PRESENTASI KASUS
Disusun oleh :
20174011046
Diajukan kepada :
PRESENTASI KASUS
11 Desember 2017
Oleh :
20174011046
Disetujui oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Alllah SWT, atas karunia dan nikmat-Nya yang telah
diberikan. Alhamdulilah, dengan penuh mengucap rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan
Wonosobo yang telah berkenan memberikan bantuan, pengarahan, dan bimbingan dari
2. dr. Anies Indra Kusyati, Sp.Rad selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu
pengarahan, dan bimbingan dari awal sampai selesainya Kepaniteraan Klinik bagian
Ilmu Radiologi.
3. Seluruh tenaga medis dan staf lainnya di Instalasi Radiologi yang telah berkenan
Semoga pengalaman dalam membuat Presentasi Kasus ini dapat memberikan hikmah
bagi semua pihak. Mengingat penyusunan Presentasi Kasus ini masih jauh dari kata sempurna,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi masukan berharga sehingga
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
IDENTITAS PASIEN
o Nama : Ny.F
o Usia : 33 th
o No RM : 720965
ANAMNESIS
BAB cair disertai dengan darah. Keluhan BAB cair dirasakan pasien sudah
sejak 1 bulan yang lalu. Dalam sehari, pasien BAB sampai 8x. BAB
berwarna kuning muda disertai dengan buih, seperti air kencing, namun
kadang bisa disertai dengan lender. Dalam 1 minggu terakhir, BAB malah
disertai dengan darah, dan pasien merasakan nyeri diseluruh lapang perut.
tidak ada perbaikan. Selain itu pasien juga menderita sariawan di mulut.
kesulitan saat makan. Pasien merasa lemas dan tidak nafsu makan. Pasien
1
2
Pasien tidak mengeluhkan demam, mual, dan muntah. Nyeri pada tulang
belakang (-) pembesaran kelenjar getah bening inguinal (-) sesak dan batuk
sayuran, namun sangat menyukai olahan daging seperti daging sapi dan
kambing.
riwayat operasi perut sebelumnya (-) Hipertensi (-) Diabetes Mellitus (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
- Kesadaran : E4V5M6
Vital Sign
- Nadi : 141x/menit
- Respirasi : 22x/menit
- Temperatur : 37.9°C
Status Generalisata
3
a. Kepala
normosefali, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor +/+
3mm, reflex cahaya +/+, bibir kering, mukosa mulut kering, sariawan
b. Leher
c. Thorax
Paru-paru
Cor
d. Abdomen
4
sinistra
e. Ekstremitas
Status Lokalis
Regio Abdomen
Palpasi : nyeri tekan seluruh lapang perut (+) defance muscular (+)
Rectal Toucher
mencengkram kuat, mukosa licin, teraba masa seperti buah anggur di arah
jam 9-12, fixed, tepi ireguller, nyeri tekan (+), STLD (+)
5
WORKING DIAGNOSIS
Lab Rutin
USG Abdomen
Colon In Loop
Foto Thorax
HASIL LABORATORIUM
Hematokrit 27 40 – 52
MCV 78 80 – 100
MCH 24 26 – 34
6
MCHC 31 32 – 36
S.Thypii O -
S.Thypii H -
HASIL RONGENT
Nama : Fitriyah/05-07-1984/Kejajar/720965
BNO :
Colon In Loop :
lancer
Colon :
Kesan :
sigmoid distal
USG Abdomen
8
Nama : Fitriyah/05-07-1984/Kejajar/720965
tampak massa/nodul
amorf, batas tak tegas, tepi ireguler, ukuran L.k 7.97 x 5.45cm
Kesan :
Rontgen Thorax
Nama :
Fitriyah/05-07-1984/Kejajar/720965
Foto Thorax, PA :
Kesan :
- Cor : tak membesar
- Pulmo : aspect tenang
DIAGNOSIS UTAMA
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
- Kolonoskopi
- Terapi lanjutan
11
PROGNOSIS
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI COLON
Anatomi
panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) dan diameter rata-rata sekitar 2,5
inchi (sekitar 6,5 cm). Secara anatomis, dibagi menjadi kolon, rektum, dan
12
13
sebelah kiri.
peritoneal. Dinding dari kolon dan rektum terdiri dari lima lapisan:
mukosa, submukosa, otot sirkular dalam, otot longitudinal luar, dan tunika
serosa. Pada kolon, otot longitudinal luarnya terbagi menjadi tiga taeniae
coli, yang bertemu dengan apendiks pada ujung proksimal dan rektum
pada bagian distal. Pada rektum distal, lapisan otot polos dalam saling
rektum terlapisi oleh serosa; sedangkan bagian tengah dan bawah rektum
Posisi Kolon
Kolon mulai berjalan dari awal ileus terminal dan sekum dan
yang paling lebar (7,5 – 8,5 cm) dan mempunyai dinding otot yang tipis.
Hal ini membuat sekum menjadi rentan terhadap perforasi dan yang paling
bervariasi (15 – 50 cm, rata-rata 38 cm) dan diameter yang sempit namun
pada kuadran kanan bawah. Diameter yang sempit pada kolon sigmoid
15
2005)
Vaskularisasi Kolon
kolika dekstra, yang menyuplai darah ke kolon asenden, dan arteri kolika
Pada kolektomi, vena ini di gerakkan secara independen dan di ligasi pada
16
desenden, kolon sigmoid, dan sebagian besar rektum terdrainase oleh vena
dinding usus dan pada epiploika. Nodus yang berdekatan pada arteri
Saraf kolon
transversum dan berasal dari nervus vagus dextra (N. X). Sedangkan
inervasi parasimpatik untuk kolon bagian kiri bermulai dari nervi erigentes
prostat, uretra, vesika semilunaris, vesika urinaria, dan otot dasar panggul.
45% kasus). Derajat dan tipe disfungsi tergantung pada derajat keparahan
Fisiologi Kolon
tergantung pada koloni flora normal, motilitas usus, dan absorpsi dan ekskresi
mukosa.
Pencernaan Nutrien
sebagian besar nutrien, dan juga beberapa cairan garam empedu yang
tersekresi ke lumen. Namun untuk cairan, elektrolit, dan nutrien yang sulit
terabsorpsi oleh usus halus akan diabsorpsi oleh kolon agar tidak kehilangan
cairan, elektrolit, nitrogen, dan energi terlalu banyak. Untuk mencapai ini,
kolon sangat bergantung pada flora normal yang ada. Kira-kira sebanyak
30% berat kering feses mengandung bakteri sebanyak 1011 sampai 1012
18
dengan spesies yang terbanuak dari kelas Bacteroides (1011 sampai 1012
banyak 108 sampai 1010 organisme/mL). Flora normal ini berguna untuk
bilirubin, asam empedu, estrogen, dan kolesterol, dan juga vitamin K. Flora
pada pasien dengan keadaan umum yang buruk dan dapat menyebabkan
Urea Recycling
namun flora normal bakteri pada ususnya kaya akan enzim urease. Kondisi
patologis urea yang paling umum adalah gagal hepar. Ketika hepar tidak
Absorbsi
Total luas absorpsi kolon kurang lebih sekitar 900 cm2 dan air yang
masuk kedalam kolon perharinya mencapai 1000 – 1.500 mL. Air yang
tersisa di kolon hanya sekitar 100 – 150 mL/hari. Absorpsi natrium per
19
harinya juga cukup tinggi, yaitu dari sebanyak 200 mEq/L natrium per hari
n-butirat akan teroksidasi ketika ada glutamin, glukosa, atau badan keton.
kolon menyerap asam empedu. Kolon menyerap asam empedu yang lolos
Motilitas
Kolon dapat dibagi menjadi tiga segmen anatomis: kolon dextra, kolon
traktus GI, dengan sekum sebagai segmen kolon yang memiliki aktivitas
20
sementara dan dehidrasi feses. Transit pada kolon diatur oleh system saraf
dan nervus pelvikus. Serat-serat saraf saat mencapai kolon akan membentuk
aliran retrograd sehingga isi dari usus terdorong kembali ke sekum. Pada
kolon sebelah kiri, isi dari lumen usus terdorong ke arah kaudal oleh
Tumor Kolon
Definisi
merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun, istilah ini
Faktor resiko
faktor risiko.
a. Usia
2015)
b. Faktor Herediter
pada populasi dengan faktor diet lemak hewan yang tinggi dan
22
asam oleat (minyak zaitun, minyak kelapa sawit, dan minyak ikan)
terjadi keganasan bila onset pada usia muda, mengenai seluruh colon,
dan menderita lebih dari 10 tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan
(Scwartz,2005)
23
Klasifikasi
a. Tumor Jinak
dijumpai pada semua umur, tapi paling sering pada umur dewasa. Dua
berbentuk papiler atau vilous. Bentuk villi ini biasanya tunggal dan
karena lembek.
b. Tumor ganas
Adenokarsinoma
rektum.
Karsinoid tumor
karsinoid tumor, tetapi hampir separuh dari tumor ganas usus halus
perkembangannya yaitu :
dan terjadi mutasi somatic pada alel yang lain.contohnya adalah FAP
inherited syndromes diatas (FAP & HNPCC) dan lebih dari 35% terjadi
pada umur muda. Meskipun kelompok familial dari kanker kolon dan
rectum dapat terjad karena kebetulan saja, ada kemugkinan peran dari
(Replication Error).
APC, DCCm dan p53 serta aktifasi onkogen yaitu K-ras. Contoh dari
mutasi gen h MSH2, hMLH1, hPMS1, hPMS2. Model terakhir ini seperti
Patofisiologi
keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, 150-
menyebar kedalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan oragan-
bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak
selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun kelenjar
regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat juga
seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian” dari tumor
ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor meluas melalui
(muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat
menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas
ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer
Kanker kolon terjadi akibat dari kerusakan genetik pada lokus yang
somatik terjadi pada gen Adenomatous Polyposis Coli (APC). Gen APC
mengatur kematian sel dan mutasi pada gen ini menyebabkan proliferasi
RAS yang biasanya terjadi pada adenoma kolon yang berukuran besar
(Abdullah, 2006)
29
a. Anamnesis
pasien adalah perubahan pola buang air besar, perdarahan per anus
Kanker kolon dapat berdarah sebagai bagian dari tumor yang rapuh
tumor dalam feses, tapi tumor yang proksimal sering disertai dengan
lambung atau usus halus. Asites maligna dapat terjadi akibat invasi
(Abdullah, 2006)
b. Pemeriksaan Fisik
sudah lanjut. Bila tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba hepar
yang noduler dengan bagian yang keras dan yang kenyal. Asites
harus dilakukan rectal toucher. Bila letak tumor ada di rektum atau
dan kenyal. Biasanya pada sarung rangan akan terdapat lendir dan
darah.
Diagnosa Radiologi
dengan sinar horizontal. Posisi supine perlu untuk melihat distribusi gas,
sedangkan di sikap tegak untuk melihat batas udara-air dan letak obstruksi
karena massa
32
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air
fluid level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya
kolon.
dan air fluid level” terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa
saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan
terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas
dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan
Ultrasonography (USG)
biasanya terlihat massa yang kurang echo dengan pusat yang hiperechoic
kurangnya peristaltic normal dan absens nya lapisan dari dinding kolon.
sebagai penegakan diagnose utama, tetapi metastase hati dari tumor primer
Colon In Loop
mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Tehnik ini jika digunakan
panjang pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah
sebuah kontras larut air harus digunakan daripada barium enema. Barium
sebuah kontras larut air tidak dapat menunjukkan detail yang penting
Lumen kolon sempit dan irregular. Kerap kali hal ini sulit dibedakan
(Rasad, 2008)
Kolonoskopi
paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari
komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada
toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada
Dapat melihat invasi ekstra rektal dan invasi organ sekitar rektum.
evaluasi keadaan ureter dan buli. Akurasinya adalah 80% dibanding MRI
Penatalaksanaan
Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima
kolon kanker yang potensial kurabel dan dengan adenoma yang tersebar
pada kolon atau pada pasien dengan riwayat keluarga menderita kanker
arteri ileokolika dan arteri kolika kanan. Eksisi tumor pada hepatik flexure
Permanen kolostomi pada penderita kanker yang berada pada rektal bagian
Terapi Radiasi
x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara
pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal radiasi dan internal radiasi.
41
Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari
kanker.
dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel kanker. Sejak
menit.
radiasi yang diberikan ke dalam tubuh sedekat mungkin pada sel kanker.
dengan cara oral, parenteral atau implant langsung pada tumor. Internal
radiasi memberikan tingkat radiasi yang lebih tinggi dengan waktu yang
Kemoterapi
menyebar ke lymph node (stadium III). Beberapa obat yang disetujui oleh
(FOLFOX)
- Oxaliplatin (Eloxatin)
bevacizumab
- Irinotecan (Camptosar)
- Oxaliplatin (Eloxatin)
- Bevacizumab (Avastin)
- Cetuximab (Erbitux)
- Panitumumab (Vectibix)
- Bortezomib (Velcade)
- Topotecan(Hycamtin)
43
Prognosis
struktur yang tak dapat diangkat, dan derajat histologi yang tinggi. Semua
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD RSUD KRT Setjonegoro dengan keluhan BAB cair
disertai dengan darah. Keluhan BAB cair dirasakan pasien sudah sejak 1 bulan yang
lalu. Dalam sehari, pasien BAB sampai 8x. BAB berwarna kuning muda disertai
dengan buih, seperti air kencing, namun kadang bisa disertai dengan lender. Dalam
1 minggu terakhir, BAB malah disertai dengan darah, dan pasien merasakan nyeri
diseluruh lapang perut. Pasien sudah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat anti-
diare. Namun, tidak ada perbaikan. Selain itu pasien juga menderita sariawan di
saat makan. Pasien merasa lemas dan tidak nafsu makan. Pasien sudah mengalami
penurunan berat badan 10 kg dalam satu bulan terakhir. Pasien tidak mengeluhkan
demam, mual, dan muntah. Nyeri pada tulang belakang (-) pembesaran kelenjar
getah bening inguinal (-) sesak dan batuk (-). Sebelum pasien sakit, pasien mengaku
suka memilih makanan. Makanan yang dimakan menjadi tidak seimbang, jarang
memakan sayur-sayuran, namun sangat menyukai olahan daging seperti daging sapi
dan kambing.
Kanker kolon terjadi akibat dari kerusakan genetik pada lokus yang
gejala klinis seperti : hematozesia, nyeri perut, berat badan turun dengan drastic dan
44
45
Pada anamnesis, pasien yang menderita BAB cair sejak 1 bulan yang lalu,
dan dengan frekuensi sering. BAB juga disertai dengan lender bahkan juga disertai
dengan darah. Hal ini menandakan terdapat masalah pada kolon. Karena menurut
penjelasan diatas fungsi dari kolon adalah absorbsi cairan. Jika seseorang
mengalam diare maka fungsi kolon lah yang terganggu. Adanya lender dalam feses
bisa diartikan kebeberapa penyakit seperti infeksi bakteri, colitis, fistula ani,
keganasan dsb. Sehingga BAB lender perlu dicari penyebabnya terlebih dahulu.
Begitu juga dengan BAB berdarah, terkadang beberapa penyakit juga bersamaan
antara munculnya BAB berdarah dan lender. Sehingga penyebabnya pun sama
dengan BAB berlender, seperti infeksi bakteri, colitis, fistula ani, keganasan.
Namun terdapat penyakit lain yang dengan klinis BAB berdarah seperti hemorid,
Pada mulut pasien terdapat stomatitis yang banyak. Stomatitis bisa terjadi
karena menurunnya flora normal pada mulut, adanya infeksi, trauma, alergi
makanan dsb. Adanya stomatitis dengan disertai diare dapat mengarah kepada
pathogen. Penurunan nafsu makan hingga penurunan BB drastic bisa terjadi karena
tanda/gejala dari keganasan. Dari riwayat sebelum sakit pasien, yaitu yang memilih
makanan. Tidak menyukai sayur dan lebih memilih makanan olahan daging merah,
merupakan factor resiko dari kelainan pada kolon. Karena kurangnya asupan serat
pada pasien
46
Pada pemeriksaan fisik teraba masa pada region inguinal sinistra. Dan saat
dilakukan rectal toucher teraba masa seperti buah anggur di arah jam 9-12.
Tumor pada kolon sendiri memiliki gejala klinis seperti perubahan pola
defekasi, defekasi bercampur dengan lender dan darah, tenesmus dan perasaan tidak
puas saat BAB. Untuk tenesmus dan tidak puas saat BAB dirasakan ketika tumor
sudah membesar dan biasanya sudah menutupi lumen dari kolon. Pada pasien,
terdapat gejala seperti tumor pada kolon, dan didukung dari kebiasaan makan dari
pasien yang meningkatkan factor resiko. Serta adanya pemeriksaan fisik yang
pemeriksaan penunjang
hingga caecum dengan passage kontras lancar. Itu artinya tidak ada obstruksi di
daerah kolon. Namun terdapat gambaran filling defect di daerah rectum dan colon
sigmoid. Filling defect sendiri adalah adanya space-occupying lesion, bagian yang
tidak terisi kontras sehingga kontras tidak terbentuk sesuai dari lumen hollow viscus
Ini merupakan indikasi adanya suatu masa pada daerah yang berongga, dalam kasus
ini adalah pada daerah lumen dari rectum dan colon. Massa bisa polyp atau pun
tumor. Pada pasien, filling defect yang terlihat multiple berbentuk bulat pada
rectum dan sigmoid. Sehingga pada colon in loop kesan cenderung polip kecil
Pada pemeriksaan USG, pada oragn hepar, lien, pancreas, rend extra dan
sinistra, vesica urinaria tampak tak ada kelainan. Namun terdapat lesi inhomogen
pada aspek posteroinferior dari uterus dengan bentuk amorf, batas tak tegas dengan
tepi irregular, ukuran mencapai 7.97 x 5.45 cm dengan adanya vaskularisasi. Pada
adalah usus, usus tidak memiliki gambaran inhomogen dalam pemeriksaan USG,
adanya lesi inhomogen, dapat dicurigai sebagai masa. Tepi yang ireguler dicurgai
sebagai malignancy.
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien Ny. Fitriyah, 33 tahun, dengan keluhan BAB cair dirasakan pasien
sudah sejak 1 bulan yang lalu. Dalam sehari, pasien BAB sampai 8x. BAB berwarna
kuning muda disertai dengan buih, seperti air kencing, namun kadang bisa disertai
dengan lender. Dalam 1 minggu terakhir, BAB malah disertai dengan darah, dan
Pada pemeriksaan fisik teraba masa pada region inguinal sinistra. Dan saat
dilakukan rectal toucher teraba masa seperti buah anggur di arah jam 9-12.
hingga caecum dengan passage kontras lancar. Itu artinya tidak ada obstruksi di
daerah kolon. Namun terdapat gambaran filling defect di daerah rectum dan colon
sigmoid. Pada pemeriksaan USG, pada oragn hepar, lien, pancreas, rend extra dan
sinistra, vesica urinaria tampak tak ada kelainan. Namun terdapat lesi inhomogen
pada aspek posteroinferior dari uterus dengan bentuk amorf, batas tak tegas dengan
terapi lain seperti pembedahan harus dilakukan beberapa prosedur terlebih dahulu
serta menyiapkan pasien agar terapi yang dilakukan efektif dan efisien
48
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi IV jilid I. FKUI : Jakarta hal: 373-378
Khosama, Yuansun. 2015. Faktor Risiko Kanker Kolorektal. CDK-234/ vol. 42 no.
11, th. 2015 (Published in Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Sulawesi Utara, Indonesia, CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015)
Rasad, siraj. 2008. Radiologi Diagnostik Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM, Fischer JE, Galloway AC. 2005
Principles of Surgery. United States of America : McGraw-Hill
companies;
Zahari, Asril. 2011. Deteksi Dini, Diagnosa, dan Penatalaksanaan Kanker Kolon
dan Rektum. Available at :
http://repository.unand.ac.id/12202/1/Deteksi_Dini,_Diagnosa_dan_Penata
laksanaan_Kanker_Kolon_dan_Kerektum.pdf89o
49