Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN DESAIN FISIK DENGAN KEPUASAN

PENGGUNA INSTALASI GAWAT DARURAT DI RS


BANGKATAN TAHUN 2017

DISUSUN OLEH :
Ade Juliastri
NIM. 160101041

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit bahwa gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang

membutuhkan tindakan medis segera guna menyelamatkan nyawa dan

pencegahan kecacatan lebih lanjut.

Salah satu kriteria penilaian pelayanan di rumah sakit adalah

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga paramedik yang berada

di Instalasi Gawat Darurat (IGD), sehingga dapat dikatakan kualitas

pelayanan IGD merupakan salah satu ujung tombak pemberian

pelayanan kesehatan dari sebuah Rumah Sakit. Oleh karena itu

pelayanan IGD adalah suatu unit integral dalam satu rumah sakit dimana

semua pengalaman pasien yang pernah datang ke IGD tersebut akan

dapat menjadi pengaruh dimana pengalaman besar bagi masyarakat akan

memberikan gambaran tentang bagaimana kualitas pelayanan yang ada

di Rumah Sakit itu sebenarnya.

Komponen pelayanan yang diberikan kepada IGD terdiri atas

perlengkapan elektrikal dan mekanikal serta jenis perabotan dan jumlah.

Kualitas juga mempengaruhi terhadap kegiatan yang berlangsung di


dalam ruangan tersebut. Ada 2 faktor penting, yaitu manusia sebagai

pengguna dan bangunan beserta.

komponen-komponennya sebagai lingkungan binaan yang

mengakomodasi kegiatan manusia. Salah satu fungsi utama IGD adalah

untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan

gejala yang bervariasi, gawat dan kondisi- kondisi yang sifatnya tidak

gawat.

Bangunan IGD harus menyediakan sarana penerimaan untuk

penatalaksanaan pasien, hal ini merupakan bagian dari perannya dalam

pelayanan kepada pasien. Penunjang dalam pemberian pelayanan IGD

adalah fasilitas dan kualitas dari gedung bangunan IGD itu sendiri.

Banyak rumah sakit yang mengupayakan penampilan fisiknya sebagai

salah satu unsur dalam strategi pengembangan. Dari penelitian yang

telah dilakukan oleh Benny Poliman, di Rumah Sakit Honoris Jakarta,

ternyata disain bangunan yang berhubungan dengan kebutuhan

pelanggan, akan menghasilkan antara lain : Physical Comfort, meliputi

kenyamanan temperatur, cahaya yang sesuai, tidak bising, furniture yang

nyaman dan tidak berbau. Social contact, meliputi cukup privasi

(percakapan dengan dokter tidak mudah di dengar orang yang tidak

berkepentingan). Symbolic meaning, seperti ruang tunggu yang sempit

dan kursi yang tidak nyaman akan mengesankan kurang menghargai

pasien.

Menurut Kotler, et al., dalamTjiptono, kepuasaan pelanggan


merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

(atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Harapan

pelanggan yang diyakini mempunyai peranan besar dalam menentukan

kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasaan pelanggan.

Menurut Garvin, et all., dalam Tjipton, salah satu mengukur

kepuasan Terhadap suatu produk adalah service ability, dimana

pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi

selama proses penjualan hingga purna jual, yang juga mencakup

pelayanan reperasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan.

Peningkatan fungsi dan pelayanan rumah sakit merupakan fenomena

yang selalu dihadapi oleh para pengelola rumah sakit. Menurut Haryadi

dan Slamet perencanaan pengembangan dalam rangka peningkatan

fungsi dan pelayanan rumah sakit selalu berdasarkan keadaan yang

sebenarnya saat ini, untuk mencapai kondisi yang lebih baik di saat

mendatang. Untuk mengetahui keadaan sebenarnya dari prasarana dan

sarana fisik saat ini perlu dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi pasca huni

(post occupancy evaluation). Evaluasi Pasca Huni (EPH) merupakan

pengkajian atau penilaian tingkat keberhasilan suatu bangunan dalam

memberikan kepuasan dan dukungan kepada pemakai, terutama nilai-

nilai dan kebutuhannya.

Kota Binjai merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang ada di

provinsi Sumatera Barat memiliki rumah sakit dengan fasilitas IGD.

Berdasarkan survei awal selama 1 minggu yang dilakukan wawancara


terhadap 10 penggunjung IGD perihal kenyaman diketahui IGD yang

ada terasa kurang nyaman oleh karena ruangan begitu kecil, terasa sesak,

dan suasana ruangan tidak terang. Jika dibandingkan dengan jumlah

kunjungan IGD keseluruhan tahun sebelum yaitu tahun 2015 sebanyak

6.312 orang menjadi 3.364 orang pada tahun berikutnya yaitu tahun

2016.

Berdasarkan survei awal tersebut, maka peneliti mendapat

kesimpulan mengenai permasalah berupa pengaruh disain fisik IGD

terhadap kepuasan pengguna IGD di RS Bangkatan dapat Kualitas

pelayanan IGD RS Bangkatan.

1.2. Permasalahan

Bagaimana pengaruh disain fisik IGD terhadap kepuasan

pengguna IGD di RS Bangkatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh disain fisik

IGD terhadap kepuasan pengguna IGD di RS Bangkatan.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh disain fisik IGD terhadap kepuasan pengguna IGD

ditinjau dari teori Post Occupancy Evaluation (Evaluasi Pasca Huni) di

RSUD Kota Langsa.

1.5. Manfaat Penelitian


a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi Badan Pelayanan Kesehatan RS

Bangkatan dalam usaha-usaha mengoptimalkan sarana dan

prasarana IGD, demi meningkatkan kepuasan pasien. Sebagai

informasi khususnya bagi para pengambil keputusan perencanaan

perbaikan fisik IGD yang berfokus pada kepentingan pasien.

b. Petugas Kesehatan

Sebagai masukan agar memantau dan memperhatikan secara

rutin terhadap lingkungan fisik IGD sehingga ruangan IGD

merupakan tempat yang nyaman dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan di Rumah Sakit.

c. Bagi Akademisi

Sebagai bahan perbandingan atau referensi pada studi atau

penelitian yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Instalasi Gawat Darurat


2.2. Konsep Standar Desain Fisik Rumah Sakit
2.3. Konsep Tingkat Kepuasan Pasien
2.4. Konsep Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

2.5 Konsep Teoritis


Menurut Kottler kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

seseorang yang muncul setelah membandingkan antara

persepsi/kesannya terhadap suatu produk dan harapan-harapannya.

Kepuasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengukuran melalui

Evaluasi Pasca Huni (EPH) menurut Aryadi dan Setiadi.

Menurut Miller dan Swensson mengenai disain fisik yang

berhubungan dengan kebutuhan pelanggan meliputi :

a. Physical comfort, meliputi kenyamanan temperatur, cahaya yang

sesuai, tidak bising, funitur yang nyaman, ruangan yang tidak

berbau.

b. Social contact, meliputi cukup privasi (percakapan dengan dokter

tidak mudah didengar orang yang tidak berkepentingan.

c. Symbolic meaning, seperti ruang tunggu yang sempit dan kursi

yang tidak nyaman akan mengesankan merendahkan pasien.

Komponen‐komponen lingkungan fisik bangunan adalah sebagai berikut :

1. Suhu-panas: ventilasi (bangunan), pengatur suhu (peralatan).


2. Pencahayaan: bukaan (bangunan), lampu (peralatan)
3. Suara-bising-gema:perletakan, bukaan (bangunan), sistem akustik
(peralatan/bahan)

4. Kelembaban: Arah dan dimensi bukaan (bangunan), Pengaturan


(peralatan)

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pelayanan IGD

Keadaan Fisik IGD


- Suhu
- Pencahayaan Kepuasan Pengguna

- Suara IGD

- Kelembaban

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode explanatory

yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh disain fisik (suhu, pencahayaan,

suara, kelembaban) terhadap kepuasan pengguna IGD di RSUD Kota Langsa

melalui hipotesa (Singarimbun, 1989).

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di RSUD Kota Langsa, dengan waktu penelitian

selama 5 bulan sejak April sampai dengan Agustus 2010.

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak diuji.

Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh pengguna eksternal

IGD RSUD Kota Langsa yang berjumlah 3.364 orang. Pengguna eksternal

dalam penelitian ini adalah pasien.

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak

diuji. Penentuan sampling dilakukan dengan sampling incidental yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti digunakan sampel, bila dipandang

orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2008).

Anda mungkin juga menyukai