B 0,569 3,599 15,100 -11,501
A 1,327 4,926 18,300 -13,374

Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,360
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,298
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-253

∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,369
n
f) Maksimum Lateness = -9,262
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.63 dan 2.64 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk truk.

Tabel 2.63 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 1,327 1 1,327
B 0,569 2 0,284
C 0,671 1 0,671
D 0,325 3 0,108
E 0,833 4 0,208
F 0,793 5 0,159
G 0,408 3 0,136

Tabel 2.64 Scheduling Mesin Potong Metode WSPT Truk


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
D 0,325 0,325 10,200 -9,875 0,108
G 0,408 0,734 10,900 -10,167 0,136
F 0,793 1,526 12,400 -10,874 0,159
E 0,833 2,359 11,500 -9,141 0,208
B 0,569 2,928 15,100 -12,172 0,284
C 0,671 3,599 10,700 -7,101 0,671
A 1,327 4,926 18,300 -13,374 1,327

Sequencing: D-G-F-E-B-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,342
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,300
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-254

∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,386
n
f) Maksimum Lateness = -7,101
g) Maksimum Tardiness = 0

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.65 dan 2.66 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk truk.

Tabel 2.65 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 1,327 18,300 16,973
B 0,569 15,100 14,532
C 0,671 10,700 10,029
D 0,325 10,200 9,875
E 0,833 11,500 10,667
F 0,793 12,400 11,607
G 0,408 10,900 10,492

Tabel 2.66 Scheduling Mesin Potong Metode SLACK Truk


Job Ti Ci Di Li
D 0,325 0,325 10,200 -9,875
C 0,671 0,997 10,700 -9,703
G 0,408 1,405 10,900 -9,495
E 0,833 2,238 11,500 -9,262
F 0,793 3,031 12,400 -9,370
B 0,569 3,599 15,100 -11,501
A 1,327 4,926 18,300 -13,374

Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,360
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,298
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-255

∑ Li
e) Mean Lateness = = -10,369
n
f) Maksimum Lateness = -9,262
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 2.67 dan 2.68 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk truk.

Tabel 2.67 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 1,327 18,300 13,794 -16,973
B 0,569 15,100 26,561 -13,205
C 0,671 10,700 15,938 -8,134
D 0,325 10,200 31,352 -7,308
E 0,833 11,500 13,806 -7,775
F 0,793 12,400 15,643 -7,883
G 0,408 10,900 26,705 -5,974
t= 1,327
B 0,569 13,773 24,227 -13,205
C 0,671 9,373 13,962 -8,134
D 0,325 8,873 27,275 -7,308
E 0,833 10,173 12,213 -7,775
F 0,793 11,073 13,970 -7,883
G 0,408 9,573 23,454 -5,974
t= 2,160
B 0,569 12,940 22,762 -12,372
C 0,671 8,540 12,721 -7,301
D 0,325 8,040 24,714 -6,475
F 0,793 10,240 12,919 -7,883
G 0,408 8,740 21,414 -5,974
t= 2,831
B 0,569 12,269 21,581 -11,701
D 0,325 7,369 22,651 -6,475
F 0,793 9,569 12,072 -7,883
G 0,408 8,069 19,769 -5,974
t= 3,624
B 0,569 11,476 20,187 -10,908
D 0,325 6,576 20,214 -5,683
G 0,408 7,276 17,827 -5,974
IV-256

Lanjutan Tabel 2.67 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t = 4,032
B 0,569 11,068 19,469 -10,500
D 0,325 6,168 18,960 -5,274
t = 4,357
B 0,569 5,843 10,278 -5,274
t = 4,926

Tabel 2.68 Scheduling Mesin Potong Metode Critical Ratio Truk


Job Ti Ci Di Li
A 1,327 1,327 18,300 -16,973
E 0,833 2,160 11,500 -9,340
C 0,671 2,831 10,700 -7,869
F 0,793 3,624 12,400 -8,776
G 0,408 4,032 10,900 -6,868
D 0,325 4,357 10,200 -5,843
B 0,569 4,926 15,100 -10,174

Sequencing: A-E-C-F-G-D-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,322
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,212
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,406
n
f) Maksimum Lateness = -5,843
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-257

3. Pesawat
Berikut adalah tabel 2.69 yang merupakan data awal mesin potong.

Tabel 2.69 Data Awal Mesin Potong Pesawat


Job Ti Di
A 0,427 11,100
B 0,429 16,200
C 2,156 11,300
D 0,290 11,500
E 0,305 10,400
F 0,273 14,300

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.70 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode SPT untuk produk pesawat.

Tabel 2.70 Scheduling Mesin Potong Metode SPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li
F 0,273 0,273 14,300 -14,027
D 0,290 0,563 11,500 -10,937
E 0,305 0,868 10,400 -9,532
A 0,427 1,295 11,100 -9,805
B 0,429 1,724 16,200 -14,476
C 2,156 3,880 11,300 -7,420

Sequencing: F-D-E-A-B-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,434
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,451
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,033
n
f) Maksimum Lateness = -7,420
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-258

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 2.71 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk pesawat.

Tabel 2.71 Scheduling Mesin Potong Metode FCFS Pesawat


Job Ti Ci Di Li
A 0,427 0,427 11,100 -10,673
B 0,429 0,856 16,200 -15,344
C 2,156 3,012 11,300 -8,288
D 0,290 3,302 11,500 -8,198
E 0,305 3,607 10,400 -6,794
F 0,273 3,880 14,300 -10,420

Sequencing: A-B-C-D-E-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,514
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,257
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,953
n
f) Maksimum Lateness = -6,794
g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.72 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode LPT untuk produk pesawat.
IV-259

Tabel 2.72 Scheduling Mesin Potong Metode LPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li
C 2,156 2,156 11,300 -9,144
B 0,429 2,585 16,200 -13,615
A 0,427 3,012 11,100 -8,088
E 0,305 3,317 10,400 -7,083
D 0,290 3,607 11,500 -7,894
F 0,273 3,880 14,300 -10,420

Sequencing: C-B-A-E-D-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,093
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,209
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,374
n
f) Maksimum Lateness = -7,083
g) Maksimum Tardiness = 0

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.73 yang merupakan data scheduling mesin potong dengan
menggunakan metode EDD untuk produk pesawat.

Tabel 2.73 Scheduling Mesin Potong Metode EDD Pesawat


Job Ti Ci Di Li
E 0,305 0,305 10,400 -10,095
A 0,427 0,732 11,100 -10,368
C 2,156 2,888 11,300 -8,412
D 0,290 3,178 11,500 -8,322
F 0,273 3,451 14,300 -10,849
B 0,429 3,880 16,200 -12,320

Sequencing: E-A-C-D-F-B
IV-260

Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:


∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 2,406
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,269
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -10.061
n
f) Maksimum Lateness = -8,322
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.74 dan 2.75 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk pesawat.

Tabel 2.74 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 0,427 1 0,427
B 0,429 2 0,214
C 2,156 1 2,156
D 0,290 3 0,097
E 0,305 4 0,076
F 0,273 5 0,055

Tabel 2.75 Scheduling Mesin Potong Metode WSPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
F 0,273 0,273 14,300 -14,027 0,055
E 0,305 0,578 10,400 -9,822 0,076
D 0,290 0,868 11,500 -10,632 0,097
B 0,429 1,297 16,200 -14,904 0,214
A 0,427 1,724 11,100 -9,376 0,427
C 2,156 3,880 11,300 -7,420 2,156

Sequencing: F-E-D-B-A-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
IV-261

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,436
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,450
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,030
n
f) Maksimum Lateness = -7,420
g) Maksimum Tardiness = 0

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.76 dan 2.77 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk pesawat.

Tabel 2.76 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 0,427 11,100 10,673
B 0,429 16,200 15,771
C 2,156 11,300 9,144
D 0,290 11,500 11,210
E 0,305 10,400 10,095
F 0,273 14,300 14,027

Tabel 2.77 Scheduling Mesin Potong Metode SLACK Pesawat


Job Ti Ci Di Li
C 2,156 2,156 11,300 -9,144
E 0,305 2,461 10,400 -7,939
A 0,427 2,888 11,100 -8,212
D 0,290 3,178 11,500 -8,322
F 0,273 3,451 14,300 -10,849
B 0,429 3,880 16,200 -12,320

Sequencing: C-E-A-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
IV-262

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,002
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,215
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,465
n
f) Maksimum Lateness = -7,939
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 2.78 dan 2.79 yang merupakan data scheduling mesin potong
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk pesawat.

Tabel 2.78 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 0,427 11,100 25,975 -10,673
B 0,429 16,200 37,777 -15,344
C 2,156 11,300 5,242 -8,288
D 0,290 11,500 39,701 -8,198
E 0,305 10,400 34,117 -6,794
F 0,273 14,300 52,349 -10,420
t= 2,156
A 0,427 8,944 20,930 -8,517
B 0,429 14,044 32,750 -13,188
D 0,290 9,344 32,258 -8,198
E 0,305 8,244 27,045 -6,794
F 0,273 12,144 44,457 -10,420
t= 2,583
B 0,429 13,617 31,753 -13,188
D 0,290 8,917 30,783 -8,198
E 0,305 7,817 25,643 -6,794
F 0,273 11,717 42,893 -10,420
t= 2,888
B 0,429 13,312 31,042 -12,883
IV-263

Lanjutan Tabel 2.78 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
D 0,290 8,612 29,731 -7,894
F 0,273 11,412 41,777 -10,420
t= 3,178
B 0,429 13,022 30,367 -11,602
F 0,273 11,122 40,716 -9,429
t= 3,607
F 0,273 10,694 39,146 -10,420
t= 3,880

Tabel 2.79 Scheduling Mesin Potong Metode Critical Ratio Pesawat


Job Ti Ci Di Li
C 2,156 2,156 11,300 -9,144
A 0,427 2,583 11,100 -8,517
E 0,305 2,888 10,400 -7,512
D 0,290 3,178 11,500 -8,322
B 0,429 3,607 16,200 -12,594
F 0,273 3,880 14,300 -10,420

Sequencing: C-A-E-D-B-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 3,048
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,212
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -9,418
n
f) Maksimum Lateness = -7,512
g) Maksimum Tardiness = 0

C. Mesin Cat
Mesin pengecatan pada proses pengerjaan ketiga produk ini terletak pada
stasiun kerja 3, mesin pengecatan yang digunakan adalah mesin cat.
IV-264

1. Mobil
Berikut adalah tabel 2.80 yang merupakan data awal mesin cat.

Tabel 2.80 Data Awal Mesin Cat Mobil


Job Ti Di
A 0,133 17,100
B 0,513 14,200
C 0,371 11,900
D 0,120 12,700
E 0,129 10,500
F 0,218 10,900
G 0,081 11,600
H 0,109 13,400
I 0,062 10,800
J 0,081 12,500

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.81 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode SPT untuk produk mobil.

Tabel 2.81 Scheduling Mesin Cat Metode SPT Mobil


Job Ti Ci Di Li
I 0,062 0,062 10,800 -10,739
J 0,081 0,142 12,500 -12,358
G 0,081 0,223 11,600 -11,377
H 0,109 0,332 13,400 -13,068
D 0,120 0,452 12,700 -12,248
E 0,129 0,581 10,500 -9,919
A 0,133 0,714 17,100 -16,386
F 0,218 0,931 10,900 -9,969
C 0,371 1,303 11,900 -10,598
B 0,513 1,816 14,200 -12,384

Sequencing: I-J-G-H-D-E-A-F-C-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,655
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
IV-265

∑ Ti
c) Utilitas = = 0,277
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,905
n
f) Maksimum Lateness = -9,919
g) Maksimum Tardiness = 0

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 2.82 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk mobil.

Tabel 2.82 Scheduling Mesin Cat Metode FCFS Mobil


Job Ti Ci Di Li
A 0,133 0,133 17,100 -16,967
B 0,513 0,646 14,200 -13,554
C 0,371 1,017 11,900 -10,883
D 0,120 1,137 12,700 -11,563
E 0,129 1,266 10,500 -9,234
F 0,218 1,484 10,900 -9,416
G 0,081 1,565 11,600 -10,035
H 0,109 1,674 13,400 -11,726
I 0,062 1,735 10,800 -9,065
J 0,081 1,816 12,500 -10,684

Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H-I-J
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,247
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,146
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,313
n
IV-266

f) Maksimum Lateness = -9,065


g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.83 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode LPT untuk produk mobil.

Tabel 2.83 Scheduling Mesin Cat Metode LPT Mobil


Job Ti Ci Di Li
B 0,513 0,513 14,200 -13,687
C 0,371 0,884 11,900 -11,016
F 0,218 1,102 10,900 -9,798
A 0,133 1,235 17,100 -15,866
E 0,129 1,364 10,500 -9,136
D 0,120 1,484 12,700 -11,216
H 0,109 1,593 13,400 -11,807
G 0,081 1,674 11,600 -9,926
J 0,081 1,754 12,500 -10,746
I 0,062 1,816 10,800 -8,984

Sequencing: B-C-F-A-E-D-H-G-J-I
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,342
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,135
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,218
n
f) Maksimum Lateness = -8,984
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-267

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.84 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode EDD untuk produk mobil.

Tabel 2.84 Scheduling Mesin Cat Metode EDD Mobil


Job Ti Ci Di Li
E 0,129 0,129 10,500 -10,371
I 0,062 0,191 10,800 -10,609
F 0,218 0,408 10,900 -10,492
G 0,081 0,489 11,600 -11,111
C 0,371 0,860 11,900 -11,040
J 0,081 0,941 12,500 -11,559
D 0,120 1,061 12,700 -11,639
H 0,109 1,170 13,400 -12,230
B 0,513 1,683 14,200 -12,517
A 0,133 1,816 17,100 -15,284

Sequencing: E-I-F-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,875
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,208
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,685
n
f) Maksimum Lateness = -10,371
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.85 dan 2.86 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk mobil.
IV-268

Tabel 2.85 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 0,133 1 0,133
B 0,513 2 0,257
C 0,371 1 0,371
D 0,120 3 0,040
E 0,129 4 0,032
F 0,218 5 0,044
G 0,081 3 0,027
H 0,109 2 0,054
I 0,062 3 0,021
J 0,081 1 0,081

Tabel 2.86 Scheduling Mesin Cat Metode WSPT Mobil


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
I 0,062 0,062 10,800 -10,739 0,021
G 0,081 0,143 11,600 -11,458 0,027
E 0,129 0,272 10,500 -10,228 0,032
D 0,120 0,392 12,700 -12,308 0,040
F 0,218 0,609 10,900 -10,291 0,044
H 0,109 0,718 13,400 -12,682 0,054
J 0,081 0,799 12,500 -11,701 0,081
A 0,133 0,931 17,100 -16,169 0,133
B 0,513 1,445 14,200 -12,756 0,257
C 0,371 1,816 11,900 -10,084 0,371

Sequencing: I-G-E-D-F-H-J-A-B-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,719
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,253
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,841
n
f) Maksimum Lateness = -10,084
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-269

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.87 dan 2.88 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk mobil.

Tabel 2.87 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 0,133 17,100 16,967
B 0,513 14,200 13,687
C 0,371 11,900 11,529
D 0,120 12,700 12,580
E 0,129 10,500 10,371
F 0,218 10,900 10,683
G 0,081 11,600 11,519
H 0,109 13,400 13,291
I 0,062 10,800 10,739
J 0,081 12,500 12,420

Tabel 2.88 Scheduling Mesin Cat Metode SLACK Mobil


Job Ti Ci Di Li
E 0,129 0,129 10,500 -10,371
F 0,218 0,347 10,900 -10,553
I 0,062 0,408 10,800 -10,392
G 0,081 0,489 11,600 -11,111
C 0,371 0,860 11,900 -11,040
J 0,081 0,941 12,500 -11,559
D 0,120 1,061 12,700 -11,639
H 0,109 1,170 13,400 -12,230
B 0,513 1,683 14,200 -12,517
A 0,133 1,816 17,100 -15,284

Sequencing: E-F-I-G-C-J-D-H-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,890
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,204
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
IV-270

∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,670
n
f) Maksimum Lateness = -10,371
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 2.89 dan 2.90 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk mobil.

Tabel 2.89 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 0,133 17,100 128,894 -16,967
B 0,513 14,200 27,671 -13,554
C 0,371 11,900 32,061 -10,883
D 0,120 12,700 105,687 -11,563
E 0,129 10,500 81,290 -9,234
F 0,218 10,900 50,115 -9,416
G 0,081 11,600 143,210 -10,035
H 0,109 13,400 123,124 -11,726
I 0,062 10,800 175,610 -9,065
J 0,081 12,500 155,280 -10,684
t= 0,513
A 0,133 16,587 125,026 -16,454
C 0,371 11,387 30,678 -10,883
D 0,120 12,187 101,416 -11,563
E 0,129 9,987 77,317 -9,234
F 0,218 10,387 47,756 -9,416
G 0,081 11,087 136,874 -10,035
H 0,109 12,887 118,409 -11,726
I 0,062 10,287 167,266 -9,065
J 0,081 11,987 148,905 -10,684
t= 0,884
A 0,133 16,216 122,229 -16,083
D 0,120 11,816 98,327 -11,563
E 0,129 9,616 74,444 -9,234
F 0,218 10,016 46,049 -9,416
G 0,081 10,716 132,292 -10,035
H 0,109 12,516 114,998 -11,726
I 0,062 9,916 161,230 -9,065
J 0,081 11,616 144,294 -10,684
IV-271

Lanjutan Tabel 2.89 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t = 1,102
A 0,133 15,998 120,589 -15,866
D 0,120 11,598 96,517 -11,345
E 0,129 9,398 72,760 -9,016
G 0,081 10,498 129,607 -10,035
H 0,109 12,298 113,000 -11,726
I 0,062 9,698 157,694 -9,065
J 0,081 11,398 141,592 -10,684
t= 1,231
A 0,133 15,869 119,616 -15,736
D 0,120 11,469 95,442 -11,216
G 0,081 10,369 128,012 -10,035
H 0,109 12,169 111,813 -11,726
I 0,062 9,569 155,593 -9,065
J 0,081 11,269 139,988 -10,684
t= 1,351
A 0,133 15,749 118,710 -15,616
G 0,081 10,249 126,529 -10,035
H 0,109 12,049 110,709 -11,726
I 0,062 9,449 153,640 -9,065
J 0,081 11,149 138,495 -10,684
t= 1,460
A 0,133 15,640 117,889 -15,507
G 0,081 10,140 125,185 -9,926
I 0,062 9,340 151,870 -9,065
J 0,081 11,040 137,143 -10,684
t= 1,593
G 0,133 10,007 75,432 -9,875
I 0,081 9,207 113,671 -8,994
J 0,062 10,907 177,355 -10,632
t= 1,725
I 0,062 9,075 147,556 -9,013
J 0,081 10,775 133,847 -10,633
t= 1,806
I 0,062 8,994 146,247 -8,933
t= 1,886
IV-272

Tabel 2.90 Scheduling Mesin Cat Metode Critical Ratio Mobil


Job Ti Ci Di Li
B 0,513 0,513 14,200 -13,687
C 0,371 0,884 11,900 -11,016
F 0,218 1,102 10,900 -9,798
E 0,129 1,231 10,500 -9,269
D 0,120 1,351 12,700 -11,349
H 0,109 1,460 13,400 -11,940
A 0,133 1,593 17,100 -15,507
G 0,081 1,674 11,600 -9,926
J 0,081 1,754 12,500 -10,746
I 0,062 1,816 10,800 -8,984

Sequencing: B-C-F-E-D-H-A-G-J-I
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 1,338
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,136
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,222
n
f) Maksimum Lateness = -8,984
g) Maksimum Tardiness = 0

2. Truk
Berikut adalah tabel 2.91 yang merupakan data awal mesin cat.

Tabel 2.91 Data Awal Mesin Cat Truk


Job Ti Di
A 0,142 18,300
B 0,154 15,100
C 0,235 10,700
D 0,128 10,200
E 0,129 11,500
F 0,173 12,400
G 0,082 10,900
IV-273

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.92 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode SPT untuk produk truk.

Tabel 2.92 Scheduling Mesin Cat Metode SPT Truk


Job Ti Ci Di Li
G 0,082 0,082 10,900 -10,819
D 0,128 0,210 10,200 -9,990
E 0,129 0,339 11,500 -11,161
A 0,142 0,480 18,300 -17,820
B 0,154 0,634 15,100 -14,466
F 0,173 0,807 12,400 -11,593
C 0,235 1,043 10,700 -9,657

Sequencing: G-D-E-A-B-F-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,514
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,290
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,215
n
f) Maksimum Lateness = -9,657
g) Maksimum Tardiness = 0

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 2.93 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk truk.
IV-274

Tabel 2.93 Scheduling Mesin Cat Metode FCFS Truk


Job Ti Ci Di Li
A 0,142 0,142 18,300 -18,159
B 0,154 0,296 15,100 -14,805
C 0,235 0,531 10,700 -10,169
D 0,128 0,659 10,200 -9,541
E 0,129 0,788 11,500 -10,712
F 0,173 0,961 12,400 -11,439
G 0,082 1,043 10,900 -9,857
H 1,043 1,043

Sequencing: A-B-C-D-E-F-G-H
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,631
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,236
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,097
n
f) Maksimum Lateness = -9,541
g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.94 yang merupakan data scheduling mesin Cat dengan
menggunakan metode LPT untuk produk truk.

Tabel 2.94 Scheduling Mesin Cat Metode LPT Truk


Job Ti Ci Di Li
C 0,235 0,235 10,700 -10,465
F 0,173 0,408 12,400 -11,992
B 0,154 0,562 15,100 -14,538
A 0,142 0,704 18,300 -17,596
E 0,129 0,833 11,500 -10,667
D 0,128 0,961 10,200 -9,239
G 0,082 1,043 10,900 -9,857
IV-275

Sequencing: C-F-B-A-E-D-G
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,678
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,220
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,050
n
f) Maksimum Lateness = -9,239
g) Maksimum Tardiness = 0

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.95 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode EDD untuk produk truk.

Tabel 2.95 Scheduling Mesin Cat Metode EDD Truk


Job Ti Ci Di Li
D 0,128 0,128 10,200 -10,072
C 0,235 0,364 10,700 -10,337
G 0,082 0,445 10,900 -10,455
E 0,129 0,574 11,500 -10,926
F 0,173 0,747 12,400 -11,653
B 0,154 0,901 15,100 -14,199
A 0,142 1,043 18,300 -17,257

Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,600
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,248
∑ Ci
IV-276

d) Number Of Tardy Job = 0


∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,128
n
f) Maksimum Lateness = -10,072
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.96 dan 2.97 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk truk.

Tabel 2.96 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 0,142 1 0,142
B 0,154 2 0,077
C 0,235 1 0,235
D 0,128 3 0,043
E 0,129 4 0,032
F 0,173 5 0,035
G 0,082 3 0,027

Tabel 2.97 Scheduling Mesin Cat Metode WSPT Truk


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
G 0,082 0,082 10,900 -10,819 0,027
E 0,129 0,211 11,500 -11,289 0,032
F 0,173 0,384 12,400 -12,016 0,035
D 0,128 0,512 10,200 -9,688 0,043
B 0,154 0,666 15,100 -14,434 0,077
A 0,142 0,807 18,300 -17,493 0,142
C 0,235 1,043 10,700 -9,657 0,235

Sequencing: G-E-F-D-B-A-C
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,529
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,282
∑ Ci
IV-277

d) Number Of Tardy Job = 0


∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,200
n
f) Maksimum Lateness = -9,657
g) Maksimum Tardiness = 0

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.98 dan 2.99 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk truk.

Tabel 2.98 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 0,142 18,300 18,159
B 0,154 15,100 14,946
C 0,235 10,700 10,465
D 0,128 10,200 10,072
E 0,129 11,500 11,371
F 0,173 12,400 12,227
G 0,082 10,900 10,819

Tabel 2.99 Scheduling Mesin Cat Metode SLACK Truk


Job Ti Ci Di Li
D 0,128 0,128 10,200 -10,072
C 0,235 0,364 10,700 -10,337
G 0,082 0,445 10,900 -10,455
E 0,129 0,574 11,500 -10,926
F 0,173 0,747 12,400 -11,653
B 0,154 0,901 15,100 -14,199
A 0,142 1,043 18,300 -17,257

Sequencing: D-C-G-E-F-B-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,600
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0.248
∑ Ci
IV-278

d) Number Of Tardy Job = 0


∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,128
n
f) Maksimum Lateness = -10,072
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 2.100 dan 2.101 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk truk.

Tabel 2.100 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 0,142 18,300 129,329 -18,159
B 0,154 15,100 98,052 -14,805
C 0,235 10,700 45,467 -10,169
D 0,128 10,200 79,584 -9,541
E 0,129 11,500 89,032 -10,712
F 0,173 12,400 71,676 -11,439
G 0,082 10,900 133,742 -9,857
t= 0,235
A 0,142 18,065 127,665 -17,923
B 0,154 14,865 96,524 -14,569
D 0,128 9,965 77,748 -9,541
E 0,129 11,265 87,210 -10,712
F 0,173 12,165 70,316 -11,439
G 0,082 10,665 130,855 -9,857
t= 0,408
A 0,142 17,892 126,443 -17,750
B 0,154 14,692 95,400 -14,396
D 0,128 9,792 76,398 -9,368
E 0,129 11,092 85,871 -10,539
G 0,082 10,492 128,732 -9,857
t= 0,537
A 0,142 17,764 125,537 -17,622
B 0,154 14,564 94,568 -14,268
E 0,129 10,964 84,879 -10,539
G 0,082 10,364 127,160 -9,857
t= 0,666
A 0,142 17,634 124,624 -17,493
B 0,154 14,434 93,729 -14,139
IV-279

Lanjutan Tabel 2.100 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
G 0,082 10,234 125,575 -9,857
t = 0,820
A 0,142 17,480 123,536 -17,339
G 0,082 14,280 175,219 -14,057
t = 0,961
G 0,082 14,139 173,483 -14,057
t = 1,043

Tabel 2.101 Scheduling Mesin Cat Metode Critical Ratio Truk


Job Ti Ci Di Li
C 0,235 0,235 10,700 -10,465
F 0,173 0,408 12,400 -11,992
D 0,128 0,537 10,200 -9,664
E 0,129 0,666 11,500 -10,834
B 0,154 0,820 15,100 -14,280
A 0,142 0,961 18,300 -17,339
G 0,082 1,043 10,900 -9,857

Sequencing: C-F-D-E-B-A-G
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,667
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,223
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,062
n
f) Maksimum Lateness = -9,664
g) Maksimum Tardiness = 0

3. Pesawat
Berikut adalah tabel 2.102 yang merupakan data awal mesin cat.
IV-280

Tabel 2.102 Data Awal Mesin Cat Pesawat


Job Ti Di
A 0,147 11,100
B 0,181 16,200
C 0,097 11,300
D 0,089 11,500
E 0,100 10,400
F 0,153 14,300

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu
proses terpendek pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.103 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode SPT untuk produk pesawat.

Tabel 2.103 Scheduling Mesin Cat Metode SPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li
D 0,089 0,089 11,500 -11,411
C 0,097 0,186 11,300 -11,114
E 0,100 0,286 10,400 -10,114
A 0,147 0,433 11,100 -10,667
F 0,153 0,585 14,300 -13,715
B 0,181 0,766 16,200 -15,434

Sequencing: D-C-E-A-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,391
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,327
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,076
n
f) Maksimum Lateness = -10,134
g) Maksimum Tardiness = 0
IV-281

b. Metode FCFS (First Come First Server)


Pada metode ini job yang datang sesuai dengan job mana yang datang
lebih dahulu.
Berikut tabel 2.104 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode FCFS untuk produk pesawat.

Tabel 2.104 Scheduling Mesin Cat Metode FCFS Pesawat


Job Ti Ci Di Li
A 0,147 0,147 11,100 -10,954
B 0,181 0,327 16,200 -15,873
C 0,097 0,424 11,300 -10,876
D 0,089 0,513 11,500 -10,987
E 0,100 0,613 10,400 -9,787
F 0,153 0,766 14,300 -13,534

Sequencing: A-B-C-D-E-F
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode FCFS diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,465
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,275
∑ Ci

d) Number Of Tardy Job = 0


∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,002
n
f) Maksimum Lateness = -9.787
g) Maksimum Tardiness = 0

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terpanjang pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.105 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode LPT untuk produk pesawat.
IV-282

Tabel 2.105 Scheduling Mesin Cat Metode LPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li
B 0,181 0,181 16,200 -16,020
F 0,153 0,333 14,300 -13,967
A 0,147 0,480 11,100 -10,620
E 0,100 0,580 10,400 -9,820
C 0,097 0,677 11,300 -10,623
D 0,089 0,766 11,500 -10,734

Sequencing: B-F-A-E-C-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode LPT diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0.503
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,254
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11.964
n
f) Maksimum Lateness = -9,820
g) Maksimum Tardiness = 0

d. Metode EDD (Earliest Due Date)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan batas waktu
terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.106 yang merupakan data scheduling mesin cat dengan
menggunakan metode EDD untuk produk pesawat.

Tabel 2.106 Scheduling Mesin Cat Metode EDD Pesawat


Job Ti Ci Di Li
E 0,100 0,100 10,400 -10,300
A 0,147 0,247 11,100 -10,853
C 0,097 0,344 11,300 -10,957
D 0,089 0,433 11,500 -11,067
F 0,153 0,585 14,300 -13,715
B 0,181 0,766 16,200 -15,434

Sequencing: E-A-C-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode EDD diatas:
IV-283

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,412
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,310
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,054
n
f) Maksimum Lateness = -10,300
g) Maksimum Tardiness = 0

e. Metode WSPT (Weighted Shortest Processing Time)


Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan t/w terkecil
pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.107 dan 2.108 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode WSPT untuk produk pesawat.

Tabel 2.107 Metode WSPT


Job Ti Wi Ti/Wi
A 0,147 1 0,147
B 0,181 2 0,090
C 0,097 1 0,097
D 0,089 3 0,030
E 0,100 4 0,025
F 0,153 5 0,031

Tabel 2.108 Scheduling Mesin Cat Metode WSPT Pesawat


Job Ti Ci Di Li Ti/Wi
E 0,100 0,100 10,400 -10,300 0,025
D 0,089 0,189 11,500 -11,311 0,030
F 0,153 0,342 14,300 -13,958 0,031
B 0,181 0,523 16,200 -15,678 0,090
C 0,097 0,619 11,300 -10,681 0,097
A 0,147 0,766 11,100 -10,334 0,147

Sequencing: E-D-F-B-C-A
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode WSPT diatas:
IV-284

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,425
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0.302
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,043
n
f) Maksimum Lateness = -10,300
g) Maksimum Tardiness = 0

f. Metode SLACK
Pada metode ini penjadwalan dilakukan dengan mengurutkan waktu sisa
yang tersedia terkecil pada pekerjaan pertama.
Berikut tabel 2.109 dan 2.110 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode SLACK untuk produk pesawat.

Tabel 2.109 Metode SLACK


Job Ti Di SL
A 0,147 11,100 10,954
B 0,181 16,200 16,020
C 0,097 11,300 11,203
D 0,089 11,500 11,411
E 0,100 10,400 10,300
F 0,153 14,300 14,147

Tabel 2.110 Scheduling Mesin Cat Metode SLACK Pesawat


Job Ti Ci Di Li
E 0,100 0,100 10,400 -10,300
A 0,147 0,247 11,100 -10,853
C 0,097 0,344 11,300 -10,957
D 0,089 0,433 11,500 -11,067
F 0,153 0,585 14,300 -13,715
B 0,181 0,766 16,200 -15,434

Sequencing: E-A-C-D-F-B
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode SLACK diatas:
IV-285

∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,412
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,310
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -12,054
n
f) Maksimum Lateness = -10,300
g) Maksimum Tardiness = 0

g. Metode Critical Ratio


Pada metode ini dilakukan perhitungan dengan membagi sisa waktu dari
due date untuk sebuah pekerjaan khusus dengan sisa total shop time.
Berikut tabel 2.111 dan 2.112 yang merupakan data scheduling mesin cat
dengan menggunakan metode critical ratio untuk produk pesawat.

Tabel 2.111 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
t= 0
A 0,147 11,100 75,768 -10,954
B 0,181 16,200 89,751 -15,873
C 0,097 11,300 116,695 -10,876
D 0,089 11,500 128,972 -10,987
E 0,100 10,400 103,827 -9,787
F 0,153 14,300 93,668 -13,534
t= 0,147
B 0,181 16,054 88,939 -15,873
C 0,097 11,154 115,182 -10,876
D 0,089 11,354 127,329 -10,987
E 0,100 10,254 102,364 -9,787
F 0,153 14,154 92,709 -13,534
t= 0,327
C 0,097 10,973 113,318 -10,876
D 0,089 11,173 125,305 -10,987
E 0,100 10,073 100,562 -9,787
F 0,153 13,973 91,526 -13,534
t= 0,480
C 0,097 10,820 111,742 -10,724
D 0,089 11,020 123,593 -10,834
IV-286

Lanjutan Tabel 2.111 Metode Critical Ratio


Job Ti Di CR Li
E 0,100 9,920 99,038 -9,634
t= 0,580
C 0,097 10,720 110,707 -10,337
D 0,089 10,920 122,469 -10,448
t= 0,677
D 0,089 10,623 119,140 -10,534
t= 0,766

Tabel 2.112 Scheduling Mesin Cat Metode Critical Ratio Pesawat


Job Ti Ci Di Li
A 0,147 0,147 11,100 -10,954
B 0,181 0,327 16,200 -15,873
F 0,153 0,480 14,300 -13,820
E 0,100 0,580 10,400 -9,820
C 0,097 0,677 11,300 -10,623
D 0,089 0,766 11,500 -10,734

Sequencing: A-B-F-E-C-D
Berikut adalah ukuran performansi berdasarkan metode critical ratio
diatas:
∑ Ci
a) Mean Flow Time = = 0,496
n
∑ Lo Positif
b) Mean Tardiness = =0
n
∑ Ti
c) Utilitas = = 0,257
∑ Ci
d) Number Of Tardy Job = 0
∑ Li
e) Mean Lateness = = -11,971
n
f) Maksimum Lateness = -9,820
g) Maksimum Tardiness = 0

4.2.4.1.1 Rekapitulasi Performansi


Dibawah ini merupakan rekapitulasi performansi mesin potong dari ketiga
produk.
IV-287

A. Mesin Ukur
Berikut merupakan tabel data rekapitulasi mesin ukur untuk produk mobil,
truk dan pesawat.

1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.113 data rekapitulasi performasi mesin ukur
untuk produk mobil.

Tabel 4.113 Rekapitulasi Performansi Mesin ukur untuk Produk Mobil

Mean
Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum
Performansi Flow Utilitas
Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness
Time

SPT 1,559 0,227 -11,001 -8,061


FCFS 2,080 0,170 -10,480 -7,529
LPT 2,340 0,151 -10,220 -7,675
EDD 1,970 0,180 -10,590 -9,842
WSPT 1,657 0,214 -10,903 -8,355
SLACK 2,042 0,174 -10,518 -9,585
CR 2,300 0,154 -10,260 -8,257

2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.114 data rekapitulasi performasi mesin ukur
untuk produk truk.

Tabel 4.114 Rekapitulasi Performansi Mesin ukur untuk Produk Truk

Mean
Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum
Performansi Flow Utilitas
Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness
Time

SPT 0,924 0,363 -11,805 -8,354


FCFS 1,272 0,263 1 -11,456 -8,554
LPT 1,758 0,191 -10,971 -8,303
EDD 1,526 0,220 -11,202 -9,739
WSPT 1,036 0,324 -11,693 -8,354
SLACK 1,526 0,220 -11,202 -9,739
CR 1,758 0,191 -10,971 -8,303

3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.115 data rekapitulasi performasi mesin ukur
untuk produk pesawat.
IV-288

Tabel 4.115 Rekapitulasi Performansi Mesin ukur untuk Produk Pesawat

Mean
Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum
Performansi Flow Utilitas
Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness
Time

SPT 1,395 0,456 -11,072 -9,159


FCFS 1,817 0,350 -10,650 -8,259
LPT 3,060 0,208 -9,406 -6,581
EDD 1,795 0,355 -10,671 -9,884
WSPT 1,556 0,409 -10,910 -7,481
SLACK 1,897 0,336 -10,570 -9,684
CR 3,057 0,208 -9,409 -6,768

B. Mesin Potong
Berikut merupakan tabel data rekapitulasi mesin potong untuk produk
mobil, truk, dan pesawat.

1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.115 data rekapitulasi performasi mesin potong
untuk produk mobil.

Tabel 4.115 Rekapitulasi Performansi Mesin Potong untuk Produk Mobil

Mean Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum


Performansi Utilitas
Flow Time Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness

SPT 2,130 0,243 -10,430 -8,058


FCFS 3,500 0,148 -9,060 -5,873
LPT 3,555 0,145 -9,005 -5,632
EDD 2,362 0,219 -10,198 -9,665
WSPT 2,252 0,230 -10,128 -8,058
SLACK 2,387 0,216 -9,993 -8,327
CR 3,516 0,147 -8,864 -5,873
IV-289

2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.116 data rekapitulasi performasi mesin potong
untuk produk truk

Tabel 4.116 Rekapitulasi Performansi Mesin Potong untuk Produk Truk

Mean Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum


Performansi Utilitas
Flow Time Tardines Tardiness Jobs Latenes Lateness Tardiness

SPT 2,232 0,315 -10,496 -7,901


FCFS 3,121 0,225 1 -9,607 -5,974
LPT 3,397 0,207 -9,331 -5,274
EDD 2,360 0,298 -10,369 -9,262
WSPT 2,342 0,300 -10,386 -7,101
SLACK 2,360 0,298 -10,369 -9,262
CR 3,322 0,212 -9,406 -5,843

3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.117 data rekapitulasi performasi mesin potong
untuk produk pesawat.

Tabel 4.117 Rekapitulasi Performansi Mesin Potong untuk Produk Pesawat

Mean Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum


Performansi Utilitas
Flow Time Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness

SPT 1,434 0,451 -11,033 -7,420


FCFS 2,514 0,257 -9,953 -6,794
LPT 3,093 0,209 -9,374 -7,083
EDD 2,406 0,269 -10,061 -8,322
WSPT 1,436 0,450 -11,030 -7,420
SLACK 3,002 0,215 -9,465 -7,939
CR 3,048 0,212 -9,418 -7,512

C. Mesin Cat
Berikut merupakan tabel data rekapitulasi mesin cat untuk produk mobil,
truk, dan pesawat.

1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.118 data rekapitulasi performasi mesin cat
untuk produk mobil.
IV-290

Tabel 4.118 Rekapitulasi Performansi Mesin Cat untuk Produk Mobil

Mean Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum


Performansi Utilitas
Flow Time Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness

SPT 0,655 0,277 -11,905 -9,919


FCFS 1,247 0,146 -11,313 -9,065
LPT 1,342 0,135 -11,218 -8,984
EDD 0,875 0,208 -11,685 -10,371
WSPT 0,719 0,253 -11,841 -10,084
SLACK 0,890 0,204 -11,670 -10,371
CR 1,338 0,136 -11,222 -8,984

2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.119 data rekapitulasi performasi mesin cat
untuk produk truk.

Tabel 4.119 Rekapitulasi Performansi Mesin Cat untuk Produk Truk

Mean Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum


Performansi Utilitas
Flow Time Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness

SPT 0,514 0,290 -12,215 -9,657


FCFS 0,631 0,236 1 -12,097 -9,541
LPT 0,678 0,220 -12,050 -9,239
EDD 0,600 0,248 -12,128 -10,072
WSPT 0,529 0,282 -12,200 -9,657
SLACK 0,600 0,248 -12,128 -10,072
CR 0,667 0,223 -12,062 -9,664

3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.120 data rekapitulasi performasi mesin cat
untuk produk pesawat.

Tabel 4.120 Rekapitulasi Performansi Mesin Cat untuk Produk Pesawat

Mean Mean Number Of Mean Maksimum Maksimum


Performansi Utilitas
Flow Time Tardiness Tardiness Jobs Lateness Lateness Tardiness

SPT 0,391 0,327 -12,076 -10,114


FCFS 0,465 0,275 -12,002 -9,787
LPT 0,503 0,254 -11,964 -9,820
EDD 0,412 0,310 -12,054 -10,300
WSPT 0,423 0,302 -12,043 -10,300
SLACK 0,412 0,310 -12,054 -10,300
CR 0,496 0,257 -11,971 -9,820
IV-291

4.2.4.2 Pengolahan Data Pada n Job m Mesin


Pengolahan data n Job m Mesin dilakukan dengan 2 metode yaitu dengan
metode Johnson dan dengan metode CDS (Cambell, Dudek, and Smith). Berikut
merupakan pengolahan data yang menunjukkan waktu proses tiap hari per
item/job untuk produk mobil, truk, dan pesawat.
1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.121 waktu proses tiap hari per item/job (Ti)
(menit) untuk produk mobil.

Tabel 4.121 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Untuk Produk Mobil
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,435 1,327 1,021 0,133 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,513 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,371 0,262
D 0,308 0,351 0,120 0,142
E 0,292 0,453 0,129 0,194
F 0,515 0,461 0,218 0,199
G 0,251 0,445 0,081 0,122
H 0,345 0,445 0,109 0,121
I 0,252 0,205 0,062 0,103
J 0,274 0,242 0,081 0,100

2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.122 waktu proses tiap hari per item/job (Ti)
(menit) untuk produk truk.

Tabel 4.122 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Untuk Produk Truk
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,101 1,327 1,021 0,142 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,154 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,235 0,262
D 0,222 0,325 0,128 0,132
E 0,654 0,833 0,129 0,202
F 0,316 0,793 0,173 0,200
G 0,180 0,408 0,082 0,117

3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.123 waktu proses tiap hari per item/job (Ti)
(menit) untuk produk pesawat.
IV-292

Tabel 4.123 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Pesawat
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,320 0,427 0,147 0,209
B 0,539 0,429 6,591 0,181 0,294
C 0,929 2,156 0,097 0,152
D 0,186 0,290 0,089 0,104
E 0,168 0,305 0,100 0,112
F 1,677 0,273 0,153 0,131

A. Metode Jhonson n Job m Mesin


Pada metode Jhonson mesin yang digunakan adalah mesin potong dan
mesin cat. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Langkah 1: Pilih waktu proses terpendek dari semua job yang diproses
pada kedua mesin.
b) Langkah 2: Jika waktu proses terpendek berada pada mesin I, maka
tugaskan job tersebut pada urutan pertama. Jika waktu proses terpendek
berada pada mesin II, maka tugaskan job tersebut pada urutan terakhir.
c) Langkah 3: job yang sudah terpilih dikeluarkan dari proses pemilihan dan
ulangi langkah I dan II sampai semua job mendapat urutan.
Berikut merupakan pengolahan data sequencing dan scheduling dengan
metode Jhonson n job 2 mesin yaitu mesin pemotong dan pengecetan untuk
produk mobil, truk, dan pesawat.

1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.123 waktu proses mesin pemotongan dan
pengecatan mobil.

Tabel 4.123 Waktu Proses Mesin Pemotongan dan Pengecatan Mobil


Mesin
Job
2 5
A 1,327 0,133
B 0,569 0,513
C 0,671 0,371
D 0,351 0,120
E 0,453 0,129
F 0,461 0,218
G 0,445 0,081
H 0,445 0,109
I 0,205 0,062
J 0,242 0,081
IV-293

Sequencing: B-C-F-A-E-D-H-J-G-I

2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.123 waktu proses mesin pemotongan dan
pengecatan truk.

Tabel 4.123 Waktu Proses Mesin Pemotongan dan Pengecatan Truk


Mesin
Job
2 5
A 1,327 0,142
B 0,569 0,154
C 0,671 0,235
D 0,325 0,128
E 0,833 0,129
F 0,793 0,173
G 0,408 0,082

Sequencing: C-F-B-A-E-D-G

3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.124 waktu proses mesin pemotongan dan
pengecatan pesawat.

Tabel 4.122 Waktu Proses Mesin Pemotongan dan Pengecatan Pesawat


Mesin
Job
2 5
A 0,427 0,147
B 0,429 0,181
C 2,156 0,097
D 0,290 0,089
E 0,305 0,100
F 0,273 0,153

Sequencing: B-F-A-E-C-D

B. Metode CDS (Campbell, Dudek, and Smith)


Metode CDS bertujuan untuk meminimasi makespan. Algoritma CDS
dikembangkan untuk menangani n job yang dikerjakan ada m mesin secara
berurutan, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Tentukan K=1, hitung t*i,1 dan t*i,2 dengan menggunakan persamaan: t*i,1 =
∑tk=1 t1,k
IV-294

b) jadwalkan Job dengan menggunakan Algoritma Johnson, dimana ti,1= t1,k

dan ti,2 = t*i,2 , seperti pada langkah awal. Catat urutan pekerjaan dan hitung
makespan. Ulangi langkah 1 dan 2 sampai K = m-1 (dimana m = jumlah
mesin).
c) Jika K = (m-1), perhitungan dihentikan, catat makespan yang terkecil sejak
K = 1 sampai K = m-1, makespan terkecil merupakan penjadwalan yang
terpilih. Jika K ≠ (m-1), maka K = K + 1 dan kembali ke langkah 1.
Berikut merupakan pengolahan data sequencing and scheduling dengan
metode CDS untuk produk mobil, truk, dan pesawat.

1. Mobil
Tabel 4.128 merupakan tabel waktu proses mesin per tiap hari item/job
(Ti) dalam satuan menit untuk produk mobil.

Tabel 4.128 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Untuk Produk Pesawat
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,435 1,327 1,021 0,133 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,513 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,371 0,262
D 0,308 0,351 0,120 0,142
E 0,292 0,453 0,129 0,194
F 0,515 0,461 0,218 0,199
G 0,251 0,445 0,081 0,122
H 0,345 0,445 0,109 0,121
I 0,252 0,205 0,062 0,103
J 0,274 0,242 0,081 0,100

Penjadwalan dengan aturan CDS adalah sebagai berikut:


Diketahui jumlah mesin (m) adalah 6 buah mesin, maka:
K =m–1
K =6–1
=5

a) Untuk K = 1
t*,1 = t,1
t*2 = t,6
IV-295

Berikut tabel 4.129 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 1


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.129 Alternatif K = 1 (Mobil)


K=1 T*1 T*2
A 0,435 0,160
B 0,169 0,204
C 0,705 0,262
D 0,308 0,142
E 0,292 0,194
F 0,515 0,199
G 0,251 0,122
H 0,345 0,121
I 0,252 0,103
J 0,274 0,100

Sequencing : C-F-E-B-A-D-G-H-I-J
Berikut tabel 4.130 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.

Tabel 4.130 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,705 0,000 0,705
2 0,671 0,705 1,377
3 0,532 1,377 1,909
C
4 1,256 1,909 3,165
5 0,371 3,165 3,536
6 0,262 3,536 3,798
1 0,515 0,705 1,220
2 0,461 1,377 1,838
F
5 0,218 3,536 3,753
6 0,199 3,798 3,996
1 0,292 1,220 1,512
2 0,453 1,838 2,291
E
5 0,129 3,753 3,883
6 0,194 3,996 4,190
1 0,169 1,512 1,681
2 0,569 2,291 2,859
B 4 5,434 3,165 8,599
5 0,513 8,599 9,112
6 0,204 9,112 9,316
1 0,435 1,681 2,115
2 1,327 2,859 4,186
A 3 1,021 4,186 5,207
5 0,133 9,112 9,245
6 0,160 9,316 9,476
IV-296

Lanjutan Tabel 4.130 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,308 2,115 2,423
2 0,351 4,186 4,537
D
5 0,120 9,245 9,365
6 0,142 9,476 9,617
1 0,251 2,423 2,674
2 0,445 4,537 4,982
G
5 0,081 9,365 9,446
6 0,122 9,617 9,740
1 0,345 2,674 3,019
2 0,445 4,982 5,427
H
5 0,109 9,446 9,555
6 0,121 9,740 9,860
1 0,252 3,019 3,271
2 0,205 5,427 5,632
I
5 0,062 9,555 9,616
6 0,103 9,860 9,963
1 0,274 3,271 3,545
2 0,242 5,632 5,874
J
5 0,081 9,616 9,697
6 0,100 9,963 10,063

Makespan = 10,063

b) Untuk K = 2
t*, 1 = t,1 + t,2
t*, 2 = t,6 + t,5

Berikut tabel 4.131 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 2


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.131 Alternatif K = 2 (Mobil)


K=2 T*1 T*2
A 1,761 0,292
B 0,737 0,717
C 1,377 0,633
D 0,659 0,262
E 0,745 0,323
F 0,976 0,416
G 0,696 0,203
H 0,790 0,229
I 0,457 0,165
J 0,516 0,181

Sequencing : B-C-F-E-A-D-H-G-J-I
IV-297

Berikut tabel 4.132 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.

Tabel 4.132 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,169 0,000 0,169
2 0,569 0,169 0,737
B 4 5,434 0,737 6,171
5 0,513 6,171 6,684
6 0,204 6,684 6,888
1 0,705 0,169 0,874
2 0,671 0,874 1,545
3 0,532 1,545 2,078
C
4 1,256 6,171 7,427
5 0,371 7,427 7,798
6 0,262 7,798 8,060
1 0,515 0,874 1,389
2 0,461 1,545 2,006
F
5 0,218 7,798 8,016
6 0,199 8,060 8,259
1 0,292 1,389 1,681
2 0,453 2,006 2,459
E
5 0,129 8,016 8,145
6 0,194 8,259 8,453
1 0,435 1,681 2,115
2 1,327 2,459 3,786
A 3 1,021 3,786 4,807
5 0,133 8,145 8,278
6 0,160 8,453 8,612
1 0,308 2,115 2,423
2 0,351 3,786 4,137
D
5 0,120 8,278 8,398
6 0,142 8,612 8,754
1 0,345 2,423 2,768
2 0,445 4,137 4,582
H
5 0,109 8,398 8,507
6 0,121 8,754 8,875
1 0,251 2,768 3,019
2 0,445 4,582 5,027
G
5 0,081 8,507 8,588
6 0,122 8,875 8,997
1 0,274 3,019 3,293
2 0,242 5,027 5,269
J
5 0,081 8,588 8,668
6 0,100 8,997 9,097
1 0,252 3,293 3,545
2 0,205 5,269 5,474
I
5 0,062 8,668 8,730
6 0,103 9,097 9,200

Makespan = 9,200
IV-298

c) Untuk K = 3
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4

Berikut tabel 4.133 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 3


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.133 Alternatif K = 3 (Mobil)


K=3 T*1 T*2
A 2,782 0,292
B 0,737 6,151
C 1,909 1,889
D 0,659 0,262
E 0,745 0,323
F 0,976 0,416
G 0,696 0,203
H 0,790 0,229
I 0,457 0,165
J 0,516 0,181

Sequencing : B-C-F-E-A-D-H-G-J-I
Berikut tabel 4.134 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.

Tabel 4.134 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,169 0,000 0,169
2 0,569 0,169 0,737
B 4 5,434 0,737 6,171
5 0,513 6,171 6,684
6 0,204 6,684 6,888
1 0,705 0,169 0,874
2 0,671 0,874 1,545
3 0,532 1,545 2,078
C
4 1,256 6,171 7,427
5 0,371 7,427 7,798
6 0,262 7,798 8,060
1 0,515 0,874 1,389
2 0,461 1,545 2,006
F
5 0,218 7,798 8,016
6 0,199 8,060 8,259
1 0,292 1,389 1,681
2 0,453 2,006 2,459
E
5 0,129 8,016 8,145
6 0,194 8,259 8,453
IV-299

Lanjutan Tabel 4.134 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,435 1,681 2,115
2 1,327 2,459 3,786
A 3 1,021 3,786 4,807
5 0,133 8,145 8,278
6 0,160 8,453 8,612
1 0,308 2,115 2,423
2 0,351 3,786 4,137
D
5 0,120 8,278 8,398
6 0,142 8,612 8,754
1 0,345 2,423 2,768
2 0,445 4,137 4,582
H
5 0,109 8,398 8,507
6 0,121 8,754 8,875
1 0,251 2,768 3,019
2 0,445 4,582 5,027
G
5 0,081 8,507 8,588
6 0,122 8,875 8,997
1 0,274 3,019 3,293
2 0,242 5,027 5,269
J
5 0,081 8,588 8,668
6 0,100 8,997 9,097
1 0,252 3,293 3,545
2 0,205 5,269 5,474
I
5 0,062 8,668 8,730
6 0,103 9,097 9,200
Makespan = 9,200

d) Untuk K = 4
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3

Berikut tabel 4.135 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 4


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.135 Alternatif K = 4 (Mobil)


K=4 T*1 T*2
A 2,782 1,314
B 6,171 6,151
C 3,165 2,421
D 0,659 0,262
E 0,745 0,323
F 0,976 0,416
G 0,696 0,203
H 0,790 0,229
I 0,457 0,165
J 0,516 0,181
IV-300

Sequencing : B-C-A-F-E-D-H-G-J-I
Berikut tabel 4.136 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.

Tabel 4.136 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,169 0,000 0,169
2 0,569 0,169 0,737
B 4 5,434 0,737 6,171
5 0,513 6,171 6,684
6 0,204 6,684 6,888
1 0,705 0,169 0,874
2 0,671 0,874 1,545
3 0,532 1,545 2,078
C
4 1,256 6,171 7,427
5 0,371 7,427 7,798
6 0,262 7,798 8,060
1 0,435 0,874 1,308
2 1,327 1,545 2,872
A 3 1,021 2,872 3,893
5 0,133 7,798 7,931
6 0,160 8,060 8,220
1 0,515 1,308 1,823
2 0,461 2,872 3,333
F
5 0,218 7,931 8,148
6 0,199 8,220 8,418
1 0,292 1,823 2,115
2 0,453 3,333 3,786
E
5 0,129 8,148 8,278
6 0,194 8,418 8,612
1 0,308 2,115 2,423
2 0,351 3,786 4,137
D
5 0,120 8,278 8,398
6 0,142 8,612 8,754
1 0,345 2,423 2,768
2 0,445 4,137 4,582
H
5 0,109 8,398 8,507
6 0,121 8,754 8,875
1 0,251 2,768 3,019
2 0,445 4,582 5,027
G
5 0,081 8,507 8,588
6 0,122 8,875 8,997
1 0,274 3,019 3,293
2 0,242 5,027 5,269
J
5 0,081 8,588 8,668
6 0,100 8,997 9,097
1 0,252 3,293 3,545
2 0,205 5,269 5,474
I
5 0,062 8,668 8,730
6 0,103 9,097 9,200
IV-301

Makespan = 9,200

e) Untuk K = 5
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4 + t,5
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3 + t,2

Berikut tabel 4.137 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 5


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.137 Alternatif K = 5 (Mobil)


K=5 T*1 T*2
A 2,915 2,640
B 6,684 6,720
C 3,536 3,093
D 0,779 0,613
E 0,874 0,776
F 1,194 0,877
G 0,777 0,648
H 0,899 0,674
I 0,518 0,370
J 0,596 0,422

Sequencing : B-C-A-F-E-H-G-D-J-I
Berikut tabel 4.138 yang merupakan tabel sequencing untuk produk mobil.

Tabel 4.138 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,169 0,000 0,169
2 0,569 0,169 0,737
B 4 5,434 0,737 6,171
5 0,513 6,171 6,684
6 0,204 6,684 6,888
1 0,705 0,169 0,874
2 0,671 0,874 1,545
3 0,532 1,545 2,078
C
4 1,256 6,171 7,427
5 0,371 7,427 7,798
6 0,262 7,798 8,060
1 0,435 0,874 1,308
2 1,327 1,545 2,872
A 3 1,021 2,872 3,893
5 0,133 7,798 7,931
6 0,160 8,060 8,220
1 0,515 1,308 1,823
2 0,461 2,872 3,333
F
5 0,218 7,931 8,148
6 0,199 8,220 8,418
IV-302

Lanjutan Tabel 4.138 Sequencing (Mobil)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,292 1,823 2,115
2 0,453 3,333 3,786
E
5 0,129 8,148 8,278
6 0,194 8,418 8,612
1 0,345 2,115 2,460
2 0,445 3,786 4,231
H
5 0,109 8,278 8,386
6 0,121 8,612 8,733
1 0,251 2,460 2,711
2 0,445 4,231 4,676
G
5 0,081 8,386 8,467
6 0,122 8,733 8,855
1 0,308 2,711 3,019
2 0,351 4,676 5,027
D
5 0,120 8,467 8,588
6 0,142 8,855 8,997
1 0,274 3,019 3,293
2 0,242 5,027 5,269
J
5 0,081 8,588 8,668
6 0,100 8,997 9,097
1 0,252 3,293 3,545
2 0,205 5,269 5,474
I
5 0,062 8,668 8,730
6 0,103 9,097 9,200

Makespan = 9,200

2. Truk
Tabel 4.139 merupakan tabel waktu proses mesin per tiap hari item/job
(Ti) dalam satuan menit untuk produk truk.

Tabel 4.139 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Truk
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,101 1,327 1,021 0,142 0,160
B 0,169 0,569 5,434 0,154 0,204
C 0,705 0,671 0,532 1,256 0,235 0,262
D 0,222 0,325 0,128 0,132
E 0,654 0,833 0,129 0,202
F 0,316 0,793 0,173 0,200
G 0,180 0,408 0,082 0,117

Penjadwalan dengan aturan CDS adalah sebagai berikut:


Diketahui jumlah mesin (m) adalah 6 buah mesin, maka:
K =m–1
K =6–1
=5
IV-303

a) Untuk K = 1
t*,1 = t,1
t*2 = t,6

Berikut tabel 4.140 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 1


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.140 Alternatif K = 1 (Truk)


K=1 T*1 T*2
A 0,101 0,160
B 0,169 0,204
C 0,705 0,262
D 0,222 0,132
E 0,654 0,202
F 0,316 0,200
G 0,180 0,117

Sequencing : C-E-F-B-D-G-A
Berikut tabel 4.141 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.

Tabel 4.141 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,705 0,000 0,705
2 0,671 0,705 1,377
3 0,532 1,377 1,909
C
4 1,256 1,909 3,165
5 0,235 3,165 3,400
6 0,262 3,400 3,662
1 0,654 0,705 1,359
2 0,833 1,377 2,210
E
5 0,129 3,400 3,529
6 0,202 3,662 3,864
1 0,316 1,359 1,675
2 0,793 2,210 3,002
F
5 0,173 3,529 3,702
6 0,200 3,864 4,064
1 0,169 1,675 1,844
2 0,569 3,002 3,571
B 4 5,434 3,571 9,005
5 0,154 9,005 9,159
6 0,204 9,159 9,363
1 0,222 1,844 2,066
2 0,325 3,571 3,896
D
5 0,128 9,159 9,287
6 0,132 9,363 9,494
IV-304

Lanjutan Tabel 4.141 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,180 2,066 2,245
2 0,408 3,896 4,304
G
5 0,082 9,287 9,368
6 0,117 9,494 9,612
1 0,101 2,245 2,346
2 1,327 4,304 5,631
A 3 1,021 5,631 6,652
5 0,142 9,368 9,510
6 0,160 9,612 9,771

Makespan = 9,771

b) Untuk K = 2
t*, 1 = t,1 + t,2
t*, 2 = t,6 + t,5

Berikut tabel 4.142 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 2


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.142 Alternatif K = 2 (Truk)


K=2 T*1 T*2
A 1,428 0,301
B 0,737 0,358
C 1,377 0,497
D 0,547 0,260
E 1,487 0,332
F 1,109 0,373
G 0,588 0,199

Sequencing : C-F-B-E-A-D-G
Berikut tabel 4.143 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.

Tabel 4.143 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,705 0,000 0,705
2 0,671 0,705 1,377
3 0,532 1,377 1,909
C
4 1,256 1,909 3,165
5 0,235 3,165 3,400
6 0,262 3,400 3,662
1 0,316 0,705 1,021
2 0,793 1,377 2,169
F
5 0,173 3,400 3,573
6 0,200 3,662 3,862
IV-305

Lanjutan Tabel 4.143 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,169 1,021 1,190
2 0,569 2,169 2,738
B 4 5,434 3,165 8,599
5 0,154 8,599 8,753
6 0,204 8,753 8,957
1 0,654 1,190 1,844
2 0,833 2,738 3,571
E
5 0,129 8,753 8,882
6 0,202 8,957 9,159
1 0,101 1,844 1,945
2 1,327 3,571 4,897
A 3 1,021 4,897 5,919
5 0,142 8,882 9,023
6 0,160 9,159 9,319
1 0,222 1,945 2,167
2 0,325 4,897 5,223
D
5 0,128 9,023 9,152
6 0,132 9,319 9,450
1 0,180 2,167 2,346
2 0,408 5,223 5,631
G
5 0,082 9,152 9,233
6 0,117 9,450 9,568

Makespan = 9,568

c) Untuk K = 3
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4

Berikut tabel 4.144 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 3


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.144 Alternatif K = 3 (Truk)


K=3 T*1 T*2
A 2,449 0,301
B 0,737 5,792
C 1,909 1,753
D 0,547 0,260
E 1,487 0,332
F 1,109 0,373
G 0,588 0,199

Sequencing : B-C-F-E-A-D-G
Berikut tabel 4.145 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.
IV-306

Tabel 4.145 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,169 0,000 0,169
2 0,569 0,169 0,737
B 4 5,434 0,737 6,171
5 0,154 6,171 6,325
6 0,204 6,325 6,529
1 0,705 0,169 0,874
2 0,671 0,874 1,545
3 0,532 1,545 2,078
C
4 1,256 6,171 7,427
5 0,235 7,427 7,662
6 0,262 7,662 7,924
1 0,316 0,874 1,190
2 0,793 1,545 2,338
F
5 0,173 7,662 7,835
6 0,200 7,924 8,124
1 0,654 1,190 1,844
2 0,833 2,338 3,171
E
5 0,129 7,835 7,965
6 0,202 8,124 8,327
1 0,101 1,844 1,945
2 1,327 3,171 4,498
A 3 1,021 4,498 5,519
5 0,142 7,965 8,106
6 0,160 8,327 8,486
1 0,222 1,945 2,167
2 0,325 4,498 4,823
D
5 0,128 8,106 8,234
6 0,132 8,486 8,618
1 0,180 2,167 2,346
2 0,408 4,823 5,231
G
5 0,082 8,234 8,316
6 0,117 8,618 8,735

Makespan = 8,735

d) Untuk K = 4
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3

Berikut tabel 4.146 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 4


menggunakan metode CDS.
IV-307

Tabel 4.146 Alternatif K = 4 (Truk)


K=4 T*1 T*2
A 2,449 1,322
B 6,171 5,792
C 3,165 2,286
D 0,547 0,260
E 1,487 0,332
F 1,109 0,373
G 0,588 0,199

Sequencing : B-C-A-F-E-D-G
Berikut tabel 4.147 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.

Tabel 4.147 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,169 0,000 0,169
2 0,569 0,169 0,737
B 4 5,434 0,737 6,171
5 0,154 6,171 6,325
6 0,204 6,325 6,529
1 0,705 0,169 0,874
2 0,671 0,874 1,545
3 0,532 1,545 2,078
C
4 1,256 6,171 7,427
5 0,235 7,427 7,662
6 0,262 7,662 7,924
1 0,101 0,874 0,975
2 1,327 1,545 2,872
A 3 1,021 2,872 3,893
5 0,142 7,662 7,804
6 0,160 7,924 8,084
1 0,316 0,975 1,291
2 0,793 2,872 3,665
F
5 0,173 7,804 7,977
6 0,200 8,084 8,284
1 0,654 1,291 1,945
2 0,833 3,665 4,498
E
5 0,129 7,977 8,106
6 0,202 8,284 8,486
1 0,222 1,945 2,167
2 0,325 4,498 4,823
D
5 0,128 8,106 8,234
6 0,132 8,486 8,618
1 0,180 2,167 2,346
2 0,408 4,823 5,231
G
5 0,082 8,234 8,316
6 0,117 8,618 8,735

Makespan = 8,735
IV-308

e) Untuk K = 5
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4 + t,5
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3 + t,2

Berikut tabel 4.148 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 5


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.148 Alternatif K = 5 (Truk)


K=5 T*1 T*2
A 2,591 2,649
B 6,325 6,361
C 3,400 2,957
D 0,675 0,585
E 1,616 1,165
F 1,282 1,166
G 0,669 0,607

Sequencing : A-B-C-F-E-G-D
Berikut tabel 4.149 yang merupakan tabel sequencing untuk produk truk.

Tabel 4.149 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,101 0,000 0,101
2 1,327 0,101 1,428
A 3 1,021 1,428 2,449
5 0,142 2,449 2,591
6 0,160 2,591 2,750
1 0,169 0,101 0,270
2 0,569 1,428 1,996
B 4 5,434 1,996 7,430
5 0,154 7,430 7,584
6 0,204 7,584 7,788
1 0,705 0,270 0,975
2 0,671 1,996 2,668
3 0,532 2,668 3,200
C
4 1,256 7,430 8,686
5 0,235 8,686 8,922
6 0,262 8,922 9,184
1 0,316 0,975 1,291
2 0,793 2,668 3,460
F
5 0,173 8,922 9,095
6 0,200 9,184 9,383
1 0,654 1,291 1,945
2 0,833 3,460 4,293
E
5 0,129 9,095 9,224
6 0,202 9,383 9,586
IV-309

Lanjutan Tabel 4.149 Sequencing (Truk)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,180 1,945 2,125
2 0,408 4,293 4,702
G
5 0,082 9,224 9,305
6 0,117 9,586 9,703
1 0,222 2,125 2,346
2 0,325 4,702 5,027
D
5 0,128 9,305 9,433
6 0,132 9,703 9,835

Makespan = 9,835

3. Pesawat
Tabel 4.150 merupakan tabel waktu proses mesin per tiap hari item/job
(Ti) dalam satuan menit untuk produk pesawat.

Tabel 4.150 Waktu Proses Mesin per Tiap Hari Item/Job (Ti) (Menit) Pesawat
Mesin
Job
1 2 3 4 5 6
A 0,320 0,427 0,147 0,209
B 0,539 0,429 6,591 0,181 0,294
C 0,929 2,156 0,097 0,152
D 0,186 0,290 0,089 0,104
E 0,168 0,305 0,100 0,112
F 1,677 0,273 0,153 0,131

Penjadwalan dengan aturan CDS adalah sebagai berikut:


Diketahui jumlah mesin (m) adalah 6 buah mesin, maka:
K =m–1
K =6–1
=5

a) Untuk K = 1
t*,1 = t,1
t*2 = t,6

Berikut tabel 4.151 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 1


menggunakan metode CDS.
IV-310

Tabel 4.151 Alternatif K = 1 (Pesawat)


K=1 T*1 T*2
A 0,320 0,209
B 0,539 0,294
C 0,929 0,152
D 0,186 0,104
E 0,168 0,112
F 1,677 0,131

Sequencing : B-A-C-F-E-D
Berikut tabel 4.152 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.

Tabel 4.152 Sequencing (Pesawat)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,539 0,000 0,539
2 0,429 0,539 0,968
B 4 6,591 0,968 7,559
5 0,181 7,559 7,739
6 0,294 7,739 8,033
1 0,320 0,539 0,859
2 0,427 0,968 1,395
A
5 0,147 7,739 7,886
6 0,209 8,033 8,242
1 0,929 0,859 1,787
2 2,156 1,787 3,943
C 4 0,000 0,000 0,000
5 0,097 7,886 7,983
6 0,152 8,242 8,394
1 1,677 1,787 3,465
2 0,273 3,943 4,216
F
5 0,153 7,983 8,135
6 0,131 8,394 8,525
1 0,168 3,465 3,632
2 0,305 4,216 4,521
E
5 0,100 8,135 8,235
6 0,112 8,525 8,637
1 0,186 3,632 3,819
2 0,290 4,521 4,811
D
5 0,089 8,235 8,325
6 0,104 8,637 8,742

Makespan = 8,742
IV-311

b) Untuk K = 2
t*, 1 = t,1 + t,2
t*, 2 = t,6 + t,5

Berikut tabel 4.153 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 2


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.153 Alternatif K = 2 (Pesawat)


K=2 T*1 T*2
A 0,747 0,356
B 0,968 0,474
C 3,084 0,249
D 0,476 0,194
E 0,473 0,212
F 1,950 0,284

Sequencing : B-A-F-C-E-D
Berikut tabel 4.154 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.
Tabel 4.154 Sequencing (Pesawat)
Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,539 0,000 0,539
2 0,429 0,539 0,968
B 4 6,591 0,968 7,559
5 0,181 7,559 7,739
6 0,294 7,739 8,033
1 0,320 0,539 0,859
2 0,427 0,968 1,395
A
5 0,147 7,739 7,886
6 0,209 8,033 8,242
1 1,677 0,859 2,536
2 0,273 2,536 2,809
F
5 0,153 7,886 8,038
6 0,131 8,242 8,373
1 0,929 2,536 3,465
2 2,156 3,465 5,620
C
5 0,097 8,038 8,135
6 0,152 8,373 8,525
1 0,168 3,465 3,632
2 0,305 5,620 5,925
E
5 0,100 8,135 8,235
6 0,112 8,525 8,637
IV-312

Lanjutan Tabel 4.154 Sequencing (Pesawat)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,186 3,632 3,819
2 0,290 5,925 6,215
D
5 0,089 8,235 8,325
6 0,104 8,637 8,742

Makespan = 8,742

c) Untuk K = 3
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4

Berikut tabel 4.155 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 3


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.155 Alternatif K = 3 (Pesawat)


K=3 T*1 T*2
A 0,747 0,356
B 0,968 7,065
C 3,084 0,249
D 0,476 0,194
E 0,473 0,212
F 1,950 0,284

Sequencing : B-A-F-C-E-D
Berikut tabel 4.156 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.

Tabel 4.156 Sequencing (Pesawat)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,539 0,000 0,539
2 0,429 0,539 0,968
B 4 6,591 0,968 7,559
5 0,181 7,559 7,739
6 0,294 7,739 8,033
1 0,320 0,539 0,859
2 0,427 0,968 1,395
A
5 0,147 7,739 7,886
6 0,209 8,033 8,242
1 1,677 0,859 2,536
2 0,273 2,536 2,809
F
5 0,153 7,886 8,038
6 0,131 8,242 8,373
IV-313

Lanjutan Tabel 4.156 Sequencing (Pesawat)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,929 2,536 3,465
2 2,156 3,465 5,620
C
5 0,097 8,038 8,135
6 0,152 8,373 8,525
1 0,168 3,465 3,632
2 0,305 5,620 5,925
E
5 0,100 8,135 8,235
6 0,112 8,525 8,637
1 0,186 3,632 3,819
2 0,290 5,925 6,215
D
5 0,089 8,235 8,325
6 0,104 8,637 8,742

Makespan = 8,742

d) Untuk K = 4
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3

Berikut tabel 4.157 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 4


menggunakan metode CDS.

Tabel 4.157 Alternatif K = 4 (Pesawat)


K=4 T*1 T*2
A 0,747 0,356
B 7,559 7,065
C 3,084 0,249
D 0,476 0,194
E 0,473 0,212
F 1,950 0,284

Sequencing : B-A-F-C-E-D
Berikut tabel 4.158 yang merupakan tabel sequencing untuk produk
pesawat.

Tabel 4.158 Sequencing (Pesawat)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,539 0,000 0,539
2 0,429 0,539 0,968
B 4 6,591 0,968 7,559
5 0,181 7,559 7,739
6 0,294 7,739 8,033
IV-314

Lanjutan Tabel 4.158 Sequencing (Pesawat)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,320 0,539 0,859
2 0,427 0,968 1,395
A
5 0,147 7,739 7,886
6 0,209 8,033 8,242
1 1,677 0,859 2,536
2 0,273 2,536 2,809
F
5 0,153 7,886 8,038
6 0,131 8,242 8,373
1 0,929 2,536 3,465
2 2,156 3,465 5,620
C
5 0,097 8,038 8,135
6 0,152 8,373 8,525
1 0,168 3,465 3,632
2 0,305 5,620 5,925
E
5 0,100 8,135 8,235
6 0,112 8,525 8,637
1 0,186 3,632 3,819
2 0,290 5,925 6,215
D
5 0,089 8,235 8,325
6 0,104 8,637 8,742

Makespan = 8,742

e) Untuk K = 5
t*, 1 = t,1 + t,2 + t,3 + t,4 + t,5
t*, 2 = t,6 + t,5 + t,4 + t,3 + t,2

Berikut abel 4.159 yang merupakan tabel iterasi untuk K= 5 menggunakan


metode CDS.

Tabel 4.159 Alternatif K = 5 (Pesawat)


K=5 T*1 T*2
A 0,894 0,783
B 7,739 7,494
C 3,181 2,405
D 0,565 0,483
E 0,573 0,517
F 2,103 0,557

Sequencing : B-C-A-F-E-D
IV-315

Berikut tabel 4.160 yang merupakan tabel sequencing untuk produk


pesawat.

Tabel 4.160 Sequencing (Pesawat)


Job Mesin Ti Mulai Ci
1 0,539 0,000 0,539
2 0,429 0,539 0,968
B 4 6,591 0,968 7,559
5 0,181 7,559 7,739
6 0,294 7,739 8,033
1 0,929 0,539 1,468
2 2,156 1,468 3,624
C
5 0,097 7,739 7,836
6 0,152 8,033 8,185
1 0,320 1,468 1,787
2 0,427 3,624 4,051
A
5 0,147 7,836 7,983
6 0,209 8,185 8,394
1 1,677 1,787 3,465
2 0,273 4,051 4,324
F
5 0,153 7,983 8,135
6 0,131 8,394 8,525
1 0,168 3,465 3,632
2 0,305 4,324 4,629
E
5 0,100 8,135 8,235
6 0,112 8,525 8,637
1 0,186 3,632 3,819
2 0,290 4,629 4,919
D
5 0,089 8,235 8,325
6 0,104 8,637 8,742

Makespan = 8,742

4.2.4.2.1 Rekapitulasi Makespan


Tabel 4.161 menunjukkan rekapitulasi makespan untuk produk mobil.

Tabel 4.161 Rekapitulasi Makespan Mobil


Iterasi Makespan
K=1 10,063
K=2 9,200
K=3 9,200
K=4 9,200
K=5 9,200
IV-316

Tabel 4.162 menunjukkan rekapitulasi makespan untuk produk truk.

Tabel 4.162 Rekapitulasi Makespan Truk


Iterasi Makespan
K=1 9,771
K=2 9,568
K=3 8,735
K=4 8,735
K=5 9,835

Tabel 4.163 menunjukkan rekapitulasi makespan untuk produk pesawat.

Tabel 4.163 Rekapitulasi Makespan Pesawat


Iterasi Makespan
K=1 8,742
K=2 8,742
K=3 8,742
K=4 8,742
K=5 8,742

4.2.4.3 Pengolahan Data untuk Meja Perakitan


Untuk stasiun perakitan, proses sequencing and scheduling tidak
menggunakan aturan atau metode tertentu.
1. Mobil
Berikut merupakan tabel 4.164 yang menunjukkan waktu rakitan dan
Tabel 4.165 yang menunjukkan scheduling pada stasiun rakit produk mobil.

Tabel 4.164 Waktu Rakitan Mobil


Job Waktu
K 0,327
L 1,930
M 0,193

Tabel 4.165 Scheduling Pada Stasiun Rakit Produk Mobil


Job Ti W. Mulai W. Selesai
K 0,327 9,200 9,527
L 1,930 9,527 11,457
M 0,193 11,457 11,650
IV-317

2. Truk
Berikut merupakan tabel 4.166 yang menunjukkan waktu rakitan dan
Tabel 4.167 yang menunjukkan scheduling pada stasiun rakit produk truk.

Tabel 4.166 Waktu Rakitan Truk


Job Waktu
H 0,168
I 0,156
J 0,247
K 0,204

Tabel 4.167 Scheduling Pada Stasiun Rakit Produk Truk


Job Ti W. Mulai W. Selesai
H 0,168 8,735 8,903
I 0,156 8,903 9,059
J 0,247 9,059 9,306
K 0,204 9,306 9,510

3. Pesawat
Berikut merupakan tabel 4.168 yang menunjukkan waktu rakitan dan
Tabel 4.169 yang menunjukkan scheduling pada stasiun rakit produk pesawat.

Tabel 4.168 Waktu Rakitan Pesawat


Job Waktu
G 0,723
H 0,134

Tabel 4.169 Scheduling Pada Stasiun Rakit Produk Pesawat


Job Ti W. Mulai W. Selesai
G 0,723 8,742 9,465
H 0,134 9,465 9,598

4.2.4.4 Gantt Chart untuk Metode CDS (Campbell, Dudek, and Smith)
Gantt Chart merupakan sebuah grafik dari pengalokasian sumber daya
kelebihan waktu (Baker, et al., 1974). Berikut merupakan gantt chart untuk
produk mobil, truk dan pesawat.
1. Mobil
Berikut merupakan gambar 4.1 yang menunjukkan gantt chart produk
mobil.
IV-318

Gambar 4.2 Gantt Chart Mobil


IV-319

Waiting Time (W)


a. Mesin 2 = 1,545 – 1,389 = 0,156
2,006 – 1,681 = 0,325
2,459 – 2,115 = 0,344
3,786 – 2,423 = 1,323
4,137 – 2,768 = 1,369
4,582 – 3,019 = 1,493
5,269 – 3,293 = 1,976
5,474 – 3,545 = 1,929
Total Waiting Time Mesin 2 = 8,915

b. Mesin 4 = 6,171 – 2,078 = 4,093

c. Mesin 5 = 7,798 – 2,078 = 5,720


8,016 – 2,459 = 5,557
8,278 – 4,137 = 4,141
8,398 – 4,582 = 3,816
8,507 – 5,027 = 3,480
8,588 – 5,269 = 3,319
8,668 – 5,474 = 3,194
Total Waiting Time Mesin 5 = 29,227

Idle Time (ID)


a. Mesin 1 = 11,624 – 2,236 = 8,079

a. Mesin 2 = 0,169 – 0,000 = 0,169


0,874 – 0,737 = 0.137
11,624 – 5,474 = 6,150
Total Idle Time Mesin 2 = 6,455

b. Mesin 3 = 1,545 – 0,000 = 1,545


3,786 – 2,078 = 1,709
11,624 - 4,807 = 6,816
IV-320

Total Mesin 3 = 10,070


c. Mesin 4 = 0,737– 0,000 = 0,737
11,624 – 7,427 = 4,197
Total Mesin 4 = 4,934

d. Mesin 5 = 6,171 – 0,000 = 6,171


7,427 – 6,684 = 0,743
11,624 – 8,730 = 2,423
Total Mesin 5 = 9.808

e. Mesin 6 = 6,684 – 0,000 = 6,684


7,798 – 6,888 = 0,910
11,624 – 9,200 = 2,423
Total Mesin 6 = 9,808

f. Rakitan = 9,200 – 0,000 = 9,200


Total Idle Time = 58,563

2. Truk
Dibawah ini adalah gambar 4.2 yang menunjukkan gantt chart produk
truk.
IV-321

Rakitan ID H I J K

M6 ID B ID C A F E D G ID

M5 ID B ID C A F E D G ID

ID B C ID
M4

M3 ID C ID A ID

M2 B C A F E D G ID

M1 B C A F E D G ID

waktu
Gambar 4.2 Gantt Chart Truk
IV-322

Waiting Time (W)


a. Mesin 2 = 1,545- 0,974 = 0,571
2,872 – 1,291 = 1.581
3,665 – 1,945 = 1.720
4,498 – 2,167 = 2,331
4,823 – 2,236 = 2,587
Total Waiting Time Mesin 5 = 1,205

b. Mesin 5 = 7,662 - 3,893 = 3,769


7,804 – 3,665 = 1.581
7,997 – 4,498 = 3,499
8,106 – 4,823 = 3,283
8,234 – 5,231 = 3,003
Total Waiting Time Mesin 5 = 15,135

c. Mesin 6 = 7,924- 7,804 = 0,120


8,084– 7,997 = 0,087
8,284 – 8,106 = 0,178
8,486 – 8,234 = 0,252
8,618 – 8,316 = 0,302
Total Waiting Time Mesin 5 = 0,939
Total Waiting Time = 17,279

Idle Time (ID)


a. Mesin 1 = 10,238 – 2,236 = 8,002

a. Mesin 2 = 0,169 – 0,000 = 0,169


0,874 – 0,737 = 0.137
10,238 – 5,231 = 5,007
Total Idle Time Mesin 2 = 5,313

b. Mesin 3 = 1,545 – 0,000 = 1,545


2,872 – 2,078 = 0,794
Total Mesin 3 = 2,339
IV-323

c. Mesin 4 = 0,737– 0,000 = 0,737


10,238 – 7,427 = 2,811
Total Mesin 4 = 3,548

d. Mesin 5 = 6,171 – 0,000 = 6,171


7,427 – 6,325 = 1,102
10,238 – 8,316 = 2,078
Total Mesin 5 = 9.351

e. Mesin 6 = 6,325 – 0,000 = 6,325


7,662 – 6,529 = 1,133
10,238 – 8,735 = 1,503
Total Mesin 6 = 8,961

f. Rakitan = 10,238 – 0,000 = 10,238


Total Idle Time = 47,752
IV-324

3. Pesawat
Berikut merupakan Gambar 4.3 yang menunjukkan gantt chart produk pesawat.

Rakitan ID G H

M6 ID B A C F E D ID

M5 ID B A C F E D ID

ID B ID
M4

M3 ID

M2 ID B A ID C F E D ID

F
M1 B A C E D ID

waktu
Gambar 4.3 Gantt Chart Pesawat
Waiting Time (W)
a. Mesin 2 = 0,968 – 0,859 = 0,109
3,943 – 3,465 = 0,478
4,216 – 3,632 = 0,584
4,521 – 3,819 = 0,702
Total Waiting Time Mesin 2 = 1,873

b. Mesin 5 = 7,739 – 1,395 = 6,344


7,886 – 3,943 = 3,943
7,983 – 4,216 = 3,767
8,235 – 4,521 = 3,714
8,325 – 4,811 = 3,514
Total Waiting Time Mesin 5 = 21,282

Idle Time (ID)


a. Mesin 1 = 9,598 – 3,318 = 6,280

b. Mesin 2 = 0,539 – 0,000 = 0,539


1,787 – 1,395 = 0,392
9,598 – 4,811 = 4,787
Total Idle Time Mesin 2 = 5,718

c. Mesin 3 = 9,598 – 0,000 = 9,598

Total Mesin 3 = 9,598

Mesin 4 = 0,968 – 0,000 = 0,968


9,598 – 7,559 = 2,039
Total Mesin 4 = 3,007

d. Mesin 5 = 7,559– 0,000 = 7,559


9,598– 8,325 = 1,273
Total Mesin 5 = 8,8832
IV-326

e. Mesin 6 = 7,739 – 0,000 = 7,739


9,598– 8,742 = 0,856
Total Mesin 6 = 8,595

f. Rakitan = 8,742 – 0,000 = 8,742


Total Idle Time = 41,940

Berikut merupakan tabel 4.143 yang menunjukkan kapasitas yang tersedia


untuk setiap stasiun kerja untuk tiap periodenya.

Tabel 4.143 Kapasitas Yang Tersedia


Periode
Kapasitas TK
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
RT 9240 9240 8820 8820 8820 9240 9240 9240 9660 9240 8820 9240
OT 2772 2772 2646 2646 2646 2772 2772 2772 2898 2772 2646 2772
RT+OT 12012 12012 11466 11466 11466 12012 12012 12012 12558 12012 11466 12012
2RT 18480 18480 17640 17640 17640 18480 18480 18480 19320 18480 17640 18480
2RT+OT 21252 21252 20286 20286 20286 21252 21252 21252 22218 21252 20286 21252
2RT+2OT 24024 24024 22932 22932 22932 24024 24024 24024 25116 24024 22932 24024
3RT 27720 27720 26460 26460 26460 27720 27720 27720 28980 27720 26460 27720
3RT+OT 30492 30492 29106 29106 29106 30492 30492 30492 31878 30492 29106 30492
3RT+2OT 33264 33264 31752 31752 31752 33264 33264 33264 34776 33264 31752 33264

Dari hasil perbandingan CRP dan kapasitas yang tersedia maka diperoleh
graf ik seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Grafik CRP Produk


IV-327

4.2.2.5 Pengolahan Data dengan Software POM-QM


Pengolahan data dilakukan terhadap metode n job satu mesin dan n job m
mesin (Jhonson) dengan menggunakan software POM-QM.

4.2.2.5.1 Pengolahan Data n Job Satu Mesin


Berikut ini merupakan pengolahan data n job satu mesin dengan
menggunakan software POM-QM.

A. Mesin Ukur
Berikut ini merupakan pengolahan data n job satu mesin terhadap mesin
ukur dengan menggunakan software POM-QM.

1. Mobil
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur pada produk mobil
dengan menggunakan software POM-QM.

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk mobil dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 4.4 Mesin Ukur Mobil Metode SPT (Shortest Processing Time)
IV-328

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk mobil dengan
metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 4.5 Mesin Ukur Mobil Metode FCFS (First Come First Served).

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk mobil dengan
metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 4.6 Mesin Ukur Mobil Metode LPT (Longest Processing Time).
IV-329

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk mobil dengan
metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 4.7 Mesin Ukur Mobil Metode EDD (Earlist Due Date)

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk mobil dengan
metode SLACK.

Gambar 4.8 Mesin Ukur Mobil Metode SLACK


IV-330

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk mobil dengan
metode Critical Ratio.

Gambar 4.9 Mesin Ukur Mobil Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.

Gambar 4.10 Rekapitulasi Mesin Ukur Mobil

2. Truk
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur pada produk truk
dengan menggunakan software POM-QM.
IV-331

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk truk dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 4.11 Mesin Ukur Truk Metode SPT (Shortest Processing Time)

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk truk dengan
metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 4.12 Mesin Ukur Truk Metode FCFS (First Come First Served)
IV-332

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk truk dengan
metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 2.13 Mesin Ukur Truk Metode LPT (Longest Processing Time)

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk truk dengan
metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.14 Mesin Ukur Truk Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-333

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk truk dengan
metode SLACK.

Gambar 2.15 Mesin Ukur Truk Metode SLACK

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk truk dengan
metode Critical Ratio.

Gambar 2.16 Mesin Ukur Truk Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.
IV-334

Gambar 2.17 Rekapitulasi Mesin Ukur Truk

3. Pesawat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur pada produk pesawat
dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 2.18 Mesin Ukur Metode Pesawat SPT (Shortest Processing Time)

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 2.19 Mesin Ukur Pesawat Metode FCFS (First Come First Served)
IV-335

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 2.20 Mesin Ukur Pesawat Metode LPT (Longest Processing Time)

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.21 Mesin Ukur Pesawat Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-336

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode SLACK.

Gambar 2.22 Mesin Ukur Pesawat Metode SLACK

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin ukur produk pesawat
dengan metode Critical Ratio.

Gambar 2.23 Mesin Ukur Pesawat Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.
IV-337

Gambar 2.24 Rekapitulasi Mesin Ukur Pesawat

B. Mesin Potong
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan dengan
menggunakan software POM-QM.
1. Mobil
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan pada produk
mobil dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 2.25 Mesin Potong Mobil Metode SPT (Shortest Processing Time)
IV-338

a. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 2.26 Mesin Potong Mobil Metode FCFS (First Come First Served)

b. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 2.27 Mesin Potong Mobil Metode LPT (Longest Processing Time)
IV-339

c. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.28 Mesin Potong Mobil Metode EDD (Earlist Due Date)

d. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode SLACK.

Gambar 2.29 Mesin Potong Mobil Metode SLACK


IV-340

e. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk mobil
dengan metode Critical Ratio.

Gambar 2.30 Mesin Potong Mobil Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.

Gambar 2.31 Rekapitulasi Mesin Potong Mobil

2. Truk
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan pada produk
truk dengan menggunakan software POM-QM.
IV-341

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk truk dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 2.32 Mesin Potong Truk Metode SPT (Shortest Processing Time)

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk truk dengan
metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 2.33 Mesin Potong Truk Metode FCFS (First Come First Served)
IV-342

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk truk dengan
metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 2.34 Mesin Potong Truk Metode LPT (Longest Processing Time)

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk truk dengan
metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.35 Mesin Potong Truk Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-343

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk truk dengan
metode SLACK.

Gambar 2.36 Mesin Potong Truk Metode SLACK

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk truk dengan
metode Critical Ratio.

Gambar 2.37 Mesin Potong Truk Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.
IV-344

Gambar 2.38 Rekapitulasi Mesin Potong Truk

3. Pesawat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin pemotongan pada produk
pesawat dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 2.39 Mesin Potong Pesawat Metode SPT (Shortest Processing Time)
IV-345

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 2.40 Mesin Potong Pesawat Metode FCFS (First Come First Served)

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 2.41 Mesin Potong Pesawat Metode LPT (Longest Processing Time)
IV-346

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.42 Mesin Potong Pesawat metode EDD (Earlist Due Date)

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode SLACK.

Gambar 2.43 Mesin Potong Pesawat Metode SLACK


IV-347

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin potong produk pesawat
dengan metode Critical Ratio.

Gambar 2.44 Mesin Potong Pesawat Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.

Gambar 2.45 Rekapitulasi Mesin Potong Pesawat

C. Mesin Cat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat dengan menggunakan
software POM-QM.

1. Mobil
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat pada produk mobil
dengan menggunakan software POM-QM.
IV-348

a. Metode SPT (Shortest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk mobil dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 2.46 Mesin Cat Mobil Metode SPT (Shortest Processing Time)

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk mobil dengan
metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 2.47 Mesin Cat Mobil Metode FCFS (First Come First Served)
IV-349

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk mobil dengan
metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 2.48 Mesin Cat Mobil Metode LPT (Longest Processing Time)

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk mobil dengan
metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.49 Mesin Cat Mobil Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-350

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk mobil dengan
metode SLACK.

Gambar 2.50 Mesin Cat Mobil Metode SLACK

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk mobil dengan
metode Critical Ratio.

Gambar 2.51 Mesin Cat Mobil Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.
IV-351

Gambar 2.52 Rekapitulasi Mesin Cat Mobil

2. Truk
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat pada produk truk dengan
menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 2.53 Mesin Cat Truk Metode SPT (Shortest Processing Time)

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 2.54 Mesin Cat Truk Metode FCFS (First Come First Served)
IV-352

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode LPT (Longest Processing Time)

Gambar 2.55 Mesin Cat Truk Metode LPT (Longest Processing Time)

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.56 Mesin Cat Truk Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-353

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode SLACK.

Gambar 2.57 Mesin Cat Truk Metode SLACK

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk truk dengan
metode Critical Ratio.

Gambar 2.58 Mesin Cat Truk Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.
IV-354

Gambar 2.59 Rekapitulasi Mesin Cat Truk

3. Pesawat
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat pada produk pesawat
dengan menggunakan software POM-QM.
a. Metode SPT (Shortest Processing Time)
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode SPT (Shortest Processing Time).

Gambar 2.60 Mesin Cat Pesawat Metode SPT (Shortest Processing Time)

b. Metode FCFS (First Come First Served)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode FCFS (First Come First Served).

Gambar 2.61 Mesin Cat Pesawat metode FCFS (First Come First Served)
IV-355

c. Metode LPT (Longest Processing Time)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode LPT (Longest Processing Time).

Gambar 2.62 Mesin Cat Pesawat Metode LPT (Longest Processing Time)

d. Metode EDD (Earlist Due Date)


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode EDD (Earlist Due Date).

Gambar 2.63 Mesin Cat Pesawat Metode EDD (Earlist Due Date)
IV-356

e. Metode SLACK
Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode SLACK.

Gambar 2.64 Mesin Cat Pesawat Metode SLACK

f. Metode Critical Ratio


Berikut ini merupakan pengolahan data mesin cat produk pesawat dengan
metode Critical Ratio.

Gambar 2.65 Mesin Cat Pesawat Metode Critical Ratio

Hasil rekapitulasi keseluruhan penjadwalan n job satu mesin dengan


software POM-QM yaitu sebagai berikut.
IV-357

Gambar 2.66 Rekapitulasi Mesin Cat Pesawat

2.2.5.1 Pengolahan Data n Job m Mesin (Metode Johnson)


Berikut ini merupakan pengolahan data n job m mesin (Johnson) dengan
menggunakan software POM QM.
1. Mobil

Gambar 2.67 Pengolahan Data N Job M Mesin (Johnson) Mobil

2. Truk

Gambar 2.68 Pengolahan Data N Job M Mesin (Johnson) Truk


IV-358

3. Pesawat

Gambar 2.69 Pengolahan Data N Job M Mesin (Johnson) Pesawat

Anda mungkin juga menyukai