Anda di halaman 1dari 10

B.

Pembahasan

Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Ny.R dengan halusinasi


pendengaran selama 4 hari (17 April 2018 s.d 20 April 2018) di Puskesmas Abab
Kabupaten PALI Provinsi Sumatera Selatan, maka pada bab ini penulis
mengemukakan pembahasan sesuai dengan tahapan proses keperawatan mulai
dari pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan mulai dari pengkajian,
penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Dalam hal ini peneluis telah melakukan asuhan keperawawtan pada
dua klien dengan halusinasi pendengaran. Klien dibawa ke Puskesmas
oleh orang tuanya karena di rumah klien sering melamun dan pada saat
melamun klien sering mendengar bisikan. Saat dilakukan pengkajian
respon verbal klien dapat menjawab semua pertanyaan klien terlihat sering
melamun dan gelisah. Klien seorang ibu rumah tangga yang pernah
mengalami gangguan jiwa di masa lalu, di dapatkan pemerikasaan fisik
TD: 110/70 mmHg, N: 74x/menit, S: 36˚C, P: 20x/menit..
Dari hasil pengkajian yang di dapat sesuai dengan teori tentang
halusinasi pendengaran bahwa halusinasi pendengaran adalah individu
medengar suara yang menertawakan, mengejek, atau mengancam padahal
sebenarnya tidak ada suara di sekitarnya, suara-suara tersebut dapat berupa
manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan mistik (Varcarolis,
2012). Adapun tanda dan gejala dari haluisanasi pendengaran menurut
Herman (2011) adalah sebagai berikut dari data objektif bicvara atau
tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah
tertentu, menutup telinga, menunujuk-nunjuk ke arah tertentu, mulut
komat-kamit, ada gerakan tangan. Sedangkan dari dta subjektif mendengar
suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mencakup bercakap-cakap,
mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya,
mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain yang
membahayakan.

63
Adapun berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa halusinasi
pendengaran adalah individu mendengar suara menertawakan, mengejek
atau mengancam padahal sebenarnya tidak ada suara disekitarnya, suara-
suara tersebut dapat berupa manusia, hewan, mesin, barang, kejadian
alamiah atau mistik (Varcarolis, 2012).
Berdasarkan hasil peneliatian peneliti berasumsi bahwa kedua
klien dengan halusinasi pendengaran mengalami gangguan persepsi
halusinasi pendengaran dengan tanda dan gejala yang hampir sama.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada Ny.R adalah halusinasi pendengaran karena di
dukung oleh data yaitu klien sering mendengar bisikan dan klien tampak
bingung dan gelisah, respon verbal klien dapat menjawab semua
pertanyaan. Sedangkan pada Ny.R adalah halusinasi pendengaran karena
didukung oleh mengatakan diruma sering mendengar bisikan, respon
verbal klien dapat menjawab semua pertanyaan.
Data subjektif dan objektif pada klien dirumuskan berdasarkan
batasan karakteristik yang ada, adapun batasan karakteristik halusinasi
pendengaran (NANDA Internasional, 2015).
Adapun berdasarkan penelitian Ari Harnawan (2017), yang
menyatakan bahwa klien halusinasi pendengaran mendengar suara-suara
yang tidak nyata.
Berdasarkan penelitian penulis berasumsi bahwa kedua klien
dengan halusinasi pendengaran mengalami masalah prioritas yang sama
yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendegaran.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan pada Ny.R diberikan tindakan strategi
pelaksana SP 1 BHSP, SP 2 bercakap-cakap, SP 3 aktifitas terjadwal dan
SP 4 minum obat secara teratur. Tindakan tersebut dapat dilakukan dalam
pemberian asuhan keperawatan dengan melaksanakan pendekatan strategi

64
pelaksanaan keperawatan. Tindakan keperawatan dan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP) untuk klien halusinasi pendengaran (Stuard, 2010) yaitu
SP 1 klien, membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
penyebab halusinasi pendengaran dan cara menghardik. SP 2 ajarkan klien
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. SP
3 ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
kegiatan. SP 4 ajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan menggunakan obat secara teratur.
Menurut konsep setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka
intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi,
menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan
ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas,
diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujua, menetapkan kriteria
evaluasi dan merumuskan intervebsi dan aktivitas keperawatan (Bararah
dan Jauhar, 2013). Rencana tindakan keperawatn meliputi: membantu
pasien mengenali halusinasi yang dilakukan dengan cra berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusiansinya, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul), melatih
pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan strategi pelaksanaan
(Afnuhazi, 2015).
Strategi pelaksanaan yang digunakan meliputi SP 1 : ajarkan
pasien mengenali jenis, isi, pemyebab, waktu, dan frekuensi halusinasinya
dan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik (pasien dilatih untuk
mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya). Tahapan tindakan pada SP 1 meliputi:
menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini dan
menguatkan perilaku pasien. SP 2: ajarkan pasien cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. SP 3: ajarkan
pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas

65
kegiatan, sebagai beriku: menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi, mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien, melatih pasien untuk melakukan aktivitas, menyusun jadwal
aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih (upayakan
pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari
dalam seminggu), memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dengan
memberikan peguatan terhadap perilaku pasien yang positif. SP 4: ajarkan
pasien cara mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat secara
teratur. Tahapan tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan
obat: jelaskan guna obat, jelaskan akibat putus obat, jelaskan cara
mendapatkan obat atau berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip benar pemberian obat. (Afnuhazi, 2015).
Adapun berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa halusinasi
pendengaran adalah individu mendengar suara menertawakan, mengejek
atau mengancam padahal sebenarnya tidak ada suara di sekitarnya, suara-
suara tersebut dapat berupa manusia, hewan, mesin, barang, kejadian
alamiah dan mistik (Varcarolis, 2012).
Berdasarkan penelitian penulis berasumsi bahwa klien dengan
halusinasi pendengaran merupakan klien denganm masalah gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran klien dapat mengontrol halusinasi
yang dialaminya dan klien tidak mencedrai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan, dan untuk tujuan khususnya yaitu pasien dapat membina
hubungan saling percaya, mengenal halusinasinya, menghardik halusinasi,
kemudian mengontrol dengan cra bercakap-cakap dengan orang lain,
memasukkan dalam aktifitas yang terjadwal dan meminum obat secara
teratur. Manfaat pemberian tindakan SP 1 SP 2 SP 3 dan SP 4 memiliki
manfaat yaitu klien mampu mengontrol halusinasi yang dialaminya dan
klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

66
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Ny.R dengan perubahan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran yaitu dilakukan dari tanggal 17-
20 April 2018 selama 30 menit pada jam 10.00 WIB – 10.30 WIB, dmna
penulisa melakukan BHSP pada tanggal 17 April 2018 yaitu membina
hubungan saling percaya dengan prinsif komunikasi teraupetik dan
meyakinkan kepada pasien bahwa perawat akan membantu masalah yang
dihadapi klien. Implementasi yang dilakukan pada Ny.R yaitu diberikan
tindakan strategi pelaksanaan SP 1 BHSP, SP 2 brcakap-cakap SP 3
aktifitas terjadwal dan SP 4 minum obat secara teratur. Tindakan tersebut
dapat dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan
melaksanakan pendekatan strategi pelaksanaan keperawatan. Tindakan
keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) untuk klien
halusinasi pendengaran yaitu (Stuard, 2010) yaitu SP 1 klien, membina
hubungan saling percaya, membantu klien mengenal penyebab halusinasi
pendengaran dan cara menghardik. SP 2 ajarkan klien cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. SP 3 ajarkan
klien cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
kegiatan. SP 4 ajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
menggunakan obat secara teratur.
Kemudian pada tanggal 18 April 2018 jam 10.00 WIB – 10.30
WIB penulis melakukan tindakan keperawatan yaitu SP 2 yaitu membantu
pasien mengenali halusinasi yaitu jenis, isi, penyebab, waktu, dan
frekuensi halusinasinya, mendiskusikan dengan pasien situasi yang
menimbulkan halusinasi (waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi) dan
apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dengan menanyakan langsung
kepada pasien , dan mengajarkan bagaimana cara menghardik halusinasi
dengan cara menutup telinga dan mengatakakan “ pergi-pergi kamu suara
palsu kamu tidak nyata”.
Kemudian untuk SP 3 dailakukan pada tanggal 19 April 2018 jam
10.00 – 10.30 WIB yaitu mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan

67
vercakap-cakap yaitu jika pasien merasakan halusinasi datang agar segara
mencari teman di dekatnya lalu ajak ngobrol dan katakan “tolong, saya
mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol dengan saya”.
SP 4 dilakukann poada tanggal 20 april 2018 jam 10.00 – 10.30
WIB yaitu mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara minum
pobat dengan teratur, menjelaskan manfaat dari setiap obat, waktu
penggunaan, dan dampak atau kerugian jika tidak minum obat. Kemudian
pada penulis melakukan evaluasi SP awal sampai akhir dan melakukan
discharge palnning untuk klien supaya saat berpisah dengan perawat
klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara yang diajarkan dan
meminta pasien minum obat secara teratur dan tidak membuang onat yang
diberikan oleh perawat.
Semua implementasi yang dilakukan penulis pada Ny.R dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran telah dilakukan
semuanya dari BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya0 dan SP 1 sampai
SP 4 . adalah SP 1 yaitu mengontrol halusinasi denga menghardik dan SP
3 halusinasi pendengaran lainnya yaitu mengontrol dengan bercakap-
cakap , melaukan kegiatan terjadwal dan minum obat secara teratur pada
pasien dan pada keluarga yaitu cara merawat pasien dirumah namun hal
ini dilakukan dengan telephone.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses bekelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien . Evaluasi dilakukan terus-menerus
pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan . Evaluasi di bagi dua, yaitu evalusi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakuka dengan membandingkan antara respon klien denga
tujuan khusus da umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan pendakatan S.O.A.P diantaranya sebagai berikut : S
: respon subyektif tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan O :

68
respon subjektif pasien terhadap tidnakan keperawatan yang telah
dilaksanakan A : analasis ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap dan muncul masalah baru atau
ada data yang berkontradiksi dengan masalah yang ada , P : perncanaan
tau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien yang terdiri
dari tindak lanjut pasien (Muhith, 2015).
Setelah dilakukannya implemnetasi selama 4 hari (17 April 2018
s.d 20 April 2018) didapatkan hasil pada Ny.R pada tanggal 17, 18, 19,
dan 20 April 2018 klien tampak kooperatif dan bisa mempraktekan cara
mengontrol halusinasi.
Pada Ny.R evaluasi SP 1 sampai SP 4 telah dilakukan, sehingga
apa yang diharapkan pada rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
sebelumnya pada klien biasa terwujud dan tidak ada kesenjangan antara
teori dan kasus. Pada evalusi yang dilakukan yaitu klien mampu mebina
hubungan saling percaya, mampu mengenali halusinasinya dan mapu
menghardik, mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap. ,melakikan
kegiatan terjadwal dan meminum obat secara teratur.
Evaluasi dilakukan setiap hari oleh penulis. Evaluasi pada hari
pertama tanggal 17 April 2018 yaitu BHSP (bina hubungan saling
percaya) didapatakan S; klien mengatakan namanya Ny.R, ia tinggal di
desa Pengabuan, O : klien mejawab salam , mau berjabat tangan dan
berkenalan, mampu mneyebutkan nama dan lama rumahnya, A: klien
mampu membina hubungan saling percaya P; klien anjurkan klien untuk
mengingat nama perawat, perawat : ulangi bina hubungan saling percaya
dan lanjutkan Sp 1 yaitu menganali halusinasi dan mengahardik
halusinasinya.
Evaluasi hari kedua SP 2 mengajarkan pasien mengenali
halusinasi dan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
didaptakan S: klien mengatakan sering mendengarkan suara-suara bisikan,
O: klien tampak melamun seperti sedang mendengarkan suara bisikan,
kliaen tampak gelisah, bingung, dan klien mempraktikan cara menghardik

69
halusinasi, A: klien mampu mengenali halusinasinya. Mengenali
penyebab, waktu, frekuensi dan isi halusinasi kemudian klien mampu
mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik, P: klien dinajurkan
untuk tetap mengingat dan mengenali itu halusinasi,mapu mengontrol
Halusinasinya dengan menghardik, Perawat : evaluasi SP ke 1 dan
lanjutkan SP ke 2 yaitu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
Evaluasi hari ketiga SP 3 mengajarkan cara mengontol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain didapataka, S; klien
mengatakn sudah tidak sering mendengar suara-suara bisikan, O:klien
mempraktikan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
mampu bercakap-cakap denga orang lain, pasien tampak sedikit tenang, A:
klien mampu memeparktikan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, mempraktikan cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, dan klien mampu memasukan cara
mengontrol halusinasi kedalam jadwal aktivitas sehari-hari, P;klien; klien
anjurkan klien untuk mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik
dan bercakap dengan orang lain, klien dapat melakukan cara mengontrol
halusinasi dengan malakukan aktivitas terjadwal, perawat; Evaluasi SP 1,2
dan lanjutkan SP ke 3 yaitu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
Evaluasi hari ke empat SP 4 mengajarkan cara mengontrol
halusinasi dengan car melakukan aktivitas terjadwal, didapatkan S; Pasien
mengatakn jika halusinasinya muncul ia mengahrdikanya dengan cara tutp
telinga dan mengusirnya, klien juga mengjak teman didekatnya untuk
bercakap-cakap jika halusinasinya mucul, klien juga memasukanya
dalamaktivitas sehari-hari, O; klien mempraktikan cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik halusinasinya, klien mampu bercakap-
cakap dengan orang lain, pasien melakukan aktivitas terjadwal seperti
membersihkan tempat tidur setiap bangun dari tidur dan mengikuti senam
pagi, pasien tampak tenang, A: klien memperaktikan cara mengontrol

70
halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, klien mau bercakap-cakap
denga orang lain ketika halusinasinya datang, pasien mampu memasukan
cara mengontrol halusinasi dan membersihkan tempat tidur kedalam
jadwal aktivitas sehari-hari, P : klien; anjurkan klien untuk tetap
mengenali halusinasinya dan mengontrol halusinasinya dengan cara
menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas
terjadwal dan memasukan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari, perawat;
evaluasi SP 1,2,3 dan minum obat secara teratur.
Pertemuan ke empat SP 4 mengajarkan cara mengontrol dengan
minum obat seacara teratur didapatkan S: klien mengatakan jika
halusinasinya muncul ia menghardiknya dengan cara menutup telinga dan
mengusirnya, mengajak teman di dekatnya untuk bercakap-cakap jika
halusinasinya muncul, melakukan aktifitas terjadwal seperti
membersihkan tempat tidur, lingkungan dan memasukkannya dalam
kegiatan sehari-hari dan mengetahui pentingnya meminum obat secara
teratur, O: klien tampak mempraktekan cara mengontrol halusinasninya
dengan cara menghardik halusunasinya, klien mampu bercakap-cakap
dengan orang lain, klie tampak melakukan aktivitas terjadwal seperti
membersihkan tempat tidur dan lingkungan dan memasukan cara
mengontrol halusinasinya kedalam jadwal aktivitas sehari-hari, klien
tampak tenang. A: klien mengetahui pentignya meminum obat secara
teratur. P: klien: anjurkan klien untuk tetap menegnali halusinasinya dan
mengontrol halusinasnninya dengan cara menghardik, bercakap-cakap
dengan orang lain, melakukan aktivitas dan memasuka kedalam kegiatan
sehari-hari kemudian meminum obat secara teratur, perawat: evaluasi klien
melakukan tindakan keperawatan yang suda diajarkan dari awal sampai
akhir kemudian melakukan discharge planning dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan pada klien manfaat meminum obat dan manfaat
untuk konsultasi perkembangan penderita dengan keluarga klien.

71
6. Discharge Planning
Perencanaan pulang pada Ny.R dilakukan agar klien
mampu meminimalkan halusinasi pendengarannya dengan cara
adanya keikut sertaan peran keluarga dalam membantu mengatasi
dan membantu klien mengontrol halusinasi, memecahkan masalah
dengan bercerita, memberikan makanan yang bergizi untuk
kesehatan dan mengingatkan dan memantau konsumsi obat secara
teratur dilakukan dengan cara memberikan pendidkan kesehatn
klien, manfaat meminum obat dan indikasi dari setiap obat,
manfaat untuk konsultasi perkembangan penderita dengan keluarga
dan bahaya kalau putus obat.

72

Anda mungkin juga menyukai