PRESENTASI KASUS
ULKUS KORNEA
Disusun oleh :
20174011046
Diajukan kepada :
PRESENTASI KASUS
ULKUS KORNEA
April 2019
Oleh :
20174011046
Disetujui oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Alllah SWT, atas karunia dan nikmat-Nya yang telah
1. dr. M. Faisal Lutfi, Sp.M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu
Penyakit Mata.
hikmah bagi semua pihak. Mengingat penyusunan Presentasi Kasus ini masih jauh dari
kata sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menjadi masukan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
o Nama : Tn. AS
o Usia : 66 th
o Jenis Kelamin : Laki-laki
o Alamat : Sidengkok, Pejawaran
o Pekerjaan : Petani
o Tanggal Kontrol : 26 Maret 2019
o No RM : 671024
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada mata kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
1
2
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
- Keadaan Umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan Visus
OD OS
1/300 5/30
Pemeriksaan Obyektif
OD OS
Pemeriksaan
Sekitar Mata
Simetris,distribusi merata Simetris,distribusi merata
Supercilia dan cilia
3
Konjungtiva
K palpebra sup et inf Hiperemis (+) Hiperemi (-)
K bulbi Hiperemis (+) Hiperemi (-)
Jernih
ulkus dengan diameter
Kornea 3mm pada setral kornea (+) Jernih
neovaskular (-) perforasi(+)
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Penatalaksanaan
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu
dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15
bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan
dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.
6
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya
regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
(Jones, 2018)
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari
atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya. (Ilyas, 2015)
Epidemiologi
Di Amerika, ulkus kornea merupakan penyebab tersering kebutaan dengan
insidensi 30.000 kasus pertahun. Sedangkan di California, insidensi terjadinya ulkus
kornea dilaporkan sebesar 27,6/100.000 orang pertahun, dengan perkiraan sebanyak
75.000 orang yang mengalami ulkus kornea setiap tahunnya. Faktor predisposisi
terjadinya ulkus kornea antara lain trauma, pemakaian lensa kontak, riwayat operasi
kornea, penyakit permukaan okular, pengobatan topikal lama dan penyakit
imunosupresi sistemik. ( Amescua, 2012)
Di Indonesia, Insiden ulkus kornea tahun 2013 adalah 5,5 persen dengan
prevalensi tertinggi di Bali (11,0%), diikuti oleh DI Yogyakarta (10,2%) dan
7
Etiologi
1. Infeksi (Vaughan, 2013)
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus.
Acanthamoeba
Infeksi kornea oleh acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa kontak
lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga
biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensakontak yang terpapar air atau
tanah yang tercemar.
2. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Radiasi atau suhu
Sindrom Sjorgen
Defisiensi vitamin A
Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topical, immunosupresif)
8
Patogenesis
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel
dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi
di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. (Perdami, 2010)
Kornes merupakan bagian mata yang avaskuler, sehingga apabila terjadi
infeksi maka proses infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam
kemudian. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam
stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan
dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi
perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma,
leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
9
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus
kornea.(Perdami, 2010)
Apabila kerusakan atau cedera pada epithelium telah dimasuki oleh agen-
agen asing, terjadilah sekuel perubahan patologik yang muncul saat perkembangan
ulkus kornea dan proses ini dapat dideskripsikan dalam empat stadium, yaitu
infiltrasi, ulkus aktif, regresi, dan sikatrik. Hasil akhir dari ulkus kornea tergantung
kepada virulensi agen infektif, mekanisme daya tahan tubuh, dan terapi yang
diberikan. Bergantung kepada tiga faktor tersebut, maka ulkus kornea dapat menjadi
: (Srinivasan, 2009)
a. ulkus terlokalisir dan sembuh
b. penetrasi lebih dalam sampai dapat terjadi perforasi, atau menyebar secara cepat
pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus kornea
1. Stadium infiltrasi progresif.
ulkus. Pada stadium ini, sisi dan dasar ulkus tampak infiltrasi keabu-abuan dan
pengelupasan. Pada stadium ini, akan menimbulkan hiperemia pada pembuluh
darah jaringan circumcorneal yang menimbulkan eksudat purulen pada kornea.
Muncul juga kongesti vaskular pada iris dan badan silier dan beberapa derajat
iritis yang disebabkan oleh absorbsi toksin dari ulkus. Eksudasi menuju kamera
okuli anterior melalui pembuluh darah iris dan badan silier dapat menimbulkan
hipopion. Ulserasi mungkin terjadi kemajuan dengan penyebaran ke lateral yang
ditunjukkan pada ulkus superfisial difus atau kemajuan itu lebih ke arah dalam
dan dapat menyebabkan pembentukan desmetocele dan dapat menyebabkan
perforasi. Bila agen infeksius sangat virulen dan/atau daya tahan tubuh menurun
maka dapat penetrasi ke tempat yang lebih dalam pada stadium ulkus aktif.
(Srinivasan, 2009)
3. Stadium Regresi
Regresi dipicu oleh daya tahan tubuh natural (produksi antibodi dan
immune selular) dan terapi yang dapat respon yang baik. Garis demarkasi
terbentuk disekeliling ulkus, yang terdiri dari leukosit yang menetralisir dan
phagosit yang menghambat organisme dandebris sel nekrotik. Proses ini didukung
oleh vaskularisasi superfisial yang meningkatkan respon imun humoral dan
sesuler. Ulkus pada stadium ini mulai membaik dan epithelium mulai tumbuh
pada sekeliling ulkus.
11
4. Stadium Sikatrik
Stadium ini, proses penyembuhan berlanjut dengan semakin progresifnya
epithelisasi yang membentuk lapisan terluar secara permanen. Selain epithelium,
jaringan fibrous juga mengambil bagian dengan membentuk fibroblast pada
kornea dan sebagian sel endotelial untuk membentuk pembuluh darah baru.
Stroma yang menebal dan mengisi lapisan bawah epithelium , mendorong epithel
ke anterior. Derajat jaringan parut (scar) pada penyembuhan bervariasi. Jika ulkus
sangat superfisial dan hanya merusak epithelium saja, maka akan sembuh tanpa
ada kekaburan pada kornea pada ulkus tersebut. Bila ulkus mencapai lapisan
Bowman dan sebagian lamella stroma, jaringan parut yang terbentuk disebut
dengan nebula. Makula dan leukoma adalah hasil dari proses penyembuhan pada
ulkus yang lebih dari 1/3 stroma kornea.
Perforasi ulkus kornea dapat terjadi bila proses ulkus lebih dalam dan
mencapai membrana descement. Membran ini keluar sebagai descemetocele, (lihat
gambar 6). Pada stadium ini, tekanan yang meningkat pada pasien secara tiba-tiba
seperti batuk, bersin, mengejan, dan lain-lain akan menyebabkan perforasi,
kebocoran humor aqueous, tekanan intraokuler yang menurun dan diafragma iris-
lensa akan bergerak depan. Efek dari perforasi ini tergantung pada posisi dan ukuran
12
perforasi. Bila perforasi kecil dan bertentangan dengan tisu iris, dapat terjadi proses
penyembuhan dan pembentukan sikatrik yang cepat. Leukoma adheren adalah hasil
akhir setelah tejadinya cedera.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu :
1. Ulkus kornea sentral.
a. Ulkus kornea bakterialis
Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram
dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh
streptokokus pneumonia.
Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai
infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati
secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan
infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus sering kali
indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.ulkus sentral ini
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam
dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. Gambaran
berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin.
Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.Tepi ulkus akan
terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran
karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel
yang penuhdan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat
cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat
13
banyak kuman. Ulkus ini selalu ditemukan hipopion yang tidak selamanya
sebanding dengan beratnya ulkus yangterlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
b. Ulkus kornea fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada
permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu
pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di
bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya. Tukak kadang-
kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida
bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik.Dapat terjadi neovaskularisasi
akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
c. Ulkus kornea virus
Ulkus kornea Herpes Zoster
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini
timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan
vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh
akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk
dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit
herpes zoster berwarna abu-abu kotor. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa
sakit. Keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi
sekunder.
Ulkus kornea Herpes Simplex
Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa
gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang
kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi
pada korneasecara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat pembesaran
kelenjar preaurikuler. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas
diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
d. Ulkus kornea acanthamoeba
14
Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
Silau
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada
perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
Diagnosis
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea tergantung
pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi.
Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan
diagnosis adalah : (Ilyas, 2015)
15
Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh
pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat
cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali ialah adanya riwayat trauma,
kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau
autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
Pemeriksaan fisis
- Visus
Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh
karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang
masuk ke dalam media refrakta.
- Slit lamp
Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan
pada kornea. Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva
ataupun perikornea.
Pemeriksaan penunjang
- Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk
melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan
daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah
yang intak).
- Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.
- Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa
kasus.
Penatalaksanaan
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung
16
antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan
dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat
memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang, dengan cara :
1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Erosi
kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
2. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva.
3. Pemberian sikloplegika
Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena masa kerjanya
lama, hingga 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :
Sedatif, menghilangkan rasa sakit
Dekongestif, menurunkan tanda radang
Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan
lumpuhnya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga
mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil,
terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat
dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru.
4. Bedah
Tindakan bedah meliputi
Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran
Bowman
Tissue adhesive atau graft amnion multilayer
Flap konjungtiva
Patch graft dengan flap konjungtiva
Keratoplasti tembus
Fascia lata graft
Komplikasi
Komplikasi ulkus kornea antara lain : (Srinivan, 2009)
17
Tergantung pada gambaran klinis dari ulkus kornea, jaringan parut mungkin
dapat seperti nebula, makula, leukoma, kerectesia (ektatik sikatrik), lekoma
adheren atau staphyloma.
Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada
tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu
penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi
tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi,
maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga
dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan
penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan
resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan
pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi
sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh
darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat
melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai
darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian
sikatrik. (AAO, 2008)
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang laki-laki berumur 66 tahun, bekerja sebagai petani dengan tempat tinggal
di Pejawaran, datang ke Poliklinik Mata RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo dengan
keluhan mata kanan nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan setelah pasien
pulang dari sawah. Pasien mengeluh mata kanan menjadi merah, nyeri, silau, nrocos, dan
keluar kotoran mata warna kuning. Keluhan pasien tidak disertai adanya gangguan
penglihatan.
3 hari terakhir pasien mengeluh munculnya bercak putih pada mata yang makin
lama makin membesar, mata terasa mengganjal, dan disertai penglihatan yang menjadi
kabur. Mata merah (+), nyeri (-), silau (+), nrocos (-).
Berdasarkan keluhan utama dari penderita, yaitu adanya penurunan penglihatan
disertai dengan nyeri dan mata merah, maka dapat dipikirkan kemungkinan adanya ulkus
kornea, keratitis, glaukoma akut dan uveitis anterior.
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien mengeluh mata kanan tidak bisa
melihat, putih berbayang dan nyeri. Keluhan ini terjadi secara bertahap selama 1 minggu
yang semakin lama semakin berat. Penderita juga mengeluh adanya timbulnya bintik
putih pada mata. Diagnosis yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus
kornea dan keratitis.
Kemungkinan diagnosis glaukoma akut dapat disingkirkan karena pada penderita
ini tidak ada riwayat penurunan penglihatan dengan tiba-tiba dan nyeri kepala hebatm,
mual dan muntah yang menyertainya, ataupun keluhan adanya penglihatan pelangi atau
halo ketika melihat lampu.
Kemungkinan uveitis anterior sebagai diagnosis utama pada pasien ini juga dapat
disingkirkan karena pada penderita ini ditemukan adanya infiltrat dan gambaran tukak di
kornea yang menunjukkan bahwa ini adalah bukan suatu murni uveitis anterior. Kelainan
pada kornea seperti ini menunjukkan adanya suatu inflamasi dan infeksi pada kornea.
Kemungkinan uveitis anterior sebagai komplikasi diagnosis utama dapat
dipertimbangkan karena infeksi pada kornea dapat menyebar ke uvea anterior. Adanya
hipopion pada mata kiri penderita ini menunjukkan terjadi peradangan pada uvea anterior
yaitu badan silier dan iris.
19
20
Diagnosis yang sangat memungkinkan pada kasus ini adalah ulkus kornea.
Diagnosis keratitis dapat disingkirkan karena pada penderita ini bukan hanya terdapat
infiltrasi sel radang pada kornea yang ditandai oleh kekeruhan pada kornea akan tetapi
terdapat juga gambaran tukak atau bergaung pada kornea.
Diagnosis ulkus kornea ini dapat ditegakkan karena ditemukan adanya penurunan
visus disertai dengan mata yang merah, silau, berair, dan adanya sekret. Pada pemeriksaan
oftalmologis, ditemukan adanya mix injeksi serta gambaran defek bergaung di parasentral
arah jam 4.
Untuk menentukan penyebab dari ulkus, maka dapat dilihat dari pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan fisik, letak ulkus yang sentral
mengandung sekret kental dengan dasar yang keruh, memberikan kemungkinan
penyebabnya adalah proses infeksi oleh bakteri atau jamur. Karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kornea dengan cara scrapping dan dengan KOH
10%.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah Sulfas Atropin 1% dimaksudkan untuk
menekan peradangan dan untuk melepaskan dan mencegah terjadinya sinekia anterior,
karena sulfas atropin memiliki efek sikloplegik yang menyebabkan pupil midriasis,
sehingga mencegah perlengkatan iris pada kornea. Artificial tears diberikan sebagai air
mata buatan agar terjadi penyerapan obat tetes mata dengan baik. Antibiotika yang sesuai
topical dan subkonjungtiva
Prognosis penderita ini, quo ad vitam bonam, karena tanda-tanda vitalnya masih
dalam batas normal, sedangkan quo ad functionam dubia ad malam karena walaupun
dengan pengobatan yang tepat dan teratur ulkusnya dapat sembuh, namun meninggalkan
bekas berupa sikatrik yang dapat menimbulkan gangguan tajam penglihatan.
Diagnosis katarak ditegakkan atas adanya tanda-tanda klinik subyektif dan
obyektif. Pada penderita berdasarkan pemeriksaan fisik didiagnosa dengan katarak senile
OS stadium matur karena Dari pemeriksaan fisik tajam penglihatan (visus) mata kiri 1/60.
Tidak ditemukan kelainan pada palpebra, konjungtiva, kornea, slera, bilik mata depan dan
iris pada kedua mata. Mata kiri, pupil tampak putih (leukokoria) yang menunjukkan lensa
keruh dan shadow test (-).
21
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Sidarta, Sri Rahayu Y. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke‐5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2015.
Jones, O., 2018. The Eyeball - Structure - Vasculature - TeachMeAnatomy. [Diakses pada 18
Desember 2018] Available at: https://teachmeanatomy.info/head/organs/eye/eyeball/
[Diakses pada 3 April 2019]
Amescua G, Miller D, Alfonso EC. What is Causing the Corneal Ulcer? Management strategies
for unresponsive corneal ulceration [internet]. USA; 2012 [diakses tanggal 3 April 2019.
Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22157915.
Riset Kesehatan Dasar. Laporan Hasil Riset Kesehatan Daerah Nasional. Badan penelitian dan
Pengembangan kesehatan [internet]. Jakarta; 2013 [diakses tanggal 3 April 2019]. Tersedia
dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2010. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke2. Penerbit Sagung Seto Jakarta.
Vaughan D G, Asbury T, Riordan P. 2013. Oftalmologi umum. 14th Ed. Alih bahasa: Tambajong
J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika.
Srinivasan M, Lalitha P, Mahalakshmi R, Prajna NV, Mascarenhas I,Chidambaram JD, et
al .Corticosteroids for Bacterial Corneal Ulcers. Br JOphthalmol. 2009; 93(2): 198–202.
Khurana, A.K. 2007. Comprehensive Ophthalmology. Disi ke‐4. New Delhi:New Age
International Ltd
22