Anda di halaman 1dari 4

Penanganan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca

Imunisasi)
No.Kode C.029/0142
No.Revisi 00
SOP Tanggal
02-01- 2016
Terbit
Halaman 01 dari 04

PEMERINTAH
KABUPATEN dr. Firmina Tri Rahayu J
MALANG NIP. 19621124 198903 2 004

PENGERTIAN Penanganan dan pemantauan kejadian ikutan pasca imunisasi (yang timbul setelah
pemberian imunisasi) dan sesuai dengan klasifikasinya : KIPI ringan dan berat.

TUJUAN Untuk mendeteksi dini,merespon KIPI dengan cepat dan tepat,mengurangi


dampak negatif imunisasi terhadap kesehatan individu dan terhadap imunisasi.

SK Kepala UPTD Puskesmas Sumberpucung Nomer: 440/161.e


KEBIJAKAN /35.07.103.105/2015 Tentang Standart Layanan Klinis
REFERENSI 1. Buku Pedoman Standart Puskesmas Tahun 2013

1 Penanganan prosedural :
1.1 Setiap KIPI yang dilaporkan oleh petugas/masyarakat harus
PROSEDUR dilacak,dicatat,dan ditanggapi oleh pelaksana imunisasi.
1.2 KIPI harus dilaporkan oleh pelaksana ke tingkat administrasi yang
lebih tinggi (puskesmas ke Dinkes.Kab)
1.3 KIPI yang memerlukan pengobatan/perawatan dilaksanakan di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (perawatan kelas III)
1.4 Untuk setiap KIPI masyarakat berhak untuk mendapatkan penjelasan
resmi atas hasil analisis resmi yang diberikan Komda PP KIPI atau
Komnas PP KIPI
1.5 Hasil kajian KIPI oleh Komda PP KIPI atau Komnas PP KIPI
dipergunakan untuk perbaikan imunisasi
1.6 Pemerintah dan pemerintah daerah turut bertanggungjawab dalam
penanggulangan KIPI di daerahnya atau sistem penganggaran
lainnya

2.Penanganan Kasus :
2.1 Vaksin:reaksi lokal ringan :
 Gejala:Nyeri,eritema,bengkak didaerah bekas suntikan < 1
cm ,Timbul < 48 jam setelah imunisasi
 Tindakan : Kompres hangat,Jika nyeri mengganggu dapat
diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali pemberian.< 6 bln:
60 mg/kali pemberian.6-12 bln : 90 mg/kali pemberian.1-3
thn : 120 mg/kali pemberian.
 Pengobatan dapat dilakukakn oleh guru UKS/orang tua.Dan
berikan pengertian pada ibu/keluarga bahwa hal dapat
sembuh sendiri walaupun tanpa obat.

2.2 Reaksi lokal berat (jarang terjadi) :


 Gejala : Eritema/indurasi > 8 jam,nyeri,bengkak dan
manifestasi sistemik
 Tindakan : Kompres hangat,parasetamol
 Jika tidak ada perubahan hubungi puskesmas setempat
2.3 Reaksi arthus :
 Gejala : Nyeri,bengkak,indurasi dan edema,terjadai akibat
reimunisasi pada pasien dengan kadar antibodi yang masih
tinggi,timbul beberapa jam dengan puncaknya 12-36 jam
setelah imunisasi
 Tindakan : Kompres hangat,parasetamol,dirujuk dan dan
dirawat di RS.
2.4 Reaksi umum (sistemik) :
 Gejala : demam,lesu,nyeri otot,nyeri kepala dan menggigil.
 Tindakan : Berikan minum hangat dan selimut,parasetamol.
2.5 Kolaps/Syok :
 Gejala : Episode hipotonik-hiporesponsif,anak tetap sadar
tetapi tidak bereaksi terhadap rangsangan.Pada pemeriksaan
frekwensi,amplitudo dadi serta tekanan darah tetap dalam
batas normal
 Tindakan : Rangsang dengan wangian atau bauan yang
merangsang.Bila belum dapat diatasi dalam waktu 30 menit
segera rujuk ke Puskesmas terdekat.
2.6 Reaksi Khusus (syndrom Guilain Barre/jarang terjadi) :
 Gejala : Lumpuh layu,simetris,asenden (menjalar
keatas)biasanya tungkai bawah.Ataksia,penurunan refleksi
tendon,gangguan menelan,gangguan
pernafasan,parastesi,meningismus,tidak demam,peningkatan
protein dalam cairan serebrospinal tanpa
pleositosis,terjadinya antara 5 hari – 6 minggu setelah
imunisasi,perjalanan penyakit dari satu s/d 3-4 hari.Prognosis
umumnya baik.
 Tindakan : Rujuk segera ke RS untuk perawatan dan
pemeriksaan lebih lanjut.
 Perlu untuk dilakukan survei AFP.
2.7 Neuritis Brakhialis (Neuropati plexus brakhialis ) :
 Gejala : Nyeri dalam terus menerus pada daerah bahu dan
lengan atas.Terjadi 7 jam s/d 3 minggu setelah imunisasi.
 Tindakan : Parasetamol,bil;a gejala menetap rujuk ke RS
untuk fisio therapi.
2.8 Syok Anafilaktik :
 Gejala : Terjadi mendadak,gejala klasiknya kemerahan
merata,edema,urticaria,sembab pada kelopak
mata,sesak,nafas berbunyi,jantung berdebar
kencang,tekanan darah menurun,pingsan/tidak sadar.Da[at
pula terjadi langsung berupa tekanan darah menurun dan
pingsan tanpa di dahului oleh gejala lain
 Tindakan : Suntikan adrenalin 1 : 1000 dosis 0,1 – 0,3 ml sub
kutan/IM.Jika pasien membaik dan stabil dianjurkan dengan
suntikan dexamethason (1 ampul) secara IV/IM.Segera
pasang infus NaCl 0,9 % 12 tts/menit.Rujuk ke RS terdekat.
 Setiap petugas yang berangkat ke lapangan harus membawa
emergensy kit yang berisi : Epinefrin,dexamethason dan anti
histamin.

2.9 Abces Dingin :


 Gejala : bengkak dan keras,nyeri bekas daerah
suntikan,terjadoi karena vaksin disuntikan masih dingin
 Tindakan : Kompres hangat,parasetamol
 Jika tidak ada perubahan hubungi puskesmas terdekat
2.10 Pembengkakan:
 Gejala : bengkak di sekitar suntikan,terjadi karena
penyuntikan kurang dalam.
 Tindakan : kompres hangat
 Jika tidak ada perubahan hubungi puskesmas terdekat.
2.11 Sepsis :
 Gejala : bengkak disekitar bekas suntikan,demam,terjadi
karena jarum suntik tidak steril,gela timbul 1 minggu atau
lebih setelah penyuntikan.
 Tindakan : Kompres hangat,parasetamol,rujuk ke RS
terdekat.
2.12 Tetanus :
 Gejala : Kejang,dapat disertai dengan demam,anak tetap
sadar.
 Tindakan : Rujuk ke RS terdekat
2.13 Kelumpuhan/kelemahan otot :
 Gejala : Lengan sebelah (daerah yang disuntikan) tidak bisa
digerakkan.Terjadi karena di daerah penyuntikan salah
(bukan pertengahan musculus deltoid)
 Tindakan : Rujuk ke RS terdekat untuk difisio therapi
2.14 Faktor penerima/pejamu alergi :
 Gejala : pembengkakan bibir dan tenggorokan,sesak
nafas,eritema,papula,terasa gatal,tekanan darah menurun.
 Tindakan : suntikan dexamethason 1 ampul IM/IV ,jika
berlanjut pasang infus NaCl 0,9%
 Tanyakan pada orang tua adakah penyakit alergi
2.15 Faktor Psikologis :
 Gejala : Ketakutan,berteriak,pingsan
 Tindakan : tenangkan penderita,beri minum air hangat
setelah sadar,beri wangian/alkohol.
 Sebelum penyuntikan guru sekolah dapat memberikan
pengertian dan menenangkan murid.Bila berlanjut hubungi
puskesmas
2.16 Koinsiden (faktor kebetulan) :
 Gejala : terjadi secara kebetulan bersamaan waktu dengan
imunisasi,gejala dapat berupa salah satu gejala KIPI tersebut
atau bentuk lain
 Tindakan : tangani penerita sesuai dengan gejala,cari
informasi disekitar anak apakah ada kasus yang mirip tetapi
anak tidak diimunisasi.Kirim ke RS untuk pemeriksaan lebih
lanjut.

2 Skema alur pelaporan dan pelacakan KIPI

Menteri Kesehatan

Komnas PP KIPI Ditjen PP & PL BB/BPO


Cq.Subdit Imunisasi
Komda PP KIPI Dinkes.Prov Balai PO

Dinkes.Kab/Kota Rumah Sakit

UPS Puskesmas

Masyarakat

Unit Terkait Bidan di Desa,Perawat Ponkesdes,Bidan KIA,Bidan Praktek Mandiri,BKIA


Muhamadiyah,Puskesmas ,Rumah Sakit

Dokumen Terkait Kohort Bayi,Buku KIA,format laporan bulanan baik di desa/puskesmas


Format rujukan

Penanganan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca


Imunisasi)
UPTD PUSKESMAS No.Kode C.029/0142
Dr. Firmina Tri Rahayu J
SUMBERPUCUNG No.Revisi 00
SOP
Tanggal Terbit 02-01- 2016
Halaman 01 dari 04

Komda PP KIPI Dinkes.Prov Balai PO

Dinkes.Kab/Kota Rumah Sakit

UPS Puskesmas

Masyarakat

Unit Terkait Bidan di Desa,Perawat Ponkesdes,Bidan KIA,Bidan Praktek Mandiri,BKIA


Muhamadiyah,Puskesmas ,Rumah Sakit

Dokumen Terkait Kohort Bayi,Buku KIA,format laporan bulanan baik di desa/puskesmas


Format rujukan

Anda mungkin juga menyukai