Anda di halaman 1dari 20

Kode atau sandi adalah suatu informasi yang tidak berupa kata melainkan bentuk representasi

lain. Di era global saat ini ada alat pemberi kode yang dapat berfungsi meminta bantuan ,
mengevakuasi, dll. Alat ini terdiri beberapa jenis yaitu Code Blue , Code Red , Code Black, dan
Code Brown Button, setiap Code memiliki maksud dan simbol tertentu. Baik untuk lebih
jelasnya kami akan jelaskan.

CODE BLUE
Code Blue

Code Blue (Kode Biru) merupakan kode yang dimana menunjukkan pasien yang membutuhkan
resusitasi atau membutuhkan pertolongan medis,paling sering sebagai akibat dari serangan
pernapasan atau serangan jantung, jika tombol Code Blue di tekan maka muncul lampu berwarna
biru, dan layar display akan menunjukan tulisan berwarna biru dan menunjukkan nomor kamar
pasien. Di saat itu juga dokter atau suster terdekat akan melakukan pertolongan pertama ke pada
pasien.

CODE RED

Selain Code Blue ada juga Code Red (Kode Merah) yang merupakan kode yang dimana
menunjukkan adanya kebakaran , di saat code red di tekan maka akan menunjukan adanya
kebakaran ,dan segera mungkin melakukan evakuasi dan pemadaman api, sehingga tidak
melebar luas kobaran api tersebut.

Code Black

Code Black (Kode Hitam) berguna terhadap adanya Ancaman Bom yang terjadi di di suatu
tempat. misalnya kita mendapatkan laporan bahwa lokasi ini bakal di bom , maka code black
harus di tekan , bertujuan untuk melakukan evakuasi, dan tidak memakan korban.

Code Brown Button


Selain ke 3 di atas ada juga Code Brown Button yang berfungsi untuk meminta
Bantuan Security, Kode di gunakan jika di lokasi adanya terjadi keributan, atau tamu tidak di
undang.
Code Pink

Dan Terakhir Code Pink (Kode Pink), kode ini biasanya sangat berguna di Rumah Sakit, atau
ruang penitipan Bayi, jika ada nya Bayi Hilang maka Code Pink harus di tekan , bertujuan untuk
ada nya tim untuk mencari bayi yang hilang tersebut.

Mengapa Sistem Code Blue Penting?


SERANGAN JANTUNG
Sumber WHO menyatakan CVDs [Cardio Vascular Disease] adalah pembunuh nomor
satu dan terbesar jumlahnya pada sejarah peradaban manusia. Jumlah korban yang
meninggal dunia setiap tahunnya melebihi jumlah korban dari penyebab-penyebab
lainnya.

CODE BLUE adalah kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang
menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan jantung
[Cardiac Arrest] atau mengalami situasi gagal nafas akut [Respiratory Arrest] dan
situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa pasien. Dalam bahasa aslinya
berbunyi sebagai berikut,"Code Blue is a declaration of or a state of medical
emergency and call for medical personnel and equipment to attempt to resuscitate a
patient especially when in cardiac arrest or respiratory distress or failure".
Penangan Code Blue memerlukan suatu rangkaian prosedur dan protokol dari tim
yang mempunyai pelatihan khusus terhadap situasi tersebut, sebuah tim respon cepat
dengan tanggap darurat terhadap upaya penyelamatan nyawa pasien pada tahap yang
sangat kritis.

Siapakah yang menjadi anggota Kode Biru? Tak lain adalah semua anggota praktisi
kesehatan dan medis dalam rumah sakit yang prihatin terhadap kondisi perubahan
akut pada pasien.

Bilamana Kode Biru dapat diaktifkan pada perubahan yang akut terhadap kondisi
pasien tersebut? Perubahan akut pada pasien dapat meliputi pada:
1. Denyut Jantung [Heart Rate]
2. Tensi Darah [Blood Pressure]
3. Pernafasan [Respiratory Rate]
4. Level Sadar [Consciousness]

Mengapa? Karena ada perubahan akut pada status pasien [Acute changes in patient
status]

Rapid Response Team atau Tim Respon Tanggap Darurat Rumah Sakit adalah para
petugas medis yang terlatih dalam penanganan situasi kritis yang dimaksud tersebut.

Petugas Medis tersebut haruslah mempunyai sertifikasi khusus dalam upaya


pertolongan pertama pada pasien serangan jantung, misalnya Petugas IGD yang
bersertifikat ACLS [Advanced Cardiac Life Support], Perawat ICU dengan sertifikat
CVICU [Cardiovascular Medical ICU] dan lainnya.

Tim Kode Biru:

 Dokter IGD [ER]


 Perawat ICU/ICCU
 Petugas Kardiologi [Cardiologist]
 Petugas Farmasi & Lab [Pharmacist]
 Terapis Nafas [Respiratory Therapist]
 Psikiater, & Petugas Radiologi

Peralatan Tim:
Code Blue / Emergency Trolley

Contoh kasus:
Seorang pasien
mengeluh terhadap rasa nyeri pada dada yang

menusuk hingga ke bagian belakang, perawat akan mencoba


menghubungi dokter yang merawat pasien bersangkutan dengan melakukan
komunikasi ke Petugas Telephone Operator, dokter akan hadir untuk memeriksa
kondisi pasien dalam beberapa saat kemudian, dari observasi tersebut dinyatakanlah
kondisi darurat Code Blue.
Petugas Operator akan mendeklarasikan situasi "Code Blue" pada pengeras suara
dengan maksud Tim Respon Cepat dapat mendengarkan panggilan tersebut dan
bergegas menuju lokasi.
Itulah gambaran yang paling sering kita jumpai disini, bahwa lambatnya pertolongan
pertama karena prosedur yang kurang efektif namun terkesan dipaksakan dengan dalih
"sudah terbiasa" menjadi kasus sentinel yang akan berulang sepanjang masa.

Beberapa detik dapat berarti hidup atau mati dalam kondisi seperti ini.

Kendala yang dihadapi oleh hampir semua rumah sakit adalah bagaimana memanggil
petugas medis yang menjadi anggota Tim Respon Cepat atau Tim Darurat Kode Biru
agar dapat mencapai lokasi pasien tersebut berada secara bersamaan dalam tempo
waktu yang relatif cepat.

Dalam upaya menjangkau tim tersebut, yang adalah tak lain dari para petugas medis
yang sedang berdinas dengan mobilitas yang sangat tinggi, diperlukan sebuah sarana
komunikasi yang cepat dan akurat dengan penyampaian pesan secara singkat dan
bersamaan agar semua anggota tim dapat menerima informasi tersebut serentak.

Komunikasi Efektif menjadi bagian yang sangat krusial, kritis dan vital dalam tahapan
ini. Seringkali nyawa pasien tak tertolong karean faktor eksternal dari sistem
komunikasi yang kurang memadai dan terasa kurang berorientasi terhadap
keselamatan pasien.
Rumah Sakit telah mempunyai protokol terhadap penanggulangan bencana alam,
mempunyai sistem proteksi kebakaran, namun patut disayangkan masih terlalu banyak
rumah sakit di tanah air kita tercinta ini belum mengetahui bahwa Sistem Darurat
Kode Biru itu juga bagian yang mutlak diperlukan dalam upaya penanganan pasien
dalam kondisi kritis tersebut.

Kendala Utama yang patut dipikirkan lebih mendalam ketika penyiaran kode biru
hanya dilakukan sebatas panggilan layaknya pemanggilan sopir di parkiran basemen
via paging system atau Public Address Systems:

Telephone Operator:

 Jalur telepon sedang sibuk karena digunakan


 Operator juga belum tersambung karena sedang menerima telepon
 Petugas Medis sedang on the phone atau sedang online
 Kendala signal HP dokter karena isu kendala dengan jaringan
 Dokter bersangkutan sedang melayani pasien lainnya

Kendala Utama Sistem Siar Kode Biru [Broadcasting]:

 Apakah disetiap ruang rumah sakit terdapat pengeras suara?


 Berapa lama penyiaran darurat itu akan berlangsung, 5 menit atau 10 menit?
 Apakah setiap orang dapat dipastikan dapat mendengarkan pengumuman
tersebut?

Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dilingkungan petugas medik dengan


melakukan evaluasi terhadap sistem prosedur organisasi dengan memberikan inspirasi
untuk mendongkrak kesadaran untuk penyediaan kesalamatan dan keamanan dalam
kualitas tertinggi dari nilai kemanusiaan, itulah salah satu kutipan dari The Joint
Commission's Mission [JCI] dalam National Patient Safety Goal Standards.

KEBUTUHAN AKAN SISTEM KOMUNIKASI YANG LEBIH BAIK

Dalam upaya JCI mengevaluasi kualitas dan hasil dari performa keselamatan pasien
selama 10 tahun, mereka menemukan secara konsisten bahwa komunikasi menjadi 3
besar akar penyebab kejadian sentinel yang mengakibatkan kecelakaan yang fatal
bahkan kematian karena keterlambatan penanganan karena miskinnya sistem yang
diterapkan dalam komunikasi.

SOLUSI KAMI

Sebuah sistem komunikasi sistem jembatan peralatan [Middleware] yang dapat


berintegrasi dengan sistem komunikasi rumah sakit. Panggilan Darurat dapat
dilakukan dengan beberapa cara sekaligus agar dapat memberikan pesan darurat
secara cepat, tepat, bersamaan dalam waktu yang singkat:

 Code Blue System dapat diaktifkan melalui beberap Tombol Khusus Code
Blue.
 Code Blue System dapat diaktifkan melalui jaringan internal PABX.
 Code Blue System dapat diaktifkan melalui jaringan data dengan aplikasi Web.

Output yang diberikan oleh sistem ini adalah:

 Berita Darurat dapat dikirimkan via penyeranta [PAGER]


 Berita Darurat dapat dikirimkan via jaringan GSM [SMS]
 Berita Darurat dapat dikirimkan via aplikasi browser [Web Based Apps]
SISTEM GAS MEDIK DI RUMAH SAKIT
Sistem gas medis merupakan instalasi untuk memenuhi kebutuhan dari gas untuk medis. Instalasi gas
medis telah dikembangkan untuk mengeliminasi kesulitan-kesulitan penggunaan gas medik secara
konvensional. Dalam sistem ini, silinder gas tekanan tinggi, compressor dan pompa vacuum di
sentralisasi di suatu tempat, kemudian gas-gas dan udara tersebut dialirkan ke ruangan melalui
pemipaan.

Gas medis yang digunakan di rumah sakit adalah elemen pendukung kehidupan yang berpengaruh
langsung dalam mempertahankan hidup pasien. Oleh karena itu, pada bagian dimana gas medis
digunakan, gas tersebut harus bersih, memiliki kemurnian tinggi dan tersedia dengan tekanan yang
stabil.

Jenis jenis instalasi gas medis yang biasa dipasang untuk keperluan rumah sakit adalah :

 Oxygen ( O2 )
 Nitrous Oxide ( N2O )
 Medical Compressed Air ( Breathing Air )
 Vacum ( Suction )

Dan untuk ruangan ruangan perawatan / inap yang digunakan ada 2 macam, yaitu Oxygen ( O2 ) dan
Vacum ( Suction )

A. Sentral Gas Medik

Sentral gas medik di suatu rumah sakit, untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit, tersebut, terutama
ruanginap/ ruang perawatan dan juga ruang operasi. Karena yang dibutuhkan terdiri dari 4 jenis
tersebut, maka sentral gas medik juga terdiri dari: Sentral Oksigen, sentral N2O, sentral Medical
Compressed air, dan central Vacum (suction).

1. Sentral Oxygen ( O2 )

Sentral oksigen menggunakan sistem sentral tabung gas dengan kapasitas 2x jumlah tabung yang bisa
dipasang (misal 1 sisi 8 tabung ,maka dinyataan berkapasitas 2x8 tabung), dengan sistem berangkai
double row (dua sayap) dengan bekerja secara bergantian. Sayap kiri 8 tabung dan sayap kanan 8
tabung.
Sentral gas medik ini diatur oleh piranti yang dinamakan dengan Automatic Manifold Change over, dan
dilengkapi juga dengan perlengkapan lainnya, seperti: Block valve c/w valve, High Pressure Tube, Plug
Headers, Manifold Barcket, Shut down valve, piping sistem dan tabung gas.

Automatic Manifold Change Over berfungsi sebagai:

 pengatur supply oksigen secara otomatis,


 pengatur tekanan kerja sentral Instalasi
 Penunjuk tekanan kerja tabung Gas.

Penggunaan gas medik ini kemudian di


sambungkan dengan instalasi ke ruangan ruangan inap dan juga ruang tindakan. Dengan demikian fungsi
dari automatic change over device disamping menurunkan tekanan gas dari tabung ke tekanan gas yang
konstan 4, 0 kg/ cm dan juga menyediakan ke jalur distribusi.Tabung-tabung gas diletakkan pada kedua
sisi alat. Satu sisi adalah sisi yang digunakan sedangkan sisi lainnya sebagai sisi cadangan. Saat sisi yang
digunakan hampir kosong maka lampu yang tersedia dalam manifold akan menyala. Lampu akan terus
menyala sampai saklar diarahkan kesisi cadangan sehingga sisi cadangan tersebut berubah menjadi sisi
yang digunakan. Apabila saklar dipindah atau diarahkan maka posisi cadangaan akan tetap dibaca
sebagai posisi cadangan biarpun sisi cadangan tersebut telah berfungsi sebagai posisi yang digunakan
(penyalur).
Jika arah switch tidak diganti dan sisi cadangan yang dipakai telah kosong maka sisi yang lain tidak akan
menyalurkan gas secara otomatis.

2. Sentral Nitrous Oxide ( N2O )

Pada hakekatnya sentral N2O sama seperti sentral oksigen. Sistem yang berbeda hanyalah jenis gas
yang digunakan , tekanan kerja gas, type valve dan regulator. Sentral.

Sentral N2O biasanya mempunyai kapasitas yang lebih sedikit daripada sentral oksigen. Jika contoh
diatas untuk sentral oksigen adalah 2x8, misal untuk sentral N2O adalah 2x3 tabung, dipasang dengan
sistem berangkai double row (dua) sayap dengan bekerja secara bergantian. Seperti halnya sentral
oksigen, sentral N2O ini diatur oleh piranti yang dinamakan dengan Automatic Manifold Change
over, dan dilengkapi juga dengan perlengkapan lainnya, seperti: Block valve c/w valve, High Pressure
Tube, Plug Headers, Manifold Barcket, Shut down valve, piping sistem dan tabung gas. Yang masing
masing perlengkapan itu mempunyai fungsi yang sama dengan fungsi pada sentral oksigen.

Fungsi automatic change over device adalah menurunkan tekenan gas dari tabung ke tekanan gas yang
konstan 4, 0 kg/ cm² dan menyediakan ke jalur distribusi. Tabung-tabung gas diletakkan pada kedua sisi
alat. Satu sisi adalah sisi yang digunakan sedangkan sisi lainnya sebagai sisi cadangan. Saat sisi yang
digunakan hampir kosong, sisi cadangan mulai menyediakan dan menyalurkan gas secara otomatis
sehingga menjamin tidak adanya keterlambatan penyaluran gas. Pada saat sisi yang digunakan hampir
kosong maka lampu yang tersedia dalam manifold akan menyala. Lampu akan terus menyala sampai
saklar diarahkan kesisi cadangan sehingga sisi cadangan tersebut berubah menjadi sisi yang digunakan.
Apabila saklar dipindah atau diarahkan maka posisi cadangaan akan tetap dibaca sebagai posisi
cadangan biarpun sisi cadangan tersebut telah berfungsi sebagai posisi yang digunakan (penyalur) .

Jika arah switch tidak diganti dan sisi cadangan yang dipakai telah kosong maka sisi yang lain tidak akan
menyalurkan gas secara otomatis.

Mengingat penggunaan gas N2O hanya dipakai untuk keperluan pembiusan, maka pemakaiannya hanya
di ruang perawatan khusus saja dan ruang operasi.

3. Sentral Medical Compressed Air ( Breathing Air )

Sentral kompressor yang terpasang biasanya


merupakan kompressor udara bebas oli (oil Free), type duplex terdiri dari 2 kompressor, 1 tangki dan
berikut kelengkapannya.

Sentral kompessor ini juga dilengkapi dengan:

 After Cooler (alat pendingin) yang berfungsi sebagai pendingin udara yang keluar dari
kompressor, pemisah kondensasi, mengurangi kelembaban, debu dan kadar oli yang terdapat
pada udara.
 Tanki (reserver tank) berfungsi untuk menyimpan udara tekan dengan kapasitas kurang lebih
600 liter. Udara yang keluar dari sentral compressor ini kemudian dialirkan melalui pipa
tembaga ke ruang tindakan di tiap lantai.
4. Sentral Vacum ( Suction )

Sentral suction (vacuum) yang dipasang adalah vacuum pump type rotar vane oil seal.

B. DISTRIBUSI DI GEDUNG

Gas medis dari ruang sentral didistribusikan ke ruang-ruang inap / perawatan melalui instalasi pipa dan
outlet gas medis. Pipa gas medis yang digunakan adalah jenis tembaga khusus untuk pemakaian gas
medik. Sebelum melalui oulet gas medik di bed head, mainline pipa tersebut melewati zone valve dan
alarm sistem yag terpasang di tiap lantai, yang dipasang di belakang ruang perawat.

Sistem gas medik yang terdiri dari 4 jens gas tersebut, disalurkan ke ruang inap dan juga ruang tindakan,
ICCU atau ruang opersi. Untuk ruang inap, gas medik terdiri dari instalasi vakum dan oksegen, dan
outletnya yang terpasang di bedhead.. Sedang di ruang tindakan atau ruang operasi terdapat keempat
sistem instalasi gas medik tersebut, yaitu: instalasi gas oksigen, N2O, vacuum dan kompressor, dan
outletnya terpasang di bedhead.

Di tiap lantai juga dipasang valve yang disebut dengan zone valve dan dipasang juga alarm valve
tersebut yang berfungsi untuk menunjukan tekanan serta pada daerah tertentu serta memberikan sinyal
bila tekanan gas menurun atau berlebihan pada lantai tersebut. Sehingga memudahkan tenaga teknis
untuk meninjau operasional gas medis. Di samping itu penggunaan alat ini dapat sebagai media
perawatan serta pengamanan bahaya kebakaran dari gedung.
Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan.
Macam-macam Outlet Gas Medis:
1. Sistem Oksigen (O2)
2. Sistem Nitrous Oxide (N20)
3. Sistem Karbon Dioksida (C02)
4. Siatem Nitrogen (N2)
5. Sistem Medical Compressed Air ( Air )
6. Sistem Medical Vacuum (VAC)
7. Sistem Pembuangan Gas Anesthesi (WAGD)

PIPA GAS MEDIS MENURUT STANDAR INTERNASIONAL


Menurut Australia standar AS2896 : pipa tembaga tipe AS/NZ1571,
Menurut standar HTM2022 : pipa tembaga tipe BSEN13348,
Menurut standar NFPA99C : pipa tembaga tipe ASTM B819,
Menurut Jerman standar : pipa tembaga tipe DIN13260.

Instalasi Gas Medis terdiri dari beberapa bagian penting antara lain:
I. 1. Sentral Gas Medis

II. 2. Box Valve & Alarm

III. 3. Jaringan pipa Instalasi gas Medis

IV. 4. Outlet Gas medical

V. 5. Perlengkapan Outlet

I. SENTRAL GAS MEDIS

Sentral Gas Medis, terdiri dari :


1. Regulator
2. Botol Gas Medis, Terdiri 2 Group (Group kanan & Group kiri)
3. Manifold + valve
4. Selang Pengisian (Lead Copper Tube)
5. Safety valve
Sentral Gas Oxygen terdiri dari dua bagian (Grup botol bagian kanan dan Grup botol bagian kiri) kedua bagian
dipisahkan oleh middle valve induk (lihat di gambar sentral). Sentral gas oksigen misal berkapasitas 5 x 2 botol artinya 5 botol
grup kanan dan 5 botol grup kiri yang dirangkai dengan memakai pipa tembaga tekanan tinggi, valvetekanan tinggi serta lead
cooper tube tekanan tinggi pada masing- masing botol (lebih kurang tekanan gas dalam botol 150 Bar = 150 Kg/cm2 dan volume
tabung masing-masing 6 M3). Kedua grup dihubungkan pada manifold dan regulator O2 dilengkapi dengan 2 buah valve yaitu
valve induk sebelah kanan dan valve induk sebelah kiri yang berfungsi sebagai pengatur kerja sentral secara bergantian. Pada
sentral Instalasi juga terdapat safety valve sebagai pengaman menghindari tekanan tinggi diatas 6 bar. Valve harus didesain
dalam sistem 4 baut, berbadan perunggu, berpenutup ganda, berujung penuh, bertype bola menyatu dengan pengaman teflon
(TFE) dan segel Viton, cincin kemas “O”, bola perunggu yang disegel langsung, bukti pemadaman batang, bertekanan sampai
4137 kPa (600 psig). Valve harus dioperasikan hanya oleh sebuah pengungkit dengan arah seperempat dari posisi buka penuh
ke posisi tutup penuh. Semua valve harus dilengkapi dengan tipe “K”yang telah dicuci dan dilumasi untuk perluasan pipa
tembaga pada tepi kedua inlet dan outlet dari ujung valve sebagai fasilitas instalasi. Valves harus didesain seperti itu agar
dapat “berputar keluar” selama insatalasi untuk mencegah terjadinya kerusakan selama operasi tembaga. Sebuah label
menunjukkan kesesuaian gas dan nilai tekan yang harus terpasang pada masing-masing valve. Valves harus didesain seperti
itu agar dapat “berputar keluar” selama insatalasi untuk mencegah terjadinya kerusakan selama operasi tembaga. Sebuah label
menunjukkan kesesuaian gas dan nilai tekan yang harus terpasang pada masing-masing valve. Setiap valve harus telah dicuci
dan dilumasi untuk oksigen dan perluasan pipa yang terpasang pada kedua ujungnya. Dan dinyatakan lulus test tekanan oleh
UL dan CSA. Rangkaian sentral ini terdiri dari kerangka besi, manifold dari stainless steel, valve dan pipa tembaga masing-
masing botol diikat pada dudukan besi dengan rantai.
Kerja sentral ini bergantian kedua bagian sentral bekerja bergantian dilakukan secara manual, apabila bagian kanan
dipakai atau sedang bekerja maka bagian kiri disiapkan botol baru sebagai cadangan. Apabila tekanan di manometer sentral
pada kondisi kurang lebih 2 Bar maka perlu dilakukan pengggantian bagian, misalnya dari bagian kiri habis dipindah ke bagian
kanan yang sudah siap caranya dengan membuka valve induk sebelah kanan dan menutup valve induk sebelah kiri untuk
selanjutnya mengganti botol sebelah kiri dengan botol isi yang baru. Demikian seterusnya sentral oksigen bekerja secara
bergantian.

II. BOX VALVE DAN ALARM

Box Valve berfungsi sebagai pemisah aliran instalasi tiap lantai hal ini untuk mengantisipasi apabila ada kerusakan maka tidak
mengganggu aktifitas di tiap lantai lain. Masing-masing box zone valve harus terdiri dari komponen yang menyertainya.Box valve
baja dapat dipasang tunggal atau ganda dengan perpanjangan tabung, lensa alumunium dan jendela cabut yang dapat
dipindahkan. Box valve harus dirancang dengan panjang dan lebar sesuai jumlah Valve lengkap dengan enamel yang dibakar
pada ujungnya. Pada sisi yang berlawanan dari box, akhirnya dapat disetel menjadi 2 bagian yang bertujuan sebagai alat
pendukung pemasangan. Box Valve Baja harus dapat menampung berbagi sudut dinding yang ketebalannya antara
1mm atau 1,5 mm serta harus sesuai. . Akses zone shut off valve harus dengan tarikan dari cincin rakitan untuk memindahkan
jendela dari bingkai pintu. Jendela dapat diinstal ulang tanpa menggunakan alat akan tetapi hanya setelah pegangan valve telah
dikembalikan pada posisi buka. Valve harus didesain dalam sistem 4 baut, berbadan perunggu, berpenutup ganda, berujung
penuh, bertype bola menyatu dengan pengaman teflon (TFE) dan segel Viton, cincin kemas “O”, bola perunggu yang disegel
langsung, bukti pemadaman batang, bertekanan sampai 2760 kPa (400 psig). Valve harus dioperasikan hanya oleh sebuah
pengungkit dengan arah seperempat dari posisi buka penuh ke posisi tutup penuh. Semua valve harus dilengkapi dengan tipe
“K”yang telah dicuci dan dilumasi untuk perluasan pipa tembaga untuk kesesuaian panjang di bawah tepi Box. Masing-masing
valve harus disupplai dengan mengidentifikasi gantungan pada baut ke atas badan valve dengan tujuan agar diperbolehkan
memasang label pada gas. Kemasan label harus tersedia dalam masing-masing kotak valve dan diaplikasikan oleh
pemasang. Pressure gauge akan terbaca pada 0-700 kPa (0-100 psig) untuk semua gas kecuali nitrogen yang akan terbaca
pada 0-2000 kPa (0-300 psig) dan vacum yang akan terbaca pada -100-0 kPa (0-30” Hg). Bingkai pintu harus dirancang dari
alumunium sehingga dapat dipasang di belakang box dengan skrup yang tersedia. Bagian depan yang mudah dipindahkan
harus tersusun atas jendela transfaran dengan sebuah cincin tarik yang menjadi pusat jendela.

III. JARINGAN PIPA GAS MEDIS


Jaringan Pipa Gas Medis ini adalah suatu jaringan perpipaan yang dipasang pada rumah sakit, untuk memenuhi kebutuhan
supply gas medis ke ruangan-ruangan yang dibutuhkan. Jaringan perpipaan gas medis ini menggunakan pipa tembaga atau
pipa stainless steel dengan ketebalan sesuai standart.

Pipa yang dipakai untuk jaringan gas ini menggunakan bahan pipa dari pipa tembaga. Ukuran pipa yang dipasang disesuaikan
menurut kebutuhan namun harus sesuai dengan standart keamanan yang diijinkan. seluruh distribusi sistem pemipaan gas
medis menggunakan pipa tembaga yang memiliki standart khusus gas medis dianataranya ASTM – B 280, 819 Type “ L
“. . Fitting: seluruh fitting terbuat dari tembaga dengan standart type “ L “. Sistem pengelasan : semua sambungan pipa gas
medis di sambung mengunakan pengelasan perak dengan Acytelin/Elpiji dan Oksigen.dan dikerjakan oleh tenaga yang sudah
berpengalaman dibidang pengelasan tembaga. Jika tahap pengelasan sudah selesai harus dilakukan pembersihan instalasi pipa
dengan udara tekan dan nitrogen yang dialirkan keseluruh instalasi pipa hingga kotoran dan sisa pengelasn tidak ada yang
tertinggal di dalam instalasi.. Diameter pipa berukuran 11/2 ”, 11/4”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”. Jaringan pipa instalasi gas medis yang
terpasang harus mampu menerima tekanan kerja yang dibutuh kan yaitu 1 ½ (satu setengah x tekanan kerja), dimana jaringan
pipa ini bekerja pada tekanan lebih kurang 4 - 5 bar. Ketebalan dan kemampuan jaringan pipa juga harus sesuai standart pipa
tembaga medical (standart Amerika, Jepang dll).
Sistem pemasangan Jaringan Instalasi Gas Medis adalah sebagai berikut :
1. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang diatas plafon
2. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang dibawah plafon
3. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang di dalam dinding (ditanam di diniding dengan paralon pelindung)
4. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang di dalam wallduck (aluminium, kayu, dll)
5. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang dalam keadaan digantung di langit - langit.
Pengetesan : setelah dilakukan pengelasan harus dilakukan pemeriksaan kebocoran setiap sambungan atau instalasi masing-
masing gas dengan ketentuan test tekan 2 kali tekanan kerja selama 2 x 24 jam tanpa ada perubahan tekanan.
Dalam pemasangan jaringan pemipaan harus diperhatikan faktor kemudahan perawatan (maintenance) apabila terjadi
kebocoran dalam system instalasi. Tekanan yang dipakai dalam Instalasi Gas medis :
1. Tekanan dalam sistem perpipaan = 4 – 5 Bar
2. Tekanan setting safety valve = 6 Bar (pada kondisi ini safety valve bekerja)
3. Tekanan setting alarm = 1,5 – 2 Bar (alarm berbunyi rentang waktu 30 menit penggantian botol)
4. Tekanan maksimal outlet = 6 Bar
5. Tekanan maksimal Flowmeter = 6 Bar

IV. OUTLET GAS MEDICAL


Outlet gas medical dapat dipasang di dinding, di bedhed (wallduck terbuat dari kayu, alumunium, dan lain-lain) yang berfungsi
sebagai titik penyambungan dengan perlengkapan outlet yang lain. Jenis Outlet diantanya Wall Outlet, Ceilling Outlet dll bekerja
mengeluarkan gas medis apabila ada tekanan pada drat(bibir outlet bagian dalam) untuk kemudian outlet menyalurkan gas
medis ke perlengkapan outlet yang digunakan pasien.

Outlet bekerja pada tekanan gas yang sesuai dengan kebutuhan perlengkapan outlet gas medis dengan tekanan maksimal 6
Bar.

V. PERLENGKAPAN OUTLET
Perlengkapan outlet adalah suatu alat atau peralatan yang dipasang pada outlet untuk menyalurkan Gas Medis untuk keperluan
pasien maupun untuk keperluan alat-alat medis lain. Perlengkapan outlet antara lain :
1. Flowmeter, berfungsi untuk mengatur kebutuhan gas pasien dan penunjuk tekanan.
2. Humidifier, berfungsi untuk memberikan kelembaban gas yang akan dipakai pasien.
3. Conector, berfungsi untuk penyambungan antara satu alat dengan alat lain
4. Nasal Canula
5. Mesin Anesthesi, mesin respirasi dan masih terdapat beberapa alat-alat medis lain yang merupakan kelengkapan Outlet gas
medis.
- See more at: http://agenacemaxsjateng.blogspot.co.id/2014/03/sistem-intalasi-gas-
medis.html#sthash.hpyZftSm.dpuf

Anda mungkin juga menyukai