Anda di halaman 1dari 296

Light Novel

Division

Pengarang : Kawahara Reki


Sumber Terjemahan : Baka-tsuki
Editor : Yuuki Nurdin
Pembuat PDF : Yuuki Nurdin

Dilirang keras memperjual belikan Ebook ini tanpa sepengetahuan penulis dan
penerbit terkait.

Ebook ini dibuat semata-mata hanya untuk koleksi. Saya tidak bertanggung jawab
atas Hak Cipta konten dalam Ebook ini.

Selamat Membaca ~~ (^_^)


Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Prolog

Sebuah kastil besar yang terbuat dari batu dan baja melayang di langit yang
tak berujung.

Itu semua adalah dunia ini.

Butuh waktu sebulan bagi sekelompok craftsman yang tidak punya kerjaan
untuk meninjau lantai dasar yang mempunyai diameter sekitar 10 kilometer--
yang cukup luas untuk memasukan seluruh Setagaya-ku (T/N: Setagaya adalah
nama dari salah satu kota di jepang) kedalamnya. Diatas sana terdapat 100 lantai
yang tersusun lurus ke atas; ukurannya sangat luar biasa. Bahkan sangat mustahil
untuk menebak berapa banyak data yang digunakan untuk membuatnya.

Di dalamnya terdapat beberapa kota besar bersama dengan banyak kota dan
desa kecil, hutan dan padang rumput, dan bahkan ada danau. Hanya satu tangga
yang menghubungkan setiap lantai, dan tangga itu berada di ruang bawah tanah
tempat di mana banyak monster berkeliaran; jadi menemukan dan melewatinya
bukan hal yang mudah. Namun, ketika seseorang melewatinya dan sampai di
sebuah kota di lantai atas, <Teleport Gates> di lantai itu dan semua kota di lantai
bawah akan terhubung sehingga memungkinkan semua orang untuk berpindah
dengan bebas ke lantai ini.

Dengan kondisi seperti ini, kastil besar itu perlahan lahan di taklukan.

Nama kastil itu adalah <Aincrad>, sebuah dunia pertarungan menggunakan


pedang yang terus melayang dan masih mengurung kurang lebih 6 ribu orang di
dalamnya. Atau lebih di kenal dengan nama-----

<Sword Art Online>

1|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bab 1 - Sang Pendekar Hitam (Lantai ke-35 Aincrad, Februari


2024)

Silica adalah salah satu dari «Beast Tamer» yang langka di SAO, atau mungkin
lebih tepatnya “pernah”. Familiar miliknya, simbol dari seorang beast tamer,
sudah tidak ada lagi.

Beast Tamer bukanlah class atau skill yang diberikan oleh sistem, melainkan
istilah yang digunakan oleh para pemain.

Dalam suatu kejadian yang langka, monster yang agresif menunjukkan


ketertarikannya terhadap para pemain. Kalau kalian tidak melewatkan
kesempatan itu, kalian bisa berhasil menjinakkan monster tersebut dengan
memberikannya sesuatu untuk dimakan. Lalu si monster akan menjadi «Familiar»
si pemain dan mengabdi sebagai rekan yang berharga yang membantu si pemain
dengan berbagai cara. Para pemain menyebut mereka yang telah berhasil
melakukan hal itu sebagai beast tamer disertai campuran pujian dan rasa iri.

Tentu saja, tidak semua monster bisa menjadi familiar; hanya sedikit sekali
ragam monster yang bisa. Kondisi untuk memicu terjadinya event tersebut pun
tidak jelas, namun satu-satunya syarat yang diyakini semua orang adalah
eventnya tidak akan terjadi jika si pemain membunuh terlalu banyak monster
jenis itu.

Ini adalah kondisi yang lumayan susah jika kalian pikirkan lagi. Bahkan jika
seseorang mencoba untuk mendapatkan seekor familiar dengan menemui
monster itu berulang-ulang, monster-monster tersebut bersifat agresif dan sang
pemain tidak bisa menghindari pertarungan dengan mereka. Dengan kata lain,
jika seseorang berkeinginan untuk menjadi seorang Beast Tamer, mereka harus
terus menemui monster yang diinginkan, dan jika eventnya tidak terjadi mereka
harus terus kabur. Tidak sulit untuk membayangkan betapa merepotkannya
semua hal tersebut.

Kalian bisa bilang Silica sangat beruntung dalam perkara ini.

2|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dengan tanpa pengetahuan tentang permasalahan tadi, ia telah memasuki


suatu hutan tanpa alasan apapun di lantai yang ia kunjungi hanya karena ia
sedang ingin saja. Monster pertama yang ia jumpai tidak menyerangnya, tetapi
hanya mendekatinya. Kemudian ia memberikan monster itu sebuah kacang yang
ia beli hari sebelumnya tanpa banyak pikir, dan ternyata kacang itu adalah
makanan yang disukai oleh si monster.

Monster tersebut adalah seekor «Naga Berbulu». Seluruh tubuhnya dilapisi


oleh bulu-bulu biru pucat yang lembut, dan ia memiliki dua bulu yang panjang
sebagai ganti dari ekor. Naga kecil tersebut adalah monster yang sangat jarang
dijumpai. Mungkin Silica adalah orang pertama yang berhasil menjinakkannya,
karena ia langsung menjadi pusat perhatian saat ia kembali ke kota asalnya
«Friben» di lantai delapan dengan si naga kecil menduduki pundaknya. Hari
berikutnya, tak terhitung banyaknya pemain yang mencoba untuk menjinakkan
Naga Berbulu setelah mendengar informasi dari Silica, namun tidak ada yang
berhasil.

Silica menamai naga kecil tersebut «Fina». Nama itu sama dengan nama yang
ia berikan pada kucing miliknya di dunia nyata.

Monster-monster familiar dikenal memiliki stats yang rendah untuk


pertarungan sebenarnya dan Fina bukanlah pengecualian. Tapi sebagai gantinya
mereka memiliki sejumlah skill spesial: kemampuan memindai yang
memperingatkan sang pemain bahwa ada monster yang mendekat, skill yang
sedikit menyembuhkan si pemain, dan sebagainya. Semua skill tersebut lumayan
berguna dan menjadikan perburuan sehari-hari jauh lebih mudah. Tapi yang
paling menyenangkan Silica adalah kehangatan dan kenyamanan yang dibawa
oleh keberadaan Fina.

AI dari seekor familiar memang tidak begitu hebat. Tentu saja, familiar tidak
bisa bicara, dan mereka hanya bisa mengerti beberapa lusin perintah. Tapi bagi
Silica, yang memasuki game tersebut saat dia hanya berusia dua belas dan
tengah diliputi rasa takut dan gelisah, Fina adalah penyelamat yang sulit
dijelaskan dengan kata-kata. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa
«Petualangan» Silica --- yang sebenarnya berarti «Hidup» di sini --- dimulai oleh
Fina.

3|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Setelah setahun, Silica dan Fina telah naik level dengan lancar dan
kemampuannya sebagai pemakai pisau sudah cukup baik. Itulah yang
membuatnya lumayan terkenal diantara para pemain level pertengahan sebagai
salah satu yang terbaik dari mereka.

Tentu saja, dia masih jauh dari para petarung kelas atas yang bertempur di
garis depan; tapi di sisi lain, beberapa ratus orang yang bertekad untuk
menyelesaikan game ini diantara total tujuh ribu pemain lebih jarang terlihat
dibanding para beast tamer. Karena itulah, menjadi terkenal diantara para pemain
rata-rata kurang lebih sama dengan menjadi seorang idola di dalam game ini.

Karena pemain perempuan itu agak jarang, apalagi yang seumurannya, tidak
butuh waktu lama bagi «Dragon Master Silica» untuk menjadi pemain terkenal
dengan banyak penggemar. Ia menerima banyak sekali undangan dari kelompok
dan guild yang menginginkan seorang pemain idola dan bagi Silica yang baru
berusia tiga belas tahun, menjadi terlalu bangga dengan dirinya sendiri sudah tak
terhindarkan lagi. Tetapi akhirnya, harga diri itu menyebabkannya melakukan
kesalahan yang tidak dapat dia ubah lagi sebesar apapun penyesalannya.

Sebuah pertengkaran karena hal kecil memulai semuanya.

Waktu itu Silica berada di dalam hutan yang sangat luas di utara lantai tiga
puluh lima, dikenal sebagai «Hutan Pengembaraan», dengan kelompok yang ia
jumpai dua minggu sebelumnya. Saat itu, garis depan sudah jauh di lantai lima
puluh lima, jadi lantai tiga puluh lima sudah terselesaikan. Tapi para petarung
kelas atas tidak peduli dengan hal selain menyelesaikan area labirin, jadilah sub-
dungeon seperti «Hutan Pengembaraan» populer sebagai target bagi para
pemain rata-rata.

Karena kelompok enam orang yang dimasuki Silica tersusun dari para
petarung tangguh, mereka telah bertempur dari pagi dan menemukan item yang
lumayan banyak, termasuk beberapa peti harta karun. Tapi ketika matahari mulai
terbenam dan mereka semua mulai kehabisan ramuan penyembuh, mereka mulai
berjalan pulang ke area tempat tinggal. Seorang pemain wanita yang langsing
yang menggunakan tombak lalu mengucapkan sesuatu, mungkin untuk
mengatur Silica.

4|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Kita akan membagikan item-itemnya begitu sampai. Tapi karena kamu


disembuhkan kadalmu, kamu ga akan butuh kristal penyembuhnya kan?"

Silica merasa tersinggung lalu menyerang balik.

"Kamu bahkan tidak maju ke depan dan cuma berkeliaran di belakang


kelompok, jadi kamu juga tidak pakai kristal."

Setelah itu, pertengkaran semakin memanas, dan usaha sang ketua tim,
seorang pengguna pedang dan perisai, untuk menghentikannya sama sekali
diabaikan. Akhirnya, dalam kemarahan Silica berkata:

"Aku tidak butuh item-itemnya. Aku tidak akan sekelompok dengan kalian
lagi. Lagian banyak orang yang ingin sekelompok denganku!"

Mengabaikan saran sang ketua untuk setidaknya tetap bersama dengan


kelompok sampai mereka keluar dari hutan tersebut dan sampai di area tempat
tinggal, dia meninggalkan grup itu dan berjalan tanpa arah di sebuah jalur kecil.

Walaupun dia sendirian, dia telah menguasai tujuh puluh persen skill pisaunya
dan mempunyai Fina untuk mendukungnya, jadi monster-monster lantai tiga
puluh lima bukan masalah baginya. Dia dapat melalui hutan itu dan kembali ke
area tempat tinggal tanpa masalah apapun. Itu, kalau dia tidak tersesat.

Bukan tanpa alasan hutan itu dijuluki «Hutan Pengembaraan».

Hutan yang sangat besar itu dipenuhi pohon-pohon besar yng menjulang
tinggi dan terbagi menjadi area-area seperti papan catur; satu menit setelah
kalian menjejakkan kaki di sebuah area, area itu akan disambungkan oleh warp ke
area lain yang sama sekali berbeda secara acak. Jika kalian ingin keluar dari hutan
itu, kalian harus melalui setiap area dalam satu menit, atau membeli peta yang
mahal dari sebuah toko di area tempat tinggal, yang memeriksa area-area yang
tersambung dengan lokasi kalian ketika kalian melewati hutan tersebut.

Tapi satu-satunya orang dengan peta itu hanyalah si ketua. Karena


menggunakan kristal teleport di dalam Hutan Pengembaraan justru menteleport
kalian ke area lain di hutan bukannya kembali ke kota, Silica harus mencoba
melewati tiap area. Namun berlarian diantara akar pohon yang besar-besar dan

5|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

mengikuti jalan setapak yang berliku-liku ternyata lebih sulit dari yang ia
bayangkan.

Silica memutuskan untuk terus menuju arah utara, tetapi karena batas
waktunya selalu terlewat persis sebelum dia dapat mencapai ujung area tersebut,
maka dia selalu berakhir di suatu area tak dikenal lagi dan lagi. Sebentar
kemudian dia mendekati batas kesadarannya sebelum pingsan karena kelelahan.
Cahaya merah dari matahari terbenam semakin menua dan dia merasa semakin
cemas melihat langit menggelap dan peluangnya keluar dari dungeon tersebut
makin mengecil.

Akhirnya, Silica berhenti berlari dan mulai berjalan, berharap dia bisa sampai
ke area di ujung hutan secara kebetulan. Tapi keberuntungan tidak berpihak
padanya, dan banyak monster yang menyerangnya setiap kali dia tersandung.
Bahkan dengan levelnya yang jauh lebih tinggi, saat hari semakin gelap dia
bahkan tidak bisa melihat apa yang ada di tanah dengan jelas. Walau dia
memiliki Fina untuk menolongnya, dia tidak berhasil keluar dari setiap
pertarungan tanpa terluka dan akhirnya dia menghabiskan tidak hanya
ramuannya yang tersisa tapi juga ramuan penyembuh darurat miliknya.

Seakan merasakan kegelisahan Silica, Fina membelai pipi Silica dengan


kepalanya selagi mendengkur di bahunya. Silica menyesali ketergesaan dan
harga dirinya yang telah membuatnya terjebak dalam situasi ini seraya membelai
leher panjang partnernya dengan gaya menenangkan.

Sambil berjalan dia bergumam dalam pikirannya:

"Maafkan aku. Aku tak lagi berpikir aku ini istimewa. Jadi tolong biarkan aku
keluar dari hutan ini saat aku melakukan warp berikutnya."

Dia melangkah ke zona warp lain sambil berdoa. Setelah gelombang


memusingkan yang singkat, yang muncul di hadapannya adalah hutan belantara
yang sama dengan yang telah ia lihat di waktu-waktu sebelumnya. Bahkan tidak
ada tanda-tanda dataran di kegelapan dibalik pohon-pohon tinggi itu.

Ketika Silica yang kecewa mulai berjalan lagi, Fina dengan cepat mengangkat
kepalanya dan mengeluarkan pekikan tajam. Sebuah peringatan. Silica segera
mengambil pisaunya dan mengarahkannya ke arah yang ditatap Fina dari tadi.

6|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Beberapa detik kemudian, sebuah geraman pelan terdengar dari balik sebuah
pohon besar yang tertutup lumut. Begitu Silica memfokuskan pandangannya,
muncul sebuah kursor kuning. Mereka ada beberapa. Dua, bukan... tiga. Nama
monsternya «Kera Mabuk». Mereka salah satu monster terkuat di Hutan
Pengembaraan. Silica menggigit bibirnya.

Walaupun begitu---

Mereka tidak seberbahaya itu jika hanya melihat levelnya. Ketika pemain level
menengah, seperti Silica, pergi ke medan perburuan, sudah menjadi akal sehat
untuk beberapa level lebih tinggi dari monster yang muncul. Biasanya, level
mereka cukup tinggi untuk mengalahkan lima monster sendirian tanpa
menggunakan item penyembuh.

Alasannya adalah, tidak seperti para petarung kelas atas di garis depan,
pemain-pemain kelas menengah berpetualang untuk mendapatkan coll yang
cukup untuk hidup sehari-sehari, untuk mendapatkan cukup experience supaya
dapat bertahan di kisaran level rata-rata, dan terakhir untuk menghilangkan
kebosanan. Diantara alasan-alasan ini, tidak satupun yang patut untuk
mempertaruhkan nyawa kalian untuknya. Bahkan, masih ada sekitar seribu
pemain di «Starting City» yang menolak untuk meningkatkan kemungkinan tewas
sekecil apapun.

Tapi seseorang butuh penghasilan tetap untuk makan dan tidur. Ditambah
lagi, semua pemain MMORPG seperti terkena wabah yang membuat mereka
merasa tidak aman jika mereka setidaknya berada di level rata-rata. Karena inilah,
setelah satu tahun setengah setelah game ini dimulai, kebanyakan pemain
sekarang bepergian ke medan perburuan dengan level yang jauh lebih tinggi
untuk menikmati petualangan di dunia ini.

Karenanya, para Kera Mabuk, yang dibanggakan sebagai salah satu dari
monster terkuat di lantai tiga puluh lima, bukan benar-benar tantangan bagi
Silica; setidaknya begitulah yang seharusnya.

Silica mengangkat pisaunya seraya memaksa pikirannya untuk berkonsentrasi.


Fina juga melayang naik sebagai persiapan bertarung.

7|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Monster-monster yang muncul dari belakang pohon tersebut merupakan


antropoid yang tertutup bulu merah tua. Mereka memegang pentungan kasar di
tangan kanannya dan sejenis kundur yang diikat oleh sebuah benang di tangan
kirinya.

Begitu kera-kera tersebut mengangkat pentungannya dan memperlihatkan


gigi mereka untuk meraung, Silica menyerbu ke arah kera yang di depan untuk
melakukan serangan pertama. Dia berhasil melakukan pukulan telak dan
mengurangi HP kera itu lumayan banyak dengan «Rapid Bite», sebuah skill pisau
tipe menyerbu kelas menengah, lalu melakukan sebuah combo berkecepatan
tinggi yang merupakan salah satu keuntungan terbesar dari menggunakan pisau.

Para Kera Mabuk menggunakan skill-skill gada tingkat rendah, dan walaupun
setiap pukulan memiliki kekuatan yang dahsyat, mereka lamban dan tidak
memiliki kombo multi-pukulan. Silica menghujani Kera Mabuk itu dengan
serangan lalu mundur sejenak hanya untuk menyerbu lagi untuk memulai
penyerangan baru. Setelah melakukannya beberapa kali, HP Kera Mabuk tersebut
telah berkurang banyak dalam waktu sebentar. Kadang-kadang, Fina juga
menggunakan serangan nafasnya yang seperti gelembung untuk
membingungkan musuh.

Tetapi persis sebelum dia akan menggunakan skill keempatnya «Fad Edge»
dan membunuh kera pertama...

Seekor lawan baru muncul dari belakangnya, bertukar dengan si kera pertama
selama waktu jeda yang singkat. Silica tidak punya pilihan selain mengganti
sasarannya dan mulai menyerang si kera kedua. Si kera pertama lalu mundur dan
mengayunkan kundurnya dengan tangan kirinya—

Silica terkejut begitu dia melihat sekilas bar HP si Kera Mabuk pertama. Bar HP
nya terisi kembali dengan kecepatan mengagumkan. Tampaknya kundur tersebut
mengandung sejenis cairan penyembuh.

Dia telah menghadapi Kera Mabuk di lantai tiga puluh lima sebelumnya, tetapi
waktu itu mereka hanya berdua, dan dia membunuh keduanya sebelum mereka
punya kesempatan untuk bertukar, jadi dia tidak mengetahui skill spesial ini.
Silica mengertak giginya dan berkonsentrasi untuk menghabisi si kera kedua
dengan benar.

8|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Namun begitu dia mengurangi bar HP si kera ke zona merah dan


memperlebar jarak diantara mereka untuk memulai serangan terakhirnya, kera itu
bertukar dengan kera lainnya. Kera mabuk yang ketiga. Pada saat itu kera yang
pertama sudah hampir mengisi penuh bar HP nya.

Kalau begini terus tidak akan ada akhirnya. Mulut Silica mengering karena
gelisah.

Silica memang sebenarnya hampir tidak punya pengalaman bertarung solo


sama sekali. Walaupun dia mempunyai keuntungan karena perbedaan level yang
besar sekali, itu hanyalah angka-angka; kemampuan sebenarnya si pemain adalah
hal yang sama sekali berbeda. Kegelisahan yang muncul di pikiran Silica mulai
berubah menjadi rasa bingung. Dia mulai lebih sering meleset, sehingga
memberikan ruang untuk lawannya menyerang balik.

Ketika dia berhasil mengurangi sekitar setengah HP kera mabuk ketiga,


usahanya untuk terus melakukan combo menyebabkannya terjerembab. Sang
kera tidak melewatkan kesempatan itu dan menyerang balik, yang berhasil
mendaratkan sebuah pukulan telak.

Gada kayu nya dibuat dengan kasar, namun damage dasar dari beratnya
dikombinasikan dengan kekuatan si Kera Mabuk menyebabkan HP Silica
berkurang hampir tiga puluh persen. Rasa takut pun menyerang sekujur
tubuhnya.

Fakta bahwa dia telah kehabisan ramuan penyembuh menambah


kegugupannya. Nafas Fina memulihkan sekitar sepuluh persen HP nya, namun
kemampuan itu bukanlah sesuatu yang bisa Fina gunakan terlalu sering. Bahkan
dengan kemampuan itu pun, jika dia terkena serangan seperti itu tiga kali lagi ---
dia akan mati.

Mati. Silica membeku begitu kemungkinan tersebut melintas dalam


pikirannya. Tangannya tidak mau terangkat. Kakinya tidak mau bergerak.

Sampai sekarang, bertarung selalu mengasyikkan, tetapi selalu jauh dari


bahaya sesungguhnya. Silica sebelumnya tidak pernah berpikir bahwa bertarung
itu terhubung dengan «Kematian» sesungguhnya---

9|Page
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Saat dia berdiri membeku di depan Kera Mabuk yang meraung dan
mengangkat pentungannya lagi, Silica menyadari untuk kali pertama arti
sebenarnya dari bertarung dengan monster di SAO. Ini sebuah kontradiksi; SAO
adalah sebuah game, tapi di saat yang sama SAO bukanlah sesuatu untuk
dimainkan.

Dengan suara tumpul gada yang membelah udara, serangan tersebut


membentur Silica begitu dia berdiri dengan tegar. Dia tidak mampu menerima
dampaknya dan roboh ke tanah. HP nya berkurang banyak dan berubah menjadi
oranye.

Dia tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Dia bisa melarikan diri. Dia bisa
menggunakan kristal teleport. Masih ada pilihan lain yang bisa dia buat, namun
dia hanya terpana melihat pentungan itu saat si kera mengangkatnya untuk kali
ketiga.

Senjata yang kasar itu mengeluarkan sebuah kilauan merah, dan ketika dia
akan menutup matanya secara refleks---

Sebuah sosok kecil melompat ke ruang diantara Silica dan gada si kera.
Sebuah suara yang berat dan menakutkan terdengar. Bulu-bulu biru langit
berhamburan seketika begitu bar HP yang kecil itu turun ke angka nol.

Fina menatap Silica dengan matanya yang bulat dan biru setelah dia jatuh ke
lantai. Ia mengeluarkan geraman lemah lalu berhamburan menjadi polygon yang
tak terhitung banyaknya. Sebuah bulu ekor yang panjang melayang turun bagai
sedang menari.

Sesuatu meletup dalam diri Silica. Benang yang telah menjaganya sudah
menghilang. Sebelum rasa sedih sempat menyeruak, dia merasa marah: marah
kepada dirinya sendiri karena tidak dapat bergerak hanya karena telah terkena
satu serangan; dan sebelum itu, marah kepada dirinya sendiri karena takabur
untuk mencoba melalui hutan itu sendirian hanya karena ia merasa kesal oleh
pertengkaran kecil.

Dengan gerakan yang luwes Silica melangkah mundur, menghindari serangan


yang diayunkan ke arahnya oleh si monster. Dia lalu menyerbu dengan sebuah

10 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

teriakan. Pisau di tangan kanannya berkilau begitu menghujani si kera dengan


serangan.

Silica bahkan tidak mencoba untuk menghindari pentungan kera yang


bertukar dengan temannya setelah melihat HP temannya itu berkurang, namun
malah menangkisnya dengan tangan kirinya. HP nya berkurang, walaupun tidak
sebanyak jika terkena langsung. Tetapi ia mengabaikannya dan mengejar kera
ketiga, kera yang telah membunuh Fina.

Silica memanfaatkan perawakannya yang kecil, menerjang langsung ke arah si


kera, dan menusukkan pisaunya ke kera tersebut. Dengan sebuah efek pukulan
kritikal yang menyilaukan, HP musuhnya habis tak bersisa. Pertama suara jeritan,
lalu suara benda pecah yang terdengar.

Diantara sisa-sisa yang sedang berhamburan, Silica memalingkan tubuhnya


dan menyerbu ke arah sasaran baru. Bar HP nya sudah menjadi berwarna merah
yang berarti bahaya, tapi dia sudah tak peduli lagi. Dia hanya melihat musuh
yang harus ia bunuh, seakan diperbesar untuk memenuhi pandangan matanya.

Dia bahkan lupa rasa takutnya terhadap kematian dan baru akan mencoba
melakukan sebuah serbuan mematikan di bawah gada yang sedang mengayun.

Sebuah cahaya putih bersih memotong kedua Kera Mabuk itu begitu mereka
berdiri berdampingan.

Badan kedua kera itu masing-masing terbelah dua dalam sekejap; lalu mereka
pecah dan menghilang.

Silica berdiri dengan lunglai ketika dia melihat seorang pemain pria dibalik
pecahan-pecahan yang berhamburan. Dia berambut hitam dan memakai mantel
hitam. Dia memang tidak terlalu tinggi, namun aura keberadaan yang luar biasa
terpancar dari dirinya. Silica melangkah mundur begitu dia merasakan rasa takut
yang naluriah. Mata mereka bertemu.

Tetapi matanya sunyi dan sedalam kegelapan. Anak laki-laki itu


menyarungkan pedang satu tangannya ke dalam sarung pedang di punggungnya
dengan bunyi berderang lalu membuka mulutnya.

"Maafkan aku. Aku gagal menyelamatkan temanmu"

11 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dia kehilangan tenaga begitu mendengarnya. Dia tidak dapat lagi menahan
air mata membasahi pipinya. Dia bahkan tidak menghiraukan pisaunya terlepas
dari tangannya dan jatuh ke tanah. Segera setelah dia melihat bulu biru langit di
tanah, dia langsung berlutut di hadapannya.

Setelah kemarahannya hilang, perasaan sedih dan kehilangan menguasainya.


Mereka mewujud dalam bentuk air mata dan bergulir menuruni pipinya tanpa
henti.

Familiar tidak diprogram untuk menghentikan serangan sebagai perilaku


normalnya. Fina telah menghadang serangan itu dengan kemauannya sendiri ---
bisa dibilang itulah hasil dari cintanya terhadap Silica, yang telah menghabiskan
waktu setahun bersamanya.

Sambil mencengkram dirinya sendiri, Silica bergumam sambil menangis.

"Kumohon... jangan tinggalkan aku sendiri... Fina..."

Namun bulu biru langit itu tidak memberikan jawaban apapun.

"...Aku minta maaf."

Ucap si pemuda berpakaian serba hitam itu lagi. Silica menggelengkan


kepalanya dan mencoba mati-matian menghentikan air matanya.

"...Tidak... Aku yang... bertindak bodoh... terima kasih...telah


menyelamatkanku..."

Dia berhasil untuk memaksakan diri mengucapkan kata-kata tersebut begitu


dia berhenti menangis.

Pemuda itu berjalan perlahan ke arah Silica lalu berlutut di depannya sebelum
bertanya ragu-ragu.

"...Bulu itu, apa mungkin bulu itu punya nama item?"

12 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Terkejut oleh pertanyaan yang diluar perkiraan itu, Silica mengangkat


kepalanya. Dia menyeka air matanya lalu memalingkan tatapannya ke arah bulu
yang dimaksud.

Sekarang ketika dia memikirkannya lagi, memang aneh cuma bulunya yang
tersisa. Baik itu monster maupun manusia, makhluk di dunia ini biasanya tidak
meninggalkan apa-apa setelah mati, bahkan equipmentnya pun tidak. Silica
dengan ragu meraih bulu tersebut dengan tangannya lalu mengklik
permukaannya dengan jari telunjuk. Layar setengah transparan yang muncul
memperlihatkan nama dan berat bulu tersebut.

«Fina's Heart»

Begitu Silica akan mulai menangis lagi setelah melihatnya, si pemuda


menghentikannya.

"Tu-tunggu-tunggu. Kalau hatinya tertinggal, kamu bisa menghidupkannya


lagi."

"Apa!?"

Silica mengangkat kepalanya dengan tajam. Dia menatap wajah si pemuda


dengan mulut setengah terbuka.

"Itu ditemukan beberapa waktu lalu, jadi masih banyak orang yang belum
tahu. Ada dungeon bernama «Bukit Kenangan» di wilayah utara lantai empat
puluh tujuh. Lumayan susah walaupun namanya begitu... tapi katanya bunga
yang mekar di puncaknya adalah item penghidup famili-."

"Be-Beneran!?"

Silica berdiri dan bersorak sebelum si pemuda selesai bicara. Rasanya harapan
membanjiri dadanya, yang dipenuhi rasa duka. Tapi—

"...Lantai empat puluh tujuh..."

Silica bergumam dan mengendurkan bahunya. Itu dua belas lantai di atas level
ini, lantai tiga puluh lima. Pastinya bukan area yang aman bagi Silica.

13 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Persis ketika ia memalingkan matanya yang kecewa ke lantai.

"Hmm—"

Pemuda di hadapannya berkata dengan suara terganggu.

"Aku bisa mengambilkannya buatmu kalau kamu memberiku ongkos dan


sejumlah biaya, tapi mereka bilang bunga itu hanya muncul kalau beast tamer
yang kehilangan familiarnya ikut pergi..."

Silica tersenyum kepada swordsman yang tak disangka-sangka ternyata baik


itu dan berkata:

"Tidak... Aku senang dengan informasi yang kamu kasih. Kalau aku bekerja
keras untuk naik level, suatu hari aku akan bisa..."

"Alasan kenapa kamu ga bisa melakukan itu adalah, katanya familiar cuma
bisa dihidupkan lagi dalam waktu empat hari setelah mereka mati. Setelah itu,
nama itemnya akan berubah dari «Heart» menjadi «Remains»..."

"Apa...!"

Silica tidak mampu menahan dirinya berteriak.

Sekarang levelnya empat puluh empat. Kalau SAO merupakan RPG biasa,
lantai dungeon akan sesuai kesulitannya dengan pemain berlevel sama. Tapi
karena SAO adalah game kematian yang gila, area yang aman adalah sekitar
sepuluh level di bawah sang pemain.

Dengan kata lain, untuk menjelajahi lantai empat puluh tujuh, Silica harus
setidaknya mencapai level lima puluh lima. Tetapi bagaimanapun ia
memikirkannya, tidak mungkin naik sepuluh level hanya dalam empat hari... tidak,
dua hari kalau dia menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
dungeonnya. Dia cuma berhasil mencapai levelnya sekarang karena dia
berpetualang dengan tekun.

Silica menjatuhkan kepalanya dan keputusasaan menguasainya sekali lagi. Dia


mengambil bulu Fina dari tanah dan memeluknya dengan lembut di dadanya. Air
matanya bermunculan saat dia mengutuk kebodohan serta ketidakberdayaannya.

14 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Silica menyadari si pemuda mulai berdiri lagi. Ia pikir dia akan pergi dan ia
setidaknya harus mengucapkan selamat jalan, namun ia tidak memiliki energi lagi
untuk membuka mulutnya—

Tapi tiba-tiba, layar setengah transparan muncul di hadapannya. Sebuah layar


transaksi. Saat Silica mengangkat kepalanya, dia melihat pemuda itu sedang
memanipulasi layar lainnya. Item-item mulai bermunculan satu per satu dalam
seksi transaksi. «Silver Thread Armor», «Ivory Dagger»... Semuanya adalah
equipment yang Silica bahkan belum pernah melihatnya.

"Errm..."

Ketika dia membuka mulutnya ragu-ragu, si pemuda menjelaskan dengan


santai:

"Ini seharusnya cukup untuk sekitar lima, enam level. Kalau aku pergi
denganmu seharusnya tidak apa-apa."

"Apa...?"

Silica berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Dia tidak bisa mengira apa yang
dipikirkan pemuda itu, jadi dia melihat langsung ke arahnya. Tapi karena
sistemnya SAO, yang dapat dilihatnya hanyalah bar HP si pemuda; dia bahkan
tidak bisa mengetahui nama atau levelnya.

Sulit untuk menebak berapa umurnya. Equipmentnya berwarna serba hitam.


Kekuatan dan ketenangan yang terpancar darinya membuatnya terlihat beberapa
tahun lebih tua dari Silica, namun matanya yang tertutup oleh poninya yang
panjang entah mengapa tampak tidak berdosa, dan garis-garis wajahnya yang
feminin membuatnya terlihat sedikit seperti perempuan. Silica dengan hati-hati
bertanya:

"Kenapa... kamu baik banget...?"

Sebenarnya, dia sangat waspada.

Sampai sekarang, beberapa pemain pria yang jauh lebih tua dari Silica telah
mencoba mendapatkan cintanya; bahkan dia pernah mendapatkan lamaran
sekali. Bagi Silica, yang baru berusia tiga belas tahun, pengalaman-pengalaman

15 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

ini hanya memberinya rasa takut. Dia bahkan belum pernah mendapatkan
pernyataan cinta di dunia nyata.

Tidak terelakkan lagi, Silica jadi mulai menghindari pemain pria yang tampak
memiliki ketertarikan semacam itu. Lagipula, «selalu ada motif dibalik kata-kata
manis» adalah akal sehat di Aincrad.

Pemuda itu menggaruk kepalanya lagi, seakan kehabisan jawaban. Ia


membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, lalu menutupnya lagi. Setelah
itu, dia mengalihkan pandangannya, kemudian bergumam dengan suara pelan:

"...Yah, ini bukan komik... Aku akan bilang kalau kamu janji ga akan tertawa."

"Aku ga akan ketawa."

"Itu karena... kamu mirip sama adikku."

Mendengar jawaban seperti manga ini, Silica tidak bisa menahan dirinya untuk
tidak tertawa. Ia menutup mulutnya dengan tangannya, tapi dia tidak bisa
menahan tawanya yang meluap-luap.

"Kamu, kamu bilang kamu ga akan ketawa..."

Ekspresi terluka terlihat di wajah si pemuda lalu dia mengendurkan bahunya


sambil mulai mendongkol. Membuat tawa Silica semakin keras lagi.

16 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

17 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

—Dia bukan orang jahat...

Sambil tertawa, Silica memutuskan untuk mempercayai kebaikan pemuda ini.


Dia sudah pernah bertekad untuk mati. Kalau untuk menyelamatkan Fina, tidak
ada alasan baginya untuk menahan diri.

Silica membungkuk dan berkata:

"Kuharap kita berteman baik. Kamu sudah menolongku, dan bahkan


menawarkan untuk melakukan hal seperti ini untukku..."

Dia menatap layar transaksi itu lalu memasukkan semua Coll yang dimilikinya.
Ada lebih dari sepuluh equipment yang diberikan pemuda itu, dan semuanya
terlihat seperti item langka yang tidak bisa dibeli di toko.

"Yah... mungkin ini terlalu kecil, tapi..."

"Enggak, kamu ga perlu bayar. Ini semua cuma cadangan dan ini juga
berhubungan dengan alasan kenapa aku datang ke sini..."

Ketika dia mengucapkan sesuatu yang tidak dapat dimengerti Silica, si


pemuda menekan tombol OK tanpa menerima uang sedikitpun.

"Terima kasih. Sungguh.... Oh, aku Silica."

Saat dia mengucapkan namanya, dia setengah berharap pemuda itu terkejut
karenanya, tapi nampaknya pemuda itu tidak mengenal namanya. Dia merasa
terabaikan untuk sejenak, tetapi kemudian dia ingat bahwa sisinya yang inilah
yang membuatnya berakhir seperti ini.

Si pemuda mengangguk kecil lalu menjulurkan tangan kanannya.

"Aku Kirito. Salam kenal."

Mereka berjabatan tangan.

Pemain yang dipanggil Kirito itu mengeluarkan sebuah peta Hutan


Pengembaraan dari kantong yang tergantung di ikat pinggangnya. Dia melihat
area yang terhubung dengan pintu masuk lalu mulai berjalan. Sambil

18 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

mengikutinya, Silica membenamkan bulu Fina ke bibirnya dan bergumam dalam


pikirannya.

Tunggu, Fina. Sebentar lagi aku akan menghidupkanmu...

Area tempat tinggal di lantai tiga puluh lima diliputi suasana pedesaan
dengan bangunannya yang putih-putih serta atapnya yang merah-merah.
Desanya sendiri memang tidak begitu besar, namun merupakan area
berpetualang utama bagi para pemain level menengah saat ini, jadi ada lumayan
banyak orang yang berjalan kesana kemari.

Kota asal Silica adalah Desa Friben, yang terletak di lantai delapan; namun
karena ia belum membeli rumah, tinggal di penginapan manapun di lantai
berapa saja tidak begitu terasa berbeda baginya. Yang paling penting adalah rasa
dari makanan yang disajikan. Silica menyukai cheesecake yang dimasak NPC
disini, jadi dia telah tinggal disini sejak dua minggu lalu saat dia mulai
berpetualang di Hutan Pengembaraan.

Sewaktu ia memandu Kirito, yang seakan terpesona melihat sekelilingnya,


beberapa wajah yang ia kenal memulai percakapan dengannya. Mereka mencoba
membujuk Silica untuk bergabung dengan kelompoknya setelah mendengar
rumor dia telah keluar dari kelompok lamanya.

"Erm, Yaa... terima kasih atas tawarannya, tapi..."

Dia membungkuk saat menolak tawaran-tawaran itu agar mereka tidak sakit
hati. Kemudian dia melirik Kirito, yang berdiri di sampingnya, dan melanjutkan
perkataannya:

"...Aku akan sekelompok dengan orang ini untuk beberapa waktu..."

Apa!? Beneran!? Ucap orang-orang yang mengerumuni Silica dengan marah


lalu menatap Kirito dengan curiga.

Silica sudah melihat sedikit kemampuan Kirito; tapi ketika kalian


memperhatikan swordsman hitam yang cuma berdiri disana, dia tidak terlihat
sekuat itu.

19 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dia tidak memakai equipment mahal satupun—dia tidak pakai armor sama
sekali dan hanya memakai sebuah jaket tua yang terlihat usang di atas kaosnya—
yang ia miliki hanyalah sebuah pedang satu tangan yang sederhana; dia bahkan
tidak punya tameng.

"Hei, kau—"

Pengguna dua pedang berpostur tinggi yang tadi paling gigih mengajak Silica
bergabung berjalan ke arah Kirito. Sambil meremehkan Kirito dia membuka
mulutnya:

"Kau wajah baru, tapi kau ga boleh memotong antrian. Kami sudah mengincar
Silica lumayan lama."

"Yah, aku ga tahu; entah kenapa kita berakhir seperti ini..."

Kirito menggaruk kepalanya dengan muka bermasalah.

Dia setidaknya bisa berdebat sedikit, pikir Silica dengan sedikit kecewa,
kemudian ia berkata ke si pengguna dua pedang:

"Erm, itu aku yang minta. Aku minta maaf!"

Silica membungkuk untuk terakhir kalinya lalu melangkah pergi sambil


menarik ujung jaket Kirito.

"Aku akan mengirim pesan untuk kalian lain kali~."

Silica berjalan dengan cepat, hendak melepaskan diri dari kerumunan itu, yang
belum sepenuhnya menyerah, secepat mungkin. Dia memotong melewati
gerbang plasa menuju jalan utama.

Ketika mereka akhirnya tidak dapat para pemain itu lagi, Silica mengambil
nafas panjang dan melihat ke arah Kirito.

"...Aku, aku minta maaf. Karena telah membuatmu mengalami semua masalah
ini."

"Tidak apa-apa."

20 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito menjawab dengan senyuman kecil seakan dia tidak terganggu sama
sekali.

"Silica-san lumayan populer ya."

"Tolong panggil aku Silica saja... Itu bukan karena aku populer; mereka cuma
mengajakku bergabung dengan kelompoknya untuk menjadi semacam maskot,
sungguh. Tapi... Kupikir aku ini spesial... dan masuk ke hutan sendirian... dan
akhirnya..."

Air matanya mengalir alami begitu dia teringat dengan Fina.

"Tenanglah."

Ujar Kirito dengan suara kalem.

"Kita pasti akan menghidupkan Fina lagi, jadi jangan khawatir."

Silica menghapus air matanya dan tersenyum pada Kirito. Cukup aneh
memang, rasanya dia mempercayai kata-kata orang ini.

Akhirnya, mereka dapat melihat sebuah bangunan dua lantai di sebelah kanan
mereka. Itu penginapan yang sering digunakan Silica: «Weathercock Tavern».
Sekarang begitu mereka sudah sampai, Silica sadar bahwa dia telah membawa
Kirito ke sini tanpa mengatakan apa-apa.

"Ah, rumahmu dimana, Kirito onii-chan?"

"Oh, di lantai lima puluh.... Tapi terlalu merepotkan untuk pergi ke sana
sekarang, jadi kayaknya aku akan bermalam di sini saja."

"Ah, oke!"

Silica kegirangan karena beberapa alasan lalu menepukkan kedua tangannya.

"Cheesecake disini benar-benar enak."

Dia baru saja akan mengajak Kirito masuk ke penginapan dengan menarik
jaketnya ketika empat pemain keluar dari toko disebelah mereka berdua. Mereka
adalah anggota kelompok yang berburu bersamanya selama dua minggu

21 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

terakhir. Pemain-pemain pria yang muncul pertama tidak melihat Silica dan
langsung menuju ke plasa, tapi pemain wanita yang muncul belakangan menoleh
ke belakang dan refleks, mata mereka bertemu.

"...!"

Itu wajah yang paling tidak ingin dilihat Silica saat ini. Pengguna tombak yang
menyebabkan pertikaian yang membuat Silica keluar dari kelompoknya. Dia baru
saja akan melangkah masuk ke penginapan dengan kepala ditundukkan tapi...

"Oh, bukannya ini Silica?"

Panggil si pengguna tombak, menyebabkan Silica tidak punya pilihan selain


berhenti melangkah.

"...Iya."

"Ho~, entah bagaimana kamu berhasil keluar dari hutan itu. Itu melegakan."

Pemain bernama Rosalia itu, dengan rambut merah tuanya yang keriting acak-
acakan, berkata dengan senyum miring.

"Tapi kamu sudah telat. Kita sudah membagi-bagikan item-itemnya."

"Sudah kubilang aku ga membutuhkannya! — Aku sedang sibuk sekarang jadi


selamat tinggal!"

Silica mencoba mengakhiri percakapan itu, tapi tampaknya pihak yang satu
lagi tidak berniat membiarkannya pergi saja.

"Oh? Apa yang terjadi sama kadal itu?"

Silica menggigit bibirnya. Kalian tidak bisa menaruh familiar di inventaris atau
menitipkannya ke orang lain. Dengan kata lain, hanya ada satu alasan mengapa
familiarnya tidak ada. Rosalia kemungkinan besar juga mengetahuinya, tetapi dia
melanjutkannya dengan senyuman kecil.

"Oh, apa mungkin...?"

"Mati.... Tapi!"

22 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Silica membelalak kepada si pengguna tombak.

"Aku akan menghidupkan Fina lagi!"

Rosalia, yang tengah tersenyum dengan sangat puas, melebarkan matanya.


Dia bahkan melakukan siulan pelan.

"Ho, jadi kamu mau pergi ke «Bukit Kenangan»? Tapi memangnya kamu bisa
sampai ke sana dengan level segitu?"

"Bisa."

Umum Kirito sebelum Silica sempat menjawab. Dia menyembunyikan Silica di


belakang jaketnya seakan untuk melindunginya.

"Dungeonnya tidak sesulit itu juga sih."

Rosalia melihat Kirito ke atas dan ke bawah dengan tatapan kasar kemudian
mengejeknya:

"Kau satu lagi yang naksir dia? Kau ga kelihatan kuat."

Silica mulai gemetar dengan geram. Dia melihat ke bawah sambil mencoba
menahan air matanya.

"Ayo pergi."

Kirito meletakkan sebelah tangannya di bahu Silica, kemudian Silica mulai


berjalan ke arah penginapan yang mereka tuju.

"Yah, semoga beruntung."

Suara tawa Rosalia terdengar di belakangnya, tapi dia tidak menengok ke


belakang.

Lantai pertama dari «Weathercock Tavern» adalah restoran besar. Kirito


mendudukkan Silica di sebuah meja lalu berjalan ke konter depan dimana
seorang NPC sedang menunggu. Setelah dia selesai check in, dia mengklik menu
di konter kemudian kembali dengan cepat.

23 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Segera setelah Kirito duduk di hadapannya, Silica membuka mulutnya untuk


meminta maaf karena dia telah membuat Kirito mengalami situasi yang begitu
tidak menyenangkan. Namun Kirito menghentikannya dengan mengangkat
tangannya kemudian tersenyum.

"Ayo kita makan dulu."

Seorang pelayan membawa dua mug panas tepat pada waktunya. Kedua
cangkir di depan mereka itu dipenuhi cairan merah; sebuah aroma misterium
tercium darinya.

"Untuk pembentukan kelompok kita."

Mereka menepukkan mug mereka masing-masing saat Kirito bersulang. Silica


lalu meneguk seisap cairan panas itu.

"...Enak..."

Bau dan rasa asam manisnya serupa dengan anggur yang dibolehkan oleh
ayahnya untuk dicoba di waktu silam. Tapi walaupun Silica sudah mencoba setiap
minuman yang ada di restoran ini selama dua minggu terakhir, dia tidak ingat
pernah mencoba yang ini.

"Erm, ini apa...?"

Kirito tersenyum sebelum dia menjawab:

"Kamu bisa bawa minuman botol denganmu ke restoran NPC. Ini item yang
kusebut «Ruby Ichor». Kalau kamu minum ini secangkir, ketangkasanmu akan
naik satu poin."

"Ini, ini sangat berharga...!"

"Yah, alkohol juga ga akan tambah enak kalau kusimpan di inventarisku juga
sih, dan aku ga kenal banyak orang jadi aku ga punya banyak kesempatan untuk
meminumnya..."

Kirito mengangkat bahunya dengan konyol. Silica tertawa kemudian meneguk


seisap lagi. Cita rasa yang entah bagaimana merindukan pelan-pelan

24 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

melembutkan hatinya, yang telah mengeras dikarenakan banyaknya hal


menyedihkan yang terjadi hari ini.

Setelah selesai minum, Silica menempelkan cangkirnya ke dadanya seakan ia


masih menantikan kehangatannya. Lalu dia menurunkan tatapannya ke meja dan
berkata pelan:

"...Kenapa... mereka bicaranya sekejam itu sih..."

Ekspresi Kirito berubah serius begitu ia meletakkan cangkirnya dan kemudian


membuka mulutnya.

"Apa SAO MMORPG pertamamu?"

"Iya."

"Oh iya — Di game online manapun, ada banyak pemain yang kepribadian
berubah begitu mereka memakai karakter mereka sebagai topeng. Ada yang
menjadi baik, ada juga yang menjadi jahat… Dulu mereka menyebutnya
roleplaying, tapi kupikir di SAO itu berbeda."

Tatapan Kirito menajam.

"Padahal kita lagi dalam situasi sulit... Yah, memang tidak mungkin untuk
semua pemain bekerjasama menyelesaikan game ini. Tapi terlalu banyak orang
yang senang melihat penderitaan orang lain, mencuri item—dan bahkan mereka
yang membunuh sesamanya."

Kirito melihat lurus ke arah Silica. Tampak ada kesedihan yang mendalam di
balik kemarahannya.

"Menurutku orang yang melakukan kejahatan disini juga benar-benar sampah


di dunia nyata."

Dia hampir mengatakan ini. Tapi kemudian dia sadar bahwa Silica sedikit
gemetar ketakutan, jadi dia tersenyum dan meminta maaf:

25 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Maaf... Aku bahkan tidak dalam posisi untuk membicarakan orang lain. Aku
jarang membantu orang lain. Bahkan aku—menyebabkan kematian rekan-
rekanku..."

"Kirito onii-chan..."

Silica menyadari kalau swordsman hitam yang duduk di hadapannya memikul


bekas luka yang mendalam di dirinya. Dia ingin menghiburnya, namun ia
membenci fakta bahwa kata-kata terlalu dangkal untuk menyampaikan apa yang
ingin dia ucapkan. Ia malah menggenggam tangan Kirito secara tidak sadar, yang
terkepal di atas meja, dengan kedua tangannya.

"Kirito onii-chan adalah orang baik. Onii-chan sudah menyelamatkan aku."

Pertama-tama, Kirito terkejut dan mencoba menarik kembali tangannya, tapi


dia segera tenang. Sebuah senyuman lembut tampak di bibirnya.

"...Nampaknya malah aku yang dihibur. Terima kasih, Silica."

Saat itu juga, Silica merasakan sebuah perasaan menyakitkan, seakan


jantungnya mengerut. Detak jantungnya bertambah cepat tanpa alasan.
Wajahnya terasa panas.

Dia dengan cepat menarik tangannya dan menekankannya di dadanya. Tetapi


rasa sakitnya tidak berhenti.

"Kamu ngapain...?"

Begitu Kirito bersandar mencondong ke depan di atas meja, Silica


menggelengkan kepalanya dan berhasil tersenyum.

"Bu, bukan apa-apa! Ah, Aku lapar!"

Setelah mereka selesai makan roti dan stew mereka dengan beberapa
cheesecake sebagai penutup, sudah jam delapan lewat. Mereka memutuskan
untuk cepat tidur sebagai persiapan untuk pergi ke lantai empat puluh tujuh
besok. Dua orang itu naik ke lantai dua, dimana ada kamar-kamar yang tak
terhitung banyaknya di kedua sisi koridor.

26 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kamar yang disewa Kirito, secara kebetulan, berada disamping kamar Silica.
Mereka saling mengucapkan selamat malam dengan senyuman.

Sesaat setelah memasuki kamarnya, Silica memutuskan sebelum dia berganti


pakaian, dia akan melatih beberapa combo untuk membiasakan diri dengan
pisau baru yang diberikan Kirito padanya. Dia mencoba untuk berkonsentrasi
pada senjatanya, yang sedikit lebih berat dari yang biasa ia pakai, tapi sakit di
dadanya menyulitkannya.

Setelah dia entah bagaimana berhasil merangkai lima serangan beruntun, dia
membuka layarnya, melepas perlengkapannya, dan kemudian berbaring di kasur
dengan pakaian dalamnya. Kemudian dia mengetuk dinding untuk mengeluarkan
menu pop-up lalu mematikan lampunya.

Seluruh tubuhnya terasa sangat letih, jadi ia pikir ia bisa tidur dengan mudah.
Namun untuk beberapa alasan, dia bahkan merasa kurang mengantuk dibanding
biasanya.

Semenjak mereka menjadi sahabat, dia selalu tidur dengan badan Fina yang
lembut di lengannya, jadi kasur yang luas itu seperti terasa kosong. Dia berguling
dan memutar badannya bolak-balik sebentar sebelum ia menyerah untuk tidur
dan kembali duduk. Dia terus memandang ke arah sebelah kirinya—tempat
berdirinya dinding yang terhubung dengan kamar Kirito.

Ia ingin mengobrol lebih banyak lagi dengannya.

Dia terkejut kepada dirinya begitu memikirkan ini. Orang ini adalah pemain
pria yang baru ia kenal kurang dari sehari. Dia sudah menghindari pemain-
pemain pria sampai sekarang, tapi kenapa swordsman yang ia tidak tahu apa-apa
tentangnya ini terus muncul di pikirannya?

Dia tidak bisa menjelaskan perasaannya sendiri. Saat dia melirik jam yang
berada di bagian bawah penglihatannya, sudah jam sepuluh. Dia sudah tidak bisa
mendengar suara langkah kaki pemain-pemain lain dari jendelanya, hanya suara
anjing menggonggong di kejauhan.

'Yah, itu ga masuk akal, jadi ayo tidur saja lah.'

27 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Pikir Silica dalam kepalanya. Tetapi untuk beberapa alasan, dia bangkit dari
tempat tidurnya dan melangkah pelan ke lantai. Setelah mengatakan kepada
dirinya sendiri bahwa ia hanya akan mengetuk pintu lalu melambaikan
tangannya, dia membuka layar menu, memilih baju tercantik yang ia miliki,
kemudian memakainya.

Dia berjalan beberapa langkah di koridor yang diterangi lilin itu. Lalu, setelah
ragu-ragu di depan pintu selama beberapa puluh detik, dia mengetok pintu itu
dua kali.

"Huh? Ada masalah?"

"Yaa---"

Silica baru sadar kalau dia belum menyiapkan alasan yang tepat untuk datang
lalu kebingungan. 'Aku hanya ingin mengobrol' terdengar terlalu kekanak-
kanakan.

"Yah, itu err—ah, aku ingin tahu lebih banyak tentang lantai empat puluh
tujuh!"

Untungnya, Kirito tidak mencurigai apa-apa dan langsung mengangguk.

"Oke kalau begitu. Apa kita perlu ke bawah?"

"Enggak usah, yaa—kalau boleh, di kamar onii-chan..."

Ia menjawab tanpa berpikir lalu dengan cepat menambahkan:

"Ka-karena, kita tidak bisa membiarkan orang lain mendengar informasi yang
berharga!"

"Erm... yaa... iya sih, kamu benar. Tapi..."

Kirito menggaruk kepalanya dengan sedikit ekspresi tidak nyaman,


kemudian...

"Yah, kurasa tidak apa-apa."

28 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Gumamnya, lalu dia membuka pintunya dengan sopan lalu mundur selangkah.

Tentu saja, kamarnya Kirito sama dengan kamarnya sendiri: sebuah kasur di
sebelah kiri, ditambah sebuah meja dan kursi sedikit lebih jauh lagi. Itulah semua
perabotan yang ada disitu.

Kirito menawarkan kursinya sebelum ia duduk di kasur dan membuka sebuah


layar. Dia memanipulasinya dengan cepat dan mengeluarkan sebuah kotak kecil.

Kotak yang telah diletakkan di meja itu memiliki sebuah bola kristal kecil di
dalamnya. Bola kristal itu bersinar di bawah cahaya lentera.

"Indahnya... ini apa?"

"Ini item bernama «Mirage Sphere»."

Saat Kirito mengklik bola kristal tersebut, muncul sebuah layar menu. Dia
dengan cepat memanipulasinya dan memencet tombol OK.

Segera setelahnya, bola kristal itu mulai memancarkan sebuah cahaya biru
muda, lalu muncullah sebuah hologram besar berbentuk bola. Gambarnya
tampak seperti keseluruhan sebuah lantai di Aincrad. Kristal itu menampilkan
desa-desa dan setiap pohon dengan sangat detil, dan sama sekali berbeda
dengan peta sederhana yang bisa ditemukan di menu sistem.

"Uwaa...!"

Silica terpaku memandang peta setengah transparan itu. Rasanya kristal itu
dapat menunjukkan orang-orang berjalan kesana kemari jika ia terus
menatapnya.

"Ini area tempat tinggalnya, dan ini Bukit Kenangan. Kamu harus melewati
jalan ini... dan ada sejumlah monster kuat di sekitar sini..."

Kirito menunjuk ke sini dan ke sana seraya menjelaskan geografi lantai empat
puluh tujuh tanpa berhenti. Silica merasa hangat hanya dengan mendengarkan
suara yang kalem itu.

"Dan setelah kamu melewati jembatan ini kamu bisa melihat bu..."

29 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tiba-tiba Kirito berhenti bicara.

"...?"

"Shh..."

Saat dia mengangkat kepalanya, dia melihat expresi Kirito was hard dan dia
sedang menaruh sebuah jari di bibirnya. Dia membelalak ke arah pintu dengan
tatapan tajam.

Kirito langsung beraksi. Dia melompat dari kasur dengan kecepatan cahaya
dan membuka pintunya.

"Siapa disitu...!?"

Silica dapat mendengar suara langkah orang lari. Dia berlari menyusul dan
melihat keluar dari bawah badan Kirito, dimana dia melihat bayangan seseorang
sedang berlari menuruni tangga.

"I-itu tadi apa!!?"

"...Kupikir dia tadi menguping."

"Apa...? Tapi kita ga bisa mendengar apa-apa dari balik tembok kan?"

"Bisa kalau level mengupingnya cukup tinggi. Walaupun... tidak banyak...


orang yang melatih skill ini..."

Kirito menutup pintunya dan berjalan kembali ke kamarnya. Dia duduk di


kasur dengan ekspresi merenung di wajahnya. Silica duduk di sebelahnya and
membelitkan kedua tangannya ke sekeliling badannya. Dia diliputi oleh rasa takut
yang tidak bisa ia jelaskan.

"Kenapa orang itu menguping...?"

"Kita akan tahu sebentar lagi, mungkin. Aku punya pesan untuk dikirim, bisa
kamu menunggu sebentar?"

30 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito tersenyum kecil sebelum dia menutup map kristal itu dan membuka
sebuah layar. Dia mulai menggerakkan jari-jarinya di atas sebuah keyboard
holografik.

Silica menggelut di kasur Kirito. Sebuah kenangan lama dari dunia nyata
kembali padanya. Ayahnya adalah seorang reporter. Dia selalu berada di depan
sebuah PC lama, mengetikkan sesuatu dengan ekspresi serius. Silica suka
memperhatikan punggung ayahnya saat dia melakukan itu.

Silica tidak merasa takut lagi. Saat dia mengamati wajah Kirito dari belakang,
rasanya seakan dia diliputi kehangatan yang telah dilupakannya begitu lama.
Sebelum ia mengetahuinya, matanya sudah terpejam dengan sendirinya.

Silica terbangun mendengar bunyi bising yang berdering di telinganya. Itu


adalah alarm pagi yang hanya bisa didengar olehnya. Waktu yang diaturnya
adalah jam tujuh pagi.

Dia membuka selimutnya lalu duduk. Biasanya ia sulit untuk bangun pagi-
pagi, namun hari ini dia bisa membuka matanya dengan perasaan baik.
Kepalanya terasa segar, seakan semuanya telah tercuci bersih oleh tidurnya yang
lelap.

Setelah meregangkan badannya, Silica baru saja akan turun dari tempat tidur
ketika ia membeku.

Ada seseorang yang sedang tidur terlentang; cahaya matahari pagi yang
melalui jendela menyinarinya. Persis saat Silica menarik nafas untuk berteriak,
disangkanya orang itu seorang penyusup, dia ingat dimana ia jatuh tertidur tadi
malam.

---Aku, di kamar Kirito onii-chan...

Segera setelah dia menyadari fakta tersebut, wajahnya memanas seperti telah
terkena serangan nafas api. Karena di SAO emosi ditampilkan agak berlebihan,
mungkin uap memang benar-benar keluar dari wajahnya saat ini. Tampaknya
Kirito membiarkan Silica tidur di kasur sedangkan ia tidur di lantai. Silica
mengerang sambil menutupi mukanya karena rasa malu dan sesal.

31 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Setelah berhasil menenangkan dirinya selama beberapa lusin detik, Silica


diam-diam turun dari tempat tidur dan berdiri. Kemudian dia berjalan ke arah
Kirito dengan langkah kaki tak bersuara lalu menatap wajahnya.

Wajah tidur sang swordsman hitam itu terlihat begitu tidak berdosa hingga
Silica tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Silica kira dia beberapa
tahun lebih tua darinya karena tatapannya yang tajam. Namun yang
mengejutkan, ketika Silica melihatnya seperti sekarang ini, dia tidak tampak
seberbeda itu dengannya.

Menyenangkan bagi Silica untuk mengamati wajah tidurnya; tapi ia tidak bisa
begini terus, jadi dia dengan lembut menggoyangkan bahunya lalu berkata
padanya.

"Kirito onii-chan, sudah pagi~."

Kirito membuka matanya lebar-lebar lalu berkedip beberapa kali begitu dia
menatap wajah Silica dengan tatapan kosong selama beberapa saat. Kemudian
ekspresinya berubah menjadi malu dengan cepat.

"Ah... Ma-maaf!"

Dia tiba-tiba menundukkan kepalanya.

"Aku ingin membangunkan onii-chan tapi onii-chan tidurnya nyenyak


banget... dan aku ga bisa membuka pintu ke kamar onii-chan, jadi..."

Kamar yang disewa pemain diatur oleh sistem agar tidak bisa ditembus, jadi
tidak mungkin kalian bisa masuk ke dalamnya kecuali kalian adalah teman
pemain tersebut. Silica dengan cepat mengibaskan tangannya dan bilang:

"Enggak, enggak, aku yang harusnya minta maaf! Sudah mengambil tempat
tidurnya onii-chan... "

"Enggak, gapapa kok. Kita ga akan nyeri otot bagaimanapun kita tidur ini."

Setelah berdiri, Kirito merenggangkan lehernya, yang membuat bunyi retak-


retak, kontradiksi dengan kata-kata yang baru ia ucapkan. Dia kemudian

32 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

mengangkat tangannya dan merenggangkannya. Dia memandang Silica seakan


dia baru saja terpikir sesuatu sebelum membuka mulutnya:

"...Omong-omong, selamat pagi."

"Se-selamat pagi."

Keduanya melihat satu sama lain dan tersenyum.

Hari sudah terang ketika mereka melangkah keluar setelah menyantap


makanan sebagai persiapan menjelajahi «Bukit Kenangan» di lantai empat puluh
tujuh. Pemain-pemain yang bersiap memulai harinya dan para pemain yang baru
kembali dari petualangan malam mereka mempunyai ekspresi yang kontras.

Setelah mengisi persediaan ramuan mereka di sebuah toko di sebelah


penginapan mereka, keduanya berjalan menuju gerbang plasa. Untungnya,
mereka berhasil mencapai gerbang teleport tanpa harus bertemu dengan orang-
orang yang ingin merekrut Silica ke dalam kelompoknya seperti kemarin. Persis
sebelum dia akan mulai berlari ke area teleport yang berwarna biru berkilauan,
Silica berhenti.

"Ah... aku ga tahu nama desa di lantai empat puluh tujuh..."

Dia baru akan memeriksa petanya ketika Kirito menawarkan tangan kanannya.

"Tidak apa-apa. Aku akan mengatur tempatnya."

Silica merasa berterima kasih seraya dia menggenggam tangan Kirito.

"Teleport! Floria!"

Segera setelah Kirito berkata, sebuah cahaya membutakan meliputi mereka


berdua.

Setelah cahaya tersebut pudar, diikuti terasanya sebuah perasaan transportasi,


warna-warna yang tak terhitung banyaknya meledak di pengelihatan Silica.

"Uwa..."

33 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tanpa sadar dia bersorak.

Gerbang plasa lantai empat puluh tujuh dibanjiri oleh bunga-bunga. Dua jalan
kecil memotong plasa itu dengan bentuk palang. Disamping itu, sisa tempat yang
ada seluruhnya ditempati oleh petak-petak bunga, setiap petak bunga tersebut
dikelilingi oleh bata-bata merah dan dipenuhi dengan bunga yang tidak
diketahui Silica.

"Indahnya..."

"Lantai ini juga disebut «Taman Bunga», karena bukan hanya desanya tapi
juga seluruh lantainya dilimpahi bunga-bunga. Kalau kita punya waktu, kita juga
bisa pergi ke «Hutan Bunga Raksasa» di utara..."

"Aku ingin bisa datang ke sana lain waktu."

Silica tersenyum pada Kirito sebelum dia membungkuk di depan sebuah petak
bunga. Dia mendekatkan wajahnya ke sebuah bunga kebiru-biruan yang serupa
dengan cornflower lalu menghirup aromanya.

Bunga tersebut dibuat dengan detil yang mengejutkan: mulai dari vena-vena
bunganya, kelima kelopaknya, benang sarinya yang putih, sampai tangkainya
yang hijau.

Tentu saja tidak semua benda di Aincrad, termasuk taman bunga ini, dan
seluruh tanaman serta bangunan lain, digambarkan sedetil tadi setiap saat. Kalau
mereka membuatnya seperti itu, maka mainframe SAO sekalipun, setinggi
apapun performanya, akan kekurangan sumber daya untuk sistemnya.

Untuk menghindari hal tersebut sembari tetap memberikan para pemain


lingkungan yang sedetil dan semirip mungkin dengan kenyataan, SAO
menggunakan «Sistem Pemfokusan Digital». Sistem itu merupakan sistem yang
menampilkan detil yang lebih halus dari sebuah objek hanya saat seorang
pemain menunjukkan ketertarikannya dan fokus dengan objek itu.

Setelah Silica mendengar tentang sistem ini, dia menjadi takut kalau
ketertarikannya pada suatu benda akan membebani sistem SAO; tetapi dia tidak
bisa menahan dirinya sendiri saat ini dan tetap memandangi bunga yang
bermacam-macam itu.

34 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Ketika dia akhirnya berhasil menghentikan dirinya berjalan tanpa sadar sambil
menikmati aroma harum di sekitarnya, Silica memandang sekelilingnya.

Kebanyakan orang yang berada disini adalah pasangan pria dan wanita.
Semuanya saling bercakap-cakap dengan senang, entah sambil berpegangan
tangan atau sambil bergandengan lengan. Sepertinya tempat ini sudah menjadi
tempat-tempat semacam itu. Silica memandang Kirito, yang sedang melamun
disampingnya.

---Apa kita juga kelihatan seperti itu...?

Setelah memikirkan hal ini, Silica berkata dengan keras untuk menutupi fakta
kalau mukanya memerah:

"Ayo-ayo kita cepat pergi ke luar!"

"Hah? Ah, iya."

Kirito terpaku berkedap-kedip untuk beberapa detik sebelum dia


mengangguk dan mulai berjalan disamping Silica.

Mereka meninggalkan gerbang plasa hanya untuk menemukan bahwa jalan


utama desa tersebut pun diselimuti oleh bunga-bunga. Seraya mereka berdua
berjalan beriringan, Silica ingat saat dia pertama kali bertemu Kirito. Dia tak
percaya baru satu hari terlewati sejak saat itu. Swordsman itu sudah menjadi
sosok yang penting di hatinya.

Silica melirik ke arahnya dan bertanya-tanya bagaimana perasaannya, namun


Kirito masih diliputi perasaan misterius dan sulit untuk menebak apa yang ada di
pikirannya. Silica ragu-ragu untuk beberapa saat sebelum dia mempersiapkan diri
dan membuka mulutnya:

"Ermm... Kirito onii-chan. Boleh aku bertanya tentang adik perempuanmu..."

"Ke-kenapa tiba-tiba?"

"Kirito onii-chan bilang aku mengingatkanmu pada dia. Jadi, aku penasaran
saja..."

35 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Membicarakan dunia nyata adalah salah satu hal yang paling tabu di Aincrad.
Ada banyak alasan, tapi yang terbesar adalah jika gagasan bahwa 'dunia ini
virtual dan karenanya adalah dunia palsu' mengakar di dalam pikiran para
pemain, maka mereka tidak akan bisa terima kalau «kematian» di SAO sebagai
kenyataan.

Tapi Silica ingin bertanya tentang adik perempuan Kirito, yang kata Kirito
mirip dengannya. Dia ingin tahu apakah Kirito menginginkan sesuatu darinya
sebagai seorang adik perempuan.

"...Kita...ga sedekat itu kok..."

Kirito mulai bicara.

"Aku pernah bilang dia itu adik perempuanku, tapi sebenarnya dia itu
sepupuku. Karena suatu keadaan, dia tumbuh besar bersama dengan keluargaku
sejak lahir. Dia ga tahu ini sih. Yah, mungkin karena ini... tapi aku terus menjaga
jarak darinya tanpa maksud yang jelas. Aku bahkan menghindari untuk bertemu
dengannya di rumah."

Kirito mendesah kecil.

"...Ditambah lagi, kita punya kakek yang keras. Dia memaksaku ikut dojo
kendo waktu aku berumur delapan tahun, tapi aku tidak bisa benar-benar
berminat melakukannya lalu berhenti setelah dua tahun. Kakekku memukulku
lumayan keras... tapi saat dia melakukan itu, adikku mulai menangis dan
melindungiku dengan bilang kalau dia bahkan akan melakukan bagianku supaya
kakekku berhenti. Setelah itu, aku mulai main komputer dan tenggelam di
dalamnya, tapi adikku benar-benar mengabdikan dirinya buat kendo dan bahkan
berhasil sampai cukup jauh di kejuaraan nasional sebelum kakekku meninggal.
Itu sudah cukup untuk menyenangkan bahkan dia sekalipun... Tapi aku selalu
merasa bersalah; aku selalu ingin tahu kalau adikku benar-benar ingin
melakukannya dan apa dia benci padaku. Karena itulah aku terus
menghindarinya... dan akhirnya kita jadi seperti ini."

Kirito berhenti bicara dan melirik wajah Silica.

36 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Jadi mungkin aku menyelamatkanmu untuk memuaskan diriku sendiri, untuk


menebus masa laluku... Maaf."

Silica masih anak-anak jadi dia tidak bisa mengerti benar semua perkataan
Kirito. Namun karena beberapa alasan, dia merasa seakan dia dapat mengerti
adik perempuan Kirito itu.

"...Adiknya Onii-chan... dia ga benci Onii-chan. Kalau dia tidak menyukainya,


maka dia ga mungkin bisa sebaik itu. Kemungkinan besar dia sangat suka kendo."

Selagi Silica berucap, memilih kata-katanya dengan hati-hati, Kirito tersenyum.

"Kayaknya aku terus yang dihibur... Apa benar seperti itu? ...Baguslah kalau
benar seperti itu."

Silica merasa sesuatu yang hangat menjalar di hatinya. Dia senang Kirito telah
terbuka padanya.

Keduanya segera tiba di gerbang masuk utara desa itu. Bunga putih yang tak
terhitung tumbuh dari tumbuhan merambat yang melilit busur logam langsing
berwarna perak. Jalan utama desa melewatinya dan terus merentang hingga
menjadi jalan besar yang dikelilingi bukit-bukit hijau sebelum menghilang dalam
kabut.

"Yah... petualangan kita akhirnya dimulai."

"Iya."

Silica menjauh dari lengan Kirito, memantapkan ekspresinya, lalu


mengangguk.

" Dengan level dan equipment kamu, monster-monster di sekitar sini harusnya
tidak terlalu susah untuk dikalahkan. Tapi…”

Seraya berkata, Kirito mengobrak-abrik kantong yang bergantung di ikat


pinggangnya, mengeluarkan sebuah kristal berwarna biru langit, dan kemudian
meletakkannya di tangan Silica. Benda itu adalah Kristal Teleport.

37 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Kita ga tahu apa yang akan terjadi di lapangan nanti. Jadi camkan ini dalam
pikiranmu. Kalau terjadi sesuatu yang diluar perkiraan dan aku menyuruhmu
untuk kabur, maka gunakan kristal itu untuk pergi. Desa manapun ga masalah.
Kamu ga usah mengkhawatirkanku."

"Ta-tapi..."

"Janjilah padaku. Aku... pernah menghancurkan satu kelompok. Aku ga mau


mengulangi kesalahan yang sama lagi."

Ekspresi Kirito begitu serius hingga Silica tak bisa berbuat apa-apa lagi selain
mengangguk. Setelah Kirito menerima jawabannya dia tersenyum lega.

"Kalau begitu, ayo berangkat!"

"Oke!"

Silica memastikan pisaunya sudah melengkapi sisinya lalu memantapkan


keyakinan dalam pikirannya; setidaknya dia tidak akan kebingungan seperti
kemarin dan dia akan bertarung sebaik-baiknya.

Tetapi---

"Kya-aaaaaa!? Itu apa--!? Itu, itu kelihatan mengerikan-----!!"

Mereka bertemu monster pertama hanya dalam beberapa menit setelah


mereka mulai berjalan ke arah utara di medan perburuan lantai empat puluh
tujuh.

"U-uwaa!! Pergi sana----!"

Makhluk yang muncul dan berjalan menembus semak-semak memiliki bentuk


yang tak pernah terbayangkan oleh Silica. «Sebuah bunga berjalan» mungkin
deskripsi yang paling tepat untuk menggambarkannya. Dengan batang hijau tua
yang setebal lengan manusia dan berdiri dengan akar-akarnya yang terbagi di
beberapa tempat. Batang atau badannya menopang sebuah bunga kuning besar
yang serupa dengan bunga matahari. Mulutnya terbuka, gigi-giginya menyembur
keluar, mengungkapkan kilasan-kilasan merah dari dalamnya.

38 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tanaman itu memiliki dua cabang yang menjalar dari bagian tengah
batangnya, yang mengingatkan orang pada lengan yang dimiliki binatang.
Tampaknya, tanaman itu menggunakan lengan-lengan tersebut beserta mulutnya
untuk menyerang. Tanaman pemakan orang itu berlari menuju Silica dengan
tersenyum sambil mengayunkan lengan-lengannya yang mirip tentakel. Makhluk
yang terlihat seperti karikatur yang sangat aneh ini membuat Silica merasa jijik.

"Kubilang pergi---!"

Silica mengayunkan pisaunya dengan liar dengan matanya hampir tertutup.


Kirito, yang berdiri di sebelahnya, berkata dengan suara bingung:

"Te-tenang saja. Monster itu sangat lemah. Kalau kamu mengincar bagian
putih tepat di bawah bunganya, maka kamu dengan mudah bisa..."

"Ta-tapi itu kelihatan mengerikan--!"

"Kalau makhluk itu saja terlihat mengerikan maka perjalanan ini akan susah.
Ada juga monster yang punya banyak bunga, ada yang terlihat seperti tumbuhan
karnivora, dan bahkan ada yang punya banyak tentakel lengket...

"Kya----!!"

Sambil berteriak saat Kirito berbicara, Silica mengaktifkan sebuah skill pedang;
tentu saja, skill itu hanya memotong udara kosong. Selama jeda yang singkat
setelahnya, dua tentakel membelit kedua kaki Silica lalu mengangkatnya dengan
kekuatan yang mengejutkan.

"Uwah!?"

39 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

40 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Silica mendapati dirinya tergantung terbalik beserta penglihatannya


sementara roknya, setia dengan gravitasi virtual, merosot ke bawah.

"Uaaa!?"

Dia dengan cepat menahan ujung roknya dan mencoba memotong cabang
yang menjalar itu. Namun karena posisinya yang memalukan, upayanya itu tidak
begitu berhasil. Silica berteriak dengan wajah merah:

"Ki-Kirito onii-chan, tolong! Jangan lihat saja dan tolong aku!!"

"I-Itu sedikit sulit."

Dengan tangan kirinya menutupi kedua matanya, Kirito menjawab dengan


ekspresi tidak nyaman sementara bunga raksasa itu terus mengayunkan Silica
kesana kemari.

"Berhenti!"

Silica tidak punya pilihan selain melepaskan roknya, menggenggam cabang


menjalar itu, dan memotongnya. Bagian belakang leher bunga tersebut masuk ke
dalam jangkauannya begitu dia jatuh lalu dia menggunakan sebuah skill pedang.
Kali ini skill itu mengenai sasarannya, dan seraya kepalanya jatuh, seluruh
badannya meledak lalu lenyap. Silica, yang mendarat dengan halus diantara
hujan debris poligon, langsung bertanya pada Kirito segera setelah dia berbalik.

"...Tadi lihat ya?"

Swordsman hitam itu memandang Silica melalui celah-celah diantara jari-


jarinya dan menjawab:

"...Enggak, aku ga lihat."

Mereka membutuhkan lima pertarungan lagi sampai terbiasa dengan


monster-monster disini sebelum mempercepat ritme mereka; walau Silica hampir
pingsan saat sebuah monster yang mirip anemon laut mencengkramnya dengan
tentakel yang lengket.

41 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito tidak berpartisipasi banyak dalam pertarungan dan kebanyakan dia


hanya membantu Silica, sekali-sekali menahan sekarang saat Silica dalam bahaya.
Experience kelompok terbagi sesuai dengan jumlah damage yang diberikan
setiap anggota kelompok ke monster. Karena Silica mengalahkan monster-
monster berlevel tinggi, dia memperoleh poin experience beberapa kali lebih
cepat dari biasanya dan dia pun lekas naik level.

Selagi mereka terus mengikuti jalan batu bata merah yang tak berujung,
muncul sebuah jembatan yang melewati sungai kecil. Setelahnya terlihat sebuah
bukit besar, dan jalan tersebut tampak menuju ke puncaknya.

"Itulah «Bukit Kenangan»."

"Sepertinya tidak ada persimpangan jalan."

"Iya. Kita cuma harus terus naik, jadi ga perlu khawatir akan tersesat. Tapi
katanya ada banyak monster. Kita berhati-hati saja."

"Oke!"

Sebentar, sebentar lagi dia bisa menghidupkan Fina. Begitu Silica memikirkan
ini, langkah kakinya refleks makin cepat.

Saat mereka mulai berjalan melalui jalan menanjak yang penuh dengan
bunga-bunga yang sedang mekar, mereka dihadang lagi oleh monster-monster
seperti yang telah diprediksi. Monster-monster berjenis tumbuhan itu juga jauh
lebih besar, tetapi pisau hitam Silica ternyata jauh lebih kuat dari yang ia kira,
membuatnya bisa mengalahkan kebanyakan dari mereka hanya dengan sebuah
combo.

Tapi kemampuan Kirito bahkan lebih mengejutkan lagi.

Silica telah menduga kalau dia adalah swordsman yang levelnya lumayan
tinggi setelah menyaksikannya mengalahkan dua Kera Mabuk dengan sebuah
ayunan pedang. Namun setelah naik dua belas lantai sekalipun, dia masih tidak
kehilangan ketenangannya sedikitpun. Ketika sejumlah besar monster muncul,
dia menolong Silica dengan mengalahkan mereka semua kecuali satu.

42 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Seraya mereka melanjutkan perjalanan, Silica tidak dapat berhenti bertanya-


tanya apa yang dilakukan pemain berlevel setinggi itu di lantai tiga puluh lima.

Berdasarkan perkataannya, sepertinya ia punya sesuatu yang harus ia lakukan


di «Hutan Pengembaraan». Namun Silica tidak pernah mendengar kalau ada
monster atau item langka disitu.

Akan kutanya dia setelah petualangan ini selesai--- pikir Silica selagi dia
mengayunkan pisaunya; selagi dia melakukan ini pun, jalan yang sempit itu
perlahan-lahan makin curam. Merekapun terus menembus hutan yang lebat itu
sambil mengalahkan monster-monster yang makin lama semakin agresif---

Mereka telah sampai di puncak bukit.

"Uwa--!"

Silica menahan diri sambil dia berlari beberapa langkah ke depan dan berseru.

Taman langit--- tempat ini memang benar-benar sesuai dengan namanya.


Ruang terbuka yang dikelilingi hutan lebat itu penuh dengan bunga-bunga yang
saling berdesakan satu sama lain selagi mereka mekar.

"Akhirnya kita sampai."

Ujar Kirito seraya dia berjalan ke arah Silica dan menyarungkan pedangnya.

"Bunganya... disini...?"

"Iya. Ada batu di tengah-tengah dan diatasnya..."

Silica sudah berlari bahkan sebelum Kirito selesai bicara. Dia memang bisa
melihat sebuah batu putih yang bersinar di tengah-tengah petak-petak bunga
itu. Dia berlari kesana, mengambil nafas pendek, dan kemudian dengan hati-hati
memeriksa bagian atas batu yang setinggi dadanya itu.

"Huh......?"

43 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tetapi tidak ada apa-apa disana. Hanya ada sedikit rumput di tengah-tengah
lekukan batu tersebut; tidak ada sesuatu apapun yang dapat disebut sebagai
bunga.

"Bunganya... Bunganya ga ada, Kirito onii-chan!"

Dia berteriak pada Kirito, yang telah berlari ke sisinya. Air mata mulai
bermunculan di matanya.

"Ga mungkin... ---Ah, lihat."

Silica mengikuti tatapan Kirito dan memandang lagi batu tersebut. Kemudian-

"Ah..."

Sebuah tunas kecil tumbuh di tengah-tengah rumput yang lembut itu. Begitu
Silica melihatnya, sistem fokus menjadi aktif dan tanaman muda itu pun terlihat
lebih detil. Dua daun putih terbuka bagai sebuah kerang dan sebuah batang
tumbuh darinya dengan cepat.

Batang itu meninggi dalam sekejap, persis seperti yang ia lihat saat pelajaran
sains bertahun-tahun lalu, kemudian sebuah kuncup kecil muncul di ujungnya.
Kuncup kecil berbentuk tetesan hujan itu memancarkan cahaya berwarna putih
mutiara.

Selagi Kirito dan Silica mengamatinya sambil menahan nafas, ujung kuncup
tersebut mulai terbuka; kemudian--- dengan bunyi mirip gemerincing lonceng,
kuncup itupun terbuka. Sebuah bintik cahaya menari-nari di udara.

Keduanya terpaku mengamati tumbuhnya sebuah bunga putih tanpa


bergerak sedikitpun. Tujuh kelopak bunga menggapai keluar seperti sinar
bintang, dan dari tengah-tengahnya terpancar kilauan cahaya, bercampur
dengan cahaya langit.

Silica memandang Kirito, ia merasa kalau seharusnya ia tidak menyentuh


bunga ini. Kirito tersenyum lembut lalu mengangguk.

Silica membalas dengan anggukan dan kemudian menyentuh bunga itu


dengan tangan kanannya. Saat ia menyentuhnya, batang yang setipis benang

44 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

sutra itu hancur seakan seperti terbuat dari es, dan hanya tinggal bunganya yang
tertinggal di tangan Silica. Dia kemudian menyentuh bunga itu dengan halus
seraya bernafas lembut. Layar namanya muncul tanpa suara. «Bunga Pneuma»---

"Sekarang... kita bisa menghidupkan Fina lagi..."

"Ya. Kamu cuma harus meneteskan tetesan air dalam bunga itu ke hati Fina.
Tapi ada banyak monster yang kuat disini, jadi lebih baik melakukannya setelah
kita kembali ke desa. Lebih baik kita sabar sedikit dan lekas pulang sekarang.

"Oke!"

Silica mengangguk lalu membuka layar utamanya sebelum menaruh


bunganya disana. Dia memastikan bunga itu berada di inventaris item sebelum
menutup layar tersebut.

Sesungguhnya, dia ingin menggunakan sebuah kristal teleport untuk


langsung kembali ke desa, namun Silica menahan dirinya dan mulai berjalan.
Sudah menjadi aturan tidak tertulis untuk tidak pernah menggunakan kristal yang
mahal itu kecuali keadaannya benar-benar berbahaya.

Untungnya, mereka tidak berjumpa dengan banyak monster saat perjalanan


pulang. Tidak lama kemudian mereka sampai di tepi sungai setelah turun dengan
tempo yang cepat.

Sekarang aku bisa bertemu Fina paling lama sejam lagi---

Silica memeluk dadanya, yang terasa seperti mau meledak, dan persis
sebelum menyebrangi jembatan---

Tiba-tiba Kirito memegang bahunya. Dia menoleh ke belakang, jantungnya


berdetak kencang, dan melihat Kirito membelalak ke arah kumpulan pepohonan
yang tebal di seberang jembatan dengan ekspresi yang menakutkan. Kemudian
dia membuka mulutnya lalu berkata dengan suara yang rendah dan
menegangkan:

"---Kalian yang bersembunyi untuk menyergap kami, keluar sekarang juga."

"Apa...!?"

45 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Silica segera melihat tepi lain sungai tersebut, namun disana tidak ada siapa-
siapa. Setelah beberapa detik yang menegangkan, dedaunan mulai bergerak
dengan suara gemerisik. Muncul sebuah kursor yang mewakili pemain. Warnanya
hijau, jadi dia bukan kriminal.

Anehnya --- orang yang muncul di seberang jembatan pendek itu adalah
seseorang yang dikenal Silica.

Rambut merah api, dengan bibir berwarna sama; petarung bertombak itu
memegang sebuah tombak berbentuk palang yang ramping dan memakai armor
berwarna hitam yang bersinar seperti lapisan email.

"Ro-Rosalia-san...!? Kenapa kamu ada di tempat seperti..."

Rosalia tersenyum miring dan mengabaikan pertanyaan Silica yang matanya


terbuka lebar dengan dipenuhi rasa terkejut.

"Ga nyangka ternyata kau bisa tahu persembunyianku; sepertinya skill scanmu
lumayan tinggi, swordsman. Apa aku sedikit meremehkanmu?"

Lalu dia berpaling ke arah Silica:

"Sepertinya kamu dengan beruntung berhasil dapetin «Bunga Pneuma».


Selamat, Silica."

Silica, yang tidak dapat memahami tujuan Rosalia yang sebenarnya, mundur
beberapa langkah ke belakang. Dia merasakan perasaan buruk yang tidak dapat
dijelaskan tentang ini.

Rosalia tidak mengkhianati ekspektasinya dan mulai berbicara sedetik


kemudian:

"Serahkan bunga itu sekarang juga."

Silica tidak tahu harus berkata apa.

"...!? Apa... kamu bilang apa...?"

46 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kemudian, Kirito, yang dari tadi diam saja, melangkah maju dan membuka
mulutnya:

"Aku ga bisa membiarkanmu melakukan itu, Rosalia-san. Enggak--- harusnya


aku memanggilmu pemimpin guild oranye «Titan's Hand»."

Alis Rosalia mengerut naik dan senyum menghilang dari wajahnya.

Dalam SAO, pemain-pemain yang melakukan tindakan yang dianggap


kriminal, seperti mencuri, menyakiti pemain lain, atau membunuh mereka, warna
kursornya berubah dari hijau menjadi oranye. Karenanya, orang-orang menyebut
para kriminal individu sebagai pemain oranye dan guild yang terdiri dari mereka
sebagai guild oranye. Silica tahu tentang ini, tetapi dia belum pernah bertemu
mereka sebelumnya.

Tetapi kursor HP Rosalia, yang bisa dia lihat tepat di depan matanya, berwarna
hijau bagaimanapun cara dia melihatnya. Silica menengadah ke wajah Kirito, yang
berdiri disampingnya, dan bertanya dengan suara kering:

"Hei... tapi... lihatlah... barnya Rosalia-san, warnanya hijau..."

"Di guild oranye sekalipun, seringkali tidak semua anggotanya oranye.


Anggota-anggota yang hijau mencari mangsa dan bersembunyi diantara
kelompok mereka sebelum memancing mereka ke tempat penyergapan. Orang
yang semalam menguping pembicaraan kita pasti anggota kelompoknya juga."

"A-apa..."

Silica memandang Rosalia dengan rasa terkejut dan benci.

"Ka---kalau gitu, alasan dia bergabung dengan kelompokku selama dua


minggu terakhir adalah..."

Rosalia sekali lagi tersenyum berbisa dan berkata:

"Iya~ Aku mengecek sekuat apa kelompok itu, dan disaat bersamaan
menunggu mereka gemuk dengan uang yang mereka dapat dari berpetualang.
Sebenarnya, aku akan mengurus mereka hari ini."

47 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dia menjilat lidahnya sambil tetap menatap Silica.

"Aku sedang keheranan kenapa orang yang paling ingin kuburu tiba-tiba
pergi, terus aku dengar kamu ingin dapetin item langka. «Bunga Pneuma»
sekarang ini lumayan mahal. Ngumpulin informasi itu ternyata memang
penting~"

Kemudian dia berhenti bicara sesaat, memandang Kirito, lalu mengangkat


bahunya.

"Tapi swordsman, kau bermain dengan bocah ini walaupun kau tahu itu? Kau
ini bodoh ya? Atau kau benar-benar naksir dia?"

Muka Silica memerah dengan amarah mendengar penghinaan Rosalia.


Tangannya bergerak untuk mengambil pisaunya. Namun Kirito memegang
pundaknya.

"Enggak, bukan hal semacam itu."

Ujar Kirito, suaranya dingin.

"Aku juga sedang mencarimu, Rosalia-san."

"---Apa maksudmu?"

"Kau yang menyerang guild «Silver Flag» sepuluh hari lalu di lantai tiga puluh
delapan, kan? Dimana empat aggotanya tewas dan cuma ketuanya yang
selamat."

"Ah~, para gelandangan itu?"

Rosalia bahkan tidak bergeming saat dia mengangguk.

"Ketuanya itu... dia mencari seseorang untuk membalaskan dendam timnya di


gerbang plasa di garis depan, menangis dari pagi hingga malam."

Rasa dingin yang menakutkan terasa dari ucapan Kirito. Rasanya seperti
pedang es yang telah diasah untuk memotong apapun yang mendekat.

48 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Tapi waktu aku menerima permohonannya, dia tidak memintaku untuk


membunuhmu. Ia hanya minta kepadaku untuk menjebloskan kalian semua ke
penjara di Kastil Besi Hitam --- bisakah kau mengerti perasaannya?"

"Tidak sama sekali."

Rosalia menjawab seperti dia tidak peduli sama sekali.

"Apa? Kenapa kau serius banget? Kau bodoh ya? Bagaimanapun ga ada bukti
kalau orang itu mati di kehidupan nyata kalau kau bunuh mereka disini. Lagipula,
ini ga akan jadi perbuatan kriminal saat kita kembali ke dunia nyata. Kita bahkan
ga tahu apa kita bisa kembali, tapi disini kau ngomongin keadilan dan aturan; itu
bahkan ga lucu. Aku paling benci orang sepertimu --- orang yang bawa-bawa
logika aneh saat mereka datang ke dunia ini."

Mata Rosalia makin dipenuhi rasa marah.

"Jadi, kau ingin mengatakan padaku kalau kau menganggap serius ucapan
seseorang yang bahkan ga bisa mati dengan benar dan mencari kami? Kau
benar-benar ga punya kerjaan ya. Yah, kuakui aku termakan umpanmu. Tapi... apa
kau benar-benar berpikir kalau kau bisa berbuat sesuatu hanya dengan dua
orang...?"

Sebuah senyum kejam muncul di mukanya lalu Rosalia melambaikan


tangannya dua kali di udara.

Pada saat itu juga, pepohonan di sisi lain tepi sungai itu bergoncang kasar,
dan sekelompok orang muncul dari baliknya. Kursor-kursor memasuki
penglihatan Silica satu demi satu. Kebanyakan oranye. Jumlahnya mereka
mencapai sepuluh orang. Kalau saja mereka menyebrangi jembatan itu tanpa
sadar bahwa mereka akan disergap, maka mereka sudah terkepung sekarang.
Ada seorang hijau lagi diantara para pemain oranye--- gaya rambut jabriknya, tak
diragukan lagi, sama dengan yang mereka lihat kemarin malam di penginapan.

Para bandit yang baru muncul semuanya dalah pemain pria yang berpakaian
norak. Mereka semua memiliki aksesori berwarna perak dan sub-equipment
bergantungan di sekujur tubuhnya.

49 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Silica bersembunyi dibalik mantel Kirito begitu rasa muak semakin


meliputinya. Dia berbisik pelan:

"Ki-Kirito onii-chan... musuhnya terlalu banyak. Kita harus lari...!"

"Tenang saja. Siapkan saja kristal kamu sampai kuberi tanda untuk lari."

Kirito menjawab dengan suara kalem, membelai rambut Silica, kemudian


berjalan ke sisi lain jembatan tersebut. Silica hanya terdiam dengan kaget. Ini
terlalu nekat. Pikir Silica, lalu dia memanggil Kirito:

"Kirito onii-chan...!"

Begitu suaranya terdengar---

"Kirito...?"

Gumam salah satu bandit. Senyumnya memudar dan dia terpana; bola
matanya bergerak dari satu sisi ke sisi lain seperti sedang mencoba mengingat
sesuatu.

"Pakaian itu... pedang satu tangan tanpa perisai... «The Black Swordsman»...?"

Wajahnya berubah pucat seraya dia melangkah mundur.

"Ini serius Rosalia-san! Bajingan itu... dia seorang beater dan... clearer...!"

Mendengar kalimat itu, ekspresi seluruh anggota lainnya mengeras kaget.


Silica juga terkejut. Dia hanya menatap bahu Kirito, yang tidak bisa dibilang lebar,
benar-benar tercengang.

Silica tahu bahwa dia adalah pemain yang berlevel cukup tinggi setelah
melihatnya bertarung. Namun dia bahkan tidak pernah bermimpi kalau dia
adalah salah seorang «Clearer», grup elit dari para pemain kelas atas yang
bertarung di dungeon garis depan, dimana tidak seorangpun pernah
menjejakkan kakinya, dan bahkan mengalahkan para bos. Dia pernah dengar
bahwa mereka berkonsentrasi sepenuhnya untuk menyelesaikan SAO, dan
bahkan sangat sulit untuk bertemu mereka di lantai pertengahan---

50 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Rosalia sekalipun terdiam disana dengan mulut terbuka untuk beberapa detik
sebelum dia tersadar dan berteriak:

"Ke-kenapa seorang clearer berkeliaran di sekitar sini!? Dia mungkin cuma


menyebut dirinya sendiri begitu untuk menakuti kita! Yang dipakainya hanyalah
sebuah cosplay. Dan--- kalau pun dia benar-benar «The Black Swordsman», dia
pasti kalah dengan orang sebanyak ini!!"

Sepertinya semangat mereka telah dikembalikan oleh kata-katanya, pengguna


kapak raksasa yang berdiri di depan para pemain oranye itu menyahut:

"I-iya! Kalau dia seorang clearer pastinya dia punya banyak item dan uang
juga kan!? Ini bener-bener kesempatan besar!"

Semua bandit itu sepakat lalu mengeluarkan senjata mereka. Kepingan-


kepingan logam itu mengilatkan cahaya jahat.

"Kirito onii-chan... kita ga mungkin menang, ayo lari!!"

Silica berteriak mati-matian dengan kristal tergenggam erat di tangannya.


Seperti yang dikatakan Rosalia, Kirito tidak mungkin menang melawan musuh
sebanyak ini sekuat apapun dia. Tapi Kirito tidak bergerak. Ia bahkan tidak
mengeluarkan senjatanya.

Sepertinya mereka menganggapnya sebagai bentuk kepasrahan; kesembilan


pemain tersebut, tidak termasuk Rosalia dan pemain hijau lain, seluruhnya
mengeluarkan senjata mereka dan berpacu satu sama lain untuk menyerang
Kirito. Mereka menerjang melewati jembatan kecil itu dan lalu---

"Yiaaa!!"

"Mati kauuu!!"

Mereka mengepung Kirito, yang kepalanya tertunduk, dalam formasi setengah


lingkaran sebelum mereka semua menyerangnya dengan senjata masing-masing.
Badan Kirito bergetar hebat akibat kekuatan sembilan serangan itu.

"Tidak---!!"

51 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Silica berteriak sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Enggak! Berhenti! Kirito onii-chan akan, m...mati!!"

Tapi mereka tidak mendengarkan.

Beberapa dari mereka tertawa gila, sementara yang lain terus mengucapkan
sumpah serapah selagi mereka menyerang Kirito bagai dimabukkan oleh rasa
kejam. Rosalia, yang berdiri di tengah-tengah jembatan, tidak bisa
menyembunyikan kegembiraannya selagi dia menatap tragedi tersebut sambil
menjilati jarinya.

Silica menyeka air matanya lalu menggenggam gagang pisaunya. Dia tahu
kalau dia tidak dapat berbuat apa-apa sekalipun ia ikut bertarung, tapi dia tidak
lagi bisa untuk hanya berdiri disitu dan menonton. Kemudian, persis sebelum dia
melangkah ke arah Kirito--- dia menyadari sesuatu dan berhenti.

Bar HP Kirito tidak berkurang.

Tidak, sebenarnya bar HP itu hanya berkurang sedikit sekali, meskipun


digempur hujan serangan yang tidak berkesudahan. Itupun akan terisi kembali
setelah beberapa detik.

Bandit-bandit itu akhirnya sadar kalau swordsman hitam di depan mereka


tidak menunjukkan tanda-tanda akan tumbang. Ekspresi bingung muncul di
wajah mereka.

"Kalian pada ngapain sih!? Bunuh dia!!"

Mendengar perintah Rosalia, hujan serangan pun berlanjut selama beberapa


detik kemudian. Namun situasinya tidak berubah.

"Hei... apa yang terjadi...?"

Salah satu bandit membuat wajah seakan dia telah melihat sesuatu yang
benar-benar ganjil sebelum dia berhenti bergerak dan melangkah mundur.
Keterkejutannya itu dengan cepat menyebar ke delapan orang lainnya, yang
kemudian berhenti menyerang lalu menjauhkan diri mereka dari Kirito.

52 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tempat itu hening seketika, kemudian di tengahnya, Kirito pelan-pelan


mengangkat kepalanya. Sebuah suara pelan terdengar:

"---Sekitar 400 setiap 10 detik? Itu jumlah damage yang kalian bersembilan
berikan padaku. Aku level 78, HP ku 14,500… ditambah aku otomatis mendapat
600 poin setiap 10 detik dengan «Battle Healing». Kalian semua tidak akan bisa
mengalahkanku walau terus memukulku berjam-jam."

Bandit-bandit itu terdiam di tempat dengan mulut terbuka lebar, seperti


terkena syok. Akhirnya, si pengguna dua pedang, yang sepertinya adalah wakil
ketua mereka, berkata dengan suara kering.

"Ini... apa benar bisa begini...? Ini bahkan sama sekali ga masuk akal..."

"Iya lah."

Kirito pun mengeluarkan ucapan ini:

"Cuma perbedaan angka saja akan membuat perbedaan kekuatan yang


sangat besar; itulah bagian ga masuk akal dari sistem level MMORPG!"

53 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

54 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Para bandit itu melangkah mundur, seakan mereka terintimidasi oleh suara
Kirito, yang tampak seperti menyembunyikan sesuatu dibaliknya. Wajah-wajah
kaget mereka digantikan dengan muka ketakutan.

"Che."

Rosalia menggerutu lalu kemudian mengeluarkan sebuah kristal teleport dari


pinggangnya. Dia mengangkatnya tinggi-tinggi dan membuka mulutnya:

"Teleport---"

Bahkan sebelum dia dapat menyelesaikan kalimatnya, udara tampak bergetar


selama sepersekian detik dan kemudian Kirito sudah berdiri tepat di depannya.

"Ack..."

Begitu Rosalia membeku sesaat, Kirito merebut kristal dari tangannya, lalu
menggenggam kerahnya dan menariknya kembali ke arah bandit-bandit lainnya.

"Le-lepaskan aku!! Kau ingin melakukan apa brengsek!!"

Kirito melemparnya ke arah sekelompok bandit tersebut, yang sedang berdiri


terpana, dan kemudian mulai mengobrak-abrik kantongnya tanpa berkata apa-
apa. Kristal yang dikeluarkannya juga berwarna biru. Tapi warnanya jauh lebih tua
daripada kristal teleport.

"Orang yang memintaku melakukan ini membeli kristal koridor ini dengan
semua uang yang dimilikinya. Katanya dia sudah mengatur Kastil Besi Hitam
sebagai tempat keluarnya.. Jadi aku akan menteleport kalian semua ke penjara,
terus «The Army» bisa mengurus sisanya dari situ."

Rosalia, yang sedang duduk di bawah, terdiam selama beberapa saat sebelum
dia tersenyum seperti itu hanya gertakan.

"—Dan kalau aku bilang aku ga mau?"

"Akan kubunuh kalian semua."

Senyum di wajahnya membeku begitu mendengar jawaban singkat Kirito.

55 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"—adalah yang ingin kukatakan... tapi jika begitu maka aku akan
menggunakan ini."

Kirito mengambil sebuah pisau kecil dari dalam mantelnya. Jika diperhatikan
dengan seksama, terlihat sebuah cairan hijau yang samar-samar di
permukaannya.

"Racun pelumpuh; ini racun level lima, jadi kalian ga akan bisa bergerak untuk
sekitar sepuluh menit. Waktu segitu cukup untuk memasukkan kalian semua ke
koridor... Jalan sendiri, atau kujebloskan; itu pilihanmu."

Tidak ada yang menggertak sekarang. Setelah melihat mereka semua


menundukkan kepalanya tanpa suara, Kirito melepaskan pisaunya, mengangkat
kristal biru tua itu tinggi-tinggi, kemudian berteriak.

"Koridor terbukalah!"

Kristal itu pecah berkeping-keping dalam sekejap lalu muncul sebuah pusaran
biru cahaya.

"Dasar sial..."

Pengguna kapak yang berpostur tinggi adalah yang pertama berjalan ke


koridor dengan bahu tergantung. Sisa pemain-pemain oranye kemudian lenyap
di dalam cahaya satu demi satu, beberapa dengan diam, beberapa lagi sambil
menyumpah-nyumpah ketika berjalan memasukinya. Setelah pemain hijau yang
mengumpulkan informasi mengikuti mereka, yang tersisa hanyalah Rosalia.

Bandit berambut merah itu mencoba bergerak sekalipun tidak bahkan setelah
semua kawanannya lenyap ke koridor. Dia duduk dengan kaki bersila dan
menatap Kirito seperti mau menantangnya.

"...Yah, coba saja kalau bisa. Kalau kau menyakiti pemain hijau kau akan
menjadi pemain oranye..."

Kirito menggenggam kerahnya bahkan sebelum ia selesai bicara.

"Kuberitahu kau: aku ini solo; menjadi oranye untuk sehari dua hari ga berarti
apa-apa bagiku."

56 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito berkata dengan dingin sebelum menyeretnya ke koridor. Rosalia


melawan dengan memukul-mukulkan lengan dan kakinya.

"Tunggu, kumohon, berhenti! Maafkan aku! Huh?! ...Ah, benar, kau, maukah
kau bekerja denganku? Dengan kemampuanmu kita bisa mengalahkan guild
manapun..."

Rosalia tidak pernah menyelesaikan perkataannya. Kirito melempar Rosalia ke


koridor dengan kepala duluan. Setelah dia menghilang, koridor itu bersinar
terang selama sesaat kemudian lenyap.

Semuanya menjadi tenang lagi.

Padang bunga yang penuh dengan suara-suara alami, kicauan burung dan
aliran air, menjadi sepi kembali seakan semua yang baru saja terjadi hanyalah
sebuah kebohongan. Tapi Silica tidak bisa bergerak. Kekagetannya terhadap
identitas asli Kirito, kelegaannya terhadap perginya para bandit, semua emosi ini
membanjir secara bersamaan, membuatnya tidak mampu untuk membuka
mulutnya sekalipun.

Kirito memiringkan kepalanya dan diam-diam mengamati Silica yang sedang


terkesima selama beberapa saat sebelum dia akhirnya mengatakan sesuatu
hampir seperti bisikan:

"...Maaf, Silica. Sepertinya aku malah menggunakanmu sebagai umpan. Aku


sudah mempertimbangkan untuk memberitahumu sendiri... tapi kupikir kamu
akan ketakutan sehingga aku tidak jadi melakukannya."

Silica mati-matian mencoba menggelengkan kepalanya, namun ia tidak bisa;


saking banyaknya pikiran-pikiran yang berputar membanjiri kepalanya.

"Aku akan mengantarmu ke desa."

Ujar Kirito lalu dia mulai berjalan. Silica entah bagaimana berhasil memaksa
suaranya keluar menuju Kirito.

"Kakiku—kakiku tidak mau bergerak."

57 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito menengok ke belakang dan menawarkan tangan kanannya disertai


sebuah senyuman; Silica akhirnya tersenyum begitu ia memegang erat tangan itu.

Keduanya tetap terdiam sampai mereka tiba di Weathercock Tavern di lantai


tiga puluh lima. Ada banyak sekali hal yang ingin dikatakan Silica, tapi ia tak
mampu mengatakannya, seakan ada batu koral yang tersangkut di
kerongkongannya.

Ketika mereka naik ke lantai dua dan memasuki kamar Kirito, cahaya merah
matahari terbenam sudah mengalir masuk melalui jendela. Silica akhirnya berhasil
berbicara dengan suara gemetar kepada Kirito, yang sudah tampak seperti siluet
hitam karena cahaya matahari.

"Kirito onii-chan... kamu mau pergi...?"

Setelah terdiam lama, siluet itu pun mengangguk pelan.

"Iya... aku sudah pergi dari garis depan selama lima hari. Aku harus kembali
mulai menyelesaikan game ini lagi secepat mungkin..."

"...Benar juga..."

Sebenarnya, Silica ingin memintanya untuk membawa serta dirinya.

Tapi ia tidak bisa.

Levelnya Kirito 78. Levelnya dia 45. Dengan selisih level 33--- perbedaan yang
memisahkan mereka jelas sangat menyakitkan. Jika dia mengikuti Kirito ke garis
depan, Silica akan mati dalam sekejap. Walaupun mereka berada dalam game
yang sama, dinding yang lebih tinggi dari apapun di kehidupan nyata berdiri
diantara dunia mereka yang begitu berbeda.

"...A...Aku..."

Silica menggigit bibirnya dan mati-matian berusaha untuk menahan emosinya


yang terancam meluap; dua aliran air mata yang terbentuk sebagai hasil dari
perasaannya itu lalu bergulir menuruni pipinya.

58 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tiba-tiba, dia merasakan tangan Kirito di pundaknya. Sebuah suara pelan yang
lembut berbisik tepat disampingnya:

"Level itu cuma angka-angka. Kekuatan di dunia ini tak lebih dari sebuah ilusi.
Ada hal-hal yang jauh lebih penting dari itu. Jadi ayo kita bertemu lagi di dunia
nyata. Kalau kita bertemu lagi, kita akan bisa berteman lagi."

Sebenarnya, Silica ingin bersandar ke Kirito di depannya. Namun begitu ia


merasakan ucapan Kirito menyebarkan kehangatannya dalam hatinya yang
sedang hancur, ia menyadari kalau dia tidak boleh berharap lebih darinya.
Kemudian dia menutup matanya dan bergumam:

"Oke. Ini—ini janji ya."

Dia memisahkan dirinya dari Kirito, menatap wajahnya, dan akhirnya dia bisa
tersenyum dengan sungguh-sungguh. Kirito juga tersenyum lalu berkata:

"Jadi, ayo kita panggil Fina."

"Oke!"

Silica mengangguk lalu melambaikan tangan kanannya untuk memunculkan


layar utama. Dia menggulung inventaris itemnya dan mengeluarkan «Fina's
Heart».

Dia meletakkan bulu biru langit yang keluar dari layar di meja lalu dia juga
mengeluarkan «Bunga Pneuma».

Dengan bunga putih mutiara di tangannya, dia menutup layar itu lalu
memandang Kirito.

"Yang harus kamu lakukan hanyalah meneteskan tetesan air yang ada di
tengah-tengah bunga itu ke bulu Fina. Setelah kamu melakukan itu Fina akan
kembali."

"Oke..."

Sambil memandangi bulu biru langit itu, Silica berbisik dalam pikirannya.

59 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Fina... aku punya banyak sekali cerita untukmu; tentang petualangan


menakjubkan yang kualami hari ini... dan tentang orang yang menyelamatkanmu,
orang yang menjadi kakakku hanya untuk sehari.

Dengan air mata di matanya, Silica memiringkan bunga di tangan kanannya


menuju bulu tersebut.

60 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bab 2 - Kehangatan Hati (Lantai ke-48 Aincrad, Juni 2024)

Kincir air yang besar itu berputar dengan mantap, memenuhi seluruh toko
dengan suara menenangkan.

Walaupun ini hanya rumah kecil untuk digunakan kelas support diantara
perumahan khusus pemain, harganya naik seperti pasang karena kincir air itu.
Saat aku pertama menemukan rumah ini di distrik utama Lindus di lantai 48,
pikiranku tiba-tiba berkata 'ini dia!', tepat sebelum harganya mengejutkanku.

Sejak saat itu, aku mulai bekerja keras membanting tulang, meminjam uang
dari berbagai tempat, dan berhasil mengumpulkan tiga juta Coll hanya dalam
dua bulan. Kalau ini adalah dunia nyata, tubuhku akan dipenuhi otot dari semua
pengalamanku memukulkan palu, dan tangan kananku akan penuh dengan
kapalan tebal.

Tapi semua itu terbayar sudah, aku memperoleh sertifikatnya hanya selangkah
lebih dulu dari pesaingku dan membuka "Toko Senjata Spesial Lizbet" di rumah
berkincir air ini. Ini terjadi tiga bulan lalu saat musim semi yang sejuk.

Bagian 1

Setelah meminum kopi pagiku dengan cepat --- untungnya ini Aincrad ---
sambil mendengarkan berputarnya kincir air seperti mendengarkan BGM, aku
memakai seragam blacksmithku dan melirik pantulanku di cermin besar yang
tergantung di dinding.

Meskipun aku menyebutnya seragam blacksmith, sebenarnya pakaianku ini


sekedar mirip pun tidak, tapi pakaianku ini sebenarnya lebih mirip seragam
pelayan wanita: sebuah atasan merah tua dengan lengan baju yang
menggembung dan sebuah rok layang dengan warna yang sama, ditambah
sebuah celemek putih bersih diatasnya dan sebuah pita merah di dadaku.

Bukan aku yang memilih pakaian ini; seorang pelanggan setia sekaligus
temanku lah yang memilihnya. Menurutnya, 'wajahmu baby face jadi pakaian
kaku ga cocok buatmu.'

61 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Nah itulah yang dia bilang, dan aku tuh seperti 'urus urusanmu sendiri!' Tapi
penjualan naik dua kali lipat sejak aku mulai memakai seragam ini, jadi aku ga
punya pilihan selain terus memakainya.

Nasehatnya tidak berhenti di pakaianku, tapi bahkan sampai juga ke


rambutku; sekarang rambutku sudah dirombak menjadi sangat pink dan halus.
Tapi berdasarkan respon pelanggan, sepertinya penampilan ini cocok denganku.

Aku, Lisbeth si blacksmith, berumur lima belas saat aku pertama kali masuk ke
SAO. Dulu di dunia nyata kudengar aku terlihat lebih muda dari usiaku, tapi di
dunia ini aku bahkan terlihat lebih muda lagi. Ketika rambut merah mudaku, mata
besarku yang biru, dan bibirku yang mungil dikombinasikan dengan celemek
bergaya kuno, pantulanku di cermin terlihat hampir seperti boneka.

Karena di dunia lain aku hanya anak SMP yang tidak peduli dengan mode,
jurangnya pun makin melebar. Entah bagaimana aku telah terbiasa dengan
penampilanku, namun karena kepribadianku tidak berubah sama mudahnya, aku
sudah beberapa kali menakuti pelangganku dengan tingkahku dari waktu ke
waktu.

Aku memeriksa apa ada yang terlupa kusiapkan sebelum aku ke bagian depan
toko dan membalik tanda 'TUTUP'. Aku memandang beberapa pemain yang telah
menunggu bukanya tokoku, lalu memperlihatkan senyum terbaikku dan menyapa
mereka.

"Selamat pagi! Silakan!"

Sebenarnya, belum terlalu lama sejak aku bisa melakukan ini secara alami.

Mengelola sebuah toko sudah menjadi mimpiku sejak lama, tapi


melakukannya di dalam game ternyata sangat berbeda dengan di dunia nyata.
Aku mengalami sendiri bagaimana susahnya penyambutan dan pelayanan ketika
aku pertama mulai sebagai pedagang jalanan dengan sebuah penginapan
sebagai markasku.

Karena menahan senyum terlalu sulit bagiku, aku memutuskan untuk menang
melalui kualitas, dan sepertinya menaikkan level skill weaponsmithku adalah
jawabannya, terbukti dengan banyaknya pelanggan setiaku yang terus

62 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

menggunakan senjataku bahkan setelah aku membuka toko ini. Setelah selesai
menyapa mereka, aku meninggalkan resepsionis ke pegawai NPC ku lalu
menyembunyikan diri di ruang kerja yang tersambung ke toko milikku. Ada
sekitar sepuluh item yang harus kubuat hari ini.

Segera setelah aku menarik tuas di dinding, kekuatan mekanik dari kincir air
mulai digunakan oleh puputan untuk meniupkan udara ke kompor arang,
pemoles pun mulai berputar. Aku mengeluarkan sebongkah logam mahal dari
inventarisku dan memasukkannya ke kompor arang yang baru mulai memanas.
Setelah cukup panas, aku memindahkannya ke landasan tempa menggunakan
sepasang penjepit. Aku berlutut dengan satu kaki dan menggenggam paluku,
lalu memanggil menu pop-up dan memilih benda yang ingin kubuat. Sekarang
yang harus kulakukan hanyalah memukul bongkahan logam itu sebanyak jumlah
yang diperlukan dan benda itu pun tertempa. Tidak ada teknik yang diperlukan
untuk ini dan kualitas senjata yang dihasilkan pun acak; tapi kupikir hasil akhirnya
bergantung dengan sekuat apa konsentrasiku, jadi aku menegangkan semua
otot-ototku dan mengangkat palunya pelan-pelan. Kemudian, persis saat aku
akan menghantam logam itu---

"Hei, Lis!"

"Ahh!"

Pintu ruang kerjaku terbuka dengan keras dan aku pun meleset; alih-alih
membentur logam, aku malah mengenai alas tempaku dengan dentang yang
menyedihkan dan percikan-percikan bunga api.

Begitu aku mengangkat kepalaku, pengacau itu sedang menggaruk kepalanya


dan tersenyum dengan lidahnya terjulur keluar.

"Maaf~ Lain kali aku akan hati-hati."

"Kira-kira udah berapa kali ya aku dengar kata-kata itu--- ...Yah, seenggaknya
ini terjadi sebelum aku mulai."

Aku berdiri sambil menghela nafas panjang dan mengembalikan bongkahan


logam itu ke dalam kompor arang sebelum menempatkan kedua tanganku di

63 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

pinggang dan berbalik. Kemudian aku memandang gadis yang sedikit lebih
tinggi dariku.

"...Hei, Asuna."

Sahabatku dan seorang pelanggan setia, si pengguna rapier Asuna, berjalan


melintasi ruangan ke arahku lalu duduk di atas sebuah kursi kayu. Lalu dia
menekan rambut coklat kemerah-merahannya yang panjang yang melewati
bahunya dengan tangannya. Semua pergerakannya seperti bersinar, seakan dia
adalah seorang bintang film, dan membuatku terpana meskipun aku sudah lama
mengenalnya.

Aku pun duduk di kursi di depan alas tempaku itu dan menyandarkan paluku
ke dinding.

"...Jadi, hari ini ada apa? Kamu dateng lebih pagi dari biasanya."

"Ah, aku ingin kamu merawat ini."

Asuna mengeluarkan rapiernya, dengan bilahnya masih disarungkan,


kemudian melemparnya. Aku menangkapnya dengan satu tangan lalu
menariknya keluar. Rapier itu sedikit tumpul karena sudah lama digunakan,
namun tidak cukup tumpul untuk menyebabkan masalah memotong pada
bilahnya.

"Kondisinya masih lumayan bagus kan? Terlalu awal untuk dirawat."

"Iya kamu benar. Tapi aku ingin ini jadi benar-benar berkilau."

"Hmmm?"

Aku menatap Asuna dengan teliti. Pakaian ksatrianya yang putih bercorak
palang merah dan rok mininya tetap sama seperti biasanya, namun sepatunya
bersinar seperti baru dan dia bahkan memakai sepasang anting perak.

"Kamu lagi aneh~ Aku baru kepikiran sekarang, hari kan ini hari kerja. Gimana
tentang kuota clearing guild kamu? Bukannya kamu bilang kalian lagi kesusahan
di lantai enam puluh tiga?"

64 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Mendengar ucapanku, Asuna tersenyum malu:

"Ya--- aku dapet cuti hari ini. Karena nanti aku punya janji dengan
seseorang..."

"Ohh~!"

Aku bergeser mendekat ke Asuna sambil tetap duduk di kursiku.

"Kasih tahu aku dong. Kamu mau ketemu siapa?"

"Ra-rahasia!"

Asuna memerah dan menghindari tatapanku. Aku menyilangkan lenganku,


menggangguk, lalu berkata:

"Ah~ Kupikir aneh kamu menjadi lebih cerah belakangan ini. Jadi akhirnya
kamu dapet pacar."

"Eng-enggak kayak gitu!!"

Pipi Asuna memerah makin tua. Dia terbatuk lalu menanyakanku sebuah
pertanyaan sambil sedikit melirik-lirik:

"...Apa aku, bener-bener seberbeda itu sekarang...?"

"Tentu saja~ Waktu aku pertama ketemu kamu, kamu selalu berkonsentrasi
menyelesaikan dungeon! Waktu itu kupikir kamu sedikit terlalu kaku, tapi
kemudian, mulai musim semi ini, kamu mulai berubah sedikit; seperti beristirahat
dari menyelesaikan game waktu hari kerja --- dulu kamu ga akan pernah
melakukan itu."

"Be-bener ...mungkin aku memang telah terpengaruh...

"Jadi, siapa dia? Aku kenal ga?"

"Ku... kurasa enggak... kayaknya."

"Lain kali bawa dia kesini."

65 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Ga kayak gitu! Ini masih, yah... satu arah..."

"Hmm...?"

Kali ini aku benar-benar terkejut. Asuna adalah sub-leader dari guild terkuat,
KoB, dan salah satu dari lima cewek tercantik di Aincrad. Laki-laki yang
menginginkan perhatian Asuna ada sebanyak bintang di langit, tapi aku bahkan
tidak pernah membayangkan kalau kebalikannya itu ada.

"Begini lho, dia orang yang bener-bener aneh."

Ucap Asuna dengan kedua matanya merenung ke dalam kejauhan. Senyum


lembut terlihat di bibirnya. Kalau ini adalah komik percintaan, maka sekarang di
latarnya akan ada kelopak-kelopak bunga.

"Menurutku dia ga bisa ditebak, atau dia cuma melakukan semuanya dalam
temponya sendiri... tapi walaupun begitu, dia bener-bener kuat."

"Oh, lebih kuat dari kamu?"

"Iya, beneran; kalau kita duel, aku bertahan semenit saja ga akan bisa."

"Ohh~ Aku bisa menghitung orang yang mampu melakukan itu dengan jari."

Segera setelah aku mulai memeriksa daftar clearer di kepalaku, Asuna mulai
mengibaskan tangannya.

"Ah, jangan bayangkan dia~!"

"Yah, aku menantikan untuk segera melihatnya. Dan kalau begitu ceritanya,
aku akan mengandalkanmu untuk promosi juga!"

"Kamu ga pernah melewatkan kesempatan ya. Akan kukenalkan dia ---ah, oh!
Cepet dirawat!"

"Iya, iya. Akan kuselesaikan sekarang juga jadi tunggu sebentar."

Aku berdiri dengan rapier Asuna di tanganku dan berjalan ke pemoles yang
berputar di pojok ruangan.

66 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku mengeluarkan pedang tipis itu dari sarungnya. Senjata ini dikategorikan
sebagai «Rapier» dengan nama unik «Lambent Light». Termasuk salah satu
pedang terbaik yang pernah kubuat. Walau aku menggunakan bahan mentah
terbaik, palu terbaik, alas tempa terbaik, dan segalanya yang terbaik sekalipun,
kualitas senjata yang dihasilkan masih berbeda-beda dikarenakan faktor acak.
Karena itulah, aku hanya bisa membuat pedang berkualitas seperti ini setiap
sekitar tiga bulan.

Pelan-pelan aku menempelkan pedang itu ke pemoles dengan kedua


tanganku. Teknik yang terlibat dalam memoles senjata juga tidak ada, tapi aku
tidak berniat untuk mengabaikannya.

Aku meluncurkan pedang itu dari pangkal hingga ujungnya. Bunga-bunga api
berlompatan keluar dengan terang, suara metalik terdengar, dan di saat yang
bersamaan kilau gemerlapan kembali ke pedang tersebut. Begitu proses
pemolesan selesai, rapier itu kembali ke ke penampilan keperak-perakannya,
bersinar dengan cahaya matahari pagi.

Aku menyarungkan bilahnya lagi dan melemparkannya ke Asuna. Lalu aku


menangkap koin perak 100 coll yang dilemparkannya pada saat yang bersamaan
dengan ujung-ujung jariku.

"Makasih!"

"Aku juga akan memintamu memperbaiki armorku nanti... tapi aku kehabisan
waktu sekarang jadi daaah!"

Asuna berdiri dan menggantung rapier itu di sisi pinggangnya.

"Aku penasaran dia seperti apa sih~ Mungkin aku harus ikut pergi."

"Ehh, ja-jangan!"

"Hahaha, aku bercanda. Tapi lain kali bawa dia ya."

"Se-segera."

Asuna melambaikan tangannya dan keluar dari ruang kerjaku seakan dia
melarikan diri. Aku menghela nafas panjang dan roboh lagi ke kursiku.

67 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"...Pasti enak."

Aku tersenyum dengan sedikit pahit mendengar ucapan yang terlontar dari
mulutku.

Satu setengah tahun sudah lewat sejak aku datang ke dunia ini. Karena
kepribadianku, aku tidak bersenang-senang dan malah menuangkan segalanya
untuk mengembangkan tokoku hingga seperti sekarang ini. Tetapi sekarang aku
telah memiliki sebuah toko dan hampir menyempurnakan skill smithku, aku juga
mulai merindukan pertemanan lagi, kemungkinan besar karena aku tidak punya
tujuan yang jelas lagi.

Karena tidak ada banyak perempuan di Aincrad, lumayan banyak lelaki yang
mencoba mendekatiku, tapi karena beberapa alasan aku tidak pernah merasa
ingin menanggapinya. Jadi ketika topik ini dibicarakan aku merasa cukup iri pada
Asuna.

"Kapan ya aku bakal ngerasain «Pertemuan Bersejarah» juga~"

Aku bergumam, lalu menggeleng-gelengkan kepalaku untuk menghilangkan


pikiran-pikiran aneh ini dan berdiri. Aku mengambil bongkahan logam yang
sekarang sudah merah panas, mengeluarkannya dari kompor arang dan
meletakkannya kembali ke alas tempa. Sepertinya dialah yang akan menjadi
rekanku untuk sementara waktu ini. Dengan pikiran-pikiran ini bergelayutan di
kepalaku, kuangkat paluku dan menghantamkannya. Hiiyaa.

Bunyi berirama logam yang menggaung di ruang kerjaku biasanya membuat


pikiranku jernih, tapi hari ini ganjalan-ganjalan di hatiku itu tidak mau pergi.

Siang keesokan harinya dia mengunjungi toko milikku.

Aku menyelesaikan semua pesanan senjata kemarin dan sekarang aku terlelap
di kursi batu di depan toko.

Aku bermimpi. Mimpi tentang saat aku masih SD. Dulu aku anak yang rajin
dan pendiam, tapi aku punya kebiasaan tertidur saat pelajaran siang pertama.
Guru-guru sering mencecarku karena tertidur.

68 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Saat itu aku mengagumi guru lelaki muda ini yang baru saja lulus dari
universitas. Aku masih merasa malu ketika ditegur, namun untuk beberapa alasan
aku sangat menyukai caranya dia membangunkanku. Dia akan menggoyang-
goyangkan bahuku dengan pelan dan bicara dengan suara yang pelan dan halus-
--

"Erm, maaf tapi..."

"I-iya, maafkan aku!"

"Wha?!"

Aku berteriak dan melompat seperti pegas. Didepanku berdiri seorang pemain
laki-laki dengan ekpresi terkejut terpasang di wajahnya.

"Huh...?"

Aku melihat sekelilingku. Yang terlihat bukanlah ruang kelas yang berisi
barisan-barisan meja. Pepohonan yang tertanam di sepanjang jalan, jalur air yang
mengiringi jalanan batu yang luas, halaman yang tertutup rerumputan; rumah
keduaku, Lindus.

Tampaknya aku tadi melamun untuk pertama kalinya setelah beberapa lama.
Aku batuk untuk menyembunyikan rasa maluku dan menyambut orang yang
kelihatannya adalah pelanggan.

"Se-selamat datang. Kamu mencari senjata?"

"Erm, iya."

Pemuda itu mengangguk.

Dia tidak terlihat seperti seseorang yang berlevel sangat tinggi. Dia tampak
hanya sedikit lebih tua dariku; rambut hitam dengan baju, celana, dan sepatu
yang simpel. Satu-satunya persenjataan yang dia miliki hanyalah pedang satu
tangan di punggungnya. Senjata-senjata di tokoku memerlukan stats yang tinggi
dan aku khawatir apa levelnya dia cukup tinggi, tapi aku tidak memperlihatkan
kekhawatiranku dan memandunya ke dalam toko.

69 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Bagian pedang satu tangan di sebelah sana."

Melihatku menunjuk ke arah bagian senjata-senjata dasar, dia tersenyum


sedikit canggung dan berkata.

"Ah, begini, aku ingin memesan yang buatan sendiri..."

Aku makin tambah khawatir. Bahkan senjata pesanan yang termurah pun,
yang butuh bahan-bahan khusus untuk menempanya, berharga lebih dari seratus
ribu coll. Kalau dia mulai panik mendengar harganya, aku juga jadi malu, jadi
kucoba menghindari situasi itu.

"Harga logam sekarang lagi agak tinggi, jadi kupikir harganya akan sedikit
mahal..."

Begitu kuberitahu, pemuda berpakaian serba hitam itu mengucapkan hal yang
sama sekali tak bisa dipercaya dengan ekpresi cuek.

"Ga usah khawatir terhadap harganya. Tolong tempa saja pedang terbaik yang
kamu bisa sekarang."

"..."

Aku terbelalak menatap wajahnya selama beberapa saat kemudian entah


bagaimana aku berhasil membuka mulutku.

"...Yaa, walau kamu bilang begitu... aku harus punya gambaran tentang
kualitasnya..."

Intonasiku sedikit lebih kasar dari biasanya, tapi nampaknya dia tidak peduli
dengan itu dan hanya mengangguk.

"Bener juga. Kalo gitu..."

Dia mengambil pedang di punggungnya, masih disarungkan, dan


memberikannya padaku.

"Gimana kalau pedang dengan kualitas sama atau lebih bagus dari yang ini?"

70 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tidak terlihat seperti senjata yang hebat. Gagangnya dililit oleh bahan kulit
berwarna hitam; warna yang sama dengan pangkalnya. Tapi saat aku
mengambilnya dengan tangan kananku---

Berat!!

Aku hampir menjatuhkannya. Persyaratan stat kekuatannya luar biasa tinggi.


Sebagai seorang blacksmith dan pengguna gada, aku cukup percaya diri dengan
kekuatanku. Tapi aku ga akan pernah bisa mengayunkan pedang ini.

Dengan ragu-ragu aku menariknya dari sarungnya dan pedang yang hampir
hitam sempurna itu berkilat. Aku tahu pedang ini adalah pedang berkualitas
tinggi hanya dengan melihatnya sekilas. Kuklik pedang itu dengan jariku untuk
memanggil layar popup: kategori «Pedang-Panjang/Satu Tangan», nama uniknya
«Elucidator». Tidak ada nama pembuatnya, berarti pedang ini bukanlah buatan
seorang blacksmith.

Kalian bisa memisahkan semua senjata di Aincrad menjadi dua kelompok.

Satu adalah "Buatan pemain", artinya senjata yang dibuat oleh kami, para
blacksmith. Yang satunya lagi adalah senjata yang diperoleh dari berpetualang
sebagai "Benda yang dijatuhkan monster". Tak perlu dikatakan lagi, para
blacksmith tidak begitu suka senjata-senjata yang dijatuhkan itu. Aku bahkan
tidak bisa memulai untuk menghitung semua nama seperti 'Tidak bernama' atau
'Tidak bermerek' yang diberikan pada senjata-senjata tersebut.

Tetapi pedang ini tampak seperti benda yang sangat langka diantara benda
yang dijatuhkan monster. Jika kalian membandingkan kualitas rata-rata senjata
buatan pemain dan senjata yang dijatuhkan monster, yang lebih baik adalah
yang pertama. Tapi sekali-sekali, «Pedang Setan» seperti ini muncul — begitulah
yang kudengar.

Bagaimanapun, harga diriku sekarang menjadi taruhannya. Sebagai seorang


blacksmith, ga mungkin aku akan kalah dengan senjata jatuhan. Aku
mengembalikan pedang yang berat itu dan mengambil sebuah pedang panjang
yang tergantung di dinding belakang toko. Aku menempa pedang ini sebulan
lalu dan inilah pedang terbaik yang bisa kutempa sekarang. Pedang yang kutarik

71 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

dari sarungnya itu dibubuhi warna kemerah-merahan, seakan-akan diliputi oleh


api.

"Ini pedang terbaik di tokoku sekarang. Kemungkinan besar ga akan kalah


dengan pedangmu."

Dia mengambil pedang itu tanpa bicara, mengayunkannya dengan satu


tangan, kemudian memiringkan kepalanya.

"Sedikit enteng ya."

"...Aku menggunakan logam tipe kecepatan untuk membuatnya..."

"Hmm..."

Ekpresi curiga terlihat di wajahnya dan dia mengayunkan pedang itu beberapa
kali lagi sebelum memalingkan tatapannya ke arahku dan bertanya.

"Boleh aku mengetesnya sedikit?"

"Tes apanya...?"

"Ketahanan."

Pemuda itu menarik pedangnya, yang ia pegang di tangan kirinya dari tadi,
lalu meletakkannya di atas konter. Kemudian dia berdiri di sampingnya dan
perlahan-lahan mengangkat pedang yang kemerah-merahan dengan lengan
kanannya.

Menyadari apa yang ingin dia lakukan, aku mencoba menghentikannya.

"Tu-tunggu! Kalau kamu lakukan itu pedangnya akan rusak!"

"Kalau pedang ini rusak semudah itu maka ini tidak berguna. Kalau itu terjadi
akan kuurus nanti."

"Itu..."

72 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Itu benar-benar gila, adalah yang ingin kukatakan, tapi kuhentikan diriku. Dia
memegang pedangnya di atas kepalanya dan matanya bersinar tajam. Segera,
pedang itu mulai bersinar dengan cahaya biru.

"Hyah!"

Dengan sebuah pekikan, dia mengayunkan pedang itu dengan kecepatan luar
biasa. Kedua pedang tersebut saling beradu satu sama lain sebelum aku sempat
berkedip, dan dentumannya bergema keras di dalam toko. Karena kilatan yang
dihasilkannya terlalu terang, aku memicingkan mataku untuk melihatnya, lalu
mundur selangkah ke belakang...

Bilahnya terbelah dua dengan rapi dan telah benar-benar hancur.

---Pedang karya terbaikku.

"AHHHHHH!!"

Aku berteriak dan buru-buru menggapai tangan kanannya. Kuambil setengah


bagian yang tersisa dan memeriksanya dengan hati-hati dari semua sudut.

...Reparasi... sudah tidak mungkin.

Begitu sampai pada kesimpulan itu bahuku terkulai lemas, setengah yang
sisanya lagi berhamburan menjadi pecahan poligon. Setelah beberapa detik yang
hening lewat, aku mengangkat kepalaku pelan-pelan.

"Wha...wha..."

Aku menggenggam kerahnya selagi bibirku gemetaran.

"Kamu mau ngapain sekarang---!! Ini rusak---!!"

"Ma-maaf! Aku ga pernah mengira kalau pedang yang kuayun akan patah..."

...Snap.

"Dengan kata lain, kamu ingin mengatakan kalau pedangku lebih lemah dari
yang kamu kira!?"

73 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Errr---ummm--- yaa, iya."

"Ah!! Sekarang kamu langsung jujur gitu aja!?"

Aku lepaskan kerahnya, kuletakkan kedua tanganku di pinggul dan


menegakkan dadaku.

"Ku--- kuberitahu kamu! Kalau aku punya bahan yang tepat aku bisa
membuat senjata-senjata yang bisa mematahkan pedangmu sebanyak apapun
yang aku mau!"

"—Oh?"

Dia tersenyum mendengar ucapan yang kukatakan dalam kondisi marah itu.

"Kalau begitu aku ingin memintamu untuk membuatnya; sesuatu yang bisa
mematahkan pedang ini begitu saja."

Dia mengambil pedang di konter dan menyarungkannya. Darah akhirnya


menyerbu naik ke kepalaku dan---

"Jadi gitu ya!? Oke! Kalo gitu kamu bantuin juga! Mulai dengan membantuku
mendapatkan bahan-bahannya!"

Aku tahu kalau aku baru saja membuat kesalahan, tapi nasi sudah menjadi
bubur. Ga mungkin aku mundur sekarang. Tapi dia tidak bergeming sama sekali
dan mencermatiku dengan kasar.

"...Begini, aku tidak keberatan, tapi bukannya lebih baik kalau aku pergi
sendiri? Akan jadi masalah kalau kamu menyulitkanku."

"Argh--!!"

Ternyata orang yang sehebat ini dalam memanas-manasi orang benar-benar


ada. Aku mengibas-ngibaskan tanganku dengan liar dan protes seperti anak
kecil.

"Ja-jangan meremehkanku! Begini begini, aku seorang pengguna gada!"

"Whew~"

74 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Pemuda itu bersiul. Sekarang dia cuma asyik sendiri.

"Kalau begitu, aku akan menantikannya. ---Omong-omong, akan kubayar


pedang yang kupatahkan."

"Ga usah melakukan itu! Inget aja kalau aku membuat pedang yang lebih
bagus dari pedangmu, akan kubuat kamu membayar segunung!"

"Oke, sebanyak apapun yang kamu mau. ---Aku Kirito. Kuharap kita berteman
baik sampai pedangnya selesai."

Aku menyilangkan tanganku dan membuang pandangan.

"Kuharap kita berteman baik, Kirito."

"Uwa, kamu langsung memanggil namaku seperti itu? Yah, aku oke oke saja
sih. Kuharap kita berteman baik, Lisbeth."

"Kaaah--!!"

---kesan pertama terburuk yang pernah ada untuk membentuk sebuah


kelompok.

Bagian 2

Rumor tentang «Logam Itu» mulai beredar diantara para blacksmith sekitar
sepuluh hari yang lalu. Tentu saja, tujuan utama SAO adalah mencapai lantai
teratas dan mengalahkan gamenya. Tapi selain itu, terdapat juga berbagai jenis
quest lainnya: misi dari para NPC, misi pengawalan, mencari harta karun, dan
lain-lain. Tetapi karena hadiahnya biasanya termasuk equipment yang diinginkan,
kebanyakan quest tersebut memiliki waktu jeda setelah diselesaikan sebelum
tersedia lagi. Bahkan ada juga quest yang hanya bisa diselesaikan sekali saja,
alhasil quest itu pun benar-benar menarik perhatian para pemain.

Salah satu dari misi-misi semacam itu ditemukan di dusun kecil di sudut lantai
55. Seorang NPC kepala desa berjanggut putih berkata--- Ada naga putih yang
hidup di pegunungan bagian barat, yang menyantap kristal setiap hari sebagai
makanannya dan menimbunnya dalam jumlah besar di dalam perutnya hingga
menciptakan suatu logam yang langka dan sangat berharga. Jelas ini adalah misi

75 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

yang hadiahnya berupa bahan material yang menakjubkan, jadi sejumlah besar
orang langsung membentuk kelompok penyerangan yang bisa mengalahkan
naga tersebut dengan mudahnya. ---Namun mereka tidak mendapatkan apa-apa.
Naga itu hanya menjatuhkan sedikit Coll dan beberapa equipment berkualitas
rendah, yang bahkan tidak bisa menutupi biaya ramuan penyembuh dan kristal
yang digunakan.

Setelah itu, semua orang menduga kalau logam itu hanya berpeluang untuk
dijatuhkan, oleh karena itu banyak kelompok berbicara pada tetua tadi dan
mengalahkan naga tersebut, tapi masih belum ada orang yang menemukan
logam itu. Dalam seminggu, tak terhitung banyaknya jumlah naga putih yang
terbunuh, tetapi tidak ada kelompok yang berhasil menemukan logam itu.
Seseorang akhirnya mengusulkan bahwa ada kondisi khusus yang harus
dipenuhi, jadi sekarang semua orang berusaha keras untuk mencari tahu apa
kondisi yang dimaksud.

Setelah mendengarkan penjelasanku, pemuda yang bernama Kirito, yang


menghirup teh yang tidak ingin kubuat, yang duduk di kursi ruang kerjaku
dengan kakinya disilangkan, menjawab 'ah...' dan mengangguk pelan.

"Aku juga pernah denger tentang ini. Sepertinya memang ada kemungkinan
memperoleh material langka. Tapi sejauh ini belum ada orang yang
mendapatkannya kan? Apa kita bisa mendapatkan sesuatu kalau kita pergi
sekarang?"

"Diantara teori-teori yang beredar, salah satunya mengklaim kalau 'harus ada
blacksmith di dalam kelompok', karena tidak banyak blacksmith yang melatih skill
bertarung mereka dengan baik."

"Jadi itu sebabnya; kedengarannya bener juga sih--- kalau benar begitu, kita
harus segera berangkat."

"......"

Aku menatap wajah Kirito dengan marah.

76 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Aku heran kamu bisa hidup sampai hari ini dengan akal sehat yang kurang
kayak gitu. Ini bukan berburu goblin! Kita harus membentuk kelompok yang
bagus dan..."

"Tapi kalau kita melakukan itu, maka nantinya jika material itu jatuh pun, ada
kemungkinan kita ga akan mendapatkannya kan? Naga putih itu ada di lantai
berapa?"

"...Lantai 55."

"Heh--- Kalau gitu aku sendirian pun bisa; kamu bahkan ga perlu bantuin."

"...Kamu ini kuat banget, apa cuma bodoh banget? Biarlah, aku ga peduli,
pemandangan kamu menangis sambil teleport melarikan diri juga kedengaran
lumayan menarik."

Kirito hanya tergelak, menghabiskan tehnya tanpa membalas, dan menaruh


cangkirnya kembali di atas meja.

"Aku siap berangkat kapan aja; gimana dengan kamu, Lisbet?"

"Ah--- sudahlah, karena kamu ga akan menambahkan sebutan kehormatan


juga, panggil aja aku Lis... gunung naga putih itu ga terlalu besar, jadi kita
harusnya bisa kembali hari ini juga. Aku bersiap-siap dulu sebentar ya."

Setelah membuka layar pengaturan-ku, pertama aku memasangkan armor


sederhana di atas rok-ku, lalu memastikan kalau gada milikku berada di dalam
inventaris dan aku memiliki cukup ramuan dan kristal.

Aku menutup layar itu dan berkata oke, kemudian Kirito kembali berdiri.
Untungnya, tidak ada pelanggan yang terlihat selama kita menuju pintu toko dari
ruang kerjaku. Aku lekas membalik tanda di pintu.

Aku mengangkat kepalaku dan melihat keluar; cahaya matahari yang masuk
masih terang, jadi masih ada waktu lumayan banyak sebelum hari menjadi gelap.
Apakah kita akan mendapatkan logam itu atau tidak--- yang terakhir sepertinya
lebih mungkin bagaimanapun aku memikirkannya--- Aku tidak ingin pulang
terlalu malam.

77 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Walaupun begitu.

---Bagaimana aku berakhir di situasi aneh ini...

Setelah meninggalkan toko, aku berjalan menuju gerbang plasa sambil


merenung.

Aku pastinya punya kesan buruk terhadap lelaki berpakaian serba hitam yang
berjalan dengan santainya di sampingku--- seperti yang seharusnya. Bukan saja
apapun yang dikatakannya membuatku marah, dia juga seorang megalomaniak
yang sombong, dan yang paling penting, dia menghancurkan mahakaryaku.

Tapi tetap saja, aku berjalan beriringan dengan orang yang baru saja kukenal.
Kita bahkan membentuk sebuah kelompok dan bersiap untuk memburu monster
di lantai lain; ini benar-benar seperti--- seperti ken...

Sampai disini, aku langsung memutus pemikiran itu dengan paksa. Aku belum
pernah mengalami hal seperti ini sampai sekarang. Walau aku lumayan dekat
dengan beberapa pemain laki-laki, aku selalu membuat alasan untuk menghindar
pergi bersama mereka hanya berdua saja. Aku ingin memastikan kalau orang
pertama yang berpasangan denganku adalah orang yang benar-benar kusukai,
setidaknya begitulah rencanaku.

Tapi ketika aku sadar, aku sudah bersama orang aneh ini... kenapa bisa sampai
kayak gini sih!

Sama sekali tidak menyadari kegalauanku, Kirito melihat seorang penjual


makanan di dekat gerbang plasa dan buru-buru mendatanginya. Sewaktu ia
berbalik, di mulutnya sudah ada sebuah hot dog raksasa.

"Kaamu vau nuga?"

...Pergolakan batinku seketika dipenuhi dengan rasa tak berdaya dan aku
merasa seperti orang idiot karena menjadi satu-satunya yang galau. Jadi aku
berteriak membalas:

"Iya!"

78 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Rasa renyah hot dog itu--- lebih tepatnya, makanan misterius yang terlihat
seperti hot dog--- masih tersisa di mulutku ketika ketika sampai di dusun yang
dirumorkan itu di lantai 55.

Kita juga tidak bermasalah dengan monster-monster di sini.

Mempertimbangkan bahwa garis depannya adalah lantai 63 sekarang,


monster-monster disini lumayan kuat. Tapi levelku sekitar 65, dan si sombong
Kirito itu harusnya sekuat itu juga, jadi kita melalui pertempuran-pertempuran
nyaris sama sekali tidak terluka.

Satu-satunya kesalahan adalah tema lantai ini melibatkan padang es dan


salju---

"Achoo!"

Aku bersin dengan keras segera setelah kita memasuki desa kecil itu dan
rileks. Dikarenakan semua lantai lainnya sedang berada ada di awal musim panas,
aku menjadi lengah. Bukan saja tanah disini dilapisi salju, namun setiap bangunan
masih memiliki stalagtit es raksasa bergantung di atapnya.

Dinginnya musim salju yang menusuk tulang ini menyebabkan seluruh


badanku menggigil hebat. Kirito, yang berdiri di sampingku, memasang ekspresi
menjengkelkan dan berkata:

"...Kamu ga bawa baju lagi?"

"...Enggak."

Kemudian, Kirito yang tampaknya berpakaian tipis itu mengoperasikan


layarnya. Terwujudlah sebuah mantel bulu hitam, yang dipakaikannya pada
kepalaku.

"...Kamu sendiri gapapa?"

"Ini semua cuma masalah tekad."

Setiap kalimat yang diucapkan orang ini membuatku kesal. Tetapi mantel bulu
itu terlihat cukup hangat, jadi aku tidak mampu menolaknya dan memakainya

79 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

dengan cepat. Aku menghela nafas lega begitu dinginnya terpaan angin itu
menghilang seketika.

"Umm... menurut kamu rumahnya tetua itu yang mana?"

Mendengar ucapan Kirito, aku mengamati desa kecil ini, dan menemukan
sebuah rumah yang besarnya tidak biasa di seberang plasa utama.

"Rumahnya yang itu kan?"

"Iya."

Kita berdua mengangguk dan mulai berjalan.

---Beberapa menit kemudian.

Sesuai prediksi, kita menemukan NPC tetua berjanggut putih dan sukses
mengawali pembicaraan. Ceritanya penuh dengan detil-detil tidak berguna yang
dimulai dari masa kanak-kanaknya yang panjang dan membosankan, masuk ke
tahun-tahun remajanya, melewati hari-hari kesusahannya saat dewasa, dan
kemudian tiba-tiba menyebutkan seekor naga putih di pegunungan di barat.
Ketika dia akhirnya selesai, cahaya oranye matahari terbenam sudah telanjur
meliputi seluruh desa.

Kita meninggalkan rumah tetua desa itu merasa benar-benar kehabisan


tenaga. Salju yang menutupi rumah-rumah ternodai oranye oleh matahari
terbenam. Benar-benar pemandangan yang indah tiada tara, namun---

"...Aku ga pernah mengira kalau menerima quest aja menghabiskan waktu


sebanyak itu..."

"Tidak bisa dipercaya... yah, sekarang gimana? Apa kita nunggu sampai besok
aja?"

Aku memalingkan kepalaku dan memandang Kirito.

"Hmmm--- tapi kudengar naga putih itu nokturnal. Apa gunungnya yang itu?"

80 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Memandang arah yang ditunjuk oleh Kirito, aku melihat sebuah puncak putih
yang mencakar langit. Walau aku mengatakan seperti itu, batasan struktural
Aincrad berarti tingginya tidak mungkin melebihi 100 meter, jadi mendakinya
seharusnya tidak sulit.

"Oke, ayo kita pergi. Aku juga ingin cepat-cepat melihat muka nangismu."

"Asal jangan terpukau dengan skill pedangku yang hebat aja."

Kita berdua membuang muka dari satu sama lain dengan sebuah 'hmph'. Tapi
entah mengapa, bagaimana ya, meskipun aku berdebat dengan Kirito, hatiku
mulai terasa sedikit goyah---

Aku menggelengkan kepalaku dengan paksa demi menghilangkan pikiran-


pikiran bodoh ini dan kemudian mulai merintis jalanku melewati salju.

Meskipun kecuraman gunung naga putih itu terlihat berbahaya dari jauh,
ternyata sebenarnya sangat mudah didaki.

Sewaktu kupikirkan lagi, banyak tim dadakan yang berhasil melakukan ini
tanpa masalah, jadi ga mungkin pendakian ini susah.

Walaupun sudah petang, yang mempengaruhi kekuatan monster yang


muncul, monster terkuat yang mungkin muncul sekarang hanyalah tengkorak es
bernama «Tulang Beku». Apalagi, monster bertipe tulang bukanlah tandingan
bagi gada milikku. Aku dengan mudah terus meremukkan mereka dengan suara
rekah yang jelas.

Setelah berjalan melalui jalanan berlapis salju selama beberapa lusin menit
dan berbelok menuju tebing es yang curam, kita sudah mencapai puncaknya.

Bagian bawah lantai selanjutnya sangatlah dekat. Tiang-tiang raksasa dari


pilar-pilar kristal yang rekah menonjol dari lapisan salju yang tebal. Cahaya ungu
dari matahari terbenam terbiaskan oleh tiang-tiang ini dan terhambur menjadi
spektrum warna-warni pelangi, melukis pemandangan yang hanya bisa
digambarkan dalam mimpi-mimpi.

"Waah...!"

81 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Begitu aku bersorak tanpa ditahan dan akan berlari ke sana, Kirito
menggenggam kerahku untuk menghentikanku.

"Oi... Kamu ngapain!"

"Hei, siap-siap memakai kristal dulu."

Menghadapi ekspresinya yang sangat serius, aku hanya bisa mengangguk


tanpa perlawanan. Aku mewujudkan kristalnya lalu menaruhnya ke dalam
kantong celemekku.

"Dan juga, dari sekarang akan mulai berbahaya, jadi sebaiknya aku
melanjutkan sendiri saja. Begitu naga putihnya muncul, sembunyi aja dibalik pilar
kristal sebelah sana dan jangan sekali-kali keluar."

"...Kenapa? Levelku juga lumayan tinggi! Aku juga mau membantu!"

"Enggak!"

Bola mata Kirito yang hitam menatap langsung kedua mataku. Begitu
pandangan kita bertemu, aku mengerti bahwa orang ini benar-benar khawatir
terhadap keselamatanku dari lubuk hatinya, jadi aku menghela desahan panjang
dan mengalah. Aku tidak berkata apapun dan hanya mengangguk kecil.

Sebuah senyuman menjalar di wajah Kirito selagi dia membelai kepalaku dan
berkata "ya sudahlah, ayo pergi." Aku hanya terus mengangguk.

Rasanya seperti atmosfernya tiba-tiba berubah sama sekali.

Setelah berpergian sejauh ini dengan Kirito, apa mungkin perasaanku


berubah? Atau aku terbawa suasana--- yang manapun, aku sama sekali tidak
merasa kalau ini adalah pertemuan yang mengancam nyawa.

Lebih dari setengah pengalamanku adalah menempa senjata, jadi aku belum
pernah memasuki medan tempur yang kejam.

Tapi aku merasa orang ini berbeda. Dia punya tatapan yang hanya dimiliki
oleh orang yang bertarung setiap hari di tempat paling berbahaya yang mungkin.

82 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku terus berjalan dengan emosi campur aduk sebelum sebentar kemudian
kita tiba di bagian tengah puncak.

Dengan cepat kita melihat kesana-kemari, tapi tidak menemukan tanda


apapun dari naga putih. Namun, kita melihat sebuah wilayah yang tersegel oleh
pilar-pilar kristal---

"Wow..."

Di situ terdapat sebuah mulut gua raksasa yang berdiameter setidaknya


sepuluh meter. Cahaya yang terpantul di dinding menjangkau jauh ke dalam
lubang, sementara kegelapan yang tak tertembus menutupi wilayah yang lebih
dalam lagi.

"Dalem banget..."

Kirito menendang sebuah bongkahan kecil kristal ke dalam lubang itu. Kristal
yang jatuh itu berkilau sesaat sebelum sama sekali menghilang tanpa suara.

"Jangan jatuh."

"Ga bakalan!"

Tidak lama setelah aku menjawab, sebuah lengkingan liar yang tajam
menembus keluar dari gua itu dan menjalar ke seluruh gunung melalui udara
yang ternoda biru oleh matahari terbenam.

"Sembunyi di balik situ!"

Kirito menunjuk ke arah sebuah pilar raksasa terdekat dan berbicara dengan
nada memerintah. Aku buru-buru mengikuti instruksinya sambil melambai
berlebihan pada bayangan Kirito dan berteriak:

"Hei... serangan naga putih itu adalah sayatan menggunakan kedua cakar,
tiupan yang membekukan, dan serangan badai salju... h- hati-hati!"

Setelah dengan cepat menambahkan kalimat terakhir itu, aku melihat Kirito,
yang menjaga punggungnya tetap ke arahku, sok keren memberi tanda oke

83 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

dengan tangan kirinya. Ruang kosong di depannya mulai bergetar, dan sebuah
sosok besar meledak keluar dari lubang tersebut.

Berbagai macam poligon-poligon besar berbentuk aneh muncul dalam aliran


yang berkelanjutan. Selagi terus bermunculan--- mereka saling bersambungan
satu dengan yang lain dan identitas sosok besar itu pun makin jelas. Jeritan yang
menggentarkan orang menggaung tak terkendali sekali lagi. Tak terhitung
banyaknya beling yang terhambur keluar ke semua arah sebelum menghilang ke
dalam sinar cahaya.

Seekor naga putih yang ditutupi semacam sisik dari beling es muncul. Pelan-
pelan dia mengepakkan sayapnya yang besar selagi melayang-layang di langit.
Situasinya menakutkan--- atau mungkin lebih pantas digambarkan sebagai
sangat sangat indah. Dia membelalak dengan matanya yang besar, terwarnai
merah delima, memberikan tatapan merendahkan pada kita berdua.

Kirito dengan tenang menggapaikan tangannya menuju punggungnya dan


menghunuskan pedang satu-tangannya yang hitam legam dengan nada
sempurna. Kemudian, seakan suara itu mengirimkan sebuah sinyal, sang naga
putih membuka rahang raksasanya--- dan dengan suara keras, menyemprotkan
gas putih yang bergelombang.

"Itu tiupannya! Lari dari situ!"

Meskipun aku berteriak, Kirito tidak bergeming. Dia berdiri tegak sempurna
dan melambung ke atas dengan pedang di tangan kanannya.

Ga mungkin senjata setipis itu bisa menangkis sebuah serangan tiupan---

Segera setelah aku memikirkannya, pedang Kirito mulai berputar seperti kincir
angin yang berpusat di tangannya. Berdasarkan efeknya yang berwarna hijau
muda, pastilah itu sebuah skill pedang. Dalam hanya sedetik, pedang tersebut
mencapai kecepatan yang tak terlihat oleh mata manusia dan tampak seperti
perisai cahaya.

Tiupan es itu mengalir langsung ke arah perisai cahaya selagi memancarkan


cahaya putih yang memusingkan, memaksaku untuk mengalihkan kedua mataku.

84 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tapi, saat menghantam pedang-perisainya Kirito, udara dingin itu terhambur


seperti teruapkan.

Aku lekas fokus pada badan Kirito untuk memastikan HP nya.

Mungkin memang mustahil untuk benar-benar menangkis tiupan itu, karena


bar nyawanya pelan-pelan terkuras. Tapi yang mengejutkan adalah, luka yang
diterimanya sudah pulih hanya dalam beberapa detik. Ini pasti skill bertarung
«Battle Healing» yang levelnya sangat tinggi--- tapi untuk menaikkan skill ini,
orang tersebut harus menerima luka pertarungan yang sangat banyak.
Mempertibangkan lantai yang sekarang, mustahil melakukan itu tanpa
membahayakan dirinya.

Kirito--- siapa dia...?

Baru sekarang aku mulai benar-benar penasaran mengenai identitas


swordsman hitam ini. Kekuatannya yang tak masuk akal membuatnya terlihat
seperti pemain kunci strategis. Tapi namanya tidak termasuk ke dalam daftar
pemain guild terkuat yang didominasi KOB.

Saat ini, Kirito, yang telah memprediksi dengan akurat akhir dari serangan es
yang gencar ini, mulai bergerak. Dia menerobos kabut bersalju dan meloncat
menuju sang naga yang tengah mengambang di udara.

Normalnya, ketika menghadapi musuh yang terbang, seseorang harusnya


menyerang pertama kali dengan tombak atau sejenis senjata lempar; hanya
setelah senjata jarak jauh tersebut memukul jatuh musuh ke darat dahulu baru
para pemakai senjata jarak dekat ikut bertarung. Tapi secara mengejutkan, Kirito
terbang ke atas sampai dia hampir menyentuh kepala naga putih itu, dimana dia
mulai mengawali kombinasi teknik pedang berturut-turut di udara.

Dengan dentingan tajam, serangan gencar Kirito menghantam torso naga


putih pada kecepatan lebih cepat dari yang bisa diikuti mata manusia. Meski
naga putih itu membalas dengan kedua cakarnya, perbedaan kemampuan
mereka berdua terlalu jauh.

Saat Kirito sudah pelan-pelan mendarat ke tanah, bar HP naga putih itu sudah
berkurang lebih dari sepertiganya.

85 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

---Ini pembantaian satu arah. Menonton pertarungan luar biasa ini membuat
badanku tak henti-hentinya bergidik.

Tiba-tiba naga putih itu menyasar Kirito yang mendarat dan meletuskan
tiupan esnya, tapi kali ini dia berlari untuk menghindari serangan itu dan
kemudian kembali meloncat ke udara. Dengan suara yang berat dan dalam,
sebuah serangan yang kuat menghantam sasarannya, dan darah naga putih itu
pun berkurang signifikan.

Bar HP nya langsung berubah dari kuning ke merah, pertarungan itu harusnya
berakhir hanya dengan satu atau dua serangan lagi. Aku memutuskan kali ini aku
akan memuji kemampuan Kirito dengan jujur dan mengambil langkah maju dari
balik pilar kristal.

Saat itu juga, seakan dia punya mata di belakang kepalanya, Kirito tiba-tiba
berteriak:

"Idiot! Jangan keluar dulu!"

"Apa? Jelas-jelas sudah mau selesai kan? Cepet selesaikan aja deh..."

Begitu aku menjawab dengan suara keras---

Naga itu, terbang lebih tinggi lagi dari yang tadi, membentangkan penuh
sayapnya. Begitu sayapnya terkepak ke depan, salju yang tepat di bawah naga itu
meletup beterbangan.

"......?"

Aku berdiri membeku terkejut oleh adegan di hadapanku. Kirito menancapkan


pedangnya ke tanah beberapa meter di depanku dan menggerakkan mulutnya
seperti ingin memberitahuku sesuatu, namun sosoknya segera terhalangi oleh
salju. Sesaat kemudian sebuah tekanan yang hebat, seperti sebuah dinding angin,
menghantam dan dengan mudah meniupku ke udara.

Sial... serangan badai salju!

Saat aku terguling di udara, aku akhirnya ingat apa yang aku sendiri ucapkan
mengenai serangan naga putih. Untungnya, skill ini daya serangnya tidak besar,

86 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

jadi aku hampir tidak mendapat luka apapun. Aku membuka lebar kedua
lenganku dan mengambil postur mendarat.

Tapi begitu saljunya menghilang--- tidak ada pijakan di tanah di hadapanku.

Itu lubang raksasa yang ada di puncak gunung. Aku telah tertiup ke udara
tepat di atas lubang raksasa ini.

Pikiranku langsung berhenti; seluruh tubuhku benar-benar membeku.

"Kau pasti bercanda..."

Dengan pikiranku yang sama sekali lumpuh, aku hanya bisa menggumamkan
kata-kata itu, seraya tangan kananku menggapai udara sia-sia---

---Sebuah tangan yang hanya ditutupi sarung tangan kulit berwarna hitam
tiba-tiba menyambar jemariku.

Mataku yang tak fokus tiba-tiba terbelalak.

...!

Kirito, yang tadi menghadapi naga putih itu di tempat yang jauh, berpacu ke
sini dengan kecepatan menakutkan dan melompat ke udara tanpa ragu-ragu. Dia
menarik tangan kanannya untuk menggenggam tangan kananku lalu menarikku
dalam dekapannya. Setelah itu dia melonggarkan lengan kanannya untuk
melingkarkannya pada punggungku dan memelukku dengan erat.

"Pegangan yang kuat!"

Mendengar suara Kirito bergaung di samping telingaku, aku lupa diriku sendiri
dan memeluk erat badannya dengan kedua lenganku. Kita mulai jatuh sekejap
kemudian.

Di tengah mulut gua itu, kita berdua jatuh lurus ke bawah sambil berpelukan
satu sama lain. Angin menderu-deru di telinga dan mantel kita berkibar liar.

Kalau lubang ini terus memanjang ke bawah sampai ke permukaan lantai,


maka jatuh dari ketinggian ini artinya kematian yang pasti. Pikiran ini tiba-tiba

87 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

melintas di benakku, tapi aku hanya tidak merasa ini benar-benar terjadi
sekarang. Yang bisa kulakukan hanyalah terbengong menatap lingkaran cahaya
putih yang menghilang.

Tiba-tiba, lengan kanan Kirito yang memakai pedang mulai bergerak. Dia
mengangkat pedang itu dengan paksa dan mengayunnya ke depan. Sebuah
kilatan cahaya meletup, ditemani oleh gema keras 'clang' dari logam yang saling
berbenturan.

Gaya tolaknya mengubah lintasan jatuh kita, mendorong kita menuju dinding
gua. Dinding beku yang biru pelan-pelan mendekat, dan aku tak bisa berbuat
apapun selain menggigit gigiku. Kita akan tabrakan---!

Tepat sebelum kita akan membentur dinding, Kirito mengangkat pedang di


tangan kanannya sekali lagi dan menusukkannya ke dinding dengan kekuatan
penuh. Percikan api meledak keluar seakan senjata itu membentur batu asah.
Serangan tiba-tiba itu mengurangi kecepatan jatuh kita, namun tidak mampu
untuk benar-benar menghentikan kita jatuh.

Suara lengkingan dari logam yang memotong berlanjut selagi pedang Kirito
terus memotong dinding esnya. Aku memutar leherku untuk melihat ke bawah
dan sadar bahwa kita sudah bisa melihat dasar gua yang tertutup salju. Aku
mengamatinya makin dekat dan dekat, sampai hanya ada sekitar beberapa detik
lagi yang tersisa sebelum kita tabrakan. Aku setidaknya ingin menahan diri dari
berteriak, jadi aku menggigit bibirku dan memeluk erat Kirito.

Kirito melepaskan pedangnya, menggunakan kedua lengannya untuk


memelukku dengan erat, dan memutar badannya supaya dia yang berada di
bawah. Lalu---

Sebuah benturan. Suaranya amat keras.

Kepingan-kepingan salju yang terlempar ke udara oleh gaya yang dihasilkan


oleh jatuhnya kita mulai mendarat dengan pelan di pipiku sebelum meleleh.

Sensasi dinginnya menarik kembali pikiran-pikiranku yang terpencar. Aku


membuka mataku, dan pandanganku bertemu dengan bola mata hitam Kirito
yang berbaring sangat dekat sekali dariku.

88 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito masih memelukku dengan erat; dia mengangkat sudut mulutnya dan
tersenyum lemah.

"...Masih hidup?"

Aku balas mengangguk dan menjawab:

"Iya, masih hidup."

Selama beberapa lusin detik--- atau mungkin beberapa menit, kita hanya
berbaring diam dalam posisi itu. Panas dari tubuh Kirito membuatku bisa tenang
dan mengosongkan pikiran.

Setelah beberapa saat, Kirito melepaskan lenganku dan kembali berdiri pelan-
pelan. Pertama dia mengambil pedangnya yang jatuh dekat situ dan
mengembalikannya ke inventarisnya, setelah itu menarik keluar sebuah botol
yang sepertinya adalah ramuan penyembuh kelas atas dari kantong di
pinggangnya, dia juga mengambil sebotol lagi untukku.

"Udah, minum aja."

"...Oke."

Aku mengangguk dan duduk untuk menerima ramuan itu sambil memeriksa
bar HP ku sendiri. Aku masih punya sekitar sepertiga, tapi Kirito, yang langsung
membentur tanah, sudah sampai di zona merah.

Aku menarik sumbatnya dan meneguk cairan manis itu dalam satu tarikan
nafas, lalu berpaling pada Kirito. Masih dalam posisi rileks, aku mulai
menggerakkan bibir yang kesulitan mengatakan hal baik.

"Ummm... ma-makasih udah menyelamatkanku..."

Kirito memperlihatkan dengan lemah seringainya yang biasa dan menjawab:

"Masih terlalu cepat berterima kasih kepadaku."

Dia melirik langit sesaat.

89 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"...Syukurlah naga putih itu tidak mengejar kita, tapi gimana caranya kita
keluar dari sini..."

"Eh... kita ga bisa teleport aja?"

Aku menggapai saku celemekku dan mengambil sebuah kristal biru berkilauan
untuk menunjukkan pada Kirito. Tapi---

"Sepertinya itu ga bisa, perangkap ini dibuat khusus untuk pemain, aku ragu
kita bisa keluar segampang itu."

"Kenapa bisa begini..."

Kirito mengisyaratkan padaku dengan matanya untuk mencobanya, jadi aku


menggenggam kristal itu dengan erat dan memberi perintah:

"Teleport! Lindus!"

---Teriakanku menggema kosong pada dinding yang beku sebelum akhirnya


menghilang. Kristal itu hanya terus berkedip dengan bisu.

Kirito meremas pelan bahuku tanpa membuat suara apapun.

"Kalau kupikir kita bisa memakai kristal, pastinya tadi sudah kupakai waktu kita
jatuh. Tapi karena tempat ini rasanya adalah zona anti kristal..."

"..."

Kepalaku jatuh dalam keputusasaan; Kirito meletakkan tangannya di kepalaku


dengan sebuah 'pat' dan mengusutkan rambutku.

"Udah udah, jangan nangis. Kalau kita ga bisa memakai kristal, pasti ada jalan
lain untuk keluar dari sini."

"...Mungkin enggak, mungkin ini adalah lubang tak bisa keluar yang menjamin
kematian... atau harus kubilang, kita sudah mati!"

"Hmmm, kamu bener juga."

90 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Menonton Kirito mengangguk setuju sekali lagi membuatku kehilangan


semua energi di badanku.

"Si... sikap kamu gimana! Kamu bisa sedikit lebih positif lagi ga sih?"

Setelah aku tiba-tiba berteriak, Kirito tersenyum dan berkata:

"Ekspresi marah itu jauh lebih seperti kamu, pertahankan terus ya!"

"Wha......"

Pipiku bersemi merah dan tubuhku membeku di tempat. Kirito lalu


mengangkat tangannya dari kepalaku dan kembali berdiri.

"Yah, ayo kita coba beberapa hal. Ada ide?"

"..."

Aku tersenyum pahit pada Kirito, yang jelas-jelas tidak terpengaruh oleh
situasi kita sekarang dan mempertahankan sikapnya yang biasa. Merasa sedikit
lebih gembira, aku menampar pipiku dengan kedua tangan lalu berdiri.

Aku mengamati sekelilingku; bagian bawah gua ini adalah permukaan es yang
datar dengan sedikit salju. Diameternya harusnya sekitar 10 meter persis seperti
mulut gua. Dinding es di dekat puncaknya terus memantulkan cahaya matahari
terbenam, namun tempat ini sebentar lagi akan benar-benar ditelan kegelapan.

Aku mengamati sekitarku, tetapi tidak ada jalan keluar yang kelihatan baik di
dinding maupun di lantai. Aku menaruh kedua tanganku di pinggang, memeras
otakku, dan memberi tahu Kirito ide pertama yang terpikir olehku.

"Mm... bisa kita minta tolong seseorang?"

Kirito menyangkalnya seketika:

"Uh–-- kayaknya tempat ini dianggap sebuah dungeon."

Pemain yang didaftarkan sebagai 'teman', seperti Asuna dalam kasusku, bisa
berkomunikasi melalui sejenis pesan disebut 'pesan pribadi'. Tetapi, fungsi

91 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

tersebut tidak bisa digunakan di dalam dungeon, 'sistem jejak' juga tidak bisa
digunakan untuk menemukan mereka.

Aku membuka layar pesan dalam harapan buta, tapi seperti kata Kirito,
memang tidak bisa.

"jadi... gimana kalau kita berteriak pada pemain lain yang datang memburu
naga itu?"

"Kurasa kita sekitar 80 meter jauhnya dari atas, jadi kuduga suara kita ga akan
mencapai sejauh itu."

"Kurasa iya... Tunggu! Sekarang kamu yang ngasih ide!"

Ketika aku mengecam Kirito, kesal karena dia terus menerus menyangkal ide-
ideku, dia menjawab dengan sesuatu yang tak masuk akal:

"Lari di dinding."

"......Kamu idiot ya?"

"Yaaa, ayo kita cari tahu."

Selagi aku menatapnya dengan ekspresi tercengang, Kirito berjalan ke salah


satu sisi gua dan mulai berlari menuju dinding di sisi yang berlawanan dengan
kecepatan yang tak wajar. Salju beterbangan dari lantai dan badai angin menerpa
mukaku.

Persis sebelum dia menabrak dinding, Kirito menundukkan badannya dan


melompat ke atas dengan gaya ledakan. Dia menginjak dinding di ketinggian
yang tak bisa dipercaya dan kemudian mulai berlari secara diagonal di dinding
tersebut.

"Ya tuhan..."

Selagi aku menonton dengan kagum, Kirito sudah jauh di atasku dan berlari
ke atas dalam pola spiral di dinding seperti salah satu ninja dari film kelas tiga.
Siluetnya semakin kecil dan kecil---

92 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Lalu, ketika dia sepertiga perjalanan ke atas, tiba-tiba dia terpeleset.

"Ahhhhhhhh!!!"

Kirito menggelepar selagi dia jatuh menuju kepalaku.

"Kyaaaaa!!!"

Begitu aku mengelak mundur sambil berteriak, muncul lubang berbentuk


manusia tepat di tempat aku berdiri tadi. Semenit kemudian, setelah Kirito
menghabiskan ramuan kesehatannya yang kedua, aku duduk di sampingnya dan
mengeluh.

"Aku tahu kamu itu idiot, tapi aku ga pernah kebayang kalau kamu sebodoh
ini..."

"Aku bisa berhasil kalau ancang-ancangnya lebih panjang lagi."

"Ga mungkin."

Aku langsung membalas dengan pelan.

Kirito mengabaikan ucapanku dan kembali memasukkan botol ramuan yang


kosong ke kantongnya. Setelah merenggangkan lengannya, dia berkata:

"Yah, udah terlalu gelap, jadi kita berkemah di sini aja.

Untungnya, kupikir ga akan ada monster yang akan muncul di lubang ini."

Matahari sudah terbenam, dan dasar lubang ini sudah menjadi lumayan gelap.

"Sepertinya iya..."

"Kalau begitu..."

Kirito membuka sebuah layar dan mewujudkan beberapa barang. Sebuah


lentera, panci, beberapa kantong kecil yang aku tidak tahu gunanya apa, dan dua
gelas pun muncul.

"...Kamu selalu bawa-bawa ini?"

93 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Aku cenderung lumayan sering berkemah di luar."

Ujarnya dengan ekspresi begitu serius hingga aku tidak berpikir kalau dia
bercanda.

Dia mengklik lenteranya; lentera itu menyala dengan suara fwoosh dan
menerangi sekitarnya dengan cahaya oranye yang lembut. Kirito menaruh
pancinya di atas lentera itu, kemudian memasukkan beberapa bongkah salju
sebelum menuangkan isi kantong kecil tadi. Dia menutup panci itu dengan
tutupnya dan meng-dobel klik-nya; sebuah layar timer memasak pun muncul.

Aku segera mencium aroma herbal. Sekarang aku baru sadar, aku belum
makan apa-apa selain hotdog tadi pagi. Perutku tiba-tiba menuntut makanan
dengan keras seakan baru saja ingat kalau dia kelaparan.

Timer masaknya menghilang dengan suara 'pin pon,' kemudian Kirito


membagi isi panci itu ke dalam dua gelas.

"Jangan terlalu berharap, keahlian memasakkku nol."

"Makasih..."

Kehangatannya berpindah ke tanganku melalui gelas yang diserahkan Kirito


padaku. Isinya adalah sop sederhana dari daging kering dan bumbu-bumbu dari
tumbuhan, namun level bahan-bahannya sepertinya tinggi dan rasanya lebih dari
enak. Panasnya juga menyebar ke seluruh tubuhku yang dingin.

"Perasaan ini misterius banget... Aku ga merasa kalau ini nyata."

Aku bergumam sambil meminum sopnya.

"Maksudku situasi ini, berkemah di wilayah yang belum terjamah dan makan
bersama orang tak dikenal..."

"Ah, iya juga... itu karena kamu pengrajin. Aku melakukan PuG dengan
pemain-pemain lain dan lumayan sering berkemah dengan mereka."

"Hmm, beneran? ...ceritain dong padaku, tentang dungeon-dungeon dan


semuanya."

94 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Huh? Mm...oke. Walau menurutku sih ga menarik... oh tunggu, sebelum aku


mulai......"

Kirito mengumpulkan gelas-gelas yang kosong serta panci, lalu


mengembalikannya ke dalam inventarisnya. Dia membuka panelnya lagi dan
mewujudkan dua benda yang terlihat seperti bongkahan pakaian yang tergulung.

Setelah dia membukanya, terungkap bahwa itu adalah kantong tidur.


Penampilannya ekivalen dengan yang di dunia nyata, hanya saja lebih besar.

"Ini barang-barang kelas atas. Memelihara panas dengan sempurna, ditambah


efek sembunyi dari monster agresif."

Dia melemparkan satu kepadaku sambil tersenyum. Sewaktu aku


menghamparkannya di atas salju, ukurannya nampak bisa memuat tiga orang
sepantaranku. Tercengang oleh ukurannya, aku berkata pada Kirito:

"Kamu hebat juga membawa barang-barang ini kemana-mana, dua lagi......"

"Yaa aku harus memanfaatkan inventarisku untuk sesuatu kan."

Kirito lekas menanggalkan equipmentnya dan berbaring di kantong tidur


sebelah kiri. Aku juga menanggalkan mantel dan gadaku, lalu berguling masuk ke
dalam kantong tidur. Memang barang kelas atas; di dalamnya sangat hangat, dan
jauh lebih lembut dari kelihatannya. Kita terpisah sejauh satu meter dengan
lentera diantaranya. Tapi aku masih merasa sedikit... malu, jadi aku berbicara lagi
untuk menghilangkan kesunyian:

"Mm... iya, lanjut dengan ceritanya..."

"Oh, tentu..."

Kirito pelan-pelan mulai bercerita setelah dia meletakkan kepalanya di atas


tangannya. Dia bercerita waktu dia dijebak oleh MPK--- para kriminal yang
dengan sengaja mengumpulkan massa untuk menyergap pemain-pemain lain di
dalam dungeon, dan bertarung melawan gerombolan bos dengan damage kecil
tapi darahnya ga kira-kira untuk dua hari penuh dengan bergiliran tidur dengan
pemain-pemain lain. Ada juga waktu dia melempar dadu dengan seratus pemain
lain untuk sebuah item langka. Semua ceritanya menggetarkan, menyenangkan,

95 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

dan sedikit menggelikan. Cerita-ceritanya juga membuat satu hal menjadi jelas---
dia adalah seorang Clearer, mereka yang mempertaruhkan nyawa di garis depan.
Tapi juga berarti orang ini dibebankan dengan nasib ribuan pemain. Dia bukan
jenis orang yang harus membahayakan nyawanya hanya untuk
menyelamatkanku.

Aku berpaling pada Kirito dan memandang wajahnya. Matanya yang hitam
memantulkan cahaya dari lentera.

"Hei... Kirito, boleh aku tanya sesuatu...?"

"---Kenapa tiba-tiba serius?"

"Kenapa kamu menolongku waktu itu...? Ga ada jaminan kamu bakal berhasil.
Yah, lebih mungkin kalau kamu cuma akan mati bersamaku, jadi... kenapa......?"

Ekspresi Kirito mengeras untuk sesaat, tetapi dia segera mengendur ke


wajahnya yang biasa dan merespon dengan suara tenang:

"...Aku lebih memilih mati bersama mereka daripada menyaksikan orang lain
mati tanpa melakukan apa-apa. Apalagi kalau orang itu adalah cewek seperti
kamu, Lis."

"...Kamu memang bener-bener idiot. Kamu mungkin cuma satu-satunya orang


yang bakal ngomong kayak gitu."

Walau aku membalas dengan ketus, mataku tidak mampu menahan air
matanya. Sebagian hatiku sakit, dan aku mencoba sekeras mungkin untuk
mengendalikan dan menyembunyikannya. Aku belum pernah mendengar kata-
kata sekeras kepala, setulus, dan sehangat itu semenjak aku datang ke dunia ini.
Tidak, aku bahkan belum pernah mendengar kata-kata seperti itu sebelumnya di
dunia nyata.

Perasaan tersiksa dari kesendirian dan keinginan untuk lebih berinteraksi


dengan orang lain yang telah terkubur dalam di sudut hatiku tiba-tiba berkobar
dan menelanku seperti badai. Aku ingin kehangatan Kirito cukup dekat untuk
hatiku merasakannya---

Tanpa menyadarinya, kata-kata itu tercurah keluar dari mulutku:

96 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Maukah kamu... menggenggam tanganku?"

Aku berbalik ke arah Kirito, menarik lengan kananku keluar dari kantong tidur,
dan menggapaikannya ke sebelah kiriku.

Mata Kirito sedikit terbelalak, tapi dia menjawab 'iya' dengan suara pelan lalu
mengulurkan tangan kirinya. Begitu jemari kita bersentuhan, kita berdua
menyentakkan tangan masing-masing untuk menjauh sesaat, tapi kemudian
mengulurkannya lagi untuk saling berpegangan tangan.

Aku menggenggam erat tangan Kirito, yang jauh lebih hangat dari sop yang
baru saja kumakan. Meski punggung tanganku masih terletak di atas es, aku tidak
merasa kedinginan. Aku merasakan kehangatan manusia. Aku merasa aku
akhirnya memahami kerinduan apa yang mengendap di sudut hatiku semenjak
aku datang ke dunia ini.

97 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

98 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Karena aku takut menjadi sadar dengan fakta bahwa dunia ini adalah sebuah
ilusi--- bahwa tubuh asliku berada di suatu tempat yang jauh, tidak terjangkau
seberapapun kerasnya aku mencoba, aku terus membuat tujuan untuk diriku dan
memfokuskan segalanya pada pekerjaanku. Aku meyakinkan diriku kalau
menaikkan level skill blacksmithku dan mengembangkan tokoku adalah
kenyataanku.

Tetapi sebagian diriku selalu menyadari kalau semua ini palsu, tidak lebih dari
sekedar data. Yang kudambakan adalah kehangatan manusia asli.

Tentu saja, badan Kirito juga adalah data. Kehangatan yang kurasakan
sekarang hanyalah sinyal-sinyal elektronik untuk direspon otakku. Namun aku
akhirnya menyadari bahwa itu tidak masalah. Aku bisa merasakan hatinya--- baik
di dunia nyata maupun di dunia buatan ini, inilah satu-satunya kebenaran yang
ada.

Begitu aku menggenggam erat tangan Kirito, aku tersenyum dan menutup
mataku. Walaupun jantungku berdetak sangat cepat, sayangnya aku cepat
tertidur dan kesadaranku terseret ke kegelapan yang nyaman.

Bagian 3

Wangi manis yang menyegarkan perlahan-lahan singgah di hidungku; Pelan-


pelan kubuka mataku dan melihat seluruh dunia diliputi oleh sinar putih. Cahaya
fajar, yang sudah terpantul beberapa kali oleh dinding es, membuat salju di dasar
gua tampak gemerlapan.

Aku menggeser mataku dan melihat sebuah teko bertengger di atas lentera,
dengan uap yang bergoyang di atasnya. Sepertinya wangi ini berasal dari situ. Di
depan lentera itu duduk seseorang yang wajahnya hanya bisa kulihat dari
samping. Namun begitu aku melihat sosoknya, nampaknya api kecil dalam hatiku
telah menyala.

Kirito menolehkan kepalanya, mengungkapkan senyuman kecil, dan berucap:

"Pagi."

"......Pagi."

99 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Jawabku. Selagi aku bersiap untuk bangun, aku sadar bahwa tangan kananku,
yang harusnya bergantung keluar saat aku pergi tidur, sudah terletak kembali
dengan rapi di dalam kantong tidur. Kubawa kehangatan yang tertinggal di
telapak tangan ke bibirku, lalu melonjak seketika.

Kirito membawakanku cangkir panas, yang baru saja menggeliat keluar


menuju salju. Setelah mengucapkan terima kasih, kuterima cangkir itu dan duduk
di sampingnya. Isinya adalah sejenis teh bunga beraroma mirip mint yang belum
pernah kurasa sebelumnya. Pelan-pelan aku meminumnya seteguk demi seteguk.
Memperkenankannnya tenggelam dengan lembut ke dalam badanku. Hatiku
menghangat gembira.

Aku menggeser badanku, menyandarkannya tepat pada Kirito. Begitu aku


memutar kepalaku, mata kita bertemu sekejap sebelum lekas berpisah. Selama
sebentar, hanya suara dua orang meminum teh yang terdengar.

"Hei......"

Akhirnya, berbisik dengan suara pelan selagi mataku terus menatap cangkirku.

"Hmmm?"

"......Kalau kita benar-benar gak bisa keluar dari sini, kita mau ngapain?"

"Tidur setiap hari."

"Cepet banget jawabnya. Pikirkan sedikit lebih serius lagi dong!"

Aku tersenyum sambil mendorong lengan Kirito dengan sikuku.

"......Tapi, itu gak buruk juga sih......"

Setelah mengatakannya, aku mulai menyandarkan kepalaku menuju bahu


Kirito—

"Ah......!?"

Tiba-tiba Kirito menjerit dan condong ke depan. Aku, kehilangan sandaran,


berakhir jatuh ke tanah dengan bunyi gedebur.

100 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Duuh, tadi itu kenapa!"

Aku mengeluh marah selagi menegakkan kembali batang tubuhku, namun


Kirito berdiri bahkan tanpa menoleh kembali. Menyusul kemudian, ia berlari
menuju bagian tengah lubang melingkar ini.

Karena curiga, aku juga bangun dan mengikutinya.

"Apaan sih?"

"Oh, tunggu sebentar......"

Kirito berlutut di lantai dan mulai menyingkirkan salju, yang menumpuk di


tanah, dengan kedua tangannya. Dia lekas menggali lubang yang dalam selagi
bunyi kikisan berkumandang. Lalu-

"Ah!?"

Sorot cahaya keperakan tiba-tiba berkilas ke dalam mataku. Sesuatu yang


terkubur jauh di dalam salju memantulkan sinar matahari terbit.

Kirito menggali keluar benda itu, mengambilnya dengan kedua tangan, lalu
kembali berdiri. Tak mampu menahan rasa penasaran, aku mengintainya dari
jarak yang teramat dekat.

Benda itu persegi empat, putih keperakan, transparan. Cuma sedikit lebih
besar dari kedua tangan Kirito. Bentuknya familiar, dengan ukuran yang
familiar— sebongkah material logam. Tapi aku belum pernah lihat yang berwarna
seperti ini.

Kusentuh pelan material itu dengan jari tangan kananku. Sebuah layar
otomatis langsung muncul. Nama benda itu "Bongkahan Crystalite".

"Ini— ini bukannya..."

Saat aku memandang wajah Kirito, dia pun, mengangguk dengan wajah
bingung.

"Ya... Ini logam yang kita cari... kenapa ada di sini ya..."

101 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Tapi, kenapa itu bisa terkubur di sini?"

"Hmm......"

Kirito terus menatap bongkahan yang tergenggam di tangan kanannya seraya


berpikir, sebelum melepas keluar ucapan singkat, "Ah..."

"...Naga putih itu memakan kristal...... yang disuling di perutnya menjadi......


Hehe, jadi begitu!"

Tampaknya dia telah memahaminya dan mulai tersenyum, lalu melemparkan


bongkahan logam itu ke arahku.Aku buru-buru menangkapnya dengan kedua
tangan dan menahannya di dekat dadaku.

"Hei, apaan sih! Jangan cuma berhenti setelah paham sendiri!"

"Gua ini bukan jebakan. Ini sarang sang naga."

"Eh- Eeh?"

"Dengan kata lain, bongkahan itu adalah ekskresi sang naga. Fesesnya."

"Fe..."

Saat pipiku kejang-kejang, aku menjatuhkan pandangan pada bongkahan di


dadaku.

"Geeee"

Tanpa berpikir, aku melemparnya kembali pada Kirito.

"Woah"

Yang dipukul mundur oleh Kirito dengan cekatan menggunakan ujung-ujung


jarinya. Setelah saling melempar satu sama lain seperti anak kecil, akhirnya kita
berhenti dengan Kirito bekerja cepat mengembangkan bidang itemnya untuk
menyimpan bongkahan itu.

"Yah, kalau begitu, tujuan kita sudah tercapai. Sekarang, yang tersisa
adalah......"

102 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Kalau saja kita bisa keluar dari sini..."

Kita berdua menghela nafas seraya bertukar pandangan.

"Untuk sementara waktu, gak ada pilihan lagi selain mencoba apapun yang
terpikir."

"Kurasa begitu. Aah, coba aku punya sayap seperti naga..."

Saat aku mengatakannya. Sadar akan sesuatu, kubiarkan mulutku termangu,


kehilangan kata-kata.

"...Kenapa, Lis?"

Menghadapi Kirito, yang mengamatiku, dengan kepalanya miring ke samping.

"Hei. Kata kamu tempat ini sarang naga kan?"

"Ah. Selama ada fesesnya, itu..."

"Itu gak penting! Naga itu nokturnal, sekarang sudah pagi, bukannya dia akan
pulang ke sarangnya..."

"..."

Selama sebentar, pandanganku dan pandangan Kirito bertemu, yang terdiam,


kemudian kita berdua menengadah ke langit di pintu masuk lubang. Tepat pada
saat itu...

Jauh di atas, tinggi di udara, diantara potongan melingkar cahaya putih,


lahirlah bayangan hitam remang-remang. Bayangan itu bahkan bertambah besar
selagi kita menatapnya. Hanya butuh sekejap sebelum aku dapat melihat
sepasang sayap, ekor yang panang dan empat kaki bersenjatakan cakar.

"Dia... dia..."

Kita mundur bersama. Sayangnya, tentu saja, tidak ada tempat buat kabur.

"Dia datang———"

103 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kita berdua menjerit sambil mengeluarkan senjata masing-masing.

Sang naga putih, yang menukik turun ke dalam lubang, menyadari


keberadaan kita dan mengeluarkan raungan bernada tinggi, berhenti persis
sebelum menghantam tanah. Kedua mata merahnya dengan pupil vertikal
dipenuhi rasa bermusuhan yang jelas pada penyusup-penyusup di sarangnya.
Akan tetapi, tidak ada tempat bersembunyi di bawah lubang sempit itu.
Kusiapkan gadaku seraya menekan rasa gugup.

Sama halnya, Kirito menyiapkan pedang satu tangannya dan maju ke


hadapanku, berkata dengan cepat.

"Dengar, tetap di belakangku. Langsung minum ramuan setelah kehilangan


HP walau sedikit."

"I- Iya..."

Aku cuma mengangguk patuh kali ini.

Sang naga membuka mulutnya yang besar dan meraung sekali lagi. Kedua
sayapnya menciptakan hembusan angin yang menghempaskan salju ke udara.

"Bitan!" "Bitan!" Ekor panjang sang naga menyentak tanah, setiap hentakan
menggali parit yang dalam di permukaan bersalju itu.

Mengacungkan pedang di tangan kanannya tanpa jeda, untuk memperoleh


inisiatif, Kirito mendadak menghentikan pergerakannya tepat sebelum dia akan
menyerbu maju.

"...Ah... Mungkin..."

Ia berujar dengan suara pelan.

"A- Ada apa?"

"Enggak..."

104 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tanpa menjawab pertanyaanku, Kirito menyimpan pedangnya ke dalam


sarung, dan tiba-tiba berbalik lalu merangkulku dengan erat menggunakan
lengan kirinya.

"Ehh!?"

Tanpa mengerti apapun, aku panik dan aku diangkat naik setinggi bahu Kirito.

"H- Hei, kamu mau— Wahh!!"

Suara "Zuban!" berbunyi berbarengan dengan hentakannya, dan bersama


dengan itu, pemandangan di sekeliling menjadi kabur. Kirito berlari menuju
dinding dengan tenaga kasar. Persis sebelum menabrak, ia melakukan lompatan
hebat, dan seperti upaya kemarin untuk keluar, ia mulai berlari di permukaan
dinding yang cekung. Namun, seakan tidak punya niat untuk naik, orbitnya tetap
datar. Kepala sang naga yang penuh nafsu makan berputar dan terus menyasar
kita, akan tetapi Kirito terus berlari dengan kecepatan melampaui yang bisa
diikuti sang naga.

Beberapa detik kemudian, ketika Kirito akhirnya mendarat di dasar lubang,


mataku benar-benar pusing. Akhirnya kubuka mataku setelah mengedipkannya
tak terhingga kali, di hadapanku adalah bagian belakang sang naga. Ia telah
kehilangan kita dan mengayunkan kepalanya ke kiri dan kanan dengan gelisah.

Baru saja kupikir Kirito berencana untuk menyerang dari belakang, ia secara
mengejutkan diam-diam mendekati sang naga— Dengan tangan kanannya
terulur, dia menggenggam paksa ujung ekor sang naga yang berayun-ayun.

Di saat itu, sang naga mengeluarkan pekikan bernada tinggi. Jeritan kaget—
atau mungkin itu cuma khayalanku saja. Merasa makin tidak mampu memahami
maksud Kirito, aku juga baru akan berteriak.

Tiba-tiba sekali, sang naga putih membentangkan kedua sayapnya dan mulai
naik dengan tajam dengan kecepatan yang menakutkan.

"Oof!"

Angin menerpa wajahku. Tanpa waktu untuk memikirkan tentang itu


sekalipun, tubuh kita melayang di udara dengan gaya seperti ditembakkan

105 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

panah. Selagi kita berpegangan pada ekor sang naga, ia bergoncang ke kiri dan
ke kanan sambil berlari mendaki lubang. Bagian bawah lubang yang melingkar
itu sangat cepat terpisah jauh.

"Lis! Pegangan!!"

Merespon suara Kirito, kupegang erat kepalanya tanpa sadar. Cahaya matahari
menyinari bubungan es di sekitar yang menjadi semakin cerah terus menerus
dengan puncak suara angin yang menusuk berubah dengan rumit— Saat itu
kukira dunia meledak dalam cahaya putih, kita terbang keluar dari lubang.

Saat kubuka mataku yang berkedap-kedip, pemandangan dari atas lantai 55


yang luas menyebar di bawahku.

Tepat di bawah adalah gunung salju berbentuk kerucut yang cantik. Sedikit
lebih jauh, sebuah desa kecil. Di balik padang salju yang sangat luas dan hutan
tebal, atap tirus dari setiap rumah di distrik utama tergabung bersama. Adegan
dimana ini semua berkilauan, diwarnai cerahnya cahaya mentari, bahkan
membuatku lupa dengan kengeriannya, tanpa sadar aku bersorak.

"Waa..."

"Yea—!!"

Kirito juga berteriak keras, dan melepaskan tangan kanannya dari ekor sang
naga. Dia membawaku seperti anak-anak dan mempercayakan dirinya pada
inersia, menari di udara.

Penerbangan itu cuma beberapa detik, tapi terasa seperti sepuluh kalinya. Aku
yakin aku tersenyum. Luapan angin dan cahaya menyapu bersih hatiku. Emosiku
terhaluskan.

"Kirito— Kamu tahu, aku!!"

Aku berteriak dengan sepenuh hati.

"Apa!?"

"Aku, aku suka kamu!!"

106 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Apa!? Aku gak dengar!!"

"Bukan apa-apa!!"

Berpegang erat ke kepalanya, tawaku meledak. Pada akhirnya, momen yang


rasanya hampir seperti keajaiban ini berakhir, kita mendekat ke tanah. Berputar
untuk satu ronde terakhir, Kirito melebarkan kedua kakinya dan mengambil sikap
mendarat.

Saljunya berbunyi, "Bafun!", saat terbang ke udara. Terbang layang yang


panjang. Kita meneruskan perjalanan menembus kristal putih bagai penggerus
salju selagi melambat, kita akhirnya berhenti di dekat puncak gunung.

"...Fuu."

Kirito menghirup nafas dan meletakkanku ke tanah. Dengan ragu, aku


memalingkan kepala dan melepaskan lenganku darinya.

Kita berdua memandang ke arah lubang besar itu bersama; sang naga yang
sepertinya kehilangan jejak kita pelan-pelan berputar-putar di langit.

Kirito menempatkan tangannya di pedang yang ada di punggungnya, sedikit


menarik bilahnya, namun langsung segera mengembalikannya ke sarungnya
dengan bunyi cling. Dengan senyum lembut di wajahnya, ia menghadap sang
naga dan berkata lembut.

"...Kamu pasti kesusahan karena mereka yang datang memburumu sampai


sekarang. Begitu cara mendapatkan itemnya tersebar, orang-orang yang datang
untuk membunuhmu juga harusnya hilang. Jadi mulai sekarang, hiduplah dengan
tenang."

—Menghadapi seekor monster, yang hanya bergerak sesuai algoritma yang


diatur sistem, dan melakukan hal semacam itu; adalah hal yang kuanggap bodoh
sampai kemarin. Namun karena beberapa alasan, entah kenapa sekarang aku
merasa aku bisa menyambut lembut ucapan Kirito ke dalam hatiku. Menggapai
dengan tangan kananku, dengan lembut kugenggam tangan kiri Kirito.

107 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kita berdua tanpa suara mengamati adegan ini saat sang naga putih
menolehkan kepalanya, sebelum mengeluarkan pekik panjang yang jelas dan
turun ke sarangnya. Hening.

Sebelum lama, Kirito melirikku, dan bicara.

"Kalo gitu, ayo pulang?"

"Kurasa iya."

"Mau pakai kristal?"

"...Enggak, jalan aja yuk."

Aku menjawab seraya tersenyum dan melangkah maju memegang tangan


Kirito. Lalu aku menyadari sesuatu dan memandang wajahnya.

"Ah...Lentera dan kantong tidur dan sebagainya, kita tinggalin ya."

"Kamu baru bilang sekarang... Yah, gapapa sih. Mungkin ada orang yang mau
pakai."

Kita bertukar pandang dan tertawa, kali ini dengan yakin, kita mulai berjalan
pelan melalui jalan setapak gunung, mengikuti jalan pulang. Kulihat sekilas
lingkungan di sekitarku, langitnya jernih, tanpa satu pun awan di langit.

"Aku pulang!"

Aku membuka pintu rumah tersayangku dengan penuh semangat.

"Selamat datang."

Meski si NPC wanita penjaga toko yang berdiri di konter hanya membalas
salamku dengan sopan, kulambaikan tanganku dan berbalik, memandang
sekeliling tokoku. Aku pergi cuma sekedar sehari, namun anehnya, tokoku terlihat
segar.

Kirito, yang telah membeli makanan take-out dari kios yang sama dengan
kemarin memasuki toko di belakangku, dengan hot dog di mulutnya.

108 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Bagaimanapun sekarang hampir siang, jadi kamu harusnya makan di kios itu
saja."

Selagi aku mengutarakan protes, Kirito menyeringai seraya menggerakkan


tangan kirinya, memunculkan sebuah layar.

"Sebelum itu, ayo kita buat dulu, pedangnya."

Memanipulasi inventarisnya dengan cekatan, ia mewujudkan bongkahan


perak. Menangkapnya dengan hati-hati— mengabaikan asalnya untuk
sementara— aku mengangguk.

"Benar, ayo lakukan. Sini ke ruang kerjaku."

Membuka pintu di belakang konter, bunyi berdebam kincir air menjadi


terdengar jelas lebih keras. Menarik turun tuas di dinding, puputan mulai
bergerak, mengirim udara masuk. Tungku perapian langsung mulai menyala
merah terang.

Dengan lembut kujatuhkan bongkahan itu ke tungku, dan berbalik ke arah


Kirito.

"Pedang satu tangan yang lurus aja kan?"

"Yep. Aku mengandalkanmu."

Kirito mengangguk sambil ia duduk di bangku bundar yang diperuntukkan


bagi pengunjung.

"Dimengerti. —Cuma peringatan, tapi hasil akhirnya dipengaruhi oleh faktor


acak, jadi jangan berharap terlalu banyak ya."

"Kita tinggal pergi lagi kalau ini gagal. Kali ini dengan tali."

"...Ya, tali yang panjang."

Mengingat jatuh yang hebat itu, tanpa kusadari aku tersenyum. Menjatuhkan
pandanganku ke tungku, aku sadar kalau bongkahannya telah cukup terbakar.
Kukeluarkan ia dengan penjepit, lalu kuletakkan di alas tempa.

109 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku mengambil palu smith terbaikku dari dinding, melakukan pengaturan di


menu, dan sekali lagi melirik wajah Kirito. Menjawab anggukan tanpa suaranya,
aku tersenyum, dan dengan gagah mengangkat palu ke atas kepalaku.

Kutempa semangatku saat aku memukul logam yang bersinar kirmizi;


bersamaan dengan bunyi "Kan!" yang jelas, kilatan api yang terang melimpah
berhamburan di sana sini.

Di dalam seksi smith di Bantuan Referensi, mengenai proses pembuatan,


"Sesuai dengan jenis senjata yang dibuat, dan tingkat logam yang digunakan,
bongkahan perlu dihantam sebanyak jumlah tertentu." adalah semua yang
tertulis untuk mendeskripsikannya.

Dengan kata lain, selama menghantam logam dengan palu, kemampuan


pemain tidak berpengaruh; beginilah seharusnya cara membacanya, tetapi ada
berbagai macam jenis rumor dan teori-teori gaib yang beredar tentang SAO,
bahwa presisi dari ritme hantaman dan semangat bertarung sang blacksmith bisa
mempengaruhi hasilnya, pendapat ini sudah melekat erat di benak masyarakat.

Aku menganggap diriku orang yang rasional, tapi aku cuma yakin dengan
teori ini karena pengalamanku yang panjang. Oleh karena itu, aku
menghilangkan semua pikiran lain selagi memproduksi senjata,
mengkonsentrasikan kesadaranku di tangan kanan yang memukulkan palu,
menghantam tanpa henti dengan pikiran kosong— itulah yang kupercaya.

Tetapi.

Sewaktu memukul bongkahan itu, menghasilkan bunyi gemerincing yang


menyegarkan, berbagai pikiran berputar di kepalaku sekarang, tak bisa keluar.

Kalau pedang ini sukses dibuat, dan permintaannya selesai— Kirito tentu akan
kembali menyelesaikan game di garis depan, dan seharusnya tak akan ada
banyak kesempatan untuk bertemu. Meski dia datang untuk perawatan
pedangnya, paling bagus sepuluh hari sekali.

Yang seperti itu— Aku tidak mau yang seperti itu. Aku merasa ada suara yang
berteriak dalam diriku.

110 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Selagi lapar akan kehangatan orang lain— enggak, itulah mengapa, itulah
alasannya mengapa aku bimbang untuk memperpendek jarak dengan pemain
pria manapun sampai sekarang. Aku takut musim salju kesepian di dalamku
berubah drastis dengan cinta. Hal itu bukanlah cinta sejati, hanya angan-angan
yang tercipta oleh dunia ilusi; tadinya aku berpikir begitu.

Tapi tadi malam, saat merasakan kehangatan dari tangan Kirito, aku sadar,
perasaan ragu itu adalah duri ilusi yang telah membelengguku. Aku adalah aku—
si blacksmith, Lisbeth, dan di saat bersamaan, Shinozaki Rika. Kirito juga sama.
Bukan karakter dari game, tapi manusia sungguhan yang hidup. Karenanya,
cintaku untuknya; perasaan ini juga nyata.

Jika aku berhasil menempa pedang yang memuaskan, aku akan menyatakan
perasaanku kepadanya. Bahwa aku ingin dia berada di sisiku, bahwa aku ingin dia
kembali ke rumah ini dari labirin, setiap hari, itulah yang akan kukatakan padanya.

Di saat bongkahannya ditempa, kilauannya bersinar sangat terang, perasaan


di dalam diriku juga, tampaknya sudah menegaskan diri. Aku merasa perasaanku
mengalir keluar dari tangan kananku, mengucur pada senjata yang lahir dari
paluku itu.

—Dan akhirnya, saat itu pun datang.

Aku tak tahu berapa banyak hantaman sejauh ini— mungkin berada diantara
dua ratus sampai dua ratus lima puluh kali— segera menyusul bunyi palu,
bongkahannya melepaskan curahan cahaya putih yang jelas menyilaukan.

Objek persegi panjang itu berubah bentuk sedikit demi sedikit selagi bersinar.
Bagian depan dan belakangnya mulai membesar, lalu kemudian, tonjolan yang
menyerupai pangkal pedang menggelembung keluar.

"Ohh..."

Melepaskan bisikan kagum dengan nada rendah, Kirito beranjak dari kursi,
dan mendekat. Begitu kita menonton berhadapan, penciptaan objek itu selesai
dalam hitungan detik, akhirnya menyingkapkan bentuknya sebagai pedang satu
tangan panjang.

111 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Cantik; pedang yang benar-benar cantik. Sebagai pedang satu tangan


panjang, ia terlihat indah. Bilahnya pucat, dan ramping, walau tidak seramping
rapier. Seakan mewarisi sifat bongkahannya, ia bisa terlihat sedikit bening.
Bilahnya berwarna putih menyilaukan. Gagangnya perak, dengan sedikit bubuhan
warna biru.

«Dunia Dimana Pedang Melambangkan Pemainnya»; bagai mendukung


slogan itu, variasi senjata yang terpasang di SAO terlalu banyak. Jika seseorang
menulis nama khas senjata-senjata di setiap kategori ari awal, katanya
panjangnya akan mencapai ribuan baris.

Berbeda dengan RPG biasa, keanekaragaman nama senjata makin bervariasi


semakin tinggi tingkat senjatanya. Senjata kelas rendah, misalnya, untuk pedang
panjang satu tangan, «Bronze Sword», «Steel Sword»; untuk yang bernama
pasaran semacam itu, tak terhitung banyaknya jumlah pedang seperti itu yang
ada di dunia ini, tapi bagi senjata-senjata tingkat tertinggi seperti yang ada di sini
sekarang; ambillah misalkan «Lambent Light» Asuna, kemungkinan besar hanya
ada satu di dunia, objek tunggal-untuk-jenisnya secara harfiah.

Tentu saja, rapier dengan tingkat kekuatan yang sama, baik buatan pemain
atau jatuh dari monster, mungkin memang ada. Tetapi setiap dari mereka
memiliki penampilan yang berbeda. Dan dengan itu, senjata level tinggi punya
daya tarik tertentu, menjadi sesuatu seperti rekan tempatmu berbagi jiwa.

Karena nama senjata dan penampilannya diputuskan oleh sistem, bahkan


kami, sang pembuatnya tidak begitu mengerti. Kuangkat pedang yang
gemerlapan di atas alas tempa itu— atau setidaknya, aku mencoba
mengangkatnya; aku kaget dengan beratnya, yang tidak sesuai dengan
penampilan luarnya yang elegan. Persyaratan kekuatan fisiknya tidak kalah
dengan pedang hitam milik, «Elucidator». Menegangkan punggungku, kuangkat
pedang itu setinggi dada sambil menjerit.

Menyentuh dengan jari tangan kananku menopang dasar bilah pedang, aku
mengkliknya sekali. Aku melihat layar popup yang bangkit ke permukaannya.

"Yah, sepertinya namanya «Dark Repulser». Aku baru pertama kali dengar, jadi
aku tidak percaya ini disebutkan di daftar informasi toko sekarang. —Nih, coba
aja."

112 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Aah."

Kirito mengangguk dan menjangkaukan tangan kanannya, ia mencengkram


gagang pedang ini. Dia mengangkatnya seakan tak terpengaruh dengan
beratnya. Melambaikan tangan kirinya untuk memunculkan menu utama, ia
manipulasi sosok equipmentnya, menyasar sang pedang putih. Dengan ini,
pedang itu akan terpasang pada Kirito dalam sistem, memperkenankan potensi
numeriknya untuk dipastikan.

Namun Kirito langsung menutup layarnya, dan setelah mundur beberapa


langkah, ia menukarnya ke tangan kiri, mengayunkannya berulang kali dengan
bunyi kibasan.

"—Gimana?"

Tanpa menunggu aku bertanya. Kirito diam menatap bilah pedangnya


sejenak, namun— segera, dia tersenyum lebar.

" Berat juga ya. ...Pedang yang bagus."

"Beneran!? ...Yesss!!"

Aku melakukan pose kejayaan dengan tangan kananku tanpa pikir. Dengan
tangan itu terulur, kuadukan ia dengan kepalan tangan kanan Kirito.

Sudah lama sejak aku merasa seperti ini.

Dulu sekali— saat aku berjualan dari kios di jalan utama lantai sepuluh, aku
merasa seperti ini ketika senjata yang kubuat asal-asalan dipuji pelanggan. Aku
senang aku menjadi seorang blacksmith, itulah perasaanku sejujurnya, dari dasar
hatiku di detik itu. Saat aku terus mengasah kemampuanku dan pindah untuk
berbisnis hanya dengan pemain berlevel tinggi, aku sudah melupakan perasaan
ini sebelum aku menyadarinya.

"...Masalah dengan hatiku, hah... semuanya..."

Menanggapi ucapanku yang keluar sambil lalu, Kirito memiringkan kepalanya


dengan muka penasaran.

113 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Eng- Enggak, bukan apa-apa. -Ngomong-ngomong, minum di suatu tempat


yuk. Aku laper."

Meninggikan suara untuk menyembunyikan rasa maluku, kudorong


punggung Kirito dari belakangnya. Aku bermaksud untuk keluar dari ruang kerja
dengan sikap begitu, tapi— sebuah pertanyaan mendadak menghampiriku.

"...Hei."

"Hm?"

Kirito menoleh ke belakang. Yang tergantung di bahunya; pedang satu tangan


yang hitam.

"Ngomong-ngomong— Di awal, kamu pernah bilang, pedang yang setara


dengan yang ini, iya kan. Pedang putih itu pastinya pedang yang bagus, tapi
menurutku gak beda jauh dengan pedang jatuhan monster itu. Kenapa kamu
perlu dua pedang yang serupa satu sama lain?"

"Aah..."

Kirito berbalik, menatapku dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dia


ragu-ragu akan sesuatu.

"Yah, aku gak bisa menjelaskan semuanya. Kalau kamu gak akan bertanya
lebih jauh dari itu, aku bisa ngasih tahu."

"Apaan tuh, sok keren."

"Minggir sedikit."

Setelah aku melangkah mundur ke dinding ruang kerja, dengan pedang putih
masih tergantung, Kirito menarik pedang hitam, dari punggungnya dengan bunyi
bernada tinggi, menggunakan tangan kanannya.

"...?"

Aku tak bisa memahami tujuannya. Setelah tadi memanipulasi sosok


equipmentnya, dengan sistem sekarang, status equipmentnya seharusnya hanya

114 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

pedang di tangan kirinya; menggenggam senjata lain di tangan kanannya


semestinya tidak berguna sama sekali. Sebaliknya, dengan sesuatu yang
terhitung sebagai status equipment yang aneh seperti itu, mengaktifkan skill
pedang tidak dimungkinkan.

Melirik sekilas wajahku yang kebingungan, Kirito dengan tenang memasang


kuda-kuda dengan pedang kiri dan kanannya. Pedang kanan di depan, pedang
kiri di belakang. Merendahkan pinggulnya sedikit, dan dengan itu, tepat di detik
berikutnya.

115 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

116 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Efek kilasan kirmizi meledak, mewarnai ruang kerja dengan warnanya.

Pedang di tangan Kirito saling bergantian, menyerang sisi depannya dengan


kecepatan yang tak bisa diikuti mata. "Kyubabababa!", bunyi ini menimulkan
tekanan di udara, dan meski tidak menyasar apapun, objek di dalam ruangan
bergoyang.

Jelas itu teknik pedang yang diatur oleh sistem. Tapi— aku gak pernah dengar
ada skill yang memakai dua pedang!

Di depanku, berdiri diam selagi aku menarik nafas, Kirito mengangkat


badannya, usai menyelesaikan teknik serangan berturutan yang mungkin
mencapai sepuluh serangan berantai.

Menyimpan kedua pedang— mengembalikan hanya pedang di tangan kanan


ke punggungnya, dia memandang wajahku dan bicara.

"Dan jadi, begitulah. —aku perlu sarung buat pedang ini. Boleh aku milih
satu?"

"Ah... I-Iya."

Entah sudah berapa kali aku dibuat tercengang oleh Kirito. Walau aku
harusnya sudah terbiasa sekarang, untuk sementara, aku memutuskan untuk
menahan pertanyaanku, menggapaikan tanganku ke dinding, menampilkan
menu utama.

Menggulung layar penyimpanan, aku mengamati ringkasan dari stok sarung


pedang yang kukumpulkan dari pengrajin yang dekat denganku. Memilih satu
yang agak mirip dengan yang dipakai Kirito di punggungnya, terbuat dari kulit
berwarna hitam, aku mewujudkannya. Setelah kupasangkan logo kecil tokoku,
aku menyerahkannya pada Kirito. Kirito yang telah menyimpan pedang putih ke
sarungnya dengan bunyi singkat, membuka sebuah layar dan menyimpannya.
Kupikir dia akan memasang keduanya di punggung, tapi tampaknya tidak seperti
itu.

"...Jadi ini rahasia? Yang tadi itu."

"Nn, yaa, iya. Jangan bilang siapa-siapa ya."

117 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Oke."

Informasi skill adalah garis hidup terpenting seseorang, jadi kalau dia
menyuruhku untuk tidak bertanya, aku tak akan menanyakannya. Disamping itu,
aku senang dia bahkan membolehkanku mengintip rahasianya, dan mengangguk
dengan senyuman kecil.

"...Kalau begitu."

Kirito meletakkan tangannya di pinggul dan ekspresinya berubah.

"Ini menjadi akhir dari permohonanku. Aku akan membayar pedang ini.
Berapa harganya?"

"Aah, tentang itu..."

Aku menggigit bibir sejenak— kuverbalkan jawaban yang selalu bergolak di


dalamku.

"Aku gak butuh, pembayaran apapun."

"...Eeh?"

"Sebagai balasannya, Aku ingin Kirito membuatku jadi smith ekslusifmu."

Mata Kirito menunjukkan sedikit tanda terkejut.

"...Maksudmu, apa...?"

"Kapanpun kamu selesai clearing, datanglah ke sini, dan biarkan aku merawat
equipmentmu... —Setiap hari, dari sekarang, terus menerus."

Detak jantungku meninggi tanpa batas. Baik perasaan ini dari badan virtualku,
atau mungkin dari jantungku sebenarnya, yang juga berdebar dengan cara yang
sama— aku penasaran tentang itu di sudut pikiranku. Kedua pipiku terbakar.
Setiap bagian wajahku pasti telah benar-benar berwarna merah sekarang.

Bahkan Kirito, yang selalu menjaga poker face-nya, sepertinya sudah sadar
makna dibalik ucapanku, menundukkan kepalanya karena malu. Aku selalu
mengira kalau dia lebih tua, tapi setelah melihatnya dalam kondisi begitu,

118 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

kelihatannya dia dari generasi yang sama, atau bahkan mungkin lebih muda
dariku.

Kukumpulkan keberanianku dan maju selangkah ke depan, merangkul


lengannya.

"Kirito... aku..."

Aku meneriakkan kata-kata itu begitu keras saat kita kabur dari sarang naga,
tapi saat membicarakannya sekarang, lidahku menolak bergerak. Aku terus
menatap bola mata hitam Kirito, berharap kata itu keluar entah bagaimana—
Saat itulah.

Pintu ruang kerjaku dibuka dengan paksa. Aku refleks melepaskan tangan
Kirito, dan terloncat.

"Lis, aku khawatir banget!!"

Orang itu, yang menyerbu masuk seketika, memelukku dengan kekuatan yang
sama dengan suatu hantaman badan selagi berteriak dengan suara besar.
Rambut panjang berwarna kastanye itu menari lembut di udara.

"Ah, Asuna..."

Asuna lanjut berbicara tanpa jeda, menatap wajahku dari dekat, terkunci
dalam ekspresi tercengang, setiap saat.

"Pesan-pesan gak bisa sampai ke kamu; posisimu di peta bahkan gak bisa
dilacak; ditambah lagi pelanggan-pelanggan setiamu gak ada yang tahu apa-apa,
jadi kemana kamu pergi kemarin malem! Aku sampai pergi ke Kastil Besi Hitam
untuk mengeceknya, tahu!"

"Ma- Maaf. Aku terjebak di labirin sebentar..."

"Dungeon!? Lis, kamu pergi sendiri!?"

"Nah, bareng orang itu..."

119 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku menunjuk ke arah diagonal di belakang Asuna dengan lirikanku. Asuna


berputar ke belakang, dan usai menyadari swordsman berpakaian hitam yang
berdiri di situ, terlihat bosan, ia membeku dengan mata dan mulutnya terbuka
kosong. Mengikutinya, dengan suara satu oktaf lebih tinggi—

"Ki- Kirito-kun!?"

"Eeh!?"

Kali ini, aku yang terkejut. Aku memandang Kirito, yang sedang berdiri tegak,
seperti Asuna.

Dia terbatuk kecil, lalu bicara seraya mengangkat tangan kanannya.

"Yah, Asuna, lama gak ketemu... enggak sih, sebenernya. Cuma beberapa hari."

"I-Iya. ...Mengejutkan ya. Jadi begitu, kamu langsung datang ke sini. Padahal
kalau kamu memberitahu aku, aku bisa nemenin."

Asuna menyembunyikan telapak tangannya di belakang, dan tergelak malu,


mengetuk lantai berulang-ulang dengan tumit sepatunya. Kulihat pipinya itu
dibubuhi bayangan berwarna merah muda bunga sakura.

Aku mengerti keseluruhan situasinya.

Bukan kebetulan Kirito datang ke toko ini. Menepati janjinya kepadaku, Asuna
merekomendasikan tempat ini... pada seseorang di hatinya.

—Aku harus gimana... aku harus gimana.

Yang meliuk berputar-putar di pikiranku, hanyalah kalimat itu. Aku merasa


panas dari seluruh tubuhku pelan-pelan mengalir keluar dari ujung kaki. Aku tak
punya kekuatan. Aku tak mampu bernafas. Emosiku bertingkah, tanpa ada cara
untuk melepaskannya...

Berbalik menghadap aku yang sedang kaku, Asuna berkata dengan santai.

"Orang ini, apa dia mengatakan hal yang kasar pada Lis? Dia mungkin
meminta satu dua hal yang aneh, kan?"

120 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dan dengan itu, dia sedikit memiringkan kepalanya ke samping.

"Eh... Tapi artinya, kamu bersama Kirito-kun tadi malam?"

"Y... Yaaa..."

Seketika itu juga aku maju selangkah, menggenggam tangan kanan Asuna,
dan membuka pintu ruang kerjaku. Kulihat Kirito sejenak, dan lekas bicara sambil
mencoba untuk tidak memandang wajahnya.

"Tolong tunggu sebentar. Kita akan segera kembali, jadi..."

Kutarik tangan Asuna seperti itu, keluar lewat konter. Menutup pintunya, kami
pergi keluar toko melalui celah diantara display windows.

"Tunggu, tunggu, Lis, ada masalah apa?"

Meski mendengar suara Asuna bertanya, tanpa suara aku mengarah ke jalan
utama, terus berjalan dengan tempo cepat.

Aku cuma, tidak kuat lagi untuk berdiri di hadapan Kirito. Jika aku tidak kabur,
sepertinya aku akan sadar bahwa aku kehilangan jalan.

Bagai sudah menyadari kondisiku yang aneh, Asuna mengikuti tanpa bicara.
Dengan lembut kulepaskan tangan gadis itu.

Kami memasuki jalan kecil yang menghadap timur, berjalan sebentar, lalu
menemukan sebuah kafe kaki lima yang terlihat seperti tersembunyi oleh dinding
batu yang tinggi. Tidak ada pelanggan sama sekali. Kupilih meja di pinggir, dan
duduk di kursi berwarna putih.

Asuna mengamati wajahku sambil ia duduk di sisi yang berlawanan, tak


memberikan kesan apapun dari pikirannya.

"...Kenapa, Lis...?"

Aku menegang untuk mengumpulkan sedikit tenaga yang kubisa, senyuman


besar di wajahku. Senyum yang sama seperti biasanya, senyum yang sama
dengan saat kita berbagi gosip dengan ceria.

121 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"...Yaaa, itu orangnya, kan..."

Menyilangkan lenganku, aku bersandar maju untuk memandang wajah Asuna.

"E- Eeh?"

"Orang yang disukai Asuna!"

"Ah..."

Asuna menjatuhkan pandangannya, bahunya terlihat menciut. Ia mengangguk


dengan pipinya bersemu.

"...Iya."

Jleb; seraya mengabaikan rasa sakit tajam yang menusukkan diri ke dadaku,
kutampilkan senyuman lebar lagi.

"Yah, tentunya dia orang yang aneh; sangat."

"...Apa Kirito-kun melakukan sesuatu...?"

Kukumpulkan seluruh kekuatanku dan membalas dengan anggukan, pada


Asuna yang tampak khawatir.

"Dia cuma datang tiba-tiba dan menghancurkan pedang terbaik di tokoku


kok."

"Wah... Ma- Maaf..."

"Ini bukan sesuatu yang Asuna harus minta maaf kok."

Melihat Asuna yang menyilangkan tangan seakan dia sendiri yang


melakukannya, sesuatu yang jauh di dalam hatiku berdebar lebih jauh lagi.

Sedikit lagi... Tinggal sedikit lagi, terus berjuang, Lisbeth.

Berbisik pada diriku sendiri dalam hati, entah bagaimana aku berhasil
mempertahankan senyumanku.

122 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Nah, jadinya, untuk membuat jenis pedang yang diminta orang itu, ternyata
dibutuhkan logam yang langka, jadi kita pergi ke lantai atas untuk
mendapatkannya. Selagi melakukan itu, kita terjebak dalam sebuah perangkap
kecil gitu; kita kesusahan keluar dari perangkap itu, makanya aku gak pulang."

"Jadi begitu... Harusnya kamu panggil aku aja, ah, pesan gak bisa dikirim juga,
hah..."

"Harusnya aku mengajak Asuna juga, maaf ya."

"Enggak, guildku ada aktivitas clearing kemarin, jadi... jadi, kamu tempa
pedangnya?"

"Ah, iya. Duuh, aku gak akan mau melakukan pekerjaan menyusahkan seperti
ini lagi."

"Kamu benar-benar harus menagih dia harga yang sangat mahal untuk itu."

Kita mulai tertawa bersamaan.

Kusimpan senyuman kecil di mukaku, menyebutkan satu komentar terakhir.

"Yah, dia aneh, tapi pastinya bukan orang jahat. Aku akan mendukungmu, jadi
lakukan yang terbaik ya, Asuna."

Itu batasku. Akhir ucapanku gemetar.

"I- Iya, makasih..."

Saat Asuna mengangguk, dia mencondongkan kepalanya ke samping dan


memandang wajahku. Sebelum dia bisa melihat apa yang tersembunyi di bawah
kelopak mataku, aku mendadak berdiri, dan berkata.

"Ah, oh iya! Aku, aku ada janji untuk membeli sejumlah stok. Aku mau pergi
sebentar!"

"Eh, di toko... Kirito-kun gimana?"

"Temani dia, Asuna! Aku mengandalkanmu!"

123 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku berpaling, dan mulai berlari. Kulihat Asuna, di belakangku, dan buru-buru
melambaikan tanganku padanya. Tidak mungkin aku bisa berbalik.

Setelah aku berlari menuju plasa gerbang, ke tempat dimana aku tidak bisa
melihat kafe terbuka itu, kuambil belokan pertama, membelok ke salatan. Aku
bertahan di ujung kota, menyasar wilayah tanpa pemain, berlari tanpa jeda untuk
satu tujuan.

Saat penglihatanku kabur, aku menyekanya dengan tangan kananku.


Menyekanya lagi dan lagi selagi berlari.

Saat kusadari, aku sudah mencapai dinding kastil yang mengelilingi kota.
Sebelum rentangan dinding yang melengkung lembut itu, pohon-pohon besar
ditanam dengan jarak teratur satu sama lain. Aku memasuki bayangan salah
satunya, berdiri diam dengan tanganku di batangnya.

"Uguu... Uu..."

Suaraku merembes dari tenggorokan, tanpa upaya apapun untuk


meredamnya. Air mata yang telah kutahan mati-matian mengalir keluar satu
demi satu, lenyap setelah mereka mengucur menuruni pipiku.

Ini kedua kalinya aku menangis sejak datang ke dunia ini. Sejak waktu aku
panik dan menangis di hari pertama aku masuk, aku meyakinkan diriku bahwa
aku tidak akan pernah menangis lagi. Kupikir aku tidak butuh air mata ini, yang
dipaksa mengalir oleh sistem ekspesi emosi. Tapi aku tidak pernah merasakan air
mata yang lebih panas, lebih menyakitkan dari yang mengalir di pipiku sekarang,
meski dibandingkan dengan yang di dunia nyata sekalipun.

Saat aku mengobrol dengan Asuna, ada satu hal yang tidak pernah berhasil
keluar. "Aku juga suka dia," ucapan ini nyaris keluar berkali-kali. Tetapi, gak
mungkin aku bisa mengatakannya.

Di tokoku, sesaat setelah aku menyaksikan Kirito dan Asuna berbicara satu
sama lain, aku mengerti bahwa tidak ada tempat untukku di samping Kirito.
Sebabnya adalah— Di gunung bersalju itu, aku membahayakan nyawa Kirito.
Tidak seorangpun bisa berdiri di sampingnya, selain orang yang memiliki hati
sama kuatnya. Ya... Misalnya, seseorang seperti Asuna...

124 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Keduanya terhubung oleh gaya tarik yang kuat, layaknya sepasang pedang
dengan sarungnya yang dibuat dengan cermat. Itulah yang sangat kurasakan.
Dan di atas segalanya, Asuna sudah memikirkan Kirito berbulan-bulan, dan
dengan kerja keras yang dilakukannya agar jarak diantara mereka menyempit
sedikit demi sedikit, hari demi hari, gak mungkin aku bisa melakukan sesuatu
seperti tiba-tiba melemparkan diriku ke hubungan tersebut.

Benar... Aku baru mengenal Kirito selama seharian penuh. Pergi melakukan
petualangan yang aku tidak terbiasa bersama orang yang tak dikenal, hatiku pasti
cuma terkejut karenanya. Ini bukan kebenaran. Ini bukanlah perasaanku yang
sesungguhnya. Jika aku jatuh cinta, aku tak akan buru-buru; pelan-pelan
memikirkannya— Aku seharusnya selalu, selalu berpikir seperti itu.

Tapi kenapa, kenapa air mata ini terus saja mengalir.

Suara Kirito, kelakuannya, semua ekspresi yang ditunjukkannya selama dua


puluh empat jam ini mengambang di depan kelopak mataku yang tertutup satu
demi satu. Sensasi dia membelai rambutku, memegang lenganku, tangannya
menggenggam tanganku. Kehangatannya, panas dari jantung yang berdetak itu-
Selagi ingatan membara mengenai hal-hal itu menghampiriku, rasa sakit yang
tajam menggema jauh di dalam dadaku.

Lupakan. Semua itu mimpi. Cuci semuanya dengan air mata ini.

Memegang erat batang pohon di pinggir jalan, aku menangis. Memandang ke


bawah sambil meredam suaraku, aku terus menangis. Air mata ini akan kering
cepat atau lambat di dunia nyata, akan tetapi nampaknya cairan pencuci yang
meluap dari mataku ini tak punya niat untuk berhenti mengalir.

Dan— dari belakangku, terdengar suara itu.

"Lisbeth."

Seluruh badanku gemetar kaget begitu namaku dipanggil. Suara yang halus,
lembut itu, masih tersisa dengan gema dari nada kelaki-lakian aslinya.

Ini pasti mimpi. Gak mungkin dia bisa ada di sini. Memikirkan hal itu,
kupalingkan wajahku ke atas, bahkan tak menghiraukan untuk menyeka air
mataku.

125 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito berdiri di situ. Mata dibalik gombak hitam itu, memperlihatkan rasa sakit
dari duka yang unik untuknya, memandangku. Aku balas melirik sepintas pada
mata itu, lalu segera berbisik disertai gemetar dalam suaraku.

"...Ini gak bagus, datang ke sini sekarang. Aku juga baru akan kembali ke
Lisbeth yang semangat seperti biasa sebentar lagi."

"..."

Kirito maju selangkah tanpa suara; ia mencoba menjangkauku dengan tangan


kanannya. Kugelengkan kepalaku dengan ringan, menghentikannya.

"...Bagaimana kamu menemukan tempat ini?"

Mendengarnya, Kirito termenung, dan menunjuk ke arah tengah kota.

"Dari sana..."

Di ujung jari itu, jauh sekali dari sini, puncak menara gereja, dibangun
berlawanan dengan gerbang plasa, menonjol di atas riak-riak bangunan.

"Aku mengamati seluruh kota, dan menemukan kamu."

"He, he."

Air mataku diam-diam terus mengalir turun seperti sebelumnya, namun


setelah mendengarkan jawaban Kirito, senyum mengambang ke mulutku.

"Kamu tak masuk akal seperti biasanya, hah."

Bagiannya yang itu pun... Aku menyukainya. Hingga tingkat yang sia-sia.

Aku merasa gelora menangis lain lagi memancar di dalam diriku. Aku
menahannya dengan panik.

"Maaf, aku... baik-baik saja, lihat kan. Buruan dan kembali ke Asuna sana."

Saat dimana aku berhasil berucap dan baru akan berbalik, Kirito melanjutkan
perkataannya.

126 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Aku— aku ingin berterima kasih ke Lis."

"Eh...?"

Bingung oleh ucapan tak terduga itu, kutatap wajahnya.

"...Aku, dulu, ada saat dimana anggota guildku terbunuh... Dengan itu, aku
memutuskan untuk jangan lagi, untuk pernah dekat dengan orang lain."

Kirito sepintas bermuka masam, mengunyah bibirnya.

"Itulah kenapa, biasanya, aku menghindari membentuk kelompok dengan


siapaun. Meski begitu, kemarin, momen dimana Lis mengajakku untuk melakukan
quest itu, hasilnya baik-baik saja entah mengapa. Aku selalu berpikir bahwa ini
aneh sepanjang hari itu. Kenapa aku berjalan beriringan orang ini..."

Aku lupa rasa sakit di dadaku untuk sekejap, kupandang Kirito.

Artinya— Artinya, aku...

"Sampai sekarang, siapapun yang memintanya, kutolak mereka semua. Saat


mereka yang kukenal... Enggak, bahkan mereka yang namanya aku tidak tahu
pun, cuma dengan menonton orang lain bertarung, aku cuma membeku
ketakutan. Aku merasa ingin melarikan diri saja. Itulah kira-kira kenapa aku selalu
mengasingkan diri di tempat terdepan di bagian terdepan dari garis depan,
dimana orang jarang datang. -Waktu kita jatuh ke lubang itu, aku bahkan berpikir
kalau lebih baik untuk mati bersama daripada menjadi yang ditinggalkan; itu jelas
bukan bohong."

Ia menunjukkan senyuman samar. Rasanya seperti sejumlah tak terbatas rasa


menyalahkan diri sendiri terletak jauh di dalamnya, nafasku terambil.

"Tapi kamu hidup. Aku tak menyangka, namun fakta bahwa aku bisa terus
hidup bersama Lis membuatku sangat senang. Dan, malam itu... Saat kamu
memberikan tanganmu padaku, semuanya terbuka jelas. Tangan Lis terasa
hangat... Orang ini masih hidup, itulah yang kupikir. Aku, dan juga semua orang,
kita pastinya tidak hidup hanya demi menyambut kematian suatu hari nanti; Aku
yakin kita hidup demi melanjutkan hidup. Jadi... Terima kasih, Lis."

127 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"..."

Kali ini, senyuman sejati bangkit jauh dari dalam hatiku. Dikendalikan oleh
emosi kuat yang misterius, kubuka mulutku.

"Aku juga sama... aku juga sama; Aku selalu mencarinya. Untuk sesuatu
istimewa yang sejati, di dunia ini. Buatku, itu adalah kehangatan tangan kamu."

Mendadak sekali, duri es yang menusuk jauh di dalam hatiku mencair dengan
lembut, rasanya mirip seperti itu. Air mataku juga telah berhenti beberapa saat
lalu. Untuk jangka waktu yang singkat, kita menatap satu sama lain tanpa suara.
Sensasi yang muncul sewaktu kita terbang berjalan masuk sekali lagi,
bersentuhan dengan hatiku hanya untuk sekejap, dan lenyap.

Aku diganjar. Itulah yang kuyakini.

Kata-kata dari Kirito tadi menelan kepingan-kepingan hancur dari cintaku


yang telah merekah, dan kurasakan mereka tenggelam jauh di suatu tempat
dalam diriku.

Aku mengedipkan mataku sekali dengan cepat, melepaskan tetesan-tetesan


kecil, dan membuka mulutku untuk bicara dengan senyuman.

"Kata-kata tadi, pastikan Asuna mendengarnya juga. Gadis itu juga menderita.
Bagaimanapun, ia ingin kehangatan Kirito."

"Lis..."

"Aku tidak apa-apa."

Aku mengangguk lembut, kugenggam dadaku dengan kedua tangan.

"Demam ini akan membekas hanya sedikit lebih lama lagi. Jadi... kumohon,
Kirito, akhiri dunia ini. Aku pasti akan bekerja keras sampai saat itu. Tapi, begitu
kita kembali ke dunia nyata..."

Aku menyeringai dengan senyuman nakal.

"Kita langsung masuk ronde kedua."

128 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"..."

Kirito juga tersenyum, mengangguk dalam-dalam. Selanjutnya, ia


mengayunkan tangan kirinya, membuka sebuah layar. Saat aku penasaran apa
yang ingin ia lakukan, «Elucidator» dilepas dari punggungnya, disimpan ke
inventaris. Mengikutinya, ia memanipulasi susunan equipmentnya, mewujudkan
sebuah pedang baru menggantikan pedang sebelumnya. «Yang Akan
Menyingkirkan Kegelapan», pedang putih itu diisi oleh emosiku.

"Mulai hari ini, pedang ini menjadi rekanku. Biayanya akan... diselesaikan
untuk di dunia lain."

"Oh, sekarang kamu sudah bilang begitu. Harganya akan cukup lumayan."

Sambil berbagi tawa, kita beradu tinju satu sama lain.

"Yah, balik ke toko yuk. Asuna pasti sudah capek nungguin... Aku juga laper
sih, sebenernya."

Kukatakan itu, dan mulai berjalan setelah beranjak di depan Kirito. Untuk kali
terakhir, kuseka mataku dengan tegas, menghamburkan air mata-air mata
terakhir yang masih berada di sudut mataku, dan mereka pun lenyap menjadi
butiran cahaya.

Bagian 4

Hari ini dinginnya lebih menusuk dari biasanya,

Aku masuk ruang kerjaku sambil menggosok-gosokkan kedua tanganku.


Menarik tuas di dinding, kuhangatkan tanganku di atas tungku perapian yang
langsung menyala, terbakar merah panas. Setidaknya bunyi menggebuk kincir air
masih tetap sama, tapi awal musim dingin sekarang sudah sedingin ini, kalau
pertengahan musim dingin tiba dan sungai kecil di belakang membeku, aku
khawatir entah apa yang akan terjadi padaku.

Aku berpikir keras selama sejenak sebelum kembali sadar dengan kaget, dan
berunding dengan jadwalku. Masih ada delapan item yang menumpuk di daftar
pesanan hari ini. Hari akan segera berakhir jika aku tidak bergegas dan
menyelesaikannya.

129 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Pesanan pertama adalah pedang lurus satu tangan tipe ringan. Kutelusuri
daftar bongkahanku, kupilih satu yang merupakan kompromi bagus antara
performa dan biaya sebentar kemudian, lalu melemparkannya ke tungku
perapian.

Di waktu sekarang ini, penguasaan paluku sudah bertambah, dan bahkan aku
memperoleh beberapa logam baru, jadi aku sudah bisa menempa senjata tingkat
tinggi terus menerus. Memilih waktu di saat apinya telah panas mencapai suhu
yang sesuai, kuletakkan bongkahan itu di alas tempa. Menyiapkan palunya,
kuayunkan ia turun dengan tenaga tinggi.

Tapi, berbicara mengenai pedang lurus satu tangan— Tidak satu pedang pun
yang mampu melampaui pedang satu itu yang kutempa musim panas lalu tahun
ini. Fakta itu membuatku frustasi, namun melegakan.

Pedang yang telah mengubur pecahan hatiku itu mungkin masih terus
mengamuk dengan bersemangat di garis depan yang jauh lagi hari ini. Meski aku
memang merawatnya di batu asah di depan mataku ini sekali-sekali, berbeda
dengan senjata biasa, transparansi bilahnya tampak bertambah setiap digunakan.
Untuk beberapa alasan, sepertinya ia berbeda dengan barang konsumsi numerik
yang akan habis cepat atau lambat; rasanya lebih seperti ia akan hancur
berkeping-keping begitu ugasnya selesai— itu prediksiku.

Ah tapi, hal itu mungkin masih berupa masa depan yang tak akan terwujud
beberapa saat lagi. Garis depan sekarang di lantai tujuh puluh lima. Pedang itu
masih harus bertugas lebih lama lagi. Di tangan kanan orang itu— Kirito.

Waktu kusadari, tampaknya aku sudah selesai memukulnya sebanyak jumlah


yang diperlukan; bongkahan itu mulai berubah bentuk seraya bersinar dengan
cahaya merah. Kuamati perubahan gaib seketika ini dengan nafas tertahan, dan
mengambil pedang yang segera muncul untuk memeriksanya.

"...Biasa, sepertinya."

Membisikkan ucapan itu, kuletakkan pedang ini di atas meja kerja. Tanpa jeda,
aku mulai memilih-milih bongkahan berikutnya. Kali ini adalah kapak dua tangan,
dengan fokus pada jangkauannya...

130 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Lama setelah siang dimulai, aku entah bagaimana berhasil menyelesaikan


semua pesanan, dan berdiri. Menggerakkan kepalaku berputar melingkar,
kurenggangkan badanku kuat-kuat. Selagi aku mengambil nafas lega, sebuah
foto kecil yang tergantung di dinding memasuki penglihatanku.

Membuat tanda damai sambil berpelukan, Asuna dan aku. Di samping Asuna,
berdiri setengah langkah ke bawah, Kirito dengan senyum masam. Diambil di
depan bangunan ini. Sekitar setengah bulan lalu— saat berita pernikahan mereka
berdua datang.

Siapapun yang mungkin kalian tanya, mereka berdua pastinya serasi satu
sama lain, tapi mencapai tujuan itu akhirnya memakan waktu setengah tahun
penuh. Aku menjadi tidak sabar, dan mencoba ikut campur dalam hubungan
mereka dengan berbagai cara, dan ketika aku pada akhirnya diberitahu berita
pernikahan mereka, aku benar-benar senang buat mereka. Tapi tetap— terasa
sedikit, sakit yang mengoyak hati.

Aku masih menyaksikan yang terjadi malam itu dalam mimpi-mimpiku.


Mengingat satu malam bagai mimpi yang berinar bak permata sederhana selama
dua tahun yang hanya ada sedikit naik-turun. Sampai saat ini pun, setelah tiga
bulan berlalu, ia masih menghangati hatiku layaknya bara api yang menyala.

"...Walaupun begitu..."

Saat itu memang mengagumkan, bisikku dalam hati, dan jariku menelusuri
foto itu dengan lembut. Walau aku menilai diriku sebagai realis yang rasional, aku
memiliki watak seterus terang itu benar-benar tidak kusangka dan tidak kusadari
sama sekali.

"Aku selalu mencintaimu, sampai akhir."

Usai mengetuk kuat suatu titik tertentu di foto itu, kupalingkan pikiranku.
Bertanya-tanya apa aku memasak makanan sederhana untuk makan siangku
yang telat, atau mungkin makan di luar untuk pertama kalinya sejak beberapa
waktu ini, kuinjakkan kakiku keluar dari ruang kerja— Lalu hal itu terjadi.

Sebuah efek suara yang belum pernah kudengar sampai sekarang bergema
keras dari atas. Ding, ding, suara yang menyerupai alarm lonceng... Seketika

131 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

kutatap langit-langit, namun tampaknya suara itu berasal dari tempat yang
lebih tinggi lagi, berkumandang dari arah lantai atas.

Aku baru saja akan buru-buru keluar, saat sesuatu yang membuatku bahkan
terkejut lebih jauh lagi terjadi. Meski alasan di baliknya jelas, NPC penjaga toko,
yang berdiri di konter, tak membutuhkan seharipun istirahat sejak toko ini
dibuka, mendadak lenyap tanpa suara sedikitpun.

"...!?"

Kukedipkan mataku, dan menatap tempat gadis itu berdiri hingga tadi, tetapi
tidak ada tanda ia kembali. Situasinya menjadi makin dan makin kusut.

Buatku, yang tersandung saat menuju keluar, pengalaman yang bahkan lebih
mengherankan lagi menjadikanku berdiri kaku.

Di bawah lantai atas yang membentang, seratus meter di atas, tepat sebelum
atap abu-abu polos itu- tergantung huruf-huruf merah raksasa, terletak rapat-
rapat. Aku terhanyut menatapnya; dua kalimat berbahasa Inggris, "Warning", and,
"System Announcement", tertata dalam pola papan catur.

"System... Announcement..."

Kejadian ini pernah kusaksikan sebelumnya. Tidak mungkin aku akan pernah
melupakannya. Dua tahun lalu, di hari game kematian ini dimulai, tontonan yang
sama persis muncul di balik avatar hampa yang mengumumkan perubahan
peraturan pada sepuluh ribu pemain.

Akhirnya melihat sekeliling setelah membeku melihatnya selama beberapa


detik penuh, kutemukan banyak pemain lain, yang melihat ke atas sambil berdiri
tegak, sama sepertiku. Aku berkerut saat merasa ada sesuatu yang aneh
mengenai pemandangan ini, alasannya terpikir seketika olehku.

Biasanya, selagi berjalan menyusuri jalan, ada NPC-NPC menjajakan dagangan


mereka; tak seorang pun ada di sekitarku. Aku yakin mereka kemungkinan
menghilang di waktu yang sama dengan menghilangnya perawat tokoku, tapi...
kenapa sih—

132 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tiba-tiba sekali, bunyi dering alarm itu berhenti. Setelah beberapa saat yang
sunyi, kali ini, yang terdengar adalah suara halus wanita, dalam volume yang
sama kerasnya.

[Kami sekarang akan mengumumkan pemberitahuan penting ke semua


pemain.]

Sama sekali berbeda dengan suara sang Game Master, Kayaba Akihiko, dari
dua tahun lalu, merupakan suara sintetis buatan bercampur dengan bunyi gaduh
elektronik. Jelas ini merupakan pengumuman yang dibuat melalu sistem game,
tapi dengan hampir tidak adanya kehadiran manajemen di SAO, ini adalah
pertama kalinya aku mendengar pengumuman disampaikan seperti ini.
Kutegangkan telingaku untuk mendengar sambil menahan nafas.

[Game sekarang akan memasuki mode administrasi paksa. Semua monster


dan item akan ditangguhkan. Semua NPC akan diberhentikan. Darah semua
pemain akan disesuaikan menjadi jumlah maksimal masing-masing.]

Sistemnya error? Apa ada bug fatal yang muncul...?

Itu yang ada di pikiranku dalam sekejap. Hatiku dicengkram rasa tidak tenang.
Tapi di saat berikutnya—

[Waktu Standar Aincrad, tujuh November, empat belas-lima puluh lima, game
telah diselesaikan.]

—Demikianlah yang dilaporkan suara sistem.

Gamenya, sudah diselesaikan.

Aku tak mengerti arti dari perkataan itu untuk beberapa detik. Pemain-pemain
lain di sekitarku juga, masih terdiam dengan ekspresi mereka membeku. Akan
tetapi, mendengar kalimat yang mengikutinya, mereka semua melonjak gembira.

[Semua pemain akan log out secara berurutan. Cukup menunggu di posisi
anda sekarang. Kami ulangi...]

Tiba-tiba, "Wooah!", dan sorak-sorai gembira seperti itu meletus. Tanahnya,


bukan, seluruh Kastil Melayang Aincrad bergetar. Semua orang saling berpelukan

133 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

satu sama lain, bergulingan di lantai, berteriak keras-keras dengan tangan


mereka terangkat menuju langit.

Aku tidak bergerak, tidak berkata apapun, hanya berdiri diam di depan toko
milikku. Entah bagaimana aku berhasil mengangkat kedua tanganku, menutupi
mulutku.

Jadi dia berhasil. Dia— Kirito berhasil. Dengan kenekatannya yang biasa...

Itulah yang kupercaya. Bagaimanapun, garis depan yang paling depan masih
di lantai tujuh puluh lima, tapi dengan selesainya permainan ini seperti ini,
konyol, ceroboh, tindakan nekat ini pastinya ulah Kirito.

Aku merasa aku mendengar bisikan lembut di dekat telingaku.

—Aku, menjaga kata-kataku...

"Iya... Iya... Akhirnya, kamu berhasil..."

Dengan itu, air mata yang panas menetes dari mataku. Tak menghiraukan
untuk menyekanya, kulontarkan tangan kananku dengan seluruh kekuatan,
melompat naik dan turun tanpa henti.

"O— oh!!"

Kututupkan kedua tangan ke mulutku, untuk menggapainya, yang berada jauh


di lantai atas, aku berteriak sekeras mungkin.

"Kita pasti akan bertemu lagi, Kirito—!! ...Aku mencintaimu!!"

(Selesai)

134 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bab 3 - Gadis Embun Pagi (Lantai ke-22 Aincrad, Oktober 2024)

Bagian 1

Asuna selalu menyetel alarm paginya ke pukul tujuh lewat lima puluh.

Jika kamu bertanya mengapa pada pukul tersebut, ini karena alarm pagi Kirito
yang berbunyi tepat pada pukul delapan.

Pagi ini, Asuna sekali lagi terbangun dengan suara lembut dari instrumen tiup
kayu dan terus berbaring, menatap wajah tidur Kirito sambil merebahkan
kepalanya di atas tangannya.

Dia jatuh cinta setengah tahun yang lalu. Mereka menjadi partner clearing dua
minggu yang lalu. Dan baru enam hari berlalu semenjak mereka menikah dan
pindah ke tempat ini, di dalam hutan lantai ke dua puluh dua. Meskipun sebagai
pasangan tercintanya, masih banyak hal tentang Kirito yang tidak dia ketahui.
Sempat, sambil mengintip wajah tidurnya, dia pelan-pelan menjadi ragu akan
usianya.

Baru beberapa waktu lalu, karena sifatnya yang tidak peduli dan suka
menyendiri, ia menduga bahwa dia seharusnya lebih sedikit tua darinya. Namun,
melihat kirito, lelap dalam tidur, dengan kepolosan yang begitu naif, membuat
dirinya hanya dapat dilihat seperti anak yang masih kecil, tidak lebih tua dari dia.

Menanyakan hal seperti usia mungkin— bukanlah masalah. Namun,


melanggar batas ke permasalahan di dunia nyata kuranglah disukai, dan lagipula,
keduanya telah menjadi suami istri. Daripada usia, bertemu lagi setelah kembali
ke dunia nyata, bertukar informasi dari nama dan alamat asli sampai ke rincian
kontak, akan lebih meyakinkan.

Namun tetapi, Asuna kurang cukup berani untuk mengatakannya dengan


suara keras.

Dia takut kalau membicarakan permasalahan dunia nyata, «kehidupan


pernikahan» ini akan terasa hanyalah seperti khayalannya yang bukan-bukan.
Untuk Asuna yang sekarang, satu kenyataan yang paling penting baginya, adalah

135 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

hari-hari lembut di rumah hutan ini; bahkan jika tidak bisa lari dari dunia ini,
dengan tubuh mereka yang di dunia nyata menyambut kematian, ia masih akan
tetap puas, dapat terus hidup seperti ini sampai akhir, meninggalkan dunia ini
tanpa penyesalan.

Itulah sebabnya dia enggan untuk bangun dari mimpi ini dulu— Berpikir
demikian, Asuna perlahan mengulurkan tangannya dan membelai wajah tidur
Kirito.

Biarpun begitu, wajah tidur itu memanglah kekanak-kanakan.

Pada saat ini, sudah memang sewajarnya kemampuan Kirito tidak perlu
diragukan. Dengan jumlah pengalaman yang sangat besar dari saat bermain
pada masa beta test, serta status numerik yang didapat lewat pertempuran yang
tidak ada hentinya, dan menggunakan semua itu secara efektif, penilaian dan
tekad. Dia mungkin kalah kepada pemimpin Knight of the Blood, «Holy Sword»
Heathcliff, tapi Kirito adalah pemain terkuat yang pernah di kenal Asuna. Meski
bagaimanapun meburuknya kondisi di medan perang, dia tidak akan pernah
merasa takut dengannya yang berada di sisinya.

Namun, saat ia menatap Kirito yang baring tergelung, entah bagaimana ada
satu perasaan yang dengan begitu kuat berusaha untuk keluar dari dadanya
bahwa dia hanya seperti adik kecil yang naif dan rapuh. Perasaan bahwa ia harus
melindunginya.

Sambil bernafas dengan lembut, Asuna membungkuk, menyelubungi tubuh


Kirito dengan tanganya. Dengan pelan dia kemudian berbisik.

“Kirito… Aku cinta kamu. Tinggallah bersamaku selamanya, oke?”

Pada saat itu, Kirito bergerak dengan pelan, dan perlahan membuka kelopak
matanya. Pasangan itu saling bertukar pandang, dengan wajah mereka yang
didepan satu sama lain.

“Waa!!”

Asuna segera mundur dengan panik. Mengalihkan dirinya ke sikap berlutut


pada tempat tidur, dia kemudian berbicara dengan wajah yang tersipu malu.

136 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Se-Selamat Pagi, Kirito, …Apakah kamu… dengar yang baru aku bilang…?”

“Selamat pagi. Tadi… eh, emang ada apa?”

Menghadap Kirito yang bangkit dan menjawab sambil menahan menguap,


Asuna dengan kuat menggoyangkan-goyangkan tangannya.

“T-Tidak, tidak ada apa- apa!”

Menyelesaikan sarapan pagi telor ceplok dengan roti gandum, salad dan kopi
dan merapikan meja dalam beberapa detik, Asuna kemudian menepuk kedua
tangannya.

“Baiklah! Kemana kita akan bermain hari ini?”

"Oh, kamu."

Dan Kirito tersenyum kecut.

"Jangan membicarakan hal itu dengan begini,"

"Tapi setiap hari telah sangatlah menyenangkan!"

Ini adalah pemikiran Asuna yang nyata dan murni.

Berpikir kebelakang hanyalah membawa duka, tetapi dalam satu setengah


tahun, dari saat ia menjadi tawanan SAO sampai ia jatuh cinta dengan Kirito,
Asuna telah menempa dan mengeraskan hatinya.

Mengorbankan tidur untuk meningkatan skillnya, dipilih menjadi sub-leader


dari clearing guild, Knights of the Blood, dia telah terjun ke banyak labirin dengan
begitu cepatnya bahkan cukup untuk membuat anggotanya menyerah pada
sesekali.

Semua yang ada dihatinya itu hanyalah semata mata untuk menyelesaikan
game ini dan melarikan diri; sehingga ia berkesimpulan bahwa semua aktivitas
lain yang tidak berhubungan dengan itu adalah sia sia.

Dengan pemikiran yang seperti ini, Asuna tidak bisa berbuat apa apa kecuali
menyesal tidak bertemu Kirito lebih awal. Hari- hari setelah bertemu dengan

137 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito sangatlah berwarna, penuh dengan begitu banyak kejutan yang bahkan
melewati kehidupannya yang lalu di dunia nyata. Jika bersama Kirito, semua
waktu yang telah dihabiskan disini dapat dianggap sebagai pengalaman yang
langka.

Itulah sebabnya bagi Asuna, akhirnya bisa mendapakatkan hari dimana


mereka berdua dapat menghabiskan waktu bersama, tiap tiap detik dapat
dianggap perhiasan berharga dengan sendirinya. Dia ingin pergi, sebagai
pasangan, ke banyak dan lebih banyak tempat lagi bersama dan membicarakan
banyak hal yang berbeda.

Asuna meletakkan tangannya di pinggang dan berbicara sambil cemberut.

“Apakah Kirito-kun tidak ingin pergi ke suatu tempat dan bermain?”

Dalam menanggapi itu, Kirito tersenyum lebar dan melambaikan tangan


kirinya, memanggil peta. Mengubahnya menjadi modus visible, dia
menunjukkannya kepada Asuna

"Tepat disekitar ini."

Apa yang ditunjuk adalah sudut hutan, tidak terlalu jauh dari rumah mereka.

Menjadi salah satu dari lantai bawah, Lantai ke-dua puluh dua cukuplah luas.
Diameter dari seluruh wilayah ini mungkin lebih dari delapan kilometer. Sebuah
danau raksasa berada di tengah dan sampai ke pantai selatan, disana terdapat
kota utama, «Coral» Village. Di pantai utara terdapat labyrinth. Sisa dari wilayah
tersebut ditutupi oleh hutan konifera yang indah. Rumah kecil milik Asuna dan
Kirito berada di dalam sebuah area di tepi selatan lantai ini, dan apa yang
sekarang ditunjuk Kirito sekitara dua kilometer jauhhnya, di arah timur laut.

"Ini adalah tentang rumor yang aku dengar di desa kemarin.. Dibagian ini,
dimana hutan menebal...”itu” tampaknya akan keluar."

"Hah?"

Kepada Kirito yang sedang tersenyum halus, Asuna dengan ragu menjawab.

"Apanya?"

138 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"...H-Hantu."

Asuna diam sejenak, dengan takut dia bertanya

"...Itu berarti, seekor monter dari tipe Astral?Sesuatu seperti roh atau
banshee?"

"Bukan, ini hantu asli. Seorang player... jadi, roh manusia. Sepertinya seorang
wanita."

"Aah..."

Asuna tanpa sadar menjengit. Mengarah ke topik seperti ini, Asuna hanya
yakin bahwa dia akan terpengaruh jauh lebih buruk dari rata-rata orang. Dia
cukup tidak baik dengan itu bahkan sampai memikirkan alasan yang
sembarangan untuk tidak mengikuti clearing labirin kastil tua, membentangi lanti
enam puluh lima dan enam puluh enam yang terkenal karena tema horornya.

“T-Tapi lihat, ini adalah dunia maya permainan. Sesuatu seperti— hantu
keluar, sesuatu seperti ini tidak akan pernah terjadi.”

Memaksa dirinya untuk tetap tersenyum, dia mulai memprotes dengan suara
keras.

“Paling cuma sedikit dari itu yang benar, ya…”

Namun untuk Kirito, yang tahu bahwa Asuna lemah terhadap hantu, ia dengan
antusias lanjut menyerang.

“Misalnya… Seorang pemain yang mati dengan penyesalan, merasuki


NervGear yang masih dipakai dan aktif… mengeluyuri wilayah, malam demi
malam…”

“Hentik--!”

“Wahahaha, maaf, ini hanya lelucon buruk. Yah, aku ragu kalau roh akan
benar-benar muncul, tapi kalau kita mau pergi ke suatu tempat, lebih baik
menuju ke tempat yang lebih tinggi memiliki kemungkinan untuk terjadi sesuatu,
kan?”

139 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Aaah…”

Mengerutkan bibirnya memberi muka masam, Asuna mengganti fokusnya ke


luar jendela.

Meskipun musim dingin yang mendekati, cuacanya sangat baik. Sinar


matahari terasa hangat dan lembut, membasuh halaman kebun. Waktu yang
paling tidak cocok untuk acara seperti penampakan hantu. Karena bagaimana
Aincrad terancang, meskipun tidak mungkin untuk melihat matahari secara
langsung kecuali pada awal pagi dan sore, berkat pencahayaan sekitar yang
memadai, wilayahnya jelas ternyala.

Asuna berbalik ke arah Kirito dan menjawab, dengan kepalanya yang


terangkat tinggi.

“Baiklah, Mari kita pergi. Untuk membuktikan kalau sesuatu seperti hantu
tidaklah nyata.

“Jadi begitu, --Kalau kita tidak menemukannya hari ini, lain kali kita akan pergi
di tengah malam, oke?”

“Tidak mungkin!! ….Aku tidak akan membuatkan makanan untuk orang yang
jahat seperti itu.”

“Gah, lupakan itu. Kau tidak mendengar apa-apa.”

Bercemberut kepada Kirito untuk terakhir kalinya, Asuna kemudian tersenyum


lebar dan tertawa.

“Nah, mari kita selesaikan persiapan. Aku akan memanggang ikan, jadi Kirito-
kun potong rotinya, oke?

Dengan cepat memasukkan kotak makan siang dengan burger ikan,sekitar


jam sembilan pagi ketika mereka meninggalkan rumah.

Melangkah ke rumput di kebun, Asuna berbalik kembali ke Kirito dan


berbicara.

"Hei, biarkan aku naik di bahumu."

140 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Biarkan kamu naik di bahuku!?"

Kirito menjawab liar, kembali bertanya.

"Kau lihat, selalu melihat dari ketinggian yang sama serasa membosankan
seharusnya menjadi lebih mudah dengan status kekuatan fisik Kirito-kun, kan?."

"Baiklah, mungkin itu benar ... Ya ampun, berapa umurmu ..."

"Usia tidak ada hubungannya dengan itu Bukankah itu benar? Lagipula tidak
ada yang melihat."

"Ba-baiklah, kurasa .."

Terkejut, Kirito berjongkok dan berbalik ke arah Asuna sambil geleng-geleng


kepala. Mengangkat roknya, dia mengangkat kakinya ke bahu.

"Di sana kita pergi. Tapi aku akan pastikan untuk memukulmu jika kamu
melihat ke belakang, Ok.."

"Bukankah jadi tidak masuk akal ...?"

Menggerutu tentang situasi, Kirito dengan gesit berdiri, sehingga tampak


kenaikan dalam sudut pandang.

"Waa! Lihat, kamu bahkan dapat melihat danau dari sini!"

"Aku tidak bisa melihatnya!"

"Kalau begitu aku akan melakukannya untukmu nanti juga."

"..."

Menempatkan tangannya di atas kepala Kirito, yang telah merosot lebih


karena kelelahan atas kejadian tersebut, Asuna berbicara.

"Sekarang, saatnya untuk berangkat!"

Tertawa riang kapal bahu Kirito, yang terus berjalan ke depan, Asuna mampu
memahami betapa berharganya hari ini, mampu hidup bersama. Dia sepenuh hati

141 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

bisa percaya bahwa ini adalah saat ia merasa paling «hidup» di semua tujuh belas
tahun dari hidupnya.

Berjalan di sepanjang jalan-Kirito adalah satu-satunya yang benar-benar


berupaya, tapi-Setelah sekitar sepuluh menit, salah satu danau yang menghiasi
lantai dua puluh dua akhirnya datang di hadapan. Mungkin tergoda akan cuaca
lembut, sudah ada beberapa player yang berada di sana sejak pagi, casting ke
danau, umpan menggantung di air. Jalan meringkuk di sekitar danau, menuju
tanjakan, cukup jauh dari tepi danau. Tapi saat mereka mendekat, melihat player
yang berpaling ke arah mereka dan melambaikan tangan. Tampaknya setiap
orang yang mereka lihat tersenyum pada mereka dan beberapa bahkan tertawa
keras.

"... Ini tidak seperti yang banyak orang lihat!"

"Ahaha, sehingga ada orang-orang di sekitar ... Hei, Kirito-kun, lambaikan


tangan pada mereka juga."

"Tidak ada cara aku akan melakukannya."

Meski mengeluhkan, Kirito tidak menunjukkan tanda-tanda ingin membiarkan


Asuna turun. Asuna mengerti bahwa dia benar-benar geli oleh pergantian
peristiwa.

Jalan ke bawah yang miring, ke arah kanan, menuju ke dalam hutan. Tentu
melalui celah antar pohon konifer besar yang menyerupai cedar, menjulang di
atas segalanya, mereka berjalan beriringan. Gemerisik daun, dan kicau burung
kecil terdengar di sungai kecil. Semua suara ini menjabat sebagai pelengkap
untuk pemandangan hutan, yang menjadi satu dalam warna-warna musim gugur.

Asuna berpaling matanya ke arah puncak pohon, yang lebih dekat daripada
biasanya.

"Pohon itu pasti besar ... Hei, apakah kamu pikir kamu bisa mendaki itu ...?"

"Hm ... Mm ..."

142 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dalam menanggapi permintaan Asuna tersebut, Kirito memikirkannya untuk


sementara waktu.

"Ini mungkin dalam batas-batas dari sistem ... Ingin mencobanya?"

"Nah, mari kita tinggalkan itu untuk waktu berikutnya-Sekarang. Aku berpikir
tentang mendaki."

Asuna membentangkan tubuhnya yang berada pada bahu Kirito dan


memandang ke arah tepi luar Aincrad, melalui celah-celah di antara pepohonan.

"Hal-hal di sekitar tepi, orang-orang yang terlihat seperti mendukung, mereka


terhubung sepanjang jalan ke lantai berikutnya, benar? aku bertanya-tanya ...?
Apa yang akan terjadi jika kita naik dari situ?"

"Ah, aku pernah mencoba itu sebelumnya."

"Eeh!?"

Mengendalikan tubuhnya, dia berbalik dan menatap Kirito.

"Kenapa kau tidak mengundangku juga."

"Yah, itu ketika kita tidak mengenal satu sama lain dengan baik."

"Apa, itu hanya karena Kirito-kun terus melarikan diri."

"... A-Apakah aku benar-benar melakukan hal tersebut?"

"Itu benar aku selalu mencoba mengundangmu,. Tapi kau bahkan tidak mau
menemaniku untuk minum teh."

"I-Itu ... Ba-baiklah, jika seperti itu."

Kemudian percakapan yang mulai aneh kembali ke topik semula, Kirito


melanjutkan.

"Jika kau menilai berdasarkan hasil murni, itu adalah kegagalan. Memanjat
dari bagian batu-batu yang kasar sangat mudah,. Tapi setelah naik sekitar

143 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

delapan puluh meter, pesan kesalahan muncul, 'Anda tidak bisa melampaui
daerah ini' dan membuatku jengkel. "

"Ah ha ha, jadi seperti yang diharapkan, kecurangan tidak bekerja, ya."

"Ini bukan bahan tertawaan, tanganku tergelincir. terkejut dan aku jatuh dari
ketinggian ...."

"E-Eh!? Bukankah kamu bisa mati karena sesuatu seperti itu?"

"Ya. Aku pikir aku akan ditakdirkan mati dan tertulis dalam daftar pemain yang
tewas dalam aksi, akan tetapi aku dengan segera menggunakan kristal teleport.."

"Ya ampun, itu berbahaya. Pastikan dirimu tidak mengulanginya, Ok?."

"Itulah yang ingin kukatakan!"

Berjalan-jalan sambil bertukar percakapan tanpa tujuan, hutan berangsur-


angsur menjadi lebih padat. Bahkan teriakan burung yang mulai samar-samar,
serta sinar matahari melalui pepohonan mulai memudar.

Asuna memandang berkeliling sekali lagi, ia mempertanyakan Kirito.

"Hei, itu ... tempat dalam rumor, apakah jalan itu?"

"Yah, itu ..."

Kirito melambaikan tangannya, memeriksa posisi mereka di peta.

"Ah, kita cukup dekat dengan tujuan kita dan akan mencapainya dalam
beberapa menit.."

"Hmm ... Hei, tentang kasus ini, apakah ada rincian tentang hal tersebut?"

Dia tidak benar-benar ingin mendengar tentang hal itu, tapi tidak tahu apa
yanng membuatnya seperti gelisah, dan mendorong dia untuk bertanya.

"Nah, sekitar seminggu yang lalu, seorang pengrajin kayu (woodcraft) telah
datang ke sini untuk mengumpulkan beberapa kayu. Kayu yang dapat dipanen
dari hutan ini adalah kualitas yang cukup bagus,. Dan sementara pemain sibuk

144 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

dalam tugasnya , hari mulai gelap ... Pemain bergegas untuk kembali, tetapi
tertutup oleh naungan pohon-pohon ... dan ada pemandangan sekilas putih. "

"..."

Ini sudah batas untuk Asuna, namun Kirito tanpa ampun melanjutkan.

"Pemain bingung berpikir bahwa itu adalah sebuah monster, tapi rupanya
bukan itu, itu adalah manusia, atau lebih tepatnya, seorang gadis kecil, sebagai
pemain telah disebutkan.. Panjang, rambut hitam pada pakaian putih. Perlahan
berjalan menuju rumpun pohon. Kalau bukan rakasa, itu hanya bisa menjadi
pemain, pemain berpikir, menatap padanya. "

"..."

"-Tidak ada kursor."

"Ee ..."

Sebuah teriakan lembut sengaja bocor keluar dari tenggorokannya.

"Tidak ada cara yang mungkin Meskipun berpikir bahwa, pemain semakin
dekat.. Dan bahkan memanggilnya. Melakukan hal itu, gadis itu berhenti semua
gerakan ... dia secara bertahap berbalik ke arahnya ..."

"Th-Th-Itu e-eno ..."

"Lalu, pria itu akhirnya melihat Gadis itu,. Sebagai cahaya bulan bersinar turun
ke baju putihnya, pohon-pohon di sampingnya-bisa dilihat langsung melalui
dirinya."

"-!!"

Menyesakkan jeritan, Asuna mencengkeram rambut ke Kirito erat-erat.

"Ini adalah akhir dari saya jika dia berbalik, dia berpikir dan lari. Akhirnya
mendapatkan pergi cukup jauh untuk melihat cahaya dari desa, ia menduga
bahwa ia aman dan berhenti ... mengi, ia berbalik untuk melihat ke belakang .. . "

"- H!?"

145 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Dan tidak ada siapa pun di sana Dan dia hidup bahagia selamanya.."

"... Ki-Ki-Kirito-kun, idiot-!!"

Melompat turun dari bahunya, dia mengangkat tinjunya, serius bersiap-siap


untuk melepaskan pukulan di punggungnya-saat itu.

Jauh di dalam kedalaman hutan, suram, meskipun itu masih tengah hari, pada
jarak dari pasangan, sesuatu yang putih mengintip mereka dari sisi batang pohon
konifer.

Diserang oleh aura menyenangkan, Asuna menjadi membeku ketakutan.


Bahkan jika itu tidak sebanyak itu Kirito, keterampilan persepsi Asuna itu juga,
agak disempurnakan melalui pengalaman. Pasif Toggling penggunaan
keterampilan, dia bisa meningkatkan kejelasan apa pun yang dia berfokus pada.

Sesuatu putih tampak berkibar tertiup angin. Itu bukan tanaman. Atau batu.
Tapi kain. Atau dengan kata secara rinci, itu adalah salah satu bagian gaun
dengan garis-garis yang berbeda. Mengintip keluar dari hem dua ramping,
panjang kaki.

Gadis itu masih berdiri. Hampir sama Kirito telah dijelaskan, dia adalah
seorang gadis muda mengenakan gaun satu potong putih, tidak bergerak, diam-
diam menatap pasangan.

Merasa pingsan karena kesadarannya luntur, Asuna agak berhasil membuka


mulutnya. Dia membiarkan keluar bisikan serak.

"Ki ... Kirito-kun, di sana."

Kirito segera diikuti tatapan Asuna itu. Segera, dia juga, membeku.

"Th-Ini harus menjadi kebohongan ..."

Gadis itu tidak bergerak. Berdiri kira-kira sepuluh meter dari pasangan,
tatapannya tertuju pada mereka. Pada saat itu, Asuna menguatkan dirinya sendiri,
berpikir bahwa ia pasti akan pingsan jika gadis itu datang lebih dekat.

146 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tubuh gadis itu bergoyang-goyah. Seperti boneka mekanis yang telah


kehabisan energi, ia jatuh ke tanah, dengan gerakan seperti itu dari makhluk
hidup. Sebuah bunyi cahaya lembut bergema keluar.

"Ada ..."

Saat itu, Kirito menyipitkan matanya.

"Tidak ada cara seperti itu hantu!"

Dan berlari sambil berteriak.

"Wa-Tunggu, Kirito-kun!"

Meskipun permohonan untuk berhenti dari Asuna yang tertinggal, Kirito


bergegas menuju gadis jatuh, bahkan tanpa melihat ke belakang.

"Ya ampun!"

Asuna enggan berdiri dan mengejarnya. Meski hatinya masih gemetar, ia


belum pernah mendengar tentang hantu yang bisa pingsan dan jatuh. Itu tidak
bisa apa-apa kecuali pemain.

Terlambat beberapa detik, setelah mencapai tempat teduh di bawah pohon


konifera, dia menemukan gadis itu sudah membuai dalam lengan Kirito itu. Dia
masih tak sadarkan diri. Matanya, dinaungi oleh bulu mata yang panjang, masih
ditutup, dengan tangan lemah tergantung lurus ke bawah. Menatap dengan
sungguh-sungguh atas sosoknya, dibungkus gaun, bagian satu Asuna
menegaskan kembali bahwa itu tidak tembus dengan cara apapun.Rambut hitam
panjang dengan pakaian putih. Perlahan berjalan menuju rumpun pohon. Jika
bukan rakasa, itu hanya salah seorang player, player berpikir, dan melihat
padanya. "

"..."

"-Tidak ada kursor."

"Ee ..."

147 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Sebuah teriakan lembut sengaja keluar dari tenggorokannya.

"Tidak ada cara untuk memastikan. Meskipun berpikir, player tersebut semakin
dekat.. Dan memanggilnya. Melakukan hal tersebut, membuat gadis itu ... dam
dia secara bertahap berbalik ke arahnya ..."

"I-I-Itu cu-cuku ..."

"Lalu, pria itu akhirnya melihat Gadis itu,. Sebagai cahaya bulan bersinar turun
ke baju putihnya, pohon-pohon di sampingnya-bisa dilihat langsung melalui
dirinya."

"-!!"

Asuna mencengkeram rambut ke Kirito erat-erat.

"Ini adalah akhir dariku jika dia berbalik, dia berpikir dan lari. Akhirnya setelah
pergi cukup jauh untuk melihat cahaya dari desa, ia menduga bahwa ia aman dan
berhenti ... Kemudian, ia berbalik untuk melihat ke belakang .. . "

"- H!?"

"Dan tidak ada siapa pun di sana Dan dia hidup bahagia selamanya.."

"... Ki-Ki-Kirito-kun, idiot-!!"

Melompat turun dari bahunya, dia mengangkat tinjunya, bersiap-siap untuk


melepaskan pukulan di punggungnya saat itu.

Jauh di dalam kedalaman hutan, yang suram, meskipun itu masih tengah hari,
pada jarak dari pandangan, sesuatu yang putih mengintip mereka dari sisi batang
pohon konifer.

Diserang oleh aura tidak menyenangkan, Asuna menjadi membeku ketakutan.


Walaupun itu tidak seperti Kirito, keterampilan persepsi Asuna juga agak
disempurnakan melalui pengalaman. Ketika <<Pasif Toggling>> digunakan , dia
bisa meningkatkan kejelasan apa pun yang dia berfokus pada.

148 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Sesuatu berwarna tampak berkibar tertiup angin. Itu bukan tanaman. Atau
batu. Tapi kain. Atau dengan kata secara rinci, itu adalah salah satu bagian gaun
dengan garis-garis yang berbeda. Sambil mengintip keluar dari hem sepasang
kaki.

Gadis itu masih berdiri. Hampir sama sperti yang Kirito jelaskan, dia adalah
seorang gadis muda mengenakan gaun satu potong putih, tidak bergerak, diam-
diam menatap pasangan tersebut.

Merasa pingsan karena kesadarannya luntur, Asuna agak berhasil membuka


mulutnya. Dia membiarkan keluar bisikan serak.

"Ki ... Kirito-kun, di sana."

Kirito segera diikuti tatapan Asuna itu. Segera, dia juga, membeku.

"I-Ini pasti bohongan ..."

Gadis itu tidak bergerak. Berdiri kira-kira sepuluh meter dari mereka,
tatapannya tertuju pada mereka. Pada saat itu, Asuna menguatkan dirinya sendiri,
berpikir bahwa ia pasti akan pingsan jika gadis itu datang lebih dekat.

Tubuh gadis itu bergoyang-goyah. Seperti boneka mekanis yang telah


kehabisan energi, ia jatuh ke tanah. Sebuah bunyi cahaya lembut bergema keluar.

"Itu ..."

Saat itu, Kirito menyipitkan matanya.

"Tidak mungkin itu hantu!"

Dan berlari sambil berteriak.

"Tu-Tunggu, Kirito-kun!"

Meskipun permohonan untuk berhenti dari Asuna yang tertinggal, Kirito


bergegas menuju gadis yang jatuh itu, bahkan tanpa melihat ke belakang.

"Ya ampun!"

149 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna dengan enggan berdiri dan mengejarnya. Meski hatinya masih


gemetar, ia belum pernah mendengar tentang hantu yang bisa pingsan dan
jatuh. Itu tidak mungkin kecuali pemain.

Terlambat beberapa detik, setelah mencapai tempat teduh di bawah pohon


konifera, dia menemukan gadis itu sudah membuai dalam lengan Kirito itu. Dia

masih tak sadarkan diri. Matanya, dinaungi oleh bulu mata yang panjang, yang
tertutup, dengan tangan lemah tergantung lurus ke bawah. Menatap dengan
sungguh-sungguh atas sosoknya, dibungkus gaun, dan Asuna menegaskan

kembali bahwa itu tidak tembus dengan cara apapun.

150 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

151 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Ap-apa dia baik-baik saja?"

"Hmm..."

Kirito berbicara, mengintip ke wajah gadis itu.

"Nah, jujur.. tidak perlu bernapas di dunia ini, begitu pun detak jantung"

Dalam SAO fungsi fisiologis manusia dapat direproduksi, tetapi dihilangkan.


Hal ini dimungkinkan untuk sengaja menarik nafas, bersama dengan sensasi
udara yang berhembus melalui saluran pernafasan, tetapi avatar tidak perlu
bernapas secara sadar dan tidak akan melakukannya. Demikian juga detak
jantung, meskipun detak jantung terasa semakin kencang melalui ketegangan
dan kegembiraan, tidak ada cara untuk merasakan yang lain.

"Tapi tetap saja, dia tidak menghilang... jadi kurasa dia masih hidup. Tapi ini...
jelas saja aneh..."

Setelah Asuna selesai berkomentar, Kirito memiringkan kepalanya ke samping.

"Apa yang Aneh?"

"Dia tidak mungkin hantu, berhubung aku bisa menyentuhnya seperti ini. Tapi
kursornya... masih belum muncul..."

"Ahh..."

Asuna sekali lagi mengkonsentrasikan pengelihatannya ke badan gadis itu.


Bagaimanapun, kursor berwarna akan segera muncul ketika objek di Aincrad,
seperti player, monster, maupun NPC ketika ditargetkan, tidak terjadi disaat ini.
Itu fenomena yang tidak pernah terjadi sampai sekarang.

"Apakah mungkin bug, atau semacam itu?"

"Mungkin benar. Dalam situasi seperti ini, Seseorang biasanya menghubungi


GM di permainan online lain, tapi tidak ada GM dalam SAO... Tetap saja, bukan
kursornya saja. Untuk seorang pemain, dia masih sangat muda."

152 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Itu benar. Tubuh yang ditahan Kirito luar biasa kecil. Dia tidak terlihat lebih tua
dari 10 tahun. Seharusnya ada batasan usia ketika menyeting Nerve Gear,
sebelum bisa sign up, melarang anak kecil, mungkin dibawah 13 tahun, untuk
bisa menggunakannya.

Asuna mengulurkan tangannya dengan lembut, mengusap dahi gadis itu.


Rasanya agak dingin dan halus saat disentuh.

"Mengapa.. ada gadis semuda ini didalam SAO..?"

Menggigit bibirnya dengan kuat, Kirito berbicara saat ia bangkit berdiri.

"Untuk saat ini, kita tidak bisa hanya meninggalkan dia sendirian. Kita harus
mendapat sesuatu ketika dia bangun. Ayo kita membawanya kembali bersama
kita."

"ya, Itu benar."

Kirito berdiri sambil membawa gadis itu di tangannya. Asunai santai menoleh
sekitarnya, namun tidak mampu menemukan apapun selain tunggul kayu besar
yang busuk, dia tidak berhasil mengetahui alasan keberadaan gadis itu di daerah
ini.

Mereka berlari hampir seluruh jalan, tapi gadis itu tidak sadar, bahkan setelah
mereka keluar dari hutan dan kembali ke rumah. Meletakkan gadis itu di tempat
tidur Asuna dan menyelimutinya, pasangan itu duduk, berdampingan, di tempat
tidur yang berdekatan milik Kirito.

Ada keheningan sesaat di udara, sebelum Kirito dengan santai memecah


kesunyian.

"Nah, ada satu hal yang kita bisa yakin, itu adalah dia bukan NPC karena kita
bisa membawanya kesini."

"Ya... itu benar."

NPC dibawah kendali sistem memiliki posisi tetap mereka masing-masing


dam rentang koordinat tertentu dan dengan demikian, tidak dapat dipindahkan
sesuai dengan keinginan pemain. Jika pemain mencoba menyentuh atau

153 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

memegang mereka, jendela laporan pelecehan akan muncul dalam hitungan


detik, memberi pemain kejutan menyakitkan dan meniup mereka pergi.

Mengangguk ringan setuju dengan kesepakatan Asuna, dilanjutkan dengan


potongan oleh Kirito.

"Juga, hal seperti itu tidak mungkin seperti awal mula terjadinya suatu quest.
Jika pembukaan suatu quest, maka jendela quest seharusnya akan muncul begitu
kita menyentuhnya… Dengan kata lain, anak ini pastilah seorang pemain yang
tersesat...Atau setidaknya, pasti ada kesimpulan yang masuk akal."

Menggeser tatapannya ke tempat tidur secara cepat, kirito melanjutkan


pemikirannya.

"Tidak memiliki kristal, mungkin tidak khawatir tentang cara berkelana, aku
yakin dia tidak pernah berani keluar menuju field, dan hanya menetap di
«Starting City». Aku tak tau mengapa dia datang sejauh ini ke suatu tempat
seperti ini, namun di Starting City, kita mungkin menemukan seseorang yang
mengenalinya... mungkin juga kita bisa menemukan orang tuanya atau
pengasuhnya."

"Yeah. Aku berpikir seperti itu juga. Aku tak percaya bahwa anak sekecil ini
berkeliaran sendiri. Dia seharusnya datang bersama keluarganya atau seorang
seperti itu... Meskipun, aku berharap mereka aman."

Setelah mengucapkan kalimat terakhir dengan kesulitan, Asuna berbalik dan


menghadap Kirito.

"Hey, gadis ini akan bangun kan?"

"Ah. Jika dia belum menghilang, dia seharusnya masih mengenakan Nerve
Gear. Kondisinya pasti tidak jauh berbeda dengan tidurnya. Itulah mengapa,
cepat atau lambat, dia akan bangun... aku percaya."

Menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat, kata – kata Kirito penuh


dengan harapan.

154 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Karena Asuna bangun, dia berlutut di depan tempat tidur dimana si gadis
sedang tertidur, dia mengulurkan tangan kanannya dan dengan lembut
membelai kepala si gadis tersebut.

Dia memang gadis yang cantik. Dibandingkan dengan anak - anak,


kehadirannya bisa dikatakan lebih menyerupai seorang peri. Kulitnya mirip
dengan batu pualam, halus dan putih bersih. Rambut panjang hitamnya yang
berkilau elegan, dan wajahnya yang enak dipandang, tanpa keraguan, dia akan
mempesona jika telah membuka matanya dan tersenyum.

Kirito juga lebih mendekat, menurunkan tubuhnya di samping Asuna.


Menjulurkan tangan kanannya dan membelai rambut si gadis dengan ragu –
ragu.

"Dia tidak terlihat berusia sepuluh tahun... Mungkin sekitar delapan?"

"Seharusnya sekitar segitu... Dia pemain termuda yang pernah aku temui."

"Benar. Aku bertemu beast tamer perempuan sebelumnya, namun tampaknya


dia berusia sekitar tiga belas tahun."

Mendengar sesuatu yang belum pernah dia dengar, secara naluri Asuna
menatap Kirito.

"Hmm, jadi kamu memiliki teman imut seperti itu, huh."

"Ah, kami hanya bertukar email hingga sekarang dan... ti- tidak, Cuma itu, tak
ada hal lain!"

"Aku heran. Kirito-kun itu menyebalkan."

Dan Asuna berbalik dengan emosi mengerikan.

Karena merasa pembicaraan telah menuju arah yang aneh, Kirito berdiri dan
berbicara.

"Ah, sudah selarut ini. Ayo kita makan."

155 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Tentang cerita itu, aku akan memastikan bahwa kamu harus menjelaskan
semua detailnya di lain hari, okay."

Memelototi Kirito sekali lagi, Asuna juga berdiri, tertawa karena dia tidak
mempermasalahkan masalah tersebut untuk saat ini.

"Well, mari kita makan. Aku akan membuatkan teh."

Sore hari di musim gugur dilalui dengan damai, bahkan ketika langit memerah
karena matahari terbenam di ufuk timur, si gadis masih belum terbangun dari
tidurnya.

Ketika menutup tirai dan menyalakan lampu di dinding, Kirito telah kembali
dari perjalanannya ke desa. Menggelengkan kepalanya perlahan, dia gagal
menemukan petunjuk tentang si gadis.

Tidak dalam kondisi menyenangkan untuk menikmati makan malam untuk


memilih sepasang sop atau roti, lalu Kirito memulai berusaha setelah melihat
berbagai macam Koran yang dia bawa.

Meskipun disebut koran, namun tidak seperti koran yang ada di dunia nyata
dimana lembaran kertas diikat secara bersamaan, namun sebaliknya, merupakan
selembar perkamen yang ukurannya mirip dengan majalah. Koran ini dapat
digambarkan seperti sistem layar jendela, dan dengan mengeditnya seperti
website, dapat digunakan untuk mengatur serta menampilkan informasi yang
telah dikumpulkan.

Isi korannya juga mirip dengan situs walkthrough game yang diatur oleh
pemain, yang terdiri dari : berita, petunjuk bagi pemula, FAQs, daftar item, dll.
Disamping itu, ada juga bagian Hilang & Temukan / Q&A, dimana mataku
tertuju. Aku berfikir bahwa ada kemungkinan jika ada seseorang yang mencari
seorang anak perempuan. tetapi—

"...Tak ada, eh..."

"tidak ada, huh..."

156 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Menghabiskan sepuluh menit melihat seluruh isi koran, dua kali melihat lagi
dan akhirnya merilekskan ketegangan yang ada di bahuku. Tak ada yang bias
kulakukan hingga si gadis terbangun dan menjelaskan seluruh kejadiannya.

Pada malam yang biasa, Kirito dan Asuna akan terjaga hingga larut malam
dan berbincang – bincang, bermain game, bahkan berjalan – jalan di malam hari,
atau aktifitas tak terhitung lainnya yang jarang mereka lakukan, tapi keduanya
tidak dalam mood untuk melakukan hal – hal itu malam ini.

"Sepertinya satu hari telah terlewat."

"Hm. Aku kira juga begitu."

Asuna merespon kata – kata Kirito dengan anggukan.

Mematikan lampu yang berada di ruang tamu, mereka berdua menuju ke


dalam kamar tidur. Karena si gadis menempati salah satu tempat tidur, salah satu
dari Kirito atau Asuna harus tidur harus tidur satu sama lain— well, hal seperti itu
sudah pernah dilakukan setiap malam, tapi— dan mereka berdua cepat - cepat
berganti pakaian tidur.

Lampu di kamar tidur juga dipadamkan, dan keduanya berbaring ke kasur.

Kirito benar – benar memiliki beberapa skills unik dan aneh; Namun, skill
mudah tidur tampaknya termasuk ke dalam skill aneh yang dimilikinya. Ketika
Asuna mempunyai mood untuk mengobrol, dia berbalik ke arah kirito, dan telah
terdengar suara nafas ktika tidur.

"Ya ampun."

Sedikit berguman atas ketidakterimaannya, Asuna berbalik ke sisi lain,


menghadap kasur dimana si gadis kecil masih tertidur. Dalam pucatnya malam, si
gadis berambut hitam masih tetap tertidur seperti sebelumnya. Meskipun Asuna
belum pernah melakukan upaya nyata untuk mengungkap masa lalu si gadis ini,
pikirannya secara perlahan memikirkan ke arah itu ketika Asuna tetap menatap si
gadis.

Jika si gadis ini tinggal dengan pengasuhnya sampai sekarang, seperti orang
tua ataupun saudaranya, hal itu masih baik. Tetapi, jika kasusnya bahwa dia

157 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

datang ke dunia ini sendiri dan menghabiskan dua tahun dalam ketakutan dan
pengasingan— untuk anak usia delapan atau Sembilan tahun, hari – hari itu
pastilah tidak menyenagkan. Jika gadis ini dalam situasi seperti itu, dia mungkin
tidak bias mempertahankan kewarasannya.

Mungkinkah— Asuna memperkirakan kesimpulan terburuk. Mungkin, alas an


mengapa dia berkeliaran di tengah hutan dan tak sadarkan diri karena beberapa
alas an yang disebabkan kondisi mentalnya. Tentunya, tidak ada psikoterapi
dalam Aincrad; juga tidak ada sistem administrator untuk hal seperti itu. Prediksi
paling optimis untuk menyelesaikan game ini masih setengah tahun lagi
setidaknya, dan tidak bisa dicapai hanya oleh usaha Asuna dan Kirito saja.
Berdasarkan fakta, keduanya masih absen dari garis depan, jumlah pemain pada
level yang setingkat dengan Asuna dan Kirito akan berkurang dua, serta
menciptakan party yang seimbang pasti juga lebih sulit.

Terlepas dari seberapa dalam penderitaan yang dilalui gadis ini, Asuna tidak
mempunyai kemampuan untuk menyelamatkannya— Menyadari hal itu, Asuna
merasakan sakit dalam dadanya. Dia secara sadar berpindah ke sisi si gadis kecil
yang masih tidur.

Membelai rambut si gadis untuk sesaat, Asuna berbalik secara lembut untuk
menyelimiti dan berbaring di sampingnya. Dengan kedua tangannya, Asuna
memeluk tubuh kecilnya dengan erat. Meskipun gadis tersebut tidak bergerak
bahkan satu inci pun, ekspresinya telihat tampak nyaman, lalu Asuna berbisik
secara pelan.

"Selamat malam. Pasti akan menyenangkan jika kamu segera bangun besok..."

Bagian 2

Bermandikan cahaya pagi, sebuah nada merdu terdengar dalam kesadaran


Asuna yang masih mengantuk. Suara itu adalah suara jam alarm dengan nada
yang memainkan oboe. Berada dalam sensasi di ujung bangunnya, Asuna
menikmati melodi tersebut, entah mengapa berisi bernostalgia. Belum lama ini,
gema menyegarkan yang berasal dari instrument senar dan klarinet saling
berkaitan satu sama lain, bersamaan suara senandung samar

—Senandung?

158 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna bukanlah orang yang bersenandung. Asuna membuka matanya.

Dalam pelukannya, kelopak mata si gadis berambut hitam masih tertutup...


namun, dia bersenandung bersamaan dengan melodi yang berasal dari jam alarm
milik Asuna.

Si gadis bahkan tidak melewatkan satupun nada. Bagaimanapun, hal itu


mustahil. Karena Asuna mengatur alarm tersebut hanya untuk didengarkan
olehnya saja, tak mungkin orang lain dapat menghafal nada seperti bernyanyi
bersamaan melodi di dalam pikirannya.

Setidaknya, Asuna memilih untuk mengesampingkan keraguan tersebut untuk


saat ini. Dibandingkan itu—

"Ki- Kirito-kun, ya ampun, Kirito-kun!!"

Tanpa bergerak satu inci pun, dia memanggil Kirito yang sedang tertidur di
kasur belakang. Ada tanda dari Kirito yang berguman sedikit menandakan dia
terbangun.

"...Selamat pagi. Ada sesuatu?"

"Cepat, kesini!"

Terdengar derit lantai kayu. Mengganti tatapannya pada Asuna yang berada
di kasur, Kirito membuka matanya lebar – lebar dengan segera.

"Dia bernyanyi...!?"

"Y- Yeah..."

Asuna secara pelan menggoncangkan si gadis dengan kedua tangannya dan


memanggilnya.

"Hei, bangun... buka matamu."

Si gadis menghentikan gerakan bibirnya. Segera, bulu matanya yang panjang


bergetar lemah dan perlahan terangkat.

159 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dengan matanya yang berair, dia mengintip langsung ke dalam mata Asuna,
tepat sebelum melihat Asuna. Berkedip beberapa kali, dia hampir membuka
bibirnya yang sedikit kecil dan tak berwarna.

"Aa... uu..."

Suara si gadis terdengar, seperti perak yang sedikit bergetar, sebuah suara
yang indah. Asuna berdiri, masih memegang si gadis.

"...Syukurlah, kamu akhirnya bangun. Apakah kamu mengetahui sesuatu, well,


apa yang terjadi padamu?"

Ketika berbicara seperti itu, si gadis tetap terdiam setelah beberapa detik lalu
menggelengkan kepalanya sedikit.

"Aku paham... Siapa namamu? Bisakah kamu memberitahunya?"

"N... aama... nama.. ku... "

Karena si gadis memiringkan kepalanya, rambut hitamnya yang berkilau jatuh


ke pipinya.

"Yu... i. Yui. Itu... namaku..."

"Owh, Yui-chan? Sungguh nama yang cantik. Aku Asuna. Dan orang itu adalah
Kirito."

Karena Asuna berbalik, si gadis yang memanggil dirinya sendiri Yui mengikuti
dan menggeser pandangannya. Melihat kesana kemari di antara Asuna dan Kirito
yang setengah membungkuk ke depan, lalu ia membuka mulutnya.

"A... una. Ki... to."

Dengan bibirnya yang goyah, dia berbicara dengan suara terputus – putus.
Ketakutan Asuna dari malam sebelumnya kembali. Penampilan luar si gadis
setidaknya berusia delapan tahun; jika kamu mempertimbangkan waktu yang
telah berlalu sejak dia log in, usia sebenarnya seharusnya mencapai usia sepuluh
tahun sekarang. Namun, kata – kata gemetar si gadis ini, seolah – olah keluar dari
seorang bayi yang baru saja memperoleh kesadaran.

160 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Hei, Yui-chan. Mengapa kamu berapa di lantai dua puluh dua? Apakah ayah
atau ibumu mungkin, berada di sekitar sini?"

Yui menggerakkan bibirnya kebawah dan tenggelam dalam diam. Tetap


terdiam selama beberapa saat, dia menggelengkan kepalanya kebelakang dan
depan.

"Aku tidak... tahu... Aku tidak...tahu, apapun..."

Setelah duduk di kursi pada meja makandan menawarkan segelas susu manis
hangat, si gadis memegang cangkir di dada dengan kedua tangannya lalu
meminumnya. Mengawasinya dari sudut matanya, Asuna mendiskusikan
situasi ini dengan Kirito dengan jarak terpisah dari si gadis.

"Hei, Kirito-kun. Apa yang kamu pikirkan...?"

Kirito menggigit bibirnya dengan ekspresi serius, tapi segera berbicara dengan
wajah tertunduk.

"Tampaknya... dia telah kehilangan ingatannya. Tetapi, dengan reaksi seperti


itu... seperti, pikirannya juga mendapat kerusakan atau..."

"Yeah... kamu juga berpikir seperti itu kan, huh..."

"Sial."

Wajah Kirito berubah, tampaknya hendak mengeluarkan air mata.

"Di dunia ini... aku telah melihat banyak hal mengerikan... tapi, hal ini... yang
paling buruk. Ini terlalu kejam..."

Melihat mata Kirito berair, Asuna juga merasakan sesuatu yang meledak dari
dadanya. Menggenggam tangan Kirito, dia berbicara.

"Hal ini pasti akan baik – baik saja kan, Kirito-kun. ...jika itu kita, pasti ada
sesuatu yang bisa kita lakukan."

"...Yeah. benar..."

161 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil, menepuk tangannya ke


pundak Asuna dan kembali ke meja makan. Asuna mengikuti di belakangnya.

Pindah ke kursi dengan dentuman, Kirito duduk di samping Yui lalu memulai
percakapan dengan suara menyenangkan.

"Aah, Yui-chan....Bolehkah aku memanggilmu Yui?"

Mengangkat mukanya dari cangkir, Yui mengangguk.

"Aku mengerti. Lalu, Yui bisa memanggilku, Kirito."

"Ki... to."

"Itu, Kirito. Ki, ri, to."

"..."

Yui memasang ekspresi rumit dan tetap terdiam untuk beberapa saat.

"...Kiito."

Kirito tersenyum lebar dan meletakkan tangannya di kepala Yui.

"Mungkin itu sedikit sulit. Kamu bisa memanggilku dengan nama lain yang
lebih mudah kamu inginkan."

Yui sekali lagi terdiam untuk sementara waktu. Dia tidak mengaduk isi
gelasnya sedikitpun, bahkan ketika Asuna mengambil cangkir dari atas meja dan
mengisi kembali dengan susu.

Cukup lama menunggu, Yui menaikkan wajahnya perlahan dan menatap


Kirito, dengan takut - takut, dia membuka mulutnya.

"...Papa."

Lalu, Yui berbalik kearah Asuna dan berbicara.

"Auna adalah... Mama."

162 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna tak bisa mengendalikan gemetarannya. Dia tidak tahu jika gadis ini
salah paham jika Kirito dan Asuna adalah orang tua sebenarnya, atau mungkin—
bahwa orang tuanya tidak ada di dunia ini sama sekali, dan dia menginginkan
keduanya; tapi sebelum berurusan dengan kecurigaan tersebut, Asuna dengan
panik mencoba untuk menahan perasaan yang mengisi hatinya dan mencoba
untuk keluar, lalu Asuna mengangguk sambil tersenyum.

"Betul... Ini Mama, Yui-chan."

Mendengar itu, Yui tersenyum untuk pertama kalinya. Di bawah rambutnya


yang lurus, matanya yang berseri tanpa ekspresi, dan dalam waktu singkat, warna
tampaknya telah kembali ke wajahnya seperti boneka.

"...Mama!"

Melihat lengan yang terentang ke arahnya, Asuna merasakan sakit di dalam


dadanya.

"Uu..."

Dengan sungguh – sungguh menahan air mata yang akan keluar, Asuna entah
bagaimana berhasil untuk mempertahankan senyumnya. Dia membawa Yui dari
atas kursi dan memeluknya, Asuna meneteskan sebuah air mata yang terisi
dengan berbagai macam emosi, lalu menetes di pipinya.

Setelah selesai meminum susu hangat dan menghabiskan roti kecil miliknya,
Yui tampaknya telah mengantuk sekali lagi, karena kepalanya bergoyang kesana
kemari sambil duduk di atas kursi.

Melihat tingkah laku si gadis sambil duduk di sisi lain meja, Asuna mengusap
matanya dengan tangannya lalu melihat kearah Kirito yang duduk di sebelahnya.

"A- Aku..."

Meskipun membuka mulutnya, Asuna tak bisa membentuk kata – kata yang
ingin ia ucapkan.

"Maaf, aku tak tahu harus aku lakukan..."

163 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito menatap Asuna dengan mata iba, tapi segera berbicara dengan suara
mendesah.

"...Hingga anak ini mendapatkan kembali ingatannya, kamu ingin tinggal dan
menjaganya kan? Aku mengerti... perasaan tersebut. Aku juga merasakan hal
yang sama... hal ini sungguh menyakitkan... jika kita melakukannya, kita tak bisa
kembali untuk menyelesaikan game sementara waktu, dan dengan hal tersebut,
waktu untuk membebaskan anak ini juga akan tertunda..."

"Yeah... itu semua benar..."

Menyandarkan dirinya kesamping, Asuna mulai berpikir. Bukannya melebih -


lebihkan, tapi kehadiran Kirito sebagai seorang clearing player berada di atas rata
- rata, dia menyediakan peta perjalanan di dalam area labirindengan jumlah di
atas rata – rata guild terkemuka sambil menjadi seorang solo player. Sementara
merencanakan hal tersebut hanya terlewat beberapa minggu karena bulan madu
setelah menikah, memonopoli Kirito oleh dirinya sendiri seperti ini cukup
membuatnya merasa sedikit bersalah.

"Untuk sekarang, mari lakukan apa yang kita bisa."

Melihat ke arah Yui yang telah tertidur, Kirito melanjutkan perkataannya.

"Pertama - tama, mari pergi ke Starting City dan lihat apakah kita bisa
menemukan orang tua atau saudaranya. Dengan kehadirannya sebagai pemain,
aku yakin setidaknya ada sekelompok orang yang mengenalinya."

"..."

Hal itu sebuah kesimpulan yang alami. Namun, Asuna menyadari perasaannya
yang tidak ingin berpisah dari gadis ini. Ini adalah kehidupan dimana ia bisa
hidup berduaan dengan Kirito, yang mana pernah ia impikan; tapi entah
mengapa, Asuna tidak keberatan jika hidup bertiga bersama Yui. Hal ini mungkin
disebabkan karena ia merasa jika Yui bisa menjadi putri dari Kirito
dengannya...Mendapat pikiran seperti itu, Asuna terkejut dan kembali ke
kesadarannya, dan tersipu.

”...? Kenapa sih?"

164 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"B- Bukan apa - apa!!"

Asuna berbalik dari Kirito yang tampak curiga, dan menggoncangkan


kepalanya ke belakang dan depan.

"I- Itu benar. Ketika Yui-chan bangun, mari pergi ke Starting City. Kita juga
bisa mencari sesuatu di pojok Q&A pada koran ketika dalam perjalanan."

Masih tidak bisa melihat wajah Kirito, Asuna berbicara dengan cepat sambil
merapikan meja makan dengan tergesaa - gesa. Ketika ia melihat ke arah Yui
yang tertidur di atas kursi, mungkin ini hanya imajinasinya saja, namun wajah
tertidurnya terlihat berbeda dari kemarin, kali ini tampak lebih cerah.

Dipindahkan ke kasur, Yui tertidur sepanjang pagi, dan bertanya – tanya


apakah dia kembali koma, Asuna benar – benar khawatir; tapi untungnya, dia
terbangun ketika persiapan untuk makan siang telah selesai.

Meskipun memanggang kue buah – buahanyang jarang Asuna buat. Karena


untuk Yui, ketika Yui menduduki tempatnya di meja makan, daripada kue, Yui
menunjukkan ketertarikan lebih pada sandwich penuh mustard yang digigit oleh
Kirito hingga menjadi dua.

"Ah, Yui, yang ini benar – benar pedas lho."

"Uu... Yui ingin punya makanan yang sama dimiliki Papa."

"Aku mengerti. Aku tidak akan menghentikanmu jika Yui telah membuat
pilihan. Pengalaman adalah segalanya."

Setelah menyerahkan sandwich, Yui melebarkan mulut mungilnya dengan


sekuat tenaga lalu mengambil gigitan pertama tanpa ragu - ragu.

Kirito dan Asuna menahan nafas mereka ketika melihatnya mengunyah


makanan dengan ekspresi rumit, dan akhirnya Yui berhasil menelannya menuju
tenggorokan dengan tegukan lalu berseri riang.

"Yummy."

"Anak ini punya nyali juga."

165 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito tersenyum lalumengusap kepala Yui.

"Ayo kita coba tantangan dengan memakan hidangan makan malam yang
sangat pedas."

"Ya ampun, jangan terbawa! Tak mungkin aku membuat makanan seperti itu!"

Tapi jika Kirito dan Asuna menemukan pengasuh Yui di Starting City, orang
yang kembali ke sini hanya mereka berdua. Berpikir seperti itu, Asuna merasakan
kesepian yang berada di hatinya.

Asuna menatap ke arah Yui yang telah selesai memakan sisa sandwich dan
sedang meminum susu dengan tatapan puas, sebelum berbicara.

"Oh, Yui-chan, ayo pergi keluar di sore ini."

"Pergi keluar?"

Menatap lurus ke arah wajah Yui yang kebingungan, Asuna berhenti sejenak,
bertanya – tanya bagaimana menjelaskannya ketika Kirito memotong.

"Kita pergi mencari teman – teman Yui."

"Teman... Apa itu?"

Bereaksi atas jawaban tersebut, keduanya bertukar pandang secara reflek. Ada
banyak keganjilan pada «sindrom» yang diderita Yui. Bukan hanya kemunduran
mental, sindrom ini lebih memberi kesan bahwa kepingan ingatannya hilang.

Untuk memulihkan kondisinya, menemukan pengasuh sebenarnya pastilah


cara terbaik... mengatakan hal seperti itu pada dirinya sendiri, Asuna menatap Yui
lalu menjawab.

"Well, teman itu adalah orang yang bisa membantu Yui-chan. Sekarang, ayo
siap - siap."

Ekspresi Yui masih menunjukkan sedikit keraguan, namun ia mengangguk lalu


berdiri.

166 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Baju putih satu setel yang di kenakan gadis ini memiliki lengan pendek dan
terbuat dari bahan tipis, pastilah dingin jika pergi keluar ketika musim seperti ini,
awal musim dingin. Tentunya, merasa dingin, atau mungkin bisa masuk angin,
menderita karena damage, hal seperti itu tak akan terjadi— well, namun akan lain
ceritanya jika kamu telanjang dan pergi ke area dingin, tapi— fakta bahwa
seseorang biasanya akan merasa gelisah tidaklah berubah.

Asuna menggerakkan daftar item miliknya, mematerialkan pakaian tebal satu


persatu, dan akhirnya Asuna menemukan sebuah sweater yang cocok untuk Yui,
ia mendatanginya lalu tiba – tiba berhenti.

Umumnya, ketika mengequipkan pakaian, seseorang akan memanipulasi


equipment melalui jendela status. Baju, cairan dan benda – benda halus lainnya
tidak dibuat secara baik di SAO, oleh karena itu, dibandingkan sebuah benda
terpisah secara sendiri, pakaian dianggap sebagai bagian dari tubuh itu sendiri.

Menyadari keragu – raguan Asuna, Kirito menanyai Yui.

"Yui, tentang jendela milikmu, dapatkah kamu membukanya?"

Seperti yang diduga, si gadis menggelengkan kepalanya sebagai tanda


ketidaktahuan.

"Well, coba gerakkan jari pada tangan kananmu. Seperti ini."

Kirito mengayunkan jarinya, lalu sebuah jendela persegi berwarna ungu


muncul di bawah tangannya. Melihat hal itu, Yui meniru gerakan tersebut dengan
tangan gemetar, tetapi jendela miliknya tidak terbuka.

"...Seperti dugaanku, ada semacam bug pada sistemnya. Tetapi, tidak bisa
membuka jendela status milik sendiri itu masalah serius... kamu tidak bisa
melakukan apapun jika seperti itu."

Karena Kirito menggigit bibirnya, merasa terganggu, Yui yang baru saja
melambaikan jari pada tangan kanannya, kini melambaikan tangan kirinya. Tepat
pada saat itu, sebuah jendela keunguan muncul di bawah tangannya.

"Jendelanya keluar!"

167 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Diatas Yui yang menyeringai penuh kepuasan, Asuna bertukar pandang


dengan Kirito, yang melihat kembali sambil terkejut.Asuna tak tahu apa yang
baru saja terjadi.

"Yui-chan, bolehkah aku melihat – lihat."

Asuna membungkuk dan memandang dengan tajam ke dalam jendela milik


Yui. Bagaimanapun juga, status pemain biasanya tersembunyi untuk semua
orang, kecuali pemiliknya, dan apa yang bisa Asuna lihat hanyalah layar
sederhana yang kosong.

"Maaf, bolehkah kupegang tanganmu sebentar."

Asuna memegang tangan Yui dengan tangannya, menggerakkan jari kecilnya,


mengklik di sekitar tempat dimana ia pikir tombol visibility mode berada.

Tujuan utama Asuna adalah agar fitur layar jendela segera terlihat keluar
dengan efek suara kecil. Biasanya, melihat status orang lain bisa dianggap suatu
etika paling buruk, meskipun dalam situasi yang tidak biasa, Asuna mencoba
yang terbaik agar bisa melihatnya dan yang terbuka hanya penyimpanan, tatapi...

"Ap- Apa ini!?"

Memandang untuk kedua kalinya pada bagian atas layar, ia benar – benar
kaget.

Bagian atas menu jendela memang terlihat normal, terbagi menjadi tiga
bagian. Bagian pengaturan ada di bagian paling atas, nama ditampilkan dalam
bahasa inggris bersamaan dengan bar HP dan EXP yang panjang dan tipis, lalu
dibawahnya, pada bagian kanan tengah, merupakan bagian equipment figure,
sedangkan bagian kiri sisanya merupakan rangkuman dari tombol perintah. Ada
begitu banyak contoh desain untuk memodifikasi icon dan semacamnya, tetapi
layout default tak bisa diganti. Dengan kata lain, pada bagian paling atas dari
jendela milik Yui, hanya nama aneh yang ditampilkan yaitu «Yui-MHCP001»,
dengan tidak adanya bar HP ataupun bar EXP, dan juga level yang tidak
ditampilkan. Meskipun bagian equipment figure ada, jumlah tombol perintah
sangat sedikit dari biasanya, hanya ada «Item» dan «Option».

168 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Menyadari Asuna yang terdiam membeku, Kirito juga mendekat dan


mengintip kedalam jendela milik Yui, dan menahan nafasnya ketika ia melihat.
Yui, yang tidak mengetahui keanehan jendela miliknya, menatap keduanya
dengan tatapan ingin tahu apa yang terjadi.

"Apakah ini juga... sebuah bug pada sistem...?"

Asuna berguman, dan erangan keluar dari tenggorokan Kirito.

"Untuk beberapa alasan... dibandingkan sebuah bug, tampaknya jendela ini


lebih terlihat seperti sebuah desain yang benar – benar awal... Sial, aku tak pernah
berfikir untuk lebih kesal karena tidak ada GM sebelumnya, namun hal ini."

"Umumnya, di dalam SAO, jarang ada bug ataupun lag untuk dibicarakan, jadi
kita jarang membutuhkan bantuan GM... Aku kira tidak ada gunanya merenung
akan masalah ini lagi sekarang..."

Mengangkat bahunya, Asuna menggerakkan jari Yui sekali lagi, membuka


penyimpanan. Menempatkan sweater yang ia ambil dari atas meja kedalamnya,
item akan tersimpan kedalam jendela penyimpanan dengan sekejap. Selanjutnya,
Asuna menyeret nama sweater menuju menu equipment figure, dan
menjatuhkannya disana.

Bersamaan efek suara yang terdengar seperti sebuah bel, tubuh Yui diselimuti
cahaya, menampilkan sweater berwarna pink ke dalam bentuk nyata pada Yui.

"Waah..."

Memperlihatkan ekspresi senang, Yui melebarkan tangannya dan melihat ke


seluruh bagian tubuhnya sendiri. Asuna mengikuti, memakai baju yang memiliki
warna yang agak mirip dengan celana hitam, dan sepatu merah lalu
mengequipkan item tersebut satu sama lain, akhirnya setelah mengembalikan
baju satu setel miliknya kedalam penyimpanan, Asuna menghilangkan jendela
miliknya.

Selesai berpakaian, Yui terlihat senang, lalu ia menggosok pipinya dengan


sweater lembut dan menarik roknya.

"Sekarang, ayo berangkat."

169 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Um. Papa, gendong."

Menanggapi reaksi Yui yang membuka kedua tangannya tanpa peduli, Kirito
dengan malu memberikan senyum masam lalu mengangkat tubuh si gadis.
Ketika melakukan itu, ia memandang Asuna lalu berbicara.

"Asuna, dalam masalah ini, bersiaplah untuk bertarung kapanpun. Kita tidak
seharusnya pergi ke kota, tetapi... karena kota itu adalah daerah kekuasaan milik
« The Army»..."

"Hm... lebih baik tidak menurunkan kewaspadaanmu."

Dengan satu anggukan, Asuna mengecek kembali penyimpanan miliknya lalu


berjalan menuju pintu dengan Kirito. Pastilah baik jika pengasuh gadis ini berhasil
ditemukan; hal ini adalah perasaan jujur milik Asuna, tapi membayangkan
membuat party dengan Yui membuatnya merasa tidak nyaman. Mereka baru saja
bertemu satu hari bertemu, namun tampaknya Yui telah mengambil sebagian
hati milik Asuna.

Sebenarnya telah berbulan – bulan berlalu sejak kunjungannya menuju lantai


pertama, «Starting City».

Merasakan emosi yang komplek dalam hatinya, Asuna masih berdiri di dekat
gerbang keluar teleport, menatap plaza yang besar ini dan jalan – jalan
membentang diluarnya.

Tentu saja, karena ini adalah kota terbesar dalam Aincrad, membandingkan
fasilitas penting untuk berpetualang disini dengan kota – kota lain, benar – benar
tak ada kompetisi disini. Harga – harga secara umum rendah, dan segala macam
penginapan bisa ditemukan disini. Dilihat dari segi efisiensi, kota ini adalah
tempat yang paling cocok untuk digunakan sebagai kota awal.

Akan tetapi, jika kamu pergi bersama Asuna, tidak ada seorangpun yang
berlevel tinggi tinggal di Starting City hingga sekarang. Penindasan dari «The
Army» menjadi salah satunya, tapi mungkin lebih disebabkan karena fakta ketika
berdiri di central plaza dan melihat ke atas langit, ia tak bisa mengingat apa yang
terjadi pada waktu itu.

170 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Awal dari semua itu adalah suatu kehendak.

Terlahir dari hubungan dari ayah seorang pebisnis dan ibu seorang sarjana,
Asuna—Yuuki Asuna, telah dididik untuk mematuhi harapan orang tuanya sejak
pertama kali ia memperooleh kesadaran. Kedua orang tuanya adalah orang yang
tanpa ampun jika berurusan dengan mereka, sementara bertindak dengan
lembut terhadap Asuna, dan karena itulah, Asuna menjadi khawatir atas reaksi
mereka jika ia tidak bisa hidup atas harapan keduanya.

Kakaknya juga mungkin sama. Asuna dan kakanya telah memilih sekolah
privat atas kehendak orang tuanya, dan tanpa hambatan, secara bertahap mereka
mendapatkan hasil yang memuaskan.

Sejak kakaknya akhirnya mencapai umur untuk diterima di universitas dan


meninggalkan rumah, ia hidup tanpa apa – apa dalam pikirannya, tetapi semata –
mata hanya hidup untuk memenuhi harapan orang tuanya. Mengambil pelajaran
untuk beberapa kegiatan, bersosialisasi dengan teman yang hanya diterima oleh
orang tuanya, namun karena ia melalui hidup seperti itu, Asuna akhirnya merasa
jika dunianya lama – lama menjadi semakin kecil. Jika ia terus berjalan pada jalan
yang telah ditentukan— masuk ke SMA dan universitas yang telah ditentukan
oleh kedua orang tuanya, menikah dengan pasangan yang ditentukan oleh kedua
orang tuanya, ia yakin nahwa ia telah terjebak dalam cangkang yang benar –
benar sangat keras, meskipun lebih kecil ketika sebelumnya, dan tidak bisa untuk
lari darinya; hal ini adalah ketakutan yang selalu ia derita.

Itulah mengapa, ketika kakaknya telah bekerja di perusahaan yang di kelola


ayahnya dan pulang kerumah, ia berbicara penuh antusias tentang Nerve Gear
dan salinan game SAO yang ia peroleh melalui koneksinya, tentang seperti apa
dunia «VRMMO» pertama, meskipun Asuna belum pernah memainkan suatu
konsol permainan sebelumnya, ia merasakan ketertarikan tentang dunia tersebut.

Tentunya, jika kakaknya menggunakan Nerve Gear di dalam kamarnya, Asuna


mungkin akan segera lupa dan tidak akan merasa terganggu tentang suatu hal
seperti Nerve Gear. Akan tetapi, karena momen yang tak begitu baik, kakaknya
harus pergi dalam perjalanan bisnis keluar negeri pada hari pertama dimulainya
SAO, dan begitulah, Asuna akhirnya meminjam Nerve Gear dari kakaknya hanya
untuk satu hari karena keinginannya. Merasakan hasrat untuk melihat dunia yang
belum pernah ia lihat sebelumnya, semua itu penyebabnya—

171 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Lalu, semuanya berubah.

Hingga sekarang, Asuan masih mengingat keisengan pada hari itu, ketika ia
beubah dari Asuna menjadi "Asuna", mencari jati dirinya sendiri di jalanan yang
tak dikenal, diantara orang – orang yang tak mengenalnya.

Tetapi secara tiba – tiba setelahnya, ketika dewa kekosongan turun dan
mengumumkan tentang game kematian ini, dengan ketidakmungkinan untuk
melarikan diri dari dunia ini, hal pertama yang Asuna pikirkan adalah tugas
matematika miliknya yang belum ia kerjakan.

Jika ia tidak segera kembali dan mengerjakannya, ia akan dimarahi oleh


gurunya pada saat pelajaran. Demi kehidupan Asuna yang telah ia tempuh sejauh
ini, pastilah menjadi suatu kegagalan yang tak bisa ia maafkan... tapi tentu saja,
kerasnya situasi tersebut bikanlah hambatan.

Satu minggu, dua minggu, bahkan tiap hari terlewati dengan santainya, tak
ada tanda – tanda adanya bantuan dari luar. Mengasingkan diri sendiri di salah
satu penginapan di Starting City, meringkuk di atas tempat tidur, Asuna terus
menerus mengalami kepanikan. Menjerit setiap saat,bahkan memukul tembok
ketika ia meratap. Hari tersebut adalah musim salju pada tahun ketiganya di SMP.
Ujian sekolahnya akan segera dimulai, dan setelah itu, ujian masuk SMA. Menjadi
seorang yang telah tergelincir dari jalan yang ditempuh sama saja merupakan
kehancuran bagi hidup Asuna.

Asuna menghabiskan hari – harinya penuh masalah, merasa sangat malu,


merasa tak percaya.

Daripada mengkhawatirkan kondisi tubuh anaknya, orang tua Asuna pasti


sangat kecewa atas putrinya yang telah gagal atas ujiannya karena sebuah konsol
game. Teman- temannya, daripada bersedih, mungkin mereka mengasihaninya
yang di keluarkan dari kelompok mereka, atau mungkin malah mencibirnya.

Ketika ia melalui saat – saat kritis dengan pikiran kelam, Asuna akhirnya
membuat sebuah keputusan—untuk meninggalkan penginapan. Tidak
menunggu untuk di selamatkan, tetapi untuk melarikan diri dari dunia ini dengan
kekuatannya sendiri. Untuk menjadi seorang penyelamat yang mengakhiri

172 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

insiden ini. Tanpa menempuh jalan itu, ia kemungkinan besar tidak akan mampu
menahan kehadirannya bersama orang – orang disekitarnya tak lama lagi.

Asuna menyiapkan beberapa equipment, mengingat seluruh referensi manual,


dan menuju ke field. Waktu untuk tidur setiap hari ia batasi selama dua jam, tiga
jam, dan sisa waktu miliknya ia kerahkan untuk meningkatkan levelnya. Sebagai
hasil memfokuskan kebijakan miliknya dan keinginan kuat untuk menyelesaikan
permainan, hal tersebut tidak terlalu lama sebelum ia masuk dalam daftar pemain
tingkat atas. Inilah bagaimana si swordswoman yang bersemangat, Asuna the
«Flash» terlahir.

Kembali ke masa kini— dua tahun telah berlalu, dan saat ini Asuna telah
berusia tujuh belas tahun, ia menatap kembali pada saat – saat itu dengan
peresaan pahit. Bukan, tidak hanya ketika waktu permainan ini dimulai. Semua hal
yang terjadi sebelumnya, bahwa dirinya hidup dalam dunia yang keras dan
sempit, ia teringat bahwa sebagian besar masa lalunya penuh dengan kesedihan.

Asuna rasanya tidak mengerti arti dari, «untuk hidup». Semua hal yang pernah
ia lakukan hanyalah tentang masa depan yang ideal, pengorbanan masa kini.
«Masa Kini» Adalah suatu hal yang sia – sia untuk mewujudkan masa depan yang
sempurna, dan karananya, dengan hilangnya hal tersebut, tak ada yang tersisa.
Hal tersebut menghilang dalam ketiadaan.

Hal tersebut tidaklah baik jika satu sama lain. Menghadapi dunia SAO, ia
menyimpulkannya secara serius.

Ia yang mengejar masa depan akan menjadi seorang Asuna yang dulu, maju
ke depan untuk menyelesaikan permainan ini, sementara ia yang menempel di
masa lalu akan tetap menjadi seseorang yang meringkuk di kamar penginapan
lantai pertama. Dan ia yang hidup untuk saat ini akan mencari kesenagan
sementara sebagai seorang kriminal.

Tetapi meskipun berada di dunia ini, ada orang – orang yang menikmati masa
kini, membuat suatu kenangan satu sama lain sementara bekerja keras untuk lari
dari dunia ini. Seseorang yang mengajarinya adalah si pendekar pedang
berambut hiram yang ia temui setahun lalu. Cara hidupnya— ketika hal itu
memasuki pikirannya, warna dari kehidupannya telah berubah.

173 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Sekarang, jika dunia ini adalah dunia nyata, ia merasa seperti bisa untuk
menghancurkan cangkang yang menutupi hidupnya. Ia percaya jika ia akan bisa
hidup untuk dirinya sendiri. Selama orang ini berada di sisinya—

Asuna perlahan mendekati Kirito dengan malu menyembunyikan perasaan


terdalamnya sambil menatap jalanan. Rasa sakit yang ia rasakan lagi, ketika
menatap atap lantai di atasnya kini telah sedikit berkurang.

Menggelengkan kepalanya sekali lagi seolah – olah ingin menghilangkan


pemikiran tadi, Asuna mengintip ke wajah Yui yang masih digendong oleh Kirito.

"Yui-chan, apa kamu memiliki ingatan tentang bangunan- bangunan, atau hal
seperti itu?"

"Uu..."

Dengan ekspresi rumit, Yui melihat sekeliling pada struktur bangunan, lalu
memandang keluar dari plaza, dan akhirnya ia menggelengkan kepalanya.

"Aku tak tahu..."

"Well, Starring City memang sangat luas."

Kirito berbicara sambil mengusap kepala Yui.

"Well, suatu hal pasti akan membuatnya teringat sesegera jika kita tetap
berkeliling. Ayo kita cek pusat tempat belanja untuk sekarang ini."

"Mungkin ada benarnya juga."

Mengangguk sepakat, keduanya mulai berjalan menuju jalan utama di selatan.

Akan tetapi— ketika ia berjalan, Asuna memandang plaza sekali lagi sengan
suatu keraguan. Hanya ada beberapa orang di sekitar.

Gerbang plaza dari Starting City sungguh lebar seperti yang kira, bisa
menampung sepuluh ribu pemain dua tahun yang lalu pada acara pembukaan
server SAO. Di tengah jalan berbatu adalah tempat kosong dalam bentuk bulat
sempurna, terdapat subuah menara jam yang menjulang tinggi dengan gerbang

174 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

teleport yang berkedip kebiruan di bagian yang lebih rendah. Bunga – bunga
bermekaran ditanam di sekeliling menara, dan dengan elegan, bangku putih
berada di antara keduanya. Tidaklah mengherankan jika plaza ini akan penuh
dengan orang – orang yang mencari tempat untuk istirahat di sore hari; namun,
tak ada orang – orang yang berada di sekitar gerbang ataupun menuju keluar
plaza, dan hampir tidak ada orang yang duduk di bangku yang berada di sini.

Untuk jalan utama dari kota lantai atas, gerbang plazanya akan selalu ramai
karena para pemain yang sangat banyak. Menggosip, mencari anggota party,
berkumpul di toko pinggir jalan, sebagai hasilnya karena orang yang berkumpul
sungguh banyak, untuk berjalan saja sungguh menyulitkan, tetapi—

"Hey, Kirito-kun."

"Hm?"

Asuna bertanya pada Kirito yang berbalik.

"Sekitar berapa jumlah pemain yang berada di lantai pertama saat ini?"

"Hmm, well... jumlah pemain yang masih hidup sekitar enam ribu, dan tiga
puluh persen diantaranya masih berada di Starting City jika kita menghitung
« The Army»; jadi seharunya jumlah para pemain di bawah angka dua ribu, kan?"

"Menyadari jumlah itu, bukankah menurutmu ada sedikit pemain di sini?"

"Ketika kamu berkata seperti itu... Mungkin mereka hanya berkumpul di


sekitar toko?"

Bagaimanapun juga, ketika memasuki jalan utama plaza, bahkan ketika


mereka mendekat ke area belanja dengan toko dan gerobak berbaris, jalanan
masih tetap sepi. Teriakan – teriakan promosi dari NPC penjaga toko bergema sia
– sia melewati jalanan.

Meskipun begitu, keduanya akhirnya bisa menjumpai seseorang yang sedang


duduk di bawah pohon besar di tengah jalan, lalu Asuna menghampiri dan
mencoba memanggilnya.

"Ah, permisi."

175 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Si pria, menatap ke atas puncak pohon dengan ekspresi yang sangat aneh,
dan berbicara tanpa menyesuaikan pandangannya meskipun hal tersebut terlihat
mengganggu.

"Ada apa."

"Well... Di sekitar sini, apakah ada tempat untuk mencari orang hilang?"

Mendengar ucapan tersebut, si pria akhirnya menggeser pandangannya


menuju Asuna. Ia memandang wajah Asuna tanpa berbalik.

"Apa, jadi kamu orang luar."

"Ah, iya. Well... kami sedang mencari pengasuh dari anak ini..."

Asuna menunjuk Yui, yang masih tertidur sementara di lengan Kirito.

Karena mengenakan seragam sehingga sulit untuk mengetahui tingkat class


miliknya, si pria melebarkan matanya sedikit ketika ia memandang sekilas pada
Yui, tapi ia segera berpaling ke pandangan awalnya pada puncak pohon.

"...Seorang anak hilang, huh, sungguh jarang terjadi.... Pada gereja di sisi lain
sungai pada distrik ke tujuh di timur, ada sekelompok pemain anak – anak yang
berkumpul dan tinggal disana, jadi cobalah kalian mencari di sana."

"Te- Terima kasih."

Mendapat informasi yang benar – benar mengejutkan, Asuna menundukkan


kepalanya dengan cepat. Setelah melakukan hal itu, ia mencoba mengajukan
pertanyaan lain.

"Ahh... Sebenarnya apa yang kamu lakukan di sini? Dan juga, mengapa hanya
ada sedikit pemain di sekitar?"

Si pria tersebut hanya membuat senyuman kecil, ia menjawab, tampaknya ia


tidak terganggu.

176 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Info ini mungkin sangat rahasia, atau seperti itulah aku menyebutnya. Well,
melihat kamu orang luar... Lihat, kamu bisa melihatnya kan? Cabang pohon
tertinggi yang berada di sana."

Asuna mengikuti arah jari yang si pria tunjuk. Cabang – cabang yang
menjorok dari pohon yang cukup besar dengan jalan yang cukup jelas berwarna
kecoklatan, tapi jika kalu lebih fokus dan menatap mereka, kamu bisa melihat
beberapa buah berwarna kuning bermunculan dalam bayang – bayang
dedaunan.

"Tentunya, karena pohon – pohon yang berada di pinggir jalan adalah objek
yang tak bisa dihancurkan, meskipun kamu mencoba menaikinya, kamu tak akan
bisa mendapatkan selembar daunnya sekalipun."

Si pria melanjutkan perkataannya.

"Setiap hari, ada beberapa saat ketika buahnya terjatuh dari pohon... Hanya
ada beberapa menit sebelum buah tersebut membusuk lalu menghilang, namun
jika kamu tidak melewatkan kesempatan dan berhasil mengambilnya, kamu bisa
menjualnya ke NPC dengan harga murah. Belum lagi rasanya sungguh enak."

"Ohhh."

Untuk Asuna, yang telah menguasai skill mamasaknya, berdiskusi tentang


bahan – bahan adalah suatu kesenangan tersendiri.

"Sekitar berapa harga buah itu kalau dijual?"

"...Jangan menyebarkan info ini. Setiap satu buah bisa laku lima coll."

"..."

Melihat tatapan bangga si pria, Asuna tak bisa berkata - kata. Ia terkejut
karena betapa murahnya harga terebut. Dalam hal ini, bekerja keras dengan
bersandar di pohon ini dan menunggu buah terjatuh sepanjang waktu tidaklah
sesuai dengan hasil yang didapat.

177 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Ah, well... jika seperti itu, sepertinya usahamu sungguh sia - sia, atau lebih
tepatnya... jika kamu mengalahkan satu ekor worm di field, kamu bisa mendapat
tiga puluh coll."

Pada saat ia berkata seperti itu, si pria memandang penuh tanya kali ini. Dia
tidak menyalahkan Asuna karena tidak benar dalam pikirannya, tetapi ia berbalik
menuju Asuna dengan ekspresi yang menunjukkan betapa tak jelasnya apa yang
telah ia lakukan.

"Kamu serius berkata seperti itu. Jika kamu pergi dan bertarung melawan
monster di field... kamu mungkin akan benar – benar mati kan."

"..."

Asuna tak bisa memikirkan sebuah jawaban. Itu karena si pria ini telah berkata;
bertarung melawan monster selalu menimbulkan bahaya kematian yang selalu
menyertainya. Tetapi, dengan mental Asuna saat ini, hal tersebut hanyalah seperti
kekhawatiran akan terjadinya kecelakaan ketika menyebrangi jalan di dunia nyata
selama siang dan malam; tak ada gunanya takut akan hal seperti itu.

Kalaupun inderanya sendiri telah menjadi tumpul karena menghadapi


kematian di SAO, atau kalaupun si pria ini menjadi terlalu gugup, Asuna tak bisa
menyalahkannya secara tiba - tiba, Asuna masih berdiri tak bergerak. Mungkin,
keduanya tak dapat dianggap sebagai pihak yang benar. Pada Starting City, apa
yang dikatakan pria ini adalah hal yang umum.

Tak menyadari kondisi mental Asuna yang rumit, si pria melanjutkan


perkataannya.

"Dan, apa ya, alasan mengapa tidak ada orang di sekitar? Itu karena mereka
bukan tidak ada di sekitar. Semuanya mengunci dirinya sendiri di kamar
penginapan. Mereka mungkin bertemu dengan pasukan The Army penagih pajak
di siang hari."

"Pe- Penagih pajak... apa maksudnya itu?"

"Hanya suatu pemerasan dalam cara sopan. Tetap jaga kewaspadaanmu;


orang – orang ini tidak akan mengampunimu meskipun kamu orang luar. Oh
lihat, tampaknya ada yang jatuh... cukup sekian obrolan kita kali ini."

178 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Menutup mulutnya, si pria mulai menatap langit secara serius. Asuna dengan
cepat menunduk sebagai tanda terima kasih, dan menyadari bahwa Kirito telah
terdiam selama percakapan tadi, berbalik menghadap Asuna.

Di tempat tersebut, adalah sosok Kirito yang fokus menatap buah berwarna
kuning dengan tatapan serius, tidak seperti menatap worn di tengah
pertarungan. Tampaknya ia bermaksud untuk menunggu buah selanjutnya
terjatuh.

"Hentikan tatapan itu, ya ampun!"

"T- Tapi kamu lihatkan, apakah itu mengganggumu?"

Mencengkram tenguk Kirito, Asuna mulai berjalan sambil menyeretnya.

"Ah, ahh... dan tampaknya buah itu terasa enak..."

Menjewer telinga Kirito, dengan penyesalan yang masih tersisa, Asuna


mendorongnya untuk berbalik.

"Dibanding itu, jalan mana yang menuju distrik tujuh di timur? Tampaknya ada
pemain – pemain muda yang tinggal disana, ayo segera pergi kesana."

"...Yeea."

Sambil menggendong Yui yang telah benar – benar tertidur, dan berpegang
erat padanya, Asuna menatap peta sambil menjaga kecepatan berjalannya di
samping Kirito.

Karena Yui memiliki tubuh luar sekitar umur sepuluh tahun, menggendongnya
seperti ini di dunia nyata akan menyebabkan lengannya capek dalam beberapa
menit, namun bersyukurlah karena ada keuntungan dari parameter kekuatan
fisiknya, Asuna tidak merasakan berat apapun dibanding guling yang terisi bulu.

Berjalan menuju tenggara melalui jalan – jalan lebar selama sepuluh menit,
dan cukup berpapasan dengan orang- orang sebelumnya, mereka akhirnya
sampai ke area taman yang luas. Hutan yang luas- pohon – pohon berdaun
dengan warna yang telah berubah, melambaikan kesedihannya karena angin
dingin pada awal musim salju.

179 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Ayo kita lihat, tempat ini menunjukkan distrik timur ketujuh pada peta,
namun... aku bertanya – tanya dimanakah gereja itu sebenarnya."

"Ah, bukankah yang itu?"

Dibalik hutan, membentang di sisi kanan jalan, Asuna melihat menara tinggi
yang unik dan kokoh dalam arah pandangan yang ditunjuknya. Pada puncak
menara yang beratap biru pucat, sebuah logam ankh terbentuk dengan
menyatukan sebuah salib dan lingkaran,bercahaya. Itu adalah sebuah tanda dari
gereja. Sebuah bangunan yang berdiri setidakanya satu di setiap kotadan melalui
altar di dalamnya, tugas – tugas seperti melenyapkan serangan unik dari monster,
«Curse», dan memberkati senjata untuk melawan monsters undead menjadi
mungkin. Dalam SAO, dimana komponen berbasis sihir ada, gereja bisa dianggap
tempat paling misterius.

Juga, selama coll ditawarkan secara teratur, sebuah ruangan didalam gereja
bisa di sewa dan digunakan sebagai pengganti sebuah penginapan.

"Tu- tunggu sebentar."

Asuna tanpa disadari memanggi Kirito untuk berhenti, ketika ia hampir


berjalan menuju gereja tersebut.

"Hm? Ada apa?"

"Ah, tidak... Well... jika, kita berhasil bertemu dengan pengasuh Yui di sana,
kita akan... meninggalkan Yui-chan disini kan...?"

"..."

Mata hitam Kirito melunak penuh simpati terhadap Asuna. Ia menarik


tangannya lebih dekat dengan lembut dan merangkul tubuh Asuna bersama Yui
yang sedang tertidur.

"Aku juga tak ingin menjadi bagian darinya. Bagaimana mengatakannya ya...
dengan kehadiran Yui, rumah kita yang berada di hutan sungguh terasa seperti
rumah sesungguhnya... well, seperti itulah rasanya... Namun, ini tidak seperti
kamu tak akan pernah bertemu dengannya lagi. Jika Yui berhasil mendapatkan
ingatannya kembali, ia pasti akan datang dan berkunjung lagi.”

180 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Hm... Betul si."

Memberi anggukan kecil, Asuna membawa Yui yang masih di lengannya lebih
dekat dan sedikit menyentuh pipinya sebelum berjalan kedepan, setelah
perasaanya terasa lebih baik.

Bangunan gereja terlihat kecil jika dibandingkan skala kota ini. Gereja tersebut
berlantai dua, dengan puncak menara tunggal sebagai simbolnya. Tetapi, ada
berbagai macam gereja didalam Starting City, dan gereja yang ada di dekat
gerbang plaza seukuran kastil kecil.

Setelah sampai di depan pintu ganda yang berukuran besar, Asuna


mendorong salah satunya dengan tangan kanannya. Menjadi fasilitas umum,
suatu gereja pastilah tidak terkunci. Interior didalamnya redup, dan hanya ada
penerangan dari lilin yang menghiasi altar di depan dan menerangi lantai dari
batu. Tak ada tanda –tanda kehidupan pada awalnya.

Memunculkan tubuh bagian atasnya melalui pintu masuk, Asuna memanggil.

"Ahh, adakah orang di sini?"

Meskipun suaranya bergema, tak seorangpun terlihat keluar.

"Apakah tak ada orang...?"

Saat Asuna memiringkan kepalanya ke samping, Kirito membantahnya dengan


suara pelan.

"Nah, tampaknya ada orang di sini. Tiga di ruang sebelah kanan, empat di
sebelah kiri... dan masih banyak lagi di lantai dua."

"...Dengan skill deteksi milikmu, kamu bahkan bisa mengetahui jumlah orang –
orang yang ada di balik tembok?"

"Tingkat kemahiran skill punyaku sudah sembilan ratus delapan puluh. Skill ini
sungguh efisien, kamu seharusnya meningkatkan juga."

"Tak mau, latihan yang membosankannya akan membuatku gila....


Kesampingkan itu, ngomong – ngomong mengapa mereka bersembunyi..."

181 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna perlahan melangkah ke dalam bangunan gereja. Kondisi di dalamnya


sungguh sepi, tapi entah mengapa ia bisa meresakan kehadiran orang lain yang
sedang menahan nafas mereka..

"Ah, permisi, kami sedang mencari seseorang!"

Ia mencoba memanggil dalam suara keras. Dengan hal itu— pintu di sisi
kanan sedikit terbuka, dan suara gemetar seorang perempuan terdengar dari
sana.

"...kamu bukan dari the «Army» kan?"

"Bukan. Kami datang dari lantai atas."

Asuna dan Kirito tidak membawa pedang mereka, bahkan tidak mengenakan
armor untuk bertarung. Pemain yang masuk ke the Army mengenakan seragam
yang terbuat dari armor berat sepanjang waktu, jadi seseorang seharusnya bisa
mengenali bahwa Asuna dan Kirito tidak ada hubungannya dengan the Army jika
dilihat melalui penampilan.

Cukup lama, pintu tersebut terbuka, dan seorang pemain wanita muncul
dengan ketakutan.

Sebuah kepala berambut biru dengan kacamata besar berbingkai hitam, dan
mata berwarna hijau terbuka lebar terisi penuh ketakutan muncul. Mengenakan
gaun polos sederhana berwarna biru tua,ia memiliki belati yang tertutup sarung
belati di tangannya.

"Kamu benar - benar... bukan dari kelompok penagih pajak the Army kan...?"

Asuna memberikan senyuman tenag. Lalu mengangguk.

"Ya, kami hanya mencari seseorang dan baru saja turun dari atas hari ini. Kami
benar – benar tak ada hubungannya dengan the Army."

Seketika itu juga—

"Dari atas!? Maksudmu, kamu benar – benar seorang swordsmen!?"

182 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bersamaan dengan sorakan bernada tingginya, pintu di belakang si wanita


terbuka lebar, beberapa sosok pemain berlarian tak berarutan. Secara tiba – tiba,
pintu di sebelah kiri altar juga ikut terbuka, beberapa orang lalu keluar secara
berdesakan.

Terkejut akan hal itu, Asuna dan Kirito memantau pemandangan tersebut
tanpa bisa berkata - kata, yang berbaris di kedua sisi si wanita berkaca mata
adalah semua pemain muda yang bisa dikatakan hanya anak - anak laki – laki dan
perempuan. Pemain yang paling muda mungkin sekitar dua belas tahun,
sementara yang paling tua mungkin sekitar empat belas tahun. Semuanya
memandang Asuna dan Kirito dengan penuh ketertarikan.

"Hei, kalian semua, Aku bilang untuk tetap bersembunyi di dalam ruangan
kan!"

Hanya si wanita yang mendorong anak – anak tersebut dalam kebingungan,


sepertinaya ia berusis sekitar dua puluh tahun. Tampaknya tak seorang pun anak
mematuhi perintahnya.

Tetapi setelah itu, anak pertama yang keluar dari ruangan, seorang anak lelaki
berambut merah pendek yang sedang berdiri di ujung, berteriak dengan nada
penuh kekecewaan.

"Apaan sih, kamu bahkan tidak memegang sebuah pedang. Hei, bukankah
kamu dari lantai atas? Seharusnya kamu memiliki senjata?" Hampir separuh
perkataan itu ditujukan kepada Kirito.

"B- Bukan, ini tidak seperti yang terlihat, tapi..."

Kirito membalas ketika ia mendaratkan matanya penuh keterkejutan, dan


wajah abak – anak tersebut bersinar sekali lagi. Ijinkan aku melihat, ijinkan aku
melihat, mereka semua memohon secara bersamaan.

"Lihat, kalian tidak boleh berbicara tak sopan kepada orang yang baru saja
kalian temui—

Maaf, kami jarang menerima tamu belakangan ini, jadi..."

183 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Menghadapi si wanita berkacamata yang memohon maaf sambil menunduk,


Asuna berbicara segera.

"Bu- Bukan, Bukan itu masalahnya. —Hei, Kirito-kun, kamu masih memiliki
beberapa di dalam penyimpananmu, bisakah kamu memperlihatkan pada
mereka?"

"Y- Yea."

Mengangguk karena persetujuan Asuna, Kirito membuka jendela miliknya


dengan jarinya, mengubah sepuluh senjata ke dalam bentuk nyata secara
bersamaan, lalu menumpuknya pada meja panjang terdekat. Senjata tersebut
adalah item yang dijatuhkan monster ketika petualangan terakhir dan terlupakan
karena ia tak memiliki waktu untuk menjualnya.

Kirito lalu menutup jendelanya, dengan semua item yang berlebih kecuali
beberapa pasang equipment yang telah diambil, anak – anak ini bersorak dan
menyerbu di sekitar meja. Mengetahui rasa menyentuh pedang, palu dan
semacamnya satu sama lain, mereka merengek karena "Berattt" dan "Keren".
Pemandangan ini akan meninggalkan keoverprotektifan orang tua, namun tak
peduli bagaimana senjata di pegang di dalam kota, tak mungkin mengakibatkan
damage ketika tergores.

"—Aku benar – benar minta maaf..."

Meskipun si wanita meminta maaf karena masalah yang ditimbulkan, sebuah


senyum tampak di wajahnya karena melihat anak – anak yang senang, ia lalu
berbicara.

"...Ah, karena telah datang sejauh ini. Aku akan membuatkan teh, jadi..."

Dipandu ke dalam ruangan kecil di dalam tempat ibadah, Asuna dan Kirito
meneguk teh hangat yang dihidangkan pada keduanya.

"Jadi... kamu bilang bahwa kamu datang untuk mencari seseorang...?"

Si pemain wanita yang duduk berlawanan meja mengajukan pertanyaan


tersebut dengan memiringkan sedikit kepalanya.

184 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Ah, iya. Er... Aku Asuna, dan orang ini adalah Kirito."

"Ahh, maaf, aku bahkan belum memperkenalkan diri. Namaku Sasha."

Ia lalu menunduk karena memperkenalan dirinya.

"Lalu, anak ini bernama Yui."

Sambil membelai rambut Yui yang masih tertidur di pangkuannya Asuna


melanjutkan.

"Anak ini tersesat di tengah hutan pada lantai ke dua puluh dua. Dia...
tampaknya kehilangan ingatannya, jadi..."

"Astaga..."

Si wanita yang memanggil dirinya Sasha melebarkan mata kehijauannya yang


tersembunyi di balik kacamata lebih lebar.

"Ia bahkan tak memiliki apapun selain pakaian yang terequip, jadi tampaknya
ia tidak tinggal di lantai bagian atas... Dan juga, mungkin pengasuhnya berada di
Starting City... atau mungkin orang yang mengenali anak ini mungkin bisa di
temukan, kami berpikir kemungkinan tersebut, lalu kami datang ke sini untuk
menemukan mereka. Selain itu, ketika kami mendengar bahwa pemain anak –
anak berkumpul di gereja ini..."

"Itulah cerita singkatnya..."

Sasha meraih cangkir teh dengan tangannya, lalu menjatuhkan pandangannya


ke meja.

"...Sekarang ini, ada dua puluh orang pemain yang tinggal di gereja ini, anak –
anak dari sekolah dasar hingga tingkat smp. Aku kurang lebihnya yakin, semua
pemain anak – anak di sekitar kota ini. Pada waktu ketika game dimulai..."

Sasha mulai berbicara dalam suara berbisik, tapi masih bisa didengar.

185 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Hampir semua anak – anak menjadi panic dan mengalami trauma mental.
Tentu saja, ada anak – anak yang terbiasa lalu meninggalkan kota, tapi aku
percaya mereka adalah pengecualian."

Hal seperti itu juga pernah Asuna alami, di tahun ketiga smpnya pada waktu
itu. Ketika ia mengunci dirinya sendiri di kamar penginapan, ia yakin bahwa
pikirannya akan hancur karena merasa terpojok.

"Seperti yang diharapkan; mereka masih dalam usia ketika mereka masih ingin
dimanjakan orang tuanya. Lalu tiba – tiba diberitahu seseorang bahwa mereka
tidak bisa keluar dari sini, mungkin juga tak akan pernah bisa kembali ke dunia
nyata— anak – anak tersebut menjadi down, dan di dalam pikiran mereka...
tampaknya ada sesuatu yang hilang."

Mulut Sasha menjadi kaku.

"Selama sebulan ketika game dimulai, aku berpikir untuk menyelesaikan game
ini dan berencana berlatih di field, tetapi... suatu hari, aku melihat salah satu dari
anak – anak tersebut di sudut jalanan, aku tak bisa meninggalkan anak tersebut
sendiri begitu saja; jadi aku membawa anak – anak bersamaku dan memulai
hidup di penginapan. Selanjutnya, ketika aku berpikir bahwa masih ada anak –
anak sepertinya, aku mulai berkeliling kota, dan mencari anak – anak tersebut.
Sebelum aku menyadarinya, semuanya telah berakhir seperti ini. Itulah
mengapa... meskipun ada orang – orang yang bertarung di lantai atas seperti
kalian berdua, aku merasa tak bisa memaafkan diriku sendiri karena tak bisa
membantu menyelesaikan game ini."

"Itu... Itu tidak-"

Sambil menggelengkan kepalanya, Asuna berusaha untuk menemukan kata –


kata yang tepat, tapi suaranya tersangkut di tenggorokan. Mengambil alih
pembicaraan, Kirito berbicara.

"Itu tidak sepenuhnya benar. Kamu berjuang dengan sangat berani... bahkan
lebih hebat daripada orang sepertiku."

186 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Aku sungguh berterima kasih. Namun aku tidak cukup melakukan hal ini
tanpa adanya tanggung jawab. Sungguh menyenangkan hidup bersama anak –
anak ini."

Sasha tersenyum manis sambil menatap Yui yang sedang tertidur pulas.

"Itulah mengapa... selama dua tahun ini, setiap hari kami berkeliling di semua
bangunan yang ada di setiap area, mengecek jika ada anak – anak yang
membutuhkan bantuan. Jika ada sejumlah anak – anak yang masih tertinggal,
kami akan segera menyadarinya. Maaf untuk mengatakan ini... tetapi tampaknya
anak ini, aku tak yakin jika ia pernah tinggal di Starting City."

"Begitu ya..."

Asuna menundukkan kepalanya ke bawah sambil memeluk Yui. Ia menarik diri


lalu memandang ke arah Sasha.

"Er, tampaknya ini akan mengganggu privasimu, tetapi bagaimana kamu


memperoleh penghasilan untuk keperluan sehari – hari dan semacamnya?"

"Ah, hal itu, selain aku, ada beberapa anak – anak yang lebih dewasa yang
melindungi tempat ini...mereka berada pada level yang menjamin keselamatan
mereka selama mereka berada di field sekitar kota ini, jadi kami masih bisa
menyimpan cadangan makanan. Kami tak bisa hidup dalam kemewahan."

"Oh, sungguh mengagumkan... menilai dari apa yang kudengar sebelumnya di


kota ini, sesuatu seperti berburu monster di dalam field bisa dianggap suatu
tindakan bunuh diri yang bertentangan dengan akal sehat."

Sasha mengangguk atas perkataan Kirito.

"Pada dasarnya, aku percaya bahwa pikiran seperti itulah yang dipikirkan
pemain yang masih tersisa di kota ini. Aku tidak menyangkat hal tersebut; hal itu
tak akan membantumu, ketika kamu mengira akan adanya bahaya kematian...
Bagaimanapun juga, pikiran tersebut juga manjadi alasan mengapa kita
mengumpulkan uang di atas rata – rata pemain di kota ini."

187 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Itu memang benar; untuk mengatur pengeluaran di gereja ini, seratus coll
setidaknya di butuhkan setiap hainya. Jumlah ini melebihi pendapatan harian si
pemburu buah sebelumnya.

"Itulah mengapa aku terus mengawasi mereka akhir – akhir ini..."

"...Mengawasi siapa?"

Mata lembut Sasha berubah dalam sekejap. Ketika ia membuka mulut untuk
melanjutkan perkataannya, pada saat itu...

"Sensei! Sasha-sensei! Ini mengerikan!!"

Pintu pada ruang ini terbanting terbuka, dan beberapa anak membanjiri ruang
ini seperti longsor salju.

"Hei, kalian tak sopan pada tamu!"

"Itu tak penting sekarang!!"

Si rambut merah yang sebelumnya kini berteriak, dengan air mata yang akan
tumpah dari matannya.

"Kak Gin dan lainnya telah tertangkap oleh the Army!"

"—Dimana!?"

Bangun dengan cara yang begitu tegas bahwa ia merasa seolah-olah dirinya
menjadi orang lain, Sasha menanyai anak ini.

"Di lahan kosong di belakang toko bekas pada distrik timur kelima. The Army
telah memblokir lorongnya dengan sepuluh orang atau lebih. Hanya Kotta yang
berhasil melarikan diri."

"Mengerti, aku akan pergi kesana sekarang. —Maaf, tapi..."

Berbalik menghadap wajah Asuna dan Kirito, Sasha menundukkan kepalanya.

"Aku tak bisa mengabaikan anak – anak ini. Kita akan melanjutkan percakapan
ini nanti..."

188 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"kami juga akan pergi, sensei!!"

Karena anak berambut merah menangis, seluruh anak – anak yang dibelakang
juga berteriak karena sepakat. Bergegas menuju samping Kirito, si anak laki – laki
yang memiliki ekspresi putus asa berbicara.

"Kak, pinjami kami senjata sebelumnya sebentar saja! Jika kami memiliki
senjata itu, orang – orang dari the Army akan melarikan diri!"

"Aku tak terima!"

Sasha menolak dengan tegas.

"Kalian semua akan menunggu di sini!"

Saat itu juga, Kirito yang telah mengamati keadaan secara diam -diam,
mengangkat tangan kanannya seolah – olah menenangkan anak – anak. Ia jarang
membaca sejauh mana isi pembicaraan sekarang ini, tetapi hanya kali ini, ia
menunjukkan suatu harapan yang segera menenagkan semua anak – anak.

"—Sayang sekali—"

Kirito mulai berbicara dalam nada tenang.

"Parameter yang dibutuhkan untuk senjata itu terlalu tinggi, sehingga kau tak
akan bisa mengequipkannya. Kami akan membantu kalian. Meskipun terlihat
seperti itu, kakak perempuan yang disana sungguh sangat kuat."

Melirik Kirito, Asuna juga mengangguk. Berdiri, Asuna menuju Sasha dan
membuka mulutnya.

"Ijinkan kami untuk membantu. Memiliki kekuatan lebih seharusnya lebih


baik."

"—Terima kasih, aku akan bergantung padamu."

Sasha mengangguk dalam, menarik kacamatanya lalu berbicara.

"Nah, maafkan aku, tapi kita akan berlari!"

189 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bergegas keluar dari gereja, Sasha mulai berlari kedepan sambil membawa
belatinya di pinggang. Menggendong Yui, Asuna juga mengejar di belakangnya
bersama Kirito. Saat Asuna melirik punggungnya sambil berlari, ia menyadari
segerombol anak mengikuti mereka di belakang, tetapi tampaknya Sasha tak
memiliki niat untuk menyuruh mereka pulang.

Berlari melalui rimbunnya pohon, mereka memasuki distrik timur keenam dan
menuju gang – gang belakang. Tampaknya Sasha mengambil jalan pintas yang
paling pendek menuju lokasi, karena ia melewati toko – toko NPC, taman milik
rumah pribadi dan semacamnya, mereka melihat sekelompok orang yang
memblokir jalan kecil de depan. Tampaknya setidaknya ada sepluh orang.
Berpakaian seragam hijau keabu-abuan dan equipment baja hitam, tidak salah
lagi mereka adalah anggota the «Army».

Sasha yang berlari tanpa keraguan melewati lorong – lorong akhirnya


berhenti, ia menarik perhatian para pemain the Army, dan mereka berbalik
dengan senyum lebar.

"Oh, si pengasauh ada di sini."

"...Tolong kembalikan anak – anak."

Sasha berbicara dengan suara yakin.

"Jangan rusak reputasi kami seperti itu. Kami akan segera mengembalikan
mereka; kami hanya ingin mengarari mereka sopan santun."

"Ya, ya. orang – orang kota memiliki kewajiban untuk membayar pajak."

Si pria itu lalu tertawa wa-ha-ha-ha, dan semakin keras. Sasha makin
mendekat.

"Gin! Kain! Semuanya!! Kalian disana!?"

Ketika Sasha memanggil seperti itu, suara ketakutan terdengar membalas.

"Sensei! Sensei... tolong kami!"

190 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Jangan khawatirkan masalah uang, serahkan saja semuanya!"

"Sensei... kami tak bisa...!"

Kali ini, suara anak si rambut merah terdengar.

"Nha, ha, ha."

Salah satu anggota Army yang memblokir jalan tertawa sangat keras.

"Well, semua ini karena kalian belum membayar pajak... Uangnya tidak akan
cukup kalau hanya segini, eh."

"Benar, sangat benar. Kami ingin kalian juga menyerahkan equipment. Semua
armor kalian... setiap lembar armor."

Melihat senyum mesum si pria tersebut, Asuna langsung bisa menebak


kondisi mereka di dalam jalanan sempit ini. «Pasukan Penagih Pajak» ini tanpa
diragukan lagi akan menuntut kelompok anak - anak, termasuk juga perempuan
untuk menyerahkan pakaian mereka. Darah dalam diri Asuna mulai mendidih
karena kemarahan.

Sasha tampaknya juga telah mengambil kesimpulan yang sama, ia mendekat


menuju anggota the Army dengan hawa permusuhan.

"Minggir... jangan menghalangi! Jika tidak..."

"Jika tidak akan apa hah, pengasuh bayi? Kau akan membayar pajak di tempat
ini?"

Orang – orang tersebut menyeringai tanpa ada niat untuk menyingkir.

Di dalam kota, atau setidaknya dalam ruang jangkauan kota, program yang
dikenal sebagai Kode Anti Kriminal selalu aktif, mencoba untuk membuat
kerusakan, begitu juga untuk memindahkan pemain lain di luar kehendak mereka
benar – benar tak mungkin. Akan tetapi, para pemain yang memblokir jalan ini
juga begtu. Menyegel jalan dengan cara berdiri di sini, dengan maksud
memblokir; bahkan beberapa orang mengelilingi target secara langsung untuk

191 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

melumpuhkan si korban ke dalam «Area»; keberadaan metode tak bermoral ini


bisa di perbolehkan.

Seperti itulah, tindakan tersebut hanya efektif dalam kasus dimana seseorang
telah bergerak kedalamnya. Asuna menatap Kirito, lalu berbicara.

"Ayo maju, Kirito-kun."

"Yea."

Mengangguk setuju, mereka bersama – sama menendang tanah tempat


mereka berpijak.

Mereka berdua melompat ke depan dengan mengggunakan ketangkasan dan


kekuatan yang mereka miliki, Sasha dan anggota the Army hanya bisa melihat
tercengang ke atas ketika mereka melewati halangan dengan begitu mudah, dan
akhirnya mendarat di ruang yang tertutup dari segala sisi.

"Woah!?"

Beberapa orang melompat mundur karena ketakutan.

Di pojok area tersebut, dua anak laki – laki dan satu anak perempuan di usia
sepuluh tahunan meringguk kaku bersama – sama. Armor mereka telah dicopot,
hanya berpakaian pakaian dalam. Asuna menggigit bibirnya, lalu melangkah
menuju anak – anak tersebut, dan berbicara sambil tersenyum.

"Sudah tak apa – apa sekarang. Kalian bisa mendapatkan kembali equipment
kalian."

Mereka akhirnya mengangguk dengan mata terbuka, mengambil kembali


armor mereka yang berada di dekat kaki dengan panik, dan mulai
mengoperasikan jendela mereka.

"Oi... Oi, oi, oi!!"

Pada saat itu, seorang pemain dari the Army akhirnya datang dan berteriak
keras.

192 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Apa urusan kalian!! Jangan berani – berani menghalangi pekerjaan the


Army!!"

"Tunggu, tunggu sebentar."

Menghentikan teriakan si pria, pemain dengan armor berat melangkah ke


depan. Tampaknya ia adalah pemimpin grup ini.

"Kami belum pernah menjumpai kalian di sekitar sini, tetapi apakah kau tau
jika tindakanmu itu menentang pasukan pembebasan? Jika kalian masih
bermaksud seperti itu, kami bisa menginterogasimu di markas pusat."

Mata sipit si pemimpin tersebut bersinar penuh kekejian. Mencabut pedang


besar dari pinggangnya,ia melangkah sambil berulang kali mengasar mata
pedangnya di telapak tangannya dengan tujuan tertentu. Permukaan pedang
tersebut berkilau karena cahaya matahari yang hampir terbenam. Sebuah kilauan
ciri khas suatu senjata yang tak pernah digunakan ataupun diperbaiki dari
kerusakan bahkan satu kalipun.

"Atau kamu ingin melunasi «persahabatan dari luar» ini, persahabatan dari
luar? Eh!?"

Pada saat Asuna mendengar kalimat tersebut.

Gemertak gigi Asuna bisa terdengar. Ia berpikir jika masalah ini bisa
diselesaikan dengan damai, akan tetapi ketika ai melihat anak – anak yang
ketakutan, amarahnya sudah melewati batasnya.

"...Kirito-kun, aku serahkan Yui-chan padamu."

Yui diserahkan pada Kirito, dan sebelum seorangpun tahu apa yang terjadi, ia
telah mematerialkan rapier miliknya dengan satu tangan. Menghunus rapier yang
diterimanya, ia lalu bergerak cepat menuju si pemimpin.

"A.... Ah...?"

Menghadapi si pria yang masih belum memahami situasi dengan mulutnya


yang setengah terbuka, Asuna tiba – tiba memusatkan kekuatannya dalam
serangan tusukan satu tangan.

193 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Area sekitar tiba – tiba di selimuti cahaya keunguan. Suara hantamannya


seperti sebuah ledakan. Wajah si pria terdorong, dan ia jatuh ke belakang dengan
linglung karena matanya masih terbuka.

"Jika kau sebegitu inginnya bertarung, tak perlu jauh – jauh pergi ke field."

Melangkah menuju hadapan si pria, Asuna sekali lagi mengacungkan tangan


kanannya. Cahaya tersebut terulang lagi, dan suara yang memekakan telinga
bergemuruh lagi. Si pemimpin grup ini terdorong kebelakang seolah – olah ia
ditolak.

"Jangan khawatir, HP milikmu tak akan menurun. Well, terima kasih karenanya,
aku tak perlu menahan lagi."

Menatap Asuna yang perlahan mendekat dengan bibirnya gemetar, si


pemimpin tampaknya menyadari maksud tersirat Asuna.

Dalam jangkauan Kode Anti Kriminal, bahkan jika menyerang kepada pemain
lain, serangan tersebut akan dihentikan oleh dinding yang tak terlihat dan tak ada
damage yang diberikan. Akan tetapi aturan ini juga memiliki celah tertentu: yaitu
si penyerang tak perlu khawatir jika ia berubah warna menjadi pemain orange.

194 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

195 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Sebagai contohnya celah tersebut bisa digunakan «Dalam Jangkauan


Pertarungan», biasanya digunakan untuk pertarungan palsu untuk latihan.
Bagaimanapun juga, karena tingkat status dan skill si penyerang, suara dari
hantaman dan terangnya warna yang diciptakan oleh sistem, pada waktu yang
sama kode tersebut diaktifkan, dan serangan akan ditingkatkan sesuai status si
penyerang; dan ditambah dengan kekuatan sword skill yang digunakan,
meskipun sedikit,efek dorongan ke belakang akan tetap dihasilkan. Untuk orang
yang belum terbiasa, efek tersebut tidaklah mudah untuk ditahan, meskipun
kamu tahu bahwa HP tak akan menurun.

"Eek... h- henti..."

Terdorong ke tahan karena serangan Asuna, ia menjerit.

"Kalian... jangan cuma menonton... lakukan sesuatu...!!"

Akhirnya mendapat kesadaran karena suara si pemimpin, para anggota the


Army mengeluarkan senjata mereka satu persatu.

Para pemain yang sebelumnya memblokir jalan, kini merasakan


ketidaknormalan pada situasi ini akhirnya berlari dari jalanan utara dan selatan.

Dikelilingi oleh pemain the Army dalam bentuk setengah lingkaran, Asuna
menatap mereka dengan mata yang berkobar - kobar, seolah – olah ia telah
kembali ke waktu ketika ia menjadi seorang pemain yang bersemangat.
Menendang tanah tanpa berkata - kata, ia menerjang pasukan tersebut yang
tepat dihadapannya.

Dalam waktu singkat, jalanan sempit itu terisi oleh raungan – raungan
bagaikan petir.

Sekitar tiga menit kemudian.

Setelah Asuna mendapatkan kembali kesadarannya, ia berhenti melangkah ke


depan dan menurunkan pedangnya, apa yang terbaring di area tersebut adalah
para pemain the Army yang telah kalah. Satu – satunya yang masih tersisa telah
meninggalkan pemimpin mereka dan ia telah kabur.

"Whew..."

196 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Mengambil nafas dalam - dalam, Asuna menyarungkan rapier miliknya dan


berbalik kebelakang— apa yang ia lihat adalah sosok Sasha dan anak – anak dari
gereja yang masih berdiri penuh shok, kehilangan kata – kata.

"Ah..."

Asuna mundur selangkah sambil menahan nafas. Ia yakin nahwa ia telah


menakuti anak – anak tersebut ketika sangat marah dan mengancam the Army
sebelumnya, lalu ia memalingkan matanya penuh depresi.

Pada saat itu, si anak laki – laki yang seperti biasa berdiri kedepan di hadapan
anak lainnya, sambil menyisir rambut merahnya kembali, bersorak sambil
matanya berbinar.

"Mengagumkan... itu mengagumkan kak!! Itu pertama kalinya aku melihat hal
seperti itu!!"

"Aku bilang juga apa, kakak ini benar – benar kuat kan?"

Kirito melangkah maju dengan senyum lebar. Memegang Yui dengan tangan
kirinya, sebuah pedang dibawa di tangan kanannya. Tampaknya ia juga ingin
menghadapi babarapa di antara mereka.

"...A- Ahaha."

Asuna tertawa karena hal tersebut, lalu anak – anak tiba – tiba menyoraki dan
melompat ke arahnya.

Sasha memegang kedua tangannya erat – erat di dadanya, tersenyum sambil


matanya hendak meneteskan air mata.

"Semuanya.... Perasaan semuanya-"

Suara kecil namun bisa didengar jelas. Asuna mengangkat wajahnya karena
kaget. Dalam lengan Kirito, Yui yang telah terbangun tanpa seorangpun
menyadari, menatap ke atas pada udara hampa dan mengacungkan tangan
kanannya.

Asuna melihat ke arah yang ditunjuk, namun tak ada apapun disana.

197 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Perasaan semuanya..."

"Yui! Ada apa, Yui!!"

Kirito berteriak, lalu Yui berkedip dua hingga tiga kali, melihat dengan ekspresi
kosong. Asuna juga berlari penuh kebingungan lalu menggenggam tangan milik
Yui.

"Yui-chan... mungkinkah, kamu mengingat sesuatu!?"

"...Aku... Aku..."

Sambil mengerutkan kening, ia menundukkan kepalanya.

"Aku, tidak pernah... disini... aku selalu sendirian dalam kegelapan..."

Sambil mengerutkan kening seolah-olah ia teringat sesuatu, Yui menggigit


bibirnya. Dan, pada saat itu...

"Wa... aa... aaah!!"

Memalingkan kepalanya ke belakang, sebuah jeritan bernada tinggi keluar


dari tenggorokannya.

"...!?"

Zsh, zsh, suara yang mirip mesin elektronik bergema dalam telinga Asuna
untuk pertama kalinya sejak ia berada dalam SAO. Tiba – tiba setelah hal itu,
tubuh Yui mulai bergetar di sana – sini seolah – olah akan runtuh.

"Yu... Yui-chan...!"

Asuna menjerit dan membungkus tangannya di sekitar tubuh Yui secara panik.

"Mama... menakutkan... Mama...!!"

Memeluk tubuh lemah Yui dalam lengan Kirito, Asuna memeluknya erat dalam
dadanya. Beberapa detik kemudian, fenomena aneh tersebut menenang, dan
tenaga menghilang dari tubuh Yui yang kaku.

198 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Sebenarnya apa yang terjadi barusan..."

Bisikan kosong dari Kirito samar – samar mengalir dalam keheningan.

Bagian 3

"Semuanya, masing – masing ambillah satu potong roti!"

"Hei, itu akan tumpah jika kamu tak memperhatikan!"

"Aah, sensei! Gin mengambil telur goreng matahari milikku!"

"Aku telah memberikan wortelku sebagai gantinya kan!"

"Ini... sungguh mengagumkan..."

"Ya, sungguh..."

Baik Asuna dan Kirito menatap adegan sarapan yang tampak seperti medan
perang di depan mereka, dan berguman satu sama lain dalam kebingungan.

Pada Starting City, tepatnya di ruang tamu dalam gereja pada distrik timur
ketujuh. Piring besar penuh telur, sosis, salad sayur dan sejenisnya berbaris di
sepanjang meja makan yang besar, meja tersebut hamper terpenuhi oleh dua
puluh anak – anak atau lebih dalam keributan.

"Tetapi, tampaknya mereka menikmatinya."

Pada meja lingkaran yang sedikit jauh, Asuna duduk bersama Kirito, Yui, dan
Sasha yang tersenyum setelah meminum secangkir teh.

"Seperti inilah setiap harinya. Keadaan ini tak akan tenang tak peduli berapa
kali kamu menyuruh mereka diam."

Setelah berkata seperti itu, Sasha menyipitkan matanya yang terisi kasih
sayang dari dalam lubuk hatinya ketika ia menatap anak – anak.

"Kamu sungguh menyayangi anak – anak kan?"

Asuna berkata dan Sasha hanya tersenyum malu.

199 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Dengan kata lain, aku telah berlatih untuk menjadi seorang guru di
universitas. Kamu mengerti kan, kekacauan dalam kelas selalu menimbulkan
masalah. Kemampuan untuk bisa mengarahkan anak - anak; aku selalu
terpancing akan hal tersebut. Namun ketika aku tiba di sini, ketika aku memulai
hidup bersama anak – anak tersebut, semuanya tampak berbeda dari apa yang
aku yakini... rasanya aku menjadi yang bergantung pada mereka; bahwa mereka
telah mendukung aku lebih banyak. Namun, yah hal itu mungkin baik – baik
saja... aku mulai mempecayai bahwa hal tersebut hanyalah hasil alami."

"Yah, aku menjadi mengerti entah bagaimana."

Asuna mengangguk, sambil mengusap kepala Yui yang telah memasukkan


sendok kemulutnya dengan lembut. Kehangatan yang dibawa oleh kehadiran Yui
mengejutkan Asuna. Kehangatan tersebut berbeda dari kehangatan cinta yang ia
rasakan di dadanya ketika bersentuhan dengan Kirito; kehangatan seperti
dimasukkan kedalam bulu yang tak bisa dilihat, sebelum tersadar sekali lagi;
sebuah ketenangan terasa.

Kemarin, setelah pingsan secara tiba - tiba, Yui secara beruntung bangun
setelah beberapa menit. Bagaimanapun juga, karenaAsuna tidak ingin membuat
perjalanan panjang ataupun menggunakan gerbang teleport lagi, dan juga
karena undangan Sasha, Kirito dan Asuna akhirnya meminjam salah satu kamar
yang tersedia di gereja untuk menginap.

Kondisi Yui tampaknya semakin membaik sejak pagi hari, jadiAsuna serta
Kirito menjadi senang karena hal tersebut, tetapi asal usul asli Yui belum
diketahui. Berdasarkan ingatan samar – samar yang telah Yui dapatkan, ia
tampaknya tak pernah datang ke Starting City, dan lebih parahnya lagi, ia tidak
tinggal bersama seorang pengasuh. Dalam hal ini, penyebab rusaknya ingatan
milik Yui, atau gejala kemunduran otaknya benar – benar tak di ketahui dan
mereka berdua bingung apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Namun Asuna telah bersabar dari perasaan yang ada di dalam hatinya.

Juga hingga sekarang, ia akan melanjutkan hidupnya bersama Yui hingga


ingatannya kembali. Bahkan jika cutinya akan berakhir, dan ia harus kembali ke
garis depan, pasti ada suatu cara untuk—

200 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Karena Asuna terdiam karena kecemasannya ketika membelai rambutYui,


Kirito meletakkan cangkirnya dan mulai berbicara.

"Sasha-san..."

"Ya?"

"...Well, ini tentang the Army. Sejauh pengetahuanku, meskipun kekejaman


dari meraka sungguh luar biasa, mereka masih bertekad untuk menjaga
ketertipan umum. Melihat kembali tindakan orang – orang kemarin, tampaknya
mereka bertindak seperti seorang kriminal... sejak kapan hal seperti itu terjadi?"

Sasha menjawab dengan tegang.

"Waktu ketika aku merasakan ada perubahan dalam tujuan mereka telah
terjadi setengah tahun yang lalu... ada beberapa orang yang melakukan tindakan
pemerasan dengan dalih pemungutan pajak, begitu juga di sisi lain, yang ingin
menumpas tindakan pemerasan tersebut.

Aku juga pernah melihat sesama anggota the Army saling berhadapan satu
sama lain beberapa kali. Berdasarkan rumor, tampaknya ada perebutan
kekuasaan diantara para petingginya atau hal semacam itulah..."

"Yeaa... Well, mereka masih sebuah organisasi besar yang memiliki anggota
lebih dari seribu sekarang ini. Tak ada pikiran yang terlintas ketika mereka akan
memonopoli... Akan tetapi, jika apa yang terjadi kemarin adalah kegiatan harian
mereka, mereka tidak seharusnya dibiarkan... Asuna."

"Apa?"

"Apakah pria itu tahu akan situasi ini?"

Menebak siapa orang yang dimaksud dengan kata – kata enggan, orang
itu,Asuna berbicara sambil menahan senyum.

"Well, aku kira ia akan tahu... Ketua Heathcliff itu orang yang serba tahu,
bahkan tentang gerekan the Army. Berbicara tentangnya, bagaimana caranya aku
mengatakan ini ya, ia tampaknya tak tertarik pada apapun selain pemain level
atas... ia pernah menanyai berbagai macam hal tentang Kirito-kun ketika

201 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

sebelumnya, tetapi pada saat penaklukan guild pembunuh, «Laughing Coffin»,


berlangsung, ia hanya meninggalkan kita dengan satu pasukan untuk pergi, Aku
akan menyerahkannya padamu. Bagaimanapun, aku percaya ketua mungkin tak
akan mengerahkan grup penyelesai demi memperngaruhi the Army."

"Well, tampaknya hal itu mungkin juga jika kamu menganggap seperti itu...
Tetapi dalam kasus ini, kita tak bisa bertindak banyak jika hanya kita berdua."

Mengerutkan alisnya ketika ia menghisap teh, Kirito tiba – tiba mengangkat


wajahnya dan menatap pintu masuk gereja.

"Seseorang disini. Satu orang..."

"Eh... Mungkinkah tamu lain..."

Menegaskan kata – kata Sasha, sebuah ketukan terdengar di dalam bangunan


gereja.

Seseorang yang memasuki ruang tamu bersama Sasha yang membawa


sebuah belati tergantung di pinggangnya, dan Kirito, yang juga mengikuti Sasha
untuk memastikan, adalah seorang pemain wanita berpostur tinggi. Rambut
keperakan yang diikat ekor kuda memberikan kesan sosok yang berwawasan,
serta mata berwarna biru langitnya terisi penuh semangat, wajah yang cantik.

Gaya rambut, warna rambut, dan bahkan warna pupil mata bisa di atur sesuka
hati dalam SAO, tetapi karena kebanyakan sistem yang bekerja adalah buatan
Jepang, pemain dengan corak warna kuat seperti ini bisa dikatakan cukup jarang.
Asuna juga pernah sekali mencoba sekuat tenaga untuk mewarnai rambutnya
menjadi merah muda; kejadian itu adalah sebuah masa lalu yang tak boleh
dikatakan dimana ia akhirnya mengembalikan warnanya menjadi coklat karena
kecewa.

Ia adalah wanita yang cantik, dan setelah mendapat kesan pertama juga
termasuk bahwa ia adalah wanita dewasa, Asuna menjatuhkan pandangannya
sekali lagi menuju equipment yang dikenakan si wanita tersebut, lalu ia terkejut
secara reflek.

Meskipun equipment tersebut tersembunyi oleh jubah abu - abu, pada tubuh
si pemain wanita ini, ia mengenakan sebuah mantel hijau kehitaman dengan

202 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

bawahan berwarna sama hingga pahanya; armor metal dengan warna pudar ini
tak salah lagi adalah seragam dari the «Army». Di sisi kanan pinggangnya ada
sebuah pedang pendek, dan sebuah cambuk menggulung di sisi kirinya.

Anak – anak yang menyadari kehadiran si wanita langsung terdiam secara


bersamaan dan berhenti bergerak sementara mata mereka terisi penuh
kewaspadaan. Akan tetapi, Sasha tersenyum kepada mereka dan berbicara seolah
ia menghapus rasa ketidak percayaan mereka.

"Semuanya, tenanglah, jangan khawatir atas kehadiran wanita ini. Lanjutkan


sarapan kalian."

Anak – anak memandang penuh tanya, tetapi dengan kata – kata Sasha yang
mereka percayai, semuanya melepaskan ketegangan yang ada di pundak mereka
dengan perasaan senang, lalu keributan kembali hadir di ruang tamu tersebut. Si
pemain wanita yang telah berjalan menuju meja bundar di tengah – tengah
semuanya dan mengambil tempat duduk yang telah di sediakan oleh Sasha, ia
akhirnya duduk dengan sedikit membungkuk.

Tidak memaham situasi ini, ia menatap Kirito dengan penuh tanya, dan Kirito
yang juga telah duduk di kursi menundukkan kepalanya kesamping hingga ia
menghadap Asuna lalu berbicara.

"Er, well, orang ini bernama Yuriel-san. Tampaknya ia memiliki suatu hal untuk
dibicarakan dengan kita." Pemain berambut silver pengguna cambuk yang telah
diperkenalkan sebagai Yuriel menatap lurus ke arah Asuna untuk sesaat, sebelum
akhirnya ia menundukkan kepalanya dan membuka mulutnya.

"Senang bertemu denganmu, Namaku Yuriel. Aku masuk dalam sebuah Guild,
namanya ALF."

"ALF?"

Asuna bertanya akan nama guild tersebut yang ia dengar untuk pertama
kalinya, dengan cepat si wanita menundukkan kepalanya.

"Ah, maafkan saya. Nama itu adalah sebuah singkatan untuk the Aincrad
Liberation Force. Aku tak begitu suka nama resminya, jadi..." Suara si wanita
terdengar begitu elegant. Perasaan iri tumbuh semakin besar dalam hati Asuna

203 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

yang selalu berpikir bahwa suaranya kekanak – kanakan, jadi ia kembali


memperkenalkan dirinya.

"Senang berkenalan denganmu. Aku dari guild Knights of the Blood's— ah,
tidak, aku sedang pensiun untuk sementara waktu, kamu bisa memanggilku
Asuna. Lalu anak ini bernama Yui."

Setelah menghabiskan sup dan sedang menikmati jus buahnya, Yui


mengangkat wajahnya tiba - tiba, memperhatikan Yuriel lebih dekat. Ia sedikit
mencondongkan kepalanya, lalu ia segera memberikan sebuah senyum manis,
lalu memundurkan tatapannya.

Pada saat nama Knights of the Blood sampai di telingan Yuriel, ia membuka
mata biru langitnya lebih lebar.

"KoB... aku mengerti, tak heran jika orang – orang itu dikalahkan dengan
mudah."

Asuna yang menyadari siapa orang yang dimaksud, meningkatkan


kewaspadaannya sambil berbicara.

"...Dengan kata lain, kamu kesini untuk menanyakan kejadian kemarin, benar
begitu kan?"

"Bukan, bukan, bukan untuk itu aku kemari. Malah kebalikannya; aku ingin
mengungkapkan rasa terima kasihku karena kalian melakukan hal seperti itu."

"..."

Menatap Kirito dan Asuna yang terdiam karena tidak memahami


maksudnya,Yuriel berterus terang akan maksud tujuannya kemari.

"Hari ini, aku datang ke sini karena aku ingin meminta bantuan kalian berdua."

"S-sebuah permintaan...?"

Rambut silvernya bergoyang karena mengangguk, si swordswoman dari the


Army melanjutkan perkataannya.

204 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Iya. Aku akan memulai penjelasanku dari sangat awal. Apa yang kita kenal
sebagai the Army, bukanlah nama yang terkenal jika dulu... alasan mengapa ALF
menjadi nama Army saat ini dikarenakan fakta bahwa si wakil ketua yang
mendirikan guild ini, seorang pria yang bernama Kibaou, sekarang ia menjadi
peminpin yang menguasai guild ini. Pada awalnya, ia memilih nama guild, MTD...
pernahkan kamu mendengarnya?"

Asuna tidak mengingat jika pernah mendengar nama itu sebelumnya, namun
Kirito memberikan balasan tiba – tiba.

"Nama itu mungkin sebuah singkatan dari «MMO Today». Pada waktu ketika
SAO dimulai, nama tersebut adalah situs perkumpulan informasi game terbesar
di jepang. Orang yang membentuk guild seharusnya menjadi seorang
administrator dari sana. Jika aku tak salah, namanya adalah..."

"Sinker."

Pada saat nama tersebut diucapkan, wajah Yuriel sedikit berubah.

"Dia... dulunya tidak ingin membuat organisasi sok kuasa seperti sekarang ini.
Apa yang ia inginkan hanyalah kesetaraan pembagian informasi serta sumber
makanan diantara pemain sebanyak mungkin..."

Bahkan setelah Asuna mengetahui keinginan serta gagalnya the «Army»


ketika waktu itu melalui desas – desus. Keinginan untuk memburu monster
dengan banyak orang, mengurangi tingkat bahaya sebanyak mungkin, melalui itu
semua mereka bisa mendapatkan pemasukan tetap dan pengeluaran yang
seimbang, tindakan seperti itu bukanlah suatu aib. Tatapi inti dari MMORPGs
adalah perebutan sumber daya oleh pemain untuk mereka sendiri, dan hal
tersebt tidaklah berubah bahkan bagi orang yang tak dikenal, tidak hanya kondisi
extreme yang ada di permainan seperti SAO. Tidak, sebenarnya, bisa dikatakan
bahwa kondisi seperti itu malahan semakin menguatkan.

Terlebih lagi, rencana serta kepemimpinan yang kuat bagi sebuah organisasi
sangat penting untuk mewujudkan keinginan organisasi, untuk tambahan juga,
the Army terlalu besar. Persembunyian dari item yang diperoleh semakin
merajalela, pemberontakan secara tiba – tiba terjadi satu persatu, lalu pemimpin
guild secara perlahan kehilangan kendali atas guildnya.

205 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Dan seseorang yang datang untuk memperkuatnya adalah laki – laki


bernama Kibaou."

Yuriel berbicara dalam nada yang tidak senang.

"Dia mendukung konsep individualise dari Sinker, lalu memulai memperkuat


struktur organisasi dengan pemain – pemain berlevel tinggi yang memiliki
pandangan yang sama, dan mengubah nama guild menjadi Aincrad Liberation
Force. Untuk tambahan saja, dia mendukung perburuan kriminal dan
memonopoli field dengan keefektifan diatas rata - rata, melalui penggunaan
kebijakan resmi. Dia setidaknya mempertimbangkan hubungan dengan guild lain
dengan cara mempertahankan etika berburu pada area – area setelahnya, dia
tetap memonopoli dalam periode waktu lama melalui berbagai cara kekerasan,
meningkatkan keuntungan guild dengan tajam, serta menyebabkan pendukung
Kibaou memperoleh kekuasaan politik secara cepat. Akhirnya, Sinker secara cepat
menjadi tak lebih dari pemimpin palsu... sedangkan pemain – pemain dari
kelompok Kibaou telah memulai tindakan pemerasan dibalik dalih «penagihan
pajak» bahkan di dalam batas kota. Kemarin, orang yang menyebabkan kalian
menemui keadaan berbahaya adalah bagian dari kelompok tersebut."

Yuriel mengmbil nafas, meminum teh yang Sasha buat lalu melanjutkan.

"Bagaimanapun juga, meskipun kelompok Kibaou memiliki kelemahan.


Mereka tak mencari apapun selain pengumpulan kekayaan, mereka juga hampir
tidak melanjutkan penyelesaian permainan ini. Kepercayaan pada mereka
menyebabkan suatu akhir, dan menjadi pembicaraan populer diantara para
pemain yang mengikuti Kibaou... Untuk mengendalikan ketidakpuasan tersebut,
Kibaou akhirnya memilih bertaruh. Bersama bawahannya, dia membentuk sebuah
party yang terdiri dari sepuluh pemain yang memiliki level paling atas, lalu
mengirim mereka untuk mengalahkan boss paling atas."

Asuna secara sengaja bertukar pandang dengan Kirito. Pemain dari the Army
yang bernama Colbert menantang boss lantai tujuh puluh empat «The
Gleameyes», tanpa persiapan yang tepat dan akhirnya tewas secara tragis,
sungguh kenangan yang buruk bagi Asuna.

"Bagaimanapun juga betapa tingginya levelmu sejak awal, ketika


dibandingkan dengan grup penyelesai, kita tak bisa menolak kurangnya

206 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

kecapakan yang dimiliki ... hingga akhirnya, party tersebut dihancurkan, ddan
yang terburuk adalah si pemimpin party tersebut tewas. Kibaou menyalahkan
hasil tersebut. Kita sedikit lagi hampir bisa untuk mengeluarkannya dari guild,
tetapi..."

Kerutan terbentuk di batang hidung Yuriel, lalu ia menggigit bibirnya.

"Tiga hari lalu, Kibaou mengambil tindakan berlebih karena ia diburu lalu
memasang sebuah perangkap kepada Sinker. Dia menggunakan kristal koridor
yang telah diatur menuju dungeon terdalam pada pintu keluarnya, dan Sinker
secara singkat langsung terbuang menuju dungeon tersebut. Pada waktu itu,
Sinker pergi tanpa membawa equipment miliknya karena percaya pada perkataan
Kibaou, 'Ayo berbincang tanpa menggunakan senjata,' serta di dungeon tersebut
seseorang tak akan bisa melewati mob monster dari bagian paling dalam dan
bisa kembali sendiri. Tampaknya ia juga tak membawa kristal teteport..."

"T- tiga hari telah berlalu...!? Sinker-san pasti...?"

Menghadap Asuna yang memberikan pertanyaan, Yuriel mengangguk ringan.

"Namanya pada «Monument of Life» masih belum terconteng, jadi tampaknya


ia berhasil menuju area aman. Akan tetapi, karena lokasi dungeonnya
kemungkinan berlevel tinggi, kami tak bisa mengambil tindakan apapun... kamu
tahu kan, pesan tak bisa dikirimkan jika di dalam dungeon, dan jendela
penyimpanan guild tak bisa diakses dari dalam sana, jadi kami juga tak bisa
mengirimkan kristal teleport."

Semenjak menggunakan Kristal koridor bisa mengirimkanmu ke tujuan


kematian, hal tersebut adalah salah satu teknik dasar yang biasa dikenal sebagai,
«Portal PK», Sinker seharusnya tahu akan hal tersebut. Akan tetapi, ia mungkin
tidak mempertimbangkan jika wakil ketua pada guild yang sama akan melakukan
tindakan seperti itu bahkan penuh penuh kebencian diantara mereka berdua.
Atau mungkin, Sinker hanya tidak ingin mempercayai fakta tersebut.

Karena kelihatannya ia bisa membaca pikiran Asuna, Yuriel berguman, "Dia


hanya orang yang terlalu baik," lalu melanjutkan.

207 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"...seseorang yang hanya bisa memanipulasi bukti seorang pemimpin guild,


the «Scroll of Contracts», adalah Sinker dan Kibaou, jika terus seperti ini, dengan
tidak kembalinya Sinker, manajemen guild dan semacamnya, bahkan masalah
keuangan; semua hal tersebut akan dikendalikan oleh Kibaou. Kewajiban untuk
mencegah Sinker jatuh kedalam perangkap bersama asistennya, adalah aku, dan
aku tak punya pilihan lain serta menyelamatkannya. Namun aku tak mungkin
melewati dungeon yang sulit demgam levelku saat ini; begitu juga memanggil
dukungan dari pemain the «Army»."

Ia menggigit bibirnya rapat, sebelum menatap lurus menuju Kirito lalu ke


Asuna.

"Dan pada waktu itu, aku mendengar kabar burung jika sepasang pemain
yang sangat kuat muncul di kota ini, oleh karenanya aku datang ke sini untuk
meminta bantuan, aku tak bisa mengabaikan situasi ini dan tak melakukan
apapun. Kirito-san— Asuna-san." Yuriel membungkuk dalam, lalu berbicara.

"Aku yakin ini sungguh tindakan yang lancang karena kita baru saja bertemu,
tetapi kumohon, bisakah kalian membantuku untuk menyelamatkan Sinker?"

Asuna menatap Yuriel sungguh – sungguh yang telah menyelesaikan cerita


panjangnya.

Ini menyedihkan untuk dikatakan sebenarnya, tetapi dalam SAO, kata – kata
dari orang lain tak bisa dipercaya sebegitu mudahnya. Bahkan untuk masalah
seperti ini, kemungkinan hal ini adalah konspirasi untuk memancing Kirito dan
Asuna menuju batas luar kota lalu melukai mereka berdua tak bisa diabaikan
begitu saja. normalnya, selama memiliki pengetahuan yang cukup tentang
permainan ini, mungkin bisa menemukan kebohongan pada cerita ini, namun tak
beruntungnya, Asuna dan teman – temannya mengetahui lebih motif asli yang
melibatkan the «Army».

Bertukar pandang dengan Kirito, Asuna membuka mulutnya untuk berbicara


dengan sopan.

"—Jika ada sesuatu yang bisa kami lakukan, kami seharusnya meminjamkan
kekuatan kami—itulah apa yang aku yakini. Tetapi tentang masalah yang terjadi,

208 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

pertama – tama kami harsu melakukanpenyelidikan terlebih dahulu setidaknya


untuk mengkonfirmasi ceritamu..."

"Seperti yang kuharapkan, aku seharusnya..."

Yuriel mengangguk sedikit.

"Aku menyadari bahwa ini mungkin permintaan yang tak masuk akal...
bagaimanapun juga, aku tak ingin garis horizontal terukir pada nama Sinker lebih
dulu pada «Monument of Life» di Black Iron Castle sekarang ini..."

Mata si pengguna cambuk berambut silver tampak meredup untuk


memperngaruhi perasaan Asuna. Ia ingin untuk percaya. Tetapi pada waktu yang
sama, pengalaman yang telah ia kumpulkan lebih dari dua tahun di dunia ini
memperingatkannya, bel alarm tentang bahaya menggoyahkan emosinya..

Melihat ke arah Kirito, ia juga tamapaknya kehilangan arah pikirannya sekali


lagi. Mata hitamnya bermaksud menampilkan gejolak hatinya, keinginan untuk
membantu Yuriel dan kuatir akan kesehatan Asuna.

—Kemudian itu terjadi. Yui yang terdiam cukup lama hingga kini tiba – tiba
mengangkat kepalanya darti cangkir lalu berbicara.

"Tak apa Mama. Orang ini tak berbohong kok."

Asuna kaget dan menatap Yui. Mengesampingkan isi perkataannya, kata –


kata Yui sungguh bahasa jepang yang fasih, tampaknya perkataan terputus –
putusnya kemarin suatu kebohongan.

"Yu... Yui-chan, apa kamu bisa memahami hal seperti itu...?"

Ditanyai pertanyaan oleh Asuna yang menatap wajahnya, Yui memberikan


anggukan.

"Un. Aku tak bisa... mencari kata – kata yang tepat, tapi aku mengerti..."

Setelah mendengar kata – kata tersebut, Kirito mengangkat tangan kanannya,


menyentuh kepala Yui. Kirito menatap Asuna lalu menyeringai. "Ayo percaya
padanya, daripada mencurigainya. Ayo pergi. Kita akan menangani ini."

209 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Kamu selalu tak memikirkan seperti sebelumnya, huh."

Menggoyangkan kepalanya ketika membalas, Asuna juga membelai rambut


Yui dengan tangannya.

"Maaf ya Yui-chan. Kami akan terlambat mencari teman – temanmu untuk


satu hari, maafkan kami ya."

Asuna berbisik dalam suara kecil, meskipun ia yakin jika Yui memahaminya Yui
tersenyum lebar dan mengangguk. Menggerakkian rambut hitamnya sekali lagi,
Asuna berbalik menghadap Yuriel dan berkiata sambil tersenyum.

"...Kami mungkin tak bisa membantu banyak, tetapi ijinkan kami


menemanimu. Keinginan menolong orang yang penting denganmu; aku juga
mengerti perasaan itu..."

Air mata menetes dari mata berwarna biru langit milik Yuriel, ia lalu
membungkuk dalam.

"Terima kasih... terima kasih banyak..."

"Simapn saja terima kasihnya setelah kita menyelamatkan Sinker-san."

Asuna memberikan senyum lainnya, dan Sasha yang sejauh ini melihat dalam
keheningan, menepukkan kedua tangannya.

"Maka dari itu, pastikan kalian mengisi perut dulu! Masih ada makanan yang
tersisa, kamu juga makanlah Yuriel-san." Cahaya matahari yang bersinar lemah di
awal musim dingin berwarna merah terang setelah melewati puncak pohon di
jalanan, menciptakan bayangan pada jalanan berbatu. Hampir tidak ada
seorangpun melalui jalanan di Starting City, dan jalanan yang membentang si
kejauhan, kesan suram benar – benar tak bisa ditolak.

Asuna mempercepat mengenakan equipmentnya melewati jalanan bersama


Kirito yang menggendong dibawah panduan Yuriel.

Asuna umumnya akan meninggalkan Yui bersama Sasha, akan tetapi Yui
bersikeras untuk ikut pergi bersama, akhirnya ia membawa Yui. Tantunya, sebuah
kristal teleport telah disiapkan didalam kantongnya. Jika situasi semakin

210 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

memburuk—meskipun mengganggu Sasha—mereka akan segera mundur


dungeon.

"Ah, sekarang aku kepikiran sesuatu, kamu masih belum menyebutkan al


penting."

Kirito memanggil Yuriel yang berjalan di depan.

"Dungeon tersebut ada di lantai berapa?"

Yuriel memberi sebuah jawaban sederhana.

"Di sini."

"...?"

Asuna menolehkan kepalanya secara naluri.

"Di sini... eh?"

"Itu, yah, di Starting City... ada sebuah dungeon besar di dalam tanah pada
pusat kota. Sinker mungkin... ada di bagian paling dalam..."

"Serius?"

Kirito berbicara seperti sedang mengerang.

"Tak ada dungeon seperti itu ketika beta test. Mungkin salah..."

"Pintu masuk menuju dungeon tersebut ada di Black Iron Castle— dengan
kata lain markas pusat the Army. Dungeon tersebut bukanlah jenis dungeon yang
akan terbuka jika kamu menyelesaikan lantai atas, serta dungeon tersebut baru
ditemukan ketika Kibaou datang untuk memperkuat, mereka tampaknya ingin
memonopoli dungeon tersebut dengan kelompok mereka sendiri. Dungeon
tersebut masih menjadi rahasin unruk sementara waktu bahkan dari Sinker, dan
tentunya dari aku..."

"Jadi begitu. Ada banyak item langka yang muncul ketika di dalam dungeon
yang masih belum dijelajahi. Mereka pasti mendapat keuntungan dari itu."

211 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Well, tidak sepenuhnya benar si."

Nada Yuriel kehilangan kesenangan.

"Meskipun dungeon itu ada di bawah tanah, tingkat kesulitannya benar –


benar tinggi... bahkan diantara monster bawah tanah, level mereka hampir
mendekati monster yang ada di lantai enam puluh. Party yang dipimpin Kibaou
beberapa waktu yang lalu dihancurkan dan mereka melarikan diri dengan
berteleport keluar. Bersyukurlah karena mereka terburu – buru menggunakan
kristal,kita bisa masuk sejauh ini."

"Hahaha, aku mengerti."

Yuriel membalas tawa Kirito dengan senyuman, tetapi langsung hilang


tergantikan kemurungan.

"Bagaimanapun juga sekarang ini, itulah alasan menyelamatkan Sinker


menjadi sulit. Kristal koridor yang digunakan Kibaou menempatkannya agak
dalam, lalu ia berlari kesana kemari, menjauhi monster – monster... Sinker
mungkin berada di ujungnya. Tak mungkin bagiku untuk menangani monster
tersebut jika satu lawan satu, dan melawan mereka yang saling berkaitan
sungguh tak mungkin. —Maaf, tapi kalian berdua akan..."

"Ah, yah jika merka berlevel sekitar enam puluhan..."

"Kami seharusnya bisa menanganinya."

Mengikuti pernyataan Kirito, Asuna mengangguk. Untuk dungeon lantai enam


puluh, level 70 bisa menanganinya, akan tetapi level Asuna yang kini ia telah
capai adalah level 87, sementara Kirito telah mencapai level 90. Dengan ini,
kelihatannya kita mungkin bisa melalui dungeonini sambil melindungi Yui, dan
Asuna melepas ketegangan di pundaknya penuh senang. Bagaimanapun juga,
Yuriel melanjutkan perkataannya tanpa kehilangan ekspresi cemasnya.

"...Dan juga, ada hal lain yang perlu kita perhatikan. Informasi ini aku dapat
dari pemain yang ikut serta dalam party sebelumnya, di dalam dungeon ini...
monster besar terlihat; kelihatannya seperti boss..."

"..."

212 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna bertukar pandang dengan Kirito.

"Boss ini mungkin berlevel sekitar enam puluhan... bagaimana penampilan


boss dari lantai enam puluhan?"

"Eh, yah, aku yakin... boss itu kelihatan seperti seorang kesatria ber armor yang
terbuat dari batu."

"Ah, yang itu huh. ... tak terlalu sulit jika aku tak salah..."

Menghadap Yuriel, ia mengangguk sekali lagi.

"Well, kita mungkin bisa dengan mudah mengatasinya."

"Syukurlah kalau begitu!"

Yuriel akhirnya mengurangi ketegangannya lalu melanjutkan perkataannya


sambil berkedip,karena ia kira ia melihat sesuatu yang mempesona.

"Benar... kalian berdua telah berpengalaman dengan pertarungan melawan


boss... Maaf telah mengambil waktu berharga kalian..."

"Tidak, kami masih berlibur kok."

Asuna melambaikan tangannya.

Setelah mereka bercakap - cakap, bentuk dari bangunan besar yang berkilau
hitam mulai tampak di jalan didepan mereka.. bangunan ini adalah bangunan
terbesar yang ada di Starting City, the «Black Iron Castle». Di ruang depan setelah
masuk melalui gerbang utama, Monument of Life» dengan nama setiap pemain
tercatat, berdiri tegak disana, meskipun setiap orang bisa masuk hingga titik ini,
kebanyakan ruang yang lebih dalam telah dikontrol sepenuhnya oleh the Army.

Yuriel tidak masuk melalui pintu utama, melainkan melalui pintu belakang.
Tembok kastil tinggi serta parit dalam mengelilingi kastil ini, menolak penyusup
hingga selamanya. Bebar – benar tak ada manusia yang melewatinya..

213 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Setelah berjalan beberapa menit, tempat yang Yuriel datangi adalah jalanan
menurun, turun hingga dimana dekat dengan permukaan air parit. Mengintip
kedalam, ada jalan lebar terbuka di sisi kanan tangga.

"Kita akan masuk ke aliran pembuangan kastil dari sini dan menuju pintu
masuk dungeon. Mungkin akan sedikit gelap dan sempit..."

Yuriel menghentikan perkataannya disana, memandang Yui yang masih di


lengan Kirito dengan penuh perhatian. Oleh hal ini, Yui tak senang dan terlihat
marah,

"Yui tak takut!"

Setelah itu. Sebuah senyum keluar dari Asuna karena meluhat situasi ini.

Kepada Yuriel, Yui mengatakan tak lebih dari, "Kami tinggal bersama." Ia tak
mencoba untuk mengetahui lebih dari itu, namun Yuriel mungkin keberatan
membawa Yui kedalam dungeon.

Asuna berbicara untuk mengurangi kekhawatirannya.

"Tak apa; anak ini lebih waspada dari penampilannya."

"Yep. Ia pasti menjadi seorang swordswoman yang kuat di masa depan."

Dengan kata – kata Kirito, Asuna memandangnya dan tersenyum, lalu Yuriel
mengangguk

"Okelah, ayo pergi!"

"Nuooooo"

Pedang di tangan kanan memotong monster dengan sebuah tebasan,

"Ryaaaaaaa"

Dan pedang di tangan kiri meledakkannya.

214 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Mengequip dua pedang untuk pertama kalinya sementara, Kirito melepaskan


energi yang di simpannya selama liburan ini, menebas musuh – musuh tanpa
berhenti satu sama lain. Asuna yang memegang tangan Yui, serta Yuriel yang
menggenggam cambuk metalnya tak memiliki kesempatan untuk membantu.
Setiap kali kelompok musuh yang terdiri dari monster katak besar yang di
selubungi smile, monster type udang yang memiliki pencapit hitam kemilau, dan
semacamnya muncul, Kirito menebas mereka semua dengan penuh kemarahan
dari pedang di tangan kanan dan kirinya tanpa menyisakan apapun.

Dalam pikiran Asuna hanya terlintas, "Oh, ya ampun," akan tetapi Yuriel ternga
– nga menatap Kirito yang sedang dalam mode mengamuk dengan penuh
kekaguman. Mungkin ini tontonan yang terlalu berbeda diluar pengetahuannya .
sementara Yui menyoraki dengan polosnya untuk mengurangi ketegangan yang
ada di udara "Papa, lakukan yang terbaik,"

Beberapa menit telah berlalu sejak mereka memasuki gelapnya bawah tanah
yang penuh air, hingga hingga menyerbu dungeon ini dari batu hitam
sebelumnya. Tempat ini lebih lebar, dalam, dan terisi oleh monster daripada yang
diharapkan, tetapi Kirito menerobos keseimbangan game, mengayunkan
sepasang pedangnya dengan penuh kekuatan, sementara dua swordswomen
hanya terdiam.

"We... Well, aku sungguh minta maaf karena membiarkan kalian mengurus
ini..."

Menatap Yuriel yang penuh penyesalan sambil menunduk, Asuna hanya


tersenyum masam.

"Tidak, pertarungan tadi benar – benar memikat... taka pa kok membiarkannya


melakukan hal itu."

"Hei, apa – apaan itu, itu mengerikan."

Kirito kembali dengan kesal setelah menghancurkan kelompok monster


karena perkataan Asuna sampai di telinganya.

"Jadi ingin switch?"

"...Se- sedikit lagi."

215 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna dan Yuriel akhirnya tersenyum setelah saling tatap.

Setelah si pengguna cambuk berambut silver melambaikan tangan kirinya


karena ingin menampilkan peta, ia menunjuk titik bercahaya yang
melambangkan tanda seorang teman, menunjukkan posisi Sinker. Karena ia tak
memiliki peta dungeon, jalanan menuju titik bercahaya masih kosong, akan tetapi
mereka telah mencapai tujuh puluh persen dari jarak total.

"Posisi Sinker tidak berubah setelah beberapa hari. Aku yakin ia berada di area
aman. Jika kita bisa sampai kesana, kita bisa menggunakan kristal untuk mundur,
jadi... maaf, aku akan mengandalkan kalian sedikit lagi."

Yuriel menundukkan kepalanya, Kirito bingung sambil melambaikan


tangannya.

"T- tidak, kami melakukan ini karena kami ingin, dan juga ada item yang
dijatuhkan, jadi..."

"Oh?"

Asuna menjawab secara reflek.

"Apa ada item bagus yang jatuh?"

"Yup."

Kirito memanipulasi jendelanya dengan cepat, lalu daging merah kehitaman


muncul dari sana dengan suara gemerincing. Wajah Asuna membeku memikirkan
bagaimana anehnya yang ia rasakan.

"Ap... Apa sih itu sebenarnya?"

"Daging katak! Kamu pasti berkata jika daging ini enak jika dibandingkan
dengan daging lain, pastikan untuk memasaknya nanti ya."

"Aku. Tak akan memasaknya!!"

216 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna berteriak dan juga membuka jendelanya. Membuka penyimpanan yang


terhubung dengan Kirito, ia menggeser item yang bernama «Scavenger Meat
x24», ltu tanpa ampun membuangnya ke tanda tempat sampah.

"Ah! Aaaaaa..."

Menatap Kirito yang terlihat kesal dan mengomel, Yuriel tak bisa membantu
namun tertawa sambil memegangi perutnya, meskipun ia mencoba untuk
menahannya. Tepat pada saat itu,

"Kakak akhirnya bisa tertawa!"

Yui berteriak gembira. Yuriel juga menyeringai lebar.

Melihat hal tersebut, Asuna mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Hari
sebelumnya, ketika Yui mengejang juga tepat setelah anak – anak tertawa
bersama setelah mengalahkan orang – orang dari the Army. Tampaknya gadis ini
memiliki sensifitas yang unik terhadap orang – orang di sekitarnya. Apakah ia
terlahir dengan kepribadian seperti itu, atau mungkin karena perasaan sakit yang
selama ini ia derita— Asuna menggenggam tangan Yui, memeluknya lebih dekat.
Ia bersumpah akan selalu tersenyum di sisi gadis ini.

"Well, ayo kita lanjutkan!"

Merespon suara Asuna, party tersebut melangkah semakin dalam menuju


dungeon.

Kelompok monster kebanyakan terdiri dari makhluk air sejak mereka


memasuki dungeon, kini telah berubah menjadi type hantu, seperti zombie serta
hantu, karena mereka menuruni tangga, udara dingin terasa sampai ke hati
Asuna, namun sepasang pedang milik Kirito masih lanjut menebas sosok – sosok
musuh yang muncul secara sekejap tanpa menunjukka keragu – raguan.

Normalnya, sedikit tak terhormat bagi pemain berlevel atas untuk berburu ke
area di bawah level mereka, tetapi hal tersebut tak perlu dipikirkan saat ini karena
tak ada seorangpun disini. Jika ada waktu luang, akan jadi kesempatan bagi Yuriel
yang bertugas sebagai penduking untuk naik level, kan tetapi menyelamatkan
Sinker lebih diprioritaskan saat ini.

217 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dalam dua jam yang telah berlalu sekejap mata, jarak mereka dengan posisi
Sinker yang berada di area aman dalam peta semakin berkurang. Tak tahu berapa
banyak monster yang ditumbangkan karena pedang milik Kirito menghancurkan
swordsmen tengkorak hitam menjadi berkeping – keping, dan mereka akhirnya
menangkap sedikit cahaya tepat di depan mereka.

"Ah, itu zona aman!"

Ketika Asuna berucap, Kirito juga mengangguk untuk memastikan dengan


skill deteksinya.

"Ada seseorang di dalam sana. Dia aman."

"Sinker!"

Yuriel berteriak lalu berlari demham armornya yang berdenting, ia tak bisa
menahan dirinya lebih lama. Kirito menurunkan dua pedangnya dan mengikuti di
belakangnya bersama Asuna yang memegang Yui.

Mereka berlari menuju cahaya itu. Ketika mereka melewati jalanan yang
berbelok ke kanan setelah beberapa detik, di depan cabang dari jalan tersebut
sebuah ruang kecil dapat terlihat.

Karena mata mereka membiasakan diri terhadap kegelapan, ruang tersebut


terisi cahaya yang cukup terang yang bisa menytilaukan mereka, dan seorang laki
– laki berdiri di pintu masuknya. Wajahnya tak terlihat karena cahaya di
belakangnya, akan tetapi ia melambaikan tangannya dengan liar menuju arah
sini.

"Yurieeel!!"

Pada saat ia meyakinkan sosok tersebut, si laki – laki meneriakkan nama Yuriel.
Yuriel juga melambaikan tangan kirinya sambil berlari lebih cepat.

"Sinkerrr!!"

Suaranya tercampur dengan air mata, tangisan si pria—

"Jangan datang lebih dekat!! Jalanannya...!!"

218 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Mendengar hal itu, Asuna melambatkan langkahnya penuh tanya. Tampaknya


kata – kata tersebut tak sampai ke telinga Yuriel. Ia tetap berlari menuju ruang di
depannya.

Pada saat itu juga.

Beberapa meter sebelum area aman, di titik buta pada sisi kanan, pada jalan
kecil yang memotong jalanan tempat mereka bertiga berlari, kursor kuning yang
tak di harapkan muncul. Asuna dengan cepat mengecek namanya. Yang bisa
ditampikan adalah «The Fatal-scythe»— Dengan arti nama scythe yang
memotong takdir, nama itu juga memiliki "The" yang terlampir. Sebuah bukti jika
monster itu adalah boss. "Jangan!! Yuriel-san, mundurlah!!"

Asuna berteriak. Kursor kuning bergerak perlahan ke sisi kiri, mendekati


persimpangan jalanan. Jika seperti ini, Yuriel akan berlari ke persimpangan
tersebut. Hanya tersisa beberapa detik.

"Ku-!!"

Tiba – tiba Kirito yang berlari di sisi kiri Asuna telah menghilang.
Kenyataannya, ia telah berlari dengan kecepatan yang dasyat. Tembok di
sekeliling bergetar karena suara tubrukannya.

Ia telah sampai beberapa meter dengan kecepatas seperti teleport, lalu Kirito
memegang Yuriek dari belakang dengan tangan kanannya, ia mendorong
pedang di tangan kirinya ke jalanan batiu di bawahnya dengan seluruh
kekuatannya. Suara logam terdengar hebat sekali. Percikan tak terhitung muncul.
Mengeluarkan rem mendadak bisa membakar udara, di tempat Kirito dan Yuriel
berhenti tepat di depan persimpangan, tanahnya meraung seperti suatu getaran
karena raksasa bayangan hitam melewatinya.

Kursor kuning yang menyergap pada jalanan di sisi kiri akhirnya berhenti
setelah sepuluh meter. Monster yang tingginya tak diketahui ini merubah
arahnya dan muncul sekali lagi.

Kirito melepaskan Yuriel dan menarik pedangnya yang tertancap ke lantai, ia


melompat ke kiri. Asuna mengikuti dalam bingung.

219 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Menggoncangkan Yuriel yang terjatuh karena syok, Asuna mendorongnya


menuju sisi yang berlawanan persimpangan. Menurunkan Yui dari lengannya dan
menyerahkannya ke Yuriel, Asuna hanya memberikan sedikit perintah.

"Mundurlah ke area aman bersama anak ini!"

Si pengguna cambuk mengangguk dengan wajah pucatnya, ia menyetujui


untuk membawa Yui ke dalam ruangan, Asuna menghunus rapier miliknya sambil
berbelok kea rah kiri.

Sosok punggung Kirito masih berdiri dengan dual blades miliknya memasuki
pandangan Asuna. Apa yang terlihat di sana adalah sesosok humanoid berjubah
hitam setinggi dua setengah meter.

Dengan tudungnya, tangan si boss yang bergelayut mengintip dari jubah


benar – benar hitam. Di dalamnya tampak wajah yang suram, di dalamnya hanya
ada sepasang bola mata penuh energi, urat nadinya bisa terlihat seolah
menatapo Kirito dan Asuna. Dia memegang sabit besar berwarna hitam di tangan
kanannya. Dari sisi sudutnya, noda merah menetes turun, tetes demi tetes. Secara
keseluruhan, boss ini memiliki tubuh seperti seorang dewa kematian.

Bola mata sang dewa kematian berputar lalu menatap lurus ke arah Asuna.
Tepat setelahnya, hawa dingin merasuki seluruh tubuhnya seolah hatinya di
cengkram oleh ketakutan.

Tampaknya level boss ini masih bisa diatasi.

Dengan pikiran seperti itu di kepalanya, saat ia menyiapkan rapier miliknya


sekali lagi, Kirito berkata keras dari depannya. "Asuna, temani mereka bertiga ke
area aman lalu larilah dengan kristal."

"Eh...?"

"Boss ini sungguh kuat. Bahkan skill identifikasiku tak bisa menemukan data
apapun. Dalam hal kekuatan, rangking boss ini mungkin sekitar lantai Sembilan
puluh."

"...?"

220 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna kehilangan nafasnya serta terdiam kaku. Bahkan ketika saat ini si dewa
kematian perlahan bergerak melewati udara, mendekati mereka berdua.

"Aku akan mengulur waktu, cepatlah keluar dari sini!!"

"Ki- Kirito juga, kita berdua harus..."

"Aku akan mengerjarmu! cepatlah...!!"

Jika kristal teleport digunakan sebagai pilihan terakhir untuk mundur, kristal
itu bukanlah alat yang cukup kuat. Diantara celah ketika memegang kristal dan
menentukan tujuan, lalu melakukan teleportasi, ada jeda waktu beberapa detik.
Jika seseorang menerima serangan dari monster di antara jeda waktu itu,
teleportasinya akan gagal. Ketika serangkaian perintah gagal dalam sebuah party,
karena orang – orang mundur atas keinginan mereka sendiri, maka sisanya akan
menjadi korban karena tak bisa mengulur waktu untuk teleport.

Asuna tampak bimbang. Jika mereka berempat melakukan teleport terlebih


dahulu, dengan kemampuan berlari Kirito, ia bisa berlari menuju area aman. Akan
tetapi, perubahab kecepatan yang di tunjukkan si boss sebelumnya benar – benar
mengerikan. Jika— ia lari terlebih dahulu lalu setelahnya jika Kirito tidak muncul.
Pikiran seperti itulah yang tak bisa Asuna tahan.

Asuna memandang jalan si sisi kanannya.

—Maaf Yui-chan. Meskipun aku berkata akan selalu bersama...

Berbisik seperti itu dari dalam hatinya, ia berteriak.

"Yuriel-san, aku akan menyerahkan Yui padamu! Kalian bertiga cepatlah lari!"

Yuriel menggelengkan kepalanya, ekspresinya tampak membeku.

"Aku tak bisa... melakukannya..."

"Cepat!!"

Ketika itu. Si dewa kematian mengayunkan sabit lebarnya dengan sepenuh


tenaga, racun menyebar dari dalam tudungnya.

221 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kirito menyilangkan pedang di tangannya, memaksakan berdiri di hadapan


Asuna. Asuna secara panik mendekat dari belakang, bertemu dengan dua
pedang milik Kirito dengan rapier di tangan kanannya. Si dewa kematian tanpa
memedulikan ketiga pedang, masih menebaskan sabitnya ke bawah, mengincar
kepala mereka berdua.

Sebuah kilatan merah. Sebuah hantaman.

Asuna merasakan dirinya berputar beberapa kali. Pertama, ia terlempar ke


tanah, lalu menghantam langit - langit, dan terjatuh kembali ke tanah sekali lagi.
Nafasnya terhenti, dan pandangannya mulai berubah gelap.

Kesadarannya mulai kabur, ia melihat HP bar milik Kirito dan miliknya sendiri,
keduanya telah berkurang hingga setengah dalam sekali pukul. Indikator kuning
sebagai tanda paralyze semakin membuat Asuna khawatir, mereka tak mampu
untuk bertahan dari serangan selanjutnya. Ia harus berdiri. Itulah yang ia pikirkan,
akan tetapi tubuhnya tak bisa bergerak—

—Tepat pada saat itu.

Langkah pendek demi langkah pendek terdengar, ia mendengar langkah kaki


tersebut semakin mendekat dengan pendengarannya. Menolehkan
pandangannya, ia bingung, suara langkah kaki anak – anak, langkah kaki tersebut
mendekat tanpa mempedulikan bahaya yang memasuki pandangannya.

Tangan dan kaki langsing. Rambut hitam panjang. Itu Yui yang seharusnya
berada di dalam area aman dibelakang mereka. Mamandang tanpa ketakutan, ia
menatap lurus menuju si dewa kematian yang begitu besar.

"Idiot!! Cepat lari!!"

Berjuang untuk menggerakkan tubuh bagian atasnya, Kirito berteriak. Si dewa


kematian memegang sabitnya ke atas secara perlahan sekali lagi. Jika Yui
menerima serangan dalam jarak seperti ini, HP milik Yui akan benar – benar
habis. Asuna juga berusaha untuk menggerakkan mulutnya. Tetapi karena
mulutnya kaku, ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun.

Tetapi sesaat kemudian, sesuatu yang tak bisa dipercaya terjadi.

222 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Tak apa – apa, Papa, Mama."

Bersama kata – kata tersebut, tubuh Yui perlahan mengambang di udara.

Itu bukan lompatan. Ia tampaknya bergerak dengan sayap tak terlihat, Yui
berhenti pada ketinggian dua meter. Ia mengangkat tangan kanannya perlahan
di tengah udara.

"Jangan...! Menyingkirlah!! Menyingkirlah Yui-chan!!"

Bersamaan dengan teriakan Asuna, sabit si dewa kematian terayun tanpa


belas kasihan, memperlihatkan garis cahaya hitam kemerahan. Ujung sabit
mengarah langsung menuju telapak tangan putih milik Yui—

Tepat sebelum itu terjadi, tangan Yui terhalangi oleh pelindung keunguan,
diikuti dentuman yang begitu keras. Sistem tag yang mengambang di tangan Yui
menyebabkan Asuna diam membatu.

[Immortal Object], itulah apa yang tertulis disana. Immortality— bukanlah


atribut pemain yang bisa bisa diperoleh.

Mata si dewa kematian berputar, seolah ia bingung. Secara tiba – tiba


setelahnya sebuah fenomena yang mengejutkan Asuna terjadi.

"Gouu!!," bersama dengan suara itu, api merah muncul, menggulung – gulung
di depan dengan tangan Yui sebagai pusatnya. Api tersebut menyebar semakin
luas secara tiba - tiba, sebelum akhirnya memadat dan bergabung menjadi
bentuk panjang nan tipis.. sekilas, api tersebut berubah menjadi pedang panjang.
Sebuah pedang yang menyala dari api terbentuk dari api sebelumnya, kini
semakin memanjang tanpa batas.

Pedang besar yang muncul di tangan kanan Yui kini memiliki panjang yang
melampaui tinggi tubuhnya. Pancaran cahaya dari pinggir logam tampaknya
menyinari seluruh lorong. Karena memegang api dari pedang, pakaian musim
salju yang dikenakan Yui terbakar seketika. Dari baliknya, baju putih satu setel
yang dikenakan pertama kalinya muncul. Cukup aneh karena angin dari api tak
membakar baju tersebut, begitu juga rmbut hitam panjangnya seolah tak terkena
efek.

223 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Yui mengayunkan pedang yang melampaui tingginya secara sederhana—

Tanpa menunjukkan keragu – raguan, Yui menantang si dewa kematian seolah


ia memukulkan api.

Meskipun tindakannya tersebut tak lebih dari algoritma sederhana dari sistem,
dalam mata merah si monster, Asuna yakin ia melihatnya penuh dengan
ketakutan yang sangat jelas.

Mengggunakan pedang yang terbuat dari api, Yui mengubah udara menjadi
raungan yang memekakan. Si dewa kematian mengangkat sabitnya dan
membuat posisi bertahan, tampaknya ia terlihat ketakutan oleh si gadis yang
lebih kecil darinya. Maju ke depan, Yui mengayunkan pedang besar menyalanya
dengan sepenuh kekuatan.

224 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

225 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Pedang memancarkan api yang begitu hebat bertubrukan dengan sabit.


seketika, gerakan keduanya terhenti.

Tanpa menunggu waktu untuk berpikir, pedang api milik Yui bergerak sekali
lagi. Logamnya tampak berkobar dengan jumlah api yang begitu banyak, cahaya
dari pedang menggerogoti gagang sabit secara perlahan. Dengan kekuatan yang
cukup untuk mematahkan apapun,akan tetapi rambut panjang dan baju satu
setelnya juga jubah si dewa kematian berkelap – kelip di belakangnya,
menyebabjan percikan cahaya pada saat yang sama, menyinari bangunan dalam
dungeon menjadi orange.

Tanpa lama—

Bersamaan dengan suara ledakan, "Gou," sabit si dewa kematian patah


menjadi dua. Diikuti pedang besar kini telah berubah menjadi tiang api,
menyerang langsung ke tengah – tengah wajah si boss.

"-h...!!"

Asuna dan Kirito mengedipkan mata mereka serta melindungi wajahnya


secara reflek karena bereaksi terhadap kekuatan yang hebat dari bola api yang
muncul pada saaat itu. Pada saat yang sama Yui menebaskan pedangnya ke
bawah, bola api tersebut meledak, si dewa kematian tertelan oleh putaran api
yang mengalir ke lorong – lorong. Dalam raungan tersebut, suara menderita dari
si dewa kematian terdengar. Ketika mereka membuka mata karena silau dari api,
sosok monster boss tak lagi tampak. Api kecil tersisa di sisi belakanglorong,
membuat suara gemericik. Dan di tengahnya, masih berdiri sendiri, dengan
tatapan putus asa. Pedang api yang masih berdiri di tanah, hancur lalu
menghilang seperti saat pedangnya di materialisasikan.

Asuna berdiri setelah memperoleh kekuatan di tubuhnya, perlahan berdiri


menggunakan rapier miliknya sebagai pembantu. Kirito juga berdiri setelahnya.
Mereka berdua menghampiri si gadis dengan langkah terbata – bata.

"Yui... chan..."

226 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna memanggilnya dengan suara serak, si gadis berbalik tanpa membuat


suara. Bibir kecilnya menunjukkan subuah senyuman, akan tetapi bata hitamnya
berlinang air mata yang begitu banyak.

Yui manatap Asuna dan Kirito kemudian ia berkata lirih.

"Papa... Mama... Sekarang aku mengingat segalanya..."

Area aman dari bagian terdalam labirin bawah tanah Black Iron Castle
berbentuk kotak sempurna. Hanya ada satu pintu masuk, dan di tengahnya batu
hitam halus berbentuk kubus tampak seperti meja. Asuna dan Kirito menatap Yui
yang duduk di tengah, ia terdiam.. Yuriel dan Sinker yang di minta lari terlebih
dulu, jadi hanya ada mereka bertiga sekarang ini.

Ingatanku telah kembali, dengan kata tersebut, Yui selama beberapa menit tak
bicara. Ekspresinya entah bagaimana tampak berduka seolah ia ragu – ragu untuk
berbicara, namun Asuna memantapkan hatinya lalu bertanya.

"Yui-chan... Apakah kamu mengingat...? Semuanya hingga sekarang..."

Yui masih terlihat putus asa, akan tetapi ia akhirnya mengangguk dengan
ekspresi campuran antara tersenyum dan menangis, lalu ia membuka bibir
mungilnya.

"Iya... aku akan menjelaskan semuanya— Kirito-san, Asuna-san."

Saat Asuna mendengar nada bicara sopannya, hati Asuna tertekan oleh
dugaan muram. Percaya karena sesuatu akan segera berakhir.

Di dalam ruang berbentuk kotak ini, kata – kata Yui perlahan terucap.

"Dunia ini bernama «Sword Art Online», ia diatur oleh satu sistem yang besar.
Nama sistem tersebut adalah «Cardinal». Dunia ini diatur berdasarkan keputusan
Cardinal. Pertama - tama, Cardinal tidak dirancang untuk keperluan manusia.
Dengan dua program inti yang saling melakukan koreksi kesalahan secara
bersamaan, dan tak terhitung jumlah program – program rendah, ia mengatur isi
dunia ini... AI untuk monster dan untuk NPC, keseimbangan peredaran item serta
uang, apaun dan semuanya diatur oleh kelompok program dibawah perintah
Cardinal. —Akan tetapi, ada satu hal yang harus diserahkan kepada manusia.

227 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Gagasan masalah dalam kondisi mental para pemain; itulah hal yang hanya bisa
diselesaikan oleh manusia sendiri... untuk tjuan itu, berlusin – lusin anggota staf
harus disiapkan."

"GM..."

Kirito berbicara dengan sedikit menghembuskan nafas.

"Yui, dengan singkatnya, apa kamu seorang game master...? staf dari Argus...?"

Setelah beberapa detik terdiam, Yui menggelengkan kepalanya perlahan.

"...Ketika pengembang Cardinal mempercayakan kondisi pemain pada sistem,


mereka mengetes beberapa program. Menggunakan fitur unik dari Nerve Gear,
program tersebut memonitori kondisi emosi pemain secara mendetail, dan
program tersebut akan muncul di sisi pemain ketika menemukan masalah untuk
didengarkan... «Mental Health - Counselling Program», MHCP versi 1, codename,
«Yui». Itulah aku sebenarnya." Nafas Asuna seolah tertarik keluar saking shoknya.
Ia tak bisa menahan apa yang baru saja Yui katakan.

"Progam...? Maksudmu seorang AI...?"

Asuna berbicara dengan suara lirih. Yui mengangguk, senyuman sedih tampak
dari wajahnya.

"Untuk menenangkan para pemain, aku diberikan fungsi emosi tiruan. —Palsu,
semuanya ini palsu... bahkan air mata ini... Maaf Asuna-san..."

Air mata menetes dari mata Yui, lalu menjadi pertikel cahaya dan menghilang.
Asuna mengambil satu langkah kedepan menuju Yui. Ia membuka tangannya,
namun Yui sedikit menggelengkan kepalanya. Seolah jika— Yui tak berhak untuk
menerima pelukan Asuna.

Masih tak mempercayai situasi ini, Asuna memaksa mengeluarkan kata –


katanya.

"Tapi... tapi, ingatanmu yang hilang...? Apakah mungkin hal seperti itu terjadi
pada seorang AI...?"

228 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"...Dua tahun lalu... hari ketika layanan SAO dimulai secara resmi..."

Yui menurunkan matanya sambil melanjutkan penjelasannya.

"Meskipun aku tak tahu secara detailatas apa yang sebenarnya terjadi,
Cardinal memberiku perintah yang tak direncanakan kepadaku. Sebuah larangan
untuk berinteraksi dengan semua pemain.. tak diijinkan untuk mengadakan
kontak dengan mereka secara nyata, aku dengan enggan tak melakukan apapun,
hanya memonitori kondisi kesehatan mental para pemain."

Asuna bereaksi; ia menduga jika «perintah tak direncana» adalah manipulasi


yang dilakukan oleh GM SAO, Kayaba Akihiko. Yui menggerakkan bibir kecilnya
sekali lagi, wajahnya tampak tenggelam dalam duka cita.

"Situasi itu— benar – benar terburuk... dengan mudah emosi para pemain
dikuasai oleh emosi negative seperti ketakutan,keputus-asaan, dan kemarahan
sepanjang waktu; pada saat itu, ada beberapa yang menjadi gila. Aku terus
melihat kedalam hati orang – orang itu. Pada dasarnya, aku tak bisa
menghentikan diriku untuk mendatangi para pemain tersebut, mendengarkan
cerita mereka lalu memnylesaikan masalahnya... tetapi aku tak bisa melakukan
kontak dengan mereka pada saat itu... karena merasakan perlawanan antara
kewajibanku namun dihalangi oleh wewenang dari Cardinal, aku perlahan
mengalami eror dan akhirnya rusak..."

Di dalam labirin bawah tanah, suara Yui terasa hening, seperti getaran perak.
Asuna dan Kirito tak bisa membantu namun mendengarkan penuh perhatian
tanpa mengutarakan sepatah katapun.

"Suatu hari, ketika aku memonitori seperti biasa, aku menyadari parameter
mental milik sepasang pemain yang berbeda dari pemain lainnya. Aku tak pernah
menjumpai pola piker seperti itu. Kenikmatan... kedamaian... bukan hanya itu
saja... apa sebenarnya perasaan tersebut; memikirkan itu, aku melanjutkan
melihat mereka berdua. Hasrat misterius tunbuh semakin tinggi dalam diriku
ketika aku mengintip percakapan dan tindakan mereka. Rutinitas seperti itu tak
pernah ada, namun... aku ingin lebih dekat dengan mereka berdua... untuk
mengenalnya, aku ingin bercakap – cakap dengan mereka secara langsung...
berharap utuk semakin lebih dekat, bahkan mengenalnya, aku bertanya – tanya

229 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

setiap hari, melalui sistem konsol terdekat di rumah pasangan tersebut tinggal.
Aku yakin jika aku rusak pada waktu itu..."

"Dan di hutan lantai dua puluh dua...?"

Yui mengangguk sedikit.

"Iya. Kirito-san, Asuna-san... aku selalu ingin bertemu... bertemu dengan kalian
berdua... di hutan ituketika aku melihat kalian berdua... aku benar – benar merasa
senang... sungguh aneh; tak mungkin jika aku bisa berpikir seperti itu... aku tak
lebih dari, sebuah program..."

Berlinangan air mata, Yui menutup mulutnya. Asuna tertusuk oleh perasaan
yang tak bisa dideskripsikan, memegang kedua tangannya dengan erat, sebulum
ke dadanya.

"Yui-chan... kamu seorang true AI kan? Jadi kamu memiliki kecerdasan yang
sebenarnya kan...

Ia berbisik, Yui menurunkan kepalanya sedikit lalu menjawab.

"Aku.. tak mengerti... sebenarnya, apa yang telah terjadi padaku..."

Pada saat itu, Kirito yang terdiam selama ini, melangkah kedepan.

"Yui bukanlah sebuah program yang dikendalikan sistem. Terlebih lagi, kamu
bisa mengataklan keinginanmu sendiri." Kirito berkata dengan suara lembut

"Apa yang kamu inginkan, Yui?"

"Aku... Aku ingin..."

Yui merentangkan lengan mungilnya kearah Kirito dan Asuna.

"Untuk selalu, bersama dengan... Papa... Mama...!"

Tanpa mengusap air mata yang menetes di wajahnya, Asuna berlari ke arah
Yui memeluk erat tubuh kecilnya.

"kita akan selalu bersama Yui-chan."

230 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Setelahnya, Kirito juga melingkarkan lengannya di antara Yui dan Asuna.

"Aah... Yui adalah anak kami. Ayo pulang ke rumah. Kita akan hidup bersama...
selamanya..."

Akan tetapi— di dalam pelukan Asuna, Yui menggelengkan kepalanya


perlahan.

"Eh..."

"Sudah... sudah terlambat..."

Kirito bertanya kebingungan.

"Mengapa... mengapa terlambat..."

"Alasan mengapa aku mendapatkan kembali ingatanku... karena aku


menyentuh batu itu."

Yui menatap tengah ruangan dimana batu berbentuk kubus berada. "Ketika
Asuna mendorongku ke dalam area aman sebelumnya, aku menyentuh batu itu
tanpa sengaja, dan menjadi mengerti. Batu itu bukanlah sekedar objek pajangan...
batu tersebut adalah konsol yang digunakan untuk meminta akses darurat
kepada GM."

Sepertinya ada perintah tersembunyi dalam kata – kata Yui, beberapa garis
cahaya bermunculan menuju batu hitam itu. Secara tiba – tiba, dengan suara
beep, keyboard berwarna biru muda mujcul pada permukaannya.

"Aku yakin jika monster boss sebelumnya telah diletakkan disini untuk
menjauhkan para pemain. Aku mengakses sistem menggunakan console tersebut
dan memusnahkannya dengan pemanggilan «Object Eraser». Pada saat itu,
dengan kemampuan koreksi kesalahan milik Cardinal, kerusakan dalam
berbahasa milikku telah disembuhkan, tapi... pada saat yang sama, Cardinal juga
menemukanku yang sebelumnya ditinggalkan hingga sekarang. Sekarang ini,
sistem utama masih menscan program milikku. Sistem tersebut telah
menyimpulkan jika aku adalah keberadaan asing, dan tampaknya aku akan
segera dihapus. Aku... tak memiliki banyak waktu tersisa..."

231 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Itu... Itu..."

"Tak bisakah kita melakukan sesuatu! Jika kita keluar dari tempat ini..."

Yui memberikan senyum yang dipaksakan terhadap kata – kata itu. Air mata
menetes dari pipi Yui sekali lagi.

"Papa, Mama, terima kasih. Mungkin ini adalah perpisahan kita."

"Tak mungkin! Aku tak menginginkan hal seperti ini!!"

Asuna berteriak putus asa.

"Ini hanyalah awal!! Dari sekarang, kita akan hidup bahagia selamanya...
tinggal penuh kedamaian satu sama lain..."

"Di dalam kegelapan... ketika aku rusak dan tak tahu kapan akhirnya,
kehadiran Papa dan Mama menghibur hatiku."

Yui menatap lurus ke arah Asuna. Cahaya redup mulai menutupi tubuhnya.

"Yui, jangan pergi!!"

Kirito memegang tangan Yui. Jemari Yui kini digenggam oleh Kirito.

"Ketika aku bersama Papa dan Mama, semuanya bisa tersenyum... aku
sungguh senang karenanya. Ini permintaanku; dari sekarang... menggantikan
posisiku... tolonglah semua orang... kebahagiaan..."

Rambut hitam serta baju satu setel milik Yui mulai menghilang menjadi
partikel cahaya, seperti embun pagi. Wajah tersenyum Yui perlahan menjadi
transparan. Tubuhnya semakin menghilang.

"Tidak! Aku tak ingin hal seperti ini!! Jika Yui tak ada di sini, aku tak akan bisa
tersenyum!!"

Dikelilingi oleh cahaya yang menyebar, Yui tersenyum manis. Ia membelai


dada Asuna dengan tangannya diambang menghilang.

—Mama, tersenyumlah...

232 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Suara lemah bergema di dalam pikiran Asuna, cahaya mempesona mulai


membanjiri; seketika itu pula menghilang, tak ada apapun di dalam lengan
Asuna.

"Uwaaaaaa!!"

Menaikkan suaranya sendiri dengan tak terkontrol, Asuna jatuh pada kakinya.
Berlutut di atas ubin batu, ia menangis begitu kencang seperti seorang anak kecil.
Air matanya terjatuh ke tanah, tetes demi tetes, bergabung bersama cahaya yang
tertinggal dari Yui yang telah lenyap.

Bagian 4

Hawa dingin yang dirasakan kemarin seolah suatu kebohongan, suatu


kehangatan, hembusan angin yang bertiup melewati rerumputan. Mungkin
menarik beberapa burung kecil yang hinggap di ranting pohon, burung – burung
tersebut tampak mengawasi orang – orang dengan penuh ketertarikan.

Pesta kebun yang diadakan oleh Sasha tanpa mempedulikan musim di


pekarangan luas depan gereja, meja besar dari ruang makan telah dipindahkan
disini. Makanan telah diangkat dari alat pemanggang seperti sebuah sihir,
semakin membuat keramaian dari anak – anak.

"Tak pernah terpikir jika makanan selezat ini... benar – benar ada di dunia ini..."

Kepala pemimpin dari «Army» yang baru saja diselamatkan malam


sebelumnya, Sinker, menggigit barbeque yang Asuna buat dengan
kemampuannya, lalu berkomentar kagum. Disisinya, Yuriel melihat keadaan
sambil tersenyum. Ketika pertama kali melihatnya, ia tampak seperti kesatria
wanita berkepala dingin, akan tetapi ketika ia disisi Sinker, ia terlihat seperti istri
muda yang penuh ceria.

Begitu pula bagi Sinker, meskipun tak memiliki waktu untuk berkenalan
dengannya kemarin, ketika duduk pada meja yang sama seperti saat ini, ia adalah
pribadi yang memancarkan aura lembut, tak seperti orang perkedudukan atas
seperti organisasinya.

233 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Dengan postur sedikit lebih tinggi dari Asuna, namun lebih pendek dari Yuriel.
Pakaian yang dikenakan tubuhnya sederhana, bahkan ia tidak membawa satupun
senjata. Disampingnya, Yuriel juga tak mengenakan seragam the Army miliknya.

Sinker menerima botol wine yang ditawarkan Kirito ke gelasnya, dan


tampaknya tidak pertama kalinya ia memberikan tundukan ramah.

"Asuna-san, Kirito-san. Kami benar – benar harus berterima kasih pada kalian.
Bagaimana cara kami melakukannya..."

"Tidak, aku juga berhutang budi pada «MMO Today» kok."

Kirito menjawab sambil tersenyum.

"Itu nama yang sungguh berkenang."

Senyum lebar tampak pada wajah bulat Sinker ketika mendengarnya.

"Pada saat itu, dengan beban untuk memperbaharui situs setiap hari, aku
berpikir jika aku tidak seharusnya membuat situs berita, namun ketika
dibandingkan dengan menjadi seorang pemimpin sebuah leader, tampaknya
membuat situs terlihat lebih mudah. Aku juga sebaiknya menjalankan situs berita
disina, huh."

Tawa ramah terdengar dari meja.

"Dan, yah... bagaimana dengan the «Army»...?"

Asuna menanyakan lalu Sinker mengubah ekspresinya.

"Kibaou dan pengikutnya telah diasingkan. Aku seharusnya melakukan hal itu
lebih awal... dengan pribadiku yang sangat buruk jika berargumen, situasinya
malah memburuk... —Aku juga berpikir untuk membubarkan the Army."

Asuna serta Kirito membuka mata mereka dengan cepat karena terkejut.

"Kamu... harus mempertimbangkan hal seperti itu."

"The Army telah menjadi terlalu besar... aku akan membubarkan guild dan
setelahnya aku akan menciptakan organisasi yang lebih damai untuk menolong

234 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

sesama sekali lagi. Membubarkan the army dan meninggalkannya hanyalah


bentuk ketidaktanggungjawaban."

Yuriel memegang tangan Sinker dengan lembut dan melanjutkan


perkataannya.

"—Kami percaya, kami akan membagi aset – aset milik the army yang telah
dikumpulkan sejauh ini bukan hanya untuk para anggota, tapi juga akan
membaginya kepada semua penduduk kota ini. Kami telah membuat banyak
masalah hingga kini... Sasha-san, kami sungguh minta maaf."

Yuriel dan Sinker tiba – tiba membungkuk dalam, menyebabkan mata Sasha
berkedip karena terkejut. Ia melambaikan tangannya di depan wajahnya karena
bingung.

"Tidak, itu terlalu berlebihan. Anak – anak juga menerima bantuan dari
anggota the Army yang baik dalam field juga kok."

Dengan penolakan terus terang dari Sasha, tempat ini terisi oleh tawa sekali
lagi.

"Well, kesampingkan itu..."

Menggelengkan kepalanya, Yuriel berbicara.

"Gadis yang kemarin, Yui-chan... bagaimana kabarnya...?"

Asuna bertukar pandang dengan Kirito, lalu membalas dengan tersenyum.

"Yui telah... kembali ke rumahnya..."

Asuna menggerakkan jari tangan kananya perlahan menuju dadanya. Ada


sebuah kalung kecil berkilat yang sebelumnya tidak ada sejak kemarin. Di ujung
rantai keperakan yang begitu cantik, sebuah bandul yang juga berwarna perak
menggantung dengan permata yang bersinar didalamnya. Batu permata tersebut
berbentuk tetes air mata, tampaknya bandul itu menyebarkan kehangatan
menuju jari – jari Asuna.

235 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Pada saat itu—

Setelah Yui diselubungi cahaya lalu menghilang disisi Asuna yang menangis
tanpa henti sambil berlutut diatas ubin batu, Kirito lalu berteriak.

"Cardinal!!"

Sambil mengangkat wajahnya, Kirito menatap langit – langit ruangan tersebut


dan berteriak.

"Jangan berpikir jika hal ini akan berakhir seperti yang kau inginkan..!!"

Menekan dirinya sendiri dengan kuat, Kirito melompat mendadak menuju


konsol hitam yang berada di tengah – tengah ruangan. Ia dengan cekatan
menekan keyboard hologram yang masih ditampilkan. Keterkejutan Asuna
menghilangkan duka miliknya secara langsung, Asuna menangsi sambil melihat
apa yang dilakukan Kirito.

"Ki- Kirito-kun... Apa yang...!?"

"Jika masih... Jika masih sempat sekarang ini, aku mungkin masih bisa
mengganggu kedalam sistem menggunakan akun GM...."

Dihadapan mata Kirito, yang masih melanjutkan menekan tombol keyboard


sambil berkomat - kamit, sebuah jendela besar muncul bersamaan bunyi beep,
lalu cahaya dari Kirito bergulung melewati ruangan secara cepat. Asuna
menatapnya penuh keheranan, Kirito memasuki beberapa printah program
dengan sukses. Jendela kecil bar progress muncul, dan ketika bar horizontal
mencapai sisi paling kanan—

Seluruh konsol yang terbuat dari batu hitam tiba – tiba bercahaya putih
kebiruan, lalu setelahnya Kirito terlempar bersamaan dengan bunyi ledakan yang
terdengar.

"Ki- Kirito-kun!!"

Karena panik, Asuna menghampirinya yang telah terjatuh ke tanah.

236 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Menggelengkan kepalanya sambil mencoba berdiri, Kirito memberikan


senyum tipis didalam ekspresinya; ia menatap Asuna dan mengulurkan tangan
kanannya. Tak mengerti apa yang sedang terjadi, Asuna menggapai tangannya.

Apa yang jatuh dari tangan Kirio menuju tangan Asuna adalah kristal besar
yang berbentuk sebuah air mata. Di tengah segi batu yang luas, detakan,
detakan, sebuah cahaya putih berkedip.

"In- Ini adalah...?"]

"...Sebelum sumber otoritas yang diaktifkan Yui diputus, aku mencoba mati –
matian untuk memutuskan program milik Yui dari sistem dan mengubahnya
menjadi sebuah objek... Didalam kristal itu, hati milik Yui berada..."

Setelah mengatakan itu, Kirito terjatuh ke tanah seolah ia kehabisan tenaga,


lalu ia menutup matanya.

"Yui-chan... kamu... disana, huh... Yui-chan-ku..."

Sekali lagi, air mata Asuna mengalir tanpa henti. Cahaya remang seolah
menjawab Asuna dari dalam kristal, kristal itu berkelip dengan kuat satu kali.

Meraka berdua dengan enggan melambaikan tangan pada Sasha, Yuriel,


Sinker, dan pada anak – anak, serta pada udara dingin yang menuiupkan bau
khas dari hutan, Asuna serta Kirito kembali ke lantai dua puluh dua dari gerbang
teleport. Meskipun perjalanan ini terjadi selama tiga hari, namun seolah terasa
lebih lama, lalu Asuna mengambil nafas dalam – dalam.

Sungguh dunia yang luas—

Asuna sekali lagi memikirkan dunia melayang ini. Pada tiap – tiap lapisan
dunia ini, ada orang yang tinggal di dalamnya, melewati hari – hari dengan air
mata dan tertawa. Bukan, kejadian – kejadian menyakitkan tampaknya menjadi
lebih umum untuk kebanyakan orang – orang. Akan tetapi semuanya memiliki
pertarungan mereka sendiri setiap hari.

Tempat yang aku seharusnya...

237 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Asuna menatap jalanan menuju rumah mereka berdua, lalu menatap pada
dasar lantai diatas mereka.

—Mari kembali ke garis depan. Asuna tiba – tiba berpikir seperti itu.

Di masa depan mendatang. Aku hanya bisa mengangkat pedang milikku


sekali lagi lalu kembali menuju pertempuranku sendiri. Aku tak tahu berapa lama
lagi pertempuran ini akan berlangsung, akan tetapi aku akan bertarung hingga
dunia ini selesai, untuk menunjukkan senyum mereka sekali lagi. Untuk
memberikan kebahagian bagi semuanya— Itulah apa yang Yui harapkan.

"Hei, Kirito-kun."

"Hmm?"

"Jika permainan ini selesai dan dunia ini menghilang, apa yang akan terjadi
pada Yui-chan?"

"Aah... Well, ini mungkin akan sedikit memotong kapasitasnya. Aku telah
mengubahnya menjadi data yang berhubungan dengan client program serta
menyimpan Yui kedalam Memory Local Nerve Gear milikku. Dengan kata lain, ini
mungkin sedikit sulit untuk membukanya kembali sebagai Yui... namun entah
bagaimana seharusnya masih mungkin untuk dilakukan."

"Aku mengerti."

Asuna membalik tubuhnya lalu memeluk erat Kirito.

"Well lalu pastikan kita bertemu Yui-chan sekali lagi di dunia nyata. Anak
pertama kita."

"Iya. Pasti."

Asuna menatap kristal gemerlip yang berada diantara dadanya. Mama,


lakukan yang terbaik... Asuna seolah mendengar redup itu dari dalam telinganya.

(Tamat)

238 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bab 4 – Rusa Berhidung Merah

Bagian 1

«Vorpal Strike» bersinar di dalam kegelapan, dan dengan cahaya berwarna


darah itu dua HP monster serangga berkurang hingga kosong.

Setelah menkonfirmasi dengan melihat sekeliling bahwa poligon-poligon itu


telah tersebar, aku menarik pedangku tepat setelah aku kembali dapat bergerak,
dan berbelok ke samping untuk menahan sebuah serangan dari rahang yan
besar, dan tajam. Aku lalu menggunakan «Teknik Pedang» yang sama untuk
menghabisinya; monster itu mengeluarkan teriakan Giii sebelum miring ke
belakang dan mati.

Teknik serangan satu-tangan yang berat ini pertama muncul di dalam daftarku
hanya tiga hari yang lalu, ketika «Teknik Pedang Satu-tangan»-ku mencapai level
950, dan yang mengherankan teknik ini sangat mudah. Walaupun teknik ini
memiliki periode pendinginan yang lama dimana pemain tidak dapat bergerak,
jangkauannya dua kali lebih panjang daripada mata pedang yang sebenarnya;
dan kenyataan bahwa kekuatannya itu sebanding dengan pole-arm berat dua-
tangan itu lebih dari cukup untuk menyeimbangkan kekurangannya. Tentu saja,
bila digunakan dalam pertarungan dengan pemain lain, mereka akan membaca
waktu serangannya denga segera. Tetapi gerakan yang sederhana dari AI
monster tidak dapat melawannya. Kamu dapat dengan mudah menggunakannya
sebagai spam dan membinasakan kelompok-kelompok musuh dengan light
effect berwarna merah tua.

Walaupun telah mengatakan hal itu, setelah bertempur secara terus-menerus


selama satu jam di bawah cahaya obor yang lemah ini, aku memang merasakan
konsentrasiku memudar. Aku tidak dapat lagi bereaksi dan melawan rahang
mereka yang besar, yang berusaha menggigit ataupun lendir asam mereka sebaik
sebelumnya. Walaupun mereka menyerang dalam jumlah yang besar, monster-
monster ini bukanlah musuh yang remeh. Habitat ini berada hanya tiga lantai di
bawah garis depan yang sekarang yaitu lantai ke 49, dan mereka adalah monster-
monster yang sangat kuat. Walaupun monster ini berada dalam batas aman bila
mengingat perbedaan levelnya, bila sejumlah monster yang sangat besar
menyerang dan mengepungku, HP-ku akan dengan cepat menurun ke daerah
kuning.

239 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Untuk berani menghadapi bahaya-bahaya ini dan datang ke lantai yang sudah
diselesaikan, hanya ada satu alasan untuk itu. Tempat ini adalah tempat paling
efisien untuk mendapatkan experience point di antara tempat-tempat latihan
yang sekarang diketahui. Semut-semut raksasa yang datang dari gua-gua di
sekeliling bukit di sini memiliki tingkat serangan yang kuat, tetapi HP dan
pertahanan mereka sangat lemah. Selama kamu dapat terus menghindari
serangan-serangan mereka, kamu dapat dengan cepat membunuh monster-
monster ini dengan cepat. Tetapi seperti yang dikatakan sebelumnya, sekali kamu
diserang dan dikepung, kamu mungkin bahkan tidak dapat bertahan, dengan
demikian mengarah kepada kematian, jadi area ini tidak dapat dilihat sebagai
daerah latihan yang cocok bagi pemain solo. Karena ini adalah tempat yang
begitu populer, setiap kelompok hanya diperbolehkan berburu selama satu jam.
Aku adalah satu-satunya pemain solo di sini. Bahkan sekarang, terdapat wajah-
wajah yang kukenal dari berbagai guild mengantri di pintu masuk lembah.
Seharusnya terdapat sebaris ekspresi wajah yang bosan yang terlihat seperti
mereka baru saja dilangkahi. Bila itu hanya ketidaksabaran tidak masalah. Tetapi
para pemain yang bersemangat tim tinggi berpikir aku adalah “Orang bodoh
Terkuat” atau “Anomik Beater” – tetapi, tentu saja aku tidak tahu mengenai hal
itu.

Penunjuk timer di sisi kiriku menunjukkan angka 57 menit. Aku memutuskan


untuk selesai setelah membersihkan gelombang monster berikutnya. Aku
menghela napas banyak-banyak dan menunggu, untuk mengeluarkan semua
konsentrasiku yang tersisa.

Sementara semut-semut mendatangiku baik dari kiri dan kanan, aku


menghadap salah satunya yang berada di kanan, dan melemparkan sebuah pisau
untuk menghentikan gerakkannya sebelum membunuh salah satu yang ada di
sebelah kiri dengan teknik tiga kali serangan «Sharpnail». Sementara aku
berbelok, aku menggunakan <Vorpal Strike> untuk memotong rahang yang
besar dan terbuka dari semut lainnya. Selama pendinginan teknikku, aku
menggunakan sarung tangan yang kupakai di tangan kiriku untuk mengelap
asam hijau yang telah mengenaiku. Dengan suara jiyuu HP bar-ku menurun, dan
kemudian aku melompat tinggi dari tanah. Di tengah lompatanku di udara, aku
memotong bagian terlemah dari perut semut itu dan membunuhnya. Untuk dua
semut yang terakhir, aku menggunakan setengah dari teknik serangan berantai
yang aku tahu, sebuah serangan berantai sepanjang enam kali serangan, untuk

240 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

mengalahkan mereka. Sebelum sekumpulan semut berikutnya muncul dari


sarang mereka, aku tiba-tiba berlari cepat menjauh.

Setelah berlari sepanjang tiga puluh meter dari lembah semut ini dalam lima
detik, aku bergulir keluar dari pintu masuknya yang kecil sebelum
menghembuskan napasku. Terengah-engah untuk mendapatkan udara segar,
aku bertanya-tanya apakah rasa sakit ini adalah secara mental ataukah tubuh
nyataku juga berhenti bernapas.Bagaimanapun juga , aku merasakan perutku
mengejang, dan karena tidak dapat menahan rasa mual setingkat ini, aku terjatuh
seperti kain yang jatuh ke dalam tanah di musim dingin yang beku.

Suara dari banyak langkah kaki mencapai telingaku sementara aku terbaring
di tanah. Walaupun mereka adalah orang-orang yang aku kenal, aku bahkan
tidak dapat mengatakan hal kepada mereka.Melambaikan tangan kananku
dengan lemah untuk meminta mereka untuk terus maju, aku lalu mendengar
suara yang kasar dan sebuah hembusan napas besar.

"Levelku dan kalian sudah jauh berbeda, jadi aku tidak akan ikut dalam
pertempuran hari ini. Dengarkan. Jangan biarkan lingkarannya terputus, dan
selalu sadari tentang keadaan orang-orang di sekitarmu. Buat jelas bahwa kamu
tidak akan malu-malu bila kamu berhadapan dengan sesuatu yang berbahaya,
langsung saja berteriak minta tolong padaku. Dan juga, segera lari bila ratunya
keluar.”

Setelah menerima arahan pemimpin mereka, enam atau tujuh orang


menjawab dengan sebuah “Ya!” atau “Ho!”, dan suara langkah kaki yang
berdersak-dersik secara bertahap terdengar menjauh. Aku bernapas dengan
berat untuk beberapa kali, dan setelah akhirnya berhasil mengatur napasku, aku
mengangkat diriku dengan tangan kananku dan bersandar pada sebuah pohon
di dekatku.

"Tangkap!”

Aku dengan berterima kasih menangkap healing potion itu, membuka gabus
penutupnya dengan ibu jariku, dan meminumnya dengan rakus. Walaupun
rasanya sedikit terasa seperti jus jeruk nipis, aku rasa potion itu enak. Aku
melemparkan botol yang telah kosong itu ke tanah, melihatnya mengeluarkan
sebuah cahaya merah saat botolnya menghilang dan melihat ke atas.

241 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Klein, yang adalah pemimpin dari guild «Fuurinkazan» yang telah aku temui
pada awal dari permainan kematian SAO ini, masih memakai bandanna-nya yang
vulgar itu, membuka mulut yang berada di atas janggutnya yang kasar itu dan
berkata:

"Kirito, tidak peduli bagaimana kamu melakukannya, ini lebih dari sedikit tidak
masuk akal. Sejak kapan kamu berada di sini hari ini?"

"Eh... sekitar jam 8 malam."

Setelah aku menjawab dengan suara yang serak, Klein menunjukkan sebuah
ekspresi ketidakpuasan yang berlebihan.

"Oi, oi, ini sudah jam dua pagi, berarti kamu telah berada di sini selama enam
jam. Pada zona latihan yang berbahaya seperti ini, bila kamu menghabiskan
kekuatanmu hal ini akan berarti kematian seketika."

"Tidak masalah. Aku dapat beristirahat hingga dua jam selama menunggu."

"Bila tidak ada yang datang lalu kamu berencana untuk terus bertarung!"

"Itu adalah alasan mengapa aku secara khusus memilih waktu ini untuk
datang. Bila aku datang pada pagi hari maka aku mungkin harus menunggu lima
atau enam jam."

Klein mencampurkan suara dari orang yang tercengang dengan ungkapan


"Kamu bodoh". Dia lalu melepaskan katana-nya dari pinggangnya, dan duduk
dengan berat di depanku.

"...yah, mengenai kekuatanmu, dari hari pertama SAO aku mengerti mengenai
itu tanpa ada keraguan sedikitpun... berapa levelmu sekarang?"

Untuk dapat merahasiakan stats seperti level adalah garis kehidupan seorang
pemain. Oleh karena itu ntuk tidak menanyakannya telah menjadi sebuah
peraturan tidak terucap di dalam SAO.Tetapi sampai sekarang tidak ada alasan
untuk menyembunyikannya dari Klein, jadi aku menjawabnya dengan jujur.

"Hari ini aku mencapai level 69."

242 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tangan yang sedang menggosok dagunya berhenti dengan tiba-tiba, dan


kedua mata yang setengah tertutup oleh bandanna-nya terbuka lebar karena
terkejut.

"...hey, yang benar? Sejak kapan kamu berada sepuluh level di atasku – dan,
aku tidak mengerti. Belakangan ini kecepatanmu menaikkan level sudah menjadi
tidak biasa. Kamu pasti telah berlatih bahkan selama waktu di siang hari ketika
daerah-daerah latihan jarang terisi dengan pemain lainnya, Mengapa kamu harus
berusaha sekeras ini? Aku tidak mau mendengar salah satu dari kata itu......"untuk
menyelesaikan permainan ini". Bahkan bila kamu menjadi lebih kuat seorang diri,
kecepatan penyelesaian masih akan ditentukan oleh para guild yang kuat seperti
KoB."

"Jangan mengkhawatirkanku; aku telah menjadi seorang pecandu untuk


menaikkan level. Hanya mendapatkan experience point membuatku merasa
enak."

Melihatku mengatakan itu dengan senyum yang memalukan, Klein


membalasnya dengan memasang ekspresi wajah serius.

"Jangan bercanda... bahkan akupun tahu betapa melelahkannya untuk


melakukan grind seperti ini. Untuk bermain solo itu sangat berat di pikiran...
bahkan bila levelmu itu mendekati 70, untuk sendirian di area ini jelas tidak aman.
Kamu ingin mengambil resiko, tetapi kamu juga pasti mempunyai batasan. Apa
gunanya menaikkan level di tempat seperti ini dimana kamu dapat mati
kapanpun juga?

Fuurinkazan adalah guild yang intinya terdiri dari teman-teman Klein dari
sebelum SAO. Anggotanya adalah kumpulan orang yang tidak menyukai
mencampuri urusan yang tidak perlu dan, pemimpinnya, Klein, tidak terkecuali.

Orang ini adalah orang yang baik, tetapi untuk orang yang baik ini untuk
cemas hingga sejauh ini mengenai seorang beater yang tidak tahu malu
sepertiku, aku takut itu karena dia harus, karena aku dapat mengerti apa
alasannya. Untuk membantu Klein, yang tidak terlalu pintar berkata-kata, aku
membuka mulutku dengan sebuah senyum.

243 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu berpura-pura khawatir lagi. Kamu ingin tahu
apakah targetku adalah Flag mob itu, kan?"

Flag Mob adalah monster yang diatur untuk menjadi syarat penyelesaian
sebuah quest. Monster itu mungkin entah muncul sekali setiap beberapa hari
atau terkadang beberapa jam, tetapi sesekali satu unit monster akan muncul
yang sangat dekat dengan monster bos, jadi tentu saja kekuatannya tidak dapat
diremehkan. Jadi, untuk mengalahkannya, para pemain biasanya membentuk
sebuah kelompok sebesar kelompok yang menarget bos.

Klein dengan terus terang menunjukkan sebuah ekspresi kesulitan dan


menggosok rahangnya.

"...Aku tidak berusaha untuk terutama mengetahui hal itu..."

"Kamu tidak perlu menyembunyikannya lagi. Fakta bahwa kamu membeli


informasi mengenai pembelian inteligen mengenai bos natal dari Argo...
informasi ini juga aku beli darinya."

"Apa?!"

Klein membuka lebar kedua matanya dan tidak dapat berkata-kata.

"Argo itu... Nama panggilannya, Tikus, bukan hanya hiasan."

"Gadis itu akan menjual informasi apapun, bahkan stats-nya sendiri. Lagipula,
kita tahu bahwa target masing-masing adalah bos natal itu, dan aku telah
membeli semua informasi yang ada yang dapat didapatkan dari NPC. Jadi, kamu
seharusnya tahu aku akan mendapatkan experience point seperti ini tanpa akhir
dan tidak peduli saran seperti apa yang diberikan aku tidak mempunyai alasan
untuk berhenti."

"Ah... kesalahanku. Itu juga sesuatu yang akan aku tolak juga."

Klein memindahkan tangannya dari dagunya dan menggaruk kepalanya,


meneruskan perkataannya.

"Hari ini adalah 5 hari sebelum malam Natal... setiap guild sama saja, mereka
semua ingin meningkatkan kemampuan bertarung mereka sebelum kedatangan

244 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

bos itu, walaupun hanya sedikit. Tetapi di malam yang sangat dingin seperti ini,
jarang ada orang bodoh yang mengunci diri mereka sendiri di dalam area latihan.
Tetapi... untungnya guild kami memiliki hampir sepuluh orang anggota, kami
akan memiliki kesempatan yang baik bahkan bila target kami adalah sang bos.
Kamu tahu, karena ini adalah Flag Mob besar «Sekali Setahun », ini bukanlah
sesuatu yang dapat kamu buru seorang diri.

"......."

Tidak dapat menyanggah, aku melihat ke bawah kepada rerumputan liar


kering, yang berwarna coklat muda.

Satu tahun setelah SAO dimulai, sebelum Natal kedua, sebuah rumor mulai
menyebar ke seluruh Aincrad. Satu bulan yang lalu, para NPC di setiap lantai
mulai memperbincangkan mengenai quest yang sama.

Dikatakan bahwa setiap Bulan Holly, yaitu tengah malam dari tanggal 24
Desember, di dalam suatu hutan di bawah dahan-dahan dari sebuah pohon yang
sangat besar, monster legendaris «Nicholas the Renegade» akan muncul. Bila
kamu dapat mengalahkannya, kamu akan mendapat semua harta dari kantong
besar yang dibawa di punggungnya.

Bahkan untuk para guild yang kuat yang selalu hanya tertarik untuk pergi ke
dungeon, kali ini mereka menunjukkan ketertarikan yang besar. Mereka mengerti
bahwa harta itu, uang dan senjata langka akan banyak embantu dalam
pertempuran melawan bos sebuah lantai. Bila kita berkata bahwa ini adalah
sistem dari SAO, yang sejauh ini hanya mengambil banyak hal dari para pemain,
sekarang dengan niat baik memberi hadiah Natal, lalu bagaimana ada orang
yang dapat menolaknya?

Tetapi seorang pemain solo sepertiku, pada awalnya, tidak tertarik dengan
rumor ini. Bahkan tanpa Klein mengataknnya, aku sudah tahu bahwa musuh ini
bukanlah tandingan bagi hanya seorang pemain saja. Lagipula, dengan uang
yang aku dapat dari proses-penyelesaian permainan, bila aku ingin, aku bahkan
dapat membeli sebuah rumah. Dan yang terpenting adalah, aku tidak ingin,
sebagai hasil bertarung dengan Flag Mob yang ingin dilawan oleh semua orang,
menjadi terkenal, dan mendapatkan perhatian yang tidak perlu.

245 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tetapi dua minggu yang lalu – perasaanku berubah 180 derajat setelah
mendengar informasi dari NPC. Setelah itu, aku datang ke tempat berburu yang
populer ini setiap hari, dengan ditertawai oleh yang lain, dan menaikkan levelku
seperti orang gila.

Klein, yang tetap diam didekatku, berkata dengan suara pelan:

"Jadi itu ternyata memang berhubungan dengan informasi itu – Mengenai


«Resurrection Item»."

"...Ah."

Sekarang karena percakapannya sudah mencapai sejauh ini, tidak perlu


menyembunyikannya lagi. Setelah aku dengan tenang mengakuinya, aku
menghela napas beberapa kali yang tidak dapat aku hitung berapa banyaknya,
dan menekan keluar kata-kataku.

"Aku mengerti perasaanmu... aku tidak pernah mengira akan ada item impian
seperti itu. «Di dalam kantong Nicholas terdapat sebuah item legendaris yang
dapat menghidupkan kembali orang yang mati.» ...tetapi... seperti kebanyakan
orang, aku rasa itu hanyallah sebuah kebohongan. Atau daripada
menyebutkannya sebagai sebuah kebohongan, maksudku itu mungkin adalah
sebuah perkataan dari para NPC yang tersisa dari saat SAO adalah sebuah
VRMMO biasa... yaitu, pada awalnya, item ini akan dapat menghidupkan kembali
orang tanpa kondisi dari «Penalti Kematian» yang ada. Tetapi SAO yang sekarang
tidak memiliki hal seperti itu. Hanya ada satu penalti, dan itu adalah nyawa
pemain itu sendiri. Aku tidak ingin mengingat kejadian itu lagi, tetapi hal ini
dikatakan pada hari pertama proses penyelesaian oleh Kayaba itu."

Aku mengingat insiden tutorial yang diberikan oleh GM palsu Akihiko di


tempat kosong itu pada hari pertama itu. Seorang pemain yang HP-nya
mencapai nol akan menghilang dari server ini, tidak akan pernah kembali ke
tubuh fisiknya.

Aku tidak merasa bahwa kata-kata yang diucapkannya adalah sebuah


kebohongan, tetapi... walaupun begitu...

246 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

"Tidak ada seorangpun yang dapat mengkonfirmasi hal ini, bahwa kematian di
dalam dunia ini itu sama dengan kematian yang sebenarnya."

Aku mengatakan kata-kata ini seakan-akan aku berusaha menyangkal kata-


katanya. Ketika itu, Klein mengerutkan hidungnya dan menjatuhkan sangkalanku:

"Kita akan mati dan kembali ke sisi lain dalam keadaan hidup, dan Kayaba
akan menemui kita dan mengatakan kepada kita «Aku bohong» ? Hentikan itu,
pertanyaan ini sudah terjawab satu tahun yang lalu. Bila hal ini hanyalah lelucon
payah seperti ini, lalu tarik saja Nerve Gear milik semua pemain, dan insiden ini
akan selesai. Karena kita tidak dapat melakukan hal itu, permainan kematian ini
nyata. Ketika HP menjadi nol, Nerve Gear akan menjadi sebuah tungku
microwave dan menggoreng otakmu. Bila tidak seperti itu, lalu mereka semua
yang dibunuh oleh para bajingan itu atau para monster, yang berteriak "Aku
tidak ingin mati" sementara mereka menghilang, apa arti itu semua?"

"Diam!"

Berteriak cukup keras untuk mengejutkan diriku sendiri, aku memotong kata-
kata Klein.

"Bila kamu benar-benar berpikir bahwa aku bahkan tidak mengerti hal seperti
ini, berarti aku tidak memiliki hal lain untuk dikatakan kepadamu... Benar, Kayaba
memang mengatakan hal itu di hari pertama, tetapi, beberapa waktu yang lalu,
bahkan pemimpin dari para penyelesai permainan di garis depan, pemimpin dari
KOB Heathcliff mengatakan hal ini: selama masih ada bahkan satu persen
kesempatan untuk menyelamatkan nyawa seorang teman seperjuangan, lalu kita
harus melakukan yang terbaik untuk mengejar kesempatan itu, dan mereka yang
tidak dapat melakukan hal ini tidak pantas untuk membentuk kelompok apapun.
Walaupun aku tidak menyukai orang itu, apa yang dia katakan itu benar. Aku
sekarang sedang mengejar kesempatan itu. Seandainya mereka yang mati di
dunia ini tidak kembali ke dunia nyata ataupun benar-benar mati, dan sebaliknya
dipindahkan kedalam semacam ruang tunggu, menunggu untuk hasil akhir dari
permainan ini. Lalu, kita telah memiliki alasan untuk mendapatkan «Resurrection
Item» itu."

Dengan sebuah kata-kata panjang lebar yang jarang aku lakukan, aku
mengajukan skenario yang baru saja aku buat ini untuk membantuku. Klein

247 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

mengesampingkan kemarahannya, dan sebaliknya melihatku dengan rasa


kasihan.

"Begitukah?"

Suara yang dia keluarkan barusan itu benar-benar berbeda dengan


sebelumnya, sangat tenang.

"Kirito...kamu masih belum melupakan mengenai itu, huh, bahwa guild-mu


yang terakhir... Dan ini sudah hampir setengah tahun setelah itu..."

Aku membalikkan kepalaku, dan memuntahkan kata-kata untuk membela


diriku sendiri.

"Seharusnya dikatakan, bagaimana aku dapat melupakannya setelah hanya


setengah tahun... semuanya mati, kecuali aku..."

"Guildnya dinamakan «Black Cats of the Full Moon» bukan? Mereka bahkan
bukan sebuah guild penyelesai permainan, tetapi tetap pergi ke tempat yang
dekat dengan garis depan, dan pada akhirnya beberapa pencuri mengaktifkan
perangkap alarm. Itu bukanlah salahmu, dan tidak ada yang akan
menyalahkanmu atas hal itu. Sebaliknya, kamu akan dipuji karena dapat selamat."

"Bukan seperti itu... itu adalah kesalahanku. Baik soal menghentikan mereka
untuk pergi ke garis depan, memberitahukan mereka untuk mengacuhkan
hartanya, atau memastikan semua orang dapat melarikan diri segera sesudah
alarmnya berbunyi; semuanya ini harusnya dapat aku lakukan."

—Bila aku tidak menyembunyikan tingkat keahlianku dari para rekanku. Rasa
sakit yang datang karena tidak memberitahukan Klein kenyataan ini tanpa henti
menyerang dadaku. Sebelum pengguna katana ini mengatakan kata-kata untuk
menghibur yang tidak sesuai dengan dirinya, aku memaksakan diriku untuk
menyelesaikan kata-kataku:

"Memang, mungkin bahkan tidak ada satu persen kesempatan untuk hal ini.
Tetapi baik mengenai kemungkinan menemukan Bos Natal, mengalahkannya
seorang diri, mengenai keberadaan Ressurection item itu, atau disimpannya
kesadaran dari para pemain yang mati... semuanya ini seperti mencari sebutir
pasir di padang pasir. Akan tetapi... akan tetapi, kemungkinannya bukan nol.

248 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Karena kemungkinannya bukan nol, aku harus memberikan usaha terbaikku.


Terlebih lagi... Klein, tidak mungkin kamu akan memberi dirimu sendiri hal yang
membuat sakit kepala ini hanya untuk uangnya, bukan? Jadi kamu akan
menggunakannya sebagai sebuah alasan untuk melakukannya tepat sepertiku,
kan?"

Sebagai jawaban dari pertanyaanku, Klein mendengus, menjawab sementara


memegang sarung pedangnya yang ada di lantai:

"Aku bukanlah pemimpi yang sama sepertimu. Hanya saja... sebelumnya, aku
juga memiliki seorang teman yang tereliminasi. Bila aku tidak melakukan segala
yang aku bisa untuknya, lalu aku tidak akan dapat tidur di malam hari..."

Menghadap Klein yang telah berdiri, aku tersenyum sedikit.

"Jadi sama saja."

"Tidak sama. Tujuan utama kami masih tetap harta itu, dengan apa yang baru
saja kita perbincangkan barusan... dengan hanya kelompok orang seperti itu,
akan buruk bila sebuah semut raksasa muncul. Aku akan pergi dan melihat
situasinya."

"Ah, ah."

Sedikit menganggukkan kepalaku, aku menutup kedua mataku dan bersandar


penuh kepada batang pohon itu. Bisikkan kata-kata dari pengguna katana itu
bergerak pelan kearahku.

"Dan, aku khawatir mengenai dirimu. Itu bukan hanya untuk mendapatkan
inteligen, tolol. Bila kamu mati karena memberanikan diri di tempat seperti ini,
aku jelas tidak akan menggunakan ressurection item itu kepadamu!"

Bagian 2

“Terima kasih atas perhatianmu. Lalu kami akan dengan hormat menerimanya.
Tolong lindungi kami hingga kami mencapai pintu keluarnya."

Ini adalah kalimat pertama yang dikatakan oleh pemimpin dari guil «Black
Cats of the Full Moon», Keita katakan kepadaku.

249 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Lima bulan telah berlalu semenjak sore musim semi ketika permainan
kematian bernama SAO dimuali. Untuk mengumpulkan material untuk senjata,
aku pergi ke labirin sepuluh lantai dibawah garis depan pada yang sekarang.

Sebagai seorang Beater, aku telah dengan segera berlari sejak awal,
menggunakan pengalamanku sebagai seorang beta tester. Memakai cara pemain
solo yang sulit, telah memungkinkanku untuk mendapat experience point
dengan sangat efisien. Hal ini mencapai tahap dimana aku bahkan dapat
mengalahkan para monster di garis depan seorang diri. Karena itu, berburu
dengan levelku yang sekarang menjadi begitu mudah dan santai sehingga hal ini
menjadi sebuah tugas yang membosankan. Dengan menghindari pemain lainnya,
aku dapat memperoleh sebuah set dari jumlah yang dibutuhkan dalam dua jam.
Sementara aku bersiap untuk bergerak ke depan kearah pintu keluar, aku
bertemu dengan sebuah kelompok yang sedang mundur, sebuah grup besar
monster mengejar mereka.

Sebagai pemain solo, aku dengan segera memiliki pendapat bahwa kelompok
itu benar-benar tidak seimbang. Dengan kelompok beranggotakan lima orang,
satu-satunya pemain yang dapat mengambil peran depan adalah seorang pria
yang membawa sebuah mace dan perisai. Yang lainnya adalah seorang pencuri
yang dilengkapi dengan sebuah pisau belati, seorang pengguna tongkat yang
membawa tongkat dua tangan dan dua pengguna tombak panjang. Akan tetapi
ketika hit point dari pengguna gada itu berkurang secara drastis, tidak ada orang
lain yang dapat menggantikannya. Sebagai hasilnya, kelompok seperti ini hanya
dapat mundur perlahan.

Untuk menentukan keadaan semua orang, aku memeriksa hit point


mereka.Kelihatannya, masih lebih dari cukup untuk mereka untuk mundur
dengan aman ke pintu keluar. Akan tetapi, penilaian itu tidak lagi berlaku bila
mereka bertemu dengan grup monster lainnya saat mundur. Setelah sedikit ragu-
ragu, aku berlari keluar dari jalur tempatku bersembunyi dan berbicara kepada
pengguna tongkat yang kelihatannya adalah pemimpinnya.

“Apakah kamu ingin aku membantu sebagai pendukung di depan?"

Pengguna tongkat itu melihat kepadaku dengan kedua matanya terbuka lebar
dan menganggukkan kepalanya setelah sesaat ragu-ragu.

250 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Lalu, maaf merepotkanmu, tetapi tolong segera mundur bila terdapat


bahaya."

Aku menganggukkan kepalaku tanda mengerti dan menarik sebilah pedang di


punggungku sebelum berteriak dari belakang pengguna gada itu untuk
melakukan pergantian. Lalu, aku berlari menyerang para monster itu.

Musuhnya adalah satu grup goblin yang telah banyak aku kalahkan sesaat
yang lalu ketika berburu sendirian. Monster ini dapat dengan cepat dikalahkan
bila aku maju dengan segenap tenaga dengan teknik pedangku. Bahkan bila aku
tidak dapat bertahan terhadap serangan dari mereka, aku akan dapat bertahan
lama dengan bergantung kepada skill «battle healing» untuk mengisi hit point-
ku. Akan tetapi, aku pada saat itu juga khawatir. Walaupun aku tidak takut
kepada para goblin itu, aku benar-benar khawatir mengenai apa yang dipikirkan
oleh para pemain yang dibelakangku itu.

Umumnya, bagi para pemain dengan level tinggi yang menyebabkan sebuah
gangguan besar sementara berlatih di lantai lebih bawah akan dianggap sebagai
sebuah kelakuan yang buruk. Bila berlangsung untuk waktu yang lama, pemain
itu akan mendapat teguran keras ketika permohonan itu diajukan kepada sebuah
guild di lantai yang lebih atas untuk menyelesaikannya. Pemain itu akan berakhir
di dalam daftar pemain dengan etikat yang buruk di koran dan akan dihadapkan
kepada beberapa hukuman. Walaupun ini seharusnya bukan masalah karena aku
menganggapnya sebagai sebuah situasi darurat, hal ini mengkhawatirkanku. Bila
tidak dilakukan dengan baik, mereka akan menyebutku sebagai seorang Beater
dibandingkan dengan mengucapkan terima kasih.

Karena itu, aku dengan sengaja memperlama waktu yang dibutuhkan untuk
mengalahkan sekelompok goblin dengan membatasi penggunaan teknik
pedangku. Pada saat itu, aku masih tidak sadar bahwa keputusanku itu akan
mengarah kepada sebuah kesalahan yang tidak dapat diperbaiki.

Keseluruhan kelompok goblin itu akhirnya dikalahkan setelah beberapa giliran


rotasi dengan pengguna gada itu, yang telah secara terus menerus memulihkan
hit point-nya dengan onat-obatan. Aku terkejut ketika kelompok yang terdiri dari
lima orang yang tidak diketahui ini mulai bersorak sorai dengan keras. Mereka

251 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

secara bergantian memberi masing-masing tos (!) bergembira karena


kemenangan ini.

Walaupun tidak dapat berkata apa-apa, aku masih memasang senyum yang
belum biasa aku lakukan sementara menjabat tangan semua orang. Satu-satunya
pemain wanita di dalam kelompok, seorang pengguna tombak berambut hitam
adalah yang terakhir menggenggam tanganku dengan kedua tangannya
sementara secara berulang-ulang mengatakan kepadaku diantara tangisnya:

“Terima kasih...... Terima kasih banyak. Aku benar-benar takut...... ketika kamu
datang menyelamatkan kami, aku sangat senang. Aku benar-benar menghargai
bantuanmu."

Mendengar kata-kata itu sementara melihat aliran air mata, terdapat sebuah
emosi yang tidak dapat dijelaskan mengalir di dalam dadaku. Aku mengingat
saat aku menolong mereka, terasa sangat enak bahwa aku cukup kuat untuk
dapat melakukannya.

Walaupun aku telah menjadi seorang pemain solo sejak mulainya permainan
ini, ini bukanlah kali pertama aku membantu kelompok lainnya di garis
depan.Akan tetapi di dalam sebuah kelompok strategis, itu adalah sebuah
pemahaman tak terucap bahwa kami seharusnya membantu satu sama lain di
dalam medan pertempuran. Karena akan ada hari ketika aku akan membutuhkan
bantuan mereka sebagai balasannya, aku akan membantu orang lain tanpa
mengharapkan sesuatu sebagai balasan. Lebih jauh lagi, mereka yang dibantu
hanya akan memberi salam singkat sebagai balasnya. Ini adalah cara terbaik
untuk dengan cepat mengatasi keheningan pasca pertarungan sebelum mulai
dari pertarungan berikutnya. Cara berpikir sederhana itu ada sebagai cara untuk
secara terus menerus dan efisien memperkuat diri sendiri.

Akan tetapi, mereka – para «Black Cats of the Full Moon» berbeda.
Keseluruhan kelompok dipenuhi dengan kesenangan besar hanya karena satu
kemenangan dalam pertempuran, dan memuji usaha masing-masing. Hal ini
terlihat seperti suara terompet kemenangan di akhir sebuah stand-alone RPG
ketika aku mengusulkan untuk menemani mereka ke pintu keluar. Itu mungkin
dipengaruhi oleh suasana seperti keluarga yang mereka punya antara mereka
sendiri. Untuk menjelaskannya lebih lanjut, aku merasa bahwa kenyataannya
mereka adalah yang menyelesaikan permainan gila bernama SAO ini.

252 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Aku juga sedkit khawatir mengenai jumlah obat-obatan penyembuh yang


tersisa yang aku punya...... Bila kamu tidak keberatan, mari mengarah ke pintu
keluar bersama."

Keita mengangguk sementara tertawa lebar terhadap kebohonganku.

“Terima kasih banyak untuk perhatianmu."

Tidak, ketika aku akhirnya menyadari bahwa itu hanya aku yang merasakan hal
itu sebagai sebuah pengalaman yang menyegarkan, sudah enam bulan sejak
hilangnya «Black Cats of the Full Moon». Sebagai seseorang yang telah
mengadopsi kebijaksanaan sebagai seorang pemain solo untuk mengumpulkan
kekuatan, melindungi seseorang yang jauh lebih lemah dariku memberi sebuah
perasaan yang mirip dengan menjadi tempat bergantung. Itu hanyalah
bagaimana keadaan saat itu.

Sementara berada di area jalan utama setelah meninggalkan labirin, aku telah
menyetujui undangan Keita ke sebuah ale house, mereka yang membayar. Karena
itu, kami melakukan toast untuk merayakan kemenangan ini dengan anggur
merah yang akan dianggap mahal oleh mereka. Ketika aku selesai
memperkenalkan diriku sendiri, Keita dengan ragu-ragu bertanya mengenai
levelku sekarang dengann berbisik setelah suasananya telah tenang.

Aku telah kurang lebih menduga pertanyaan ini akan ditanyakan. Karena itu,
aku telah memikirkan tentang sebuah angka palsu yang cocok beberapa waktu
yang lalu. Angka yang aku katakan kepada mereka sebenarnya adalah tiga level
lebih tinggi dari rata-rata level mereka...... tetapi, sebenarnya dua puluh level lebih
rendah dari levelku yang sebenarnya.

“Huh! Kamu dapat bermain solo di tempat ini dengan levelmu yang
sekarang?"

Ekspresi wajahku yang masam ketika membalas Keita mengejutkannya.

“Tidak perlu berbicara seperti itu...... bahkan bila bermain solo, tetapi aku pada
dasarnya hanya memilih musuh yang terpisah untuk diserang sementara
menghindari deteksi yang lainnya. Akan tetapi dalam hal efisiensi, hal ini tidak
terlalu tinggi."

253 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Oh...... Memang, lalu…... Walaupun ini agak mendadak....... Tetapi aku pikir
beberapa guild akan mengundangmu untuk menjadi anggotanya dalam waktu
sangat dekat...... Bila kamu bersedia, maukah kamu begabung dengan guild
kami?"

“Huh......?”

Menghadapiku yang tidak yakin bagaimana untuk membalas, wajah Keita


yang telah menjadi merah, menjadi lebih bersemangat sementara dia berbicara

“Begini, berdasarkan level kita sekarang, kita dapat dengan aman berlatih di
dalam labirin tempat kita berada sebelumnya. Mengenai keahlian untuk bergerak
lebih tinggi...... kamu pasti mengerti mengenai keadaan kami sekarang ini. Satu-
satunya orang yang dapat berperan sebagai pemain depan adalah Tetsuo. Tidak
peduli bagaimana, tingkat pemulihannya tidak dapat menandingi tingkat
berkurangnya. Karena itu, kondisi dalam pertarungan hanya akan menjadi lebih
buruk. Bila kami mempunyai rekan lainnya untuk bergabung dengan kami,
keadaan akan menjadi lebih baik. Lebih dari itu...... Sachi, datang sebentar ke sini."

Keita menaikkan tangannya dan memanggil dengan keras kepada pengguna


tombak berambut hitam itu. Gadis mungil bernama Sachi ini datang sementara
memegang segelas anggur merah dan dengan malu-malu mengangguk
kepadaku. Keita meletakkan tangannya di kepala Sachi sebelum meneruskan dan
berkata:

“Keahlian utama gadis ini seperti yang dapat kamu lihat, adalah menggunakan
tombak panjang dua-tangan. Tetapi keahliannya termasuk rendah dibandingkan
dengan pengguna tombak panjang lain kami. Karena itu, aku ingin menggunakan
kesempatan ini untuk mengubah dia menjadi pembawa perisai dan pengguna
pedang satu-tangan. Hanya saja kami tidak pernah memiliki kesempatan untuk
berlatih sebelumnya. Terlebih lagi, kami juga tidak terbiasa dengan pedang satu-
tangan. Bila kamu bersedia, maukah kamu menjadi pelatihnya?"

254 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

255 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Apa ini! Memperlakukanku seperti anak kecil!"

Sachi mengangkat pipinya dan sedikit menjulurkan lidahnya keluar sementara


tersenyum dan berkata:

“Ini karena aku selalu bertanggung jawab untuk menyerang musuh dari jauh.
Bila kamu tiba-tiba memerlukanku untuk bergerak maju dan melawan musuh
dalam pertarungan jarak dekat, aku akan menjadi takut."

“Tidak masalah selama kamu berlindung dibalik perisaimu. Berapa kali aku
perlu mengulanginya sebelum kamu mengerti...... yang benar saja. Kamu terlalu
mudah takut sejak dulu.

Aku hanya mengetahui mengenai garis depan dari SAO yang penuh dengan
pembunuhan. Tidak, dalam pendapatku semua pemain berlomba-lomba untuk
mendapatkan bahan-bahan di dalam MMORPG. Karena itu, interaksi diantara
mereka itu benar-benar menarik dan mengagumkan. Ketika Keita menyadari
bahwa aku sedang melihatnya, dia dengan malu-malu tersenyum dan berkata:

“Ah....... Anggota guild kami sebenarnya adalah anggota dari klub komputer
dari SMP yang sama di dunia nyata. Sebenarnya, dia tinggal sangat dekat
denganku …... Ah, tolong jangan khawatir karena semua orang di sini sangat
ramah. Kamu pasti akan dapat akrab dengan yang lainnya dengan cepat."

Semua orang di dalam grup itu, termasuk Keita, adalah orang-orang yang
baik. Itu adalah sesuatu yang sudah aku ketahui semenjak aku menghabiskan
waktu dalam perjalanan pulang dari labirin itu dengan mereka. Aku merasa
sangat bersalah membohongi mereka ketika aku memaksakan sebuah senyum
dan mengangguk.

“Lalu...... Tolong perbolehkan aku untuk bergabung dengan kalian semua.


Juga, tolong bimbing aku."

Dengan pemain depan kedua, keseimbangan dari kelompok Black Cat itu
meningkat drastis.

256 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Tidak,bila salah satu dari mereka memiliki sebuah keraguan, mereka akan
menemukan bahwa HP-ku tidak akan berkurang untuk suatu alasan yang aneh.
Akan tetapi, teman-teman yang baik ini semua percaya kepadaku karena apa
yang aku katakan, bahwa aku membuat mantel ini dari beberapa material
langka—dan ini bukanlah sebuah kebohongan—dan mereka tidak pernah
meragukanku.

Selama sebuah pertarungan kelompok, aku hanya bertugas dalam


pertahanan, dan membiarkan anggota yang lain di belakangku untuk mengatasi
para musuh dan mendapatkan experience point. Keita dan lainnya dengan cepat
menaikkan level mereka, dan setelah aku bergabung selama seminggu, kami
telah berlatih di tempat berburu satu lantai lebih tinggi dari yang sebelumnya.

Kami duduk berdekatan di dalam sebuah area aman di dalam dungeon. Keita
sedang memakan bento yang dibuat oleh Sachi sementara dia dengan
bersemangat memberitahukan kepadaku impiannya,

“Tentu saja, keselamatan dari teman-teman kami adalah yang terpenting.


Tetapi…bila, bila kita hanya ingin selamat, kita hanya perlu mengunci diri kita di
dalam kota sejak awal. Karena kami telah berlatih dan meningkatkan level kami
seperti ini, kami berharap setidaknya berada di dalam grup penyelesai. Walaupun
garis depannya masih jauh dari kami, kami hanya dapat menyerahkannya kepada
guild-guild terkuat seperti Knights of the Blood atau Sacred Dragon Alliance
untuk menaklukannya... eh, Kirito, apa bedanya antara mereka dan kita?"

“Eh…un, informasi. Mereka mempunyai informasi mengenai area mana yang


merupakan tempat paling efektif untuk berlatih, bagaimana mendapatkan senjata
terkuat di dalam permainan ini dan berbagai hal lain."

Itu adalah alasan mengapa aku berada di dalam regu penyerang, tetapi Keita
kelihatannya tidak senang dengan jawaban ini.

“Itu... jelas adalah sebuah alasan. Tetapi aku merasa bahwa itu adalah
semangat. Keinginan mereka untuk melindungi teman-teman mereka, semua
pemainnya menjadi kuat. Itu karena kekuatan inilah sehingga mereka dapat
menang di dalam pertempuran-pertempuran yang berbahaya dengan para bos.
Kami adalah mereka yang dilindungi, tetapi perasaan kami tidak akan kalah

257 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

dengan mereka. Jadi... aku merasa bahwa jika kita terus bekerja keras seperti ini,
kita dapat mengejar mereka."

“Yah... kamu benar."

Walaupun aku mengatakan hal itu, aku merasa itu bukanlah karena alasan
yang menakjubkan seperti itu. Alasan kenapa para grup penyelesai memiliki
motivasi mereka adalah karena mereka selalu memiliki seorang pendekar pedang
yang berada di atas ribuan pemain lainnya. Buktinya adalah bila mereka
bertujuan untuk menyelesaikan SAO hanya untuk melindungi para pemain, para
pemain kelas atas tersebut seharusnya telah menyediakan semua informasi dan
perlengkapan yang mereka dapat kepada para pemain kelas menengah. Lalu
mereka dapat meningkatkan level dari semua pemain, dan jumlah orang yang
bergabung dengan grup-grup penyelesai akan bertambah.

Alasan mereka melakukan hal itu adalah karena mereka berharap untuk
menjadi yang terkuat. Tentu saja, aku juga sama. Pada saat itu, aku akan
menyelinap keluar dari tempat peristirahatan kami dan pergi ke garis depan
untuk terus meningkatkan level-ku. Perbuatan ini terus menjauhkan perbedaan
level antara aku dan para anggota dari Black Cats. Walaupun aku mengetahui
bagaimana akhirnya, aku terus menerus mengkhianati mereka.

Tetapi pada saat itu, aku kurang lebih percaya bahwa bila level dari para
anggota Black Cats meningkat, kami dapat bertarung di garis depan. Pada saat
itu, aku rasa cita-cita dari Keita mungkin dapat mengubah sifat tertutup dari para
grup penyelesai.

Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa level dari para anggota Black Cats
meningkat dengan kecepatan yang tidak normal. Area latihan yang kami gunakan
adalah tempat yang sebelumnya aku selesaikan sebagai bagian dari garis depan.
Aku tahu semua mengenai tempat itu, baik tempat-tempat berbahayanya atau
tempat-tempat efektif untuk berlatih. Aku terus menerus memandu mereka
tanpa mengkhawatirkan apa-apa, terus menerus memikirkan rencana paling
efisien dalam berburu, menyebabkan level rata-rata anggota guild Black Cats
untuk berada sangat jauh di atas level rata-rata pemain secara keseluruhan.
Ketika aku bergabung, kami masih berada sepuluh lantai di bawah garis depan,
tetapi celahnya dengan cepat menyempit menjadi lima. Kami terus menerus

258 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

menambah kecepatan dan col, dan sepertinya kami segera akan memiliki cukup
col untuk membeli sebuah rumah untuk guild.

Akan tetapi, ada satu masalah. Transformasi Sachi menjadi pendekar pedang
berperisai tidak dapat diteruskan.

Tetapi hal itu tidak dapat dihindarkan. Ketika menghadapi monster-monster


ganas pada jarak dekat, apa yang lebih penting daripada jumlah dalam level
adalah keberanian untuk menahan rasa takut dan bertarung terus hingga akhir.
Segera setelah SAO dimulai, banyak pemain meninggal karena mereka menjadi
panik dan tenggelam dalam kekacauan. Bila aku benar-benar harus
mengatakannya, Sachi termasuk seorang penakut yang kelihatannya tidak dapat
berperan sebagai pemain depan.

Aku merasa tidak perlu bagi Sachi untuk mengganti tipe karena aku memiliki
status yang jauh melebihi yang dibutuhkan untuk menjadi perisai mereka. Akan
tetapi, anggota yang lainnya tidak merasa begitu. Setidaknya, mereka
kelihatannya sedikit menyesal bahwa aku harus menjadi seorang pemain depan,
yang akan sangat melelahkan. Walaupun dia tidak mengatakannya karena
semangat dalam grup sangat baik, Sachi merasa bahwa tekanannya menjadi lebih
kuat.

Pada suatu malam, Sachi tiba-tiba menghilang dari tempat peristirahatan.

Semuanya mengira alasan mereka tidak dapat menemukan lokasinya dari


daftar anggota guild adalah karena dia sedang sendirian di dalam dungeon. Hal
ini membuat para anggota dari Keita panik, dan mereka segera pergi keluar
untuk mencari.

Akan tetapi, aku adalah satu-satunya yang bersikeras untuk mencari di luar
dungeon. Alasanku adalah ada beberapa tempat yang tidak dapat dilacak. Tetapi
kenyataannya, aku telah memiliki keahlian 'Melacak' tingkat tinggi yang
membolehkanku mencari musuh. Tentu saja, aku tidak dapat menjelaskan hal ini
kepada teman-temanku.

259 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Sementara Keita dan lainnya berlari ke arah dungeon di lantai itu, aku pergi ke
kamar Sachi, mengaktidkan fungsi pelacak, dan mengikuti langkah kaki berwarna
hijau muda yang muncul.

Langkah kaki kecil itu mengarah ke arah yang semua orang, termasuk aku,
tidak diduga sama sekali. Dia menghilang ke dalam tempat pembuangan air yang
termasuk jauh dari jalan utama. Aku menelengkan kepalaku dan berjalan masuk,
dan melihat di pinggiran luar dari kegelapan tempat itu dimana tetesan air
menetes, Sachi sedang duduk berjongkok dengan sebuah mantel yang baru saja
dia dapat, yang memiliki fungsi tidak terlihat.

“…Sachi.”

Ketika aku mengatakan hal itu, dia menggelengkan rambut hitamnya yang
sepanjang bahu dan melihat ke atas, menggumam kaget,

“Kirito…bagaimana kamu tahu aku aku ada di sini?"

Aku ragu-ragu mengenai bagaimana untuk menjawabnya, dan akhirnya


berkata.

“Insting.”

“…Begitu."

Sachi tersenyum dan sekali lagi menyandarkan wajahnya kepada lututnya


yang sedang dipeluknya. Aku mencoba sebaik mungkin untuk memikirkan kata-
kata, dan mengatakan sesuatu yang kurang kreatif,

“…Semuanya khawatir mengenaimu. Mereka bahkan mengirim orang ke


dungeon untuk mencarimu. Segeralah kembali."

Kali ini, terdapat keheningan panjang. Setelah satu atau dua menit, aku ingin
mengatakan hal yang sama lagi, tetapi kali ini, suara yang lemah dari Sachi keluar
sementara dia menurunkan kepalanya,

“Hei, Kirito, mari kita lari."

Aku bertanya secara naluriah,

260 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Lari... dari mana?"

“Dari kota ini, semuanya yang ada di Black Cats, para monster... dari SAO."

Aku tidak begitu akrab dengan para gadis—atau bahkan manusia umumnya
sehingga aku tidak dapat menjawabnya dengan segera. Setelah berpikir panjang,
aku dengan takut-takut bertanya,

“Apakah kamu... bermaksud untuk melakukan bunuh diri bersama?"

Setelah keheningan sesaat, Sachi tersenyum.

“Fufu…yah, seharusnya tidak masalah... tidak, maaf. Aku bberbohong. Bila aku
memiliki keberanian untuk melakukan bunuh diri, aku tidak akan bersembunyi di
dalam kota... jangan berdiri terus. Duduklah juga."

Aku tidak apa yang harus dilakukan, jadi aku duduk sedikit dekat di samping
Sachi di lantai batu itu. Dari pintu keluar berbentuk setengah lingkaran dari
tempat pembuangan air ini, aku dapat melihat cahaya kotanya yang sekecil
bintang-bintang.

“…Aku takut akan kematian. Karena aku takut, aku bisa dibilang tidak dapat
tidur selama ini."

Akhirnya, Sachi menggumam.

“Mengapa hal seperti ini terjadi? Mengapa kita tidak dapat keluar dari
permainan ini? Mengapa kita dapat mati walaupun ini hanyalah sebuah
permainan? Apa yang dapat didapat oleh Kayaba itu dengan melakukan hal ini?
Apa arti dari hal ini...?"

Sebenarnya, aku dapat memberi sebuah jawaban untuk masing-masing dari


kelima pertanyaan itu. Tetapi bahkan akupun tahu bahwa Sachi tidak mencari
jawaban semacam itu. Aku berusaha sebaik yang aku bisa untuk berpikir dan
berkata,

“Kemungkinan besar, tidak ada artinya... dan tidak ada yang dapat
memperoleh keuntungan dari ini. Pada saat dunia menjadi seperti ini, semuanya
kehilangan hal terpenting dari yang mereka miliki."

261 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku menahan air mataku sementara aku mengatakan sebuah kebohongan


besar kepada gadis ini. Hal itu karena aku berbohong kepada diriku sendiri untuk
menjadi lebih kuat, dan merasakan kepuasan dari rahasia ini ketika aku memasuki
kelompok dari para Black Cats. Bisa dibilang, aku jelas-jelas mendapatkan
keuntungan bagi diriku.

Pada saat itu, aku seharusnya mengatakan semuanya kepada Sachi. Bila aku
memiliki sepotong kecil saja kejujuran, aku seharusnya sudah menunjukkan
egoismeku yang buruk ini keluar. Pada keadaan itu, Sachi mungkin dapat
mengeluarkan sebagian dari tekanan yang ada pada dirinya, dan dia bahkan
mungkin merasa agak tenang.

Akan tetapi, apa yang dapat aku katakan hanyalah sebuah kebohongan untuk
lebih menguatkan diriku.

“…Kamu tidak akan mati."

“Mengapa kamu mengatakan hal itu?"

“…Bahkan dalam keadaan kita yang sekarang, Black Cats tetaplah sebuah guild
yang kuat. Kita juga telah mencapai batas aman. Bila kamu tetap di dalam guild
itu, kamu dapat terus hidup dengan aman. Juga, kamu tidak benar-benar perlu
berganti menjadi seorang pendekar pedang."

Sachi mengangkat kepalanya dan menunjukkan kepadaku sebuah ekspresi


kepercayaan. Akan tetapi, aku tidak dapat menatap langsung kepada kedua mata
itu dan merendahkan kepalaku.

“…Benarkah? Aku dapat terus hidup hingga akhir? Kembali ke dunia nyata?"

“Ahh…kamu tidak akan mati. Kamu akan terus hidup hingga hari dimana
permainan ini terselesaikan."

Kata-kata itu adalah kata-kata yang tidak meyakinkan dan tidak memiliki
pengaruh apapun didalamnya. Walaupun begitu, Sachi bersandar kepadaku,
menyandarkan wajahnya kepada bahu kiriku dan menangis untuk beberapa lama.

262 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Setelah beberapa lama, aku mengirim pesan kepada Keita dan kawan-kawan
dan membawa Sachi kembali ke tempat menginap kami. Sachi kembali ke
ruangannya untuk beristirahat, dan aku menunggu di lantai pertama dari meja
minum menunggu kembalinya Keita dan kawan-kawan. Aku memberitahu
kepada mereka beberapa hal—Sachi membutuhkan waktu lebih lama untuk
menjadi seorang pendekar pedang, dan bila mungkin, dia lebih baik terus
menjadi seorang pendekar tombak. Juga, aku dapat terus menjadi pemain depan.

Keita dan lainnya bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi antara Sachi dan
aku, tetapi mereka dengan gembira menyetujui rencanaku. Aku menghela napas
lega, tetapi ini tidak akan menyelesaikan masalah sesungguhnya.

Dari malam berikutnya dan seterusnya, Sachi akan datang untuk tidur di
kamarku. Dia berkata bahwa bila terus bersamaku dan mendengar bahwa dia
tidak akan mati, dia akan dapat tidur dengan tenang. Sekarang aku benar-benar
tidak dapat menyelinap keluar pada malam hari untuk mendapat experience.
Walaupun begitu, hal ini tidak berarti rasa bersalahku karena berbohong kepada
Sachi dan lainnya menghilang.

Untuk alasan tertentu, ingatan mengenai hal itu terpadatkan seperti gumpalan
salju, jadi aku tidak dapat mengingat banyak. Walaupun begitu satu hal yang
pasti adalah Sachi dan aku tidak memiliki hubungan yang romantis. Kami tidak
pernah tidur bersama di tempat tidur yang sama, tidak pernah berpelukan satu
sama lain, berbicara mengenai cinta atau bahkan melihat satu sama lain.

Hubungan kami lebih seperti kucing yang hilang yang saling menjilati luka
yang lain. Sachi akan sedikit melupakan mengenai ketakutannya karena kata-
kataku, dan aku akan bergantung kepadanya untuk melupakan rasa bersalahku
karena aku adalah seorang beater.

Benar—Itu karena aku mengacuhkan masalah-masalah dari Sachi sehingga


aku menemukan sisi ini dari insiden SAO yang telah berubah menjadi sebuah
permainan kematian. Aku secara sistematis megnalahkan monster dengan level
rendah yang aku kalahkan selama beta test, terus menaikkan level dan
menjaganya dalam batas aman. Aku bukanlah seperti Heathcliff sang Paladin ,
tetapi di dalam ingatanku, life point-ku tidak pernah turun ke daerah berbahaya.

263 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku bergantung kepada sumber daya yang luas yang aku dapat dengan
mudah. Ketika aku mengetahui—bahwa ada banyak pemain yang takut akan
kematian seperti ini, aku akhirnya menemukan sebuah cara untuk menghilangkan
rasa bersalahku. Tentu saja, cara itu adalah untuk terus melindungi Sachi dan
para anggota Black Cats.

Untuk kepuasanku sendiri, aku lupa bahwa aku menyembunyikan levelku


sebelum memasuki guild ini, melupakan ingatan bahwa aku adalah yang pada
akhirnya menjadi orang yang melindungi mereka, melatih mereka untuk menjadi
sebuah guild tingkat atas. Setiap malam, aku akan berada di sisi tempat tidur,
menenangkan Sachi yang meringkuk dalam kecemasan, mengatakan kepadanya
'kamu tidak akan mati, kamu tidak akan mati, kamu akan terus hidup' seperti
sebuah mantra. Setelah aku mengatakan hal itu, Sachi akan menunjukkan sebuah
senyum sedikit dari balik selimut, menatapku dan memasuki tidur yang ringan.

Akan tetapi, Sachi tetap meninggal pada akhirnya.

Kurang dari sebulan setelah malam itu di tempat pembuangan air, dia
terbunuh secara kejam oleh seekor monster di depanku, dan seluruh tubuh dan
jiwanya semuanya tersebar.

Pada hari itu, Keita ingin membeli sebuah rumah sebagai rumah untuk guild
kami, membawa seluruh uang yang akhirnya kami kumpulkan dan pergi
menemui para pemain yang bekerja di bidang penjualan bangunan. Sachi, aku
dan ketiga anggota lainnya sedang tertawa sementara kita sedang melihat kolom
barang bersama dari anggota guild yang tidak memiliki item satupun didalamnya
sementara kita menunggu Keita untuk kembali. Tetapi setelah beberapa saat,
pengguna gada Tetsuo itu berkata,

“mari pergi ke dungeon sebelum Keita kembali, mengisi kolomnya dan


menakutinya."

Kelima dari kami memasuki dungeon yang tidak pernah kami masuki
sebelumnya, sebuah dungeon yang berada hanya tiga lantai di bawah garis
depan yang sekarang. Tentu saja, aku pernah bertarung di tempat itu

264 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

sebelumnya, dan aku tahu bahwa tempat itu adalah sebuah tempat yang mudah
untuk mendapatkan uang tetapi memiliki banyak sekali jebakan. Akan tetapi, aku
tidak memberitahu mereka mengenai itu.

Di dalam dungeon, level kami masih berada di dalam area aman, jadi
perburuan kami berjalan mulus. Setelah satu jam, kami mendapatkan sejumlah
uang yang kami tentukan, dan ketika semuanya sedang bersiap untuk kembali
dan membeli barang-barang, salah satu anggota yang merupakan seorang
pencuri menemukan sebuah peti harta.

Pada saat itu, aku dengan keras berpendapat untuk mengacuhkannya. Tetapi
ketika aku ditanyai mengenai alasannya, aku tidak dapat mengatakan bahwa
tingkat kesulitan dari perangkapnya telah meningkat setingkat mulai dari lantai
ini, dan hanya dapat berkata terbata-bata dan menekankan bahwa peti itu
terlihat berbahaya.

Perangkap alarm-nya berbunyi dengan keras, dan para monster bergerak


menuju ruangan seperti sebuah gelombang pasang. Segera sesudah mengetahui
bahwa keadaannya sedang berbahaya, aku segera berkata kepada semuanya
untuk menggunakan jalan keluar darurat untuk melarikan diri. Akan tetapi,
ruangan itu didesain sebagai sebuah tempat dimana kristal tidak dapat
digunakan—pada saat itu, semua orang, termasuk aku, pada akhirnya menjadi
panik secara ringan maupun berat.

Yang pertama mati adalah pencuri itu yang mengaktifkan alarm-nya. Lalu, si
pengguna gada Tetsuo, dan pendekar tombak pria di belakangnya.

Karena panik, aku terus menerus mengayunkan teknik pedang tingkat tinggi
yang aku sembunyikan dan membunuh gelombang demi gelombang dari para
monster. Tetapi mereka berjumlah terlalu banyak, dan aku tidak memiliki
kesempatan untuk menghancurkan peti harta yang terus berbunyi.

Sementara HP dari Sachi benar-benar menghilang setelah dikelilingi oleh


sekumpulan monster, dia meraihkan tangan kanannya kepadaku seakan-akan dia
ingin mengatakan sesuatu. Kedua mata yang melebar itu masih menunjukkan
sebuah warna terang yang menunjukkan bahwa dia mempercayaiku, sama seperti
setiap malam, sehingga hal ini terasa sangat menghancurkan hatiku.

265 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku tidak dapat mengingat bagaimana aku selamat. Setelah aku pulih,
kumpulan monster dan keempat temanku tidak berada di dalam ruangan itu.
Tetapi bahkan dalam situasi itu, HP bar-ku menurun hingga sekitar setengahnya.

Tidak dapat berpikir, aku dengan hampa kembali ke penginapan.

Keita, yang meletakkan kunci rumah guild yang benar-benar baru di atas meja
dan menunggu kami kembali, mendengarkan ceritaku—bagaimana keempat dari
mereka meninggal, bagaimana aku selamat, dan menatapku tanpa ekspresi. Dia
berkata kepadaku mengenai bagaimana beater sepertiku tidak memiliki hak
apapun untuk bergabung dengan mereka.

Dia berlari keluar dari kota di Aincrad, dan kemudian melompati pagar tanpa
keraguan sementara aku mengikutinya dari belakang, menuju kedalam
kehampaan tiada akhir.

Apa yang Keita katakan adalah kenyataannya. Hal itu tidak dapat
diperdebatkan. Itu adalah kesombonganku yang membunuh keempat anggota
dari Black Cats of the Full Moon—bukan, 5. Bila mereka tidak pernah bertemu
denganku, mereka akan terus berada di daerah tengah yang aman, dan mereka
tidak akan memicu apa yang ternyata adalah sebuah perangkap.

Untuk bertahan hidup di dalam SAO, apa yang kita butuhkan bukanlah refleks
ataupun jumlah secara angka dalam level, tetapi informasi yang memadai. Aku
menaikkan level mereka dengan efisiensi yang tinggi tetapi tidak
memberitahukan kepada mereka informasi. Itu adalah sebuah tragedi yang aku
sebabkan dengan kedua tanganku, dan aku sendirilah yang membunuh Sachi
yang telah aku janjikan untuk aku lindungi.

Mengenai apakah dia ingin untuk mengutukku dengan kejam pada saat
terakhirnya, aku harus menahannya. Alasan mengapa aku terus menerus mencari
mengenai revival item yang dirumorkan adalah hanya untuk mendengar kata-
kata itu.

266 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bagian 3

Selama empat hari yang tersisa sebelum Natal, levelku naik sekali lagi, menjadi
70.

Selama masa ini, aku tidak tidur sedikitpun. Ini adalah harganya. Kadang-
kadang aku merasakan sakit kepala yang menusuk, seakan-akan aku tertusuk
oleh paku, tetapi aku merasa bahwa bahkan bila aku berbaring, aku tidak akan
dapat tertidur.

Semenjak perjumpaan itu, guild Fuurinkazan dari Klein tidak pernah berada ke
lembah semut ini lagi. Aku terus menerus mengantri dengan guild-guild lainnya,
memburu semut-semut mekanis itu sendirian. Ekspresi wajah dari para pemain
yang melihat mataku juga pada alhirnya berubah dari mengejek menjadi jijik.
Walaupun masih ada beberapa pemain yang merespon sapaanku, segera setelah
siapapun memasuki lapangan pandangku, wajahnya akan segera berpaling
dariku.

Diantara sekelompok pemain yang targetnya adalah hadiah Natal itu,


pertanyaan terbesarnya adalah dimana pohon fir raksasa dimana «Nicholas the
Renegade» akan muncul di bawahnya—mengenai pertanyaan ini, aku
memanfaatkan waktu menunggu di lembah semut itu, dan mendapatkan sebuah
jawaban yang hampir pasti.

Aku telah pergi ke semua koordinat yang aku beli dari berbagai usaha
inteligen, tetapi walaupun dari luarnya mereka tampak seperti pohon Natal,
tetapi mereka ternyata bukanlah pohon fir, tetapi pohon pinus. Daunnya yang
seperti duri yang ada di pohon pinus tidak sama. Bagian depan dari daun fir
berbentuk oval tipis dan memanjang. Karena di dunia nyata aku telah melihat
kedua tipe pohon ini di halaman belakangku, aku mengetahuinya.

Beberapa bulan yang lalu, aku berada di area latihan di lantai tiga puluh tiga
dimana terdapat sebuah dungeon yang mentransfer pemain secara acak yang
dinamakan "Lost Forest", dan di sebuah ujung tertentu dari hutan itu aku
menemukan sebuah pohon raksasa yang berlekuk. Aku merasa bahwa terdapat
beberapa arti tersembunyi dari bentuknya, mungkin tempat mulai dari sebuah
tugas yang tidak diketahui jadi aku dengan teliti menyelidikinya, tetapi tidak
menemukan apa-apa. Bila aku meninjau ulang, pohon raksasa itu adalah sebuah

267 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

pohon fir. Pada malam Natal– yaitu, malam ini, sebuah monster spesial bernama
«Nicholas the Renegade» akan muncuk di bawah pohon itu.

Aku mendengarkan suara yang menandakan bahwa aku sekarang level 70


tanpa perasaan apapun, dan setelah gerombolan semut di dekatku sudah
dibereskan, aku mengambil dari tasku sebuah teleport crystal. Tanpa menyapa
para pemain yang sedang mengantri, aku langsung pergi ke lantai di garis depan
dimana aku menginap, di jalan utama lantai ke-empat-puluh-sembilan.

Aku mengangkat kepalaku untuk melihat menara jam di gerbang alun-alun


kota, untuk melihat bahwa masih ada tiga jam sebelum tengah malam. Mungkin
karena mereka ingin menghabiskan malam natal bersama, di dalam alun-alun
penuh dengan pasangan pemain. Aku dengan cepat melewati mereka untuk
kembali ke tempatku menginap.

Berlari ke ruanganku sendiri, aku segera membuka tempat penyimpanan yang


dipasang di dalam ruangan, mengambil dari item window yang muncul semua
kristal pemulihan, detoksifikasi dan potion dan semacamnya. Walaupun ini semua
sudah berjumlah besar dalam perhitungan neraca keuanganku, aku tidak akan
merasa kasihan bahkan bila mereka semua terpakai.

Segera sesudah aku mengambil sebuah pedang satu-tangan dari koleksiku,


menegaskan kembali durabilitasnya, aku mengambil pedang di punggungku
yang sebelumnya aku gunakan untuk melawan semut-semut itu dan
menukarnya. Lalu aku juga menukar mantel kulit dan pelindungku dan semuanya
yang aku pakai dengan item baru. Ketika aku telah selesai, aku baru saja akan
menutup window-nya ketika aku melihat inventory-ku dan menghentikan
tanganku.

Di sana, sebagai tambahan dari milik «Sendiri» yang tertulis disana, inventory
page milikku, terdapat label lain yang tertulis dengan nama «Sachi».

Ini adalah hasil dari hubungan yang sangat baik antara dua pemain, tetapi
tidak berlanjut ke dalam «Pernikahan» —pemain seperti mereka menentukkan
item window bersama mereka. Hal ini berbeda dengan bagaimana semua item di
dalam pernikahan digunakan bersama dimana hanya item yang ditaruh di dalam
window yang berbeda ini yang digunakan bersama.

268 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Sachi, yang tidak pernah meminta untuk pengakuan cinta atau untuk
berpegangan tangan sebelumnya, meminta pada tak lama sebelum kematiannya
untuk membuat window ini. Ketika aku bertanya mengenai alasannya, dia
memberikan sebuah jawaban yang sulit diterima, yaitu untuk dengan mudah
bertukar healing potion dan item yang serupa—bila ini adalah maksudnya, disana
dengan jelas terdapat sebuah window di dalam guild yang terbuka yang dapat
digunakan untuk itu. Tetapi meskipun demikian aku setuju, dan mengatur
window ini untuk berbagi hanya antara Sachi dan aku.

Walaupun Sachi meninggal, window ini masih ada. Tentu saja, daftar
temannya akan tetap memiliki nama Sachi, tetapi namanya akan berwarna abu-
abu karena dia tidak dapat dihubungi. Dan beberapa healing potion yang tersisa
di dalam inventory yang digunakan bersama, ini juga tidak akan digunakan.
Setelah setengah tahun, walaupun halaman guildnya terhapus tanpa perasaan
apapun, aku tidak dapat menghilangkan label dengan nama Sachi di dalamnya.
Tentu saja—alasannya bukan karena aku percaya bahwa dia dapat dihidupkan
kembali—Aku hanya tidak dapat memaafkan diriku sendiri yang akan dapat
merasa lebih baik setelah menghapus namanya.

Aku baru pulih dan menutup window-nya setelah melihat nama Sachi selama
sepuluh menit. Sekarang adalah dua jam sebelum tengah malam.

Sementara aku berjalan keluar dari ruangan dan menuju ke arah transfer gate,
aku terus berpikir mengenai ekspresi wajah Sachi pada saat terakhirnya, apa yang
dia pikirkan, dan, apa yang sebenarnya dia ingin katakan.

Berpindah ke gerbang yang ada di lantai ke-lima-puluh-lima, aku datang ke


alun-alun yang benar-benar berbeda dengan kota yang sebelumnya ataupun di
garis depan, sebuah alun-alun yang sangat sepi. Mungkin karena masih ada jarak
antara tempat ini dengan daerah pertempuran utama dari pemain tingkat
menengah, area jalan utamanya secara sederhana tidak cukup berharga untuk
dipakai jalan-jalan. Tetapi tetap saja, aku tetap menarik kerah dari mantelku
keatas untuk menghindari mata dari beberapa pemain yang ada di area, dengan
cepat meninggalkan jalan.

Tidak ingin menghabiskan waktu melawan musuh yang lemah, aku mulai
berlari setelah memeriksa bahwa tidak ada yang mengejarku dari belakang.
Dengan level yang berhasil aku dapat selama satu bulan terakhir, agility-ku

269 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

meningkat banyak, dan kedua kakiku yang menapak salju terasa seringan bulu.
Rasa sakit yang menusuk yang datang dari pelipisku tidak pernah menghilang,
tetapi hal itu menyebabkan pikiranku tidak dapat tidur sama sekali.

Setelah sekitar 10 menit berlari, aku tiba di pintu masuk dari forest maze.
Dungeon yang ada di medan ini terpisah menjadi berbagai poligon berujung 4,
dan karena setiap areanya saling berhubungan, dapat dikatakan tidak mungkin
untuk dapat menembusnya tanpa peta.

Setelah membuka peta, aku menatap ke arah area yang ditandai dan yang
telah aku lalui. Setelah mengingat jalurnya di dalam pikiranku, aku berangkat
sendirian ke hutan yang sunyi itu.

Setelah dua pertarungan yang tidak dapat aku hindari, aku memasuki area di
depan semua pohon yang berada di sekitar sasaran tanpa kesulitan apapun.
Masih ada lebih dari tiga puluh menit tersisa.

Lalu, aku akan bertarung dengan monster bos sendirian yang mungkin akan
mengambil nyawaku—sebuah kemungkinan yang tinggi untuk itu. Aku tidak
dapat merasakan rasa takut apapun didalamku. Sebaliknya, mungkin ini adalah
apa yang aku harapkan. Untuk mati di dalam pertarungan untuk menghidupkan
kembali Sachi mungkin adalah satu-satunya jalan aku dapat menerima
kematian—

Aku tidak ingin mengatakan sesuatu yang heroik seperti aku mencari tempat
peristirahatanku. Aku menyebabkan Sachi dan keempat temanku yang lain untuk
mati tanpa arti, dan aku tidak memiliki hal apapun untuk mencari sebuah
kematian yang berarti.

Apa gunanya melakukan hal ini? Sachi sebelumnya bertanya kepadaku. Dan
aku menjawabnya, tidak ada gunanya.

Sekarang ini, aku akhirnya dapat mengubah kata-kata itu menjadi sebuah
kenyataan. Sachi meninggal tanpa arti di dalam permainan kematian SAO ini
yang tanpa arti yang dibuat oleh orang jenius yang gila Kayaba Akihiko itu.
Dengan itu, aku akan mati di sebuah tempat yang tidak akan diketahui orang lain,
tidak diingat oleh siapapun, dan untuk meninggal tanpa arti seperti itu.

270 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Bila, aku mengalahkan bosnya dan hidup, revival item itu akan berubah dari
sebuah rumor menjadi sebuah kenyataan. Itu adalah apa yang aku pikirkan. Jiwa
Sachi akan kembali dari jalan kematian atau Sungai Styx, dan kemudian aku
akhirnya dapat mendengar kata-kata terakhirnya. Akhirnya—pada akhirnya,
biarkan aku menunggu untuk saat ini...

Tepat ketika aku sudah siap untuk melangkah ke depan dan selesai menjalani
beberapa meter terakhir, beberapa pemain muncul dari warp point di
belakangku. Aku melompat mundur karena kaget sementara aku memegang
pangkal pedang yang ada di belakangku.

Apa yang muncul adalah sebuah grup yang terdiri dari 10 orang, dan berdiri
tepat di depan mereka adalah seorang samurai dengan pelindung ringan, sebuah
katana di pinggangnya, dan sebuah ikat kepala—Klein.

Anggota utama dari guild Fuurinkazan masing-masing terlihat gelisah


sementara mereka bergerak mendekat ke arahku dari warp point yang ada di
belakang mereka. Aku terus melihat wajah Klein dan mengeluarkan sebuah suara
yang serak.

“…Apakah kamu mengikutiku?"

Klein memegang rambutnya yang menjadi tegak karena bandanna itu dan
mengangguk.

“Yah.Kami memiliki seseorang dengan keahlian melacak yang baik."

“Mengapa aku?"

“Karena aku membeli informasi bahwa kamu membeli semua koordinat


pohon, dan untuk alasan keamanan, aku berangkat untuk melihat dari gerbang
penjaga di lantai ke-49, tetapi mengetahui bahwa kamu sedang bergerak ke arah
lantai dimana tidak ada informasi sama sekali. Aku merasa bahwa kemampuan
bertarungmu dan insting pemainmu sangat kuat, lebih kuat dari grup
penyelesai... bahkan lebih dari Heathcliff. Jadi, Kirito, kamu tidak boleh mati di
tempat seperti ini."

Klein mengulurkan tangan kanannya, menunjukkan jarinya kepadaku dan


berteriak,

271 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“MENYERAHLAH MENGENAI SERANGAN SOLO YANG GEGABAH ITU DAN


BERKELOMPOKLAH BERSAMA KAMI! BIARKAN ORANG YANG MENDAPAT
REVIVAL ITEM DROP ITU YANG MENYIMPANNA, OKE!?"

“…Bila begitu..."

Aku tidak dapat percaya bahwa Klein mengatakan hal itu kepadaku karena dia
melihatku sebagai seorang teman, bahwa dia mengkhawatirkanku.

“Bila begitu, tidak ada gunanya... Aku harus menyerang seorang diri..."

Aku menggenggam erat pangkal pedangku, dan pikiranku terbakar oleh


kegilaan dan entah bagaimana tanpa sadar berpikir.

—Mari bunuh saja semuanya.

Di masa lalu, ketika permainan kematian ini dimulai, aku meninggalkan Klein,
pemula ini yang tidak tahu apa-apa, dan pergi ke kota berikutnya. Aku menyesali
hal ini untuk waktu yang lama, dan lega karena Klein dapat terus hidup dengan
cara seperti itu.

Pada saat itu, aku benar-benar bertanya-tanya, apakah aku harus mencapai
tujuanku bahkan bila aku harus membunuh satu dari teman-temanku yang
sedikit ini dan jatuh sebagai seorang pemain merah? Hatiku dengan lemah
berteriak bahwa hal ini tidak ada gunanya, tetapi terpukul mundur secara mutlak
oleh sebuah raungan yang sangat keras.

Aku benar-benar percaya bahwa bila aku sedikit saja menghunus pedangku
kemudian, aku tidak akan dapat menghentikan diriku sendiri mulai dari saat itu.
Dan Klein sedang melihatku dengan sedih sementara tangan kananku gemetar
dan terus berusaha menolaknya.

Pada saat itu, sebuah grup ketiga pengganggu datang.

Juga, grup ini bukanlah sebuah grup yang hanya beranggotakan 10 orang,
tetapi sekitar tiga kalu kelompoknya. Aku menatap dengan kosong kepada
kelompok besar itu dan menggumam kepada Klein, yang berbalik dengan sikap
terkejut yang serupa,

272 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“Kelihatannya kalian juga diikuti, Klein."

“…Ahh, kelihatannya begitu..."

Di perbatasan yang kelihatannya sekitar 50 meter jauhnya, terdapat orang-


orang yang baru saja aku lihat di bukit semut, dengan diam menatap kepada
Fuurinkazan dan aku. Pendekar pedang Fuurinkazan yang berdiri disebelah Klein
menyondongkan diri ke sebelah wajah pemimpinnya dan berbisik,

“Mereka adalah orang-orang dari «Divine Dragon Alliance», sekelompok


orang yang dapat menjadi pemain oranye hanya untuk menyerang flag boss."

Aku sering juga mendengar nama itu. Nama mereka sama terkenalnya dengan
Knights of the Blood, guild terbesar diantara grup penyelesai. Masing-masing
dari mereka seharusnya berada di bawahku dalam level, tetapi aku tidak percaya
dapat mengalahkan orang sebanyak itu.

Tetapi—mungkin hasil akhirnya akan sama.

Tiba-tiba aku merasa bahwa entah aku dibunuh oleh monster bos atau sebuah
guild, itu semuanya adalah sias-sia. Tetapi, setidaknya itu adalah sebuah pilihan
yang lebih baik daripada bertarung melawan Klein, bukan?

Aku memutuskan untuk menghunus pedang dari punggungku. Aku bahkan


malas untuk berpikir. Aku hanya perlu menjadi seperti robot dan terfokus untuk
mengayunkan pedangku, menghancurkan semua yang ada di depanku hingga
aku hancur.

Akan tetapi, teriakkan Klein menyebabkan tanganku terhenti.

“TERKUTUK! PARA BAJINGAN ITU!"

Pengguna katana itu menghunus senjata di pinggangnya lebih cepat dari aku
dan menggeram kepadaku dari belakang.

“Pergi kesana, Kirito! Serahkan hal ini kepadaku! Pergi kalahkan bos-nya!
Tetapi aku tidak akan membolehkanmu untuk mati! Aku tidak akan
memaafkanmu bila kamu berani untuk mati di depanku! Tidak akan pernah!"

273 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

“…”

Tidak ada banyak waktu yang tersisa. Aku membalikkan punggungku kepada
Klein dan memasuki warp point terakhir tanpa berkata terima kasih.

Pohon-pohon fir yang besar itu, lokasi yang aku ingat, dan lekukan dari
ingatan-ingatanku, mereka semua berada di situ membisu. Kelihatannya tidak
ada area bersisi 4 dengan pepohonan lainnya karena datarannya bercahaya
dengan salju yang putih murni, dan kelihatan seperti tanahtandus dimana semua
kehidupan telah sirna.

Sementara timer yang berada di ujung mataku mencapai angka nol, sebuah
alarm terdengar entah dari mana, dan aku menengadahkan kepalaku dan melihat
di atas puncak pohon.

Langit yang hitam kelam, atau bisa dibilang, dari dasar dari lantai atas sebagai
latar belakang, garis-garis cahaya itu terus menerus mendekat. Melihat lebih
dekat ke arah hgaris-garis itu, aku menemukan bahwa itu adlah seekor monster
berbentuk aneh yang menarik sebuah kereta luncur raksasa.

Ketika kereta itu mencapai puncak pepohonan, sebuah bayangan hitam


terbang turun dari kereta luncurnya, dan aku mundur beberapa langkah.

Apa yang mendarat dengan keras dan menyebarkan salju adalah seekor
monster yang 3 kali ukuranku. Monster itu masih memiliki penampilan seperti
manusia, tetapi kedua lengannya sangat panjang, dan karena tubuhnya
membungkuk ke depan, kedua lengannya hampir menyentuh tanah. Kedua mata
merah kecilnya bercahaya di bawah tonjolan yang abnormal dari kening
bayangan itu. Bagian bawah dari wajahnya penuh dengan janggut ikal berwarna
abu-abu, dan panjangnya mencapai pinggang.

Anehnya, monster ini memakai sebuah kemeja berwarna merah dan putih,
sebuah topi berbentuk kerucut yang berwarna sama, membawa sebuah kapak di
tangan kanannya, dan sekantong besar penuh barang-barang di tangan kirinya.
Orang yang mendesain monster ini mungkin ingin membuat sekelompok besar
pemain untuk takut tetapi terhibur ketika mereka melihat versi yang sangat jelek

274 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

dari seorang bos Sinterklas. Tetapi untukku yang melawan «Nicholas the
Renegade» ini seorang diri, penampilan dari bosnya tidak penting.

Nicholas mungkin akan memulai kata-kata untuk misi ini sementara dia
bersiap menggerakkan janggutnya yang bertautan.

“Diam!"

Sementara aku menggumamkan hal ini, aku menghunus pedangku, dan kaki
kananku menjejak keras lapisan tebal salju.

Bagian 4

Sudah lebih dari satu tahun smenjak aku mulai bermain SAO, tetapi ini adalah
pertama kalinya HP bar-ku memasuki zona merah.

Setelah poligon dari target yang terkalahkan itu pecah, dia hanya
meninggalkan sebuah kantong. Tidak ada satupun restoration crystal yang tersisa
dalam inventory-ku, aku tidak pernah berada sedekat ini dengan kematian
sebelumnya. Walaupun aku selamat, tidak ada kegembiraan ataupun ketenangan
di dalam hatiku. Sebaliknya, aku merasakan sebuah emosi yang lebih dekat
dengan kekecewaan. Mengapa aku selamat?

Sementara aku menyarungkan pedangku kembali, kantong itu bercahaya dan


kemudian menghilang. Semua item yang dijatuhkan oleh target seharusnya
masuk ke dalam inventory-ku. Menarik napas dalam, aku menaikkan tanganku
yang gemetaran dan memanggil inventory window.

Inventory window itu memiliki banyak tabel yang akan membuat jengkel
kebanyakan pemain. Senjata dan pelindung, Perhiasan/Ore, Kristal, dan bahkan
Bahan makanan, aku mencari di dalam window yang dipenuhi dengan tabel item
untuk mencari sebuah item.

Beberapa detik kemudian, item yang aku cari memasuki lapangan pandangku.

Item itu dinamakan «Divine Stone of Returning Soul».

275 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Jantungku mulai berdetak sangat kencang, hal ini terasa seakan-akan darah
baru mulai mengalir ke dalam bagian dari hatiku yang telah mati rasa selama
beberapa hari terakhir - beberapa bulan terakhir.

Da... Dapatkah aku menghidupkan Sachi kembali? Bila hal ini dapat dilakukan,
tidakkah ini berarti bahwa, Keita, Tetsuo, dan jiwa dari setiap pemain yang telah
kehilangan nyawa mereka di dalam SAO semenjak permulaan belum di
hancurkan...?

Ini mungkin adalah satu-satunya kesempatanku untuk bertemu Sachi kembali.


Hanya memikirkan hal itu membuat jantungku berhenti berdetak sesaat. Tidak
peduli kutukan atau sumpah serapah macam apa yang mungkin dilemparkan
kepadaku atau konsekuensi apapun yang mungkin terjadi karena semua
kebohonganku, kali ini aku akan memeluknya dengan erat dengan kedua
lenganku dan melihat kepada sepasang mata berwarna kehitaman itu dan
mengatakan kata-kata yang ada di lubuk hatiku. Aku sebenarnya tidak berkata
bahwa kamu tidak akan pernah mati, tetapi mengenai akulah yang akan
melindungimu. Untuk memenuhi janji itu, aku akan bekerja jeras untuk membuat
diriku menjadi lebih kuat.

Setelah beberapa usaha gagal untuk memilih batu yang ada di window itu
karena tanganku yang gemetaran, aku akhirnya berhasil mematerialisasikan
«Divine Stone of Returning Soul» itu. Mengambang di atas inventory window
adalah sebuah batu permata seukuran telur yang begitu indahnya sehingga tidak
dapat dijelaskan dengan kata-kata.

"Sachi.......Sachi....."

Memanggil namanya, aku menyentuh batu permata itu, lalu memilih help
menu yang ada pada window, penjelasan singkat muncul di atas panel dengan
model cetakan huruf yang kukenal.

[Item ini dapat digunakan melalui shortcut menu dari pemain atau memegang
item yang telah dimaterialisasikan dan berteriak «Revive .. (Nama Pemain)»,
efeknya hanya bekerja dan menghidupkan kembali pemain dalam kerangka
waktu antara kematian dari pemain hingga menghilangnya efek cahaya item.
(kurang lebih 10 detik)]

276 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Kurang lebih 10 detik.

Ucapan ini yang sepertinya ditambahkan secara sengaja, dengan jelas dan
kejam mengumumkan bahwa Sachi tidak akan pernah dapat dihidupkan kembali.

Kurang lebih 10 detik. Ini adalah waktu antara ketika HP seorang pemain jatuh
menjadi nol, dan tubuhnya terpecah menjadi berbagai poligon, hingga Nerve
Gear mengirimkan sinyal elektronik untuk memanggang otak pemainnya di dunia
nyata. Aku tidak dapat menahan diriku untuk membayangkan apa yang pasti
dirasakan oleh Sachi selama jeda waktu 10 detik yang pendek itu, dari tubuhnya
yang menghilang hingga Nerve Gear memanggang otak dari pemiliknya. Hal itu
pasti sangat menyakitkan baginya. DI dalam jeda waktu 10 detik ini, apa yang dia
pikirkan? Aku berulang-ulang mengutuk diriku sendiri.....

"Ugg..Ahhhhhh. Ahhhhhhhhhhhhhhhh..."

Aku mengeluarkan sebuah teriakan yang seperti binatang.

Menggenggam Divine Stone of Returning Soul yang mengambang di atas


inventory tab itu, aku melemparkannya dengan sekuat tenagaku ke tanah yang
bersalju itu.

"Ahh... Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh!"

Aku menginjak-injak kristal itu dengan penuh kemarahan dengan sepatuku


sementara berteriak. Akan tetapi, kristal itu terus bersinar dengan mantap tanpa
terpengaruh oleh penginjakan ini, bahkan tidak ada satu goresan pun, terlebih
lagi retakan apapun pada kristal itu. Aku berteriak dengan sekuat tenagaku,
menyekopkan kedua tanganku ke tanah dan menggunakan jemariku aku
menggenggam salju yang terkumpul itu, pada akhirnya aku terus meneruskan
teriakkanku sementara aku berguling di salju.

Tidak ada artinya, semuanya tidak ada artinya. Tidak peduli bila Sachi
meninggal sementara dia sedang ketakutan dan kesakitan, atau diriku
menantang target spesial pada masa Natal, TIDAK, hidup di dunia ini atau fakta
bahwa 10,000 pemain terperangkap disini benar-benar tidak mempunyai arti. Aku

277 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

akhirnya menyadarinya sekarang, ini adalah satu-satunya kebenaran yang ada


disini.

Aku tidak tahu berapa lama aku melakukan hal ini, tidak peduli bagaimana
aku berteriak, bagaimana aku berseru, aku tidak memiliki keinginan apapun
untuk menangis. Itu karena tubuh buatanku ini tidak memiliki fungsi itu?
AKhirnya, dengan lelah aku berdiri, mengambil holy crystal yang terkubur di
dalam salju itu dan bergerak menuju portal yang mengarahkanku ke area
sebelumnya dari dungeon ini.

Hanya ada Klein dan anggota dari «Fuurinkazan» yang tersisa di hutan. Para
anggota dari «Divine Dragon Alliance» tidak dapat terlihat dimanapun.
Sementara aku berjalan ke arah pengguna katana yang sedang duduk di tanah,
aku memeriksa untuk mengetahui bahwa jumlah mereka tidak berkurang.

Jelas bahwa Klein adalah satu-satunya yang kelelahan, tetapi tidak selelah aku.
Aku hanya dapat menebak bahwa dia bernegoisasi dengan para anggota Divine
Dragon Alliance dan bertarung dalam sebuah duel. Akan tetapi, hatiku tidak
merasa bersyukur.

Pengguna katana itu melihatku datang mendekat, dan ekspresi wajahnya


menunjukkan sebuah kelegaaan. Akan tetapi, bibirnya menjadi kaku setelah
melihat ekspresi wajahku.

"...........Kirito............"

Aku menjatuhkan holy crystal itu di lutut Klein yang memanggil namaku
dengan suara yang rendah dan kasar.

"Ini adalah revival item itu, tetapi ini tidak dapat digunakan kepada orang
yang telah lama mati. Ambillah dan selamatkan orang berikutnya yang mati di
depanmu."

Sementara aku bersiap untuk mengarah ke pintu keluar setelah mengatakan


hal itu, Klein menggenggam mantelku.

"Kirito... Kirito......"

278 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Hal ini mengejutkanku untuk melihatnya dengan air mata yang mengalir turun
ke pipinya yang berjanggut.

"Kirito... Kamu... Kamu harus selamat.... Bahkan bila semua orang yang lain
menghilang... Kamu harus selamat hingga akhir....."

Aku menarik lengan mantelku dari tangan Klein, yang terus menangis
sementara dia mengulang kata-katanya untukku agar terus hidup.

Selamat tinggal.

Setelah mengatakan hal itu, aku berjalan keluar dari hutan seperti orang yang
tersesat.

Pada saat aku sadar mengenai sekelilingku, aku telah kembali berada di
ruanganku di dalam sebuah penginapan di lantai ke- 49 tanpa ingatan apapun
mengenai bagaimana aku dapat kembali kesini.

Waktunya sekarang adalah sekitar jam 3 pagi.

Aku mulai berpikir mengenai apa yang harus aku lakukan mulai saat ini hingga
ke depan. Selama satu bulan terakhir, revival item itu adalah motivasi untukku
untuk terus hidup. Walaupun item itu benar ada, itu bukanlah item yang aku
inginkan.

Setelah berpikir untuk beberapa lama, aku memutuskan untuk pergi keluar
dan bertarung dengan bos dari lantai ini ketika fajar sudah menyingsing. Bila aku
mengalahkan bos itu, aku akan meneruskannya denngan mengalahkan bos dari
lantai ke-50, lalu kemudian aku akan meneruskannya ke bos lantai ke-51.

Aku tidak dapat memikirkan akhir lainnya untuk pelawak bodoh ini. Setelah
membuat keputusan ini, perasaanku mulai tenang, dan aku hanya duduk di kursi
seperti itu. Tidak melihat apapun, tidak memikirkan mengenai apapun, tetapi
menunggu untuk datangnya pagi.

Cahaya bulan yang bersinar turun melalui jendela mulai berubah posisi sedikit
demi sedikit, dan akhirnya, cahaya itu digantikan oleh cahaya kelabu dari fajar.

279 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku tidak tahu berapa jam aku tidak tidur, tetapi terasa enak untuk pagi terakhir
setelah malam terburuk.

Sementara jam di dinding berdetik menuju jam 7 pagi, aku bersiap untuk
banghit dari kursi, dan sebuah alarm yang aneh berbunyi di telingaku.

Melihat sekeliling, aku tidak dapat menemukan sesuatu yang dapat menjadi
sumber dari suaranya. Akhirnya, di sudut penglihatanku, aku menemukan sebuah
sinyal ungu penunjuk dari main window yang berkedip, dan aku menggerakkan
jemariku.

Apa yang bercahaya adalah item window bersama antara Sachi dan aku.
Disana terdapat sebuah item dengan penggunaan terbatas. Aku menggulung
turun halamannya dalam keadaan bingung, dan menemukan pesan dalam record
crystal yang diaktivasikan dengan timer.

Aku mengeluarkan kristalnya, menutup windownya dan meletakkan kristal itu


di meja.

Setelah memilih kristal yang bersinar itu, aku mendengar suara Sachi yang
kurindukan.

Kirito, Selamat Natal.

Pada saat kamu mendengar pesan ini, aku mungkin sudah mati. Hal itu karena
bila aku masih hidup, aku telah memutuskan untuk mengambil kristal ini dari
inventory bersama pada malam Natal dan membiarkanmu mendengar apa yang
ingin aku katakan secara langsung.

Bahwa... Biarkan aku menjelaskan alasan mengapa aku merekam pesan ini.

280 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Aku, mungkin, tidak akan dapat bertahan hidup untuk waktu yang lama. Tentu
saja, ini bukan karena aku meragukan kemampuan dari Kirito dan guild «Black
Cats of the Full Moon». Karena Kirito sangat kuat dan anggota lainnya juga
menjadi semakin kuat setiap harinya.

Bagaimana aku menjelaskannya..... Teman perempuan yang sangat dekat


denganku dari guild yang lain kehilangan nyawanya. Karena dia adalah seorang
yang penakut sepertiku, dia hanya berburu di area aman tetapi karena nasib
buruknya, dia terbunu oleh para mob pada jalan kembali ke kota. Setelah itu aku
memikirkan mengenai berbagai hal dan aku akhirnya mencapai sebuah
kesimpulan. Untuk terus hidup di dunia ini, tidak peduli sekuat apa teman
seperjalananmu, bila kau tidak mempunyai semangat untuk hidup atau tekad
untuk selamat tidak peduli apa yang terjadi, kematian jelas menunggu.

Untukku... Sejujurnya, mulai saat aku melangkah ke tempat latihan pemula aku
telah dan masih tetap sangat takut. Sebenarnya, aku tidak pernah berniat untuk
meninggalkan Starting City. Walaupun aku sangat dekat dengan para anggota
dari Black Cats of the Full Moon di dunia nyata dan aku menikmati waktu yang
kami habiskan bersama, tetapi aku benci pergi ke dalam pertarungan. AKu
mungkin akan mati pada akhirnya bila aku terus memiliki sikap seperti ini di
dalam pertarungan. Ini tidak disebabkan oleh siapapun, masalahnya ada pada
diriku sendiri.

Sejak malam itu, kamu terus memberitahukanku bahwa itu tidak apa-apa
setiap malam dan bahwa aku tidak akan mati. Itulah mengapa bila aku entah
mengapa mati, kamu pasti akan menyalahkan dirimu sendiri untuk itu dan tidak
akan memaafkan dirimu sendiri. Ini juga adalah alasan mengapa aku berpikir
untuk merekam pesan ini. Aku ingin mengatakannya kepada Kirito, ini bukanlah
salahmu. Bila ada masalah, itu adalah karena diriku. Tanggal dari pesan ini diatur
untuk hari Natal berikutnya, karena aku aku akan setidaknya berusaha untuk
tetap hidup hingga saat itu, berharap untuk berjalan di jalanan yang bersalju
bersamamu.

281 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Sebenarnya.... Aku tahu seberapa kuat Kirito sebenarnya. Suatu hari, ketika aku
bangun dari tempat tidur Kirito, aku tanpa sengaja melihat levelmu dari status
window-mu yang terbuka dari belakangmu.

Bahkan setelah berpikir panjang dan keras, aku masih tidak dapat menemukan
alasan apapun mengenai kenapa Kirito-kun menyembunyikan level-nya yang
sebenarnya dan membentuk kelompok dengan kami. Tetapi aku tidak mengatakan
hal ini keapda anggota kelompok yang lain, karena aku percaya bahwa suatu hari
kamu akan mengatakan langsung kepada kami alasannya.... Aku gembira ketika
aku mengetahui bahwa kamu sangat kuat. Setelah mengetahui hal itu, aku mulai
dapat tidur dengan tenang selama aku berada di sisimu. Mungkin untukmu,
bersama denganku mungkin memiliki suatu arti bagimu, hal ini juga membuatku
sangat senang. Bila ini memang benar, disana benar-benar ada artinya bagiku
untuk datang ke lantai yang lebih tinggi bahkan bagi orang yang penakut
sepertiku.

Itu... Sebenarnya, apa yang ingin aku katakan adalah, bahkan bila aku mati,
kamu harus terus berusaha untuk bertahan hidup. Teruslah hidup, lihatlah dunia
ini hingga akhirnya, tolong bantu aku menemukan alasan mengapa dunia ini
dibuat, arti dari orang yang penakut sepertiku di dunia ini, pentingnya pertemuan
kita. Itu adalah harapanku.

Ah... Kelihatannya masih ada beberapa waktu yang tersisa. Kristal ini dapat
merekam banyak hal. Hmmm, lalu, karena Natal adalah suatu saat yang spesial,
aku akan menyanyikan sebuah nyanyian Natal. Aku memang lumayan percaya
diri dengan suaraku. Aku rasa aku akan menyanyikan Rudolph, sang rusa
berhidung merah. Sebenarnya aku lebih memilih menyanyikan lagu lain seperti
Winter Wonderland, dan White Christmas yang lebih banyak diketahui, tetapi
sayangnya aku hanya dapat menyanyikan lirik dari lagu ini.

Mengapa aku hanya mengingat lirik dari Rudolph, sang rusa berhidung merah?
Malam sebelumnya, Kirito berkata sesuatu kepadaku, "Tidak peduli siapa dirimu,
kamu pasti akan membuat sebuah perubahan di dalam kehidupan seseorang."

282 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Mengatakan kepadaku bahwa bahkan bila itu aku, masih ada tempat untukku
berada. Setelah aku mendengar kata-kata itu, aku menjadi amat sangat senang
dan mengingat lagu ini. Aku tidak tahu mengapa tetapi mungkin itu karena aku
menganggap diriku sendiri sebagai Rudolph dan kamu sebagai Sinterklas.... bila
aku harus mengatakannya, kamu terasa seperti seorang ayah. Ayahku
meninggalkanku ketika aku masih sangat muda, karena itulah setiap malam
ketika aku tidur disampingmu, aku terus bertanya-tanya bila itu adalah perasaan
yang akan diberikan oleh seorang ayah. Ah, baiklah, aku akan mulai menyanyi.

283 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

284 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Rudolph, sang rusa berhidung-merah

mempunyai sebuah hidung yang sangat terang.

Semua rusa yang lainnya

dahulu tertawa dan memanggilnya dengan berbagai nama.

Lalu pada suatu malam Natal

Santa datang berkata:

"Rudolph dengan hidungmu yang begitu terang, maukah kamu memandu


kereta luncurku malam ini? "

Rudolph yang selalu menangis, mulai tersenyum malam itu.

...... Untukku, kamu akan selalu seperti sebuah bintang terang yang bersinar
dan membimbingku dari ujung lain dari sebuah lorong yang gelap. Selamat-
tinggal, Kirito. Aku sangat beruntung untuk dapat bertemu denganmu dan berada
bersamamu.

Terima kasih.

Selamat tinggal.

(Selesai)

285 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

Catatan Pengarang

Lama tak jumpa; atau mungkin akan lebih tepat untuk memanggil ini
pertemuan pertama. Aku Kawahara. Terima kasih banyak untuk membaca
<Sword Art Online 2: Aincrad>.

Setelah jilid pertama terbit, aku menerima banyak nasehat mengenai


"Bagaimana aku bisa melanjutkan ini dari akhir seperti itu?" Bagaimanapun kamu
melihatnya, permainannya sudah benar-benar selesai, dan dunianya telah runtuh.
Bahkan ketika aku sendiri membacanya, aku merasa kalau benar-benar tak ada
faktor yang bisa kulanjutkan lebih jauh.

Lalu, ada lanjutan yang menyakiti otakku, namanya, buku ini. Maafkan aku,
waktunya kembali ke masa lalu. Dan selain itu, ini adalah koleksi dari cerita
pendek. Aku benar-benar minta maaf.

Sebelumnya, aku juga sudah bermain di beberapa game online. Tapi, tak
peduli di game apa, aku tak pernah menjadi bagian dari kelompok tingkat tinggi.
Aku hanya iri pada pemain-pemain yang selalu kuat dengan peralatan terbaik
dan reputasi itu, dengan mudahnya mengalahkan monster satu per satu, dan
setelah itu merasa kalau mereka "Sangat hebat! Sangat kuat!" (haha)

Oleh karena itu, aku mau menulis tak hanya tentang tokoh utama di jilid satu,
Kirito dan Asuna dan tipe <Game Clearer> mereka seperti pemain kelas atas, tapi
lebih mau menulis sesuatu tentang cerita dari pemain-pemain tingkat menengah
biasa; dan empat cerita pendek dari jilid kedua ini, benar-benar mempunyai isi
seperti itu. Tanpa memperhatikan cerita siapa, mereka pada dasarnya tentang
Kirito memulai debutnya dan menyebabkan masalah besar; dan perasaan kalau
dia "Sangat hebat! Sangat kuat!" seperti yang Scilica dan Lizbet rasakan, adalah
benar-benar apa yang kurasakan setiap tahun sejak menjadi pemain MMO. Sekali
saja cukup, aku benar-benar mau tahu bagaimana rasanya memamerkan ke
orang lain sebuah senjata yang hanya ada tiga buah di seluruh server.

Selain itu, ada satu hal lagi yang aku harus minta maaf ke semua orang.
Walaupun keempat karakter perempuan di buku ini berbeda, pasangan laki-laki
mereka, seperti yang didiskusikan sebelumnya, selalu Kirito-san. Walaupun aku
benar-benar tak bisa menjelaskan ke semua orang tentang ini dengan
semestinya, aku akan menarik diriku dan menyuruh semuanya untuk tolong

286 | P a g e
Sword Art Online
Jilid 2 - Aincrad

menggunakan pola pikir "walaupun kriminal dan korbannya selalu berganti, sang
detektif selalu orang yang sama" yang kau punya ketika membaca seri novel
detektif... kamu bisa melakukannya, kan? Maaf, maaf.

Pada akhirnya, kepada Abec-sensei yang menggambar semua pahlawan


perempuan yang terus bermunculan dengan kepribadian dan kecantikan, dan
kepada Miki-san yang memberiku banyak ide yang berkaitan dengan semua
keadaan dan pengaturan sistem permainan yang kompleks dan aneh: kamu lagi-
lagi sudah mengurusku.

Dan kepada kalian yang membaca buku ini sampai akhir, aku benar-benar
berterima kasih.

26 May 2009 -Kawahara

287 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai