Jika baja eutectoid dicelup dari fasa austenit ke interval suhu berikut maka struktur
mikroyang terbentuk adalah :
550-723 °C : austenit perlit
250-550 °C : austenit bainit
Suhu kamar : austenit martensit
Kurva di atas berbentuk sigmoidal dimana pada tahap awal, transformasi berjalan
lambat dan tahap ini merupakan waktu inkubasi (incubation time). Pada tahap kedua,
laju transformasi meningkat karena terjadi pengintian dan pertumbuhan perlit
sedangkan pada tahap akhir terjadi penurunan laju transformasi karena kecepatan
pengintian turun dan perlit yang telah tumbuh saling bertemu satu dengan lainnya. Laju
transformasi ini dinyatakan dengan Persamaan Johnson-Mehl sebagia berikut :
=1− −
3
dengan f adalah fraksi austenit yang telah menjadi perlit, N adalah laju pengintian, G
laju pertumbuhan dan t adalah waktu transformasi. Secara umum laju transformasi
dinyatakan dengan Persamaan Johnson-Mehl-Avrami (JMA) yaitu :
dengan k adalah konstanta kecepatan (rate constant) dan n adalah eksponen Avrami.
Pada umumnya perlit lebih lunak dari martensit atau bainit tetapi lebih keras dari ferit.
Tegangan luluh perlit sangat dipengaruhi oleh jarak antar lamellar S yaitu :
Gambar 1.10. Diagram transformasi isothermal untuk baja eutectoid dengan laju
pendinginan cepat yang menghasilkan martensit
Sifat-sifat transformasi :
1. Struktur martensit tergantung pada kandungan C dalam baja. Jika kadar C
sekitar 0,2 % maka akan terbentuk bilah (lath) sedangkan untuk baja dengan
kadar C tinggi akan terbentuk pelat (plate).
2. Transformasi y-+martensit tidak berlangsung secara difusi (diffusionless) karena
transformasi berlangsung cepat sehingga atom-atom tidak mempunyai waktu
bergerak
3. Selam transformasi berlangsung tidak terjadi perubahan fasa antara fasa induk
(austenit) dengan fasa baru (martensit).
4. Struktur kristal yang terbentuk oleh transformasi martensit akan berubah dari
struktur body centre cubic (BCC) menjadi body centre tetragonal (BCT) jilca
kandungan C meningkat.
5. Transformasi martensit pada baja mulai pada suhu MS dan jika persentase
austenit yang berubah menjadi martensit meningkat sampai transformasi
berakhir pada suhu Mf
6. Pada baja karbon tinggi, martensit pelat (plate martensite) terbentuk melalui
transformasi geser (displacive transformation).
Morfologi Martensit
Martensit bilah (lath martensite) terbentuk jika kadar C dalam baja sampai 0,6 %
sedangkan di atas 1 %C akan terbentuk martensit pelat (plate martensite).
Perubahan dari tipe bilah ke pelat terjadi pada interval 0,6 %<C<1,08 %.
Gambar 1.11. Morfologi martensit : (a) martensit bilah dan (b) martensit pelat
Gambar 1.12. Panjang kisi kristal (lattice parameter) austenit dan martensit sebagai
fungsi kadar C
Dari grafik di atas terlihat bahwa sifat .tetragonal (c/a») meningkat jika kadar C
dalam baja meningkat dan dapat dinyatakan dengan persamaan :
c/a =1+ 0,045.%C
Besi murni (C=0%) mempunyai harga c/a = 1 atau c = a sehingga martensit tak
akan terbentuk pada besi murni.
Gambar 1.14. Diagram transformasi isothermal untuk baja eutectoid dengan lintasan
pendinginan yang menghasilkan bainit
Bainit adalah struktur mikro hasil dari reaksi eutectoid non lamellar sedangkan perlit
dihasilkan dari reaksi eutectoid lamellar. Bainit merupakan struktur mikro yang
merupakan campuran fasa ferit dan cementite (Fe3C). Pada suhu 350-550 °C akan
terbentuk bainit atas (upper bainit) sedangkan pada 250-350 °C akan terbentuk bainit
bawah (lower bainit).
Bainit Bawah
Karena bainit terbentuk pada suhu yang rendah maka laju difusi rendah pula sehingga
karbida besi akan mengendap di dalam pelat ferit. Karbida besi ini membentuk sudut
55° dengan sumbu panjang ferit. Bainit bawah tidak menunjukkan adanya kembaran
(twinning) dan mekanisme terbentuknya bainit bawah identik dengan struktur mikro
yang dihasilkan oleh martensit yang mengalami proses temper, yaitu ferit lewat jenuh
terbentuk melalui mekanisme geser (shear) dan diikuti dengan endapan karbida di
dalam ferit.
Bainit Atas
Bainit atas terbentuk pada suhu antara 350-550 °C. Pada baja eutectoid, bainit atas
terdiri dari fasa cementite dan ferit tetapi bentuk cementite seperti batang (rod) bukan
pelat atau lamellae. Bainit tersusun atas ferit yang berbentuk bilah (lath) sejajar
dengan sumbu panjang dan cementite mengendap pada batas butir.
Kebanyakan logam paduan yang akan dipakai untuk aplikasi teknik harus
mempunyai kombinasi kekuatan (strength) dan keuletan (ductility) yang baik.
Kekuatan logam dapat dilakukan dengan cara memberi pengerjaan dingin (cold
working) yang menghasilkan peningkatan dislokasi sedangkan keultan logam dapat
dilakukan dengan proses annealing (pelunakan)
Full Annealing
Dilakukan dengan cara memanaskan 25 °C di atas Ac3 dan ditahan beberapa lama
kemudian didinginkan secara lambat ke suhu kamar.
Process Annealing
Biasanya untuk baja hypoeutectoid (0,3 %C) dan dilakukan dengan cara
°
memanaskan di bawah suhu kritis (550-650 C) ditahan beberapa lama dan
didinginkan pada kecepatan yang diinginkan. Proses ini digunakan untuk
pembebasan tegangan sisa (stress relief).
Quench
Kekerasan maksimum pada baja karbon dapat dicapai dengan pemanasan sampai
fasa austenit kemudian dicelup (quench) pada laju pendinginan di atas nilai kritisnya
sehingga terbentuk martensit yang keras, akan tetapi proses quenching dapat
menyebabkan terjadinya tegangan sisa karena beda suhu antara bagian luar
(permukaan) dan dalam dari benda kerja. Media celup yang dipakai dapat berupa air
atau minyak.
Tempering
Proses tempering dilakukan dengan cara memanaskan baja yang telah dicelup
(struktur martensit) di bawah suhu eutectoid sehingga menjadi lunak dan ulet. Proses
quenching-tempering seperti pada gambar 1.19. di bawah.
Segregasi Karbon
Proses tempering pada suhu 25-100 °C menyebabkan redistribusi C ke posisi atau
tempat dengan energi rendah yaitu ruang antar atom (lattice site) dekat dislokasi.
dengan σ adalah tegangan luluh, tegangan friksi, k konstanta dan d diameter butir.
Pengaruh Ukuran Butir Austenit
Jika baja hypoeutectoid dengan ukuran butir kecil didinginkan secara lambat
(pendinginan udara) dari fasa austenit maka akan terbentuk proeutectoid ferrite pada
batas butir austenit dan terjadi pembuangan C ke pusat butir melalui difusi dan sisa
austenit berubah menjadi perlit sampai suhu kamar.
Gambar 1.21. (a) Proeutectoid ferrite tumbuh pada butir austenit kecil dan (b) Ferit
Widmanstatten dihasilkan dari butir austenit besar
Jika butir austenit cukup besar dibanding ukuran proeutectoid ferrite maka pada
proeutectoid ferrite akan tumbuh ferit Widmanstatten menuju ke dalam butir sebagai
akibat dari kondisi butir austenit yang jenuh dengan C.
Martempering (Marquenching)
Martempering merupakan modifikasi dari perlakuan quenching dan bertujuan untuk
mengurangi terjadinya distorsi.
Perlakuan martempering terdiri dari : (1) pemanasan sampai fasa austenit diikuti
dengan (2) pencelupan ke dalam minyak panas atau garam cair sedikit di atas atau di
bawah suhu MS dan (3) ditahan pada suhu konstan beberapa lama tetapi belum
sampai terjadi reaksi bainit dan akhirnya (4) pendinginan udara pada laju yang sedang
untuk mengurangi beda suhu di bagian permukaan dan tengah benda uji.
HARDENABILITY
Hardenability didefinisikan sebagai (1) kemampuan baja untuk membentuk martensit
pada proses pencelupan atau (2) sifat baja yang menentukan kedalaman dan
distribusi kekerasan pada proses quenching. Hardenability dipengaruhi oleh faktor
berikut :
1. komposisi kimia baja
2. ukuran butir austenit
3. struktur baja sebelum quenching
Hardenability dapat diukur dengan metode Grossmann atau Jominy End Quench
Test.
Metode Grossmann
Pada metode ini, hardenability diukur dengan mencelupkan spesimen berbentuk
silinder dengan diameter yang bervariasi ke dalam media quenching setelah
pemanasan sampai fasa austenit. Batang silinder dengan 50 % martensit di bagian
tengah digunakan acuan sebagai diameter kritis, Do yang disebut juga diameter
aktual. Diameter kritis aktual ini tergantung pada laju pendinginan saat pencelupan
atau jenis media quenching, misal air atau minyak sehingga Do tidak mempunyai nilai
mutlak untuk menyatakan hardenability. Untuk menghilangkan variabel ini maka
semua pengukuran hardenability didasarkan pada pencelupan ideal dan diameter
yang diperoleh dinamakan diameter kritis ideal (Di).
Gambar 1.24. Kekerasan pada penampang lintang batang Baja yang dicelup
dengan pada diameter yang berbeda
Pada kenyataannya tak ada media quenching ideal sehingga perbandingan antara
media quenching ideal dan aktual dinyatakan dengan koefisien H.
Gambar 1.25.Hubungan antara diameter kritis ideal D, , diameter kritis
aktual D dan faktor H
Tabel 1.1. Faktor H untuk berbagai media celup
Pada pengujian ini digunakan spesimen dalam bentuk silinder dengan diameter 1
in dan panjang 4 ini. Setelah proses austenitisasi, sampel dengan cepat
ditempatkan pada posisi menggantung diikuti dengan semprotan air pada salah
satu ujungnya. Setelah pendinginan selesai, permukaan silinder dibuat datar untuk
pengujian kekerasan sebagai fungsi dari jarakyang diukur dari ujung yang di-
quench. Pengujian hardenability pada berbagai jenis baja seperti terlihat pada
gambar 1.27. di bawah
Dari gambar terliat bahwa beda suhu maksimum terjadi saat t1 seperti ditunjukkan
oleh kurva A akan tetapi karena adanya deformasi plastis, kurva tegangan-waktu
sesungguhnya pada permukaan seperti yang ditunjukkan oleh kurva B yang
diimbangi oleh tegangan tekan pada inti dan pada suhu kamar akan menghasilkan
tegangan sisa.
BAJA KARBON
Baja merupakan paduan Fe-C dengan kandungan C kurang dari 2%. Berdasarkan
persentase C, baja dibedakan menjadi :
1. Baja karbon rendah (low carbon steels)
2. Baja karbon sedang (medium carbon steels)
3. Baja karbon tinggi (high carbon steels)
Baja juga digolongkan berdasarkan unsur paduan yaitu :
1. Plain carbon steels : hanya mengandung unsur C, Mn dan unsur
unsur pengotor (impurities)
2. Baja paduan (alloy steels) : mengandung unsur-unsur paduan yang sengaja
ditambahkan dalam konsentrasi tertentu
Baja Karbon Rendah
Baja ini mempunyai kandungan C antara 0,10 sampai 0,25 % dan kurang sensitif
terhadap perlakuan panas sehingga untuk meningkatkan kekuatannya dilakukan
pengerjaan dingin (cold work). Struktur mikro baja ini berupa ferit dan perlit
sehingga mempunyai keuletan dan ketangguhan yang baik. Selain itu, baja ini
mempunyai sifat mampu mesin (machinability) dan sifat mampu las (weldability)
yang baik. Berdasarkan kandungan C, baja paduan rendah kekuatan tinggi atau
high strength low alloy steel (HSLA) dapat dikelompokkan ke dalam baja karbon
rendah. Baja HSLA mengandung tembaga (Cu), vanadium (V), nikel (Ni) dan
molybdenum (Mo) dengan konsentrasi tidak lebih dari 10 %.
BAJA PADUAN
Meskipun baja karbon dapat dibuat dengan kekuatan tarik yang bervariasi, tergantung
pada kebutuhan, dengan biaya murah akan tetapi sifat-sifat mekanisnya tidak selalu
memenuhi persyaratan untuk aplikasi teknik sehingga dikembangkan baja paduan.
Unsur-unsur paduan pada baja dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan
pengaruhnya terhadap diagram kesetimbangan yaitu :
1. Unsur-unsur yang memperluas bidang austenit () pada diagram Fe-C. Unsur-
unsur ini dinamakan penstabil austenit (-stabilizer)
2. Unsur-unsur yang mempersempit daerah austenit. Unsur-unsur ini dinamakan
penstabil ferit (α-stabilizer). Pengaruh unsur paduan pada diagram Fe-C seperti
terlihat pada gambar 1.30. di bawah.
Gambar 1.30. Berbagai jenis diagram fasa baja paduan
Mangan dapat memperhalus perlit sehingga kekuatan tarik baja Mn meningkat seperti pada
gambar 1.32. di bawah.
Gambar 1.32. Struktur mikro baja AISI 1340 (0,40 %C dan 1,74 %Mn)
Pengaruh Mn terhadap kekuatan baja dapat dikelompokkan menjadi 3 cara yaitu :
1. pengerasan larutan padat (hardening solid solution)
2. penghalusan butir (grain size refinement)
3. peningkatan jumlah perlit
Baja Krom
Penambahan chromium (Cr) dapat meningkatkan hardenability, kekuatan tarik dan ketahanan
aus. Unsur Cr merupakan penstabil ferit karena struktur kristalnya berupa bcc. Unsur Cr
merupakan pembentuk karbid dan karena persentase Cr pada baja paduan kurang dar 2 %
maka atom-atom Cr akan mengganti atom Fe dalam Fe3C menjadi karbid dalam bentuk
senyawa kompleks (Fe,Cr)3C. Karbid ini menyebabkan baja horn menjadi keras dan
keausannya tinggi jika berbentuk partikel halus dan tersebar merata pada matriks ferit.
Baja Nikel-Krom-Molybdenum
Baja paduan ini mengandung 1,8 %Ni, 0,5-0,8 %Cr dan 0,20 %Mo yang merupakan paduan
seri 43xx. Kombinasi Ni dan Cr akan menghasilkan baja dengan batas elastis tinggi,
hardenability yang tinggi disertai dengan ketangguhan dan ketahanan lelah yang baik.
Selanjutnya penambahan 0,2 %Mo meningkatkan hardenability dan mengurangi resikco
penggetasan saat tempering. Diagram CCT untuk baja paduan ini misal paduan 4340 seperti
terlihat pada gambar 1.33. di bawah.
Jika jari jari precipitate r, fraksi volume precipitate f maka diameter maksimum butir austenit
(b) karena pertumbuhan dinyatakan dengan persamaan :
4
=
3
Prcipitate yang biasanya digunakan untuk memperhalus butir adalah unsur-unsur pembentuk
karbida atau nitrida seperti Nb, Ti dan V. Terbentuknya senyawa karbida atau nitrida terjadi
saat baja dalam bentuk austenit dan dapat diprediksi dengan menggunakan hasil kali
kelarutan (solubility product), yaitu :
Jika kondisi 2 terjadi maka persentase precipitate yang terjadi dapat dihitung menurut
persamaan berikut :
Kesetimbangan Fe-Cr
Diagram fasa kesetimbangan Fe-Cr terlihat seperti pada gambar 1.36. di bawah. Dua
hal yang penting dalam diagrani fasa ini adalah untai (-loop) dan fasa a. Unsur Cr
berfungsi sebagai penstabil ferit sehingga memperluas daerah ferit dan menekan daerah
austenit. Paduan Fe-Cr dengan %Cr kurang dari 12 atau 13 % akan mengalami
transformasi a pada saat pendinginan sebaliknya untuk Cr lebih besar dari 12-13%
tidak mengalami transformasi akan tetapi tetap sebagai larutan padat Cr dalam ferit.
Gambar 1.37. Diagram kesetimbangan Fe-Cr
Kesetimbangan Fe-Cr bukan merupakan interval larutan padat yang mengalami
transformasi sempurna akan tetapi terdapat fasa antara (intermediate) dalam bentuk fasa
a di bawah suhu 821 °C pada kandungan Cr sebesar 46 %. Fasa a menyebabkan baja
tahan karat menjadi getas.
Kesetimbangan Fe-Cr-C
Karbon merupakan penstabil austenit dan jika ditambahkan ke dalam paduan Fe-Cr akan
memperluas daerah austenit. Gambar di bawah memperlihatkan pengaruh peningkatan C
dari 0,05-0,4 % terhadap daerah austenit dimana batas maksimum daerah austenit
dicapai pada 18 %Cr dengan 0,6 %C. Kadar C lebih dari 0,6 % akan membentuk karbida
dalam bentuk :
Gambar 1.38. Diagram kesetimbangan fasa Fe-Cr untuk (a) 0,05 % C, (b) 0,1
%C, (c) 0,2 %C dan (d) 0,4 %C
Kesetimbangan Fe-Cr-Ni-C
Nikel merupakan penstabil austenit karena struktur kristal Ni berupa fcc. Gambar 1.39. di
bawah adalah pengaruh penambahan Ni pada daerah austenit di dalam diagram Fe-18 %Cr-
C dengan 4 dan 8 %Ni.
Diagram ini berupa sumbu koordinat yang merupakan batas komposisi austenit, ferit dan
martensit pada suhu kamar yang dinyatakan dengan ekuivalen Ni dan Cr, yaitu :
Berdasarkan komposisi dan struktur mikro di atas, baja tahan karat dapat dibedakan
menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Baja Tahan Karat Ferit
Biasanya mengandung 11-30 %Cr dan %C<0,12%. Baja tahan karat austenit tidak
bisa diberi perlakuan panas karena tidak terjadi transformasi -α.
2. Baja Tahan Karat Martensit
Baja tahan karat ini mengandung 12-17 %Cr dengan 0,1-1 %C dan dapat diberi
perlakuan panas.
3. Baja Tahan Karat Austenit
Merupakan paduan Fe-Cr-Ni dengan %Ni sekitar 6-22 %. Baja ini tidak tidak dapat
diberi perlakuan panas, ulet dan ketahanan korosinya lebih baik daripada baja ferit.
4. Baja Tahan Karat Pengerasan Endapan
Mengandung 30 %Cr dan sejumlah Ni dan Mo. Pengerasan endapan (precipitation
hardening) terjadi karena penambahan Cu, Al, Ti dan Nb. Baja ini mempunyai
kekuatan tank tinggi.
Transformasi fasa baja tahan karat dapat dipelajari dengan melihat diagram terner Fe-
Cr-Ni seperti pada gambar 1.41. di bawah.
Gambar 1.42. Irisan vertikal dari sistem Fe-Cr-Ni dengan 70 %Fe + 30 %(Cr+Ni)
Jika komposisi baja tahan karat kaya dengan Cr maka akan terbentuk ferit-8 atau ferit-a
sedangkan jika kaya dengan Ni akan terbentuk austenit (). Jika komposisi berada pada
segitiga eutectic (L++) maka pada pembekuan akan membentuk ferit- + austenit ()
dengan fasa pertama yang tumbuh adalah atau y tergantung pada persentase Ni dan
Cr.
Jika komposisi di sebelah kiri segitiga eutectic maka fasa pertama yang terbentuk
adalah yang berbentuk dendrit dengan ferit-8 tumbuh sekelilingnya pada akhir
pembekuan. Sebaliknya, jika komposisi berada di sebelah kanan segitiga eutectic, maka
fasa pertama yang terbentuk adalah ferit- yang merupakan inti dendrit dan kaya
dengan Cr. Pada pendinginan selanjutnya, komposisi Cr di luar dendrit turun dan jika
suhu pendinginan berada di dalam segitiga eutectic maka austenit akan terbentuk di
sekeliling ferit- yang berbentuk dendrit. Pada akhir pedinginan akan terbentuk (ferit-+)
dan pada bagian luar dendrit akan terbentuk austenit dengan kadar Cr rendah.
berwarna putih. Besi cor putih biasanya hanya merupakan produk antara karena terlalu
keras dan tidak bisa dimesin. Pemanasan besi cor putih pada suhu 800-900 °C pada
waktu yang lama menyebabkan terurainya Fe3C menjadi grafit yang berbentuk rosette
dengan matriks ferit atau perlit. Besi cor dengan struktur mikro ini dinamakan besi cor
maleabel dan bersifat ulet dengan kekuatan tinggi.
Gambar 1.43. Struktur mikro : (a) besi cor kelabu, (b) besi cor nodular
(c) besi cor putih dan (d) besi cor maleabel