Nepolbet®
Salep Neomisin sulfat, Polimiksin B-sulfat, dan Betametason.
KELOMPOK 3
Surat Pengantar
SURAT PENGANTAR
No : 121/RO/STP/I/19
Lampiran : 1 Berkas Dokumen Registrasi Obat
Hal : Penyerahan Berkas Registrasi
Kepada
Yth. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Jl. Percetakan Negara No.23
Jakarta Pusat.
Dengan hormat,
Bersama surat ini, kami bermaksud untuk memberikan berkas registrasi produk obat kami
(terlampir) sebagai berikut:
Hormat kami,
PT. Radimus Farma-Jakarta, Indonesia
Formulir Registrasi
1 Registrasi Baru
R
R
R
Nepolbet®
Antibiotik D07CC01
Tube Tube yang terbuat dari logam, bervolume 5 gram dengan penutup yang memiliki lipatan ganda
5 gram
021-7776181&021-5557151 dianasaria@id
8009-03-8 Petrolatum 2895 mg Basis & Emolient Making Cosmetics Basis & Emolient
57-55-6 Propilenglikol 800 mg Basis & Emolient Caesar Loretz GmbH Jerman
Untuk mengobati infeksi kulit ringan (eksim, psoriasis, luka bakar ringan dan dermatitis atopik
Topikal
1 Registrasi Baru
Simpan pada suhu kamar (200C-250C) serta terlindung dari panas dan cahaya matahari
langsung
2 Tahun
90 Hari
Pernyataan Pendaftar
PERNYATAAN PENDAFTAR
APPLICANT DECLARATION
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa semua informasi dalam dokumen
registrasi untuk pemasaran atau perbaikan berkala dari:
I the undersigned certify that all the information in the accompanying documentation
concerning an application for a marketing authorization for or periodic review of:
Nama Obat
Product name : Nepolbet®
Nama Zat Aktif
Generic name (s) : Neomisin sulfat, Polimiksin B-sulfat, dan Betametason
Kekuatan per unit dosis
Strength(s) per dosage : Tiap 1 gram salep mengandung:
unit Neomisin sulfat 0,5%
Polimiksin B-sulfat 7,5%
Betametason 0,1%
Bentuk Sediaan
Dosage form : Salep
Pendaftar
Applicant company : PT. Radimus Farma-Jakarta, Indonesia
adalah terkini dan benar. Saya juga menyatakan bahwa saya mempunyai penjelasan dan saya
menjamin kebenarannya.
Is correct and true, and reflects the total current information available. I further certify that I have
exemined the following statement and I attest to their accuracy.
2. Formula tiap bentuk sediaan sama dengan formula induk dan catatan bets.
The formulation per dosage form correlates with the master formula and with thebatch
manufacturing record form.
3. Prosedur pembuatan benar-benar sesuai dengan formula induk dan catatan bets.
The manufacturing procedure is exactly as specified in the master formula and
batchmanufacturing record form.
4. Seluruh bets zat aktif dan zat tambahan diperoleh dari sumber yang terdaftar.
All batch of active pharmaceutical ingredient(s) and excipient(s) are obtained from the
source(s) specified in the accompanying documentation
5. Tiap bets zat aktif dan zat tambahan diuji sesuai spesifikasi dalam dokumen danmengikuti
semua spesifikasi sebelum obat disetujui.
Each batch of drug substance(s) and excipient(s) is tested or certified againts the specifications
in the accompanying documentation and complies fully with thosespecifications before it is
released for the manufacturing purposes.
6. Tiap bets kemasan diuji sesuai spesifikasi dalam dokumen dan mengikuti semuaspesifikasi
sebelum obat disetujui.
Each batch of the container/closure system is tested or certified against the specifications in
the accompanying documentation and complies fully with those specifications before it is
released for manufacturing purposes.
7. Tiap bets obat juga diuji sesuai spesifikasi dalam dokumen dan mengikuti semuaspesifikasi
sebelum obat disetujui dan dipasarkan.
Each batch of the finished product is tested or certified (in an accompanying certificate of
analysis for that batch) against the specifications in the accompanying documentation and
complies fully with those specifications before it is released for manufacturing purposes
8. Personal yang menyetujui obat yang akan dipasarkan adalah yang berkompeten sesuaidengan
pedoman CPOB.
The person releasing the product for sale is an authorized person as defined by national
guidelines concerning good manufacturing practice.
10. Pemegang ijin edar memiliki prosedur tetap untuk penanganan penarikan kembali obat.
The market authorization holder has a standard operating procedure for handling batch
recalls of its products.
Nama
Name (print or type) : Diana Sari Anhar, S.Farm., Apt.
Jabatan
Position in company : QA Manager
Nomor telepon
Telephone number : 021-7776181
Nomor fax
Fax number : 021-5557151
Alamat email
E-mail address : dianasaria@id.com
Tanda Tangan
Signature :
Tanggal
Date : 10 Januari 2019
Membaca:
1. Surat permohonan perusahaan No. PO/DIR/I/25/2016 Tanggal 25 Januari 2016 hal
Permohonan Izin Industri Farmasi dengan kelengkapan dokumen per tanggal 25 Januari
2016
2. Rekomendasi dari Badan POM Nomor 1890/AUDIT/CPOB/2016 Tanggal 30 Januari
2016 hasil Audit Pemenuhan Persyaratan CPOB
3. Rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Nomor 5986/DINKES/IZIN/2015
Tanggal 21 Januari 2016 hal Pemenuhan Persyaratan Administratif
Menimbang: bahwa permohonan PT. Radimus-Jakarta, Indonesia tersebut dapat disetujui, oleh
karena itu perlu menerbitkan Izin Industri Farmasi
Mengingat:
1. Ordonansi Obat Keras (Staatsblad Nomor 419 Tahun 1949);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 25, Tambahan lembaran Republik
Indonesia Negara Nomor 3596).
10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3781).
11. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4975).
12. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerja Kefarmasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5004).
13. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010 Tentang Prekursor (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5126).
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5285);
15. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1987 tentang Penyederhanaan Pemberian Izin Usaha
Industri;
16. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64
Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemerintah Non Departemen;
17. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/ Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia)
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan menteri kesehatan tentang industri farmasi PT. Radimus Farma-
Jakarta,Indonesia.
Kedua : Memberikan izin kepada PT. Radimus Farma-Jakarta, Indonesia Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) 16.027.134.0-090.01 Dengan Ketentuan Sebagai Berikut:
1. Jenis Industri : Formula Obat
2. Bentuk Sediaan yang diproduksi : Salep antibiotik
3. Lokasi Industri : Jl. Sukaceria No. 7
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan bahwa akan
diadakan peninjauan atau perubahan sebagaimana mestinya apabila terdapat
kekurangan atau kekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 22 Januari 2017
DIREKTUR JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (Badan
POM RI) No. HK. 00.05.3.0027 tanggal 2 Januari tahun 2007 tentang Penerapan Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik, dan No. HK.03.1.23.09.10.9030 tanggal 22 September 2010 tentang
Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.3.0027
tahun 2006 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2006, Kepala
Badan POM RI dengan ini memberikan: By virtue of the Decree of the Head of The National
Agency for Drug and Food Control of the Republic of Indonesia (NADFC) No.HK.00.05.3.0027
dated January 2, 2007 on the implementation of Good Manufacturing Practice, and No.
HK.03.1.23.09.10.9030 dated September 22, 2010 on the Changes of the Decree of the Head of
the National Agency for Drug and Food Control No. HK.00.05.3.0027 year 2006 on the
Implementation of Good Manufacturing Practice year 2006, hereby the Head of NADFC confers:
SERTIFIKAT
A Certificate
on
Cara Pembuatan Obat Yang Baik
Good Manufacturing Practice for Pharmaceutical Products
Activity
Persyaratan Khusus :-
Special Requirements
Berlaku Sampai Dengan : 22 Oktober 2021
Valid Until
Sertifikat ini akan dibatalkan apabila terjadi perubahan yang mengakibatkan tidak dipenuhi
persyaratan Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik berdasarkan Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan No. HK.00.05.3.0027 tanggal 2 Januari tahun 2007 dan No.
HK.03.1.23.09.10.9030 tanggal 22 September 2010.
Should any change occurs resulting in incompliance with of Good Manufacturing Practice in
pursuance of the Decree of the Head of the National Agency of Drug and Food Control Republic
of Indonesia No.HK.00.05.3.0027 dated January 2, 2007 and No. HK.03.1.23.09.10.9030 dated
September 22, 2010, this certificate shall be revoked.
Hasil Pra-registrasi
Kuitansi Pembayaran
KUITANSI PEMBAYARAN
Informasi Produk
Informasi Produk
1.1 Brosur
1.2 Ringkasan Karakteristik Obat
BROSUR
Pemerian Sediaan setengah padat berwarna putih kekuningan, agak berminyak, tidak
berbau tengik
Indikasi Untuk mengobati infeksi kulit ringan (seperti eksim, psoriasis, luka
bakar ringan dan bisul).
Efek Samping Reaksi hipersensitivitas, edema, gatal pada palpebral, eritema pada
konjungtiva, sensitasi local.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan perubahan atrofi
lokal pada kulit, mis. menipis, striae dan dilatasi pembuluh darah
superfisial.
Sensasi terbakar kulit lokal, pruritus, perubahan pigmentasi,
dermatitis kontak alergi dan hipertrikosis.
Overdosis Penggunaan berlebihan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
absorpsi sistemik yang cukup yang mengakibatkan gejala sindrom
Cushing.
Penyerapan sistemik yang signifikan dari neomycin sulfate dapat
menyebabkan ototoxicity dan nephrotoxicity.
Perawatan melibatkan penarikan obat dan memantau status umum,
ketajaman pendengaran, fungsi ginjal dan neuromuskuler pasien
Peringatan Hindari pengobatan yang berkepanjangan karena dapat
menyebabkan efek kortikosteroid sistemik bahkan tanpa
penyumbatan.
Hindari aplikasi berlebihan yang berkepanjangan ke area wajah.
Tarik pengobatan jika ada penyebaran infeksi.
Risiko perkembangan glaukoma jika persiapan memasuki mata.
Pemantauan rutin direkomendasikan ketika digunakan dalam
psoriasis karena toleransi pengobatan, kambuh kembali, psoriasis
pustular menyeluruh atau toksisitas sistemik.
Risiko kepekaan kontak meningkat ketika digunakan untuk waktu
yang lama atau berulang. Kehamilan dan menyusui.
Interaksi Obat Jika ada penyerapan sistemik yang signifikan, neomisin sulfat dapat
meningkatkan efek depresi pernapasan pada penghambat
neuromuskuler.
Penyimpanan Simpan pada suhu kamar (200C – 250C) serta terlindung dari panas
dan cahaya matahari langsung. Stabil selama 28 hari setelah
pembukaan.
Nama Pendaftar PT. Radimus Farma, Jakarta-Indonesia
KEMASAN TUBE
Dokumen Mutu
Dokumen Mutu
S.3 Karakteristik
3.1 Elusidasi Struktur dan Karakterisasi
A Neomisin Sulfat
Neomisin sulfat diuji menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil
kromatografi menunjukkan kromatogram sebagai berikut:
B Polimiksin B Sulfat
Polimiksin B Sulfat diuji dengan menggunakan spektrofotometer inframerah.
Spektrum serapan inframerah polimiksin B sulfat yang didispersikan dalam kalium
bromida P menunjukkan hasil sebagai berikut:
C Betametason
Betametason diuji dengan menggunakan spektrofotometer inframerah. Spektrum
serapan inframerah betametason yang didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan hasil sebagai berikut:
B Polimiksin B Sulfat
Pemerian : Serbuk putih sampai kekuning – kuningan; tidak berbau atau
bau khas lemah
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol
Identifikasi : Sesuai
Kadar : 90% - 110%
pH : Antara 5,0 dan 7,5
Rotasi Jenis : Antara -78 dan -90o, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan; larutkan 0,5 gram neomisin sulfat dalam air R
dan encerkan hingga 25 ml dengan pelarut yang sama
Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 7,0%; lakukan pengeringan dalam botol
bersumbat kapiler, dalam hampa udara, pada suhu 60o selama
3 jam, menggunakan 100mg
Sisa Pemijaran : Tidak lebih dari 5,0%; lakukan penetapan dengan
membasahkan sisa pengarangan dengan 2 ml asam nitrat P
dan 5 tetes asam sulfat P
Uji Potensi Antibiotik : Pengujian dengan Bordetella bronchiseptica
ATCC 4617
C Betametason
Pemerian : Serbuk hablur; putih sampai hampir putih; tidak berbau.
Melebur pada suhu lebih kurang 240o disertai sedikit
penguraian
Kelarutan : Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton, dalam
etanol, dalam dioksan, dan dalam metanol; sangat sukar larut
dalam kloroform dan eter
Identifikasi : Sesuai
Kadar : 90% - 110%
pH : Antara 5,0 dan 7,4
Rotasi Jenis : Antara +118o dan +126o, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan; lakukan penetapan menggunakan larutan dalam
metanol P yang mengandung 5 mg per ml
Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 1,0%; lakukan pengeringan pada suhu 105o
selama 3 jam
Sisa Pemijaran : Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan menggunakan kurs
platina
Keterangan :
a= Rotasi optik (°)
c= Konsentrasi sampel (g/100 ml)
Bag.II, Ord.II, SubBag B S.4, Hal 10
PT.Radimus Farma Nepolbet® RAHASIA
Keterangan:
[B] = Bobot kosong dan tutupnya + sampel (setelah dikeringkan dalam
oven) dalam gram
[A] = Bobot kosong dan tutupnya + sampel (sebelum dikeringkan dalam
Oven) dalam gram
Keterangan: Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang
ditetapkan untuk susut pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama
1-2 jam pada suhu 5-10 °C di bawah suhu lebur, kemudian keringkan pada
suhu yang telah ditetapkan.
g. Uji potensi antibiotik
Pengujian dilakukan menggunakan Staphylococcus epidermidis ATCC 12228
Penyiapan Larutan Baku dan Larutan Uji
Timbang seksama baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI yang telah
dikeringkan dan larutkan dalam 100,0 ml dapar fosfat nomor 3 hingga
diperoleh konsentrasi 1,0 mg/ml. Simpan dalam lemari pendingin dan
gunakan pada waktu yang ditentukan (batas penggunaan: 14 hari). Pada
hari penetapan, buat pengenceran secara bertahap dengan dapar fosfat no.
3 hingga diperoleh konsentrasi 1,0 μg/ml, encerkan kembali dengan dapar
fosfat no. 3 hingga diperoleh lima konsentrasi larutan baku, yaitu 1,5625
µg/ml (S1); 1,25 µg/ml (S2); 1,0 µg/ml (S3); 0,8 µg/ml (S4); 0,64 µg/ml
(S5). Buat larutan persediaan dan enceran larutan uji pada hari penetapan,
dengan pengencer akhir yang sama seperti untuk baku pembanding. Buat
dosis larutan uji bahan baku Neomisin Sulfat sama dengan dosis tengah,
yaitu 1,0 µg/ml (U3). Buat larutan uji bersamaan dengan larutan baku.
Penyiapan Inokulum
- Inokulasikan biakan segar Staphylococcus epidermidis ATCC
12228 dari agar miring ke permukaan 250 ml media 1 dalam sebuah
botol Roux. Sebarkan secara merata di atas permukaan agar media
dengan bantuan butiran kaca steril, lalu inkubasikan selama 24 jam
pada suhu 32-35˚C.
- Pada akhir inkubasi, buat suspensi persediaan dengan
mengumpulkan biakan permukaan ke dalam 50 ml larutan natrium
klorida 0,9% steril. Untuk penetapan, encerkan sebagian suspensi
persediaan dengan cara melarutkan 1 ml suspensi persediaan dalam
14 ml NaCl 0,9% steril dan ukur transmitannya pada 580 nm. Atur
perbandingan hingga inokula mempunyai transmitans 25%
- yU = a + bXU
Keterangan:
y = diameter hambatan baku
yU= diameter hambatan uji
x = log dosis baku = log S
U= diameter hambatan uji pada cawan uji
S3U = diameter baku 3(S3) pada cawan yang mengandung uji
XU = log dosis uji
- Potensi Uji
𝑈
𝑥 100%
𝑆3
Media 1
Pepton P 6,0 g
Digesti pankreatik kasein P 4,0 g
Ekstrak ragi P 3,0 g
Ekstrak daging P 1,5 g
Glukosa P 1,0 g
Agar P 15,0 g
Air 1000 ml
pH setelah sterilisasi adalah 6,6 ± 0,1
Media 11
Sama seperti Media 1, kecuali pH setelah sterilisasi adalah 8,3 ± 0,1.
Dapar Fosfat Nomor 3
pH 8,0; 0,1 M; Larutkan 16,73 g kalium fosfat dibasa dan 0,523 g kalium
fosfat monobasa dalam air 1000 ml. Atur pH hingga 8,0 ± 0,1 dengan
asam fosfat 18 N atau kalium hidroks
Inokulasikan 1 ose
Botol Roux media 1;
Inkubasi ±24 jam 32-35°C
+ 50 ml NaCl 0,9%
A= 0,675 atau %T=25%
1mL + 14 mL NaCl
0,9%
Seed
layer
Based layer
21 ml media 11
1 mg/mL
S1 S3 S2 S3 S4 S3 S5 S3 U S3
1 17,4 19,4 18,4 19,6 20,0 19,4 21,0 19,6 19,6 19,8
2 17,5 19,2 18,4 19,6 20,4 19,4 21,2 19,2 19,6 19,6
3 17,8 19,6 18,2 19,4 20,2 19,6 21,4 19,2 19,8 19,8
4 17,8 19,8 18,2 19,2 20,4 19,4 21,0 19,6 19,8 19,4
5 17,4 19,8 18,6 19,4 20,4 19,4 20,8 19,2 19,8 19,4
6 17,8 19,8 18,2 19,8 20,2 19,2 21,6 19,6 19,2 19,6
7 17,7 19,8 18,0 19,4 20,0 19,2 20,8 19,4 19,2 19,4
8 17,8 19,4 18,4 19,4 20,6 19,6 20,8 19,4 19,8 19,2
9 17,6 19,6 18,4 19,4 20,6 19,4 20,8 19,4 19,8 19,4
Jumlah 158,8 176,4 164,8 175,2 182,6 174,6 189,4 174,6 176,03 175,6
Rata-
17,644 19,600 18,311 19,467 20,289 19,400 21,044 19,400 19,559 19,511
rata
Hasil
17,778 18,311 20,222 20,978
koreksi
Persamaan garis : y = a + bx
Yu = {y + (U – S3U)}
Yu = a+ bXu
Y=19,37785- 0,229225 x
U
Potensi uji = S3 x 100 %
= (1,0271 / 1) x 100 %
= 102,7 %
B Polimiksin B Sulfat
a. Pemerian
Pemerian dilihat dari bentuk fisik, yaitu bentuk, warna, dan bau. Bahan baku
diamati bau, warna, serta tekstur secara subjektif.
b. Identifikasi
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
o Larutan uji dibuat dengan cara melarutkan 5 mg sampel dalam 1 ml
asam klorida 6 N dalam vial reaksi 3ml. Tutup rapat vial dan panaskan
pada suhu 105o selama 5 jam, setelah itu biarkan dingin pada suhu
kamar dan buka tutup. Uapkan isi vial pada suhu 100o dengan aliran
gas nitrogen sampai kering dan tidak ada lagi asam klorida yang
terdeteksi.
o Larutan acuan dibuat dengan cara seperti pembuatan larutan uji
menggunakan 5 mg Polimikmisin B Sulfat BPFI.
o Larutan baku dibuat sebanyak empat jenis. Dibuat larutan dalam air
yang mengandung (1) 2 mg L – Leusin BPFI, (2) 2 mg L – Treoin
BPFI, (3) 2 mg L – Fenilalanil BPFI, dan (4) 2 mg L – Serin BPFI
per ml
o Totolkan secara terpisah masing – masing 3µl larutan uji, larutan
acuan, dan ke empat larutan baku pada lempeng kromatografi silika
gel
o Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi fase gerak
campuran fenol P - air (75:25) yang dibuat segar dan dibiarkan
merambat sampai lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng,
dilakukan dalam keadaan cahaya dikurangi.
o Angkat lempeng, keringkan pada suhu 110o selama 5 menit.
o Semprot lempeng dengan pereaksi yang dibuat dari 1 gram ninhidrin
P yang dilarutkan dalam 50 ml etanol P dan 10 ml asam asetat glasial
P, panaskan pada suhu 110o selama 5 menit, amati kromatogram:
harga Rf bercak utama yang diperoleh dari larutan uji dan larutan
acuan sesuai dengan yang diperoleh dengan dari larutan baku (1), (2),
dan (3) tetapi tidak terdapat bercak yang sesuai dengan harga Rf
larutan baku (4).
c. Penetapan potensi
Penetapan potensi dilakukan seperti tertera pada penetapan potensi antibiotik
secara mikrobiologi (FI V, 131)
d. pH
Uji penetapan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang dilengkapi
elektrode kalomel yang sudah dibakukan menggunakan larutan dapar yang
sesuai. Larutkan 5 mg zat uji dalam 1 ml air bebas karbon dioksida P dan ukur
pH larutan uji dengan pH meter. Bahan baku memenuhi syarat jika pH berkisar
antara 5,0 dan 7,5.
e. Rotasi jenis
Rotasi optik bahan baku polimiksin b sulfat ditetapkan dengan menimbang
sebanyak 500 mg zat uji yang telah dikeringkan menurut penetapan susut
pengeringan dan dilarutkan dalam 25 ml air bebas karbon dioksida P
sehingga didapatkan konsentrasi larutan 20 mg/ml. Atur suhu 25 °C, ukur
rotasi optik larutan dan blanko (pelarut)
Rotasi optik larutan maupun blanko (pelarut) diukur menggunakan
polarimeter yang sudah dikalibrasi pada panjang gelombang 589 nm dan
suhu 25oC.
Cara hitung rotasi jenis:
[α]25°C
589 nm = 100a/lpd = (100 a) / (l c)
Keterangan :
a= Rotasi optik (°)
c= Konsentrasi sampel (g/100 ml)
l = panjang tabung polarimeter (dm);
d = BJ cairan/larutan pada suhu pengamatan;
p = kadar larutan (g/100 g larutan)
Keterangan:
a. Rotasi jenis dari larutan harus ditentukan dalam waktu 30 menit setelah
pembuatan. Upayakan agar waktu yang terpakai tiap kali sama bagi zat
yang diketahui mengalami rasemisasi atau mutarotasi.
b. Tabung polarimeter harus diisi sedemikian agar tidak terbentuk atau
meninggalkan gelembung udara yang mengganggu berkas cahaya yang
lewat.
c. Pengukuran paling sedikit 5 kali (baik sampel maupun blanko)
f. Susut pengeringan
Botol timbang tanpa tutup dikeringkan dalam oven vakum pada suhu 105o
± 2oC. selama 30 menit dan dinginkan dalam desikator hingga suhu kamar.
Botol timbang tanpa tutup dikeringkan kembali dalam oven vakum pada
suhu 60o ± 2oC selama 3 jam dalam hampa udara. Setelah 3 jam botol
Keterangan:
a. Jika jumlah residu yang diperoleh melebihi batas yang ditentukan
dalam monografi individu, ulangi pembasahan dengan asam sulfat,
pemanasan dan pemijaran seperti sebelumnya, menggunakan periode
pemijaran 30 menit, sampai dua penimbangan berturut-turut dari
residu tidak berbeda lebih dari 0,5 mg atau sampai persentase residu
sesuai dengan batas dalam monografi individu.
b. Lakukan pemijaran dalam lemari asam berventilasi baik, tetapi
terlindung dari aliran udara dan pada suhu serendah mungkin agar
pembakaran karbon terjadi sempurna. Dapat menggunakan tanur, jika
didinginkan dan untuk pemijaran akhir direkomendasikan
menggunakan suhu pada 600o ± 50oC.
h. Uji potensi antibiotik
Pengujian dilakukan menggunakan Bordetella bronchiseptica ATCC 4617
Penyiapan Larutan Baku dan Larutan Uji
Timbang seksama baku pembanding Polimiksin B BPFI yang telah
dikeringkan dan larutkan dalam 100,0 ml dapar fosfat nomor 6 hingga
diperoleh konsentrasi 1,19 mg/ml. Simpan dalam lemari pendingin dan
gunakan pada waktu yang ditentukan (batas penggunaan: 14 hari). Pada
hari penetapan, buat pengenceran secara bertahap dengan dapar fosfat no.
6 hingga diperoleh konsentrasi 1,19 μg/ml, encerkan kembali dengan dapar
fosfat no. 6 hingga diperoleh lima konsentrasi larutan baku, yaitu 1,859375
µg/ml (S1); 1,4875 µg/ml (S2); 1,19 µg/ml (S3); 0,952 µg/ml (S4); 0,7616
µg/ml (S5). Buat larutan persediaan dan enceran larutan uji pada hari
penetapan, dengan pengencer akhir yang sama seperti untuk baku
pembanding. Buat dosis larutan uji bahan baku Polimiksin B sama dengan
dosis tengah, yaitu 1,19 µg/ml (U3). Buat larutan uji bersamaan dengan
larutan baku.
Penyiapan Inokulum
- Inokulasikan biakan segar Bordetella bronchiseptica ATCC 4617 dari
agar miring ke permukaan 250 ml media 1 dalam sebuah botol Roux.
Sebarkan secara merata di atas permukaan agar media dengan bantuan
butiran kaca steril, lalu inkubasikan selama 24 jam pada suhu 32-35˚C.
- Pada akhir inkubasi, buat suspensi persediaan dengan mengumpulkan
biakan permukaan ke dalam 50 ml larutan natrium klorida 0,9% steril.
Untuk penetapan, encerkan sebagian suspensi persediaan dengan cara
melarutkan 1 ml suspensi persediaan dalam 14 ml NaCl 0,9% steril dan
ukur transmitannya pada 580 nm. Atur perbandingan hingga inokula
mempunyai transmitans 25% terhadap larutan natrium klorida 0,9%
sebagai blanko.
- Buat inokulum dengan menambahkan 0,1 ml suspensi persediaan
dengan 99,9 ml agar media 10 yang telah dicairkan dan didinginkan
pada suhu 45-50°C, putar hingga diperoleh suspensi homogen.
Pengujian
Penyiapan lempeng: tuang 21 ml media 10 ke dalam cawan petri dan
biarkan memadat sebagai lapisan dasar yang licin dengan ketebalan
seragam. Tambahkan 4,0 ml lapisan inokulum, putar lempeng untuk
menyebarkan inokula pada permukaan dan biarkan memadat. Letakkan 6
buah silinder pada permukaan yang telah diinokulasi dari ketinggian 12 mm
menggunakan alat mekanik atau alat lain untuk menjamin penempatannya
pada radius 2,8 cm. Lalu tutup lempeng agar tidak terjadi kontaminasi. Isi
keenam silinder pada cawan petri dengan larutan baku dengan berbagai
konsentrasi dan larutan uji yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian
inkubasi lempeng pada suhu 36°C-37,5°C selama 16 - 18 jam. Ambil semua
silinder, ukur dan catat diameter setiap hambatan pertumbuhan hingga
mendekati 0,1 mm. Hitung potensi.
Dekstrosa P 2,5 g
Agar P 20,0 g
Air 1000 ml
Media 10
Sama seperti Media 9, kecuali menggunakan agar P 12,0 g sebagai ganti
20,0 g, dan setelah pendidihan media untuk melarutkan agar, tambahkan 10
ml polisorbat 80 P. pH setelah sterilisasi 7,2 ± 0,1.
Dapar Fosfat Nomor 6
pH 6,0; 10%; Larutkan 20,0 g kalium fosfat dibasa P dan 80,0 g kalium
fosfat monobasa P dalam air 1000 ml. Atur pH hingga 6,0 ± 0,05 dengan
asam fosfat 18 N atau natrium hidroks
+ 50 ml NaCl 0,9%
A= 0,602 atau %T=25%
Seed layer
Based layer
21 ml media 10
1 ,19 mg/mL
+ dapar fosfat
Masukkan larutan uji dan
nomor 6
satandar pada cakram
1,19 µg/mL
S1 S2 S3 S4 S5
1,859375 µg/ml 1,19 µg/ml 0,7616 µg/ml Ukur diameter hambatan
1,4875 µg/ml 0,952 µg/ml Hitung potensi dan hitung
batas kepercayaan
S1 S3 S2 S3 S4 S3 S5 S3 U S3
1 17,4 19,4 18,4 19,6 20,0 19,4 21,0 19,6 19,8 19,6
2 17,5 19,2 18,4 19,6 20,4 19,4 21,2 19,2 19,6 19,6
3 17,8 19,6 18,2 19,4 20,2 19,6 21,4 19,2 19,8 19,8
4 17,8 19,8 18,2 19,2 20,4 19,4 21,0 19,6 19,4 19,8
5 17,4 19,8 18,6 19,4 20,4 19,4 20,8 19,2 19,4 19,8
6 17,8 19,8 18,2 19,8 20,2 19,2 21,6 19,6 19,6 19,2
7 17,7 19,8 18,0 19,4 20,0 19,2 20,8 19,4 19,4 19,2
8 17,8 19,4 18,4 19,4 20,6 19,6 20,8 19,4 19,2 19,8
9 17,6 19,6 18,4 19,4 20,6 19,4 20,8 19,4 19,4 19,8
Jumlah 158,8 176,4 164,8 175,2 182,6 174,6 189,4 174,6 175,6 176,1
Rata-
17,644 19,600 18,311 19,467 20,289 19,400 21,044 19,400 19,511 19,565
rata
Hasil
17,778 18,311 20,222 20,978
koreksi
Diameter zona
Larutan baku Log S=X hambat X2 Y2 XY
(mm)=Y
Dosis S1=
0,269366987 a = 17,778 0,072559 316,0494 4,7888063
1,859375
Persamaan garis : y = a + bx
Yu = {y + (U – S3U)}
Yu = a+ bXu
Y=20,7457798- 10,614182 x
U
Potensi uji = S3 x 100 %
= 101,42 %
C Betametason
a. Pemerian
Pemerian dilihat dari bentuk fisik, yaitu bentuk, warna, dan bau. Bahan baku
diamati bau, warna, serta tekstur secara subjektif.
b. Identifikasi
Spektrofotometer IR (A)
o Sejumlah bahan baku uji (Betametason) dan Betametason BPFI
didispersikan dalam minyak mineral P dan diukur serapan
inframerahnya menggunakan spektrofotometer IR
o Uji dikatakan positif jika spektrum serapan inframerah bahan baku uji
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Betametason BPFI
Kromatografi Lapis Tipis
o Totolkan secara terpisah masing – masing 10µl larutan yang
mengandung zat uji 0,5 mg per ml dan Neomisin sulfat BPFI 0,5 mg
per ml pada lempeng kromatografi silika gel
o Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi fase gerak
campuran kloroform P – dietilamin P (2:1) yang dibuat segar dan
dibiarkan merambat sampai lebih kurang tiga per empat tinggi
lempeng
o Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan sampai kering.
o Semprot lempeng dengan larutan asam sulfat (1 dalam 2) dan
panaskan diatas lempeng pemanas atau dibawah lampu hingga bercak
tampak: harga Rf bercak utama larutan uji sesuai dengan larutan baku
c. Penetapan kadar
Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Detektor : Spektrofotometer dengan panjang gelombang 254 nm
Kolom : 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1
Laju alir : 1 ml/menit
Kesesuaian Sistem
Waktu retensi relatif : Betametason = 1,0; Propilparaben = 1,4
Resolusi : R antara puncak betametason dan propilparaben
tidak kurang dari 3,0
RSD : Penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%
Fase Gerak
Dibuat campuran air – Asetonitril P dengan rasio 63:37, kemudian saring.
Larutan Baku Internal
Propilparaben ditimbang sebanyak 0,25 mg kemudian dilarutkan dalam 1
ml etanol P hingga kadar lebih kurang 0,25 mg/ml
Larutan Baku
Betametason BPFI ditimbang secara saksama, dilarutkan dalam etanol P
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg/ml. Dimasukkan 10 ml larutan kedalam
vial yang sesuai, ditambahkan 10 ml larutan baku internal hingga kadar
betametason lebih kurang 0,1 mg/ml dan kadar propil paraben lebih kurang
0,125 mg/ml
Larutan Uji
Sebanyak 80 mg zat uji ditimbang saksama dan dilarutkan dalam etanol P
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg/ml. Dimasukkan 10 ml larutan kedalam
vial yang sesuai, ditambahkan 10 ml larutan baku internal hingga kadar
betametason lebih kurang 0,1 mg/ml dan kadar propil paraben lebih kurang
0,125 mg/ml
Prosedur
Suntikkan secara terpisah lebih kurang 10µl larutan baku dan larutan uji
kedalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
utama. Hitung jumlah, dalam mg betametason, C22H29FO5, dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
𝑅𝑈
800 𝐶( )
𝑅𝑆
Keterangan:
C : kadar betametason BPFI dalam mg per ml larutan baku
Ru dan Rs : perbandingan respon puncak betametason terhadap
propilparaben dari larutan uji dan larutan baku
d. pH
Uji penetapan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang dilengkapi
elektrode kalomel yang sudah dibakukan menggunakan larutan dapar yang
sesuai. Larutkan 5 mg zat uji dalam 1 ml air bebas karbon dioksida P dan ukur
pH larutan uji dengan pH meter. Bahan baku memenuhi syarat jika pH berkisar
antara 5,0 dan 7,4.
e. Rotasi jenis
Rotasi optik bahan baku betametason ditetapkan dengan menimbang
sebanyak 50 mg zat uji yang telah dikeringkan menurut penetapan susut
Keterangan :
a= Rotasi optik (°)
c= Konsentrasi sampel (g/100 ml)
l = panjang tabung polarimeter (dm);
d = BJ cairan/larutan pada suhu pengamatan;
p = kadar larutan (g/100 g larutan)
Keterangan:
c. Rotasi jenis dari larutan harus ditentukan dalam waktu 30 menit setelah
pembuatan. Upayakan agar waktu yang terpakai tiap kali sama bagi zat
yang diketahui mengalami rasemisasi atau mutarotasi.
d. Tabung polarimeter harus diisi sedemikian agar tidak terbentuk atau
meninggalkan gelembung udara yang mengganggu berkas cahaya yang
lewat.
e. Pengukuran paling sedikit 5 kali (baik sampel maupun blanko)
f. Susut pengeringan
Botol timbang tanpa tutup dikeringkan dalam oven vakum pada suhu 105o
± 2oC. selama 30 menit dan dinginkan dalam desikator hingga suhu kamar.
Botol timbang tanpa tutup dikeringkan kembali dalam oven vakum pada
suhu 105o ± 2oC selama 3 jam. Setelah 3 jam botol segera ditutup dan
biarkan dalam desikator sehingga suhunya mencapai suhu kamar dan
ditimbang. Catat bobot botol timbang.
Zat uji (bahan baku betametason) dicampur dan ditimbang saksama
sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam botol timbang tersebut, dan
ditimbang saksama botol beserta isinya. Catat bobot botol timbang dan zat
uji. Hitung bobot awal zat uji.
Perlahan-lahan dengan menggoyang, zat uji diratakan sampai setinggi lebih
kurang 5 mm.
Botol timbang yang berisi zat uji dimasukkan ke dalam oven vakum, tutup
dibuka dan dibiarkan di dalam oven vakum dan dipanaskan pada suhu 60o
± 2oC dalam hampa udara selama 3 jam. Pada waktu oven dibuka, botol
segera ditutup dan dibiarkan dalam desikator hingga suhunya mencapai
suhu kamar dan ditimbang. Catat bobot botol timbang dan zat uji pasca
pengeringan.
Cara hitung susut pengeringan :
[A] – [B]
𝑠𝑢𝑠𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥 100%
[𝐴]
Keterangan:
[B] = Bobot kosong dan tutupnya + sampel (setelah dikeringkan dalam
oven) dalam gram
[A] = Bobot kosong dan tutupnya + sampel (sebelum dikeringkan dalam
Oven) dalam gram
Keterangan: Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang
ditetapkan untuk susut pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama 1-
2 jam pada suhu 5-10 °C di bawah suhu lebur, kemudian keringkan pada
suhu yang telah ditetapkan.
g. Sisa pemijaran
Krus platina dipijar pada suhu 600o ± 50oC selama 30 menit, dinginkan
krusibel didalam desikator dan ditimbang saksama
Sebanyak 1-2 gram zat uji (betametason) ditimbang saksama ke dalam
krusibel yang telah dikeringkan
Zat uji dibasahi dengan 1 ml H2SO4 P, kemudian dipanaskan perlahan-lahan
pada suhu serendah mungkin hingga zat uji mengarang sempurna
Dinginkan; sisa/residu zat uji dibasahi dengan 1 ml H2SO4 P, dipanaskan
perlahan-lahan sampai tidak terbentuk asap putih dan dipijar pada suhu
800o ± 25oC hingga sisa/residu zat uji habis terbakar.
Dinginkan krusibel didalam desikator, ditimbang saksama dan hitung
persentase sisa pemijaran.
Cara hitung sisa pemijaran:
Sisa Pemijaran (%)
Berat krusibel berisi zat uji setelah dipijar − Berat krusibel kosong
= 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑝𝑖𝑗𝑎𝑟
Keterangan:
Jika jumlah residu yang diperoleh melebihi batas yang ditentukan dalam
monografi individu, ulangi pembasahan dengan asam sulfat, pemanasan
Bag.II, Ord.II, SubBag B S.4, Hal 30
PT.Radimus Farma Nepolbet® RAHASIA
P. Obat
1.2 Komposisi
Formula tiap tube (5 gram) mengandung:
1. Zat Aktif
Neomisin Sulfat 25 mg
Polimiksin B-Sulfat 375 mg
Betametason 5 mg
2. Zat Tambahan
Wax 900 mg
Petrolatum 2895 mg
Propilen glikol 800 mg
A. Neomisin Sulfat
Neomisin Sulfat merupakan garam sulfat dari neomisin. Neomisin Sulfat
adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang dihasilkan dari pertumbuhan
Streptomyces fradiae dan bekerja secara bakterisidal terhadap bakteri gram negatif
dengan cara menghambat sintesis protein dan menghasilkan kesalahan dalam
transkripsi kode genetik. Bentuknya serbuk higroskopis berwarna putih atau putih
kekuningan. Mudah larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam aseton, dalam kloroform, dan dalam eter. Memiliki pH 5,0 hingga 7,5.
Neomisin sulfat digunakan untuk terapi pada infeksi kulit seperti pada luka bakar
atau bisul.
B. Polimiksin B-Sulfat
Polimiksin B-Sulfat adalah antibiotik yang dihasilkan dari pertumbuhan
Bacillus polymyxa dan bekerja secara bakterisidal dengan cara mengikat membran
fosfolipid dan mengganggu membran sitoplasma pada bakteri. Bentuknya serbuk
higroskopis berwarna putih atau hampir putih yang mudah larut dalam air dan sukar
larut dalam etanol. Memiliki pH 5,0 hingga 7,5. Kegunaan polimiksin b-sulfat
dalam formula nepolbet adalah untuk mengobati infeksi pada kulit akibat luka
bakar atau luka goresan.
C. Betametason
Betametason adalah kortikosteroid yang efektif sebagai antiinflamasi dengan
menghambat pelepasan berbagai sitokin. Bentuknya serbuk hablur berwarna putih
atau hampir putih, bersifat higroskopik yang tidak larut dalam air, agak sukar larut
dalam aseton, dalam etanol, sangat sukar larut dalam kloroform dan dalam eter.
Betametason dapat digunakan dengan penambahan antimikroba seperti neomisin
untuk pengobatan kulit yang terinfeksi.
1. Wax
Wax berwarna kuning atau coklat muda dan memiliki bau khas yang samar.
Wax menjadi lunak ketika dipanaskan. Kegunaan utamanya dalam formulasi
sediaan salep nepolbet adalah digunakan sebagai bahan pengental dalam
pembuatan krim dan salep.
2. Petrolatum
Petrolatum berwarna kuning pucat hingga kuning, tembus cahaya, dan halus.
Tidak berbau, hambar, dan tidak berfluoresensi di siang hari. Biasa digunakan
sebagai eksipien dalam formulasi sediaan topical karena sifat emoliennya. Pada
formulasi ini petrolatum berperan sebagai basis dan emolien.
3. Propilenglikol
Propilenglikol adalah cairan bening, tidak berwarna, kental, praktis tidak
berbau, memiliki rasa manis, baunya sedikit tajam menyerupai gliserin. Propilen
glikol larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air. Pada
formulasi ini propilen glikol berfungsi sebagai bahan pengawet dan sebagai
pelarut.
2.3 Obat
2.3.1 Pengembangan Formula
Betametason 0,1% 5
Perhitungan Bahan:
7,5
Polimiksin B Sulfat 100
× 5 𝑔 = 375 𝑚𝑔
0,5
Neomisin Sulfat × 5 𝑔 = 25𝑚𝑔
100
0,1
Betametason × 5 𝑔 = 5 𝑚𝑔
100
18
Wax × 5 𝑔 = 900 𝑚𝑔
100
57,9
Petrolatum × 5 𝑔 = 2895 𝑚𝑔
100
16
Propilen Glikol 100
× 5 𝑔 = 800 𝑚𝑔
Jumlah bahan yang dibutuhkan untuk membuat tiap bets (10.000 tube):
Polimiksin B Sulfat 375 𝑚𝑔 × 10.000 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 3750 𝑔
Neomisin Sulfat 25 𝑚𝑔 × 10.000 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 250 𝑔
Betametason 5 𝑚𝑔 × 10.000 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 50 𝑔
Wax 900 𝑚𝑔 × 10.000 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 9000 𝑔
Petrolatum 2895 𝑚𝑔 × 10.000 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 28950 𝑔
Propilen glikol 800 𝑚𝑔 × 10.000 𝑡𝑢𝑏𝑒 = 8000 𝑔
(1)
Salep
Lolos QC
2. Uji pH
Hasil pengukuran pH untuk sediaan setengah padat termasuk salep disesuaikan
dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan
pH meter yang telah dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH 4
dan 7. Pengukuran pada sediaan salep dilakukan pada suhu kamar. Bila sistem
telah berfungsi dengan baik, maka bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan
larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. Gunakan air bebas
karbon dioksida P untuk pelarutan atau pengenceran larutan uji.
3. Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan tujuan untuk melihat kekentalan dari sediaan.
Semakin besar tahanan suatu zat cair untuk mengalir maka semakin besar pula
viskositasnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Viskometer Brookfield
dengan spindle no 5.
4. Konsistensi
Pengukuran konsistensi dilakukan dengan alat penetrometer. Dalam pengukuran
konsistensi dengan penetrometer jika nilai yield value berkisar antara 100-1000
dyne/cm2 maka sediaan mudah tersebar. Apabila dibawah rentang < 100 dyne/cm2
maka sediaan terlalu mudah mengalir sedangkan jika diatas rentang > 1000
dyne/cm2 maka sediaan terlalu keras dan tidak mudah disebar.
3.3 Validasi Proses dan /atau laporan
-
P.4 Kontrol Terhadap Zat Tambahan
4.1 Spesifikasi
Spesifikasi dan metode pengujian zat tambahan dilihat berdasarkan sertifikat analisis
dari produsen zat tambahan.
1. Wax
Pemerian : Berwarna coklat pucat / kuning tua dengan karakteristik bau
madu yang samar
2. Petrolatum
Pemerian : Tidak berwarna, tidak berbau
3. Propilen Glikol
Pemerian : Cairan bening, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau,
rasanya manis, baunya sedikit tajam menyerupai gliserin.
Titik leleh
Siapkan zat uji dan masukkan ke dalam kapiler seperti pada Metode I. Panaskan tangas
hingga suhu lebih kurang 10o di bawah suhu lebur yang diperkirakan, dan naikkan suhu
dengan kecepatan 1o ± 0,5o per menit. Masukkan kapiler seperti Metode I, bila suhu
mencapai 5o di bawah suhu terendah yang diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga
melebur sempurna. Catat jarak lebur seperti pada Metode I.
Nilai saponikasi
Reaksi hidrolisis trigliserida (lemak/minyak) dengan menggunakan basa kuat seperti
NaOH/KOH yang ditambahkan pada fase air, menghasilkan gliserol dan garam asam
lemak. Garam asam lemak yang dihasilkan tersebut disebut sebagai sabun. Pada
umunya fase minyak yang digunakan pada metode saponifikasi adalah asam lemak
tinggi seperti asam stearat atau minyak tumbuhan. Proses ini dilakukan pada suhu 70oC.
2. Petrolatum
Titik leleh
Siapkan zat uji dan masukkan ke dalam kapiler seperti pada Metode I. Panaskan tangas
hingga suhu lebih kurang 10o di bawah suhu lebur yang diperkirakan, dan naikkan suhu
dengan kecepatan 1o ± 0,5o per menit. Masukkan kapiler seperti Metode I, bila suhu
mencapai 5o di bawah suhu terendah yang diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga
melebur sempurna. Catat jarak lebur seperti pada Metode I.
Densitas
Melihat volume dari piknometer yang tertera pada bagian ukur tabung, ada yang
bervolume 25 ml dan 50 ml. Timbang piknometer dalam keadaan kosong. Masukkan
fluida yang akan diukur massa jenisnya ke dalam piknomeer tersebut. Menutup
piknometer apabila volume yang diisikan sudah tepat. Timbang massa piknometer yang
berisi fluida tersebut. Hitung massa fluida yang dimasukkan dengan cara
mengurangkan massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong. Setelah
mendapat data massa dan volume fluidanya, kita dapat menentukan nilai rho/masssa
jenis (ρ) fluida dengan persamaan: rho (ρ) = m/V= (massa pikno+isi) – (massa pikno
kosong)/volume. Pada satuan yang biasanya digunakan yaitu massa dalam satuan gram
(g) dan volume dalam satuan ml = cm3.
Konsistensi
Pengukuran konsistensi dilakukan dengan alat penetrometer. Dalam pengukuran
konsistensi dengan penetrometer jika nilai yield value berkisar antara 100-1000
dyne/cm2 maka sediaan mudah tersebar. Apabila dibawah rentang < 100 dyne/cm2 maka
sediaan terlalu mudah mengalir sedangkan jika diatas rentang > 1000 dyne/cm2 maka
sediaan terlalu keras dan tidak mudah disebar.
3. Propilen Glikol
Identifikasi A (Absorpsi IR)
Spektrum serapan inframerah dari lapisan tipis zat uji menunjukkan maksimum hanya
pada panjang gelombang yang sama seperti pada Propilen Glikol BPFI.
Titik leleh
Siapkan zat uji dan masukkan ke dalam kapiler seperti pada Metode I. Panaskan tangas
hingga suhu lebih kurang 10o di bawah suhu lebur yang diperkirakan, dan naikkan suhu
dengan kecepatan 1o ± 0,5o per menit. Masukkan kapiler seperti Metode I, bila suhu
mencapai 5o di bawah suhu terendah yang diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga
melebur sempurna. Catat jarak lebur seperti pada Metode I.
Kadar air
Dengan meggunakan Karl Fischer dengan 2,5 zat. Zat uji dapat dititrasi dengan pereaksi
secara langsung, atau analisis dapat dilakukan secara titrasi kembali. Pada titrasi
kembali, sejumlah pereaksi berlebih ditambahkan ke pada zat uji, dibiarkan beberapa
lama sampai reaksi sempurna dan kelebihan pereaksi dititrasi dengan larutan baku air
dalam pelarut seperti metanol. Prosedur titrasi kembali lebih umum
digunakan, dan menghindarkan kesulitan yang mungkin terjadi pada titrasi langsung
suatu zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan.
5.1 Spesifikasi
1. Penampilan Umum :
a. Bentuk : Salep
b. Warna : Putih kekuningan
c. Bau : Tidak berbau
2. pH : 4,5-6,5
3. Isi Minimum : Memenuhi Persyaratan
4. Uji Potensi Antibiotik : Pengujian dengan Staphylococcus epidermidis
ATCC 12228 (Neomisin Sulfat); Bordetella
bronchiseptica ATCC 4617 (Polimiksin B-Sulfat)
5. Penetapan Kadar : 90 – 110%
5.2 Prosedur Analisis
1. Penampilan Umum
2. pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan alat potensiometrik (pH meter) yang telah
dibakukan dan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode
indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode kaca, dan elektrode
pembanding yang sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak klorida.
Pembakuan pH dilakukan dengan menggunakan larutan dapar standar pH 4 dan
pH 7. Pengukuran pH sediaan dilakukan pada suhu 25o ± 2oC dengan cara mencelupkan
elektroda ke dalam larutan uji dan mencatat nilai pH yang tertera pada alat. Pengenceran
atau pembuatan larutan uji digunakan air bebas karbondioksida. Hasil pengukuran pH
untuk sediaan setengah padat termasuk salep disesuaikan dengan pH kulit, yaitu 4,5-6,5.
3. Isi Minimum
Prosedur
Ambil 10 wadah, hilangkan semua etiket yang dapat mempengaruhi bobot pada
waktu isi wadah dikeluarkan. Bersihkan dan keringkan dengan sempurna bagian luar
wadah dengan cara yang sesuai dan timbang satu-persatu. Keluarkan isi secara
kuantitatif dari masing-masing wadah, potong ujung wadah, jika perlu cuci dengan
pelarut yang sesuai, hati-hati agar tutup dan bagian lain wadah tidak terpisah. Keringkan
dan timbang kembali masing-masing wadah kosong beserta bagian-bagiannya.
Perbedaan antara kedua penimbangan adalah bobot bersih isi wadah.
Persyaratan
− Bobot bersih rata-rata isi dari 10 wadah tidak kurang dari bobot yang tertera
pada etiket, dan tidak satu wadahpun yang bobot bersih isinya kurang dari 90%
dari bobot yang tertera pada etiket (bobot <60g).
− Jika persyaratan di atas tidak terpenuhi, tetapkan bobot bersih isi 20 wadah
tambahan. Bobot bersih rata-rata isi dari 30 wadah tidak kurang dari bobot yang
tertera pada etiket, dan hanya satu wadah yang bobot bersih isinya kurang dari
90% dari bobot yang tertera pada etiket.
4. Uji Potensi Antibiotik
Uji potensi dilakukan ekstraksi cair-cair terlebih dahulu untuk memisahkan zat
aktif dari basisnya menggunakan pelarut kloroform dan dapar pH 6,0 untuk menarik
polimiksin b sulfatdan menggunakan pelarut kloroform dan dapar pH 8,0 untuk menarik
neomisin sulfat yang kemudian ditampung dalam wadah lain.
+ 15 ml Kloroform + 25 ml Kloroform
+ 40 ml (dapar pH 6,0) + 20 ml (dapar pH 8,0)
+ 45 ml Air + 55 ml Air
Kloroform Kloroform
o Neomisin Sulfat
Pengujian dilakukan menggunakan Staphylococcus epidermidis ATCC 12228
Penyiapan Larutan Baku dan Larutan Uji
Timbang seksama baku pembanding Neomisin Sulfat BPFI yang
telah dikeringkan dan larutkan dalam 100,0 ml dapar fosfat nomor 3
hingga diperoleh konsentrasi 1,0 mg/ml. Simpan dalam lemari
pendingin dan gunakan pada waktu yang ditentukan (batas penggunaan:
14 hari). Pada hari penetapan, buat pengenceran secara bertahap dengan
dapar fosfat no. 3 hingga diperoleh konsentrasi 1,0 μg/ml, encerkan
kembali dengan dapar fosfat no. 3 hingga diperoleh lima konsentrasi
larutan baku, yaitu 1,5625 µg/ml (S1); 1,25 µg/ml (S2); 1,0 µg/ml (S3);
0,8 µg/ml (S4); 0,64 µg/ml (S5). Buat larutan persediaan dan enceran
larutan uji pada hari penetapan, dengan
pengencer akhir yang sama seperti untuk baku pembanding. Buat dosis
larutan uji bahan baku Neomisin Sulfat sama dengan dosis tengah, yaitu
1,0 µg/ml (U3). Buat larutan uji bersamaan dengan larutan baku.
Penyiapan Inokulum
- Inokulasikan biakan segar Staphylococcus epidermidis ATCC
12228 dari agar miring ke permukaan 250 ml media 1 dalam sebuah
botol Roux. Sebarkan secara merata di atas permukaan agar media
dengan bantuan butiran kaca steril, lalu inkubasikan selama 24 jam
pada suhu 32-35˚C.
- Pada akhir inkubasi, buat suspensi persediaan dengan
mengumpulkan biakan permukaan ke dalam 50 ml larutan natrium
klorida 0,9% steril. Untuk penetapan, encerkan sebagian suspensi
persediaan dengan cara melarutkan 1 ml suspensi persediaan dalam
14 ml NaCl 0,9% steril dan ukur transmitannya pada 580 nm. Atur
perbandingan hingga inokula mempunyai transmitans 25% terhadap
larutan natrium klorida 0,9% sebagai blanko.
- Buat inokulum dengan menambahkan 0,4 ml suspensi persediaan
dengan 99,6 ml agar media 11 yang telah dicairkan dan didinginkan
pada suhu 45-50°C, putar hingga diperoleh suspensi homogen.
Pengujian
Penyiapan lempeng: tuang 21 ml media 11 ke dalam cawan petri
dan biarkan memadat sebagai lapisan dasar yang licin dengan ketebalan
seragam. Tambahkan 4,0 ml lapisan inokulum, putar lempeng untuk
menyebarkan inokula pada permukaan dan biarkan memadat. Letakkan
6 buah silinder pada permukaan yang telah diinokulasi dari ketinggian
12 mm menggunakan alat mekanik atau alat lain untuk menjamin
penempatannya pada radius 2,8 cm. Lalu tutup lempeng agar tidak
terjadi kontaminasi. Isi keenam silinder pada cawan petri dengan larutan
baku dengan berbagai konsentrasi dan larutan uji yang telah dibuat
sebelumnya. Kemudian inkubasi lempeng pada suhu 36°C-37,5°C
selama 16 - 18 jam. Ambil semua silinder,
- Potensi Uji
𝑈
𝑥 100%
𝑆3
Media 1
Pepton P 6,0 g
Digesti pankreatik kasein P 4,0 g
Ekstrak ragi P 3,0 g
Ekstrak daging P 1,5 g
Glukosa P 1,0 g
Agar P 15,0 g
Air 1000 ml
pH setelah sterilisasi adalah 6,6 ± 0,1
Media 11
Sama seperti Media 1, kecuali pH setelah sterilisasi adalah 8,3 ±
0,1.
Dapar Fosfat Nomor 3
pH 8,0; 0,1 M; Larutkan 16,73 g kalium fosfat dibasa dan 0,523 g
kalium fosfat monobasa dalam air 1000 ml. Atur pH hingga 8,0 ± 0,1
dengan asam fosfat 18 N atau kalium hidroksida 10 N.
+ 50 ml NaCl 0,9%
A= 0,675 atau %T=25%
Seed layer
Based layer
21 ml media 11
1 mg/mL
+ dapar fosfat
Masukkan larutan uji dan
nomor 3
satandar pada cakram
1,0 µg/mL
S1 S2 S3 S4 S5
1,25 µg/ml Ukur diameter hambatan
0,8 µg/ml
1,5625 µg/ml 1,0 µg/ml 0,64 µg/ml Hitung potensi dan hitung
batas kepercayaan
S1 S3 S2 S3 S4 S3 S5 S3 U S3
1 17,4 19,4 18,4 19,6 20,0 19,4 21,0 19,6 19,6 19,8
2 17,5 19,2 18,4 19,6 20,4 19,4 21,2 19,2 19,6 19,6
3 17,8 19,6 18,2 19,4 20,2 19,6 21,4 19,2 19,8 19,8
4 17,8 19,8 18,2 19,2 20,4 19,4 21,0 19,6 19,8 19,4
5 17,4 19,8 18,6 19,4 20,4 19,4 20,8 19,2 19,8 19,4
6 17,8 19,8 18,2 19,8 20,2 19,2 21,6 19,6 19,2 19,6
7 17,7 19,8 18,0 19,4 20,0 19,2 20,8 19,4 19,2 19,4
8 17,8 19,4 18,4 19,4 20,6 19,6 20,8 19,4 19,8 19,2
9 17,6 19,6 18,4 19,4 20,6 19,4 20,8 19,4 19,8 19,4
Jumlah 158,8 176,4 164,8 175,2 182,6 174,6 189,4 174,6 176,03 175,6
Rata- 17,644 19,600 18,311 19,467 20,289 19,400 21,044 19,400 19,559 19,511
rata
Diameter zona
Larutan baku Log S=X hambat X2 Y2 XY
(mm)=Y
Persamaan garis : y = a + bx
Yu = {y + (U – S3U)}
Yu = a+ bXu
Y=19,37785- 0,229225 x
U
Potensi uji = S3 x 100 %
= (1,0271 / 1) x 100 %
= 102,7 %
o Polimiksin B-sulfat
Pengujian dilakukan menggunakan Bordetella bronchiseptica ATCC 4617
Penyiapan Larutan Baku dan Larutan Uji
Timbang seksama baku pembanding Polimiksin B BPFI yang telah dikeringkan
dan larutkan dalam 100,0 ml dapar fosfat nomor 6 hingga diperoleh konsentrasi
1,19 mg/ml. Simpan dalam lemari pendingin dan gunakan pada waktu yang
ditentukan (batas penggunaan: 14 hari). Pada hari penetapan, buat pengenceran
secara bertahap dengan dapar fosfat no. 6 hingga diperoleh konsentrasi 1,19
μg/ml, encerkan kembali dengan dapar fosfat no. 6 hingga diperoleh lima
konsentrasi larutan baku, yaitu 1,859375 µg/ml (S1); 1,4875 µg/ml (S2); 1,19
µg/ml (S3); 0,952 µg/ml (S4); 0,7616 µg/ml (S5). Buat larutan persediaan dan
enceran larutan uji pada hari penetapan, dengan pengencer akhir yang sama
seperti untuk baku pembanding. Buat dosis larutan uji bahan baku Polimiksin B
sama dengan dosis tengah, yaitu 1,19 µg/ml (U3). Buat larutan uji bersamaan
dengan larutan baku.
Penyiapan Inokulum
- Inokulasikan biakan segar Bordetella bronchiseptica ATCC 4617 dari agar
miring ke permukaan 250 ml media 1 dalam sebuah botol Roux. Sebarkan secara
merata di atas permukaan agar media dengan bantuan butiran kaca steril, lalu
inkubasikan selama 24 jam pada suhu 32-35˚C.
- Pada akhir inkubasi, buat suspensi persediaan dengan mengumpulkan biakan
permukaan ke dalam 50 ml larutan natrium klorida 0,9% steril. Untuk penetapan,
encerkan sebagian suspensi persediaan dengan cara melarutkan 1 ml suspensi
persediaan dalam 14 ml NaCl 0,9% steril dan ukur transmitannya pada 580 nm.
Atur perbandingan hingga inokula mempunyai transmitans 25% terhadap larutan
natrium klorida 0,9% sebagai blanko.
- Buat inokulum dengan menambahkan 0,1 ml suspensi persediaan dengan 99,9 ml
agar media 10 yang telah dicairkan dan didinginkan pada suhu 45-50°C,
Cara Hitung
c. Persamaan garis
y = a + bx
yU = {y + (U-S3U)}
yU = a + bXU
Keterangan:
y = diameter hambatan baku
yU= diameter hambatan uji
x = log dosis baku = log S
U= diameter hambatan uji pada cawan uji
S3U = diameter baku 3(S3) pada cawan yang mengandung uji
XU = log dosis uji
d. Potensi Uji
𝑈
𝑥 100%
𝑆3
Media 9
Digesti pankreatik kasein P 17,0 g
Dekstrosa P 2,5 g
Agar P 20,0 g
Air 1000 ml
Media 10
Sama seperti Media 9, kecuali menggunakan agar P 12,0 g sebagai ganti 20,0 g, dan
setelah pendidihan media untuk melarutkan agar, tambahkan 10 ml polisorbat 80
P. pH setelah sterilisasi 7,2 ± 0,1.
+ 50 ml NaCl 0,9%
A= 0,602 atau %T=25%
Seed layer
Based layer
21 ml media 10
1 ,19 mg/mL
+ dapar fosfat
Masukkan larutan uji dan
nomor 6
satandar pada cakram
1,19 µg/mL
S1 S2 S3 S4 S5
1,859375 µg/ml 1,19 µg/ml 0,7616 µg/ml Ukur diameter hambatan
1,4875 µg/ml 0,952 µg/ml Hitung potensi dan hitung
batas kepercayaan
S1 S3 S2 S3 S4 S3 S5 S3 U S3
1 17,4 19,4 18,4 19,6 20,0 19,4 21,0 19,6 19,8 19,6
2 17,5 19,2 18,4 19,6 20,4 19,4 21,2 19,2 19,6 19,6
3 17,8 19,6 18,2 19,4 20,2 19,6 21,4 19,2 19,8 19,8
4 17,8 19,8 18,2 19,2 20,4 19,4 21,0 19,6 19,4 19,8
5 17,4 19,8 18,6 19,4 20,4 19,4 20,8 19,2 19,4 19,8
6 17,8 19,8 18,2 19,8 20,2 19,2 21,6 19,6 19,6 19,2
7 17,7 19,8 18,0 19,4 20,0 19,2 20,8 19,4 19,4 19,2
8 17,8 19,4 18,4 19,4 20,6 19,6 20,8 19,4 19,2 19,8
9 17,6 19,6 18,4 19,4 20,6 19,4 20,8 19,4 19,4 19,8
Jumlah 158,8 176,4 164,8 175,2 182,6 174,6 189,4 174,6 175,6 176,1
Rata-rata 17,644 19,600 18,311 19,467 20,289 19,400 21,044 19,400 19,511 19,565
Persamaan garis : y = a + bx
Yu = {y + (U – S3U)}
Yu = a+ bXu
Y=20,7457798- 10,614182 x
U
Potensi uji = S3 x 100 %
= 101,42 %
Kondisi kromatografi:
o Kolom : C-18
o Ukuran Kolom : 4 mm x 30 cm
o Detektor : Spektrofotometer UV 254 nm
o Fase Gerak : Air-Asetonitril P dengan rasio 63:37
o Laju alir : 1 ml/menit
o Volume injeksi : 40 µl
Penyiapan Larutan Pembanding :
dalam HPLC.
Penyiapan Sampel :
P8. Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagai tolak ukur dimana suatuproduk dapat bertahan dalam batas
spesifikasi yang ditetapkan dan selama periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin
identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk.Tujuan uji stabilitas adalah memberikan
bukti bagaimana kualitas bahan obat atau produk obat dapat berubah seiring waktu oleh
pengaruh cahaya, temperatur, kelembaban serta menentukan batas kadaluarsa dan jangka
waktu penggunaan pada kemasan dalam kondisi penyimpanan tertentu.
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk uji stabilitas, yaitu:
1. Uji yang dipercepat
Dilakukan selama 6 bulan pada sediaan yang disimpan pada suhu 40°±2°C dengan
kelembaban 75% ± 5%. Frekuensi pemeriksaan untuk uji yang dipercepat biasanya
dilakukan dalam 5 tahap, yaitu: tahap ke 0, 1, 2, 3, dan 6 bulan.
2. Uji jangka panjang
Lama pemeriksaan 2 tahun. Dilakukan pada sediaan yang disimpan pada suhu 30°±2°C
dengan kelembaban 70% ± 5%. Frekuensi pemeriksaan untuk uji yang dilakukan selama 2
tahun dibagi dalam 5-6 tahap, yaitu 0, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Sedangkan untuk uji yang
dilakukan selama 3 tahun frekuensi pemeriksaan dibagi dalam 6 tahap, yaitu 0, 6, 12, 18,
24 dan 36 bulan
Sampel yang diuji adalah sediaan salep yang telah melalui proses produksi dan dikemas sesuai
dengan kemasan yang akan dijual ke pasaran. Sampel akan diuji menggunakan uji stabilitas
dipercepat. Rentang waktu pengujian dipercepat dilakukan pada bulan ke-0, ke-1, ke-2, ke-3
dan ke-6.
Oksitetrasiklin dalam sediaan salep dapat disimpulkan bahwa tanggal kadaluarsa (expired date)
adalah 2 tahun. Berikut rangkuman hasil uji stabilitas.
No Bets
No Parameter Spesifikasi
B010219401 B010219402 B010219403
Suhu 40°C (±2°C) + + +
1
Kelembaban relatif 75% (±5%) + + +
Kadar Zar Aktif
- Neomisin Sulfat
2 90,0%-110,0 % + + +
- Polimiksin B
90,0%-110,0 % + + +
Sulfat
Putih
3 Warna + + +
kekuningan
4 Bau Tidak Berbau + + +
Bahan Pengemas
5 b. Bahan Aluminium + + +
c. Kebocoran Tidak Bocor + + +
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C.,
Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Assosiation.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Harmita dan Radji, M. (2008). Buku Ajar Analisis Hayati (3rd ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
The United State Pharmacopeial Convention. (2006). The United States Pharmacopeia (USP).
30th Edition. United States
Lampiran 1.
UJI STABILITAS DIPERCEPAT
Perhitungan perkiraan masa kadaluarsa produk sediaan jadi berdasarkan data uji stabilitas
dipercepat
Rumus : Log S(x) = log S0 - (k(x) x t(x)) /2,303
No. Batch:B010219402
Kadar awal t = 0 bulan = 108,55%
Kadar awal t = 1 bulan = 107,99%
Kadar awal t = 2 bulan = 106,89%
Kadar awal t = 3 bulan = 105,85%
Kadar awal t = 6 bulan = 105,50%
No. Batch:B010219403
Kadar awal t = 0 bulan = 108,45%
Kadar awal t = 1 bulan = 107,97%
Kadar awal t = 2 bulan = 106,99%
Kadar awal t = 3 bulan = 106,38%
Kadar awal t = 6 bulan = 105,55%
No. Batch:B010219402
Kadar awal t = 0 bulan = 105,20%
Kadar awal t = 1 bulan = 105,00%
Kadar awal t = 2 bulan = 104,54%
Kadar awal t = 3 bulan = 103,75%
Kadar awal t = 6 bulan = 102,50%
No. Batch:B020918403
Kadar awal t = 0 bulan = 105,50%
Kadar awal t = 1 bulan = 104,95%
Kadar awal t = 2 bulan = 104,15%
Kadar awal t = 3 bulan = 103,50%
Kadar awal t = 6 bulan = 102,99%
SERTIFIKAT ANALISIS
PRODUK
SERTIFIKAT ANALISIS
No.03/I/QC/2019
Nama Produk : Nepolbet ® Komposisi bahan :
Bentuk Produk : Salep Tiap tube mengandung:
No Bets : B0102194 Neomisin Sulfat 25 mg
No Reg : DKL 0122512130A1 Polimiksin B-Sulfat 375 mg
Tgl Produksi : 20 Februari 2019 Betametason 5 mg
Tgl Pemeriksaan : 22 Januari 2019
Tgl Kadaluarsa : 20 Februari 2021
Penyimpanan: Simpan pada suhu ≤25oC