Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIKUM BIOKIMIA

JUDUL PERCOBAAN III :

URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE


KELOMPOK III
Disusun oleh :

Khrisna Pangeran (24030115140081)

Asisten :

Aulia Dwi P (2403011412066)

LABORATORIUM BIOKIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO Commented [u1]: Ukuran tulisan 12,
Ukran magin 4433
2017 Commented [K2R1]: done
ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-

senyawa yang terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah

reaksi-reaksi khas dan pengamatan kualitatif berupa perubahan warna

pada masing-masing percobaan. Metode percobaan untuk identifikasi

senyawa organik ialah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula

pereduksi, uji adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL,

tes adanya asam urat dan garamnya yang menggunakan percobaan

Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan

tes adanya protein untuk uji senyawa organik. Sedangkan identifikasi

senyawa anorganik dilakukan dengan tes adanya amonia, klorida, sulfat,

fosfat dan kalsium. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan

bahwa uji positif terjadi pada tes kreatinin, asam urat dan garamnya,

klorida, fosfat, kalsium, dan sulfat. Uji negatif terjadi pada tes adanya

gula pereduksi, pemecahan ureum oleh urease, amoniak, protein, dan

keton. .

Kata kunci : Urin, Urease, Kualitatif, Ginjal


PERCOBAAN III
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE
I. TUJUAN
Untuk mengetahui unsur - unsur yang terkandung dalam urine
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urine

Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang Commented [u3]: Atau nya salah satu aja. Misal mau pake air
seni gausah pake atau air kencing
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Commented [K4R3]: done
Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai
sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra.

Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun
atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine
sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine
tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga
urine pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal
dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril
dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat
setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan
mengubah zat-zat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama
bau amonia yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk
dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine
yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine (Ali,
2008).

Jenis urine adalah sebagai berikut

a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan
pemeriksaan. Urine sewaktu biasanya cukup baik untuk
pemeriksaan rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan.

b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun
tidur. Urine ini biasanya lebih pekat dan baik sekali untuk
pemeriksaan kadar protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli
malnini dan sebagainya.

c. Urine pasca prandial


Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan
(kurang lebih 1,5–3 jam sesudah makan). Urine ini biasanya dipakai
untuk pemeriksaan reduksi.

d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat
untuk analisa kuantitatif.

(Tim DepKes RI, 1994)

2.2 Pemeriksaan pada Urine

2.2.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine

Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk


mengetahui kadar gula dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien
yang berpenyakit atau tersangka berpenyakit diabetes mellitus. Cara
pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan memakai
reagen benedict, tablet khusus dan tes pita.

Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict,


perubahan warna yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :

Warna biru (tidak berubah) (-)

Warna biru kehijauan (+)

Warna hijau (kekuningan) (+ +)

Warna kuning kemerahan (+ + +)

Warna merah bata (+ + + +)

2.2.2 Pengambilan bahan urine

Pengambilan urine sebagai bahan pemeriksaan untuk


mengetahui faal glomeruli yang bertujuan untuk menyediakan urine
secara bertahap untuk pemeriksaan ureum.

2.2.3 Pengumpulan urine selama 24 jam

Meliputi:

 Pengukuran berat jenis urine


 Pemeriksaan jumlah dalam urine
 Pengujian pemekatan
 Pengambilan bahan creatinin clearence test
(Tim DepKes , 1994)

2.3 Sifat Urine

Sifat-sifat urine diantaranya adalah

a. volume urine pada orang dewasa nomal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap
hari
b. volume urine berkurang pada iklim panas
c. berat jenis antara 1,003 – 1,030
d. reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0
e. urine menjadi alkali bila dibiarkan
f. urine berwarna kuning pucat apabila normal
g. urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada
dalam makanan
(Harper, 1961)

2.4 Ciri- ciri Urine Normal

Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda


sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah
pula apabila terlampaui banyak protein yang dimakan sehingga tersedia
cukup aliran yang diperlukan untuk mengalirkan ureanya. Warnanya bening
oranye pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis nampak
terapung di dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap
lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai
1,028.

(Harper, 1961)

2.5 Komponen Utama Urine Manusia

Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari :

Komponen Garam per 24 jam Perkiraan nisbah kons.


Urine
Glukosa < 0,05 < 0,05

Asam amino 0,80 1,0

Amoniak 0,80 100

Urine 25 70

Kreatinin 1,5 70

Asam urat 0,7 20

H+ pH 5-8 Sampai 300

Na+ 3,0 1,0

K+ 1,7 15

Ca2+ 0,2 5

Mg2+ 0,15 2

Cl- 6,3 1,5

HPO42- 1,2 g P 25

SO42- 1,4 g S 50

HCO3- 0,3 0,2

Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada


jumlah cairan yang masuk ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24
jam spesimen dengan total volume 1.200 mL.

(Harper, 1961) Commented [u5]: Gunakan taun terbaru ya besok lagi

Answer baik mbak


2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine

a. Protein

Proteinuria (albume urea ) adalah adanya albumin dan globulin


dalam urine dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-
200 mg protein diekstraksi setiap hari dalam urine.

b. Glukosa

Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria
terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya
stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat
menunjukkan adanya diabetes.

c. Benda-benda keton

Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak


3-15 mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan
metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis.
(Harper, 1961)

2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine


a. Urea
Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia.
Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet
rendah, protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara
relatif tidak dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam,
diabetes atau aktivitas korteks berlebih.

(Harper, 1961)

b.Amonia
Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika
terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat
tinggi. (Harper,
1961)

c. Kreatin dan kreatinin

Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini


dapat digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang
dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan
menambahkan alkali pikrat dalam urine.

(Harper, 1961)

d. Asam urat

Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang
sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali.
Oleh karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan,
warna biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat.

(Harper, 1961)

e. Asam amino

Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang
batas urine untuk zat ini sangat tinggi.

(Harper, 1961)

2.8 Pengujian pada Urine

2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict

Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan


sodium sitrat. Reaksinya sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya
akan dioksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan pereaksi benedict
akan tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah bata,
maka menunjukkan adanya gula pereduksi.
(Harper , 1961)

2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine

Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan


asam pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin,
campuran memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan
dengan standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat.

(Harper , 1961)

2.8.3 Uji adanya protein

Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik,


setelah disentrifus untuk menghilangkan sedimen, kemudian
ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang
menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine
terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan
dengan asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik
secara kolorimetri maupun analisis.

(Harper , 1961)

2.9 Komposisi urine

Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine
berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi
tubuh misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi
dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi
sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Urine seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat.

(Popy, 2008)

2.10 Penyakit pada urine

Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita


oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya
endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit
kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau
calculus urinaria.

Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada
di ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter,
kandung kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat
juga terjadi langsung di kandung kemih.

Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa


nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa
nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari
besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah
pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan
keluarnya darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara
batu dengan dinding saluran kencing.

(Anonim, 2008)

2.11 Ginjal

Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari


darah, yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-
material ini diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara
rutin di laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk
pengukuran glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity
dan pH.

(Bettelhem, 1995)

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut


atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di
bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal,
yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga
abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya
terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua
belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal
dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

(Anonim, 2008)

2.12 Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan


organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari
keempat organ tersebut adalah ginjal.

1. Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia
adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui
proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain
itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya
berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air, mempertahankan
cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan,
serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari
ginjal berupa urine.

Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan


terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang.
Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10
cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir
menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

a. korteks (bagian luar)


b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal)
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100
juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya
perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas
badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan
Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk
atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman
membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler
arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang
bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat
banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal

Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga


ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing
(vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan
sementara urine sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju
luar tubuh urine melewati saluran yang disebut uretra. Commented [u6]: Refrensi????

2. Hati (hepar)

Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi


sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari
sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi
merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin, dan setelah
mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna
pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil
pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian
diangkut oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena
adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam
sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning.
Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.

( Anonim, 2008)

2.13 Mekanisme Pembuangan Urine

Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.

1. Penyaringan (filtrasi) Commented [u7]: Posisi sejajar dengan 2.13


Commented [K8R7]: Done
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman.
Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa
faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan
hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain
penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel
darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan
kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium,
kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan
dan menjadi bagian dari endapan.

Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urine


primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak
mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.

2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)


Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh
karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada
tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta
urea pada tubulus kontortus distal.

Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino


dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain
pada filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 g garam, dan 150 g
glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine


sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer.
Pada urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan
ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urine
primer dapat mencapai 2% dalam urine sekunder.

Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan
asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang
mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang
dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan
sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urine.

(Sherwood.2001)

2.14 Aktivitas Ureolitik bakteri penghasil urease dan dimurnikan Enzim urease
dalam kondisi anoksik: Implikasi untuk subseafloor kontrol produksi pasir
oleh endapan karbonat yang diinduksi secara mikrobik (MICP)

2.14.1 Pendahuluan

Produksi pasir menjadi kendala utama bagi eksploitasi minyak dan


gas yang terkonsolidasi / tidak terkonsolidasi dengan baik waduk di
seluruh dunia Dilaporkan bahwa 70% dari reservoir hidrokarbon global
rentan terhadap produksi pasir. (Fattahpour et al.,2012)

Biasanya, produksi pasir didefinisikan sebagai partikel pasir di


Indonesia endapan hidrokarbon bawah laut yang dikonsolidasikan dengan
konsolidasi bergerak ke sumur eksploitasi bersama dengan hidrokarbon
dan air mengalir, karena kegiatan pengeboran dan penyelesaian.
Detasemen dari partikel biasanya diinduksi oleh kombinasi fluida pori
tinggi kecepatan dan perilaku degradasi material (Rahmati et al., 2013)

2.14.2 Bakteri, Enzime, dan Kultur Media

Enzim Urease sering ditemukan secara alami pada alga, jamur,


bakteri, tanaman, dan invertebrata (Krajewska, 2009). Secara komersial,
urease telah umum diproduksi melalui kacang dimurnikan dari makanan
bakso Dalam penelitian ini, enzim urease dimurnikan dipasok oleh Kishida
Chemical, Osaka, Jepang, yang memiliki aktivitas enzim dari 2950 U / g
(Neupane et al., 2013)
Media kultur yang digunakan dalam penelitian ini untuk panen B.
Megaterium adalah ATCC-Medium 3. Pada tahap awal, kultur beku beku
direhidrasi dalam larutan kaldu nutrisi, yang terdiri dari 8,0 g kaldu nutrisi
dalam 1 L air suling dan telah diautoklaf di 121 ◦C. Kemudian, sel bakteri
rehidrasi ditanam pada Pelat yang juga mengandung nutrient agar (23 g
dalam 1 L air suling, disterilkan pada 121 ◦C) pada suhu 20 ◦C semalam.
Setelah itu, satu koloni dipindahkan ke larutan media cair, yang
mengandung 8 g / L kaldu hara dan 5 g / L NaCl. Larutan bakter kemudian
dipanen dalam inkubator suhu konstan sampai OD600 akhir 0,1 tercapai
(Schmidt et al., 2017).

2.15 Pengembangan metode elektroanalitik tanpa enzimatik untuk deteksi tidak


langsung kreatinin dalam sampel urin

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode


elektroanalitikal tanpa enzim untuk kuantifikasi kreatinin tidak langsung dari
sampel urin. Metode ini didasarkan pada pemantauan elektrokimia reduksi anion
picrate pada elektroda karbon kaca dalam media alkali sebelum dan setelah
bereaksi dengan kreatinin (reaksi Jaffe). Dengan menggunakan teknik voltametri
pulsa diferensial di bawah kondisi percobaan optimum (potensial potensial,
potensial amplitudo, waktu reaksi, dan suhu), kurva analitik linier diperoleh untuk
konsentrasi kreatinin berkisar antara 1 sampai 80 mol L-1, dengan deteksi batas
380 nmol L-1. Metode yang diusulkan ini digunakan untuk mengukur kreatinin
dalam urin manusia tanpa campur tangan spesies organik yang paling umum
secara normal

Hadir dalam cairan biologis (misal, asam urat, asam askorbat, glukosa, dan
fosfokreatinin). Hasil yang diperoleh dengan menggunakan sampel urine sangat
mirip dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode spektrofotometri
referensi (pada tingkat kepercayaan 95%) (William et al, 2012).

2.15.1 Pendahuluan
Konsentrasi kreatinin dalam serum manusia dapat digunakan untuk
memperkirakan "klirens kreatinin," yang mencerminkan laju filtrasi
glomerulus dan sangat penting untuk memantau fungsi ginjal. Selain itu,
konsentrasi kreatinin dalam urin diukur selama tes obat standar, dan kadar
normal berkisar antara 40 sampai 300 mg dL-1 (~ 3,6-27 mmol L-1) pada
pria dan 37-250 mg dL-1 (~ 3,3 -22,5 mmol L-1) pada wanita. Namun,
nilai di bawah 20 mg dL-1 (~ 1,8 mmol L-1) telah diamati pada kasus
yang jarang terjadi, yang dapat menunjukkan bahwa sampel urin
dipalsukan (William et al, 2012).

2.15.2 Analisis Elektrokimia


Solusi standar analisis dan sampel urin diencerkan dengan larutan
alkali picrate (0,1 mol L-1 NaOH), dan campuran ini tersisa selama 100
menit pada 27 ° C agar reaksi Jaffe bisa terjadi. Untuk analisis kreatinin
elektrokimia, voltametri pulsa diferensial dengan potensial tegangan
berkisar antara -0,1 sampai -1,0 V dilakukan. Nilai optimum untuk
langkah dan amplitudo masing-masing adalah 0,02 V dan 0,1 V; semua
pengukuran dilakukan setelah pengangkatan oksigen (William et al, 2012).

2.15.3 Analisis Spektrofotometri


Nilai kreatinin dari sampel urin dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh dari reaksi kuantitatif kreatinin dengan anion picase basa, yang
menghasilkan senyawa dengan absorbansi maksimum 500 nm.
Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
UV-vis dengan cuvet kuarsa kuarsa 1 cm(William et al, 2012).

2.15 Analisa Bahan


2. 15. 1 Phenolphtalein
Sifat fisik : kristal tak berwarna
dalam bentuk cairan berwarna putih kekuningan
Sifat kimia : rumus molekul C20H14O4
larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya
tak berwarna dalam larutan asam dan
berwarna merah muda dalam larutan basa
perubahan pH 8,2-10,0

(Mulyono, 2001)
2.15.2 Fenol merah
Sifat fisik : titik leleh 42 0C
titik didih 182 0C
densitas 1,1 g/mL
Sifat kimia : senyawa yang bersifat asam
C6H5OH yang berubah menjadi merah muda (pink)
bila terkotori atau terkena cahaya

(Mulyono, 2001)
2.15.3 Natrium karbonat (Na2CO3)
Sifat fisik : padatan kristal putih
titik leleh 851 0C (anhidrous)
densitas 2,5 (anhidrous) dan 1,4 (dekahidrat)
Sifat kimia : larut dalam air
mudah melapuk oleh udara
sebagai soda pembersih
(Mulyono, 2001)
2.15.4 Asam asetat (CH3COOH)
Sifat fisik : merupakan asam tak berwarna
bau menyengat
kemurniannya 99,52 %
titik didih 118,5 0C
titik beku 117 0C
Sifat kimia : larut dalam air dan asam pekat
(Pringgodigdo,
1973)
2.15.5 Tepung kedelai
Sifat fisik : berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan
Sifat kimia : merupakan produk olahan dari kacang kedelai
sebagai sumber protein
(Anonim, 2008)
2.15.6 Reagent benedict
Sifat fisik : menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi
Sifat kimia : reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula
pereduksi
terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri
sulfat dan air
(Pringgodigdo,
1973)
2.15.7 Natrium hidroksida (NaOH)
Sifat fisik : titik leleh 318 0C
titik didih 139 0C
densitas 2,1 g/mL
padatan putih
Sifat kimia : senyawa basa kuat
higroskopis, korosif
mudah menyerap CO2 membentuk Na2CO3
(Mulyono,
2001)
2.15.8 Sodium nitroprusid
Sifat fisik : cairan jernih, garam Na
(Basri, 1996)
2.15.9 Asam nitrat (HNO3)
Sifat fisik : zat cair tidak berwarna atau agak kekuningan
titik leleh – 41 0C
titik didih 83 0C
density 1,5 g/mL
Sifat kimia : asam anorganik
berasap dan korosif
sebagai oksidator kuat
(Mulyono,
2001)
2.15.10 Amonium sulfat padat
Sifat fisik : merupakan padatan kristal orthorombik berwarna
putih
berat molekul 132,4 g/mol
densitas 1,67 g/mL
Sifat kimia : sangat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol.
(Basri, 1996)
2.15.11 NH4OH
Sifat fisik : titik leleh -78 0C
titik didih -33,5 0C
berbentuk cairan
tidak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia : merupakan senyawa basa
(Mulyono,
2001)

2.15.12 Amonium molibdat


Sifat fisik : berbentuk cairan bening
Sifat kimia : senyawa ini merupakan garam dari amonia dan asam
molibdat
rumus molekul (MH4)6MoO7O24 . H2O
(Arora, 2004)
2.15.13 K2C2O4
Sifat fisik : berbentuk kristal
tidak berwarna
Sifat kimia : beracun, dapat menyebabkan iritasi
larut dalam air
senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama
asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis
dan bahan pembersih.
(Basri, 1996)
2.15.14 BaCl2
Sifat fisik : kristal putih
titik leleh 963 0C
titik didih 1560 0C
Sifat kimia : digunakan dalam ekstraksi barium melalui
elektrolisis dibuat dengan melarutkan BaCO3 dalam
asam hidroklorida dan mengkristalkan hidrat.
(Daintith, 1990)
2.15.15 HCl
Sifat fisik : titik leleh 114 0C
titik didih -85 0C
densitas 1,27 (udara = 1)
gas tak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia : asam kuat
sangat larut dalam air
merupakan hasil reaksi antara NaCl dan H2SO4
(Mulyono, 2001)

III. METODE PERCOBAAN Commented [u9]: Enter ke halaman selanjutnya


3.1 Alat dan bahan Commented [K10R9]: done
3.1.1 Alat -penangas air
-kaki tiga
-Tabung reaksi
-gelas beker 250 mL
-gelas ukur
-drop plate
-pipet tetes
-kertas saring
-spatula
-corong
-pengaduk
-erlenmeyer
-pemanas listrik
-cawan porselin

3.2.2 Bahan -tepung kedelai

-amonium molibdat -amonium sulfat padat

-NaOH 2 M -NaCO3

-HNO3 pekat -NH4OH

-sampel urine -BaCl2

-akuades -K2C2O3

-phenolftalein -HCl pekat Commented [u11]: Yg rapih


Commented [K12R11]: done
-fenol merah

-reagen benedict

-CH3COOH 0.1 M
3.2 Skema Kerja Commented [u13]: Ukuran kertas dan margin disamakan
(4433)

3.2.1 Senyawa Organik dalam urine Commented [u14]: Sesuaikan resep percobaan

3.2.1.1 Pemecahan Ureum oleh Urease


1.5 mL urine

Tabung reaksi I

Penambahan 4 tetes indikator fenol merah

Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda

Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan

berwarna kuning

Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC

Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai

Pengocokan dan pendiaman beberapa saat

Pengamatan perubahan

hasil

1.5 mL akuades
Tabung reaksi II

- Penambahan 4 tetes indikator fenol merah


- Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda
- Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan
berwarna kuning
- Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC
- Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai

hasil
- Pengocokan dan pendiaman beberapa saat
- Pengamatan perubahan

3.2.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi

0.5 mL urine

Tabung reaksi

Penambahan 5 mL reagen benedict

Pemanasan sampai terjadi perubahan warna

Penambahan tetes demi tetes CH3COOH

Pengamatan perubahan
hasil

0.5 mL urine

Tabung reaksi

Penambahan 5 mL reagen benedict

Pemanasan sampai terjadi perubahan warna

Penambahan tetes demi tetes CH3COOH

Pengamatan perubahan
hasil
3.2.1.3 Tes Adanya Kreatinin

a. Percobaan JAFFE

2.5 mL urine

Tabung reaksi

penambahan 1 mL asam pikrat jenuh

penambahan 1 mL NaOH 2M

pengamatan perubahan warna

hasil

2.5 mL Aquades

Tabung reaksi

penambahan 1 mL asam pikrat jenuh

penambahan 1 mL NaOH 2M

pengamatan perubahan warna

hasil

c. Percobaan WEYL

2.5 mL urine

Tabung reaksi

penambahan 5 tetes sodium nitroprusid

penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis

penambahan tetes demi tetes CH3COOH

Pengamatan perubahan warna

hasil
2.5 mL urine

Tabung reaksi

penambahan 5 tetes sodium nitroprusid


penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis
penambahan tetes demi tetes CH3COOH
pengamatan perubahan warna
hasil

3.2.1.4 Tes adanya Asam Urat dan Garamnya

a. Percobaan Muroksid
0,25 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat

Cawan petri

Pemanasan di atas penangas air

sampai kering

Pengamatan perubahan

hasil
b. Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)

2.5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 Kertas saring


2%
Drop plate
Pembasahan dengan

AgNO3
Hasil

Penambahan dengan

campuran dalam

drop plate

Pengamatan

perubahan warna

Hasil

3.2.1.5 Tes adanya senyawa keton (Percobaan Rhoten)


5 mL urine

Tabung reaksi

Penambahan (NH4)2SO4 padat (sambil

pengocokkan) hingga larutan jenuh

Penambahan 3 tetes larutan Na-nitroprusid 5% + 2

mL NH4OH jenuh

Pengocokkan hingga bercampur rata

Pendinginan selama 30 menit

Pengamatan perubahan warna

hasil
3.2.1.6 Tes Adanya Protein

5 mL urine

penyaringan

residu Filtrat urine

pengambilan 5 ml filtrat
2.5 ml filtrat urine

Tabung reaksi

pemanasan diatas penangas air

penambahan 3-5 tetes

CH3COOH 2M

pengamatan perubahan

hasil
3.2.2 Senyawa Anorganik dalam Urine

3.2.2.1 Tes Adanya Asam Amino

1 mL urine

Tabung reaksi

Penambahan 2 tetes indikator PP + 2 tetes

Na2CO3 2% hingga terbentuk warna merah

muda

Pemanasan di atas penangas air hingga mendidih

Peletakkan kertas saring basah oleh indikator PP

di atas mulut tabung reaksi (tidak menutupi

semua mulut tabung)

hasil
Pengamatan perubahan warna pada kertas saring

3.2.2.2 Tes Adanya Klorida


1 mL urine

Tabung reaksi

penambahan 2 tetes HNO3 pekat + 2 tetes larutan

AgNO3

pengamatan perubahan warna

penambahan NH4OH berlebihan

pengamatan

hasil
3.2.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
5 mL urine

Tabung reaksi

penambahan 1 mL NH4OH hingga larutan

bersifat alkalis

pemanasan larutan di atas penangas air hingga

ada endapan putih

penyaringan dengan kertas saring

filtrat residu (endapan putih)

pencucian dengan akuades

pelarutan dalam 1 mL

CH3COOH 2%

pembagian dalam 2 tabung

tabung I tabung II
tabung I tabung II
penambahan 1 tetes HNO3 pekat penambahan 3 tetes

K2C204

penambahan 3 tetes amonium molibdat pengamatan perubahan

pemanasan
hasil
pengamatan perubahan
hasil

3.2.2.4 Tes Adanya Sulfat

1 mL urine

Tabung reaksi

penambahan dengan 1 tetes HCl pekat

penambahan 3 tetes BaCl2 0,1 M

pengamatan perubahan war

hasil
IV. DATA PENGAMATAN Commented [u15]: diisi sesuai yg dilakukan

No Perlakuan Hasil Ket

a Senyawa organik dalam urine

1 Pemecahan Ureum menjadi Urease

Tabung 1 -terbentuk larutan dengan tidak


adanya perubahan warna
-3 mL urine + 4 tetes fenol merah +

Na2CO3 2%
-tidak terjadi perubahan warna
-
-penambahan CH3COOH -tidak terjadi perubahan warna

-pemanasan hingga 60oC


-terbentuk larutan dengan tidak
adanya perubahan warna
Tabung 2

-3 mL akuades + 4 tetes fenol merah + -tidak terjadi perubahan warna -

Na2CO3 2% -tidak terjadi perubahan warna

-penambahan CH3COOH

-pemanasan hingga 60oC


2 Tes Adanya Gula pereduksi

-1 mL urine + 5 mL Benedict -larutan berubah warna dari kuning

menjadi biru
-pemanasan

-tidak terjadi kekeruhan atau


-pendinginan dengan cepat -
terbentuknya endapan merah bata

3 Tes Adanya Kreatinin

a. Percobaan JAFFE

-5 mL urine + 1 mL asam pikrat jenuh -larutan berubah warna dari kuning


+
+ 1 mL NaOH 2 M pucat menjadi jingga

-5 mL akuades + 1 mL asam pikrat -larutan berubah warna dari bening +

jenuh + 1 mL NaOH 2 M menjadi kuning

b. Percobaan WEYL

-5 mL urine + 5 tetes Na-nitropusid -warna larutan tetap kuning pucat


-penambahan NaOH hingga alkalis -perubahan warna menjadi jingga +

kecoklatan
-penambahan beberapa tetes

CH3COOH

4 Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya

a. Percobaan Muroksid

-0.5 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat -larutan berwarna kuning cerah

-pemanasan sampai kering -terbentuk bercak kecoklatan +

b. Percobaan Reduksi Perak (Schiff)

-pembasahan kertas saring dengan

AgNO3
-terbentuk bercak hitam +

-penetesan dengan campuran 5 tetes urine

+ 5 tetes Na2CO3 2%

5 Tes Adanya Senyawa Keton

-5 mL urine + (NH4)2SO4 padat

-pengocokan

-penambahan 3 tetes Na-nitropusid 5% + 2

mL NH4OH jenuh

-
-pengocokan, pendiaman 30 menit -tidak terjadi perubahan warna

6 Tes Adanya Protein

-penyaringan 10 mL urine

-pemanasan

-penambahan 3-5 tetes CH3COOH

-pengamatan -tidak terbentuk endapan -

B Senyawa anorganik dalam urine

7 Tes Adanya Amoniak

-2 mL urine + 2 tetes PP + 2-3 tetes

Na2CO3 2%

-pemanasan sampai mendidih

-peletakkan kertas saring basah oleh PP di

atas mulut tabung reaksi


-tidak terjadi perubahan dikarenakan
-pengamatan perubahan pada kertas saring -
uap dari hasil reaksi tidak sampai pada

mulut tabung reaksi

8 Tes Adanya Klorida


-2 ml urine + 2 tetes HNO3 pekat+ 2 tetes -endapan menjadi larut dalam +

larutan AgNO3 ammonium hidroksida berlebih

-pengamatan

9 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium

-10 mL urine + 1 mL NH4OH hingga

alkalis

-pemanasan

-penyaringan

-pencucian endapan dengan akuades


-terbentuk endapan namun +

-pelarutan endapan dalam 1 mL endapannya sangat halus dan sedikit

CH3COOH 2% sehingga tidak dapat dibagi menjadi 2

untuk diuji kembali


-pengamatan

10 Tes Adanya Sulfat

-2 mL urine + 1 tetes HCl pekat + 3 tetes -terbentuknya endapan +

BaCl2

-pengamatan
III. HIPOTESA

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang

terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi-reaksi khas dan

pengamatan kualitatif berupa perubahan warna, adanya endapam, cincin, dan

kejenuhan pada masing-masing percobaan. Metode percobaan untuk identifikasi

senyawa organik ialah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji

adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan

garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF),

tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk uji senyawa organik.

Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dilakukan dengan tes adanya amonia,

klorida, sulfat, fosfat dan kalsium. Dari beberapa identifikasi yaitu tes gula

pereduksi akan menunjukkan endapan merah bata jika terdapat gula pereduksi. Uji

positif untuk senyawa keton yaitu adanya warna jingga, uji positif adanya protein

jika timbul endapan, tes pemecahan ureum oleh urease dengan adanya warna merah

muda, pada percobaan WEYL adanya cincin merah dan endapan yang banyak, tes

muroksid dengan uji positif adanya warna kecoklatan, uji positif SCHIFF terbentuk

cincin perak. Sedangkan untuk tes adanya amonia uji positifnya adalah warna

merah muda pada kertas saring, uji positif adanya klorida yaitu adanya endapan

keruh dan akan larut jika penambahan NH4OH berlebih, uji positif untuk tes fosfat

yaitu adanya endapan kuning, uji positif tes kalsium yaitu timbul endapan atau
kekeruhan yang tidak larut, uji positif adanya sulfat adalah dengan adanya endapan

keruh.

VI PEMBAHASAN

Percobaan identifikasi senyawa dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui

unsur-unsur yang terkandung dalam urine.Urine adalah cairan sisa yang

diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh

melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang zat zat sisa dalam

pembuluh darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis atau

kesetimbangan cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter

menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti

racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Secara medis urin sebenarnya

cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya

saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan

mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan

menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari

urea.

Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak

menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air


dengan volume lebih banyak. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan

urine berwarna kuning pekat atau cokelat dengan volume yang lebih

sedikit.

Identifikasi senyawa dalam urine sangat penting karena dengan

adanya identifikasi senyawa dalam urine bisa mengetahui ada dan

tidaknya suatu penyakit dalam tubuh. Identifikasi urine bisa dilakukan

dengan beberapa metode yang dapat dibagi berdasarkan uji senyawa

organik dan uji senyawa anorganik.

6.1 Senyawa Organik Dalam Urine

6.1.1 Pemecahan Ureum Oleh Urease

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya ureum

dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Prinsip percoban ini

adalah pemecahan ureum oleh enzim urease. Pada percobaan ini yang

berperan sebagai sumber enzim urease adalah tepung kedelai. Prosedur

pertama yang dilakukan adalah menambahkan 4 tetes indikator fenol

merah pada tabung reaksi 1 yang berisi urine orang bangun tidur serta

pada tabung reaksi 2 yang berisi akuades sebagai pembanding.

Penambahan indikator fenol merah ini bertujuan untuk menandai

perubahan pH yang terjadi pada larutan.


Reaksi fenol merah:

HIn In-

Suasana asam suasana basa

(kuning) (merah)

(Anonim, 2008)

Perubahan pH ini untuk menandai pH optimum enzim urease bekerja

optimal. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6,0-8,4 dan

pada suasana asam membentuk warna kuning.

(Underwood, 1986)

Penambahan natrium karbonat (Na2CO3) 2% berfungsi untuk mencapai

pH yang diinginkan yaitu pH enzim urease yang bekerja optimum pada

suasana basa. Pencapaian pH tersebut ditandai dengan perubahan


warna. Penambahan asam asetat akan menghasilkan larutan berwarna

kuning, baik pada urine maupun akuades. Fungsi asam asetat adalah

untuk memberikan suasana asam.

Selanjutnya dipanaskan pada suhu 60ºC kemudian dilakukan

pengamatan. Fungsi pemanasan adalah untuk mencapai suhu optimal

enzim urease, sehingga enzim tersebut bekerja secara optimal pada

proses pemecahan ureum. Dari percobaan didapatkan hasil yang negatif

pada kedua tabung reaksi yang tidak ditandai dengan perubahan warna

menjadi jenuh pada tabung 1 dan kuning pada tabung 2..

Reaksi yang terjadi adalah:

O
urease
H 2N C NH 3 H2O CO2 2NH3

(Kusnawidjaya, 1987)

6.1.2 Tes Adanya Gula Pereduksi

Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi

dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi reduksi. Penambahan

reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk endapan merah bata

gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan.


Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

O O
C C
H H
H C OH H C OH

HO C H Cu2+ H2O HO C H Cu2O H+

H C OH H C OH

H C OH H C OH

CH2OH CH 2OH

(Martoharsono, 1993)

Hasil positif menunjukkan pada bagian dasar tabung reaksi

terbentuk endapan merah bata, akan tetapi hasil yang didapatkan

negatif, larutan tetap bewarna biru. Hasil ini mengindikasikan tidak

terdapat senyawa gula pereduksi dalam kadar yang sedikit.

6.1.3 Tes Adanya Kreatinin

6.1.3.1 Percobaan JAFFE

Metode ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin dalam

urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan kreatinin. Pada metode

ini, sampel urine ditambah dengan asam pikrat jenuh yang

menghasilkan warna kuning pekat pada sampel urine dan warna kuning

terang pada akuades. Kemudian ditambah dengan NaOH yang


menghasilkan warna jingga kuning pada sampel. Terbentuknya warna

jingga kuning ini menunjukkan uji positif yang merupakan tanda telah

terpecahnya kreatinin dalam urine menjadi kreatinin dan garam asam

pikrat. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa

pada sampel urine positif mengandung kreatinin.

Reaksi yang terjadi:

H OH
N H
N
C O O2N NO 2
C HN C O
C NH2 +
N CH 2
N CH 2

CH3 NO 2
CH 3

NH2 OH

H2N NO 2
C NH

N CH3

NO 2
CH2COOH

(Martoharsono, 1993)

6.1.3.2 Percobaan WEYL

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam

urine. Prinsip percobaan ini adalah penambahan larutan basa untuk

menghasilkan warna. Penambahan Sodium Nitroprusid dan NaOH

bertujuan agar kreatinin dapat bereaksi dengan basa dan menunjukkan


warna merah. Selanjutnya pada penambahan asam asetat berfungsi agar

kreatinin menunjukkan warna reaksi yang berbeda terhadap suasana

asam yaitu kembali menjadi berwarna kuning. Uji positif yang

menunjukkan adanya kreatinin adalah perubahan warna menjadi merah

saat ditambahkan larutan basa dan kembali berwarna kuning saat

penambahan asam. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil

bahwa pada urine positif mengandung kreatinin

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

H H
N N
C O C O
C HN C HN
Na2Fe(CN) 5NO .2H2O
H+
N CH 2 N CH2

CH 3 CH 3

HN Fe(CN)5NO.2H2O

C NH 2Na+

NH

CH2COOH

(Martoharsono, 1993)

6.1.4 Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya


6.1.4.1 Percobaan Muroksid

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa asam

urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemutusan

ikatan rangkap pada asam urat. Penambahan HNO3 pekat berfungsi

untuk memutus ikatan rangkap pada asam urat (C=O ) menjadi ikatan

tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan tunggal C-H menjadi ikatan

rangkap C=N sehingga dihasilkan senyawa berwarna kuning

kecoklatan.

Reaksinya:

H N C O N C OH
H
H
O C C N HNO3 HO C C N NO2
C O C OH
H N C N N C N
H

(Martoharsono, 1993)

. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil larutan

bewarna uning cerah dan terbentuknya bercak kecoklatan. Hal ini

berarti bahwa pada sampel urine tersebut mengandung asam urat.

6.1.4.2 Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat

dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion Ag+

menjadi Ag. Uji positif pada percobaan ini adalah adanya lapisan seperti

cermin perak yang menempel pada kertas saring dan bercak hitam pada

larutan sampel urin. Penambahan larutan Na2CO3 bertujuan untuk

membentuk garam dari asan urat ketika Na2CO3 bereaksi dengan asam

urat.

Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mereaksikan AgNO3

tersebut dengan garam dari asam urat dan membentuk lapisan warna

perak pada kertas saring akibat adanya reduksi Ag+ menjadi Ag oleh

garam sodium (Na+) dari asam urat tersebut.

Reaksi yang terjadi adalah:

2AgNO3 + Na2CO3  Ag  + 2NaNO3 + CO3 + O2

(Kusnawidjaya, 1987)

Dari percobaan ini didapatkan hasil positif yakni terbentuk bercak

hitam pada sampel urine dan warna perak pada kertas saring.

6.1.5 Tes Adanya Senyawa Keton


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya

senyawa keton yang terkandung dalam urine. Prinsip percoban ini

adalah pengoksidasian gugus keton. Uji positif adanya keton ditandai

dengan terbentuknya warna jingga setelah berlangsungnya reaksi.

Penambahan (NH4)2SO4 padat bertujuan untuk mengkondisikan larutan

urine yang asam menjadi netral. Larutan nitroprusid dan NH4OH jenuh

bertujuan agar reaksi oksidasi gugus keton dapat berlangsung dalam

suasana basa.

Reaksi yang terjadi:

O O
CH3
4-
NH4OH
C OH Fe(CN)5NO2- OH- (NC)5Fe N C C CH3 N2O
H

CH3

(Kusnawidjaya,1987)

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada sampel urine tidak

terjadi perubahan warna. Sampel urine tersebut tetap berwarna kuning

jernih. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut negatif

tidak mengandung gugus keton.

6.1.6 Tes Adanya Protein


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya

protein dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan protein

menjadi monomer-monomernya yang lebih sederhana. Penambahan

asam asetat 2N berfungsi untuk membuat protein yang ada dalam urine

terdenaturasi sehingga terbentuk endapan yang menandakan adanya

protein dalam urine.

Reaksi yang terjadi:

R
H2O,H+
H C COOH CHCHO2NH2 NH2CHCOOH

NH 2 R R

(Kusnawidjaya,1987)

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada sampel urine

larutan tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menandakan

bahwa dalam sampel urine tersebut tidak mengandung protein.

6.2 Senyawa Anorganik dalam Urine

6.2.1 Tes Adanya Amonia

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa

amonia yang terdapat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi

NH4+ menjadi NH3. Urine ditambah dengan Na2CO3 yang bertujuan

untuk membentuk NH3. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya


warna merah muda pada kertas saring. Penambahan indikator PP yang

bertujuan untuk menandai perubahan pH dari asam menjadi basa setelah

penambahan Na2CO3.

Reaksi phenolftalein (PP) adalah:

OH OH

C OH H 2O C OH H3O+
O OH
C C O
O O

O-

H3O+
C O

C O
O (Underwood, 1986)

. Pada kertas saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan

untuk mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama

proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat merubah

warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah

muda. Dari hasil percobaan didapat bahwa pada sampel urine tersebut
negatif tidak mengandung amonia karena kertas saring tersebut tidak

berubah menjadi merah muda.

Reaksi yang terjadi:

Na2CHO3 NH4HCO3 NaCH2O3 (NH4)CO3

2NH4 + CO32-  2NH3  + CO2  + H2O

(Martoharsono, 1993)

6.2.2 Tes Adanya Klorida

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya klorida

dalam urine. Prinsip percoban ini adalah reaksi pembentukan kompleks

dan reaksi pengendapan. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk

menguraikan ikatan ionik antara Cl- yang pada umumnya berikatan

dengan Na+. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mengendapkan Cl-

menjadi AgCl. Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan

endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari

percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda

yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil

percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada sampel urine terbentuk

endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan adanya

penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa pada sampel

urine tersebut positif mengandung klorida.


Reaksi yang terjadi:

NaCl + HNO3  NaNO3 + HCl

HCl + AgNO3  AgCl  + HNO3

AgCl  + NH4OH  [Ag(NH4OH)]+ + Cl-

(Martoharsono, 1993)

6.2.3 Tes Adanya Fosfat dan Kalsium

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fosfat

dan kalsium dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi

pengendapan. Uji positif adanya fosfat dalam urine ditandai dengan

terbentuknya endapan warna kuning. Sedangkan Uji positif adanya

kalsium adalah terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Pada

percobaan ini urine ditambah dengan larutan amonium hidroksida yang

berfungsi untuk membuat larutan bersifat alkalis.

Hasil percobaan didapatkan endapan bewarna putih pada sampel

urin dengan kadar yang sedikit. Setelah dilakukan penyaringan,

endapan tersebut berkurang kadarnya hingga sangat kecil sehingga

tidak dilakukan analisa lanut mengenai adanya fosfat dan kalsium. Akan

tetapi hasil dari uji ialah positif yang ditandai dengan terbentuknya

endapan putih pada sampel setelah pemanasan..


Reaksi yang terjadi:

HPO42- + 12MoO42- + 3NH4+ + 23H+  (NH3)[P(Mo3O4)4] 

+ 12H2O

Ca2+ + K2C2O4  CaC2O4  + 2K+

(Kusnawidjaya,1987)

6.2.4 Tes Adanya Sulfat

Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya

sulfat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat.

Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh

pada larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan

HCl pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk

mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan

BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang

berwarna putih dan tidak larut.

Reaksi yang terjadi:

SO42- + 2H+  H2SO4

H2SO4 + BaCl2  BaSO4  + 2HCl

(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada sampel urine

mengandung sulfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih

keruh.

VII. PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:

7.1.1 Pemecahan ureum oleh urease pada kedua sampel urine didapat

hasil negatif.

7.1.2 Tes adanya gula pereduksi memberi hasil negatif pada sampel

urine.

7.1.3 Tes adanya kreatinin pada percobaan JAFFE pada sampel urine

menunjukkan hasil positif mengandung kreatinin sedangkan

pada percobaan WEYL pada sampel memberi uji positif tidak

mengandung kreatinin.

7.1.4 Tes adanya asam urat dan garamnya pada percobaan Muroksid

dan reduksi perak (SCHIFF) sampel urine memberi uji positif.

7.1.5 Tes adanya senyawa keton dan tes adanya protein kedua sampel

urine memberi hasil negatif.

7.1.6 Tes adanya amonia pada sampel urine memberi hasil negatif.

7.1.7 Tes adanya klorida dan tes adanya sulfat pada sampel urine

memberi hasil positif.


7.1.8 Tes adanya fosfat dan kalsium pada sampel urine memberi uji

negatif.

7.1.9 Dari hasil uji urine pada percobaan urine ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa urine korban sehat karena negatif

mengandung senyawa organik (gula pereduksi, protein, dan

keton) artinya tidak ada sisa senyawa organik yang dibuang dan

kinerja ginjal tergolong normal

7.2 Saran

7.2.1 Variasi sampel urin bisa diperbanyak misalkan dengan

penambahan urin 24 jam, urin malam, maupun urin siang


LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 4 September 2017


Mengetahui,

Asisten Praktikan

Aulia Dwi P Khrisna Pangeran


2403011412066 24030115140081
Daftar Pustaka Commented [u16]: rapikan lagi

Ali, I. 2008. Urinalisis (Analisis Kemih). http://iqbalali.com. 30 Oktober 2010.

Alqasaimeh, Heng & Ahmad, A Urea from Stacked Sol-Gel Films with Immobilized

Nile Blue Chromoionophore and Urease Enzim, University Kebangsaan

Malaysia, Malaysia.

Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors

(Regd.), Delhi.

Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.

Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby Year

Book Inc, Missouri.

Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta.

Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada.

Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung.

Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung.


Popy, A. 2008. Sekilas Tentang Urin. http://aseppopy.net. 30 Oktober 2010

Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin, Jakarta.

Sherwood Lauralee, 2001 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology:
From cells to systems) ; Edisi II, EGC, Jakarta

Tauber & Kleiner, 1931, Studies on Cristalline Urease, Department of Physiological

Chemistry, New York Homeopathic Medical, New York.

Tim DepKes RI, 1994, Bakteriuri Infektif, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.


LAMPIRAN

Uji Senyawa Anorganik


Uji Senyawa Organik

Anda mungkin juga menyukai