Anda di halaman 1dari 5

1.

9 Kapasitas Dukung Batas Berdasarkan SPT (Standard Penetration Test) dan CPT
(Cone Penetration Test/Sondir)

Pada umumnya rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya daya dukung
berdasarkan SPT atau CPT mempunyai anggapan bahwa daya dukungnya mengijinkan
penurunan pondasi dangkal sebesar 1” (25,4 mm).

a. Kapasitas Dukung Berdasarkan SPT (Standard Penetration Test)


Meyerhof (1956, 1974) mengusulkan kapasitas dukung ijin netto (qijin(net)) untuk tanah pasir
sebagai berikut :
qijin(net)  12.N (kN/m²)  untuk lebar B  1,2 m (1.48)

 B  0,3 
2

q ijin(net)  8.N.  (kN/m²)  untuk lebar B  1,2 m (1.49)


 B 

Bowles (1968) mengusulkan menaikkan ± 50 % persamaan Meyerhof di atas sekaligus


memberikan faktor kedalaman pondasi sebagai berikut :
qijin(net)  20.N.K d (kN/m²)  untuk lebar B  1,2 m (1.50)

 B  0,3 
2

q ijin(net)  12,5.N.  .K d (kN/m²)  untuk lebar B  1,2 m (1.51)


 B 
dimana :
qijin(net) = kapasitas dukung ijin netto untuk penurunan 1” (2,54 cm)
Kd = faktor kedalaman pondasi = 1 + 0,33.Df/B ≤ 1,33.

Bowles (1968) menyarankan nilai N diambil dari nilai rata-rata statistis dari zona ½.B di atas
dasar pondasi sampai paling sedikit 2.B di bawah dasar pondasi. Nilai N yang diperoleh dari uji
SPT di lapangan sebelum digunakan dalam hitungan perlu dikoreksi terlebih dahulu.
Jika tanah mengandung pasir halus atau pasir berlanau nilai N menjadi :
N = 15 + ½.(N´ – 15) (1.52)
dengan :
N’ = nilai N tercatat dari uji di SPT di lapangan

Beberapa analisis mengoreksi jumlah N-SPT dengan tekanan overburden efektif (q = p0´).
Koreksi N akibat pengaruh tekanan overburden efektif sebagai berikut :
N = CN . N´ (1.53)
dengan :
N´ = nilai N tercatat dari uji di SPT di lapangan
CN = faktor koreksi overburden

Gibbs dan Holtz (1957), mengkoreksi tekanan overburden :


5
CN  (1.54)
1,422 . p 0 '1
dengan :
p0´ = tekanan overburden efektif (kg/cm²) pada kedalaman yang diuji dengan nilai tidak
lebih 2,81 kg/cm² (1 kg/cm² = 98,1 kN/m²).

Bazaraa (1967), mengkoreksi tekanan overburden :


4
CN   p 0 '  1,5 k/ft² (1.55)
1  2 . p0 '
4
CN   p 0 '  1,5 k/ft² (1.56)
3,25  0,5 . p 0 '
dengan :
p0´ = tekanan overburden efektif (ksf) [1 k/ft² = 47,94 kN/m²]
Peck, Hanson dan Thornburn (1974), mengusulkan tekanan overburden :

 20 
C N  0,77.log   (1.57)
 0 
p '
dengan :
p0´ = tekanan overburden efektif (ton/ft²) [1 ton/ft² = 1 kg/cm²], persamaan ini tidak
valid, jika p0 ´ < 0,25 ton/ft²

Skempton (1986), mengkoreksi tekanan overburden, berdasarkan macam pasirnya:


2
CN   untuk pasir halus normally consolidated (1.58)
p '
1 0
pr
3
CN   untuk pasir kasar normally consolidated (1.59)
p '
2 0
pr
1,7
CN   untuk pasir overconsol idated (1.60)
p '
0,7  0
pr
dengan :
p0’ = tekanan overburden efektif (kN/m²]
pr = 100 kN/m² = tekanan efektif referensi

Bowles (1968), menyarankan penggunaan koreksi N harus dilakukan hati-hati dan tidak
diperbolehkan memberikan faktor koreksi CN > 2. (1.61)
Sedangkan Parry (1977) memberikan rumus kapasitas dukung batas (qu) dengan menggunakan
data SPT melalui rumus :
 D  0,73.B 
q u (MN/m²)  0,24.N f  f  (1.62)
 D f  0,75.B 
q u (MN/m²)  0,24.N f  untuk Df /B  1 (1.63)
dimana :
Nf = nilai N-SPT lapangan pada kedalaman 0,75.B di bawah dasar pondasi
Df dan B = kedalaman dan lebar pondasi

b. Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan CPT (Cone Penetration Test/Sondir)


Meyerhof (1956) berdasarkan kurva Terzaghi dan Peck (1943) menyarankan persamaan
sederhana untuk menentukan kapasitas dukung ijin (qijin = qall) yang didasarkan penurunan 1”
(2,54 cm) untuk pondasi telapak persegi atau pondasi memanjang dengan dimensi yang tidak
terlalu besar pada tanah pasir adalah sebagai berikut :
qc
q ijin(net)  (kg/cm²)  untuk lebar pondasi B  1,20 m (1.64)
30
2
q c  B  0,3 
q ijin(net)  (kg/cm²)  untuk lebar pondasi B  1,20 m
50  B 
(1.65)

dimana :
qijin(net) = kapasitas dukung ijin netto untuk penurunan 1” (2,54 cm)
qc = tahanan ujung rata-rata konus pada kedalaman 0 sampai B dari dasar pondasi

Bila persamaan di atas didasarkan hubungan qc = 4.N dan N dari uji SPT sekaligus memberikan
faktor kedalaman maka akan diperoleh :
qc
q ijin(net)  Kd (kg/cm²)  untuk lebar pondasi B  1,20 m (1.66)
20
2
q c  B  0,3 
q ijin(net)   K d (kg/cm²)  untuk lebar pondasi B  1,20 m (1.67)
33  B 

dimana :
Kd = faktor kedalaman pondasi = 1 + 0,33.Df/B ≤ 1,33.
Schmertmann (1978) mengusulkan akan hubungan kapasitas dukung batas tanah (q u) dengan
nilai peralawanan penetrasi konus (qc) dari uji CPT untuk Df/B  1,5:
1. Untuk tanah berbutir kasar ( - soils), dalam satuan (kg/cm² atau ton/ft²) :
Pondasi menerus : qu= 28 – 0,0052 (300 – qc)1,5 (1.68)
Pondasi persegi : qu= 48 – 0,0090 (300 – qc)1,5 (1.69)
2. Untuk tanah berbutir halus (c – soils)
Pondasi menerus : qu == 2 + 0,28 . qc (1.70)
Pondasi persegi : qu = 5 + 0,34 . qc (1.71)
dimana :
qu = kapasitas dukung batas
qc = tahanan ujung rata-rata konus yang dibaca pada kedalaman 0,5 B di atas dasar
pondasi dan 1,1 B di bawah dasar pondasi [kg/cm2 ]

Bersumber dari MODUL AJAR Politeknik Negeri Malang jurusan teknik sipil.

Anda mungkin juga menyukai