Anda di halaman 1dari 37

BAB II, Rangkaian AC Hal: 47

BAB II
ANALISA RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK
Arus bolak-balik/Alternating Current (AC) adalah arus yang berubah
tanda (polaritas) pada selang waktu tertentu. Arus bolak balik dapat
berupa sinyal periodik maupun sinyal tak periodik. Sinyal periodik
adalah suatu sinyal yang bersifat berulang untuk selang waktu
tertentu yang sama (perioda) yang biasanya dinyatakan dalam fungsi
sinusoidal.
Contoh sinyal AC diberikan pada gambar berikut, termasuk
dibandingkan dengan sinyal DC.

AC DC DC

Gambar 1, Perbandingan sinyal AC dan DC


Sinyal AC yang dibahas di sini hanya sinyal periodik dengan nilai
tegangan atau arus rata-rata terhadap waktu sama dengan nol, atau
( v(t ) = i(t ) = 0 ) .
Simbul skematik sumber tegangan AC adalah:

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 48

Tegangan AC dinyatakan sebagai v(t ) = Vo cos ωt diumpankan pada


suatu komponen elektronik arusnya kemungkinan berbeda fasa
dengan tegangan supply, misalnya dinyatakan sebagai
i (t ) = I o cos (ωt + φ ) , seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Fasa (beda fasa) menunjukkan perbedaan dalam satu perioda, yang


2π t
dinyatakan sebagai: φ =
T
Secara umum sinyal listrik merupakan gabungan dari sinyal DC dan
sinyal AC, yaitu v(t ) = VDC + VAC (t ) .

Andaikan sinyal tegangan yang dikehendaki adalah sinyal tegangan


DC (misalnya sumber tegangan DC), akibatnya komponen AC dari
sinyal gabungan itu tidak dikehendaki dan sinyal AC ini dikenal
sebagai tegangan ripple. Sebaliknya jika yang dikehendaki adalah
sinyal AC dan ternyata masih ada sinyal DC-nya maka sinyal DC ini
dikenal sebagai tegangan offset.
Tegangan ripple adalah tegangan AC yang terdapat dalam tegangan
DC, untuk mengukurnya dilakukan dengan menggunakan osiloskop,
dengan men-set kopling AC pada osiloskop sehingga kapasitor yang
terdapat pada terminal input dipakai untuk mem-bypass tegangan AC
dan menahan tegangan DC.
Tegangan offset adalah tegangan DC yang terdapat dalam sinyal AC.
Untuk mengukurnya dapat dilakukan dengan men-set kopling DC

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 49

pada osiloskop. Naik/turunnya tegangan terhadap level tegangan nol


(pada saat osiloskop di-set pada posisi GROUND) adalah tegangan
offset yang dicari.
Gambar berikut yang menunjukkan gabungan dari sinyal AC dan DC
yang diukur dengan osiloskop masing-masing dengan kopling AC
dan kopling DC.

Gambar 2, Sinyal gabungan diukur dengan kopling AC dan DC

Notasi
Notasi yang dipergunakan untuk besaran arus atau tegangan dalam
elektronik mengacu pada standar IEEE, berikut ini adalah notasi yang
biasa dipergunakan.

Tabel 1, Notasi besaran elektronika


Besaran Variabel Indeks Contoh

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 50

Huruf Huruf
Sesaat total kecil besar iC , vBE
DC besar besar IC , VBE
Titik kerja besar besar + Q ICQ , VBEQ
Sesaat AC kecil kecil ic , vbe
RMS besar kecil Ic , Vbe
Maksimum
besar kecil + m Icm , Vbem
(sinusoidal)
Rata - rata besar besar + ave ICave , VBeave

PENGUKURAN RMS
Nilai rata-rata dari suatu sinyal listrik dinyatakan sebagai:
1T
V = ∫ V (t )dt , untuk sinyal periodik V (t ) = Vo cos ωt diperoleh
T0
2π t
T T
1 1
V = ∫ Vo cos ωtdt = ∫ Vo cos dt = 0
T0 T0 T
Sedangkan tegangan dan arus RMS dari sinyal sinusoida dinyatakan
sebagai:
Vo
Vrms = v2 = Vo2 cos 2 ωt =
2
Io
I rms = i2 = I o2 cos 2 (ωt + φ ) =
2
Bentuk umum dari daya RMS adalah:
1
Prms = vi = Vo2 cos 2 ωt = Vo I o cos φ
2

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 51

1
Untuk sinyal lainnya tidak lagi sama dengan × Amplitudonya ,
2
misalnya untuk sinyal kotak (dengan duty cycle 50%) nilai RMS-nya
1
= × Amplitudonya .
2
Jika sumber tegangan AC diberikan ke hambatan secara seri, maka
beda fasa antara tegangan dan arus adalah φ = 0 atau cos φ = 1 ,
sehingga daya RMS yang diberikan pada hambatan R adalah:
Prms = 12 Vo I o = Vrms I rms

BENTUK GELOMBANG
Bentuk gelombang: persamaan atau grafik yang menggambarkan
karakteristik sinyal sebagai fungsi dari waktu.

⎧ 0 untuk t-Ts < 0


1. step u (t − TS ) = ⎨
⎩ A untuk t-Ts > 0
2. sinusoida v(t) = A sin (ωt + θ)
−t / T
3. eksponensial v(t) = A u (t )e C

v(t) = A u (t )e C cos(ωt − φ )
−t / T
4. sinusoida teredam
5. pulse train
6. gelombang kotak

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 52

7. gelombang gigi gergaji


8. gelombang segitiga
9. dll
Bentuk gelombang lainnya merupakan gabungan sinyal dari fungsi
step, sinusoida dan eksponensial.
Untuk sinyal eksponensial secara praktis akan menuju asimtotik
setelah berdurasi 5 × Tc , dengan TC adalah time constant (TC = RC)
yang berarti adalah waktu yang diperlukan oleh suatu sinyal untuk
berkurang hingga 1 e dari sinyal maksimumnya, dengan e adalah
bilangan natural (e = 2,7182828…).

Sinyal periodik
Untuk merepresentasi besaran sinyal periodik antara interval waktu
0 < t < T , parameter yang seringkali digunakan dalam satu observasi
adalah:

1. Nilai peak: V p = max { v(t ) }

2. Nilai peak to peak: V pp = max {v(t )} − min {v(t )}


T
1
3. Nilai rata-rata: VAVE = ∫ v(t )dt
T0

T
1
[ ]
T ∫0
2
4. Nilai root-mean-square VRMS = v (t ) dt

2
VRMS
5. Daya rata-rata: PAVE =
R
6. frequensi

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 53

7. fasa

REPRESENTASI BILANGAN KOMPLEKS


Untuk menyatakan sinyal periodik sinusoidal seringkali dinyatakan
dalam bilangan kompleks A = x + j y, dengan x dan y adalah bilangan
real dan j = √-1 (bilangan imajiner). Secara visual dapat dinyatakan
dalam diagram phasor, seperti ditunjukkan pada gambar berikut.

Imajiner

R eal

Gambar 3, Representasi bilangan kompleks


A = x + j y = A (cos φ + j sin φ)
atau dalam representasi Euler
A = (x2 + y2)1/2 ejφ = A ejφ

dengan e jφ = cos φ + j sin φ

jφ ( jφ ) 2 ( jφ )3 ( jφ ) 4
e = 1 + jφ + + + +"
2! 3! 4!

⎛ φ2 φ4
jφ ⎞ ⎛ φ3 φ5 ⎞
e = ⎜1 − + − " ⎟ + j ⎜φ − + − "⎟
⎝ 2! 4! ⎠ ⎝ 3! 5! ⎠

Artinya cos φ = Re ( e jφ )

sin φ = Im ( e jφ )

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 54

Representasi ini dapat dinyatakan dengan bentuk polar atau


eksponensial yaitu
A = A∠φ
dengan: A = (x2 + y2)1/2
y
φ = tan −1
x

Dari besaran bilangan kompleks A = Aejφ dinyatakan garis radial


seperti pada Gambar 3, jika garis tadi berotasi dengan kecepatan
sudut ω, maka fungsi kompleks menjadi:
A = A ej(ωt+φ)
Areal = A cos (ωt + φ)
Aimag = A sin (ωt + φ)
Kedua besaran tsb dipergunakan untuk mewakili besaran sinusoida,
namun biasanya komponen real lebih umum dipergunakan.

Representasi Sinusoida
Sembarang sinyal periodik dapat digantikan menjadi kombinasi linear
dari sinyal sinusoidal, dalam representasi Fourier dinyatakan sebagai:

f (t ) = ∑ Ai e jωit ,
−∞

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 55

dengan Ai dan ωi adalah masing-masing amplitudo dan frekuensi dari


sinyal sembarang tsb.
Misal suatu sinyal arus sinusoida pada frekuensi tertentu dinyatakan
dalam bentuk:
i = Io cos (ωt + φ)
Hal ini menunjukkan bahwa sinyal arus sinusoida periodik memiliki 3
parameter yaitu: ampltiduo Io, frekuensi ω, dan fasa φ. Namun dari
ketiga parameter tsb, dapat direduksi hingga menjadi dua parameter
saja, yaitu Io dan φ. Reduksi dari tiga parameter menjadi dua
parameter, karena pada saat analisa hanya menganalisa pada
frekuensi tertentu saja, dan besaran frekuensi itu tak berubah sehingga
besaran frekuensi dapat diabaikan terlebih dahulu.
Sebagai contoh pada penjumlahan dua sinyal AC (i1 dan i2) dari
frekuensi yang sama pada satu titik simpul A akan menghasilkan arus
listrik i3 dengan frekuensi yang sama pula, seperti ditunjukkan
berikut:

i1 A i2

i3

Gambar 4, Penjumlahan arus


i3 = i1 + i2
= I1 cos (ωt + φ1) + I2 cos (ωt + φ2)
= I3 cos (ωt + φ3)
Terlihat bahwa frekuensi sinyal arus listrik i3 tetap tak berubah,
sehingga besaran AC dapat dinyatakan dengan dua parameter

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 56

saja, yaitu amplitudo dan fasa. Dalam notasi phasor dituliskan


sebagai i3 = I 3e jφ3 .

REPRESENTASI PHASOR
Suatu tegangan sesaat dinyatakan sebagai fungsi sinusoida yaitu :
v(t) = Vm cos (ωt +φ) = V√2 cos (ωt +φ)
dengan Vm : amplitudo tegangan
V : tegangan efektif
Besaran v(t) tersebut dinyatakan sebagai komponen real dari suatu
fungsi kompleks yaitu:
v(t) = Re {Vm ej(ωt+φ)} = Re { (Vejφ) (√2 ejωt) }
Terlihat ada dua komponen, yaitu komponen konstanta dan
komponen fungsi waktu. Komponen konstanta dinyatakan dalam
phasor V disebut transformasi tegangan v(t) sehingga :
V = V ejφ = V∠φ.
Seperti dijelaskan sebelumnya besaran ω tidak dimasukkan pada saat
menganalisa, namun baru diperhitungkan bila diperlukan, yaitu pada
saat untuk menyatakan hasil akhir.
Contoh:
Arus listrik dinyatakan sebagai i(t) = 2 sin ( 100t + π/6), hendak
dinyatakan dalam repersentasi phasor. Karena definisi phasor
menggunakan fungsi cosinus, persamaan arus tsb diubah menjadi:
i = 2 cos (100t + π/6 - π/2) = 2 cos (100t - π/3)
atau dalam representasi phasor
I = √2 e-j(π/3) = √2∠-60o.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 57

OPERASI BILANGAN KOMPLEKS


Dua bilangan kompleks A dan Z dinyatakan sebagai:
A = a + j b = A ejα = A∠α
Z = x + j y = Z ejβ = Z∠β

Kesamaan
Besaran kompleks A dan Z sama jika a = x dan b = y

Penjumlahan
A + Z = (a + x) + j (b + y)
A - Z = (a - x) + j (b - y)
Dalam bentuk polar operasi penjumlahan tidak menyenangkan,
berbeda dengan bentuk kartesia seperti di atas.

Perkalian
Dalam bentuk polar operasi ini jauh lebih menyenangkan, yaitu:
A Z = (A ejα) (Z ejβ) = AZ ej(α+β) = AZ∠(α+β)
Namun jika dinyatakan dalam bentuk kartesia
A Z = (a + j b) (x + j y) = (ax - by) + j (bx - az)

Pembagian
Dalam bentuk polar:

A Ae jα A
= = ∠(α − β )
Z Ze jβ Z

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 58

Dalam bentuk kartesia


A a + jb x − jy (ax + by ) + j (bx − ay )
= × =
Z x + jy x − jy x2 + y2

Pangkat dan Akar


An = (A ejα)n = An ejnα =An ∠nα
1
n
Α = A n = (A ejα)1/n = A1/n ejα/n = A1/n ∠α/n
Contoh 1
Hitung i3 =i1 + i2, jika ii = 3 cos ωt dan i2 = - 4 sin ωt, kedua besaran
tsb dinyatakan dalam satuan ampere
Jawab:
i1 = 3 cos ωt = 1,5√2 ej0 Æ x1 = 1,5√2; y1 = 0
i2 = - 4 sin ωt = 4 cos (ωt + π/2) = 2√2 ejπ/2 Æ x2 = 0; y2 = 2√2
Diperoleh I3 = 2,5√2 ∠I3
dengan ∠I3 = tan-1 4/3
Sehingga i3 = I3 cos (ωt +∠I3 )
I3 = 2,5√2 √2 A = 5 A
artinya i3 = 5 cos (ωt + 53o) A

Contoh 2:
Carilah representasi phasor untuk bentuk gelombang: v1(t) = cos ωt,
v2(t) = - 2 sin ωt, v3 = - 3 cos ωt dan v4 = 4 sin ωt. Hitung :
v1(t) + v2(t)

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 59

v3(t) + v4(t)
Jawab:
Gunakan relasi cos (α + β) = cos α cos β - sin α sin β:
Untuk v1 = cos (ωt) = cos (ωt+0)
V1 = ½√2 ej0 = 0,5√2 cos 0o + j 0,5√2 sin 0o = 0,5√2 + 0 j
Untuk v2 = - 2 sin ωt = 2 cos (ωt + 90o)
V2 = √2 ej90 = √2 cos 90o + j √2 sin 90o = 0 + √2 j
Untuk v3 = - 3 cos ωt = 3 cos (ωt + 180o)
V3 =1,5√2 ej180 = 1,5√2 cos 180o + j 1,5√2 sin 180o
= - 1,5√2 + 0 j
Untuk v4 = 4 sin ωt = 4 cos (ωt + 270o)
V4 = 2√2 ej270 = 2√2 cos 270o + j 2√2 sin 270o = 0 - 2√2 j
Diperoleh:
a. V1 + V2 = 0,5√2 + √2 j = √5 ∠tan-1 3
atau v1 + v2 = √10 cos (ωt + tan-1 3)
b. V3 + V4 = -1,5√2 - 2√2 j = 2,5√2 ∠307o
atau v3 + v4 = 5 cos (ωt + 307o)

Contoh 3 :
Diketahui ZA = 3 ∠0o, ZB = 4 ∠90o dan ZC = 3 ∠-90o, tentukan Z11,
Z12, Z21 dan Z22 dari parameter-Z untuk rangkaian umum dua-port,
seperti pada Gambar 5.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 60

I1 I2
ZA ZB

V1 ZC V2

Gambar 5, Rangkaian T
Parameter dua port model-Z dinyatakan sebagai:
V1 = Z11 I1 + Z12 I2
V2 = Z21 I1 + Z22 I2
Atau dalam representasi matriks:

⎛ V1 ⎞ ⎛ Z11 Z12 ⎞ ⎛ I1 ⎞
⎜V ⎟ = ⎜ Z Z 22 ⎟⎠ ⎜⎝ I 2 ⎟⎠
⎝ 2 ⎠ ⎝ 21
Indeks 1 menunjukkan input dan 2 menunjukkan output. Diketahui
V V V V
bahwa Z11 = 1 , Z12 = 1 , Z 21 = 2 dan Z 22 = 2 .
I1 I =0 I 2 I =0 I1 I =0 I 2 I =0
2 1 2 1

Jawab:
Dari parameter dua port tadi, diperoleh nilai Z11, Z12, Z21 dan Z22
adalah :
Pada saat I 2 = 0 , tegangan V1 = I1 ( Z A + Z C ) Æ Z11 = ZA + ZC

Z11 = 3 ∠0o + 3 ∠-90o = 3√2 ∠-45o


Pada saat I1 = 0 , tegangan V1 = I 2 Z C Æ Z12 = ZC = 3 ∠90o

Pada saat I 2 = 0 , tegangan V2 = I1Z C Æ Z21 = ZC = 3 ∠90o

Pada saat I1 = 0 , tegangan V2 = I 2 ( Z B + Z C ) Æ Z22 = ZB+ ZC

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 61

Z22 = 4 ∠90o + 3 ∠-90o = 1 ∠90o

ZB

Z22
ZA

Z12=Z21 ZC

Z1
1
IMPEDANSI
Ada tiga komponen pasif yang dibahas di sini yaitu R, L dan C.

Resistif
Dalam sinyal DC hukum Ohm dinyatakan sebagai V = R I , demikian
pula untuk sinyal AC untuk hambatan ohmik ideal hukum Ohm tetap
berlaku, yaitu:
v(t ) = Ri (t )

dengan nilai R konstan terhadap frekuensi. Pembahasan berkaitan


dengan hambatan telah diberikan pada bab sebelumnya.

Kapasitif
Kapasitor dipergunakan untuk menyimpan energi listrik. Konstruksi
dasar kapasitor disusun atas dua buah plat metal sejajar, di antaranya
diberi bahan dielektrik. Gambar berikut menujukkan konstruksi dasar
kapasitor berikut dengan simbolnya.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 62

Gambar 6, Konstruksi dasar kapasitor (a) , simbol kapasitor (b) dan


simbol kapasitor non polar (c)
Kapasitansi C antara dua bidang permukaan didefinisikan sebagai:
Q
C=
V
dengan: V adalah beda potensial antara kedua permukaan bidang,
Q adalah jumlah muatan positif yang terdistribusi di salah
satu permukaan bidang tsb.
Sebuah plat datar bermuatan dengan kerapatan muatan σ , dan luas
penampang A, muatan totalnya adalah Q = Aσ . Dengan menganggap
luas penampang besar sekali A → ∞ dari hukum Gauss diperoleh:
G G Q
v∫ E ⋅ dA = 2 EA =
εo
, sehingga medan listrik yang keluar dari plat

σ
bermuatan itu adalah E = .
2ε o

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 63

Jika ada dua buah plat bermuatan, masing-masing kerapatan muatan


yang sama namun berbeda jenis dipisahkan dengan jarak d, maka
akan timbul beda potensial di antara plat bermuatan itu sebesar
σd
V = Ed = , karena masing-masing plat memberikan kontribusi
εo
σ
muatan sebesar , sehingga:
2ε o

σ
o total medan listriknya adalah E =
εo
Q εo A
o kapasitansinya adalah C = =
V d
Rating kapasitor dalam rentang 10 V hingga 104 V, dengan nilai pF
(10-12 F) hingga dalam orde F. Seringkali menggunakan kode warna
sama seperti pada hambatan, namun kadang pakai kode bilangan
dengan 3 digit, misalnya 103 artinya 10 × 103 pF = 104 pF = 0.01μF ,
sedang untuk 223 artinya 22 × 103 pF = 224 pF = 0.022μF

Kapasitor terbuat dari keramik, mylar, mika, tantalum, dan elektrolit


dengan karakteristik ditunjukkan sbb:
Bahan Rentang Keterangan

Keramik 1 pF – 1 μF murah, akurasi rendah

Mylar 0.001μF – 100 μF murah, akurasinya lebih baik dari


keramik

Mika 1 pF – 10,000 pF kualitasnya lebih baik

Tantalum 0.1 μF – 1000 μF akurasi rendah, polar (tak dapat


digunakan pada sembarang rangkaian)

Elektrolit 0.1 μF – 1 F tidak akurat dan polar

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 64

Kapasitor juga memiliki kapasitor variabel dengan simbol

Nilai C pada kapasitor variabel menunjukkan nilai maksimumnya.

Kapasitor dalam rangkaian AC


Sebuah kapasitor dihubungkan dengan sumber tegangan AC seperti
ditunjukkan pada gambar berikut.

Relasi antara tegangan dan arus dari rangkaian di atas adalah :


dv 1 dQ 1
= = i
dt C dt C
Dengan pemberian tegangan AC juga akan terjadi arus AC, untuk
keadaan steady seringkali digunakan besaran reaktansi kapasitif XC,
pada kapasitor berlaku :
1
v( t ) = X C i (t ) = i (t ) ,
jω C

dengan: ω = 2 πf, f = frekuensi dalam hertz


C : kapasitas dari kapasitor dalam farad.
Untuk tegangan DC atau tegangan yang invarian terhadap waktu
(steady state) arus yang mengalir di kapasitor sama dengan nol,
sedangkan untuk tegangan AC atau tegangan yang varian terhadap

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 65

waktu arus yang mengalir di kapasitor sebanding dengan perubahan


tegangan terhadap waktu atau secara matematik dinyatakan sebagai:
Dengan menggunakan relasi: Q = CV
dq (t ) dv(t )
i= =C
dt dt
Dengan menggunakan representasi variabel kompleks:
vc = Re [ Vc ejωt ]
dVc
ic = C = Re [ jωC Vc ejωt ] = Re [ Ic ejωt ]
dt
Ic = jωC Vc
1
Atau VC = Ic
jωC

1
Dengan demikian: XC = Æ reaktansi kapasitif
jωC

Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa:


1. Untuk besaran Ic dan Vc adalah besaran bilangan kompleks,
nilai XC mengecil terhadap membesarnya frekuensi (XC
berbanding terbalik dengan frekuensi).
2. Tegangan jatuh di kapasitor tidak dapat berubah sesaat jika
arusnya finite. Hal ini dinyatakan dalam persamaan
t
1
v(t ) = ∫ i (t )dt + v(t1 ) , untuk i(t) finite, berlaku:
C t1
lim v(t ) = 0 + v(t1 ) .
t →t1

3. Keadaan steady sering kali dapat didekati dengan t → ∞.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 66

Ada empat fungsi dasar kapasitor yang biasa digunakan dalam suatu
rangkaian listrik:
1. Karena kapasitor dapat menyimpan energi, sehingga kapasitor
dapat digunakan sebagai sumber arus atau tegangan (non ideal).
2. Karena kapasitor dapat melewatkan arus AC namun mem-blok
arus DC, sehingga dapat digunakan untuk menghubungkan
suatu rangkaian yang beroperasi pada level tegangan DC yang
berbeda.
3. Sebuah kapasitor dan resistor yang dipasang secara seri akan
membatasi arus, sehingga sinyal tegangan lancip (sharp) dapat
diperhalus.
4. Pengisian (charging) ataupun pembuangan (discharging)
kapasitor dengan arus konstan mengakibatkan slope tegangan
dV I
juga konstan, yaitu = = konstan.
dt C
Perhatikan:
1. Kapasitor elektrolit bersifat asimetrik dengan polaritas yang
tidak dapat ditukar.
2. Rangkaian listrik real (non-ideal) selalu ada stray capacitance,
arus bocor dan kopling induktif pada frekuensi tinggi. Æ Untuk
menganalisa problem ini biasanya diabaikan.
3. Kapasitor tidak bisa menyimpan energi secara terus menerus
(indefinite), karena bahan dieletrik yang dipakai bukan bahan
insulator sempurna.
4. Beda potensial yang terdapat di antara plat kapasitor masih ada
walaupun sistem telah dimatikan! Buanglah energi yang
tersimpan di kapasitor terlebih dahulu, sebelum memeriksa
rangkaian.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 67

Rating tegangan
Bahan dielektrik yang mengisi antara dua plat kapasitor, bisa sangat
tipis dengan tujuan untuk mendapatkan nilai kapasitansi yang besar.
Namun perlu diingat bahwa dengan pemberian beda potensial antara
kedua plat akan akan merusak bahan dielektrik yang berakibat
hubung singkat antara kedua plat kapasitor tsb. Kemampuan bahan
dielektrik tsb dikenal sebagai dielectric strength. Untuk memperbesar
rating tegangan dapat dilakukan dengan menyusun kapasitor secara
seri, namun kapasitansi-nya berkurang.

Induktif
Dalam suatu loop kawat tertutup yang dialiri arus I, menurut Ampere
berlaku:
G G
v∫ ⋅ dl = μo NI
B

Hal ini menunjukkan bahwa medan magnet dari lilitan kawat yang
dialiri listrik besarnya adalah:
B = μo nI ,

dengan n : jumlah lilitan per-satuan panjang ⎛⎜ n = ⎞⎟ .


N
⎝ L⎠

Jumlah garis gaya magnet yang melewati lilitan kawat itu adalah:
G G
Φ = v∫ B ⋅ dA

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 68

Φ BA μo A
Induktansi dari suatu loop didefinisikan sebagai: L = = = ,
I I 2π r
sedangkan hubungan tegangan dengan arus listrik pada induktor
dinyatakan dari hukum Henry-Faraday, yaitu:
di
VL = − L ,
dt
tanda minus menunjukkan bahwa potensial listrik berlawanan dengan
perubahan arus.
Dengan L adalah induktansi lilitan, satuannya adalah henry (H).
Satuan yang lebih umum digunakan adalah μH atau mH.
Dari persamaan hukum Henry-Faraday dapat diasosiasikan bahwa
persamaan yang berlaku pada kapasitor dapat digantikan juga untuk
induktor, dengan mengganti C dengan L dan saling tukar i(t) dan v(t).
Artinya bahwa induktor berkecenderungan memperhalus perubahan
arus, sama seperti pada kapasitor akan memperhalus perubahan
tegangan. Namun perlu diingat bahwa untuk arus konstan (DC) tidak
ada tegangan induksi.

INDUKTOR DALAM RANGKAIAN AC


Perhatikan rangkaian berikut ini yang terdiri atas sebuah induktor
dihubungkan dengan sumber tegangan AC.

Relasi antara arus dan tegangan dari rangkaian di atas adalah:


di
v−L =0
dt

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 69

atau ∫ vdt = Li .

Dengan memanfaatkan relasi tegangan dan arus AC, yaitu:


v
∫ vdt =

= Li , sehingga v = jω Li . Dari hukum Ohm besaran

X L = jω L dapat dikatakan sebagai reaktansi induktif (XL sebanding


dengan frekuensi).
Nilai XL membesar terhadap pertambahan frekuensi. Namun perlu
diingat bahwa induktor tidak ada yang benar-benar induktor murni,
melainkan selalu ada hambatan pada lilitan kawat dan juga ada
kapasitansi diantara lilitan kawat tsb
Dengan menggunakan representasi variabel kompleks , dari :
di
v=L ,
dt
dengan iL = Re [IL ejωt], diperoleh vL = Re [j ω L IL ejωt]. Hasil ini
sama seperti yang diperoleh sebelumnya, yaitu X L = jω L .

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memilih induktor


(seringkali juga disebut choke), diantaranya adalah:
1. nilai induktasinya dapat bernilai 1 μH hingga 1 H,
menggunakan kode warna sama seperti hambatan (namun dalam
μH)
2. nilai hambatan DC dari coil tsb,
3. nilai induktansi dapat diperbesar dengan menyisipkan inti besi
atau ferrite yang permeabilitasnya besar
4. arus maksimum yang diperkenankan dari coil tsb,
5. tegangan breakdown antara coil dengan frame,
6. rentang frekuensi yang diperkenankan.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 70

Perhatikan bahwa pada rangkaian arus DC, kapasitor akan


berkelakuan sebagai rangkaian-open, sedangkan pada induktor akan
berkelakuan sebagai rangkaian-short.

RANGKAIAN RC SERI
Kapasitor dihubungkan seri dengan hambatan seperti pada gambar
berikut.

C
i
vs(t)

Gambar 7, Rangkaian RC seri


Berdasarkan KVL untuk rangkaian AC, berlaku:
Σ emf - Σ IZ = 0
1
Vs - I
jωC c
- Ic R = 0

1 Vs
Vs = Ic [ jωC + R] ⇒ Ic = 1
R+
jωC

Contoh untuk Vs = 5 cos ωt volt ; R = 2 Ω dan Zc = 2 Ω, diperoleh:


Vs Vs 5 5
Ic = 1
= 1
= 2 − j2
= = 1,25 √2 ∠π/4
2 2 ∠−π / 4
R+ R− j
jωC ωC

Jadi untuk vs = 5√2 cos ωt


is = 2,5 cos (ωt + π/4)

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 71

Rangkaian RC seri tanpa sumber seperti ditunjukkan pada Gambar 8,


dengan menganggap bahwa kapasitor sudah terisi.

R C

Gambar 8, Rangkaian RC tanpa sumber.


Dengan menggunakan hukum Kirchoff, Gambar 8 dapat dinyatakan
d dV dV
sebagai ∑Vi = 0 Æ C + R = 0 ,
dt dt dt
I dI
atau + R = 0 . Solusi persamaan differensial ini adalah
C dt
− t / RC
I (t ) = I o e

Vo
dengan I o = I (t = 0) adalah arus awal, yaitu: I o = ,
R
Vo = V (t = 0) adalah tegangan awal,

τ = RC adalah konstanta waktu.


Terlihat bahwa untuk waktu t → ∞ , arus I (t ) → 0 .

Rangkaian RL seri
Dengan mengganti kapasitor dengan induktor pada rangkaian Gambar
7, dan dengan mengikuti KVL, diperoleh : V = I R + I jωL = I (R +
jω). Sehingga impedansi total untuk RL seri adalah:
Z = R +jωL = Z∠tan-1 (ωL/R).

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 72

Rangkaian LC
Perhatikan rangkaian LC berikut ini:

L C

Berdasarkan hukum Kirchoff, berlaku: VL + VC = 0 . Dengan


melakukan subsitusi untuk VL dan VC , diperoleh:

dI Q
L + =0
dt C
dQ
dengan menggunakan I = , diperoleh persamaan atas menjadi:
dt
d 2Q Q
L 2 + =0
dt C
Persamaan ini adalah persamaan differensial orde dua, dengan salah
satu solusi umum berbentuk:
Q = Qo cos(ωt + φ ) ,

dengan Qo , ω dan φ masing-masing adalah muatan total mula-mula,


frekuensi sudut dan sudut fasa. Dengan menggunakan syarat batas
Qo = Qmax , diperoleh tegangan dan arus pada kapasitor adalah:

Q(t ) = Qo cos ωr t
dQ
I (t ) = = −ωr Qo sin ωr t = − I o cos(ωr t + π / 2)
dt
Q(t ) Qo
V (t ) = = cos ωr t = Vo cos ωr t
C C

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 73

dengan ωr = 1 adalah frekuensi sudut alami.


LC
Perhatikan bahwa pada rangkaian LC, arus yang mengalir pada
rangkaian itu berosilasi, karena energi yang tersimpan di rangkaian
tsb akan digunakan bersama-sama secara berulang antara kapasitor
dan induktor. Sedangkan pada rangkaian RL dan RC berupa arus
transien, energi yang tersimpan di induktor atau di kapasitor akan
dibuang ke hambatan.
Impedansi total dari komponen LC tsb adalah:
−1
⎛ 1
Z =⎜ +
1 ⎞
=
Z L ZC
=
(1 jωC )( jωC ) = − j L C

⎝ Z L ZC ⎠ Z L + Z C (1 jωC ) + ( jωC ) ωC − 1 ωC

jω L
Z=
1 − ω 2 LC

Pada saat ω = 1 LC , diperoleh Z → ∞ .

Rangkaian RLC seri

R C

Dengan menerapkan hukum Kirchoff:


di Q
L + Ri + = 0
dt C
d 2Q dQ Q
L 2 +R + =0
dt dt C

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 74

Solusi persamaan ini tidak hanya bergantung pada syarat awal


melainkan juga dengan nilai relatif dari komponen masing-masing.
Ada tiga kemungkinan solusi, yaitu:

1. Under damped ( R 2 < 4 L C ) Æ Ae − t /τ cos (ωt + φ )

2. Over damped ( R 2 > 4 L C ) Æ A1e − t /τ1 + A2 e − t /τ 2

3. Critically damped ( R 2 = 4 L C ) Æ ( A1 + A2 )e − t /τ

Rangkaian RLC paralel

i iR iL iC
v(t)

Gambar 9, Rangkaian RLC paralel


Jika komponen R, L dan C dipasang paralel dengan sumber tegangan
V, seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Arus yang mengalir pada
masing-masing komponen adalah :
V V
IR = , IL = dan I C = jωCV .
R jω L

Sehingga arus total adalah:


V V
I= + + jωCV ,
R jω L

impedansi dapat dicari dari konduktansi total


1 1 1
Y= = + + jωC .
Z R jω L

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 75

Contoh:
Jika pada rangkaian RLC paralel menggunakan sumber tegangan
12√2 cos (1000t + π/4) volt dan masing masing komponen adalah 10
Ω, 30 mH dan 100 μF, tentukan arus total yang mengalir dihitung
dengan cara menghitung arus yang mengalir di masing-masing
komponen. (tegangan efektif = 12 volt)
Jawab
Dengan V = 12∠45o
V
IR = = 1/10 x 12∠45o = 1,2∠45o = 0,6√2 + j 0,6√2
R
V
IL = = 12∠45o : 30∠90o = 0,4∠-45o = 0,2√2 - j 0,2√2
jω L

I C = jωCV =0,1∠90o x 12∠45o = 1,2∠135o = -0,6√2 + j 0,6√2

Sehingga Itotal = 0,2√2 + j = 1,08∠tan-1 2,5√2 = 1,08∠74,2o


Jadi i(t) = 1,08√2 cos (1000t + 74,2o) ampere.

Contoh
Rangkaian LC paralel dioperasikan pada frekuensi dibawah frekuensi
resonansinya ωo = 1 LC . Apakah bersifat induktif atau kapasitif?

Jawab:

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 76

Frekuensi resonansi rangkaian LC adalah ωo = 1/ LC . Impedansi


1 1 1 − ω 2 LC
rangkaian LC paralel adalah = + jω C = , atau
Z jω L jω L
jω L jω L
Z= = .
1 − ω 2 LC 1 − ω 2 / ωo 2

Untuk frekuensi dibawah frekuensi resonansi, penyebutnya selalu


positif sehingga rangkaian LC tersebut bersifat induktif
Contoh:
Rangkaian berikut ini diberi tegangan bolak balik dengan amplitudo
Vo dan frekuensi ω = 1/ LC . Tentukan:
a. arus yang mengalir di hambatan dalam L, R, C, dan Vo.
b. beda fasa antara arus dan tegangan.
C
L

R
V

Jawab:
Anggap sumber ideal (tidak ada informasi hambatan dalamnya).
Impedansi rangkaian tsb adalah:

1 R R − jω CR 2
Z = jω L + = jω L + = jω L +
1 R + jω C 1 + jω CR 1 + ω 2 C 2 R2
R ⎛ ω CR 2 ⎞
Z= + j ⎜ω L −
1 + ω 2C 2 R 2 ⎝ 1 + ω 2C 2 R 2 ⎟⎠
R ⎛ ω L + ω 3 LC 2 R 2 − ω CR 2 ⎞
Z= + j⎜ ⎟
1 + ω 2C 2 R 2 ⎝ 1 + ω 2C 2 R 2 ⎠

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 77

dengan memanfaatkan ω = 1/ LC , diperoleh impedansi adalah:

RL ⎛ L2 ⎞ 1
Z= + j⎜ 2 ⎟
L + CR 2 ⎝ L + CR ⎠ LC
V
Arus total yang mengalir di rangkaian tsb adalah: I tot =
Z
Sedangkan arus yang mengalir di hambatan adalah:
1
iR = × I tot
1 + jω CR

1 V 1 V
iR = × = ×
1 + jω CR RL ⎛ L2 ⎞ 1 1 + ja b + jc
+ j⎜ 2 ⎟
L + CR 2 ⎝ L + CR ⎠ LC
V V {(b − ac) − j (c + ab)}
= =
(b − ac) + j (c + ab) (b − ac) 2 + (c + ab) 2

RL ω L2
dengan a = ω CR, b = , c=
L + CR 2 L + CR 2
Dengan demikian beda fasa antara tegangan sumber dan arus di
c + ab
hambatan sebesar δ = tan −1
b − ac

Konsep Penguatan
Penguatan adalah rasio dari tegangan (arus) output dengan tegangan
(arus) input. Untuk memahami konsep penguatan, perhatikan gambar
dua port berikut ini.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 78

Ii B C Io

Vi Vo

AC E E

Gambar 10, Rangkaian dua port


Vo
Penguatan tegangan Av =
Vi

Io
Penguatan arus Ai =
Ii

Po Vo I o
Penguatan daya Ap = = = Av Ai
Pi Vi I i

(Perhatikan Vo, Vi, Io dan Ii adalah besaran rms).


Seringkali satuan penguatan adalah dB (desibel). Untuk penguatan
tegangan dan arus: AvdB = 10log Av

AidB = 10log Ai

Dan penguatan daya: ApdB = 10log Ap

Vi
Hambatan dalam input Ri =
Ii

Vo (max)
Hambatan dalam output Ro = ;
Io

Vo(max) : tegangan output pada saat dalam keadaan open,

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 79

Io(max) : arus pada saat RL di short.


Daya yang diberikan oleh amplifier secara maksimum jika RL = Ro,
yaitu sebesar Po = I o 2 RL , atau daya maksimum sebesar :
2
⎛ Vo (max) ⎞ Vo (max) 2
Po (max) =⎜ ⎟ Ro =
⎝ 2 Ro ⎠ 4 Ro

Penguatan dalam dB

Po Vo 2 / RL
Ap = 10log = 10log 2
Pi Vi / Ri
Vo R
=20log − 10log L
Vi R

i
umumnya diabaikan

Po I o 2 RL V R
atau Ap = 10log = 10log 2 = 20log o − 10log L
Pi I i Ri Vi R

i
diabaikan

Sehingga
Vo
Av = 20log
Vi
Io
Ai = 20log
Ii

Standarisasi
Untuk daya dalam telekomunikasi seringkali menggunakan besaran
db(m) yaitu menggunakan standard 1 mW = 0 dB(m).
Contoh : untuk daya 200 mW Ap = 10 log 200/1 = 26 dB(m)

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 80

Untuk tegangan dipakai standard R = 600 Ω dalam hambatan


terminal menggunakan patokkan tegangan standar sebesar 0,775 volt
(V = P × R = 1mW × 600Ω . )
5
Misalnya, untuk tegangan 5 V, Ap = 20log = 16, 2dB(V)
0,775

Contoh:
Perhatikan rangkaian berikut ini.

D
B C

Tentukan:
VD
a. fungsi transfer dari rangkaian ini, H ( s ) =
Vi

b. karakteristik frekuensi dari rangkaian ini.


c. penguatan tegangan K agar faktor damping ζ = 1/√2.
Jawab:
1
a. Dengan mengganti R dengan konduktansi Y = , diperoleh pada :
R
titik cabang B : (VB – VA) Y + (VB – VC) Y + (VB – VD) Cs = 0
- Y VA + (2 G + Cs) VB – Y VC – Cs VD = 0
titik cabang C : (VC – VB) Y + VC Cs = 0

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 81

- Y VB + (G + Cs) VC = 0
dengan VD = K VC = V2
VA = V1
Dari kedua titik cabang tsb digabung diperoleh:
-Y V1 + [(2Y + Cs) (Y +Cs)/Y – (Y + KCs)] VC = 0
atau
[(RCs)2 + (3 – K) RCs + 1] VC = V1
Sehingga fungsi transfer menjadi :
VD KVC K
H ( s) = = =
V1 V1 ( RCs ) 2 + (3 − K ) RCs + 1

b. Dari fungsi transfer ini terlihat bahwa: |H(0)| = K Æ LPF


dengan : frekuensi cut-off ωo2 = 1/RC,
faktor damping ζ = (3 – K)/2 Æ dapat diatur tergantung
dengan pengutan

c. Agar ζ = 1/√2 Æ ( 3 – K ) = √2 Æ K = 1,29

Aplikasi lain dari kapasitor


Kapasitor dapat digunakan sebagai filter, rangkaian resonansi,
diferensiator dan integrator. Disamping itu juga digunakan untuk by
pass sinyal AC (mem-block sinyal DC) pem-filter-an sumber daya,
pembangkit sinyal dan bentuk gelombang.
By pass sinyal AC dengan memanfaatkan sifat impedansi yaitu
impedansi kapasitor berkurang terhadap kenaikan frekuensi.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 82

Pem-filteran sumber daya: dasarnya adalah by pass sinyal AC.


Umumnya sumber daya DC berasal dari sumber AC melewati suatu
penyearahan dengan dioda, selanjutnya tegangan ripple dikurangi
dengan menambahkan kapasitor yang bernilai besar ( ~ mF).
Pembentukan sinyal dan gelombang: dasarnya adalah jika kapasitor
diberi sumber arus konstan akan membentuk tegangan ramp atau
gigi-gergaji. Selanjutnya dengan memanfaatkan rangkaian RC
dipakai untuk membentuk rangkaian timing atau delay.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I


BAB II, Rangkaian AC Hal: 83

LATIHAN
1. Arus listrik AC yang mengalir dalam rangkaian berikut ini
dengan C = 0.25 μF dan R = 3 kΩ dan sumber tegangan V seperti
gambar di bawah ini adalah :
i = 0,005 cos (1000 π t) (dalam satuan A)

C
V

a. tuliskan representasi kompleks dari persamaan arus di atas


b. hitung tegangan jaruh pada kapasitor VC dan tegangan jatuh
pada hambatan VR
c. gambarkan diagram phasor (dalam 1 gambar) untuk I, VC,
VR dan V
d tuliskan representasi kompleks dari V (amplitudo dan
fasanya)
e hitung beda fasa atara I dan VC serta I dan V.

Sastra Kusuma Wijaya FISIKA FMIPA UI Diktat Elektronika I

Anda mungkin juga menyukai