PENDAHULUAN
Upaya Komite Keselamatan Pasien RS sesuai dengan Visi RSU Saraswati yaitu “Menjadi
Rumah Sakit yang dicari masyarakat umum dan industry di wilayah Cikampek dan sekitarnya
dengan citra Aman,Nyaman dan Bersih pada tahun 2017.
Juga upayanya sesuai dengan Misi yang pertama RSU Saraswati yaitu memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai standar akreditasi meliputi area klinis ,manajerial dan keselamatan
pasien.
BAB II
LATAR BELAKANG dan LANDASAN HUKUM
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
beberapa issue penting tentang keselamatan yang ada di rumah sakit, yaitu :
1. Keselamatan pasien (patient safety)
2. Keselamatan pekerja dan petugas kesehatan
3. Keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang dapat berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas
4. Keselamatan lingkungan (green productive) yang dapat berdampak terhadap
pencemaran lingkungan
Aspek diatas sangatlah penting dalam proses pelayanan dirumah sakit, khususnya
keselamatan pasien. Pada dasarnya pelayanan rumah sakit memberikan pertolongan
kepada pasien sehingga pasien dapat menjadi selamat. Akan tetapi semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi dalam bidang kesehatan selain memberikan
pelayanan yang jauh lebih baik tetapi juga tidak terlepas dari resiko-resiko yang akan
diterima oleh pasien.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa kecelakaan yang disebabkan oleh medis lebih
tinggi dibandingkan dengan kecelakaan lalu lintas. Oleh kaena itu keselamatan pasien
sangat harus diperhatikan.
Rumah Sakit Umum Saraswati dalam pelayanannya mengedepankan Mutu dan
Keselamatan pasien. Oleh karena itu Keselamatan pasien menjadi pusat perhatian dalam
pemberian pelayanan terhadap pasien. Sebagai wujud nyata maka dibuatlah buku
pedoman tentang keselamatan pasien di rumah sakit.
B. Dasar Hukum
1 . Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentangPraktik Kedokteran (Lembaran
Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 116, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentangRumah Sakit (Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara RepublikIndonesia Tahun 1996 Nomor 49, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
StandarPelayanan Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
PelayananMinimal Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang
Organisasidan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
BAB III
TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
Tujuan umum :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 43 Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentangKeselamatan Pasien Rumah Sakit;
Memberikan informasi dan acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan program
keselamatan pasien rumah sakit
Tujuan Khusus
1. Terlaksananya program keselamatan pasien rumah sakit secara sistematis dan
terarah
2. Terlaksananya pencatatan insiden di rumah sakit dan pelaporannya
BAB IV
PENGERTIAN
Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan kepada pasien dengan aman. Patient Safety adalah bebas bagi pasien dari
harm/cedera (penyakit, cedera fisik, psikologis, social, penderitaan, cacad, kematian dll)
yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang potensial, terkait dengan pelayanan
kesehatan. System tersebut meliputi : assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. System tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
BAB V
PENGORGANISASIAN
Direktur
Sekertaris
Pelayanan bedah
Pelayanan persalinan
Pelayanan perinatologi
Pelayanan intensif
Pelayanan radiologi
Pelayanan laboratorium
Pelayanan farmasi
Pelayanan gizi
Pengelolaan limbah
Administrasi manajemen
B. Uraian Jabatan
Ketua Komite Keselamatan Pasien RS
- Uraian Tugas :
- Tugas :
Standar VII : Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai keselamatan
pasien
Standar :
1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat
Kriteria :
7.1 Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal – hal terkait dengan
keselamatan pasien
7.2 Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
VII
LINGKUP KEGIATAN
Selain dengan penandaan, untuk mengembangkan ketepatan pada loksai, prosedur, dan
pasien, dilakukan juga dengan sistem ceklist list keselamatan pasien di ruang operasi,
dengan langkah-langkah :
1. Masuk ruang operasi
Pasien sudah dipastikan : identitas, sisi operasi, prosedur dan informed consent
Tanda operasi ada/tidak
Cek keselamatan anasthesi?
Apakah pasien ada riwayat alergi?
Adakah resiko aspirasi?
Adakah resiko perdarahan > 500 ml (7ml/KgBB pada anak?
2. Time out
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur time-out tepat sebelum
dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan hal ini dikarenakan pada tahap time
out memungkinkan semua pertanyaan dan kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan
ditempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai, melibatkan
seluruh tim operasi rumah sakit menetapkan bagaimana prose situ didokumentasikan
secara ringkas dengan menggunakan sistem ceklist.
Tahapan time out:
a. Pastikan semua anggota tim, memperkenalkan nama dan perannya.
b. Dokter bedah, anasthesi dan perawat konfirmasi secara verbal mengenai : pasien,
sisi operasi, dan prosedur.
c. Antisipasi keadaan kritis
Dokter bedah review keadaan kritis atau langkah-langkah yang tidak
diharapkan, lama operasi, antisipasi kehilangan darah
Tim anasthesi review apakah ada keadaan pasien yang perlu diperhatikan?
Tim perawat review sudah streil
d. Apakah antibiotika profilasksis telah diberikan
e. Apakah ada hasil imaging
IKP ( Insiden Keselamatan pasien / patient safety incident) adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak
seharusnya terjadi,seperti :
1) KTD (Kejadian tidak diharapkan/ Adverse event)
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis seperti :
- Cedera ringan mis. luka lecet dan dapat diatasi dengan pertolongan pertama
- Cedera sedang mis. luka robek,berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel),setiap kasus yang memperpanjang perawatan
- Cedera luas / berat mis. Cacad, lumpuh Kehilangan fungsi
motorik/sensorik/psikologis atau intelektual (irreversibel)
- Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit
- Salah bagian yang dioperasi : telinga kiri,seharusnya kanan
- Kasus penculikan bayi
Cedera pada PROSES,seperti proses Prosedur / Pengobatan / Intervensi mengakibatkan
- Salah pasien
- Salah proses / pengobatan / prosedur
- Salah bagian tubuh / sisi
Proses cedera karena tipe jatuh tersandung seperti slip,kolaps,hilang keseimbangan
Alat yang terlibat saat cedera jatuh seperti : velbed, tempat tidur, kursi, stretcher, toilet,
peralatan terapi, tangga, dibawa/dibantu oleh orang lain
Kejadian Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang meliputi KTD (termasuk Kejadian
Sentinel) dan KNC berdasarkan PROSES-nya dapat terjadi saat :
- Identifikasi Pasien bisa berakibat salah pasien karena melalui :
salah Label
salah Stiker
salah Identifikasi Bands
salah Kartu
- Proses Peresepan mis :
Persiapan
Dispensing
Pemaketan
Pengantaran
Pemberian
Suply
Pesan
Penyimpanan
Monitoring
SEMUA kesalahan proses diatas dapat berakibat :
- Salah pasien
- Salah dosis
- Salah kekuatan
- Salah frekuensi
- Salah formulasi
- Salah presentasi
- Salah rute pemberian
- Salah jumlah / kuantitas
- Salah Dispensing Label / Instruksi
- Kontraindikasi
- Salah penyimpanan
- Ommited medicine or dose
- Obat kadaluarsa
- Adverse drug reaction (reaksi efek samping obat)
- Salah obat
- Pada Proses Transfusi darah/produk darah,saat pemberian,mis:
salah pasien,
salah darah
salah produk darah,
Salah jumlah
Salah label dispensing / Instruksi
Kontraindikasi
Salah penyimpanan
Dosis yang diabaikan
Darah kadaluarsa
Efek samping (Adverse effect)
Salah pembacaan Golongan Darah
- Pada bidang NUTRISI dapat meliputi :
Salah pasien
Salah diet
Salah jumlah
Salah Frekuensi
Salah konsistensi
Salah penyimpanan
Kejadian Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang meliputi KTD (termasuk Kejadian
Sentinel) dan KNC berdasarkan LOKASI KEJADIAN-nya dapat terjadi saat :
- APOTEK
Salah entri resep
Salah membaca resep
Salah memberi obat
Salah input data obat ke computer
Salah memasukan obat ke dalam kardusnya
Menyerahkan obat yang salah (tidak sesuai resep)
Label identitas obat ganda Obat tertukar
Kesalahan penyediaan obat dengan dosis yang berbeda
Salah pemberian cairan infus
Subtitusi obat oleh petugas apotek
- RAWAT INAP
Salah pemasangan elektroda EKG
Salah dosis obat
Salah menulis no. Bill
Salah cara pemberian obat
Alergi Antibiotik
Salah menulis berat badan pasien di status
Tertukar sampel pasien
Salah menulis resep obat
Salah menulis asuhan keperawatan pada pasien yang berbeda
Dokter jaga tidak melakukan instruksi konsulen dr spesialis
Pasien Jatuh
Salah dosis obat
Salah pemberian obat
Pasien Jatuh
Pasien Jatuh
Tertukar buku Status Pasien
Kesalahan penulisan identitas pasien pada resep
Jumlah dosis obat tidak sesuai
Salah obat
Salah identitas pasien pada resep
- LABORATORIUM
Tertukar pasien dalam pengambilan sampel
Hasil lab tertukar
Salah penulisan hasil
Salah penulisan nama
Kesalahan hasil elektrolit
Salah menulis golongan darah
Hasil lab tertukar
Salah menuliskan angka hasil pemeriksaan laboratorium
Salah pembacaan golongan darah
- IGD
Dokter salah menulis obat
Dokter tidak menulis hasil konsul secara lengkap
Dokter mengisi formulir laboratorium kurang lengkap
Dokter jaga salah menuliskan dosis obat hasil konsulan dokter spesialis
Salah pemberian Therapy
- KASIR
Petugas kasir salah menulis no.bill
Salah menulis etiket nama pasien pada plastik obat
- RADIOLOGI
Kesalahan saat meng-entry no faktur
C. KTD yang secara khusus harus di analisis secara intensif
1. Reaksi Transfusi
Contoh : - Efek samping (Adverse effect)
- Reaksi alergi yang tidak bisa diprediksi sebelumnya
- dll
2. Reaksi Obat yang tidak diHarapkan ( reaksi efek samping obat )
Contoh : - Alergi obat yang tidak bisa diprediksi sebelumnya
- Sakit kepala
- Ngantuk
- Pusing melayang
- Mual
- Palpitasi cordis
- Insomnia
- Konstipasi
- dll
3. Kesalahan Medis ( medical error )
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk
mencapai tujuannya.
Contoh : - salah diet
- Salah pemberian obat
- Salah hasil pemeriksaan Laboratorium
- dll
4. Ketidak-cocokan ( disperancy ) antara diagnosis pra dan pasca operasi
Contoh : - Appendicitis acuta dan KET
- Limphadenitis dan tumor kelenjar getah bening
- Haemorhoidale dan ca recti
- dll
5. KTD selama sedasi moderat dan dalam
Contoh : - kematian akibat pembiusan
- Prolonged sedasi
- dll
6. Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Contoh : - Keracunan makanan di RS
- Plebitis, dll
A. Definisi
Suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan kepada pasien dengan aman. Patient
Safety adalah bebas bagi pasien dari harm/cedera (penyakit, cedera fisik, psikologis,
social, penderitaan, cacad, kematian dll) yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang
potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan. System tersebut meliputi : assessment
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. System tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
5. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
6. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
7. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
8. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
- Salah pemberian obat
- Salah hasil pemeriksaan Laboratorium
- Dll
VIII
PENCATATAN dan PELAPORAN
A. Pelaporan Insiden
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya adalah
dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan bahwa sistem
pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya / potensi
bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor
upaya pencegahan terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya
investigasi selanjutnya.
Mengapa pelaporan insiden penting?
Karena pelaporan akan menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali.
Bagaimana memulainya ?
Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi kebijakan, alur pelaporan,
formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus disosialisasikan pada seluruh
karyawan.
Apa yang harus dilaporkan ?
Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi ataupun yang
nyaris terjadi.
Siapa yang membuat Laporan Insiden ?
Siapa saja atau semua staf RS yang pertama menemukan kejadian
Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam kejadian
Masalah yang dihadapi dalam Laporan Insiden
Laporan dipersepsikan sebagai “pekerjaan perawat”
Laporan sering disembunyikan / underreport, karena takut disalahkan.
Laporan sering terlambat
Bentuk laporan miskin data karena adanya budaya blame culture
Bagaimana cara membuat Laporan Insiden (Incident report) ?
Karyawan diberikan pelatihan mengenai sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan
dan manfaat laporan, alur pelaporan, bagaimana cara mengisi formulir laporan insiden, kapan
harus melaporkan, pengertian-pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara
menganalisa laporan.
1. Alur pelaporan insiden ke tim kp di RS (Internal)
a. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/ KTD) di rumah sakit, wajib segera ditindaklanjuti
(dicegah / ditangani) untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak diharapkan. Setelah
ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi
b. Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja / shift kepada Atasan langsung. (Paling
lambat 2 x 24 jam ); jangan menunda laporan.
c. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada Atasan langsung pelapor.
(Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen : Supervisor/ Kepala Bagian /
Instalasi/ Departemen / Unit, Ketua Komite Medis /Ketua K.SMF).
d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan.
e. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut
Grade biru : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu
Grade kuning : Investigaasi komprehensif / Analisis akar masalah / RCA oleh Tim KP
di RS, waktu maksimal 45 hari
Grade merah : Investigaasi komprehensif / Analisis akar masalah / RCA oleh Tim KP
di RS, waktu maksimal 45 hari.
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS
g. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
h. Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan Analisis akar masalah /
Root Cause Analysis (RCA)
i. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan Rekomendasi untuk
perbaikan serta “Pembelajaran” berupa : Petunjuk /”Safety alert” untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi
k. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit
kerja terkait.
l. Unit Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya masing-masing
m. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
2. Alur pelaporan insiden ke kkprs - komite keselamatan pasien rumah sakit (Eksternal)
a. Laporan hasil investigasi sederhana / analisis akar masalah / RCA yang terjadi pada
PASIEN dilaporkan oleh Tim KP di RS (internal) / Pimpinan RS ke KKP-RS dengan
mengisi Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien.
b. Laporan dikirm ke KKP-RS lewat POS atau KURIR ke alamat : Sekretariat KKP-RS
d/a Kantor PERSI : Jl. Boulevard Artha Gading Blok A-7 A No.28, Kelapa Gading-
Jakarta Utara 14240. Telp.(021) 45845303/304
3. Kronologis insiden
Diisi ringkasan insiden mulai saat sebelum kejadian sampai terjadinya insiden.
Kronologis harus sesuai kejadian yang sebenarnya, bukan pendapat / asumsi
pelapor.
4. Jenis insiden
Pilih salah satu Insiden Keselamatan Pasien (IKP) : KTD / KNC
5. Orang pertama yang melaporkan Insiden
Pilih salah satu pelapor yang paling pertama melaporkan terjadinya insiden Mis :
petugas / keluarga pasien dll
6. Kejadian terjadi pada :
Jika insiden terjadi pada pasien : laporkan ke KKP-RS
Jika insiden terjadi pada karyawan / keluarga pasien / pengunjung, dilaporkan
internal ke Tim K3 RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
Pilih salah satu : Pasien rawat inap / Pasien rawat jalan / Pasien UGD
8. Tempat / Lokasi
Tempat pasien berada, mis. ruang rawat inap, ruang rawat jalan, UGD
9. Insiden sesuai kasus penyakit / spesialisasi
Pasien dirawat oleh Spesialisasi ? (Pilih salah satu)
Bila kasus penyakit / spesialisasi lebih dari satu, pilih salah satu yang
menyebabkan insiden.
Mis. Pasien Gastritis kronis dirawat oleh Internist, dikonsul ke Bedah dengan
suspect Appendicitis. Saat appendectomi terjadi insiden, tertinggal kasa, maka
Penanggung jawab kasus adalah : Bedah.
Bila dirawat oleh dokter umum : isi Lain-lain : umum
IV.TIPE INSIDEN
Untuk mengisi Tipe insiden, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu.
Insiden terdiri dari : Tipe Insiden dan Subtipe insiden yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
NO TIPE INSIDEN SUBTIPE INSIDEN
1. Administrasi a. Proses a. Serah terima
b. Perjanjian
Klinik
c. Daftar tunggu / Antrian
d. Rujukan / Konsultasi
e. Admisi
f. Keluar/Pulang dari Ranap/RS
g. Pindah Perawatan (Transfer of care)
h. Identifikasi Pasien
i. Consent
j. Pembagian tugas
k. Respons terhadap kegawatdaruratan
b. Masalah a. Tidak performance ketika
dibutuhkan/indikasi
b. Tidak lengkap / Inadekuat
c. Tidak tersedia
d. Salah pasien
e. Salah proses / pelayanan
2 Proses/prosedur a. Proses b. Skrening / Pencegahan / Medical check up
c. Diagnosis / Assessment
klinik
d. Prosedur / Pengobatan / Intervensi
e. General care / Management
f. Test / Investigasi
g. Spesimen / Hasil
h. Belum dipulangkan (Detention/ Restraint)
b.Masalah a. Tidak performance ketika
dibutuhkan/indikasi
b. Tidak lengkap / Inadekuat
c. Tidak tersedia
d. Salah pasien
e. Salah proses / pengobatan / prosedur
f. Salah bagian tubuh / sisi/
3 Dokumentasi a. Dokumen a. Order / Permintaan
yang terkait b. Chart / Rekam medik / Assessmen
/Konsultasi
c. Check list
d. Form / sertifikat
e. Instruksi / Informasi / Kebijakan /
SOP/Guideline
f. Label / Stiker / Identifikasi Bands /Kartu
g. Surat / E-mail / Rekaman Komunikasi
h. Laporan / Hasil / Images
b. Masalah a. Dokumen hilang / tidak tersedia
b. Terlambat mengakses dokumen
c. Salah dokumen / Salah orang
d. Tidak jelas / Membingungkan / Illegible/
Informasi dalam dokumen tidak lengkap
4 Infeksi a. Tipe b. Bekteri
Nosokomial organism c. Virus
Bekteri e d. Jamur
(Hospital e. Parasit
Assosiated f. Protozoa
Infection) g. Rickettsia
h. Prion (Partikel protein yg infeksius)
i. Organisme tidak teridentifikasi
b. Tipe / Bagian a. Bloodstream
infesi b. Bagian yang dioperasi
c. Abses
d. Pneumonia
e. Kanul IV
f. Protesis infeksi
g. Drain/ tube urin
h. Jaringan lunak
5 Medikasi/cairan a. Medikasi/cai a. Daftar Medikasi
infus ran infuse b. Daftar Cairan infuse yang terkait
yang terkait
b. Proses a. Peresepan
penggunaan b. Persiapan / Dispensing
medikasi c. Pemaketan
cairan/cairan d. Pengantaran
infus e. Pemberian
f. Suply / pesan
g. Penyimpanan
h. Monitoring
c. Masalah a. Salah pasien
b. Salah obat
c. Salah dosis / kekuatan / frekuensi
d. Salah formulasi / presentasi
e. Salah rute pemberian
f. Salah jumlah / kuantitas
g. Salah Dispensing Label / Instruksi
h. Kontraindikasi
i. Salah penyimpanan
j. Ommited medicine or dose
k. Obat kadaluarsa
l. Adverse drug reaction (reaksi efek
samping
obat)
6 Transfuse a. Transfuse a. Produk selular
darah/produk darah/produk b. Faktor pembekuan (clothing)
darah darah terkait c. Albumin / Plasma protein
d. Imunoglobulin
b. Proses a. Test pre transfuse
transfuse b. Peresepan
darah /produk c. darah terkait iii. Persiapan / Dispensing
darah terkait d. Pengantaran
e. Pemberian
f. Penyimpanan
g. Monitoring
h. Presentasi / Pemaketan
i. Suply / Pesan
c. Masalah a. Salah pasien
b. Salah Darah / Produk darah
c. Salah dosis / Frekuensi
d. Salah jumlah
e. Salah label dispensing / Instruks
f. Kontraindikasi
g. Salah penyimpanan
h. Obat atau Dosis yang diabaikan
i. Darah kadaluarsa
j. Efek samping (Adverse effect)
7 Nutrisi a. Nutrisi yang a. Diet umum
terkait b. Diet khusus
b. Proses a. Peresepan / Permintaan
nutrisi b. Pesiapan / Manufactur / Proses memasak
c. Suply / order
d. Presentation
e. Dispensing / Alokasi
f. Pengantaran
g. Pemberian
h. Penyimpanan
c. Masalah a. Salah pasien
b. Salah diet
c. Salah jumlah
d. Salah Frekuensi
e. Salah konsistensi
f. Salah penyimpanan
Contoh :
a. Insiden : Salah pemberian obat (IM menjadi IV)
Tipe insiden : Medikasi
Subtipe insiden : Proses pemberian medikasi : salah pemberian
Masalah : Salah rute pemberian
Contoh :
Pasien mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah petugas
yang baru bekerja tiga bulan di RS X. Hasil investigasi ditemukan :
1. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause)
Peralatan / sarana / prasarana : intensitas berlebihan pada alat tranducer
Petugas : fisioterapis kurang memahami prosedur penggunaan alat
2. Akar penyebab masalah (underlying root cause)
Peralatan/sarana/prasarana : Manajemen pemeliharaan / maintenance alat
tidak ada
Manajemen (Diklat) : tidak pernah diberikan training dan orientasi
3. Rekomendasi / Solusi Bisa dibagi atas :
Jangka pendek
Jangka menengah
Jangka panjang
BAB IX
MONITORING dan EVALUASI
A. Analisis Matriks Grading Risiko
Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajat risiko
suatu insiden berdasarkan Dampak dan Probabilitasnya.
a. Dampak (Consequences)
Penilaian dampak / akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal ( tabel 1).
b. Probabilitas / Frekuensi / /Likelihood
Penilaian tingkat probabilitas / frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi (tabel 2).
Tabel 1
Penilaian Dampak Klinis / Konsekuensi / Severity
Tabel 2
Penilaian Probabilitas / Frekuensi
Tingkat Risisko Deskripsi
1 Sangat jarang / Rare (>5 thn/kali)
2 Jarang / Unlikely (>2-5 thn/kali)
3 Mungkin / Posible (1-2 thn/kali)
4 Sering / Likely (Bebrp kali /thn)
5 Sangat sering / Almost certain (Tiap minggu /bulan)
Setelah nilai Dampak dan Probabilitas diketahui, dimasukkan dalam Tabel Matriks Grading
Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna bands risiko.
a. Skor risiko
SKOR RISIKO = DAMPAK X PROBABILITY
b. Bands risiko
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu :
Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna “bands” akan menentukan Investigasi
yang akan dilakukan : (tabel 3)
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi
pada 2 tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
Tabel 3
Matriks Grading Risiko
Probabilitas Tidak signifikan Minor Moderat Mayor Katastropik
1 2 3 4 5
Sangat sering Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
terjadi
(Tiap minggu
/bulan)
5
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(beberapa kali/thn)
4
Mungkin terjadi Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(1-<2 thn/kali)
3
Jarang terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
(>2-<5 thn/kali)
2
Sangat jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
terjadi
(>5 thn/kali)
1
Tabel 4
Tindakan sesuai Tingkat dan bands risiko
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji
dengan detil & perlu tindakan segera serta membutuhkan
perhatian top manajemen,
Contoh :
d. Insiden : Salah pemberian obat (IM menjadi IV)
Tipe insiden : Medikasi
Subtipe insiden : Proses pemberian medikasi : salah pemberian
Masalah : Salah rute pemberian
Komponen Subkomponen
Kompetensi a. Verifikasi Kualifikasi
b. Verifikasi Pengetahuan & Keterampilan
Stressor Fisik dan Mental a. Motivasi
b. Stresor Mental: efek beban kerja beban mental
c. Stresor Fisik: Efek beban kerja = Gangguan Fisik
Contoh :
Pasien mengalami luka bakar saat dilakukan fisioterapi. Petugas fisioterapi adalah petugas
yang baru bekerja tiga bulan di RS X. Hasil investigasi ditemukan :
1. Penyebab langsung (Direct / Proximate/ Immediate Cause)
Peralatan / sarana / prasarana : intensitas berlebihan pada alat tranducer
Petugas : fisioterapis kurang memahami prosedur penggunaan alat
2. Akar penyebab masalah (underlying root cause)
Peralatan/sarana/prasarana : Manajemen pemeliharaan / maintenance alat
tidak ada
Manajemen (Diklat) : tidak pernah diberikan training dan orientasi
3. Rekomendasi / Solusi Bisa dibagi atas :
Jangka pendek
Jangka menengah
Jangka panjang
BAB VIII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi kejadian
tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera dan kejadian sentinel
2. Pencatatan dan pelaporan insiden mengacu kepada buku pedoman pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) yang dikeluarkan oleh Komkite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS di internal rumah sakit
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari rumah sakit ke komite keselamatan pasien
rumah sakit
c. Format pelaporan terdapat pada lampiran 8.
4. Unit kerja keselamatan pasien Rumah sakit melakukan pencatatan kegiatan yang telah
dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah sakit secara berkala
BAB VI
PENUTUP
Dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan kebutuhan pasien akan pelayanan rumah
sakit maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien sangatlah penting. Dengan adanya buku
pedoman ini diharapkan semua staff yang ada di rumah sakit memahami pentingnya keselamat
pasien rumah sakit, sehingga dalam pelayanannya staff dapat mencegah dan atau mengurangi
terjadinya insiden keselamatan pasien. Dengan demikian mutu rumah sakit dipertanggung
jawabkan.
Lampiran 1
Daftar Standar Prosedur Operasional terkait ketepatan identifikasi pasien
1. SPO pemberian obat injeksi
2. SPO pemberian obat oral
3. SPO pemasangan alat infus
4. SPO transfuse darah
5. SPO pemberian identitas pasien
6. SPO identifikas pasien
7. SPO ceklist tepat-lokasi , tepat prosedur dan tepat pasien
8. SPO pelayanan pasien rawat jalan
9. SPO pengambilan darah dan spesimen
10. SPO pemeriksaan pasien di instalasi rawat jalan
Lampiran .2
Dextrose 40 % Na Cl 3%
Valinamin infus
Lampiran 5
Format Ceklist Keselamatan Pasien Operasi
Lampiran 6
Prosedur Cuci Tangan
Lampiran 7
Assesment Pasien Dengan Risiko Jatuh
1) Skala Morse
No Informasi Tentang Risiko Jatuh Assesment Skor
Tidak 0
Tidak 0
3. Ambulasi berjalan:
Ya 30
4. Terpasang infus Ya 20
Tidak 0
Ya 20
Disorientasi Ya 20
Jumlah Skor
Kriteria penilaian hasil
2) Skala HUMPTY-DUMPTY
Parameter Kriteria Skor Kriteria Skor
3 – 7 tahun 3 P 1
8-13 tahun 2
14-18 tahun 1
Diagnosa Lain 1
Jumlah Skor