Disusun oleh:
Diajukan kepada:
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LONGCASE
14 Februari 2019
Oleh:
Disetujui oleh:
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu
berubah. KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian
perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan,
dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan
yang sering dijumpai pada pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada
KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup.
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena
ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.
Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa
menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena
itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan
dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah
kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan.
Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau
respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum masaknya paru.
4
BAB II
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AM
No. CM : 752564
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Batur
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : keluar cairan dari jalan lahir
5
Pada pukul 05.00 saat dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 2
cm. setelah di observasi dan ditunggu, pasien tidak mengalami kemajuan
persalinan. Lalu dilakukan persiapan rujukan ke IGD RSUD KRT Setjonegoro.
Riwayat Menstruasi :
Menstruasi : menarche usia 14 tahun, rutin, siklus 30 hari, lama 5-6 hari,
dismenorrhea (-) keputihan (-)
Riwayat ANC
Pasien mengatakan ANC rutin di puskesmas dan posyandu setiap bulan, belum
pernah USG.
Riwayat Menikah
Riwayat Persalinan
6
Pasien mengatakan belum pernah mengkonsumsi obat KB ataupun menggunakan
alat KB
C. PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 61 kg
IMT : 20.756
Tanda Vital
Respirasi : 21x/menit
Status Generalisata
Kulit : warna sawo matang, kelembaban cukup, ujud kelainan
kulit (-)
Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut,
distribusi merata
Mata : mata cekung -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik
-/-, pupil isokor +/+, reflek cahaya +/+
Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung -/-, sekret -/-
Mulut : bibir sianosis -/-, mukosa basah +
7
Telinga : bentuk normal, sekret –
Tenggorok : uvula di tengah, tonsil hiperemis -, faring hiperemis –
Leher : trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar,
kelenjar tiroid tidak membesar
Limfonodi : retroaurikuler tidak membesar, submandibular tidak membesar
Thorax : retraksi -, gerakan simetris kanan dan kiri
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Pulmo
Status Obsterik
Abdomen
8
II: teraba bagian keras, memanjang (punggung) bayi pada sisi kiri ibu,
teraba bagian kecil (ekstremitas) bayi pada sisi kanan ibu
III: teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala) bayi
IV: teraba bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : DJJ 142x/menit, regular
Pemeriksaan Dalam :
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Tanggal 10 Februari 2019
Pemeriksaan Hasil Interpretasi
Hemoglobin 12.0 g/dL
Leukosit 13.6 103/UI
Eosinofil 0.10%
Basofil 0.50%
Netrofil 77.10%
Limfosit 15.50%
Monosit 6.10%
Immunoglobulin 0.7%
Hematokrit 37%
Eritrosit 4,2 106/uL
MCV 87 fL
MCH 29 pg
MCHC 33 g/dL
Trombosit 259 103/uL
Golongan Darah AB
PT 10,4 detik
APTT 36.6 detik
HBsAg -
9
Tanggal : 11 Februari 2019
Pemeriksaan Hasil Interpretasi
Hemoglobin 11.5 g/dL
Leukosit 22.3 103/uL
Hematokrit 34 %
Eritrosit 4.0 106/uL
MCV 96 fL
MCH 29 pg
MCHC 34 g/dL
Trombosit 260 103/uL
E. DIAGNOSIS
Diagnosis Awal :
G1P0A0 hamil 40+5 minggu, prolonged latent phased, ketuban pecah dini
F. PENATALAKSANAAN
Kamar Bersalin
Edelweiss
Instruksi Post partus :
Tab SF 1x1
10
G. PERKEMBANGAN RAWAT INAP
His: 2x/10menit
DJJ: 142x/menit
11
HIS: 3-4x/10 menit
PD:Pembukaan 4 cm
11 Februari Kencang kencang KU: sedang G1P0A0 hamil 40+5 Pimpin persalinan
2019/ sudah teratur. GCS: E4M6V5 minggu prolonged
01.00 WIB Pasien ingin TD: 120/70 mmHg latent phased, KPD
mengejan HR: 96x/m dalam stimulasi
RR: 20x/m oxytocin 5IU/500ml
T : 36,7O C RL 20 tpm botol I
DJJ: 132x/menit
PD:Pembukaan
lengkap
11 Februari Lahir bayi KU: Baik CM Post partus spontan Manajemen kala III aktif
2019/ pervaginam JK GCS: E4M6V5 dalam riwayat
01.45 WIB laki-laki BB 3045 TD: 100/160 mmHg stimulasi oxytocin
gram PB 48cm HR : 88x/m 5IU/500ml RL 20
LK/LD 32/31cm RR: 20x/m tpm botol I atas
A/S 7/9 T : 36,7O C indikasi prolonged
latent phased, KPD
11 Februari Placenta lahir KU: baik CM Post partus spontan Kontrol perdarahan
2019/ spontan, lengkap, GCS: E4M6V5 dalam riwayat Jahit luka episiotomy
01.50 WIB kontraksi uterus TD: 100/60 mmHg stimulasi oxytocin
baik HR: 84x/m 5IU/500ml RL 20
RR: 20x/m tpm botol I atas
T : 36,7O C indikasi prolonged
latent phased, KPD
11 Februari Pasien post partus KU: Baik CM Post partus spontan - Tab amoxcicilin
2019/ spontan, laktasi GCS: E4M6V5 dalam riwayat 3x500mg
06.00 WIB (+), BAK (+), TD: 110/60mmHg stimulasi oxytocin - Tab Asam Mefenamat
BAB (+), ppv HR : 84x/m 5IU/500ml RL 20 3x500mg
cukup. Keluhan RR: 20x/m tpm botol I atas - Tab SF 1x1
tidak ada. T : 36,7O C indikasi prolonged
latent phased, KPD
Kepala CA+/+ SI-/-
TFU 2 jari di bawah
pusat
Ppv ± 10cc
Laktasi keluar
Laserasi (+) baik
12 Februari Pasien post partus KU: Baik CM Post partus spontan - Tab amoxcicilin
2019/ spontan, laktasi GCS: E4M6V5 dalam riwayat 3x500mg
06.00 WIB (+), BAK (+), TD: 120/70mmHg stimulasi oxytocin - Tab Asam Mefenamat
BAB (+), ppv HR : 91x/m 5IU/500ml RL 20 3x500mg
12
cukup. Keluhan RR: 20x/m tpm botol I atas - Tab SF 1x1
tidak ada. T : 36,8O C indikasi prolonged - BLPL
latent phased, KPD
Kepala CA+/+ SI-/-
TFU 2 jari di bawah
pusat
Ppv ± 5cc
Laktasi keluar
Laserasi (+) baik
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI
1. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar. Serviks smemiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu
kelainan congenital pada serviks sehingga memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput
janin serta keluarnya hasil konsepsi.
14
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadikarena
jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban )
relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
3. Makrosomia
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.
5. Kelainan letak
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
15
6. Penyakit infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah
dini.Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan
ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat
rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik.Infeksi
merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm denganketuban
pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan
amnionitis.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti
urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah
dari vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak dari jalan lahir. Dari anamnesis
perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan
taksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor risikonya (POGI,
2016).
2. Inspeksi
Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin jelas.
3. Pemeriksaan Inspekulo
16
Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD karena pemeriksaan dalam
seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi, cairan yang keluar dari
vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan PH nya, yang dinilai adalah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari
serviks. Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau dari
amnion yang khas juga harus diperhatikan.
Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diangnosis
KPD. Melakukan perasat valsava atau menyuruh pasien untuk batuk untuk
memudahkan melihat pooling
Cairan amnion di konfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test.
Kertas lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 – 6,5. Sekret vagina
ibu memiliki PH 4 – 5, dengan kerta nitrazin ini tidak terjadi perubahan
warna. Kertas nitrazin ini dapat memberikan positif palsu jika tersamarkan
dengan darah, semen atau vaginisis trichomiasis.
4. Pemeriksaan Lab
a. Pemeriksaan alpha – fetoprotein (AFP), konsentrasinya tinggi didalam cairan
amnion tetapi tidak dicairan semen dan urin
b. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisa
c. Tes pakis
d. Tes lakmus
5. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit (Oligohidramnion
atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil anamnesis dapat
membantu diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan diagnosis rupturnya
membran fetal. Selain itu dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi janin, berat
janin, dan usia janin.
17
PENATALAKSANAAN
Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen aktif dan
ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan pendekatan tanpa
intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk lebih aktif
mengintervensi persalinan (POGI, 2016).
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin
bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari).
Jika umur kehamilan kurang dari 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif berikan dexametason, observasi tanda – tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu. Jika usia
kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi setelah 24 jam. Jika usia kehamilan
32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda –
tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin). Pada usia
kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk kematangan paru janin, dan
bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomietin tiap minggu. Dosis
betametason 12mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg
setiap 6 jam selama 4 kali.
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea.
Bila tanda – tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi
persalinan. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan pelviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil lakukan seksio sesarea. Bila skor pelviks > 5
lakukan induksi persalinan
KOMPLIKASI
18
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24
jam.Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu
(Saifuddin, 2010).
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu
terjadi korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia,
omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada Ketuban
Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden
infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya
periode laten (Saifuddin, 2010).
Komplikasi Ibu:
- Endometritis
- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat
banyak)
- Syok septik sampai kematian ibu.
Komplikasi Janin
- Asfiksia janin
- Sepsis perinatal sampai kematian janin.
19
Gambar.Infeksi intrauterin progresif pasca ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur
20
21
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang rujukan dari Puskesmas Batur I ke IGD RSUD KRT Setjonegoro
dengan keterangan G1P0A0 hamil 40+5 minggu prolonged latent phased, KPD.
Mengeluhkan keluar cairan rembes lewat jalan lahir sejak jam 21.00 tanggal 9 Februari
2019. Cairan mengalir terus-menerus. Lendir darah tidak ada, kenceng-kenceng tidak
dirasakan pasien. Kemudian pasien datang ke puskesmas dan dilakukan pemeriksaan
dengan hasil belum ada pembukaan dari serviks. Pasien merasakan kencang-kencang
pada pukul 2 pagi dan dilakukan pemeriksaan kembali namun belum ada pembukaan.
Pada pukul 05.00 saat dilakukan pemeriksaan dalam, pembukaan serviks 2 cm. setelah
di observasi dan ditunggu, pasien tidak mengalami kemajuan persalinan. Lalu
dilakukan persiapan rujukan ke IGD RSUD KRT Setjonegoro.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien adalah tes nitrazine dengan
hasil perubahan warna kertas lakmus menjadi biru yang menandakan bahwa air
tersebut merupakan ketuban. Pemeriksaan penunjang berupa darah rutin. Didapatkan
hasil Hb 12.0 dan Angka Leukosit 13.6x103/Ul. Hal ini menunjukan bahwa terjadi
peningkatan leukosit yang diduga sebagai tanda infeksi.
Pasien dilakukan manajemen aktif karena hamil sudah aterm dan sudah terdapat
pembukaan pada serviks. Manajemn yang dipilih adalah stimulasi oxytocin 5IU/500ml
RL 20 tpm botol pertama atas indikasi prolonged latent phased dan ketuban pecah dini.
Pada tanggal 11 Februari 2019 pukul 01.45 WIB, lahir bayi pervaginam jenis kelamin
laki laki, berat bayi lahir 3049 gram, panjang badan 48cm, lingkar kepala/lingkar dada
32/31cm dengan apgar score 7/9.
22
DAFTAR PUSTAKA
23