BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan endoskopi untuk diagnosis dan terapeutik telah
berdampak luas terhadap dunia kedokteran. Paradigma tatalaksana yang
adekuat pun mengalami pergeseran seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi
kedokteran. Berbagai inovasi pun bermunculan saling menyempurnakan
teknologi ini. Terobosan baru baik metoda maupun teknik ini ditujukan untuk
memperoleh cara pemeriksaan dan terapeutik yang mudah, aman dan
menguntungkan. Endoscopi ialah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa
organ dalam tubuh (khususnya saluran cerna) secara visual dengan membidik
melalui alat tersebut / melihat melalui layar monitor, sehingga dapat dilihat
sejelas-jelasnya setiap kelainan organ yang diperiksa.
Pemeriksaan endoscopi ini merupakan salah satu sarana penunjang
diagnostik yang cukup handal. Setelah ditemukannya endoscopi yang fleksibel /
lentur (Flexible endoscope) perkembangan Gastroenterologi menjadi pesat dan
bahkan alat tersebut dapat juga dipakai sebagai sarana terapeutik. Issue dan
trends perkembangan ruang endoskopi saat ini sudah berkembang kearah
aspek manajemen dan kelengkapan fasilitas ruang endoskopi yang
berorientasikan hospital safety. Elemen penting yang memerlukan perhatian
khusus antara lain SDM, peraturan, perencanaan ruang, dan infrastruktur
fasilitas pendukung kesehatan (pasokan air, udara, vakum ruangan, dan
pembuangan limbah). Pengalaman telah menghasilkan berbagai rekomendasi
khusus untuk desain pelayanan endoskopi guna meningkatkan kualitas dan
efisiensi yang berorientasikan keselamatan pasien dan staf endoskopi.
Kelengkapan secara administrasif diperlukan staf dan fasilitas ruang endoskopi.
Prasyarat staf di ruang endoskopi seperti lisensi, kompetensi, sertifikasi
dan kemampuan individu seperti bahasa dan kecakapan lainnya, manajemen
administratif termasuk penjadwalan prosedur, alur pasien masuk dan keluar,
tentunya yang utama juga ketersediaan endoskop, alat terapi, database
endoskopik, pengolahan ulang perlengkapan endoskopi, pengendalian infeksi
dan keselamatan pasien dan staf endoskopi sangat dipentingkan. System
akreditasi/sertifikasi yang diaudit secara berkala merupakan alat evaluasi untuk
efisiensi dan upaya peningkatan mutu dan pelayanan yang berkualitas.
Penulisan ini menggambarkan sebagian manajemen pelayanan diruangan
endoskopi yang penulis paparkan dalam rangka penugasan untuk mengakhiri
pelatihan di Pusat Endoskopi Saluran Cerna Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo
Jakarta pada periode Mei – Agustus tahun 2012.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini menggambarkan sebagian manajemen
pelayanan di ruangan endoskopi diantaranya.
1. Mendeskripsikan Aspek legal, etika dan peran umum perawat endoskopi.
2. Mendeskripsikan pengelolaan ruangan, peralatan, dan ketenagaan ruang
endoskopi. 3. Mendeskripsikan alur pasien masuk dan keluar pada pelayanan
ruangan endoskopi 4. Mendeskripsikan persyaratan aspek hukum penanganan
pasien yang akan dilakukan endoskopi (informed consent) 5. Mendeskripsikan
pendokumentasian pemeriksaan pasien masuk ruangan endoskopi meliputi (The
Sign In, The Time Out, The Sign Out). 6. Mendeskripsikan APD (Alat Pelindung
Diri) dalam bekerja di ruang endoskopi. C. Metoda Penulisan Penulisan ini
dengan melakukan metoda kepustakaan dan diskusi selama pelatihan dengan
pembimbing, staf PESC RSCM dan teman sejawat selama pelatihan
BAB II PEMBAHASAN
Alur pasien masuk dan keluar yang datang ke Pusat Endoscopi dan
Saluran Cerna, baik yang datang dari Rumah Sakit lain (rujukan), yang datang
dari IGD, ruangan rawat inap maupun poliklinik mendaftar terlebih dahulu di
bagian administrasi endoskopi, selanjutnya pada bagian administrasi
mendaftarkan pasien untuk jadwal dan persyaratan serta bila ada jaminan
pelayanan kesehatan pasien. Setelah proses administrasi selesai, pasien
diserahterimakan di ruangan pre tindakan sekaligus untuk melakukan
pemeriksaan fisik dan dilanjutkan dengan The Sign In. Setelah dilakukan semua
dan cek kelengkapan tindakan, pasien persilahkan keruangan tindakan atau
dibawa dengan brangkar endoskopi atau dalam keadaan darurat pasien bias
menggunakan tempat tidur ruangan.
Setelah tindakan selesai tindakan/ setelah pasien keluar ruangan RR,
pasien kembali diserahterimakan pada perawat atau petugas yang merujuk atau
mengantar pasien ke ruang endoskopi dengan kelengkapan hasil pemeriksaan
serta tindak lanjut pemeriksaan sesuai rekomendasi hasil endoskopi. Beberapa
Contoh Mekanismenya pada bagan berikut : Contoh 1. di PESC RSCM Jakarta
Contoh 2. Alur Pra-Tindakan Endoskopi (RSCM KENCANA) Aktifitas Status
Formulir Pengakajian Status Pasien Dokumen Terkait Keterangan Formulir
konsul (cardio, Formulir pem penunjang (lab, Ro Buku resep pasien
Anastesi, dl Formulir pengkajian Formulir lab Formulir rawat inap l) Apabila
akan Saat menerima pasien perawat memperkenalkan diri endoskopi.
menggunakan anastesi, sebelumnya konsul dokter anastesi untuk dilakukan
Apabila pasien direncanakan rawat inap, dokterpra-anastesi terlebih dahulu
Pemeriksaan penunjang di cek kembali mengisi formulir rencana rawat inap
Perawat menghubungi rawat inap. Contoh 3. Alur Prosedur Tindakan Endoskopi
(RSCM Informed consent Status Pasien KENCANA) Aktifitas Dokumen
Terkait Keterangan Formulir Hasil pemeriksaan penunjang (lab, USG, Foto
Thorak, MRI, EKG, dll) Formulir pem penunjang Status pasien Buku resep
Pengakajian endoskopi Formulir Formulir konsul (cardio, Anastesi, dll)
histopatologi/ sitologi. Formulir pengkajian Catatan keperawatan Formulir
radiology labor Formulir resep yang telah ditulis Formulir sterilisasi alat
endoskopi. Perawat menjelaskanSaat menerima pasien perawat
memperkenalkan diri kembali Cek kembali apakah Resep dibuat sesuai
kebutuhan kembali prosedur tindakan pasien dirawat atau pulang setelah
tindakan
D. Informed Consent
E. Pendokumentasian Pasien
1. Pelindung badan Alat pelindung diri pada tubuh pada endoskopi adalah
mencegah terjadinya percikan cairan tubuh, sumber infeksius dan cegah
radiasi bila memakai fluoroskopi. Maka untuk percikan cairan tubuh APD
tubuh yang digunakan menyerupai Jas Laboratorium. Sedangkan bila pada
radiasi harus memakai apron yang dilapisi timbale. Jas laboratorium dengan
lengan panjang yang terbuka dibelakang akan memberikan perlindungan
lebih baik dibanding jas laboratorium yang umum digunakan dan lebih
disarankan untuk digunakan pada laboratorium mikrobiologi untuk pekerjaan
yang berhubungan dengan kabinet Biosafety. Hal ini juga direkomendasikan
pada ruangan endoskopi. Disamping itu dapat juga ditambahkan aproun
plastic pada bagian luar, celemek plastic juga dapat sebagai alternatif.
Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan
untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi (mis., ketika menangani bahan
kimia yang bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak), dan
pada endoskopi ini digunakan pada ruangan pencucian skop endoskop.
2. Pelindung tangan Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang
sangat penting apabila Anda terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun,
serta cairan atau bahan infeksius. Sarung tangan menjadi solusi bagi Anda.
Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya tersebut,
sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari permukaan benda yang
kasar atau tajam, dan material yang panas atau dingin. "Ada banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalam pemilihan sarung tangan," kata Deborah Davis,
direktur teknis - Kesehatan Kardinal. "Yang paling penting, sarung tangan
harus dipilih berdasarkan pada jenis prosedur yang dilakukan. Sarung tangan
juga harus dievaluasi berdasarkan lamanya waktu sarung tangan akan
dipakai dan setiap sensitivitas pemakainya memiliki.
Selain itu, kriteria yang lain adalah berdasarkan pada ketebalan dan
rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke kulit tangan. Sarung
tangan harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan
permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering
dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan
pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi, begitu juga bila memakai
sarung tangan untuk mencuci alat endoskopi, sebaiknya bahan karet atau
kulit. Contoh sarung tangan karet :
3. Pelindung pernafasan.
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh manusia
adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu, uap
dan gas, percikan cairan tubuh yang dapat membahayakan pernafasan.
Endoskopi merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan yang
memberikan efek kontaminasi tersebut, maka petugas sangat dianjurkan
memakai masker. Contoh masker :
4. Pelindung Mata
Pemilihan peralatan untuk melindungi mata dan wajah dari percikan dan
dampak dari objek tergantung pada aktivitas yang dilakukan. Perlindungan
mata sangat mudah untuk dirasakan karena alat ini berfungsi langsung. Untuk
orang-orang yang tidak biasa menggunakan kacamata, sangat tidak nyaman
untuk memakai kacamata, karena bersifat membatasi.
5. Percikan cairan tubuh dari alat endoskopi atau dari pasien dan bahan kimia
pencucian alat mungkin ditemui disetiap waktu tertentu di dalam Iingkungan
endoskopi. Karena alasan inilah, perlindungan mata sangatlah penting.
Penggunaan pelindung mata harus nyaman dipakai, tepat bertengger di mata
dan wajah, dan tidak terganggu dengan kegiatan pemakai. Jika diperlukan
harus ada tanda di pintu yang menyatakan kewajiban untuk memakai
pelindung mata sebelum memasuki ruangan.
6. Pelindung kaki.
Sejauh ini sumber tentang Perlindungan Kaki dirancang untuk
mencegah luka-luka dari bahan kimia bersifat menghancurkan, bahan-bahan
berat, goncangan elektrik, seperti misalnya memberi daya tarik pada lantai
basah. Jika suatu objek bersifat korosif, berbahan kimia atau objek berat jatuh
ke lantai, bagian yang paling rentan pada badan adalah kaki. Karena alasan
inilah, sepatu yang dengan sepenuhnya menutup dan melindungi kaki,
direkomendasikan. Sepatu buatan pabrik, seperti sepatu tenis, bersifat
menyerap cairan. Jika bahan¬kimia tumpah di atas sepatu pabrik, buka alas
kaki seketika. Ketika memilih alas kaki untuk laboratorium, pilihlah sepatu
kokoh yang menutupi seluruh kaki.
Hal ini akan menyediakan perlindungan terbaik. Sepatu jenis berikut
tidak boleh dikenakan di laboratorium : sandal,sandal kayu,sepatu tumit
tinggi, sepatu yang terbuka. Jenis jenis alas Sepatu keselamatan (steel-toed)
melindungikaki yang direkomendasikan adalah : dari luka-luka disebabkan
oleh dampak dari objek apapun selama aktivitas kerja (misal: pengangkatan
bahan yang berat, menggunakan perkakas bertenaga besar, Sepatu treated,
sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik melindungidll). Sepatu Insulated
melindungi daridari bahan-vkimia bersifat menghancurkan. Sepatu boot
karet dengan anti selip pada bagian luar solgoncangan elektris.
menyebabkan daya tarik di dalam kondisi basah dimana terjadi kemungkinan
selip. Sepatu keselamatan, sepatu boot karet atau tutup sepatu plastik
melindungi dari jenis spesifik pencemaran kimia dan kontak cairan tubuh.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama berpraktik di
PESC RSCM, di ruang endoskopi boleh menggunakan sandal plastic yang
bisa dicuci setiap saat.
Contoh pelindung kaki Sepatu boot sandal karet Ungkapan
mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada mengobati". APD
merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam
kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia, cairan tubuh, radiasi, dll, Jadi,
tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja.
BAB III P E N U T U P
Bio Data Penulis Nama : Juliardinsyah, SKp Tempat/ Tgl Lahir : Sungai Limau, 17
Juli 1971 Alamat : Jl. Bukit Apit No. 11 dan 31 Kota Bukittinggi Propinsi Sumatera
Barat Pendidikan Terakhir : FIK – UI Tahun 1999 Pekerjaan : Perawat Tempat
Tugas : RSUD Kota Padang Panjang (Sumbar) Kontak Person HP : 08126615956 /
081267691696 Telp. Rumah : 0752 – 35894 Email : juliardinsyah@gmail.com
Diposting oleh juliardinsyah di 02.11
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest