Anda di halaman 1dari 13

Agregat (Sub Base Course dan Base Course)

Ditinjau dari asal kejadiannya agregat/ batuan dapat dibedakan :


- Batuan beku
Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan
membeku. Dibedakan atas, batuan beku luar (extrusive igneous
rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan sedimen
Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa
hewan dan tanaman.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dapat
ddibedakan atas:
Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi,
konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan ini banyak
mengandung silica.
Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu
gamping, batu-bara, opal.
Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu
gamping, garam, gips dan flint.
- Batuan metamorf
Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang
mengalami proses perubahan bentuk akibat adanya perubahan
tekanan temperature dari kulit bumi.
Berdasarkan proses pengolahannya.
- Agregat alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di
alam atau dengan sedikit proses pengolahan, dinamakan agregat
alam.
Dua bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu:
kerikil dan pasir.
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35
mm), Pasir adalah agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch
tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200).
- Agregat yang melalui proses pengolahan
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat
masih berbentuk batu gunung sehingga diperlukan proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai
agregat konstruksi perkerasan jalan.
Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu
supaya diperoleh:
Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang
baik.
Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin
pemecah batu (Crusher stone) sehingga ukuran partikel yang
dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan.
- Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan
ukuran <0,075>

AGREGAT

Agregat adalah matrial perkerasan berbutir yang digunakan untuk


perkerasan jalan, ASTM mendefinisikan agregat sebagai suatu
bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran
besar ataupun berupa fragmen-fragmen. Sedangkan menurut
Departemen Pekerjaan Umum didefinisikan agregat merupakan
sekumpulan butir – butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik berupa hasil alam maupun hasil buatan.

Menurut Silvia ( 2003 ) Agregat merupakan komponen utama dari


struktur perkerasan jalan, yaitu 90-95% berat atau 75-85% dari
volume campuran. Sehingga kualitas perkerasan jalan ditentukan
juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lain (aspal).

2.3.1. Jenis Agregat

Silvia ( 2003 ) membedakan agregat berdasarkan kelompok


terjadinya, pengolahan, dan ukuran butirnya. Berdasarkan proses
terjadinya agregat dapat dibedakan atas agregat beku, agregat
sendimen dan agregat metamorfik ini diperkuat oleh Athur ( 2003 )
Batuan alam diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu batuan
beku, batuan sendimen dan batuan metamorf.
Agregat beku, adalah agregat yang berasal dari magma yang
mendingin dan membeku tedapat dua macam agregat beku yaitu
agregat beku luar dan dalam. Agregat beku luar umumnya berbutir
halus seperti batu apung, andesit, basalt, dll. Sedangkan agregat
beku dalam umumnya bertektur kasar seperti gabbro, diorit, syenit.

Agregat sendimen, adalah agregat yang berasal dari


campuran mineral, sisa – sisa hewan dan tanaman yang
mengalami pengendapan dan pembekuan. Berdasar proses
pembentukanya dapat dibedakan atas agregat sendimen yang
dibentuk dengan proses mekanik, prosese organis dan proses
kimiawi.

Agregat metamorfik, adalah agregat yang mengalimi


perubahan bentuk akibat adanya perubahan tekanan dan
temperatur kulit bumi.

Berdasarkan pengolahannya dibedakan atas agregat siap


pakai (agregat alam) dan agregat perlu diolah.

Agregat siap pakai, adalah agregat yang terbentuk melalui


proses erosi dan degradasi sehingga sangat menentukan bentuk
partikelnya,agregat yang terbentuk karena proses erosi umumnya
bulat dantekstur permukaanya licin. Sedangkan agregat yang
terbentuk akibat degradasi umumnya membentuk sudut tajam dan
kasar. Agregat ini sering digunakan untuk matrial perkerasan jalan.

Agregat yang diolah, adalah agregat yang diperoleh dari


sungai – sungai atau gunung – gunung yang berbentuk masif dan
besar – besar sehingga perlu diolah terlebih dahulu, umumnya
mempunyai bidang pecahan, bertekstur kasar dan ukuran agregat
sesuai yang diinginkan. Agreagat ini umumnya baik untuk matrial
perkerasan jalan

Berdasarkan ukuran butirnya agregat dapat dibedakan atas


agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi ( filler ). The
Asphalt Instirut membedakan agregat berdasarkan ukuran butir
menjadi :

Agregat kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran lebih besar


dari saringan No. 8 ( = 2,36 mm ), agregat halus dengan ukuran
butiran lebih halus dari saringan No. 8 ( = 2,36 mm ) dan bahan
pengisi ( filler ) adalah bagian dari agregat halus yang lolos
saringan No.30 ( = 0,60 mm ). Sedangkan Bina Marga
membedakan agregat menjadi : Agregat kasar, adalah agregat
dengan ukuran butiran lebih besar dari saringan No. 4 ( = 4,75
mm ), agregat halus dengan ukuran butiran lebih halus dari
saringan No. 4 ( = 4,75 mm ) dan bahan pengisi ( filler ) adalah
bagian dari agregat halus yang lolos minimum 75 % saringan
No.200 ( = 0,075 mm )

2.3.2 Sifat Agregat

Agregat yang digunakan untuk bahan perkerasan harus


memiliki sifat dan kualitas yang baik untuk lapisan permukaan yang
langsung memikul beban beban lalu lintas dan menyebarkan ke
lapisan di bawahnya. Sifat agregat ini dikelompokan menjadi tiga :

 Kekuatan dan keawetan dipengaruhi oleh, gradasi, ukuran


butir maksimum, kadar lempung kekerasan dan ketahanan,
bentuk butiran dan tekstur permukaan.

 Kemampuan dilapisi aspal dipengaruhi oleh, porositas,


kemungkinan basah dan jenis agregat.

 Kemudahan pelaksanaan dan lapisan yang nyaman dan


aman dipengaruhi oleh, tahanan geser dan komposisi
campuran.

2.3.2.1. Gradasi Agregat

Adalah susunan butir agregat sesuai ukuran dan komposisi


butiran merupakan hal yang sangat penting dalam
menentukan stabilitas perkerasan, menurut Silvia ( 1990 )
gradasi butiran dibedakan menjadi gradasi seragram, gadasi
rapat dan gradasi jelek/senjang.

radasi Seragam

Terdiri dari butir – butir


yang sama atau hampir sama besar.

 Kontak antar butir baik


 Kepadatan bervariasi
tergantungdarisegregasi yang terjadi

 Stabilitas dalam keadaan terbatasi tinggi

 Stabilitas dalam keadaan lepas rendah

 Sukar untuk dipadatkan

 Mudah diresapi air

 Tidak dipengaruhi kadar air

Gradasi Baik
 Merupakan campuran
agregat kasar dan halus dengan komposisi
yang seibang

 Kontak antar butiran baik

 Seragam dan kepadatan tinggi

 Stabilitas Tinggi

 Kuat menahan deformasi

 Sukar sampai sedang upayauntuk


pemadatan

 Tingkat permeabilitas cukup

 Pengaruh kadar air cukup


Gradasi Jelek


Sumber Silvia ( 1990 ) Adalah
campuran agregat yang tidak memenuhi
dua katagori diatas

 Kontak antar butir jelek

 Seragam tetapi kepadatan jelek

 Stabilitas sedang

 Mudah dipadatkan

 Tingkat Permeabilitas rendah


 Kurang dipengaruhi oleh bervariasinya
kadar air

2.3.2.2. Ukuran Maksimum Agregat

a. Ukuran maksimum agregat, ukuran saringan terbesar dimana

agregat lolos saringan 100%.

b. Ukuran nominal maksimum agregat, ukuran saringan terkecil

dimana agregat yang tertahan saringan tersebut ≤ 10%.

Ukuran maks agregat = satu saringan > ukuran nominal


maks. .

2.3.2.3. Kebersihan Agregat (cleanliness)

Ditentukan dari banyaknya butiran halus (lolos saringan


no.200) seperti lempung, lanau atau adanya tumbuhan pada
campuran agregat. Hal tersebut dapat menghasilkan campuran
beton aspal mutu rendah, karena material halus membungkus
patikel agregat kasar sehingga ikatan agregat dan aspal
berkurang dan mudah lepas ikatan tersebut.

2.3.2.4. Daya Tahan Agregat


Merupakan ketahanan agregat terhadap penurunan mutu
akibat proses mekanis-dan kimiawi.

Agregat dapat mengalami degradasi, yaitu perubahan gradasi


akibat pecahnya butiran agregat. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh proses mekanis, misalnya gaya-gaya yang terjadi selama
pelaksanaan (penimbuan, penghamparan, pemadatan),
pelayanan terhadap beban lalu lintas dan proses kimiawi
(pengaruh kelembaban, kepanasan dan perubahan suhu).

Daya Lekat Aspal Terhadap Agregat (affinity for asphalt)

Daya lekat aspal dan agregat dipengaruhi oleh dua sifat yaitu
sifat mekanis, yang tergantung pada pori – pori, absorpsi, bentuk
dan tekstur permukaan dan ukuran butir serta sifat yang kedua
adalah sifat kimiawi .

Agregat berpori sangat baik untuk menyerap aspal sehingga ikatan


antar agregat menjadi kuat, tetapi kalau pori – pori agragat sangat
banyak maka akan berpengaruh pada lapisan aspal menjadi tipis
karena terserap oleh por – pori agregat. Disamping itu semakin
banyaknya pori – pori pada agregat akan menyerap air yang
banyak pula, hal ini sangat berpengaruh negative pada ikatan
antara aspal dan agregat oleh karena sifat aspal yang anti air.

Berat jenis agregat dalah perbandingan antara berat volule


agregat dan berat volume air. Berat jenis agregat ini sangat
penting dalam perkerasan jalan oleh karena dalam
merencanakan komposisi campuran berdasakan
perbandingan berat.

Agregat yang mempunyai berat jenis rendah mempunyai


volume yang besar dan pori – pori yang banyak, sehingga
dengan berat yang sama memerlukan aspal yang lebih banyak.
Berdasarkan AASHTO T 85-81 membagi berat jenis menjadi
tiga :

 Bulk Spesific Gravity ( Berat Jenis Bulk ), dimana volume


yang diperhitungkan adalah volume seluruh pori yang ada (
volume pori yang dapat diresapiair dan volume yang tak dapat
diresapi air ) ini digunakan apabila asumsi aspal hanya
menyelimuti bagian luar dari agregat.

 Apparent specific gravity, dimana volume yang


diperhitungkan adalah volume partikel dan bagian yang dapat
menyerap air. Ini digunakan apabila asumsi aspal dapat
meresapi seluruh bagian agregat yang dapat diresapi air.

 Effective specific gravity, dimana volume partikel hanya


sebagian dari pori yang dapat diresapi air.

Anda mungkin juga menyukai