NPM : 201644500004
Kelas : S3A
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, serta junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Adapun judul penulisan
Makalah, yang penulis sajikan sebagai berikut :
“Joint Venture Dalam Bisnis Global “
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah
Organisasi dan Manajemen Perusahaan Industri program S1 Tenik Industri. Sebagai
bahan penulisan diambil berdasarkan beberapa sumber literatur yang mendukung
penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak,
maka penulisan makalah ini tidak akan lancar dan selesai pada waktunya. Oleh karena itu
pada kesempatan kali ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Andropo. yang telah memberi bimbingan berupa materi, orang tua, serta teman –
teman yang telah memberi saran, dan semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut
satu per satu sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
Akhir kata penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
penulisan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
terutama bagi penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Pembentukan Joint Venture.................... 1
1.2. Masalah yang Dialami Perusahaan Joint Venture............. 1
BAB 2 PENYELESAIAN MASALAH ...................................................... 3
2.1. Strategi dan Upaya Penyelesaian Masalah.......................... 3
BAB 3 ANALISA ........................................................................................ 10
BAB 4 PENUTUP..................................................................................... 17
4.1. Kesimpulan........................................................................... 17
4.2. Saran..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Ada dua kontrak mengenai proyek PLTP KARAHA yaitu proyek pengembangan
listrik panas bumi 400 mega watt yang ditandatangani pada 28 November 1998
dalam bentuk 2 kontrak:
a. Joint Operation Contract antara Karaha Bodas Company dengan Pertamina
b. Energy Sales Contract antara Pertamina, Karaha Bodas Company dengan
PLN yang akan bertindak sebagai pembeli tenaga listrik yang dihasilkan
2. Karena terjadi krisis ekonomi di Indonesia Proyek PLTP Karaha ditangguhkan
melalui keputusan presiden nomor 39/1997. Pihak pertamina menghentikan
kegiatan yang berhubungan dengan proyek PLTP Karaha sebelum ada keputusan
dari pemerintah Indonesia yang menerangkan untuk meneruskan kembali proyek
tersebut. Sampai pada akhirnya pada tanggal 22 Maret 2002 melalui Kepres
nomor 15/2002 proyek dilanjutkanb
3. Tindakan yang dilakukan oleh pertamina dalam kontrak yang dilakukan dengan
Karaha Bodas Company disebabkan karena adanya daya paksa atau forje majeure
akibat adanya kebijakan pemerintah dalam bentuk keputusan presiden yang
menerangkan bahwa untuk sementara proyek PLTP Karaha ditangguhkan.
4. Pada April1998 Karaha Bodas Company menggugat Pertamina melalui Arbitrase
Internasional di Swiss, karena Karaha Bodas Company tidak peduli dengan
alasan yang menjadi dasar ditangguhkannya proyek PLTP Karaha yang
sebelumnya telah ditanda tangani kedua belah pihak dalam satu kontrak
BAB II
PENYELESAIAN MASALAH
3.1 Analisa
Putusan pengadilan negeri jakarta pusat yang “menolak pelaksanaan putusan arbitrase
internasional swiss” hanya berlaku bagi asset pertamina yang ada di indonesia saja.
Putusan PN Jakarta pusat tersebut, tidak dapat di generalisasikan terhadap asset pertamina
yang ada diluar negeri (diluar Indonesia)antara lain dinegara new york, texas, hongkong
dan kanada. Yang berhak memutuskan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di
negara- negara tersebut (new york, texas, hongkong, kanada) adalah pengadilan yang
diberi kewenangan yang ada dimana asset pertamina berada. PN PN jakarta pusat tidak
berwenang menolak putusan arbitrase internasional yang dilaksanakan dinegara new
yorkl texas, hongkong, dan kanada karena asset tersebut berada diuar wilayah hukum
indonesia dan aturan mengenai pelaksanaan putusan arbitrase internasional yang
digunakan adalah aturan yang berlaku di negara masing-masing tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut pendapat saya, tindakan penangguhan proyek PLTP karaha oleh pertamina
seharusnya mendapat kesepakatan dari karaha bodas company, tindakan pertamina telah
menyalahi kesepakatan dari para pihak, karena pertamina telah memutuskan sepihak
untuk menangguhkan tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu dengan karaha bodas
company. Pemerintah Indonesia menangguhkan proyek PLTP karaha antara pertamina
dengan karaha bodas company melalui keputusan presiden dengan alasan bahwa terjadi
krisis ekonomidi Indonesia. Seharusnya pertamina tetap melaksanakan kewajibannya
tanpa dilatarbelakangi masalah apapun yang ada di Indonesia, karena itu merupakan
kewajiban pertamina dalam kontrak yang telah ditandatangani. Proyek tersebut dapat
ditangguhkan secara sah apabila telah ada kata sepakat dari para pihak bahwa proyek
tersebut ditangguhkan untuk sementara. Menurut pendapat saya, seharusnya yang
mengajukkan tindakan pelaksanaan putusan arbitrase internasional swiss adalah karaha
bodas company, bukan pertamina. Tindakan yang seharusnya dilakukan pertamina adalah
mengajukan “ permohonan pembatalan putusan” di arbitrase internasional swiss, tempat
dimana sengketa tersebut diputus. Bukan mengajukkan gugatan penolakan putusan
arbitrase internasional swiss di pengadilan hegeri jakarta pusat (Indonesia). Yang berhak
melakukan putusan pembatalan adalah arbitrase internasional swiss sendiri, sebagai
lembaga yang dipilih para pihak untuk memutus perkara tersebut. Karena akar
masalahnya adalah dari keppres atau pengaturan pemerintah yang menyebabkan
pertamina tidak dapat memenuhi kewajiban kontraktualnya.
4.2 SARAN
1. Entitas perusahaan join venture dalam penanaman modal asing, perlu diberikan
ruang yang lebih luas terutama yang berkaitan dengan bidang usaha yang
diperbolehkan bagi investasi asing.
2. Kebijakan pengaturan penanaman modal sudah saatnya bersinergi dengan
pelayanan prima dari pemerintah tentang potensi investasi di indonesia, apalagi
jika dikaitkan dengan adanya realitas pembagian kewenangan dalam sistem
pemerintah daerah.
3. Realitas global yang tanpa sekat atau batas yang harus dimanfaatkan sevara
maksimal oleh pemerintah dengan merumuskan kebijakan- kebijakan pengaturan
yang mampu menciptakan kondisi stability, predictability, dan fairness yang
dapat menjamin adanya kepastian hukum dalam berinvestasi di indonesia.
Daftar Pustaka
1. http://fzlaw.wordpress.com
2. http://sulistionokertawacana.blogspot.com/2009/01/pertamina-vs-karaha-bodas-
mengadili.html
3. http://maspurba.wordpress.com/tag/karaha-bodas/