Secara bahasa sholat bermakna do’a, sedangkan secara istilah, sholat merupakan suatu
ibadah wajib yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram
dan diakhiri dengan salam dengan rukun dan persyaratan tertentu.
Menurut hakekatnya, sholat ialah menghadapkan jiwa kepada Allah SWT, yang bisa
melahirkan rasa takut kepada Allah & bisa membangkitkan kesadaran yang dalam pada setiap
jiwa terhadap kebesaran & kekuasaan Allah SWT.
Menurut Ash Shiddieqy, sholat ialah menggambarkan rukhus shalat atau jiwa shalat;
yakni berharap kepada Allah dengan sepenuh hati dan jiwa raga, dengan segala kekhusyu’an
dihadapan Allah dan ikhlas yang disertai dengan hati yang selalu berzikir, berdo’a &
memujiNya.
Secara istilah syara’, khusyu’ ialah keadaan jiwa yang tenang & tawadhu’, kemudian
khusyu’ dihati sangat berpengaruh dan akan tampak pada anggota tubuh lainnya. Menurut A.
Syafi’i khusyu’ berarti menyengaja, ikhlas, tunduk lahir batin; dengan menyempurnakan
keindahan bentuk ataupun sikap lahirnya (badan), serta memenuhinya dengan kehadiran hati,
kesadaran dan pemahaman segala ucapan maupun sikap lahiriyah tersebut.
Berdiri tegak pada salat fardu hukumnya wajib. Berdiri tegak merupakan salah satu
rukun salat. Sikap ini dilakukan sejak sebelum takbiratul ihram. Cara melakukannya adalah
sebagai berikut.
1. Posisi badan harus tegak lurus dan tidak membungkuk, kecuali jika sakit.
2. Tangan rapat di samping badan.
3. Kaki direnggangkan, paling lebar selebar bahu.
4. Semua ujung jari kaki menghadap kiblat.
5. Pandangan lurus ke tempat sujud.
6. Posisi badan menghadap kiblat. Akan tetapi, jika tidak mengetahui arah kiblat, boleh
menghadap ke arah mana saja. Asal dalam hati tetap berniat menghadap kiblat.
ada banyak keterangan tentang cara mengangkat tangan. Menurut kebanyakan ulama
caranya adalah sebagai berikut.
1. Telapak tangan sejajar dengan bahu.
2. Ujung jari-jari sejajar dengan puncak telinga.
3. Ujung ibu jari sejajar dengan ujung bawah telinga.
4. Jari-jari direnggangkan.
5. Telapak tangan menghadap ke arah kiblat, bukan menghadap ke atas atau ke samping.
6. Lengan direnggangkan dari ketiak (sunah bagi laki-laki). Untuk perempuan ada yang
menyunahkan merapatkannya pada ketiak. Namun, boleh juga merenggangkannya.
7. Bersamaan dengan mengucapkan kalimat takbir.
Catatan: Mengangkat tangan ketika salat terdapat pada empat tempat, yaitu saat
takbiratulihram, saat hendak rukuk, saat iktidal (bangun dari rukuk), dan saat bangun dari
rakaat kedua (selesai tasyahud awal) untuk berdiri meneruskan rakaat ketiga.
Iktidal adalah bangkit dari rukuk. Posisi badan kembali tegak. Ketika bangkit disunahkan
mengangkat tangan seperti ketika takbiratulihram. Bersamaan dengan itu membaca kalimat
“sami’allahu liman hamidah”. Badan kembali tegak berdiri. Tangan rapat di samping badan.
Ada juga yang kembali ke posisi bersedekap seperti halnya ketika membaca surat Al Fatihah.
Perbedaan ini terjadi karena beda pemaknaan terhadap hadis dalilnya. Padahal dalil yang
digunakan sama. Namun, jumhur ulama sepakat bahwa saat iktidal itu menyimpan tangan
rapat di samping badan.
Sesudah badan mantap tegak berdiri, barulah membaca salah satu doa iktidal.
Sujud artinya menempelkan kening pada lantai. Menurut hadis riwayat Jamaah, ada tujuh
anggota badan yang menyentuh lantai ketika sujud, yaitu:
1. wajah (kening dan hidung),
2. dua telapak tangan,
3. dua lutut, dan
4. dua ujung telapak kaki.
Cara melakukan sujud adalah sebagai berikut.
1. Turunkan badan dari posisi iktidal, dimulai dengan menekuk lutut sambil mengucapkan
takbir.
2. Letakkan kedua lutut ke lantai.
3. Letakkan kedua telapak tangan ke lantai.
4. Letakkan kening dan hidung ke lantai.
5. Talapak tangan dibuka, tidak dikepalkan. Akan tetapi, jari-jarinya dirapatkan, dan ini satu-
satunya gerakan di mana jari-jari tangan dirapatkan, sementara dalam gerakan lainnya jari-
jari ini selalu direnggangkan.
6. Jari-jari tangan dan kaki semuanya menghadap ke arah kiblat. Ujung jari tangan letaknya
sejajar dengan bahu.
7. Lengan direnggangkan dari ketiak (sunah bagi laki-laki). Untuk perempuan ada yang
menyunahkan merapatkannya pada ketiak. Namun, boleh juga merenggangkannya.
8. Renggangkan pinggang dari paha.
9. Posisi pantat lebih tinggi daripada wajah.
10. Sujud hendaknya dilakukan dengan tenang. Ketika sudah mantap sujudnya, bacalah salah
satu doa sujud.
Ketika bangkit dari sujud untuk berdiri ke rakaat berikutnya, disunahkan wajah lebih dulu
dianggkat dari lantai, kemudian tangan, dan disusul dengan mengangkat lutut hingga berdiri
tegak.SUJUDSUBHAANA RABBIYAL A‘LAA WA BIHAMDIH. – 3 x
Duduk tasyahud awal adalah duduk iftirasy, sama seperti duduk antara dua sujud. Ini
pada Sholat yang lebih dari dua rakaat, yaitu pada salat zuhur, asar, magrib, dan isya.
Caranya adalah sebagai berikut.
1. Bangkit dari sujud kedua rakaat kedua sambil membaca takbir.
2. Telapak kaki kiri dibuka dan diduduki.
3. Telapak kaki kanan tegak. Jari-jarinya menghadap ke arah kiblat.
4. Badan tegak lurus.
5. Siku ditekuk. Tangan sejajar dengan paha.
6. Telapak tangan dibuka. Jari-jarinya direnggangkan dan menghadap ke arah kiblat.
7. Telapak tangan diletakkan di atas paha. Ujung jari tangan sejajar dengan lutut.
8. Disunahkan memberi isyarat dengan telunjuk, yaitu telapak tangan kanan digenggamkan.
Kemudian telunjuk diangkat (menunjuk). Dalam posisi ini kemudian membaca doa
tasyahud.ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH
THAYYIBAATU LILLAAH.ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU
WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA
‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH. WA
ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.ALLAAHUMMA SHALLI
‘ALAA MUHAMMAD.
Gerakan salam adalah menengok ke arah kanan dan kiri. Menengok dilakukan sampai
kira-kira searah dengan bahu. Jika jadi imam dalam salat berjamaah, salam dilakukan sampai
terlihat hidung oleh makmum. Menengok dilakukan sambil membaca salam.alam ke arah
kanan dan kiri seraya mengucapkan: “ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH,
ASSALAAMU ‘ALAIKUM WA RAHMATULLAH
Manfaat shalat
1. Shalat Adalah Simbol Ketenangan.
Shalat menunjukkan ketenangan jiwa dan kesucian hati para pelakunya. Ketika menegakkan
shalat dengan sebenarnya, maka diraihlah puncak kebahagiaan hati dan sumber segala
ketenangan jiwa. Dahulu, orang-orang shalih mendapatkan ketenangan dan pelepas segala
permasalahan ketika mereka tenggelam dalam kekhusyu’kan shalat.
Marilah kita mengintrospeksi diri, sudahkah ketenangan seperti ini kita dapatkan dalam
shalat-shalat kita? Sudah sangat banyak shalat yang kita tunaikan, tetapi pernahkah kita
berfikir manfaat shalat ini? Atau rutinitas shalat yang kita tegakkan sehari-hari?
Suatu ketika seorang tabi’in yang bernama Sa’id bin Musayib mengeluhkan sakit di
matanya. Para sahabatnya berkata kepadanya: “Seandainya engkau mau berjalan-jalan
melihat hijaunya Wadi ‘Aqiq, pastilah akan meringankan sakitmu,” tetapi ia menjawab:
“Lalu apa gunanya aku shalat ‘Isya` dan Subuh?”[3]
Demikianlah, generasi terdahulu dari umat ini memposisikan shalat dalam kehidupan
mereka. Bagi mereka, shalat adalah obat bagi segala problematika. Dengan hati mereka
menunaikan shalat, sehingga jiwa menuai ketenangan dan mendapatkan kebahagiaan.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Mâlik al-
‘Asy’ari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ( نور والصالةdan shalat itu adalah
cahaya). Oleh karena itu, marilah menengok diri kita, sudahkah cahaya ini menerangi
kehidupan kita? Dan sungguh sangat mudah jika kita ingin mengetahui apakah shalat telah
mendatangkan cahaya bagi kita? Yakni dapat lihat, apakah shalat membawa ketaatan kepada
Allah dan menjauhkan kita dari bermaksiat kepada-Nya? Jika sudah, berarti shalat itu telah
menjadi sumber cahaya bagi kehidupan kita. Inilah cahaya awal yang dirasakan manusia di
dunia. Dan kelak di akhirat, ia akan menjadi cahaya yang sangat dibutuhkan, yang
menyelamatkannya dari berbagai kegelapan sampai mengatarkannya kepada surga Allah
Subhanahu wa Ta’ala .
Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut,
dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang lalai. [al-A’ra/7:205].
Berkata Imam Mujahid: “Waktu pagi adalah shalat Subuh dan waktu petang adalah
shalat ‘Ashar”.
ْ ظَ م
َْن َ ه ُؤل َِْء َعلَى ح
ْ َاف َ ِْصلَوَات ْ م ْالم
َّ َك ُت ْوبَاتِْ ال ْْ حبان وابن خزيمة ابن رواه ْال َغافِلِ ْينَْ ِمنَْ ُي ْكت
ْْ ََب ل
Barang siapa yang menjaga shalat-shalat wajib, maka ia tidak akan ditulis sebagai orang-
orang yang lalai.[4]
4. Shalat Sebagai Solusi Problematika Hidup.
Sudah menjadi sifat dasar manusia ketika dia tertimpa musibah dan cobaan, dia akan mencari
solusi untuk menyelesaikan permasalahannya. Maka tidak ada cara yang lebih manjur dan
lebih hebat dari shalat. Shalat adalah sebaik-baik solusi dalam menghadapi berbagai macam
cobaan dan kesulitan hidup. Karena tidak ada cara yang lebih baik dalam mendekatkan diri
seseorang dengan Rabbnya kecuali dengan shalat. Rasulullah dalam sabdanya mengucapkan:
Posisi paling dekat seorang hamba dengan Rabbnya yaitu ketika dia sujud, maka
perbanyaklah doa. [HR Muslim]. [5]
Inilah di antara manfaat shalat yang sangat agung, mendekatkan hamba dengan Dzat
yang paling ia butuhkan dalam menyelesaikan problem hidupnya. Maka, kita jangan menyia-
nyiakan kesempatan emas ini. Jangan sampai kita lalai dalam detik-detik shalat kita. Jangan
pula terburu-buru dalam shalat kita, seakan tidak ada manfaat padanya.
Shalat bisa menjadi sarana menakjubkan untuk mendatangkan pertolongan dan dukungan
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam kisah Nabi Yunus Alaihissallam, Allah Subhanahu wa
Ta’ala menceritakan:
ُْ َّان أَن
ْه َفلَ ْو َل َْ حينَْ ِمنَْ َك ُ ث ْال
َ م
ِ س ِب َْ ه فِي لَلَ ِب ْ م إلَىْ ب
ِْ َِطن َْ ُي ْب َع ُث
ِ ِْ ون يَ ْو
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah,
niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. [ash-Shafât/37:143-
144].
Sahabat Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu menafsirkan “banyak mengingat Allah”, yaitu,
beliau termasuk orang-orang yang menegakkan shalat,[6]
َ ى َك
ْان ُّْ ِ ال َّنب-وسلم عليه هللا صلى- ه إِ َذا َ ْصَلَّى أَ ْمر. داود أبو رواه
ُْ َح َزب
Dahulu, jika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertimpa suatu urusan, maka beliau
melaksanakan shalat. [HR Abu Dawud].[7]
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-Qur`an) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [al-
‘Ankabût/29:45].
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu ‘Abbas mengatakan: “Dalam shalat terdapat larangan
dan peringatan dari bermaksiat kepada Allah”.[8]
“Apa pendapat kalian, jika di depan pintu salah seorang dari kalian ada sungai
(mengalir); dia mandi darinya lima kali dalam sehari, apakah tersisa kotoran darinya?” Para
sahabat menjawab: “Tidak akan tertinggal kotoran sedikitpun”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Demikianlah shalat lima waktu, Allah menghapuskan dengannya
kesalahan-kesalahan”. [HR Bukhâri dan Muslim]
Inilah sebagian manfaat shalat yang tak terhingga banyaknya, dari yang kita ketahui
maupun yang tersimpan di sisi Allah. Oleh karena itu, marilah menghitung diri kita masing-
masing, sudahkah di antara manfaat-manfaat tersebut yang kita rasakan? Ataukah kita masih
menjadikan shalat sebagai salah satu rutinitas hidup kita? Jangan sampai kita termasuk orang-
orang yang dicela Allah dalam firman-Nya:
ُ م ال َّ ِذينَْ لِ ْل
ْمصَلِينَْ َف َو ْيل ُ ن
ْْ ه ْْ ون ص ََالتِ ِه
ْْ م َع ُ سا
َْ ه َ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya. [al-Mâ’ûn/107:4-5].