BAB II
ANALISA RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK
Arus bolak-balik/Alternating Current (AC) adalah arus yang berubah
tanda (polaritas) pada selang waktu tertentu. Arus bolak balik dapat
berupa sinyal periodik maupun sinyal tak periodik. Sinyal periodik
adalah suatu sinyal yang bersifat berulang untuk selang waktu
tertentu yang sama (perioda) yang biasanya dinyatakan dalam fungsi
sinusoidal.
Contoh sinyal AC diberikan pada gambar berikut, termasuk
dibandingkan dengan sinyal DC.
AC DC DC
Notasi
Notasi yang dipergunakan untuk besaran arus atau tegangan dalam
elektronik mengacu pada standar IEEE, berikut ini adalah notasi yang
biasa dipergunakan.
Huruf Huruf
Sesaat total kecil besar iC , vBE
DC besar besar IC , VBE
Titik kerja besar besar + Q ICQ , VBEQ
Sesaat AC kecil kecil ic , vbe
RMS besar kecil Ic , Vbe
Maksimum
besar kecil + m Icm , Vbem
(sinusoidal)
Rata - rata besar besar + ave ICave , VBeave
PENGUKURAN RMS
Nilai rata-rata dari suatu sinyal listrik dinyatakan sebagai:
1T
V = ∫ V (t )dt , untuk sinyal periodik V (t ) = Vo cos ωt diperoleh
T0
2π t
T T
1 1
V = ∫ Vo cos ωtdt = ∫ Vo cos dt = 0
T0 T0 T
Sedangkan tegangan dan arus RMS dari sinyal sinusoida dinyatakan
sebagai:
Vo
Vrms = v2 = Vo2 cos 2 ωt =
2
Io
I rms = i2 = I o2 cos 2 (ωt + φ ) =
2
Bentuk umum dari daya RMS adalah:
1
Prms = vi = Vo2 cos 2 ωt = Vo I o cos φ
2
1
Untuk sinyal lainnya tidak lagi sama dengan × Amplitudonya ,
2
misalnya untuk sinyal kotak (dengan duty cycle 50%) nilai RMS-nya
1
= × Amplitudonya .
2
Jika sumber tegangan AC diberikan ke hambatan secara seri, maka
beda fasa antara tegangan dan arus adalah φ = 0 atau cos φ = 1 ,
sehingga daya RMS yang diberikan pada hambatan R adalah:
Prms = 12 Vo I o = Vrms I rms
BENTUK GELOMBANG
Bentuk gelombang: persamaan atau grafik yang menggambarkan
karakteristik sinyal sebagai fungsi dari waktu.
v(t) = A u (t )e C cos(ωt − φ )
−t / T
4. sinusoida teredam
5. pulse train
6. gelombang kotak
Sinyal periodik
Untuk merepresentasi besaran sinyal periodik antara interval waktu
0 < t < T , parameter yang seringkali digunakan dalam satu observasi
adalah:
T
1
[ ]
T ∫0
2
4. Nilai root-mean-square VRMS = v (t ) dt
2
VRMS
5. Daya rata-rata: PAVE =
R
6. frequensi
7. fasa
Imajiner
R eal
jφ ( jφ ) 2 ( jφ )3 ( jφ ) 4
e = 1 + jφ + + + +"
2! 3! 4!
⎛ φ2 φ4
jφ ⎞ ⎛ φ3 φ5 ⎞
e = ⎜1 − + − " ⎟ + j ⎜φ − + − "⎟
⎝ 2! 4! ⎠ ⎝ 3! 5! ⎠
Artinya cos φ = Re ( e jφ )
sin φ = Im ( e jφ )
Representasi Sinusoida
Sembarang sinyal periodik dapat digantikan menjadi kombinasi linear
dari sinyal sinusoidal, dalam representasi Fourier dinyatakan sebagai:
∞
f (t ) = ∑ Ai e jωit ,
−∞
i1 A i2
i3
REPRESENTASI PHASOR
Suatu tegangan sesaat dinyatakan sebagai fungsi sinusoida yaitu :
v(t) = Vm cos (ωt +φ) = V√2 cos (ωt +φ)
dengan Vm : amplitudo tegangan
V : tegangan efektif
Besaran v(t) tersebut dinyatakan sebagai komponen real dari suatu
fungsi kompleks yaitu:
v(t) = Re {Vm ej(ωt+φ)} = Re { (Vejφ) (√2 ejωt) }
Terlihat ada dua komponen, yaitu komponen konstanta dan
komponen fungsi waktu. Komponen konstanta dinyatakan dalam
phasor V disebut transformasi tegangan v(t) sehingga :
V = V ejφ = V∠φ.
Seperti dijelaskan sebelumnya besaran ω tidak dimasukkan pada saat
menganalisa, namun baru diperhitungkan bila diperlukan, yaitu pada
saat untuk menyatakan hasil akhir.
Contoh:
Arus listrik dinyatakan sebagai i(t) = 2 sin ( 100t + π/6), hendak
dinyatakan dalam repersentasi phasor. Karena definisi phasor
menggunakan fungsi cosinus, persamaan arus tsb diubah menjadi:
i = 2 cos (100t + π/6 - π/2) = 2 cos (100t - π/3)
atau dalam representasi phasor
I = √2 e-j(π/3) = √2∠-60o.
Kesamaan
Besaran kompleks A dan Z sama jika a = x dan b = y
Penjumlahan
A + Z = (a + x) + j (b + y)
A - Z = (a - x) + j (b - y)
Dalam bentuk polar operasi penjumlahan tidak menyenangkan,
berbeda dengan bentuk kartesia seperti di atas.
Perkalian
Dalam bentuk polar operasi ini jauh lebih menyenangkan, yaitu:
A Z = (A ejα) (Z ejβ) = AZ ej(α+β) = AZ∠(α+β)
Namun jika dinyatakan dalam bentuk kartesia
A Z = (a + j b) (x + j y) = (ax - by) + j (bx - az)
Pembagian
Dalam bentuk polar:
A Ae jα A
= = ∠(α − β )
Z Ze jβ Z
Contoh 2:
Carilah representasi phasor untuk bentuk gelombang: v1(t) = cos ωt,
v2(t) = - 2 sin ωt, v3 = - 3 cos ωt dan v4 = 4 sin ωt. Hitung :
v1(t) + v2(t)
v3(t) + v4(t)
Jawab:
Gunakan relasi cos (α + β) = cos α cos β - sin α sin β:
Untuk v1 = cos (ωt) = cos (ωt+0)
V1 = ½√2 ej0 = 0,5√2 cos 0o + j 0,5√2 sin 0o = 0,5√2 + 0 j
Untuk v2 = - 2 sin ωt = 2 cos (ωt + 90o)
V2 = √2 ej90 = √2 cos 90o + j √2 sin 90o = 0 + √2 j
Untuk v3 = - 3 cos ωt = 3 cos (ωt + 180o)
V3 =1,5√2 ej180 = 1,5√2 cos 180o + j 1,5√2 sin 180o
= - 1,5√2 + 0 j
Untuk v4 = 4 sin ωt = 4 cos (ωt + 270o)
V4 = 2√2 ej270 = 2√2 cos 270o + j 2√2 sin 270o = 0 - 2√2 j
Diperoleh:
a. V1 + V2 = 0,5√2 + √2 j = √5 ∠tan-1 3
atau v1 + v2 = √10 cos (ωt + tan-1 3)
b. V3 + V4 = -1,5√2 - 2√2 j = 2,5√2 ∠307o
atau v3 + v4 = 5 cos (ωt + 307o)
Contoh 3 :
Diketahui ZA = 3 ∠0o, ZB = 4 ∠90o dan ZC = 3 ∠-90o, tentukan Z11,
Z12, Z21 dan Z22 dari parameter-Z untuk rangkaian umum dua-port,
seperti pada Gambar 5.
I1 I2
ZA ZB
V1 ZC V2
Gambar 5, Rangkaian T
Parameter dua port model-Z dinyatakan sebagai:
V1 = Z11 I1 + Z12 I2
V2 = Z21 I1 + Z22 I2
Atau dalam representasi matriks:
⎛ V1 ⎞ ⎛ Z11 Z12 ⎞ ⎛ I1 ⎞
⎜V ⎟ = ⎜ Z Z 22 ⎟⎠ ⎜⎝ I 2 ⎟⎠
⎝ 2 ⎠ ⎝ 21
Indeks 1 menunjukkan input dan 2 menunjukkan output. Diketahui
V V V V
bahwa Z11 = 1 , Z12 = 1 , Z 21 = 2 dan Z 22 = 2 .
I1 I =0 I 2 I =0 I1 I =0 I 2 I =0
2 1 2 1
Jawab:
Dari parameter dua port tadi, diperoleh nilai Z11, Z12, Z21 dan Z22
adalah :
Pada saat I 2 = 0 , tegangan V1 = I1 ( Z A + Z C ) Æ Z11 = ZA + ZC
ZB
Z22
ZA
Z12=Z21 ZC
Z1
1
IMPEDANSI
Ada tiga komponen pasif yang dibahas di sini yaitu R, L dan C.
Resistif
Dalam sinyal DC hukum Ohm dinyatakan sebagai V = R I , demikian
pula untuk sinyal AC untuk hambatan ohmik ideal hukum Ohm tetap
berlaku, yaitu:
v(t ) = Ri (t )
Kapasitif
Kapasitor dipergunakan untuk menyimpan energi listrik. Konstruksi
dasar kapasitor disusun atas dua buah plat metal sejajar, di antaranya
diberi bahan dielektrik. Gambar berikut menujukkan konstruksi dasar
kapasitor berikut dengan simbolnya.
σ
bermuatan itu adalah E = .
2ε o
σ
o total medan listriknya adalah E =
εo
Q εo A
o kapasitansinya adalah C = =
V d
Rating kapasitor dalam rentang 10 V hingga 104 V, dengan nilai pF
(10-12 F) hingga dalam orde F. Seringkali menggunakan kode warna
sama seperti pada hambatan, namun kadang pakai kode bilangan
dengan 3 digit, misalnya 103 artinya 10 × 103 pF = 104 pF = 0.01μF ,
sedang untuk 223 artinya 22 × 103 pF = 224 pF = 0.022μF
1
Dengan demikian: XC = Æ reaktansi kapasitif
jωC
Ada empat fungsi dasar kapasitor yang biasa digunakan dalam suatu
rangkaian listrik:
1. Karena kapasitor dapat menyimpan energi, sehingga kapasitor
dapat digunakan sebagai sumber arus atau tegangan (non ideal).
2. Karena kapasitor dapat melewatkan arus AC namun mem-blok
arus DC, sehingga dapat digunakan untuk menghubungkan
suatu rangkaian yang beroperasi pada level tegangan DC yang
berbeda.
3. Sebuah kapasitor dan resistor yang dipasang secara seri akan
membatasi arus, sehingga sinyal tegangan lancip (sharp) dapat
diperhalus.
4. Pengisian (charging) ataupun pembuangan (discharging)
kapasitor dengan arus konstan mengakibatkan slope tegangan
dV I
juga konstan, yaitu = = konstan.
dt C
Perhatikan:
1. Kapasitor elektrolit bersifat asimetrik dengan polaritas yang
tidak dapat ditukar.
2. Rangkaian listrik real (non-ideal) selalu ada stray capacitance,
arus bocor dan kopling induktif pada frekuensi tinggi. Æ Untuk
menganalisa problem ini biasanya diabaikan.
3. Kapasitor tidak bisa menyimpan energi secara terus menerus
(indefinite), karena bahan dieletrik yang dipakai bukan bahan
insulator sempurna.
4. Beda potensial yang terdapat di antara plat kapasitor masih ada
walaupun sistem telah dimatikan! Buanglah energi yang
tersimpan di kapasitor terlebih dahulu, sebelum memeriksa
rangkaian.
Rating tegangan
Bahan dielektrik yang mengisi antara dua plat kapasitor, bisa sangat
tipis dengan tujuan untuk mendapatkan nilai kapasitansi yang besar.
Namun perlu diingat bahwa dengan pemberian beda potensial antara
kedua plat akan akan merusak bahan dielektrik yang berakibat
hubung singkat antara kedua plat kapasitor tsb. Kemampuan bahan
dielektrik tsb dikenal sebagai dielectric strength. Untuk memperbesar
rating tegangan dapat dilakukan dengan menyusun kapasitor secara
seri, namun kapasitansi-nya berkurang.
Induktif
Dalam suatu loop kawat tertutup yang dialiri arus I, menurut Ampere
berlaku:
G G
v∫ ⋅ dl = μo NI
B
Hal ini menunjukkan bahwa medan magnet dari lilitan kawat yang
dialiri listrik besarnya adalah:
B = μo nI ,
Jumlah garis gaya magnet yang melewati lilitan kawat itu adalah:
G G
Φ = v∫ B ⋅ dA
Φ BA μo A
Induktansi dari suatu loop didefinisikan sebagai: L = = = ,
I I 2π r
sedangkan hubungan tegangan dengan arus listrik pada induktor
dinyatakan dari hukum Henry-Faraday, yaitu:
di
VL = − L ,
dt
tanda minus menunjukkan bahwa potensial listrik berlawanan dengan
perubahan arus.
Dengan L adalah induktansi lilitan, satuannya adalah henry (H).
Satuan yang lebih umum digunakan adalah μH atau mH.
Dari persamaan hukum Henry-Faraday dapat diasosiasikan bahwa
persamaan yang berlaku pada kapasitor dapat digantikan juga untuk
induktor, dengan mengganti C dengan L dan saling tukar i(t) dan v(t).
Artinya bahwa induktor berkecenderungan memperhalus perubahan
arus, sama seperti pada kapasitor akan memperhalus perubahan
tegangan. Namun perlu diingat bahwa untuk arus konstan (DC) tidak
ada tegangan induksi.
atau ∫ vdt = Li .
RANGKAIAN RC SERI
Kapasitor dihubungkan seri dengan hambatan seperti pada gambar
berikut.
C
i
vs(t)
1 Vs
Vs = Ic [ jωC + R] ⇒ Ic = 1
R+
jωC
R C
Vo
dengan I o = I (t = 0) adalah arus awal, yaitu: I o = ,
R
Vo = V (t = 0) adalah tegangan awal,
Rangkaian RL seri
Dengan mengganti kapasitor dengan induktor pada rangkaian Gambar
7, dan dengan mengikuti KVL, diperoleh : V = I R + I jωL = I (R +
jω). Sehingga impedansi total untuk RL seri adalah:
Z = R +jωL = Z∠tan-1 (ωL/R).
Rangkaian LC
Perhatikan rangkaian LC berikut ini:
L C
dI Q
L + =0
dt C
dQ
dengan menggunakan I = , diperoleh persamaan atas menjadi:
dt
d 2Q Q
L 2 + =0
dt C
Persamaan ini adalah persamaan differensial orde dua, dengan salah
satu solusi umum berbentuk:
Q = Qo cos(ωt + φ ) ,
Q(t ) = Qo cos ωr t
dQ
I (t ) = = −ωr Qo sin ωr t = − I o cos(ωr t + π / 2)
dt
Q(t ) Qo
V (t ) = = cos ωr t = Vo cos ωr t
C C
jω L
Z=
1 − ω 2 LC
R C
3. Critically damped ( R 2 = 4 L C ) Æ ( A1 + A2 )e − t /τ
i iR iL iC
v(t)
Contoh:
Jika pada rangkaian RLC paralel menggunakan sumber tegangan
12√2 cos (1000t + π/4) volt dan masing masing komponen adalah 10
Ω, 30 mH dan 100 μF, tentukan arus total yang mengalir dihitung
dengan cara menghitung arus yang mengalir di masing-masing
komponen. (tegangan efektif = 12 volt)
Jawab
Dengan V = 12∠45o
V
IR = = 1/10 x 12∠45o = 1,2∠45o = 0,6√2 + j 0,6√2
R
V
IL = = 12∠45o : 30∠90o = 0,4∠-45o = 0,2√2 - j 0,2√2
jω L
Contoh
Rangkaian LC paralel dioperasikan pada frekuensi dibawah frekuensi
resonansinya ωo = 1 LC . Apakah bersifat induktif atau kapasitif?
Jawab:
R
V
Jawab:
Anggap sumber ideal (tidak ada informasi hambatan dalamnya).
Impedansi rangkaian tsb adalah:
1 R R − jω CR 2
Z = jω L + = jω L + = jω L +
1 R + jω C 1 + jω CR 1 + ω 2 C 2 R2
R ⎛ ω CR 2 ⎞
Z= + j ⎜ω L −
1 + ω 2C 2 R 2 ⎝ 1 + ω 2C 2 R 2 ⎟⎠
R ⎛ ω L + ω 3 LC 2 R 2 − ω CR 2 ⎞
Z= + j⎜ ⎟
1 + ω 2C 2 R 2 ⎝ 1 + ω 2C 2 R 2 ⎠
RL ⎛ L2 ⎞ 1
Z= + j⎜ 2 ⎟
L + CR 2 ⎝ L + CR ⎠ LC
V
Arus total yang mengalir di rangkaian tsb adalah: I tot =
Z
Sedangkan arus yang mengalir di hambatan adalah:
1
iR = × I tot
1 + jω CR
1 V 1 V
iR = × = ×
1 + jω CR RL ⎛ L2 ⎞ 1 1 + ja b + jc
+ j⎜ 2 ⎟
L + CR 2 ⎝ L + CR ⎠ LC
V V {(b − ac) − j (c + ab)}
= =
(b − ac) + j (c + ab) (b − ac) 2 + (c + ab) 2
RL ω L2
dengan a = ω CR, b = , c=
L + CR 2 L + CR 2
Dengan demikian beda fasa antara tegangan sumber dan arus di
c + ab
hambatan sebesar δ = tan −1
b − ac
Konsep Penguatan
Penguatan adalah rasio dari tegangan (arus) output dengan tegangan
(arus) input. Untuk memahami konsep penguatan, perhatikan gambar
dua port berikut ini.
Ii B C Io
Vi Vo
AC E E
Io
Penguatan arus Ai =
Ii
Po Vo I o
Penguatan daya Ap = = = Av Ai
Pi Vi I i
AidB = 10log Ai
Vi
Hambatan dalam input Ri =
Ii
Vo (max)
Hambatan dalam output Ro = ;
Io
Penguatan dalam dB
Po Vo 2 / RL
Ap = 10log = 10log 2
Pi Vi / Ri
Vo R
=20log − 10log L
Vi R
i
umumnya diabaikan
Po I o 2 RL V R
atau Ap = 10log = 10log 2 = 20log o − 10log L
Pi I i Ri Vi R
i
diabaikan
Sehingga
Vo
Av = 20log
Vi
Io
Ai = 20log
Ii
Standarisasi
Untuk daya dalam telekomunikasi seringkali menggunakan besaran
db(m) yaitu menggunakan standard 1 mW = 0 dB(m).
Contoh : untuk daya 200 mW Ap = 10 log 200/1 = 26 dB(m)
Contoh:
Perhatikan rangkaian berikut ini.
D
B C
Tentukan:
VD
a. fungsi transfer dari rangkaian ini, H ( s ) =
Vi
- Y VB + (G + Cs) VC = 0
dengan VD = K VC = V2
VA = V1
Dari kedua titik cabang tsb digabung diperoleh:
-Y V1 + [(2Y + Cs) (Y +Cs)/Y – (Y + KCs)] VC = 0
atau
[(RCs)2 + (3 – K) RCs + 1] VC = V1
Sehingga fungsi transfer menjadi :
VD KVC K
H ( s) = = =
V1 V1 ( RCs ) 2 + (3 − K ) RCs + 1
LATIHAN
1. Arus listrik AC yang mengalir dalam rangkaian berikut ini
dengan C = 0.25 μF dan R = 3 kΩ dan sumber tegangan V seperti
gambar di bawah ini adalah :
i = 0,005 cos (1000 π t) (dalam satuan A)
C
V