Bentuk Pertunjukan Reog Campursari
Bentuk Pertunjukan Reog Campursari
Bentuk Pertunjukan Reog Campursari
TURONGGO PUSPITO
KABUPATEN SEMARANG.
SKRIPSI
Jurusan Sendratasik
Nama : Nuryanti
NIM : 2501915002
JURUSAN SENDRATASIK
2016
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Persembahan :
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan Skripsi ini, yang
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang dengan baik dan lancar. Skripsi ini
dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang
2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang
3. Dr. Udi Utomo, M.Si, Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni
penelitian terlaksana.
5. Ibu Utami Arsih, S.Pd, M.A, pembimbing II yang telah membimbing dan
vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
Penulis
Nuryanti
SARI
Nuryanti, 2016, Pertunjukan Reog Campur Sari Turonggo Puspito di Desa
MuKiran Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang, Skripsi, Jurusan
Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang,
Pembimbing I Drs. Suharto, S.Pd, M.Pd, Pembimbing II Utami Arsih, S.Pd, M.A.
vii
Kata kunci : Pertunjukan, kesenian tradisional, Reog Campursari Turonggo
Puspito
Kesenian tradisional yang ada di Jawa Tengah khususnya kesenian Reog
Campursari Turonggo Puspito yang berada di Desa Mukiran Kecamatan
Kaliwungu Kabupaten Semarang, pertunjukannya memiliki daya tarik yang
sangat besar. Keberadaan Reog Campursari di desa ini membuat desa Mukiran
lebih dikenal di wilayah Kaliwungu dan sekitarnya, terbukti kesenian ini sering
pentas di berbagai tempat. Berdasrkan latar belakang dan pengamatan maka
rumusan permasalahan peneliti adalah: Bagaimana bentuk pertunjukan Reog
Campursari Turonggo Puspito di Desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu. Tujuan
yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu: Mengetahui, mendeskripsikan dan
menganalisis pertunjukan Reog Campusari Turonggo Puspito. Lokasi penelitian
berada di Desa Mukiran Kecamatan Kaliwunggu Kabupaten Semarang.
Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
teknik pengumpulan data yang terdiri dari: observarsi, wawancara, dokumen.
Teknik pemeriksaan keabsahan data terdiri dari: triangulasi, bahan referensi dan
member chek. Teknik analisis data yang terdiri dari: reduksi data, penyajian data,
verifikasi dan penarikan simpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertunjukan Reog Campursari
Turonggo Puspito: (1) Bentuk pertunjukannya terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian
pembukaan, bagian inti dan bagian penutup pertunjukan (2) dari masing-masing
bagian mempunyai unsur-unsur pendukung yang sama yaitu: ragam gerak, tata
rias, tata busana, iringan, property dan pola lantai. (3) Pada bagian inti
pertunjukan terdiri dari tiga babak adalah babak Yakso Ageng, babak Bujang
Ganong dan babak Buto. Dari ketiga babak itu yang membedakan adalah tata rias
dan tata busananya. (4) Ragam geraknya kurang variatif sehingga kelihatan
monoton. (5) Penonton dari berbagai jenis umur dari usia anak-anak, usia remaja
dan lanjut usia berbaur jadi satu tanpa tempat duduk, saat lagu campursari
penonton usia remaja berjoget.
Saran peneliti adalah untuk koreografer, pelatih, perlu mengembangkan
gerak agar lebih variatif dan tidak monoton. Perlu pembinaan secara langsung
oleh pemerintah, agar kesenian Reog tetap lestari dan berkembang. Penonton dari
berbagai jenis umur berbaur jadi satu, dimungkinkan penonton lanjut usia
disediakan kursi dan remaja yang berjoget di sediakan ruang tersendiri agar semua
penonton bisa menikmati pertunjukan dengan nyaman.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
viii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
SARI................................................................................................................. viii
ix
3.2 Lokasi dan Sasaran.........................................................................30
41
45
5.1 Kesimpulan.....................................................................................89
5.2 Saran...............................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................91
LAMPIRAN....................................................................................................93
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Statistik Penduduk Berdasar Kelompok Umur .....................43
Tabel 4.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .............................44
Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan....................................... 45
x
Tabel 4.4 Ragam Gerak Reog CampursariTuronggo Puspito ………...77
Tabel 4.5 Unsur Gerak Kepala ..............................................................79
Tabel 4.6 Unsur Gerak Tangan .............................................................81
Tabel 4.7 Unsur Gerak Kaki....................................................................82
Tabel 4.8 Unsur Gerak Badan………………………………………….83
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka berpikir ................................................................27
Gambar 4.1 Peta Desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu………................42
Gambar 4.2 Antusias penonton Reog Campursari …................................50
Gambar 4.3 Sesaji Pertunjukan …………………......................................51
Gambar 4.4 Pertunjukan Reog Campursari................................................53
Gambar 4.5 Penari kesurupan minta dipocong………………...................55
Gambar 4.6 Penari Kesurupan Minta Kemenyan ..................................... 56
Gambar 4.7 Penari Kesurupan Minta Pamitan sama yang nangap....................58
Gambar 4.8 Penari Kesurupan Pulang Ke Perempatan Jalan……………………60
Gambar 4.9 Penari Kesurupan Pulang Ke Kebun………………………………..61
Gambar 4.10 Tata Rias Karakter Buto …………………………………………...62
Gambar 4.11 Tata Busana Yakso Ageng………………………………………....63
Gambar 4.12 Ikat Kepala………………………………………………………...65
Gambar 4.13 Kerincing……………………………………………………….….66
Gambar 4.14 Klatbau………………………………………………………….…67
Gambar 4.15 Bingel Tangan atau gelang……………………………………..….67
Gambar 4.16 Kain jarik dan stagen…………………………………………..….68
Gambar 4.17 Celana Panji…………………………………………………….…68
Gambar 4.18 Property Reog…………………………………………………..…69
Gambar 4.19 Tata Busana Bujang Ganong…………………………………...….70
Gambar 4.20 Topeng Embong…………………………………………………...71
Gambar 4.21 Rampek…………………………………………………………....72
xi
Gambar 4.22 Celana…………………………………………………………...…72
Gambar 4.23 Rompi…………………………………………………………..….73
Gambar 4.24 Tata Busana Buto atau Raksasa………………………………..….73
Gambar 4.25 Wig atau Rambut Palsu……………………………………………74
Gambar 4.26 Badong…………………………………………………………….75
Gambar 4.27 Penonton Pertujujkan……………………………………….……..86
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Biodata Penulis ........................................ ………………….93
Lampiran 2 Permohonan Ijin Penelitian ................................................... 94
Lampiran Pedoman Obsevasi .................................................................95
Lampiran 4 Pedoman Wawancara .............................................................96
Lampiran 5 Dokumen Wawancara di Desa Mukiran ................................100
Lampiran 6 Dokumen Wawancara dengan Pengurus Perkumpulan ..........102
Lampiran 7 Dokumen Pertunjukan Reog Campursari ..............................105
Lampiran 8 Cuplikan Skrip Wawancara ………………………………..108
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia, kesenian tersebut diantaranya adalah seni tari, seni musik, seni rupa.
yang bersifat tradisional yang dimilik oleh bangsa Indonesia. Tiap-tiap daerah
sama lain, lingkungan etnik ini didalamnya seperti adat yang secara turun-
temurun yang diwariskan merupakan landasan eksistensi yang utama dalam seni
pertunjukan di Indonesia.
alamnya minta dipocong, minta pamitan pada yang nanggap setelah terpenuhi
1
di padukan dengan trance (tidak sadarkan diri) dan dikolaborasikan dengan
campursari yang mana penonton ada yang ikut berjoget dan minta lagu.
berikutnya.
Kabupaten Semarang ?
1.3.2 Keunikan yang ada dalam pertunjukan Reog Campursari Turonggo Puspito
1.4 Manfaat
4
1.4.1 Teoritis
kesenian tradisional.
pendidikan.
1.4.2 Praktis
Puspito.
1.4.2.3 Memberikan sumbangsih berupa motivasi bagi guru seni budaya untuk
sistematika penelitian skripsi yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian awal
berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto, dan persembahan, kata
pengantar, daftar isi, daftar lampiran, bagian isi terbagi lima bab yaitu:
5
BAB 2 Landasan teori pada bab ini akan diuraikan tentang bentuk
BAB 2
6
2.1. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian yang dilakukan Heni Pratiwi (2013) dalam penelitian yang
Lumping Turonggo Bekso terbagi menjadi tiga babak yaitu, babak pembuka
disajikan tari Prawira Watang, babak penengah tari Kuda Lumping putri, babak
penutup tari Kuda Lumping putra. Penyajian tari berbentuk kelompok dengan
jumlah penari putri 17 dan jumlah penari pria 10 orang. Ragam gerak utama
jalan nyisik, liyepan, peperangan, dan jalan lumaksono. Unsur pendukung tari
meliputi iringan,tata rias, tata busana, tata suara, tata pentas. Keunikan yang yang
dimiliki yaitu setiap pentas yang dikemas dalam bentuk sendratari, instrument
tetap menggunakan gamelan, busana asli sesuai dengan latar belakang cerita. Tari
Leak, Belibis, dan Pendet. Dilihat dari media yang digunakan seni tersebut
termasuk seni tari namun juga terdapat sedikit unsur-unsur teater karena dalam
setiap tarian, para penari membawa sebuah cerita yang dilakukan oleh pasukan
Jaran Kepang dan Leak. Pada kesenian tersebut media yang mendukung adalah
musik, tentunya musik tradisional yang dari tabuhan Leak dan Jaran Kepang.
7
Tidak terlalu sulit menggabungkan dua unsur musik atau tabuhan dalam Leak dan
menggebu-gebu. Peralatan alat musik yang digunakan antara lain: gong, organ,
drum, dan bende. Sedangkan unsur kostum atau busana, dalam kesenian ini tidak
menjadi tiga babak yaitu: (1) pembukaan, (2) inti, (3) peenutup.
disajikan 3 sampai 4 lagu campursari, pada saat penyajian lagu-lagu ini penonton
bisa minta lagu dan juga menyawer (memberi uang) kepada penyanyinya serta
berjoget. bagian inti pertunjukan penari putri ke arena menari sampai selesai, di
lanjutkan menyanyi lagu campursari, penonton bisa minta lagu, berjoget dan
menyawer (memberi uang). Pada saat penari ndadi (kesurupan) lagu campursari
juga digunakan untuk mengiringi sampai saat penari disadarkan oleh pawang
instrumen gamelan jawa seperti demung, saron barung, peking, kendang, kethuk,
8
gitar elektrik, keyboard, drum dan kendang jaipong. Beberapa unsur yang
gerak, tata rias, tata busana, property, tata lampu, tata suara, tempat dan waktu
pementasan.
bentuk dan fungsi pertunjukan serta penyajian Jaran Kepang. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Suparti (2013) mengkaji bentuk dan fungsi pertunjukan Kuda
tradisional yang sesuai dengan tradisi dan mempunyai suatu pola kerangka
9
Upaya kualitatif adalah pengembangan seni pertunjukan dengan membesarkan
dan bangsanya. Seni adalah pernyataan tentang keadaan batin pencipta yang
dinyatakan dalam bentuk rupa, nada, gerak, dan sastra atau bentuk-bentuk lainnya
dari suatu hubungan sebagai aktor yang saling terkait. Istilah penyajian sering
pementasan. Bentuk penyajian seni tari meliputi gerak, penari, pola lantai, iringan,
yang di dalamnya terdapat aspek-aspek atau eleme-elemen pokok yang ditata dan
diatur sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis yang tinggi. Elemen-
elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena
Bentuk seni sebagai ciptaan seniman merupakan wujud dari ungkapan isi pandang
10
dan tanggapan kedalam bentuk fisik yang dapat ditangkap oleh indera perasaan,
Bentuk-bentuk lahiriah tidak lebih dari suatu medium, yaitu alat untuk
garapan medium dan garapan pengalaman jiwa yang diungkapkan, atau terdapat
hubungan antara bentuk dan isi bentuk, sedangkan isi itu tumbuh dalam ajang
Menurut Indriyanto (2002: 16) yang dimaksud bentuk adalah bentuk fisik,
bentuk yang di amati sebagai sarana untuk menuangkan nilai yang di ungkapkan
seorang seniman, sedangkan isi adalah bentuk ungkap, yaitu nilai-nilai atau
pengalaman jiwa yang wigati, yang digarap dan diungkapkan seniman melalui
bentuk ungkapannya dan yang dapat ditangkap atau dirasakan dalam bentuk fisik.
Bentuk ungkapan suatu karya seni pada hakekatnya bersifat fisik, seperti garis,
warna, bunyi-bunyian, gerak tubuh dan kata-kata. Bentuk fisik dalam tari dapat di
lihat melalui elemen-elemen bentuk penyajian yaitu bentuk penataan tari secara
keseluruhan, jadi yang perlu di tekankan dalam kajian bentuk adalah elemen-
elemennya.
unsur yaitu: waktu, ruang, tubuh dan hubungan seniman dengan penonton.
11
pertunjukan yang ada (meliputi musik, teater dan lain-lain) baik dalam bentuk
tradisi maupun modern. Pertunjukan adalah bentuk yang disajikan dalam wujud
nyata dapat dilihat dan didengar. Pertunjukan secara garis besarnya digolongkan
menjadi dua, yaitu: (1) Perilaku manusia atau disebut budaya pertunjukan, (2)
pertunjukan budaya yang meliputi pertunjukan seni, olah raga, ritual, festival-
festival, dan berbagai bentuk keramaian. Dalam arti luas pertunjukan adalah
sebuah bentuk komonikasi, sebuah proses kegiatan yang memerlukan ruang dan
akan berjalan dengan baik apabila pelaku dan penonton sepakat memakai bingkai
(frame) permainan, apabila salah satu pihak keluar dari salah satu bingkai yang
tatanan yang mendasari suatu perwujudan seni pertunjukan dalam bentuk gerak,
suara dan rupa. Ketiga aspek ini menyatu menjadi suatu keutuhan dalam
satu diantara pilar penyangga yang kuat dalam wujud seni pertunjukan.
Berdasarkan wujud dan maksud gerak dapat dibedakan menjadi empat kategori,
(1) Gerak maknawi, (2) gerak imitatif, (3) gerak murni, (4) gerak berpindah-
pindah tempat.
12
Suara bersumber dari instrument musik yang mendukung, mampu menjadi
mitra, menata ritme, atau bahkan memperkuat gerak yang ditampilkan. Adapun
rupa beberapa aspek yang menunjang perwujudannya yaitu busana, rias wajah,
property dan sesaji. Selain aspek tersebut yang tidak kalah pentingnya dalam
sebuah pertunjukan adalah aspek penunjang yaitu tata pentas yang meliputi arena
2.2.2.1 Gerak
Medium gerak adalah pengalaman fisik yang pokok dari manusia, dimana
manusia selalu bergerak. Menurut Jazuli (1994: 5), gerak adalah pertanda
manusia yang satu dengan manusia yang lain juga terungkap melalui gerak, pada
Materi pokok dalam tari adalah gerak. Oleh karena itu gerak dalam tari
adalah gerak yang telah mengalami penggarapan yang lazim di sebut stilisasi atau
distorsi. Seperti yang di nyatakan oleh Jazuli (1994: 5). Gerak tari berasal dari
hasil proses pengolahan yang telah mengalami stilasi (di gayakan) dan distorsi
( pengubahan) yang kemudian melahirkan dua jenis gerak yaitu gerak murni dan
gerak maknawi. Gerak murni adalah gerak yang di susun dengan tujuan untuk
13
tertentu. Sedang gerak maknawi adalah gerak yang mengandung arti atau maksud
manusia yang telah terbentuk, kemudian digerakkan. Gerak ini dapat sendiri-
sendiri atau bersambung secara bersama-sama. Gerak tari bukan sembarang gerak,
karena gerak tari adalah gerak yang memiliki warna dan watak. Gerak bermakna
adalah gerak yang mempunyai arti atau nilai. Adapun gerak berwatak adalah
gerak yang berkesan, yang menunjukkan sifat-sifat tertentu (Bastomi, 1988: 62).
atau energi yang mencakup ruang dan waktu. Artinya gejala yang menimbulkan
gerak adalah tenaga, dan bergerak berarti membutuhkan ruang dan membutuhkan
waktu. Dalam gerak terdapat elemen-elemen tenaga, ruang, waktu, dan ekspresi.
2.2.2.1.1 Tenaga
kekuatan otot, juga mengandalkan kekuatan emosional atau rasa yang penuh
mengontrol arus dinamis tari melalui organisasi sensitif dan ketegangan gerak.
cukup besar, oleh karena itu seorang penari harus dapat mengatur dan
dan benar (Ellfeldi dalam Margiyanto, 1983: 14). Beberapa faktor yang
tenaga yang besar akan menghasilkan gerak yang bersemangat dan kuat, dan
sebaliknya penggunaan tenaga yang sedikit akan menghasilkan gerak yang sedikit
mengurangi rasa keyakinan, kegairahan dan keyakinan gerak. (2) Aksen atau
tenaga yang tidak rata artinya ada gerakan yang menggunakan tenaga sedikit, dan
juga akan menimbulkan rasa-rasa gerak tertentu. Kualitas ini dapat di bedakan
antara lain, gerak yang bersifat berat atau ringan, menghentak cepat, langsung
atau tidak langsung dalam menuju pada titik akhir dan frasa (rangkaian gerak).
2.2.2.1.2 Waktu
peralihan dari gerak yang satu ke gerakan berikutnya yang membutuhkan waktu.
Hadi (1996: 50) menyatakan bahwa struktur-struktur waktu dalam tari dapat di
pahami aspek-aspek tempo, ritme dan durasi. Tempo adalah kecepatan atau
kelambatan sebuah gerak (Hadi, 1996: 30). Perubahan tempo akan mempunyai
kesan, misalkan tempo lambat akan mempunyai kesan tenang, sedangkan tempo
cepat akan mempunyai kesan lincah atau riang. Aspek ritme dipahami dalam
gerak sebagai pola hubungan timbal balik atau perbedaan dari jarak waktu cepat
lambat (Hadi, 1996: 30). Durasi dipahami sebagai jangka waktu atau berapa lama
15
2.2.2.1.3 Ruang
panjang, lebar dan tinggi. Dalam seni tari, penataan ruang di tambah dengan
penataan pelaku, penataan gerak, warna, suara dan waktu (Djelantik, 1999: 24).
Ruang adalah suatu yang tidak bergerak dan diam sampai gerak yang terjadi
ruang sebagai suatu bentuk, atau ekspresi khusus yang berhubungan dengan
Penari dapat bergerak karena adanya ruang gerak. Masalah ruang dalam
tari bagi seorang penari merupakan posisi dan dimensi yang potensial. Posisi
meliputi kedudukan tinggi rendah seorang penari terhadap lantai pentas dan
Hal-hal yang berkaitan dengan ruang antara lain adalah garis, volume,
arah, level, dan fokus pandangan. (1) Garis-garis gerak dapat menimbulkan
berbagai macam kesan. Garis lurus memberikan kesan yang sederhana, garis
lengkung memberikan kesan yang lemah dan lembut, garis mendatar memberikan
kesan yang kuat, garis yang tegak lurus memberikan kesan keseimbangan, garis
diagonal memberikan kesan dinamis (Murgiyanto, 1983: 25). (2) Desain memiliki
tiga dimensi yaitu: panjang, lebar, dan tinggi. (3) Arah merupakan aspek ruang
yang mempengaruhi efek estetik ketika bergerak melewati ruang selama tarian itu
berlangsung. (4) Level pada posisi-posisi gerak terdiri atas level dari gerak lengan
dan level dari gerak tungkai. (5) Fokus pandang yang ditujukan kepada penari
16
yang menjadi pusat perhatian bagi penonton, dapat diterapkan pada tari kelompok
2.2.2.1.4 Ekspresi
dalam bentuk ekspresi wajah dan pengaturan emosi diri. Hidupnya sebuah tarian
sangat di pengaruhi oleh penjiwaan sang penari dalam memerankan karakter yang
di bawakannya. Untuk dapat mencapai ekspresi harus melakukan empat hal yaitu
diri), dan ora mingkuh (penuh disiplin disetai dedikasi dan loyalitas yang tinggi).
dalam penggarapan tari dan sebagai teman yang tidak bisa di pisahkan satu
dengan yang lain, sebab tari dan musik pengiring tari merupakan perpaduan ya ng
sangat harmonis. Elemen dasar adalah gerak, ritme, dan melodi. Secara umum
masyarakat sudah tahu bahwa pasangan dari seni tari adalah musik sebagai
Antara seni tari dan musik sebagai iringannya pada kenyataannya berasal dari
Seni tari menggunakan media utama gerak, suasananya tidak bisa hidup
dan tidak bermakna tanpa hadirnya musik sebagai iringannya. Musik iringan tari
adalah salah satu elemen komposisi yang sangat penting dalam pengarapan tari
yang merupakan teman yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, sebab
17
tari dan musik iringan tari merupakan perpaduan yang harmonis. Elemen dasar
menjadi tiga yaitu: musik sebagai pengiring tari, peranan musik hanya untuk
mengiringi atau untuk menunjang penampilan tari, sehingga tidak banyak untuk
menentukan isi tariannya. Musik sebagai pemberi suasan tari, apabila musik
mengacu pada isi dan tema tariannya (Jazuli, 1994: 12). Musik sebagai ilustrasi
tari, musik diperlukan hanya pada bagian tertentu dari keseluruhan tari, atau hanya
Tata rias dan tata busana pertunjukan tari merupakan hal yang sangat
penting untuk menunjang penampilan. Fungsi rias antara lain untuk mengubah
ekspresi dan untuk menambah daya tarik penampilan (Jazuli, 1994: 19).
Tata rias meliputi: rias wajah, rias rambut, dan rias pakaian atau busana.
Tata rias, baik rias wajah, rambut, maupun busana dilakukan dengan membentuk
Tata busana tari sering muncul mencerminkan identitas atau ciri khas
suatu daerah yang menunjukan dari mana tari itu berasal, demikian pula dengan
18
pemakaian warna busana. Semua itu tidak terlepas dari latar belakang budaya atau
Busana tari hendaknya enak dipakai dan sedap dilihat penonton. (2) Penggunaan
busana selalu mempertimbangkan isi atau tema tari sehingga menghadirkan suatu
kesatuan atau keutuhan antara tari dan busana. (3) Penataan busana hendaknya
bentuk gerak tarinya agar tidak mengganggu gerakan penari. (5) Keharmonisan
sesuai dengan norma- norma masyarakat yang berlaku. Pemakaian busana dalam
(Mulyana, 2006: 242). Busana dalam tari tidak menuntut dari bahan yang baik
apalagi mahal, namun yang lebih penting adalah bagaimana kita dapat menata
busana yang sesuai dengan tarinya. Penataan busana yang dapat mendukung
penyajian tari akan dapat menambah daya tarik maupun perasaan pesona
2.2.2.4 Property
juga bisa sebagai pelengkap kostum. Property adalah perlengkapan yang tidak
19
perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari, misalnya kipas, tombak, panah,
selendang, dan lain-lain. Property tari boleh dikatakan perlengkapan yang seolah-
olah menjadi satu dengan badan penari. Property yang di gunakan pada kesenian
tradisional (reog) ini adalah kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu. Juga
sesaji (sajen) yang selalu disediakan sebagai simbul semangat spiritualisme yang
intinya mempercayai bahwa ada kekuatan lain yang lebih tinggi diatas kekuatan
tersebut, yang pada akhirnya tidak lain adalah mengarah pada kekuatan yang satu
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, arti kata bentuk yaitu rupa, wujud,
kemudian diperkuat dengan teori bahwa arti kata bentuk mempunyai arti wujud
bahwa struktur mengacu pada tata hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah
ruang, dan waktu. Jalinan ketiga unsur tersebut akan semakin terlihat jelas apabila
struktur yang muncul bukanlah sekedar penari yang satu dengan penari yang
20
kualitatif, ruang hanya diungkapkan dalam kaitannya dengan kebutuhan seorang
tari antara lain adalah iringan, tata busana, tata rias, tema, tempat pentas, tata
proses yang menunjukkan suatu kesatuan atas beberapa komponen atau unsur
Bentuk penyajian tari adalah wujud fisik yang menunjukkan satu kesatuan
integral yang terdiri atas beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan dan
dapat dilihat atau dinikmati secara visual. Jadi yang dimaksud dengan bentuk
penyajian adalah suatu wujud fisik yang menunjukkan suatu pertujukan dalam
hal tari, yang telah tersusun secara berurutan demi memberikan hasil yang
memuaskan bagi penikmat, atau penonton. Ada beberapa aspek yang mendukung
dalam penyajian tari diantaranya adalah: gerak, tata rias, tata busana, iringan, dan
tempat pentas.
21
Pola lantai berarti kedudukan dan pergerakan penari diatas pentas. Pola
dilakukan pada peralihan rangkaian gerak, yaitu pada saat transisi rangkaian gerak
2.2.2.7 Penonton
lengkap Bahasa Indonesia: 48), penonton adalah orang yang melihat pertunjukan.
Maksud dari pada penonton adalah masyarakat yang berada disekitar arena
dewasa serta orang yang lanjut usia semua berbaur menjadi satu, antara laki-laki
dan perempuan. Mereka datang melihat tanpa diundang juga tanpa dipungut
biaya, baik oleh kelompok kesenian ini maupun warga yang menanggap kesenian
ini. Para penonton mencari tempat sesuai kehendaknya ada yang duduk ada juga
yang berdiri selama mereka merasa nyaman untuk menikmati sajian kesenian ini.
Mereka berdiri di luar pagar pengaman yang sudah disediakan oleh warga yang
nanggap.
22
Penonton kesenian ini bersifat aktif, karena mereka ikut berjoget atau
biasa disebut ngibing, mereka melibatkan diri kedalam pertunjukan itu. Namun
kadang-kadang ada penonton yang tidak sengaja ikut kena terhipnotis ketika para
penari mengalami ndadi sehingga mereka juga ikut-ikutan, kejadian ini tidak
tergantung dari respon yang datang, besarnya penonton sangat mempengaruhi dan
motivasi pemain oleh karena itu, pemain yang baik harus dapat membawa situasi
penonton.
dihiasi rambut tiruan dari plastik yang digelung, dikepang, diurai yang diberi tali
melingkar dari kepala hingga ekor dan dinaiki dengan cara mengikatkan talinya ke
bahu penari. Reog adalah salah satu bentuk seni pertunjukan rakyat yang secara
umum cirinya menggunakan property kuda, yaitu kuda-kudaan yang terbuat dari
bentuk drama yang ceritanya diambil dari cerita panji atau menak. Sajian
pertunjukan dibagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian pertama jogedan atau jathil
23
tembem, bagian terakhir adalah bagian trance (kesurupan) oleh penari jaran
hal ini penari dengan makluk halus atau roh nenek moyang. Hubungan ini
digambarkan dalam sebuah kerja sama yakni, masyarakat jawa dalam memanggil
makhluk halus tersebut dengan memberi imbalan yang berupa sesaji (sajen).
Sesaji ini memancing para roh halus untuk hadir dalam pertunjukan dan
ikut serta bergabung di dalam pertunjukan. Pemanggilan roh halus selain imbalan
sesaji juga berupa mantra-mantra yang dibacakan oleh seorang dukun pemanggil
24
mengijinkan anak yang tidak mau berhubungan dengan makhluk halus untuk
halus juga dapat mereka tampilkan. Kesenian Reog ini dari masing–masing daerah
mempunyai nama dan ciri khas sendiri-sendiri, baik iringan, tata rias, tata busana,
ragam geraknya.
pemain mengalami trance (Tidak sadarkan diri) tidak ketingalan sebagian para
Kesenian tradisional Ebeg ini dalam pertunjukannya, diiringi dengan alat musik
Calung dan Bendhe, tata busananya berwarna mencolok seperti merah dan
ada kesenian tradisional yang bernama Jathilan. Kesenian ini mengacu pada cerita
(1) Roman panji dengan tokoh utama Panji Asmoro Bangun. (2) Cerita Aryo
menggunakan property kuda diiringi dengan alat musik angklung 3 buah, Bendhe
25
terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian pembukaan, bagian inti dan bagian penutup.
Penarinya berjumlah lima sampai duabelas orang. Pada bagian inti pertunjukan
terdiri dari tiga babak, babak pertama adalah Yakso Ageng, babak kedua Bujang
Ganong dan babak ketiga Buto, dari ketiga babak itu menggambarkan prajurit
yang sedang berperang. Kostum yang di pakai berwarna cerah seperti merah,
kuning, hijau. Ragam gerak yang digerakkan secara keseluruhan kurang variatif.
Dalam pertunjukan tari ini diiringi dengan alat musik demung, kendang,
ketipung, gitar elektrik, organ dan lain-lain dengan lagu-lagu campursari, juga
dalam penyajian tari, sebagai pengendali dan memberi tanda perubahan dalam
gerakan tari, dan memberi tanda permulaan serta berakhirnya sebuah tarian.
perbedaannya terletak pada pola sajian, adegan, struktur gerak, tata rias, tata
26
Seniman yang bertempat tinggal di Desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu
Menengah Pertama sampai Sekolah Menengah Atas, ada satu orang yang
jurusan seni tari, hanya beberapa yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi
yaitu diperguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mereka
Karya Kreatif
1 2 3 4 5 6
Pertunjukan
Reog Campursari Turonggo Puspito
BAB 3
27
METODE PENELITIAN
bersifat sosial, dinamis dan mengkaji pertunjukan kesenian tradisional yang terdiri
dari tiga babak. Peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu secara utuh (holistik), tidak boleh mengisolasi individu atau
organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari
suatu keutuhan.
Kirk & Miller (1986) dalam Totok Sumaryanto (2007: 75) mendefinisikan
peneliian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam penelitian sosial yang secara
peristilahannya.
28
Pendekatan kualitatif ini digunakan dengan pertimbangan: pertama
kedua, menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan nara
sumber, ketiga, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
(Moleong, 2007: 5), sehingga bentuk penelitian ini akan mampu menuangkan
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Bogdan dan
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
29
dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan
Kabupaten Semarang. Peneliti memilih desa ini karena desa tersebut kesenian
generasi dahulu ke generasi sekarang, dan masih tetap eksis walaupun sebagian
kreatifitas gerak maupun iringannya, selain itu peneliti dapat mengumpulkan data
secara mudah, karena mengenal masyarakat cukup lama, jarak dengan rumah
sangat tinggi, serta antusias terhadap kesenian tradisional Reog Campursari itu
Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.
Obyek penelitian adalah obyek yang dijadikan penelitian atau yang memjadi titik
perhatian suatu penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian
30
Sasaran dalam penelitian ini adalah: (1). Bentuk pertunjukan Reog
Campursari dilihat dari aspek gerak, tata rias, tata busana, tata pentas, property
,tata lampu, tata suara dan iringan. (2). Keunikan pertunjukan dari masing-masing
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian saat ini peneliti memilih
jenis penelitian kualitatif supaya data yang diperoleh jelas dan spesifik.
3.3.1 Observasi
perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh panca indera yaitu
31
rias, tata busana dan perlengkapan yang diperlukan dalam pertunjukan Reog
pertunjukan, pementasan tari yang meliputi gerak, tata rias, busana, tempat, tata
3.3.2 Wawancara
percakapan dengan para penggiat seni, pendukung seni, dan seniman Reog
Kabupaten Semarang.
Sumaryanto (2007: 101) tiga jenis itu adalah: (1) Wawancara pembicaraan
informal, (2) wawancara dengan petunjuk umum, dan (3) wawancara baku
Wawancara ini dilakukan pada latar alamiah dan orang yang diwawancarai tidak
32
pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan
dalam proses wawancara. Petunjuk wawancara berisi garis besar tentang proses
dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat
Wawancara ini sangat bermanfaat jika pewawancara ada beberapa orang dan yang
Guba dan Lincoln (1981) dalam Totok Sumaryanto (2007: 102) membagi
wawancara kedalam empat bentuk yaitu: (1) Wawancara oleh tim atau panel, (2)
wawancara tertutup dan terbuka, (3) wawancara riwayat secara lisan, dan (4)
Wawancara oleh team atau panel dilakukan tidak hanya oleh satu orang
tetapi oleh dua atau lebih pewawancara terhadap satu orang responden. Pada
tidak menyadari jika mereka sedang diwawancarai. Cara ini jelas tidak sesuai
yang para responden tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan dimengerti
33
Wawancara riwayat secara lisan adalah wawancara terhadap orng-orang
siapkan dan disusun sebelumnya, tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik
hari.
dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah suatu bentuk wawancara yang
terdiri atas daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti, ditujukan kepada
informan. Wawancara yang tidak terstruktur adalah suatu wawancara yang tidak
yang menyenangkan dengan tujuan supaya responden mau menjawab apa saja
yang dikehendaki oleh pewawancara secara jujur. Untuk memperoleh data yang
jelas dan akurat, maka peneliti memilih informan sebagai berikut: (1) Penanggung
34
perkumpulan Reog Campursari Turonggo Puspito. (2) Penari/pemain, materi
wawancara meliputi materi gerakan tari jadwal latihan . (3) Penabuh, materi
wawancara meliputi musik iringan dan syair lagu serta jadwal latihan. (4)
pertunjukan. (5) Kepala desa, materi wawancara meliputi kondisi geografis dan
keadaan penduduk.
3.3.3 Dokumen
keterangan yang berujud data, catatan penting, buku, majalah, agenda yang
informan, serta untuk mengecek sejauh mana data-data yang diperoleh dan dapat
Hasil dokumen berupa dokumen berupa foto, dan rekaman pementasan, lokasi
35
penduduk berdasar umur, mata pencaharian, tingkat pendidikan di Desa Mukiran
terhadap hasil data penelitian. Menurut Moleong (2007), upaya untuk menjaga
untuk mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh maupun memperoleh data-
data yang baru, sehingga peneliti benar-benar mendapatkan data yang akurat.
3.4.3 Triangulasi
36
Metode trangulasi adalah pengecekan ulang tentang kosistensi temuan-
berbeda. Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, sebagai contoh: data hasil
wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara, data hasil bentuk
kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi
data berarti data tersebut sudak valid, sehingga semakin kredibelitas atau
tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan
37
Analisa data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) sebagaimana
dikutip Moleong (2007: 248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Menurut Mc Drury (1999) seperti yang
dikutip Moleong (2007: 248) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai
berikut: (1) Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan
gagasan yang ada dalam data. (2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya
menemukan tema-tema yang berasal dari data. (3) Menulis model yang
ditemukan.
sampai tuntas, sehingga datanya sudah akurat. Teknik analisis data merupakan
sebagai berikut:
yang muncul dari data lapangan, proses ini dilakukan peneliti dengan cara
menyeleksi data-data yang didapat dari hasil wawancara dengan informan, dari
38
penelitian dan kerangka yang dibuat. Setelah diseleksi kemudian data digolong-
golongkan.
diperlukan.
penelitian baik dalam bentuk matriks maupun dalam bentuk pengkodean. Hasil
reduksi data dan display data inilah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan
3.5.3 Verifikasi
tentative, akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara
terus menerus, maka akan diperoleh simpulan grounded, yaitu simpulan yang
diperoleh melalui analisis data, dan data tersebut dijadikan pedoman untuk
menyusun kesimpulan.
BAB 4
40
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
tersebut bernama Kyai Ukir, mereka mengembara mencari tempat yang aman.
selama istirahat Kyai Ukir menemukan pemikiran (Jawa: Nemu Pikiran) yaitu
membo kaulo alit dalam bermasyarakat di masyarakat yang baru, dengan tujuan
Atas perlindungan Tuhan Yang Maha Esa kanjeng Kyai Ukir dan
pengikutnya bisa hidup dengan aman dan tentram di masyarakat yang baru,
tempati. Atas kesepakatan bersama mereka sepakat memberi nama Desa Mukiran
yang artinya Nemu Pikiran. Dan sampai sekarang masyarakat Desa Mukiran
hidup tentram dan aman. Begitulah asal usul desa mukiran. (Wawancara dengan
41
Desa Mukiran merupakan bagian dari desa yang terdapat di Kecamatan
Kaliwugu. Desa Mukiran mempunyai batas luas wilayah 334,40 Ha dengan batas
wilayah sebelah selatan berbatasan dengan desa Siwal, sebelah barat berbatasan
dengan desa Payungan, sebelah utara berbatasan dengan desa Kaliwungu dan
sebelah timur berbatasan dengan desa Pager. Desa Mukiran terdiri dari beberapa
dusun yaitu: dusun Mukiran 1, dusun Mukiran 2, dusun Cabean, dusun Togatan,
dusun Tulakan, dusun Bulak, dusun Jolodriyan, dusun Bubakan, dusun Jetis dan
dusun Krandon. Desa Mukiran terbagi menjadi 42 Rukun Tetangga (RT) dan 10
Rukun Warga (RW). Luas wilayah yang dimiliki desa Mukiran adalah 334,40 Ha
yang terbagi atas luas lahan pertanian sawah irigasi 123.90 Ha, luas lahan
pertanian tadah hujan 158,90 Ha, dan luas lahan pemukiman 51,30 Ha.
42
Berdasarkan data monografi sampai dengan bulan februari 2016 jumlah
penduduk desa Mukiran mencapai 3580 jiwa yang terdiri dari 176 orang laki-laki,
1819 orang perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan agama terdiri dari 3322
orang beragama Islam, 222 orang beragama Kristen, dan 37 orang beragama
Katholik. Statistik penduduk berdasar kelompok umur terlihat pada tabel 4.1.
0-1 62 63 125
43
Mata pencaharian penduduk Desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu
sebagian besar adalah petani tercatat 54,2 %, peternak tercatat 13 %, buruh tani
tercatat 9,5%, buruh bangunan tercatat 2,5%, pegawai negeri sipil tercatat 2,4%,
pegawai swasta tercatat 3,5%, pensiunan tercatat 0,5%, polri tercatat 0,2%, TNI
PNS 61 23 84
TNI 3 0 3
Polri 6 0 6
Pensiunan 14 2 16
Pengusaha 3 3 6
Buruh Bangunan 69 19 88
44
Kesadaran pendidikan di Desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu cukup
rendah, terlihat penduduk yang tidak sekolah tercatat 14%, belum tamat SD
tercatat 8,6%, yang sudah tamat SD tercatat 24,4%, tamat SLTP tercatat 24,3%,
tamat SLTA tercatat 20,7%, tamat Akademi atau Diploma tercatat 3,8%, dan yang
kesenian Jaran Kepang yang dipimpin oleh bapak Sumarman (Almarhum) dan
penurunan atau jarang sekali ada tanggapan karena muncul kesenian campursari,
45
Di desa Mukiran juga mendirikan kesenian campursari yang dipimpin oleh bapak
Wiyono Husodo.
Pada bulan maret 2011 Desa Mukiran kedatangan Gubernur Jawa Tengah
kesenian Jaran Kepang dan campursari. Dalam acara sarasehan dengan warga
kesenian yang ada di Desa Mukiran khususnya kesenian tradisional Jaran Kepang
yang hampir punah karena tidak disenangi oleh karang taruna (Kaulo Mudho).
Reog Campursari Turonggo Puspito, yang berarti Turonggo artinya kuda, Puspito
terus menerus.
Mataram yang meninggalkan kerajaan yaitu Kyai Ukir dan pengikutnya yang
46
telah memberi nama Desa Mukiran. Kesenangan itu digambarkan seorang prajurit
tengah pertengkaran kerasupan roh halus yang ada dua macam yaitu: (1) Roh
hitam biasa disebut roh jahat. (2) Roh putih biasa disebut roh baik. Dalam
peperangan itu selalu dimenangkan roh putih. (Wawancara bapak Nugroho, Mei
2016).
sampai 70 laki-laki dan perempuan termasuk para pengrawit. Alat musik yang
demung, ketipung, kendang, organd, seruling, drum, dan bas. (Wawancara bapak
dalam rangka: (1) Panen raya/merti dusun, (2) tasyukuran perorangan, (3)
sadranan/bersih desa, (4) hari besar nasional, hari besar agama, (5) menyambut
47
2. Pembina : Sumarman A.
4. Ketua : Madiyono.
10. Anggota laki-laki : Ade putra, Joko, Alex, Sunardi, Rudi, Wawan, Gayus,
11. Anggota wanita : Riski, Cipluk, Luluk, Watik, Hartini, Rahayu, Maya.
a. Kendang : Sutrisno.
b. Saron : Tarno.
c. Bende : Jiyono.
d. Bonang : Suroto.
e.Gong : Rusmadi.
f. Drum : Pepeng.
48
g. Bas : Wiyono Husodo.
i. Ketipung : Suyanto.
j. Seruling : Jumarso.
Turongo Puspito terbagi menjadi dua umur yaitu: (1) Yang berumur antara 12
sampai 15 tahun disebut pemain alit, yang nanti akan memerankan tokoh raksasa
kecil dan tokoh prajurit kecil, (2) Yang berumur 16 sampai 20 tahun disebut
pemain ageng, yang nanti akan memerankan tokoh raksasa besar dan tokoh
prajurit besar.
Turongo Puspito, bersifat hiburan yang sangat digemari terlihat antusias dari
samping pagar pembatas yang terbuat dari bambu. Bisa dilihat gambar 4.2.
49
(Foto Nuryanti, Februari 2016)
tari dalam membuat gerakan disesuaikan dengan kemampuan. Alat musik sebagai
iringan menggunakan gamelan yang terdiri dari demung, gong, saron, bonang,
bende, kendang dan alat musik modern yang terdiri dari seruling, drum, bass,
menjadi tiga babak yaitu bagian pembukaan, bagian inti pertunjukan dan bagian
terdiri dari:
4.3.1.1 Pembukaan
50
Gambar 4.3 Gambar Sesaji Pertunjukan Reog Campursari
pembacaan mantra-mantra oleh pawang serta penyediaan sesaji yang berupa: (1)
keadaan yang harus di jalani oleh manusia baik suka maupun duka, hal yang
buruk dan hal yang baik. Dengan adanya sesaji jajan pasar ini semua manusia
dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa bisa melewati hal-hal yang buruk
adanya tingal menemukan hal-hal yang baik, kesehatan dan keselamatan. (2)
Tumpeng dan golong, melambangkan hubungan Tuhan dengan alam semesta dan
seisinya termasuk manusia selaku ciptaan Tuhan sebagai mahkluk yang paling
sempurna bisa berbuat yang baik dan meninggalkan yang buruk, sehinga atas
51
pertolangan Tuhan Yang Maha Esa bisa mendapatkan kesehatan, keselamatan dan
kelancaran dalam segala hal. (3) Ingkung ayam, melambangkan manusia supaya
mendapatkan suatu kebaikan tidak boleh ingkar janji. (4) Bunga mawar, melati,
dupa, kemenyan dan beraneka macam minuman serta kain putih (Mori) tidak
ketinggalan cambuk dan jaran kepang diikutsertakan sebagai tanda supaya lancar
dalam pemanggilan roh halus sewaktu diminta untuk datang merasuki pemain.
Tujuan pembacaan mantra yang disertai sesaji ini adalah untuk meminta
kesehatan, keselamatan, kelancaran pada Tuhan Yang Maha Esa bagi seluruh
masyarakat yang terlibat dalam pertunjukan baik para pemain, warga yang
nanggap, juga penonton, dari gangguan makhluk halus yang berniat jahat, cuaca
mendukung, lancar dan sukses seperti yang diharapkan. Seluruh sesaji diletakkan
dimulai.
Mercon) oleh bapak Nugroho sebagai pertanda upacara sesaji selesai dan segera
52
’’ Membunyikan petasan ini sebagai pertanda selesainya upacara sesaji dan
sebagai pertanda dimulainya pertunjukan Reog Campursari Turonggo
Puspito yang selanjutnya penonton menikmati dengan hati yang berbunga-
bunga atau bersenang-senang. (Wawancara bapak Nugroho, Mei 2016).”
sebagai iringan masuknya penari Yakso atau prajurit kuda masuk ke arena
menunggang kuda.
sembahan, jengkeng (kepala menunduk, tangan kiri didepan dada, tangan kanan
53
memegang kuda), kemudian berdiri berputar membentuk lingkaran, berbanjar
dengan posisi kuda menengadah dan mundur, dengan posisi kuda merunduk, yang
keluar dua orang yang berperan sebagai pemimpin dan pawang yang memutar-
mutarkan cambuk (Jawa pecut) memanggil roh halus yang diikutsertakan dalam
masing-masing pemain. Yang menurut bapak Sutomo selaku pawang, roh halus
ini ada dua yaitu roh halus ilmu putih yaitu yang merupakan roh baik dan roh
halus ilmu hitam yaitu yang merupakan roh jahat. Gerakan berikutnya adalah
Dalam babak ini semua pemain mengalami trance (tidak sadarkan diri)
pada saat ini biasanya saat yang ditunggu-tunggu penonton karena pemain ada
yang makan beling, menjilat bara api dan ada yang berjoget karena pada saat
ndadi ini lagu-lagu campursari seperti lagu yang berjudul mendem Wedhokan,
Prau Layar dan yang lain. Anehnya pada babak ini pada waktu dimulainya trance
pakaian pemain dilepas oleh orang yang sudah diberi tugas dengan alasan biar
54
tidak rusak dan kotor, tetapi ada pakaian pemain yang boleh di lepas ada pakaian
pemain yang tidak boleh dilepas semua itu tergantung roh yang merasukinya.
Peperangan antara roh ilmu hitam dan roh ilmu putih, ini di menangkan
oleh pemain yang di rasuki roh ilmu putih, yang mempunyai makna orang yang
berperilaku baik akan mendapat kemenangan. Ujar pawang bahwa becik ketitik
olo ketoro wong salah bakal seleh wong jujur akhire makmur ujar pawang.
Pertunjukan ini berlangsung kurang lebih satu jam. Keunikan yang terjadi
pada pertunjukan babak ini roh-roh yang akan kembali mempunyai permintaan
yang beraneka macam yaitu ada yang minta dipocong dengan kain putih dan ada
minta kemenyan atau dupa. Pemain minta dipocong dilihat pada gambar 4.5.
Keunikan disini roh yang minta kemenyan itu tidak makan kemenyan
tetapi hanya menghirup asap dari kemenyan itu dan biasanya kembali ke alamnya
sesuai tempatnya, jadi tidak ditempat pertunjukan melainkan ada yang lari
55
keperempatan jalan ada yang kembali di bawah pepohonan. Pemain yang minta
sampai 3 lagu campursari, disini sebagian penonton ada yang ikut berjoget dan
ada yang minta lagu. Setelah selingan 2 sampai 3 lagu campursari selesai
yang dikehendaki, biasanya memilih wanita cantik atau memilih penonton yang
Penari Bujang Ganong ini dalam candaanya tidak berlangsung lama hanya
56
Keempat penari itu menari bersama-sama dalam gerak yang sama, yaitu gerak
kebolehannya (olah kanuragan) dengan gerak pencak silat, koprol depan, koprol
belakang, sesaat gerak kepala diletakkan ditanah kaki diatas yang di beri aba-aba
gerakan yang digerakkan adalah gerak Congklangan yaitu kedua tangan malang
kerik, kaki berjajar merendah, kepala gedeg ke kanan, kaki berjajar naik, kepala
gedeg ke kiri dan diakhiri koprol bersama-sama sampai keluar dari arena. Prajurit
Bujang Ganong ini tidak mengalami trance. Babak Bujang Ganong selesai
pertunjukan. Pada pertunjukan ini gerak yang dilakukan adalah gerak sembahan
menengadah, kedua kaki jinjit. Yang selanjutnya adalah gerak jongklangan kanan
kiri yaitu gerak tangan kanan nekuk, tangan kiri lurus kesamping kiri, pandangan
kesamping kanan, kaki kanan diangkat, kaki kiri napak, dilanjutkan dengan gerak
lonjakan, yaitu gerak kedua tangan malang kerik, pandangan kedepan, kaki
loncat-loncat, dilanjutkan gerak lampah tigo atau laku telu yaitu kaki kanan maju,
57
kaki kiri mundur kembali kaki kanan diangkat kedepan dan berakhir gerak
lumaksono mencak-mencak.
Pola lantai sama dengan petunjukan Yakso Ageng atau kuda besar
perbedaannya terletak pada tata busana dan tata rias, tidak menggunakan property
serta pada waktu trance keunikannya adalah pemain yang kerasukan roh halus
pada waktu mau kembali kealamnya minta pamitan sama yang punya rumah atau
yang nangap. Tetapi juga ada pemain yang kerasukan roh halus pada waktu mau
kembali ke alamnya minta kemenyan dan minta dupa bahkan ada yang minta
bunga. Pemain yang kerasukan roh halus mau kembali minta pamitan sama yang
Gambar 4.7 Gambar Pemain Kesurupan Minta Pamit Sama yang Nanggap
4.3.1.3 Penutup
58
Penutup atau akhir dari pertunjukan Reog Campursari Turonggo Puspito
terjadi karena para pemain satu persatu mengalami kesurupan dan dilantunkan
Kaliwungu, ragam geraknya dari babak Yakso Ageng atau prajurit besar, babak
Bujang Ganong dan babak Buto atau raksasa, mempunyai gerak yang sama yaitu
59
Reog Campursari Turonggo Puspito di Desa Mukiran Kecamatan
dan keanehan yang sangat dinanti-nanti penonton adalah waktu pemain kerasukan
minta kemenyan, bunga, dipocong, jajan pasar dan pamitan sama yang nanggap.
alamnya sesuai tempat tingalnya, ada yang langsung lari ke perempatan jalan, lari
ke kebun, lari ke lorong jalan dan lain-lain. Seperti gambar 4.8 dan gambar 4.9.
60
(Foto, Nuryanti, Februari 2016)
Pada dasarnya rias wajah di bagi menjadi tiga yaitu rias wajah korektif,
rias wajah karakter dan rias wajah fantasi. Rias wajah korektif yaitu rias wajah
menjadi karakter tertentu. Rias wajah fantasi yaitu rias wajah yang sesuai dengan
ide yang digunakan pada sesorang (Jazuli 1994: 19). Rias wajah karakter adalah
khususnya pada babak Yakso Ageng adalah rias wajah korektif, yang
menggunakan rias tokoh atau rias karakter yaitu rias wajah sebagai karakter Buto.
61
Pertunjukan Reog Campursari Turongo Puspito, pada babak Bujang Ganong tidak
yang berperan sebagai Buto Ageng maupun Buto Alit menggunakan tata rias
karakter atau tata rias tokoh, yang mana warna yang di gunaka warna merah dan
putih serta hitam. Rias tokoh karakter Buto atau Raksasa, bisa dilihat seperti pada
gambar 4.10.
Puspito antara lain: pembersih wajah, penyegar, kapas, pensil alis, lipstik atau
pewarna bibir, kuas bibir, kuas blush on, air, minyak kelapa, kaca, piring kecil
(untuk melarutkan shee wed) dan shee weed berwarna hitam, merah, putih.
62
Rias wajah yang digunakan prosesnya diawali dengan membersihkan
diratakan keseluruh wajah kemudian diusap dengan kapas secara merata yang
selanjutnya menuangkan penyegar pada kapas dan dioleskan keseluruh wajah dan
menggunakan kuas blus on, untuk merias wajah sesui karakter dengan shee weed
yang berwarna merah, putih dan hitam yang telah dilarutkan dengan air ataupun
63
Tata busana tari sangat mendukung untuk pembentukan karakter pada
sebuah tokoh tarian. Tata busana disesuaikan dengan tema tarian agar isi tarian
tersebut tersampaikan. Busana tari Yakso Ageng yaitu di kepala memakai ikat
kepala atau iket berwarna merah, kuning dan hijau, yang selanjutnya diberi irah-
irahan jamang atau plesir. Memakai celana panji selutut yang berwarna merah
dan hitam, ditutup dengan kain jarik, didalamnya memakai stagen dengan tujuan
agar tidak mudah lepas, selanjutnya memakai sampur, simbar dodo, dan kumis
(brengos). pada lengan atas memakai klatbau dan lengan bawah memakai gelang,
kedua kaki memakai bingel dan salah satu kakinya juga memakai krincing,
kelihatan serempak.
Proses pemakaiannya diawali dengan memakai celana panji dan kain jarik
yang dililiti stagen agar lebih kencang, yang selanjutnya memakai simbar dodo,
klatbau, gelang dan bingel yang mana salah satu kakinya selain memakai bingel
juga memakai krincing, yang terakhir adalah pada bagian kepala memakai ikat
kepala atau iket, irah-irahan jamang atau plesir. Tata busana Reog Campursari ini
kebanyakan sudah banyak yang dikreasi dan dibuat sendiri oleh kelompok
perkumpulan kesenian itu sendiri. Proses pemakain tata busana ini tidak sulit
’’ Tata busana ini memang sudah banyak yang dikreasikan oleh anggota
Karena selain menghemat biaya juga melatih menemukan ide-ide baru,
baik warna, dan model yang dikreasikan tetapi masih berpijak yang sudah
ada. (wawncara dengan bapak Nughroho, Mei 2016)”.
64
Property Reog Campursari Turonggo Puspito adalah kuda yang terbuat
kuning, hitam. Sedangkan tata busana yang dimiliki dan dipergunakan untuk
pertunjukan Reog Campusari Turonggo Puspito pada babak Yakso Ageng terdiri
4.3.3.2.1.Ikat kepala
Ikat kepala ini modifikasi dari iket (bahasa jawa), yang mana iket ini
dibuat dari karet halus berwarna kuning dan ada manik atau mote berwarna merah
berbentuk segi tiga. Bagian ujung diberi pengikat. Iket ini dibuat sendiri oleh
65
Krincing dipakai di kaki kanan dan kaki kiri kalau bergerak akan
Klatbahu dan bingel tangan atau gelang ini dibuat dari karet halus yang
bagian ujungnya diberi perekat, yang dibuat oleh perkumpulan Reog Campursari
Turongo Puspito dengan inovasi dan kreatifitasnya sendiri. Seperti gambar 4.14
66
(Foto Nuryanti, Mei 2016)
Kain jarik dan stagen yang dikenakan oleh Reog Campursari Turongo
Puspito terbuat dari kain yang biasanya sudah dijual di pasar-pasar atau di toko-
toko. Jarik yang dikenakan ada dua warna yaitu : loreng putih hitam dan loreng
coklat hitam sedangkan stagen kebanyakan berwarna hitam. Seperti gambar 4.16.
67
(Foto Nuryanti, Mei 2016)
4.3.3.2.5 Celana Panji
Tata busana celana panji yang dikenakan Yakso Ageng, ini terbuat dari kain
bludru. Sedangkan celana yang dimiliki ada dua warna yaitu warna merah dan
warna hitam. Pada babak Yakso Ageng ini celana yang dikenakan terbuat dari kain
bludru karena tidak memakai rampek melainkan memakai kain jarik yang salah
68
Property yang digunakan pada babak Yakso Ageng ini adalah kuda-kudaan
yang terbuat dari anyaman bambu yang diberi motif atau hiasan yang dibuat
seperti kuda, dibagian kepala dan ekornya dihiasi ijuk berwarna hitam. Kuda-
kudaan ini ada yang diberi tali melingkar dari kepala sampai ekor yang fungsinya
untuk diikatkan dibahu badan penari, tetapi ada juga yang tidak ada talinya
tergantung penari akan memakai yang mana, biasanya yang tahan memegang
kuda lebih lama mereka tidak akan menggunakan kuda-kudaan yang ada talinya
Dibawah ini gambar property dan penuturan Ade Nugraha selaku penari dan
69
(Foto nuryanti, Mei 2016)
Tata busana Bujang Ganong terdiri dari, topeng bujang ganong (Embong),
rampek, rompi, bingel tangan, klatbau dan celana. Pertunjukan babak Bujang
Ganong ini tidak meggunakan tata rias karena memakai topeng yang bernama
Embong.
bingel tangan dan klatbau. Proses yang terakhir adalah memakai Embong, yang
mana Embong ini dipakai pada saat mau pentas menuju arena karena cara
Pada pertujukan Bujang Ganong ini tidak menggunakan property dan tidak
menggunakan tata rias, hanya menggunakan tata busana saja, tata busananya
terdiri dari:
70
4.3.3.2.2.1 Topeng Embong
hidung, gigi dan matanya terbuat dari kayu yang diukir yang diselimuti bulu-bulu
ekor kuda yang panjang atau ekor sapi yang panjang berwarna hitam, coklat dan
putih, pada bagian mulutnya berwarna merah, giginya berwarna putih dengan
4.3.3.2.2.2 Rampek.
71
Rampek dipakai setelah celana sebagai pengganti kain jarik, yang
berfungsi sebagai penutup dan memperindah bagian depan dan bagian belakang
aurat. Rampek ini bewarna cerah seperti, merah, kuning, putih dan biru.
Rompi yang di kenakan terbuat dari kain bludru dan celana panji terbuat
dari kain yang mengkilat karena disesuaikan dengan rampek. Seperti gambar 4.22.
72
(Foto Nuryanti, Mei 2016)
4.3.3.2.3 Tata Busana Buto
celana, bingel tangan, badong dan celana Serta rompi. Pada babak ini pakaiannya
73
ada yang sama dengan Bujang Ganong perbedaannya dikepala memakai wig atau
rambut palsu.
bingel tangan atau gelang, yang terakhir adalah memakai rambut palsu atau wig
Wig merupakan rambut palsu ini dikenakan pada pemain Buto yang
panjangnya kurang lebih 25cm, rambut ini berbentuk keriting, seperti gambar 4.25
74
Gambar 4.26 Gambar Badong Buto
4.3.4 Iringan
Musik sebagai iringan tari yang berfungsi sebagai pengiring tari agar dapat
mendukung karakter dalam tarian dan penekanan pada gerak tari kapan tari itu
dimulai, kapan rangkaian gerak itu berpindah, kapan tari itu berakhir serta
dari gamelan dan alat musik modern ini menjadi kesatuan nada yang indah dan
utuh. Lagu mars Reog Campursari Turonggo Puspito yang selalu dinyanyikan
75
Mars Reog Campursari Turongo Puspito.
Lancaran Pelog Pt 6.
1.Ompak : 1 2 3 5 6 3 6 5 6 3 6 5 6 3 2 1
1 2 3 5 6 3 6 5 6 3 6 5 6 3 2 1
2. Lagu : . . . . Pra mi yar sa a tur su geng pe panggih an
. . . . 1 2 3 5 5 5 5 6 1 6 5 3
. . . . Se ni reog cam pur sa ri
. . . . 1 2 3 5 .6 . 3 .2 .1
. . . . Ing kang na mi Tu rong go Pus pi to
. . . . 1 1 2 1 . 6 . 5 . 4 . 5
Mi jil Sa king La la dan De sa Mu ki ran
. . . .6 1 6 5 3 3 5 3 5 3 2 1
3. ompak : . . . .1 2 3 5 6 3 6 5 6 3 2 1
. . . .1 2 3 5 6 3 6 5 6 3 2 1
4. lagu : . . . . Nguri-uri kabudayan jawi
. . . . Mugi saget anglipur ati
. . . . Mrih ngremboko widodo lestari
. . . . Mugi Gusti tansah ngijabahi (notnya sama lagu 2)
5.0mpak : 1 2 3 5 1 6 5 3 1 2 3 5 6 3 2 1
1 1 2 1 6 5 4 5 5 5 6 5 6 3 2 1
6.Lagu : . . . . Nuwun sewu kawulo nyuwun pangestu
. . . . Mugi Gusti kepareng paring rahayu
. . . . Datan kantun tumanduk para pamirsa
. . . . Bilih lepat kawulo nyuwun ngapura
76
4.3.5 Ragam Gerak
Gerak yang dilakukan oleh Reog Campursari Turongo Puspito ini, perician
geraknya dapat dilihat dari unsur-unsur ragam gerak dan deskripsi dari gerak itu
sendiri. Gerak yang ada pada reog ini sifatnya lincah dan kuat, sedang inti ragam
geraknya baik itu babak Yakso Ageng, Bujang Ganong dan Buto hampir sama
yaitu: sembahan, jengkeng, gerak laku telu, gerak jongklangan (gerak bujang
ganong), gerak negar (gerak Yakso Ageng), gerak mencak-mencak (gerak buto),
sedangkan gerak yang lain merupakan gerak variasi untuk memperindah dari
masing–masing babak.
Diskripsi ragam gerak Reog yang terdiri-dari tiga babak yaitu: babak
Yakso Ageng, babak Bujang Ganong dan babak Buto (raksasa), ragam gerak pada
masing-masing babak pada dasarnya sama yaitu: seperti pada table 4.4 berikut:
77
2 Jengkeng Tangan kanan seleh
dipaha kanan,
tangan kiri seleh
dilutut kiri, kaki,
kanan membuka,
kaki kiri nekuk,
badan tegak,
pandangan serong
kiri
78
6 Negar-negar Kedua tangan
memegang
kuda,kaki kanan
angkat,kaki kiri
napak pandangan
atas.terus loncat
secara bergantian.
unsur gerak yang terdiri dari : unsur gerak kepala, unsur gerak kaki, unsur gerak
79
2 Tolehan Pandangan ke
kanan dan kanan jika tolehan
tolehan kiri kanan, dan
pandangan ke kiri,
jika tolehan kiri.
Campursari Turongo Puspito dari masing-masing babak, baik babak Yakso Ageng,
babak Bujang Ganong maupun babak Buto atau Raksasa pada dasarnya sama
gerakan kesamping kanan, samping kiri , atas dan bawah. Diskripsi ragam gerak
80
Tabel 4.6 Unsur Gerak Tangan
Turongo Puspito baik babak Yakso Ageng, Bujang Ganong dan babak Buto atau
junjungan kanan dan junjungan kiri.Ragam gerak kaki pada gerak tari Reog
81
No Sikap Deskripsi Gambar/Foto
diletakkan secara
bergantian
secara bergantian.
82
Unsur gerak badan pertunjukan Reog Campursari Turongo Puspito yang
paling banyak terjadi pada babak Bujang Ganong dan babak Buto Karena sering
dilakukan ogek lambung dan mayuk kanan kiri. Deskripsi unsur gerak badan pada
table 4.8.
Jenis pola lantai terbagi menjadi dua yaitu garis lurus dan garis lengkung.
dari masing-masing babak, baik babak Yakso Ageng, babak Bujang Ganong dan
83
Pada babak Yakso Ageng dan babak Buto pola lantai garis vertikal ini
perang dan yang dimenagkan oleh roh putih. Pola lantai ini dapat digambarkan
sebagai berikut.
biasanya digunakan pada adegan trance, baik babak Yakso Ageng maupun babak
Buto (raksasa).
84
Pola lantai horizontal pada pertunjukan Reog Campursari Turongo Puspito
digunakan pada awal pertunjukan yaitu gerak-gerak jengkeng dan sembahan baik
babak Bujang Ganong, babak Yakso Ageng maupun babak Buto (raksasa).
4.3.7 Penonton
karena tanpa adanya penonton penampilan tidak akan meriah. Pertunjukan Reog
bondong berdatangan mulai dari anak-anak kecil hingga yang sudah berusia
lanjut. Hal ini dapat dilihat setiap kali pementasan yang ditampilkan, penonton
banyak yang mengabadikan pertunjukan tersebut. Posisi penonton ada yang duduk
dan ada yang berdiri mengingat tempat duduk tidak disediakan hanya di lantai,
sedang posisi penonton mengelilingi arena yang diberi pembatas pagar yang
85
(Foto Nuryanti, Mei 2016)
Menurut penuturan salah satu penonton, Suharmi (48 tahun).
’’ Pertunjukan Reog Campursari ini menurutku baik dan menarik saya
melihat sudah beberapa kali tapi tidak bosan karena saya tertarik pada waktu
adegan kesurupan pemainnya betul-betul tidak sadarkan diri lebih-lebih anak
saya malah ikut joget-joget.(Menurut Suharmi, Februari 2016).’’
pertunjukan saja, berupa lampu neon panjang dan bulam yang diikatkan di pohon
sekitar arena dan diikatkan pada bambu yang diletakkan di atas arena pertunjukan.
Tata lampu ini hanya dipergunakan pada waktu malam hari, sedang diwaktu siang
Puspito adalah membantu vokalis agar suaranya terdengar lebih keras, juga alat
86
musik yang mengiringi terdengar lebih keras. Perlengkapan yang di gunakan
pada sound system ini, sangat sederhana karena hanya terdiri dari amplifier,
Mukiran tetapi, dari desa-desa terdekat bahkan dari Kabupaten Boyolali yang
datang mulai dari anak-anak sampai usia lanjut, yang berada di belakang pagar
pembatas sesekali makan makanan kecil yang dibeli dari pedagang di sekitar
arena pertunjukan. Para pedagang juga sesekali ikut melihat pertunjukan disaat
sangat menikmati pertunjukan ini terlihat sebagian besar penonton tidak beranjak
87
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dalam penyajiannya terdiri dari tiga bagian yaitu pembukaan pertunjukan, inti
sama, tata rias korektif dan rias tokoh, tata busana sesuai tokoh, iringan
perpaduan gamelan jawa dan modern, pola lantai lingkaran, horisotal dan vertikal
88
, tempat penyajian terbuka, property kuda-kudaan, tata lampu berupa neon dan
Dalam pertunjuka ragam gerak dan pola lantai kurang variasi sehingga
dalam mengenakan tata busana juga dilakukan sendiri-sendiri hanya pada bagian-
Penontonnya dari berbagai jenis umur, mulai dari usia anak-anak, usia
remaja, sampai lanjut usia, berbaur menjadi satu di arena terbuka, pada selingan
lagu campursari penonton remaja banyak yang berjoget sesaat ada yang mendekat
5.2 Saran.
tetang ragam gerak dan pola lantai, supaya bisa lebih variasi lagi sehingga tidak
kelihatan monoton.
nanggap) supaya diberi tempat duduk untuk yang lanjut usia dan remaja yang
89
Dalam hal ini dinas pariwisata Perlu mengadakan pembinaan dan
memberi bantuan dalam hal ketrampilan dan biaya demi berkembangnya bentuk
mempunyai nilai jual yang tinggi dan mengangkat Reog Campursari Turonggo
DAFTAR PUSTAKA
Rosda Karya.
90
Joko Wiyoso, 2011 Kolaborasi antara jaran kepang dengan campursari: suatu
bentuk perubahan kesenian tradisional. Harmonia, Vol XI, No. 1.
Semarang: Sendratasik.
Depdikbud.
91
Lampiran 1.
BIODATA PENULIS
Nama : Nuryanti
Kabupaten Boyolali
Riwayat Pendidikan :
92
4.Perguruan tinggi :
Lampiran 2
93
Lampiran 3
94
PEDOMAN OBSERVASI
BAGI PENELITI
95
Lampiran 4.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan
B. Materi Wawancara
Semarang.
96
C. Responden.
4. Pemain musik.
D. Materi Pertanyaan.
Kabupaten Semarang.
Kabupaten Semarang.
97
2. Bentuk pertunjukan kesenian Reog Campursari Turonggo Puspito.
1. Ragam gerak
2. Pola lantai
98
6.Materi yang ditanyakan kepada penonton.
Pedoman Wawancara.
1. Sejarah
2. Bentuk Pertunjukan.
99
Lampiran 5.
100
Wawancara penulis dengan perangkat desa
101
Lampiran 6
102
Wawancara dengan pelatih tari dan penari Reog campursari
103
Wawancara dengan pelatih musik
104
Lampiran 7
105
Foto alat musik dalam pertunjukan.
106
Foto pemain kesurupan minta dipocong
107
Lampiran 8
108
Peneliti : ” Dalam tata rias dan tata busana apa ada orang yang
khusus ahli dibidang tata rias dan busana?”
Ade Setyo : ”Semua pemain sudah pandai merias dan memakai busana
kecuali pada bagian tertentu yang minta tolong sesama
pemain, misalnya memakai jamang dikepala ada talinya itu
minta tolong.”
109
4.Wawancara peneliti dengan penonton.
110