Anda di halaman 1dari 68

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI

DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO


PURO KARANGMALANG SRAGEN
TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir


Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :
ANIK NUR HASTUTI
B10 064

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di

Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013”. Karya

Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada

penulis.

4. Ibu Utami Nugroho Amd.Keb, selaku Pimpinan Klinik Bersalin Utami

Nugroho Puro Karangmalang Sragen yang telah bersedia memberikan ijin

pada penulis dalam mengadakan penelitian.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada

Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

iv
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2013

Penulis

v
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Anik Nur Hastuti
B 10.064

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI


DI KLINIK BERSALIN UTAMI NUGROHO
PURO KARANGMALANG SRAGEN
TAHUN 2013

xiv + 52 halaman + 17 lampiran + 5 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Perawatan ibu nifas merupakan bagian integral pada proses
melahirkan dan dimanfaatkan untuk perawatan pada ibu dan bayinya. Mengingat
pentingnya ASI bagi ibu dan bayi, perlu dilakukan perawatan bagi ibu nifas yang
berhubungan dengan perawatan payudara untuk kelancaran pengeluaran ASI.
Pemeriksaan payudara dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada
waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan / payudara bengkak. Jika
payudara ibu terdapat tanda-tanda tersebut, maka akan mengganggu produksi
ASI. Produksi ASI akan menurun dikarenakan saluran ASI yang tersumbat. Hasil
studi pendahuluan yang penulis wawancarai pada 10 ibu nifas di Klinik Bersalin
Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada bulan November 2012, terdapat
5 orang ibu berpengetahuan kurang, 3 ibu berpengetahuan baik, 2 ibu
berpengetahuan cukup dan dari 10 ibu terdapat 2 ibu mengalami bendungan ASI.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan
ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tingkat
baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif,
dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada
tanggal 20 Jan 2013 - 20 Feb2013. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak
34 ibu nifas, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling.
Alat pengumpul data adalah kuesioner, untuk analisis data menggunakan analisis
univariat dengan distribusi frekuensi dengan bantuan program SPSS.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di
Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen diperoleh hasil
pengetahuan baik sebanyak 8 responden (23,5%), pengetahuan cukup sebanyak
20 responden (58,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (17,6%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik
Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen sebagian besar
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%) dipengaruhi oleh
umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas atau pengalaman.

Kata kunci : Pengetahuan, Ibu Nifas, Bendungan ASI.


Kepustakaan : 23 literatur (Tahun 2003 s/d 2012)

vi
MOTTO

“Kami (Allah) tunjukkan kepadanya (manusia) dua buah jalan, (jalan yang
baik dan yang buruk). Tetapi manusia tidak mau menempuh kesulitan,
(mengerjakan yang berat)” QS. AL-Balad : 10-11
“Jangan pernah kau sia siakan waktumu untuk melakukan pekerjaan yang
tidak berarti , sebab waktu merupakan penentu masa depan kita. Apabila kita
menggunakan waktu sebaik-baiknya demi pekerjaan yang berarti, Insya Allah
kita akan mendapatkan masa depan yang kita inginkan”
Disaat kita jatuh dan menyerah disanalah kita kalah, namun bila kita jatuh dan
kita tetap berusaha berdiri dan berlari disitulah jalan kemenanganmu.

PERSEMBAHAN
Sebuah karya tulis yang berwujud dengan perjuangan dan
pengorbanan yang saya persembahkan untuk :
☺ Bapak, ibu, kakakku dan keluarga besarku tercinta
yang memberiku kasih sayang, menemaniku, dan
mendukungku. Hanya untuk kalianlah aku berjuang
dan bertahan menghadapi semua. Ingin ku hapus keluh
kesah kalian dengan kebahagiaan dan kebanggaan
terhadapku.
☺ Ibu Annisaul Khoiriyah, S.ST terima kasih atas
bimbingannya selama penyusunan Proposal sampai
terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
☺ Sayangku terimakasih atas waktunya, semua
dukungan, kasih sayang, perhatian dan do’anya.
☺ Semua Sahabatku “Semoga perjalanan dan
kebersamaan yang telah kita tempuh selama ini
mampu menjadikan kita lebih bijak dan dewasa”.
☺ Almamater tercinta.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii

CURICULUM VITAE................................................................................ viii

DAFTAR ISI............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5

E. Keaslian Penelitian................................................................. 5

F. Sistematika Penulisan ............................................................ 6

ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 8

1. Pengetahuan.................................................................... 8

2. Nifas ............................................................................... 14

3. Laktasi ............................................................................ 20

4. Bendungan Air Susu Ibu ................................................. 22

B. Kerangka Teori ....................................................................... 31

C. Kerangka Konsep.................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................. 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 33

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel................ 34

D. Instrumen Penelitian .............................................................. 35

E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 38

F. Variabel Penelitian................................................................. 39

G. Definisi Operasional .............................................................. 40

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data................................... 40

I. Etika Penelitian...................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...................................... 45

B. Hasil Penelitian...................................................................... 45

C. Pembahasan ........................................................................... 47

D. Keterbatasn ............................................................................ 49

x
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 51

B. Saran...................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio ............................... 15

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner ........................................................................ 36

Tabel 3.2 Definisi Operasional...................................................................... 40

Tabel 4.1 Hasil Pengolahan data .................................................................. 46

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang

bendungan ASI ............................................................................ 46

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar. 2.1. Kerangka Teori ................................................................................31

Gambar. 2.2. Kerangka Konsep ............................................................................32

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5. Surat Keterangan Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 7. Surat Keterangan Penggunaan Lahan

Lampiran 8. Surat Permohonan Responden

Lampiran 9. Informed Consent

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

Lampiran 11. Kunci Jawaban

Lampiran 12. Tabulasi Uji Validitas

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas dan Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 14. Hasil Penelitian dan Karakteristik Responden

Lampiran 15. Perhitungan Manual dan Distribusi Frekuensi

Lampiran 16. Tabel Nilai r Product Moment

Lampiran 17. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator, salah

satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian

Ibu menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah

228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target Millennium Development

Goals (MDGs) tahun 2015 AKI diharapkan turun menjadi 102 per 100.000

kelahiran hidup (Depkes RI, 2008).

Penyebab kematian ibu saat kehamilan sebesar 20%, persalinan sebesar

30% dan nifas sebesar 50%. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada

saat nifas, yaitu karena perdarahan persalinan, eklamsia, infeksi, mastitis dan

postpartum blues. Berdasarkan survei kejadian kematian ibu paling banyak

terjadi pada masa nifas, oleh karena itu masa nifas memerlukan pemantauan

yang ketat sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu (Depkes RI, 2009).

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berakhir kira-kira 6

minggu. Perawatan ibu nifas merupakan bagian integral pada proses

melahirkan dan harus dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan untuk

memberikan perawatan pada ibu dan bayinya. Perawatan yang baik pada

payudara juga diperlukan karena akan menyebabkan ibu merasa aman dan

nyaman, sehingga ibu dapat menyusui bayinya (Prawirohardjo, 2005).

1
2

Manfaat ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi antara lain mengandung antibodi

atau zat kekebalan tubuh yang akan melindungi bayi dari infeksi dan penyakit,

bayi memiliki respon kekebalan tubuh yang sangat baik untuk vaksinasi, dapat

merangsang struktur rahang pada bayi dan juga wajahnya, pertumbuhan gigi

akan menjadi tegak dan merangsang fungsi penglihatan secara cepat.

Pemberian ASI juga dapat menumbuhkan ikatan batin yang sangat kuat antara

bayi dan ibunya dan membantu perkembangan mental, emosional dan spiritual

pada bayi. Selain bagi bayi, manfaat ASI bagi ibu adalah mengurangi resiko

timbulnya penyakit kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim,

osteoporosis, membantu mengembalikan berat badan yang ideal serta

menjadikan ibu tidak emosional, lebih sabar dan bahagia (Raulina, 2004).

Mengingat pentingnya ASI, Departemen Kesehatan RI mempunyai

program yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu

meningkatkan perawatan bagi ibu nifas yang berhubungan dengan perawatan

payudara untuk kelancaran pengeluaran Air Susu Ibu (ASI). Pada ibu nifas,

harus dilakukan pemeriksaan payudara minimal dengan inspeksi dan palpasi,

dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada payudara waktu

menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan atau payudara bengkak. Jika

payudara ibu nifas terdapat tanda-tanda tersebut, maka akan mengganggu

produksi ASI dan ketidaknyamanan bagi ibu. Produksi ASI akan menurun

dikarenakan saluran ASI yang tersumbat (Farrer, 2003).

Bendungan air susu ibu adalah suatu kejadian di mana aliran vena dan

limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran air

susu ibu dan alveoli meningkat. Kejadian ini biasanya disebabkan karena air
3

susu yang terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan.

Gejala yang sering muncul pada saat terjadi bendungan ASI antara lain

payudara bengkak, payudara terasa panas dan keras, payudara terasa nyeri saat

ditekan, payudara berwarna kemerahan, dan suhu tubuh ibu sampai 38oC.

Apabila kejadian ini berkelanjut, dapat mengakibatkan terjadinya mastitis dan

abses payudara. Bendungan ASI tersebut dapat dicegah dengan cara perawatan

payudara yang dapat dilakukan oleh ibu. Selain perawatan payudara dapat

mencegah terjadinya bendungan ASI juga dapat memperlancar proses laktasi.

Melalui pengetahuan tentang bendungan ASI, maka ibu nifas akan lebih paham

tentang cara pencegahan bendungan ASI, gejala-gejala saat terjadi bendungan

ASI dan tindakan yang harus dilakukan jika ibu mengalami bendungan ASI

(WHO, 2003).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada bulan November 2012 di Klinik

Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen terdapat 30 ibu nifas.

Penulis melakukan wawancara dengan 10 ibu nifas, 5 ibu memiliki

pengetahuan kurang baik (50%), 3 ibu memiliki pengetahuan baik (30%), dan

2 ibu memiliki cukup baik (20%). Dari 10 ibu nifas yang penulis wawancarai

terdapat 2 ibu yang mengalami kejadian bendungan ASI.

Berdasarkan latar belakang di atas, di mana angka kejadian AKI yang

masih tinggi, masih banyaknya kematian ibu yang terjadi pada masa nifas,

kejadian bendungan ASI merupakan masalah penting yang perlu diatasi dan

didukung dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka penulis

tertarik untuk mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang

Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen

Tahun 2013”.
4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas

tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang

Sragen Tahun 2013?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di

Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada

tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada

tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada

tingkat kurang.
5

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu pengetahuan

Dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

2. Bagi diri sendiri

Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan

pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat menjadi bahan bacaan dan referensi tambahan bagi mahasiswa

kebidanan tentang bendungan ASI.

4. Bagi masyarakat / Ibu nifas

Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang bendungan ASI di

masyarakat setempat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan

ASI antara lain :

1. Bernadeta Tyas Puji Utami (2011), STIKes Kusuma Husada Surakarta

dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Post partum tentang Bendungan

ASI di RSUD Kota Surakarta menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel dengan

Accidental sampling. Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibu post partum

tentang bendungan ASI yang masuk dalam kriteria baik 8 responden


6

(22,2%), cukup baik 19 responden (52,8%), kurang baik 6 responden

(16,7%) dan tidak baik 3 responden (8,3%).

2. Eni Wulandari (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul

Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di RB An Nuur

Sumber Surakarta menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional dan teknik pengambilan sampel dengan

Accidental sampling. Hasil gambaran tingkat pengetahuan ibu nifas tentang

bendungan ASI yang masuk dalam kriteria baik 6 responden (20%), cukup

19 responden (63,32 %) dan kurang 5 responden (16,67%).

Perbedaan penelitian yang penulis buat dengan penulis sebelumnya terletak

pada tempat, waktu, teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian,

sedangkan persamaan yang penulis buat dengan penulis sebelumnya terletak

pada jenis dan rancangan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan tentang teori tentang pengetahuan,

masa nifas, laktasi, bendungan Air Susu Ibu (ASI), kerangka teori

dan kerangka konsep penelitian.


7

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,

instrumen penelitian, pengumpulan data, variabel penelitian,

definisi operasional, metode pengolahan data dan analisa data dan

etika penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil

penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap

suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2010).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan, yaitu :

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua

ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan apabila

kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat atau

seterusnya sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya

8
9

maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah)

atau metode coba salah coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-

kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke

generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu

pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa

yang dikemukannya ádalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan.
10

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan ini lebih sistematis,

logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau

lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan secara umum adalah :

1) Umur

Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti

ketika berumur belasan tahun.

2) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi

baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


11

hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah

satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara

terarah sehingga mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan

berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama

bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang

baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya.

Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang

akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang.

4) Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan

orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses

belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

5) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga

sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut

pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami


12

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.

6) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya untuk memperoleh pengetahuan.

d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam domain kognitif berkaitan

dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi,

analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai

berikut :

1) Tahu (Knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa

adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali

atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil

dihimpun atau dikenali (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian tentang hal yang

sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan

maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk

lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan


13

menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan

mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang

sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi

rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang

berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk

susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali

bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang

mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal

yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga

diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang

sedang dinilainya.

e. Cara Pengukuran Pengetahuan

Cara pengukuran pengetahuan yaitu dengan menggunakan tes. Tes

adalah serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau


14

kelompok. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan pengetahuan. Menurut Riwidikdo (2010),

tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3 yaitu :

1) Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD

2) Pengetahuan cukup, bila mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

3) Pengetahuan kurang, bila (x) < mean − 1 SD

2. Nifas (Puerperium)

a. Pengertian

Menurut Wulandari & Handayani (2011), masa nifas atau puerperium

adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8

minggu.

Menurut Saleha (2009), masa nifas atau puerperium adalah masa

setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira

6 minggu.

b. Klasifikasi masa Nifas

Menurut Suherni dkk (2009), klasifikasi masa nifas terbagi dalam

tiga periode yaitu :

1) Puerperium Dini

Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan biasanya 1 hari setelah melahirkan.


15

2) Puerperium Intermedial

Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira

antara 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama

apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi,

biasanya membutuhkan berminggu-minggu, bulan dan tahunan.

c. Perubahan Fisiologis masa Nifas

Menurut Wulandari & Handayani (2011), perubahan fisiologis pada

masa nifas antara lain :

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a) Uterus

Uterus secara berangsur mengecil kembali 2 hari setelah

melahirkan. Akhirnya setelah 2 bulan, keadaan akan kembali

seperti keadaan sebelum hamil.

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio


Involusio TFU Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusar, 2 jari di bawah pusat 1.000 gr
1 minggu Pertengahan pusar simfisis 750 gr
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr
4 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal, sebelum hamil 30 gr

Sumber : Saleha, (2009)


16

b) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menyangga seperti

corong berwarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang-

kadang terdapat luka kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa

masuk rongga rahim dan setelah 8 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari

dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

c) Ovarium dan Tuba Falopi

Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron

menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari

siklus menstruasi. Proses ovulasi dimulai kembali sehingga

wanita bisa hamil lagi.

d) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan

waktu dan warnanya, diantaranya :

(1) Lochea Rubra

Lochea ini muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3 masa

setelah melahirkan. Cairan yang keluar berwarna merah

karena berisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding

rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.


17

(2) Lochea Sangulenta

Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 setelah

melahirkan.

(3) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit dan robekan atau laserasi

plasenta. Muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-14 setelah

melahirkan.

(4) Lochea Alba

Lochea ini berwarna putih, mengandung leukosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan

yang mati. Lochea alba bisa berlangsung selama 2 minggu

sampai 6 minggu setelah melahirkan.

e) Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum

(1) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali

secara bertahap dalam 6-8 minggu setelah melahirkan.

(2) Perubahan pada Perineum

Setelah melahirkan perenium menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak


18

maju. Perenium akan kembali sebagian besar tonusnya pada

hari ke-5 setelah melahirkan.

2) Perubahan pada Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, maka akan terjadi pula penurunan

produksi progesterone, sehingga hal ini dapat menyebabkan

konstipasi terutama dalam beberapa hari pertama. Konstipasi

disebabkan karena waktu persalinan, alat pencernaan mengalami

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran

cairan berlebihan, kurangnya asupan cairan dan makanan dan

kurangnya aktivitas tubuh.

3) Perubahan Sistem Endokrin

a) Hormon Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,

bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap

ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan

plasenta dan dapat merangsang produksi ASI dan sekresi

oksitosin.

b) Hormon Prolaktin

Berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar

prolaktin tetap tinggi.


19

c) Hormon Estrogen dan Progesteron

Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat

selama masa nifas. Hormon esterogen yang tinggi memperbesar

hormon antidiuretik yang dapat meningkatkan volume darah,

sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang

mempengaruhi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.

4) Perubahan Sistem Hematologi

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih

sampai sebanyak 15.000 selama persalinan. Leukosit akan tetap

tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa setelah

melahirkan.

5) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Kardiak output meningkat selama persalinan dan berlangsung

sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan

terjadi pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan akan

kembali normal pada akhir minggu ke-3 setelah melahirkan.

6) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah melahirkan.

Pembuluh-pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot

uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan

setelah plasenta dilahirkan.


20

7) Perubahan Tanda-Tanda Vital pada masa Nifas

a) Suhu Badan

Pada 24 jam setelah melahirkan suhu badan akan naik sedikit

(37°C-38°C) sebagai akibat dari kerja keras waktu melahirkan,

kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu

badan akan biasa lagi.

b) Nadi

Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil, sedangkan

pernafasan akan sedikit meningkat setelah melahirkan kemudian

kembali seperti keadaan semula.

c) Tekanan Darah

Tekanan darah pada masa nifas biasanya tidak berubah,

kemungkinan tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya

perdarahan setelah melahirkan. Sebaliknya bila tekanan darah

tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi

yang bisa timbul pada masa nifas.

3. Laktasi

a. Pengertian Laktasi

Menurut Wulandari & Handayani (2011), laktasi adalah keseluruhan

proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi

menghisap dan menelan ASI.

b. Fisiologi Laktasi

Selama masa kehamilan, hormon estrogen dan progesterone

menginduksi perkembangan alveoli dan ductus lactiferus di dalam


21

payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Penurunan produksi

hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon

hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi dihambat oleh kadar

estrogen dan progesterone yang tinggi dalam darah, kini dilepaskan.

Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk

memproduksi ASI. Setelah pelepasan ASI, akan memberikan rangsangan

sentuhan pada payudara (bayi menghisap) sehingga merangsang produksi

oksitosin yang mempengaruhi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi

alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan

mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mammae.

Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke mulut

bayi. Gerakan tersebut dinamakan let down reflect atau pelepasan.

Pelepasan akan dipacu tanpa rangsangan hisapan, tapi dapat terjadi bila

ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.

(Sulistyawati, 2009).

c. Masalah dalam Laktasi

Menurut Bahiyatun (2009), masalah yang sering terjadi dalam

pemberian ASI antara lain :

1) Puting Susu Lecet

Dapat disebabkan oleh karena teknik menyusui yang salah atau

perawatan yang tidak betul pada payudara. Infeksi monilia dapat

mengakibatkan lecet pada puting susu.


22

2) Payudara Bengkak

Pembengkakan payudara terjadi karena pengeluaran ASI tidak

disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem

ductus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

3) Saluran Susu Tersumbat / Bendungan ASI

Disebabkan ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan,

sehingga menimbulkan sumbatan pada ductus laktiferus.

4) Mastitis

Mastitis adalah suatu proses infeksi menyebabkan radang

payudara yang disebabkan oleh payudara bengkak yang tidak disusui

secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis.

5) Abses Payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan / komplikasi dari mastitis

yang disebabkan oleh meluasnya peradangan pada payudara.

4. Bendungan Air Susu Ibu

a. Pengertian

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bendungan ASI adalah

terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena

dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai

kenaikan suhu badan.

Bendungan ASI adalah kejadian di mana aliran vena dan limfe

tersumbat, aliran susu jadi terhambat dan tertekan pada saluran air susu

ibu dan alveoli meningkat (Wulandari & Handayani, 2011).


23

b. Etiologi

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bendungan air susu ibu

disebabkan oleh :

1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna

Selama masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI yang

berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan

payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam

payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan

bendungan ASI.

2) Hisapan bayi tidak aktif

Pada masa laktasi, jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan

menimbulkan bendungan ASI.

3) Posisi menyusui yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting

susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi

menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi

bendungan ASI.

4) Puting susu yang terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam

menyusu, karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola.

Akibatnya bayi tidak mau menyusu dan terjadi bendungan ASI.


24

5) Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi

menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang

sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan

menimbulkan bendungan ASI.

6) Pemakaian BH yang terlalu ketat

BH yang ketat mengakibatkan penekanan pada payudara dan bisa

menyumbat saluran ASI. Selama masa menyusui sebaiknya ibu

menggunakan BH yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak

terlalu ketat.

7) Tekanan jari ibu pada tempat yang sama setiap menyusu

Setiap kali ibu melakukan penekanan di tempat yang sama saat

menyusui dapat mengakibatkan pembengkakan yang bisa

meningkatkan aliran vena dan limfe, sehingga ibu mengalami

bendungan ASI.

8) Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan pencegahan

bendungan ASI

Kurangnya pengetahuan ibu cara perawatan payudara dan

pencegahan bendungan ASI bisa berakibat ibu mengalami bendungan

ASI karena ibu tidak mengerti cara pecegahan jika terjadi bendungan

ASI dan cara perawatan payudara.


25

c. Patofisiologi

Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi

lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol.

Sekresi lacteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Jadi

bendungan ASI terjadi 3-5 hari pertama setelah melahirkan. Keadaan ini

sering menimbulkan rasa nyeri pada payudara dan kadang menimbulkan

kenaikan suhu badan. Keadaan tersebut menggambarkan adanya aliran

darah vena normal yang berlebihan dan mengembangkan limfatik pada

payudara yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya laktasi

(Suherni dkk, 2009).

d. Tanda dan Gejala

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ibu dengan pembendungan ASI

mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut :

1) Payudara bengkak, panas serta keras pada perabaan

2) Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu

3) Pengeluaran susu kadang terhalang oleh ductuli laktiferi menyempit

4) Payudara terasa nyeri bila ditekan

5) Payudara berwarna kemerahan

6) Suhu tubuh sampai 38 °C


26

e. Pencegahan

Menurut Bahiyatun (2009), bendungan ASI dapat dicegah dengan

cara sebagai berikut :

1) Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk

menghindari terjadinya statis aliran ASI

Menurut Marmi (2012), perawatan payudara adalah suatu cara

yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan

lancar. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan pengurutan.

Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebanyak 2 kali

sehari. Langkah-langkah perawatan payudara antara lain :

a) Cuci tangan sebelum massase payudara

b) Mengompres kedua puting susu dengan menggunakan kapas yang

telah dibasahi minyak kelapa / baby oil

c) Tuangkan minyak kelapa / baby oil ke kedua telapak tangan

secukupnya

d) Pengurutan pertama dilakukan dengan menggunakan telapak

tangan, tangan diposisikan di tengah payudara kemudian dilakukan

pengurutan dari arah tengah keatas kemudian kesamping dan

kebawah kemudian sangga payudara di mana tangan kanan

menyangga payudara kanan dan tangan kiri menyangga payudara

kiri kemudian dilepaskan. Lakukan gerakan ini secara teratur

minimal 20-30 kali


27

e) Pengurutan kedua dengan menggunakan sisi jari kelingking dengan

sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan dimulai dari arah

atas kemudian kesamping dan kebawah secara sirkuler atau

melingkar dengan tangan kanan. Lakukan gerakan ini secara teratur

minimal 20-30 kali secara bergantian payudara kanan dan payudara

kiri

f) Pengurutan ketiga dengan menggunakan buku jari tangan dengan

sokong payudara kiri dengan tangan kiri gerakan dimulai dari

bagian atas kemudian kesamping kebawah secara sirkuler atau

melingkar dengan tangan kanan. Lakukan gerakan ini secara terarur

minimal 20-30 kali secara bergantian payudara kanan dan payudara

kiri

g) Lakukan penyiraman kedua payudara, mula-mula disiram dengan

air hangat kemudian dilanjutkan air dingin sebanyak 10 kali secara

bergantian payudara kanan dan kiri. Setelah itu keringkan payudara

dengan menggunakan handuk.

2) Posisi menyusui yang di ubah-ubah

Menurut Purwanti (2004), ada beberapa macam posisi menyusui

pada bayi sebagai berikut :

a) Ibu dapat mengambil posisi duduk

Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan diluruskan

kedepan sejajar dengan bokong, atau ke bawah, tetapi harus di beri

penyangga (jangan menggantung). Bayi tidur di pangkuan ibu


28

dengan dialasi bantal sehingga posisi perut ibu bersentuhan atau

berhadapan dengan perut bayi. Leher bayi harus dalam posisi tidak

terpelintir. Sebaiknya ibu berhati-hati karena pada saat menyusui,

bayi tidak dalam keaadan terlentang atau di bedong

b) Posisi menyusui yang lain adalah ibu tidur miring dengan bantal

agak tinggi dan lengan tangan menopang kepala bayi. Posisi perut

bayi dan perut ibu sama dengan posisi waktu duduk. Siku bayi

harus lurus sejajar dengan telinga bayi bila ditarik garis lurus

c) Bila mengambil posisi telungkup di atas meja, bayi ditidurkan di

meja dengan kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan

menguntungkan bagi bayi kembar karena kedua bayi memperoleh

kesempatan yang sama tanpa harus dibedakan

d) Segera setelah persalinan posisi menyusu yang tebaik untuk bayi

adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga proses penghangatan

untuk bayi dan sekaligus bayi dapat menghisap puting susu.

3) Menggunakan bra yang menyangga, bukan yang menekan

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), ibu menyusui sebaiknya

menggunakan BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang

sifatnya menyangga payudara dari bawah suspension bukan menekan

dari depan.

4) Melakukan pengosongan payudara

Menurut Marmi (2012), pengosongan payudara perlu dilakukan

agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI


29

serta memperlancar produksi ASI. Pengosongan payudara atau

pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a) Pengeluaran ASI dengan tangan

(1) Tangan dicuci sampai bersih

(2) Siapkan cangkir gelas bertutup yang telah di cuci dengan air

mendidih

(3) Payudara di kompres dengan kain handuk yang hangat dan di

massase dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah

areola mammae, ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara

secara merata

(4) Dengan ibu jari disekitar areola mammae bagian atas dan jari

telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah payudara ditekan

kearah dada

(5) Daerah areola mammae diperas dengan ibu jari dan jari

telunjuk, jangan memijat / menekan puting karena dapat

menyebabkan rasa nyeri / lecet

(6) Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI

tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar

(7) Gerakan ini diulang pada sekitar areola mammae dari semua

sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen

payudara.
30

b) Pengeluaran ASI dengan pompa

Pengeluaran ASI dengan pompa jika payudara terbendung,

payudara terasa nyeri, dan ASI benar-benar penuh. Cara

pengeluaran ASI dengan pompa payudara :

(1) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara

(2) Ujung leher tabung di letakkan pada payudara dengan puting

susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit

(3) Bola karet dilepas, sehingga puting susu dan areola mammae

tertarik kedalam

(4) Tekan dan lepas beberapa kali, sedangkan ASI akan keluar dan

terkumpul pada sisi tabung

(5) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus

dicuci bersih karenanya bila memungkinkan lebih baik

pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.

f. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah & Yulianti (2010), bila payudara ibu terjadi

bendungan ASI dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Menyusui bayi secara on demand / tanpa di jadwal sesuai kebutuhan

bayi

2) Mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih

lembek

3) Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi

kebutuhan ASI
31

4) Mengompres payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian

5) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu

berikan kompres hangat sebelum menyusui

6) Untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening

dalam payudara lakukan pengurutan payudara / perawatan payudara

7) Bila perlu memberikan parasetamol 500 mg per oral tiap 4 jam

Menurut Suherni dkk (2009), selain penatalaksanaan di atas ada

penatalaksanaan lain jika ibu mengalami bendungan ASI antara lain

menyangga payudara dengan BH yang menyokong dan memberikan

analgetik atau kodein 60 mg per oral.

B. Kerangka Teori

Pengetahuan Ibu Nifas Bendungan ASI

Faktor yang mempengaruhi 1. Pengertian bendungan ASI


Pengetahuan : 2. Etiologi bendungan ASI
1. Umur 3. Patofisiologi bendungan ASI
2. Intelegensi 4. Tanda dan gejala bendungan ASI
3. Lingkungan 5. Pencegahan bendungan ASI
4. Sosial Budaya 6. Penatalaksanaan bendungan ASI
5. Pendidikan
6. Pengalaman

Gambar 2.1.
Kerangka Teori
Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2010) dan Rukiyah & Yulianti (2010)
32

C. Kerangka Konsep

Baik

Tingkat Pengetahuan Ibu


Nifas tentang Bendungan Cukup
ASI

Kurang

Gambar 2.2.
Kerangka Konsep
33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini

menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara

objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang hasilnya berbentuk angka atau data yang

diangkakan (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi penelitian tersebut

dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin

Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.

2. Waktu

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan pada

tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari 2013.

33
34

C. Populasi , Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya

(Hidayat, 2010). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah

seluruh ibu nifas yang memeriksakan diri di Klinik Bersalin Utami

Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Januari 2013 sampai

20 Februari 2013 dengan jumlah 34 ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010).

Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil

semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau

20%-25% atau lebih. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu nifas yang memeriksakan diri di Klinik Bersalin Utami

Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tanggal 20 Januari 2013 sampai

20 Februari 2013 dengan jumlah 34 ibu nifas.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010). Penelitian ini

menggunakan “total sampling”. Menurut Hidayat (2007), total sampling

adalah cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota

populasi menjadi sampel.


35

D. Instrumen Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

kuesioner yaitu daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, matang,

di mana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner tertutup di mana sudah terdapat pilihan

jawabannya, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia.

Jawaban yang tersedia dalam kuesioner ini ada 2 pilihan jawaban yaitu benar

dan salah. Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner ini adalah

skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan

memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan pernyataan :

Ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah

(Hidayat, 2010). Kuesioner pada penelitian ini terdapat 2 pernyataan yaitu

pernyataan positif dan negatif. Untuk penyataan positif jawaban benar

mendapat nilai 1 dan jawaban salah mendapat nilai 0. Untuk pernyataan

negatif jawaban benar mendapat nilai 0 dan jawaban salah mendapat nilai 1.

Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang ( √ ) pada

jawaban yang dianggap benar.


36

Sebelum membuat kuesioner, peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi

kuesioner, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan tentang bendungan ASI


Variabel Indikator No Soal Jumlah
Positif (+) Negatif (-) (soal)
Pengetahuan 1. Pengertian 1,2 3,4 4
Ibu Nifas bendungan ASI
tentang 2. Penyebab 5,7*,8*,12, 6,9,10,11, 10
Bendungan bendungan ASI 13,14
ASI 3. Tanda dan gejala 15,17,18,20 16,19 6
bendungan ASI
4. Pencegahan 21,22,23,28, 24,25,26, 10
bendungan ASI 29,30 27
5. Penatalaksanaan 31,33,34,35*, 32,39,40 10
bendungan ASI 36*,37*,38
Jumlah 25 15 40
Keterengan : * (Pernyataan yang tidak valid)

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita gunakan sebagai alat ukur

yang sahih atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap karakteristiknya

sama yaitu di Klinik Bersalin Syifa Kusuma Kadipiro Sambirejo Sragen

dengan jumlah responden 30 orang. Menurut Mahfoedz (2007), alasan jumlah

responden 30 orang adalah karena kaidah umum penelitian agar diperoleh

distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal.

1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrument

pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Riwidikdo, 2010).

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi Pearson

Product Moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.


37

Rumus product moment adalah :

N . ΣXY - ΣX.ΣY
rxy =
{N ΣX − (ΣX ) }{N ΣY 2 - (ΣY ) }
2 2 2

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pernyataan

y : Skor total

xy : Skor pernyataan dikalikan skor total

Instrumen dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel dengan taraf

signifikansi 5% (Riwidikdo, 2010). Nilai r untuk taraf signifikansi 0,05

dengan data sebanyak 30 yaitu sebesar 0,361. Berdasarkan hasil

perhitungan diketahui bahwa dari 40 pernyataan kuesioner terdapat 5

nomor pernyataan yang memiliki rhitung < rtabel (0,361) sehingga

dikategorikan tidak valid yaitu pernyataan nomor 7, 8, 35, 36 dan 37.

Dengan demikian kelima pernyataan tersebut dihapus dari kuesioner.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan alat ukur, artinya konsistenitas alat ukur,

alat ukur digunakan saat ini pada waktu dan tempat tertentu akan sama

hasilnya, apabila digunakan pada waktu dan tempat berbeda

(Riwidikdo, 2010). Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar


38

sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama

hasilnya (Arikunto, 2010).

Menurut Riwidikdo (2010), untuk menguji reliabilitas instrumen,

peneliti menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan program

komputer SPSS for Windows.

Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut :

k  Σsi2 
ri = 1 − 2 
k -1  st 

Keterangan :

ri = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal

∑si = Jumlah varian butir

St = Varians total

Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai koefisien Alpha Cronbach

minimal 0,7 sehingga untuk mengetahui sebuah kuesioner dikatakan

reliabel atau tidak dengan melihat besarnya nilai alpha (Riwidikdo, 2010).

Uji reliabilitas didapatkan nilai alpha cronbach’s yaitu sebesar 0,784 dan

dinyatakan reliabel karena nilai alpha > 0,7.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan

data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2010). Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan

lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada


39

responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden

dipersilahkan mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada

saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil dari

obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2010). Data primer

yang digunakan dalam penelitian ini adalah identitas responden dan data

pengetahuan tentang bendungan ASI pada ibu nifas di Klinik Bersalin

Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Data ini diperoleh dari

kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung dari

subyek penelitian (Riwidikdo, 2010). Data sekunder yang diambil dalam

penelitian ini yaitu jumlah ibu nifas di Klinik Bersalin Utami Nugroho

Puro Karangmalang Sragen. Data ini diperoleh dari data ibu nifas di Klinik

Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen.

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah subjek atau objek yang akan diteliti yang bervariasi

antara satu subjek atau objek yang satu dengan yang lain (Riwidikdo, 2010).

Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu Tingkat

pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI.


40

G. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel diamati / diteliti, juga bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel

yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.2 Definisi Operasional


No Variabel Indikator Alat Skala Kategori
ukur
1 Variabel Segala sesuatu yang Kuesioner Ordinal 1. Baik
tunggal: diketahui oleh ibu (x)>mean + 1SD
Pengetahuan nifas tentang 2. Cukup
Ibu Nifas bendungan ASI Mean − 1 SD ≤ x ≤
tentang antara lain : mean + 1SD
Bendungan 1. Pengertian 3. Kurang
ASI 2. Penyebab (x) < mean − 1 SD
3. Tanda dan gejala
4. Pencegahan
5. Penatalaksanaan Riwidikdo (2010)

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2010), proses pengolahan

data adalah :

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak

sesuai dapat segera dilengkapi.


41

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-

tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan

data selanjutnya.

c. Entry Data

Kegiatan ini memasukan data dalam program komputer untuk

dilakukan analisis lanjutan.

d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukan ke

dalam tabel.

e. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

di masukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat. Analisis univariat yaitu menganalisis tiap variabel penelitian

untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010).
42

Menurut Riwidikdo (2010), hasil untuk mengetahui tingkat

pengetahuan ibu nifas ditunjukan pada skala pengukuran sebagai berikut :

a. Pengetahuan baik : (x) > mean + 1SD

b. Pengetahuan cukup : Mean – 1SD ≤ x ≤ mean +1SD

c. Pengetahuan kurang : (x) < mean – 1SD

Sebelum menentukan tingkat pengetahuan ibu nifas terlebih dahulu

peneliti menghitung nilai mean dan simpangan baku. Rumus untuk

menghitung nilai mean dan simpangan baku menurut Riwidikdo (2010),

yaitu :

a. Mean

n
Σ i = 1 x1
X=
n

Keterangan :

X : Mean

n : Jumlah responden

xi : Nilai responden

b. Simpangan Baku

Σ xi 2 −
(Σ xi )2
SD = n
n −1

Keterangan :

SD : Simpangan baku

xi : Nilai responden

n : Jumlah responden
43

Setelah didapatkan hasil nilai mean dan simpangan baku tiap

responden kemudian hasil tersebut dimasukan dalam skala pengetahuan

yang sudah tercantum di atas.

Menurut Riwidikdo (2010), rumus untuk mengetahui skor prosentase

tiap responden adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh responden


Skor Prosentase = x 100%
Total skor maksimal yang seharusnya diperoleh

Menurut Riwidikdo (2010), sedangkan rumus prosentase untuk

mengetahui jumlah ibu nifas tentang bendungan ASI menurut tingkat

pengetahuan yaitu :

Σ Ibu menurut Tingkat Pengetahuan


Skor Prosentase = ––––––––––––––––––––––––––––––––––––x 100%
Σ Responden

I. Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada

responden dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan peneliti, serta

permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKes

Kusuma Husada Surakarta, Pimpinan di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro

Karangmalang Sragen dan dari responden sendiri melalui informed consent

yang terjamin kerahasiaannya.


44

Menurut Hidayat (2010), masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent

adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Apabila responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Januari 2013 sampai 20 Februari

2013 di Klinik Bersalin Utami Nugroho yang beralamat di Puro

Karangmalang Sragen. Secara umum jenis pelayanan yang diberikan di Klinik

Bersalin Utami Nugroho antara lain pelayanan kesehatan yang meliputi ANC

(Ante Natal Care), persalinan normal, KB, Imunisasi dan penyakit umum.

Tenaga kesehatan yang tersedia di Klinik Bersalin Utami Nugroho yaitu terdiri

dari 4 bidan, 3 perawat, 1 fisioterapi, 1 dokter umum. Sarana dan prasarana

cukup memadai antara lain 1 ruang IGD dengan 2 tempat tidur, 1 ruang

periksa, 1 ruang bersalin, 6 ruang nifas, 8 kamar rawat inap. Jam buka

pelayanan umum dimulai pada pukul 07.00 WIB – 11.00 WIB dan pada pukul

16.00 WIB – 20.00 WIB, sedangkan pelayanan bersalin melayani 24 jam.

B. Hasil Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang datang ke Klinik

Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen. Untuk memperoleh data

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberi kuesioner kepada

responden dan kemudian kuesioner dikembalikan kepada peneliti untuk diolah,

dengan menggunakan bantuan SPSS.

45
46

Berdasarkan perhitungan diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pengolahan data


N Minimum Maximum Mean Standar
Deviation
Pengetahuan ibu 34 11 32 22,4 5,8
nifas tentang
bendungan ASI
Sumber : Data Primer, 2013

Berdasarkan tabel di atas pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu :

1. Baik : bila nilai responden (x)> mean + 1 SD

(x)> 22,4 + 5,8

(x)> 28,2

2. Cukup : bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1SD

22,4 – 5,8 ≤ x ≤ 22,4 + 5,8

16,6 ≤ x ≤ 28,2

3. Kurang: bila nilai responden (x) < mean – 1SD

(x) < 22,4 – 5,8

(x) < 16,6

Dari data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel pengetahuan

responden berdasarkan 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang yang disajikan

dalam tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI
No Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)
1 Baik 8 23,5
2 Cukup 20 58,8
3 Kurang 6 17,6

Jumlah 34 100
Sumber : Data Primer, 2013
47

Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di

Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013 dapat

dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (23,5%), pengetahuan

cukup sebanyak 20 responden (58,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6

responden (17,6%). Jadi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013

dapat dikategorikan dalam pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden

(58,8%).

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen pada tahun 2013

dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan

cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%). Hal ini dipengaruhi oleh faktor

umur, intelegensi, lingkungan, sosial budaya, pendidikan dan pengalaman

(Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden memiliki rentang

umur antara 21-30 tahun sebanyak 23 responden (67,6%). Ibu nifas dengan

rentang umur tersebut sudah cukup untuk mengembangkan pengetahuannya

sendiri termasuk pengetahuan tentang bendungan ASI seharusnya

pengetahuannya dalam kategori baik seperti pendapat Notoatmodjo (2010),

usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin

bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
48

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, tetapi

dalam penelitian ini ibu nifas hanya mampu mengembangkan pengetahuannya

dalam kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden berpendidikan SMA

sebanyak 19 responden (55,9%). Ibu nifas dengan pendidikan SMA mampu

menyerap pengetahuannya dengan baik sehingga mempengaruhi banyak atau

tidaknya informasi yang didapat seharusnya pengetahuannya dalam kategori

baik seperti pendapat Notoatmodjo (2010), tingkat pendidikan turut pula

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan

yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik pula pengetahuannya, tetapi dalam penelitian ini ibu nifas hanya

mampu mengembangkan pengetahuaanya dalam kategori cukup sehingga tidak

sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden dengan pekerjaan

swasta sebanyak 16 responden (47%). Ibu nifas dengan pekerjaan swasta status

ekonominya baik tingkat pendidikannya juga akan tinggi diiringi oleh

peningkatan pengetahuan seharusnya pengetahuannya dalam kategori baik

seperti pendapat Notoatmodjo (2010), pekerjaan berhubungan dengan sosial

ekonomi. Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedangkan ekonomi berkaitan dengan pendidikan, tetapi dalam

penelitian ini ibu nifas hanya mampu mampu mangembangkan

pengetahuannya dalam kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan teori yang

ada.
49

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden pernah melahirkan

2-4 kali sebanyak 19 responden (55,9%). Jumlah anak yang dilahirkan dapat

berhubungan dengan pengalaman, pengalaman akan mempengaruhi

pengetahuan seharusnya pengetahuannya dalam kategori baik seperti pendapat

Notoatmodjo (2010), sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal, seseorang yang memiliki

pengalaman sebelumnya maka pengetahuannya lebih baik, tetapi dalam

penelitian ini ibu nifas hanya mampu mengembangkan pengetahuannya dalam

kategori cukup sehingga tidak sesuai dengan teori yang ada.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagian besar ibu nifas

berpengetahuan cukup dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan, pekerjaan

dan paritas atau pengalaman.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih ada keterbatasan,

antara lain :

1. Kendala penelitian

Dalam penelitian ini penulis tidak bisa mengumpulkan responden dalam

satu waktu, sehingga penulis membutuhkan waktu untuk datang ke rumah

ibu nifas untuk melakukan pengumpulan data.

2. Kelemahan / keterbatasan

a. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil

penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.


50

b. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden

hanya bisa menjawab benar atau salah sehingga tidak dapat

menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia dan jawaban

mereka belum bisa mengukur pengetahuan secara mendalam.

c. Lokasi penelitian

Penelitian ini hanya dilakukan di Klinik Bersalin Utami Nugroho

Puro Karangmalang Sragen sehingga hasil penelitian ini tidak dapat

digeneralisasikan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dengan judul “ Tingkat

Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI Di Klinik Bersalin Utami

Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013”, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin

Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori

pengetahuan baik sebanyak 8 responden (23,5%).

2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin

Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori

pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (58,8%).

3. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Klinik Bersalin

Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen termasuk dalam kategori

pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (17,6%).

B. Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian dengan judul “ Tingkat

Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami

Nugroho Puro Karangmalang Sragen Tahun 2013 “, maka saran yang

51
52

dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi responden

Diharapakan bagi ibu nifas lebih meningkatkan wawasan dan informasi

baik dari media massa, media cetak maupun media elektronik dan

mengembangkan pengetahuan khususnya tentang bendungan ASI.

2. Bagi Institusi

a. Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi

pengetahuan khususnya tentang bendungan ASI sehingga dapat untuk

memperluas pengetahuan mahasiswa tentang bendungan ASI.

b. Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang Sragen

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi bidan dapat

meningkatkan dalam memberikan informasi atau penyuluhan pada ibu

nifas dan dijadikan masukan serta pengetahuan khususnya tentang

bendungan ASI di Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karangmalang

Sragen.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian

dengan cara mengembangkan variabel penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.

Depkes RI. 2008. Angka Kematian Ibu. http:// depkes.co.id/aspirasi-anda/angka-


kematian-ibu-di-indonesia-masih-tinggi. Diakses 5 Oktober 2012.

–––––––––––––.2009. Angka Kematian Ibu. http://www.infodokterku.com/index.php?


option.com:indikator-angka-kematian-maternal-atau-AKI-dan-penyebab.
Diakses 7 Oktober 2012.

Farer, H. 2003. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. 2007. Metode Peneelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Surabaya


: Salemba Medika.

–––––––––––––.2010. Metode Penelitian Kebidanan & Analisis Data. Jakarta :


Salemba Medika.

Mahfoedz, I. 2007. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan


Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas Puerperium. Yogyakarta :


Pustaka Belajar.

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

––––––––––––––––––––. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka


Cipta.

Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : EGC.

Raulina, S. 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Perinasia.

Riwidikdo, H. 2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta : CV


Trans Info Medika.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Edisi 3. Yogyakarta : Fitramaya.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta : CV


Andi Offset.

Utami, B. T. P. 2011. Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum tentang Bendungan


ASI di RSUD Surakarta. Surakarta. STIKes Kusuma Husada Surakarta.
KaryaTulis Ilmiah.

WHO. 2003. Perawatan Ibu dan Bayi. Jakarta: EGC.

Wulandari, E. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Bendungan ASI di


RB An-Nuur Sumber Surakarta. Surakarta. STIKes Kusuma Husada
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.

Wulandari, S. R., Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.


Yogyakarta : Gosyen Publising.

Anda mungkin juga menyukai