LP Hipertensi KMB
LP Hipertensi KMB
PASIEN HIPERTENSI
OLEH:
NI LUH PUTU INTAN SARI
P07120216007
2.A
DIV KEPERAWATAN
TINGKAT 2 SEMESTER IV
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (NANDA,2015).
Menurut Price (2005) tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis
dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang interminten atau terus menerus
diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi tekanan darah terjadi antar individu dan dapat
dipengaruhi oleh lingkungan dan ansietas. (Marrelli.2008.Hal 125)
Dari pengertia diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara
kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg.
Penyebab Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. Anglotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alcohol
dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan /
atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
C. POHON MASALAH
Kerusakan Sering
Beban Kerja Bertanya
Vaskuler
Jantung Pembuluh Darah
Cemas
Kontraksi
Hipertropi Perubahan
Ventrikel Kiri
Struktur
Kelainan PK : Gagal
Informasi Krisis
Kontraktilitas Jantung
Penyumbatan yang Minim Situasional
Miokardium Pembuluh Darah
Kiri
Misinterpretasi Metode
Gangguan Sirkulasi Informasi Koping Tidak
Peningkatan Efektif
Sirkulasi Paru
Defisiensi
Pengetahuan Koping
Penurunan Individu
Tekanan Tidak Efektif
Onkotik
Resiko
ketidakefektifan
Penurunan perfusi jaringan
Ekspansi otak
SesakParu
Ketidakefektifan sinkope
Pola Nafas
Vasokontriksi Spasme
Resistensi Suplai O2 Pembuluh Arterial
Pembuluh Otak Darah Ginjal
Darah Otak Menurun Sistemik Koroner
Meningkat
Oedem Otak Menurunnya Blood Flow Vasokontriksi Iskemia Diplopia
Metabolisme Darah Miokard
Diotak Menurun
TIK Afterload Gangguan
Meningkat Meningkat Rangsangan
Aktivitas Persepsi
Respon Renin Ujung Saraf
Neuronal Sensori
Angiotensi I
Menurun Pengelihaan
Nyeri & II
Kepala Impuls
Serabut C
Penurunan Merangsang
Kesadaran Aldosteron
Lamina II
Retensi Na & III Cornu
Resiko
Dorsalis
Cedera
Edema Tract
Spinothalamus
Anterior
Kelebihan Lateralis
Volume
Cairan
Cortex
Cerebri
Cardiac Penurunan
Output Suplai O2 ke
Menurun Jaringan Perifer Persepsi
Nyeri
Penurunan
Menurunnya Nyeri Dada
Curah
energi
Jantung
Nyeri
Fatique
Intoleransi Aktivitas
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik menurut FKUI (2003;64) dan Dosen Falkutas Kedokteran
USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium,
natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL).
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti
klirens kreatinin, protein, asam urat, THS dan ekordiografi.
3. Pemeriksaan diagnosti meliputi BUN / kreatinin (fungsi ginjal), glucose (DM), kalium
serum (meningkat menunjukan aldosteron yang meningkat), kalsium serum (peningkatan
dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi),
pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urin analisa protein, gula (menunjukan
disfungsi ginjal), asam urat (faktor penyebab hipertensi).
4. Pemeriksaan radiologi : foto dada dan CT scan.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olahraga
isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dapat digunakan untuk
mengurangi atau mencegah obesutas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh
yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya
ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan
non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh.
b. Mengurangi asupan garam kedalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan
ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan
sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
c. Ciptakan keadaan rileks.
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar
saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi ringan. Contoh obatnya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obatnya adalah Metildopa, Klonidin dan
Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes militus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah
turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada
orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga
pemberian obat harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat Enzim Konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk
golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis Kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah Nifedipin,
Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin
timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
H. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Penurunan curah Setelah diberikan Cardiac Care 1. Nyeri dada
jantung b.d asuhan keperawatan 1. Evaluasi adanya merupakan tanda
peningkatan 3x24 jam diharapkan nyeri dada dari penurunan
afterload, curah jantung pasien 2. Monitor status curah jantung
vasokontriksi, mulai normal dengan kardiovaskuler 2. Perubahan status
hipertrofi/rigiditas NOC: 3. Monitor status kardiovaskuler
ventrikuler, iskemia 1. Cardiac Pump pernapasan yang berpengaruh besar
miokard Effectiveness menandakan gagal terhadap keadaan
2. Circulation Status jantung pasien
3. Vital Sign Status 4. Monitor abdomen 3. Perubahan status
Kriteria Hasil sebagai indikator pernapasan yang
1. Tanda vital dalam penurunan perfusi tidak stabil dapat
rentang normal 5. Monitor adanya mempengaruhi
2. Dapat perubahan tekanan keadaan jantung
mentoleransi darah 4.Penurunan
aktivitas, tidak 6. Anjurkan untuk perfusi merupakan
ada kelelahan menurunkan stres tanda penurunan
3. Tidak ada edema Vital Sign Monitoring curah jantung
paru, perifer, dan 1. Monitor TD, nadi, 5. Perbandingan
tidak ada asites suhu, dan RR dari tekanan darah
4. Tidak ada 2. Catat adanya memberikan
penurunan fluktuasi tekanan gambaran yang
kesadaran. darah lebih lengkap
3. Monitor kualitas tentang
dari nadi keterlibatan /
4. Monitor frekuaensi bidang masalah
dan irama vascular.
pernapasan 6. Stres merupakan
pemicu
meningkatnnya
tekanan darah dan
berpengaruh ke
jantung
Vital Sign
Monitoring
1. Mengetahui
keadaan umum
pasien
2. Fluktuasi
tekanan darah
merupakan tanda
dari penurunan
curah jantung
3. Kualitas dari
nadi berpengaruh
terhadap kerja
jantung
4. Frekuensi dan
irama pernapasan
2. Ketidakefektifan Setelah diberikan NIC 1. Kecepatan,
Monitor Pernapasan
pola napas asuhan keperawatan irama, kedalaman
1. monitor kecepatan,
berhubungan 3x24 jam diharapkan irama, kedalaman dan dan kesulitan
dengan penurunan pola nafas pasien kesulitan bernapas bernapas
2. monitor suara tambahan
ekspansi paru kembali efektif dengan: merupakan tanda
seperti ngorok atau mengi
akibat oedem paru. NOC 3. monitor pola napas dari
1. Status pernafasan : Manajemen Jalan Nafas ketidakefektifan
1. Posisikan pasien
ventilasi pola napas
untuk
Kriteria Hasil memaksimalkan 2. Suara tambahan
1. Frekuensi ventilasi merupakan tanda
pernafasan 2. Lakukan fisioterapi dari
dada, sebagaimana
normal mestinya ketidakefektifan
2. Irama 3. Buang secret dengan pola nafas
memotivasi pasien
pernafasan untuk batuk atau 3. Pengeluaran
normal menyedot lender sekret membuat
4. Instruksikan
3. Kedalaman bagaimana agar bisa jalan nafas menjadi
inspirasi normal melakukan batuk lebih baik
efektif
4. Pengenbangan 5. Kelola nebulizer 4. Batuk efektif
dinding dada ultrasonic, membantu dalam
sebagaimana
simetris mestinya pengeluaran sekret
5. Tidak ada 6. Posisikan untuk 6. Merileksasikan
meringankan sesak
gangguan suara nafas pasien
saat auskultasi
I. IMPLEMENTASI
J. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisi terhadap klien terhadap
respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu). (Poer, 2012)
K. REFERENSI
Bulechrck, Goria M,. dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Ed 6. United
Kingdom : Elsevier.
Moorhead, Sue,. Dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed 5. United Kingdom :
Elsevier.
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : ECG
Price, S, A. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1.
Jakarta : EGC
Tom, S. 1995. Tekanan Darah Tinggi : Mengapa Terjadi, Bagaimana Mengatasinya ?. Jakarta :
Arcan
……………………….. …………………………...
NIP NIM
Nama Pembimbing / CT
………………………….
NIP.