Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN

MANAJER PELAYANAN PASIEN (MPP)

RUMAH SAKIT UMUM FATIMA KETAPANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai aspek penting asuhan pasien yang dilakukan oleh banyak
profesi dan sebagai tim yang terintegrasi sehingga diperlukan kolaborasi
interprofesional baik aspek cure maupun care. Professional pemberi asuhan
(PPA) mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien, selain itu pasien
umumnya memiliki system pendukung (support system) ketika dirawat ;
keluarga, teman dsb, yang membantunya menghadapi berbagai masalah,
sehingga pasien memiliki kemandirian dan kualitas hidup. Pelayanan yang
diberikan oleh PPA harus memiliki keseragaman dalam pelayanan, termasuk
reimbursemen yang sesuai dan memadai. Konsep pemberian asuhan yang
sesuai dengan standar untuk memenuhi standar akreditasi rumah sakit adalah
patient centered care dengan pola asuhan pasien terintegrasi (Position
Statement Australian College Of Nursing, 2014).
Dengan meningkatnya kompleksitas asuhan pasien, tuntutan kualitas
dan safety, pemenuhan terhadap peraturan perundangan rumah sakit harus
dapat menghadapi tantangan dan tekanan tersebut. Dalam konteks biaya,
rumah sakit harus mengatasi kenaikan biaya staf, proses yang inefisien,
pasien dengan lama dirawat yang memanjang, prosedur yang tidak perlu dsb.
berdasarkanhal tersebut menurut standar akreditasi program kerja ARK maka
rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses kesinambungan
pelayanan di RS dan koordinasi diantara PPA yang di bantu oleh manajer
pelayaan pasien (MPP)/ Case Manager.
Manajemen pelayanan pasien adalah suatu proses kolaboratif untuk
asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi pelayanan, evaluasi dan advokasi
untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan komprehensif pasien
dan keluarganya, melalui komunikasi dan sumber daya yang terseda sehingga
memberi hasil asuhan pasien yang bermutu dengan biaya efektif.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini menjadi dasar pelayanan MPP dalam konteks menjaga
kesinambungan dan koordinasi pelayanan bagi individu pasien melalui
komunikasi dan kerjasama dengan PPA dan pimpinan unit sehingga keluaran
yang di harapkan dari kegiatan manajemen pelayanan pasien adalah :
 Pasien mendapat asuhan sesuai kebutuhannya
 Terpeliharanya kesinambungan pelayanan
 Pasien memahami dan mematuhi asuhan, serta meningkatnya
kemandirian pasien
 Kemampuan pasien mengambil keputusan
 Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
 Optimalisasi system pendukung pasien
 Pemulangan yang aman
 Kualitas hidup dan kepuasan pasien
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk asuhan
pasien terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertical. Pada
integrasi horizontal kontribusi profesi masing-masing PPA adalah sama
pentingnya atau sederajat. Pada integrasi vertical pelayanan berjenjang oleh/
melalui berbagai unit pelayanan ketingkat pelayanan yang berbeda, disini
peran MPP penting untuk integrasi tersebut dan komunikasi yang memadai
dengan PPA.
Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi pusatnya adalah pasien,
mencakup elemen :
 Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
 DPJP sebagai ketua tim PPA (Clinical Team Leader)
 PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional
dengan menggunakan panduan alur klinis pasien (PPK), panduan asuhan
PPA lainnya, disertai alur klinis terintegrasi/ clinical pathway, catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
 Perencanaan pemulangan pasien/ discharge planning terintegrasi
 Asuhan gizi terintegrasi
D. Batasan Operasional
MPP bukan merupakan PPA aktif, dalam menjalankan manajemen
pelayanan pasien mempunyai peran minimal adalah sebagai berikut :
 Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien
 Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien
 Mengoptimalkan proses reimbursemen dan dengan fungsi :
 Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien
 Perencanaan untuk manajemen pelayanan pasien
 Komunikasi dan koordinasi
 Edukasi dan advokasi
 Kendali mutu dan biaya pelayanan pasien
E. Landasan Hukum
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara RI tahun 2004 No. 116, Tambahan
lembaran Negara RI No.. 4431);
 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara RI tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4585);
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159 tahun 1988
tentang Rumah Sakit
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
 Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumedang
No.445/Kep-119/ark/2017 tentang Akses Ke Rumah Sakit Dan
Kontinuitas Pelayanan (ARK).
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Seorang MPP ditetapkan berdasarkan kualifikasi sebagai berikut :
 Perawat
 Pendidikan minimal S1 Ners
 Memiliki pengalaman klinis sebagai professional pemberi asuhan
minimal 3 tahun
 Memiliki pengalaman sebagai kepala ruang rawat minimal 2 tahun
 Dokter Umum
 Memiliki pengalaman minimal 3 tahun dalam pelayanan klinis di RS
 Memiliki pengalaman sebagi dokter ruangan minimal 1 tahun

Pelatihan tambahan :

 Pelatihan untuk meningatkan pengetahuan klinis terkait dengan


penusunan dan penerapan SPO pelayanan kedokteran yang terdiri dari
panduan praktik klinis, alur klinis (Clinical Pathway), algoritme,
protocol, standing order
 Pelatihan pelayanan berfokus pada person (PCC)
 Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan nasional, INA-
CBG’s
 Pelatihan tentang perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planing)
 Pelatihan manajemen resiko
 Pelatihan etiko-legal
 Pelatihan soft skill seperti : aspek psiko-sosio-kultural, komunikasi
interpersonal
Karakteristik seorang MPP :

 Seorang MPP harus mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan


pendapat, keinginan, bukan membela diri, atau cemas. Dapat mengatasi
orang-orang maupun situasi yang sulit dengan tenang dan penuh percaya
diri. Agar MPP dapat berhasil melayani dalam peran advokasi,
memperjuangkan untuk yang terbaik bagi pasien, rumah sakit dan para
pelanggannya
 MPP bekerja secara otonom/ mandiri, harus mempunyai rasa percaya
diri. Harus mempunyai gambaran yang akurat tentang kekuatan dirinya,
kelemahannya, maupun kepribadiannya serta harus bebas dari
kepentingan dirinya.
 MPP harus siap untuk menjangkau staf klinis dalam tim PPA untuk
memberikan advokasi dan dukungan. MPP menanamkan hubungan
positif dengan pihak lain dalam komunikasi keseharian. Perlu
keterampilan bernegosiasi
 MPP harus seorang yang berani mengambil resiko, mencari sasaran baru
yang lebih memadai untuk tujuan memenuhi kebutuhan pasien. Ada
pendapat bahwa MPP haruslah sering berpihak kepada pasien.
 MPP bukanlah PPA aktif
B. Disitribusi Ketenagaan
Satu MPP menangani 25-50 pasien, berdasarkan kompleksitas pasien dan
kebutuhan rumah sakit
C. Pengaturan kebutuhan MPP
Identifikasi, seleksi/ skrining pasien untuk manajemen pelayanan pasien,
kriteria yang digunakan antara lain :
 Usia
 Pasien dengan fungsi kognitif rendah
 Pasien dengan risiko tinggi
 Potensi complain tinggi
 Kasus dengan penyakit kronis, katastropik (memerlukan biaya tinggi,
komplikasi dan membahayakan jiwa), terminal
 Status fungsional rendah, kebutuhan bantuan ADL (Activity Daily
Living) yang tinggi
 Pasien dengan riwayat penggunaan peralatan medis dimasa lalu
 Riwayat gangguan mental, upaya bunuh diri, krisis keluarga, isu social
(terlantar, tinggal sendiri, narkoba)
 Sering masuk IGD, readmisi RS
 Perkiraan asuhan dengan biaya tinggi
 Kemungkinan system pembiayaan yang komplek, adanya masalah
finansial
 Kasus yang melebihi rata-rata lama rawat
 Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting/ berisiko atau
yang membutuhkan kontinuitas pelayanan
BAB III

TATA LAKSANA PELAYANAN

Tujuan manajemen pelayanan pasien diantaranya :

 Asuhan sesuai kebutuhan pasien


 Kesinambungan pelayanan
 Pasien memahami asuhan
 Kepuasan pasien
 Kemampuan pasien mengambil keputusan
 Keterlibatan dan pemberdayaan
 Kepatuhan
 Kemandirian pasien
 Optimalisasi system pendukung pasien
 Pemulangan yang aman
 Quality of life

Peran MPP :

 Fasilitator pemenuhan kebutuhan asuhan pasien, termasuk keluarga dan


pemberi asuhannya, baik akut, dalam proses sehabilitasi di RS maupun pasca
rawat, mendorong keterlibatan dan pemberdayaan pasien
 Optimalisasi terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien (patient centered
care) dan asuhan pasien terintegrasi, serta membantu meningkatkan
kolaborasi interprofesional.

Manajer pelayanan pasien menjalankan fungsi :

 Asesmen – manajemen pelayanan pasien


Melakukan asesmen tentang kebutuhan kesehatan dan aspek psiko-sosio-
kulturalnya, termasuk status health literacy (kurang pengetahuan tentang
kesehatan)
 Perencanaan – manajemen pelayanan pasien
Menyusun perencanaan manajemen pelayanan pasien (case management
plan) berkolaborasi dengan pasien, keluarga dan pemberi asuhan, PPA di RS,
pembayar, PPA di fasilitas pelayanan primer, untuk memaksimalkan hasil
asuhan yang berkualitas, aman dan efektif biaya. Perencanaan termasuk
discharge planning terintegrasi dengan PPA.
 Komunikasi dan koordinasi
Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar PPA dalam konteks
keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan, sehingga meminimalkan
fragmentasi pelayanan.
Membantu pasien untuk transisi pelayanan yang aman ke tingkat pelayanan
berikutnya yang memadai
 Edukasi dan advokasi
 Memberikan edukasi dan advokasi kepada pasien keluarga atau pemberi
asuhan untuk memaksimalkan kemampuan pasien keluarga dalam
pengambilan keputusan terkait pelayanan yang diterimanya.
 Memberikan edukasi kepada pasien keluarga atau pemberi asuhan, PPA,
terkait alternative pelayanan, sumber daya di komunitas atau lingkungan
rumahnya, manfaat asuransi, aspek psiko-sosio-kultural sehingga
keputusan tepat waktu dengan dasar informasi lengkap.
 Memberikan advokasi sehingga meningkatkan kemampuan pasien
keluarga mengatasi masalah dengan mancari opsi pelayanan yang
tersedia, rencana alternative sesuai kebutuhan, agar tercapai hasil asuhan
yang diharapkan.
 Berusaha meningkatkan kemandirian advokasi dan kemandirian
pengambilan keputusan pasien.
 Memberikan advokasi kepada pasien dan pembayr untuk memfasilitasi
hasil yang positif bagi pasien, bagi PPA dan pembayar. Namun bila ada
perbedaan kepentingan maka kebutuhan pasien lebih menjadi prioritas.
 Kendali mutu dan biaya
Mendorong pemberian pelayanan yang memadai untuk kendali mutu dan
biaya dengan basis kasus per kasus

Aktifitas dan Manfaat MPP di Rumah Sakit

 Mengidentifikasi pasien untuk intervensi manajemen pelayanan pasien


 Melakukan kolaborasi dengan dokter dan pasien untuk mengidentifikasi hasil
yang di harapkan dan megembangkan suatu rencana manajemen pelayanan
pasien
 Memonitor intervensi yang ada relevansinya bagi rencana manajemen
pelayanan pasien
 Memonitor kemajuan pasien kearah hasil yang diharapkan
 Menyarankan alternative intervensi praktis yang efisien biaya
 Mengamankan sumber-sumber klinis untuk mencapai hasil yang diharapkan
 Membakukan jalur-jalur komunikasi dengan manajer departemen/ bagian/
unit
 Bagi pasien dan keluarganya, MPP adalah analog dengan pemandu wisata/
tour guide dalam berbagai perjalanan kegiatan pelayanan di RS

Manfaat MPP untuk Rumah Sakit

 Peningkatan mutu pelayanan


 Peningkatan kepuasan pasien dan keluarga
 Peningkatan keterlibatan dan pemberdayaan pasien dalam asuhan
 Peningkatan kepatuhan pasien dalam asuhan
 Peningkatan kualitas hidup pasien
 Peningkatan kolaborasi interprofesional tim PPA
 Penurunan tingkat asuhan sesuai kebutuhan pasien dan panduan klinis
 Penurunan lama dirawat
 Pencegahan lama dirawat
 Pencegahan hari rawat yang tidak perlu
 Penurunan frekuensi, jenis dan lama pemeriksaan, termasuk pemeriksaan
yang tidak perlu
 Pengurangan atau menghindari tagihan yang tidak perlu
 Penurunan readmisi tagihan yang tidak perlu
 Penuruan readmisi ke rumah sakit
 Pengurangan kunjungan pasien yang sama ke IGD
 Membantu proses evaluasi penerapan alur klinis (clinical pathway)

Keuntungan MPP di Rumah Sakit

Bagi rumah sakit MPP dalam manajemen pelayanan pasien akan memberikan
keuntungan :

 Biaya pelayanan efektif


 Orientasi pelayanan yang holistic
 Kontinuitas pelayanan diseluruh tatanan pelayanan kesehatan
 Klien mengetahui siapa yang harus dihubungi untuk bantuan

Elemen-elemen dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien

 Identifikasi dan seleksi pasien : focus pada identifikasi pasien yang akan
mendapatkan manfaat dari pelayanan MPP, dipertimbangkan kebutuhan
informed consent
 Asesmen dan identifikasi masalah dan kesempatan : dimulai saat admisi
maupun selama dirawat secara intermiten sesuai kebutuhan
 Penyusunan rencana manajemen pelayanan pasien : tetapkan sasaran
intervensi dan prioritas kebutuhan pasien, termasuk kebutuhan jenis
pelayanan sesuai sumber daya yang tersedia atau tetapkan hasil yang
diharapkan
 Implementasi dan koordinasi : untuk pelaksanaan rencana manajemen
pelayanan pasien
 Monitoring dan evaluasi : pelaksanaan manajemen pelayanan pasien,
pemenuhan kebutuhan pasien dan hasil asuhan
 Terminasi proses manajemen pelayanan pasien : bila kebutuhan pasien sudah
tercapai, sudah terlakasana ke transisi pelayanan lebih baik

Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien,

a. komponen asesmen terdiri dari :


 Fisik, fungsional, kognitif, kekuatan-kemampuan, kemandirian
 Riwayat kesehatan
 Perilaku psiko-sosio-kultural
 Kesehatan mental
 Tersedianya dukungan keluarga/ support system, kemampuan merawat
dari pemberi asuhan
 Finansial
 Status asuransi
 Riwayat penggunaan obat, alternative
 Riwayat trauma, kekerasan
 Pemahaman tentang kesehatan (health literacy)
 Harapan terhadap hasil asuhan, kemampuan untuk menerima perubahan
 Aspek legal
b. Data asesmen diperoleh melalui :
 Wawancara pasien, keluarga dan pemberi asuhan
 Asesmen awal saat admisi rawat inap, asesmen secara intermiten “on
going” selama dirawat
 Komunikasi dengan dokter, PPA lainnya
 Rekam medis
 Data klaim, asuransi
c. Identifikasi masalah dan kesempatan
 Tingkat asuhan yang tidak sesuai dengan panduan, norma yang
digunakan
 Over/ under utilization pelayanan dengan dasar panduan, norma yang
digunakan
 Ketidak patuhan pasien
 Edukasi kurang memadai, atau pemahamannya yang belum memadai
tentang proses penyakit, kondisi terkini, daftar obat (health literacy)
 Kurangnya dukungan keluarga/ support system
 Penurunan determinasi pasien (ketika tingkat keparahan/ komplikasi
meningkat)
 Pemulangan/ rujukan yang belum memenuhi kriteria, atau sebaliknya
pemulangan/ rujukan yang ditunda
d. Perencanaan manajemen pelayanan pasien
MPP harus segera mengidentifikasi kebutuhan jangka pendek, jangka
panjang, maupun kebutuhan berjalan/ on going pasien, sehingga dapat
menyusun strategi dan sasaran manajemen pelayanan pasien untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut
 Pahami dan pastikan diagnosis pasien, prognosis, kebutuhan asuhan,
sasaran hasil asuhan
 Validasi rencana asuhan konsisten dengan panduan, norma yang
digunakan
 Tentukan sasaran terukur dan indicator dalam kerangka waktu yang
spesifik antara lain ; dalam akses ke pelayanan, asuhan dengan biaya
efektif, mutu asuhan
 Tentukan/ rencanakan pemberian informasi kepada pasien-keluarga
untuk pengambilan keputusan
 Tentukan/ rencanakan juga pasrtisipasi pasien-keluarga dalam asuhan,
termasuk persetujuan akan kemungkinan perubahan rencana
 Siapkan fasilitasi mengatasi masalah dan konflik
 Perhatikan harapan pembayar, frekuensi komunikasi reevaluasi
perkembangan pasien, revisi sasaran jangka pendek atau panjang
e. Monitoring
MPP melakukan asesmen untuk menilai respons pasien terhadap pemberian/
pelaksanaan rencana asuhan
 Mencatat perjalanan/ perkembangan kolaborasi dengan pasien, keluarga,
pemberi asuhan, tim PPA, dan pemangku kepentingan lain yang terkait,
sehingga dapat dinilai respons pasien terhadap intervensi yang diberikan
 Verifikasi kelangsungan pelaksanaan rencana asuhan memadai, dipahami
dan diterima pasien serta keluarga
 Paham dan sadar akan kebutuhan revisi rencana asuhan, termasuk
pereferensi perubahan, transisi pelayanan, kendala pelayanan
 Kolaborasi dalam rangka perubahan rencana dan pelaksanaannya
f. Fasilitasi, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi
MPP perlu memfasilitasi koordinasi, komunikasi dan kolaborasi dengan
pasien dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai sasaran dan
memakasimalkan hasil positif asuhan pasien
 Pastikan peran MPP sesuai kebijakan yang ada dan memadai, dalam
pelayanan pasien, terhadap pemangku lain dalam rumah sakit
 Kembangkan dan pelihara secara proaktif pelayanan berfokus pada
pasien, membantu asuhan terintegrasi oleh PPA
 Transisi pelayanan yang memadai sesuai kebutuhan pasien
 Jaga privasi pasien dalam kolaborasi
 Gunakan mediasi dan negosiasi untuk meningkatkan komunikasi,
koordinasi dan kolaborasi, termasuk mengatasi perbedaan pandangan
 Koordinasi juga pada rencana pemulangan pasien dengan pelayanan
pasca rawat
g. Advokasi
MPP memberikan advokasi pada pelaksanaan pelayanan, manfaat
administrasi, pengambilan keputusan
 Menyampaikan, mendiskusikan dengan PPA dan staf lain tentang
kebutuhan pasien, kemampuannya dan sasaran pasien
 Memfasilitasi akses pelayanan sesuai kebutuhan pasien melalui
koordinasi dengan PPA atau pemangku kepentingan terkait
 Meningkatkan kemandirian menetukan pilihan dan pengambilan
keputusan
 Mengenali, mencegah dan menghindari disparitas untuk mengakses mutu
dan hasil pelayanan terkait dengan ras, etnik, agama, gender, latar
belakang budaya, status pernikahan, umur, pandangan politik, disabilitas
fisik-mental-kognitif
 Advokasi untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan yang berkembang/
bertambah karena perubahan kondisi
h. Hasil pelayanan
MPP perlu memaksimalkan kesehatan, wellness pasien, safety, adaptasi
terhadap perubahan, self care, kepuasan dan efisiensi biaya
 Lakukan pendokumentasin pencapaian sasaran
 Catat keberhasilan, kualitas, kendali biaya efektif dari intervensi MPP
dalam mencpai asuhan pasien
 Nilai, catat dan laporkan tentang dampak pelaksanaan rencana asuhan
pasien
 Catat utilisasi sesuai panduan/ norma yang digunakan
 Catat kepuasan pasien, keluarga terhadap/ dengan manajemen pelayanan
pasien
i. Kompetensi budaya – cultural competence MPP
MPP perlu memahami dan tanggap terhadap beragam budaya populasi
dimana pasien berasal, dan kekhasan profilnya, termasuk juga untuk/ dengan
PPA, manager instalasi dan sebagainya
 MPP memahami berbagai informasi tentang keberagaman budaya,
berkomunikasi secara efektif, bermartabat dan sensitive dalam konteks
budaya yang bersangkutan
 Lakukan asesmen kebutuhan linguistiknya dan lakukan komunikasi yang
memadai
 Bila di perlukan jalani edukasi/ pelatihan untuk kompetensi/ pemahaman
budaya guna meningkatkan efektifitas dalam melayani populasi yang
multicultural
j. Manajemen sumber daya
MPP harus mengintegrasikan factor-faktor terkait mutu, keselamatan, akses,
dan efektifitas biaya dalam proses asesmen, monitoring, dan evaluasi sumber
daya untuk asuhan pasien
 Catat pemeriksaan/ pelayanan yang akan dilakukan sesuai kebutuhan
pasien dan rencana pelayanan. Berikan informasi berkenaan terkait waktu
yang diperlukan, antisipasi hasil dan beban biaya
 Catat komunikasi pasien dengan PPA dalam proses transisi/ perpindahan
secara internal maupun eksternal, juga pada perubahan kondisi (penting)
pasien
 Kumpulkan keterangan pelaksanaan pelayanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pasien, termasuk pemeriksaan keluar/ outsource, bandingkan
dengan panduan/ norma.
 Pencatatan agar memperlihatkan bahwa intensitas pelayanan dari MPP
memang sesuai dengan kebutuhan pasien
k. Terminasi manajemen pelayanan pasien
MPP mengakhiri pelaksanaan manajemen pelayanan pasien sesuai dengan
regulasi rumah sakit yang berlaku
 Identifikasi alasan pengakhiran pelaksanaan manajemen pelayanan
pasien, antara lain :
 Telah tercapai sasaran manajemen pelayanan pasien
 Telah terlaksana transisi ke fasilitas pelayanan lain
 Pasien menolak manajemen pelayanan pasien
 Tercapinya persetujuan pengakhiran pelaksanaan manajemen pelayanan
pasien, dengan pasien maupun pemangku kepentingan lain
 Dokumentasikan proses pengakhiran tersebut
Alur MPP di rumah sakit
BAB V

LOGISTIK

Rekam medic pasien merupakan sumber informasi utama tentang proses


pelayanan dan kemajuannya sehingga merupakan alat komunikasi penting. Rekam
medic selama ranap, rajal, dengan catatan terkini tersedia agar dapat mendukung
dan bermanfaat untuk kesinambungan pelayanan pasien. Pendokumentasian di
rekam medis merupakan alat untuk memfasilitasi dan menggambarkan integrasi
dan koordinasi asuhan. Secara khusus, setiap PPA mencatat observasi dan
pengobatan di rekam medis pasien. Demikian juga, setiap hasil atau kesimpulan
dari rapat tim atau diskusi pasien di catat dalam CPPT.

Dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, MPP mencatat pada


lembar form A yang merupakan evaluasi awal manajemen pelayanan pasien dan
form B yang merupakan catatan implementasi manajemen pelayanan pasien.Form
A merupakan identifikasi/ skrining pasien untuk kebutuhan pengelolaan MPP,
asesmen untuk manajemen pelayanan pasien termasuk rencana, identifikasi
masalah-risiko-kesempatan, perencanaan manajemen pelayanan pasien (discharge
planning).Form B merupakan pelaksanaan rencana manajemen pelayanan pasien,
monitoring, fasilitasi, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi, advokasi, hasil
pelayanan, terminasi manajemen pelayanan pasien. Form C merupakan
perencanaan pemulangan pasien/ discharge planning.

Tatalaksana manajemen pelayanan pasien di rumah sakit

Form A (Evaluasi awal MPP) :

 Identifikasi, seleksi/ skrining pasien untuk manajemen pelayanan pasien


 Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien
 Identifikasi masalah dan kesempatan
 Perencanaan manajemen pelayanan pasien
Form B (catatan implementasi MPP)

 Monitoring, follow up
 Identifikasi masalah dan kesempatan
 Fasilitasi, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi
 Advokasi
 Hasil pelayanan
 Terminasi manajemen pelayanan pasien
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Mengidentifikasi bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety)


merupakan sebuah prioritas strategic. Dengan pedoman audit medis di rumah
sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi
pasien. Secara konsep filosofis asuhan pasien (patient care) yang dilaksanakan
oleh 4 pondasi PPA asuhan pasien yaitu asuhan medis, asuhan keperawatan,
asuhan gizi dan asuhan obat, keselamatan menjadi prinsip fundamental asuhan
pada pasien dengan komponen-komponen kritis untuk meningkatkan kualitas
pelayanan (world alliance for patient safety, forward programme, WHO,
2004).Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan
banyak PPA dan dapat melibatkan berbagai unit pelayanan. Integrasi dan
koordinasi kegiatan pelayanan dan asuhan pasien merupakan sasaran yang
menghasilkan efisiensi, penggunaan SDM dan sumber lainnya efektif, dan hasil
asuhan pasien yang lebih baik.

Integrasi dan koordinasi dapat dilakukan oleh seorang manajer pelayanan


pasien (MPP)/ case manager dengan proses kolaboratif dalam pelaksanaan
asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi pelayanan, evaluasi dan advokasi
untuk opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan komprehensif pasien dan
keluarganya, melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga
memberi hasil asuhan pasien yang bermutu dengan biaya efektif.
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dasar manajemen pelayanan pasien adalah bahwa bila seseorang mencapai


tingkat kesehatan (wellness) dan fungsional yang optimal maka semua pemangku
kepentingan mendapat manfaat, baik pasien dan system supportnya, system
pemberi pelayanan dan system reimbursemennya. Dengan MPP, pelayanan
diberikan melalui advokasi, edukasi, identifikasi sumber daya dan fasilitas
pelayanan agar klien mencapai tingkat kesehatan (wellness) dan kemandirian yang
maksimal. Keberhasilan dalam menjalankan peran MPP membutuhkan kerja tim,
yang terdiri dari klien, system support klien dan para professional pemberi asuhan,
staf lainnya, termasuk perwakilan pembayar serta para staf lain.

Pelayanan case management optimal bila dalam suasana yang diwarnai


komunikasi dan kolaborasi yang langsung, terbuka dan jujur antara case manager,
klien/ system pendukung, pembayar, pemberi pelayanan primer. Dengan adanya
manajemen pelayanan pasien, para professional pemberi asuhan akan memberikan
asuhan sesuai dengan panduan dan norma yang berlaku, sehingga akan terhindar
dari hal yang dapat merugikan PPA itu sendiri, pasien dan support systemnya,
termasuk perwakilan pembayar.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kehadiran MPP akan mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus


pada pasien dan asuhan pasien terintegrasi, serta membantu meningkatkan
kolaborasi interprofesional. MPP akan memberikan keuntungan dimana
kontinuitas pelayanan diseluruh tatanan pelayanan kesehatan, dimana klien akan
mengetahui siapa yang harus dihubungi untuk bantuan sehingga klien akan
mendapatkan orientasi pelayanan yang holistic.

Berdasarkan manfaat yang dapat di berikan oleh MPP untuk rumah sakit
diantaranya : penurunan tingkat asuhan sesuai kebutuhan pasien dan panduan
klinis yang dapat menurunkan lama hari rawat dan pencegahan hari rawat yang
tidak perlu. Penurunan frekuensi, jenis dan lama pemeriksaan, termasuk
pemeriksaan yang tidak perlu sehingga dapat mengurangi/ menghindari tagihan
yang tidak perlu. Dengan hal tersebut diharapkan mutu pelayanan asuhan yang
diberikan akan lebih baik untuk klien maupun rumah sakit.
BAB IX

PENUTUP

Kehadiran MPP di rumah sakit adalah penting sebagai bagian dari


penerapan pelayanan berfokus pada pasien/ person (patient/ person centeres care).
MPP memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien, termasuk keluarga dan
pemberi asuhannya, baik akut maupun dalam proses rehabilitasi di RS maupun
pasca rawat. MPP juga dapat meningkatkan keterlibatan dan pemberdayaan pasien
serta keluarga dalam asuhan pasien dan menghasilkan outcome asuhan yang lebih
baik, termasuk kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai