Anda di halaman 1dari 3

4.

6 Kadar Teoritis kuersetin dalam tablet

Sebelum ekstrak daun jambu biji dibuat dalam bentuk sediaan tablet, ekstrak
tersebut dilakukan penetapan kadar kuersetin yang terkandung didalamnya. Berdasarkan
hasil yang didapatkan saat praktikum yaitu sebesar 0,133% b/b kuersetin dalam ekstrak.
Kadar kuersetin yang kecil tersebut akan berpengaruh terhadap kandungan kuersetin yang
dapat tersedian dalam sediaan tablet nantinya, pasalnya dalam tablet bukan hanya terdapat
bahan aktif saja melainnya juga eksipien lainnya untuk dapat mencapai stabilitas sediaan
tablet yang akan dibuat.

Pada praktikum kali ini kami memilih membuat sediaan tablet dengan bobot 500
mg, dimana setelah dilakukan studi literatur terkait formula yang akan digunakan maka
ekstrak daun jambu biji yang bisa ditambahkan secara maksimal pada tablet yaitu hanya
sebesar 250 mg. 250 mg ekstrak tersebut mengandung 0,3325 g kuersetin untuk setiap 1
tabletnya (500 mg), dikhawatirkan zat aktif tersebut belum mampu memberikan efek
terapi yang diinginkan sebagai obat diare karena kandungannya yang kecil. Oleh sebab
itu untuk tetap ingin mendapatkan jumlah kuersetin yang banyak dalam tablet maka dapat
dilakukan upaya dengan mengurangi bahan eksipien dalam tablet namun kestabilan
sediaan tablet tetap harus diperhitungkan, atau dengan konsekuensi lainnya seperti
meminum tablet ekstrak daun jambu biji tersebut sebanyak 3 x 1 hari sehingga akan
mengandung 0,9975 g kuersetin.

Dari sediaan tablet ekstrak jambu biji yang telah dibuat ditentukan kembali kadar
kuersetinnya menggunakan KLT-Densitometri. Hasil yang didapatkan yaitu kadar
kuersetin pada sampel tablet memiliki Rf yang berbeda dengan standart kuersetin yang
sebelumnya telah dibuat, meskipun larutan sampel dari tablet juga sudah dilakukan
pemekatan. Adapun hasil yang di dapatkan yaitu:

Track Keterangan Rf Area


1 Standar 200 ppm 0,33 552,26
2 Standar 800 ppm 0,32 1169,47
3 Sampel 0,73 52355,00
Faktor-faktor yang menyebabkan nilai Rf bervariasi atau tidak sama tersebut
meliputi: dimensi dan jenis ruang, sifat dan ukuran lempeng, arah aliran fase gerak,
volume dan komposisi fase gerak, kondisi kesetimbangan, kelembaban, dan metode
persiapan sampel KLT sebelumnya (Wulandari, 2011).

Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan metode KLT yaitu (Wulandari,
2011):

 Menghindari adanya kotoran dan air dalam chamber karena akan dapat
menggangu kromatogram yang dihasilkan dan mempengaruhi reprodusibilitas
pemisahan KLT
 Selama pengembangan, chamber harus berada diatas bidang yang datar,
permukaan chamber juga harus sejajar (tidak miring), dan pastikan selama
pengembangan tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak diinginkan
 Selama pengembangan, dalam keadaan apapun tidak diperkenankan
menggerakkan chamber untuk mengamati proses pengembangan
 Selama pengembangan juga tidak diperkenankan membuka tutup chamber untuk
melihat garis depan eluen
 Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan
puncak ganda
 Untuk memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling
sedikit 0,5 μl. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-10 μl
maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan
antar totolan.
Dapus :

Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo.

Anda mungkin juga menyukai