Strategi Komunikasi Politik - Syafrola
Strategi Komunikasi Politik - Syafrola
TUJUAN
Effendi (1993) berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan strategi komunikasi
politik, strategi tidak akan berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan
arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa strategi komunikasi politik merupakan paduan dari
perencanaan dan manajemen dalam mencapai suatu tujuan tertentu dalam suatu politik.
(Baca juga: Teori Komunikasi Pemasaran)
Nah, untuk mencapai tujuan dari strategi tersebut, maka dalam komunikasi politik harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis yang harus dilakukan.
Dengan kata lain, bahwa pendekatan dalam penelitian strategi komunikasi politi bisa
berubah sewaktu-waktu , tergantung dari situasi dan kondisi saat itu.
- Publik.
Publik di sini merupakan obyek yang dijadikan target atau sasaran yang sifatnya
umum. Walaupun publik ini bersifat umum, namun public ini perlu ditentukan
dengan spesifik untuk menghindari terminology yang umum seperti community
publik atau general publik. Setelah sasaran ditentukan, maka perlu adanya pembuatan
daftar publik secara berurutan sesuai prioritasnya. Selanjutnya,. Dijelaskan secara
singkat masing-masing dari publik tersebut yang memiliki makna dalam perencanaan
tersebut.
- Strategi.
Strategi merupakan metode yang paling mendasar dalam melakukan suatu tindakan.
Sedangkan strategi ini bersifat umum atau dengan kata lain, pendekatannya
digunakan untuk mencapai goal dan obyektif.
- Taktik.
Taktik ini merupakan media atau alat yang khusus digunakan dalam menyampaikan
sesuatu yang disebut sebagai target pesan. Tujuan dari taktik adalam untuk
mengkomunikasikan setiap perubahan manajemen.
- Anggaran dan Waktu.
Seperti biasa, dalam ilmu politik perlu adanya suatu perencanaan yang dibuat dan
sesuai dengan anggaran yang sudah direncanakan sebelumnya.
- Evaluasi.
Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui dari keberhasilan suatu perencanaan
strategi komunikasi politik. Sehingga, kita tahu kelebihan atau kelemahan dari suatu
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya agar ke depannya dapat membuat strategi
komunikasi politik yang lebih baik lagi dengan belajar dari suatu kelemahan dan
mempertahankan atau menginovasi dari kelebihan. Evaluasi dapat dilakukan dalam
bentuk survey opini atau analisis media atau bisa juga dengan angket anggota.
1. Analisis Masalah
Langkah awal dalam strategi komunikasi politik adalah menganalisis masalah. Dalam
analisis masalah perlu adanya identifikasi yang jelas, agar dapat melakukan
identifikasi dengan jelas, maka analisis masalah harus dilakukan secara sistematis
atau terstruktur. Dalam analisis masalah pun, terdapat pengumpulan informasi yang
berhubungan dengan permasalahan dan harus dilakukan secara objektif dan tertulis
dan perlu ditinjau secara berkala setiap waktu.
Tujuan yang disusun haruslah bersifat logis dan realistis alias tidak terlihat kalau
dibuat-buat. Penyusunan tujuan ini juga merupakan salah satu elemen dalam proses
perencanaan pada suatu komunikasi politik. Nah, di dalam tujuan tersebut terdapat
penyampaian pesan yang berupa pemahaman baru atau ideology yang baru,
kesadaran, perbaikan citra, membentuk persepsi atau penyamaan pendapat, dan
mengajak masyarakat untuk melakukan sesuatu yang direncanakannya.
3. Segmentasi dan Identifikasi Sasaran atau Target
Jika sasaran atau target disegmentasi dan diidentifikasikan, maka proses perencaan ke
depannya dapat dijalankan lebih mudah dan tepat sasaran atau sesuai
dengan planning. Dalam melakukan identifikasi sasaran, maka perlu mengetahui
beberapa lapisan sasaran yang di antaranya sasaran lapis satu, sasaran lapis dua, dan
seterusnya yang sesuai dengan tujuan perencanaan strategi komunikasi politik.
4. Menentukan Pesan
Strategi atau lebih dikenal dengan istilah guiding principle, atau the big idea yang
merupakan suatu pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam
komunikasi politik. Sedangkan penentuan taktik ini sangat bergantung pada apa dan
bagaimana tujuan dan sasaran yang akan dibidik oleh komunikator. Semakin
kompleks dan jelas tujuan dan sasaran yang akan dibidik maka taktik yang digunakan
harus semakin kreatif dan variatif. Di sinilah sang komunikator politik dituntut untuk
kreatif dalam memberikan pesan yang inovatif.
Komunikasi politik tentunya dilakukan dalam waktu yang tidak menentu atau kapan
saja. Bahkan ada kalanya waktu tersebut ditentukan oleh pihak luar partai yaitu
Panwaslu. Ada juga yang ditentukan sendiri oleh partai itu sendiri. Pengalokasian
dana dan operasionalnya ini didasari secara efektif dan efisien.
7. Evaluasi
Evaluasi ini merupakan tahapan akhir ini atau tahapan setelah strategi dilaksanakan
dan sangat berperan penting dalam perencanaan komunikasi politik. Karena, nantinya
hasil dari evaluasi ini akan digunakan dalam melakukan strategi komunikasi politik
berikutnya, sehingga evaluasi perlu dilakukan secara terstruktur dan sistematik.
Ketika seorang politikus dapat melakukan strategi komunikasi politik dengan baik dan
terstruktur, maka dapat dikatakan dia dapat berhasil melakukan strategi politik dan
memungkingkan memenangkan suara dalam pemilihan umum.
STRATEGI KOMUNIKASI PASANGAN GUBERNUR JATIM 2018
Branding Politik
Branding politik pasangan calon atau partai politik menjadi salah satu strategi yang biasa
dilakukan untuk memenangkan pertarungan dalam pemilu.
Menurut Mc Nally dan Speak (2002), personal branding adalah identitas seseorang
yang melekat dalam pikiran orang lain. Seringkali kita menemui seseorang yang lupa
dengan wajah atau namanya, tetapi ingat dengan identitas khas yang melekat dari
orang tersebut.
Kuat tidaknya personal branding yang melekat dipengaruhi oleh konsistensinya dalam
tata kelola pemilihan gubernur. Branding politik yang melekat pada diri seseorang
membutuhkan proses yang cukup lama dan siklus yang berulang-ulang.
Menurut Rangkuti (2013) setidaknya terdapat empat hal yang menjadi bagian dari proses
pembentukan personal branding.
- Pertama, mengenali dirinya sendiri dan menentukan pilihan jati diri yang seperti
apa yang ingin ia bentuk.
- Kedua, pilihan bentuk produktivitas yang ingin dilakukan. Maksudnya, brand apa
yang ingin dibentuk di masyarakat tentang dirinya. Dalam konteks Pilgub Jawa
Timur 2018, ketika kita mendengar nama Khofifah Indar Parawansa maka respon
yang dihasilkan adalah karakternya yang keibuan, berkerudung, dan sederhana,
sedangkan Gus Ipul dikenal sebagai sosok yang supel, humoris, dan dekat dengan
pemuda.
- Ketiga, menentukan target pasar dan siasat yang akan ditempuh untuk
memenangkan persaingan pasar. Menurut penulis, Khofifah-Emil memiliki
pendukung wanita lebih banyak dibandingkan pesaingnya. Hal ini tidak terlepas
dari nilai jual yang dimiliki oleh Khofifah sebagai sosok yang dihormati di
Fatayat dan Muslimat Nahdlatul Ulama. Sosoknya yang keibuan dan
merepresentasikan perempuan menjadikan Khofifah lebih menguasai target pasar
kalangan wanita di Jawa Timur. Ketampanan Emil Dardak juga menjadi salah
satu faktor yang cukup berpengaruh dalam target pasar yang ingin dijangkau.
Pada sisi lain, Gus Ipul-Puti memiliki target pasar yang lebih kuat pada kalangan
pemuda, baik laki-laki mau pun perempuan. Kolaborasi antara keturunan tokoh
nasionalis dan religius menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi keduanya untuk
menggalang massa.
- Keempat, mempertahankan eksistensi brand yang sudah dimiliki agar tak hilang
di masyarakat.
Dalam personal branding, komunikasi merupakan cara paling strategis karena memiliki
pengaruh yang sangat kuat. Sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur
sudah seharusnya memiliki kemampuan berpidato yang baik.
Pidato Politik
Pidato politik membentuk personal branding Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti. Dalam
debat Pilgub Jawa Timur pertama lalu dapat dikatakan keduanya telah mempersiapkan
dengan baik, terencana dan sistematis. Terlepas dari siapa yang menang dan kalah,
keduanya mampu menyampaikan alur logika dan tawaran programnya untuk
menyejahterakan Jawa Timur. Khofifah-Emil dengan “Jatim Sejahtera” dan Gus Ipul-Puti
dengan “Kabeh Sedulur-Kabeh Makmur”nya dirasa cukup menyakinkan publik bahwa
mereka mampu dan percaya diri maju sebagai calon gubernur Jawa Timur 2018-2023.
Khofifah Indar Parwansa terlihat memahami bahwa situasi Jawa Timur selama
pemerintahan Soekarwo-Gus Ipul kurang optimal dalam meningkatkan kesejahteraan
UMKM, melalui program “Jatim Berdaya” yang merupakan bagian dari “Nawa Bhakti
Satya”nya Khofifah dan Emil berjanji akan memperkuat ekonomi kerakyatan dengan
berbasis UMKM, Koperasi, dan mendorong pemberdayaan pemerintah desa. Calon
gubernur harus mampu menganalisis situasi ketimpangan dan kemiskinan masyarakat
jawa timur yang selalu dikhawatirkan akan bertambah. Pada sisi lain melalui kedekatan
Gus Ipul dengan kalangan pemuda, beliau berjanji akan melaksanakan program “Mas
Metal” atau Masyarakat Melek Digital
Berdasarkan proses debat pertama calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur penulis
mengamati pidato yang disampaikan oleh keduanya mempertimbangkan tiga komposisi
yang biasa digunakan dalam proses pembuatan pidato politik yang baik.
- Pertama, kesatuan, yaitu komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang
utuh, meliputi kesatuan dalam isi, tujuan, dan sifat (mood) mempunyai satu
macam tujuan (di antara menghibur, memberitahukan, dan mempengaruhi), serta
enggunakan pemilihan bahan, gaya bahasa, atau pemilihan kata-kata. Teks pidato
mempertimbangan kesatuan dalam isi dari awal sampai dengan akhir. Tujuan juga
dijelaskan dengan singkat, jelas dan tegas walau tidak dengan gaya memaksa.
Sifat dalam penyampaian pidato juga baik dan relevan dengan situasi yang saat
ini. Bahan pidato menggunakan bahan atau situasi atau materi yang tepat terkait
tujuan dan rasionalitas dalam pidato.gaya pidato menarik, ramah dan tegas serta
santu. Didukung dengan penggunaan argumen yang berdasar dari Al Quran,
Sunnah, atau perkataan para ulama yang dapat menegaskan keberpihakan dengan
kultur jawa timur yang agamis.
- Kedua, pertautan yaitu menunjukan urutan bagian uraian yang berkaitan satu
sama lain. Pidato politik memenuhi koherensi dari pembukaan, isi utama yang
dilengkapi dengan alasan, fokus dan bukti-bukti.
- Ketiga, titik-berat yaitu menunjukan penonton pada bagian penting yang patut
diperhatikan. Argumen kedua pasangan calon secara jelas menegaskan dengan
memberkan alasan-alasan filosofis, rasional dan etis mengenai kesejahteraan di
Jawa Timur.
Pesan yang disampaikan relevan bersifat keseluruhan, tidak hanya diperuntukkan bagi
kelompok tertentu saja, tetapi juga bersifat menyeluruh. Bahasa yang digunakan
merupakan bahsa yang dikenal dengan baik oleh masyarakat karena menggunakan
bahasa yang ‘dekat’ dengan kondisi sosial politik masyarakat, bahkan menambahkan
pernyataan ringan bahwa akan muncul perkiraan tafsir nomor urut. Bahasa yang
digunakan adalah yang sudah dikenal umum dan menghindari bahasa personal.
Seorang komunikator politik dalam forum politik dihadapan publik tabu untuk
menyatakan kepentingan atau urusan personal. Membahasakan realitas dan publikasi
dilakukan juga kepada banyak khalayak bukan hanya untuk khalayak tertentu dalam
jumlah terbatas. Umpan balik yang diterima tidak secara langsung pada saat penyempaian
pidato politik, tetapi unpan balik diharapkan akan diperoleh dengan munculnya
tanggapan positif terhadap pasangan nomor satu.
Dalam era media massa. khalayak mempunyai peluang memberikan umpan balik
hanya‘jika media memberi ruang, seperti pada surat kabar dengan surat pembaca atau
ralat. Namun saat ini, dalam era media baru dan sosial media, khalayak dapat
memberikan umpan balik secara cepat bahkan melahirkan pro dan kontra serta
memunculkan perdebatan di dunia maya. Khalayak yang dihadapi lebih beraneka ragam.
Meningkatkan jumlah khalayak pendengar memperbesar kemungkinan kesalahan
menafsirkan umpan balik karena banyaknya reaksi pendengar yang harus diamati.
Khalayak cenderung mempunyai penilai positif yang ditandai oleh peningkatan
elektabilitas pasangan nomor urut satu berdasarkan hasil survei pasca pencalonan dan
pengumuman nomor urut. Pembicara telah membuat persiapan pidato yang lebih lengkap.
Hal tersebut ditandai dengan kelengkapan teks pidato, intonasi, gaya, atribut yang
digunakan. dan artikulasi yang jelas. Persoalan adaptasi menjadi hal terpenting karena
sebuah pesan yang disampaikan kepada publik haruslah pesan yang bersifat umum bukan
pesan untuk golongan tertentu.