PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik,
radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital
setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan
kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.(1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada keadaan ini seringkali diikuti dengan terdapatnya dua serviks. Apabila
salah satu dari bentuk bikornu yang disertai septum tidak mempunyai saluran
melalui serviks uteri, maka akan terjadi penimbunan darah (hematometra).
Berbagai keluhan akan timbul pada proses penimbunan ini. Kelainan yang
ekstrem yaitu tidak terbentuknya uterus. Kelainan kongenital uterus tersebut akan
menyebabkan abortus, kelahiran prematur atau kesulitan melahirkan. Kemandulan
dan amenorrhea bisa ditemukan bila uterus tidak terbentuk.(5)
Kelainan pada wanita yang paling sering adalah bentuk serviks yang
abnormal. Serviks ini digambarkan seperti mangkuk, peci, atau hipoplasia.
Susunan otot-otot uterus juga mengalami kelainan pada wanita yang terpajan DES
seperti rongga uterus berbentuk T pada histerosalpingografi.(4)
3.1 Kesimpulan
Kelainan pada uterus dan tuba falopii biasanya disebabkan karena saluran
Muller tidak tumbuh atau karena persatuan saluran Muller tidak terjadi.
Kelainan-kelainan kongenital yang terjadi pada uterus adalah uterus
unicornis,uterus didelphis, uterus bikornis, uterus septus dan uterus arkuata serta
terhadap dietilstilbestrol (DES) yang menyebabkan rongga uterus berbentuk T.