Tiang.
Apababila jaringan dimaksud menggunakan tiang besi, maka penanaman tiang harus dilaksanakan
dengan kedalaman 1/6 ( satu per enam ) dari panjang tiang dan harus berdiri tegak lurus terhadap
permukaan tanah / garis horisontal bumi.
Stay Equipment.
Sebelum konduktor digelar, seluruh stay equipment lengkap harus sudah dipasang untuk menghindari
kemungkinan terjadinya tiang miring akibat tarikan konduktor yang digelar. Stay equipment harus
terpasang pada posisi sedemikian rupa sehingga pada tiang belokan (tiang antara tarikan-tarikan
konduktor dan stay equipment) mempunyai resultan gaya sama dengan 0 (nol). Untuk menanam
angker blok harus dilakukan penggalian tanah dengan luas tidak terlalu lebar dan kedalaman tanah
yang cukup dalam, sehingga masih banyak kepadatan tanah aslinya. Pengurugan tanah kembali
harus dilakukan dengan memadatkan tanah tersebut lapis demi lapis sehingga penuh kepermukaan
tanah. Pada tiang belokan (angle pole) sebelum penggelaran konduktor dilaksanakan, tiang dibuat
miring 5 sampai 7 derajat dari sumbu tegak ke arah yang berlawanan dengan resultan gaya
tarikan konduktor.Pada masa pemeliharaan harus memeriksa semua stay equipment sekali lagi dan
diset kembali sehingga tiang dalam posisi tegak lurus terhadap garis horisontal bumi.
Cross Arm.
Pemasangan cross arm dilakukan sebelum diadakan penggelaran konduktor dan jenis cross arm
dipakai UNP 80 sampai 100 mm berdasarkan SNI dan hot deep galvanis dengan ketebalan 40 micron.
Panjang normal cross arm 2.000 mm akan tetapi untuk kebutuhan tertentu dipakai panjang 2.200 mm.
ketentuan ini berlaku berdasarkan fungsinya seperti jarak antara tiang atau jarak bentangan dan
besarnya sudut belok dalam penarikan konduktor yakni sebagai berikut :
a. Type A.1 ( Single support on single pole ) 0˚ s/d 30˚.
b. Type A.2 ( Double support on single pole ) 30˚ s/d 60˚.
c. Type A.3 ( Double support on single/double pole ) > 60˚, tiang awal dan tiang akhir.
d. Type B.3 ( Double support on double pole ) untuk bentangan yang panjang.
Pengikat.
Sebagai pengikat pada pin isolator bisa menggunakan preformed top ties dan side ties, atau
menggunakan alluminium bending wire. Preformed top ties digunakan pada tarikan dengan sudut
belok 0˚ s/d 2˚ sedangkan bila sudut belok > dari 2˚ dipergunakan side ties.
Sedangkan alluminium bending wire dapat digunakan pada tarikan dengan sudut belok 0˚ s/d < 60˚
dengan panjang 1,5 meter untuk setiap pin isolator. Pengikat pada ujung tiang atau tiang penegang
dapat dipakai preform grip atau strain clamp yang ukurannya disesuaikan dengan penampang kawat/
konduktor yang dipasang.
Sambungan.
Ada dua macam sambungan menurut tempatnya :
a. Sambungan ditengah gawang ( tension joint ).
b. Sambungan di tiang penegang ( non tension joint ) atau di tiang pengambilan ( connecting clamp /
tapping clamp ).
Pada sambungan di tengah-tengah gawang digunakan tension joint sleeve dengan jenis dan
dimensinya disesuaikan dengan jenis dan penampang konduktornya. Sedangkan sambungan di tiang
penegang dan tiang pengambilan menggunakan H – type connector dan pemasangannya harus
menggunakan compression tools dengan ukuran gigi( dies size ) yang disesuaikan dengan
penampang konduktor yang dipasang / terpasang. Pada lokasi –lokasi penyambungan atau tapping,
seperti pada gardu sisipan dan tapping JTM baru ke JTM lama yang tidak mungkin dilakukan
pemadaman, maka penyambungannya diharapkan menggunakan live line connector (LLC) dengan
metode PDKB-TM (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan – Tegangan Menengah).
Konduktor.
Penggelaran konduktor minimal harus menggunakan peralatan seperti :
a. Hand wich, power pull dan dinamo meter.
b. Messenger steel wire.
c. Roll untuk drum konduktor dan stringing block.
Toleransi adalah 5 % untuk AAAC 150 mm² sedangkan AAAC 70 mm² dan AAAC 35 mm² adalah 3
%. Dalam penggelaran konduktor agar didudukkan drum/haspel konduktor dibuat kuat, drum tersebut
tetap mudah berputar dan konduktor dapat dijamin tidak cacat. Penarikan konduktor agar dimulai dari
awal tiang penegang sampai pada tiang penegang lainnya atau dari isolator tarik yang pertama ke
isolator tarik berikutnya, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai konduktor tersebut mencapai titik
muai maksimum. Setelah konduktor mencapai titik muai maximum, penarikan konduktor dapat
dilanjutkan kembali. Selanjutnya dilakukan pengikatan pada isolator. Penarikan konduktor yang
dilaksanakan tanpa strining blok atau tanpa mengikuti ketentuan di atas, sehingga mengakibatkan
rusaknya konduktor, menjadi tanggung jawab pekerja.
Grounding / Pentanahan.
Semua peralatan seperti L.Arrester, LBS, titik netral trafo, LV Board dan lain-lain harus terpasang
grounding / pentanahan, dipancang/diarahkan vertikal ke dalam tanah sampai ujung bagian atas
tertanam 50 cm dibawah permukaan tanah. Sebagai konduktor pentanahan digunakan BC 50 mm².
Konduktor pentanahan pasangan luar yang dipasang di tiang, harus dilindungi dengan pipa galvanis
panjang 3 meter, dipasang dengan rapi. Nilai tahanan pentanahan untuk sistem TM sama dengan /
lebih kecil dari 3 ohm.
Penghalang Panjat.
Penghalang panjat dipasang pada tiang jaringan TM murni, Tiang Trafo dan dipasang dengan
ketinggian 2,5 s/d 3 meter dari permukaan tanah.
Gardu Tansformator.
Sebelum dipasang, trafo harus dites dulu untuk memastikan bahwa trafo yang akan dipasang dalam
keadaan baik. Bagian Transformator yang harus dites dan diperhatikan adalah :
a. Terminal primer : antara phasa/phasa, phasa/body.
b. Terminal skunder : antara phasa/phasa, phasa/body, phasa/nol.
c. Terminal primer dan terminal skunder.
d. Tegangan tembus minyak dan volume minyak trafo.
e. Body trafo harus dalam keadaan baik / tidak cacat.
f. Trafo dipasang pada dudukannya dengan mur baut galvanis 5/8″ lengkap washer dan springnya.
Pemasangan LV Board harus dilengkapi kunci standard PLN yang selanjutnya kunci diserahkan
kepada pengawas PLN. Penomoran gardu dibuat pada pintu LV Board. Kelengkapan LV Board sesuai
dengan daftar analisa bahannya.
Setiap pemasangan gardu tiang harus dibuatkan lantai kerja (pondasi trafo) dengan campuran pasir
& semen sesuai gambar dan analisa bahannya.
Penyambungan cut out agar menggunakan material yang sesuai dengan konstruksi cut out yang akan
dipasang, jika konstruksinya memerlukan sepatu kabel agar disambung menggunakan sepatu kabel.
Penyambungan sisi atas (bagian bertegangan) L.Arrester harus menggunakan sepatu kabel
sedangkan dibagian bawah (sisi arde) harus menggunakan pelat tembaga yang disesuaikan dengan
konstruksi / type L.Arrester yang dipasang dan penyambungan dengan penghantar arde harus
menggunakan sepatu kabel.
Pemasangan arde /pentanahan untuk sistem TM (L.Arrester) dengan JTR pada sisi nol / netralnya
serta body trafo terpasang terpisah dengan tahanan pentanahan sebagai berikut :
1. TM sama dengan / lebih kecil 3 ohm.
2. TR, netral / body sama dengan / lebih kecil 5 ohm.
Pemasangan JTR dengan LVTC menggunakan konstruksi yang telah ditentukan sesuai dengan
gambar konstruksinya.
Dalam pemasangan konduktor LVTC underbuilt, jarak antar penghantar JTM dengan JTR adalah 1,25
meter sampai 2 meter. Pemasangan arde dengan tahanan pentanahan 5 ohm untuk sistem JTR
dipasang setiap awal dan akhir JTR dan setiap 6 gawang JTR.
Setiap tiang yang dilalui JTR baik murni maupun underbuilt harus diberi penomoran sesuai petunjuk
pengawas PLN unit setempat.
Bahan tap connector, joint compression dan sepatu kabel yang dipasang harus sejenis dan seukuran
dengan konduktor yang dipasang di lokasi.
Penarikan konduktor LVTC harus mencapai regangan, andongan (sagging) sesuai dengan daftar
terlampir dan penarikan dilakukan pada temperatur rata-rata 32˚C.
Toleransi adalah 3 % untuk LVTC 3×35+1×25 mm², LVTC 3×50+1×35 mm² dan LVTC 3×70+1×50
mm².
Pengecatan.
Pengecatan untuk tiang besi JTM, tiang besi JTR, LV Board dan perlengkapan lainnya dilakukan
setelah seluruh komponen terpasang sempurna, dengan ketentuan warna cat agar dibedakan
menurut fungsi dan lokasinya :
1. Pengecetan Tiang Besi menggunakan cat warna silver / bronze dan bawahnya warna hitam .
2. Beda warna cat pada tiang adalah 1,5 meter dari permukaan tanah.
Testing.
Sebelum pekerjaan testing dilaksanakan, pemborong diharuskan mengajukan permohonan tertulis
kepada Pengawas pekerjaan / PLN unit setempat mengenai jadwal rencana testing.
Testing harus dilakukan kedua belah pihak yaitu Pengawas pekerjaan/Wakil dan pekerja.
Perbaikan atau penggantian material yang mengalami kerusakan akibat testing menjadi beban
pekerja. Maka berhati-hatilah.
Pemeliharaan.
Pada masa pemeliharaan pekerja wajib melakukan penyempurnaan terhadap seluruh pekerjaan yang
oleh Pengawas pekerjaan dianggap perlu disempurnakan.
Contoh :
1. Penebangan dan perabasan pohon.
2. Pengencangan dan penyempurnaan pasangan stay equipment (treck schoor, kontramast dan druch
schoor ).
3. Meluruskan tiang yang miring.
4. Pengencangan konduktor.
5. Penggantian material yang rusak akibat testing.
6. Dan lain-lain.
Semoga Bermanfaat
PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI
Diposkan pada Juli 15, 2015 oleh robyalghazali
1. UMUM (Pemeliharaan).
Pengertian Pemeliharaan :
Dari tahun ke tahun bidang pemeliharaan jaringan distribusi diperkirakan menempati kedudukan
yang cukup tinggi, baik dilihat dari fungsinya maupun dilihat dari anggaran biaya yang
diperlukan.
Keadaan ini dapat terjadi karena system distribusi terus semakin padat dan berkembang.
Dengan dasar Surat Edaran Direksi PT.PLN (Persero) Nomor : 040.E/152/DIR/1999 maksud
diadakannya kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi, tujuan utama dari pelaksanaan
pemeliharaan distribusi adalah untuk :
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan tiba-tiba
dan mempertahankan unjuk kerja jaringan agar selalu beroperasi dengan keadaan dan efisiensi
yang tinggi.
Pemeliharaan Rutin.
Pemeriksaan rutin.
Pemeriksaan rutin adalah pekerjaan pemeriksaan jaringan secara visual (inspeksi) untuk
kemudian diikuti dengan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan saran-
saran (rekomendasi) dari hasil inspeksi, antara lain penggantian, pembersihan, peneraan dan
pengetesan .
Hasil pekerjaan diharapkan dari pekerjaan pemeriksaan rutin ini adalah dapat ditemukannya
kelainan-kelainan atau hal-hal yang dikawatirkan bisa menyebabkan terjadinya gangguan
sebelum periode pemeliharaan rutin berikutnya terselenggara.
Suatu system jaringan dapat dinyatakan sudah mengalami pemeliharaan rutin, system jaringan
sudah diperiksa secara visual dan saran-saran sudah dilaksanakan, kecuali saran pekerjaan yang
bersifat perubahan/rehabilitasi jaringan.
Pekerjaan dalam kegiatan pemeriksaan rutin sistematis akan lebih luas jangkauanya dan akan
lebih teliti, bisa sampai tahap bongkar pasang (over houl).
Suatu system jaringan dapat dikatakan sudah dilaksanakan pemeliharaan rutin sistematis apabila
system jaringan system tsb sudah dipelihara secara sistematis termasuk pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya penyempurnaan/ perubahan.
Pemeliharaan korektif dapat dibedakan dalam 2 kegiatan yaitu: terencana dan tidak terencana.
Kegiatan yang terencana diantaranya adalah pekerjaan perubahan /penyempurnaan yang
dilakukan pada jaringan untuk memperoleh keandalan yang lebih baik (dalam batas pengertian
operasi) tanpa mengubah kapasitas semula. Kegiatan yang tidak terencana misalnya mengatasi/
perbaikan kerusakan peralatan/gangguan.
Perbaikan kerusakan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha/pekerjaan untuk mempertahankan
atau mengembalikan kondisi system atau peralatan yang mengalami gangguan/kerusakan sampai
kembali pada keadaan semula dengan kepastian yang sama.
Perubahan/ penyempurnaan dalam hal ini dimaksudkan suatu usaha/ pekerjaan untuk
penyempurnaan system atau peralatan distribusi dengan cara mengganti/ merubah system
peralatan dengan harapan agar daya guna dan keandalan system peralatan yang lebih tinggi dapat
dicapai tanpa merubah kapasitas system peralatan semula.
Dengan demikian sifat pekerjaan pemeliharaan untuk keadaan ini adalah sifatnya mendadak dan
perlu segera dilaksanakan, dan pekerjaannya tidak direncanakan.
Salah satu usaha untuk meningkatkan mutu, daya guna, dan keandalan tenaga listrik yang telah
tercantum dalam tujuan pemeliharaan adalah menyusun program pemeliharaan periodik dengan
jadual tertentu.
Pemeliharaan tri wulanan atau 3 bulanan adalah suatu kegiatan dilapangan yang dilaksanakan
dalam tiga bulan dengan maksud untuk mengadakan pemeriksaan kondisi system.
Dengan harapan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan perbaikan system peralatan yang
terganggu dapat ditentukan lebih awal.
Bila ada keterbatasan dalam masalah data pemeliharaan, program pemeliharaan triwulan dapat
dibagi untuk memelihara bagian-bagian jaringan distribusi yang rawan gangguan, diantaranya
adalah saluran telanjang atau tidak berisolasi.
Dimana saluran udara semacam ini diperkirakan paling rawan terhadap gangguan external
misalnya pohon-pohon, benang layang-layang dsb.
Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus mempunyai jarak aman yang sesuai
dengan yang di ijinkan (2 m).
Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan dan segera
mengadakan tindak lanjut.
Pemeliharaan semesteran atau enam bulanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dilapangan
dengan maksud untuk mengetahui sendiri kemungkin keadaan beban jaringan dan tegangan pada
ujung jaringan suatu penyulang TR (tegangan rendah).
Dimana besarnya regulasi tegangan yang diijinkan oleh PLN pada saat ini adalah + 5% untuk sisi
pengirim dan – 10% untuk sisi penerima.
Perbandingan beban untuk setiap fasanya pada setiap penyulang TR tidak kurang dari 90%;
100% dan 110%.
Hal ini untuk menjaga adanya kemencengan tegangan yang terlalu besar pada saat terjadi
gangguan putus nya kawat netral (Nol) di jaringan TR.
Pada prakteknya pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua keadaan yaitu :
Pemeliharaan semacam ini pada pelaksanaanya meng-gunakan chek list untuk memudahkan para
petugas memeriksa dan mendata hal-hal perlu diperhatikan dan dinilai.
Adapun bagian-bagian system yang perlu dilakukan pemeliharaan tahunan secara periodik
diantaranya adalah :
Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan sebagai tindak lanjut dari kegiatan
pemeliharaan tahunan yang telah diselenggarakan.
Kegiatan pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan dalam keadaan bebas tegangan dimana sifat
pemeliharaanya baik teliti dan penyaluran, biasa sampai tahap bongkar pasang (over houl).
Dengan keadaan ini, pelaksanaan pemeliharaan tiga tahunan merupakan kegiatan pemeliharaan
rutin yang termasuk pekerjaan pemeriksaan rutin sistematis.
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan JTM merupakan salah satu hal yang terpenting, karena jtm yang tidak memakai
isolasi (selubung konduktor) atau yang sering disebut SUTM, sering mengalami pemadaman
yang disebabkan oleh gangguan dari luar (external).
Didalam operasi JTM bila sering terjadi pemadaman maka dapat mempengaruhi keandalan
system jaringan TM atau disebut SAIDI dan SAIFI.
Untuk meningkatkan keandalan tersebut maka diperlukan pemeliharaan yang baik dan benar.
Apabila dalam suatu periode misalnya triwulan I dilaksanakan pemeriksaan rutin sejumlah 4
(empat) penyulang yaitu A, B, C dan D, secara menyeluruh jumlah volume fisiknya adalah 85
kMs, apabila periode berikutnya tri wulan III dilakukan pemeriksaan kembali (inspeksi) atau
dilakukan pemeriksaan sistematis, jumlah volume fisiknya tidak diisikan kembali, sehingga tetap
85 kMs, karena pada tri wulan I sudah dicantumkan seluruhnya seperti terlihat pada table-2 sbb:
TOTAL
Periode TRI- TRI- TRI-
TAHUN
I II III TRI-IV
Feeder
ANGGARAN
A(35) X – 0 – 35
B(10) 0 – 0 – 10
C(15) 0 – 0 – 15
D(25) 0 – X – 25
K(30) – X – 0 30
L(20) – 0 – 0 20
M(10) – 0 – 0 10
N(30) – 0 – X 30
Jumlah
85 90 0 0 175
volume fisik
Hubungan antara jumlah, volume fisik beserta biaya pemeliharaan rutin JTM.
Total
Periode
1tahun
Gardu
TRI-I TRI-II TRI-III TRI-IV anggaran
(BH)
(BH)
A1 0 – – – 35
A2 – 0 – – 10
B1 – – 0 – 15
B2 – – – 0 25
B3 X – – – 30
C1 – X – – 20
C2 – – X – 10
D1 – – – X 30
Jumlah
Volume, 2 2 2 2 8
fisik (bh)
A1 A2 B1 B2
R+S+
Jumlah bi +=R +=S +=T +=U
aya & atau T+U
Jasa (Rp)
B3 C1 C2 D1
Jumlah
Biaya A1 + A2 + B1 + B2 + R+S+
Jasa)Rp
PEMELIHARAAN JTR.
Dengan bertambahnya pelanggan Tegangan Rendah semakin besar yang diiringi dengan beban
yang semakin besar pula, maka kontinuitas pendistribusian beban ke pelanggan akan terkendala
pula yang dikarenakan makin tua umur peralatan di JTR tsb.
Hal dapat menyebabkan mutu dari tegangan akan rendah dan lama-kelamaan apabila tidak
dipelihara akan menyebabkan penyaluran daya ke pelanggan terganggu.
Sesuai dengan SPLN 1 tahun 1995 yaitu tegangan batas maksimum +5% dari tegangan nominal
dan -10% dari tegangan nominal.
Dengan berpedoman SPLN tersebut maka mutu tegangan tersebut perlu dijaga agar kepuasan
pelanggan tersebut tetap terjamin.
Untuk mempertahankan hal tersebut diperlukan pengawasan untuk penambahan pelanggan dan
pemeliharaan Jaringan Tegangan Rendah perlu ditingkatkan dan penjadual pemeliharaan
dilaksanakan secara tepat dan benar.
Contoh : Suatu gardu distribusi mempunyai 4 (empat) penyulang TR yaitu A1a s/d A1d dimana
datanya terlihat pada tabel 3.
Jumlah fisik JTR yang perlu dipelihara dari satu gardu tersebut adalah sepanjang 3,7 kMs
termasuk didalamnya adalah pelaksanaan pekerjan-pekerjaan yang telah disarankan seperti
pemangkasan pohon, pengecatan tiang, perbaikan fondasi dan sebagainya.
PANJANG
JURUSAN (meter)
1000
A1a
800
A1b
1000
A1c
900
A1d
Dalam kegiatan pemeliharaan rutin tahunan sambungan rumah, penentuan volume fisik yang
harus dipelihara adalah sejumlah sambungan rumah yang ada seperti contohnya terlihat pada
tabel 4 dan juga dapat terlihat hubungan antara jumlah volume fisik sambungan rumah dan
biayanya.
Periode Total th
TRW I TRW II TRW III TRW IV Anggaran
SR(Bh) (GH)
SR1 O – – – 1
SR2 O – – – 1
SR3 – O – – 1
SR4 – O – – 1
SR5 – – O – 1
SR6 – – O – 1
SR7 – – – O 1
SR8 – – – O 1
Jumlah
Vol.fisik
2 2 2 2 8
(BH)
Jumlah
SR1 + SR3 + SR5 + SR7 +
Biaya R+S+
SR2 = SR4 = SR6 = SR8 =
Mat dan T+U
R S T U
/ jasa
Hubungan antara jumlah, volume fisik beserta biaya pemeliharaan rutin sambungan rumah
PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI.
PEMELIHARAAN KUBIKEL 20 Kv.
PEMELIHARAAN PTS.
PEMELIHARAAN PTM/CB.
PEMELIHARAAN PMS/DS.
PEMELIHARAAN TRAFO.
PERENCANAAN DAN EVALUASI.
Mengingat periode pemeriksaan rutin gardu distribusi dilaksanakan dalam tempo satu tahun satu
kali , maka dalam perencanaan nya volume fisik gardu yang akan dipelihara dalam satu tahun
anggaran adalah sejumlah Gardu yang ada dan dalam pelaksanaanya perlu diusahakan sejumlah
yang direncanakan.
Dilihat dari rencana maupun perencanaannya pemeliharaan gardu distribusi dapat dilaksanakan
dalam tiga macam pemeliharaan, yaitu :
Pekerjan pemeliharaan rutin gardu distribusi dilaksana-kan dalam dua jenis pemeriksaan, yaitu :
Pemeriksaan gardu keadaan bertegangan adalah kegiatan pemeliharaan dimana gardu diperiksa
secara visual dengan menggunakan check list, hal ini dimaksudkan untuk menemukan hal-hal /
kelainan-kelainan yang dikawatirkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan sebelum periode
pemeriksaan berikutnya terselenggarakan.
Pemeriksaan rutin gardu bebas tegangan adalah kegiatan pemeliharaan rutin dimana dilakukan
pekerjaan-pekerjaan pembersihan, perbaikan, penggantin, penyetelan, pengukuran dan
sebagainya, kecuali pekerjaan yang sifatnya penyempurnaan atau perubahan.
Pemeriksaan rytin sistematis dalam keadaan bebas tegangan dan jangkauan pekerjaanya lebih
luas dan lebih teliti bisa sampai tahap bongkar pasang.
Dimaksud untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam seperti
gempa bumi, banjir, dan sebagainya.
Komponen-komponen peralatan gardu distribusi yang perlu mendapat perhatian pada waktu
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan tahunan (rutin) beban tegangan diantaranya adalah :
Bagian sistem yang cukup rawan terhadap gangguan dari luar (external ) salah satu diantaranya
adalah :
Saluran udara tidak berisolasi, baik pada tegangan menengah (SUTM) maupun pada tegangan
rendah (SUTR).
Dengan demikian SUTM dan SUTR perlu mendapat pemeliharaan yang semestinya .
Adanya pepohonan, layang-layang, bangunan tinggi, petir dan sebagainya dapat menyebabkan
tingkat gangguan pada SUTM dan SUTR dan untuk mempertahankan umur teknisnya.
Dalam pelaksanaanya, pemeliharaan SUTM dan SUTR dapat dilaksanakan dalam 2 (dua) jenis
pemeriksaan yaitu : pemeriksaan rutin yang dapat diselenggarakan satu tahun sekali dan
pemeriksaan sistematis dapat diselenggarakan dalam tiga tahun sekali atau tergantung kepada
keperluan.
Dengan adanya penghematan biaya, pemeliharaan untuk SUTR biasanya tidak diselenggarakan
pemeriksaan rutin sistematis.
1. Kawat penghantar.
2. Isolator Penghantar
3. Tiang penghantar
1. Kawat Penghantar.
Penghantar merupakan alat/ perangkat untuk memindahkan energi listrik dari satu tempat ke
tempat lain dengan hasil seoptimal mungkin.
Dilihat dari jenis logamnya, penghantar listrik yang dipergunakan oleh PLN pada dewasa ini
terdiri dari :
1. Logam tembaga.
2. Logam aluminium.
3. Logam aluminium campuran.
Penghantar yang terbuka dari logam tembaga yang sering kita sebut BC (Bare
Copper) atau BCC (Bare Copper Conductor)merupakan penghantar yang baik untuk
menghantarkan energi listrik, meskipun penghantar ini mempunyai bobot yang lebih besar dan
disamping itu mempunyai harga yang lebih mahal.
Penghantar yang terbuat dari aluminium murni yang sering kita sebut ACC atau A2C (All
Alumunium Conductor)merupakan penghantar listrik yang cukup baik, keuntungan penghantar
ini bobotnya lebih ringan dari tembaga dan harganya lebih murah.
Namun meskipun demikian kawat alumunium mempunyai kuat tarik yang lebih kecil dari
tembaga dan lebih rapuh.
Untuk mengurangi kelemahan ini dibuat penghantar alumunium campuran yang sering disebut
AAAC atau A3C (AllAlumunium Alloy Conductor) dimana jenis penghantar ini mempunyai
kelebihan dari A2C yaitu mempunyai kuat tarik yang lebih besar.
Kuat tarik suatu penghantar listrik dapat dibedakan tergantung kepada logam dan penampang
penghantar seperti terlihat pada tabel.
Kuat tarik suatu penghantar perlu mendapat perhatian sewaktu melakukan penarikan kawat
selain itu yang perlu diperhatikan dari penghantar ini adalah kuat hantar arusnya (KHA).
Dimana masing-masing penhantar mempunyai kuat hantar arusnya terdiri sesuai dengan jenis
dan penampang penghantarnya.
Penghantar yang lebih besar akan mempunyai kuat hantar arus yang lebih besar.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan pemeliharaan kawat penghantar,
diantaranya adalah :
Pemeriksaan Isolator.
Isolator merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengisolasi antara kawat dengan kawat dan
kawat dengan traves/tiang selain untuk tempat pengikatan kawat.
Dengan pemeriksaan isolator secara lebih teliti, mutu penyaluran tenaga listrik dapat diperbaiki
dan disamping itu dapat meringankan petugas pengusut/ mencari letak gangguan.
Pemeriksaan Tiang.
Tiang merupakan alat untuk menyangga kawat penghantar sehingga keadaannya aman bagi
keselamatan umum.
Tiang kayu.
Tiang beton.
Tiang besi.
Tiang 8 m.
Tiang 9 m.
Tiang 11 m.
Tiang 12 m.
Tiang 13 m.
Tiang awal/akhir.
Tiang sudut.
Tiang percabangan.
Tiang penegang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tiang listrik diantaranya adalah :
Sambungan rumah adalah suatu hantaran beserta kelengkapannya yang dimulai dari titik
penyambungan sampai dengan alat pengukur danpembatas konsumen (APP).
Sambungan luar pelayanan (SLP) yaitu bagian sambungan pelayanan mulai dari titik
penyambungan di tiang KTR sampai dengan unit tiang atap pengikat atap.
Sambungan masuk pelayanan (SMP) yaitu bagian sambungan pelayanan mulai dari unit tiang
atap/pengikat atap sampai dengan alat pembatas.
Adapun penghantar untuk sambungan luar pelayanan (SMP) dapat digunakan 2 jenis penghantar
yaitu :
Pemeliharaan rutin untuk sambungan pelayanan diadakan dalam periode satu tahun sekali
dengan maksud untuk meningkatkan mutu pelayanan dan penyaluran lebih tinggi.
Adapun pemeliharaan yang dilaksanakan adalah pemeriksaan secara visual dan hal-hal yang
perlu diperiksa antara lain :
Kondisi penghantar.
Kondisi perangkat penghantar.
Kondisi titik sambungan (conector).
Kondisi alat pengukuran/pembatas (APP).