Anda di halaman 1dari 166

SKELETON KNIGHT

VOLUME I

DUNIA BARU

2|Overlordfree.org|Bakatsuki
PROLOGUE
Sesaat tirai malam jatuh, seorang gadis berlari melewati hutan dengan sedikit
perhatian pada pijakannya. Pohon-pohon yang diwarnai bayangan hitam, layaknya
kegelapan pekat menutupi pemandangan.

Akan tetapi, terlihat jelas tanda-tanda lelaki yang mengejarnya semakin


memperpendek jarak yang memisahkan mereka.

Tangkai dan dedaunan yang tak terhitung jumlahnya tersangkut pada rambut tipis
sepundak yang berwarna emas dan sedikit dicat dengan warna hijau zamrud. Dilihat
dari mata hijau-kebiruannya yang basah, semua orang bisa melihat ketakutan dalam
diri seorang gadis berumur dua belas tahun ini. Pipinya ternoda oleh bekas air mata
yang masih belum mengering.

Meski nafas si gadis yang berlari terengah-engah, serta luka yang ia derita di lengan
dan kakinya dari pepohonan dan semak-semak terus bertambah seiring ia terus
menghindar akan terjebak di dalam hutan, ia masih terus berlari.

Terima kasih kepada kuping panjang yang mengerucut yang mana adalah ciri khas dari
penduduk hutan, suara-suara dari kelompok lelaki yang mengejarnya dapat terdengar.
Bagaimanapun, para lelaki tersebut tak bisa ia temukan saat ia melihat sekelilingnya.
Gadis ini adalah salat satu anggota ras elf, dan menuruni kemampuan penglihatan
malam dari leluhurnya; akan tetapi, ia tak tahu tata ruang hutan ini, jadi mustahil dia
akan tahu ke mana dia pergi.

Indra para elf memang bagus, tapi gadis tersebut masih sangat muda dan kurang
latihan pejuang yang mumpuni, jadi dia tak tahu bagaimana untuk mengatasi keadaan
ini dengan tenang.

Gadis tersebut melarikan diri dengan putus asa, tapi para pengejarnya perlahan mulai
menutup jarak di antara mereka.

[Syut]

Sebuah suara siulan terdengar, dan tiba-tiba sebuah anak panah telah tertancap di kaki
kiri gadis itu. Kehilangan keseimbangannya, gadis tersebut pun jatuh ke tanah.

Ia melihat kaki kirinya. Rasa sakit yang dalam pun terasa ketika ia melihatnya.

“AAAAAH!!”

Gadis itu memegang kakinya dalam sakit luar biasa, tangisan mengucur deras ke tanah
saat dia merintih kesakitan.

Semak-semak bergoyang, menampakkan beberapa sosok manusia.

Semua manusia itu dipersenjatai dengan armor kulit dan unik berlengan panjang yang
tebal, serta bermacam jenis senjata. Beberapa mengenakan sebilah pedang dengan
belati di pinggul mereka, sedang yang lain membawa busur.

3|Overlordfree.org|Bakatsuki
Para lelaki tersebut semuanya memasang senyum vulgar di wajah mereka, namun
mereka mendekati gadis itu tanpa mengendurkan kewaspadaan mereka, menunjukkan
betapa mahirnya mereka.

“Cepat, pasang ikat lehernya.”

Seorang lelaki dengan tangannya bertingkring pada senjata di pinggulnya menyuruh


lelaki lainnya. Salah satu lelaki mendekat ke gadis tersebut dari belakang sembari
memegang sebuah ikat leher besi berwarna hitam dan sebuah kain untuk
membungkam mulutnya.

“Setelah itu ikat dia. Cepat, sebelum para elf itu menemukan kita. Apakah ikatannya
kuat?”

Lelaki lain di samping pemimpin itu mengangguk dan lalu menjawab,

“Baiklah, keempat elf yang kita tangkap akan kita bawa ke Diento.”

Saat komandannya memberikan tanda untuk mundur, kelompok itu menghilang dalam
kegelapan hutan.

4|Overlordfree.org|Bakatsuki
CHAPTER 1
Aku Berada di Dunia yang Berbeda
Saat aku mengetahuinya, aku sadar aku tak tahu bagaimana aku bisa berada di sini.

Di sana terdapat sebuah daerah berbukit yang tertutup oleh rerumputan hijau.
Mataharinya masih tinggi di atas langit, jadi mungkin saat ini masih menjelang sore
hari. Angin yang berhembus melalui rerumputan, memberikan kesan pemandangan
lautan hijau; sebuah gelombang rerumputan yang mengarah kepadaku saat aku duduk
di atas sebuah batu besar. Bau dari tanah yang lembab dan rerumputan yang
bercampur dengan angin, dan aromanya mengalir menuju lubang hidungku. Anginnya
berhembus menuju ke dalam hutan di belakangku, menggoyangkan dedaunan pohon-
pohon tersebut.

Tanpa tujuan, aku berdiri di atas batu yang tadi kududuki, lalu menyegarkan mataku
dengan pemandangan tak terhingga dari cakrawala. Sebuah pemandangan seperti ini
benar-benar tak bisa kita jumpai di Jepang kecil kita dulu, kan?

Akhirnya, aku menyadari penampilanku.

Berhiaskan dengan detail terbaik, sebuah armor full body berwarna perak dengan corak
putih dan biru, menyerupai sesosok dari sebuah legenda atau hal mistis, menghiasi
tubuhku.

Sebuah mantel hitam pekat tertiup oleh angin; di dalam mantel itu, dapat terlihat
secercah cahaya kecil, mengingatkanku kepada langit yang berbintang.

Di punggungku, aku membawa sebuah perisai bundar besar dengan suatu emblem
yang rumit di tengahnya, serta sebuah benda yang tak lain hanya bisa disebut sebagai
pedang suci yang memberikan semacam aura menakjubkan.

Perlengkapan ini sungguh berbeda dari penampilanku pada biasanya, tapi aku
mengenalnya dengan baik. Bahkan hari ini, sebelum aku tertidur di depan komputerku
setelah bermain game online, perlengkapan ini sedang dipakai oleh karakter pemainku.

“Astagaaa?!”

Aku menjerit kaget dari lubuk paru-paruku. Aku menjerit, meskipun aku tahu tak ada
seorang pun yang akan menjawabnya di sini. Perlahan kupindahkan sarung pedangku
ke pinggulku dan menghunuskan pedangnya. Sebuah pedang bermata dua yang tipis
berwarna biru, bermandikan cahaya matahari, terhunus. Pedang indah ini bersinar
layaknya cahaya di siang hari. Panjang pedang ini melebihi satu meter, membuatnya
terlihat sangat berat. Aku mengambil kuda-kuda dengan pedang yang sejajar dengan
mataku, lalu mengayunkannya.

“Uwaaahh?!”

Aku menjerit lagi.

5|Overlordfree.org|Bakatsuki
Ringan! Sungguh tak bisa kupercaya ini bobot dari sesuatu yang terbuat dari logam.
Perlahan kuayunkan pedang tak realistis ini untuk memastikan bobotnya. Lalu
kuayunkan pedangnya dengan satu tangan. Walaupun aku mengenakan baju besi,
ringan saja rasanya. Rasanya sama seperti aku tak memakainya sama sekali.

“【Flying Dragon Slash】 !!”

Saat mengayun-ayunkan pedang, kusebutkan nama sebuah skill dari game. Sebuah
sinar cahaya terpancar dari pedangku, dan melesat ke dalam hutan.

Tiba-tiba, di dalam hutan tersebut, sebuah pohon besar perlahan jatuh. Dedaunan dari
pohon lainnya beterbangan, dan semua burung-burung dari pohon-pohon di dekatnya
terbang ke langit. Sebuah suara yang sedikit keras menggema dari area tersebut
ketika pohon itu menyentuh tanah.

“Astaga, apa-apaan ini...”

Akhirnya, aku punya firasat bahwa pikiranku sudah mulai tenang. Tapi aku masih
belum mengerti situasinya.

Senjata dan perlengkapan yang aku kenakan adalah perlengkapan tingkat mistik, sama
seperti yang karakterku punyai di dalam game yang kumainkan.

Ini sungguh kejadian langka, mengenakan perlengkapan tingkat mistik sepenuhnya.


Seluruhnya ada enam tingkat perlengkapan: rendah, sedang, tingkat lanjut,
masterpiece, legenda, dan mistik.

Body armor perak yang kumiliki ini adalah armor Heavenly Knight, seri 『Holy Armor of
Belenus』. Armor ini terdiri dari lima bagian: bagian kepala, badan, pinggul, lengan,
dan kaki. Tak hanya meningkatkan pertahanan dan menyembuhkan sejumlah darah
secara berkala, armor ini juga meningkatkan kekuatan serangan, serta meningkatkan
ketahanan akan kutukan. Sebagai tambahan, serangan atribut cahaya dan api juga
dikurangi hingga setengahnya. Sebenarnya ini set perlengkapan yang buruk.

Dan mantel yang berkibar terhembus angin di belakangku adalah 『Overcoat of the
Night Sky』 tingkat mistik. Mantel ini mempunyai efek untuk mengurangi serangan
atribut kegelapan, juga menyembuhkan sejumlah mana secara berkala.

Perisai yang kupanggul di punggungku adalah 『Heavenly Shield of Titus』. Sebagai


tambahan dari pertahanan yang tinggi dan penolak tumbukannya, perisai ini
meningkatkan semua nilai ketahanan akan efek status abnormal.

Komplain mengenai seri Heavenly Knight yang kacau ini menyebabkan admin untuk
mem-patch nya, tapi efek dari armor tersebut masih ada – hanya saja, pemain yang
mengenakannya tak bisa lagi memakai asesoris dengan perlengkapan tersebut. Secara
berkala, pengguna seri Heavenly Knights yang sudah terbatas malah semakin
berkurang karenanya.
6|Overlordfree.org|Bakatsuki
Terakhir, yang kini tengah kupegang di tanganku adalah 『Holy Thunder Sword』.
Dengan kekuatan serangannya yang kuat dan peningkatan agility nya, ini adalah
pedang bermata dua yang sangat kubanggakan. Layaknya senjata kelas mistik yang
lain di dalam game, senjata ini punya serangan spesialnya tersendiri, dengan timbal
balik pemain yang menggunakannya akan mengalami pengurangan tenaga setelah
penggunaan.

Aku kembali menyarungkan pedangku di pinggulku, lalu, dengan tangan kananku,


kurapalkan 【Flame】. Dan seperti dalam game, sebuah semburan api melesat
layaknya tanganku adalah sebuah pelontar api.

Tidak... ini berbeda dari game.

Kalau aku tak salah ingat, pekerjaan utama karakterku adalah Heavenly Knight, dan
subkelasnya semestinya adalah Pope. 【Flame】 adalah sebuah skill Magician dan
【Flying Dragon Slash】 sebenarnya adalah sebuah skill kelas Warrior. Seharusnya
semua itu bukanlah skill yang karakterku bisa gunakan dengan pekerjaan saat ini di
game.

Mengapa seorang Knight bisa menggunakan skill kelas Magician? Lalu, akupun
berpikir: berdasarkan semua yang terjadi, bagaimana jika ini bukanlah game maupun
mimpi, namun sebuah kenyataan?

Jika ini adalah kenyataan, maka skill yang tak bisa kugunakan karena perubahan
kelasku semestinya bisa kugunakan. Sebagai contoh, seorang ahli Judo yang mulai
mengambil karier Boxing tentunya masih bisa menggunakan teknik Judo.

Karena aku telah banyak memaksimalkan level pekerjaan yang kuambil, apakah aku
bisa menggunakan semua skill tingkat tinggi yang pernah kupunya?

Ketentuan untuk mencapai kelas Heavenly Knight adalah sebuah karakter mesti
memiliki level maksimal untuk pekerjaan Magician, Priest, dan Warrior. Dalam rangka
untuk mendapatkannya, aku diharuskan untuk memperoleh pekerjaan Magic Knight,
Advanced Wizard, dan Pope. Aku tak mempelajari semua skill yang ada di setiap
pekerjaan, tapi aku mempelajari sedikit banyak dari mereka.

Andai saja, aku bisa menggunakan semua skill yang sudah kupelajari, aku pasti bisa
mengatasi segala hal yang akan menimpaku.

Aku ragu apakah aku bisa bertahan hidup jikalau saja pekerjaan utamaku sudah
ditetapkan menjadi Heavenly Knight. Usut punya usut, beberapa pekerjaan tingkat-
tinggi tidak terlalu berguna. Pertama, mereka hanya punya empat skill kemampuan.
Dan semua itu hanyalah skill singkat yang menyebabkan kerusakan secara luas. Jelas
sekali itu hanyalah sebuah kelas yang dimaksudkan untuk memenuhi keinginan para
developer saja.

Seperti saat ini, aku dapat menggunakan 【Heavenly Knight Sword Techniques】 yang

7|Overlordfree.org|Bakatsuki
membuatku bisa menggunakan pedang dua tangan hanya dengan satu tangan, tapi
kalau kupakai dengan kedua tanganku, bukankah itu akan menambah kekuatan
seranganku?

Aku telah berada di area ini untuk beberapa saat, tapi tak ada gunanya jika kuterus
berada di sini. Jika memang ini kenyataan, aku harus menemukan seseorang atau
sebuah kota dan memikirkan rencana masa depanku.

Kucoba untuk menggunakan skill pendukung Magician, 【Transfer Gate】. Cahaya


terang terpancar saat sebuah lingkaran sihir selebar tiga meter muncul...

Di dalam game, yang kubutuhkan hanyalah memilih nama dari sebuah kota dan aku
akan berpindah ke sana. Akan tetapi, saat ini tak ada layar pilihan yang muncul. Untuk
sesaat. Kupikirkan apa yang harus kulakukan. Celakanya, penglihatanku memburam.
Dan setelah itu kulihat pandangannya melebar sebelum mataku berkedip.

Aku berpindah sejauh sekitar tiga meter dari tempatku sebelumnya. Rupanya, sihir ini
tak bisa digunakan dengan benar tanpa ada gambaran yang jelas mengenai tempat
yang ingin kutuju.

Lagi pula, aku tak tahu tempat apapun di dunia ini, sepertinya aku tak berpindah
karena itu.

Aku menyerah...

Tunggu, semestinya masih ada satu skill perpindahan yang tersedia. Skill pendukung,
【Dimensional step】.

Skill ini membuatku bisa berpindah ke lokasi manapun setelah kupilih. Pada saat awal-
awal bermain, skill ini adalah skill yang membuatmu bisa menjauh dari jarak serang
musuh – sebuah skill yang bisa kaugunakan saat dikepung musuh. Tapi setelah
pertengahan permainan, saat jarak serang para monster dan bosnya memakan seluruh
area layar, bisa dibilang ini skill yang tidak berguna. Apakah aku bisa
menggunakannya? Dengan tanpa layar untuk ku klik, mungkin aku hanya akan
menyia-siakan mana.

Kutetapkan pandanganku pada lokasi yang kutuju dan mengaktifkan 【Dimensional


step】. Pemandangannya berubah seketika. Saat kulihat ke belakang, kuselidiki,
tempat di mana tadi aku berapa telah berada dalam jarak yang sangat jauh. Mungkin
sekitar lima ratus meter. Di dalam game, tak peduli apapun yang kau lakukan, skill ini
hanya bisa membawamu paling jauh sampai sudut layar. Dalam kenyataannya, ini bisa
membawaku ke manapun sejauh jarak pandangku. Walau aku tak bisa meledakkan
kepala dengan sebuah beam seperti gadis Esper tertentu, ini tetaplah kekuatan yang
cukup membantu. Dengan waktu cool-down satu detik, sepertinya ini bisa menjadi cara
bergerak yang praktis.

Jadi aku terus menggunakan 【Dimensional step】 untuk memetakan daerah sekitar.

8|Overlordfree.org|Bakatsuki
Hingga matahari terbenam, sepertinya aku berpindah ke arah Barat Daya. Setelah
meninggalkan daerah berbukit beberapa saat yang lalu, aku melihat sebuah sungai
besar.

Aku bergerak ke tepi sungai dan melihat-lihat sekeliling. Lebar sungai ini mungkin
sekitar dua ratus meter. Kelihatannya sungai ini menyimpan cukup banyak air. Saat
aku melihat sungainya, airnya terlihat transparan, dan aku bisa melihat banyak ikan
berenang searah dengan arus.

Mengapa aku tak istirahat dan minum air dulu?

Kulepaskan helmku. Hal tersebut mengingatkanku bahwa, tak hanya aku tak keberatan
dengan memakai armor, tapi aku juga tak merasa panas. Pikiran tersebut terus berada
di dalam kepalaku hingga kudekatkan wajahku ke air.

Saat itu juga, pikiranku membuyar—

“—Gile...”

Semua keluhanku menghilang dalam riak air.

Pandanganku terpaku pada bayangan dalam air. Tak ada mata. Tepatnya, di sana tak
ada hidung atau bahkan daging. Dalam lubang mata yang gelap, cahaya terang dari
undead dapat terlihat. Kutatap balik bayangan tersebut tanpa perasaan apapun.
Aku benar-benar melupakannya. Jenis avatar yang kupakai di dalam game.

9|Overlordfree.org|Bakatsuki
Avatar game yang biasa kalian pakai mestinya humanoid – sesuatu yang bisa kalian
ubah agar bisa sesuai dengan keinginan seseorang. Pilihan perubahannya juga
bermacam: kalian bisa membuat sebuah Elf berkuping-panjang, atau bahkan sebuah
Orc berhidung-babi. Ada juga avatar spesial yang mengharuskan kita membayar
untuk mendapatkannya: salah satu avatar spesial itu adalah 『Skeletal Body』.
Dibanding harganya, “tak masalah jika aku benar-benar tertutup oleh armor,” itulah
apa yang temanku katakan...

Sebenarnya aku menginginkan sebuah avatar skeleton emas. Dengan begitu, bisa
saja aku dikenal sebagai pahlawan keadilan. Saat kutelusuri lebih lanjut
mengenainya, kepalanya adalah skeleton, dan dari leher hingga ujung bawah
berwarna emas seperti kostum seorang pegulat profesional. Namun, kukira avatar
tersebut benar-benar skeleton emas seutuhnya hingga saat sebelum ini...

Untuk melarikan diri dari kenyataan, aku mengingat masa lalu.

Ini sangat buruk.

Aku tak bisa melepaskan helmku di depan umum dengan penampilanku. Faktanya,
kalau kulakukan, mungkin aku akan menjadi target penaklukan monster.

Rencana masa depanku saat ini berubah dengan sekejap.

Aku akan hidup dengan tertutup dan takkan muncul sebisa mungkin.
10 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Akan tetapi, armor tubuhku cukup mewah, dan benda ini sendiri mungkin dapat
menarik perhatian... Tapi, aku tak bisa melepaskan perlengkapan ini.

Di dunia ini aku tak punya apapun kecuali armor ini. Aku kehilangan semua benda
dalam gameku, dan aku tak punya uang. Aku harus mengumpulkan uang dengan
hati-hati untuk saat ini.

Kubenamkan kepalaku ke dalam air dan meminumnya. Karena aku adalah seorang
skeleton, apakah aku butuh minum? Ke mana perginya air yang kuminum? Yang lebih
penting, apakah aku bisa merasakan airnya?

Aku takkan mempedulikan hal-hal kecil itu lagi. Kepalaku sudah mulai memanas.
Meskipun aku yang saat ini tak lagi mempunyai otak. Seorang skeleton tertawa
dengan nada tinggi dalam anganku... Uups, pikiranku mulai lari dari kenyataan lagi.

Pertama, mari pertimbangkan lagi rencana untuk mencari sebuah kota. Mungkin aku
akan menemukan seseorang yang tinggal di seberang sungai. Dengan pikiran
tersebut, kupakai kembali helmku dan kembali menggunakan 【Dimensional step】.
Semenjak meninggalkan sungai, tanda-tanda jalan mulai nampak, jadi sebuah desa
mungkin tak jauh.

11 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 2
Sebuah Serangan Kejutan Tidaklah Pengecut – Bagian 1
Kami terus menuruni sebuah jalanan sepi dengan kecepatan tinggi. Suara hentakan
dari sepatu kuda menggema, seiringan dengan para penjaga di punggung kuda yang
mengawal kereta kuda berjalan berdampingan. Kereta kuda tersebut berguncang dari
waktu ke waktu saat rodanya mengenai batu-batuan di jalan.

Diam-diam kuawasi bagian belakang kereta kuda tersebut, menatap ke dalam jendela
yang menghadap ke belakang. Sungai yang berada di samping kanan jalan, dengan
permukaan air yang disinari oleh matahari terbenam, mewarnai lingkup sekitar dengan
gemerlap petang. Sebuah bukit yang sedikit condong di samping kiri, dan sekawanan
hewan dapat terlihat bergerak sejalan. Di depan sana, semak-semak kecil mulai
membatasi jalanan, dan mulai menampakkan bayangannya di kejauhan.

Hanya suara dari roda kereta kuda dan tapak kuda yang bergema, dengan tak ada
kejanggalan apapun. Akan tetapi, para pengawal terlihat jatuh ke dalam keheningan
yang berat. Itu karena situasi tak terduga yang dihadapi kelompok ini beberapa saat
yang lalu.

Lauren Ojou-sama, sebagai perwakilan dari kediaman Rubierute, hendak menghadiri


pesta yang diadakan oleh kediaman Diento. Saat kami berada dalam perjalanan
pulang, sebuah kelompok bandit menyergap kami tiba-tiba. Dengan munculnya lebih
dari dua puluh perampok, sembilan dari pengawal memecah formasi untuk menahan
mereka selama mungkin untuk menghindari kejaran.

Hanya lima prajurit dan seorang kesatria tersisa bersama dengan kereta kuda tersebut.
Serta tak ada tanda-tanda pengawal yang tadi menyusul dari belakang.

Di dalam kereta kuda, menatap pemandangan yang lewat melalui jendela, ekspresi
takut terpancar di wajah Lauren Ojou-sama. Rambut panjang berwarna merah
kecokelatannya bergoyang dengan bebas, dan terlihat telah kehilangan kilauannya
karena ketegangan dan ketakutan. Dia memiliki wajah yang kecil dan mata yang lebar,
dengan matanya yang berwarna cokelat muda memancarkan semacam perasaan
cemas.

Gadis berumur enam belas tahun itu juga mengenakan sebuah gaun mewah biru
muda, dengan pancaran sinar matahari terbenam yang masuk melalui jendela kereta
kuda, memberikan sedikit warna merah tua.

Di dalam kereta kuda, satu-satunya orang selain dirinya adalah aku, pelayannya.
Walau biasanya ini adalah tempat untuk pembicaraan santai, kini tak satu pun dari
kami yang bicara.

Setelah beberapa saat, kecepatan kereta kuda ini menurun, lalu terdengar suara
ringkikan kuda. Jendela kusir kudanya terbuka, dan dia mengucapkan maaf.

“Maaf, Ojou-sama. Kudanya sudah tak bisa lagi meneruskan, jadi mulai sekarang anda
harus berjalan kaki.”

Dari saat para bandit itu menyergap hingga sekarang, kuda-kuda tersebut telah terus-
12 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
menerus menarik keretanya. Kelihatannya mereka telah mencapai batasnya. Seperti
yang sudah diduga, ini adalah tugas yang berat walau untuk empat kuda. Tapi, di
samping itu, kuda sang kesatrialah yang paling menderita.

Ketika aku menengok di balik jendela, aku melihat lelaki paruh baya sedang mengikat
kudanya di sebelah kereta kuda. Dia adalah salah satu kesatria yang bekerja di bawah
kediaman Rubierute, Maudlin-sama. Pengawal yang lainnya berkumpul di dekatnya.

Maudlin-sama telah selesai mengusap keringat di leher kudanya dengan handuk.


Rambutnya pendek dan rapi, dan dia menumbuhkan kumis yang terurus dengan baik.
Walaupun tubuhnya tertutup oleh light body armor, namun tingginya dapat
mencerminkan otot kuat di baliknya.

“Maudlin-sama, apakah para bandit itu menyerah?”

Dari jendela kereta kuda, aku bertanya sembari menatapnya.

“Aku ragu karena jumlah orang yang kukirim untuk mengurus para bandit itu terlalu
sedikit, tapi karena tak ada yang mengejar, mungkin kini sudah aman. Mohon,
sampaikan hal tersebut, kepada Ojou-sama.”

Sebagai jawaban, Maudlin-sama memberikan sebuah seringai meyakinkan.

“Apakah benar begitu? Akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang setelah
mendengarnya.”

Aku menatap ke jalan di depan kereta kuda.

Semak-semak yang tadi berjejeran sejalur dengan jalan kini mulai tercerai-berai
searah jalan. Daerah perbukitan yang terlihat dari jalan kini telah berada dalam jarak.
Saat aku menatap semua itu, aku tak bisa apa-apa namun hanya merasakan sebuah
aura mencekam dari belakangku. Perasaan yang menusuk ini sampai membuat alisku
terangkat.

Setelah melihat ke arahku, Maudlin-sama juga dengan waspada melihat ke sekeliling.


Sejenak kami menyadari sesuatu, suara anginnya berubah sembari banyak anak panah
yang melesat ke arah kami.

“Goha—“

Dengan suara yang lantang saat mereka menembus daging, dua anak panah mengenai
kusir kuda. Saat itu juga, roda kereta kuda ini membentur sebuah batu di jalan,
membuatnya terguncang dan terlempar. Mayat kusir kuda tersebut lalu menyangkut
rodanya, menghalanginya untuk bergerak.

Setelah itu, anak panah yang tak terhitung jumlahnya melesat dari semak-semak,
mengenai dua pengawal.

“Sial! Serangan kejutan lainnya?! Bagaimana hal ini bisa terjadi!!”

13 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Tiba-tiba muncul dari punggung bukit di sebelah jalan, dengan suara rengekan kuda,
enam bandit menyerang karavan. Anak panah yang tertancap di tubuh para pengawal
membuat bandit berkuda tersebut muncul secara tak terduga. Dua pengawal tertancap
lagi oleh anak panah, dan yang lain telah tumbang oleh para bandit dengan cepatnya.
Sejenak Maudlin-sama memukul mundur bandit yang mendekat dengan pedangnya,
dua orang muncul dari dalam semak untuk mengambil kuda yang tak bertuan.

“Rita-dono! Kereta kudanya!!”

Mendengar suara dari Maudlin-sama, aku pun akhirnya tersadar. Aku pun melompat
keluar dari dalam kereta dan menendang tubuh kusir yang menghalangi rodanya.
Dengan roda belakang yang tak lagi terhalangi, kereta kudanya sudah bisa bergerak
lagi.

Aku mencoba untuk menaiki kursi kusir yang ternoda oleh darah, namun malah
seragam pelayanku ditarik dari belakang, membuatku terjatuh ke tanah. Punggungku
membentur tanah dengan keras, dan semua udara di dalam paru-paruku tersedak
keluar. Dari sudut mataku, kulihat salah satu pengawal tumbang.

Bandit yang menarikku kini telah berada di hadapanku. Dia memasang senyuman
vulgar di wajahnya.

“GUAAAA!!!”

Saat itu juga, terdengar sebuah suara maskulin yang kesakitan. Saat kulihat ke arah
suara tersebut berasal, kejadian yang tak terduga terjadi di depan mataku.

Salah satu pengawal di belakang Maudlin-sama menancapkan pedangnya di antara


salah satu celah dari armor Maudlin-sama. Wajah Maudlin-sama berbalik dengan cepat.

“Casuda!? Jadi ini adalah siasatmu!!”

Setelah ditusuk dari belakang, Maudlin-sama mencoba membalikkan badannya untuk


menebas mantan pengawal Casuda. Akan tetapi, musuhnya yang menaiki kuda,
dengan senyum menyeramkan, mengambil kesempatan ini untuk menjatuhkannya.

Dengan cepat, seorang bandit dengan tubuh yang sedikit lebih baik dari lainnya turun
dari kudanya dan menusuk leher Maudlin-sama dengan pedangnya. Darah memancar
keluar, dan tanah di sekitar Maudlin-sama terwarnai merah.

“Hei, keluarkan Ojou-sama itu dari dalam keretanya dengan lembut.”

Bandit bertubuh agak kekar itu memberikan perintah ke lainnya sembari menunjukkan
gigi kuningnya. Dia memiliki tubuh yang bidang yang dilengkapi dengan rambut
panjang yang diikat di belakangnya, dengan sebuah janggut acak-acakan yang
menutupi rahangnya dan membuat lehernya tak terlihat. Dia menggenggam sebilah
pedang bermata satu dengan satu tangannya yang berbekas luka lama. Lelaki ini
sepertinya adalah pemimpin para bandit ini.

14 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Menuruti perintahnya, bandit yang lain turun dari kudanya dan berjalan ke kereta.
Pintu kereta dibuka, dan Lauren Ojou-sama pun ditarik keluar.

“Tidaak! Lepaskan aku!!”

Meskipun Ojou-sama melawan dengan putus asa, menggoyangkan badannya,


tangannya telah terikat oleh para lelaki itu. Aku pun di bawa dengan gaya yang sama
dan di tarik.

“Hey! Hati-hati ketika melepaskan baju mereka! Kita bisa menjualnya dengan harga
yang tinggi!” Pemimpin bandit itu berteriak kepada dua orang yang menahan Ojou-
sama.
“Bos, karena aku yang membunuh orang itu, bolehkah aku mencicipinya..?” salah satu
bandit yang tengah melepaskan baju Ojou-sama bertanya ke pimpinannya.
“Goblok!! Akulah yang pertama memasukkannya!! Kalian bisa bergiliran setelah aku
selesai!!”
“T-tunggu sebentar! Akulah orang yang memberitahu kalian, jadi akulah yang
pertama!!”

Casuda si mantan pengawal menentang keras bos bandit itu. Bos itu menatapnya balik
dengan mata menyeramkan, dan lalu dengan santai mengayunkan pedangnya ke leher
Casuda.

“Gayhu!?”

Sebuah jeritan lemah terdengar dari si pengkhianat saat sebilah pedang menembus
hingga ke belakang kepalanya. Casuda tumbang layaknya sebuah boneka yang talinya
terputus, sedang bandit yang lain hanya menonton dengan senyum kecut di wajah
mereka.

“Sejak dari awal aku takkan berbagi!”

Sembari bos itu mengatakan hal tersebut, dia menendang kepala mayat tersebut.
Dengan suara keras, tengkoraknya hancur saat lehernya terbalik mengarah ke arah
matahari.

“Hii!”

Ojou-sama berteriak kecil melihat hal ini. Sebuah noda kuning tersebar di celana
dalamnya, dan air seni mengalir di bawahnya.

“Auhh, gadis ini kencing di celana!”

Mendengar rengekan bandit yang menahan Ojou-sama, para lelaki di sekeliling mulai
menertawainya.

“Kita tak bisa menjual daleman yang kotor, buang saja.”

15 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Mendengar perkataan si bos, daleman yang kotor itu dilepas dengan cepat. Bagian
intim Ojou-sama yang basah terpampang jelas di hadapan para lelaki.

“Tidaaak!!! Lepaskan!!”

Putus asa mencoba untuk menghindari tatapan para lelaki, dia mengayunkan kakinya
mencoba untuk melepaskan diri. Akan tetapi, si bos menyuruh salah satu bandit untuk
memegangi kakinya, sembari dia melepaskan celana dalamnya dan mengumbar bagian
kotornya.

“Hentikan! Apa kalian tahu apa yang akan terjadi jika kalian melakukan hal semacam
itu!!” aku menyerukan kemarahanku ke para lelaki itu.
“Daripada mengkhawatirkan orang lain, sebaiknya kau pikirkan dirimu sendiri dulu!”

Sembari salah satu orang yang memegangku mengatakannya, dia merobek seragam
pelayanku tanpa peduli. Braku juga dirobeknya, dan satu payudaraku terpampang
jelas. Aku menutupinya dengan cepat, namun aku lalu dijatuhkan ke tanah dengan
kasar.

“Aku akan membuatmu merasa nikmat bersama dengan Ojou-sama di sana, hahaha!”

Saat lelaki itu tertawa, sebuah gelombang udara yang anyir menyentuh wajahku. Lalu
dia mulai membuka celananya. Kedua tanganku ditahan oleh salah satu lelaki, sedang
kakiku ditahan oleh yang lain. Saat benda itu berada di atasku, bosnya mulai bersiap
untuk memasukkan bendanya ke dalam daerah intim Ojou-sama dalam sekali jalan.

Saat itu juga – sebuah bayangan besar muncul di belakang para bandit.

Hal ini terjadi dengan sangat cepat. Seorang kesatria perkasa berdiri di belakang bos
bandit yang tengah di atas Ojou-sama.

Dengan sebuah armor yang bersinar dengan sebuah perak menawan dengan corak biru
dan putih dan berhiaskan dengan detail terbaik, dia muncul layaknya seorang kesatria
suci dari sebuah cerita dongeng. Mantel hitam pekat yang terhembus di belakangnya
terlihat seperti terbuat oleh langit berbintang. Penutup helmnya menutupi mukanya,
dan, alhasil, ekspresi dan emosinya benar-benar tak terlihat.

Pedang yang terangkat di tangan kanannya terlihat memanjang tak terkira, dan
berisikan dengan sebuah hawa menakjubkan saat pedang itu berkilau dengan cahaya
ungu misterius.

Pedang kesatria itu melesat ke arah bos dan bandit yang menahan kaki Ojou-sama.
Pedang itu melesat layaknya ia bisa memotong angin, dan menghasilkan sebuah jejak
cahaya pada ayunannya. Kesatria itu mengambil langkah besar, dan dengan sebuah
ayunan membalik, pedang itu mengeluarkan gelombang cahaya lainnya. Lengkungan
pedang tersebut terlihat menutupi langit saat segaris cahaya bergelimang di antara dua
orang yang menahan perut Ojou-sama.

–Semua hal tersebut terjadi dalam hitungan detik.


16 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Setelah semua itu, tubuh bagian atas bos itu pun jatuh. Para bandit yang menahan
kaki kini tak lagi memiliki apapun di atas lehernya, kepala mereka menggelinding di
tanah menghadap ke arah terbitnya matahari. Para bandit yang menahan perut,
kepalanya terbelah menjadi dua, darah yang mengucur sangat deras menutupi semak-
semak di sekitar, mewarnai pemandangan yang telah berwarna oleh matahari
terbenam semakin merah.

Tubuh bagian atas bos itu terjatuh di dekat Ojou-sama, dan dengan setengah terkejut
dia menendangnya. Tubuh bagian bawah yang tersisa mengeluarkan sebuah carian
putih awan dari sebuah benda tertentu yang masih terangsang dalam genangan darah.

17 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Untuk lelaki yang mengeluarkan benda menjijikkannya sembari memegangi perutku
dan lelaki yang menahanku, otak mereka akhirnya sadar akan sesuatu yang tak masuk
akal yang terjadi.

“Uwaaaah!!! M-monsteeer!!!”

Dua lelaki tersebut terbirit-birit melarikan diri, namun lelaki yang telah melepaskan
celananya tersandung, dan jatuh di dekatku. Sebelum aku menyadarinya, ujung

18 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
pedang kesatria itu telah tertancap, dan lelaki itu mati di tempat seperti seekor katak
yang diinjak.

Kesatria perak itu mencabut pedangnya dari mayat lelaki itu, dan berbalik ke arah
lelaki yang tengah melarikan diri. Perlahan, dengan satu langkah, dia mengayunkan
pedangnya, melesatkan sebuah gelombang cahaya sekali lagi. Dalam semua arti, dia
seperti baru saja memotong udara di depannya, sedang lelaki yang tengah melarikan
diri telah menjauh. Akan tetapi, tubuh bagian atas dan bawah lelaki tersebut terpisah,
terjatuh ke tanah.

Hingga semua bandit tersebut menjadi tumpukan mayat, kesatria tersebut tak berkata
apapun; aku hanya terduduk di sini dan berkedip tiga kali. Dengan sebuah ayunan
ringan, kesatria perak tersebut menyarungkan pedangnya. Lalu dia menatap ke arah
kami, dan sebuah suara yang agak redam dapat terdengar dari dalam helmnya yang
benar-benar menutupi ekspresi wajahnya.

19 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 3
Sebuah Serangan Kejutan Tidaklah Pengecut – Bagian 2
Bagiku, jalur yang searah dengan tepi sungai tak terasa seperti jalan sebenarnya.
Hanya saja tanahnya datar, dan satu-satunya yang menandainya sebagai jalan adalah
sebuah jejak roda kereta kuda. Aku mengikuti arus sungai menggunakan
【Dimensional step】.

Hingga aku melihat sebuah kereta kuda yang berhenti di depanku.

Akhirnya aku dapat bertemu dengan penduduk dunia ini, tapi ada sesuatu yang salah.

Untuk menyelidikinya, aku bergerak ke lokasi di dekatnya, dan memeriksa kereta kuda
tersebut. Seorang pria bertubuh besar terlihat tengah menusukkan pedangnya ke arah
seorang pengawal. Di tanah, tergeletak mayat dari lima pengawal lainnya. Orang yang
berada di hadapan bandit itu tumbang, hanya ada enam bandit dan dua wanita yang
tersisa. Dilihat dari manapun, kejadian ini semakin aneh.

Jikalau aku ingin menyelamatkan kedua wanita tersebut, aku harus mengurus keenam
bandit yang takkan ragu untuk membunuh. Akan tetapi, jika aku keluar dan berkata
“Hentikan, kalian semua” tak akan menyelesaikan apapun.

Jika ini adalah game, maka perlengkapan kuatku akan membuatku aman saja jika
kutantang mereka. Tapi dalam kenyataan, hasil akhirnya bisa saja berubah melalui
kesempatan.

Hanya ada satu strategi yang pasti bisa membuatku menang, aku harus melancarkan
sebuah serangan kejutan. Semuanya akan bergantung dari berapa banyak yang bisa
kutumbangkan dari tindakan awalku. Akan tetapi, kemungkinannya akan sangat
berpihak padaku dengan rencana ini. Lagi pula aku bisa saja menggunakan
【Dimensional step】 jika seranganku gagal. Pertama, aku harus membunuh orang
yang terlihat paling kuat. Dalam pandanganku, orang yang kini kuincar telah
melepaskan celananya dan mengumbar bokong menjijikkannya.

Kuhunuskan pedangku dari sarungnya, senjata tingkat mistik, 【Holy Thunder Sword】
kini siap untuk melepaskan sedikit kekuatannya yang sanggup menumbangkan pohon
dengan sekali tebas. Oke, aku siap.

Langsung saja, aku telah berada di belakang para bandit dengan menggunakan sihir
perpindahan.

‒‒Kalau kalian menanyakan hasilnya, serangan kejutan ini berbuah sangat manis.
Lebih tepatnya, kemenangan telak.

Bahkan sebelum mereka bereaksi, empat orang telah kulumpuhkan. Dan dua yang
melarikan diri dapat kuurus dengan cepat.

Lagian sejak awal aku tak bermaksud membiarkan satu pun bandit kabur. Layaknya
aku telah memasuki keadaan bertempur, ketika aku melihat seseorang mencoba untuk
kabur, tubuhku langsung bergerak dengan cepat. Menunjukkan punggungmu kepada
seorang predator adalah dosa bagimu, ketika mencoba untuk kabur dari mereka. Itulah
20 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
mengapa aku menggunakan 【Flying Dragon slash】 untuk melancarkan serangan
terakhirnya...... Meskipun kulakukan ini untuk menyelamatkan para wanita itu, aku tak
merasakan apapun saat membunuh. Aku penasaran apakah ini efek mental? Aku mulai
melihat ke sekeliling, saat aku merasakan ragu bahwa sesuatu telah terlewatkan.

‒‒Yah, walau aku memikirkannya sekarang, sepertinya aku takkan menemukan


jawabannya......

Yang lebih penting, karena ancaman para bandit telah terselesaikan, mungkin aku bisa
membuat para wanita ini untuk menuntunku ke kota terdekat.

Untun dua wanita ini, aku sedikit bingung bagaimana aku harus terlihat di depan
mereka. Aku mencoba untuk menenangkan mereka dengan berkata.

“Apa kalian baik-baik saja?”

Aku memanggil kedua wanita tersebut, berbicara dengan nada normal, layaknya aku
adalah seorang pengembara biasa.

Nada ini sangat cocok ketika aku bermain game.

Ini adalah sikap dasar saat bermain, meskipun biasanya aku mengetik pada keyboard
terlebih dulu sebelum berbicara. Bahkan meskipun kami tak berakting, kebanyakan
orang paling tidak akan melakukannya....... kurasa begitu.

Omong-omong, latar belakang karakterku di sini adalah seorang warrior, dan aku
mempunyai kecakapan sebagai seorang holy knight. Sebuah kutukan telah merubahku
menjadi seorang skeleton, maka dari itu aku berkelana untuk mencari cara
menyembuhkannya. Aku adalah seorang warrior yang baik di awal 40 tahunan... itulah
latar belakang yang telah kusiapkan jika ditanyai.

Salah satu wanita tersebut masih seorang gadis, dan memiliki rambut berwarna
kemerahan. Dia duduk tercengang di sana, bermandikan darah para bandit. Sungguh,
sangat menyedihkan......

Wanita lainnya adalah seorang berumur 20an dan mengenakan sisa-sisa seragam
pelayan. Dia memiliki rambut ikal pendek berwarna merah, dan menatapku dengan
mata cokelatnya yang tajam. Bajunya rusak parah di sekitar dadanya sembari dia
mencoba untuk menutupi payudaranya dengan tangannya. Tak banyak darah korban
yang menodainya.

“Kalian harus membasuh tubuh kalian di sungai. Aku akan membereskan sisanya saat
kalian membasuh tubuh kalian.”
“I-iya, terima kasih banyak. Saya akan menuntun Ojou-sama ke sana.”

Menuruti perintahku, pelayan berambut merah tersebut masuk ke dalam kereta dan
mengambil beberapa pakaian, lalu dia menutupi si gadis, yang ia sebut Ojou-sama,
dengan sebuah kain dan menuntunnya ke tepi sungai.

21 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Lalu aku melihat sekeliling lagi.

Keseluruhan, di sini terdapat 6 tubuh bandit, dan 7 pengawal. Sebuah kejadian yang
mengerikan. Ini seperti menonton sebuah adegan kecelakaan mengerikan dari sebuah
drama TV luar negeri. Juga ada 12 kuda, tak termasuk dengan yang terikat dengan
kereta kuda. Dilihat dari pelana dan perlengkapan lain pada kudanya, 6 dari mereka
kelihatannya milik para bandit.

Sebuah kuda pada masa seperti ini pasti sangat mahal. Pastinya semahal sebuah mobil
modern. Menjual keenam kuda yang dimiliki oleh para bandit pasti sudah bisa
menutupi biaya perjalananku. Apakah aku juga bisa mendapat uang dari menjual
senjata mereka? Senjatanya pasti juga cukup berharga, secara benda-benda tersebut
pada dasarnya adalah logam.

Kuputuskan untuk membuang armor kulit yang kelihatannya tak terlalu berharga,
lagian kebanyakan mereka ternoda oleh darah.

Aku merogoh salah satu tubuh bandit untuk beberapa saat. Sesuatu seperti sebuah
kantung kulit terikat di pinggangnya. Aku lepaskan ikatannya untuk memastikan isinya,
4 keping perak berukuran sekitar koin 100 yen, dan 15 keping dengan beragam warna
berukuran sekitar koin 15 yen. Sebuah tanda yang sama juga tergambar di benda-
benda tersebut.

Sepertinya ini adalah uang yang digunakan di sini. Koin perak dan perunggu?
Membandingkannya dengan koin yang kalian lihat di Jepang, membuatku tak bisa
berkata-kata. Jadi inilah yang disebut harta kekayaan.

Setelah beberapa saat, aku yakin aku telah mengambil semua barang berharga milik
para bandit.

Setengah tubuh bagian bawah si bos yang mengambang dalam kubangan, punya 6
keping emas yang berukuran koin 1 yen. Kemungkinan ini adalah koin emas, meskipun
kecil, namun cukup berat.

Dari semua bandit, aku mendapatkan 6 emas, 31 perak, dan 67 perunggu. Mungkin ini
angka yang cukup kecil, tapi aku tak bisa menganggap seperti itu tanpa mengetahui
harga sesuatu.

Di sini terdapat 6 pedang, 1 senjata seperti gada, dan 3 belati.

Senjata-senjata tersebut kukumpulkan ke dalam sebuah kantung yang kutemukan di


salah satu kuda milik bandit. Mayat para bandit kutumpuk di pinggir jalan. Apakah aku
sudah terbiasa dengan kejadian ini dari adegan drama luar negeri yang kutonton? Saat
kusadari perbedaan sifatku ini, aku merenungkannya.

Kulancarkan 【Flame】 ke arah tumpukan mayat. Melalui tanganku seperti pelontar api,
sebuah pancaran api menghanguskan tumpukan mayat bandit.

Saat mereka menjadi abu, mereka akan berguna untuk tanaman sebagai pupuk.

22 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Tiba-tiba aku melihat, sebuah perunggu terjatuh di dekat kobaran api.

Aku mengambilnya dan melemparkannya ke dalam kobaran api, aku tak tahu apakah
di sini ada peri dari sungai Styx atau tidak, tapi setidaknya salah satu dari mereka
mestinya bisa menyeberangi sungainya sekarang.

Saat kulihat kobaran api dan asap yang terbang ke ada, dua wanita tersebut kembali.

Ojou-sama berambut cokelat itu segera kembali ke dalam kereta, akan tetapi, raut
mukanya terlihat membaik. Si pelayan mengeluarkan sebuah tas kulit yang terikat di
belakang kereta dan mengambil beberapa pasang kain dari sana.

“Tubuh para bandit telah aku kremasi, apakah kau ingin aku melakukannya pada para
pengawal juga?”

Aku menanyakannya tentang perlakuan terhadap mayat-mayat tersebut. Dia terdiam


sejenak, dan memikirkannya.

“Tubuh mereka akan dibawa pulang nanti oleh prajurit lainnya. Hanya senjata dan
kuda-kuda yang akan dibawa pulang, terima kasih telah mengurusnya.” Jawabnya,
menunduk dengan sopan.
“Baiklah.”

Aku menjawab dengan sebuah jawaban singkat, dan mulai memindahkan tubuh-tubuh
itu.

Si pelayan menaiki keretanya dengan baju gantinya, dan menarik gordennya.

Kutemukan kantung lainnya, kutaruh senjata para pengawal ke dalamnya, dan


menaruhnya di belakang kereta.

Lalu kuikatkan kuda-kuda para pengawal ke kereta kuda, dengan beberapa tali milik
bandit yang kutemukan.

Sedang untuk kuda milik para bandit, lima dari mereka kuikatkan ke salah satu yang
terlihat paling kuat. Sekarang pasti akan sulit bagi mereka untuk kabur, dan aku bisa
membawa kuda-kuda ini ke kota dengan menarik ikatannya.

Kuda yang kutumpangi terlihat sedikit terganggu dengan bobot body armorku...

Setelah beberapa saat, si pelayan muncul dengan bajunya yang sudah diganti.

“Hari ini Anda telah menyelamatkan kami dari situasi yang berbahaya, kami benar-
benar berterima kasih.”

Di pelayan itu perlahan menyilangkan tangannya, dan membungkuk dengan dalam.

23 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Kebetulan aku sedang lewat di dekat sini. Tuntun aku ke kota terdekat dan kita
impas.”

Aku merasa sedikit bersalah telah memanfaatkannya seperti itu, tapi perjalanan ke
kota kini telah menjadi tujuan yang kami sepakati.

“Terima kasih banyak!”

Si pelayan, tanpa menyadari maksudku, memasang wajah senang, sembari dia


berterima kasih lagi kepadaku dan menaiki kursi kusir kereta kudanya.

Saat kereta tersebut mulai bergerak perlahan, aku menumpangi kudaku di


sampingnya. Kuda-kuda lainnya kutarik dengan tali, dan perlahan mengikuti dari
belakang.

24 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 4
Kota Pertama, Rubierute - Bagian 1
“Saya mengerti mungkin ini terlambat, namun izinkan saya memperkenalkan diri,
nama saya Rita Farren. Saya adalah pelayan dari Lauren Roberts, anak perempuan dari
kediaman bangsawan Ruberiete.”

Sembari mengendarai kereta kudanya, Rita sedikit menganggukkan kepalanya sebelum


berbicara kepadaku. Mata cokelatnya terpaku padaku. Sebenarnya, dia telah
menunggu semacam perkenalan diri.

“Hmm, aku adalah seorang pengelana. Kau bisa memanggilku Arc.”

Aku memperkenalkan diriku dengan kasar dan kembali memperhatikan jalannya. Tentu
saja nama itu adalah nama karakter gameku. Dalam tubuh ini, kurasa menggunakan
identitas itu adalah tindakan yang paling cocok.

Namun tetap saja, aku tak percaya gadis dalam kereta ini adalah seorang bangsawan.
Meskipun aku telah berencana untuk tak terlalu menampakkan diri, kurasa rencanaku
kini berada dalam ambang kehancuran. Aku harus cepat membuat pergerakan, atau
aku akan terlibat dalam masalah lainnya.

“Arc-sama, apakah mungkin tujuan anda adalah Rhoden?”

Rhoden? Apakah Rhoden adalah sebuah wilayah? Atau sebuah negara? Aku tak tahu.

Nama itu tak pernah disebutkan di dalam game.

“Tidak, sebagai seorang pengelana, aku hanya mengembara. Jadi menentukan suatu
tujuan...... akan mencegahku untuk bepergian jauh.”

Sembari mengatakan jawaban yang pas, aku menatap bukit yang bermandikan cahaya
petang, berharap akan membuat hawa yang menenangkan.

“Benarkah begitu? Kami sedang menuju ke kota Rubierute, yang dikuasai oleh ayah
Lauren Ojou-sama. Buckle-sama pasti akan senang mendengar pemberantasan bandit
ini, jadi apakah anda berkenan ikut dengan kami menuju kediamannya?”

Tipu muslihatmu menggunakan ayah yang khawatir sungguh cerdik, kau bahkan bisa
mengeluarkan kata-kata hangat dan senyum yang ramah itu. Akan tetapi, aku akan
menolak ajakan tersebut. Tak ada untungnya bagiku untuk bertemu seorang pemimpin
feodal.

Lagian, aku tak bisa melepaskan helmku. Aku tak bisa menyambut seorang aristokrat
sambil menggunakan helm ini. Bahkan di waktu modern, kau tak bisa bertemu dengan
seorang gubernur sambil memakai sebuah topeng penutup muka. Faktanya, di
duniaku, kau bahkan tak bisa berbicara dengan seorang kasir toko dengan
menggunakan masker.

Aku harus menggunakan segala upaya untuk menghindari pertemuan ini.


25 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Aku hargai tawaranmu, tapi penghargaan bukanlah hal yang aku incar. Perasaanmu
saja sudah lebih dari cukup.”
“Tak mendapat apa-apa, bahkan setelah menyelamatkanku dan Ojou-sama......
Buckle-sama pasti akan kecewa dengan hal ini......”

Dia mengatakannya dengan memaksa. Aku dalam keadaan yang tak menguntungkan.
Ekspresi wajahnya mengatakan bahwa dia takkan menyerah hingga aku mendapatkan
sebuah hadiah atau semacamnya. Aku harus memikirkan sesuatu. Tapi apakah ada
sesuatu yang bagus untuk kukatakan......

“Baiklah, sebagai seorang pengelana, aku akan sangat berterima kasih untuk sesuatu
yang akan memudahkan perjalananku.”
“Berkelana......, ah, anda bisa mengambil ini jikalau mau. Hanya para bangsawan yang
bisa menggunakan paspor perak, jadi aku hanya mempunyai yang perunggu.
Menunjukkan benda ini dalam suatu wilayah, mestinya akan mempermudah masalah
yang anda hadapi saat berkelana.”

Dari sebuah kantung di dada dia mengeluarkan selembar perunggu yang sedikit lebih
kecil dari sebuah kartu bisnis. Lalu dia mengulurkan tangannya untuk memberikannya
kepadaku, yang sedang menunggangi kuda.

Aku menerimanya, dan kusadari sebuah lambang keluarga di tengahnya yang


bertuliskan dengan sesuatu di sekitarnya.

“Terima kasih banyak.”

Aku berterima kasih kepadanya, sebelum menaruhnya ke dalam kantung berisikan


barang lainnya. Saat aku melakukannya, dia berkata.

“Arc-sama, saya bisa melihat Rubierute.”

Saat kulihat ke arah suaranya, tampak sebuah kota dari kejauhan.

Air dari sungai mengalir di sekitar perbatasan kota, disalurkan melalui sebuah parit
besar.

Mungkin lebar paritnya sekitar 3 meter?

Sebuah ladang gandum terbentang di salah satu bagian parit, dan saat angin
berhembus, sebuah gelombang gandum terbentuk. Ladang tersebut juga dikelilingi
oleh sebuah parit kecil tersendiri.

Dinding kotanya terlihat terbuat dari batu yang kokoh, dengan tinggi mungkin 5 meter?
Jika kau bandingkan dengan sebuah dinding kastil mungkin terlihat kurang
meyakinkan, tapi untuk sebuah kota, dinding ini sudah cukup kokoh.

Aku penasaran apakah kota sebesar ini di zaman pertengahan seperti ini sudah biasa?

26 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Gerbang kotanya terlihat lebar 5 meter, dan menara pemantau dibangun di kedua
sisinya. Di sana terdapat beberapa penjaga di dasar menara, penjaga yang berdiri dan
melihat sekeliling. Di depan gerbang, terdapat sebuah jembatan batu, namun itu
bukanlah sebuah jembatan kerek yang biasa kulihat dalam game.

Klon〜teng, Klon〜teng.

Dari tengah kota sebuah lonceng malam berdering, menggema di sekitar hingga
terdengar dari sini.

“Arc-sama, tadi adalah lonceng penutupan gerbang. Kita harus bergegas.”

Meski lonceng penutupan gerbang telah berbunyi, gerbangnya tidak langsung tertutup.
Sebelum gerbangnya menutup, kami harus membuat kereta kudanya mendekat ke
gerbang. Meskipun karena ini adalah kereta kuda milik pemimpin feodal, mereka pasti
akan membuka gerbangnya lagi, namun itu adalah pekerjaan yang merepotkan bagi
para penjaga.

Kelihatannya kami berada di gerbang sebelah Timur. Lalu aku melihat semua penjaga
telah berdiri di sekitar dengan membawa tombak. Salah satu penjaga menyadari wajah
Rita, dan mulai berlari mendekati kami.

“Rita-dono! Siapa dia?! Apa yang terjadi dengan para pengawal dan Tuan Maudlin!?”

Satu demi satu penjaga bertanya-tanya. Penjaga yang berlari mendekati kami mungkin
adalah kaptennya karena hanya dialah yang mengenakan sebuah helm.

“Di jalan sana kami disergap oleh bandit, sekitar satu jam yang lalu. Sayang sekali,
Maudlin-sama dan pengawal lainnya tumbang di tangan para bandit. Arc-sama muncul
dan berhasil membunuh bandit yang tersisa."
“Apa!?”
Kapten penjaga itu menatap di antaraku dan Rita dengan ekspresi heran. Setelah
mendengar ceritanya, penjaga yang lain menjadi ribut.

“Kami telah mengamankan tubuh Maudlin-sama dan pengawal lainnya, aku


memintamu untuk membawa mereka kembali. Aku akan membawa Ojou-sama kembali
ke rumah, dan melapor ke Buckle-sama.”
“Siap! Saya akan segera menyiapkan sebuah unit pengumpul mayat. Kami meminta
anda untuk mendapatkan izin bertindak dari Buckle-sama.”

Setelah memberi hormat, si kapten mulai berlari dan memberikan perintahnya.

Setelah Rita melihatnya, dia turun dari kursi kusir dan menunduk padaku lagi.

“Arc-sama, sekali lagi terima kasih untuk kali ini dan sebelumnya. Jikalau ada sesuatu
yang anda butuhkan, mohon kunjungi kediaman tuan kami dan tanyakan pada pelayan
pribadi Ojou-sama, Rita Farren. Saya berjanji, saya akan membantu anda sebisa
mungkin.”
27 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Aku mengerti. Apakah kau tahu di mana aku bisa menjual kuda-kuda ini dengan harga
yang bagus?”

Aku mengatakannya sambil menunjuk ke arah barisan kuda yang kuambil dari para
bandit. Mengambil keenam kuda itu tak usah ditanyakan lagi. Aku akan menjual
mereka, tapi aku tak tahu di mana untuk menjualnya.

“Kalau perdagangan kuda, di sana ada sebuah tempat bernama kandang Danto di
dekat gerbang Timur. Kurasa anda akan segera dilayani jika anda menyebut nama
saya.”
“Baiklah, kalau begitu, jaga diri kalian.”
Masuk dari gerbang Timur, dia menuntun kereta kudanya ke jalur kiri, sedangkan aku
ke jalur kanan yang tadi ia tunjukkan.

Tempat yang aku kunjungi adalah sebuah bangunan dari kayu dengan sebuah kandang
di sampingnya. Tanda tokonya, yang diukir dengan sebuah gambar kuda, terpampang.
Setelah mengikatkan kuda-kudanya di pos terdekat, aku memasuki kandang yang di
dalamnya terdapat seorang lelaki. Lelaki tersebut tidak tinggi, mungkin hanya sekitar
160 sentimeter, dan mempunyai perawakan yang kekar. Dia juga botak dan
mempunyai sebuah jenggot yang tumbuh hingga ke dadanya.

“Permisi, aku ditunjukkan ke tempat ini oleh Rita dari kediaman Rubert. Aku ingin
menjual beberapa kuda.”

Saat kukatakan pada lelaki tersebut apa yang kuinginkan, dia sedikit terkejut, namun
setelah melihat dengan cepat dari kepala hingga ujung kaki, dia tersenyum.

“Kalau benar begitu. Saya adalah pemilik kandang ini. Apakah anda memiliki sebuah
surat pengenal, Danne-sama?” [TL Note: Di sini, Danne-sama maksudnya adalah tuan
pembeli, namun kalau di terjemahkan menjadi kurang pas, jadi saya tulis saja sesuai
dengan yang asli.]
Pemilik kandang memasang tampang bertanya-tanya, mencoba untuk mengetahui
maksud dari perkataanku. Aku tak tahu apakah aku salah sebut, tapi ini adalah suatu
tempat yang disarankan oleh seorang pekerja pemimpin feodal. Karena hubungan
itulah, harus ada kepercayaan.

“Ojou-sama kediaman Rubert telah diserang oleh para bandit. Aku datang membantu
mereka. Keenam kuda bandit tersebut adalah jarahan pertempuran. Kau lihat?”
“Apa! Lauren-sama!? Diserang oleh para bandit yang menggunakan 6 kuda...... Paman
ini tak mendengar sesuatu seperti itu...... Akan tetapi, mari lihat dulu kuda-kudanya.”

Danto mengikutiku ke luar sembari mengelus jenggotnya, untuk melihat kuda yang
telah kuikat. Dia mengabil sebuah lampu dari meja depan dan melihat ke arah setiap
kuda sekali.

“Aku akan membayar 45 suk untuk yang satu ini, 30 suk untuk yang lain, dan 1 suk
untuk semua pelananya.”

Aku tak mengerti satuan unitnya ataupun harganya, tapi mungkin itu sudah cukup

28 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
untuk menutupi biaya perjalananku. Aku mengangguk dengan jumlah yang ditawarkan,
terima kasih karena full body armor ini menutupi pikiran di dalamku.

“Terima kasih banyak. Karena kami harus membayarnya dalam emas, mungkin akan
makan sedikit waktu. Hey, bocah! Masukkan kuda-kuda ini ke dalam!”

Setelah dia membungkuk, dia berteriak ke belakang kandang. Dua bocah keluar dari
kandang dan membawa kudanya bersama mereka.

Setelah menunggu beberapa saat, si manajer muncul lagi dengan sebuah tas besar.
Kami membawa tas tersebut ke sebuah meja jadi aku bisa memastikan isinya. 10
keping emas dengan ukuran koin 1 yen tertumpuk. Kelihatannya suk adalah satuan
untuk koin emas. Di dalamnya terdapat 19 tumpukan emas dan 6 tumpukan perak
seluruhnya.

“Semuanya 196 suk, anda bisa memeriksanya sendiri.”

Kuhitung jumlah pastinya, dan kujatuhkan beberapa koin ke atas meja untuk melihat
apakah mereka jatuh pada saat yang sama. Sepertinya tak ada masalah.

Kutaruh kembali mereka ke dalam kantung yang kupunya. Aku merasa bobotnya
menjadi berisi. Meskipun koin emasnya kecil, bobot mereka sekitar satu koin 500 yen.
Walau aku yakin itu bukan emas murni, uang ini masih saja berat.

“Terima kasih atas kerja samanya. Omong-omong, apa kau tahu di mana
penginapannya?”
“Sebuah penginapan ya? Di sana ada tempat Mara di jalan utama di dekat pusat kota...
Apakah Tuan belum mendapat penginapan yang cocok untuk tinggal?”
“Aku seorang pengelana, jika ada sebuah tempat untuk berbaring, itu sudah cukup
buatku.”

Aku berterima kasih pada manajer kandang dan mulai berjalan ke arah pusat kota.
Hari telah benar-benar malam dan wilayah sekitar diselimuti dengan kegelapan.
Terkadang, aku dapat melihat orang berjalan tergesa-gesa, namun jumlahnya semakin
berkurang seiring waktu berlalu. Akan tetapi, setiap ada orang yang lewat, mereka
terkagum. Tak dapat dipungkiri, seorang lelaki mengenakan full body armor sedang
berjalan-jalan di malam hari pasti menakutkan.

Aku menemukan sebuah jalanan padat sekitar 10 meter dari pusat kota. Di kota
Rubierute, nampaknya gerbang hanya terdapat di bagian Timur dan Barat. Akan tetapi,
jalanan di sebelah Selatan kelihatannya tidak terhubung dengan jalan utama.

Bangunan kayu dua-lantai berjejeran di samping jalan, dan beberapa toko


memancarkan cahaya. Tempat di mana terdapat ukiran gentong di tandanya mungkin
adalah sebuah bar, karena aku dapat mendengar keributan dan keriuhan dari orang-
orang di dalamnya.

Aku mencoba untuk memanggil seorang pemabuk yang berada di luar bar.

29 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Hey, aku sedang mencari tempat Mara. Kau tahu di mana itu?”
“Tuan Kesatria Be-bercahaya, I-itu Itchu adalah bangunan di sana!”

Tertelan dalam dunianya sendiri, dia menunjuk ke sebuah bangunan di seberang jalan.
Aku berterima kasih ke lelaki itu lalu masuk ke dalam bangunan di mana suara lonceng
pintu berbunyi. Suaranya membuat seorang pria paruh baya muncul di balik counter.
Pria tersebut membuka matanya lebar ketika dia melihatku dan mendekat.

“Wah, wah, wah, seorang kesatria ada di sini! Ada urusan apa anda datang ke
penginapan kecil ini?”
“Hm, aku kemari untuk menyewa satu ruangan untuk menginap.”
“Eh!? Se-seorang tamu? Di penginapanku?!”

Si penjaga penginapan sangat terkejut, dilihat dari suaranya yang melengking


beberapa saat. Yah, lagian penampilan luarku adalah seorang kesatria. Ketika aku
menunjukkan persetujuan, si penjaga penginapan dengan canggung menyerahkan
kunci kamarnya.

Harga untuk satu malamnya adalah satu keping perak. Kayu bakar dan makanannya
seharga 1 suk (koin perak) per buahnya. Kau diharuskan untuk menyetel sendiri
perapiannya dan memasak makananmu sendiri, sungguh penginapan yang murah. Di
Jepang, makanannya sudah termasuk dengan menginap, konsep dari biaya yang
terpisah adalah budaya dari Barat.

Aku menaiki tangga di samping counter ke lantai dua. Ketika aku memasuki ruangan
yang dimaksud, di sana hanya terdapat sebuah jendela kayu kecil, dan kasur yang
tipis. Kutaruh lampu yang kudapat di sudut jendela, lalu aku duduk dan menarik napas.

Secara fisik, aku baik-baik saja, tapi secara mental aku kelelahan hari ini.

Aku sama sekali belum makan apa-apa seharian, tapi aku tak merasa lapar. Aku benar-
benar tak mengerti bagaimana kerja tubuh ini. Mungkin bisa saja aku tak
membutuhkan tidur, tapi lagi pula, mari kita coba.

Karena penginapan ini tak punya penjaga, sebaiknya aku tak melepaskan armorku.
Akan buruk jikalau ada orang yang menyerangku saatku tertidur.

Aku mematikan lampunya, dan terbaring di kasur dengan punggungku menghadap


dinding. Kututup mataku dan kusilangkan tanganku. Apakah mataku tertutup? Sembari
terus mempertanyakan hal semacam itu, malam terus berlalu.

30 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 5
Kota Pertama, Rubierute - Bagian 2
Setelah berpisah dengan Arc-sama di dekat gerbang timur, kukendarai kereta kudanya
ke kediaman pemimpin feodal di pusat kota. Orang-orang yang datang dan pergi silih
berganti saat malam mulai tiba.

Akhirnya, gerbang kediaman mulai terlihat. Dikelilingi oleh tembok batu setinggi 4
meter, gerbangnya terbuat dari kayu dan diperkuat dengan besi. Di sana juga berdiri
tiga penjaga yang bersiaga.

Setelah melihat lambang keluarga yang ada di kereta kuda, seorang penjaga
memberikan perintah untuk membuka gerbangnya. Ketika gerbangnya terbuka, kereta
kuda memasuki taman di depan kediaman. Aku bisa menyadari betapa gugupnya para
penjaga. Lagi pula, kereta kuda pemimpin feodal ini kembali tanpa ada satu pun
pengawal. Keenam kuda yang diikatkan ke kereta, menandakan bahwa sebuah tragedi
baru saja terjadi. Berita kepulangan kami mestinya sudah sampai kemari, karena
kepala pelayan keluarga Robert telah menanti kami di depan rumah.

“Rita Farren. Apa yang telah terjadi!?”

Si kepala pelayan memiliki rambut putih tipis dan jenggot yang tumbuh dengan baik.
Tanpa sikap lembutnya yang biasa, dia meminta penjelasan kepadaku. Ketika aku akan
menjawab pertanyaan tersebut, pintu kereta terbuka dengan keras. Lauren Ojou-sama
melompat keluar dari kereta dan bergegas masuk ke rumah.

Tindakannya membuat wajah para pelayan terlihat terkejut.

“Kami telah disergap. Aku dan Ojou-samalah satu-satunya yang berhasil selamat.
Maudlin-sama dan pengawal lainnya gugur dalam pertarungan. Aku harus
melaporkannya kepada tuan secepatnya.”

Wajah kepala pelayan membiru, sedang pelayan lainnya kehilangan kata-kata. Akan
tetapi, si kepala pelayan segera menenangkan diri dan mulai memberikan perintah.

“Rita, laporkan hal ini kepada tuan! Seharusnya saat ini dia sedang berada di ruang
kerjanya! Kalian, periksalah keadaan Ojou-sama! Aku akan beri tahu Bosco-sama
tentang hal ini!”

Ucap pelayan pria lewat paruh baya tersebut sembari dia beranjak dari tempat ini.

Saat aku memasuki rumah, kunaiki tangga tengah ke lantai dua, lalu menyusuri
koridor yang terhubung. Di ujung koridor sebelah Barat, aku berdiri di depan sebuah
ruangan yang dihiasi dengan pintu mewah. Kuketuk pintunya dengan lembut, yang lalu
tuan memberiku izin untuk masuk.

Aku masuk dengan perlahan. Sebuah meja kerja berada di tengah ruangan yang
dipenuhi oleh rak buku, dan lampu magis digunakan untuk membuat ruangannya tetap
terang. Pemilik rumah ini duduk di belakang meja kerjanya, sembari dia tengah
mengerjakan suatu catatan.

31 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Rambut tipis berminyak yang disisir ke belakang, kumis, dan wajah bulat memberikan
tuan kesan yang lembut. Akan tetapi, ketika seseorang bertatapan dengannya, mereka
akan melihat sebuah tatapan tajam seorang bangsawan. Kutatap pena bulu yang
bergerak dan cemas. Itu karena, melaporkan hasil perjalanan ini bukanlah tanggung
jawab utamaku.

“Rita, kau baru saja kembali dari Diento dengan Lauren? Apa ada sesuatu yang
terjadi?”

Aku menjawabnya dengan jawaban yang sama saat kepala pelayan bertanya padaku.

“Apa!? Lauren?! Apa Lauren baik-baik saja!!?”

Segera setelah ia mendengar laporanku, tuan rumah berdiri untuk memastikan


keselamatan putrinya. Sudah pasti dia tak bisa tenang setelah mengetahui putrinya
telah diserang.

Lalu seorang lelaki yang dalam usia primanya memasuki ruangan. Dia bertubuh
ramping, dan tingginya sekitar 180 cm. Dia memiliki perawakan rambut abu-abu,
jambang yang panjang, dan kerutan dalam di dahinya. Meskipun dia berumur 50an, dia
masih terlihat seperti seorang lelaki berusia awal 40an. Dia adalah Bosco-sama,
pengatur keamanan kediaman Robert.

“Saya telah mendengar ceritanya dari kepala pelayan. Kereta kudanya telah diserang
oleh para bandit......, menyerang sebuah kereta kuda milik keluarga terpandang,
sungguh cecunguk tak beradab. Tadi, saya pergi untuk memastikan kondisi Lauren-
sama, namun dia menolak untuk meninggalkan ruangannya.”

Kerutan Bosco-sama yang sudah dalam semakin mengkerut, saat ia memegang


dahinya dan berkata,

“Mari kita dengarkan penjelasan lebih lanjut mengenai penyergapan ini.”

Setelah mendengar Bosco-sama telah memastikan Ojou-sama baik-baik saja, aku


sedikit tenang dan menceritakan kejadiannya dengan sedetil-detilnya.

“Jadi, setelah serangan yang pertama kalian mundur dengan kecepatan penuh.
Sembilan pengawal menahan 20 bandit, dan hanya Maudlin-sama serta 5 pengawal lain
yang bersamamu, dan setelah kuda-kudanya berhenti untuk beristirahat, kalian
diserang oleh komplotan bandit kedua.”
“Apa!? Jadi ada 2 penyergapan!? Lalu Maudlin dan pengawal lainnya tewas di tangan
komplotan bandit yang kedua? Sungguh cerita yang mengerikan.”

Sembari berdiri dengan menyilangkan lengannya, Bosco-sama menanyakanku setiap


detail dari serangan tersebut. Kuceritakan semua yang bisa kuingat dari kejadian itu.

“Jadi salah satu pengawal bekerja sama dengan mereka......! Bosco, periksalah latar
belakang orang bernama Casuda itu, secepatnya. Jika dia mempunyai kenalan atau
keluarga, bawa mereka kemari!”
32 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Siap, laksanakan.”

Setelah Basco-sama menjawab, dia meninggalkan ruangan. Buckle-sama kembali ke


meja kerjanya dan terduduk dalam di kursinya.

“Sebuah kelompok bandit yang mempunyai enam kuda......, aku tak pernah
mendengar mereka.”

Tak bisa diduga, karena seseorang harus mempertimbangkan biaya perawatan dan
perbaikannya. Ditambah lagi dengan biaya makan dan minum, juga keperluan untuk
pelana dan sepatu kudanya. Pasti sulit untuk sebuah kelompok kecil bandit untuk
menjaga keenam kuda tersebut. Hanya ada satu kelompok berskala besar yang
dirumorkan bisa mengurusinya.

“Sepertinya tujuan para bandit itu adalah untuk mengambil Lauren Ojou-sama.
Kemungkinan juga mereka telah disewa......”
“Apa? ......mungkinkah itu dari faksi pangeran kedua yang mencoba untuk membuat
kekacauan!?”

Wajah Buckle-sama berubah menjadi marah dan terkejut.

Di dalam kerajaan Rhoden, faksi-faksi bangsawan semakin bersaing dalam


memperebutkan calon raja selanjutnya, karena usia raja yang kini sudah tua. Pangeran
pertama lahir dari ratu kedua, dan pangeran kedua lahir dari ratu yang pertama, dan
putri ketiga lahir dari ratu pertama. Ketiga faksi ini telah mengubah kastil kerajaan di
ibukota menjadi zona peperangan. Dalam hidupku, politik hanyalah sebuah
pembicaraan yang merepotkan, tapi kalau dipikir, di sini, di wilayah perbatasan utara,
dampak perselisihan tersebut dapat terasa.

“Berbicara mengenai penyergapan yang kedua, kau bilang ada kesatria yang muncul
dan tak meminta imbalan apapun?”
“Ya tuan, karena dia telah menyelamatkan Ojou-sama, saya berkata padanya bahwa
anda akan memberikannya hadiah......, akan tetapi dia hanya mengambil paspor
perunggu saya dan tak meminta imbalan lainnya...... Apa ada yang salah?”
“Kalau orang itu berkata demikian, ya sudah. Malahan, aku bisa bernapas lega karena
kelihatannya dia tak berurusan dengan faksi pangeran kedua. Lagi pula, aku harus
memberikan perintah untuk membawa pulang tubuh Maudlin dan pengawal lainnya.
Kau boleh keluar.”

Setelah membungkuk akan perkataan tersebut, aku pergi meninggalkan ruangan.

Bagiku, Arc-sama sama sekali tak terlihat berpihak pada faksi manapun. Orang itu
bersikap layaknya pengelana lainnya. Akan tetapi, body armornya adalah sesuatu yang
bahkan kediaman para kesatria dari kekaisaran Lebrun hanya bisa berangan-angan
untuk memilikinya, dan teknik berpedangnya yang dewa setara dengan ancaman satu
militer penuh.

Pada akhirnya, aku tak bisa melihat wajahnya. Jikalau kami bisa bertemu lagi, aku
penasaran apakah aku bisa melihatnya? Ketakutan yang selalu kurasakan setiap hari

33 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
kini telah hilang. Dalam perjalananku ke ruangan Ojou-sama, langkahku menjadi lebih
ringan.

Uups, seharusnya aku tak terlalu bersemangat. Aku harus fokus untuk membuat Ojou-
sama dapat tersenyum kembali.

Aku terus berjalan menuju ruangan Ojou-sama dengan cepat.


Chapter 6
Mencari Pekerjaan Sebagai Petualang - Bagian 1
Keesokan harinya, cahaya matahari masuk ke ruangan melalui jendela kayu.
Kuregangkan badanku yang kaku karena menyandarkan punggungku ke tembok saat
tertidur. Meskipun dengan tubuh ini aku tak lagi punya otot, ini adalah suatu
kebiasaan. Menyadari hal ini, aku berdiri dan menjulurkan leherku.

Cahaya pagi mengisi ruangan ini ketika kubuka jendelanya. Jendelanya menghadap ke
jalan utama, jadi aku sudah langsung bisa melihat aktivitas di jalanan hanya dengan
menengok keluar.

Sesuatu layaknya sebuah pasar terbuka diadakan. Aku bisa melihat orang-orang
menjual sayur-mayur dan memanggang daging, begitu juga dengan pedagang yang
menjual perhiasan dan benda seni. Tak heran, banyak pengunjung yang datang silih
berganti.

Setelah kuperiksa isi barang bawaanku dan memastikan bahwa aku masih memiliki
jumlah uang yang sama, kutinggalkan penginapan ini. Tak ada orang di counter, dan
pengunjung lainnya pergi begitu saja. Kelihatannya di sini membayar di awal adalah hal
lumrah. Sungguh model bisnis yang semrawut.

Aku memasuki jalan utama membawa sekantung senjata di punggungku. Orang-orang


di jalan menatapku dengan kagum, membuatku merasa risih. Aku heran apakah body
armor jenis ini masih jarang di dunia ini?

Mencoba untuk mengabaikannya, kutetapkan sebuah toko senjata sebagai perhentian


pertamaku.

Berjalan ke arah Barat dari jalur utama, kulihat sebuah papan diukir dengan sebuah
pedang dan kapak di antara salah satu toko. Kulihat toko itu dipenuhi dengan senjata
dan perlengkapan pelindung. Dari belakang toko, seorang pria botak paruh baya
muncul. Pria itu memasang wajah terkejut, sebelum dia mulai berbicara.

“Danne-sama, ada yang bisa saya bantu?”


“Aku ingin menjual ini. Berapa?”

Kukeluarkan senjata dari kantungku dan menaruh mereka di counter satu demi satu.
Mereka semua kecuali satu belati karena belati itu mungkin akan berguna nanti.

Pemilik toko mengambil semuanya bersamaan, jadi dia bisa memastikan kondisi setiap
senjata tersebut. Ia taruh tangannya di dagunya sembari menilai harganya, sebelum ia
melihat ke arahku lagi.
34 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“15 suk untuk pedang lengkungnya, 5 untuk setiap pedang lurus, 7 untuk gadanya,
dan 1 suk 5 sek untuk belatinya. Pedang lengkung itu layak jual jika saya asah, namun
pedang lainnya intinya sudah rusak dan perlu diperbaiki. Pada gada ini juga terdapat
kerusakan kecil, jadi saya hanya bisa menjualnya sekian.”
“Aku tak masalah.”
“Baiklah, semuanya 50 suk dan 5 sek.”

Dia pergi ke belakang dan membawa 50 koin emas dan 5 koin perak. Kutaruh uangnya
ke kantung kulitku dan mengikatnya di pinggangku.

Dari penjualan senjata dan kudanya, kini aku punya sedikit banyak uang. Penginapan
yang kusewa juga cuma seharga 1 sek semalamnya, karena 10 perak sama dengan 1
emas, aku bisa menetap di sana untuk satu Minggu hanya dengan satu koin emas.

Akan tetapi, aku tak tahu di dunia ini kapan uang akan menjadi penting. Aku harus
mencari cara untuk memastikan pendapatanku untuk jaga-jaga......

Ketika pemilik toko itu kembali setelah menaruh senjata tersebut, aku bertanya
padanya.

“Permisi, apa kau tahu di mana seorang pengelana bisa memperoleh pendapatan yang
tetap?”
“Pendapatan yang tetap? Dengan perlengkapan yang bagus, bukankah Tuan sudah
dipekerjakan sebagai seorang petualang? Para petualang biasanya tak perlu membayar
biaya untuk memasuki dan meninggalkan kota.”

Kelihatannya membayar biaya masuk dan meninggalkan kota adalah hal yang lumrah.
Karena aku memasuki Rubierute bersama kereta kuda milik penguasa feodal, aku tak
menyadarinya.

Para petualang hanya cukup menunjukkan sertifikat mereka kepada para penjaga
gerbang dan mereka akan diperbolehkan masuk. Karena tugas para petualang sering
membuat mereka keluar masuk kota, mereka dibebaskan dari ongkosnya. Anggota
asosiasi pedagang juga memiliki aturan yang sama, akan tetapi tetap bisa ditarik
ongkos tergantung pada jenis dan jumlah barang yang mereka bawa.

Aku berterima kasih kepada pemilik toko senjata lalu pergi. Guild para petualang tepat
di seberang jalan toko senjata. Di sebelahnya berdiri gedung asosiasi pedagang.

Gedung guild petualang memiliki dua lantai, dan tak ada yang mencolok dari bangunan
tersebut selain papan tanda berukir pedang dan perisai. Ketika kubuka dua pintunya,
aku melihat sebuah counter di hadap pintu masuk. Hal yang aneh darinya adalah
counter itu dikelilingi oleh jeruji besi, membuatnya terlihat seperti loket masuk kebun
binatang.

Seekor beruang berdiri di dalam kandang. Tunggu, itu adalah seorang pria, bukan
beruang. Dia memiliki sebuah jenggot tebal dan rambut hitam tipis, di sekitar mata
kirinya ada sebuah bekas luka yang besar, tangannya yang berotot tamat seperti siap
memukul, dan dadanya yang diumbar tertutupi oleh rambut.
35 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Apakah emansipasi wanita di dunia ini tertunda? Saat kulihat sekeliling, aku hanya
melihat laki-laki di lubang neraka ini.

Perlahan kudekati resepsionis yang seperti beruang itu. Si beruang bermata satu
menatapku, layaknya aku adalah musuhnya.

“Aku ingin bergabung dengan guild petualang.”

Di balik kandang, ekspresi beruang bermata satu itu berubah, ketika kukatakan
maksud kedatanganku. Hasil akhir dari perubahan itu adalah sebuah senyum lebar,
yang jelas tak pernah dipakai...... Hal tersebut memberi kesan layaknya “senyum
murahan”.

“Dilihat dari perlengkapanmu, kelihatannya kau tak punya masalah dengan uang.
Penerimaan ke dalam guild petualang termasuk dengan pemeriksaan latar belakang.
Termasuk sebuah tes kekuatan. Kalau kau bisa memburu seekor hewan buas, monster,
atau bandit berikan buktinya kemari untuk memastikannya. Mudah, kan?”

Kau bilang seekor hewan buas dengan mudahnya, tapi masih ada makhluk seperti
monster.

Saat datang kemari kulihat sekawanan hewan di area perbukitan, tapi kurasa aku tak
melewatkan satu pun monster atau jika iya, aku tak melihat mereka. Aku mengingat
kembali pemandangan masa lampau. Lagian, salah satu target perburuannya adalah
bandit? Apakah sebuah kepala yang baru saja dipenggal bisa dijadikan bukti?......Akan
tetapi, bandit yang kemarin kutangkap sudah kukremasi, jadi aku tak bisa
menggunakan mereka.

“Aku mengerti. Seekor hewan buas, segera tiba.”

Meninggalkan gedung guild petualang, aku pergi menuju gerbang Barat.

Di pusat kota, terdapat berbagai tempat yang menjual barang dari kulit. Barang seperti
dompet koin dari kulit dan tas kulit bersebaran. Kubeli sebuah barang ketika melewati
salah satu toko. Barang tersebut adalah sebuah qirbah pengelana, dengan sebuah
penyumbat di atasnya. Qirbah itu kelihatannya dapat menampung air sebanyak botol
besar. Sebuah benda yang diperlukan oleh pengelana manapun.

“Berapa harganya?”
“Tuan, bagaimana kalau 1 suk?”

Pedagang itu tertawa saat dia memberitahukan harga 1 emas tersebut. Satu emas
kelihatannya terlalu mahal, untuk sesuatu seperti botol air. Hawanya terlihat seperti
mereka mencoba memerasku dilihat dari penampilanku. Kurasa aku harus menghapus
hawa ini dengan sedikit ancaman.

“Satu suk......huh?!”
Tunggu! Tuan. Tadi hanya bercanda! Bagaimana dengan 2 sek dan 5 sok? Hihihi......”

36 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Harganya langsung turun menjadi 2 koin perak dan 5 koin perunggu. ¼ dari harga
aslinya. Kemungkinan harganya masih tinggi, tapi karena itu sudah lebih murah dari
sebelumnya. Kuserahkan 3 koin perak, dan menerima 5 koin perunggu sebagai
kembaliannya. Susah juga untuk menemukan koin perak, karena dompetku penuh
dengan emas. Mungkin aku harus membeli dua dompet lagi dan memisahkannya
berdasarkan jenis koinnya.

Selain qirbah, aku juga membeli kantung besar untuk menaruh hasil buruanku.
Kubayar dengan 10 koin perunggu untuk sedikit meringankan dompetku.

Tak sengaja, aku juga membeli sebuah kelinci giling dari sebuah toko penjual
makanan. Satu kelinci seharga dua koin peras dan dibungkus dalam sebuah bungkus
daun untuk di bawa pergi.

Berjalan melalui sektor perumahan dalam perjalananku keluar kota, aku melihat
sebuah tanah lapang kecil sebelum gerbang Barat. Terdapat sebuah saluran air di
sepanjang jalur. Kelihatannya itu ditujukan untuk persediaan air minum, secara aku
melihat para pedagang mengisi qirbah mereka dan ibu rumah tangga dari rumah
sekitar mengisi gentong besar dengan air tersebut. Di alur bawah terdapat para wanita
yang mencuci sayur-mayur bahkan para pria tengah mencuci baju. Kurasa gerbang
Timur juga punya saluran air, namun aku tak menyadarinya karena aku datang
menjelang malam.

Kerumunan tersebut perlahan berpencar ketika aku mendekat ke saluran air. Ini
seperti Musa telah muncul, namun bisa juga orang-orang ini secara insting mencoba
menghindari masalah.

Kuisi qirbahku dengan air sebelum menutupnya. Isinya mungkin sekitar 1 atau 2 liter?
Lalu kutaruh ke dalam kantung sebelum pergi menuju gerbang.

Kelihatannya di gerbang sana ada pemeriksaan barang, bahkan barang bawaanku


harus diperiksa sebelum aku bisa pergi. Di sekitar pedagang yang mengantre, berdiri
beberapa bodyguard. Mungkin karena ongkos keluarnya, tak ada banyak orang yang
mengantre di belakangku.

Ketika akhirnya aku mencapai gerbang, aku dihentikan oleh seorang penjaga gerbang.

“Berhenti! Tiga sek untuk keluar gerbang.”

Menanggapi hal tersebut, kukeluarkan paspor yang kudapat dari Rita kemarin. Si
penjaga gerbang melihatnya, dan mereka membuatku kesal dengan membuktikan
untuk melihat keasliannya. Mungkin sebaiknya aku mengatakannya.

Ketika aku keluar dari gerbang dan menyeberangi jembatan bantu, aku berhenti dan
melihat pemandangan seluruh area sekitar. Di persawahan, terdapat orang-orang yang
merawat tanaman. Pada setiap leher petani terdapat sebuah penanda kayu yang
mungkin berlaku sebagai paspor mereka.

Sembari berjalan, aku memikirkan hal semacam itu sembari semakin dan semakin jauh
dari kota.
37 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Aku tak langsung menggunakan 【Dimensional step】karena aku tak mau lebih
menarik perhatian. Hanya dari penampilanku, aku sudah mendapat cukup banyak
masalah.

Hingga saat ini, aku masih belum melihat seseorang menggunakan sihir. Kalau di dunia
ini sihir bukan hal yang umum, maka bisa saja aku dianggap sebagai seorang penyihir
atau monster dan dibakar dengan salib. Bahkan jikalau sihir ada, cukup diragukan
bahwa manipulasi ruang dan waktu hal yang umum. Kalau itu adalah hal yang umum,
maka untuk apa gunanya kuda.

Jadi untuk sementara ini, aku akan berjalan kaki.

Saat jalannya mulai menaik dengan tanjakan landai, keindahan dari seluruh
pemandangan ini dapat terlihat. Di sebelah kiri terdapat sungai besar yang
membentang ke arah barat daya. Di bawah bukit jalannya terpisah menjadi dua, satu
mengarah sejalur dengan sungai, sedang yang lain mengarah ke arah barat laut.
Persawahannya tak membentang hingga melewati bukit ini. Dan di sana tak lagi
terlihat orang di jalanan. Tanpa adanya saksi mata, aku bisa mulai menggunakan
【Dimensional step】untuk mempersingkat jarak.

Kuputuskan untuk mengambil arah barat daya. Karena aku tak memiliki peta dan aku
tak tahu tempat yang bisa kukenali, tak heran kalau aku bisa saja tersesat jika terlalu
jauh dari jalur utama.

【Dimensional step】cukup berguna ketika aku memiliki jarak pandang yang luas.
Bahkan jarak 1 kilometer dapat ditempuh dengan mudah. Satu-satunya kerugian yang
bisa kudapat adalah aku bisa mudah terlihat di area lapang. Semua akan menjadi
merepotkan kalau aku ketahuan.

Sembari menelusuri jalur barat daya, aku melihat sebuah area pepohonan di sisi jalan.
Di sana pasti terdapat seekor hewan buas untuk diburu.

Aku tiba di di sudut hutan, dan mulai menelusurinya. Jika di sini ada sebuah monster
berbahaya, aku bisa melarikan diri kapan saja.

Di dalam hutan, kutetapkan untuk berburu beberapa hewan. Jarak yang bisa kulihat
lebih pendek di hutan daripada di padang sana. Armorku juga mudah menarik
perhatian. Aku tak memakai kamuflase sebagai pemburu.

Karena hutannya mengarah ke sebuah sungai, pada akhirnya aku menemukan


sepasang babi hutan. Panjang mereka sekitar 1 meter lebih, mereka tubuh yang seram
yang tertutup oleh rambut abu-abu, dan kedua taring mereka membentuk busur.

Kelihatannya keduanya sedang beristirahat di dekat sungai ini. Aku berdiri di antara
celah dua pohon, dan memegang pedangku. Sebuah cahaya biru terang muncul,
sembari suara logam menggesek sarungnya terdengar.

Ketika babi-babi hutan itu mencoba kabur, kugunakan 【Dimensional step】untuk


muncul di hadapan mereka. Ketika aku telah selesai berpindah, aku telah tengah

38 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
mengayunkan pedang dan memotong kaki belakang babi yang memimpin. Kulanjutkan
dengan berteleportasi lagi, sehingga menebas kaki belakang babi kedua.

Babi-babi hutan itu hanya terkapar di tanah, melepaskan jeritan seperti tangisan.
Dengan cepat aku bergerak menusuk kedua perutnya dengan pedangku. Darah
mengucur keluar dari perut dan kaki mereka, dan keduanya tetap menjerit.

Airnya ternoda merah, karena membawa darah babi hutan tersebut.

Karena seharusnya babi hutan bisa dimakan, membawa mereka pulang seharusnya
bisa menghasilkan pendapatan tambahan. Aku pernah mendengar bahwa sebaiknya
jangan langsung dibunuh sehingga darahnya tidak tertahan di dalam tubuh dan
membuat dagingnya membusuk. Dengan membiarkan jantungnya memompa darahnya
keluar, tak akan menyisakan setetes darah pun di dagingnya.

Kupikir ini adalah hal yang kejam hanya untuk memakan daging yang baik, sembari
jeritan babi hutan tersebut semakin lemah.

Lalu aku teringat dengan kelinci bumbu giling yang kubeli tadi pagi. beristirahat di tepi
berbatu di rawa, kulepaskan helmku. Angin yang berhembus membuat pohon-pohon
berdesir dalam hutan, sedang suara tenang dari aliran air mengalir di sekitar. Setelah
sedikit meregangkan badan dan menghirup napas dengan udara segar, kukeluarkan
kelinci giling dari kantungku.

“Selamat makan.”

Setelah memegangnya dengan kedua tangan, kubuka kelinci giling itu dari
bungkusannya, dan menggigitnya. Aroma dari herbalnya sangat menenangkan, dan
dagingnya nikmat bergaram dengan sempurna. Tak lama waktu berselang, dagingnya
sudah kuhabiskan. Kukeluarkan air minum yang kudapat tadi pagi, dan meneguknya.

Kelihatannya aku bisa makan dan merasakan seperti biasanya, bahkan dengan tubuh
aneh ini.

“Terima kasih atas makanannya.”

Selesai dengan makanku, kubasuh tanganku dengan air sungai dan kembali duduk.

Kemudian aku beristirahat sejenak.

39 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 7
Mencari Pekerjaan Sebagai Petualang - Bagian 2
Meskipun ini adalah dunia lain, di sini kurang akan rasa fantasi. Bisa dibilang, di sini
hanya memberikan kesan sebagai dunia pada Zaman Pertengahan. Di sini tak ada
benua terapung, para elf, atau bahkan monster biasa seperti goblin. Kudengar di sini
ada monster, tapi kelihatannya mereka kebanyakan hanyalah binatang biasa berukuran
lebih besar.

Saat ini, hal yang paling mirip fantasi adalah aku. Meskipun aku menjadi seonggok
manusia tulang, aku tetap bisa makan, berjalan, berbicara, dan bahkan menggunakan
sihir.

Kelihatannya satu-satunya hal yang menandakan ini adalah dunia lain adalah hewan
buas yang mirip monster.

Tiba-tiba, aku merasa sesuatu mendekat dari dalam hutan. Dengan suara jejak kaki
yang semakin mendekat, suara erangan babi menjadi lebih terdengar.

Dari kedalaman semak belukar muncul tiga babi berkaki dua dengan tinggi sekitar
seratus enam puluh sentimeter.

Mereka juga mempunyai postur tubuh tegap, tangan yang tebal, dan membawa
pentungan yang terbuat dari balok kayu. Mereka juga memiliki bulu berwarna
kemerahan dan tak berpakaian. Berdiri dengan kaki pendeknya, perut mereka
menggembung di depan mereka.

Akhirnya fantasi muncul juga.

Para orc di dalam game juga mempunyai perawakan yang sama, tapi memiliki sedikit
perbedaan. Kecerdasan mereka sepertinya lebih rendah dibanding yang ada di game,
dilihat dari mereka tak punya senjata logam atau pelindung. Mereka adalah jagoannya
monster rendahan di dalam game untuk pemain berlevel 20-40.

Kalau hanya ini sih, mestinya aku bisa mengatasinya dengan sedikit ruang. Tubuhku
saat ini berada pada level tertinggi, 255 karena gaya mainku yang gila.

Batas normal levelnya adalah 250, tapi batas itu bisa dilewati dengan menyelesaikan
persyaratan khusus. Level setelah menghilangkan batas memberikan hingga sepuluh
kali penambahan status normal dari perolehan level biasa, jadi kemampuanku saat ini
mestinya sama dengan sebuah karakter level 300.

Ketiga orc tersebut kelihatannya sedang berbincang dengan erangan mereka. Salah
satunya menunjuk ke dua babi yang berada di sungai dan mengatakan sesuai. Dia
mengaba-aba sesuatu seperti ‘tangkapan bagus’.

Saat mereka akhirnya menyadari sosokku yang tengah duduk di dekat batu, salah
satunya berteriak kencang.

“Pigii~!!”

40 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Buhitsu!? Hugotsuhugotsubuhi!!”

Kelihatannya ia memanggil untuk memperingatkan temannya, karena mereka


mengangkat pentungan dan mulai berlari ke arahku secara bersamaan. Kecepatan lari
mereka sangat lambat. Aku bahkan bisa melihat getaran yang mereka buat dari perut
mereka yang berguncang saat mereka berlari.

Memakai kembali helmku, dengan cepat aku berteleportasi ke belakang mereka.


Kulanjutkan dengan mengayunkan pedangku, dan menebas leher orc yang paling
lamban.

“Buhiyutsu!?”

Kepala orc itu terpisah dari lehernya.

Orc lainnya terkejut karena musuhnya menghilang, dan mencarinya dengan putus asa.
Lalu akhirnya keduanya menyadari sesuatu.

Kuayunkan pedangku dari kanan ke kiri, dan tak merasakan hambatan apapun saat
menebas kepala orc terlamban dan menjatuhkannya. Darah mengucur keluar dari
tubuh mayat orc tersebut.

“Pigitsu!!? Pigii~!!!”

Dua orc yang tersisa berteriak, dan mulai berlari ke dalam hutan.

Aku tak mengejar mereka karena aku telah mendapatkan 2 kepala babi hutan dan 1
kepala orc.

Kujatuhkan kepalanya ke air, untuk membersihkan darahnya. Walaupun itu adalah orc,
tapi terlihat sama seperti kepala babi bagiku. Lagi pula tetap kutaruh ke dalam tas
juga.

Kepala mereka mestinya sudah cukup menjadi bukti tangkapan.

Aku pergi ke dua babi hutan di sungai, dan mengikat keduanya dengan semacam tali
tombak yang kupunya. Keduanya berbobot sekitar 100 kg, namun berkat level
tubuhku, aku nyaris tak merasakan apapun.

Aku berjalan melewati pepohonan dan mulai meninggalkan hutan. Aku sedikit
berputar-putar saat berjalan, namun akhirnya berhasil sampai ke jalan utama.

Di jalan utama, kulihat matahari mulai terbenam. Mungkin ini sekitar jam 3 sore, ya?

Melihat sekeliling sembari aku berpindah, akhirnya aku tiba di Rubierute. Ketika aku
baru saja tiba di pertigaan jalan, aku melihat orang-orang tengah berjalan menuju
kota. Kurasa dari sini hingga ke kota, aku harus berjalan kaki.

41 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Setelah satu jam kemudian, aku tiba di gerbang kota. Kutunjukkan suratku ke para
penjaga untuk masuk.

Orang-orang yang datang sebelumku terkejut, saat mereka melihat ke hasil buruan
yang kubawa. Lagi pula hal semacam ini bukanlah sesuatu yang bisa dibawa seorang
pengelana biasa dengan satu tangan.

Ketika aku sampai di guild petualang, aku berjalan masuk melalui sepasang pintu. Tak
ada perubahan dengan tadi pagi, pria beruang bermata satu terduduk di dalam
kandangnya. Tak ada orang lain di sini kecuali seorang pria tengah mengerjakan
sesuatu di belakang.

Bibir paman mirip beruang itu menggulung saat aku berjalan menuju counter.

Awalnya kukira kandang itu bertujuan untuk melindungi orang di counter, tapi setelah
melihat paman itu, kurasa tujuan awalnya adalah untuk menjaga agar binatang
berbahaya tidak lepas dari sana.

“Lumayan cepat. Kau sudah berburu sesuatu?”

Sebagai balasannya, kuangkat babi hutan dari pundakku dan menaruhnya di lantai.
Lalu kutaruh tas buruanku di atas counter dan mengeluarkan kepala orcnya.

“Tiga tangkapan. Bisakan aku mendapat sebuah sertifikat petualang?”


“Yah, kukira akan mustahil untuk mendapat tiga buruan ini dalam setengah hari. Itu
satu orc dan dua burba liar. Bagaimana dengan daging dan batu sihir dari orc
tersebut?”

Babi hutan ini kelihatannya disebut burba. Kelihatannya daging orc itu juga bisa
dimakan. Sepotongnya dijual sekitar 5 sek.

Pada akhirnya, karena orc adalah monster, sepertinya mereka mempunyai semacam
batu sihir sebagai inti mereka. Ketika kukatakan padanya aku tak mengambil batu
sihirnya, pria tersebut tertawa dan berkata “Kau sungguh tak berhasrat dengan uang”.
Batu sihir dari seekor orc berukuran sekitar jari kelingking, dan dihargai dengan 1 sek.
Sepertinya aku kehilangan satu koin perak.

Sepertinya agak menyesal juga saat kupikirkan tentang biaya penginapan murah satu
malamnya. Lain kali, aku harus mengumpulkannya sebanyak mungkin.

Setelah pemeriksaan hasil buruannya, sebuah piringan logam seukuran kalung tentara
ditaruh di atas counter.

“Ini adalah bukti dari sertifikat petualang. Kau harus membayar biaya pendaftaran 3
sek dan memberikan namamu.”
“Arc.”

Setelah menyebutkan namaku, kuberikan 3 koin perak kepada paman itu, dan
42 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
mengambil piringan sertifikat petualang tersebut. Di sini terukir sebuah nomor 5 digit
dalam angka seperti Romawi, juga ukiran 3 bintang.

Saat kutatap piringan tersebut, tulisan yang tak kuketahui diterjemahkan ke dalam
kepalaku. 『”Kerajaan Rhoden, Petualang cabang Rubierute”』 tertulis di tanda
tersebut. Ini hal yang aneh.

Hal ini mengingatkanku. Aku bisa mengerti pembicaraan orang dengan baik. Apakah
benar......

Tak ada masalah juga dalam membaca ataupun menulis.

“Untuk apa bintang-bintang ini?”


“Mereka digunakan untuk menandakan kesanggupan petualang tersebut. Tiga bintang
artinya kau bisa mengatasi orc sendirian. Level yang tertinggi adalah bintang tujuh,
tapi sangat jarang menemukan seseorang seperti itu.”

Paman mirip beruang bermata satu itu mengeluarkan semacam aura tak
menyenangkan, saat dia tersenyum lalu tertawa.

Di antara ketujuh peringkat, kelihatannya tiga bintang tak buruk juga tak terlalu bagus.
Ini terlihat seperti peringkat 『Normal』 di dalam guild.

“Biasanya para petualang mengambil pekerjaan dari papan pengumuman di sana.”

Di dekat pintu masuk terdapat sebuah papan pengumuman, yang dipenuhi dengan
plakat kayu. Plakat tersebut mirip seperti plakat persembahan yang ada di kuil.

Kuambil salah satu plakat dengan tanganku. Terjemahan tulisannya meresap dalam
kepalaku, dan kalimat penjelasannya muncul dalam benakku.

Setiap plakat kayu ini sepertinya menampilkan sebuah permintaan. Kupelajari


plakatnya, kelihatannya setelah permintaannya dipenuhi, mereka mengampelasnya
sehingga permintaan lainnya bisa diukir lagi. Mungkin di sini kertas adalah benda yang
mewah.

Kuputuskan untuk melihat-lihat permintaan yang ada.

“Sebuah permintaan pekerjaan negeri ajaib.”

Kebanyakan permintaannya adalah sebuah tugas, membersihkan hama lahan,


mengumpulkan hasil panen di sawah, membereskan bahan bangunan, membersihkan
saluran air. Akan lebih tepat kalau guild petualang ini disebut sebagai persatuan buruh.
Upahnya juga terbilang sedikit.

“Sebuah permintaan berupah besar biasanya membutuhkan banyak orang, jadi guild
lokal sering menolak permintaan tersebut. Kalau kau mencari pekerjaan yang lebih
menantang, maka kau harus mencari lagi di bagian tentara bayaran yang disediakan

43 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
guild. Para petualang yang mengambil pekerjaan tersebut disebut-sebut memiliki
banyak uang, dan itu adalah cara yang bagus untuk membangun reputasimu.”

Tak diragukan lagi, kemungkinan akan sosokku yang sebenarnya akan lebih mudah
terungkap jika aku melakukan pekerjaan tentara bayaran.

Aku harus melakukan pekerjaan sederhana untuk sementara ini, untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan di sini. Setelah kupikir-pikir, kuambil salah satu plakat permintaan
dari papan dan menaruhnya di counter.

Itu adalah sebuah permintaan dari Desa Rita untuk mengawal sebuah pengumpulan
tanaman obat. Upahnya terbilang sedikit, hanya satu koin perak. Aku mengambilnya
karena aku sedikit tertarik dengan tanaman obat.

Paman mirip beruang itu memasang tampang heran, saat dia membaca kontak
pemintanya.

“Sungguh, apa kau serius? Asal kau tahu, ini adalah pekerjaan yang tak sebanding
dengan upahnya.”
“Tak masalah. Aku hanya tertarik dengan pengumpulan tanaman obatnya saja.”
“Apa kau gila. Kau takkan lancar bersama klien permintaan ini. Akan lebih baik kalau
kau ambil yang lain saja.”

Begitulah kata si paman mirip beruang tersebut, saat dia memulai prosedur
penerimaan permintaan tersebut. permintaan tersebut berasal dari seorang gadis desa
berusia 13 tahun.

“Saat pekerjaannya selesai, mintalah plakat penyelesaian permintaannya pada


kliennya. Setelah kau mengumpulkan plakat permintaan dan penyelesaiannya, kau
akan dibayar penuh.”

Kutinggalkan gedung guild setelah mendengar jalan menuju desa tersebut dan
berterima kasih pada paman mirip beruang tersebut.

Lalu aku masuk ke gedung serikat pedagang. Beberapa saat yang lalu, paman mirip
beruang itu berkata bahwa aku harus membawa hasil buruanku kemari, jadi mereka
akan membelinya.

Gedung serikat pedagang lebih besar dari gedung guild petualang, dan di dalamnya
terdapat lebih banyak pegawai yang mengurus banyak pengunjung.

Counter gedung serikat pedagang dipisahkan oleh jendela bertralis besi, dan terdapat
banyak pegawai yang bekerja di belakang sana. Saat kupanggil stafnya, seorang pria
paruh baya keluar dan menyambutku.

“Halo. Ada yang bisa saya bantu?”


“Aku kemari untuk menjual barang-barang ini.”

44 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Kutunjukkan dua burba di pundakku pada resepsionis. Si resepsionis lalu
menunjukkanku ke perwakilan gudang. Keluar dari gedung, sebuah kereta kuda
berhenti di seberang jalan, dan kubongkar hasil buruanku sebelum ditaruh dalam
gudang untuk melihat harga dagangannya.

Seorang pemuda kurus berdiri dari mejanya dan mendatangiku. Lalu dia mulai
memeriksa hasil buruanku. Aku juga mengeluarkan kepala orcnya.

“Semuanya 7 sek dan 5 sok untuk burbanya, dan 1 sek untuk kepala orcnya.
Jumlahnya menjadi 1 suk dan 6 sek.”

Burbanya dihargai 7 keping perak dan 5 keping perunggu per bijinya, sedang
kepalanya dihargai satu perak. Saat aku memikirkan hal ini, anggota stafnya
mengeluarkan satu koin emas dan lima koin perak. Juga ditambahkan dengan satu
perunggu tambahan.

Kutaruh uangku di dompet lalu pergi.

Matahari sudah lama terbenam, dan langit petang mulai mewarnai area ini.

Aku akan menginap di sini lagi, lalu berangkat menuju Desa Rita besok pagi.

45 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 8
Apa, Itu Bukan Tanaman Obat? Itu Seekor Monster! - Bagian 1
Keesokan harinya, aku terbangun oleh keramaian pasar.

Aku menginap di penginapan yang sama dengan kemarin. Posisi tidurku juga sama
dengan kemarin, terduduk di kasur dengan punggungku menghadap ke tembok.

Meregangkan badanku yang kaku, kuambil barang bawaanku dan membawanya ke


lantai pertama.

Lagi-lagi tak ada seorangpun di counter. Kubuka pintunya dan memasuki jalan utama,
langsung menuju ke gerbang timur.

Untuk menyelesaikan permintaan yang kuterima kemarin, aku harus pergi ke Desa Rita
yang bisa ditempuh dalam setengah hari menggunakan kuda.

Kuhampiri sebuah toko yang menjual roti saat aku berjalan melalui pasar. Di sana
hanya ada satu jenis roti, teksturnya seperti sebuah roti baguette, tapi bentuknya
besar seperti roti melon. Harganya sama seperti kelinci gulung yang kubeli kemarin.
Kelihatannya agak mahal, tapi tetap kubeli cuma untuk mencicipinya.

Setelah aku meneruskan perjalananku, berhenti sejenak di saluran air untuk mengisi
qirbahku. Terdapat beberapa orang berarmor di sekitar plaza kecil di depan gerbang,
dan mata mereka melirik sekeliling berulang kali. Mungkin mereka adalah anggota grup
tentara bayaran yang berbasis di kota ini.

Gerbangnya sama dengan gerbang satunya, jadi aku hanya menunjukkan kartuku lalu
pergi meninggalkannya. Aku berjalan ke arah utara dari dinding kota, hingga aku
melewati parit ladang gandum. Selama di perjalanan, para petani yang tengah bekerja
di ladang menghentikan pekerjaan mereka dan menunduk ke arahku. Sepertinya
mereka mengira aku adalah seorang kesatria kerajaan.

Ketika aku sampai di sisi utara Rubierute, sebuah jalur yang lebih besar dari lainnya
muncul. Aku terus berjalan ke depan ke jalur utara tersebut. hingga aku sudah jauh
dari pemandangan ladang dan para pejalan kaki sudah tak ada, aku melanjutkan
perjalanan menggunakan ... .

Rute yang diberitahukan padaku, menyuruhku untuk mengambil jalur kiri di pertigaan
jalan. Setelah beberapa saat, sebuah tanda jalan tertancap di tanah dan muncul
sebuah persimpangan jalan. Sisi sebelah kiri mengarah ke sebuah jalur berumput yang
di ratakan, menandakan bahwa setidaknya pernah dilewati. Sembari mencatat bahwa
jalurnya melewati hutan, aku melanjutkan teleportasiku ke jalan berumput.

Di sisi lain hutan, sebuah desa dikelilingi oleh lumpur dan tembok kayu, serta
berbatasan dengan ladang kecil mulai terlihat. Desa tersebut dikelilingi oleh paritnya
sendiri, dan sebagian gerbang kelihatannya ditahan dengan tali yang kuat. Kalau
musuh datang menyerang, penduduk desa bisa saja menjatuhkan gerbang itu ke
mereka.

Di depan gerbang, terdapat dua pria tua dengan tombak, yang tengah duduk dan
46 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
bercerita. Dari sini, aku berjalan sebentar, lalu salah satu pria melihatku, dengan cepat
dia memberi tahu temannya. Dua pria tua itu memberiku lambaian tangan sebelum
mereka kembali berbicara satu sama lain.

Aku berlari ke desa tersebut, sedang salah satu pria mengangkat tombaknya. Jujur
saja, tatapan penjaga gerbang itu terlihat tak dapat diandalkan.

“Ki-ki-Kishi-sama! A-Ada urusan apa anda datang ke desa terpencil ini?”


“Hmm, tak perlu terlalu formal. Aku hanya seorang petualang. Hari ini aku datang
kemari untuk menyelesaikan permintaan dari Marca dari Desa Rita.”
“Marca? Apa maksud anda adalah anak tertua dari Senna?”
“Pak tua, kau bisa mengantarku ke rumah Marca?”
“I-IYA! Dengan senang hati.”

Setelah menjawab, pria tua itu membiarkanku masuk desa. Sedang penjaga gerbang
lainnya terlihat kerepotan dengan pekerjaan ekstranya, aku tak mempedulikannya dan
terus memasuki desa.

Setelah aku masuk, setiap pasang mata di dalam desa tertuju padaku. Mungkin
mereka waspada terhadap orang luar, khususnya orang dalam full body armor,
tentunya adalah hal yang jarang. Aku merasa reaksinya akan sama saja ke manapun
aku pergi......

Rumah-rumah di desa ini, tak memberikan kesan seperti rumah sebenarnya. Mereka
lebih terlihat seperti gubuk.

Pria tua itu mengetuk ke salah satu pintu gubuk, dan memanggil orang di dalamnya.

“Senna, kau di dalam!? Ada tamu untukmu!!”

Aku mendengar sebuah jawaban dari seorang wanita dari dalam, setelah beberapa
saat, pintunya perlahan terbuka. Akan tetapi, aku tak melihat seorang pun di antara
celahnya. Kuturunkan pandanganku, nampak seorang gadis yang terlihat berusia 10
tahun.

“Ah, Helena? Ibumu mana? Kesatria ini mau berbicara dengannya.”

Saat gadis bernama Helena itu mendengar pertanyaan pria tua itu, dia membuka
pintunya lebar dan mempersilahkan kami masuk.

“Baiklah Kishi-sama, saya pamit undur diri......”

Pria tua itu hanya mengatakan itu, sebelum akhirnya kembali ke gerbang.

“Permisi.”

Setelah masuk ke rumah, kulihat sebuah perapian kecil, yang terdapat sebuah panci di
atasnya. Di pojok, tersusun beberapa peralatan dari kayu. Di sisi lain ruangan, terdapat
47 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
beberapa pasang perabotan dari kayu. Sebuah meja dikelilingi empat kursi, dan 2
kasur yang dikelilingi sekat.

Gadis itu berdiri di samping meja dengan tampang cemas. Dia memiliki rambut pirang
tua yang dipotong batok, dan mata cokelat yang mencerminkan pikiran aktifnya.

Dari kasur, datang seorang wanita yang terpincang. Dia juga memiliki rambut pirang
tua gadis itu, namun rambutnya sampai ke pundaknya dan diikat. Mata biru cerahnya
dikelilingi oleh wajahnya yang halus dan berkeriput. Tingginya sekitar 170 cm, dan
dadanya yang besar sepenuhnya dibatasi oleh pakaiannya yang mirip gaun.

“Saya ibu Helena, Senna. A-ada perlu apa anda datang kemari? Saya kira keluarga
saya tak punya hubungan apapun dengan kediaman kesatria......”
“Namaku Arc. Aku bukan seorang kesatria, aku seorang petualang. Santai saja.
Seorang wanita dengan kaki pincang, seharusnya berbicara sambil duduk saja.”
“Te-terima kasih...... Jadi apa yang membuat anda datang ke rumah kami?”

Si ibu, Senna, sedikit membungkuk sebelum duduk di salah satu kursi. Aku juga duduk
setelah dia duduk dengan benar. Ini adalah kursi kuat yang bagus.

Untuk menjawab pertanyaan tujuan datangnya aku kemari, ku rogoh kantungku dan
menunjukkannya plakat permintaannya.

“Seperti kataku tadi, namaku Arc, dan aku telah menerima permintaan ini dari guild
petualang. Seorang gadis bernama Marca adalah seseorang yang membuat
permintaannya. Apa dia ada?”
“Eh? Dia melakukan hal semacam ini?! Saat ini Marca tengah berada di ladang......,
mestinya dia akan pulang sore nanti.”

Sialnya, gadis yang membuat permintaan ini kelihatannya sedang keluar. Dia akan
kembali sekitar sore nanti, tak lama juga. Aku bisa menunggu di sini kalau begitu.

“Aku bisa menunggunya. ......Kalau tak keberatan, apa kau mau menceritakan apa
yang terjadi dengan kakimu?”

Untuk mengapa rasa bosanku, kucoba untuk memulai perbincangan. Sedih juga
melihatnya bergerak dengan perban kain di kaki kirinya.

“Tak apa. Seekor monster besar muncul beberapa saat yang lalu...... Kakiku terluka
saat aku mencoba kabur, jadi sekarang Marca harus bekerja di ladang sendirian. Akan
tetapi, aku salah satu orang yang beruntung. Saat kejadian itu terjadi, seseorang
meninggal dan membuat seisi desa berduka......”

Sepertinya aku mengambil topik yang salah, membuat hawa rumah ini berubah. Helena
yang bersembunyi di belakang ibunya, menatap ke arahku saat hawanya menjadi
berat.

Hal ini mengingatkanku, bukankah aku punya sub kelas Pope? Bukankah seharusnya

48 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
aku bisa menyembuhkan lukanya? Lagi pula, Pope adalah batas akhir kelas Priest. Jadi
pasti tersedia banyak jenis sihir penyembuhan dan penghilang kutukan.

Tunggu, tak perlu menggunakan kemampuan penyembuhan tingkat tinggi dari Pope.
Pertama, aku harus mencoba sebuah sihir penyembuhan tingkat rendah dari Priest.
Karena aku belum pernah terluka semenjak datang kemari, aku tak punya kesempatan
untuk mencoba sihir penyembuhan. Aku hanya pernah mencoba sihir serangan ...
sampai sekarang.

“Nona, kalau kau tak keberatan, bolehkah aku melihat kakimu? Karena sudah lama,
aku tak tahu apakah akan berhasil, tapi aku bisa mencoba menyembuhkan kakimu.”
“Huh? Ti-tidak, itu......”

Bingung akan penawaranku, si ibu mengeluarkan suara yang melengking.

Tak heran, hari ini kita baru saja bertemu. Terlebih lagi, wajah orang lain tersebut
tertutupi oleh sebuah helm. Kalau dia tiba-tiba memintamu menunjukkan kakimu, kau
pasti akan menolak.

Akan tetapi, ketika Helena muda mendengar kaki ibunya bisa disembuhkan, dia
menatap padaku sebentar. Lalu dia perlahan mengangkat kaki yang terluka, jadi aku
bisa melihatnya.

Senna, si ibu, tersenyum masam, pasrah dengan nasibnya.

Menyetujui hal ini, kutaruh tangan kananku di atas kaki yang terluka dan mencoba
merapalkan mantranya. Perlahan merapalkan ... , cahaya putih muncul dari tanganku
dan menyelimuti kaki Senna. Setelah bersentuhan, cahaya tersebut terserap ke dalam
kulitnya.

Si ibu dan putrinya menonton pertunjukkan di depan mereka dengan bengong, namun
setelah Helena melepaskan perban dari kaki ibunya. Apa yang muncul dari perban
tersebut adalah sebuah kaki yang sehat.

“Ibu! Lukanya hilang! Bahkan tak ada bekas luka!!”

Raut muka Helena benar-benar berbeda dengan tadi. Sekarang dia memasang senyum
lebar dan terlihat takkan berhenti melompat kegirangan.

Melihat senyum putrinya, Senna mengelus kepalanya sebelum membungkuk padaku.

“Terima kasih banyak. Arc-sama, anda pasti seorang Priest yang terkenal. Tak bisa
kupercaya bahkan tak ada bekas luka yang tersisa......”
“Tidak, aku hanya ingin mencobanya karena sudah lama, aku bahkan tak cukup
percaya diri itu akan berhasil. Kini lukanya sudah disembuhkan, dan itulah yang
terbaik.”

Sebenarnya, ini adalah pertama kalinya aku menggunakan sihir penyembuhan di


kehidupan nyata, jadi akulah yang paling diuntungkan...... Dilihat dari reaksinya,
49 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
kelihatannya ada kewaspadaan terhadap sihir penyembuhan. Kini tingkat kemampuan
dunia ini masih belum diketahui.

“Ibu, aku pulang.”

Putri tertua, Marca, akhirnya kembali dari ladang. Gadis ceria itu menaruh sebuah
ranjang panen besar di dekat pintu. Tingginya sekitar 150 cm, dan rambut cokelat
mudanya diikat kuncir dua, yang tersampir di atas pundaknya. Mata birunya sama
seperti mata ibunya. Dia juga sehat berkulit sawo matang.

“Marca, apa kau menaruh sebuah permintaan di guild petualang? Aku kemari untuk
memenuhi permintaanmu. Kau orang yang menaruhnya, kan?”
“Ah! Permintaanku diterima oleh Kishi-sama?! Permintaannya adalah untuk
mengawalku mengumpulkan tanaman obat.”
“Apa kau gila? Mengumpulkan tanaman obat adalah pekerjaan yang berbahaya! Tapi
kau masih mau melakukannya walau munculnya monster beberapa hari yang lalu?!”
“Tapi......, biaya permintaannya telah kubayar dan hadiahnya sudah di cantumkan......”

Si ibu yang mendengar isi permintaan tersebut menolak mentah-mentah. Marca


memucat, karena permintaan tersebut sudah ia bayar. Aku penasaran, apa yang terjadi
jika si klien membatalkan permintaannya? Bayangan absurd tentang kehilangan
sejumlah uang terbayang di benakku.

“Kalau begitu! Aku yang akan mengumpulkan tanaman obatnya!”


“Tunggu, ibu! Bagaimana kau bisa melakukannya dengan kakimu yang pincang?!”
“Diam dan dengarkan ibu, Marca! Kishi-sama telah menyembuhkan kaki ibu! Jadi
sudah tak apa-apa ibu pergi ke hutan!! Lihat.”

50 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
51 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Senna sedikit mengangkat hem roknya, untuk menunjukkan kakinya yang sudah
sembuh pada Marca. Setelah melihat kakinya yang sudah sembuh, Marca menatapku
dengan terkejut.

“Aku bersyukur kaki ibu telah sembuh. Tapi, ibu bahkan tak tahu di mana tanaman-
tanaman obat itu tumbuh! Jadi percuma kalau ibu yang pergi!”

Sepertinya pengetahuan si ibu mengenai tanaman obat tak begitu tinggi. Mungkin
pertengkaran antara ibu dan putrinya ini akan berlanjut hingga malam.

“Ibu adalah alasan mengapa aku meminta seorang pengawal. Apa ibu tahu keadaan
luka ibu itu?!”
“Ya sudah kalau begitu!! Kishi-sama akan mengawalmu ke hutan!”

Setelah dikatai seperti itu, Marca mengambil keranjangnya dan pergi ke luar. Setelah
menyadari apa yang baru saja terjadi, aku mengejarnya. Saat aku pergi meninggalkan
rumah, aku menerima ucapan terima kasih lagi dari Senna. Jika terjadi sebuah
masalah, aku bisa saja memegang Marca dan melarikan diri dengan 【Dimensional
step】.

Saat aku melihat sekeliling desa, Marca tengah melambaikan tangannya ke arahku di
dekat gerbang.

Ku panggul lagi tasku di punggungku dan mulai berjalan ke sana. Bersama Marca, aku
pergi meninggalkan desa dan berjalan ke arah utara.

“Kishi-sama, terima kasih anda telah menerima permintaan ini. Setengah alasan aku
harus mengumpulkan tanaman obat ini adalah karena luka ibuku. Akan tetapi, karena
Kishi-sama telah menyembuhkannya, kini aku hanya punya satu alasan.”

Marca mengatakannya sambil tertawa riang.

“Hmm, jadi apa alasanmu melakukannya?”


“Tahun lalu, ayahku meninggal karena sakit. Aku membantunya di ladang, tapi
keadaannya masih sulit bagi kami. Tanaman obat bisa kami beli dengan harga yang
terjangkau di kota, dan bisa juga sedikit meringankan rasa sakit ibu...... Setiap tahun,
aku mengumpulkan tanaman obat bersama ayahku, dan dia akan menjualnya,
begitulah.”
“Untuk sepenuhnya meringankan rasa sakit ibumu kau harus mengumpulkan banyak
tanaman obat. Tapi bukankah perjalanannya juga berbahaya?”
“Anda tak tahu, melalui hutan ini, anda bisa tiba di kaki pegunungan Wild Dragon. Di
bagian yang lebih dalam lagi, anda bisa menemukan sesosok naga darat atau wyvern,
tapi mestinya akan aman-aman saja kalau kita tetap berada di daerah yang rendah.
Meskipun kita tak bisa terlalu lama di sana karena monster di sini lebih banyak
daripada di hutan lainnya.”

Aku mendengarkan pendengaran Marca sembari memasuki hutan. Rupanya, di sebelah


timur laut kami ada pegunungan Wild Dragon. Jauh di atas sana, puncak pegunungan
bisa terlihat.

52 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sembari terus memasuki hutan, tekanan untuk meninggalkan tempat ini semakin kuat
semakin kami berjalan ke dalam.

Kelihatannya Marca telah menemukan sesuatu, dia mulai berlari. Kami mendekati
sebuah area yang tanahnya lebih tenggelam daripada sekelilingnya, dan mempunyai
banyak batu di tengah lubang tersebut. Di antara bebatuan tersebut, beberapa tangkai
tumbuhan kecil dapat terlihat.

Marca berlari ke sana, dan mulai mengisi keranjangnya dengan tumbuhan tersebut.
Sebuah teratai dengan kelopak bunga yang banyak ia petik dengan sangat cepat.

“Ini adalah tanaman obat Cocla. Tanaman ini efektif untuk mengobati luka dan
penyakit kulit.”

Sembari mengumpulkan tanaman obat tersebut, Marca menggoyangkan kuncirnya dan


menjelaskan kegunaan tanaman tersebut. Aku memeriksa sekeliling, namun tak ada
tanda-tanda kehadiran makhluk buas ataupun monster. Jadi aku pergi ke sana untuk
membantunya mengumpulkan tanaman Cocla. Melihat keadaanku yang kikuk, Marca
mulai tertawa.

Kelihatannya, melihat seorang pria, dengan tinggi sekitar 2 meter dan dalam full body
armor, kesulitan untuk mengumpulkan tanaman adalah pemandangan yang lucu.

Setelah satu jam, keranjangnya setengah penuh dengan tanaman Cocla. Walau di sana
masih ada beberapa tanaman yang tersisa di antara bebatuan, Marca bilang kami akan
bergerak ke lokasi selanjutnya. Lokasi selanjutnya rupanya adalah lokasi utamanya.

Lagi-lagi, tekanan untuk pergi dari sini semakin kuat saat kami berjalan semakin
dalam. Saat hewan-hewan liar menyadari tekanan ini, mereka berbalik dan lari,
meskipun saat ini kami masih belum bertemu dengan monster apapun.

Kami terus berjalan ke dalam hutan beberapa saat, sebelum akhirnya tiba di sebuah
area lapang. Sebuah lereng landai terbentang, saat kulihat batang pohon di sekeliling
berwarna putih pucat, dan pohon-pohon itu dikelilingi oleh pusaran bunga putih yang
jatuh. Sebuah aroma harum juga terbawa oleh angin.

“Kita berhasil! Bunganya sedang mekar! Batang pohon Kobumi semuanya berwarna
putih!!”

Dipenuhi dengan rasa senang, Marca mulai berlari ke barisan pohon Kobumi dengan
kecepatan penuh. Dengan cepat aku mencoba untuk memperingatkan Marca untuk
tetap diam. Di balik pohon-pohon, aku melihat sebuah benda mirip batu. Tapi tak
seperti batu pada umumnya, benda ini memberikan kesan seperti makhluk hidup.

“Marca, jangan bergerak!! Aku melihat sesuatu bersembunyi di sana!!!”


“Eh?”.

53 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 9
Apa, Itu Bukan Tanaman Obat? Itu Seekor Monster! - Bagian 2
Entah bereaksi dengan gerakan Marca atau sorakanku, makhluk itu menggerakkan
tubuh besarnya, sebelum akhirnya berdiri.

Aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari sini. Dari kepala hingga ekornya, itu adalah
makhluk mirip kadal dengan tubuh berukuran sekitar 6 meter. Ia mempunyai enam
kaki yang terlihat kuat, dan sisik hijau bertotol kelabu. Di atas kepalanya terdapat
jengger hijau, dan di punggungnya terdapat sisik yang bisa berubah warna, dan di
ekornya tersusun duri berliku-liku. Di tengah tubuhnya adalah sepasang bola mata
yang lebih besar dari kepalanya, memberinya kesan makhluk yang perawakannya mirip
bunglon.

Ia membuka mulutnya lebar, menampilkan rahangnya yang penuh dengan taring, dan
melepaskan sebuah raungan aneh.

“kurororororooooooooo!”

Aku mengingat makhluk seperti ini dari dalam game.

Giant Basilisk.

Seekor monster yang levelnya antara 150-170, bisa dibilang monster itu bukanlah
monster dengan nilai serang yang kuat. Akan tetapi, untuk pemula dan pemain
menengah, kombinasi mata pembatunya, napas racun, dan cakar pelumpuh
membuatnya menjadi kombo mematikan dengan efek abnormalnya.

Sungguh hutan yang sangat berbahaya, akan sangat tidak mungkin bagi para
penduduk desa untuk berurusan dengannya. Tunggu, mengapa monster semacam ini
ada di sini?

Setelah melihat monster itu, Marca mulai menjauh dari pohon Kobumi dan kembali
kepadaku.

Akan tetapi, monster itu mengejarnya. Giant Basilisk itu mengangkat keenam kakinya
dan mengejar Marca, hingga akhirnya monster itu berhenti tiba-tiba tanpa alasan, dan
mulai menggoyangkan kepalanya ke atas dan ke bawah. Gerakan aneh ini membuatku
bisa melihat jenggernya mulai berubah menjadi merah.

Jangan bilang ini sama seperti di game?!

54 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sepertinya monster itu akan menggunakan serangan tatapan pembatunya, tatapan
yang biasanya dilancarkan dalam lengkungan berbentuk seperti kipas untuk kerusakan
yang lebar.

Kulempar kantungku, dan memakai perisai yang kupanggul. Aku berlari menuju Marca
dan menggendongnya, sebelum kulindungi dia di balik perisai di tangan kananku.

Perlengkapan tingkat mistik, 『Heavenly shield of Titus』. Perisai ini bisa menghalau
hampir semua efek status abnormal berdasarkan dari perbedaan levelnya, dan perisai
ini juga meningkatkan ketahanan terhadap semua abnormalitas. Dengan perisai ini,
kuambil ancang-ancang bertahan.

Kemudian, sebuah suara “paan” dari bom sonik terdengar melalui seluruh wilayah saat
gelombang kejut yang keras membentur perisainya. Kulihat Marca, di dalam bayang-
bayang perisaiku, menutup telinganya dan juga matanya. Dari tempatku berdiri,
semuanya aman. Pembatuannya kelihatannya telah terhalau.

Di dalam game, terdapat waktu cooldown untuk serangannya, tapi aku tak bisa
bergantung pada hal itu. Karena, mustahil untuk mengambil keuntungan dari pola
serangan musuh.

55 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Dengan cepat aku bergerak maju, dan menyembunyikan Marca di belakangku.
Kucengkeram pedangku yang ada di pinggulku. Dengan adanya Marca, pertarungan ini
akan kuakhiri dengan serangan jarak jauh.

Skill Holy Knight 【Sword of judgment】!!

Pedangku mulai bersinar dengan cahaya, saat aku menghunusnya dan kuayun ke arah
monster itu. Dengan cepat, sebuah lingkaran sihir terbentuk di bawah kaki basilisk
raksasa itu, dan sebuah pedang cahaya muncul dari atas kepalanya.

“guroroororoooooooo!!!”

Pedang dengan panjang 5 meter itu menusuk tubuh besar basillisk raksasa itu.
Kemudian, sebuah suara seperti logam pecah pun terdengar, saat pedang cahaya itu
mulai menghilang.

Sembari ketenangan mulai kembali, tubuh besar basillisk raksasa itu terkepar di tanah.
Aku tak bergerak seinci pun, aku memeriksa sekeliling masih dengan posisi setelah
mengayun pedang ke bawah. Kekuatan serangan itu sepertinya telah berhasil
membunuhnya......

Apakah 【Sword of judgment】 selalu memunculkan sebuah pedang raksasa semacam


itu? Apakah ketegangan situasi ini membuatku menggunakan skill yang lebih kuat
daripada biasanya? Ataukah ini sama seperti sebelumnya, hanya kekuatannya
bertambah di kehidupan nyata...... keduanya tak menjadi penjelasan yang bagus,
karena; aku tak tahu mana yang benar.

Sembari memegangku dari belakang, Marca halnya bisa melihat monster yang
tumbang itu dan menjawab dengan sebuah “Wow!”

“Marca, apakah monster itu sering muncul di sekitar desa?”


“Tidak. Monsternya tak sebesar ini. Kurasa yang berada di sekitar desa itu disebut
Fanged Boar?”

Kuncir kuda Marca bergoyang saat ia menengokkan kepalanya. Menyadari sesuatu, ia


menunjuk ke arah jurang dan berseru.

“Ah! Di sana juga ada lagi!!”

Aku melihat ke arah telunjuknya menunjuk, dan bisa dipastikan, di sana ada basilisk
raksasa lainnya di sisi lain jurang. Saat aku membuat kontak mata, monster itu
mundur dengan cepat.

“Hmm, mereka pergi entah ke mana.”

Mungkin mereka berhati-hati karena kawannya telah dikalahkan. Karena tak ada tanda
kemunculan lainnya, pengumpulan tanaman obatnya bisa kami lanjut.

56 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Marca. Apakah tanaman Kobumi ini masih bagus?”

Saat aku menanyakannya, dia berlari ke pohon Kobumi itu. Saat dia mencapai dasar
pohonnya, dia mulai memetik tangkai dari bunga putih tersebut.

Setelah melihat pemandangan tersebut, aku kembali memandang basilisk raksasa yang
kukalahkan. Tubuhnya dengan panjang 6 meter tergeletak di tanah. Seekor monster
mestinya mempunyai sebuah batu sihir, namun aku tak tahu di mana lokasi
jantungnya. Mencarinya di dalam tubuh sebesar ini pasti sangat sulit. Apakah posisinya
sama dengan posisi jantung buaya atau kadal?

Kugulingkan tubuh besar monster itu hingga punggungnya. Ajaibnya, sangat mudah
melakukannya. Apakah posisi jantung buaya di dekat abdomennya atau kaki
depannya? Karena kelihatannya akan sedikit susah kalau kulakukan dengan pisau
belati di sakuku, aku harus menggunakan pedangku untuk mengambil jantungnya.
Saat kuiris perut basilisk itu, sebuah batu seukuran telapak bayi muncul. Kuangkat
batunya ke arah cahaya matahari, dan batu itu memantulkan sebuah cahaya ungu ke
mataku. Dengan batu ini, aku akan baik-baik saja untuk sementara.

Karena kemungkinan kau tak bisa memakan basilisk seperti orc kemarin, tubuhnya
akan menjadi peninggalan untuk hutan ini. Lagi pula, orc mirip babi itu masih butuh
seratus tahun dari bunglon raksasa ini. Lagi pula dengan semua keanehannya, bunglon
ini tak terlihat lezat. Kelihatannya juga susah untuk dibawa pulang......

“Kishi-sama, bisakan anda mengambil bunga-bunga di atas itu?”

Saat aku tengah mengambil bagian dari basilisk raksasa itu, Marca meminta
bantuanku. Kutaruh batu sihirnya di dalam tasku, lalu aku berjalan ke pohon Kobumi di
sebelah Marca.

Bunga dari pohon Kobumi mekar di setiap tangkainya. Terdapat susunan dari lima
kelopak bunga kecil berwarna putih, dan mengeluarkan aroma manis yang tak bisa
dijelaskan.

Marca sudah mulai mengumpulkan bunga-bunga di tangkai yang lebih rendah.

“Efek apa yang ada pada bunga-bunga ini?”


“Hmm~~ ayah tak memberitahukannya padaku. Setelah mereka dikeringkan dan
dijadikan bubuk, dia hanya menjualnya pada para orang dewasa dengan harga tinggi.
Karena itu bisa menyembuhkan penyakit, mungkin itu juga sebuah tanaman obat,
benar? Kishi-sama, apa anda tahu suatu penyakit yang hanya dimiliki para orang
dewasa?”

Tanpa berhenti terlebih dulu, Marca menanyakan pertanyaan semacam itu. Sebuah
penyakit yang hanya diderita orang dewasa......, seperti penyakit geriatrik? Akan tetapi
itu adalah nama umum sebuah penyakit dan namanya telah diganti setelah seorang
anak meninggal karenanya. Aku tak tahu.

“Tidak, aku tak tahu penyakit semacam itu.”

57 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Begitu~~. Lain kali, akan kutanyakan pada ahlinya. Kalau aku tak tahu efek dari
barang jualanku, bisa saja aku dimanfaatkan nantinya.”

Dia tertawa setelah berkata seperti itu.

Kami berdua bekerja dengan cepat untuk memetik bunga-bunganya, dan tak lama
keranjangnya penuh. Aku juga menaruh beberapa tangkai bunga ke dalam kantungku.
Setelah kantungnya penuh, kupanggul di pundakku dan bersiap untuk kembali.

Dalam perjalanan pulang, aku tetap mengikuti di belakang Marca. Kelihatannya dia
menggunakan topografi untuk menemukan jalan di sekitar hutan, tapi bagiku
semuanya kelihatan sama saja. Kalau bukan bersamanya, ekspedisi ini akan berakhir
menjadi sebuah bencana.

Sembari lebatnya hutan mulai berkurang, wilayah di sekitar desa mulai bisa terlihat
kembali. Di sana, sebuah babi hutan besar berwarna hitam tengah menggali tanah.

“Ah, Fanged Boar! Itu adalah monster yang menyerang desa waktu itu. Ia terlalu dekat
dengan desa.”

Entah menyadari kehadiran kami atau suara Marca, Fanged Boar itu mengangkat
kepalanya dan meraung. Makhluk itu dan burba pada dasarnya berbeda dalam
ukurannya. Tubuh makhluk itu panjangnya sekitar 2 meter dan tingginya sama seperti
Marca. Ia juga memiliki empat gading yang menonjol di rahang bawahnya.

Setelah mengumpulkan kekuatan di kakinya, babi itu menyerang ke arah kami. Segera
kutaruh kantungku dan menatap Fanged Boar yang mendekat.

Lagian larinya sama sekali tak terlihat cepat bagiku. Berhadapan langsung dengannya,
kupegang sepasang gadingnya dengan tanganku, dan membanting babi hutan itu ke
tanah. Kepala Fanged Boar itu membentur tanah dengan kecepatan tinggi, dan setelah
itu, ia terdiam.

Dengan marah, kutusuk perutnya dengan pedangku, lalu aku mengingat suatu hal.
Walau babi hutan itu bisa bergerak liar dengan kaki kuatnya, kalau kutahan kepalanya,
semua akan menjadi mudah.

“Marca, aku akan menghabisinya. Tanyakan pada seorang pemburu di desa atau
seseorang barangkali makhluk ini bisa berguna untuk dibawa ke desa?”
“Ba-Baik. Saya mengerti! Tolong tunggu sebentar!!”

Marca merespon dengan cepat, lalu berlari menuju desa. Melihatnya pergi, kuharap dia
tak terjatuh saat pergi ke sana.

Setelah beberapa menit, beberapa pasang warga datang sembari membawa sebuah
gerobak. Saat mereka tiba, babi hutan ini telah tertutupi dengan darahnya sendiri dan
telah kehilangan kemampuan geraknya. Sekarang ia hanya bisa mengeluarkan napas
kecil.

58 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Para warga desa menatap Fanged Boar yang sekarat dengan terkejut, sebelum
mengeluarkan sebuah decak kagum. Dengan instruksi dari seorang pemburu, aku
menaruh makhluk buas yang sudah mati ini ke gerobak.

“Bagaimana kami harus mengurus pembagian makhluk ini, Kishi-sama? Kulitnya bisa
digunakan, dan gadingnya juga bisa dijual dengan harga tinggi. Sudah pasti dagingnya
juga lezat. Anda bisa membawanya ke kota kalau anda menyewa beberapa warga.”

Sembari si pemburu memeriksa hewan buruan ini, aku bertanya tentang


pembagiannya.

“Hmm, kudengar makhluk ini adalah seekor monster. Bisakah kau samak kulit bulunya,
dan kau ambil gading dan batu sihirnya sebagai hadiah? Dan juga, berikan samakkan
kulit bulunya kepada Marca kalau sudah jadi.”
“Huh? Tak masalah buat anda?”
“Eh, saya mendapat kulit bulunya?! Kishi-sama!”

Mereka berdua terkejut dengan tawaranku. Walaupun mereka bilang kulit bulunya
berharga tinggi, aku tak memerlukannya. Jadi aku berikan saja pada Marca, aku puas
dengan kebahagiaan dari mensedekahkannya. Seorang paman berusia 40 tahun yang
dermawan terhadap anak kecil (latar belakang).

“Aku tak masalah. Kurasa kau juga harus membagikan dagingnya pada penduduk
desa.”

Para warga menarik gerobaknya setelah mendengar perkataanku, dan menyuarakan


rasa terima kasih mereka bersamaan. Karena monster sering muncul di ladang, desa
ini sepertinya telah mengamali kesulitan. Mereka bahkan berpikir untuk membentuk
kelompok berburu, atau menaruh sebuah permintaan kepada guild petualang.

Sepertinya Fanged Boar ini muncul di dekat desa karena telah terusir oleh basilisk
raksasa tadi.

Setelah berada di desa, Fanged Boar itu dipotong-potong di samping rumah pemburu.
Saat berita itu mulai tersebar, semua warga desa mulai mengintip-intip, saat mereka
datang untuk melihat. Bahkan sang kepala desa menghampiriku untuk berterima kasih
kepadaku. Tak terasa, matahari mulai terbenam.

Karena aku tak bisa melakukannya, kuserahkan pembagian dagingnya dan pemisahan
kulitnya kepada si pemburu dan para relawan. Sedangkan, aku kembali ke rumah
Marca. Lagian, aku harus mengantar panenan tanaman Kobumi yang masih berada di
kantongku.

Marca berada dalam mood yang bagus karena dia akan bisa makan daging untuk
sementara waktu.

“Ibu, aku pulang! Coba tebak! Kishi-sama dapat mengalahkan monster yang telah
menyerang desa!!”

59 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Saat Marca masuk, hal yang pertama kali ia bicarakan bukanlah tentang hasil
panenannya, melainkan tentang mengalahkan monster.

“Huh!? Kau bertemu dengan monster!? Apa ada yang terluka!? Apa kau terluka?!”

Ibunya panik, dan memeganginya untuk memeriksa barangkali ada luka. Dia
menghembuskan napas lega setelah tahu semuanya baik-baik saja. Saat dia menyadari
ibunya yang menangis, mata Marca mulai berkaca-kaca dan meminta maaf padanya
berulang kali. Helena si putri termuda muncul dan mulai memeluk kakaknya dari
belakang.

“Terima kasih banyak telah menjaga putriku. Saya tak tahu harus berterima kasih
bagaimana......”
“Berdasarkan permintaannya, aku berperan sebagai pengawal Marca. Marca, karena
tugasnya sudah selesai, bisakah kau berikan plakat penyelesaiannya padaku?”
“Ah, ya!”

Mendengar permintaanku, dia mengeluarkan sebuah balok kayu, seukuran kartu bisnis,
dari kantong bajunya. Nomor seri permintaannya tertulis pada balok kayu tersebut.

“Terima kasih atas semuanya.”

Setelah mengangguk puas, Marca yang imut membungkukkan kepalanya dan


berterima kasih kepadaku. Aku mendekat dan berbisik lembut padanya.

“Marca, jaga rahasia kalau kita bertemu dengan monster besar itu. Aku tak ingin
membuat ibumu lebih khawatir lagi.”

Saat aku berkata demikian, dia tertawa dengan setuju. Aku menaruh balok kayu itu di
tas bawaanku sebelum pergi meninggalkan rumah, sembari melabai balik pada Marca.

Setelah meninggalkan rumah, aku masih bisa mendengar suara omongan para warga
dari rumah pemburu. Mungkin mereka masih memotong-motong daging Fanged Boar
itu. Sembari matahari terbenam mewarnai langitnya oranye, sekawanan burung
terlihat masuk ke dalam hutan.

Aku harus kembali ke Rubierute sebelum gerbangnya di tutup. Dengan menggunakan


【Dimensional step】, aku bisa berpindah ke tengah kota dari luar dinding, namun hal
itu akan menjadi tempat peristirahatan terakhirku.

Aku berjalan kaki melalui jalan dari gerbang desa, sembari berpapasan dengan para
petani yang pulang. Setelah aku melewati ladang, kehadiran orang lainnya mulai
hilang, dan hanya suara gemeresik dedaunan dan tumbuhan yang bisa terdengar.

Aku akan mencoba kembali ke kota dengan 【Transfer gate】 kali ini. Terakhir kali aku
mencobanya, aku hanya berpindah sejauh 7 meter dari tempat asalku. Masih ada
kemungkinan bahwa sihir ini bisa bekerja kalau kau bisa membayangkan lokasi yang
ingin kau tuju.

60 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Kupasang pemandangan bukit Rubierute sebagai lokasi perpindahannya. Itu adalah
sebuah lokasi dengan sedikit orang singgah dan aku bisa membayangkannya dengan
jelas di benakku. Kalau aku berhasil melakukannya, maka aku akan mempunyai cara
yang mudah untuk kembali ke tempat yang telah kukunjungi. Lokasi dengan tata tanah
yang sama mungkin akan mustahil.

Pertama-tama, kucoba untuk merekam desa Rata ke dalam ingatanku. Melihat ke


belakang, kulihat asap dari berbagai cerobong dari desa menjulang ke langit. Hal
tersebut mengingatkanku bahwa aku masih memiliki roti yang kubeli tadi pagi.

Berbalik dari desa, kupasang Kota Rubierute ke dalam pikiranku.

“【Transfer gate】!”

Formasi sihir cerah berdiameter 3 meter muncul setelah kuaktifkan sihirnya.


Penglihatanku menjadi gelap untuk beberapa saat, dan menyisakan perasaan melayang
di benakku. Sebelum aku menyadarinya, pemandangannya telah sepenuhnya berubah.

Aku telah berdiri di bukit yang menghadap Rubierute. Kelihatannya 【Transfer


gate】nya berhasil. Sekarang kalau kutambahkan jumlah destinasinya, aku akan bisa
berkelana dengan mudah. Sungguh sihir yang hebat.

Aku memasuki kota lewat gerbang timur, dan berjalan menuju gedung guild petualang.
Aku mendengar lonceng penutupan gerbang segera setelah kedatanganku, sepertinya
aku hanya sedikit beruntung.

Memasuki gedung guild, aku disambut dengan senyum jahat dari paman beruang
dalam kandang. Aku sedikit tersanjung Marca bisa datang ke tempat ini, di mana
sesosok orang brutal sepertinya tinggal, dan membuat permintaannya.

“Permintaannya telah diselesaikan. Bisakah aku dapatkan bukti penyelesaiannya?”

Kubuka tas bawaanku, dan menaruh plakat permintaan dan penyelesaiannya di


counter. Setelah memastikannya, paman beruang itu menyerahkanku sekeping koin
perak. Dengan ini, tugas pertamaku telah selesai.

Hari ini aku juga akan menetap di penginapan murah lagi, tapi apa yang harus
kulakukan esok dan seterusnya?

61 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 10
Mundur dengan Strategis
Keesokan harinya dimulai dari penginapan biasanya, dan aku terbangun dengan
penampilanku pada biasanya.

Kukeluarkan roti yang kubeli kemarin sembari duduk di kasur. Aku meneguk minum di
qirbahku setelah menggigit rotinya. Rotinya sungguh berbeda dengan yang biasa
kumakan di dunia paralel ini. Rasanya sedikit asin, dan lebih keras serta lebih berat.
Rasanya seperti membuat mampet perut......

Walau di kota ada toko roti, sepertinya desa itu hanya membuat roti untuk festival-
festival dan acara-acara besar lainnya. Aku mengetahuinya dari Marca kemarin, kalau
para warga biasanya makan bubur beras.

Tak kuduga mereka juga punya bubur Jepang di dunia ini. Mustahil untuk memakannya
di luar , tapi aku bisa membuatnya sendiri di tempat yang sepi. Tubuh ini sendiri juga
punya anugerah tersendiri. Aku tak perlu takut kekenyangan, tapi sulit juga mencari
tempat untuk makan.

Setelah selesai memakan roti yang tak cukup enak, kubawa barang bawaanku turun ke
lantai pertama. Aku melewati counter sepi itu lagi dan pergi meninggalkan gedung.

Aku berjalan menuju guild petualang lewat jalan utama. Kali ini ada beberapa
petualang yang berdiri di depan papan permintaan. Ini adalah pertama kalinya aku
melihat orang sebanyak ini di dalam guild. Saat aku mendekati papan permintaannya,
bahkan tanpa berbicara, petualang lainnya menatapku dengan tercengang.

Lagi pula yang terpajang di papan permintaan hanyalah permintaan-permintaan pribadi


yang memberikan sedikit uang. Tak ada plakat yang menawarkan hadiah lebih dari 5
koin perak. Karena tak ada pekerjaan yang menarik bagiku, aku memutuskan untuk
pergi berburu di luar kota dan menjualnya ke serikat pedagang.

Tujuannya adalah sebelah selatan Rubierute, aku akan masuk ke dalam hutan di sisi
yang berlawanan dengan tepi sungai. Aku sangat antusias karena sepertinya aku akan
menjelajahi peta baru dalam game.

Akhirnya aku terus menjelajah hutan di sisi yang berlawanan dengan sungai sepanjang
hari. Awalnya aku menjumpai sekelompok kecil orc, namun setelah kukalahkan salah
satunya, yang lain melarikan diri dengan kecepatan penuh. Sepertinya para orc itu
adalah monster yang pengecut.

Kubopong orc yang kubunuh di pundakku.

Hutan ini memiliki banyak jenis monster dan hewan di dalamnya. Kebanyakan aku tak
mengetahuinya. Tapi tak seperti dalam game, mereka tak ragu untuk mencoba
membunuhku. Tak ada barang jatuhan dan poin experience-ku juga tak bertambah
saat membunuh sesosok monster.

Sedangkan daerah hunian manusia pada umumnya kecil. Mungkin perluasan wilayah
takkan terjadi tanpa adanya pasukan pembunuh monster.
62 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Jauh di dalam hutan, aku bertemu dengan minotaur di dalam sebuah gua. Minotaur itu
tingginya 3 meter, dengan kepala dan tubuh bagian bawah dari sapi, dan tubuh bagian
atasnya dari manusia yang berotot. Kalau di dalam game, monster ini akan dilengkapi
dengan sebuah kampak besi, semenjak mereka telah mengetahui penggunaan logam
dari dahulu kala untuk menghancurkan manusia. Tapi sama seperti para orc, monster
ini masih membawa sebuah pentungan.

Omong-omong, aku juga masih belum melihat manusia menggunakan sihir. Sihir
seharusnya sudah menjadi salah satu senjata untuk mendukung wilayah manusia.
Mungkin kekuatan alam dan struktur kekuatan dari dunia ini membuat sihir tak bisa
digunakan oleh orang-orang biasa.

Sembari memikirkan hal semacam itu, aku melewati gerbang barat, dan tiba di gudang
serikat pedagang. Seperti waktu itu, seorang pemuda kurus terduduk di meja
pemeriksaan. Kuturunkan orc yang kubopong dan menanyakan harganya.

“Satu orcnya dihargai 7 sek 5 sok.”

Sama seperti harga burba yang panjangnya satu meter? Tubuh monster ini murah.
Apakah itu karena para orc lebih mudah diburu daripada burba?

Yah karena tujuanku untuk mendapat pendapatan tetap, aku tak peduli. Saat aku
menyetujui penawarannya, pemuda itu meninggalkan tempat dan menyiapkan
uangnya.

Sembari aku menunggu uangku, aku mendengar pembicaraan dua pedagang. sudah
menjadi hal yang lumrah untuk tak mengabaikan informasi yang berguna.

“Belakangan, ada rumor kalau sesosok monster kuat muncul di dekat perbatasan. Di
dekat perbatasan timur desa dan Reburan, sebuah karavan yang lewat mengalami
kerusakan parah.”
“Hutannya terlalu dekat dengan Pegunungan Wind Dragon, jadi bukankah sudah biasa
kalau di sana ada lebih banyak monster?”
“Bego, biasanya monster tak mau repot-repot turun ke jalan.”
“Hmm, mungkin ada naga ngamuk di pegunungan?”

Anggota staffnya muncul dengan membawa uang saat aku tengah memikirkan tentang
naga yang para pedagang itu sebutkan. Setelah memastikan jumlahnya, kutaruh uang
itu ke kantongku.

Berjalan santai menyusuri kota, aku kembali lagi ke penginapan yang biasa
kukunjungi. Suatu saat nanti aku harus membangun markasku sendiri dan menentukan
ke mana aku akan pergi dari sana. sebuah markas milikku yang membuatku bisa
melepaskan armorku dan bersantai tanpa khawatir lagi akan terlihat seseorang.

Dengan 【Transfer Gate】, bahkan walau markasku ada di dalam laut, aku bisa kembali
ke kota dengan cepat.

63 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Pertama, aku harus meneliti letak geografisnya sembari mengumpulkan uangku.

Sudut pandang orang ketiga


Kota, alias Rubierute, memiliki letak penting yang strategis, dilihat dari jalan utama
yang melewatinya dari Diento maupun ibukota kerajaan, yang berada di tengah
Kerajaan Rhoden.

Dari batas utara ibukota terdapat dua belokan utama di sekitar Pegunungan Calcutta.
Satu mengarah ke timur, sedang satunya mengarah ke barat.

Meski berjarak dekat dengan ibukota, jalur sebelah barat mengarah ke Gurun Ribot.
Pada gurun tersebut juga berdiri beberapa kota kecil yang kekurangan air. Medan area
yang gersang juga membuat transportasi menjadi sulit.

Sebaliknya, jalur sebelah timur mengarah ke Sungai Rydell, yang membawa air ke
ibukota, dan tersusun atas dataran rendah. Tak hanya itu, bagian timur dari
Pegunungan Calcutta juga tersebar banyak kota yang cukup besar. Meski kau harus
menyeberangi Sungai Rydell, yang mengalir dari Pegunungan Wind Dragon dua kali,
namun jalan selanjutnya relatif mudah untuk dilewati.

Diento adalah kota di atas Sungai Rydell, dan berdiri tepat di depan jembatan utama.
Jembatan batu sepanjang 300 meter terbentang mulai dari gerbang selatan kota,
hingga menyeberangi sungai sepenuhnya. Fakta ini juga berarti bahwa kota ini juga
bisa dilihat sebagai lokasi strategis. Oleh sebab itu, kota ini dibangun dengan dua lapis
tembok yang membuat kota ini juga berfungsi sebagai benteng jika diperlukan.

Kota ini diatur oleh Marquis Triton. Kastil di tengah kota bahkan bisa disetarakan
dengan sebuah benteng. Tembok kastilnya dua kali lebih besar dari yang biasa, dan
paritnya juga dua kali lebih lebar.

Di dalam kantor benteng, Marquis Triton tengah membuka dokumen-dokumen di


mejanya.

Marquis Diento itu adalah seorang pria paruh baya bertubuh besar yang memiliki
rambut abu-abu yang mencapai kakinya, dan memiliki kumis berwarna putih. Dia
mengenakan baju yang terlalu mencolok, yang terlihat terlalu ketat.

Mendengar sebuah ketukan di pintu kantornya, ia memalingkan mata dari dokumennya


dan memberikan izin masuk untuk orang itu.

“Permisi.”

Salah satu orang yang masuk adalah Cyrus Dorman. Cyrus yang grogi berwajah pucat,
rambutnya ia sisir ke belakang untuk menutupi bagian botaknya.

Cyrus mendekat ke meja kerja dan membungkuk dalam ke tuannya. Kemudian, ia


menyisir rambutnya ke belakang lagi saat rambutnya jatuh.
64 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Masalah di Rubierute...... sepertinya telah gagal.”

Mendengar perkataan Cyrus, Triton mengangkat alisnya. Ia mengangkat kepalanya dari


pekerjaannya, bersandar ke kursinya, dan menghela napas panjang.

“Saat aku menanyakan kemampuan mereka, kudengar mereka orang yang handal,
kan?”
“Maafkan saya. Mereka memang orang yang handal, semua pengawal telah dikalahkan,
tapi celakanya, ada seorang petualang di dekat sana, dan mengalahkan para bandit
itu......”
“Lagi pula, bandit ya bandit...... Hanya punya janji manis! Setelah mereka membiarkan
para gadis tetap hidup, mereka pun lengah dan kalah.”

Dengan ekspresi kecutnya, tuan Triton mengatakan kritik pedasnya. Tampang setuju
terlihat di wajah pucat Cyrus.

“Lagian, mengapa pangeran Douglass ingin membuat perselisihan di Rubierute?”


“Yah, agar pangeran Douglass bisa mendapat dukungan dari wilayah timur, dia
memberikan tuntutan ini. Jika wilayah perbatasan utara bergabung dengan faksi
pangeran, maka wilayah timur bisa ia kuasai sepenuhnya, dan dia bisa mendapat
Reburan di wilayah barat dengan mudah. Hal ini akan menguntungkan kita karena
perdagangan di wilayah timur akan berpusat di sini.”
“Rubierute mendapat dukungan dari wilayah barat, jadi kemungkinannya akan
bergabung dengan sekte tuan putri. Karena Rubierute sama sekali belum bergabung
dengan faksi manapun, hal ini tak boleh diketahui oleh publik, tapi......”
“Kalau hal ini masih belum diketahui, semuanya masih aman. Kita harus bergegas dan
mengamankan produknya. Kau harus mengirimkannya secepatnya. Kita harus
mengirimkannya ke bangsawan yang benar sebelum seseorang menyadari rencana ini!
Kau harus memastikan bahwa putri Juliana tak mengetahui hal ini.”

Tubuh besar Triton menggeliat saat ia membuka laci mejanya, mengambil sebuah
cerutu, dan menyalakannya. Kepulan asap perlahan ia hirup, sembari Cyrus yang
terbatuk terus melaporkan status produknya.

“Ada 4 produk yang saat ini kita simpan di ‘gudang bawah tanah’. Aku akan
memastikan tambahan yang baru sekarang......”
“Memastikan produknya juga semakin sulit saja. Bahkan para pekerja berlagak pura-
pura waspada? ......Kita harus mempercepatnya sebisa mungkin. Dari tadi aku tak
melihat Audrain, sebenarnya apa yang orang bodoh itu sedang lakukan?”
“Saat aku memeriksa Audrain-sama di ruangannya, dia bilang pedang yang digunakan
sebagai produk perbekalan tidak memuaskan untuk tugas ini.”
“Dasar sinting! Ini bukan main-main! Pedang itu sudah cukup untuk masuk ke hutan
para elf, yang lainnya hanya akan menahan mereka!! Aku sudah muak, keluar.”

Mendengar perkataan tersebut, Cyrus menunduk ramah sebelum perlahan


meninggalkan ruangan. Triton mengisap cerutunya sekali sebelum mengusapnya ke
asbak dengan kasar, dia lalu bersungut melihat dokumen yang terbuka di mejanya.

65 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sudut pandang Arc
Beberapa hari kemudian, meskipun aku telah menyelidiki wilayah di sekitar Rubierute
untuk menemukan sebuah lokasi yang ideal untuk markas, tak ada yang berubah
dalam kehidupan harianku.

Penampilan armorku yang mencolok awalnya telah menarik banyak perhatian, namun
keadaan sekarang sepertinya sudah lebih tenang. Tapi, satu-satunya tempat di mana
aku bisa makan hanyalah di dalam ruang penginapanku atau jauh di luar kota, hanya
karena aku tak tahu kapan orang akan melihatku.

Akan tetapi, hari ini berbeda karena apa yang terjadi pagi tadi. Hal ini terjadi setelah
aku meninggalkan penginapan, melihat permintaan di gedung guild, dan pergi ke
gerbang barat untuk penyelidikan dan mendapat pendapatan harianku.
Entah mengapa, ada atmosfer yang tak biasa di kota. Saat aku berjalan ke gerbang
barat, jumlah orang yang datang lebih banyak dari biasanya. Kuputuskan untuk
berjalan di belakang sepasang pria yang menuju ke gerbang jadi aku bisa mendengar
percakapan mereka.

“Kudengar sebuah kelompok yang membawa Giant Basilisk hanya beranggotakan lima
orang! Mereka akan membawanya ke alun-alun sekarang!”
“Benarkah!? Makhluk itu sudah memakan banyak korban, kelompok itu pasti sangat
kuat...... Giant Basilisk tentu buruan yang besar. Apakah mereka sudah terkenal di
negeri tetangga?”
“Dewasa ini, banyak cerita tentang mereka. Apakah ini pertanda buruk atau apa?”

Kelihatannya ada sebuah grup yang bisa membunuh seekor Giant Basilisk. Di dunia ini
kelihatannya melakukan hal seperti itu adalah pencapaian yang hebat. Tapi,
kenyataannya monster itu jarang terlihat. Walau aku melihat dua basilisk di Hutan
Wind Dragon.

Alun-alun yang kecil sudah dipenuhi oleh lautan manusia, dan di tengah alun-alun
sebuah gerobak di kelilingi oleh lima orang, salah satunya menceritakan pertarungan
heroik mereka sembari membuat gestur tangan.

Ini seperti dalam sebuah pertunjukkan teater, di mana masyarakat tenggelam dalam
cerita yang mereka dengarkan.

Seekor Giant Basilisk dipotong-potong menjadi potongan kecil dan mengisi gerobaknya.
Sebenarnya mustahil untuk membawa tubuh raksasanya dengan gerobak seutuhnya.
Kepalanya dipajang di atas tumpukan agar semua orang bisa melihatnya.

Sembari menonton, aku bertanya ke seorang pria di dekatku.

“Apakah membunuh seekor Giant Basilisk benar-benar hebat?”

Pria yang kutanyai langsung berbalik dengan terkejut, dan dengan ekspresi heran, ia
menjawab pertanyaanku.

66 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Kishi-sama, saat seekor Giant Basilisk muncul, membutuhkan sebuah kelompok
petualang terkenal atau seluruh tentara penguasa feodal untuk mengalahkannya.
Sederhananya, membutuhkan banyak uang bahkan untuk mengalahkan salah satunya.
Kelihatannya dagingnya yang beracun bisa dikeringkan dan dibumbui untuk membuat
panah beracun untuk berburu monster.”

Sungguh, berapa banyak yang akan kau dapat kalau kau bisa membawa salah
satunya...... Tapi tentu saja akan menjadi sebuah kehebohan kalau aku bisa
membunuh makhluk itu sendirian dan membawanya pulang.

Aku tengah memikirkan hal tersebut, lalu sebuah kelompok yang terpisah dari
kerumunan menarik perhatianku.

Grup tentara berarmor logam itu dipimpin menuju ke tengah alun-alun oleh seorang
pegawai sipil yang berbaju elok. Orang-orang menyadarinya, dan keributan di alun-
alun perlahan mereda, hingga hanya beberapa bisikkan yang bisa terdengar.

Sebuah jalan terbuka tepat menuju ke tengah alun-alun, lalu grup tentara itu dan para
petualang saling berhadapan.

Pria dengan baju elok itu kurus namun tinggi, kelihatannya dia berumur pertengahan
30an, dan berdiri di tengah para tentara. Setelah sedikit menyisir rambutnya, pria itu
berjalan ke depan.

“Aku Buckle De Robert viscount sekaligus pemimpin feodal dari Rubierute, dan mereka
adalah Bosco Futran dan Zetorasu Futran. Siapa pemimpin dari kalian?”
“Oh, i-iya! Kami adalah tim petualang 『Iron Fang』 pemimpinnya adalah aku, Masco!!”

Pria yang tadi menceritakan kisah heroiknya tergagap menjawab pertanyaan itu
dengan suara serak. Anggota yang lain berdiri ... .

“Apa kalian adalah orang yang membunuh Giant Basilisk ini?”


“......, I-Iya!!”

Pertanyaan Zetorasu terlihat meragukan pria itu, Masco terdiam sejenak sebelum
melontarkan jawaban singkat itu.

“Kudengar makhluk ini terdapat di dataran rendah Hutan Wind Dragon. Benar begitu?”
“Iya!! Makhluk ini terdapat di hutan dekat Desa Rata!”
Huh? Bukankah aku meninggalkan basilisk yang kukalahkan di hutan dekat Desa Rata.

Apa mungkin, makhluk yang kutinggalkan itu sama dengan yang di gerobak itu? Lagi
pula tak ada saksi mata, dan bukan berarti aku ingin mengakui itu sebagai milikku.
Faktanya, di sana ada dua Giant Basilisk. Bisa saja yang di sana adalah yang melarikan
diri dariku.

“Beberapa saat yang lalu, kulihat dua makhluk itu di Hutan Wind Dragon......”

67 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Apa!? Benarkah itu, Kishi-sama?!”

Pria bertubuh besar di sampingku melontarkan suara yang keras saat ia mendengarku
menggerutu. Suara keras itu langsung saja menarik perhatian semua orang ke arahku,
dan orang-orang di sekitarku mulai memberiku jalan.

“Dan anda adalah?”


“Tidak, bukan aku, Kishi-sama yang menggerutu tak terduga mengejutkanku......,
sungguh!”

Mendengar perkataan pria itu, Zetorasu menatap ke arahku. Di sekujur tubuhku, aku
mulai merasakan tatapan bermacam-macam.

“Tidak, aku hanya berkata bahwa aku ingat kalau aku melihat di sana ada dua Giant
Basilisk di tempat yang sama beberapa hari yang lalu.”

Aku tak bisa bilang kalau makhluk itu sama dengan makhluk yang kubunuh atau salah
satu yang melarikan diri dariku, tapi......

Informasi yang kuucapkan membuat alun-alun menjadi gaduh dengan cepat.


Masyarakat kini telah yakin dengan kebenaran cerita tersebut dan juga bahaya yang
mengancam.

“Huh?! Bodoh, di sana ada dua makhluk ini! Apa hanya kebetulan!? Dan mengapa kau
tak melaporkannya pada seseorang!? Mengapa kau terus menyimpannya!?”

Zetorasu mengkritikku dengan nada kasar, dan menatapku dengan mata marah.

Walau mendengar perkataan semacam itu, aku tak terlalu paham dengan keadaan
mereka, jadi tak bisa menilai situasi dengan benar. Aku tak mengkhawatirkannya
karena saat itu basilisk satunya melarikan diri ke dalam hutan, jadi tak perlu
mengkhawatirkannya.

“Ini pertama kalinya aku melihat Giant Basilisk. Lagi pula dilihat dari jarak mereka, aku
tak tahu apakah mereka bisa jadi ancaman.”

Di dalam kenyataan, tentu ini adalah kali pertamanya aku melihatnya. Aku menemui
beberapa basilisk di dalam game, dan ketika aku mulai memburu mereka, aku jadi lupa
berapa banyak yang telah kutemui.

Mendengar jawabanku, Zetorasu menutup kedua matanya, dan ia memasang wajah


penuh pemikiran. Apa kau memikirkan apa yang harus dilakukan untuk ke depannya?

Apakah dia berpikir dua Giant Basilisk itu akan memakan anak-anak? Di dalam game,
ditentukan bahwa basilisk berevolusi menjadi Giant Basilisk. Makhluk ini berada pada
level sekitar 40-50 saat mendapat kemampuan liur beracun, dan tanpa itu, basilisk
hanyalah makhluk lemah tak berdaya.

“Kita harus kembali ke kediaman secepatnya! 『Iron Fang』, saya minta anda datang
68 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
bersama kami. Aku ingin beberapa pengawal mengawal 『Iron Fang』 untuk
peninjauan! Dengan hormat, tolong ceritakan kepada kami bagaimana anda dapat
membunuh Giant Basilisk dengan berani!!”

Masyarakat kembali tenang setelah mendengar pernyataan tersebut. Mungkin itu


adalah sebuah aksi untuk meredam kecemasan rakyat.

Korban dari seluruh kejadian ini tentunya adalah para anggota dari 『Iron Fang』.
Mereka terlihat tak bisa mengatakan apa yang ingin mereka katakan. Sebagai
petualang, mungkin akan memakan waktu lama untuk menjadi terkenal, jadi
kesempatan ini bagaikan anugerah dari Tuhan.

Akan tetapi, tiap anggota 『Iron Fang』 memasang seringai di wajah mereka.
Sepertinya kesempatan ini adalah sebuah anugerah yang mereka harapkan atau
mungkin bukan. Aku tak diundang untuk mengikuti acara tersebut. Lagi pula, lebih baik
aku tak berurusan dengan sesuatu yang merepotkan semacam ini.

Dengan Zetorasu memimpin, para anggota 『Iron Fang』 dituntun menuju kediaman
pemimpin feodal itu.

Karena aku tak ingin berurusan dengan seseorang yang memiliki kekuasaan, akan lebih
baik kalau aku bergerak ke markasku sendiri sebelum masalah lain menimpaku.
Berpikir demikian, aku berbalik dari kejadian ini dan berjalan menuju ke gerbang barat.

Berdasarkan dari survei terdahulu, ada sebuah kota kecil di sebelah timur dari sini, dan
ada juga kota tetangga terbesar bernama Diento. Untuk sampai ke sana butuh sekitar
3-4 hari dengan kereta kuda. Karena barang bawaanku sudah kupanggul, mari pergi ke
sana.

Namun pertama-tama, mari tengok sebentar keadaan di Desa Rata~.

69 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 11
Bentuk Kota – Bagian 1
Aku berkelana melalui jalan di samping sungai peri dari hulu menggunakan
【Dimensional step】. dalam perjalananku, aku melewati beberapa desa kecil, yang
dikelilingi oleh tembok kayu berukuran kecil. Setelah beberapa saat, aku melihat Kota
Koruna yang lebih kecil daripada Rubierute. Kota ini dikelilingi dengan tembok batu.
Sembari melihat sekelilingku, aku terus berjalan menyusuri jalan.

Pegunungan Calcutta dapat terlihat dari arah barat daya, saat aku tiba di sungai utama
yang terbagi menjadi sungai peri, yaitu Sungai Rydell. Sungai Rydell mengalir ke arah
timur Pegunungan Calcutta dan sepertinya hingga melewati ibukota juga. Terus
berjalan ke hilir sungai, tujuan utamaku, Diento, mulai nampak.

Sebuah perjalanan yang memakan waktu 3 hari menggunakan kereta kuda, bisa aku
tempuh kurang dari setengah hari dengan metode berkelanaku.

Kota Diento terletak di hulu sungai peri sebelum sungainya menyambung ke sungai
utama, Sungai Rydell. Ukuran kota ini mungkin 3 kali lebih besar dari Rubierute?
Ladang yang mengelilingi kota ini juga terbilang luas. Di kejauhan, tembok besar yang
melindungi kota bisa terlihat. Selain itu, temboknya berlapis dua, dan terdapat
beberapa rumah pribadi di antara kedua lapis tembok. Di dalam tiap tembok terdapat
parit yang mengelilingi perumahan tersebut. Kota itu sendiri hampir terlihat seperti
sebuah benteng.

Tembok kota yang disinari warna cahaya matahari terbenam, aku menatap
pemandangan daratan yang tak terhalang oleh siapa pun. Kalau sebuah kota seperti ini
ada di waktu modern, mungkin akan dicantumkan sebagai situs warisan dunia, karena
keindahannya yang bisa menangkap hati siapa pun yang melihatnya.

Kuatur kembali isi pikiranku, aku melanjutkan ke pintu masuk Diento. Orang-orang
yang bekerja di ladang di sekitar kota tengah bergegas pulang ke rumah mereka. Dari
sini, aku menuju ke kota dengan berjalan kaki. Perpindahan instan yang mencolok
mungkin akan terlalu menarik perhatian.

Akan tetapi, dari sini jaraknya sangat jauh dari kota. Mungkin aku harus berjalan
cepat?

Aku mulai berjalan cepat dengan tenaga yang membuat mantelku berhembus. Orang-
orang di depanku berteriak dan memberi jalan saat mereka mendengar langkah
kakiku. Kecepatan seperti ini bagiku biasa saja, namun kurasa sedikit menakutkan bagi
orang lain.

Seorang pria tinggi 2 meter dengan full body armor bergerak dengan kecepatan
tinggi......, tak heran mengapa mereka histeris......

Tak terasa gerbang kota sudah terlihat di depan mata, jadi aku kembali berjalan
dengan kecepatan biasa. Kalau aku berjalan menuju gerbang seperti tadi, tak
diragukan lagi aku akan dianggap sebagai orang yang mencurigakan. Tinggi tembok
kotanya sekitar 7 meter, dan para prajurit melakukan patroli di atas tembok. Setelah
aku melewati gerbang yang besar, gerbang satunya lagi mulai terlihat. Gerbang yang

70 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
ini terletak tepat di dasar bukit. Aku menaiki daratan yang agak miring dan tiba di
tembok kota kedua, untuk memasuki kota, kutunjukkan sertifikat petualangku.

Semua bangunan di kota kelihatannya terbuat dari batu. Bangunan berlantai tiga
berjejer di samping jalan, dan setiap jalan dipenuhi oleh orang yang datang dari pergi.
Untuk pertama kalinya semenjak aku datang di dunia ini, aku dikelilingi oleh suara kota
yang hidup oleh para pedagang jalanan dan penjaga bar yang terus mengundang para
pengunjung dan orang-orang melakukan bisnis mereka.

Aku merasa sedikit nostalgia.

Tata letak jalan di kota ini sepertinya cukup rumit, dan mungkin memakan beberapa
saat untukku mengingat semuanya. Saat aku masuk ke bar terdekat, aku menemukan
beberapa orang yang tengah minum di tengah hari kerja. Aku menanyakan lokasi
sebuah penginapan pada seorang paman di belakang meja bar.

“Permisi, aku mencari sebuah penginapan. Apa kau tahu tempat yang bagus?”
“Lantai kedua dan ketiga kami sediakan sebagai penginapan! 2 sek per malamnya,
bagaimana, tuan?”

Pemilik bar menyarankan penginapannya. Aku penasaran apakah aku bisa memesan
makanan dari bar dan memakannya di ruanganku di lantai dua?

“Apa kau bisa mengatarkan makanan ke ruangannya?”


“Tak masalah. Ah! Pastikan saja anda mengembalikan barangnya setelah anda selesai
makan. Satu porsinya 3 sok, tiap waktu!”

Kuberikan paman itu 2 kojn perak dan 3 koin perunggu, dan dengan segera dia mulai
menaruh sepaket makanan. Dengan nampan di tanganku, kunaiki tangga menuju
ruanganku yang ditunjukkan. Kubuka pintu ruang yang ada di lantai tiga, dan
merasakan atmosfer ruangan yang lebih baik dari penginapan yang biasa aku tempati.
Kasurnya empuk, dan selimutnya juga berkualitas baik. Terdapat sebuah meja kecil
dengan tak hanya kursi namun juga sebuah jengkok di sana.

Terduduk di salah satu kursi, kutaruh makananku dan melepaskan helmku.

Setelah sekian lama, ini adalah makanku yang benar. Paket makannya terdiri dari sup,
salah, dan sebuah roti berwarna hitam, yang tersedia dalam sebuah nampan.
Kelihatannya di sini tak tersedia daging. Roti hitam itu terasa sama seperti roti yang
kumakan sebelumnya. Namun roti ini bisa dimakan saat kucelupkan ke sup untuk
melembutkannya. Supnya adalah sup kacang yang dimasak dengan kaldu ayam. Cukup
lezat. Dan untuk saladnya, terdiri dari dua jenis sayur dibumbui dengan cuka dan
garam. Apakah ini selada dan endive? Tidak, cukup diragukan mereka menggunakan
sayuran yang sama bersamaan.

Setelah memakai kembali helmku, kubawa peralatan makannya kembali ke lantai satu.
Paman itu menatapku dengan aneh saat kukembalikan peralatan makannya. Mungkin
aneh untuk seorang tamu berarmor kembali dengan peralatan makan tetap memakai
armor, setelah memakan makanannya di ruangannya. Namun tak sepatah kata pun
terucap.

71 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Setelah aku kembali ke ruanganku, kusandarkan punggungku ke tembok dan tertidur
seperti biasanya. Selimutnya masih rapi di kasur, karena tak ada gunanya aku
berselimut dengan armorku.

Pagi harinya, suara dari sebuah lonceng terdengar entah dari mana. Terbangun oleh
suaranya, aku turun ke lantai satu di mana paman bar itu tengah mengerjakan sesuatu
di dapur. Tak seperti sebelumnya, tempat ini tak ramai di pagi hari.

Kutaruh kunci kamarnya di counter dan memanggil paman di dapur sebelum pergi.

Setelah sedikit bertanya-tanya, aku tiba di gedung guild petualang kota ini. Gedungnya
berlantai tiga, namun strukturnya tak berbeda dengan gedung guild lainnya. Namun di
sini terdapat lebih banyak pegawai di belakang counter. Walau tak satu pun dari
mereka yang terlihat seperti seekor beruang dalam kandang. Di sini terdapat banyak
petualang di depan papan permintaan. Para staf dan petualang semuanya laki-laki,
mungkin saja ada tak banyak petualang wanita.

Paling tidak kupikir mereka akan mempekerjakan seorang wanita cantik sebagai
resepsionis......

Di depan papan permintaan, aku menangkap sebuah percakapan di antara dua


petualang saat aku tengah melihat-lihat plakat permintaan.

“Sebuah grup lima orang dari korpsku pergi berburu empat hari yang lalu, dan aku
belum mendengar kabar mereka semenjak itu.”
“Mungkin mereka diserang oleh bandit atau monster? Lagian tempat ini dekat dengan
hutan elf. Monster-monster di sana biasanya cukup kuat, kan?”
“Tidak, mereka seharusnya pergi ke kaki Pegunungan Calcutta di dekat ibukota......”

Di dunia ini, daerah di luar kota adalah daerah penuh bahaya. Hidup dan mati sudah
tak dapat dipastikan saat kau pergi keluar.

Meskipun begitu, pergi ke sini akhirnya memberikanku kepastian akan adanya ras elf.
Walau aku masih belum menjumpai non-manusia satu pun di kota ini. Lagi pula, para
elf tinggal di dalam hutan, sebuah tempat yang berada di luar jarak kemampuan
bertahan hidup dari manusia.

Karena aku berada di dunia paralel, aku ingin melihat apa saja yang ada di dalamnya.
Pikiran tersebut terlintas di benakku setelah memastikan isi dari plakat permintaannya.
Karena populasinya yang lebih besar, di sini terdapat lebih banyak permintaan, namun
permintaan itu masih sekedar pekerjaan sederhana. Sepertinya aku tak bisa
menemukan pekerjaan yang bagus kecuali aku bergabung dengan sebuah korps
petualang.

Sepertinya aku akan berburu sesuatu di hutan hari ini dan menjualnya. Aku
mempertimbangkan tentang korps petualang saat aku pergi.

Seorang pedagang jalanan menjual manisan buah dan kuputuskan untuk membelinya.
Karena buahnya terlihat seperti stroberi, sebut saja stroberi. Pedagang itu bilang
72 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
stroberi liar biasa tumbuh di sebelah barat. Pedagang itu menyendok beberapa ke
dalam gelas, setelah kuberikan 8 koin perunggu padanya. Sepertinya beri-beri tersebut
hanya ada setengah tahun saja, dan tak tahan segar untuk setengah hari. Kutaruh
manisan itu ke dalam sebuah tas kecil dan menaruhnya ke dalam kantongku.

Saat menuju ke gerbang, kupastikan diriku mendengar percakapan orang-orang di


sekitarku. Tak terasa aku telah tiba di gerbang selatan di tembok bagian dalam.
Menunjukkan sertifikatku ke penjaga gerbang, aku diperbolehkan keluar dari gerbang.

Jembatan batunya terbentang sepanjang sekitar 300 meter dan memiliki enam
lengkungan indah yang membentang dari ujung ke ujung. Mungkinkah lebar jembatan
ini bisa mencakup tiga kereta kuda sekaligus? Di sini terdapat banyak orang datang
dan pergi, kebanyakan mereka masuk dan keluar dari sebuah kereta kuda. Mungkin itu
sudah menjadi kendaraan umum.

Setelah menyeberangi jembatan tersebut, Pegunungan Calcutta dapat terlihat di


sebelah kananku dan pintu masuk ke hutan berada di depanku. Di sebelah kiri terdapat
sebuah ladang gembala, terlihat dari binatang-binatang yang bersantai di balik pagar di
tiap sisinya. Di sana ada sapi, domba, dan bahkan ada kuda. Di sana terdapat juga
ladang lainnya yang terbentang. Sungai Rydell mengalir dari hulu menuju ke hutan,
namun sungainya cukup terbuka.

Mustahil bagiku untuk berburu di dekat kaki Pegunungan Calcutta karena di sana
terdapat banyak orang. Aku berbelok dari jalan utama, dan mulai bergerak ke arah
barat daya. Aku mulai kehilangan pandangan dari Sungai Rydell saat aku berjalan.

Lebatnya pohon-pohon di sekitar tumbuh hingga menutupi cahaya matahari,


membuatku sulit untuk melihat. Tak seperti hutan di kaki pegunungan wild dragon,
tebal tiap pohon tak terlalu lebar, namun di sini hanya ada sedikit jarak di antaranya.
Mungkin aku tak bisa mengayunkan pedang dua tanganku di sini. Tidak, aku bisa
mengayunkannya, namun aku akan menumbangkan semua pohon di sekitarku. Di
tempat seperti ini, mungkin akan sulit untuk menangkap sesuatu tanpa adanya
perangkap.

Aku telah melihat beberapa hewan kecil dari tadi, namun mereka selalu menghilang ke
dalam semak-semak.

Dengan pohon-pohon yang berhimpit rapat, akan sulit untuk menggunakan


【Dimensional step】 di sini. Aku berkeliling hutan tanpa arah di sekitar hutan selama
satu jam sebelum aku menyadari tanda dari 5 makhluk lain yang mengarah padaku.
Kurasa mereka mungkin serigala atau semacamnya karena mereka berpencar untuk
mengepungku saat mereka mendekat.

Akan tetapi, apa yang mendatangiku adalah sebuah grup perampok lima orang, yang
memasang senyum vulgar di wajah mereka. Rambut mereka tak tertata, terdapat
janggut di wajah mereka, dan tiap-tiap mereka memegang sebuah belati di tangan.

“Oh, anda mau pergi ke mana? Kishi-sama, hehehe.”


“Mari kita lihat, kau bisa menyelamatkan dirimu, kalau kau mau menyerahkan semua
perlengkapanmu? Harga yang murah, kan? Hahaha.”

73 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Menemukan seorang kesatria penyendiri di dalam hutan, keberuntungan kita pasti lagi
bagusnya! Hahaha.”

Mereka mengejekku. Sepertinya mereka menjadi lengah karena keuntungan tempat


mereka. Mata mereka terselimuti oleh ketamakan, saat mereka menilai penampilanku
dari kepala ke ujung kaki.

Walau kalian pikir aku tak bisa menghunuskan pedangku, masih terlalu cepat untuk
lengah. kugunakan 【Dimensional step】 untuk berpindah dengan cepat ke belakang
perampok terdekat. Mengumpulkan tenaga di kepalan tanganku, dengan cepat
pukulanku menghantam kepala rampok tersebut. Sebuah suara “buak” terdengar saat
pecahan dan kepingan kepala terbang ke mana-mana, dan tubuh rampok tersebut
terjatuh. Sepertinya aku menaruh terlalu banyak tenaga. Aku tak berpikir kepalanya
bisa sampai pecah.

Seperti melihat sebuah video slow motion, wajah para perampok itu berubah menjadi
pucat. Kuambil kesempatan ini untuk menghantamkan pukulanku ke dagu dua orang
lainnya di dekatku. Rahang keduanya terpental. Darah mengucur keluar dari mata,
telinga, dan sisa-sisa mulut mereka, saat mereka terjatuh ke tanah.

“Mon-Monsterrrrr!!!!!!!!!”
“Di-Dia bukan manusiaaa!!!”
Para perampok yang berada agak jauh dariku menunjukkan punggungnya padaku. Dari
tempatku, kurapalkan 【Rock Bullet】, dan sebuah batu seukuran ikat melesat tepat ke
punggung perampok itu. Meskipun itu sebuah mantra biasa seorang Mage,
kekuatannya sangat bagus. Lubang terbentuk di armor kulit yang perampok itu
kenakan.

Itu yang keempat. Berpikir demikian, aku mencari ke sekelilingku dan menemukan
yang terakhir meliuk-liuk di antara pepohonan sembari ia melarikan diri.

Di dalam hutan lebat ini, aku tak bisa menggunakan 【Dimensional step】 untuk
menangkap perampoknya, itu adalah kemampuannya menghindari pepohonan seperti
seekor monyet. Aku harus bergantung pada kemampuan fisikku untuk mengejarnya.

Saat aku menyingkirkan semak-semaknya, perampok itu, yang mengerti tempat ini
dengan baik, dengan cepat menjaga jaraknya dengan menghindari pepohonan. Untuk
mencoba dan memperpendek jarak, aku mulai berlari di daerah yang lebih terbuka, lalu
kakiku tersandung oleh sesuatu. Aku terangkat ke atas, saat kakiku terikat dengan
sebuah tali, yang mengangkatku ke udara dengan menjatuhkan sebuah batu.

“Ha! Kau sungguh idiot, terkena perangkap sederhana semacam ini!!”

Perampok yang melarikan diri berhenti berlari dan menengok ke arahku, dengan
sebuah tampang bangga di wajahnya. Akan tetapi gaya gravitasi dari batu yang
terjatuh dengan cepat membalik saat talinya putus dan terpental ke arah terbitnya
matahari. Tali itu putus karena aku menarik kakiku yang terikat dengan paksa.

Saat aku mulai berlari lagi, perangkap lainnya diaktifkan. Kali ini adalah sebuah dinding
tombak yang dimaksudkan untuk mencabik mangsanya saat diaktifkan. Kutangkis
74 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
dinding itu yang menyebabkan tombak-tombaknya terpental saat menabrakku.
Selanjutnya, sebuah balok besar melayang ke arahku. Dengan satu pukulan kuat,
balok kayu itu meledak dan serpihan kayu tersebar ke mana-mana, bahkan tali yang
mengikatnya menciut.

Jebakan-jebakan ini sepetinya telah dipasang di area terbuka sebelumnya. Karena


keadaan ini, aku hanya harus lari melalui area yang lebih lebat dengan tenaga yang
lebih kuat.

“Hyaaaaaaaaaaaa!!! Mon-monsteerrrrrr!!”

Melihatku memecahkan semua jebakannya dengan tenaga besar membuat perampok


itu melarikan diri dan berteriak lagi. Walau dia terganggu olehnya, dia tetap meliuk-liuk
di antara pepohonan dengan baik.

Aku mengejarnya dengan cepat dari belakang. Seperti sebuah tank aku menerjang
terus ke depan, walau sebuah pohon atau batu menghalangi jalanku, langsung hancur
oleh tenaga doronganku.

“Hahaha, mau pergi ke mana kau?”


“Ahhhhhhhhhhhhh!!!”

Sebuah ketegangan aneh terbentuk saat kukejar perampok itu, dan sebuah kalimat
seperti seorang kolonel tentara menyelip keluar dari mulutku. Bau dari amonia mulai
tercium, saat selangkangan perampok yang melarikan diri itu mulai basah. Sepertinya
dia kencing di celana karena takut, namun dia tetap melarikan diri dengan lihai.

Tanpa terasa sebuah tebing dengan tinggi sekitar 7-8 meter muncul saat kami
menyingkirkan semak-semaknya. Di sana ada sesuatu seperti gua di sisi tebing, dan
dikelilingi oleh pagar untuk menjauhkan dari binatang.

Gua itu sepertinya adalah markas para perampok, namun dua penjaga yang ada di
depan memasang tampang melongo.

Lelaki yang kencing di celana terbirit-birit berlari menuju penjaga. Para penjaga
kebingungan dengan penampilannya dan membuat jeda sejenak untuk menimbang
keadaan. Mengambil kesempatan ini, kugunakan 【Dimensional step】 untuk
mendekati lelaki tersebut dan menghunuskan pedangku. Dengan cepat ketiga pria
tersebut tertebas dengan satu tebasan. Mudah untuk mengejarnya di tempat terbuka
seperti ini.

3 tubuh itu tertebas diagonal, dan membuat darah yang mengucur keluar mewarnai
area sekitar merah dan bau besi mulai tercium.

Tiba-tiba, suara dan jejak kaki bisa terdengar dari dalam gua, dan mereka mengarah
ke sini. Kulemparkan barang bawaanku di dekat pintu masuk, memegang pedangku
dan menunggu bandit yang tersisa untuk muncul. Pasti aku tiba di dunia ini untuk
bekerja sebagai pembersih sampah masyarakat.

75 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Kemudian seorang pria botak bertubuh kekar keluar dari gua dan membawa sebuah
kampak.

“Huh! Siapa kau, berengsek!!!”

Pria botak itu melihat pemandangan di pintu masuk gua dan berteriak bertanya
sebelum mengayunkan kampaknya. Dengan segera, kututup jarak di antara kita dan
menusukkan pedangku ke perut pria itu dengan segenap tenaga. Tanpa mengalami
halangan apapun, pedangku menembus perut dan mengoyak isi perutnya.

Dengan tubuhnya terbelah dua, pria botak itu menggerutu tentang semacam jenis
monster baru, sembari terjatuh ke tanah.

Perampok lainnya menonton dari belakang dengan tercengang. Saat kuinjak isi perut
objek yang terjatuh ke tanah, perampok lainnya mulai mengusungkan senjatanya
dalam keadaan panik.

Aku menghindari serangan mereka dengan mudah, dan menebas mereka satu per satu
dengan sekali serang dengan pedangku. Hanya tiga orang tersisa di dekat pintu masuk
gua, dan hanya seukuran dua orang yang bisa menggunakan senjata dengan leluasa.

Saat perampok terakhir tergenang dalam kolam darah, keadaan menjadi hening. Lebih
dari selusin tubuh tergeletak dalam gua. Sebuah angin dingin terhembus ke area dan
menggoyang dedaunan, lalu aroma darah terbawa bersamanya. Saat kuayunkan
pedangku lagi, kepingan lemak dan darah mengalir, membuat sebuah cahaya biru
misterius bersinar melaluinya.

Aku lalu melanjutkan masuk ke dalam gua.

Guanya tak terlalu besar, saat aku tiba di ujung gua hanya setelah berjalan 100 meter
ke arah kiri. Bagian dalam guanya menjadi mirip seperti sebuah aula, dan di sini masih
terdapat beberapa lampu menyala dan tanda orang tertidur di sini.

Di antara barang-barang pokok, kutemukan sebuah kotak kayu yang kuat. Hawa dan
penampilannya membuatnya terlihat seperti sebuah kotak harta karun.

Sejumlah banyak koin emas, yang telah dikumpulkan para perampok, terdapat di
dalam kotak ini. Kalau kugabungkan dengan koin emas di kantungku, jumlahnya
mungkin melebihi 500 keping. Keping-keping koin ini mungkin memang berukuran koin
1 yen, tapi bobotnya sama seperti koin 500 yen. Cukup berat juga karena ada lebih
dari 500 koin tersebut.

Di sini juga terdapat banyak senjata yang tersisa, jadi untuk saat ini aku kumpulkan
saja yang kelihatannya bagus.

76 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 12
Bentuk Kota – Bagian 2
Kuambil barang bawaanku yang kutinggal di pintu depan gua dan menaruh senjata
serta koin-koin emas ke dalamnya.

Tiba-tiba, sebuah kandang besi di pojok gua menarik perhatianku. Makhluk itu terus
bersembunyi di balik bayang cahaya lampu, jadi aku tak menyadarinya hingga
sekarang. Saat aku melihat ke dalam kandang, kulihat seekor binatang yang terluka
menatap balik padaku.

Kuambil sebuah lampu mendekat jadi aku bisa melihat jelas binatang di dalam kandang
tersebut. di sana ada seekor rubah di dalamnya. Tidak, bukan rubah, itu adalah seekor
binatang mirip rubah.

Dari kepala hingga ekor, panjangnya sekitar 60 cm, dan ekornya terlihat seperti bunga
dandelion dan panjangnya hampir setengah panjang tubuhnya. Kepala rubah tersebut
memiliki kuping kerucut yang besar yang menghadap ke atas, menandakan bahwa ia
tengah waspada dan mendengarkan. Juga terdapat sesuatu seperti lapisan di kakinya,
hal ini menunjukkan bahwa ia seekor tupai terbang.

Di bawah cahaya lampu, aku bisa melihat bulu hijau mudanya yang menutupi
punggungnya sedang perutnya tertutup oleh bulu berwarna putih.

Tanpa mengalihkan pandangannya, makhluk di dalam kandang tersebut mengeluarkan


sebuah erangan pelan dan menegakkan ekor lebatnya yang besar. Terlihat beberapa
luka dangkal di kaki depannya, dan bulu di sekitar kaki belakangnya berwarna merah.

Untuk menggunakan sihir penyembuhan pada lukanya, kubuka pintu kandangnya.


Akan tetapi, rubah hijau muda itu terlalu waspada, hingga ia tak berniat untuk
meninggalkan kandang tersebut. Percuma saja kalau dibiarkan, kuulurkan tanganku
untuk meraih rubah di dalam kandang.

“Gyau!”

Rubah tersebut mengeluarkan decitan kecil sebelum menggigit jariku. Aku tak
merasakan sakit karena armorku, tapi aku sedikit merintih saat rubah hijau itu tak mau
melepaskan jariku.

“Asal kau tahu, aku tak segalak itu......”

Sembari mengatakan kalimat dari gadis dari lembah angin, aku mulai menarik
tanganku, sembari terus menggigit, rubah hijau itu keluar dari kandangnya. Aku tak
terlihat memiliki semacam hawa untuk menenangkan binatang......

“【Heal】“

Saat sihir penyembuhannya diaktifkan, cahaya mulai bersinar dari jariku yang sedang
digigit dan meresap ke dalam luka rubah itu. Skill biasa dari seorang Priest. Rubah

77 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
hijau itu terkejut dengan kejadian ini, dan ekor lebatnya memekar saat ia meloncat.
Mata besarnya berkedip beberapa kali.

“Kyun?”

Ia menengokkan kepalanya ke samping dengan penasaran sebelum melihat ke kaki


belakangnya yang tadi terluka, dan menjilati tempat di mana seharusnya luka itu
berada. Seperti layaknya seekor kucing, ia lalu mulai menjilati telapak kakinya. Dengan
selesainya pembersihannya, rubah itu duduk di tempat dan mulai mengayunkan ekor
lebatnya ke depan dan belakang.

Ia tak menunjukkan tanda-tanda akan melarikan diri.

Aku ingat aku punya sesuatu di dalam tasku. Saat kukeluarkan manisan beri yang
kubeli pagi tadi, rubah hijau itu mengendusnya sebentar sebelum ia berhenti. Sembari
tertawa dengan situasi ini, kutaruh beri itu di tanganku dan mengulurkannya.

Awalnya, ia masih waspada, namun perlahan ia mulai mendekati beri di tanganku.


Dengan sebuah lesatan, rubah itu mengambil berinya, lalu kembali dan mulai
mengunyahnya di kejauhan. Setelah ia selesai memakan beri itu, ia mulai mengitari
kakiku untuk meminta lagi. Setelah beberapa kali berkeliling, ia mulai memakan
berinya tanpa kuulurkan tanganku.

Kewaspadaannya yang tadi ia tunjukkan nampaknya mulai hilang, namun aku


penasaran apakah tak masalah kalau hewan liar diperlakukan seperti ini.

Setelah semua berinya ia makan, aku mulai mengelus kepala rubah hijau tersebut,
dengan sebuah senyum masam. Makhluk kecil ini sepertinya sedikit geli dilihat dari ia
mengeluarkan erangan pelan.

Karena di sini tak ada benda berharga lagi yang tersisa, aku berdiri dan bersiap untuk
pergi. Namun saat aku meninggalkan gua, rubah kecil itu berlari mengejarku secepat
kakinya berlari. Saat aku berhenti berjalan dan berbalik, rubah itu duduk dan
mengibaskan ekor lebatnya.

“Apa kau mau ikut denganku?”

Aku tak mengharapkan sebuah jawaban, namun rubah hijau itu menjawab dengan
sebuah “Kyun”. Hal ini menunjukkan bahwa ia bisa mengerti perkataanku.

Aku tak tahu nama makhluk mirip rubah tersebut, namun aku tak bisa memanggilnya
hanya dengan rubah hijau saja. Kuputar otakku mencoba untuk memikirkan sebuah
nama yang pas untuknya.

78 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
‒‒‒ Rubah Hijau......

Ponta mulai melayang seperti ia berada dalam sebuah elevator tak terlihat
“Oage atau Tempuro, mungkin bagus?”

Saat kusarankan nama itu, ekor lebatnya terlihat ia jatuhkan. Sepertinya kau juga tak
menyukai nama tersebut......

‒‒‒ Rubah Hijau......

“Kalau begitu, Ponta.”


“Kyun!”

Ekornya kini mulai berdiri lagi dan kini berayun-ayun.

“Kalau begitu, Ponta, siap untuk berpetualang?”

79 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Ponta mengeluarkan raungan dan mulai meloncat di tempat, saat aku bertanya
padanya. Tiba-tiba, angin mulai mengelilingi Ponta, dan setelah meregangkan bulunya,
Ponta mulai melayang seperti ia berada dalam sebuah elevator tak terlihat.

“Ooooh!?”
Aku menjerit terkejut, dan mataku terpaku pada Ponta. Ia mungkin tengah
menggunakan sihir angin. Lagi pula, mustahil sebuah tekanan angin naik seperti itu
bisa ada di dalam sebuah gua. Ponta melayang di angin hingga cukup tinggi untuk naik
ke atas helmku. Karena Ponta menghadap berkebalikan denganku, ekor lebatnya kini
malah menutupi pandanganku. Saat aku mencoba menggeser ekornya, Ponta
menggesernya lagi jadi ekornya kembali menutupi pandanganku.

Aku tak bisa menyangkal bahwa ia adalah seekor makhluk fantasi, ia menggunakan
sihir untuk terbang kemari...... Di duniaku yang sebelumnya, binatang arboreal, seperti
tupai terbang, hanya bisa meluncur disebabkan oleh perawakannya.

Aku mencoba untuk menenangkan kegembiraanku, lalu kupanggul barang bawaanku di


punggungku dan pergi meninggalkan gua.

Mayat para perampok itu berceceran di dekan pintu masuk. Karena akan menjadi
masalah kalau hal ini menarik perhatian sesuatu yang aneh, kugunakan 【Flame】
untuk membakar mereka semua. Awalnya, Ponta terkejut dengan api yang keluar,
namun setelah beberapa saat, ia kembali mengibas-ngibaskan ekornya di atas helmku.

Lalu aku meninggalkan markas perampok itu setelah aku yakin tak ada yang tersisa
kecuali abu.

Karena aku mengumpulkan banyak harta rampasan, bahkan kalau aku tak pergi
bekerja untuk beberapa saat aku akan baik-baik saja.

Diam-diam aku bergerak dan berjalan, hingga aku tiba di tepi hutan.

Daun dari pepohonan tak menghalanginya, jadi aku bisa melihat bahwa langit sudah
mulai berwarna merah. Sepertinya sudah banyak waktu terlewat semenjak aku pergi
memasuki hutan. Aku bisa melihat tembok kota Diento dari kejauhan, dan ladangnya
telah tak berpenghuni.

Setelah berjalan menyusuri tepian Sungai Rydell beberapa saat, aku melewati
seseorang yang berdiri membelakangiku.

Ia mengenakan sebuah jubah cokelat abu-abu, dan helai rambut emas kehijauan
terselip di balik tudungnya dan tertiup oleh angin. Perawakannya mirip manusia,
namun penampilannya berbeda dengan manusia lain yang biasa kulihat. Kuping
kerucut yang panjang, dapat terlihat jelas dari sudut ini, sebuah ciri-ciri dari ras yang
biasa terdapat dalam cerita dan game.

“Ini pertama kalinya aku melihat seorang Elf.”

80 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sedikit tertarik, kugunakan 【Dimensional step】 untuk muncul di belakang elf itu, dan
pada akhirnya aku berbicara dengannya tanpa maksud yang pasti.

Elf itu menjauh dariku saat aku melakukan hal tersebut, menghunuskan sebilah pedang
ramping saat itu juga, dan menatap balik ke arahku dengan sebilah pedang di tangan
dan sebuah tatapan marah di wajahnya.

Rambut emas kehijauannya tak sebanding dengan mata hijau tajam yang tengah
menilaiku. Tubuhnya ramping, namun dibalut dengan light armor yang kokoh. Pedang
yang waspada terhunus ke arahku juga telah siap di tangannya. Tingkah laku dan
hawanya wangsit berbeda dengan para rampok tadi. Dengan sekali lihat aku bisa
mengerti bahwa seorang pejuang tangguh tengah berdiri di depanku.

“Siapa kau?”

Elf itu segera waspada dan bersiap dalam kuda-kuda bertarung. Suaranya sedikit lirih,
namun jelas bahwa orang itu mencoba untuk mengincar sebuah celah. Akan tetapi,
mata pria tersebut sepertinya terpaku pada satu titik. Pandangannya terpaku pada
Ponta, yang tengah berada di atas kepalaku......?

Aku punya beberapa pertanyaan untuk pria itu, namun aku harus menjawab terlebih
dahulu.

“Arc. Seorang pengelana. Aku memanggilmu tanpa sebab hanya karena ini adalah
pertama kalinya aku melihat seorang elf.”

Masih terlihat keraguan di matanya, namun pedang yang ia acungkan ke arahku sedikit
menurun.

“......Seorang manusia? Seekor Vento vulpix tertarik pada seorang manusia......”


“? Vento?”
“......Itu adalah nama umum rubah berbulu lebat tersebut. Itu adalah hewan ruh yang
duduk di kepalamu...... Mereka biasanya hidup dalam kawanan, bagaimana kau bisa
memeliharanya?”
“Wow, ia seekor peri? Ponta?”

Di atas kepalaku, Ponta mengeluarkan erangan pelan, namun tetap menempel di sana.
Elf itu melihat situasi tak jelas itu dengan bingung.

“Ia bukan peri, ia adalah hewan ruh. Ingatlah bahwa mereka adalah seekor binatang
yang memiliki kekuatan dari ruh elemen. Apakah kau tak tahu hal semacam itu? Apa di
dalam armor menakjubkan itu isinya kosong?”

Aku dipanggil seorang bodoh oleh pria tersebut, tapi aku tak menyangkalnya. Karena
keadaanku, tak mungkin aku bisa mengerti ekosistem di sini.

Namun di dalam armor ini tidak kosong. Di dalamnya penuh dengan tulang
belulang‒‒‒.
81 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Maaf. Ini adalah pertama kalinya aku melihat hewan ruh. Aku menemukannya setelah
ia tertangkap dan terluka oleh para perampok, dan membebaskannya. Lalu ia menjadi
menempel padaku secara emosional setelah aku menyembuhkannya dan sedikit
memberinya makan......”
“Omong kosong, bahkan kewaspadaan seekor hewan ruh biasa sangat tinggi dan
mereka bahkan tak mau menerima para elf. Apa kau bilang bahwa kejanggalan dapat
terjadi di mana-mana? ......”

Pria itu berkata demikian sembari menyarungkan pedangnya, dan menutupinya serta
menutupi kuping elf nya dengan jubahnya. Sebuah kejanggalan, aku merasa dia
merendahkanku saat ia berkata demikian, namun bukan itu masalahnya, kan?

“Jadi, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini? Aku tak melihat elf manapun di kota,
~Apa kau bermaksud datang ke sana?”

Elf berjubah itu menghela napas dalam.

“Apa kau benar-benar manusia? Manusia adalah makhluk yang membenci dan takut
pada sesuatu yang berbeda atau lebih baik dari mereka. Kami para elf hidup lama dan
umumnya memiliki kemampuan sihir yang tinggi. bahkan walau kami menanda tangani
perjanjian aman dengan Kerajaan Rhoden, aku akan tetap menjadi target buruan kalau
masyarakat menyadari keberadaanku. Orang-orang hutan sepertinya dijual dalam
harga emas yang tinggi.”

Mata di bawah tudung itu diselimuti oleh kemarahan dan kebencian.

Resminya, mungkin hal yang ilegal untuk memburu para elf di negeri ini. Akan tetapi,
sepertinya larangan tersebut tak dijalankan dengan benar. Kau hanya butuh menatap
matanya kalau kau ingin membayangkan penampakan horor yang telah ia lihat.

Bahkan walau kalian menyebutnya perburuan, bukan berarti itu adalah pembunuhan.
Para elf mungkin tidak harus menyetujui perjanjian babar tersebut, yang melarang
tindakan perburuan tersebut oleh hukum feodal, kalau tak ada orang yang mau
membayar dengan harga mahal untuk memiliki mereka. Di sini sepertinya ada sebuah
rumor bahwa darah elf bisa menyembuhkan segala jenis penyakit, atau mereka
mungkin akan diperjualkan sebagai budak...... Lalu alasan pria ini berada di dekat kota
adalah‒‒‒

“Pembebasan para budak elf dari kota‒‒”

Saat aku menggerutu demikian, elf itu memasang tampang waspada dan berbahaya di
matanya.

“Hmm, aku tak mengatakan apapun pada manusia. Aku bertemu dengan sebuah
kelompok elf di sini......”

Sembari melemaskan pundak dan menghela napas, situasi menegangkan ini akhirnya
berakhir.

82 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Apa kau bahkan bisa mempercayai perkataan seorang manusia‒‒‒”
“Kyun Kyun!”

Suara elf yang melantang dan usahanya untuk mencoba menarik pedangnya, membuat
Ponta mengeluarkan sebuah raungan kencang.

Saat elf itu melihatnya, dia berhenti dan menyingkirkan tangannya dari pedangnya.

“Sial. Beberapa orang bilang seseorang yang berhubungan dengan seekor hewan ruh,
hati mereka saling terhubung. Jangan lupakan perkataan yang kukatakan tadi.”

Berkata demikian, pria itu berjalan menuju hutan dengan kecepatan tinggi, dan aku
langsung kehilangan jejaknya.

Pada akhirnya, aku bahkan tak mendengar nama elf itu‒‒‒.

Kupikir ini adalah kesempatanku untuk berinteraksi dengan spesies lain di dunia paralel
ini, namun pandangan negatif dari para manusia membuatnya agak sulit.

Yah, kuharap kita bisa berjumpa lagi suatu saat. Karena para elf terpenjara di kota ini,
aku akan mengumpulkan informasi untuknya saat kita berjumpa lagi.

Berpikir demikian, aku kembali berjalan ke arah kota.

Tembok kota disinari cahaya matahari terbenam seperti hari kemarin. Akan tetapi tak
seperti kemarin, tembok itu layaknya sebuah layar yang menutupi keserakahan para
manusia.

83 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 13
Cuma Lewat – Bagian 1
Dibalik hutan lebat yang terletak di sebelah timur Diento, cahaya pertama matahari
terbit membayangi dinding kota. Tanda aktivitas bisa kita sadari saat kota perlahan
mulai terbangun.

Di jantung Kota Diento terdapat sebuah kastil yang dimiliki oleh seorang Marquis. Di
dalamnya, seorang pria tua tengah menahan kepala dengan tangannya.

Dengan rambut putih yang mencapai punggungnya dengan sebuah jenggot putih di
wajahnya, tuan dari kastil itu adalah pria gemuk itu, Marquis Triton dari Diento.

“Mengapa..? Bukankah laporannya mengatakan kalau dua giant basilisk muncul di


dekat Rubierute? Bukankah kehadiran monster semacam itu bisa membuat daerah
tersebut ke dalam keributan?”

Alasan mengapa kepala Triton menekuk adalah karena laporan yang ia terima dari
mata-matanya di Rubierute yang dikirim tadi pagi.

Di dalam laporannya, satu dari dua basilisk telah ditumbangkan oleh sebuah kelompok
petualang. Setelah itu, dikatakan bahwa petualang tersebut bekerja sama dengan
seratus lima puluh prajurit untuk mengalahkan satunya lagi. Akan tetapi, petualang
beranggotakan lima orang dan para prajurit yang dikirim sebagai pengintai dikabarkan
mengalami kekalahan telak saat mereka mencoba untuk mengalahkan basilisk yang
kedua. Di sisi lain, pasukan utama, hanya menerima sedikit korban jiwa.

“Yah, Messenger-dono dari Timur berkata bahwa teknik itu masih uji coba, dan sudah
seharusnya aku tak terlalu berharap pada para penjinak monster... Meskipun, untuk
salah satunya di kalahkan oleh kelompok petualang acak, aku pasti sudah dikutuk
untuk mendapat nasib buruk ini. Kalau para prajurit harus melawan dua basilisk secara
bersamaan, maka lebih dari dua kali lipat korban yang akan jatuh; kerusakan besar
pasti akan diterima.”

Saat Triton mengatakan hal tersebut, seorang pria dengan wajah pucat yang terlihat
tegang menghela napasnya. Tangannya bergerak untuk merapikan rambutnya,
menyembunyikan bagian kepalanya di mana rambutnya mulai menipis.

Dia adalah Konsul dari Diento, Cyrus Dorman.

“Tak mungkin mereka bisa punya tiga puluh tameng yang terbuat dari mythril, yang
memiliki ketahanan sihir tingkat tinggi...” Triton menggertutu dengan sengaja.
“Untuk laporan ini, menimbang umpan untuk menangkap ‘komoditas’ yang di pasang
oleh liaison di kota... Kelihatannya umpannya tak dimakan, atau mungkin juga
umpannya tak sampai ke pihak lain. Walau untuk saat ini jumlahnya masih cukup,
mereka juga kekurangan umpan. Kalau tindakan lain tak segera dilakukan, tanpa
seseorang yang ahli untuk menangkap hewan ruh, akan sulit untuk menangkap
mereka.”

Setelah mendengar laporan tersebut, wajah Triton menjadi semakin kecut. Jumlah

84 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
masalah yang terjadi tak semakin membaik dan malah semakin bertambah, dan
frustrasi yang terus menumpuk membuatnya menarik rambutnya dengan marah.

“Sialan! Yang lainnya! Markas mereka mestinya ada di hutan di dasar Pegunungan
Calcutta. Apa mereka masih belum mengabari kita?!”
“Hutannya terbentang sangat luas dari utara hingga selatan, jadi untuk menentukan
letak tepat dari markas mereka agak sedikit.... dan karena sulit untuk unit
penangkapan besar untuk melewati area tersebut, sepertinya mereka takkan bisa
ditangkap. Akan tetapi, kalau ada monster kuat yang datang turun dari gunung... akan
sulit untuk membayangkan apa yang akan terjadi.”
“Hubungi liaisonnya lagi dan katakan pada mereka bahwa kita akan berganti klien
kalau umpannya tak tercukupi! Aksi untuk menangkap hewan ruh bahkan sama sekali
tak melanggar hukum!! Cyrus, cari partner perdagangan lainnya untuk mengamankan
lebih banyak umpan!”
“Apa tak masalah? Bukankah akan ada kemungkinan mereka mungkin akan
mengancam kita untuk memberitahukan rencana kita ke ibukota dengan memberikan
informasinya ke para informan?”

Wajah Cyrus tampak tegang saat ia menyanggah, namun Triton sepertinya berpikir
kalau sekelompok atau lebih bandit yang mengancamnya bukanlah apa-apa melainkan
hanya sedikit mengganggunya.

Dia bahkan menyangkalnya dengan kasar.

“Hmph! Kalau berurusan dengan sampah semacam bandit, kau hanya harus
mengalahkan mereka dengan kekuatan militer!! Tak hanya itu, kenyataannya kalau
kita menghancurkan mereka juga akan memberikan nilai positif bagi masyarakat.
Hahaha.”

Perut Triton bergoyang menjijikkan saat ia tertawa, dan Cyrus menganggapnya sebagai
tanda untuknya pergi dan perlahan meninggalkan ruangan.

Mendengar suara lonceng pagi hari, aku terbangun di atas kasur di dalam penginapan.

Ponta menyelipkan kepalanya di bawah selimut, hanya menyisakan ekor lebat


berwarna hijau dan putihnya yang terlihat. Terkadang, sembari menggerakkan
mulutnya, ia akan mengeluarkan erangan pelan dari lubuk tenggorokannya, sepertinya
layaknya ia tengah memakan makanan lezat di mimpinya.

Meskipun penampilannya seperti rubah omnivora, namun dia lebih memilih untuk
memakan kacang-kacangan dan beri-berian daripada daging.

Kubangunkan Ponta dengan menyentuh belakang telinganya, dan membuat salah satu
kaki belakangnya menendangku. Rahangnya terbuka lebar dan ia mengeluarkan uapan
lebar. Dengan satu lompatan, ia meloncat dari pundakku ke tempatnya yang biasa di
atas kepalaku. Rubah lembut ini sepertinya menyukai tempat tinggi.

Dengan Ponta yang naik di atas kepalaku, kukenakan sebuah jubah hitam besar
menutupi armorku. Aku membelinya kemarin saat aku melihatnya di sebuah kios

85 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
pedagang jalanan. Karena jubah ini akan berguna untuk menutupi armorku yang
mencolok, aku membelinya karena jubah ini cocok untuk operasi tersembunyi.

Akan tetapi, walau armorku yang mencolok mungkin bisa tertutupi, tudung hitam yang
dipasangkan dengan helmnya mungkin membuatnya menjadi kombinasi yang aneh.
Kalau dilihat dari samping, bisa kubayangkan aku bisa dipanggil sebagai seseorang
bernama Vader.
[TL Note: *lol* yang dimaksud Vader dari Star Wars.. xD ,, koplak]

Walau mungkin orang-orang takkan menatapiku lagi karena armorku yang terlihat
mewah, kurasa pada akhirnya aku akan menarik perhatian lagi untuk alasan lainnya.

Kupanggil paman yang tengah memasak di dapur belakan bar saat aku pergi. Karena
tempat ini hanya menyediakan makanan pada malam hari, aku harus membeli
sarapanku dari kios-kios jalanan.

Di kota ini terdapat banyak pedagang jalanan, dengan tiap pembeli yang berpotensial
di kehidupan sehari-hari. Sembari aku berjalan, pandanganku mulai tertutupi oleh
sebuah ekor lebat.

Apakah Ponta menemukan sesuatu yang menarik? Hal ini sepertinya selalu terjadi saat
aku melewati sesuatu yang ia inginkan. Mata Ponta akan memandang ke suatu arah,
dan pandanganku hanya akan dipenuhi oleh ekornya.

Kubetulkan Ponta ke posisinya yang benar di kepalaku sebelum berjalan menuju ke


arah kios yang menarik perhatiannya. Sepertinya kios itu menjual jenis kacang
favoritnya. Kulitnya berwarna cokelat muda, dan di antara celahnya, kacang berwarna
hijau bisa terlihat. Kacang itu terlihat seperti kenari hijau.

“Kyun!”

Sepertinya dia memintaku untuk membeli beberapa kacang itu. Kuserahkan lima koin
perunggu pada pedagang wanita itu dan menerima sekantung kecil kacang. Kukupas
kulitnya dan memberikan Ponta makan dua hingga tiga kacang sekali, hal ini
membuatnya memekik bahagia saat ia mengunyahnya. Kulit dari kacang yang telah ia
makan jatuh ke tanah, dan lalu terinjak di bawah kakiku saat aku berjalan.

Untuk beberapa hari ini, aku telah berjalan-jalan keliling kota dengan Ponta di atas
kepalaku.

Aku memeriksa setiap sudut kota, namun aku masih belum menemukan informasi
apapun mengenai para elf yang diperbudak seperti yang disebutkan elf pria itu. Jujur
saja, karena aku tak tahu di mana para elf berada dan karena aku tak bisa
menanyakannya ke sembarang orang, kami hanya berkeliling tanpa arah mengitari
kota...

Terlebih lagi, karena penangkapan dan perdagangan elf adalah hal ilegal, untuk
menemukan bisnis semacam ini, baik pembeli maupun penjual mestinya memiliki
pengaruh yang besar di diri mereka.

86 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Kalau benar begitu, daripada wilayah umum di kota, distrik para bangsawan yang
terletak di dekat kediaman pemimpin feodal nampaknya tempat yang paling
mencurigakan. Di sana terdapat banyak pengawal dengan sedikit jalan, membuatnya
sulit untuk seseorang menyelinap ke sana.

Jangan salah, bukannya aku bermaksud untuk melakukan tindakan keadilan. Meskipun
mungkin ini sedikit menggangguku, pada dasarnya aku melakukan ini hanya untuk
mengisi waktu luangku saja. Tanpa tujuan apapun, mungkin aku hanya akan menutup
diri di kamarku di penginapan dan hanya bermain dengan Ponta seharian.

Lagi pula, aku tak tahu apa yang harus kulakukan kalau aku telah menemukan para elf
yang tertangkap. Karena aku hanya mencoba untuk tak terlalu menarik perhatian,
kurasa aku akan membantunya secara diam-diam kalau ada kesempatan untukku
melakukannya.

Saat aku berpikir betapa para elf di dunia ini diperlakukan dengan tidak adil, hal ini
menyisakan perasaan tak enak pada diriku.

Meskipun aku masih belum melihat salah satunya, apakah manusia hewan juga ada di
dunia ini? Mengingat dari perkataan elf waktu itu, kalau adapun, maka mungkin
mereka akan diperlakukan sama seperti para elf...

Sembari berpikir demikian, sebelum aku sadari, aku telah tiba di depan guild
petualang. Walau hanya dalam beberapa hari, rasanya aku telah melewatkannya dalam
waktu yang lama.

Berjalan mengelilingi kota tanpa tujuan mungkin takkan menghasilkan apa-apa. Aku
memasuki gedung, berpikir mungkin aku akan mencoba mencari pekerjaan di papan
permintaan setelah absenku yang lama.

Beberapa petualang saling terpencar di sekitar memilih permintaan mereka masing-


masing yang ada di papan. Aku juga melihat-lihat papan dan mencari sesuatu
permintaan yang menarik.

Tiba-tiba, sesuatu menarik perhatianku. Sebuah pencarian untuk orang hilang.

Isinya adalah sebagai berikut: Temukan kelompok orang yang tak kembali setelah
pergi ke hutan lewat tepian sungai ke hulu Sungai Rydell. Sudah lima hari sejak
mereka tak kembali.

Hutan tersebut, yang terbentang dari kaki Pegunungan Wind Dragon hingga ke Sungai
Rydell, biasa disebut dengan Hutan Wind Dragon. Hutan yang mengelilingi kaki
pegunungan sebelah tenggara sepertinya terbentang sangat luas.

Akan tetapi, di sisi lain dari Sungai Rydell, nama hutan itu sudah berbeda, walau kedua
hutan itu masih berada di pegunungan yang sama. Nama semacam “Hutan Para Elf”
atau “Hutan Sesat” diberikan. Masyarakat percaya, jauh menyusuri sungai, terbentang
sebuah hutan yang sangat luas.

87 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Ada rumor yang mengatakan kalau seekor monster kuat mengamuk di dalam hutan
tersebut. Sejumlah elf juga dikatakan tinggal di sana.

Akan tetapi, saat ini aku tak berminat untuk mengambil permintaan tersebut.

Permintaan ini adalah sebuah permintaan yang takkan memberimu hadiahnya kecuali
kau membawa pulang orang yang hilang atau bukti kematian mereka. Ini adalah jenis
pekerjaan yang akan membuat orang berpikir dua kali setelah mereka menemukan
permintaan lainnya. Kudengar petualang yang sudah mahir akan mengajarkan para
pemula tentang potensi hasil yang didapat dari sebuah permintaan dengan mengambil
contoh dari permintaan semacam ini.

Walau demikian, aku bisa mengambil kesempatan ini untuk memetakan hulu sungai
dengan hati-hati.

Kutinggalkan guildnya, dan berjalan menuju ke gerbang timur, yang mana menghadap
ke arah Hutan Wind Dragon. Tak seperti gerbang selatan dan gerbang utara yang
terdapat beberapa karavan yang biasa lewat melalui gerbang itu, gerbang ini lebih kecil
dibandingkan gerbang tersebut: gerbang ini lebarnya hanya mencakup sekitar satu
kereta kuda. Terlebih lagi, gerbang timur terletak di perbatasan distrik lampu merah
kota. Tak hanya jalannya yang sempit, namun di sini juga dipenuhi dengan toko-toko
aneh dan gang-gang mencurigakan. Walau di sini tak banyak pejalan kaki di siang hari,
setelah matahari terbenam, jalanan akan ramai dengan para wanita yang mencoba
menarik para pria menuju toko-tokonya.

Karena aku ingin menghindari hal merepotkan semacam itu, kuputuskan untuk
menjauh dari bagian kota ini pada malam hari. Terlebih lagi, dengan tubuhku yang saat
ini, bahkan kalau aku berkunjung ke salah satu toko, akan percuma saja...

Aku pergi Melawai gerbang timur, berjalan menyeberangi dua jembatan kayu, dan
berjalan menuju hulu sungai di tepi sebelah kanan Sungai Rydell. Di sebelah timur
terdapat Hutan Wind Dragon yang membentang hingga kira-kira dua puluh kilometer.
Akan tetapi, dengan 【Dimensional step】, aku bisa mengitari jarak sejauh itu dalam
waktu kurang dari lima menit.

Saat aku memasuki hutan, Ponta mulai mengibaskan ekornya dengan bahagia. Lagian,
bukankah bulu hijau mudanya adalah ciri dari makhluk yang tumbuh di hutan? Kalau di
sini ada sekelompok rubah lembut ini, mungkin Ponta akan kembali ke mereka. Aku
berjalan menyusuri ke dalam hutan dan membuatku merasa sedikit kesepian juga.

Di dalam hutan ini tak terlalu gelap; aku masih bisa melihat dengan sangat jelas,
namun tumbuhan yang tumbuh tinggi membuatku sulit bergerak tiap jejaknya. Di
sebelah kananku, terdapat sebuah tebing curam, dan di bawahnya terdapat Sungai
Rydel. Suara air yang mengalir menggema melalui hutan. Dikombinasikan dengan
suara kicauan burung dan dedaunan yang bergemerisik diterpa angin, membuat
hawanya sangat damai. Ketakutan karena monster membuat hanya beberapa orang
yang pernah mengalami pengalaman seperti ini di tempat ini.

Aku terus melanjutkan pendakianku ke hulu sungai sembari menikmati cahaya

88 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
matahari yang menerpa melalui rimbunnya pohon dan suara aliran air. Tiba-tiba,
sesosok berbulu cokelat muncul di rumput yang tinggi.

“Kyu~n...”

Ponta mengeluarkan raungan tak mengenakan sembari ia bergerak dari kepalaku untuk
bersembunyi di leherku. Dari samping, aku terlihat seperti seorang tante yang
mengenakan syal bulu.

Sosok berbulu itu, yang besarnya seperti beruang besar, mulai bergerak. Suara
sesuatu yang patah terdengar ke seluruh area. Saat aku menyadarinya, beruang
cokelat itu berdiri dengan kaki belakangnya.

Namun beruang yang berdiri itu sangat berbeda dibanding beruang yang kutahu.

Walau tubuhnya adalah tubuh beruang, ia memiliki kepala serigala. Terlebih lagi, ia
memiliki telinga panjang yang lurus mirip telinga keledai. Dengan telinganya
bergoyang, hewan buas itu menatapku. Mulutnya yang dipenuhi dengan darah
mengeluarkan sebuah raungan buas. Apakah ia marah karena aku mengganggu waktu
makannya?

Sebuah suara logam dingin terdengar saat kuhunuskan pedangku. Beruang berkepala
serigala itu menatapku sembari mengukur jarak di antara kita, dan perlahan mendekat.

Kemenangan berpihak pada mereka yang mengambil serangan pertama!

Aku berpindah ke samping monster itu dengan 【Dimensional step】 dan dengan cepat
menusukkan pedangku ke perutnya dari samping. Lalu, dengan segera berpindah ke
tempat lain. Untuk ini, tak perlu menggunakan skill lainnya, karena aku telah
melancarkan serangan pamungkasnya.

“GAAAAAAAAAAAAAA!!!”

Kombinasi dari kehilangan mangsanya dan sakit luar biasa yang beruang itu rasakan
membuatnya mengayunkan cakarnya sembarangan. Akan tetapi, lebih banyak darah
yang mengucur dari luka tebasan di perutnya dengan tiap gerakan yang ia buat saat ia
mengamuk. Dengan berdiri di jarak yang aman dari beruang berkepala serigala itu, aku
menunggu makhluk itu untuk melemah dengan sendirinya.

Setelah sekitar sepuluh menit berlalu, makhluk itu tumbang dan mulai
menghembuskan kehabisan napas. Walau ia masih bernapas, ia sudah tak bisa
dianggap sebagai suatu ancaman.

Mengabaikan beruang berkepala serigala tersebut, aku berjalan menuju tempat yang
menarik perhatianku. Tempat itu adalah sebuah tanah lapang, di mana terdapat
makhluk yang tengah memakan mangsanya.

Meskipun mangsanya telah rusak cukup parah dengan beberapa bekas gigitan dan juga
berbagai tulang yang telah hancur, aku langsung menyadarinya.

89 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Itu adalah manusia.

Akan tetapi, bongkahan daging tersebut, yang sebelumnya adalah sesosok manusia,
tak memiliki benda apapun yang dibutuhkan untuk mengenalinya. Sembari aku
memeriksa semak-semak sekitar, Ponta, yang telah bangkit setelah bertemu dengan
beruang berkepala serigala itu, mengeluarkan sebuah jeritan dari tempatnya yang
biasa.

“Kyuun!”

Saat aku memeriksa semak yang menarik perhatian Ponta, aku menemukan sesosok
kepala manusia. Kerusakannya tak terlalu parah; masih mungkin untuk mengenalinya
dari sosok figur umumnya. Akan tetapi, mustahil untuk tahu apakah ia adalah orang
yang dicari dalam permintaan tersebut atau bukan.

Aku juga tak ingin membawa kepala yang terpenggal ini kembali di tanganku. Walau
aku bisa menjelaskan wajahnya pada orang-orang di guild petualang, mereka mungkin
akan bertanya untuk melihatnya untuk memastikan.

Kemudian, aku menyadari ada sesuatu yang janggal. Tempat di mana leher ini
dipenggal sangatlah rapi. Apakah mungkin kalau orang ini diserang oleh hewan buas.
Atau mungkin di luar sana, ada monster yang bisa membuat tebasan serapi ini?

Mungkinkah kelompok yang hilang ini diserang dan dibunuh oleh para bandit?
Faktanya, karena di sini tak ada senjata maupun barang apapun yang tertinggal di
mayatnya, aku merasa kemungkinan ia diserang bandit sangat tinggi. Tak ada seorang
pun yang mau pergi masuk ke hutan ini tanpa menghasilkan apapun.

Meski demikian, mungkin markas persembunyian mereka ada di dekat sini?

Saat aku memeriksa sekelilingku, aku melihat jejak darah di dekat semak belukar di
tanah lapang. Walau darahnya telah mengering dan berubah menjadi hitam, aku
memutuskan untuk mengikutinya masuk ke dalam hutan.

Jejak darah tersebut membawaku ke tepi Sungai Rydell. Jejaknya terus melewati batu-
batuan dan kerikil di ujung sungai sebelum berakhir. Bagian sungai ini lebih dekat ke
hulu, namun ukurannya lebih lebar. Alhasil, sungainya juga lebih dangkal. Sepertinya
orang ini berhasil melarikan diri dengan menyeberang dari sisi lain sungai.

Hutan di sisi lain adalah milik para elf. Apakah mereka penyebab hilangnya kelompok
tersebut? Akan tetapi, sepertinya tidak mungkin para elf akan tinggal di sekitar
bantaran sungai. Tempat ini terlalu dekat dengan orang-orang yang pergi masuk dan
pergi dari hutan. Meskipun mungkin akan sulit untuk menemukan para elf di sini,
mempertimbangkan bahwa tempat ini adalah perbatasan dari hutan yang dilewati oleh
beberapa orang, mungkin tempat ini adalah tempat yang cocok sebagai markas
persembunyian para bandit.

“Hmm, apa kau mau pergi mengintai sebentar, Ponta?”


“Kyun!”

90 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
91 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 14
Cuma Lewat – Bagian 2
Saat aku berbicara pada Ponta yang tengah menghilangkan dahaganya di tepi sungai,
dia mendekat padaku sembari meraung gembira. Sembari aku menunggu dengan satu
lututku kutekuk, ia menggunakannya sebagai batu lompatan untuk meraih pundakku
sebelum akhirnya menempatkan dirinya di posisi biasanya di atas kepalaku.
Kukeluarkan dan kukupas beberapa kenari dari tasku, dan membuatnya bahagia dan
mengibas-ibaskan ekornya.

Setelah berjalan menyeberangi kawasan sungai yang dangkal, aku masuk ke hutan di
sisi seberang.

Dari titik ini ke depannya, aku ada di dalam daerah para elf. Akan tetapi, hawa di
dalam hutan ini sangat sunyi. Namun, dengan cahaya matahari yang menerpa melalui
ujung-ujung pohon, hawanya terasa sedikit menenangkan.

Akan tetapi, di sisi ini tak ada jejak darah terlihat.

Malah, di sini terdapat tanda jejak dari seseorang yang melewati area ini. Apakah
mungkin orang yang terluka itu saat menyeberangi sungai lukanya terbasuh, dan
membuat darahnya hanya terdapat di sisi seberang?

Mungkin ini berarti bandit tersebut menganggap area ini adalah daerah yang
berbahaya.

Kalau begitu, bahkan kalau aku mencari daerah ini dengan hati-hati, akan tak masuk
akal untukku bisa menemukan tanda lainnya untuk mengejarnya. Sepertinya aku
hanya bisa mencarinya perlahan dengan berjalan.

Karena waktu bukanlah masalah utamanya, aku berjalan dengan santai menyusuri
hutan dengan Ponta. Biasanya beberapa jenis kacang akan menarik perhatiannya;
setelah menggunakan sihir angin untuk mengambilnya dari pohon, ia akan
memakannya di atas kepalaku.

Tak lama kemudian, cahaya matahari mulai meredup, perlahan mewarnai hutan ini
dalam warna merah merona. Pada saat inilah kami menemukan sesuatu yang terlihat
seperti sebuah jejak gunung. Lebarnya mungkin bisa mencakup untuk satu gerobak
kuda. Semak belukar yang tumbuh telah disingkirkan yang mana membuatnya bisa
dianggap sebagai sebuah jalan.

Jalan tersebut membentang dari arah timur laut ke arah barat daya.

Karena hari sudah mulai gelap, aku berjalan menuju arah barat daya, ke arah pintu
keluar hutan berada. Dari kepalaku, uapan Ponta yang mengantuk perlahan mulai
terdengar.

Jauh menuruni jalan, aku mendengar suara dentingan senjata.

Aku meninggalkan jejak gunung, berjalan perlahan melewati semak-semak lalu aku

92 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
menemukan sumber suara tersebut. di sana terdapat sebuah gerobak dengan
sekelompok kecil orang di sampingnya, mereka telah menghunuskan senjata mereka
dan wajah mereka diselimuti dengan tampang mengancam.

Orang-orang yang mengitari gerobak tersebut memiliki jubah yang berwarna sama,
senjata mereka dan perisai mereka angkat dalam formasi untuk melindunginya.
Mereka terlihat jelas sangat berbeda dibanding sekelompok bandit biasa dengan
perlengkapan yang tak layak.
Gerobaknya yang terhenti sedikit di belakang mereka tertutupi dengan selembar kain,
menutupi apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, aku merasakan tanda-tanda
kehidupan di dalam gerobak; di sana pasti ada orang yang disembunyikan di
dalamnya.

Seorang pria kurus di samping gerobak menghunuskan pedangnya, tapi tak seperti
para pengawal di depannya, pedangnya bergetar saat tangannya menariknya dari
pinggulnya.

Mayat dari tiga orang yang tertancap anak panah mengelilingi gerobak. Sepertinya
mereka adalah korban dari serangan dadakan.

Di antara pria dengan gairah yang semakin meluap di depannya, seorang pria
berperawakan bagus mengeluarkan jerit kesakitan sebelum akhirnya tumbang. Saat
dia tumbang, aku menangkap pandangan dari sosok pembunuh yang menarik
pedangnya kembali sebelum memeriksa sekeliling dengan waspada.

Dengan sekali lihat pada wanita cantik yang berdiri di sana dengan memegang sebuah
pedang ramping, terlihat jelas kalau dia bukanlah manusia.

Kulitnya yang berwarna lila terlihat sangat lembut; rambutnya seputih salju. Telinga
runcingnya bersanding dengan mata tajamnya, yang bersinar aneh dalam warna emas
di dalam gelapnya hutan. Dibandingkan dengan elf yang kujumpai sebelumnya,
telinganya lebih pendek.

Wanita itu mengenakan sebuah gaun berlengan panjang dengan sebuah hem sedang
yang membuatnya dapat bergerak dengan leluasa. Sebuah korset kulit ia kenakan
sebagai pelindung, dengan sebuah jubah abu-abu terhembus oleh angin di
belakangnya.

Sikapnya mencerminkan sikap sesosok pejuang veteran.

Meski begitu, sebuah daya tarik feminin terpancar dari tubuhnya yang dibalut dengan
baju biasa. Kain di dadanya seperti bisa robek kapan saja karena menahan beban
berat. Di bawahnya, sebuah perut ramping menekankan kaki indah dan bokong
eloknya.

Kalau seseorang dapat mengalihkan pandangan dari sosok cantiknya bahkan hanya
untuk sesat, maka mereka bisa menyadari pedang anggun perak di tangannya yang
menebas keras, menumbangkan satu demi satu pria.

Biasanya, para pria itu akan mencoba untuk mengepungnya, namun mereka malah

93 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
mundur setelah menerima beberapa tembakan panah yang ditembak dari jauh di
belakang mereka.

94 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sembari menggunakan tangkai tebal di pohon besar sebagai pijakannya, dan
batangnya sebagai ganti perisainya, si pemanah, yang memiliki perawakan sama
seperti orang yang kulihat di Diento, terus menembakkan anak panah.

Dengan rambut pirang diwarnai zamrud, mata berwarna hijau, dan telinga runcing
yang panjang dengan perawakan yang langsing, tak diragukan lagi dia adalah seorang
elf. Akan tetapi, elf ini sepertinya adalah orang yang berbeda dengan yang kutemui di
dekat kota.

Keduanya menyerang sekelompok yang berjumlah sekitar dua puluh orang. Mereka
cukup mahir di pertarungan dan dapat mengatasi kerugian atas kekurangan jumlah
mereka. Saat Ponta dan aku menontonnya diam-diam dari sebuah semak, entah
bagaimana, setelah beberapa menit, pertarungannya akan berakhir, kudengar seorang
pria berteriak di dekat belakang kelompok tersebut. lalu, dia mulai berlari menuju
gerobak.

Setelah pria itu merobek kain yang menutupi gerobak tersebut, dia mengarahkan
pedangnya pada para penyerangnya sembari berteriak pada mereka.

“Wanita!! Menyerahlah dengan patuh!! Kalau tidak, aku akan membuat lubang di tubuh
mereka!!! Elf yang di sana, juga!!”

Dengan nadinya yang menonjol dan air liur yang tersebar dari mulutnya, pria itu
berteriak.

Pedangnya diarahkan ke dalam kandang besi di dalam gerak di mana empat anak
terkunci di sana. dengan rambut emas, mata zamrud, dan telinga panjang, mereka
semua adalah elf.

Anak-anak, mungkin takut dengan pedang yang diacungkan ke arah mereka,


mengeluarkan isak tangis dari penutup mulut mereka. Pada saat yang sama, lebih
banyak air mata terkumpul di ujung mata mereka.

Saat wanita itu berhenti mengangkat pedangnya menimbang ancaman tersebut, para
pria di sekitarnya menghembuskan napas lega. Perlahan-lahan, mereka mulai
merapatkan kepungan mereka.

“Sialan‒‒! Manusia tak tahu diri!!! ...Daripada menyerah pada kalian dan menahan
rasa malu untuk seumur hidup, penduduk hutan lebih baik gugur dengan bangga!!!”

Berbarengan dengan teriakannya, ujung pedang itu mulai terangkat kembali.


Kebencian dan kemarahan yang lebih meluap tercermin di matanya. Tekanan dari aura
gelap kini mengelilinginya membuah para pria yang mendekat ragu-ragu.

Elf yang berada di atas pohon ragu dengan apa yang harus dia lakukan dan tak
mengangkat panahnya. Dalam situasi ini, sudah jelas kalau beberapa tawanan elf akan
dikorbankan.

Mungkin ini adalah semacam naluri dari seorang pria tak berdaya untuk mendekati,
bahkan walau sedikit, ke seorang wanita cantik dengan kulit berwarna lila tersebut.

95 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Hmm, kelihatannya kau dalam keadaan yang sulit. Izinkan aku membantumu.”

Dengan hawa menegangkan ini, setelah menurunkan Ponta dari atas kepalaku dan
membuatnya menjadi sebuah syal untuk keselamatannya, aku mendekat ke pria di
sebelah gerobak sembari berkata dengan nada polos.

Untuk sesaat, hanya udara di sekitar yang bertiup.

Kalau seorang kesatria perak yang memakai jubah hitam tiba-tiba muncul dari dalam
semak, tentu saja siapa pun akan mencurigainya. Pria yang mengancam tadi
sepertinya kebingungan dengan keadaan ini.

“Membantu kami? Bantu..” dengan ekspresi kebingungan yang kelihatannya tengah


memikirkan sesuatu, pria itu menggerutu.

Aku menutup jarak di antara pria yang lengah karena tak bisa memutuskan
tindakannya.

Meskipun aku bisa berpindah dengan cepat untuk memperpendek jaraknya, aku ragu
untuk menunjukkannya tanpa pikir di depan begitu banyak orang. Ini adalah situasi
yang rumit, karena masih belum diketahui juga apakah mengalahkan para penculik
bisa membuka peluang untuk menciptakan relasi pertemanan dengan penduduk hutan.

“Ba-baiklah! Aku akan memberimu hadiah dengan dermawan kalau kau bisa
menangkap elf kegelapan itu!!! Akan tetapi, pastikan untuk menangkapnya hidup-
hidup!!!”
“Apa!!! Apa yang kau pikirkan!!! Kita tak bisa mempercayai orang mencurigakan
sepertinya; apa kau gila!!!”

Saat pria yang berpikiran dengan hal yang benar-benar salah tersebut, berkata kalau
itu adalah ide yang bagus, salah satu anggota dari kelompoknya pun protes. Sudah
kuduga, pasti setidaknya masih ada satu orang yang bisa berpikir dengan rasional di
saat yang seperti ini.

“Menyebalkan, sangat menyebalkan, sudah diam saja!!! Kalian semua sangat tidak
kompeten, hingga menangkap seorang wanita saja nggak bisa!!! Cepat tangkap dia!!
Kita tak bisa membiarkan spesies langka sepertinya untuk melarikan diri!!!”

Sepertinya kelompok ini cukup handal, tapi bagaimana bisa orang tak kompeten seperti
dia bisa ada di sini? Aku penasaran, sebenarnya siapa pemimpin yang bertanggung
jawab dengan kelompok penculik ini? Meskipun di titik ini, kurasa itu bukanlah suatu
masalah...

Jadi, sebenarnya dia adalah seorang elf kegelapan ya... Perawakannya memang
berbeda dari mereka yang disebut sebagai elf. Meskipun, di dalam game, elf kegelapan
malah yang punya telinga panjang, dengan mata merah dan kulit cokelat kehitaman;
perawakan mereka di dunia ini sepertinya agak berbeda.

96 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Terlebih lagi, menimbang mereka adalah spesies yang langka, mungkin jumlah mereka
juga sedikit.

Sembari memikirkan hal tak nyambung seperti itu, aku menutup jarak antara pria tak
kompeten itu menjadi dekat. Bahkan dengan full body armorku, syukurlah dengan
tubuhku saat ini yang sudah banyak ditingkatkan, aku bisa menutup jaraknya dengan
sekejap mata.

Kuhunuskan pedangku dan menebas tangannya ‒‒ tangan yang dia gunakan untuk
memegang pedangnya tadi. Tak mengerti apa yang baru saja terjadi dengannya, dia
memasang tampang bengong di wajahnya saat dia menghembuskan napas
terakhirnya. Setelah tubuh bagian atasnya mulai jatuh, setengah tubuh bagian
bawahnya yang lemah jatuh ke tanah dan mengeluarkan cairan menjijikkannya ke
celananya yang bagus.

Semuanya tercengang dengan kejadian yang baru saja mereka saksikan. Akan tetapi,
sesaat kemudian, elf kegelapan itu kembali menyadari keadaannya.

Dengan semua orang yang masih teralihkan oleh kejadian tadi, ia mengambil
kesempatan itu untuk menumbangkan tiga pria.

Seorang pria mencoba untuk menahannya, tapi sebelum dia berhasil melakukannya,
aku melesat ke depan dan membelahnya menjadi dua dengan ayunan di atas kepala,
seperti aku tengah bersiap untuk menguliti seekor ikan. Kepanikan murni dan
ketakutan merasuk dalam para pria saat teriakkan mereka memenuhi udara sekitar.

Panah dari atas, terima kasih pada elf yang ada di atas pohon, yang menumbangkan
mereka yang mencoba melarikan diri.

Dalam hitungan menit, keheningan pun mulai menghilang, dengan hanya suara dari
serangga-serangga dan gemeresik dedaunan yang memecah keheningan ini.

97 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 15
Aku Menerima Sebuah Permintaan Pekerjaan
Bau menyengat dari isi perut dan darah yang berceceran tersebar ke area sekitar.
Dengan satu ayunan, pedangku menghempaskan sekelebat percikan darah, dan
kembali ke kilauan biru mudanya yang semula. Lalu kusarungkan kembali pedangku,
menyembunyikannya di balik mantel hitamku.

Tepat ketika aku melangkah menuju gerobak tersebut, sebuah suara lantang seorang
wanita terdengar dari belakangku.

“Jangan bergerak!! Jangan melakukan gerakan apapun!!”

Menengok ke belakang, kulihat wanita dark elf tersebut memberikanku tatapan


mengintimidasi dengan pedangnya yang diarahkan ke arahku. Di belakangnya, si elf
pria turun dari pohon dan mendekat perlahan dengan tetap mengangkat busurnya.

“Aku bukan orang yang mencurigakan. Aku hanya kebetulan sedang di dekat—“

Saat aku mencoba memberikan penjelasan, pada akhirnya aku malah mengucapkan
kalimat yang biasa diucapkan orang-orang yang mencurigakan. Aku meratapinya
dalam hati betapa hal ini malah membuatku terlihat lebih mencurigakan.

“Diam! Jangan bergerak! Donnaha, cepat cari kuncinya!”

Lagi pula, sepertinya dia juga takkan mendengarkan penjelasanku. Setelah


memberikan perintah pada si elf pria itu, wanita tersebut mengambil posisi untuk
memisahkanku dengan anak-anak yang ada di dalam gerobak. Pria bernama Donnaha
diam menjawab dengan anggukan, dan mulai mencari kunci kandang yang memenjara
ras mereka di tubuh mayat-mayat.

Bahkan sembari wanita dark elf tersebut terus memantau pekerjaan rekannya, dia
tetap mengacungkan pedangnya ke arahku tanpa goyah. Saat itu juga, Ponta
merasakan ketenangan telah kembali setelah pertempuran berakhir dengan cepat. Dia
menguraikan tubuhnya, yang tadi melilit di sekitar leherku, dan melompat ke
tempatnya yang biasa sebelum mengeluarkan sebuah jeritan.

“Kyun!”

Setelah melihat Ponta, mata emas wanita dark elf tersebut melebar saking terkejutnya.
Ia menurunkan pedangnya sebelum berbicara padaku.

“Tidak mungkin, bukankah itu fluffy fox? Bagaimana bisa seorang manusia berhasil
menjinakkan seekor hewan ruh?!”

Sama seperti elf yang kutemui sebelumnya, dia terkejut dengan kehadiran Ponta.
Kelihatannya kejadian semacam ini adalah hal yang jarang terjadi.

“Elf yang kutemui beberapa hari yang lalu juga terkejut akannya. Aku hanya

98 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
menyembuhkan lukanya dan memberinya sedikit makanan... Kemudian, sepertinya ia
kini menyukaiku.”

Kuambil tas barangku yang kutaruh di semak-semak sebelum memasuki pertempuran


tadi, dan mengambil sekantung kacang mirip kenari hijau dari dalam tas. Saat kutaruh
isi kantung tersebut di telapak tanganku, Ponta dengan lembut beranjak dari kepalaku
untuk mengambil kacang yang ada di tanganku. Dia mengupas kulitnya dengan mahir
sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya, memakannya dengan sangat nikmat.

Setelah si dark elf itu melihat kejadian ini, dia menarik maksud jahatnya dan
menyarungkan pedangnya. Meskipun dia masih tetap bersikap waspada, sepertinya
sekarang dia mau mendengarkan penjelasanku.

“Seorang elf yang kau temui beberapa hari lalu?”


“Aku bertemu dengannya di kota Diento. Sepertinya dia juga ingin membebaskan para
elf yang diperbudak di kota.”

Meskipun elf tersebut bilang dia tak berbicara ke manusia manapun, sepertinya dia
telah membagikan tujuan utamanya pada dua orang ini, maka dari itu kusebut dirinya.
Setelah menyadarinya dengan cepat, wanita itu dengan cepat menanyakan pertanyaan
lebih lanjut; sepertinya kewaspadaannya telah sedikit berkurang.

“Kau bertemu dengan Danka?! Tidak mungkin...”


“Tidak, dia tak menjelaskan semuanya dengan jelas...”

Untuk saat ini, aku menahan kecurigaannya dengan sebuah penjelasan. Aku masih
ragu apakah mereka akan mempercayaiku atau tidak.

Tiba-tiba, si elf pria yang sedari tadi mencari kuncinya, Donnaha, memanggil.

“Ariane, aku menemukannya.”

Setelah menyatakannya, Donnaha berjalan menuju gerbong berjendela dengan tralis


besi dan membuka gemboknya. Dengan sebuah suara logam yang lantang, pintu
kandangnya terbuka, dan empat anak di dalamnya keluar, yang masing-masing dari
mereka memiliki berbagai macam luka. Salah satu dari mereka bahkan menyeret
kakinya untuk keluar.

Untuk mendapatkan sedikit kepercayaannya, dan meningkatkan laju rencanaku untuk


membuat hubungan baik dengan para elf, kutawarkan sebagian kegunaan dari
kemampuanku kepada si dark elf Ariane.

“Kulihat beberapa dari mereka terluka, aku bisa menggunakan sihir penyembuhan
untuk menyembuhkan luka mereka. Kalau kau tak masalah, aku akan melihat luka
anak-anak itu.”
“Bukankah kau seorang manusia? Membantu para elf... sebenarnya apa tujuanmu?”

99 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Tidak semua manusia membenci para elf... sederhananya seperti itu. Lagi pula,
apakah kau bisa melihat keanehan dari sudut pandang manapun?”

Setelah aku menjawab, dia menatapku dan Ponta yang tengah berada di tangaku,
untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia, terdiam dan memberikan semacam gestur
tubuh. Sepertinya aku telah mendapat izinnya.

Jadi agar aku tak membuat anak-anak itu takut, kubawa Ponta, yang masih memakan
kacangnya bersamaku. Benar saja, anak-anak itu ketakutan, dilihat dari salah satunya
bersembunyi di balik Donnaha. Aku berlutut dan mengulurkan Ponta ke anak-anak
tersebut.

Gadis kecil dengan kaki yang terluka, yang mana mungkin ia dapati saat ia gagal
melarikan diri, memasang wajah gugup.

Dengan perlahan kuulurkan tanganku mendekat dan merapalkan 【Heal】. Sebuah


cahaya terang melilit kakinya, memusat ke lukanya, dan menutup lukanya dalam
hitungan detik. Saat ia melihat lukanya telah sembuh, ekspresi gugupnya berubah
menjadi sebuah senyuman kecil.

“Heh, bisa menggunakan sihir penyembuhan tanpa merapalkan mantra... sungguh


menakjubkan”

Ariane mengutarakan rasa kagumnya. Kelihatannya, seseorang harus merapalkan


mantra sihirnya jikalau ia ingin menggunakan sihir. Karena di dalam game terdapat
waktu cooldown untuk menggunakan sihir, kau bisa mengaktifkan sihir-sihir tersebut
tanpa perlu membacakan mantranya. Lagian, untunglah berita tentang seseorang yang
bisa menggunakan sihir tanpa mantra masih belum terdengar di dunia ini.

Anak-anak lainnya memutuskan untuk mempercayaiku setelah melihat luka pada gadis
tadi telah disembuhkan, dan mulai berkumpul di sekelilingku untuk kuberikan
perawatan juga. Setelah aku menggunakan 【Heal】 pada ketiga anak yang tersisa,
mereka semua mengucapkan terima kasih padaku dengan pelan.

“Ariane, di leher anak-anak itu terpasang 『Magic-Eating Collars』. Dalam keadaan


seperti itu, mereka takkan bisa menggunakan sihir; apa yang harus kita lakukan?”

Seperti yang telah disebutkan oleh Donnaha, di sana terpasang sebuah kalung logam
hitam yang terpasang di leher tiap anak. Sebuah garis pola yang rumit terukir di tiap
kalung tersebut.

“『Magic-Eating Collars』?”

Kutanyakan hal yang tidak familier tersebut.

Berdasarkan atas penjelasan dari Donnaha, benda itu adalah sebuah benda magis yang
menyerap mana dari orang yang mengenakannya hingga titik mereka akan kesulitan
untuk menggunakan sihir. Bisa dibilang jikalau para elf mengenakan kalung tersebut,
mereka takkan mungkin menggunakan sihir ruh kebanggaan mereka.
100 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Ariane, setelah ini pergilah bertemu dengan Danka. Pada saat yang sama, aku akan
menuntun keempat anak yang sihirnya telah tersegel ini sendirian, yang mana
mungkin ini akan menjadi perjalanan yang tak cukup aman hingga kita bisa sampai di
desa terdekat... Entah bagaimana kita harus melakukannya...”

Sembari Donnaha menatap anak-anak yang baru sembuh tersebut dengan sebuah
ekspresi serius di wajahnya, Ariane tiba-tiba menengok padaku sembari menanyakan
sesuatu.

“Hey, kau. Pria Zirah! Kalau kau bisa menggunakan sihir penyembuhan, maka
harusnya kau punya kekuatan yang setara dengan Shrine Maiden atau seorang
Shaman, kan? Kalau benar begitu, bukannya seharusnya kau juga bisa menghilangkan
kutukan pada kalung-kalung itu?” [TL Note: Shrine Maiden (Miho) : Gadis Kuil.
Shaman : Dukun. Semua ini merujuk pada Job Class turunan Priest.]

Sebuah kelas khusus perempuan, Shrine Maiden memang ada dalam game, tapi di
sana tidak terdapat kelas Shaman. Akan tetapi, saat aku memikirkan kembali
pertanyaannya tadi, kelas Priest mungkin dapat melakukannya. Kalau aku tak salah
ingat, kelas Bishop level menengah punya skill 【Anti Curse】, dan kelas Pope tingkat
lanjut punya skill 【Holy Purification】.

【Anti Curse】 adalah sebuah skill sihir yang dapat menghilangkan atribut kutukan baik
yang ada di dalam suatu benda, maupun yang mengenai seseorang, sedang 【Holy
Purification】adalah sebuah skill sihir yang di mana, sebagai tambahan menghilangkan
kutukan-kutukan, juga dapat memberikan kerusakan dalam skala besar pada spesies
undead.

“Aku bukan Pria Zirah; aku Arc. Kurang lebih, ada kemungkinan untuk menghilangkan
kutukannya dengan menggunakan sihir... tapi aku tak tahu apakah akan ada efek
samping dengan melakukannya.”

Lagipula, aku tak pernah menggunakan sihirnya dalam kehidupan nyata... Dengan
pemikiran tersebut, kuletakkan tanganku di atas kalung salah satu anak dan
mengaktifkan 【Anti Curse】. Sebuah lingkaran sihir rumit muncul di atas telapakku
sebelum akhirnya terserap ke dalam kalung tersebut. Saat itu juga, terdengar sebuah
suara sangat jelas saat kalung itu hancur dengan mudahnya dan terjatuh ke tanah.

Anak yang kini telah bebas dari kalungnya itu menyentuh area sekitar lehernya untuk
sesaat sebelum memberikan senyum yang cerah padaku.

“Terima kasih! Paman Zirah!!”

Yep, tak diragukan lagi aku telah memberikan kesan yang baik pada para elf. Aku
diam-diam kegirangan dalam benakku. Anak-anak lainnya yang telah melihatnya
mendekat padaku. Lalu kusuruh mereka untuk berbaris dan melepaskan kutukan pada
kalung mereka bergantian.

“Nah sekarang... kalian semua, bukankah kalian sudah dibilangi jangan keluar dari
desa tanpa izin dari kepala desa dan orang tua kalian? Sungguh berbahaya.”

101 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“...Maaf. Sebuah ruh tengah terganggu dan terus memanggil kami, ‘tolong, tolong’,
dan kupikir aku harus...”

Saat salah satu anak mulai menitikkan air mata sembari menjelaskan keadaannya,
Ariane bertanya padanya.

“Sebuah ruh yang terganggu? Di mana dia?”

“Saat aku pergi ke tempat yang ditunjukkan oleh ruh tersebut, aku melihat seekor
fluffy fox terperangkap di sana... Ia telah tertangkap oleh manusia, jadi kupikir aku
harus menolongnya...”

Mendengar perkataannya, kedua mata Ariane dan Donnaha menengok padaku,


memberikan sebuah hawa yang terasa seperti kesan baik yang baru saja kubuat tadi
telah dihancurkan dalam sekejap. Tak ada pilihan lain, aku harus menjelaskannya, dan
memperjelas kesalahpahaman ini.

“Jangan salah paham, aku menolong Ponta ini yang telah tertangkap di dalam sebuah
markas bandit. Pastinya kau takkan percaya aku akan melakukan sesuatu seperti
memancing keluar dan menangkap anak-anak itu, kan?”

“‒‒Oh yah, kurasa begitu. Fluffy fox, dikenal akan kewaspadaan mereka, takkan
pernah melekat dengan dalam pada seseorang yang telah menyakitinya...”

Ariane menggerutu sembari mengangkat bahunya, lengannya disilangkan di bawah


buah dadanya yang besar. Donnaha mengangguk setuju, dan dengan ini, tatapan
tajam yang mengarah padaku telah lenyap. Sepertinya aku telah berhasil memecahkan
kesalahpahaman ini dengan benar.

Sembari memikirkan hal tersebut, kulihat anak-anak elf tersebut mengerumuni Ponta
dan perlahan mengelus-elus bulunya yang lebat. Mereka bilang bahwa para fluffy fox
punya tingkat kewaspadaan yang tinggi dan mereka jarang melekat dalam pada
seseorang. Akan tetapi, dengan kejadian semacam ini di depan mata mereka, siapapun
pasti akan mulai meragukan kebenarannya.

“Baiklah, aku akan mengantar anak-anak ini ke desa terdekat terlebih dahulu. Kita
akan berpisah sejenak; sebentar lagi malam tiba. Apa kalian semua bisa menggunakan
sihir ruh setidaknya untuk melindungi diri kalian sendiri?”

Saat Donnaha menanyakan mereka, anak-anak tersebut memberikan sebuah jawaban


yang semangat sebelum mulai masuk ke dalam hutan. Bahkan anak-anak kecil
tersebut bisa menggunakan sihir ruh. Sepertinya dalam rangka mempertahankan
dirimu di dalam hutan berbahaya ini, kau harus memiliki kemahiran bertarung yang
tinggi.

“Hati-hati, Donnaha. Tadi kau bilang namamu adalah Arc? Kalau kau sedang nganggur,
bagaimana kalau kau memberiku sedikit bantuan? Membereskan mereka...”

Sembari berbicara, ia mengisyaratkan dengan dagu tirusnya ke area di sekitar gerobak

102 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
di mana pemandangan dari mayat yang berceceran dari kelompok bersenjata dapat
terlihat.

Hmm, kurasa, daripada melakukannya sendirian, akan lebih cepat selesai kalau
dilakukan bersama. Di samping itu, bisa diperintah oleh seorang Onee-san cantik bisa
dibilang sebuah pengalaman yang langka.

Sembari kami mengumpulkan mayat para perampok itu dalam satu tempat, aku
mengumpulkan uang yang ada di saku mereka, begitu juga dengan senjata-senjata
yang kelihatannya masih bisa dijual. Setelah melihat hal ini, alis elok Ariane mengerut
sambil cemberut.

“Melakukan hal hina seperti mengambil barang-barang dari para mayat... Sungguh
sebuah misteri mengapa seekor fluffy fox bisa melekat pada orang sepertimu.”

“Dalam kehidupan manusia, tak peduli bagaimana, seseorang takkan bisa bertahan
hidup tanpa uang. Terlebih lagi, biaya untuk perjalanan sangatlah banyak; aku tak bisa
melewatkan kesempatan semacam ini... Apakah ras elf tak memiliki mata uang?”

Mendengar pertanyaanku tadi, Ariane membentak, “Para elf juga punya koin emas!”

Sepertinya, sistem dasar barter adalah hal yang biasa dilakukan di desa-desa elf,
sedang koin emas hanya mereka gunakan untuk transaksi eksternal.

Daripada menggunakan emas campuran pada koin mereka seperti yang manusia
lakukan, para elf menggunakan emas murni; dan sepertinya koin emas mereka lebih
berharga daripada yang manusia miliki. Ariane menceritakannya dengan bangga
tentang bagaimana, setelah para elf menggunakan koin emas mereka dengan maksud
untuk bertransaksi beberapa kali hingga mendapat perhatian, bisnis-bisnis manusia
dalam skala besar mulai berebutan untuk menukarkan koin mereka dengan koin para
elf.

Aku merasakan sebuah hawa kemewahan di sekitar Onee-san yang menggairahkan ini;
akan tetapi, sosoknya yang bercerita dengan bangga adalah sesuatu yang manis dan
memikat hati. Meskipun kalau aku mengatakannya, mata emasnya yang tajam
mungkin akan menatapku, jadi aku hanya terdiam saja.

Setelah semua mayatnya telah terkumpul di satu tempat, Ariane langsung melangkah
maju dan duduk, mengisyaratkanku untuk mengikutinya.

Saat aku menurunkan tubuhku, pada saat yang sama Ponta muncul dan meringkukkan
tubuhnya di posisi di sekitar pahaku sebelum aku terduduk. Ponta kelihatannya tengah
mengamati pergerakan Ariane dilihat dari kupingnya yang berkedut.

『─Jadilah Satu dengan Tanah─』

Ariane meletakkan tangannya di atas tanah, dan, setelah bergumam sebentar,


permukaan tanah di sekitar mayat-mayat itu tiba-tiba mulai berombak-ombak. Bisa
dibilang tanahnya hampir seperti hidup, lalu tanah itu mulai menelan mayat-mayat

103 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
tersebut. Setelah beberapa saat, gunung tumpukkan mayat tersebut telah menghilang
tanpa bekas.

“Kurasa dengan ini, dengan menjadi pupuk untuk hutan ini, mereka akan sedikit
berguna.”

Saat ia mengatakan hal tersebut, Ariane menepukkan debu di tangannya dan mulai
berdiri.

Ponta berulang kali menggaruk tanah yang tak lama tadi berombak dengan kaki
depannya, dan memiringkan kepalanya ke samping kebingungan.

Itu adalah sebuah tipe sihir yang sangat cocok untuk mengurusi mayat-mayat tersebut.

“Hmm, jadi seperti itu sihir ruh. Ini pertama kalinya aku melihat seseorang
menggunakannya.”

Hanya memiliki pengetahuan tentang hal tersebut hingga saat ini, bisa dibilang setelah
menyaksikannya dalam kenyataan secara pribadi, perasaanku sangat tergerak
karenanya.

Dengan selesainya penguburan mayat-mayat tersebut, Ariane melepaskan ikat pada


kuda-kuda yang terpasang di kereta kuda dan menampar bokong mereka, yang mana
membuat mereka lari. Sepertinya kali ini kami membiarkan kuda-kuda tersebut bebas.

Hanya ada gerobak dan kandang di dalamnya yang tersisa dari peristiwa penyerangan
ini. Mungkin kita bisa mendapat sedikit uang dengan menjualnya, namun mencoba
menjual benda semacam ini ke kota akan terlihat sangat mencurigakan tak peduli
bagaimanapun kau melihatnya. Tak ada pilihan lain kecuali meninggalkannya di sini.

“Aku memiliki sihir ruh api dan tanah sebagai keahlianku. Oh, aku masih belum
mengutarakan terima kasihku dengan benar. Terima kasih, kau telah menyelamatkan
kami. Aku Ariane. Ariane Glenys Maple.”

Dia berbalik dan memperkenalkan dirinya. Bersamaan dengan rambut panjang seputih
saljunya yang berpasangan dengan alis lengkung yang panjang, di bawahnya di mana
sepasang mata berwarna emas terpancar, menengok ke arahku, senyum yang
menggoda muncul di bibir eloknya. Daya tarik yang ia pancarkan dari tubuhnya cukup
untuk merangsang orang yang tak kompeten dengan nafsu.

Selain itu, namanya juga terdengar sedikit manis...

“Arc. Seorang petualang pengembara biasa. Dan yang duduk di sini adalah Ponta.”

“Kyun!”

Setelah aku memberikan perkenalan sederhana, Ponta mendongak dan mengaum.


Kelihatannya itu tadi tidak ditujukan untuk perkenalan diri. [TL Note: Gak yakin rubah
mengaum :D ada usul terjemahan lain?]

104 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Mengikuti arah pandangan Ponta, aku melihat seekor burung besar dengan bulu biru
hijau yang indah mendekat ke sini. Saat Ariane juga menyadarinya, ia menengok ke
langit.

Setelah melesat melalui celah-celah antar pepohonan yang lebat, burung itu perlahan
mendarat di lengan kiri Ariane yang ia julurkan.

Meskipun sedikit lebih kecil dari seekor gagak, burung itu bisa dibilang masih cukup
besar jika dilihat dari dekat. Puncak kepalanya berdiri layaknya sebuah ahoge. [TL
Note: Ahoge = rambut yang mencuat ke atas, seperti Araragi Koyomi atau Hachiman
Hikigaya, biasa disebut rambut bodoh.]

“Umumnya disebut Burung Pembisik, burung ini juga seekor hewan ruh.”

Setelah ia menjelaskan nama burung itu dengan singkat, paruh burung tersebut
terbuka dan mulai berbicara dengan fasih dalam suara yang maskulin.

『Danka telah menemukan markas orang-orang itu di Diento. Ariane, bergabunglah


dengan Danka dan selamatkan rekan-rekan kita..』

Burung Pembisik itu menutup paruhnya setelah hanya mengatakan itu dan
memiringkan kepalanya. Karenanya, Ariane mengeluarkan sebutir kacang merah dari
sebuah kantung kulit yang terikat di pinggulnya, dan Burung Pembisik itu membungkuk
dengan lihai untuk menyantapnya. Setelah mengelus kepalanya dengan lembut, Ariane
mulai berbicara pada si burung.

“Aku dan Donnaha telah berhasil menyelamatkan empat anak; Donnaha kini tengah
kembali ke desa. Aku akan bergabung dengan Danka secepatnya.”

Setelah dia selesai berbicara, ia sedikit mengangkat lengan kirinya di atas kepala.
Menggunakan momentum tersebut, si Burung Pembisik terbang, menghindari tiap
dedaunan pohon dengan lihai sembari terbang menjauh di dalam lebatnya hutan, lalu
lenyap dari pandangan kami.

Sepertinya burung itu sama seperti merpati pembawa pesan. Kecuali, kemampuannya
yang bisa menirukan suara seseorang dengan sempurna. Menggunakan Burung
Pembisik tadi sebagai basisnya, kurasa pesan Ariane akan tersampaikan dengan cara
yang sama.

Saat aku melihatnya dalam keadaanku yang tengah tercengang, Ariane mulai tertawa
lepas padaku.

“Apakah karena manusia sebegitu sulitnya untuk menjinakkan hewan ruh hingga kau
tak tahu hal semacam itu? Omong-omong, tadi kau bilang kau adalah petualang, kan?
Apa kau berkenan dipekerjakan olehku?”

Ariane melempar sebuah tatapan provokatif padaku sembari ia mengeluarkan lima koin
emas dari kantung kulit yang terikat di pinggangnya, dan memberikan sebuah tawaran.

105 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Lima koin elf di awal, dan lima lagi setelah selesai. Bukan tawaran yang buruk, kau
setuju kan?”

Apakah pesan dari Burung Pembisik tadi berbicara mengenai bantuan untuk misi
pembebasan para elf yang ada di Diento? Apakah elf yang kutemui waktu itu telah
menemukan di mana para elf yang tertangkap berada? Kalau benar begitu, patroliku
waktu itu sungguh sia-sia...

Kalau dipertimbangkan lagi, mengapa dia ingin mempekerjakanku...? Padahal di sini


kelihatannya ada sedikit hubungan buruk antara manusia dan para elf. Kalau dilihat
secara objektif, kau seharusnya tak mempercayai seseorang yang tertutup dengan full
body armor dengan mudah, kan?

Kusilangkan lenganku dalam rangka agar terlihat seperti orang penting, aku bertanya
pada orangnya langsung.

“Hmm. Apakah kau bisa mempercayai seorang manusia sepertiku?”

“Aku tak mempercayaimu. Fluffy fox yang ada di sana, Ponta? Aku hanya percaya
padanya. Bahkan kalau seekor hewan ruh berpasangan dengan seorang manusia,
biasanya dengan anak-anak... Seorang manusia dewasa menjinakkan mereka, orang
itu pasti adalah orang yang berperilaku baik atau dia hanyalah orang yang tak punya
otak.”

Betapa kasarnya ejekan yang kau utarakan tadi? Sebenarnya, biasanya aku tak terlalu
memedulikan hal rumit semacam itu, tapi bisa dibilang aku hidup hanya dengan
mengandalkan instingku saja...

Di kakiku, Ponta tengah memiringkan kepalanya ke samping kebingungan sembari


menatap padaku.

“Hmm, bukankah para petualang dipekerjakan seperti ini?”

“Ada aturannya. Hey!”

Ia melemparkan lima koin emas di tangannya ke arahku. Aku menangkapnya dengan


sigap di udara.

Berbeda dengan koin emas dari negara ini, koin emas ini seukuran dengan sebuah koin
seratus Yan, dengan desain mencolok terpahat di kedua sisinya; koin-koin ini sudah
pasti berkualitas tinggi. Hanya dengan melihatnya saja, aku bisa mengetahui kemajuan
teknologi para elf dibandingkan dengan para manusia.

Koin-koin ini benar-benar terbuat dari emas murni; dengan sebuah kemilau, seseorang
bisa mengetahuinya kalau koin-koin ini lebih berharga dibanding jenis koin milik para
manusia.

Aku menyimpan koin emas kaum elf tersebut ke dalam kantung di dalam tasku.

106 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Yah, misi untuk menyelamatkan para elf yang tertangkap biasanya dilakukan secara
diam-diam. Bergerak secara terang-terangan tentu takkan berhasil, jadi pergerakan
praktis yang biasa kugunakan pasti akan sangat berguna.

Para elf sepertinya lebih dapat dipercaya daripada para manusia yang bodoh itu; ini
pastinya adalah kesempatan yang bagus untuk memperkuat hubungan yang baru ini.

Ini adalah permintaan pekerjaan pertamaku sebagai seorang petualang; pastinya ini
semua akan berjalan dengan lancar‒‒

107 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 16
Menunggu untuk Menyerang ‒ Bagian 1
“Kalau begitu, pertama-tama, aku akan pergi bergabung dengan Danka yang telah
berada di Diento. Ikuti aku.”
“Mengenai itu... Apa aku bisa mengusulkan sesuatu?”

Dalam rangka untuk memperkuat hubunganku dengan para elf, mungkin akan lebih
baik untukku tunjukkan salah satu kemampuanku. Di samping itu, penampilanku ini
membuat jalannya operasi ini mustahil dilakukan. Akan tetapi, dengan menggunakan
【Dimensional Step】 yang bisa kugunakan untuk berpindah dalam jarak yang dekat,
menyusup ke manapun tanpa diketahui seseorang akan menjadi hal yang mudah.

Jikalau aku yang ada dalam full body armor perak ini berada di depan tempat di mana
para elf tersebut akan membebaskan para tahanan, aku pasti akan terlalu mencolok
dan kemungkinan aku akan menjadi orang yang diincar, tak bisa bergerak bebas,
sangatlah mungkin. Untuk itulah, dengan menggunakan sihir ini untuk menyusup diam-
diam, tak perlu khawatir akan ada saksi mata yang melihatnya saat penyelamatan
nanti.

“Sebuah usul? Kau sedikit terlalu santai, ya; sebelum kita sampai Diento, malam akan
jatuh di hutan ini.”

Sembari ia sedikit menahan rambut putihnya yang cantik yang terhembus angin itu,
sepertinya dia agak ragu dengan usulku.

“Ariane-dono, apakah kau tahu tentang sihir perpindahan?”


“...? Aku tahu itu, tapi apa hubungannya hal tersebut dengan kita?”

Aku melihat secercah cahaya kewaspadaan tersebar di dalam matanya. Apakah topik
mengenai sihir perpindahan ini adalah sebuah hal yang tabu? Tapi aku sudah sampai
sejauh ini, tak mengatakan hal sesungguhnya bukanlah pilihanku... Bersiap untuk hal
yang terburuk, aku melanjutkan.

“Aku bisa menggunakan sihir perpindahan ini; dengan sihir tersebut, kita bisa segera
sampai di Diento. Menyerang, begitu juga dengan kabur dari penjara mestinya akan
lebih mudah kalau kita memanfaatkan penggunaannya ke dalam rencana
penyelamatan ini.”
“Sihir perpindahan!? Tidak mungkin?! Untuk seseorang bisa menggunakan kekuatan
yang dikisahkan dalam legenda?! Bahkan kami para elf harus yang mengandalkan
penggunaan peralatan sihir nyaris tak bisa menggunakan sihir semacam itu...!!”

Kedua mata emasnya melebar; ekspresinya menggambarkan suatu syok yang jelas
sembari ia terus menerus menggerutu. Setelah beberapa saat, dalam keadaan tersadar
secara tiba-tiba, ia menutupi mulutnya dengan cepat dengan kedua tangannya.

Sepertinya walau para elf mempunyai pengetahuan mengenai sihir perpindahan, sihir
tersebut bukanlah tipe sihir yang bisa digunakan hanya berdasar pada kemampuan
sihir seseorang saja. Akan tetapi, dengan menggunakan peralatan sihir mereka, para
elf bisa menggunakan sihir perpindahan tersebut... dan berdasarkan dari nadanya tadi,

108 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
para manusia sepertinya tak memiliki alat semacam itu untuk sihir perpindahan;
sebaliknya, mungkin masalahnya terletak pada mereka tak bisa menggunakannya.
Melihat wajah paniknya, fakta bahwa para elf bisa menggunakan sihir perpindahan
mungkin sebuah rahasia yang sangat dijaga.

“Lupakan apa yang baru saja kau dengar! Tidak... buktikan kalau kau bisa
menggunakan sihir perpindahan. Kalau itu benar, kami takkan menyebarkannya, begitu
juga dirimu, berjanjilah untuk tak menyebarkan hal yang kau dengar barusan!”

Nada bicara dan kelakuannya sungguh tiada henti, dengan sebuah intensitas yang tak
membolehkan sebuah penolakan, memintaku sebuah jawaban yang cepat. Jikalau saja
para manusia yang bermusuhan itu mengetahui tentang adanya sebuah teknologi
super yang dapat digunakan untuk sesuatu seperti sihir perpindahan, keinginan untuk
teknologi ini pastinya akan memulai sebuah perang antar dua ras; tentunya itu adalah
hal yang harus dihindari. Berurusan denganku yang telah mengetahui keberadaan
tentang teknologi itu bisa saja memungkinkan hal tersebut terjadi, namun...

Dengan adanya dua orang yang saling berbagi rahasia mereka tentu dapat
memberikan kedua belah pihak perasaan tenang.

“...Aku mengerti. Berkenaan dengan pembicaraan mengenai sihir perpindahan para elf,
aku janji aku akan menjaga mulutku tetap rapat.”

Kata-kata janji bombastis kuberikan padanya.

“Bagus. Kalau begitu, bisakan kau tunjukkan sihir perpindahan tersebut padaku
sekarang?”

Dengan jubah abu-abunya yang berhembus, Ariane berdiri dengan tangannya


bersandar di pinggangnya, memasang sebuah pose menakutkan, tatapannya menuntut
sebuah tindakan.

Sepertinya Ponta mengerti keadaannya. Merapalkan sihir angin dengan sebuah


raungan, Ponta terbang ke tempatnya yang biasa, terduduk di atas helmku.

Setelah selesai mengumpulkan semua barang bawaanku dan bersiap untuk pergi, aku
memanggul tasku dan memanggil Ariane sebelum mengaktifkan mantranya.

“Seperti yang telah kita sepakati. Baiklah, membuka sebuah jalur menuju kota
Diento.【Transfer Gate】!”

Saat mantranya diaktifkan, sebuah lingkaran sihir selebar tiga meter yang
memancarkan cahaya putih kebiruan muncul, melebar di bawah kaki kami. Hari telah
berlalu dengan cepat, dengan bayangan dari pepohonan di dalam lebatnya hutan.
Sebuah cahaya misterius fantasi mewarnai pepohonan itu, dan secara tiba-tiba,
pemandangan di depan mataku sepenuhnya masuk ke dalam kegelapan.

Kemudian, dalam sekejap mata, menyadari bahwa pemandangan hutan sebelumnya


telah menghilang, kami kini tengah berdiri di tempat yang benar-benar berbeda.

109 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Dengan tangannya yang tersingkap, Ariane memasang tampang terkejut yang jelas di
wajahnya setelah melihat hasilnya. Kedua mata emasnya terbelalak saat dia melihat
pemandangan di sekelilingnya.

Senja telah menampakkan sosoknya, dengan bayang-bayang ungu muda mewarnai


langit. Sebuah hembusan angin berhembus pelan melalui bukit, menggoyang
rerumputan, dan memberikan sebuah gemeresik menyegarkan yang menggelikan
telinga.

Jauh di depan sana, terdapat sebuah jembatan batu dengan enam lengkungan, di
bawahnya di mana Sungai Rydell mengalir dapat terlihat. Di balik titik tersebut, sebuah
pemandangan mencolok dari tembok kota yang menutupi Diento menunjukkan sosok
kokohnya.

“Aku terkejut... tidak, untuk seseorang benar-benar bisa menggunakan sihir


perpindahan bahkan tanpa merapalkan mantra... bahkan sekarang, aku merasa seperti
berada dalam mimpi... Tentu saja ini adalah kekuatan terhebat untuk menyelamatkan
rekan-rekanku.”

Sembari melihat sekelilingnya dengan sebuah tampang takjub terus menerus, dia
berbalik dan memberikan sebuah senyum lebar kepadaku. Sepertinya dia sangat
bahagia bahwa prospek dari misi penyelamatan nanti akan menjadi lebih cerah.

“Meskipun ini adalah sihir yang pas, namun bukannya sihir ini tak punya kelemahan.
Berpindah ke suatu tempat mengharuskanku untuk telah mengunjunginya dulu, tentu
dengan sebuah ingatan yang jelas mengenai tempat itu juga. Untuk sebuah tempat
dengan pemandangan yang sama seperti suatu hutan atau di dalam sebuah dua,
mungkin sihir ini takkan berhasil...”
“Meskipun begitu, ini sudah cukup! Sihir perpindahan yang kami, para elf gunakan,
bahkan, tak bisa tersambung ke wilayah di luar dengan beberapa kondisi, selain itu,
kami juga harus mengeluarkan mana dalam jumlah yang besar...”

Sepertinya ada beberapa macam keterbatasan dalam penggunaan sihir perpindahan


kaum elf; akan tetapi, meski begitu, kemampuan tersebut masihlah jauh lebih maju
dibandingkan dengan teknologi transportasi masa kini.

“Yah, aku tak bisa terus tampak terkejut seperti ini. Secepatnya, aku harus menyusup
ke Diento.”

Sembari Ariane mengatakan hal tersebut, menguatkan dirinya, ia menarik tudungnya


turun hingga menutupi matanya dan menutupi diri seutuhnya dengan jubahnya,
memakainya leyaknya sebuah pakaian, sebelum mulai berjalan menuju kota Diento.

Sebagai seorang dark elf, kulit semulus kristalnya yang berwarna keunguan tentu
berbeda dengan para manusia dan elf normal, yang mana membuatnya cukup
mencolok. Tanpa menutupi seluruh tubuhnya seperti itu, mungkin dia akan ditemukan
dengan cepat.

Sedang untukku, karena armorku menutupi tubuh terngkorakku, tak ada seorangpun
yang dapat melihatnya. Terdapat sedikit kemiripan di antara kita, meskipun situasinya
110 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
sedikit berbeda denganku karena dia memiliki daging dan darah sesungguhnya di
tubuhnya.

Mengenakan jubah hitamku, armor perak yang mewah ini tertutupi seluruhnya sebelum
aku mulai berjalan di belakangnya, mengikuti arahannya.

Meskipun senja telah menyinari kota Diento, seperti yang diduga dari sebuah titik lalu
lintas utama, segerombolan banyak orang dalam kereta kuda masih menyeberangi
jembatan berlengkung enam dalam rangka memasuki kota tersebut. Pada saat ini,
dengan tak adanya orang yang keluar dari kota, arus kerumunannya bergerak ke satu
arah saja.

Menyeberangi jembatannya, kami pun melewati gerbang pertama bersamaan dengan


segerombolan orang hingga akhirnya kami tiba di gerbang kedua. Berjalan sembari
bersenjata lengkap dan tertutup dari kepala hingga ujung kaki dalam sebuah jubah
hitam entah mengapa membuat kerumunan orang menjauh dariku. Karena itu
bukanlah hal yang terlalu mengusikku, aku perlahan melangkah maju melewati
gerbang kedua.

Sembari menunjukkan identifikasi petualangku, aku berbicara tentang Ariane yang


sepenuhnya tertutup.

“Di belakang adalah rekanku. Berapa banyak biaya masuknya?”

Si penjaga gerbang memberikan Ariane di belakangku sebuah lirikan acuh,


menunjukkan ketidaktertarikannya terhadap begitu banyaknya orang yang mencoba
memasuki kota, dan membuka mulutnya, menjawab dengan sebuah perilaku kasar.

“Biayanya 1 sek.”

Dari kantung kulit di pinggangku, kukeluarkan sekeping koin perak dan


menyerahkannya pada si penjaga, setelah itu aku masuk ke kota bersama dengan
Ariane.

Dengan terbenamnya matahari, cahaya dari lampu-lampu yang bertebaran menyinari


jalanan ini, bercampur dengan energi yang meluap-luap dari gerombolan orang yang
terlihat hidup. Saat kami menyelinap melewati kerumunan orang yang berada di plaza
di depan gerbang bagian selatan, aku menanyakan Ariane mengenai tindakan kami
selanjutnya.

“Yah, kita telah berhasil masuk ke Diento, tapi apa yang harus kita lakukan
selanjutnya, Ariane-dono?”
“Masuk melalui gerbang tepat setelah menyeberangi jembatannya mestinya berakhir
ke plaza... Ini adalah titik temu di mana aku akan menunggu Danka. Kurasa ia akan
menemukan kita di sini.”

Dengan itu, dia menyelinap di antara kerumunan orang menuju ke sebuah sudut plaza,
ia menyandarkan punggungnya ke dinding sebelum ia terfokus kepada kerumunan
orang kemudian. Mengikuti tindakannya, aku bersandar ke dinding dan mengalihkan
pandanganku ke kerumunan orang yang sama.

111 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Danka adalah elf yang waktu itu aku temui di luar kota ini. Terakhir kali, untuk
menyembunyikan telinga panjang khas elfnya, ia mengenakan sebuah tudung. Akan
tetapi, kali ini aku tak bisa menemukan seseorangpun yang menyerupai deskripsi
tersebut di depan mataku.

Tak lama kemudian, seseorang mendekat ke arah kami. dengan sebuah jubah
berwarna rami, tudungnya ia kenakan rendah hingga menutupi matanya, orang
tersebut mendekat pada kami.

Ketika Ariane melihatnya juga, ia menegapkan badannya, memisahkan diri dari dinding
sebelum menyambutnya.

“Ariane, mengapa ada orang ini di sini?”

Berhenti di depan kami, pria yang mengenakan jubah berwarna cokelat kelabu
menanyakan Ariane pertanyaan tersebut dalam nada pelan. Aku mengenali suara
tersebut; suara itu sama seperti suara pria yang aku temui di luar kota.

“Hanya sedikit penambahan... Kali ini, aku merekrut seorang petualang untuk sedikit
membantu kita.”
“Apa kau serius?!”

Suara Danka dipenuhi dengan kejutan dan cercaan.

Tak bisa dipungkiri; melakukan perekrutan sepihak dengan seorang manusia untuk
menyelamatkan para elf yang ditangkap oleh para manusia adalah sesuatu yang tak
masuk akal.

“Berdiri sambil melakukan percakapan semacam ini rasanya kurang pas... ayo kita cari
tempat untuk duduk dulu.”

Setelah mengatakan hal itu, Ariane dengan cepat meninggalkan plaza. Danka pasti
merasa tak ada gunanya menyanggahnya di sini lalu ia mengikutinya dengan malas
dari belakang. Menyamai tindakan Danka, aku mengikuti di belakangnya.

Setelah meninggalkan plaza, kami menapaki jalan utama, sebuah lokasi bisnis di mana
banyak kedai berjejeran di sini. Di depan kedai-kedai tersebut, tertata meja dan kursi
untuk para pelanggan, membuat seisi tempat ini seperti suatu desa kedai.

Di sini dan di sana, terduduk mengelilingi meja, orang-orang dari sekeliling kedai
bergembira sembari memesan makanan dan alkohol.

Ariane duduk di sebuah meja yang kosong, meminta Danka untuk membelikan
makanan ringan dan minuman keras.

“Danka~, Aku ingin makan sate daging itu! Dan alkohol yang cocok bersamaan, tolong.
Arc, bagaimana denganmu?”
“Aku tak usah.”
112 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Daging panggang dari kedai tersebut memberikan sebuah aroma sedap yang memikat,
tapi tak mungkin aku bisa melepaskan helmku di depan kerumunan orang ini. Walau
aku tak merasa lapar dengan tubuh ini, aku tak punya pilihan lain selain menahan
keinginanku untuk makan dengan normal.

“Mengapa aku...”

Meskipun Danka menggerutu, dia tetap pergi untuk memesan di kedai sesuai dengan
pesanan Ariane. Sembari melihatnya dari belakang, aku duduk di kursi pada meja yang
sama dengan Ariane, sedang Ponta yang tadi berada di atas kepalaku telah turun ke
atas meja dan duduk di sana.

Sepertinya aroma-aroma harum itu telah menggoda rasa laparnya.

“Kyu~n”

Setelah ia mengeluarkan sebuah erangan yang terlihat sedikit menyedihkan, Danka


membawakan alkohol di dalam sebuah wadah kayu yang terlihat seperti sebuah gelas
bir dan daging giling dalam tusuk sate, sembari membawakan sepiring kacang mirip
kacang tanah sebagai tambahannya. Setelah meletakkan semuanya di meja, dia pun
mengambil duduk.

“Semenjak aku melawan para penculik di hutan, perutku lapar sekali. Arc, pria ini
adalah Danka Neil Maple. Sepertiku, dia juga seorang pejuang kaum elf, dan, akhir-
akhir ini, adalah orang yang telah mengumpulkan informasi di kota ini. Danka, pria di
dalam armor ini adalah Arc. Dia tanpa sengaja bergabung dengan kami dan
membantuku dan Donnaha dalam pertarungan dengan para penculik di hutan.”

Hmm? Ia tadi baru saja bilang Maple... nama yang terdengar manis itu sepertinya
familier. Itu adalah, nama keluarga yang sama dengan orang yang tengah memenuhi
mulutnya dengan sate daging giling di depan mataku, Ariane Glenys Maple.

“Kalau aku tak salah, aku ingat Ariane-dono juga memiliki nama Maple sebagai nama
belakangmu, tapi apakah kalian berdua bersaudara?”

Danka sedikit mengangkat alisnya saat mendengar pertanyaanku, sedang Ariane hanya
memberikan sebuah tawa lepas, menggoyangkan sate dagingnya. Mata Ponta bergerak
ke kanan dan kiri, mengikuti tiap gerak-gerik sate yang bergoyang itu.

“Standar nama kaum elf adalah sebuah kombinasi dari nama seseorang, lalu nama dari
orang tua dari gender yang sama, lalu nama dari desa kelahiranmu. Meskipun aku
memiliki kakak laki-laki dan perempuan dari desa yang sama, namun kami berdua tak
berasal dari keluarga yang sama. Mudahnya, itu berarti kami lahir di ibukota Hutan
Besar Canada, Maple.”

Sistem penamaannya sungguh berbeda dengan orang Jepang.

Lagipula, apakah Hutan Besar Canada adalah hutan yang umumnya dikenal sebagai
‘Hutan Para Elf’ dan ‘Hutan Tersesat’? Terlebih lagi, ibukota dari hutan itu dinamakan

113 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Maple... apakah tempat itu terkenal akan produksi sirupnya yang melimpah atau
semacamnya?

“Apakah ‘Hutan Besar Canada’ ini adalah tempat yang para manusia kenal dengan
‘Hutan Para Elf’?”
“Para manusia sepertinya menyebutnya seperti itu. Setelah kami membangun sebuah
kota besar kaum elf di sana, leluhur Patriarch-sama menamainya dengan, ‘Hutan Besar
Canada’. Nama dari ibukota hutan tersebut, Maple, adalah apa yang telah ditetapkan
oleh Saisho no Shuuchou-sama.” [TL Note: Saisho no Shuuchou = First Chieftain (Eng)
/ Kepala Suku Pertama (Idn)]

...Apakah keberadaan orang sepertiku telah tersebar di dunia ini beberapa kali? Tak
peduli bagaimanapun aku memikirkannya, nama 『Canada』 dan 『Maple』 terlihat
bukanlah sebuah kebetulan semata. Akan tetapi, saat ia menceritakan tentang kepala
suku pertama itu... hal tersebut terdengar seperti telah terjadi dalam waktu yang
sangat lampau.

“Kira-kira kapan ibukota hutan tersebut, Maple, dibangun?”


“Mungkin sekitar delapan ratus tahun yang lalu?”

Sembari berbicara, Ariane memiringkan kepalanya ke samping, terlihat sedikit ragu,


dan mengalihkan pandangannya pada Danka, yang lalu memberikannya sebuah
anggukan. Setelah itu, dengan sebuah batuk, dia mengubah topik pembicaraannya.

“Hal semacam itu bukanlah hal yang terlalu penting, bukan begitu? Mari beralih dari hal
itu, apakah kau benar-benar ingin membawa orang ini dalam operasi kali ini?”

Danka berhasil mengembalikan alur pembicaraannya kembali ke masalah tentang misi


saat ini.

Ariane mengisyaratkan Danka untuk mendekat padanya dengan tangannya. Setelah ia


cukup dekat, Ariane membisikkan sesuatu di telinganya.

Setelah ia selesai berbisik, di dalam tudungnya itu, ekspresinya berubah menjadi


sebuah kekaguman. Mendekat padaku, Danka dengan lihai menanyakan padaku
dengan suara pelan yang sama dengan sebuah bentakan.

“Kau, apakah hal mengenai menggunakan sihir perpindahan itu benar?!”


“Ya, meskipun terdapat beberapa batasan, aku bisa menggunakannya.”

Meskipun kupikir takkan ada seseorang yang bisa mendengar pembicaraan kami di
antara kegaduhan ini, aku masih menjawabnya dengan suara pelan.

Danka menatap bergantian antara aku dan Ariane dengan sebuah ekspresi tak percaya.
Ariane memberikan Ponta sepotong daging dan mulai memainkan kuping segitiganya,
tak memedulikan Danka...

“Jadi? Kau bilang kau telah menemukan markasnya? Bagaimana situasinya?”

114 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sembari menarik telinga Ponta, menjewernya, dan mengelus kepalanya, Ariane
bertanya pada Danka mengenai markas tersebut.

“Ah, ya. Markas para penculik itu terletak di distrik lampu merah di dekat gerbang
bagian timur. Karena di sana masih terdapat banyak orang sesaat setelah matahari
terbenam, kita akan menunggu hingga jalanan mulai sepi di malam hari untuk
menyerangnya. Sebagai tambahan, di sana juga terdapat beberapa penjaga;
sepertinya sejumlah orang juga berada di tempat itu...”

Daripada berada di distrik para bangsawan yang berada di sekitar kastil pemimpin
feodal di jantung kota, markas tersebut sepertinya terletak di distrik lampu merah di
dekat gerbang bagian timur. Area tersebut adalah area yang aku hindari karena aku
tak ingin terkena masalah dengan banyak hal aneh di sana.

“Apa kau telah mengetahui jumlah orang yang tertangkap di sana?”


“Berdasarkan informasi yang kudapat dari informanku, di sana ada empat. Dengan
kemungkinan ada lebih banyak yang telah terjual sebelumnya...”
“Karena kita telah menggagalkan rencana mereka untuk suplai tambahan hari ini,
maka kali ini hanya tersisa empat di markas mereka. Karena kali ini kita punya sihir
milik Arc, melarikan dari sana pastinya akan mudah.”
“Jadi, kita harus menunggu di sini hingga waktunya tiba...”

115 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 17
Menunggu untuk Menyerang ‒ Bagian 2
Setelah mendiskusikan rencana untuk penyerangan dengan Ariane, Danka
membetulkan tudungnya, menariknya sekali lagi hingga menutupi matanya sebelum
terduduk dengan menyingkapkan tangannya di dadanya, dan menutup matanya
dengan tenang. Sepertinya masih ada sedikit waktu sebelum penyerangan dimulai.

“Kalau begitu, mungkin aku harus mencoba untuk menyelesaikan beberapa urusan...”

Sembari mengatakannya, aku berdiri dan memanggul tas bawaanku. Sebagai


responsnya, Ponta yang melompat dari pelukan Ariane mengeluarkan erangan “Kyun!”
di atas meja sebelum mulai melompat naik ke pundakku.

Meskipun tatapan Ariane sedikit iri saat ia melihat kejadian ini, sembari menatapku, ia
membuka mulutnya dan berkata: “Aku mengerti maksudmu, tapi...”
“Aku takkan meninggalkan tanggung jawabku...”

Sepertinya dia mengkhawatirkan sesuatu, namun saat aku mencoba meyakinkannya,


dia menggelengkan kepalanya seperti yang ia khawatirkan adalah hal yang berbeda.

“Aku tak mengkhawatirkan hal itu. Aku hanya ingin bilang kembalilah secepat
mungkin.”

Setelah mengatakan hal tersebut, ia menoleh. Entah mengapa, aku merasa seperti
telah mendapat sebuah kepercayaan sementara. Dengan sebuah anggukan, aku
berkata “Aku akan kembali secepatnya” sebelum beranjak dari tempat dudukku. Ponta
masih mengambil tempatnya yang biasa ia pesan, dan mengibaskan ekornya bolak-
balik dilihat dari tanda yang terasa dari bagian belakang helmku.

Meninggalkan desa kedai tersebut, aku pergi menyusuri jalan dan berakhir di sebuah
area barisan toko. Toko-toko tersebut telah tutup; cahaya yang terpancar keluar dari
jendela dan cahaya redup dari tiang lampu menjadi satu-satunya sumber pencahayaan.

Ketika aku tiba di depan toko yang ingin kukunjungi, pintunya telah tertutup, sama
seperti toko yang lain di wilayah ini. Sebuah papan tanda dengan desain sebilah
pedang dan perisai begitu juga dengan nama dari toko senjata tersebut yang terpahat
di situ tergantung di atas toko.

“Ahh~, sudah kuduga, tokonya sudah tutup~. Tak bisa dipungkiri; aku akan kembali
lagi besok...”

Sembari memastikan apakah tokonya masih buka, aku mendengar seorang pemuda
berbicara pada dirinya sendiri.

Saat aku menengok ke belakangku, seorang pria berusia dua puluhan yang tengah
terduduk di sebuah gerobak yang berhenti di jalan di depan toko senjata itu
menyandarkan kepalanya. Dinilai dari hawa dan penampilannya, mungkin dia adalah
seorang penjaja atau semacamnya. Berbagai macam jenis barang tertumpuk di atas
gerobaknya dapat terlihat dengan secercah cahaya yang terpancar dari jalan.

116 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Apakah ada urusan dengan toko senjata ini?”
“Eh? Ah! H-halo, Kishi-sama!”

Saat kupanggil, di penjaja muda itu langsung memasang tampang bingung saat ia
menoleh padaku. Saat ia melihat helm perakku di balik tudung hitamku dengan benar,
dia beranjak dari gerobaknya dengan cepat dan menundukkan kepalanya.

“Aku hanya petualang biasa; tak perlu terlalu formal. Jadi, apakah Gyōshōnin-dono ada
urusan dengan toko senjata ini?”
[TL Note: Gyōshōnin-dono = Tuan Pedagang, versi asli Inggrisnya ‘Peddler-dono’ tapi
kalau kuubah jadi ‘Penjaja-dono’ dirasa kurang pas, jadi aku reverse translate.]
“Eh? Ah! Benar sekali. Aku berencana datang kemari untuk menyetok senjata, tapi
rencanaku untuk datang ke kota ini agak terhambat...”
Pedagang muda itu mengatakannya dengan sebuah senyuman terpaksa. Sungguh
karunia Tuhan. Senjata yang aku dapatkan dari para penculik tak lama tadi tak bisa
dipungkiri adalah sebuah beban.

“Oh, kalau begitu, aku datang kemari untuk menjual senjata ini pada toko ini, tapi
sayangnya tokonya sudah tutup... Kalau Gyōshōnin-dono berkenan, apakah kau ingin
membelinya dariku?”
“Apa benar begitu?! Um, dan apakah kau bisa menunjukkan senjata seperti apakah
itu...?”
“Tentu saja. Meskipun ini adalah barang-barang yang kudapat dari mengalahkan para
bandit...”

Dengan mengatakan hal tersebut, kutaruh tas bawaanku yang kupanggul di


punggungku ke tanah, dan melonggarkan lubangnya.

Mendengar jawabanku, pedagang muda itu memasang tampang kecewa yang jelas,
setelah itu dia segera menutupinya dengan sebuah senyuman. Apakah buruk kalau aku
mengatakan bahwa barang-barang ini berasal dari para bandit?

Kukeluarkan salah satu pedang dari tas dan menyerahkannya padanya. Si penjaja
muda itu mengambil pedang itu dengan malas, menghunuskannya dari sarungnya
untuk melihat kondisinya.

Kemudian, senyum yang pria muda ini terus ia jaga sedari tadi mulai berubah,
menampakkan sebuah tampang gembira. Namun ekspresinya, yang mana dapat
dimengerti dengan mudah, sungguh terlalu jujur untuk seorang pedagang; sebagai
pelangganmu, aku bisa melihatnya dengan jelas...

Si penjaja muda itu mengeluarkan sebuah lampu dari gerobaknya, mengandalkan


cahaya dari lampu itu, ia menghunuskan tiap senjata dari sarungnya untuk memeriksa
kondisinya satu per satu.

“Apakah kau benar-benar mendapatkannya dari para bandit? Senjata-senjata ini


ditempa dengan baja yang terbilang bagus?! Sepertinya tak perlu melakukan
perbaikan; dengan sedikit diasah, senjata-senjata ini bisa terjual!”
117 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Bukannya bandit, senjata tersebut kupungut dari sekelompok penculik yang
menangkap para elf, tapi aku tak perlu memberitahukannya.

Namun, kelihatannya para bandit biasanya tak memiliki senjata bagus yang tersisa
dalam kondisi seperti ini... mungkin karena pada dasarnya faksi para bandit adalah
kumpulan dari mereka yang melarat dan bergabung untuk menjarah dan mencuri.

Kekecewaan saat mendengar senjatanya kupungut dari para bandit mungkin karena
fakta bahwa mereka biasanya tak memiliki kualitas yang bagus.

Ketika si pria muda itu telah selesai memeriksa sejenak senjata-senjata itu, dia
menyingkapkan tangannya di depan senjata yang ia tata berbaris dan mengeluarkan
sebuah erangan sembari menatap senjata tersebut.

“Hm~m, kelima belas senjata ini adalah senjata berkualitas tinggi yang masih bagus,
namun senjata yang satu ini bahkan berkualitas lebih tinggi dari yang lain...”

Pedang yang pemuda itu pegang, kalau aku tak salah ingat, adalah pedang yang
dibawa oleh si pria tidak kompeten. Meskipun ia tak kompeten, sepertinya dia memiliki
pedang yang terbaik.

Seseorang hanya perlu melihat pada tempaan di sarung pedangnya dan gemerlap dari
bilah pedangnya untuk bisa melihat perbedaan jelas di antara pedang lainnya.

Untuk saat ini, dia tak sadar kalau dirinya tengah dirundung pertimbangan, sebuah
suara rewel keluar dari mulutnya. Kalau ia menyembunyikan informasi barusan,
mungkin dia bisa membelinya dengan harga murah dan menjualnya dengan harga
yang tinggi di suatu tempat...

Aku heran, apakah orang ini bisa sukses sebagai seorang pedagang?

“Kalau kau ingin menjual semuanya, dengan semua uang yang kupunya, aku tak bisa
membeli semuanya... lalu, bagaimana aku harus memecahkannya... hm~m.”
“Bagaimana dengan 10 suk per bilahnya, jadi semuanya 150 suk, Gyōshōnin-dono?”

Karena setelah ini aku akan menjalankan sebuah operasi penyerangan, aku tak ingin
membawa sejumlah barang bawaan tak berguna. Aku tak masalah dengan
mendapatkan uang lebih rendah dari harga aslinya karena aku tak mengkhawatirkan
masalah ekonomi saat ini.

“Eh?! Bukankah biasanya kau membelinya dengan harga 30 per bilahnya?!”


“... Gyōshōnin-dono, sebaiknya kau tetap menjaga rahasia ini...”

Saat di pedagang muda itu menyebutkan sejumlah harga yang terlalu jujur untuk tiap
bilah pedangnya dan aku menawarkan suatu saran manis, dia segera menutupi
mulutnya dengan panik dengan kedua tangannya.

118 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Bahkan ini menjadi lucu kalau kubiarkan pedagang berkelakuan baik ini mendapat
keuntungan yang lebih besar.

Karena aku ingin memberikan semua barang-barang ini pada pedagang itu sekarang
juga, harganya bukanlah masalah bagiku, dan sekali lagi aku menyarankannya harga
150 koin emas.

“Terima kasih banyak! Yah~ akhir-akhir ini wilayah di sekitar perbatasan utara sering
kali melaporkan kerusakan karena para monster, jadi aku datang kemari berencana
untuk menjual senjata dan berbagai macam hal seperti logam berkualitas tinggi.”
“Hmm, begitu. Kalau begitu, ketika aku menuju ke sini dari jalan utama melalui kota
Rubierute beberapa saat yang lalu, kudengar akhir-akhir ini ada masalah besar yang
muncul. Pada saat-saat persiapan seperti ini, orang-orang pasti ingin membeli senjata
berkualitas tinggi dengan harga murah, kan?”
“Benarkah begitu!? Terima kasih untuk informasi berharganya!”

Pemuda itu tersenyum lebar dengan gembira sembari ia memberiku sebuah tatapan
yang dipenuhi dengan rasa terima kasih, menumpuk senjata-senjata tersebut ke
gerobaknya dan, dengan semangat tinggi, dia menarik pelana kudanya untuk beranjak
menuju ke penginapan terdekat. Pemandangan akan pemuda tersebut berbalik ke
arahku, menundukkan kepalanya waktu demi waktu, membuatku merasa aku ingin
terus mendukungnya walau aku baru pertama kali bertemu dengannya.

Ponta kelihatannya memberikannya salam perpisahan dilihat dari ekor lebatnya yang
berdiri dan ia kibaskan bolak-balik. Aku terkejut bahwa jikalau keadaannya
memungkinkan, bahkan hewan ruh bisa melekat padanya...

Sembari memikirkan hal tersebut, aku menaruh 150 keping koin emasnya ke dalam tas
bawaanku yang kini lebih ringan dan memanggulnya lagi di punggungku sebelum mulai
berjalan.

Karena Ariane dan Danka masih berada di desa kedai, lebih baik aku segera bergabung
kembali dengan mereka.

Aku kembali menuju desa kedai ke tempat yang sama di mana Ariane dan Danka
duduk tadi dan aku duduk di kursi yang kosong.

“Tak kusangka kau cepat juga. Apa kau telah menyelesaikan semua bisnismu?”

Ariane menanyaiku sembari ia menggunakan sate daging yang baru ia pesan sebagai
umpan untuk memancing Ponta mendekat.

Mata Danka masih tertutup, tangannya juga masih tersingkap.

“Ya, aku berhasil menjual barang-barangku pada orang itu dengan harga yang bagus.”
“Aku kagum. Bisnis seadanya yang kau urusi...”

Saat aku memberitahukannya mengenai kejelasan bisnisku, Ariane memasang ekspresi


119 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
kagum sembari ia menatapku. Saat si rakus Ponta di dekatnya melompat ke meja,
mencoba untuk mengambil umpannya, Ariane menangkapnya, mengelus bulu di
perutnya dengan kasar, dan menariknya untuk memeluknya.

Sembari melihat interaksi semacam ini, kami masuk ke dalam sebuah percakapan
ringan biasa sembari kami menanti waktu berlalu.

Malam telah berlalu cukup lama; pada saat ini, kedai-kedai di sekitar tengah berada di
tengah penghujung acara. Danka, yang sedari tadi telah tertidur, tiba-tiba berdiri dan
bertukar pandang dengan Ariane.

Ariane mengangguk dan dengan cepat beranjak dari duduknya.

“Ayo.”

Saat aku beranjak dari dudukku, Ponta, yang tak diketahui telah tertidur di meja,
mengangkat kepalanya dan tergesa-gesa berlari ke arahku. Setelah mengambilnya dan
menempatkannya di tempat yang biasa ia pesan, aku mengambil barang bawaanku
dengan tanganku dan, dengan Danka memimpin jalannya, kami mengikuti di
belakangnya.

Yah, akan bagus kalau hal ini berakhir dengan singkat‒‒‒

Sembari aku mengeluhkan keinginan semacam itu, aku berjalan melalui tengah
gelapnya jalan malam hari yang hampir tak ada sesosok orang pun.

120 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 18
Operasi Dijalankan ‒ Bagian 1
Distrik lampu merah terbentang di wilayah di dekat gerbang bagian timur Diento. Lebar
jalannya tak terlalu lebar; di tiap sisinya berjejeran dengan toko-toko mencurigakan.

Tempat ini berisi sosok sempoyongan dari orang-orang yang mabuk-mabukan, dan
pemandangan mereka yang berkeliaran sembari saling bahu-membahu, menyanyikan
lagu-lagu gembira dengan wajah yang memerah, dapat terlihat.

Hanya pada waktu malam inilah hampir semua toko telah menghentikan pekerjaan
mereka. Cahaya redup yang terpancar dari toko-toko bersamaan dengan cahaya jalan
yang tak bisa diharapkan dari lampu-lampu yang dibangun berjauhan membuat
kegelapan di lorong-lorong gang semakin kelam.

Cahaya rembulan, yang mana adalah sumber cahaya utama yang menyinari jalan ini,
bahkan tak bisa masuk ke gang-gang di antara celah antar rapatnya kumpulan
bangunan.

Ini adalah sebuah gang yang bahkan seorang pejuang kaum elf, Danka, melaju dengan
pelan, memandu jalannya. Dalam heningnya tengah malam ini, suara keras dari jejak-
jejak kaki yang berkenaan dengan paving batu dapat terdengar menggema.

Tak lama kemudian, Danka yang waspada berhenti tiba-tiba, kemudian di belakangnya,
langkah Ariane juga terhenti.

Saat Danka mengintip dari sudut gang, menjulurkan dagunya kepada Ariane, Ariane
menolehkan pandangannya ke bangunan yang tadi ia tandai.

Sepertinya kami telah sampai di gedung yang kami incar.

Aku melihat tanda dari dua orang yang tengah menjaga bagian belakang gedung
tersebut. Gedung berlantai tiga yang terbuat dari batu itu, ditimbang dari lokasinya
yang berada dekat dengan gerbang timur, masih nampak luas.

Gedung-gedung di sekitarnya tersusun dengan rapat, dan hampir tak ada celah di
antaranya. Di depan gedung itu, terdapat gerbang dengan jeruji besi, dengan dua pria
yang terlihat seperti penjaga berdiri berpatroli di depannya. Terlebih lagi, di sisi lain
gerbang tersebut, di dalam sebuah tempat mirip halaman depan, di sana terdepan
sekitar empat orang yang bisa terlihat tengah duduk mengelilingi cahaya lampu,
membicarakan sesuatu, dan kadang kala meninggikan suara mereka dalam tawa.

Karena dua penjaga tersebut terlihat dengan jelas dari luar jeruji besi, bahkan jikalau
mereka kami kalahkan, yang lainnya pasti akan menyadarinya dengan cepat, membuat
sebuah serangan kejutan akan menjadi sulit. Jeruji besi yang kokoh tersebut juga
dapat berperan sebagai perisai yang dapat menghambat serangan apapun dari depan.

Menyerang gedung tersebut dari depan pasti akan membuat daerah sekitar
kebingungan dengan cepat saat mereka mendengar ada hal aneh yang terjadi. Kurasa
menyerang sendirian mungkin akan sangat sulit.

121 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Tatapan Danka pada Ariane menanyakan apa yang harus kita lakukan. Saat Ariane
mengalihkan pandangannya, menatap ke arahku, sudut bibirnya yang menggoda yang
terlihat di balik tudungnya agak naik.

Melihatnya, Danka menatapku dengan sebuah tampang tak yakin di wajahnya.

“Armor itu tak cocok untuk penyerangan malam hari... musuh-musuh kita akan
mendengar suaranya.”

Armor yang kupunya ini berbeda dengan armor berkualitas rendah manapun: armor ini
takkan menyebabkan suara sembarangan, tapi memang tak sepenuhnya tak bersuara.

Perlengkapan semacam ini tentunya sangat tak cocok untuk sebuah misi penyusupan,
tapi untukku yang di dalamnya adalah sebuah tengkorak, melepaskannya adalah hal
mustahil.

Sembari aku mempertimbangkan hal semacam itu, memikirkan apa yang harus
kukatakan, Ariane terlebih dulu berbicara.

“Karena kita tak perlu membereskan semua orang tersebut saat melarikan diri bersama
rekan-rekan kita, tak masalah kalau kita ditemukan cepat atau lambat...”

Sebenarnya, walaupun mereka ingin menyelamatkan rekan mereka dari kelompok


penculik itu, meninggalkan perkumpulan itu saja mungkin berkemungkinan besar dapat
membuat seseorang untuk terluka. Kalau begitu, membunuh pimpinan gerombolan
tersebut sepertinya akan lebih baik.

Dengan mengatakan hal tersebut, Ariane berbicara dengan tenang, menunjuk ke


sebuah jendela kecil di atap gedung.

“Arc, bisakah kau memindahkan kami ke sana?”

Dari gang ini, sebuah jendela kecil di sebuah atap kecil berbentuk segitiga di atas
gedung berlantai tiga dapat terlihat. Karena jendelanya tak memancarkan sedikitpun
cahaya, mungkin saja itu adalah sebuah jendela loteng.

“Ya, berpindah ke sana mungkin akan mudah.”


“Bagus, ayo bergerak ke dalam gang dan berpindah dari sana. Setelah mengaktifkan
sihir perpindahanmu, lingkaran sihirnya yang bercahaya akan membuat orang-orang
tersebut penasaran.”
“Tidak, kita akan bergerak menggunakan 【Dimensional Step】 daripada 【Transfer
Gate 】. Cara ini lebih cocok untuk perpindahan jarak dekat.”

Perkataanku membuat alis Ariane yang elok sedikit terangkat, dengan suaranya yang
naik karena terkejut dan bercampur dengan tanda syoknya.

“Ada sebuah sihir perpindahan yang khusus digunakan untuk jarak dekat? Sungguh,
orang macam apa kau ini?”
122 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Aku akan terbang menuju atap itu. Sebaiknya kalian berpegang pada pundakku.”

... adalah sebuah sihir jarak dekat yang dapat membuat semua yang bersentuhan
langsung denganku untuk berpindah bersamaku, tapi takkan membawa apapun yang
tak bersentuhan denganku, tak peduli seberapa dekatpun itu. Untungnya Ponta selalu
berada di atas kepalaku, jadi tak ada masalah dengannya.

Setelah memastikan bahwa Ariane dan Danka telah meletakkan tangan mereka di
pundakku, aku mengalihkan pandanganku ke arah atap di dekat jendela kecil itu.

“...”

Pemandangan di sekitar berubah dengan cepat; pemandangan gelap tadi berubah


menjadi pemandangan dengan sinar rembulan terpancar, menyinari seluruh atap.
Paving batu yang tadi berada di bawah kaki kami menghilang, tergantikan dengan
genteng. Aku harus sedikit menunduk untuk menjaga keseimbanganku karena atap
yang miring ini.

Pergi ke atas atap sembari berada dalam full body armor jelas tak sehat untuk
jantungmu. Entah kapan atap ini akan runtuh sembari menahan bebanku, membuat
sebuah lubang, membuat jantungku bergedup kencang.

“Menakjubkan...”

Sosok Danka turun dengan berlutut, mengeluhkan sesuatu sembari melihat keadaan di
sekelilingnya.

Karena di sini hanya ada sedikit gedung yang sampai berlantai tiga di kota ini,
pendangan kami di atas atap ini terbuka lebar, membuat kami dapat melihat keadaan
dari seisi kota ini. Di arah barat daya, terbangun di atas sebuah bagian dari bukit kecil,
kastil pemimpin feodal dan bayangan hitam di sebelahnya memberikan sebuah kesan
sempurna untuk penampilan yang sangat megah di bawah langit malam.

“Ayo, cepat.”

Sembari menahan suaranya, Ariane bergerak menuju jendela atap segitiga itu,
mengintip ke dalam sembari sedikit membuka jendela kecil dari kayu itu. Tak ada
apapun seperti kaca jendela, hanya sebuah jendela yang terlihat seperti sebuah tutup
kayu. Karena kaca sepertinya masih dinilai sebagai sebuah benda berkelas tinggi,
menggunakannya untuk jendela loteng seperti ini pasti akan sia-sia.

“Oke, tak ada siapapun di dalam. Kita bisa masuk dari sini.”

Berkata demikian, Ariane lalu membuka jendela sepenuhnya, namun tubuhnya saat ia
mencoba untuk menyelinap ke dalam ruangan tersendat karena dada dan pantat
besarnya, membuatnya harus sedikit menggeliat untuk bisa masuk.

Saat aku melihatnya dari bawah, ia terlihat bagus, namun kalau dilihat dari dekat, bisa
dibilang agak kecil. Ariane dan Danka bertubuh langsing, dan lubang jendelanya sama
sekali tak lebar.
123 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Untukku yang berada dalam full body armor, bahkan berpikir untuk masuk melalui
jendela kecil ini tentu saja mustahil. Hanya ada satu cara yang harus kulakukan dalam
keadaan seperti ini...

Setelah Ariane diam-diam masuk, Danka berhasil masuk dari lubang jendela tanpa ada
masalah apapun. Akhirnya, saat tiba giliranku, aku melihat melalui jendela kecil yang
terbuka ke area di dalamnya, dan dengan menggunakan 【Dimensional Step】 tanpa
ada masalah, aku telah memasuki ruangan tersebut.

(Hey! Kalau ada cara semacam itu, katakan dari tadi!)

Ariane yang melihatnya menyuarakan sedikit protes. Sepertinya dia malu mengenai
masalah di mana payudara dan pantatnya tersangkut. Bahkan di dalam ruangan gelap
ini, jelas terlihat bahwa pipinya telah memerah.

Kurasa bukan salahnya juga ia tumbuh sebesar itu, jadi kupikir jelas kalau ia menjadi
malu karenanya.

“Tempat ini sepertinya adalah sebuah gudang...”

Mengabaikan protesnya, Danka melakukan sesuatu dengan sepihak, menggerutu


dengan suara pelan, menyuarakan pendapatnya sembari memeriksa keadaan sekitar
kami.

Ruangannya digunakan sebagai sebuah ruang penyimpanan, dengan berbagai macam


barang tertumpuk dalam susunan yang rapi. Dibandingkan luasnya ruangan ini, tak
terlalu banyak barang di sini; mungkin tak banyak orang keluar masuk ke sini dinilai
dari udaranya yang pengap.

Danka perlahan bergerak di atas lantai kayu agar tak menimbulkan sebuah suara, dan
bergerak maju menuju tangga tipis yang menuntun ke lantai bawah, mengintip ke
bawah dan membuat sebuah isyarat yang terlihat seperti, “Diam!”.

Setelah Danka telah memastikan bahwa Ariane mengangguk padanya, dia perlahan
mulai menuruni tangga yang menghubungkan ke lantai bawah.

Setelah beberapa saat terdapat tanda dari Danka yang entah mengapa mondar-mandir
di bawah tangga, lalu dia kembali muncul di loteng dengan hanya menunjukkan
wajahnya dan mengisyaratkan “Ayo!” dengan tangannya.

Setelah melihatnya, Aku dan Ariane mengikutinya pada saat yang sama setelah Danka
menuju tangga ke lantai bawah, dan turun.

Kami tiba di sebuah ruangan dengan empat tempat tidur di dalamnya.

Kecuali Danka yang ada di tengah ruangan itu, tak ada tanda-tanda kehidupan apapun
‒ hanya ada aroma dari karat besi yang lembab. Di sana terdapat empat pria yang
terbaring di masing-masing kasurnya, namun leher tiap orang tersebut telah tertebas,
dengan mereka semua telah mati karena kehilangan darah.
124 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sembari Danka menutupi kepala orang-orang itu dengan selimut untuk
menyembunyikan mereka seperti sedang tidur, Ariane mendekat ke pintu di tengah
ruangan dan mengintip ke keadaan di luar.

Sepertinya aman saja; Ariane mengisyaratkan kami untuk mendekat padanya. Setelah
Danka telah selesai dengan menyembunyikan mereka dan kami bergerak bersamaan
mendekati pintu, Ariane memberikan tanda untuk diam.

Danka berada di kanan, Ariane di kiri, dan aku berada tepat di tengah. Kami bertiga
saling mengangguk, dan pintunya pun terbuka.

Pintunya terbuka menuju koridor di baliknya, dengan sebuah atrium berbentuk kotak
terlihat sebagai interiornya. Di kedua sisi atrium terdapat tiga pintu berukuran sama,
dan jauh di dalam sana, di sebelah salah satu pintu, sebuah tangga yang menuju ke
bawah dapat terlihat.

Lampu-lampu terpasang di sana dan di sini di lorong ini, membayangi keseluruhan isi
gedung ini.

Kecerahan di atrium ini membuat kami dapat melihat mereka yang mendekat dari
lantai bawah, dan begitu juga pihak yang berada di bawah dapat memastikan
keberadaan kami, ini berbahaya untuk memeriksa pintu-pintu di kedua sisi itu tanpa
menunduk.

Ariane dan Danka mendekat ke pintu-pintu di tiap sisi tanpa bersuara dengan posisi
rendah, menempelkan telinga mereka untuk mencari tahu keadaan di dalamnya. Tak
lama kemudian, pintu-pintunya terbuka dan keduanya menyelinap masuk ke ruangan
mereka masing-masing. Hanya aku yang tertinggal di koridor lantai ini sekarang.

Karena mustahil untuk tak membuat suara saat berjalan di lantai kayu sembari
mengenakan armor logam seutuhnya, aku menggunakan 【Dimensional Step】 untuk
bergerak ke salah satu pintu yang terlihat di dalam. Sembari memikirkan pikiran tak
berguna semacam apakah kakiku akan bergetar kalau aku mengandalkan sihir ini
terlalu banyak untuk berbagai hal, aku mendekat ke pintu tersebut.

Pintu kayu ini berbeda dengan pintu lainnya di sekitarnya dibilang sederhananya,
dengan pintu ini memiliki dekorasi menakjubkan dan dipasang dengan sebuah gagang
pintu yang terbuat dari logam.

Aku dapat merasakan kehadiran seseorang dari balik pintu, tapi saat aku memeriksa
dan menyadari keberadaannya, sebuah hawa waspada menusukku. Sepertinya orang di
sisi sebaliknya itu telah menyadari kehadiranku.

Akan tetapi, orang lain yang telah waspada itu tak melakukan apapun seperti berteriak.
Aku tak bisa terus berdiri di sini seperti ini terus menerus tanpa bergerak, jadi
kuputuskan untuk membuka pintunya, meletakkan tanganku di gagang pintu, tapi,
entah mengapa, sepertinya pintunya telah terkunci. Aku mengintip ke dalam pintu
melalui lubang kunci di gagang pintu dan melihat ruangan di dalamnya. Karena lubang
kuncinya seperti apa yang ada di gembok gudang tua sekolah dasar, aku bisa melihat
ke dalamnya.
125 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sembari melihat pemandangan dari ruangan di sisi lain dari lubang kunci, aku
mengincar sebuah tempat dan mengaktifkan 【Dimensional Step】.

Aku berpindah ke ruangan terang dengan postur yang sama saat aku mengintip ke
dalam lubang kunci di koridor tadi. Ruangan di dalamnya lebih terang dibandingkan
dengan koridor di luar sana, dan ruangan ini entah mengapa dihiasi dengan perhiasan
mewah yang berjejer di kedua sisi.

Di tengah ruangan ini terdapat sebuah meja kopi dengan sebuah sofa berlapis kulit,
dengan sebuah meja kerja cokelat di dalam ruangan. Seorang pria gendut berpakaian
bagus telah terkapar dengan wajahnya berada di atas meja, tak bergerak sedikitpun.

Terlebih lagi, dibayangi oleh cahaya lampu, di sana terdapat tiga pria bersenjata yang
berdarah tergeletak di sekitar. Aku bisa mengetahui kalau mereka telah mati...

Kemudian, dari bayang-bayang meja, seseorang berpakaian hitam seluruhnya


menampakkan kepalanya, menilaiku sebelum mulai melangkah ke depan dan
mendekatiku.

“Pintunya seharusnya telah terkunci rapat; walau begitu, bagaimana bisa Armor Onii-
san bisa masuk?”

Orang berpakaian hitam itu berbicara dalam sebuah nada redam pelan, tapi, bukannya
menjawab pertanyaan tersebut, aku tanpa sadar menyerukan pendapat yang pertama
kali terlintas di benakku.

“Ninja...”

Mendengar perkataanku yang tak sengaja keluar, alis orang itu yang seluruhnya
berpakaian warna hitam dari atas hingga bawah sedikit terangkat.

Dan secara bersamaan, tertutupi oleh sebuah tudung, telinga yang tertempel di area di
atas kepalanya, dengan sebuah kedut, bergerak sebagai respons...

Seseorang di hadapanku ini sepertinya adalah seorang gadis muda. Seluruh tubuhnya
tertutupi oleh baju yang terbuat dari kain hitam dengan keadaan yang terbilang moe,
sebuah pakaian yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh seorang ninja. Di kakinya
terdapat sebuah pelindung tipe pelindung kaki yang terbuat dari logam, dengan sarung
tangan pelindung untuk lengannya, dan terpasang di kepalanya adalah sebuah ikat
kepala berwarna hitam kelam dengan piringan logam dengan sebuah mahkota emas
terpahat di atasnya, dengan sebuah pisau belati lurus yang panjang terlihat di
pinggang bawahnya.

Area dengan kulit yang terlihat adalah di sekitar mata biru menawannya yang tak
memberikan banyak emosi, sembari melihat ke atas usung, terdapat telinga binatang
kerucut berwarna hitam. Aku juga baru menyadari kalau sebuah ekor hitam terpasang
di pinggangnya dengan sebuah bentuk mirip sabuk, dengan ujung ekor tersebut
terkadang bergerak bergoyang.

126 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Telinga dan ekornya tak menunjukkan tanda apapun yang menunjukkan hawa bahwa
itu produk buatan; tak peduli bagaimanapun kau melihatnya, respons yang mereka
tunjukkan menunjukkan mereka sangat hidup. Setelah para elf, sepertinya aku telah
berjumpa dengan ras lain dari dunia ini.

Si gadis ninja muda itu juga menilaiku dengan jubah hitam panjangku yang
menyelimuti seluruh tubuh berarmorku dengan seekor rubah hijau di atas kepalaku;
aku bisa melihat bahwa tatapannya menginvestigasiku seluruh tubuhku dengan
seksama.

“Sepertinya kau bukanlah manusia dari tempat ini. Apakah kau juga datang kemari
untuk suatu tujuan?”

Si gadis ninja muda itu telah selesai dengan pemeriksaannya dan melemparkan
pertanyaan lainnya padaku, membuatku sulit untuk menjawabnya. Meskipun dia tak
terlihat seperti seorang musuh, tapi ceroboh jika aku memberitahukan tujuan di balik
datangnya aku kemari pada orang asing dengan mudahnya.

Sembari memikirkan bagaimana aku akan menjawabnya, di gadis ninja muda itu telah
menebak tujuanku datang kemari.

“Kalian datang kemari untuk menyelamatkan para elf atau semacamnya...? Kalau
benar begitu, sepertinya mereka di tahan di ruang bawah tanah.”

Aku tak bisa menyembunyikan rasa terkejutku setelah mendengar perkataan gadis itu.
Dengan aku yang mengenakan body armor seluruh tubuh ini, tak mungkin seseorang
bisa tahu apakah aku seorang manusia atau seorang elf di dalamnya. Berdasarkan baik
Ariane maupun Danka yang tengah mencari di ruangan lainnya saat ini, di sini tak ada
elf lain di dekatku, namun dia masih bisa menebak dengan benar tujuanku tanpa ragu.

Aku memandang sejenak ke arah para penjaga tadi yang tergeletak di sekitar kakinya.

Sepertinya semua itu adalah hasil tindakannya. Meskipun tubuhnya ramping,


sepertinya dia cukup ahli. Apakah dia mendapatkan informasi akan keadaannya dari
mereka semua?

Setelah dia yakin akan tujuanku, tatapannya sedikit mengendur.

“Apakah kau menyelinap kemari dengan tujuan untuk membebaskan para elf juga?”

Menenangkan diriku, aku bertanya padanya, meskipun sepertinya tujuannya berbeda.


Dia perlahan menggelengkan kepalanya, menyalahi tebakanku.

“Tujuanku tak ada di sini. Aku baru saja mempertimbangkan tentang apa yang harus
kulakukan dengan para elf yang ditangkap di sini... tapi, mungkin, sepertinya aku bisa
menyerahkannya pada kalian.”

Ia menarik tas kulit besar yang terlihat berat yang diletakkan di atas meja, lalu dia
memanggulnya, mengikatnya kuat dengan sebuah tali. Berhenti di jendela yang
127 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
terbuka di dinding di seberang ruangan dengan kakinya di atasnya, si gadis ninja muda
itu berbalik untuk memberikan salam perpisahan.

“Aku akan menyerahkan sisanya padamu; karena itu adalah kamu, kemungkinan kita
akan bertemu lagi. Kalau begitu, sampai jumpa lagi... Oh, ada juga dua elf yang
ditangkap di dalam kastil pemimpin feodal...”

Pada saat ia mengatakannya, meskipun ia membawa sebuah tas besar yang


bergemerincing dengan suara yang terdengar berat, dengan pergerakan yang tak bisa
diikuti, dia pergi dari jendela untuk menggapai sudut atap, dan dengan tak jelas,
dengan sebuah balikan badan, tubuhnya yang di atas atap itu menghilang dari
pandangan.

Tak lama kemudian, hawa kehadiran gadis itu yang tipis menghilang, lenyap dengan
sekejap mata di bawah kegelapan malam yang menyelimuti seisi kota, tak
meninggalkan jejak apapun.

128 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 19
Operasi Dijalankan ‒ Bagian 2
Setelah si gadis ninja pergi, aku pergi memeriksa di belakang meja di mana tadi ia
berada. Di sana terdapat sebuah lubang lantai batu kecil di bawah meja.

Lalu sebuah gembok yang terlihat kokoh menggelinding di sekitar lubang, telah gagal
menjalankan tugasnya.

Mengintip di dalam lubang tersebut, aku menemukan sebuah area penyimpanan kecil,
yang berisikan sebuah kotak penuh dengan cincin logam dan dokumen-dokumen.

Sepertinya ini adalah semacam peti besi.

Kantung berat yang tadi gadis itu bawa mungkin berisikan uang. Tapi dinilai dari
perilaku dan penampilannya, dia melakukannya hanya untuk menutupi maksudnya di
sini sebagai seorang pencuri. Bukan berarti aku bisa menyalahkannya, karena aku juga
mengambil uang dari para bandit.

Aku tak tahu apa yang gadis itu cari, namun sepertinya tindakannya takkan
menghambat operasi kami. Lagi pula berdasarkan kata perpisahan yang ia katakan
sebelum pergi. Sepertinya masih ada dua elf lagi yang terperangkap dalam kastil
pemimpin feodal. Hal tersebut menandakan bahwa perburuan elf bahkan telah disetujui
oleh seorang pemimpin feodal sendiri.

Kalau hal itu benar, maka aku harus memberitahukan hal ini pada Ariane.

Setelah penyelamatan kali ini selesai, mungkin kami harus menyerang ke kastil
tersebut.

Sembari mempermasalahkan hal tersebut, aku mengambil salah satu gulungan dari
peti besi. Kulepas ikatan dari dokumen tersebut, kontrak yang tertulis di sini adalah
sebuah laporan penjualan.

Jumlah kontraknya sangatlah gila, kontrak tersebut mencapai hingga 10.000 suk.

Harga 10.000 emas adalah harga untuk para elf yang terjual di sini.

Di dalam masih terdapat enam lagi kontrak seperti ini, seluruhnya berjumlah tujuh.

Di dalam kontrak termasuk juga nama-nama dari mereka yang telah di perdagangkan.
Di sini juga tertulis nama-nama dari para pembelinya juga, jadi mungkin kami bisa
mencari para elf yang telah dijual.

Namun tetap saja, budak elf dapat dijual dalam harga yang gila seperti dalam kontrak
ini. Aku penasaran mengapa di sini masih tetap ada permintaan yang tinggi untuk para
manusia juga?

Kupungut ketujuh kontrak tadi ke dalam kantung bawaanku sebelum memasukkan

129 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
sepuluh cincin logam setelahnya. Kuselimuti cincin-cincin itu dengan selembar kain dan
menaruhnya ke adalah sebuah kantung kulit untuk mencegahnya bergemerincing.

Si pemilik sudah tak bernyawa, jadi dia takkan masalah.

Setelah kukosongkan isi peti besi itu, aku melihat ke sekeliling ruangan yang terlihat
mencolok, namun kebanyakan barang di sini berukuran besar.

Karena urusanku di sini telah selesai, kuputuskan untuk bersiap menemui kedua orang
tersebut lebih awal. Kupegang kunci yang tergantung di gagang dan membuka
pintunya. Setelah mereka berdua selesai memeriksa ruang demi ruang, seharusnya
mereka menuju kemari.

Setelah beberapa saat, Ariane dan Danka diam-diam memasuki ruangan dan menutup
pintunya dengan cepat.

“Aku hanya menemukan beberapa lalat di ruangan-ruangan sebelah, bagaimana


denganmu?”
“Aku tak menemukan sesuatu yang penting.”

Keduanya mendapat hasil yang tak memuaskan.

Setelah mendengar jawaban Danka, mata emas Ariane yang bertanya-tanya menatap
ke arahku.

“Aku mendapatkan beberapa informasi. Para elf yang ditangkap mungkin dipenjara di
bawah tanah. Lalu aku juga mendapatkan ini.”

Kukeluarkan gulungan-gulungan yang kupungut dari peti besi keluar dari kantongku
dan menyerahkannya pada Ariane. Dia melihatnya dengan penasaran untuk beberapa
saat sebelum akhirnya dia membukanya dan memandangi kontrak tersebut. Kerutan
mulai terbentuk di dahinya.

“Ini......!”
“Itu adalah kontrak penjualan para elf. Karena nama-nama para pembelinya tertulis di
situ, semestinya kau bisa menggunakannya sebagai petunjuk. Terlebih lagi, sepertinya
ada dua elf lagi yang terperangkap di kastil pemimpin feodal.”
“Dari mana kau mendapatkan semua informasi ini...”

Ariane menengok dan menatap sekeliling ruangan saat dia menanyakannya. Tubuh-
tubuh di dalam ruangan ini telah menjadi dingin, dan si bos kini hanyalah sebuah
hiasan di atas meja sekarang.

Dia menilai bahwa merekalah sumber informasi tersebut. Sumber dari informasi
tersebut bukanlah hal yang penting, apa yang penting kali ini adalah kami harus
bergegas.

Sembari aku mempercayai perkataan gadis ninja itu...... yang hanya berdasarkan

130 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
intuisiku saja. Mungkin, lebih baik kubiarkan mereka mengambil kesimpulan mereka
sendiri.

“Setelah kita selesai di sini kita akan pergi menuju kastil pemimpin feodal. Menyewamu
adalah keputusan yang tepat......, biasanya takkan mudah untuk menyusup ke dalam
kastil.”

Ariane tertawa sembari mengatakan hal tersebut dan menggulung kembali


lembarannya sebelum mengembalikannya padaku.

“Bahkan seorang pemimpin feodal terlibat dalam hal ini......! Para tetua harus kita beri
tahu mengenai hal ini setelah kita kembali.”

Danka menaikkan alisnya saat dia menyuarakan komentarnya.

Dinilai dari jumlah uang yang dikeluarkan dalam perdagangan elf ini, bangsawan kaya
dan para pedagang pasti orang yang terlibat ke dalamnya; apakah daftar pekerjaanku
telah bertambah?

Kurasa aku bisa mendapatkan pendapatan lebih dengan menyusup ke kastil pemimpin
feodal......

“Kalau rekan sekaum kita berada di ruang bawah tanah, kita harus segera ke sana.
Setelah itu, ke kastil pemimpin feodal.”

Danka mengangguk setuju pada perkataan Ariane dan meninggalkan ruangannya. Aku
mengikuti di belakang Ariane dan Danka menggunakan 【Dimensional Step】 untuk
mencegah armorku membuat suara tak perlu.

Kami menuruni tangga dari lantai kedua menuju ke halaman taman lantai pertama.

Susunan meja-meja dan kursi-kursi memberikan kesan halaman ini seperti sebuah
kedai, faktanya bahkan terdapat beberapa pria jahat terduduk di sana. Untungnya
mereka masih belum melihat kami.

Setelah Ariane memberikan sinyal “mundur”, kami perlahan kembali ke lantai kedua.

“Seperti yang diduga, tak mungkin kita mencapai ruang bawah tanah dari sini tanpa
ketahuan. Aku akan mengurusi mereka yang ada di lantai pertama, sedangkan kalian
berdua berurusan dengan bala bantuan yang datang dari lantai kedua.”

Baik aku dan Danka mengangguk pada instruksinya, dan Ariane menghunuskan
pedangnya dan berfokus pada tangga menuju lantai pertama.

Lalu dia melompat dengan cepat.

Dari atas tangga, dia melompat dengan pedang di tangannya; pria-pria yang
bergerombol di sana terkejut dengan keadaan ini.

131 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
『─Menarilah bersama pedangku, api─ 』

Setelah dia merapalkan mantra tersebut dengan suara pelan, api mulai menyelimuti
bilah pedangnya. Pria yang ia tebas dengan pedang yang diselimuti api tersebut, tak
hanya mengucurkan darah, namun juga tubuhnya diselimuti oleh api hingga sekujur
tubuh dan bajunya terbakar.

“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”

Saat jeritan kematian pria tersebut mengisi seisi halaman, suara dari aktivitas di
ruangan lainnya di lantai pertama dan kedua sisi di lantai kedua dapat terdengar.

Sembari tubuhnya terbakar oleh api, pria tersebut dengan lihat menggeliat di antara
meja dan kursi-kursi. Beberapa pria di dekatnya mencoba memadamkan api pria yang
terbakar, namun Ariane langsung menyerang mereka dengan pedang api dan membuat
apinya berkobar lebih besar.

Danka keluar dari salah satu ruangan di lantai kedua dan mulai membunuh pria yang
mencoba untuk mencapai lantai pertama, dengan sebuah pedang yang diselimuti
dengan cahaya. Dari sini tindakannya terlihat seperti sebuah dansa yang tak ada
pasangan yang dapat mengimbanginya.

Kupikir para elf adalah sekelompok orang yang berkeahlian dalam hal sihir, namun
setelah melihat permainan pedang mereka, kurasa aku harus membenahi asumsi
tersebut.

Karena pria yang datang dari ruangan di belakang sana dapat melihat apa yang tengah
terjadi, mereka mencoba untuk membokongi Danka, namun kutembak mereka satu
per satu dengan 【Rock Bullet】. Batu dengan ukuran sekepalan tangan tak hanya
melubangi pria tersebut namun juga melubangi dinding di belakangnya.

Para penjaga yang mendengarnya dari luar dapat bergabung dalam pertarungan ini
kapanpun.

Menggunakan 【Dimensional Step】, aku berpindah ke depan pintu depan dan


menurunkan penahan besar di pintu tersebut untuk mencegah seseorang masuk atau
keluar. Tak ada satupun orang di sini yang akan keluar hidup-hidup.

“Kau sialaaaaaannn!!!”

Seorang pria mencoba untuk meningkatkan moral dari kelompok yang menyerangku
dari belakang. Saat dia berada dalam jarak serang, aku perlahan memukulnya dengan
tenang.

Aku merasakan tengkorak pria tersebut retak sebelum dia terhempas, setelah itu
melalui sebuah meja dan kursi benturan dengan dinding membuatnya tak bisa
berkutik.

132 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Kemampuan fisik dari sesosok tubuh berlevel 255 mestinya sedikit terlalu dewa untuk
musuh semacamnya.

Tiba-tiba, sebuah dinding api besar muncul dari sana. Kurasa seorang pria yang
terbakar oleh pedang Ariane mungkin berlari menuju dapur. Kemungkinan beberapa
minyak penggorengan ikut terbakar.

Walau gedung ini terbuat dari batu, namun gedungnya berisikan dengan barang-
barang mudah terbakar. Sebarisan api mulai muncul dari mana-mana.

“Kyu~n......”

Ponta, yang sedari tadi berada di atas kepalaku, meringkukkan tubuhnya di sekitar
leherku dan menekuk telinganya ke bawah karena dia tak menyukai api.

Ini seperti aku tengah mengenakan sebuah syal bulu di depan sebuah kobaran api
besar.

Melihat sekeliling, kulihat lantai kedua telah selesai dibereskan dilihat dari Danka yang
telah menuju ke lantai pertama. Ariane telah menghapus api dari pedangnya dan
mencari sesuatu.

Aku bisa mendengar seseorang mengetuk pintu depan yang besar dan dengan lemah
membuat sebuah teriakan. Pintu itu kelihatannya lebih tebal dan berat dari yang
kuduga, dan berpasangan dengan penahan yang terpasang dengan kuat berarti tak ada
satupun orang yang dapat masuk dengan mudah.

“Di sini ada tangga menuju ruang bawah tanah!”

Sembari apinya menyebar ke seisi lantai pertama, aku melihat ke arah Danka
memanggilku dan melihat sebuah tangga batu yang mengarah ke ruang bawah tanah,
yang mana tersembunyi di belakang tangga utama.

Mengerutkan dari karena temperatur yang naik karena api, Ariane melepaskan tudung
jubahnya dan memberikan sebuah isyarat bisu “ikuti aku” sebelum pergi menuruni
tangga yang suram itu.

Danka dengan cepat mengikutinya dari belakang, dan aku berada paling belakang.

“Persetan!!? Gyuaa!!!!”

Jeritan dari seorang pria dan bunyi dari benturan logam menyadarkanku bahwa di
bawah sana tengah terjadi pertempuran saat ku tengah menuruni tangga.

“Sial!! Mengapa kau bisa ada di tempat ini!! Apa yang orang-orang di atas sana
lakukan!!!”

133 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Aku mendengar suara dari sesuatu yang terjatuh ke lantai, dan saat aku sampai
semuanya telah berakhir.

Ruang bawah tanahnya tak kuduga sangat luas, dan dinding-dindingnya berisikan
dengan jajaran pintu sel. Bau dari darah ketiga pria yang tumbang bercampur dengan
bau tanah dari ruang bawah tanah sungguh sebuah bau yang menjijikkan.

Sembari ternoda oleh darah, Ariane mendekati salah satu pria yang tumbang dan
mengambil sebuah cincin kunci logam dari pinggangnya sebelum berlari menuju salah
satu sel.

“Aku Ariane Glenys Maple! Aku di sini untuk menyelamatkanmu!!”

Ketika Ariane mengenalkan dirinya, sesuatu menghantam pintu selnya seperti sebuah
bata dan membuat sebuah suara 「Klang」yang menggema.

“Bohong!? Pejuang dari Maple datang kemari untuk menolong kami!?”

Dilihat dari tampang gadis yang berada di balik pintu sel yang berteriak karena terkejut
dan gembira ia berusia sekitar 17 tahun, dan gadis yang muncul di belakangnya
bahkan terlihat lebih muda daripadanya.

Mereka semua mengenakan kalung logam yang sama dengan yang dipakai anak-anak
di hutan kemarin.

Dengan cepat Ariane memasukkan kunci demi kunci ke lubang kunci mencari kunci
yang benar. Tak lama kemudian, aku mendengar suara dari kunci yang terbuka dan
gadis tersebut langsung keluar dari selnya, gadis satunya juga terbebaskan setelahnya.

Sembari gadis-gadis tersebut memberikan ungkapan terima kasih mereka pada Ariane,
aku menyadari bahwa apinya telah mencapai puncak tangga batu itu. Pelepasan
『Magic eating collar』nya harus ditunda dulu, kami tak punya waktu untuk berlama-
lama di sini.

“Ariane-dono, lantai pertamanya telah dilahap oleh si jago merah. Kita harus
bergegas.”

Ketika gadis-gadis tersebut mendengar suaraku, sejumlah jeritan mereka suarakan dan
mereka semua bersembunyi di belakang Ariane.

Karena tubuhku tengah diselimuti oleh sebuah jubah hitam dan wajahku tertutupi oleh
helm, kesan pertama yang mereka terima tentu saja menakutkan.

“Tak apa-apa, pria ini adalah seorang pembantu yang kurekrut. Apakah yang
tertangkap sudah dibebaskan semua?”

Gadis-gadis tersebut sedikit tersenyum sebelum mengangguk bergantian menjawab


pertanyaannya.

134 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
“Arc, urusan kita di sini telah selesai.”
“Baiklah. Aku akan memindahkan kita ke luar kota dalam sekejap!”

Aku berjalan mendekati sekelompok empat gadis yang mengelilingi Ariane, dan aku
mengaktifkan sihirnya ketika aku sudah yakin Danka telah masuk dalam jarak.

“【Transfer Gate】!”

Ruang bawah tanah yang gelap disinari oleh cahaya dari lingkaran sihir yang muncul di
bawah kaki kami.

Keempat gadis tersebut memasang ekspresi yang berbeda-beda sembari mereka


memeluk Ariane saat sensasi melayang dari fenomena sihirnya terjadi.

Arus dari sungai dapat terdengar dan bahkan bayangan dari jembatan lengkung enam
dapat terlihat. Di sisi seberang jembatan tersebut, tembok kota Diento dapat terlihat.

Gadis-gadis yang mengelilingi Ariane memandang sekitar dengan tampang takjub


karena mereka tak mengerti apa yang baru saja terjadi dengan cepat.

Berbarengan dengan suara dari arus sungai dan angin yang berhembus menyisir
rerumputan, suara bernada tinggi dari sebuah lonceng dapat terdengar dari arah kota.
Itu adalah lonceng penanda untuk menginformasikan warga tentang adanya
kebakaran.

Aku dapat melihat kepulan asap yang melangit dan sebuah sinar merah redup dari sisi
lain dari tembok kota.

Itu adalah sebuah pemandangan yang semua orang di kota ini bisa lihat......

135 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 20
Menyerang tuan Diento? - Bagian 1

Wilayah Diento diperintah oleh tuan tanah feodal, di benteng yang kira-kira berada di
pusat wilayah, satu orang berlari menyusuri koridor yang menuju ke kamar tidur tuan
dengan sangat cepat. Sementara didalam kastil sangat sepi, suara lonceng alarm bisa
terdengar dari balik kaca jendela.

Pintu ganda kamar tidur feodal mewah dibuat dengan kayu berkualitas tinggi dan
dilapisi dengan emas.

Dua penjaga berjaga sebagai penyihir dimalam hari dan memantau setiap individu
yang mencurigakan.

Orang yang panik itu berjalan lurus ke pintu dan mulai menggedornya dengan keras,
tapi tidak ada yang bisa menyalahkan penjaga untuk ini.

Pria yang membenturkan pintu kamar majikan feodal itu Cyrus Dorman, Konsultan
Diento.

"Triton-sama! Ini Cyrus! Ada masalah mendesak yang harus saya sampaikan !! "

Wajahnya yang biasanya pucat dan tabah agak merah dan berkeringat syok malam
ini.

"Cyrus, mengapa kamu di sini jam segini? Masuklah."

Karena suara itu teredam oleh pintu, Triton ragu memanggil pembicara sebelum
memesan salah satu pelayan di dalam ruangan untuk membuka pintu.

Hanya kata "Ketidaksopanan" yang terdengar saat pria itu berjalan masuk ke dalam
ruangan.

Triton bangkit dari tempat tidurnya di kamar yang remang-remang, dan dengan cepat
terbangun sehingga dia bisa bertemu Cyrus yang berada di pintu.

"Triton-sama, orang-orang di ruangan itu ......"

Sambil merapikan kumis putihnya, Triton mendorong kedua pelayan itu pergi; Setelah
melirik Cyrus, keduanya terpaksa pergi dan meninggalkan ruangan.

"Apa urusan mendesak yang kau bicarakan ini?"

"Kebakaran telah terjadi di kota -"

Ketika Triton mendengar bahwa dia meringis dan mendesah besar karena kecewa.

136 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sementara marquis Triton berpikir bahwa tidak ada alasan untuk menerobos masuk
ke kamarnya untuk masalah sepele seperti itu, konsul Cyrus terus berbicara.

"Api menyebar ke bangunan perdagangan budak utama, termasuk" gudang "kami!"

“Appaa!!!!”

Triton yang terkejut dengan terpaksa berdiri dan dengan marah mendekati konsul
tersebut.

"Tanggal pengiriman Kekaisaran Leburan Timur sudah selesai! Apa yang terjadi
dengan produk yang disimpan di "gudang" !? "

"Itu, para penjaga mengatakan bahwa seseorang menyusup ke gedung sebelum


terjadi kebakaran ......"

"Apa yang mereka katakan !? Para penjaga seharusnya menghentikan penyusup !!


Apa yang mereka lakukan bodoh! "

Marquis secara terbuka memarahi bawahannya yang bodoh dalam kemarahannya.

"Pintu depan tiba-tiba tertutup rapat, mereka hanya bisa mendengar jeritan dari
dalam. Semua sisi bangunan tertutup untuk mencegah adanya mata-mata, satu-
satunya kemungkinan adalah adanya pengkhianat di dalam - "

"Persetan !! Kirim beberapa tentara kastil untuk memastikan api benar-benar padam
segera! Bahkan jika bagian atas terbakar, ruang bawah tanah itu terbuat dari batu
sehingga tidak mudah terbakar !!

"Tidak akan terlihat bagus kalau tentara kastil hanya muncul di sana meskipun ......
Jika kau tidak mengirim mereka ke tiga lokasi lainnya -"

"Jangan bawa itu sekarang; kirim mereka dalam sekaligus !!! "

Sebagai tanggapan atas protes Cyrus, urat di kepala Triton menonjol saat dia
berteriak. Karena panik oleh atmosfir yang mengancam, Cyrus tubuhnya tersandung
saat ia segera meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah tersebut.

Untuk memuaskan tenggorokannya setelah mengoceh begitu banyak, nafas pendek


Triton meraih sebotol air di samping tempat tidurnya dan mulai menelannya.

"...... Untungnya tanggal pengirimannya sudah ditunda. Kasus terburuk kita hanya
harus memberikan apa yang kita miliki di tangan ke Lebrun timur sebagai pengganti
pesanan mereka ...... "

Sambil mengucapkan kata-kata itu dengan jijik, Marquis Triton mengusap dahinya
untuk menekan sakit kepala yang didapatnya dari memikirkan korespondensi di
kemudian hari.

137 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Arc POV
Banyak pilar asap bisa terlihat naik di atas Diento dari tepi sungai Rydell, dan aku
melihat saat mereka mendung di langit malam.

Aneh -, basis para penculik berada di distrik cahaya merah dekat gerbang timur. Aku
mengerti jika api menyebar di daerah itu, tapi mengapa ada begitu banyak kebakaran
yang bermunculan di sekitar kota?

"Ariane-dono, apakah kolaboratormu membakar kota ini?”

Ada kemungkinan anggota kelompok Ariane menggunakan ini sebagai penutup


operasi penyelamatan. Namun, dengan ekspresi tidak enak dia membantah tuduhan
tersebut.

"Aku tidak tahu. Hanya saja Danka dan aku seharusnya berada di kota. Kebakaran
tersebut disebabkan oleh hal lain. Bagaimanapun, ini adalah kejadian tak terduga
yang secara sempurna menutupi infiltrasi kita. Kita juga bisa memanfaatkan
kebingungan ini untuk menyusup ke dalam benteng.”

Sepertinya dia tidak berbohong. Dan ini adalah kesempatan bagus seperti katanya.
Dengan api yang tumbuh di banyak tempat, banyak orang yang telah dikirim dari
kastil untuk memadamkannya.

Tidak, jika organisasi bawah tanah tempat koneksiku terancam, hal pertama yang
akan aku lakukan adalah mengirim pasukanku. Dengan keamanan kastil yang
diturunkan, sekarang akan menjadi waktu terbaik untuk mencarinya.

"Jadi, jumlah penjaga tidak akan cukup jika tentara dari kastil dikirim. Dengan asumsi
kita mengambil kesempatan ini untuk menyelinap ke dalam istana utama ...... "

Saat itu Ariane menjilat bibirnya yang seksi dan tertawa terbahak-bahak, sebelum dia
menatap ekspresinya dengan serius dengan Danka.

"Danka, bisakah kau mengawasi anak-anak. Jika aku tidak salah, desa terdekat
adalah satu hari lagi jika kita pergi ke hulu dan memasuki hutan yang luas kan? "

“That’s about right. At the the upper reach of the river, there is a fulcrum with the
Riburuto river. I will wait for you there.

"Silakan lakukan. Arc, mulailah menghilangkan sihir kalung makan. "


[Note: Kalung makan maksudnya kalung perbudakan gitu]

“Ya”

138 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Sementara Ariane mendorong gadis-gadis elf untuk berdiri di depannya, aku
mendekati salah satu dari mereka dan perlahan meletakkan tanganku pada kalung
makan, sehingga aku tidak membuatnya takut.

“?Anti-curse?”

Ketika formasi ajaib terbentuk dan tenggelam ke dalam kalung, itu membuat bagian
suara yang sama jelas seperti terakhir kali sebelum membuka dan jatuh.

Meskipun gadis-gadis lain terkejut, mereka datang untuk melihat harapan.

Memberi isyarat, aku menggunakan? Anti-curse? Pada masing-masing gadis dan


menghabiskan kalung yang tersisa. Setelah masing-masing kalung hancur, gadis-
gadis itu menawariku ucapan terima kasih mereka.

"Dia benar-benar mampu menghilangkan sihir kutukan ......"

Danka juga dengan tenang menyuarakan keterkejutannya.

"Mari cepat-cepat menuju ke istana tuan feodal!"

Aku merasakan ketukan lembut di bahu baju besiku, saat dia dengan keras berteriak
dan menatap ke arah kastil tuan rumah Diento. Itu adalah sinyal untuk pindah ke
kastil.

Ketika aku memberi anggukan kecil, Ponta yang ada di sekitar leherku mengeluarkan
sebuah tangisan yang mengatakan bahwa dia siap untuk pergi.

Aku pertama kali pindah ke sisi lain sungai menggunakan? Dimensional step ?. Suara
lonceng alarm menjadi lebih keras setelah kami mendekati kota.

Karena sisi selatan dinding menghadap ke sungai tidak ada rumah yang dibangun di
dinding luar, yang berarti tidak ada saksi atas apa yang terjadi.

Karena sudah larut malam, tidak banyak penjaga di atas tembok luar, hanya ada
beberapa penjaga yang jarang berada di sepanjang dinding.

Dalam hitungan detik, aku menggunakan? Dimensional step - untuk transfer ke


bagian atas dinding luar dan kemudian ke dinding bagian dalam yang terlihat dari
sana.

Berbeda dengan tembok luar, yang memisahkan padang gurun dari kota, tidak ada
penjaga yang ditempatkan di dinding dalam. Apakah tujuan tembok ini untuk
mempertahankan kota jika terjadi perang pengepungan?

Tetap saja, agar aman, aku berjongkok dan mengamati situasi di kota melalui celah di
dinding.

139 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Asap datang dari seluruh penjuru kota, mungkin ada empat titik asal? Keempat
kebakaran paling banyak terjadi bersamaan karena tidak mungkin mereka berangkat
dengan santai mengingat waktunya.

Setelah menyembunyikan tubuh dark elf dengan jubah abu-abunya, Ariane


memelototiku dengan mata emasnya, bersikeras agar aku pindah ke lokasi
berikutnya.
Karena kulit ungunya tertutup oleh jubahnya yang hilang ke dalam kegelapan, hanya
mata emasnya yang bisa dilihat dari dalam, sepertinya dia adalah semacam
konduktor sejenis kilatan galaksi. Meskipun tubuh di dalam adalah dinamit sekalipun
......

Aku melihat kastil penguasa feodal yang berdiri di pusat dari celah di pagar. Benteng
yang remang-remang diterangi cahaya bulan, sangat jauh dari sini. Kaki benteng itu
berada dalam bayangan besarnya sendiri, dan pinggiran bangunan ditelan oleh
kegelapan.

Ariane masih melotot ke arahku dari belakang, tapi rasanya aku tidak menatap kota
tanpa ada usul. Sepertinya aku tidak akan bisa begitu saja pindah dari kastil.

Aku pertama kali berpikir bahwa benteng penguasa feodal dibangun dengan
mekanisme yang menyimpang dari sihir, tapi sebenarnya hanya masalah menemukan
tujuan transfer yang sesuai. Sihir ini tampaknya tidak bisa digunakan dalam
kegelapan total.

Karena atap kastil diterangi oleh sinar bulan, aku mengatur lokasi transfer di sana dan
menggunakan ? Dimensional Step? Tanpa hambatan.

Kota ini dibangun di atas sebuah bukit dan benteng tersebut ditempatkan di titik
tertinggi kota; Tidak ada yang menghalangi pemandangan daerah di sini. Itu adalah
pemandangan yang indah. Aku ingin melihat pemandangan ini di siang hari jika
memungkinkan.

Ariane terkejut saat tiba-tiba kami beralih ke atap, dan dia sedikit tercengang saat
mencoba mengembalikan keseimbangannya.

"Ya! Hei jangan tiba-tiba transfer ke atap tanpa peringatan ?! Jika kau akan pindah ke
pijakan yang tidak stabil katakanlah sebelum aku menyentuhmu. "

"Ah, aku melakukan sesuatu yang bodoh."

Ponta, tiba-tiba pindah ke atas helmku dan mengeluarkan geraman untuk memprotes
perlakuanku, menyebabkan Ariane meminta maaf. Karena Ponta menyelesaikan
masalah ini, aku akan membelikannya beberapa buah anggur saat ini berakhir.

Seperti yang diharapkan, kami bisa menyaksikan semua aktivitas kastil dari atap,
tanpa ada yang menyadarinya.

140 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Kastil tuan feodal tidak begitu elegan; tampak lebih seperti benteng daripada yang
lainnya. Selain dua dinding yang mengelilingi benteng, ada parit, sehingga sulit untuk
menyerang.

Di antara dinding dan kastil, ada sebuah taman besar di depan, dan sisa ruang penuh
dengan barak besar dan lapangan latihan yang kosong.

Benteng itu terdiri dari enam menara luar, terhubung ke struktur pusat oleh koridor
kecil.

Dari satu menara enam tempat kami berdiri, ada kemungkinan untuk melihat seluruh
kota.

Satu-satunya cara bagi musuh untuk melihat kita adalah jika mereka secara acak
memutuskan untuk melihat ke atas, tapi tidak ada cara untuk mencari para elf.

Menara yang kami tuju sekarang adalah menara pengintai, yang bisa berfungsi
sebagai gudang gandum atau berbagai kegunaan lainnya jika f0rt dikepung.
Sepertinya ada fasilitas untuk menampung tawanan dan penjahat di bawah tanah,
sekarang kemana aku akan menempatkan budak elf kelas atas?

"Araine-dono. aku ragu untuk bertanya, tapi perlakuan macam apa yang diterima
para elf? "

"...... apakah pertanyaan itu benar-benar relevan sekarang?"

Dia memelototiku dengan mata emasnya dari kedalaman jubahnya dengan ekspresi
terbuka yang tidak disukai.

"Jenis perlakuan yang mereka terima, aku pikir akan memudahkan identifikasi lokasi
mereka ......"

Setelah mendengar niatku , dia menjawab dengan jijik setelah beberapa saat.

"Dalam kasus wanita, mereka sering menjadi mainan ......, pria dibuat untuk berzina
dengan wanita bangsawan untuk menghasilkan anak."

"Ketika aku melihat-lihat kontrak penjualan, mengapa harga laki-laki lebih tinggi?
Apakah ada kaitannya dengan mereka yang berzina dengan wanita bangsawan? "

"Ketika anak campuran terlahir, itu akan mewarisi ras ibunya bukan?"

Anak ras campuran mengambil setelah ibu mereka ......, itu hal lain yang aku tidak
tahu, tapi aku yakin itu untuk meminta dia untuk kepentingannya.

"Seorang anak manusia dilahirkan dengan kekuatan magis tinggi yang menjadi ciri
khas para elf ...... Para bangsawan manusia memiliki banyak orang dengan bakat

141 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
magis yang tinggi, yang diambil dari para elf pada zaman dahulu kala. Ah, orang-
orang masih belum bisa menggunakan magic spirit sekalipun - "

Begitu, agar bisa bertahan di dunia ini yang dibanjiri monster, manusia harus menjadi
lebih baik dalam menangani sihir, jadi mereka secara paksa mengambil alih kekuatan
dari para elf.

Maka itu adalah bangsawan yang kebanyakan mampu menggunakan sihir ...... Hanya
finansial dan militer yang bisa memegang kekuasaan di dunia ini. Mengapa orang-
orang di negara ini membiarkan makhluk yang disebut elf lari bebas saat mereka
dapat memperkuat kekuatan militer mereka sendiri?

Dunia ini dibangun di atas feodalisme, jadi tidak mungkin hak asasi manusia dihargai.

Jadi dengan pola pikir orang yang berkuasa ----, keberadaan elf yang hilang harus
diputuskan olehnya.

Jika aku terhubung dengan orang-orang yang tertawan secara seksual, aku tidak akan
menyimpannya di penjara biasa, jadi mungkin sebaiknya kami memeriksa tempat
tuan feodal yang sedang tidur?

Ada beberapa pasukan yang secara rutin berpatroli di lapangan. Benar atau tidak
jumlah minimal ini adalah hasil dari kebakaran yang terjadi di kota yang tidak
diketahui, tapi aku masih bersyukur atas situasi ini.

"Aku akan pindah ke gedung utama benteng."

Ketika Ariana meletakkan tangannya di bahuku dan memberi penegasan, kami


berpindah dari puncak menara ke semak-semak di sebelah tempat tinggal utama.

Kaca dipasang di bingkai jendela, dan kau bisa melihat ke dalam kediamannya. Aku
mengonfirmasi bahwa tidak ada bayangan manusia di koridor sebelum aku
mentransfer ke dalamnya. Pemandangan dari sisi ini tidak sama dari luar jendela.

Koridor itu lebih lebar di sepanjang sisi tempat tinggal yang terhubung dengannya,
dan itu dipenuhi berbagai perabotan.

Ariane diam-diam berjalan ke salah satu pintu koridor, dan dengan cepat memeriksa
ruangan di belakangnya.

Dia memberiku isyarat "Ikuti aku" sebelum memasuki ruangan. Kamar itu memiliki
lantai kayu parket, meja kayu yang dipoles yang dikelilingi oleh kursi, dan di bagian
belakang tergantung sebuah permadani besar. Berdasarkan bentuk ruangan itu
mungkin itu ruang tunggu. Interiornya remang-remang, dan bayangannya suram.
[Note : Parquet adalah lantai dari kayu yang memiliki gambar atau ukiran]

Tepat di seberang kami ada pintu lain, yang dibuka Ariane yaitu daerah di luarnya.

142 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Saat melihat bangunan dari atap menara itu tidak terlihat apik, tapi nampaknya agak
besar dari dalam. Apakah ada penjara bawah tanah di sini?

Ariane dengan tenang membuka pintu dan kemudian pergi. Aku mengikutinya keluar
dari ruang tunggu.

Koridor ini hanya setengah dari yang sebelumnya, pintu berjejer di kedua sisinya, dan
ada beberapa gambar kecil di antara masing-masing pintu.

Lebih jauh ke bawah, koridor melengkung ke kiri sehingga tidak mungkin terlihat jauh
dari belokan. Aku pindah ke pinggir dan mengintip.

Pada suatu saat, lorong itu menuju jalan buntu, dengan pintu kayu yang diparkir di
tengah dinding, dan seorang penjaga tertidur di kursi di depannya. Berbeda dengan
yang sebelumnya, pintu yang berbahaya itu menimbulkan getaran aneh.

Ketika aku pindah ke sisi penjaga tidur aku meraih kepalanya dan memutarnya. Suara
yang memuakkan terdengar di sepanjang aula bentuk L saat aku membiarkan tubuh
lemas sekarang menyentuh lantai.

Aku mengambil kunci dari pinggang pelindung mayat itu dan memasukkannya ke
lubang kunci pintu.

Ketika aku mendengar suara penutup jendela, aku perlahan membuka pintu; Ruangan
itu sempurna persegi yang tidak terlalu lebar, dan di sana ada tangga yang mengarah
ke bawah tanah.

Kami berada di lantai pertama gedung dan tangga menuju ke ruang bawah tanah.
Karena ada penjaga aku bisa menemukan petunjuk.

Aku memanggil Ariane, yang telah mencari kamar lain sampai sekarang.

“Araine-dono”

Terlepas dari ketenangan suaraku, Ariane muncul dalam sekejap, membuktikan


keunggulan pendengaran para elf.

Dia mengangguk saat aku menundukkan kepalaku ke arah ruangan persegi dan tak
lama kemudian mengikutinya. Setelah memeriksa tangga di dalam ruangan, dia
melanjutkan untuk menurunkan mereka.

Seolah dia seorang ninja, dia tanpa suara melewati tangga meskipun mereka terbuat
dari kayu. Aku menggunakan transfer untuk mengikuti gerakan bela diri Indiannya.
Armor logamku membuat tidak mungkin meniru gerakan diam-diamnya.

“Gufu!! Ga!”

143 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Kudengar erangan seorang pria dari ruang bawah tanah, sebelum ada sesuatu yang
menabrak lantai dan semuanya menjadi sunyi. Seorang penjaga mungkin telah
ditempatkan di bawah ini.

Berbagai lampu di sekitar camber bertindak sebagai satu-satunya sumber cahaya di


ruang bawah tanah ini, dan tiga pintu besi yang diperkuat melapisi dinding batu ke
kanan. Karena pintu tidak berjendela, kami tidak tahu apa yang ada di sisi lain
mereka.

"Namaku Ariane Glenys Maple. Apakah ada saudara ku di sini ?! "

Ketika Ariane memukul pintu dan mengumumkan pada dirinya sendiri, ada jawaban
langsung dari sisi lain.

"Seorang pejuang dari Maple ?! Bantuan telah datang !! "

"Syukurlah! Aku ingin pergi sesegera mungkin? !! Kumohon?!"

Tampaknya para pejuang dari Maple identik dengan yang terbaik di antara para elf.
Perasaan lega dan kegembiraan bisa terdengar dari suara di balik pintu.

Untuk membebaskan mereka, Ariana menggeledah tubuh penjaga yang jatuh namun
sepertinya tidak menemukan apa-apa.

"Kuncinya tidak di sini! Dimana !?"

Kejengkelan tercampur ke dalam suaranya, dan tiba-tiba jawabannya datang dari sisi
lain pintu.

"Tuan feodal punya kuncinya. Berkat Sihir kalung makan kita tidak bisa menggunakan
spirit magic untuk mendobrak pintu. "

Aku lihat, tidak perlu bagi penjaga untuk memiliki kunci sel. Tidak perlu kunci pintu
bisa dengan mudah dihancurkan dengan spirit magic.

"Mundur dari pintu."

Setelah berhenti beberapa saat setelah mengatakan demikian, begitu aku yakin orang
itu mundur, aku mengirimkan tendangan yang kuat ke pintu besi yang keras itu.

?Bakiin!? Ketika aku mendengar suara nyaring itu, pintu itu benar-benar terpisah dari
engselnya. Dengan kekuatan ku saat ini, membengkokkan sel bar untuk melepaskan
diri bahkan mungkin untuk dilakukan.

Di sisi lain pintu itu ada seorang wanita berkulit putih ramping dengan ekspresi
jengkel di wajahnya. Dia memiliki rambut pirang, mata hijau dan telinga panjang para
elf; Meski hanya selembar kain tipis yang menutupi tubuhnya yang halus. Sambil
menatap sedikit lebih rendah, aku melihat kuncup sederhana di dadanya.

144 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Menjatuhkan pandanganku lebih jauh lagi, aku melihat bahwa pergelangan tangannya
diikat dengan belenggu kayu sederhana.

Hal itu mungkin dilakukan untuk mencegah mereka mencoba melarikan diri. Karena
tubuh para elf tidak dibangun dengan banyak otot, ini cukup efektif.

Menyerahkan pelepasan belenggu itu ke Ariane, aku membuka pintu yang lain dengan
cara yang sama, dan wanita berwajah serupa tampak di luar bayang. Namun, wanita
dari sebelumnya memiliki rambut panjang sementara rambut wanita ini dipotong
pendek.

"Siapa orang yang memakai baju besi ksatria?"

Wanita berambut pendek itu bertanya kepada Ariane bahwa pertanyaannya sambil
melihat ke arahku. Para elf tidak boleh memiliki orang-orang yang dilengkapi dengan
armor tubuh penuh. Penampilan yang mencurigakan.

"Dia adalah orang yang aku pekerjakan untuk misi penyelamatan ini. Mungkin sulit
dipercaya, tapi kalian tidak perlu khawatir karena dia orang yang bisa diandalkan. "

Dia tersenyum kecut saat dia mengatakan itu dan memintaku untuk menghapus sihir
kalung makan dari kedua orang itu.

Aku mengangguk ringan sebelum proses ? Anti-curse? Pada keduanya, dan dengan
suara jepret yang akrab, kalung itu jatuh ke lantai.

"...... Mengejutkan ...... Mengkomunikasikan seseorang yang mampu menghilangkan


kutukan tanpa perapalan ......"

Wanita berambut panjang itu mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan
Danka, sementara dia mengusap lehernya untuk memastikan bahwa ini nyata.

"Itulah tujuanku. Setelah kita melarikan diri dari sini dan bergabung dengan yang
lain, apakah rencananya akan selesai -? "

Di tengah mengusulkan tindakan berikutnya, sebuah keberatan diberikan oleh dua


mantan tawanan tersebut.

"Tunggu! Aku minta maaf karena telah menyebabkan kalian bermasalah setelah
membebaskan kami, tapi tuan feodal babi itu dan orang-orang Rhoden perlu diberi
pelajaran! "

"Ya?! Aku telah dipenjara di sini selama empat tahun! Pikiranku tidak akan pernah
merasa nyaman jika aku tidak memberi pelajaran babi itu dengan tanganku sendiri ?!
"

145 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Keduanya menyatakan klaim mereka di arah Ariane, dan memohon dengan mata
yang berharap untuk tindakan kami selanjutnya. Dia sepertinya sudah memikirkannya
sedikit sebelum dia berbalik dan membalas kepada wanita-wanita itu.

"Baik. Untuk mencegah kesengsaraan di masa depan, adalah bijaksana untuk


mengakhiri penguasa feodal yang merupakan akar kejahatan ini sekarang. Dimana
tuannya? "

Mendesak oleh kenyataan bahwa pembunuhan tuan tersebut diterima, keduanya


melompat ke atas tubuh yang terbaring saat mereka berjalan ke tangga. Meski
keduanya hanya mengenakan kemeja tipis, mereka dengan cepat berlari ke lantai
satu, dengan Ariane mengikuti dari belakang.

Pembunuhan tuan itu tampaknya segera dilakukan. Sementara aku ingin menghindari
menarik perhatian pada diriku dengan tindakan mencolok, aku tidak bisa
mengabaikan niat pemohon dalam situasi ini.

Karena itu seolah-olah ini pembalasan para elf, agar tidak mencolok lebih baik ambil
bagian dalam tindak kriminal ini.

146 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Chapter 21
Menyerang Tuan Diento? Bagian 2
aku melunakkan sikap ariane dan beberapa tingkah lakunya. perilaku arc juga telah di
perbaiki.

aku dipindahkan ke lantai satu dan mengejar ketiga wanita elf. melewati tangga,
mereka membuat sebuah bit untuk ruangan di ujung lorong dan muncul di tengah
lorong utama.

sebuah tangga tengah besar meluas ke lantai dua dari pintu masuk utama, dan tangga
ke lantai tiga tampak berada di kedua sisi lantai dua yang menghadap ke segala arah.
di puncak tangga tengah, gambaran seorang pria dengan rambut abu-abu dan perut
yang menonjol di dinding. di tengah ruangan tergantung lampu gantung yang besar,
dan keragaman furnitur mahal yang ditampilkan di sini menunjukkan kekuatan tuan
rumah tempat ini.

"kamar tidur tuan tanah feodal ada di lantai tiga. masih belum ada yang melihat aula
...... aneh ?? "

Bekas budak yang berambut pendek itu bergumam saat dia melirik ke sekeliling aula
utama sebelum nyala api terbentuk di tangan kanannya. dia mungkin akan
menembakkan sihir roh pada penjaga yang bertugas.

"anggotanya tersebar sampai di area kebakaran kota ......"

aku menyuarakan pendapatku setelah aku menyusul mereka di aula tengah. lantai
aula terbuat dari marmer yang dipoles dan dibuat sangat nyaring saat aku berjalan
dengan baju besi, jadi aku tak sengaja berhenti.

"ini mudah! ayo kita segera memburu babi itu !! "

si elf berambut panjang tertawa terbahak-bahak tak berdaya saat badai tak alami
memenuhi ruangan dan perlahan melompat ke udara. ponta melepaskan panggilan
saat kain wanita itu berkibar tertiup angin saat ia mendarat di lantai dua.

dia pasti seorang pemanipulasi angin seperti ponta.

dua yang lain dengan cepat mengejarnya saat mereka menuju tangga lantai tiga.

"kyun kyun!"

karena ponta berada dalam posisi yang pas di atas kepalaku, aku menggunakan?
dimensional step? untuk bergerak di depan tangga lantai tiga.

ketika sampai di lantai tiga, aku mendengar pria dan wanita menjerit saat suara
peperangan terdengar di dasar lorong.

147 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
dengan suara doon, aku melihat pelayan wanita datang dari kedalaman aula yang
didekorasi dengan baju besi hias yang dilapisi mantel yang dihiaskan.

mungkin mereka adalah saksi mata untuk kejadian malam ini. jika kesaksian mereka
mengatakan bahwa seorang kesatria yang mencurigakan ada di sini maka akan sulit
untuk bergerak di masa depan.

telekomunikasi belum diciptakan dan banyak pria memakai baju besi di kota, jadi
mereka mungkin tak akan berbuat banyak, tapi aku tetap harus hati-hati di sini.

ketika aku melihat salah satu pelayan wanita setengah telanjang semakin dekat, aku
pindah ke samping dan berpura-pura menjadi salah satu baju zirah hias. ponta, yang
berada di puncak kepalaku, membaca suasana hati dan tak bergerak sedikit pun. dari
sisi ponta yang tebal harus dilalui seperti bulu yang sering terlihat di helm romawi.
sementara aku memikirkan hal sepele seperti itu, pelayan lain berlari keluar ruangan.

pintu ganda yang dulu mewah sekarang hancur tanpa ampun dan tubuh penjaga
tampak berserakan. di sana-sini aku bisa melihat anggota tubuh yang hilang dari jiwa-
jiwa malang ini berserakan.

melangkah di luar ambang pintu, aku telah berada di kamar tidur dengan ukuran
cukup besar. bahkan dengan mata yang tak terlatihku, aku dapat melihat bahwa
barang di ruangan ini sangat mahal, mulai dari patung-patung indah hingga kanopi
dengan tempat tidur besar di dalamnya.

seluruh ruangan dipenuhi benda mirip kristal di atas tempat lilin, yang menerangi
ruangan seperti lampu neon.

di bagian belakang ruangan, gambaran yang mirip dengan yang ada di lorong
digantung, di depannya ada pria menyedihkan yang tubuh bagian bawahnya terpapar
sepenuhnya dan ada pisau di tangannya.

si elf berambut panjang menendang pria yang setengah telanjang itu dengan segenap
kekuatannya.

"gyaahiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii !!!!"

pria yang berteriak seperti itu seperti merupakan akhir baginya ; sementara tubuh ini
hanya terbuat dari tulang sendi pinggul tapi aku bergetar.

tuan feodal bahkan tak jatuh saat memegang bagian dalam pahanya, berkeringat dan
terengah-engah, dia dengan putus asa berteriak dengan suara tegang.

"kamu……! d-apa menurutmu kau bisa melakukan sesuatu seperti ini padaku dan lolos
begitu saja !! aku seorang bangsawan negara ini !! ini aku di depan matamu i-i-i ---- "

bagi feodal yang menanggung rasa sakit di antara pahanya, ariane melepaskan tudung
mantelnya dan menunduk memandangnya sebagai kotoran.

148 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
kulit ungu yang telah disembunyikan menjadi terlihat, rambut putih saljunya acak-
acakan, dan pencahayaan kristal ruangan itu membuatnya terlihat seperti wajahnya
memerah. suasana di sekitarnya terasa mengerikan saat dia melangkah maju.

"apakah kamu mungkin salah memahami sesuatu? bahkan jika kamu terbunuh di sini,
negara ini tak dalam posisi untuk melakukan pembalasan terhadap negara para elf di
kanada. karena itu, untuk melanggar perjanjian rhoden ...... lenyaplah. "

ketika dia memerintahkannya dengan nada mengerikan, dia memasukkan selembar


kertas robek ke mulut si bangsawan, dan berbalik dan mengangguk pada kedua elf
yang telah melepaskan kekuatan sihir di belakangnya.

dua bangsawan sekaligus; hanya teriakan teredam yang bisa didengar di ruangan
saat darah tersembur di sekitarnya. aku merasa seperti sedang menonton sebuah
adegan dari sebuah drama gangsta. tak peduli seberapa tinggi kemampuan tubuh ini,
sebaiknya tak memancingnya marah ......

sambil mencoba melepaskan diri dari kenyataan brutal ruangan itu, aku menemukan
sebuah pintu padat yang ditutup rapat yang terlihat kuat.

kunci terukir yang indah sudah cukup untuk menciptakan keingintahuan tentang apa
yang ada di balik pintu.

aku menarik pedangku dari pinggangku dan meluncur di pintu. kunci untuk mencegah
penyusup tak ada gunanya karena pintunya mudah dipotong secara diagonal seperti
selembar kertas yang dipotong dengan gunting.

setelah aku merobek sisa kunci dari engselnya, aku maju ke depan untuk menemukan
perabotan dan karya seni yang mahal yang dijejali di ruangan itu; sekilas sepertinya
barang-barang yang tak ada gunanya dilempar ke sini secara acak.

ada beberapa peti kayu di belakang, dan ketika aku membukanya, aku menemukan
bahwa mereka dijejalkan dengan tas kulit yang berisi koin emas.

ada apa dengan emas yang tak pernah gagal memikat orang? aku merasa seperti
senyum kotor di wajahku saat menemukan harta karun ini. meskipun tak ada otot
wajah yang menyeringai ......

seperti yang kamu harapkan akan sulit untuk mengambil semua koin emas sekarang,
tapi aku bisa mengambil sedikit dari mereka jika aku mengemas kembali beberapa
tas kulitnya.

seperti yang dia katakan sebelumnya, cara aku mendapatkan kekayaan memang
meragukan. tak ada hal yang kasar yang bisa dikatakan tentang mencuri dari sini.

149 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
paling tak kupikir begitu aku seketika melempar tas emas ke dalam jarahan. karena
benar-benar emas, penyimpananku mungkin robek jika aku terlalu serakah.
sementara aku mencari lebih banyak koin emas dengan ekspresi sangat gembira, satu
pedang yang dipajang di dinding menarik perhatianku.

ada belati samar di atas mata pisau dan pedang itu sendiri mengeluarkan kilau perak
samar. perhentian itu berbentuk kepala singa yang memiliki permata merah untuk
mata.

dimana aku melihat pedang itu sebelumnya ----

ah, itu merupakan pedang yang pernah kulihat dalam permainan. itu merupakan
barang kelas langka yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah panggilan prestasi?
pedang raja singa ?. jika aku benar, itu merupakan senjata yang meningkatkan

150 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
kecepatan dan serangan dasar. pikir aku tak tahu apakah efek itu bisa diterapkan di
dunia ini atau tidak ......

aku akan mengambil ini juga, jika aku melewatinya di sini hanya akan mengumpulkan
debu.

kupikir begitu aku mengambil pedang. sementara aku menyimpan koin emas di tasku,
kamar tidur sepertinya menjadi riuh.

"ada pencuri di tempat itu !!! seorang pencuri ahhhhh !! "

"seseorang membebaskan mereka - gyaaa !!"

dari bunyi penjaga langkah kaki harus masuk kamar tidur satu demi satu, dan aku bisa
mendengar suara logam berbenturan. suara pria yang berteriak juga bergema di balik
ledakan sesekali.

setelah ledakan yang sangat keras, seluruh kastil terguncang, suara para para bisa
terdengar saat ada sesuatu yang roboh, yang kemudian terdengar suara pembakaran
yang bisa didengar.

benteng itu pasti terbakar.

kemudian seseorang memasuki ruangan dan memanggil aku dengan ekspresi jijik di
wajah mereka.

"apa yang sedang kamu lakukan?"

jubah abu- abunya berkibar saat ia melipat tangannya. bukit kembarnya yang luas bisa
dilihat dari atas baju kulit berbentuk korsetnya, dan mereka bahkan lebih menonjol lagi
dengan kedua lengannya disilangkan.

mungkin aku terlihat seperti pencuri di tengah mengisi tas kulitnya dengan koin emas.
jika aku memiliki penutup hijau di atas kepalaku, gambar itu akan sempurna.

mungkin aku bisa menumpang santa jika ada perapian di dekatnya, tapi ada sedikit
penyelaman perapian.

"biayanya mahal sampai tiba-tiba harus membangun kembali sebuah organisasi."

"?"

kedua elf itu muncul begitu mereka selesai, dan berdiri di belakangnya dengan ekspresi
meragukan saat aku berbicara.

"jika aku bermaksud meluncurkan kembali sebuah organisasi penculikan, tak dapat
dipulihkan tanpa dana yang diperlukan. kami bisa sangat menghambat pihak lawan
dengan mengambil sejumlah besar uang dan properti di sini. "

151 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
sementara aku hanya dibutakan oleh koin emas, aku bisa menemukan alasan yang
masuk akal untuk diceritakan kepadanya. apa yang aku katakan tak salah ......

ketika ariane melirik ke dua elf itu, mereka berdua mengangguk seolah sepakat dan
mulai mengisi tas kulit dengan koin emas. ariane juga mulai melempar koin emas
secara acak ke dalam tas.

"masih, membawa koin emas seberat itu di atas bahu kami ...... ini lebih dari tiga kali
berat badanku ...... itu ......"

"bahkan jika kau memiliki rencana yang bagus, bukankah ini masalah serius yang bisa
kau selesaikan dengan hal-hal berat di atas bahu kami?"

"um, berat?"

ketiganya tampak konyol dengan tas kulit besar di atas bahu mereka.

" tak apa-apa, dia bisa menggunakan sihir transfer. kita tak punya urusan lagi di sini,
jadi ayo kita pergi. "

"uh ?! hah!? bukankah hanya legenda bahwa seseorang bisa menggunakan sihir
transfer ?! "

"um ??, seseorang tak akan memiliki kekuatan mental dan mana?"

sementara mereka berada di tengah lantai yang bertukar bagian bawah menjadi ribut
lagi. kami tak diizinkan untuk santai dalam pelarian kami untuk tempat ini.

sebagian besar koin emas yang tersisa dikumpulkan oleh mereka bertiga, jadi memang
tak ada urusan lagi di sini.

"gerbang transfer ?!"

lingkaran sihir terbentuk di lantai dan mulai memancarkan cahaya di ruangan itu. pada
saat berikutnya, lingkungan bergeser dalam sekejap dan kami dipindahkan ke hilir dari
diento.

"pelarian itu berhasil. bahwa perpindahan sihir itu pasti nyaman, aku penasaran
apakah aku bisa mempelajarinya ...... "

"eh? !! ini bohong kan !? ini benar-benar sihir transfer ?! "

"oh, aku lelah? di mana kita?"

ketiganya melihat-lihat dan bahkan penasaran pada diriku sendiri tentang di mana
kami berakhir. segala sesuatu yang ada di dalam lingkaran sihir sepertinya telah
dipindahkan bersama kami.

152 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
karya seni dan perabotan yang ada disekitar ruangan beberapa waktu yang lalu
semuanya berada di rumput.

asap dari api masih naik dari kota diento, dan tampaknya asapnya meningkat. aku
ingat suara api menyebar di istana bangsawan feodal ......

"jadi, aku mengerti bahwa semua persyaratan untuk permintaan itu merupakan
pasangan?"

ariane berhenti memandangi sungai dan memandang ke arahku; dia mengeluarkan


lima koin emas elf dan melemparkannya ke arahku dengan tawa tak kenal takut.

" kamu benar-benar menyelamatkan kami kali ini. inilah hadiahmu seperti yang
dijanjikan. kupikir koin emas yang kita curi lebih berharga ...... "

aku berkata "kapan saja" saat aku menangkap koin itu dengan satu tangan dan
memasukkannya ke dalam tas kulit yang diikatkan ke pinggangku.

"arc, aku menuju ke desa terdekat? raratolaia? maukah kamu bertemu dengan para
tetua?

menurunkan kantong koin emas dari bahunya, ariane mengajukan pertanyaan itu
dengan ekspresi serius.

aku pribadi ingin melihat desa elf itu. namun, aku ingin minta maaf soal menemui para
tetua.

"hmm, aku ingin pergi ke desa elf ...... apakah aku harus bertemu dengan tetua?"

"itu sudah pasti. untuk mengundang orang luar, pertama aku harus memintanya dari
para tetua. dan sejujurnya, aku ingin terus menggunakan kekuatanmu di masa depan
...... aku ingin mengenalkan kamu kepada salah satu tetua untuk mendapatkan
kepercayaan mereka. mengapa?"

kedua elf di samping ariane terkejut, namun menunggu dengan tenang saat dia
mengajukan proposalnya.

" aku tak bisa melepaskan baju besi ini ...... tidak, kamu bilang ingin memberi aku
kepercayaanmu, jadi aku akan berhenti berbohong ----. aku tak ingin melepaskan
baju besi ini. "

"untuk bertemu dengan para tetua, kamu harus melepaskannya untuk menunjukkan
wajahmu ...... apakah itu masalah?"

aku menjawab pertanyaannya dengan diam.

"bolehkah aku mendengar alasanmu?"

153 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
sulit dijawab saat ditanya alasanku. aku pribadi tak ingin berbohong kepadanya
terlalu banyak. namun dia mungkin tak mengerti bahkan jika aku mengatakan yang
sebenarnya.

"ketika aku melepas helmku, ariane berjanji kepadaku bahwa kamu tak akan
mengarahkan pedangmu kepadaku -"

"jika aku berjanji untuk tak mengangkat pedang aku, apakah kamu akan
menunjukkan wajah kamu?"

mata emasnya tak pernah melewati wajahku. itu terjadi setelah hujan besar. aku
bisa menggunakan reaksi mereka terhadap sosok terbuka diriku sebagai pedoman
untuk tindakan masa depanku.

saat aku menggerakkan tanganku untuk melepas helmku, ponta dengan terampil
melompat dari kepala ke pundakku.

aku melepaskan helmku dan menghadapinya.

---- mereka semua kaget melihat wajahku.

sebuah kerangka di baju besi berdiri di depan mata mereka, dengan nyala api pucat
yang mati menyanjung di soket matanya.

para elf di samping seketika mengambil tindakan saat gelombang kekuatan magis
terbang keluar dari tubuh mereka.

namun, ariane berdiri di depan mereka dan meraih tangan mereka untuk
mengendalikan mereka.

"arc ......, kamu, apakah itu ...... tubuhmu?"

meskipun dia terkejut, dia berusaha menjauhkannya dari suaranya, tapi dia masih
bertanya dengan ragu.

bahkan jika aku mengatakan bahwa ini adalah penampilan karakter permainan dan
bahwa aku terjebak ke dunia ini dengan itu, mereka tak akan mengerti itu.

" aku tak tahu ......, aku tahu aku dilempar ke negeri ini dengan tubuh terkutuk ini
......

"bukan orang itu mayat hidup ?!"

"mayat hidup di dalam baju besi itu sangat kuat ?!"

kedua elf itu cemberut tanpa melanggar pendirian mereka, dan ariane menatapnya
dengan tajam dan berbicara kepada mereka dengan ekspresi tenang.

154 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
"perhatikan baik-baik. dia tak membawa polusi dari orang mati ...... seekor magical
beast tak akan pernah membawa mayat yang tercemar oleh polusi kematian.
mungkinkah mayat hidup menggunakan sihir penyembuhan? "

kedua elf itu secara bertahap bingung dengan kata-katanya.

"t-itu? itu rubah yang lembut di bahunya ...... magical beast. oh? apa ini??"

"undead menggunakan kekuatan terkutuk kegelapan, tak mungkin menggunakan


kekuatan pemurnian sihir ringan kan ??"

ariane adalah satu-satunya yang menertawakan kebingungan mereka.

"arc menggunakan kekuatannya untuk membantu saudara kami ...... dia tak perlu
mengungkapkan rahasia tubuhnya. bergantung pada jenis kutukan itu, para tetua
mungkin memiliki beberapa wawasan tentang hal itu. "

aku bersyukur untuk itu. bagaimanapun, meskipun dua wanita elf berpakaian rapi
berdiri di hadapanku, sangat menyedihkan saat pria yang tak mendapat reaksi dari
penampilanku.

tidak, ini bukan tempat untuk melontarkan lelucon ......

" aku benar-benar bersyukur. jika kutukan di tubuhku bisa dilepas maka akan sangat
indah. "

memberikan respons seperti itu, aku meletakkan helmku lagi.

aku masih penasaran sendiri mengapa aku memilih avatar skeleton, tapi sudah
terlambat untuk menyesali tindakan masa laluku sekarang.

" aku akan mengenalkan diriku sekali lagi. namaku ariane glenys maple. seorang
prajurit hutan kanada dari maple. "

dia mengulurkan tangan kanannya sambil berkata begitu. aku menggenggamnya


kembali.

"Arc. aku bepergian untuk menyingkirkan kutukan ini dari tubuhku. "

ketika aku mengatakannya, tujuan masa depanku telah diputuskan.

itu diatur dalam pikiranku, bepergian untuk memecahkan kutukanku, meskipun ini
kemungkinan merupakan sesuatu yang tak dapat diraih.

"kalau begitu ayo kita temui danka di hulu!"

155 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
dia tertawa saat meletakkan salah satu kantong koin emas dari bahunya. aku juga
mengambil beberapa tas yang lebih berat dan menatap hutan yang terhubung dengan
sungai di hulu.

tanpa hari yang berganti, di bawah cahaya sinar bulan, untuk pertama kalinya jalan
yang aku putuskan.

---- lalu kami harus duduk?

156 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
EPILOGUE
Dalam jarak pandangan pegunungan Calcutta, jumlah sungai Rydell yang melimpah
mengalir ke arah timur pegunungan naga.

Ibukota kekaisaran Rhoden berdiri di tempat seperti itu. Ibukota kekaisaran adalah
sebuah kota dengan dinding kota empat lapis yang telah dibangun dengan istana
kekaisaran di tengahnya.

Jumlah Penduduknya tiga kali lebih besar dari ukuran kota utama Diento, yang dengan
mudah melampaui 50.000 orang.

Ladang gandum yang besar meluas di luar tembok kota, dan berkat jalan raya utama
yang menuju ke arah kardinal tidak hanya barang-barang yang diproduksi di ibu kota
saja tapi juga barang-barang dari seluruh penjuru negeri.

Meskipun kerajaan Rhoden dengan bangga memegang posisi sebagai kekuatan


terbesar ketiga di benua itu, namun bukan sebuah negara yang diperintah hanya oleh
satu kerajaan seperti kekaisaran Leburan di Midwest Utara.

Itu adalah sebuah negara yang dibentuk oleh para bangsawan dan bangsawan feodal,
dengan keluarga kerajaan Olav di pusatnya. Oleh karena itu, meskipun bangsawan
menetapkan kebijakan kerajaan, mereka tidak dapat dengan sembarangan
mencampuri wilayah-wilayah yang berada di bawah kontrol ketat penguasa feodal.
[Note : Feodal anggap aja kaya Wali kota]

Kekuatan keluarga kerajaan melampaui satu orang tuan manapun, tapi ini tidak sesuai
dengan semua kekuatan gabungan para penguasa.

Namun, keluarga kerajaan bisa turun tangan dengan kekuatan militer jika tindakan
penguasa feodal merupakan ancaman bagi kerajaan. Hal itu menjadi serbuan dari
negara lain atau pemberontakan penguasa feodal, seringkali situasi mereka dihentikan
tanpa bantuan penguasa kerajaan lainnya.

Di ibukota kekaisaran Olav, pembunuhan Marquis Diento sedang dibahas di istana yang
diadakan tepatnya di dalam istana. Banyak rumor dan banyak spekulasi dibagikan
antara para bangsawan yang hadir untuk kasus ini.

Di ruangan tertentu milik pangeran kedua Douglass Shishle Carunon Rhoden Vetoran,
dua orang sedang berdiskusi.

Di belakang kedua orang itu terdapat seseorang yang duduk. Tidak ada lagi selain
ketiganya, bahkan pelayan di dalam ruangan.

Orang yang berdiri tidak setinggi itu, tapi mereka memiliki tubuh yang terlatih dan
wajah yang menyenangkan. Mata biru mereka sebagian tersembunyi oleh rambut
keemasan, mereka mengenakan seragam militer yang mudah bergerak, dan potongan
dekoratif emas yang hanya bisa dikenali oleh bangsawan saja.

Dia adalah Douglass putra kerajaan Olav yang kedua.

"Persetan! Sumber pendapatan faksi terbesar telah hancur! "

Pangeran tampan Douglass dengan kesal saat dia mengucapkan kata-kata itu.

Pria besar itu duduk dengan anggun mengangguk setuju.

157 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Rambut pria itu adalah campuran abu-abu dan cokelat dan dia memakai janggut
terhormat, tapi orang tidak bisa merasakan usia tua darinya hanya sebuah kejantanan.

Pria tua ini adalah satu dari tujuh duke di negeri ini, kepala keluarga Olsterio dan
mayor tentara nasional bersatu, Duke Marudoira De Olsterio.

Para bangsawan adalah bangsawan dengan peringkat tertinggi di negara yang


mendukung keluarga kerajaan, tapi mereka tidak memiliki wilayah mereka sendiri, jadi
mereka mengambil gaji dari pajak tuan tanah domestik dan dari wilayah raja. Di sisi
lain, mereka berada di pusat kekuasaan saat mereka menjalankan tugas penting
kerajaan.

"Dalam hal ini, anak sulung Marquis Diento yang pernah tinggal di ibukota, Hebron,
telah dikaitkan dengan wilayah agamanya. Dengan pembunuhan mantan kepala dan
anak kedua yang telah hilang, Mungkin diperlukan waktu yang cukup lama bagi Hebron
untuk menyelesaikan semuanya meski dengan kemampuannya ...... "

Mayjen Marudoira berbicara tentang masalah itu dengan tatapan pahit di wajahnya.

"Menurut kesaksian elf mengatakan ......, ini merupakan peristiwa, mungkinkah itu
pembalasan mereka?"

Sejujurnya aku tidak mengerti. Hari dimana para elf mengakuinya, tiga orang budak
dipukul dengan serangan yang mengejutkan. Lebih dari dua puluh beast men lolos, dan
orang-orang mengatakan itu adalah ulah ‘Emancipators’ . "

"‘Emancipators’ satu tujuannya adalah membebaskan budak beastmen begitu? semua


anggota harus beastmen ......, apakah mereka bermitra dengan para elf? "

"Sudah pasti juga ...... ini bisa jadi tipuan sehingga terlihat seperti itu. Guna
memperkuat faksi mahkota putri, dengan menghadirkan kejahatan menangkap para elf
di Diento di depan raja. Yang Mulia Juliana secara agresif telah menyerukan agar
selaras dengan para elf, jika tindakan kita diungkap keagungannya maka mereka dapat
dilihat sebagai tindakan pengkhianatan, dan kekuatan agungnya akan lumpuh. Perintah
untuk membungkam para pelayan yang menyaksikan kejadian tersebut telah diberikan,
namun keberadaan salah satu dari mereka sudah tidak diketahui. Mungkin saja mereka
sudah terlindungi oleh salah satu faksi lainnya ...... Dana yang akan dikirim dari Diento
juga telah hilang, dan para elf biasanya tidak tertarik pada hal-hal berharga seperti itu.
Seharusnya tidak dengan jumlah yang banyak dari laporan elf bisa diketahui ...... "

Pangeran Douglass meringis mendengar kata-kata itu.

Jika masalah ini sampai kepublik, maka mungkin saja ada celah besar antara dirinya
dan pangeran Sect dan putri Juliana dalam perebutan takhta.

Tidak, tiga dari duke telah bergabung dengan faksi Pangeran Sect, dan dia juga
mendapat dukungan dari kerajaan Leburan barat.

Ternyata tahta tersebut sangat condong ke arah faksi Sect.

Seperti yang dikatakan Mayor Jenderal Marudoira, Douglass hanya bisa melihat
kejadian ini sebagai tipu muslihat seseorang terhadapnya.

Untuk lebih baik atau lebih buruk Juliana cenderung jujur, jadi sepertinya dia tidak
akan mencuri uang dengan dalih serangan mendadak elf.
158 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
Namun, kakak tirinya yang lebih tua, Sect adalah tipe orang yang bisa menginjak kaki
seseorang dengan wajah lurus.

"Kita harus bertindak sebelum Sect bergerak. Setorion, kumpulkan beberapa bagian
berguna untuk Hoben. "

"Seperti yang Anda perintahkan."

Pria berusia 30-an yang mengenakan seragam militer yang mirip dengan Marudoira
yang telah terdiam sampai sekarang, menurunkan kepalanya dengan hormat saat
menerima instruksi Douglass.

Dia adalah anak tertua Duke Olsterio dan salah satu dari tiga jenderal di negeri itu,
Setorion De Olsterio.

Seperti yang diharapkan dari orang tua dan anak, ciri-cirinya adalah seperti
penampilan seorang Marudoira muda.

Di mata pangeran Douglass, api kebencian gelap muncul saat dia memikirkan sosok
saudaranya, setelah dia mengangguk atas tanggapan Setorion.

Pada saat bersamaan, tiga orang berkumpul di kamar pribadi pangeran pertama
Rhoden Sect Rondaro Carunon Rhoden.

Di kursi berwarna kuning terukir dengan alas kelas satu yang dikelilingi dengan motif
bunga, seorang bangsawan perlahan duduk diatasnya.

Dia adalah pangeran penguasa kamar ini Sect. Dia memiliki sosok tinggi, rambutnya
cokelat muda, dan dihiasi dengan pakaian mewah yang dibuat khusus untuknya.

Di samping pangeran Sect adalah wanita cantik dengan rambut cokelat panjang yang
diikat rapi dan rupa yang mirip dengan Sect's, mengira dia memberikan kesan yang
berbeda berkat banyaknya makeup yang dikenakan pada wajahnya. Tubuhnya
terbungkus gaun mewah yang memiliki rok lebar yang ditekankan.

Ini adalah Ibu Pangeran Sect, Letitia Rhoden Sadi ratu kedua.

"Peristiwa ini tampaknya telah membuat Douglass yang agung bergerak, Rondaru
tidakkah kamu akan bertindak?"

Ratu kedua Letitia, menanyai putranya Sect dengan menggunakan nama masa
kecilnya.

Hanya teman dan kerabat yang sangat dekat yang bisa memanggil anggota keluarga
kerajaan dengan nama masa kecilnya, jika ada orang lain yang melakukannya, maka
itu akan menjadi tidak megah.

"Ibu, Douglass sekarang sedang melakukan pembersihan. Meskipun mereka


tampaknya ingin menutupinya, jelas sekali bahwa banyak dana telah hilang bersamaan
dengan Marquis Diento. Orang itu hanya mengulur waktu. Tidak masalah jika mereka
dibiarkan sendiri. "

Dengan kata-kata pangeran Sect, orang lain di dalam ruangan yang telah diam sampai
sekarang mengangguk sebelum mulai berbicara.

159 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
"Dengan segala hormat, satu-satunya yang bergerak agresif saat ini adalah putri
Juliana. Saat sang putri membuat hal terakhir ini tahu, maka posisi yang Mulia Sect
juga akan berada dalam bahaya ...... "

Hanya suasana sombong yang datang dari pria berpakaian seperti pendeta dan senyum
palsu terpampang di wajahnya. Pria kecil ini adalah seorang uskup dari county Hiruku
religius dan tinggal di ibu kota dengan alasan melakukan pekerjaan misionaris.
[Note : Misionaris kerjaannya para pendeta, ngajakin setiap orang untuk beragama
gitu]

"...... Nah, Juliana sangat populer di kalangan warga ibukota. Dengan menggunakan
terobosan ini sebagai pijakan, para duke yang telah menonton dengan tenang dari
balik layar mungkin cenderung bergabung dengan pihak lain ...... Ada gerakan yang
perlu diselidiki sebelum bergerak ......, Borane. Apakah mereka yang berbakat dalam
sihir telah berkumpul? "

"! Semuanya sudah siap! Demi kehendak tuan kita yang agung, saya memberkati
kemuliaan Anda. Itu membawa orang percaya sukacita dalam mengambil bagian dalam
kematian sang putri, pangeran Sect. "

Orang kecil bernama Borane lebih membesar-besarkan kegembiraannya dalam


masalah ini.

Sementara itu dilarang menertawakan seorang putri, Borane tidak menerima reaksi
dari Pangeran Sect.

"Borane, kau dan aku punya hubungan baik. Tidak perlu terlalu formal, kau
diperbolehkan memanggilku Rondaru secara pribadi. "

Sesaat kemudian bibir Bishop Borane terbelit, saat dia dengan sopan mengucapkan
rasa terima kasihnya.

"Terima kasih saya yang tulus karena telah memberikan kehormatan seperti itu bagi
saya pangeran Rondaru. Ada persiapan yang harus dilakukan untuk menghilangkan
ketakutan agung Anda, jadi saya akan pergi sekarang. "

Meskipun perasaan gembiranya meluap dari tubuhnya saat dia membungkuk dan pergi,
ratu kedua mendesah begitu melihat Borane telah pergi.

"Apakah baik-baik saja untuk mengatakan hal seperti itu Rondaru? Tidakkah hal
menjadi menjengkelkan setelah putri Juliana tersingkir? "

"Tidak masalah. Orang yang terbang di antara diriku dan Douglass tujuannya hanya
untuk melihat penghapusan putri Juliana. Juliana adalah pemimpin dari mereka yang
menasihati ayah untuk tidak membiarkan terjadinya agama Hiruku. Setelah aku
membantu Juliana memindahkan koneksi dan pasukan pribadinya dengan menghilang
juga. Kekuatan kuil berbasis agama di negara ini saat ini tidak sebesar itu, yang
mencakup agama Hiruku akan menyulut sumber kekuatan baru di dalamnya. "

"Aku mengerti. Setelah para pemuja kuil diusir dari luar negeri oleh agama Hiruku yang
baru diakui akan meningkatkan populasi karena pengikut mereka akan mengalir di
belakang mereka. Dikabarkan bahwa kaisar Lebrun mengasingkan paus Hiruku,
bukankah kau mendapat dukungan mereka? "

"Betul. Memberi bahu dingin ke kekaisaran Leburan barat adalah Ide yang buruk
karena mereka mengendalikan pelabuhan bagian selatan, jadi ini adalah langkah yang
160 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
buruk untuk dihubungkan dengan negeri religius yang terabaikan. Pertama mari kita
selidiki gerakan Juliana ...... Aku akan memanfaatkan hal ini sebagai kesempatan untuk
menyingkirkan Douglass, lalu menyingkirkan pemimpin Diento dan membawanya ke
wilayahku sendiri. "

Sect tertawa ironis saat mengatakannya, lalu menelan teh yang sudah dingin, sebelum
memanggil bawahan ke depan dan mengatur persiapan masa depan.

Sementara pengangkatan putri Juliana sedang berlangsung, orang tersebut duduk di


dalam ruangan istana yang lain, memandang ke halaman dan minum teh.

Terlepas dari suasana tenangnya, jika seseorang melihat bajunya, mereka akan tahu
bahwa pakaian yang dipakai itu benar-benar disulam, dan orang itu sendiri membawa
antusiasme yang besar di matanya. Dia adalah putri kedua dari county Juliana Marill
Melissa Rhoden Olav.

Dia bermain dengan rambut gemulai panjangnya yang longgar, dan dengan tatapan tak
senang yang tidak sesuai dengan mata cokelatnya yang indah, dia berpaling ke pria
yang duduk di sampingnya.

"Aku hampir mengira jika aku menangkap kakak Douglass di ekornya. Meskipun ada
penyelidikan rahasia terhadap tuan Diento, baginya untuk dibunuh ......, mungkinkah
Douglass menangkapnya dan melakukan ini untuk menghancurkan bukti? "

Pria yang ditanyakan Putri Juliana berada di puncak hidupnya saat dia duduk di kursi
dengan postur tubuh yang baik dan mengenakan seragam militer seorang jenderal.

Dia adalah salah satu dari tiga jenderal Rhoden, Carton De Furivutoran dan dia sedikit
ragu pada pertanyaan sang putri.

"Tidak ada putri. Bukan saja dia adalah salah satu figur pimpinan Douglass yang
mayoritas besar, dia adalah pendukung berpengaruh, jadi menundukkan Marquis
Diento tidak akan menjadi keputusan yang bijak. Sedangkan untuk para saksi, meski
kita langsung bertindak, kita hanya bisa mengamankan satu orang yang sekarang
dalam perlindungan kita. Kami segera mengirim saksi seorang duke ke Rinburoto ...... "

Kata-katanya, alis putri Juliana terangkat saat dia membuat ekspresi yang sulit.

"Menurut laporan tersebut, apakah elf yang menyerang istana, mungkinkah ini
merupakan pembalasan atas penculikan elf? Namun, para pedagang budak di pusat
kota juga diserang dan orang-orang malang itu juga terbebas ......, apakah mereka
bersekutu satu sama lain? Diento dikatakan sebagai benteng yang kokoh, apakah
penggerebekan yang berhasil benar-benar dilakukan hanya dengan beberapa prajurit
elf? "

Sang putri sedang menatap cangkir di atas meja saat uap naik dari sana, dan jelas
bahwa dia berpikir untuk dirinya sendiri daripada mengharapkan tanggapan yang
sebenarnya.

"Hubungan antara para elf dan orang-orang malang tidak terlalu harmonis, bahwa di
dalamnya sendiri sudah cukup bagi cerita untuk menjadi mungkin ......, tapi masih
seharusnya agak sulit untuk menyusup tanpa sebuah guild. Dana yang dikumpulkan
secara misterius semuanya diambil dan benteng itu sebagian hancur oleh api, namun
hanya beberapa elf yang dilaporkan terlihat ......, jadi mungkin saja para penjarah
datang setelah api padam. "

161 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
"Bagaimanapun, orang-orang yang memiliki elf mungkin akan takut karena kejadian
ini. Itu adalah pembalasan yang tidak biasa terhadap sebuah benteng yang kokoh.
Dalam situasi ini, perdagangan yang benar dengan para elf dari hutan besar telah
semakin jauh ...... Kakak yang bodoh, Kau telah melakukan sesuatu yang sama sekali
tidak perlu! Kau akan menyia-nyiakan perjanjian 400 tahun sebelum kadaluarsa! "

Dia mengeluh tentang kakak laki-lakinya yang lebih tua sambil mendesah.

"Namun, kekuatan faksi Pangeran Douglass telah sangat berkurang oleh peristiwa ini.
Para bangsawan yang hanyut ke sini akan bertambah. Kita harus menyaksikan
tindakan Sekte agungnya dalam waktu dekat. "

"Nah, Kakak Sect mungkin mengambil kesempatan ini untuk dengan senang hati
mengambil celah dengan ributnya faksi Douglass. Mungkin lebih baik berbicara dengan
benar dengan para elf mengenai situasi ini ...... Kami hanya memiliki perdagangan
yang layak melalui dukedom Duke Rinburuto, jadi kami memerlukan cara untuk
menjalin hubungan langsung dengan mereka. "

Setelah beban lebih ringan diapun mengangkat bahu, dia mengambil cangkir teh herbal
dan mengarahkan ke bibirnya. Aroma teh itu menggelitik hidung sang putri, saat dia
membuat ekspresi yang menyenangkan saat menikmati istirahat teh.

Kakaknya, Serena, menikah dengan Tashkent, archduke Rinburuto.

"Aku ingin tahu apakah onee-sama baik-baik saja ......"

Dia berkata begitu sambil mendesah sebelum melirik ke luar jendela lagi.

Awan abu-abu tebal menggantung di langit di atas ibu kota saat hujan dengan cepat
mulai turun.

162 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
163 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
164 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
165 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i
CREDIT
PDF BY OVERLORDFREE
TRANSLATOR :

Baka-tsuki
Overlordfree
Beli Novelnya Jika sudah ada dikota anda

166 | O v e r l o r d f r e e . o r g | B a k a t s u k i

Anda mungkin juga menyukai