RMK Asp Kelompok 10
RMK Asp Kelompok 10
OLEH
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
Statement of Authorship
Saya/kami yang bertanda di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa
saya/kami menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyaj
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami diberi kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas dalam
mata kuliah “Akuntansi Sektor Publik”.
Selesainya makalah yang berjudul “Penganggaran Sektor Publik” tidak lepas dari
kerjasama berbagai pihak, baik dari dosen pengajar, Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Akt., CA
maupun pihak-pihak lainnya yang turut serta membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun
menjadi referensi bagi kita dalam mempelajari tentang Akuntansi Sektor Publik. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan
kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan para pembaca. Aamiin.
Wassalam,
Penulis
BAB I
a. Dewan penyantun
b. Unsur pimpinan
c. Unsur tenaga pengajar
d. Senat perguruan tinggi
e. Unsur pelaksana akademik (bidang pendidikan, penelitian, dan bidang pengabdian
masyarakat)
f. Unsur pelaksana administrative
g. Unsur penunjang (perpustakaan, laboratorium, bengkel, pusat computer, kebun
percobaan, dan yang lainnya)
Sedangkan menurut PP No. 61 tahun 1999, maka organisasi perguruan Tinggi terdirei
atas unsure-unsur :
Perguruan tinggi umum mendapatkan dana dari empat sumber utama, yaitu bantuan
badan legestatif, uang sekolah dan pengajaran, hibah, atau bantuan dari pemerintah pusat dan
daerah, dan bantuan perorangan. Selain apropriasi dari badan legislatif, sumber dana yang
sama juga diberikan ke perguruan tinggi swasta. Bagi sebagian perguruan tinggi negeri,
sumber dana utama berasal dari Apropriasi dan Legislatif.
B. PENGUKURAN KINERJA.
Sekolah tinggi dan universitas umum adalah organisasi nirlaba. Tujuannya adalah
memberikan pendidikan yang terbaik dengan sumber daya yang ada. Namun, berbagai
pendapat tentang pendidikan tidak dapat membantu evaluasi dalam perbandingan atau kinerja
keseluruhan program suatu sekolah tinggi dan universitas. Karena ketidak mampuan untuk
mengindentifikasikan dan mengukur atribut khusus dari “tenaga terdidik”, pendidikan
menggunakan faktor – faktor khusus, misalnya kesempatan kerja suatu skala penghasilan
para lulusannya. Dalam hal lain, ujian nasional mengungkapkan posisi relative dari lulusan
sekolah tinggi dan universitas. Beberapa perguruan tinggi berusaha untuk mengetahui
seberapa posisi penting yang dapat di capai oleh para lulusannya baik di pemerintah atau
swasta..
Dalam tahun 1982 perbaikan dalam CUBA ( College and University Business
Administration ) mendapat pengesahan dari AICPA. Sebelumnya, pada tahun 1975 Badan
Audit Sekolah Tinggi dan Universitas ( The Audits of Colleges and University) telah
mengakui CUBA sebagai salah satu sumber yang memberi masukan bagi prinsip akuntansi
yang diterima umum. Walaupun AICPA tidak secara khusus mengesahkan perbaikan dalam
CUBA tersebut, AICPA memberikan masukan bagi prinsip akuntansi yang diterima umum.
Catatan FASB
Pada tahun 1976 telah di umumkan secara resmi bahwa FASB bertanggung jawab
atas asumsi – asumsi standar untuk organisasi nirlaba, termasuk sekolah tinggi dan
universitas. Statement No. 32, yang berlaku efektif pada tahun 1976, menetapkan bahwa
audit guide menggambarkan prinsip – prinsip akuntansi yang lebih baik bagi perubahan bagi
praktik akuntansi.
Statemen No. 93, berlaku efektif 1 January 1990, mengharuskan sekolah tinggi dan
universitas untuk mengakui depresiasi bagi semua aset tetap.
Yuridiksi GASB
NACUBO dan AICPA setuju bahwa efektifitas paling baik di ukur dengan
menggunakan akuntansi basis akrual. Selain itu, sekolah tinggi dan universitas menggunakan
beberapa akuntansi yang spesifik disesuaikan dengan kebutuhan akuntansi dan pelaporannya.
Beberapa konvensi sekolah tinggi dan universitas yang penting di sajikan sebagai
berikut :
Audit guide mensyarakat bahwa format laporan harus mencapai tujuan laporan yang
tertentu yaitu :
1. Menyediakan bagi pembaca dengan informasi yang mencakupi berkaitan dengan rincian
sumber dan penggunaan dana lancar.
2. Memungkinkan institusi / kelembagaan melaporkan jumlah dana – dana lancar yang
dibatasi dan tidak dibatasi yang di belanjakan untuk masing – masing kategori fungsional
sehingga tingkat jumlah aktivitas keuangan untuk masing – masing terungkap.
3. Memberikan fasilitas bagi penyaji perbandingan dengan tahun sebelumnya.
Akuntabilitas
Salah satu kebijakan yang di tuangkan pada PP No.61 Tahun 1999 terkait dengan
pengelolaan perguruan tinggi adalah akuntabilitas yang tercantum pada pasal 20 yang intinya
adalah dalam waktu lima bulan setelah tahun buku di tutup, pimpinan dan majelis wali
amanat wajib menyampaikan laporan tahunan kepada menteri, berupa laporan keuangan dan
laporan akademik yang setelah mendapat pengesahan menteri, menjadi informasi public.
Laporan tahunan keuangan maupun laporan akademik tahuan di tandatangani oleh semua
angota pimpiann perguruan tinggi dan disampaikan ke majelis wali amanat.
Tujuan dari perguruan tingi sudah mengalami pergeseran yang mengarah pada
penguasaan skill dari lulusannya, dan tidak semata – mata hanya mengembangkan ilmu
pengetahuan. Selanjutnya dari pasal 38 PP No.152 tahun 2000, dapat di simpulkan bahwa
dengan adanya kewenangan yang lebih besar di upayakan pendanaan non pemerintah yang
lebih besar dan universitas juga di tuntut untuk meningkankan akuntabilitasnya dalam hal
penyelenggaraan, kinerja dan hasil perguruan tinggi.
Beberapa masalah yang timbul sebagai dampak dari adanya otonomi perguruan tinggi
yang memerlukan penanganan secara dini dengan memperhatikan misi PTN dalam
pembangunan nasional yaitu :
Untuk membangun budaya akademik dalam suatu perguruan tinggi, ada beberapa
prasyarat yang harus di penuhi, yaitu :
1. Adanya sumber daya manusia, terutama staf pengajar yang mempunyai keunggulan
akademik, dan secara formal diukur oleh gelar akademik tertinggi yang di capainya.
Selain itu juga punya dedikasi tinggi untuk pengembangan keilmuan, dan
memperoleh imbalan pendapatan yang memadai untuk menunjang kegiatan
akademik.
2. Menguasai tradisi akademik yang unggul, melalui penyusunan kurikulum yang actual,
realistis, dan berorentasi kedepan. Di ajarkan melalui proses belajar mengajar
dialogis, bebas, dan objektif, dan kemudian dikembangkan dalam diskusi, seminar,
penelitian, penerbitan buku dan jurnal ilmiah, yang disebarluaskan kepada
masyarakat, sebagai wujud dari pengabdian perguruan tinggi bagi peningkatan
kesejahteraan hidup masyarakat.
3. Tersedianya sarana dan prasarana akademik yang memadai, seperti lingkungan
kampus yang sejuk, perpustakaan yang lengkap, dan laboratorium yang modern.
Dengan semakin kuatnya budaya akademik maka perguruan tinggi mampu
mempertahankan kualiltas kecendekiawanannya.
Untuk memperoleh sumber – sumber pendanaan di luar uang SPP, perguruaan tinggi
harus melakukan kerja sama dengan dunia bisnis dengan menjual jasa pelayanan keilmuan.
Di samping itu, kerja sama bisnis dalam kegiatan pemasaran produk – produk ilmu dan
teknologi yang berorientasi pada riset. Sedangkan kerja sama industri di sector riil, dengan
mendirikan industri skala besar.
Untuk kerja sama bisnis dan industri skala besar, maka perguruan tinggi tidak perlu
menyetor sahamnya karena dapat memberatkan perguruan tinggi itu sendiri. tetapi dapat
dikompensasikan dengan berbagai riset, penyusunan studi kelayakan serta sumber daya
manusia unggul yang di miliki oleh perguruan tinggi itu sendiri. di samping itu, dapat
digunakan menjadi tempat praktikum mahasiswanya, agar mereka dapat mengetahui dunia
kerja secara konkret.
Mungkin telah terjadi kekeliruan pada saat kali pertama disebut kata school, yakni
asal mula kata sekolah dalam bahasa kita sekarang. Karena dalam bahasa aslinya, yakni
skhole, scolae atau schola (latin), kata itu secara harfiah berarti “waktu sekarang”. (Roem
Topatimasang, 1998).
Karena dulunya kata itu memang digunakan untuk menyebut sebuah kegiatan yang
dilakukan oleh orang Yunani Kuno untuk mengisi waktu luangnya, mereka mengunjungi
suatu tempat atau seseorang pandai tertentu untuk mempertanyakan dan mempelajari hal-
ikhwal yang mereka rasakan memang perlu dan butuh untuk mereka ketahui, “waktu luang
yang digunakan secara khusus untuk belajar” (leisure devoted to learning).
Kebiasaan ini juga diberlakukan kepada putra-putra mereka, sejak saat itulah dari
scola matterna (pengasuh ibu sampai usia tertentu), yang merupakan proses lembaga dan
sosialisasi tertua umat manusia, menjadi scola in loco parentis (lembaga pengasuh anak pada
waktu senggang diluar rumah, sebagai pengganti ayah atau ibu). Itulah pula mengapa
lembaga pengasuh ini kemudian biasa disebut juga “ibu asuh” atau “ibu yang memberikan
ilmu” (almamater).
Pelaksanaan Fungsi Sekolah
Sekolah di maksudkan untuk mendidik, inilah ideology sekolah tujuan umum sekolah.
Sekolah – sekolah telah bergantung tanpa tantangan sampai akhir – akhir ini, sebagian karena
pendidikan itu sendiri adalah suatu istilah yang berbeda – beda artinya bagi berbagai orang.
Tetapi secara berangsur – angsur sekolah di semua Negara dari segala jenis pada segala
tingkatan memadukan empat fungsi social yang berbeda – beda custodial care, yaitu fungsi
perwalian ( pengawasan kanak – kanak ).
Pada saat anak – anak menjadi mahasiswa penuh, mereka tetap menjadi anak – anak
yang ekonomis, politis, bahkan secara hukum. Meskipun tidak ada sanksi hukum formal yang
di kenakan terhadap para mahasiswa, mereka selalu dapat dicabut haknya untuk bersekolah,
dan dengan demikian dicabut pula haknya atas pekerjaan status social yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, deddi. Akuntansi Sektor Publik. New ed. Yokyakarta: Salemba Empat
http://www.4shared.com/office/kPnmlDkw/BAB_5_Akuntansi_Perguruan_Ting.html