Anda di halaman 1dari 92

DR.

ATIKAH, MSi,Apt
LABORATORIUM KIMIA
ANALITIK JURUSAN KIMIA
FMIPA-UB
2010
TITRASI NETRALISASI
[TITRASI ASAM – BASA]
Titrasi netralisasi asam basa

 melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam


akan bereaksi dengan basa dalam jumlah
yang ekuivalen.
 Proses Netralisasi melibatkan:
– Titrasi asidimetri, titrasi terhadap larutan basa
– Titrasi alkalimetri, titrasi terhadap larutan asam
Macam titrasi Netralisasi

 Asam kuat dengan basa kuat


 Basa lemah dengan asam kuat
 Asam lemah dengan basa kuat
Pereaksi Titrasi Netralisasi

 Larutan Baku Asam distandarkan dg


Baku Primer Basa : Na-karbonat, TRIS
atau THAM (tris hidroksimetil
aminometan), Na-tetraborat, Merkuri oksida
 Larutan Baku Basa (perhatikan efekCO2 dalam
air) distandarkan dg
Baku Primer Asam : KH-Ftalat, Asam benzoat,
Asam sulfamat, KH-iodat,Asam sulfosalisilat,
Na2B4O7
Indikator Titrasi Asam-Basa
Indikator titrasi asam-basa

 Senyawa yang digunakan sebagai indikator


titrasi asam basa adalah:
– Asam organik sangan lemah atau
– Basa organik sangat lemah
 Pasangan konjugatnya menunjukkan warna
yang berbeda
Asam : HIn + H2O H3O+ + In-
Basa : In- + H2O HIn + OH-

[H3O+][In-] [HIn]
Ka = ---------------- pH = pKa - log ----
[HIn] [In-]

Warna tergantung konsentrasi yang dominan :


Misal. jika HIn merah dan In- kuning, maka
pada pH rendah [HIn] dominan, ratio 10/1 (merah)
pada pH tinggi [In-] dominan, ratio 1/10 (kuning)
pada pH sedang [HIn] = [In-], ratio 1 (jingga)
Contoh:

HIn + H2O In- + H3O+ pKHIn


Warna warna
asam basa

In + H2O InH+ + HO-


Warna warna
Basa asam
Mata akan melihat perubahan warna
jika:

[HIn]
[In ] minimal 100x

 [H+] harus berubah minimal 100 x.


 pH= (-log[conc]) harus berubah oleh faktor 2
 Jika HIn dalam larutan asam berada sebagai Hin,
maka warna yang terlihat = warna asam, (ratio =10)
 Jika HIn dalam larutan basa berada sebagai In; warna
yang terlihat =warna basa, (ratio = 0.1)
Mencari Trayek pH Indikator untuk Titrasi
Asam Basa

 Untuk memilih indicator yang akan dipakai


pada titrasi asam basa maka harus
memperhatikan trayek pH indicator tersebut.
 Misalkan kita memiliki indicator asam lemah
HIn
 HIn H+ + In-
Merah kuning
 Perubahan warna HIn terjadi pada kisaran pH tertentu
 Perubahan ini tampak bergantung pada kejelihan
penglihatan orang yang melakukan titrasi.
 warna indikator yang teramati akibat terbentuknya

 transisi kedua warna (misal HIn berubah dari warna


merah ke kuning maka kemungkinan warna transisinya
adalah oranye),
 maka umumnya hanya satu warna yang akan teramati
jika perbandingan kedua konsentrasi adalah 10:1 jadi
hanya warna dengan konsentrasi yang paling tinggi
yang akan terlihat.
 Sebagai contoh
 jika hanya warna kuning yang terlihat maka
konsentrasi [In-]/[HIn] = 10/1
– pH = pKa + log 10/1 = pKa + 1
 dan jika hanya warna merah yang terlihat
maka konsentrasi [In]/HIn] = 1/10 sehingga:
– pH = pKa + log 1/10 = pKa – 1
 Jadi pH indicator akan berubah dari kisaran
warna yang satu dengan yang lain adalah
berkisar antara
– pKa-1 - pKa + 1,

 pada titik tengah daerah transisi perubahan


warna indicator terjadi pada :
– konsentrasi [In-] = [HIn] karena
– pH = pKa.
1. Titrasi Asam Kuat VS Basa Kuat

 Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa


selalu asam kuat atau basa kuat.
 Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan
membuat kurva titrasi plot antara pH larutan
sebagai fungsi dari volume titran yang
ditambahkan.
Trayek pH Indikator Asam Basa dan Transisi
Perubahan Warnanya
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
contoh titrasi asam kuat dan basa kuat adalah titrasi
HCl dengan NaOH.

 Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:


– HCl + NaOH → NaCl + H2O
– H+ + OH- → H2O
 hasil akhir titrasi pada titik ekuivalen pH
larutan adalah netral (pH = 7).
Kurva titrasi antara 50 mL HCl 0,1 M dengan 50 mL
NaOH 0,1 M dapat ditunjukkan dengan gambar berikut
ini:
 Pada awal sebelum titrasi berlangsung maka dalam
Erlenmeyer hanya terdapat 0,1 M HCl shingga pH
larutan adalah 1.

 Selanjutnya setelah proses titrasi berlangsung maka


pH meningkat sedikit demi sedikit dikarenakan jumlah
H+ yang semakin berkurang.
 Sebagai perbandingan saja jika 90% HCl telah
bereaksi dengan NaOH maka konsentrasi H+ dalam
larutan berkisar 5,3.10-3 M dan pHnya adalah 2,3, dan
secara gradual pHnya akan meningkat sampai pada
saat titik ekuivalen diperoleh.
 Pada titik ekuivalen maka pH larutan adalah sama
dengan 7, dalam larutan hanya terdapat NaCl dan
H2O.
 Penambahan NaOH selanjutnya akan
membuat pH semakin meningkat dari
konsentrasi 10-7 M untuk OH- hingga bisa
mencapai 10-3 M hanya dengan penambahan
5 mL NaOH saja.
Indikator yang digunakan

 Ada 2 yakni:
– metil orange (MO) dan
– fenolthalein (PP).
 Untuk titrasi HCl dan NaOH diatas maka
digunakan indikator pp
 karena trayek pH indicator pp adalah 8,3 – 10

 trayek pH ini adalah dekat dengan pH titik


ekuivalen titrasi HCl-NaOH yaitu pada pH 7.
 Pemilihan indicator yang baik adalah setidak-
tidaknya antara -1 pH titik ekuivalen sampai
dengan +1 pH titik ekuivalen.
 Indikator lain yang bisa dipakai adalah
Bromothymol blue.
 Jika kita pergunakan indicator MO maka titik
akhir titrasi akan terjadi terlebih dahulu
sebelum titik ekuivalen tercapai.

 Hal ini tentu saja akan membuat perhitungan


analisa kita jauh dari akurat.
 Bila yang dipergunakan sebagai titer adalah
HCl maka kurva titrasinya adalah kebalikan
dari kurva titrasi HCl-NaOH diatas.
Pemilihan indikator titrasi

 Untuk pH indicator dari asam lemah dipilih yang nilai


pKa-nya mendekati nilai pH pada titik ekuivalen atau
 untuk pH indicator dari basa lemah nilai pKb-nya
yang mendekati nilai pH ekuivalen.
 Contoh :
– indicator pp yang dipakai untuk titrasi asam kuat dan basa
kuat atau asam lemah dan basa kuat,
– indikato metil merah yang dipakai untuk titrasi basa lemah
dan asam kuat.
Contoh indikator Phenolphthalein

 Reaksi:
P2- + 2H+ H2P pKa ≈ 8
pink tidak berwarna
 Kesalahan titrasi terjadi karena titik akhir
titrasi terjadi pada ≈pH8
 Sedangkan pH titik ekivalen adalah pH 7.
2. Titrasi Basa Lemah Vs Asam Kuat
Titrasi Basa Lemah Vs Asam Kuat

 Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah


analog dengan titrasi asam lemah dengan
basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk
adalah cerminan dari kurva titrasi asam
lemah vs basa kuat.
 Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M
NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL
dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
2.Titrasi Basa Lemah Vs AsamBasa Kuat

 NH4OH + HCl → NH4Cl + H2O


 Kurva titrasinya dapat ditulis sebagai berikut:
Kurva titrasi 0,1 M NH4OH dengan 0,1
M HCl
Pada awal titrasi

 dalam Erlenmeyer hanya terdapat NH4OH,


 karena NH4OH adalah basa lemah maka
tidak semua akan terionisasi untuk mencari
pH nya maka kita gunakan rumus:
 [OH-] = (10exp-5 x 0,1 )exp1/2
 [OH-] = 10-3 M
 pH = 11
Setelah titrasi berlangsung

 akan terbentuk sistem buffer


 karena dalam larutan sekarang terdapat
NH4OH dan NH4Cl.
 Pada saat ini kurva titrasi berada pada
daerah yang landai dan pH larutan
ditentukan oleh pebandingan
[NH4Cl]/[NH4OH].
Pada titik tengah titrasi

 yaitu setengah jumlah mol baik HCl dan


NH4OH bereaksi
 maka [NH4Cl] = [NH4OH]
 akibatnya pH akan sama dengan pKb (ingat
persamaan Henderson-Hasselbalch)
 Kb NH4OH adalah 10-5.
pH = pKb = 5
Pada saat titik ekuivalen dicapai

 dalam larutan sekarang hanya terdapat NH4Cl


 NH4Cl adalah garam dari asam kuat dan basa
lemah sehingga dalam larutan akan
terhidrolisis parsial dengan reaksi sebagai
berikut:

 NH4Cl → NH4+ + Cl-


 NH4+ + H2O → NH4OH + H+
 Dalam larutan sekarang akan bersifat asam
disebabkan terdapat H+ dari hidrolisis parsial
NH4Cl.
 pH larutan dapat dihitung dengan persamaan:

[H+] = { (10exp-14/10exp-5) }exp1/2 . 0,05


[H+] = 7.07.10-6 M

pH = 5,15
Indikator yang digunakan

 karena pH pada titik ekuivalen titrasi NH4OH


dengan HCl jatuh pada kisaran pH 5,15
 maka indicator yang memenuhi trayek pH ini
adalah
– metil merah yang memiliki trayek pH 4,4 - 6,2
atau
– metil orange (MO) yang trayek pHnya 3,1 – 4,4.
3.Titrasi Asam Lemah VS Basa Kuat
3.Titrasi Asam Lemah VS Basa Kuat

 Asam lemah yang dicontohkan disini adalah


asam asetat CH3COOH (biasanya kita
singkat menjadi HOAc) dititrasi dengan basa
kuat NaOH.
 Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai
berikut:
 HOAc + NaOH → NaOAC + H2O
kurva titrasi antara 0,1 M HOAc 50 mL dengan 0,1 M
NaOH 50 mL dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada saat sebelum titrasi

 dalam Erlenmeyer hanya terdapat asam


asetat.
 HOAc adalah asam lemah sehingga dalam
laruta tidak terdisosiasi sempurna,
 untuk mencari konsentrasi H+ nya kita
menggunaka rumus pH asam lemah.
 0,1 M HOAc dengan volume 50 mL memiliki
pH sekitar 3.
 pH dihitung dengan rumus:
Setelah titrasi dijalankan dengan penambahan
sedikit demi sedikit NaOH:

 maa dalam larutan akan terbentuk NaOAc


sebagai hasil reaksi antara NaOH dan HOAc.
 Dalam larutan sekarang terdapat HOAc yang
belum bereaksi serta NaOAc sehingga
terbentuk sistem buffer.
 pH larutan pun sedikit demi sedikit beranjak
naik sebagai fungsi perubahan perbandingan
[OAc-]/[HOAc].
 Penambahan 10 mL NaOH 0,1 M pada analit
HOAc akan merubah pH larutan menjadi 4,3
(hitung pH dengan persamaan Henderson-
Hasselbalch).

pH = 5 + log 0,0167/0,067
pH = 4,3
Pada titik tengah titrasi

 dimana setengah dari jumlah total mol baik


NaOH dan HOAc telah bereaksi
 maka konsentrasi OAc- = konsentrasi HOAc
( [OAC-] = [HOAc] )
 sehingga pH nya akan sama dengan pKa
yaitu 5.
pH = 5 + log 0,033/0,33
pH = 5
Pada titik ekuivalen

 HOAc habis bereaksi


 dan sekarang kita mempunyai larutan
NaOAc.
 NaOAc adalah garam yang dibangun dari
basa kuat dan asam lemah, sehingga dalam
air akan terhidrolisis sebagian dengan reaksi
sebagai berikut:
Reaksi

 NaOAc -> Na+ + OAc-


 OAc- + H2O -> HOAc + OH-

 Adanya OH- sebagai akibat hidrolisis parsial NaOAc


akan menyebabkan pH larutan menjadi bersifat
basa,
 sehingga pH pada titik ekuivalen titrasi asam lemah
dan basa kuat adalah basa, dan pHnya ditentukan
oleh konsentrasi NaOAc.
Perhitungan pH

[OH-] = { (10exp-14/10exp-50 }exp1/2 . 0,05


[OH-] = 7.07.10-6 M
pOH = -log 7.07.10-6 M = 5,15
pH = 14 – 5,15 = 8,85

Jadi pH larutan pada saat titik ekuivalen


adalah 8,85.
 pH ini adalah berada pada trayek pH indicator
pp o
 leh sebab itu titrasi asam asetat dengan NaOH
dipakai indicator pp.
 Jika indicator MO dipakai maka warnanya akan
berubah begitu titrasi dimulai dan secara
gradual berubah menjadi warna pada kondisi
basa pada sekitar pH diatas 6 sebelum titik
akhir titrasi di capai.
 Oleh sebab itulah maka indicator titrasi asam
lemah yang diapaki adalah indikator yang
memiliki transisi perubahan warna pada
kisaran pH 7 sampai 10 dan indicator pp
memenuhi kriteria ini
 Dengan penambahan NaOH maka OH- dari
hasil hidrolisis NaOAc dapat diabaikan

 sebab OH- dari NaOH yang akan


mendominasi.
 Oleh sebab itu adanya penambahan NaOH
maka pHnya ditentukan oleh konsentrasi OH-
dari NaOH
 dengan demikian pHnya semakin naik ke pH
basa.
4. Titrasi Asam Poliprotik

Anda mungkin juga menyukai