Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Asia Tenggara kelainan refraksi hampir menjadi masalah yang umum

khususnya miopia. Berdasarkan data distribusi penyebab gangguan penglihatan

estimasi global WHO 2012 kelainan refraksi yang tidak terkoreksi menduduki

urutan pertama penyebab gangguan penglihatan terbanyak diseluruh dunia.

Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012

mengemukakan bahwa kelainan refraksi merupakan penyebab gangguan

penglihatan dan kebutaan beberapa diantaranya diderita oleh anak usia sekolah.

Menurut WHO dalam peringatan hari penglihatan sedunia (World Sight Day /

WSD ) dengan pesan khusus “No more Avoidable Blindness” memperkirakan

bahwa sekitar 80% gangguan penglihatan dan kebutaan di berbagai negara

termasuk Indonesia dapat dicegah, dua penyebab terbanyak adalah gangguan

refraksi dan katarak. Miopia, hipermetropia, dan astigmatisma merupakan jenis

kelainan refraksi yang sering dijumpai (Ilyas H, 2004 ) .

Kelainan refraksi ini dapat mempengaruhi beberapa segi kehidupan

penderitanya dua diantaranya adalah segi fisik dan segi sosial ekonomi, karena

dengan adanya kelainan refraksi ini seseorang akan cenderung bergantung pada

kacamata atau lensa kontak untuk membantu penglihatannya (Supartoto, 2006).

1
2

Apabila hal ini tidak ditangani secara serius tentunya dapat mengganggu proses

belajar mahasiswa dan pada akhirnya berdampak pada prestasi mahasiswa.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran umumnya memiliki intensitas waktu baca lebih

tinggi, hal ini sesuai dengan banyaknya materi yang harus dikuasai oleh

mahasiswa-mahasiswa Fakultas Kedokteran. Adanya faktor radiasi cahaya yang

berlebihan yang diterima mata, seperti radiasi cahaya komputer dan kebiasaan

membaca terlalu dekat sehingga menyebabkan kelelahan pada mata (astenopia)

hal ini menyebabkan beberapa diantaranya mengalami kelainan refraksi

(Gondhowiharjo, 2009).

Berdasarkan hasil estimasi dari WHO penduduk dunia yang menderita

kebutaan sedikitnya ada 45 juta jiwa dan lainnya menderita penglihatan kurang

(low vision) sebanyak 135 juta jiwa, diantaranya terdapat di kawasan Asia Selatan

dan Asia Tenggara sebanyak 90% . Berdasarkan Riskesdas 2013 tentang perkiraan

jumlah penyandang kebutaan dan severe low vision prevalensi tertinggi terdapat di

Provinsi Jawa Tengah dimana gangguan kebutaan mencapai 0,5% dan severe low

vision mencapai 1,1%. WHO tahun 2007 memperkirakan prevalensi dunia untuk

kelainan refraksi mencapai 800 juta sampai 2,3 milyar orang, yang didominasi

dewasa usia 16-49 tahun sebanyak 450 juta. Sedangkan untuk persentase kelainan

refraksi di Indonesia sebesar 22,1 % , sementara angka pemakaian kacamata

koreksi masih rendah yaitu 12,5 % dari kebutuhan (Ilyas, 2007). Sehingga

berdasarkan survei kesehatan indera ada sekitar 1,5% penduduk Indonesia


3

mengalami kebutaan yang salah satunya disebabkan oleh kelainan refraksi sebesar

0,14%.

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas

Nasional Singapura menunjukkan bahwa prevalensi miopia 89,9% , astigmatisma

82,2% , hipermetropia 3,1% (Wook, dkk 2004) . Sedangkan pada penelitian lain

di Taiwan dengan responden yang sama yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran

mendapatkan prevalensi miopia lebih dari 90% . Di Indonesia penelitian yang

dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau dari 242

responden yang memenuhi kriteria inklusi terdapat 33,9% menderita kelainan

refraksi yang terdiri dari 92,68% mengalami miopia, 82,2% astigmatisma, 1,3%

hipermetropia (nazriati dkk, 2004).

Berdasarkan beberapa prevalensi yang telah dikemukakan diatas peneliti

tertarik untuk meneliti hubungan kelainan refraksi dan pola kebiasaan membaca

dengan indeks prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di

Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian ini bersifat observasional

yang dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Unissula Semarang dengan

mengambil subyek penelitian dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula

Semarang yang terdiri dari angkatan 2014, 2015, dan 2016 yang tercatat sebagai

mahasiswa aktif dan bersedia mengisi kuisioner.

1.2 Perumusan Masalah


4

Berdasarkan masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut : “Apakah ada hubungan kelainan refraksi dan pola kebiasaan

membaca dengan indeks prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang ?“

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan kelainan refraksi dan pola kebiasaan

membaca dengan indeks prestasi akademik mahasiswa Fakultas

Kedokteran Unissula Semarang.

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui keeratan hubungan kelainan refraksi dan

pola kebiasaan membaca terhadap indeks prestasi akademik

mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula Semarang.

1.3.2.2. Untuk mengetahui pola kebiasaan membaca mahasiswa

Fakultas Kedokteran Unissula yang dapat menjadi faktor risiko

untuk terjadinya kelainan refraksi.

1.3.2.3. Untuk mengetahui besaran kelainan refraksi berdasarkan jenis-

jenisnya yaitu miopia, astigmatisma dan hipermetropia pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian


5

1.4.1. Manfaat Teoritis

1.4.1.1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dan

tambahan pustaka bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya berkaitan dengan kelainan refraksi.

1.4.1.2. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

1.4.2.1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk

mencegah terjadinya kelainan refraksi yang luput dari

koreksi, sehingga berdampak menjadi masalah yang serius.

1.4.2.2. Dapat memberikan informasi berkaitan dengan pola kebiasaan

membaca yang memiliki faktor risiko terhadap kelainan

refraksi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula

Semarang.

Anda mungkin juga menyukai