Suatu jaringan pada dasarnya harus mampu mendukung berbagai aplikasi, layanan,
serta dapat beroperasi pada berbagai jenis dan tipe infrastruktur fisik. Teknologi yang mampu
mendukung infrastruktur dan layanan tersebut dalam melakukan pengiriman pesan, disebut
dengan istilah arsitektur jaringan. Arsitektur jaringan dapat dikatakan berfungsi dengan baik,
apabila memenuhi empat karakteristik dasar arsitektur jaringan, sebagai berikut:
1. Fault Tolerance (Toleransi Kesalahan)
Merupakan kemampuan suatu jaringan untuk terus beroperasi dengan baik,
meskipun terjadi kegagalan di beberapa komponennya. Salah satu contoh kasus terkait
fault tolerance, yaitu misalkan terdapat dua klien yang ingin mengirim pesan melalui
email di yahoo.com. Klien pertama mengirim email duluan, sedangkan klien kedua
mengirim email belakangan, namun pada waktu yang hampir bersamaan. Hal ini akan
memakan waktu bagi server untuk melayani permintaan klien kedua, karena secara
logika, server akan melayani klien yang melakukan permintaan terlebih dahulu, baru
melayani klien selanjutnya. Hal ini menyebabkan jalur permintaan yang diakses oleh
klien kedua mengalami kegagalan.
Dari kasus tersebut, fault tolerance di sini berperan penting, karena ketika jalur
yang diakses klien kedua mengalami kegagalan, maka arsitektur jaringan yang
memiliki karakteristik fault tolerance, akan menyediakan sarana untuk mengambil jalur
alternatif, jika suatu layanan tertentu, tidak tersedia pada saat kita melakukan
permintaan. Artinya jika salah satu jalur terputus atau terganggu, maka lalu lintas pesan
dapat dialihkan ke jalur yang lain secara cepat.
Salah satu cara agar suatu arsitektur jaringan mendukung karakteristik fault
tolerance, adalah dengan menggunakan packet switching. Dengan menggunakan
packet switching, kegagalan pada satu jalur bisa di-backup jalur lain. Packet switching
akan memecah-mecah data yang akan dikirimkan menjadi beberapa bagian. Hal ini
dilakukan agar muncul fleksibilitas dalam proses pengiriman data. Fleksibilitas yang
dimaksud di sini adalah data yang dikirim tidak harus secara seri melalui satu jalur
tertentu saja, tetapi bisa secara paralel dengan memanfaatkan jalur koneksi lain yang
tingkat kepadatannya tidak tinggi.
Gambar 1 menjelaskan tentang konsep kerja dari packet switching, yaitu pesan
dipecah menjadi potongan-potongan kecil dan merangkumnya menjadi sebuah paket
yang berisi informasi mengenai sumber, tujuan, dan urutannya. Semua paket dirutekan
secara individual di seluruh jaringan dan jika suatu bagian dari paket tidak sampai
tujuan, maka paket itu dikirim ulang melalui rute yang berbeda. Karena alasan inilah
packet switching mendukung fault tolerance dalam arsitektur jaringan.
Gambar 1. Konsep packet switching.
Sumber: https://reabellemyblog.wordpress.com/2016/01/05/the-
architecture-of-the-internet-2/
2. Scalability (Skalabilitas)
Berkaitan dengan apakah jaringan mampu diperluas sesuai kebutuhan
pengguna, dalam hal penambahan jaringan dan perangkat baru, tanpa mengganggu atau
memengaruhi kinerja jaringan yang lama. Tentu saja akan timbul rasa frustrasi, jika kita
harus membangun ulang sebagian atau seluruh jaringan, hanya karena kita perlu
menambahkan beberapa perangkat.
Jaringan yang bersifat skalabel, artinya jaringan yang apabila ditambahkan
beberapa node tambahan, tidak akan memengaruhi jaringan yang ada. Contoh dari
penerapan skalalabilitas ini adalah internet. Internet telah dirancang agar bersifat
skalabel, melalui arsitektur berjenjang dan membentuk model hirarki, yang terdiri dari
tiga tingkatan (tier) penyedia layanan internet (ISP), yaitu:
a. Tier 1
Merupakan ISP tingkat pertama yang menyediakan koneksi nasional dan
internasional, serta membentuk backbone (lintasan utama) internet.
b. Tier 2
Tingkat kedua ISP ini, lebih kecil dari tingkatan pertama (tier 1) dan
menyediakan layanan di wilayah regional. Tier 2 membeli akses internet
dari ISP tier 1.
c. Tier 3
Tingkat ketiga ISP ini, menyediakan internet langsung ke pengguna akhir
dan membeli akses internet dari ISP tier 2.
Setiap ISP memiliki DNS (Domain Name Server) yang menyimpan rincian
alamat jaringan, dan jika terdapat permintaan ke suatu jaringan, namun tidak ditemukan
dalam daftar alamatnya, maka akan diteruskan ke tingkat (tier) berikutnya. Dengan ini,
jaringan dapat mencegah daftar alamat menjadi besar dan mencegah lalu lintas data
agar tidak dikirim ke tempat yang tidak perlu.
4. Security (Keamanan)
Security berkaitan dengan keamanan dalam jaringan, agar data-data penting
dalam suatu jaringan tidak bisa diakses oleh sembarang orang. Keamanan tidak melekat
dalam jaringan komputer, karena ada banyak titik di mana transfer data dapat dipantau
atau disadap, dan jenis data yang kita transfer dapat sangat sensitif, seperti informasi
pribadi, detail bank, dan lain-lain. Keamanan telah menjadi bagian penting dari jaringan
komputer.
Dari perspektif pengguna sistem, terdapat tiga hal yang menjadi pertimbangan
dasar kemanan jaringan, yaitu:
a. Menjamin confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan dapat dipastikan dengan mencegah akses tidak sah atau
pencurian konten menggunakan sistem otentikasi yang memerlukan kata
sandi yang kuat, dan dengan mengenkripsi konten jika diperlukan. Gambar
4 menunjukkan penerapan sistem otentikasi yang memerlukan kata sandi
untuk melindungi jaringan dari akses yang tidak sah.
Gambar 4. Bentuk implementasi security.
Sumber: http://www.rianlab.com/2014/10/4-karakteristik-
dasar-arsitektur-jaringan.html