DI RUMAH SAKIT
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 PENGERTIAN
Code Blue adalah kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan
adanya seorang pasien yang sedang mengalami serangan jantung [Cardiac Arrest] atau mengalami
situasi gagal nafas akut [Respiratory Arrest] dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan
nyawa pasien. Dalam bahasa aslinya berbunyi sebagai berikut,"Code Blue is a declaration of or a
state of medical emergency and call for medical personnel and equipment to attempt to resuscitate
a patient especially when in cardiac arrest or respiratory distress or failure".
Code blue/kode biru adalah Kondisi gawat darurat yang terjadi di rumah sakit atau suatu
institusi dimana terdapat pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan merupakan kata
sandi yang digunakan untuk menyatakan bahwa pasien dalam kondisi gawat darurat.
Code Blue Code blue adalah dan stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam
area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue
harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac atau respiratory arrest
(tidak responsif, nadi tidak teraba, atau tidak bernapas) misalnya pasien yang membutuhkan
resusitasi kardiopulmoner (CPR).
Code Blue Team Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang
ditunjuk sebagai "code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan
penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda/tandu, alat - alat penting seperti
defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin,
atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien. Tim Code Blue adalah Tim yang terdiri
dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai Code Blue Team, yang secara cepat ke pasien
untuk melakukan tindakan penyelamatan.
II.2 TUJUAN
Tujuan dari code blue adalah :
a. Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami kondisi
darurat cardio- respiratory arrest yang berada dalam kawasan rumah sakit.
b. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan perlatan medis darurat yang dapat
digunakan dengan cepat.
c. Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator eksternal otomatis
(AED) untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis.
d. Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi strategis di dalam kawasan rumah
sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis.
e. Untuk membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.
Bentuk contoh struktur organisasi Blue Team dibuat sesederhana mungkin sebagai berikut
:
Gambar 1. Contoh Struktur Organisasi Tim Code Blue
Stetoskope 1 bh
Tensimeter 1 bh
Senter Genggam 1 bh
Emergemjncy Medical Kit
Airway and Breathing Management Support
Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set
Suction 1 bh
Ambubag (bayi, anak, dewasa)
Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)
Orofaring tube
Circulation Support
Set infus mikro 1 bh
Set infus makro 1 bh
Needle intraosseus 1 bh
Venocath 1 bh
Minor Surgery Set
1 set lengkap
Obat – obatan
Lidokain inj. 1 bh
Adrenalin inj. 1 bh
Nalokson inj. 1 bh
Phenobarbital inj. 1 bh
Sulfas Atropin inj. 1 bh
Diltiazem inj. 1 bh
MgSO4 inj. 1 bh
Amiodaron inj
Dopamin inj
Dobutamin inj
Norepinephrine
1. Pelayanan Sehari – hari. Merupakan kegiatan sehari- hari dalam rangka mengidentifikasi (Triage)
pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan. Sehingga keadaan gawat / gawat darurat pasien
dapat lebih dini diketahui dan ditanggulangi sehingga mencegah kematian dan kecacatan yang
tidak perlu terjadi
2. Pelayanan Kegawatdaruratan Pasien Di Ruangan. Merupakan kegiatan pelayanan dalam
menangani pasien gawat darurat dengan memberikan pertolongan bantuan hidup dasar dan
resusitasi jantung, paru dan otak (RJP).
3. Pelatihan dan Peningkatan SDM. Guna menjaga dan meningkatkan kualitas kemampuan anggota
tim, maka dibuatkan suatu pendidikan dan pelatihan meliputi teori dan praktek sesuai kebutuhan
tim .
4. Evaluasi dan Kendali Mutu. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan penanganan pasien gawat
/ gawat darurat oleh Blue Team harus dapat dievaluasi dan kendali mutu agarkesempurnaan
kegiatan menjadi lebih baik.Oleh karena itulah Tim Pengendalian Mutu rumah sakit diharapkan
dapat turut berperan dalam hal evaluasi dan kendali mutu Blue Taem
II.6 Ruang Lingkup code blue
Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat
medis kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagi
dalam 2 tahap yaitu:
1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitarnya, dimana
terdapat layanan Basic Life Support (BLS).
2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari departemen
yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit.
Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas
pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan
adalah :
1. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang kecepatan
respon untuk BLS di lokasi kejadian.
2. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit, misalnya
lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah
atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat.
Tabel 1. Contoh Tim Code Blue / Asal Ruangan dan Area Cakupan
No Tim Code Blue Primer
Area Cakupan
(Koordinator)
Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai 5 anggota yang terlatih dalam
BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi strategis
di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi terjadi kondisi
darurat medis atau di mana tim rumah sakit telah dilatih dalam keterampilan BLS. Setidaknya satu
kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja satu departemen sehingga tim dapat
dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika tersedia peralatan
resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari Code Blue Tim akan lebih baik dan
harapan hidup pasien meningkat.
Hal ini sama pentingnya bahwa semua personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter
dan non-medis, dilatih BLS sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan
(CPR) di lokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba, dengan demikian
juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat medis. Pelatihan tim
rumah sakit dalam keterampilan BLS dan penggunaan AED juga dapat dilakukan oleh ETD.
Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat terjadinya
kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota tim akan
memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis. Tim ETD code blue juga
akan menanggapi situasi code blue. Jika semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis
tersebut tercakup di daerah cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm 'code blue'.
Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan 'code blue'
(code blue aktivasi) dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit.
Standar layanan akan diberi batas waktu & dikaji kinerja dan pemeriksaan jaminan kualitas
untuk menentukan ‘perangkap’ dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan penyebaran
cepat dari tim code blue.
Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue line :
a. Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang sebenarnya (sampai bisa
dibuktikan)
b. Panggilan code blue harus dijawab secepatnya (< 3 kali dering)
c. Informasi vital adalah:
1)
Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tertentu
2)
Lokasi pasti
3)
Trauma atau kasus medis
4)
Dewasa atau anak-anak
d. Pengumuman kepada ETD tim code blue- CODE BLUE 3x di area cakupan
e. Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan berlari dengan membawa perlengkapan
jika zona ETD bisa dijangkau dengan jalan kaki.
f. Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue
c. Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari code blue call / aktivasi kedatangan tim Code
blue di tempat kejadian akan disimpan.
d. Akan ada saat ketika ETD / Kedatangan Sekunder tim code blue adalah penundaan karena
berbagai alasan, sehingga kebutuhan untuk tim Code blue untuk tidak hanya terdiri dari tim ETD
tetapi juga tim dari departemen yang lebih strategis atau dekat. Selanjutnya, sangat penting bahwa
setiap tenaga medis di lokasi kejadian mulai langkah BLS.
e. Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika tim respon code blue tiba di lokasi,
tim akan mengambil alih tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian harus tinggal di sekitar untuk
memberikan bantuan tambahan jika diperlukan.
f. Setiap kasus code blue akan kirim ke ETD terlepas kondisi pasien baik untuk mempertahankan
kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) atau tidak. Dalam disposisi, ETD pasien akan diputuskan
setelah integrasi pasca perawatan serangan jantung.
4. Perawatan Definitif
a. Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau non-klinis dan baik melibatkan
rawat inap atau rawat jalan (umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap code blue, pasien ini akan
diangkut ke ETD untuk resusitasi lanjut dan perawatan definitif dimana tempat-tempat ini biasanya
tidak memiliki infrastruktur yang memadai dan peralatan untuk perawatan lanjutan.
b. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP), korban masih perlu ditransfer ke ETD
untuk dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian.
c. Setiap kasus code blue akan menerima perawatan definitif setelah perawatan pasca integrasi
serangan jantung dan diskusi dalam ETD.
Ketika muncul code blue, tim dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai "code-team",
bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart,
kursi roda / tandu, yang berisi alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction,
oksigen, ambubag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk
menstabilkan pasien. Tim akan mempraktekkan keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life
Support (ACLS) untuk resusitasi pasien.
Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan resusitasi
sehingga bila code blue muncul tim yang ditunjuk sebagai code blue Tim akan segera dapat
mengakses peralatan tersebut. Jika code blue disebut di suatu daerah tanpa crash-cart, tim yang
ditunjuk code blue akan membawa crash-cart atau kit resusitasi.
II.7.2 Komunikasi
Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu panggilan khusus yang
mengaktifkan tim Code Blue Respon Primer
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Konsep code blue merupakan suatu upaya dalam hal penanggulangan pasien gawat / gawat
darurat di linkungan rumah sakit oleh semua personil rumah sakit. Keberhasilan dari kegiatan
penanggulangan kegawatdaruratan pasien di rumah sakit ini bergantung dari besarnya dukungan
seluruh personil rumah sakit, karena Blue Team adalah suatu tim yang terdiri dari sekelompok
orang dari berbagai unsur di rumah sakit.
III.2. SARAN
Sebagai perawat professional harus mengerti, memahami dan mampu ikut berperan dalam
pelaksanaan code blue di rumah sakit. Hendaknya setiap rumah sakit menerapkan konsep code
blue ini dan memberikan pelatihan bagi tim code blue secara periodik dalam bentuk simulasi
praktik.