Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA

PEMBIMBING:

dr. Cipta Pramana, Sp.OG(K)

Penyusun:

Faizal Haris Anando (030.12.096)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT

KANDUNGAN PERIODE JUNI 2017 – AGUSTUS 2017

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang
berjudul “Plasenta previa”.Penulisan laporan kasus ini dilakukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
Penulisan laporan kasus ini tentu tidak luput dari bantuan dan dukungan dari
pihak-pihak di sekitar penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Cipta Pramana, Sp.OG(K) selaku pembimbing serta dr. Jati, Sp.OG ;
dr. Kartika, Sp.OG yang selalu memberikan bimbingan dan masukan kepada
penulis. Seluruh staf bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD
Kota Semarang dan teman-teman kepaniteraan klinik yang telah memberikan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca.Penulis berharap agar laporan kasus ini dapat menambah informasi dan
memberikan referensi bagi pembaca.

Semarang, Juli 2017

Penulis
Faizal Haris Anando

ii
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IKP
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 24/09/1995
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Pengkol RT 1 RW 7, Tembalang, Kota Semarang
No.RM : 307437
Tanggal masuk : 18 Juli 2017 (04.52)
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 21 Juli
2017 pukul 10.30 WIB di ruang Srikandi RSUD Kota Semarang.
Keluhan Utama:
Keluar darah segar dari jalan lahir sejak jam 04.30 WIB
(18/7/2017)
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang dengan keluhan keluar darah
segar dari jalan lahir sejak jam 04.30 WIB kurang lebih 300 ml.
Perdarahan mengalir, adanya lendir dan darah menggumpal disangkal.
Gerakan anak masih dirasakan oleh ibu, Keluhan disertai mules.

• Os mengaku dirawat pada tanggal (8-12 Juli 2017) karena ada perdarahan
antepartum dengan darah menggumpal.

b. Riwayat Haid
Menarche : 11 tahun

3
Lama : 7 hari
Siklus : 30 hari
Dismenore :-
Jumlah : 4 kali ganti pembalut
c. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x
Usia menikah 20 tahun
Lama menikah 1 tahun
HPHT : 8 Desember 2016
HPL : 15 September 2017

d. Riwayat ANC
ANC dilakukan 8 kali di bidan 1 kali USG di dokter kandungan dengan
hasil letak plasenta dibawah, tidak menutupi OUI (Plasenta previa
Marginalis)

e. Riwayat Obstetri :G3P1A1


 Anak I : Mei 2016 Pasien mengalami abortus dan telah dilakukan
kuretase di RSUD KRMT Wongsonegoro
 Anak II : 2017 hamil saat ini

f. Riwayat KB :
 Tidak menggunakan KB

g. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien seorang ibu rumah tangga dan suami bekerja sebagai
karyawan swasta.

h. Riwayat Penyakit Dahulu

4
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes, asma,hepatitis, penyakit
jantung. Pasien memiliki alergi terhadap telur, sedangkan alergi obat-
obatan disangkal.

i. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit DM, hipertensi, penyakit jantung, hepatitis,
asma, dan alergi disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, (E:4, M:6, V:5)
Tanda Vital :
Suhu : 36,20C
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88x / menit
RR : 20x / menit
SpO2 : 98%
TB : 150 cm
BB : 81 kg

b. Status Internus

Kulit Ikterik (-), pucat (-)

Normochepal, turgor cukup, rambut mudah dicabut (-


Kepala
),benjolan (-), kaku kuduk (-)

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),


Mata
photophobia (-)

Telinga Kurang pendengaran (-), discharge (-)

5
Simetris, nafas cuping hidung (-), mimisan (-), discharge
Hidung
(-)

Sariawan (-), gusi berdarah (-), sianosis (-), bibir pucat (-


Mulut ),bibir kering (-), mukosa hiperemis (-), lidah kotor (-),
lidahtremor (-)

Pembesaran KGB (-), Deviasi trakea (-), JVP ↑ (-),


Leher
pembesarantyroid (-)

Thorax Cor & pulmo dalam batas normal

Abdomen NT abdomen (-), tak teraaba massa

Oedem ekstremitas (-/-), akral dingin (-/-), kuku jari


Ekstremitas
pucat (-/-)

c. Status Obstetri
I: cembung, abdomen melebar, fundus uteri diatas umbilikus, linea
nigrae+, striae gravidarum+

P: TFU 31cm

Leopold I: teraba bagian besar, lunak, presentasi bokong, TFU


31cm

Leopold II: teraba keras memanjang di bagian sisi kiri ibu

Leopold III: teraba keras bulat, presentasi kepala

Leopold IV: belum masuk PAP

A: DJJ: 140x/menit, teratur

Pemeriksaan dalam : inspekulo +, OUE menutup, stosel +, darah + pada


fornik posterior

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. USG (18 Juli 2017)

6
Janin tunggal hidup intrauterine, letak kepala belum masuk PAP, DJJ (+), H
33-34 minggu, Taksiran BJ 2280 gram, Plasenta previa marginalis.

b. Laboratorium (13 Juli 2017) :


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 10,9 g/dl 11,7-15,5
Hematokrit 33,60 % 35-47
Eritrosit 3,84
Jumlah leukosit 10,5 u/dl 3,6-11,0
Jumlah trombosit 162 ml 150-400
Kimia Klinik
GDS 77 mg/dl 70-115
Natrium 135 mmol/L 135-147
Kalium 3,3 mmol/L 3,5-5,0
Calsium 2,2 mmol/L 1,12-1,32
Imunologi
HbsAg Negatif - Negatif

V. RESUME
• Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang dengan keluhan keluar darah
segar dari jalan lahir sejak jam 04.30 WIB kurang lebih 300 ml. Keluhan
disertai mules, adanya lendir dan darah menggumpal disangkal. gerakan
anak masih dirasakan oleh ibu, perdarahan mengalir. Os mengaku dirawat
pada tanggal 8-12 Juli karena ada perdarahan antepartum dengan darah
menggumpal. Pasien menarche usia 11 tahun, siklus haid 30 hari dan lama
haid 7 hari. Pasien menikah 1 kali usia pertama menikah 20 tahun. Pasien
pernah mengalami keguguran 1 kali. Anak pertama menegalami abortus
tahun 2016 dan telah dilakukan kuretase di RSUD KRMT
Wongsonegoro. .Pasien tidak pernah memakai KB. Pemeriksaan obstetric
didapatkan hasil sebagai berikut: pada inspeksi terlihat abdomen cembung

7
dan melebar, fundus uteri diatas umbilikus. Palpasi didapatkan : TFU
31cm, Leopold I: teraba bagian besar, lunak, presentasi bokong, TFU
30cm, Leopold II: teraba keras memanjang di bagian sisi kiri ibu, Leopold
III: teraba keras bulat, presentasi kepala, Leopold IV: belum masuk PAP.
Auskultasididapatkan :DJJ: 140x/menit, teratur. Pemeriksaan dalam :
inspekulo +, stosel +, darah + pada fornik posterior, OUE menutup.Pada
pemeriksaan USG didapatkan hasil janin tunggal hidup intrauterine, DJJ
(+), H 33-34 minggu, Taksiran BJ 2285 gram, plasenta previa marginalis.
VI. DIAGNOSA AWAL
G2P0A1 U21tahun, H33-34minggu(USG), Janin tunggal hidup intrauterine,
Presentasi kepala, punggung kiri, Perdarahan antepartum ec plasenta previa
marginalis

VII. PENATALAKSANAAN
 Konservatif
 Rawat Inap
 Bed rest
 Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
 Pengawasan

VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PLASENTA PREVIA

2.1 Definisi

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah


rahim sehingga menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri internum.(1)

2.2 Epidemiologi

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia diatas 30 tahun. Lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih
rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya wanita hamil
pada paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam
obstetrik yang memungkinkan deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa
lebih tinggi. Dari seluruh laporan kasus di dapatkan 4 dari 1000 kasus, dan pada
trimester ke dua mungkin dapat ditemukan pada 4%-6% kehamilan.(2,3)

2.3 Etiologi

Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan


endometrium yang kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada (3,4)

1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek


2. Mioma uteri
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua

9
8. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
9. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya
10. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terutama terjadi pada perokok berat (>
20 batang/hari).

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus


tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh
meluas akan mendekati atau menutupi ostoum uteri internum. (3,5)
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat
ostium uteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar
dan yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan
multiple. (3,5)

2.4 Klasifikasi

Pada plasenta previa, plasenta tidak tertanam di korpus uterus yang jauh
dari ostium internal serviks, tetapi terletak diatas atau sangat dekat dengan
ostium internal.(7)

10
Gambar 1. Plasenta normal dan plasenta previa
Sumber dari : http://medicina mnemotecnias.com.
Terdapat empat jenis plasenta previa(7,8,9)
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri interna.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.Ujung plasenta mencapai atau dekat sekali
dengan pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum, tidak pernah lebih dari 5 cm.
Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

11
Gambar . Jenis-jenis Plasenta Previa
Sumber dari :http://Women's Health and Education Center (WHEC).com.
Menurut de Snoo, klasifikasi plasenta previa berdasarkan pembukaan 4 -5 cm
adalah: (3,10)

a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta previa lateralis; bila mana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 :
1. Plasenta previa lateralis posterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium
bagian belakang.
2. Plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian plasenta menutupi ostium
bagian depan.
3. Plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium
yang ditutupi plasenta.

Klasifikasi plasenta previa menurut Browne adalah:

a. Tingkat 1, Lateral plasenta previa: Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai


ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat 2, Marginal plasenta previa: Plasenta mencapai pinggir pembukaan
(Ostium).
c. Tingkat 3, Complete placenta previa: plasenta menutupi ostium waktu
tertutup dan tidak menutupi bila pembukaan hamper lengkap.
d. Tingkat 4, Central placenta previa: plasenta menutupi seluruh ostium pada
pembukaan hampir lengkap.

12
2.5 Diagnosis

Semua kasus yang diduga plasenta previa harus dirawat di rumah sakit
rujukan.Hindarkan pemeriksaan vaginal atau rektal untuk menghindari
perdarahan masif lebih lanjut.(3)
1. Gejala dan Tanda(3,11,12)
a. Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa rasa nyeri, yang
biasanya belum muncul sampai mendekati akhir trimester kedua atau
sesudahnya.
b. Episode perdarahan pertama terjadi pada sekitar minggu 28 – 30 dan
ditandai dengan:
1) Perdarahan mendadak – saat istirahat
2) Perdarahan dengan warna merah segar
3) Perdarahan tidak terlalu banyak dan jarang bersifat fatal
4) Perdarahan berhenti sendiri
c. Perdarahan berikutnya sering terjadi dengan jumlah semakin banyak.
d. Bagian terendah janin masih tinggi dan sering disertai dengan kelainan
letak (oblique atau lintang).
2. Pemeriksaaninspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta harus
dicurigai.
3. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi, radiosotop dan ultrasonografi.
Akan tetapi pada pemerikasaan radiografi clan radiosotop, ibu dan janin
dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan
USG tidak menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri dan cara ini
dianggap sangat tepat untuk menentukan letak plasenta.
4. Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.

13
Perabaan forniks. Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan
lunak (bantalan) antara bagian terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan
melalui kanalis servikalis. Jari di masukkan hati-hati kedalam OUI untuk
meraba adanya jaringan plasenta.
5. Tes Laboratorium
- Hitung darah lengkap harus dilakukan terhadap setiap pasien dengan
tujuan menilai derajat anemia.
- Urinalisis biasanya normal.
6. PemeriksaanUltrasonografi
Metode penentuan lokasi yang paling sederhana, tepat dan aman
adalah sonografi, yang dapat menentukan lokasi plasenta dengan tingkat
keakuratan sampai 98%. Hasil positif palsu mungkin disebabkan oleh
peregangan kandung kemih. Oleh karena itu, pemeriksaan USG yang
tampak positif harus di ulang setelah pengosongan kandung kemih. Suatu
kesalahan yang sering terjadi adalah identifikasi plasenta yang tertanam di
fundus tanpa menyadari bahwa plasenta besar dan meluas kebawah sampai
ostium servikalis internal.
Pada pertengahan trimester II, plasenta menutup ostium internum
pada 30% kasus. Dengan perkembangan segmen bawah rahim, sebagian
besar implantasi yang rendah tersebut terbawa ke lokasi yang lebih atas.
Penggunaan Color Doppler dapat menyingkirkan kesalahan pemeriksaan.
USG transvaginal secara akurat dapat menentukan adanya plasenta letak
rendah pada segmen bawah uterus.
Diagnosis plasenta previa sebaiknya tidak di tegakkan dulu sebelum
kehamilan 34-36 minggu, kecuali bila terlihat sedikitnya sepertiga bagian
plasenta melewati OUI. Sekitar 63-91% kasus plasenta previa pada
kehamilan trimester II mengalami “migrasi plasenta” dan pada kehamilan
aterm implantasi menjadi normal.
Kontraksi segmen bawah uterus kadang-kadang juga dapat
menyebabkan letak plasenta yang sebenarnya normal seolah-olah
menutupi OUI. Dalam keadaan ini sebaiknya pemeriksaan diulangi

14
beberapa saat (30-60 menit) kemudian, diharapkan kontraksi sudah
menghilang.
Penilainan plasenta previa sangat sulit bila letak plasenta dibagian
dinding posterior, karena akan terhalang oleh bagian kepala janin.
Pemeriksaan USG transvaginal akan membantu mengatasi kesulitan
tersebut. Pada pemeriksaan USG transabdominal, kemungkinan plasenta
previa perlu difikirkan apabila jarak antara kepala dan tulang sacrum lebih
dari 1,5 cm.
Transvaginal ultrasonografi merupakan baku emas untuk diagnosis
plasenta previa. Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi 100% dalam
mendeteksi plasenta previa. Transabdominal ultrasonografi dapat menjadi
pilihan alternatif pada pemeriksaan plasenta previa. pemeriksaan ini
memiliki tingkat akurasi sebesar 95% dalam mendiagnosis plasenta previa.
2.6 Penatalaksanaan

Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan


antepartum adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak,
untuk itu harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan
atau tranfusi darah.
Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan
keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun jenis plasenta previa.
a. Penanganan pasif/ penanganan ekspektatif
Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada tanda-
tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Penanganan berupa
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung
janin.

15
5. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien
ditunggu sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara
aktif.

b. Penanganan aktif
Kriteria: umur kehamilan ≥ 37 minggu, BB janin ≥ 2500 gram, perdarahan
banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien
tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.

Persalinan spontan pervaginam


Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara
dan anak sudah meninggal atau prematur.

 Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah
(amniotomi) jika hid lemah, diberikan oksitosin drips.
 Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
 Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan
perdarahan (kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap
plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau
sudah mati, dan tidak ada fasilitas untuk melakukan operasi.
Indikasi Seksio Sesarea
1. Plasenta previa totalis.
2. Plasenta previa pada primigravida.
3. Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
4. Anak berharga dan fetal distres
5. Plasenta previa lateralis jika :

• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.


• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
6. Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir dengan cepat.

16
2.7 Komplikasi
Komplikasi Ibu : (12,13)
1. Perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan insersiodi
depan.
2. Infeksi karena anemia.
3. Robekanimplantasi plasenta dibagian belakang SBR (segmen bawah
rahim) :dengeours plasenta previa.
4. Terjadi rupture uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
Komplikasi Janin
1. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi.
2. Mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan tubuh yang rendah.
3. Asfiksia intrauterine sampai dengan kematian.

2.8 Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas
dan morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas
janin 50-80%.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian
dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5%
terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena
tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25% terutama disebabkan oleh
prematritas, asfiksia, prolapse funikuli dan persalinan buatan (tindakan).(14)

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502
2. Steven G Gabbe. 2012. Obstetric: Normal and Problem Pregnancies.
Canada.
3. Mochtar Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: EGC.
4. Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II.
Jakarta. EGC; 2005. hal. 83-91
5. Yoon Y, Placenta previa, Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic427.html. Accessed on Juli 22,
2017
6. Cunningham, F. Gary. 2012. ObsetetriWiliams Edisi 23 Vol 2. Jakarta:
EGC.
7. http://medicinamnemotecnias.com. Diakses tanggal 22 juli 2017.
8. Johanes C. Mose, dkk. 2011. Ultrasonografi Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: CV. SagungSeto.
9. Hanafiah, T.M. Plasenta Previa. 2004. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Diperoleh dari: http://repository_usu.co.id (Diakses pada
22 juli 2017)
10. Anonymous. Placenta Previa. Available from
URL:http://www.pennhealth.com/health_info/pregnancy/labordelivery/arti
cles/placentaprevia.html. Accessed on 22 Juli, 2017
11. Thornburg, L and Queenan, R. Third-Trimester Bleeding. In: Evans, AT.
Manual of Obstetrics. 7th Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins;
2007: 154-158.
12. Pernoll, M. Third-Trimester Hemorrhage. In: Betson and Pernoll’s
Handbook of Obstetrics and Ginecology. Tenth Edition. USA: Mc Grow
Hill; 2001: 325-329.
13. Leveno, Kenneth J. 2012. Obstetri Williams : Panduan Ringkas (Williams
Manual of Obstetrics). Jakarta: EGC

18
14. Tony Hollinngworth. 2011. Diagnosis Banding dalam Obstetri
&Ginekologi: A- Z. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai