Anda di halaman 1dari 68

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKMD

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa adalah Rangkaian

kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong

dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan

masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan

bidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat

sejahtera.

Dalam melaksanakan pendidikan, proses pembelajaran yang

terjadi tidak terbatas didalam kelas saja. Pengajaran yang

berlangsung pada pendidikan ini lebih ditekankan pada pengajaran

yang menerobos diluar kelas, bahkan diluar institusi pendidikan

seperti lingkungan kerja, alam atau kehidupan masyarakat, dalam hal

ini Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem program pengajaran serta

merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan Kognitive,

Afektive, Psikomotor (KAP) yang diperoleh pada Proses Belajar

Mengajar (PBM).

PKMD merupakan rangkaian terintegrasi dari program

pendidikan akedemik sebelum seorang mahasiswa dinyatakan lulus

dari seluruh rangkaian dalam kurikulum pendidikan di program studi

Jurusan Analis Kesehatan. Program praktik ini dirancang sebagai

1
2

media bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan kemampuan dan

keterampilan secara langsung dilapangan. Kegiatan ini diarahkan agar

mahasiswa dapat secara mandiri dan profesional melaksanakan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa diwilayah binaan yang

telah ditentukan.

1.2 Tujuan PKMD

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan di bidang

laboratorium klinik dan kemampuan berkomunikasi secara

nyata yang diperoleh pada setiap tahap pendidikan disertai

sikap professional sesuai dengan profesinya.

1.2.2 Tujuan khusus

A. Melatih mahasiswa dalam pengembangan kerjasama

dengan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya

B. Membantu melaksanakan program Puskesmas yang

berkaitan dengan pembangunan Kesehatan Masyarakat

Desa

C. Membantu pengembangan program laboratorium Klinik di

Puskesmas

.
3

1.3 Manfaat PKMD

A. Mahasiswa dapat mengembangkan kerja sama dengan tenaga

kesehatan yang ada di Puskesmas

B. Mahasiswa dapat melaksanakan program Puskesmas yang

berkaitan dengan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

C. Mahasiswa dapat membantu mengembangkan program

laboratorium Klinik di Puskesmas

1.4 Gambaran Umum Tempat PKMD

Puskesmas adalah institusi kesehatan yang merupakan ujung

tombak pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan

berbagai upaya kesehatan secara mnyeluruh, berjenjang dan terpadu.

Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya

kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Mengingat fungsi

puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksana

upaya kesehatan diwilayah kerjanya. Kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh Puskesmas dari waktu kewaktu terus berkembang

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang memerlukan pelayanan

kesehatan yang baik dan optimal. Puskesmas merupakan unsur

terdepan dan merupakan ujung tombak pemberi Pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, jadi sewajarnyalah kalau Puskesmas dituntut

untuk memberi pelayanan sebaik-baiknya kepada Masyarakat.


4

Puskesmas perawatan siko yang terletak di Kecamatan Ternate

Utara sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan milik

Pemerintah Kota Ternate, adalah merupakan Unit Pelaksana Tekhnis

Dinas (UPTD) Kesehatan Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatanan kota

diwilayah kerja yang sejak 2008 sesuai pemekaran wilayah meliputi 14

(empat belas) kelurahan atau seluruh kelurahan dalam wilayah

Kecamatan Kota Ternate Utara.

Puskesmas Perawatan Siko diresmikan menjadi Puskesmas

Perawatan sejak 30 maret 2004, yang memiliki 10 TT (tempat tidur)

untuk perawatan umum dan 10 TT untuk perawatan kebidanan. Di

masa mendatang diharapkan Puskesmas Perawatan Siko dapat

ditingkatkan fungsi menjadi rumah Sakit umum Daerah untuk

menjawab kebutuhan Masyarakat Kota Ternate yang belum memiliki

sebuah rumah sakit.

Disamping mewujudkan institusi pelayanan kesehatan yang

profesional, yang berorientasi pada kualitas kerja yang komrehensif,

puskesmas Perawatan Siko juga perlu melakukan pembenahan

secara comprehensive, pada aspek yang bersifat tangibles maupun

intangibles seperti pembelajaran dan pemberian perhatian yang

sungguh-sungguh terhadap kebutuhan dan keputusan pengguna.

(customer focus)
5

Sejalan dengan visi Pemerintah Kota Ternate “Terwujudnya

Ternate menjadi Kota Berbudaya, Agamais, Harmonis, Mandiri,

Berkeadilan, dan Berwawasan lingkungan (BAHARI BERKESAN)”,

maka Dinas Kesehatan Kota Ternate pun mengusung visi

“Mewujudkan Masyarakat Kota Ternate Utara yang Mandiri dalam

hidup sehat”, maka Puskesmas Perawatan Siko berupaya dengan

menjalankan beberapa misi, yaitu :

1. Meningkatkan disiplin dan kompetensi petugas kesehatan /SDM

agar tampil secara profesional dalam menjalankan tugasnya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat dalam memelihara dan

menigkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya, di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Siko.

3. Menyelenggarakan pelayanan prima, pelayanan kesehatan yang

sesuai standar dan memuaskan bagi masyarakat, demi tercapainya

derajat kesehatan yang lebih baik.

4. Mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta

meningkatkan efisien dan mutu pelayanan sehingga dapat

dijangkauan oleh seluruh anggota masyarakat.

Menjalankan misi dan bekerja sesuai motto (melayani dengan

sepenuh hati) untuk mencapai visi bersama yang dilakukan oleh

seluruh staf Puskesmas Perawatan Siko, haruslah mendukung

platform baru era reformasi dibidang kesehatan yaitu paradigma


6

sehat, sehat adalah investasi, sehat adalah pilar kesehatan dan sehat

adalah hak azasi manusia sesuai amanat UU nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan.

Apalagi saat ini telah setahun (sejak 1 januari 2014) pemerintah

menerapkan program jaminan kesehatan nasional bagi masyarakat

Indonesia dengan membentuk badan penyelenggara jaminan sosial

(BPJS) kesehatan sesuai UU nomor 24 tahun 2011- yang merupakan

perwujudan UU nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN).

A. LETAK GEOGRAFIS

Puskesmas Perawatan Siko berada di Kecamatan Ternate

Utara dengan batasan wilayah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung

Makasar

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung

Makassar Timur dan Kampung Makassar Barat.

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Ternate, dan

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Gamalama.

Pada akhir tahun 2007 telah terjadi pemekaran wilayah Kota

Ternate dari 4 menjadi 7 Kecamatan dengan beberapa perubahan

pada pembagian kelurahan yang termasuk dalam satu wilayah

kecamatan. Di samping itu terdapat pula beberapa kelurahan yang

dimekarkan menjadi kelurahan baru. Wilayah Kecamatan Ternate


7

Utara yang tadinya meliputi 17 kelurahan, dipersempit menjadi 14

kelurahan, 3 di antaranya merupakan kelurahan pemekaran.

Sedangkan Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Siko saat ini

meliputi seluruh Kecamatan Ternate Utara (14 kelurahan) merupakan

wilayah pesisir (pantai), kecuali Kelurahan Soa. Ke 4 kelurahan

tersebut terdiri dari:

1) Kelurahan Soa, terdiri dari 6 RW dan 14 RT

2) Kelurahan Soa Sio, terdiri dari 4 RW dan 8 RT

3) Kelurahan Salero, terdiri dari 4 RW dan 10 RT

4) Kelurahan Kasturian, terdiri dari 4 RW dan 9 RT

5) Kelurahan Toboleu, terdiri dari 7 RW dan 17 RT

6) Kelurahan Sangaji, terdiri dari 5 RW dan 15 RT

7) Kelurahan Sangaji Utara, terdiri dari 5 RW dan 12 RT

8) Kelurahan Dufa-dufa, terdiri dari 4 RW dan 18 RT

9) Kelurahan Akehuda, terdiri dari 5 RW dan 11 RT

10) Kelurahan Tubo, terdiri dari 4 RW dan 8 RT

11) Kelurahan Tafure, terdiri dari 5 RW dan 9 RT

12) Kelurahan Tabam, terdiri dari 2 RW dan 4 RT

13) Kelurahan Sango, terdiri dari 4 RW dan 8 RT

14) Kelurahan Tarau, terdiri dari 2 RW dan 4 RT

Dengan demikian maka luas Wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Siko meliputi seluruh Wilayah Kecamatan Kota Ternate


8

Utara. Seluas 14,38 km2. Data luas wilayah kelurahan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga,


Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Puskesmas
Perawatan Siko
NO KELURAHAN LUAS JUMLAH JUMLAH RATA- KEPADATA
WILAYA PENDUDUK RUMAH RATA N
H (km2) TANGGA JIWA/ PENDUDUK
RUMAH Per km2
TANGGA
1 Soa 1,52 4166 682 5 2.445
2 Soasio 0,56 2001 351 5 3.239
3 Salero 1,30 3359 580 5 2.342
4 Kasturyan 0,73 3387 543 5 4.258
5 Toboleu 0,57 4697 758 5 7.154
6 Sangaji 0,61 6604 1,138 5 9.346
7 Sangaji utara 0,91 3715 907 5 4.299
8 Dufa-dufa 1,01 5818 1,304 5 5.699
9 Akehuda 0,36 5927 1,594 5 13.825
10 Tubo 0,56 2066 347 5 3.384
11 Tafure 0,81 5857 915 5 4.946
12 Tabam 1,83 1619 333 5 932
13 Sango 2,03 1747 342 5 864
14 Tarau 1,57 1134 218 5 332
JUMLAH 14,38 52097 10.016 5 3.246
Sumber Data : BPS Kota Ternate
9

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Siko

B. MUSIM

Kota Ternate dan juga Provinsi Maluku Utara umumnya

mempunyai tipe iklim tropis, yang sangat dipengaruhi oleh iklim

laut yang biasanya heterogen sesuai indikasi umum iklim tropis. Di

daerah ini mengenal dua musim yakni Utara-Barat dan Timur-

Selatan yang sering kali diselingi dengan dua kali masa pancaroba

di setiap tahunnya.

C. KEADAAN PENDUDUK

Setiap tahun terjadi penambahan jumlah penduduk, dan di

tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 10,4%

yakni berjumlah 52.097 jiwa. Yang terdiri dari 50,52% penduduk

laki-laki dan 49,48% penduduk perempuan.


10

Distribusi penduduk terbesar adalah pada kelompok umur 20-

24 tahun (14%) adapun proporsi penduduk per kelurahan dapat

dilihat pada diagram berikut :

Gambar 1.2. Proporsi penduduk per kelurahan

Dari diagram di atas dapat dilihat penyebaran penduduk

terbesar berada di kelurahan Sangaji (6,604 jiwa/12,7%) di ikuti

oleh kelurahan Akehuda (5,927 jiwa/11,4%).

D. KEPADATAN PENGHUNIAN RUMAH

Pertambahan jumlah penduduk berpengaruh terhadap rata-

rata penambahan jumlah rumah di setiap kelurahan. Tingkat

kepadatan penghunian rumah menggambarkan kepadatan

anggota keluarga yang menempati rumah, dan juga sebagai salah

satu indicator untuk mengetahiu tingkat social ekonomi penduduk

dan untuk menilai sanitasi perumahan serta singkat kepadatan

hunian.
11

Semakin besar jumlah jiwa dalam rumah tangga

menyebabkan semakin padatnya keluarga dalam rumah tangga

yang akan berdampak kepada keadaan lingkungan dan keadaan

social ekonomi penduduk.

Tingkat kepadatan penghunian rumah yang tinggi terdapat

pada kelurahan sangaji (5 jiwa/rumah). Semakin tinggi angka

kepadatan penghunian maka menjadi factor resiko bagi

menurunnya sanitasi lingkungan dan keadaan sisoal ekonomi

penduduk.

E. RASIO JENIS KELAMIN

Rasio jenis kelamin menggambarkan banyaknya penduduk

laki-laki diantara penduduk perempuan. Menurut data BPS kota

Ternate tahun 2015, rasio jenis kelamin di kecamatan kota Ternate

Utara sebesar 102%, artinya tiap 100 penduduk terdapat 50,52%

penduduk laki-laki dan 49,49% penduduk perempuan.

F. KEPADATAN PENDUDUK

Kepadatan penduduk tertinggi berada di kelurahan Akehuda

16,463 jiwa/km2, di ikuti oleh Kelurahan Sangaji 10,826 jiwa/km 2,

Tafure 7,230 jiwa/km2 dan Dufa-dufa 5.703 jiwa/km2.

Semakin tinggi kepadatan penduduk merupakan factor resiko

berkurangnya keseimbangan antara penduduk dan lingkungan,

sehinggan dapat mengakibatkan sanitasi lingkungan menjadi

kurang baik. Sehingga dapat mempercepat terjadinya penularan


12

penyakit bila ada anggota keluarga yang menderita penyakit

menular.

G. DEPENDENCI RASIO

Rasio beban tanggungan untuk wilayah kerja puskesmas

perawatan Siko di tahun 2015 yaitu sebesar 54,2%. Artinya setiap

100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai

tanggungan sebanyak 54 orang yang belum produktif dan

dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54,2% disumbangkan

oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebanyak 40,8% dan

rasio ketergantungan penduduk tua sebanyak 13,4%. Dari

indicator ini terlihat bahwa pada tahun 2015 penduduk usia kerja

masih dibebani tanggungjawab akan penduduk muda yang

proporsinya lebih banyak dari penduduk usia tua.

H. JUMLAH PENDUDUK MISKIN

Pada tahun 2015, jumlah masyarakat miskin di wilayah kerja

puskesmas perawatan Siko sejumlah 6738 jiwa dengan KK 1346

(20% dari jumlah penduduk) dengan jumlah penduduk miskin

terbanyak berada di kelurahan Dufa-dufa 11,8% (801 jiwa) dan

Akehuda 10,3% (696 jiwa). Data ini masih menggunakan data

pemutakhiran tahun 2012 dari balai Pusat Statistik Provinsi Maluku

Utara.

Berdasarkan data tersebut masyarakat miskin yang telah di

layani pada program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin


13

(JAMKESMAS) tahun 2013 dialihkan ke Badan Pelayanan

Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan badan yang memberi

ditetapkan oleh kementrian kesehatan. Sementara itu, Pemerintah

Kota Ternate masih membiayai penduduk miskin yang tidak

terlayani dengan program BPJS melalui program Jaminan

Kesehatan Daerah(JAMKESDAS) bagi masyarakat miskin yang

telah berlangsung sejak tahun 2008. Jumlah penduduk miskin

yang dilayani dengan program jamkesdas sebanyak 1118 jiwa

(305 KK).

I. KEADAAN EKONOMI DAN PENDIDIKAN

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Ternate

didapatkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di wilayah

Puskesmas Perawatan Siko yaitu tamat SLTA/MA 37,1 %, SLTP

11,9 %, SD 10,5 % dan Akademi/Perguruan Tinggi 6,7 %, Dapat

dilihat pada lampiran tabel 5.

Di wilayah Puskesmas Perawatan Siko jenis mata

pencaharian kepala keluarga pada tahun 2015 adalah Pegawai

Negeri Sipil, TNI dan Polri 15 %, swasta 18 %, petani/nelayan 12

%, namun masih terdapat 55 % yang tidak bekerja.

J. SEPULUH POLA PENYAKIT TERBANYAK PUSKESMAS

Pada tahun 2014 jumlah penyakit terbanyak di puskesmas

perawatan siko masih didominasi penyakit infeksi saluran


14

pernafasan atas (ISPA) yaitu 47%, diikuti Commond Cold 15,8 dan

demam (6,9).

Ketiga penyakit ini sangat mudah diidap karena bergantung

pada ketahanan tubuh seseorang. Mudahnya penularan melalui

udara/air transmition/droplet menyebabkan penyakit-penyakit ini

secara epidemiologi sangat dipengaruhi oleh jumlah dan

kepadatan penduduk maupun penghunian. Penyakit-penyakit ini

meningkat jumlahnya di kelurahan sangaji, akehuda dan tafure.

Dimana tiga kelurahan ini merupakan kelurahan dengan

kepadatan penduduk dan penghunian yang cukup tinggi, proporsi

sepuluh penyakit terbanyak dapat dilihat pada diagram dibawah

ini:

Gambar 1.3 Proporsi sepuluh penyakit terbanyak puskesmas siko

tahun 2014

Pada tahun 2014 secara umum dari 10 penyakit terbanyak

berdasarkan golongan umur, kunjungan tertinggi berada pada

golongan umur 1-4 tahun, 5-14 tahun dan 15-44 tahun. Data ini

menunjukkan usia balita adalah usia yang rawan terhadap semua


15

penyakit infeksi yang berbasis lingkungan, sehingga upaya

pencegahan dan peningkatan kesehatan per-orangan dan

lingkungan tempat tinggal harus lebih diprioritaskan lagi.

K. STATUS GIZI MASYARAKAT

Status gizi masyarakat sangat berkaitan dengan upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, sehingga program Gizi

setiap tahun mendapat perhatian yang besar karena status gizi

yang baik cenderung menciptakan sumber daya manusia yang

tangguh dimasa mendatang, apabila ditunjang dengan

pengetahuan masyarakat yang semakin baik.

Untuk tahun 2015 puskesmas perawatan siko tidak melayani

pasien gizi buruk di Pusat Rujukan Pemulihan Kasus Gizi Buruk

(Trade Feeding Centre/TFC),karena sedang dilakukan renovasi

bangunan.

Berikut dapat dilihat keadaan status gizi pada bayi dan balita

di 14 kelurahan kecematan Kota Ternate Utara pada tahun 2015.

L. RATA-RATA KUNJUNGAN LABORATORIUM

Ditahun 2010, puskesmas perawatan siko telah memiliki alat

spektrofotometer (yang merupakan pengadaan dari dinas

kesehatan provinsi maluku utara) untuk pemeriksaan kimia darah

dan pada tahun 2013 telah ada alat laboratorium yang lebih

lengkap (pengadaan pemerintah kota ternate) yaitu alat Cobas CX

III (kimia analyzer), Sysmex KX-21 (Hematologi Analyzer dan


16

Rator blood). Alat Hematologi tersebut memiliki kualitas terbaik

diantaraalat sejenis di seluruh rumah sakit di Maluku utara.

Sehingga laboratorium puskesmas perawatan siko dapat melayani

selain pemeriksaan darah, urine dan feses rutin serta parasit

malaria (DDR), dahak (BTA) dan kerokan kulit (BTA), juga dapat

dilakukan pemeriksaan kimia darah yang meliputi gula darah,

kolesterol total, trigliserida darah, asam urat, fungsi hati dan fungsi

ginjal. Pemeriksaan ini dilakukan oleh seorang analis di bawah

pengawasan seorang Dokter Spesialis Patologi Klinik yang

terjadwal setiap hari selasa, kamis dan sabtu.

Pada tahun 2015, terdapat 2294 kunjungan laboratorium, dan

yang terbanyak adalah jenis pemeriksaan Kimia Darah 1322 (57,6

%) dan DDR 909 (36,9), sehingga rata-rata kunjungan

laboratorium per hari adalah 7 kunjungan. Namun pemeriksaan

kimia darah tidak berjalan optimal dikarenakan ketersediaan

reagen yang tidak selalu ada, dan reagen yang ada memiliki masa

kadaluarsa yang pendek. Namun Keterbatasan ini dapat ditutupi

dengan tersedianya (secara swadana) alat pemeriksaan kimia

darah dengan menggunakan stik (rapid test), namun

kekurangannya adalah biaya pemeriksaan yang lebih tinggi.


17

M. RASIO TENAGA PUSKESMAS TERHADAP PENDUDUK

Pada tahun 2015 tenaga Puskesmas Perawatan Siko

berjumlah 114 orang. Jumlah ini terdiri dari 94 orang PNS,17 orang

PTT daerah, 3 orang PTT pusat, 1 orang titipan, 4 orang bertugas

di Rumah Sakit Islam, 4 orang tugas belajar. Adapun rasio tenaga

kesehatan (nakes) tertebtu per 100.000 penduduk dapat dilihat

pada tabeldibawah ini :

Table 1.2 Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 pendudukTahun


2015
No Jenis tenaga Jumlah Rasio nakes Target
tenaga per 100.000 pencapaian
penduduk thn 2014
1 Dokter Umum 9 7,9 32
2 Dokter Spesialis 4 3,5 20
3 Dokter Gigi 1 0,9 9
4 Bidan 37 32,5 33
5 Perawat 21 18,4 145
6 Apoteker 2 1,8 225
7 Sarjana Kesmas 14 12,3 80
8 Sanitarian 1 0,9 18
9 Nutrisionis 4 3,5 26
10 Analis Laboratorium 4 2,6 -
11 Asisten Apoteker 3 2,6 -
12 Penata RO 3 2,6 -
13 Petugas Refraksi 1 0,9 -
14 Fisioterapi 1 0,9 -
15 Pekarya dan SMA 10 7,8 -
Sumber data: SEMPUS Puskesmas Siko
18

Jika dilihat dari tenaga kesehatan tertentu per 100.000

penduduk, maka diperoleh gambaran bahwa tenaga Kesehatan

yang berada di Puskesmas Siko memiliki beban kerja yang cukup

tinggi dalam melayani setip 100.000 jiwa penduduk. Sehingga

semakin tinggi jumlah tenaga di puskesmas, maka akan seemakin

tinggi pula tingkat ketersediaan tenaga Puskesmas dalam

menjalankan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

N. SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS

Pada bulan Agustus 2012 dilakukan pembangunan dengan

merenovasi bangunan rawat inap Puskesmas Perawatan Siko dan

bulan Oktober tahun 2013 dilakukan pembangunan tahap ke dua.

Dari pembangunan rawat inap tersebut telah selesai dilakukan dan

di buka untuk dimanfaatkan oleh masyarakat pada tanggal 15

September 2014

Hingga tahun 2013, Puskesmas Perawatan Siko memperoleh

beberapa Alat Kesehatan dari Pemerintah Kota Ternate berupa

portable USG (3 dimensi), alat laboratorium (alat kimia darah,

hematology analyser, USP dan Rotator Blood), autoclave, radiologi

(infrared rays dan micro diathermi), beberapa alat diagnostic

(termaksud EKG), kursi roda pasien, poskeskel kit untuk poskeskel

sango dan Dufa-dufa.

Diantara semua alat kesehatan yang ada di Puskesmas

Perawatan Siko, masih ada beberapa alat yang belum dapat


19

difungsikan, seperti portable dan dental x-ray karena belum

tersedianya ruang radiologi. Selain itu karena terdapat dua buah

portable USG, maka atas permintaan lewat Dinas Kesehatan Kota

Ternate maka pada satu alat tersebut dipinjamkan pada RS Islam

Ternate sejak tahun 2012.


20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu

diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor

pengobatan atau memantau jalannya penyakit, dokter melakukan

pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan

spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan

spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di

laboratorium patologi klinik (Mark DB, 2011).

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur

pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari

penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak),

dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu

menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang

lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya (Mark DB, 2011).

Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk

tujuan tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan

resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan

pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau

penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.

Pemeriksaan yang juga merupakan proses General medical check up

(GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin,

20
21

Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT,

Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat,

Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk

(Mark DB, 2011).

Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi,

imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode

pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi

kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik,

otomatik, sampai robotik(Mark DB, 2011).

Pada Diabetes Center hanya dilakukan satu parameter

pemeriksaan yaitu kimia klinik. Kimia klinik dikenal sebagai kimia

patologi, biokimia klinis atau medis biokimia, adalah bagian dari

patologi klinis yang umumnya berkaitan dengan analisis cairan tubuh.

Pengujian ini berasal dari akhir abad ke-19 dengan penggunaan tes

kimia sederhana untuk berbagai komponen darah dan urin, namun

saat ini, teknik lain yang diterapkan termasuk penggunaan dan

pengukuran aktivitas enzim, spektrofotometri, elektroforesis, dan

immunoassay (Mark DB, 2011).

2.2 Tinjauan Umum Phlebotomi

2.2.1 Pengertian Phlebotomy

Plebotomi berasal dari kata yunani yaitu Phleb dan

Tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan Tomia berarti

mengiris / memotong, sedangkan phlebotomist adalah seorang


22

tenaga medis yang telah mendapat latihan untuk mengeluarkan

dan menampung specimen darah dari pembuluh darah vena

dan kapiler (Kusuma Wijaya, 2011).

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal

istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah.

Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara

memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture),

tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi.

Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh

karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan

venipuncture (R.Gandasoebrata, 2010).

2.2.2 Pengambilan Darah Vena

Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang yang

menyalurkan darah dari bagian tubuh ke dalam jantung dan

bersifat elastis. Pada umumnya darah vena banyak

mengandung gas CO2. Lokasi pengambilan darah vena

terdapat tiga bagian di pergelangan tangan yaitu vena median

cubital, cepalica dan basilica (Kusuma Wijaya, 2011).

Gambar 2.1 Lokasi Pengambilan Darah Vena


23

1. Vena Median Cubital adalah vena yang paling besar, pilihan

pertama pada saat penusukan, terjangkau dengan baik,

paling sedikit sakit pada saat penusukan dan kecil

kemungkinan memarnya.

2. Vena cepalica adalah pilihan kedua pada saat penusukan

dan lebih sakit ketika ditusuk dibandingkan dengan Median

Cubital.

3. Vena basilica adalah pilihan ketiga pada saat penusukan,

biasanya mudah teraba, tetapi tidak terjangkau dengan baik,

terletak dekat arteri brachial dan saraf median dan paling

terasa sakit pada saat dilakukan penusukan.

Vena cephalica dan basilica apabila tidak bisa digunakan,

maka pengambilan darah dapat dilakukan pada vena di daerah

pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat

hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil

(Koesnaidi, 2010).

Terdapat dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu

cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan

menggunakan alat suntik (syringe), sedangkan cara vakum dengan

menggunakan tabung vakum (vacutainer) (Koesnaidi, 2010).


24

Menurut Kusuma Wijaya (2011) Lokasi yang tidak

diperbolehkan diambil darah adalah :

a. Lengan pada sisi mastectomy

b. Daerah edema

c. Hematoma

d. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

e. Daerah bekas luka

f. Daerah intra-vena lines pengambilan darah di daerah ini dapat

menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat

meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

2.2.3 Pengambilan Darah Kapiler

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah

skinpuncture yang berarti proses pengambilan sampel darah

dengan tusukan kulit (Koesnaidi, 2010).

Menurut Kusuma Wijaya, 2011. Tempat yang digunakan

untuk pengambilan darah kapiler adalah :

a. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga

b. Untuk anak kecil dan bayi diambil ditumit (heelstick) pada 1/3

bagian tepi telapak kaki atau ibu jari kaki

c. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya

gangguan peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat),

vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau

sianosis setempat
25

d. Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang

memerlukan sampel dengan volume kecil, misalnya untuk

pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit

(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).

1. Pengambilan darah vena dengan metode manual (syringe)

b. Tujuan : Untuk mendapatkan sampel darah vena yang

sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.

c. Prinsip : Darah dapat diambil, jika posisi jarum dapat

mengenai vena.

d. Pra Analitik

1) Persiapan pasien :

a) Dilakukan pendekatan dengan pasien secara tenang

dan ramah

b) Ditulis identitas pasien berupa nama dan tanggal lahir

c) Diferivikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau

konsumsi obat tertentu, tidak puasa dan sebagiannya

d) Diusahakan pasien dalam keadaan nyaman

e) Diminta pasien untuk meluruskan tangan atau

lengannya

f) Diminta pasien untuk mengepalkan tanganya

2) Alat

1. Tourniquet

2. Rak tabung
26

3) Bahan

a) Disposible syringe

b) Tabung vacum EDTA

c) Kapas alkohol

d) Kapas kering

e. Analitik :

1) Disiapkan alat dan bahan.

2) Dipasang tali pembendungan (tourniquet) kira kira 3 cm

diatas lipat siku, jangan dulu dikencangkan.

3) Dipilih bagian vena median cubital atau cephalic.

Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi

vena teraba seperti pipa kecil, elastis dan memiliki

dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan

dari arah pergelangan ke siku atau kompres hangat

selama lima menit daerah pergelangan.

4) Dibersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan

kapas alkohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah

dibersihkan jangan dipegang lagi.

5) Dikencangkan tourniquet

6) Ditusuk bagian vena dengan lubang jarum menghadap

keatas
27

7) Dilepas tourniquet dan pasien diminta melepaskan

kepalan tangannya dan perlahan lahan tarik penghisap

semprit sampai jumlah volume darah dikehendaki.

8) Diletakan kapas ditempat suntikan lalu segera lepaskan

atau tarik jarum

9) Diminta pasien menekan kapas tersebut selama 15

menit.

10) Diangkat jarum dari semprit dan alirkan darah ke dalam

tabung plain melalui dindingnya.

11) Dibuang jarum atau semprit yang telah di pakai ke

pembuangan (disposafe box).

f. Pasca Analitik :

Pengambilan sampel darah pasien di lakukan dengan baik

sesuai SOP.

2. Pengambilan Darah Kapiler

a. Prinsip : Darah dapat diambil, jika posisi lancet tepat

mengenai pembuluh darah kapiler.

b. Tujuan : Mendapatkan sampel darah agar melakukan

pemeriksaan.

c. Pra Analitik

1) Persiapan pasien :

a) Disapa pasien dengan senyum dan ramah


28

b) Dicatat keterangan tentang pasien, berupa nama,

umur, jenis kelamin , dan tempat tinggal pasien

c) Diminta pasien untuk rileks dan tidak menarik tangan

ketika jari ditusuk

2) Alat

1. Pen blood

3) Bahan :

1. Lancet

2. Kapas alkohol

3. Kapas kering

4. Strip ( glukosa, Hb, dsb) sebagai bahan uji coba

d. Analitik :

1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2) Dipilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas

alkohol 70 % biarkan kering

3) Dipegang bagian tersebut supaya tidak bergerak dan

tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.

4) Tusukan dengan lanset steril. Tusukan harus dalam

sehingga darah tidak harus diperas keluar.

5) Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan

memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai

untuk pemeriksaan.
29

6) Pengambilan darah di usahakan tidak terlalu lama dan

jangan di peras-peras untuk mencegah terbentuknya

jandalan.

e. Pasca Analitik :

Pengambilan sampel darah pasien di lakukan dengan baik

sesuai SOP.

2.3 Tinjauan Umum Hematologi

2.3.1 Definisi Hematologi

Hematologi berasal dari bahasa yunani, yaitu haima atau

"darah"), adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari

tentang darah, organ pembentuk darah dan jaringan

limforetikuler serta kelainan-kelainan yang terdapat dalam darah.

(Riyanto B. 2011).

2.3.2 Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi terdiri dari pemeriksaan eritrosit,

leukosit, trombosit, hemoglobin, hematokrit, laju endap darah,

indeks eritrosit, dan pemeriksaan yang berhubungan dengan

hemostasis (Kusuma Wijaya, 2011).

1. Eritrosit atau sel darah merah adalah sel yang terbanyak

dalam pembuluh darah. Jumlahnya pada orang dewasa

normal berkisar antara 4,5–5,5 juta sel/ul. Eritrosit mempunyai

bentuk bikonkaf, yang memberi gambaran seperti cincin pada

sediaan hapus darah tepi. Fungsi utama eritrosit adalah untuk


30

mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan

mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru, umur

eritrosit yaitu 120 hari

2. Leukosit atau sel darah putih merupakan bagian sel-sel darah

yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda

benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi dan

dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya kerusakan

terutama kerusakan vaskuler atau pembuluh darah. Sel darah

putih memiliki inti (nukleus). Sel darah putih memiliki ciri-ciri,

antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap

(ameboid), dan ukurannya lebih besar daripada sel darah

merah. Jumlahnya leukosit dalam tubuh yaitu 4000-11.000

sel/µl

Ada 2 tipe utama sel leukosit yaitu :

a) Sel granulosit (basofil, eosinofil dan neutrofil)

b) Sel agranulosit (limfosit dan monosit)

3. Trombosit merupakan bagian sel-sel darah yang berfungsi

dalam proses pembekuan darah. Jumlah pada orang dewasa

150.000 – 450.000 sel/μl darah

4. Hemoglobin adalah suatu molekul protein yang terdapat

dalam eritrosit yang berfungsi sebagai transportasi oksigen

dan karbon dioksida. Nilai normal Hb yaitu pria (14-16 g/dl)

dan wanita (12-14 g/dl)


31

5. Hematokrit merupakan jumlah volume eritrosit dalam darah

yang didapatkan. Nilai normal hematokrit yaitu pria (40-48 %)

dan perempuan (32-37 %)

6. Laju endap darah atau juga biasa disebut Erithrocyte

Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap

eritrosit. Nilai normal LED yaitu pria (0-10 mm/jam) dan

perempuan (0-20 mm/jam)

7. Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi

hemoglobin eritrosit. Indeks eritrosit biasanya digunakan untuk

membantu mendiagnosis penyebab anemia. Istilah lain untuk

indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler.

Menurut Kusuma Wijaya, 2011. Indeks eritrosit terdiri

dari 3 yaitu :

a) MCV (mean cospuscular volume) adalah ukuran atau volume

rata-rata eritosit yang dinyatakan dalam fento Liter (fL). Nilai

rujukan : 82 – 92 fL

b) MCH (mean cospuscular hemoglobin) adalah jumlah rata-

rata hemoglobin dalam eritrosit yang dinyatakan dalam

hemoglobin per eritrosit yang disebut dengan pikogram (pg).

Nilai rujukan : 27 – 31 pg

c) MCHC (Mean Cospuscular Hemoglobin Concentration)

adalah perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin di


32

dalam eritrosit, dinyatakan dengan persen (%). Nilai rujukan :

32 - 37 %.

2.3.3 Pemeriksaan Laju Endap Darah

a. Tujuan : Untuk melihat kecepatan mengendapnya sel-

sel darah pasien.

b. Prinsip : Mengukur kecepatan mengendapnya sel-sel

darah dalam satuan waktu tertentu dalam

keadaan darah diberdiri tegak lurus dalam

suatu tabung.

c. Pra analitik

1) Alat

1. Alat pembendung (tourniquet)

2. Tabung reaksi

3. Pipet tetes

4. Pipet westegren

5. Standar LED

6. Timer

2) Bahan

1. Dispo syringe 3 cc

2. Tabung vacum EDTA

3. Alkohol swab

4. Kapas kering

5. Natrium sitrat (NaCl) 0,9 %


33

6. Sampel

d. Analitik

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Dilakukan pengambilan darah vena (phlebotomy) dengan

menggunakan dispo 3 cc.

3) Dimasukkan sampel darah kedalam tabung ( EDTA ) dan

dihomogenkan.

4) Diencerkan darah yang telah didapat dengan Natrium sitrat

(NaCl) dalam tabung reaksi dengan perbandingan 1:4

dicampur hingga homogen.

5) Diisap darah tersebut kedalam pipet westergren sampai

garis tanda nol.

6) Dipasang pipet westergren tersebut kedalam standar LED

dengan posisi tegak lurus.

7) Dipasangkan timer sampai 1 jam kemudian dibaca

hasilnya.

e. Pasca analitik

Nilai rujukan :

1) Laki-laki : 0 – 10 mm/jam

2) Perempuan : 0 – 20 mm/jam

2.3.4 Pemeriksaan Hemoglobin Metode POCT

a. Tujuan : Untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah


34

b. Prinsip : Pengukuran arus listrik yang dihasilkan pada sebuah

reaksi elektrokimia. Ketika darah diteteskan pada

strip, akan terjadi reaksi antara bahan kimia yang

ada di dalam darah dengan reagen yang ada di

dalam strip. Reaksi ini akan menghasilkan arus

listrik yang besarnya setara dengan kadar bahan

kimia yang ada dalam darah.

c. Pra analitik

1) Alat

1. Alat POCT

2. Pen blood

2) Bahan

1. Sampel darah kapiler

2. Kapas alcohol

3. Kapas kering

4. Lancet

d. Analtik

Cara kerja :

1) Desinfeksi jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol

2) Ditusuk menggunakan pen blood pada jari yang telah

didesinfeksi
35

3) Tetesan darah pertama dihapus menggunakan kapas

kering, kemudian teteskan diatas strip yang telah

dipasangkan pada alat POCT

4) Hasil akan muncul pada layar secara otomatis dalam waktu

10 detik

5) Dicatat hasil pemeriksaan.

e. Pasca analitik

Interpretasi hasil :

1) HGB : (L) 14 – 16 g/dl dan (P) 12 – 14 g/dl

2.4 Tinjauan Umum Kimia Klinik

Laboratorium kimia klinik merupakan laboratorium yang

melakukan pemeriksaan dengan menggunakan serum atau plasma

dengan parameter pemeriksaan meliputi glukosa darah, kolesterol,

asam urat, elektrolit, dll (Supriadi Wirawan, 2011).

Laboratorium kimia klinik merupakan laboratorium yang

melakukan pemeriksaan kimia darah berfungsi untuk mengetahui

fungsi beberapa organ tubuh. Pemeriksaan ini meliputi :

1. Glukosa darah

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang

mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Glukosa (kadar

gula darah), suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang

digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa

merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di


36

dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam

nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam

glikoprotein dan proteoglikan. Gula dalam darah berfungsi untuk

dibakar agar mendapatkan kalori atau energi (Supriadi, 2011).

Menurut Supriadi (2011), pemeriksaan gula darah dibagi

menjadi tiga yaitu :

a. Gula Darah Sewaktu (GDS) merupakan jenis pemeriksaan gula

darah yang dilakukan kapanpun tanpa memperhatikan waktu

maupun kondisi seseorang. Nilai normalnya 70 – 180 mg/dl

b. Gula Darah Puasa (GDP) merupakan pemeriksaan gula darah

yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon

insulin dalam menyeimbangkan gula darah dengan persyaratan

harus berpuasa selama 8 – 10 jam sebelum melakukan

pemeriksaan. Nilai normalnya 70 – 180 mg/dl

c. Gula Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) merupakan

pemeriksaan gula darah setelah 2 jam makan gunanya untuk

menilai seberapa besar fungsi pangkreas untuk menetralisir

gula darah. Nilai normal 70 – 140 mg/dl

2. Asam Urat

Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal–kristal yang

merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan

nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang

terdapat pada inti sel–sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat di


37

tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup,

yakni makanan dari tanaman (sayuran, buah, kacang–kacangan)

ataupun hewan (daging, jeroan, ikan sarden) (Teguh Indriawan,

2009).

Pada umumnya para pria lebih banyak terserang asam urat,

dan kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan

dengan peningkatan usia, sedangkan pada wanita prsentasinya

lebih kecil, dimana peningkatannya juga cenderung berjalan sejak

dimulainya masa menopause. Ini karena wanita mempunyai

hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat

lewat urin. Sementara pada pria, asam uratnya lebih tinggi karena

tidak memiliki hormon estrogen (Teguh Indriawan, 2009).

Pemeriksaan asam urat dapat dilakukan dengan

menggunakan serum atau plasma heparin, maupun urin.

Spesimen berupa serum atau plasma heparin diambil dari 3–4 ml

darah yang berasal dari pembuluh vena, kemudian dimasukkan

dalam tabung tertutup. Kadar asam urat dalam serum atau plasma

dapat diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer.

Serum yang akan digunakan harus disentrifuge terlebih dahulu

untuk mencegah terjadinya hemolisis. Nilai rujukan yang

digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat, yaitu untuk laki-laki

3,5 – 7,0 mg/dl, perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl, saat dalam kondisi
38

panik > 12 mg/dl, dan untuk anak-anak 2,5 – 5,5 mg/dl, serta

lansia 3,5 – 8,0 mg/dl (Teguh Indriawan, 2009).

3. Kolesterol

Kolesterol adalah lemak yang terdapat dalam aliran darah

atau berada dalam sel tubuh, yang sebenarnya dibutuhkan untuk

pembentukan dinding sel dan sebagai bahan baku beberapa

hormon, namun apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan,

akan mengakibatkan penyakit jantung koroner dan stroke.

Kolesterol secara alami bisa dibentuk oleh tubuh sendiri,

selebihnya didapat dari makanan hewani, seperti daging, unggas,

ikan, margarin, keju, dan susu. Makanan yang berasal dari nabati,

seperti buah, sayur, dan beberapa biji-bijian, tidak mengandung

koles terol (Etis Sutrasni, 2010).

Kolesterol sendiri tidak larut dalam darah, untuk itu perlu

berikatan dengan pengangkutnya yaitu lipoprotein, yaitu low-

density lipoprotein (LDL) atau high-density lipoprotein (HDL).

Kolesterol yang normal harus di bawah 200 mg/dl, apabila diatas

240 mg/dl, maka berisiko tinggi terkena serangan jantung atau

stroke. Kadar kolesterol dapat diukur dengan metode “CHOD-

PAP”. Jalur metabolisme eksogen dan endogen berhubungan

dengan metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida, sedang

jalur RCTP hanya mengenai metabolisme kolesterol HDL.

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur utama yaitu


39

jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, dan jalur

“Reverse Kholesterol Transport” (Etis Sutrasni, 2010).

2.4.1 Pemeriksaan Asam Urat

a. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Asam Urat dalam sampel

darah pasien

b. Prinsip : Strip test diletakan pada alat, ketika darah diteteskan

pada zona reaksi test strip, katalisator asam urat

akan bereaksi. Intensitas dari elektron yang

terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi

asam urat dalam darah.

c. Pra analitik

1) Alat

a) Pen blood

b) Alat POCT

2) Bahan

a) Lancet

b) Kapas alcohol 70%

c) Kapas kering

d) Strip asam urat

d. Analitik

Cara kerja :

1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2) Dipasangkan kode dan stik asam urat pada alat


40

3) Dibersihkan jari pasien menggunakan kapas alkohol

kemudian ditusuk dengan pen blood

4) Dibersihkan tetesan darah pertama kemudian darah

selanjutnya diteteskan pada stik asam urat

5) Ditunggu hasil yang muncul pada alat.

e. Pasca analitik

Nilai normal :

Laki-laki : 3.5 – 7.2 mg/dl

Perempuan : 2.6 – 6 mg/dl.

2.4.2 Pemeriksaan Kolesterol

a. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Kolesterol dalam sampel

darah pasien

b. Prinsip : Strip test diletakan pada alat, ketika darah diteteskan

pada zona reaksi test strip, katalisator kolesterol

akan bereaksi. Intensitas dari elektron yang

terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi

asam urat dalam darah.

c. Pra analitik

1) Alat

a) Pen blood

b) Alat POCT

2) Bahan

a) Lancet
41

b) Kapas alcohol 70%

c) Kapas kering

d) Strip kolesterol

d. Analitik

Cara kerja :

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Dipasangkan kode dan stik kolesterol pada alat

3. Dibersihkan jari pasien menggunakan kapas alkohol

kemudian ditusuk dengan pen blood

4. Dibersihkan tetesan darah pertama kemudian darah

selanjutnya diteteskan pada stik asam urat

5. Ditunggu hasil yang muncul pada alat.

e. Pasca analitik

Nilai normal : < 200 mg/dl

2.4.3 Pemeriksaan Glukosa Darah

a. Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa darah dalam sampel

darah pasien

b. Prinsip : Strip test diletakan pada alat, ketika darah diteteskan

pada zona reaksi test strip, katalisator glukosa darah

akan bereaksi. Intensitas dari elektron yang

terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi

asam urat dalam darah.


42

c. Pra analitik

1) Alat

a) Pen blood

b) Alat POCT

2) Bahan

a) LancetKapas alcohol 70%

b) Kapas kering

c) Strip glukosa darah

d. Analitik

Cara kerja :

1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2) Dipasangkan kode dan stik kolesterol pada alat

3) Dibersihkan jari pasien menggunakan kapas alkohol

kemudian ditusuk dengan pen blood

4) Dibersihkan tetesan darah pertama kemudian darah

selanjutnya diteteskan pada stik asam urat

5) Ditunggu hasil yang muncul pada alat.

e. Pasca analitik

Nilai normal : < 200 mg/dl

2.5 Tinjauan Umum Urinalisa

Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui

proses urinalisa. Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-


43

molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga

hemostatis cairan tubuh (Dinda Amalia, 2012).

Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap

urin. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan,

dan bau urin diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin

diperiksa secara strip reagen. Berat jenis diukur dengan urinometer,

dan pemeriksaan mikroskopik urin sedimen urin dilakukan untuk

mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri (Dinda Amalia,

2012).

Menurut Dinda Amalia (2012) pemeriksaan urin rutin terdiri atas

beberapa pemeriksaan, antara lain :

1. Jumlah urin

Mengukur jumlah urin bermanfaat untuk ikut menentukan

adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam keseimbangan

cairan tubuh

2. Bau urin

Bau urin yang normal sebagian disebabkan oleh asam-

asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari

yang normal seperti makanan, obat-obatan, bau amoniak dan bau

busuk

3. Derajat keasaman

Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam

pemeriksaan penyaring, akan tetapi ada gangguan keseimbangan


44

asam basa penetapan itu dapat memberi kesan tentang keadaan

dalam tubuh, apalagi jika disertai penetapan jumlah asam yang di

eksresikan dalam waktu tertentu ion NH4. pH urin pada orang

normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan

pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Selain pada keadaan

tersebut pemeriksaan pH urin segar dapat memberi petunjuk

kearah etiologi pada infeksi saluran kencing seperti infeksi oleh

E.coli biasanya menghasilkan urin asam. Reaksi atau pH urin dapat

ditentukan dengan semudah-mudahnya memakai kertas indikator

4. Berat jenis

Penetapan berat jenis biasanya cukup dengan

menggunakan urinometer, apabila sering melakukan penetapan

berat jenis dengan contoh urin yang volumenya kecil, sebaiknya

memakai refraktometer

5. Kejernihan

Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna.

Nyatakan dengan melihat dari salah satu yaitu jernih, agak keruh,

keruh atau sangat keruh.

6. Warna

Warna urin dapat dinyatakan dengan melihatnya, seperti

tidak berwarna, kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah,

merah bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau,

putih serupa susu.


45

7. Protein urin

Pemeriksaan terhadap protein termasuk pemeriksaan rutin.

Kebanyakan cara rutin untu k menyatakan adanya protein dalam

urin berdasarkan kepada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya

atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah

protein yang ada, maka menggunakan urin yang jernih menjadi

syarat penting pada test-test terhadap protein.

8. Glukosa

Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urin termasuk

dalam pemeriksaan penyaring. Glukosa dapat dilakukan dengan

cara yang berbeda-beda alatanya. Cara yang tidak spesifik

menggunakan sifat glukosa sebagai zat pereduksi pada test-test

semacam itu terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah sifat

dan warnanya jika direduksi oleh glukosa (Dinda Amalia, 2012).

Pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen

urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan

saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai

ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan

pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan

memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan

penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar

(40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB

(Dinda Amalia, 2012).


46

Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi

kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per

LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang

bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +

(ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur

sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak

organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan

antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,

sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari

sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan Kristal (Dinda

Amalia, 2012).

2.5.1 Pemeriksaan Kimia Urine (Protein Urine)

a. Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam

urine pasien.

b. Prinsip : Carik celup yang dipakai untuk menemukan protein

urin, indikator tertentu memperlihatkan warna lain

dalam cairan yang bebas protein da cairan yang

berisi protein pada pH tertentu, biasanya indikator

yang terdapat pada carik celup ialah

tetrabromphenolblue yang berwarna kuning pada pH

3 dan berubah warna menjadi hijau sampai hijau-biru

sesuai dengan banyaknya protein yang terkandung

dalam urin.
47

c. Pra analitik

1) Persiapan pasien :

Pasien diminta untuk berkemih dan menjelaskan

pada pasien bahwa urin pertama di buang dan di tampung

urin porsi tengah dalam wadah urin.

2) Alat

Wadah penampung urin

3) Bahan

1. Strip urine

2. Tissue

3. Indikator urine

4. Sampel Urine pasien

d. Analitik

1) Digunakan alat pelindung diri (APD) yang baik dan benar

2) Disiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan

3) Ditampung urine porsi tengah

4) Dicelupkan strip urine kedalam urine yang telah di tampung

5) Ditiriskan strip urine dengan menggunakan tissue

6) Dibandingkan dengan indikator pada botol strip urine

7) Dicatat hasil kadar protein urin.

e. Pasca Analitik

Interpretasi hasil :

Negatif : Warna kuning kehijauan


48

+ : Warna hijau muda

++ : Warna hijau

+++ : Warna hijau agak tua

++++ : Warna hijau tua

2.6 Tinjauan Umum Parasitologi

Laboratorium parasitologi adalah salah satu sarana yang

digunakan untuk penelitian dan pemeriksaan berbagai jenis parasit

seperti amoeba, protozoa, jamur, cacing dan lain-lain yang diperiksa

dibawah mikroskop. Pemeriksaan yang sering dilakukan dalam bidang

laboratorium parasitologi yaitu pemeriksaan malaria, pemeriksaan

mikrofilaria, dan pemeriksaan feses untuk infeksi cacing (Ariyanto

Herman, 2008).

2.6.1 Pemeriksaan Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk Anopheles betina yang kemudian menyerang

sel-sel darah merah.

Menurut Ariyanto (2008) Penyebab penyakit malaria

adalah parasit plasmodium yang terdapat pada nyamuk

anopheles. setidaknya ada empat tipe plasmodium yang dapat

menginfeksi manusia :

1. Plasmodium Falciparum
49

Menimbulkan malaria falciparum (malaria tertiana

berat), sebagai penyebab malaria akut yang menyebabkan

kematian di seluruh dunia dengan angka sekitar 90% dari

total kematian akibat penyakit malaria di seluruh dunia. Masa

inkubasi pada penularan secara alamiah Plasmodium

falciparum adalah 12 hari.

2. Plasmodium Vivax

Menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan),

Plasmodium vivax paling sering ditemukan dalam kasus

penyakit malaria di seluruh dunia. Masa inkubasi pada

penularan secara alamiah Plasmodium vivax adalah 13 – 17

hari.

3. Plasmodium Ovale

Jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena

umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik

Barat. Masa inkubasi pada penularan secara alamiah

plasmodium ovale adalah 13 – 17 hari.

4. Plasmodium Malariae

Penyebab malaria quartana dan Masa inkubasi pada

penularan secara alamiah Plasmodium malariae adalah 28 –

30 hari .
50

2.6.2 Pemeriksaan Mikrofilaria

Pemeriksaan mikrofilaria merupakan pemeriksaan yang

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cacing filaria yang

terdapat dalam sampel darah pasien. Spesies cacing penyebab

filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia

timori.

2.6.3 Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses untuk infeksi cacing merupakan

pemeriksaan untuk melihat adanya infeksi cacingan pada

pasien serta untuk mengetahui keadaan patologinya.

2.6.4 Pemeriksaan DDR (Malaria)

a. Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya plasmodium

penyebab malaria pada sampel darah pasien.

b. Prinsip : Setetes darah diwarnai dengan larutan giemsa dan

terbentuk presipitasi hitam dari penambahan

larutan Methylen blue dan eosin yang dilarutkan di

dalam Methanol.

c. Pra Analitik

1) Alat

a) Mikroskop

b) Rak pewarnaan

c) Pipet tetes

d) Gelas ukur
51

e) Pen blood

2) Bahan

a. Methanol
b. Kapas alcohol
c. Kertas saring whatman no.2
d. Lanset
e. Kapas kering
f. Larutan giemsa 3%
g. Minyak Imersi
h. Aquades
i. Objek glass
3) Uji Mutu Giemsa

a) Diteteskan 3 tetes giemsa diatas kertas saring

b) Dibiarkan hingga giemsa meresap kedalam kertas saring

c) Diteteskan 1 tetes metanol dipertengahan bulatan giemsa

d) Diamati hasil yang terdapat pada kertas saring

Giemsa tersebut baik digunakan apabila terbentuk :

a. Lingkaran merah (Eosin)

b. Lingkaran ungu (metil azur)

c. Lingkaran biru (methylen blue)

4) Pembuatan Giemsa 3%

a) Dipipet 0,3 ml larutan giemsa pekat kedalam gelas beaker

b) Dipipet 9,7 ml aquadest kedalam gelas beaker yang

terdapat giemsa

c) Homogenkan
52

d. Analitik

1) Pembuatan apusan darah tebal

a. Diteteskan 1 tetes darah kapiler (6 µ) diatas objek glass

b. Dibuat lingkaran dengan menggunakan objek glass lain

c. Diwarnai dengan pewarnaan giemsa 3%

d. Dilakukan pembacaan hasil dibawah mikroskop dengan

pembesaran 100×.

2) Pembuatan apusan darah tipis

a. Diteteskan 1 tetes darah kapiler (2 µ) diatas objek glass

b. Dibuat apusan seperti berbentuk lidah dengan

menggunakan objek glass lain

c. Dikeringkan dan teteskan dengan methanol biarkan

sampai mengering.

d. Diwarnai dengan pewarnaan giemsa 3%

e. Dilakukan pembacaan hasil dibawah mikroskop dengan

pembesaran 100×.

e. Pasca Analitik

Interpretasi hasil :

Positif (+) : Jika ditemukan plasmodium penyebab

malaria

Negatif (-) : Tidak ditemukan plasmodium penyebab

malaria
53

2.7 Tinjauan Umum Bakteriologi

2.7.1 Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)

Tuberculosis (TB) adalah penyakit yang ditandai dengan

timbulnya bintik-bintik tuberkel pada alveolus akibat infeksi

bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan

terganggunya difusi oksigen. Penyebab penyakit ini adalah

bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria

termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam

ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis

meliputi Mycobacterium tuberculosis, Mycobacteriu bovis,

Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti, dan

Mycobacterium canettii. Dari beberapa kompleks tersebut,

Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis yang terpenting

dan paling sering dijumpai.

Jenis-jenis bakteri tahan asam diantaranya :

1. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis

Mycobacterium adalah salah satu bakteri yang banyak

ditemukan di masyarakat. Salah satu spesiesnya adalah

Mycobacterium tuberculosis yang dapat menularkan kuman

tuberculosis melalui udara, percikan dahak atau ludah yang

terinfeksi oleh kuman tuberculosis.

Mycobacterium tuberculosis dinamakan juga “Basil Koch”

karena pertama sekali ditemukan oleh Robert Koch pada


54

tahun 1882, sedangkan Mycobacterium leprae yang bentuk

kumannya serupa ditemukan oleh Hansen pada tahun 1868

dan kuman ini juga disebut basil Hansen. Untuk

kelangsungan hidup dan perkembangbiakan Mycobacterium

dipengaruhi oleh lingkungan tempat kehidupannya,

penanganan, dan pengenalan koloni sangat diperlukan,

karena tiap koloni mempunyai sifat kehidupan yang berbeda

satu sama lainnya.

2. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis Type Bovine

Mycobacterium tuberculosis type bovin dapat

menyebabkan penyakit tuberculosis pada hewan (sapi).

Type bovine pada sapi dapat juga menular ke manusia yaitu

melalui perantaraan susu sapi.

3. Bakteri Mycobacterium Leprae

Mycobacterium leprae juga disebut Basillus Hansen,

adalah bakteri yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit

Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri intraselular.

Mycobacterium leprae merupakan gram-positif berbentuk

tongkat. Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium

tuberculosis dalam besar dan bentuknya (Rient, 2009).

2.7.2 Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA)

a. Tujuan : Untuk mengamati dan mengetahui bakteri yang

termasuk Basil Tahan Asam (BTA).


55

b. Prinsip : Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan

lilin dan lemak yang sukar ditembus cat dengan

pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin

dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin.

c. Pra Analitik

1) Alat

1. Mikroskop

2. Rak pewarnaan

2) Bahan

1. Oil imersi

2. Objek glass

3. Tusuk gigi

4. Bunsen

5. Korek api

6. Karbol fuchsin

7. Asam alkohol

8. Methilen blue

9. Tissue

10. Sampel sputum atau dahak

d. Analitik

Cara kerja :

1) Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan


56

2) Dibuat sediaan dengan cara coiling berukuran 2 x 3 cm

lalu dilewatkan sediaan melalui api Bunsen sebanyak 3x

3) Digenangi sediaan dengan larutan karbol fuchsin selama

10 menit

4) Dipanasi sediaan menggunakan api bunsen sampai

keluar uap (jangan sampai sediaan mendidih) lalu

didiamkan selama 5 menit

5) Dibilas sediaan dengan air mengalir lalu digenangi

dengan asam alcohol sampai sediaan tidak tampak warna

merah karbol fuchsin.

6) Digenangi sediaan dengan methilen blue selama 30 detik

dan bilas dengan air mengalir lalu dikeringkan.

7) Diamati dibawah mikroskop pada pembesaran 100x

dengan lensa objektif menggunakan oil imersi.

e. Pasca analitik

Interpretasi Hasil

Negative : Bila tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang

pandang

Scanty : Bila ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang

pandang

(+) 1 : Bila ditemukan 10-99 BTA dalam 1 lapang

pandang
57

(++) 2 : Bila ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang

pandang periksa minimal 50 lapang pandang

(+++) 3 : Bila ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang

pandang, periksa minimal dalam 20 lapang

pandang

2.8 Kegiatan Promosi Kesehatan ( Penyuluhan )

Penyakit Diabetes Melitus (DM) yang dikenal sebagai

penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun

relatif. DM merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan sifat

kronis yang jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun (Subekti,

2011).

Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit tidak

menular (PTM) dalam lingkup negara-negara di wilayah Asia

Tenggara. Hampir setengah dari kematian akibat PTM terjadi pada

usia lebih dini, yaitu pada fase paling produktif dalam kehidupan (30-

60 tahun), sehingga kondisi ini merupakan ancaman serius bagi

tingkat sosial-ekonomi masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan data dari International Diabetes Federation

(IDF) tahun 2014, Indonesia berada pada urutan ke-7 di antara

sepuluh negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar di bawah


58

negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico. Kasus

yang terbanyak dari populasi diabetes di Indonesia adalah diabetes

tipe II yang mencapai 90%, dan pada tahun 2030 Indonesia

diperkirakan akan memiliki penyandang diabetes sebanyak 21,3 juta

jiwa (Kemenkes, 2013).

Upaya pencegahan merupakan cara terbaik dalam

menghindari terjadinya komplikasi DM, sehingga penyandang DM

yang belum mengalami komplikasi dapat melakukan pencegahan

seperti mematuhi lima pilar penatalaksanaan DM meliputi

perencanaan makan/diet, latihan/olahraga,

pemantauan glukosa darah, medikasi/farmakologi dan

edukasi. Mematuhi aturan ini seumur hidup tentunya menjadi stressor

berat bagi pasien sehingga banyak yang gagal mematuhinya (WHO,

2003).

Menurut Sukraniti & Ambartana (2011) menyatakan bahwa

kepatuhan pasien DM dalam pengobatan DM pada umumnya masih

rendah, didapatkan sekitar 80% pasien DM menyuntik insulin dengan

cara tidak tepat, 58% menyuntik insulin dengan dosis yang tidak

sesuai, 77% memantau dan menginterprestasikan gula darah secara

tidak tepat, 75% tidak mau makan sesuai dengan anjuran, kurang

makan buah dan sayuran sebanyak 93,6% dan

kurang kegiatan fisik 48,2%.


59

Peningkatan jumlah penderita diabetes melitus tipe II

dikaitkan dengan adanya perubahan gaya hidup, seperti pola makan

yang tidak sehat, kurangnya olahraga, jarang memonitor kadar gula

darah serta tidak tepat mengkonsumsi obat. Perubahan tersebut

dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri penderita

DM maupun dari luar diri penderita DM. Menurut Rowley (1999

dalam Hendra, 2009) kepatuhan atau yang dikenal dengan

adherence adalah tindakan nyata untuk mengikuti aturan atau

prosedur dalam upaya perubahan sikap dan perilaku individu yang

dipengaruhi oleh penyakitnya itu sendiri, sosiodemografi, dukungan

sosial, dan faktor psikososial berbentuk kepercayaan terhadap

perubahan perilaku gaya hidup sehat.

2.8.1 Tujuan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit

Diabetes Militus.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

penatalaksanaan Diabtes Militus secara nonfarmakologi atau

perubahan gaya hidup, serta penggunaan obat Diabetes Militus

yang rasional.

3. Meningkatkan pengetahuan pola makan /life stilemasyarakat

untuk menurunkanresiko terkena/pencegahan dan pengobatan

penyakiti Diabetes Militus.


60

2.8.2 Manfaat Pengabdian kepada masyarakat ini bermanfaat untuk :

1. Updating ipteks di masyarakat mengenai penyebab Diabetes

Militus, sehingga bisa lebih berhati-hati agar dapat menghindari

hal-hal yang dapat menyebabkanDiabetes Militus.

2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

penatalaksaan Diabetes Militus secara nonfarmakologi atau

perubahan gaya hidup, serta penggunaan obat Diabetes Militus

yang rasional.

3. Meningkatkan pengetahuan pola makan /life stile masyarakat

untuk menurunkan resiko terkena/pencegahan dan pengobatan

penyakiti Diabetes Militus

4. Terjalinnya komunikasi ilmiah antara Mahasiswa Poltekkes

Kemenkes Ternate jurusan Analis Kesehatan dan masyarakat.

2.8.3 Sasaran Kegiatan

Lansia

2.8.4 Metode Pengabdian

Metode Pengaabdian dalam kegiatan ini adalah :

1. Penyuluhan

2. Pembagian Liflet

3. Pemeriksaan GDS ( Gula Darah Sewaktu ) , Pemeriksaan

Cholestrol Dan Pemeriksaan Asam Urat

2.8.5 Keterkaitan

1. Kelurahan Siko
61

2. Lansia

2.8.6 Jadwal Pelaksanaan

Direncanakan Pada bulan mei 2018


62

BAB III

HASIL PRAKTIK

3.1 Rekapitulasi Hasil Kesehatan

No Jenis April 2018 Total

Tanggal 16 17 18 19 20 21

Pemeriksaan

1 Pengambilan sampel

Darah vena - 5 5 4 4 5 24

Darah kapiler - 13 14 13 5 9 54

Sputum - 3 1 3 1 - 8

2 Pemeriksaan imunoserologi

HIV - 4 4 2 1 5 15

Sifilis - 4 3 2 2 5 16

Narkoba - - - - - 1 1

hCG - - 1 - - 2 3

3 Pemeriksaan Imuno-Hematologi

Golongan darah - 4 1 - - - 5

5 Pemeriksaan Parasitologi

Malaria - 15 8 9 5 8 45

6 Pemeriksaan Kimia Klinik

Glukosa - 4 2 3 3 4 16

Asam urat - 3 2 2 - - 7

62
63

Kolesterol - 4 2 3 2 2 13

7 Pemeriksaan mikrobiologi

BTA - 3 1 3 1 - 8

Kusta - - - - 1 - 1

No Jenis April 2018 Total

Pemeriksaan 23 24 25 26 27

1 Pengambilan sampel

Darah vena 4 9 6 4 7 30

Darah kapiler 15 14 7 10 4 50

Sputum - 3 - 5 4 12

2 Pemeriksaan imunoserologi

HIV 5 5 1 - 2 13

Sifilis 5 1 3 - 2 12

hCG 2 - - - 2

3 Pemeriksaan imunohematologi

Golongan darah 2 1 - - 1 4

5 Pemeriksaan parasitologi

Malaria 13 5 5 6 3 32

6 Pemeriksaan kimia klinik


64

Glukosa 8 5 3 9 1 26

Asam urat - 3 2 - 2 7

Kolesterol 3 2 2 - 2 9

7 Pemeriksaan mikrobiologi

BTA - 5 - 1 3 9

Kusta - - - - - 0

3.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil Praktik Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Desa (PKMD ) di Laboratorium Puskesmas Perawatan

Siko Kota Ternate di mulai pada tanggal 16 April sampai 28 April

2018. Pada hari pertama, kegiatan dilakukan masih tahap orientasi

masing-masing pemeriksaan oleh Clinical Instructure (CI) dan masih

dilakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan laboratorium.

Pada hari kedua sampai hari kesebelas, masing-masing mahasiswa

ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan yaitu :

1. Pengambilan darah (Darah Kapiler dan Darah Vena)

2. Hematologi (Pemeriksaan Hb Metode POCT)

3. Parasitologi (Pemeriksaan malaria)

4. Bakteriologi (Pemeriksaan Basil Tahan Asam atau BTA)

5. Kimia klinik (Pemeriksaan Kolesterol, Glukosa Darah, dan Asam

Urat)
65

6. Imunoserologi (Pemeriksaan sifilis, HIV, golongan darah, dan

narkoba)

7. Urinalisis (Pemeriksaan Protein Urine)

Dari hasil Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

(PKMD) yang dilakukan di Laboratorum Puskesmas Perawatan Siko,

terdapat beberapa masalah yang diperoleh salama praktik yaitu

seperti pada saat melakukan pewarnaan BTA, proses pewarnaannya

menggunakan kapas yang dibasahi dengan spirtus dimana pekerjaan

ini tidak sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) karena pada

SOP harus menggunakan bunsen dan dapat mengakibatkan

kecelakaan kerja bagi laboran/ seorang analis. Selain itu pada saat

plebotomi menggunakan vacutainer, dilahan praktik saat melepas

vacutainer sekaligus dengan tabung vacum. Seharusnya sesuai SOP

yaitu dilepas tabung vacum terlebih dahulu setelah itu needle dan

holder.

Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas pengambilan sampel di

laboratorium Puskesmas Siko lebih banyak menggunakan sampel

darah kapiler sebagai specimen. Hal ini dikarenakan pemeriksaan

yang paling banyak dilakukan yaitu malaria, glukosa darah, asam

urat, dan kolesterol. Pemeriksaan-pemeriksaan ini merupakan

pemeriksaan yang memiliki pasien terbanyak di Laboratorium

Perawatan Siko.
66

Pada pengambilan sampel darah kapiler, rata-rata kami yang

mengambilnya. Untuk pengambilan darah vena, hanya vena yang

terlihat jelas yang kami dipercayai untuk dilakukan pengambilan

darah. Sebab dikhawatirkan terjadi kegagalan dalam pengambilan

darah dan akan membuat pasien kesakitan karena ditusuk dua kali.

Sedangkan vena yang tidak terlihat jelas dilakukan oleh petugas

yang ada dilaboratorium. Masalah yang dihadapi saat pengambilan

darah vena yaitu menggunakan vacutainer, dilahan praktik saat

melepas vacutainer sekaligus dengan tabung vacum. Seharusnya

sesuai SOP yaitu dilepas tabung vacum terlebih dahulu setelah itu

needle dan holder.

Pada Pengambilan sampel dahak untuk pemeriksaan BTA,

hanya menggunakan 2 pot dahak, dimana 1 pot untuk pagi dan 1 pot

lagi untuk sewaktu (A & B digabung). Berdasarkan teori yang di dapat

pemeriksaan BTA pada sputum sebaiknya menggunakan sputum SPS

(Sewaktu Pagi Sewaktu) yang di lambangkan A, B dan C sehingga

menggunakan 3 pot dahak. Proses pembuatan sediaan apusan pun

tidak menggunakan bunsen, yang sebaiknya dilakukan adalah

menggunakan bunsen agar bakteri tidap dapat dihirup.


67

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan Praktik

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yang dilakukan

di Laboratorium Puskesmas Perawatan Puskesmas Siko yaitu

Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang

melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap

bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari

manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi

kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan

perorangan dan kesehatan masyarkat. Disetiap Laboratorium untuk

mendapatkan hasil yang akurat harus mengacu kepada GLP (Good

laboratory Procedure) yaitu melalui tahapan Pra-Analitik, Analitik dan

Pasca Analitik. Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu pengambilan

sampel. Pengambilan sampel bertujuan untuk mendapatkan sampel

sesuai dengan yang akan diperiksa. Pengambilan sampel terdiri dari

pengambilan sampel darah vena, darah kapiler, sputum, urin, dan

kerokan kulit.

Kegiatan kedua yang dilakukan yaitu pemeriksaan

hematologi yaitu pemeriksaan Hemoglobin Metode POCT. Kegiatan

ketiga yang dilakukan yaitu pemeriksaan kimia klinik diantaranya

kolesterol, glukosa, dan asam urat dimana ketiganya menggunakan

67
68

teknik POCT. Kegiatan keempat yang dilakukan yaitu pemeriksaan

urinalisis yang dilakukan yaitu protein urin.

Kegiatan kelima yang dilakukan yaitu pemeriksaan

imunoserologi diantaranya HIV dan Narkoba metode POCT dan

pemeriksaan sifilis metode slide. Kegiatan keenam yang dilakukan

yaitu pemeriksaan mikrobiologi diantaranya pemeriksaan BTA dan

Kusta. Kegiatan ketujuh yang dilakukan yaitu pemeriksaan

parasitologi diantaranya pemeriksaan malaria. Adapun kegiatan yang

kami lakukan pada saat Praktik Pembangunan Kesehatan

Masyarakat Desa (PKMD) selaian melakukan pemeriksaan di

laboratorium yaitu pengabdian atau penyuluhan masyarakat di

kelurahan Siko materi yang disampaikan pada minggu terakhir

pelaksanaan PKMD dengan materi yang disampaikan yaitu Diabetes

Melitus.

4.2 Saran

Adapun saran yang diperoleh berdasarkan Praktik

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) yaitu sebaiknya

setiap pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan SOP agar tidak

memberikan hasil pemeriksaan yang tidak sesuai untuk pasien dan

menimbulkan dampak yang tidak baik bagi pasien laboran.

Anda mungkin juga menyukai