FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
i
DAFTAR ISI
ii
1
TINJAUAN FARMAKOLOGI
Oleum cajuputi adalah minyak menguap hasil dari destilasi daun segar dan ranting
dari Melaleuca cajuputi (Myrtaceae) , megandung sineol. Cajuputi oil diaplikasikan secara
eksternal sebagai stimulant dan mild rubefacient pada reumatik. Cajuputi oil juga
digunakan untuk meredakan gangguan saluran pernafasan dekongestan dan juga digunakan
sebagai aroma terapi. (Martindale)
Sineol digunakan secara lokal untuk efek antireptik pada inflamasi di hidung,
tenggorokan dan kulit. Terkadang juga digunakan secara inhalasi untuk penyakit bronkitis.
(Remington , ed. 21. P. 1069).
Minyak kayu putih termasuk Counter Irritant. Counter Irritant adalah bahan iritan
yang digunakan bahan untuk tujuan efek lokal. Penjelasan cara kerjanya berdasarkan
kenyataan, adanya persyarafan segmental yang sama antara organ viseral dengan kulit.
Counter Irritant yang digosokkan di kulit diduga akan merangsang refleks akson dengan
akibat relaksasi atau vasodilatasi di organ viseral dengan persyarafan segmental yang
sama. (Farmakologi dan Terapi UI).
Cajuputi oil digunakan sebagai Counter Irritant pada beberapa ointment atau salep.
Cajuputi oil juga digunakan sebagai antireptik 0,25%. Pada pasta gigi dan softening agent,
serta untuk mengobati lubang pada gigi. Sineol digunakan sebagai bahan oilynasol drops
dan throat spray. (The Pharmaceutical Codex). Di pasaran, sediaan oleum cajuputi
ditujukan untuk sediaan topikal, terutama emulgel, krim, dan ointment. Untuk
mendapatkan efek yang lama, oleum cajuputi harus diformulasikan menjadi sediaan yang
oklusif.
3
Salep adalah sediaan yang mengandung satu fase basis dimana fase padat
atau cair bisa terdispersi.
th
3. Menurut The Pharmaceutical Codex 12 Ed.
2. Kadar, kecuali dinyatakan lain untuk salep yang mengandung obat keras atau
obat narkotika, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep yang digunakan kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar
digunkan vaselin putih. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian,
dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut:
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air: emulsi minyak dalam air.
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air: polietilenglikol atau campurannya.
Oleum Cajuputi tidak larut air sehingga lebih mudah jika dibuat dalam bentuk
ointment.
Oleum Cajuputi mudah menguap (volatile), maka agar bahan aktif tidak
mudah menguap pada suhu tubuh dibuatlah sediaan salep dengan basis
hidrokarnbon.
Sediaan salep dapat menempel lebih lama sehingga efek terapi dapat
berlangsung lebih lama.
GELLING AGENT
BASIS SALEP
HUMEKTAN
EMULGATOR
HLB : 4,3
Emulgator terpilih:
ANTIOKSIDAN
PENGAWET
dengan autoklaf
pada 1200C selama
20 menit
- Larutan stabil pada
pH 3-6 untuk 4
tahun pada suhu
kamar < 10%
terdekomposisi
- Larutan pH 8
keatas mengalami
hidrolisis yang
cepat selama 60
hari.
3. Propilenglikol - Pemerian: cairan Inkompatible: - % pemakaian
( Rowe et al,2009) kental jernih tidak Oksidator seperti topical
berwarna, tidak potassium Preservative 15-
berbau rasanya permanganat 30%
agak manis Stabilitas : pada Humektan= 15%
- Kelarutan: dapat suhu sejuk. Pada Kosolven 15-80%
bercampur suhu tinggi
dengan aseton, keadaan terbuka
kloroform, etanol rentan teroksidasi
95%, gliserin dan
air, larut dalam
1:6 bagian eter,
tidak bercampur
dengan fixed oil
-
Alasan pemilihan : karena sesuai dengan spesifikasi sediaan dan digunakan sebagai
humektan sehingga meminimalisasi penggunaan bahan kimia lainnya.
26
FORMULA RUJUKAN
R/ Menthol 2,750
Camphor 5
Ol. Eucalypti 1,500
Ol. Nucistae 0,750
Ol. Cedri Fol. 0,750
Terebinth 5
Thymol 0,250
Vas. Album ad 100
m.f.ung.s.u.e
R/ Ol. Caryophyl 4
Ol. Cinnamom. 5
Camphor 10
Ol. Eucalypti 11
Menthol 20
Paraf. Sol. 20
Vas. Flav. Ad 100
m.f.ung.s.u.e
27
FORMULA
Emulgel
F1 F2
Bahan Fungsi Rentang Berat Berat
% %
(g) (g)
Humektan, 15 3 15 3
Propilenglikol ≈15% , 15%-30%
Pengawet
Aquades Solven Ad 20 Ad 20
Salep
F3 F4
Bahan Fungsi Rentang Berat Berat
% %
(g) (g)
FORMULA 1 (EMULGEL)
PG 3 g + Tween 80
0,426 g + sisa air
+ TEA ad pH
(12,08 ml)
Aduk perlahan
Campur ad homogen
ad terbentuk masa gel
Aduk ad homogen
Aduk ad homogen
Sampai terbentuk emulgel
FORMULA 2 (EMULGEL)
Aduk perlahan
Campur ad homogen
ad terbentuk masa gel
Aduk ad homogen
Aduk ad homogen
Sampai terbentuk emulgel
FORMULA 3
0,6g
Aduk ad Homogen
FORMULA 4
Aduk ad Homogen
1. Organoleptis
a. Tekstur
b. Warna Sediaan
c. Bau Sediaan
Alat : Pengamatan secara visual dengan panca indera oleh responden
Prosedur :
1) Menggunakan subjek/responden
2) Menetapkan kriteria pengujian
3) Menghitung persentase masing-masing kriteria yang diperoleh
4) Pengambilan keputusan
2. Pengukuran pH Sediaan
Alat :
Prosedur :
a. Kalibrasi pH
1) Membersihkan elektroda yang akan dipakai dengan aquadest
2) Menyiapkan larutan pH standar yang akan digunakan untuk
kalibrasi (larutan buffer dengan pH yang sesuai atau mendekati
pH sediaan yang dibuat)
3) Memasukkan elektroda ke dalam larutan standar buffer pH 5,5
4) Menekan tombol ON
5) Mencata pH dan suhu pada alat saat angka pada pH meter telah
stabil
6) Menghitung selisih pH standar dengan pH yang tertera pada alat
untuk digunakan sebagai factor koreksi perhitungan pH
selanjutnya
b. Menimbang 1 gram sediaan ditambah aqua bebas CO2 ad 10 ml, aduk
ad homogen
c. Mengukur pH dengan cara 1-5 pada a (kalibrasi pH), mencatat hasilnya
d. Menghitung dan koreksi pH dengan factor koreksi
e. Melakukan replikasi sebanyak 3 kali
3. Uji Homogenitas
37
Prosedur :
1) Mengoleskan sediaan pada objek glass
2) Mengamati apakah terdapat partikel yang tidak homogeny
4. Pengukuran Viskositas
Alat : Viskosimeter Brookfield
Prosedur :
1) Tentukan spindle mana yang akan digunakan
2) Atur pemutar
3) Masukkan sediaanke dalam wadah sampai hampir penuh
4) Turunkan pemutar sampai tercelup
5) Nyalakan alat
6) Baca skala
6. Uji Aseptabilitas
Alat : kuisioner
Prosedur :
38
7. Penetapan Kadar
Preparasi Standar :
1) Menimbang akurat 40 mg Hidrokortison standard an memasukkan ke
labu ukur 100 ml.
2) Melarutkan dengan methanol, lalu tambahkan ad tanda, kocok ad
homogen.
3) Mengambil 10,0 ml larutan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu melarutkan
dengan fase gerak air : metsnol : asam asetat glasial (55 : 45 : 0,1) ad
tanda lalu kocok.
4) Menyaring dengan kertas milipore 0,5 µm, lalu mengambil filtrat
sebagai standar.
Preparasi Larutan Uji :
1) Menimbang krim hidrokortison (setara dengan 40 mg hidrokortison),
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
2) Menambahkan 80 ml methanol, disonikasi selama 10 menit, lalu
didiamkan pada suhu kamar.
3) Menambahkan methanol ad tanda, lalu dikocok.
4) Mengambil 10,0 ml ke dalam labu ukur 50 ml, lalu dilarutkan dengan
fase gerak ad tanda, lalu dikocok.
5) Menyaring dengan kertas milipore 0,5 µm, lalu mengambil filtrat
sebagai larutan uji.
Prosedur :
39
0,5( )
Keterangan :
ru = respons puncak yang dihasilkan oleh Larutan Uji
rs = respons puncak yang dihasilkan oleh Larutan Baku
gantikan volume yang terambil dengan larutan buffer dengan jumlah dan
suhu yang sama
7) Amati absorban sampel dengan spektrofotometer pada λmax bahan obat
8) Masukkan data absorbansi sampel ke dalam persamaan kurva baku sehingga
diperoleh kadar bahan obat
9) Buat kurva t vs jumlah kumulatif obat per satuan luas
10) Tarik garis linier pada saat sudah tercapai steady state
11) Hitung flux bahan aktif (slope yang didapat), permeabilitas membran (flux
dibagi kadar) dan lag time (ekstrapolasi garis regresi linier).
42
HASIL EVALUASI
Responden: 20 orang
Organoleptis Aseptabilitas
Konsentrasi/ Kemudahan Kemudahan
Bau Warna Kelembutan Sensasi
Tekstur Pengolesan Tercuci
3 2 3 3 3 2 3
3 2 3 3 3 2 3
2 2 2 3 3 2 3
3 2 3 3 3 2 3
2 2 3 3 3 2 3
3 2 3 2 3 2 3
3 2 3 2 3 2 3
2 2 3 3 3 2 3
2 2 3 3 3 1 3
2 2 3 3 3 1 3
3 2 3 3 3 2 3
3 2 3 3 3 2 3
3 3 3 3 3 1 3
3 2 3 3 3 1 3
3 2 2 3 3 1 3
2 2 2 3 3 1 3
2 2 3 3 3 2 3
3 3 3 3 3 2 3
3 2 3 3 3 1 3
3 2 3 3 3 1 3
Total 53 42 57 58 60 32 60
43
Konsistensi/ Tekstur
Keras 1 - -
Lembek 2 7 14
Cukup 3 13 39
∑ 20 53
Spesifikasi : Halus
Nilai maksimal: 3 x 20 = 60
% : (cukup)
Bau
Tidak Berbau 1 - -
Lemah 2 18 36
Cukup 3 2 6
∑ 20 42
% : (cukup)
44
Warna
Kuning 1 - -
Putih 2 3 6
Putih Kekuningan 3 17 51
∑ 20 57
% :
45
Kemudahan Pengolesan
Sulit 1 - -
Sedikit Mudah 2 2 4
Mudah 3 18 54
∑ 20 58
% :
Kelembutan Sediaan
Kasar 1 - -
Sedikit Kasar 2 - -
Lembut 3 20 60
∑ 20 60
Spesifikasi : Lembut
Nilai maksimal : 3 x 20 = 60
% :
46
Sensasi
Keterangan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Tidak terasa 1 8 8
Kurang Hangat 2 12 24
Hangat 3 - -
∑ 25 32
Spesifikasi : Hangat
Nilai maksimal : 3 x 20 = 60
% :
47
Kemudahan Tercuci
Keterangan Skor (x) Jumlah Responden (n) n.x
Mudah 1 - -
Sedikit Sulit 2 - -
Sulit 3 20 60
∑ 15 60
Spesifikasi : Sulit
Nilai maksimal : 3 x 20 = 60
% :
1. VISKOSITAS
Replikasi Viskositas (dPas)
1 400
2 400
3 500
Rata- rata viskositas = 433,33 dPas = 4333,3 cPas
y = 0,0647x + 6,0647
slope = koefisien daya sebar = 0,0647 cm/g
49
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan farmasi dengan bahan aktif oleum cajuputi
atau dikenal dengan nama minyak kayu putih yang diperoleh dari destilasi daun segar
Melalleuca leucadendra L atau spesies lain dari Myrtaceae dan dimurnikan melalui
destilasi uap. Oleum Cajuputi digunakan sebagai counter irritant yang bekerja berdasarkan
kenyataan, adanya persarafan segmental yang sama antara organ viseral dengan kulit.
Cajuput oil digunakan sebagai counter irritant pada beberapa ointment atau salep. Selain
digunakan sebagai counter irritant cajuput oil juga dapat digunakan sebagai massage yang
bisa dibuat dalam sediaan gel.
Sediaan oleum cajuputi pada praktikum ini dibuat dalam bentuk sediaan semisolida
dalam bentuk ointment dan emulgel yang digunakan secara topikal dan berefek lokal.
Pertimbangan pemilihan sediaan semisolida tersebut adalah (1) tujuan pengobatan, bahan
aktif berupa oleum cajuputi yang berfungsi sebagai massage dan counter irritant, tempat
kerjanya di lapisan kulit viable epidermis-dermis, (2) kriteria estetika, diinginkan sediaan
semisolid yang mempunyai kriteria mudah dalam penggunaan dan lebih akseptabel (3)
sesuai dengan pH kulit, umumnya pH kulit 4-6,8 sehingga pemilihan basis atau eksipien
lain diusahakan dalam rentang tersebut agar aseptabel dan tidak mengiritasi kulit, (4)
lokasi penggunaan, dioleskan pada permukan kulit. Sehingga dengan berbagai
pertimbangan tersebut maka terpilih sediaan semisolida yang digunakan secara lokal
topikal.
Pada saat optimasi, dibuat empat formula yang berbeda komposisi basisnya dan
bentuk sediaan. Formula 1 dan 2 dibuat dalam bentuk sediaan emulgel sedangkan formula
3 dan 4 dibuat dalam bentuk sediaan ointment. Formula 1 dibuat dalam bentuk emulgel
yang menggunakan gelling agent sekaligus sebagai emulgator sedangkan formula 2
ditambahkan emulgator dari luar. Hasil yang didapatkan berdasarkan organoleptis formula
1 memiliki konsistensi yang lebih baik dari formula 2, sehingga dari kedua formula
emulgel tersebut kami memilih formula 1. Sedangkan untuk bentuk sediaan ointment kami
memilih basis hidrokarbon pada formula 3 dan 4 yang dibedakan dari penggunaan
komposisi basis. Hasil yang didapat formula 3 memiliki konsistensi yang lebih padat
sehingga sulit untuk diaplikasikan dikarenakan basis yang digunakan yaitu kombinasi cera
alba dan vaselin album. Sehingga kami memilih formula 4 untuk sediaan ointment
50
Dari hasil evaluasi organoleptis sediaan sediaan memiliki konsistensi yang lembut
dengan warna putih kekuningan dan beraroma oleum kayuputih. Hal ini sesuai dengan
spesifikasi yang telah kami tetapkan. Evaluasi selanjutnya adalah penetapan viskositas
sediaan. Evaluasi ini dilakukan menggunakan alat viskosimeter VT04, viskositas sediaan
dilakukan untuk mengetahui kemudahan salep pada waktu dioleskan.Pengukuran
dilakukan replikasi tiga kali.V iskositas sediaan salep kayuputih ini adalah 400 dPa.s, 400
dPa.s, 500 dPa.s. Sehingga diperoleh rata – rata viskositas 433,33 dPa.s. Hal ini sesuai
dengan spesifikasi viskositas sediaan oleum cajuputi yakni 300-1000 dPa.s.
Dan yang terakhir dilakukan pada evaluasi sediaan adalah uji aseptabilitas.
Pelaksanaan uji tersebut dilakukan dengan melakukan survei terhadap 20 responden.
Kriteria uji aseptabilitas terdiri dari kemudahan diolesan, kelembutan sediaan, penampilan
sediaan (warna, bau, tekstur), sensasi, dan kesulitan terbilas air. Dari masing-masing
kriteria tersebut dilakukan skoring. Untuk kriteria tekstur didapatkan persen skor sebesar
88,3% cukup , untuk kriteria bau didapatkan persen skor sebesar 70 % cukup, untuk warna
sediaan didapatkan persen skor 95% (putih kekuningan), untuk kriteria kemudahan
pengolesan didapatkan persen skor 96,67% mudah, untuk kriteria sensasi didapatkan
persen skor 50 % kurang hangat, untuk kriteria kesulitan terbilas air didapatkan persen skor
100% sulit.
Jadi, pada praktikum kali ini dibuat sediaan salep kayuputih dan kemudian
dilakukan beberapa evaluasi. Dari evaluasi tersebut sedian salep kayuputih sudah
memenuhi spesifikasi sediaan yang ditentukan.
52
A. KESIMPULAN
- Sediaan salep Oleum Cajuputi digunakan sebagai counter irritant yang bekerja
berdasarkan kenyataan, adanya persarafan segmental yang sama antara organ
viseral dengan kulit.
- Hasil evaluasi :
1. Organoleptis
Konsistensi : Lembut
6. Uji aseptabilitas diperoleh untuk kriteria tekstur didapatkan persen skor sebesar
88,3% cukup , untuk kriteria bau didapatkan persen skor sebesar 70 % cukup,
untuk warna sediaan didapatkan persen skor 95% (putih kekuningan), untuk
kriteria kemudahan pengolesan didapatkan persen skor 96,67% mudah, untuk
kriteria sensasi didapatkan persen skor 50 % kurang hangat, untuk kriteria
kesulitan terbilas air didapatkan persen skor 100% sulit.
53
LAMPIRAN
Kemasan Primer
Kemasan Sekunder
54
Cajupoil®
Salep Kayu Putih 10%
Indikasi
Meredakan pegal, karminativ, meredakan masuk angin,
pusing
Kontraindikasi
Hipersensitifitas
Kemasan
Wadah dengan isi bersih 20 gram
Penggunaan
Oleskan secukupnya pada permukaan bagian tubuh.
Jangan dipakai pada kulit peka,mata, rongga hidung,dan
mulut.
Penyimpanan
Simpan di bawah 25oC . Jauhkan dari jangkauan anak-
anak
POM QD 181713041
HANYA UNTUK PEMAKAIAN LUAR
Diproduksi oleh:
PT. Trixa farma
Surabaya-Indonesia
55
DAFTAR PUSTAKA