Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL GEMASTIK 11

Smart Device, System Embadded, & IoT

Portable Water Quality System Prototype for


Lake Monitoring

HILAK HITA SQUAT


FEBRIAN WINSTON HUTAGALUNG
JHONNI MICHAEL GULTOM
GOMGOM SILALAHI
ABSTRAK
Untuk mengetahui kualitas air danau yang baik, harus dilakukan pengukuran pada
beberapa komponen seperti suhu, kekeruhan, ph, kadar logam, dan juga kadar oksigen. Maka,
berdasarkan hal tersebut timbul pemikiran untuk membuat sebuah prototype yang bernama
Portable Water Quality System Prototype for Lake Monitoring. Di mana, prototype ini
dilengkapi sensor suhu, sensor kekeruhan, sensor ph, sensor logam dan sensor DO (Dissolved
Oxygen). Prototype ini diletakkan pada bagian bawah kapal, sehingga daerah yang diukur tidak
hanya pada satu titik. Maka dari itu, prototype ini dilengkapi dengan modul GPS untuk
memetakan letak pengukuran dari alat ini. Sedangkan pengiriman data pengukuran dilakukan
setiap satu kali dalam selang waktu 15 detik. Prototype ini memanfaatkan Raspberry Pi 3
sebagai microprocessor.

Kata kunci: kualitas air, sensor suhu, sensor ph, sensor kekeruhan, Raspberry pi 3, sensor DO,
LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki ratusan danau yang berada hampir di setiap provinsi. Masyarakat
juga bisa memanfaatkan danau yang berada di sekitar rumah mereka untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Namun, masyarakat sekitaran danau tersebut tidak tahu bagaimana
kualitas dari air yang berada di danau tersebut. Air danau dapat terlihat jernih, namun belum
tentu air tersebut memiliki kualitas yang baik. Sehingga dapat membahayakan kesehatan
masyarakat sekitar dan menyebabkan kerugian bagi mereka yang memanfaatkan air danau
tersebut dalam bercocok tanam maupun berternak. Maka dari itu, perlu dilakukannya
pengukuran terhadap kualitas air danau agar masyarakat tahu untuk menggunakan air danau
tersebut.

Pada saat ini sudah terdapat alat yang dinamakan pluto buoy. Alat ini dapat melakukan
pengukuran kualitas air menggunakan sensor suhu, oksigen terlarut, pH, metal, dan kekeruhan.
Alat ini memiliki keterbatasan dalam melakukan pengawasan kualitas air danau karena hanya
dapat mengawasi pada satu titik tertentu. Hal ini mengakibatkan bahwa hanya terdapat satu
titik lokasi air yang dapat diketahui kualitasnya. Alat ini juga melakukan pengiriman data hasil
pengukuran satu kali dalam setengah jam. Hal ini cukup buruk untuk dapat mengetahui kualitas
air danau secara cepat, sehingga jika terjadi hal yang buruk dalam rentang waktu 0 – 30 menit,
maka tidak dapat langsung diketahui untuk diambil tindakan lebih lanjut.

Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, solusi yang ditawarkan berupa prototipe yang
dapat melakukan pengiriman data secara realtime (satu kali dalam selang waktu 15 detik) dan
pengukuran tidak hanya pada satu titik lokasi saja. Prototipe ini nantinya akan ditempelkan
pada kapal-kapal yang ada di danau, sehingga dapat memetakan jalur yang dilalui oleh kapal
dan mengukur kualitas air pada jalur tersebut. Prototipe ini juga dilengkapi dengan GPS yang
bertujuan untuk memetakan jalur yang dilalui berdasarkan koordinat lokasi kapal. GPS
merupakan modul yang digunakan untuk melakukan pengiriman data dari alat menuju cloud
server tempat dimana data akan disimpan agar dapat diakses melalui jaringan internet. Selain
dikirim ke cloud server, data juga akan disimpan pada memory eksternal yang ada pada
mikroprosesor. Fungsi dari memori eksternal ini adalah sebagai memori cadangan jika terjadi
masalah dalam pengiriman data menuju cloud server.
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan:

1. Mengukur besar suhu, tingkat kekeruhan, tingkat pH, kadar logam dan juga besar
oksigen terlarut di danau
2. Memonitoring kualitas air di danau
3. Mampu mengirimkan data pengukuran kualitas air di danau setiap saat
4. Memetakan lokasi kapal dan lokasi air yang berkualitas baik di danau

Manfaat:

1. Mengetahui kualitas air dengan mengetahui besar suhu, tingkat kekeruhan, tingkat
pH, kadar logam dan juga besar oksigen terlarut di danau
2. Dapat memantau kualitas air disetiap daerah yang dilalui alat ini
3. Masyarakat dapat mengetahui kualitas air sekali dalam 15 detik
4. Mengetahui lokasi kapal dan juga lokasi air yang memiliki kualitas baik maupun
buruk
METODE DAN DESAIN
A. Desain Sistem Prototipe
Desain perancangan system prototipe ini dapat digambarkan seperti diagram berikut.

Gambar 1 Block Diagram Desain Sistem Prototipe

Secara umum, desain sistem prototipe ini tersusun atas empat buah subsistem. Masing-
masing subsistem memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda untuk melaksanakan
fungsinya, sehingga semua fungsionalitas sistem prototipe dapat bekerja dengan baik. Keempat
subsistem tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Subsistem pengendali baterai

2. Subsistem penentuan kondisi air

3. Subsistem penentuan koordinat

4. Subsistem pengiriman data


Keempat subsistem diatas dapat dilihat berdasarkan block diagram berikut.

Gambar 2 Diagram Subsistem Prototipe

Dalam sistem ini, mikroprosesor atau sistem embedded menjadi pusat pengaturan
seluruh aktivitas sistem. Semua subsistem terhubung satu dengan yang lain melalui sistem
mikroprosesor ini.
 Diagram subsistem pengendali baterai

Gambar 3 Diagram subsistem pengendali baterai

Untuk subsistem pengendali baterai, terdapat dua komponen yang sangat penting yaitu
indikator arus dan panel surya. Indikator arus sangat sensitif karena akan menentukan kapasitas
yang ada pada baterai. Panel surya dalam subsistem ini berperan penting untuk mengubah
energi matahari menjadi energi listrik untuk kemudian disimpan dalam baterai.

Tabel 1 Penjelasan diagram subsistem pengendali baterai

Parameter Keterangan
Input  Arus listrik yang dihasilkan dari konversi energi matahari
yang dilakukan oleh panel surya
Output  Nilai arus listrik yang berada pada baterai
Fungsi  Mengetahui kapasitas baterai untuk dapat memastikan sistem
dapat beroperasi dengan baik

 Diagram subsistem penentuan kondisi air

Gambar 4 Diagram subsistem penentuan kondisi air

Untuk subsistem penentuan kondisi air, komponen yang sangat penting yaitu modul
sensor. Modul sensor pada prototipe ini harus memiliki tingkat akurasi dan presisi yang sangat
tinggi. Hal ini ditujukan karena inti dari prototipe ini adalah untuk melakukan pengawasan
kondisi air danau menggunakan sensor, sehingga kondisi modul sensor yang digunakan harus
baik.
Tabel 2 Penjelasan diagram subsistem penentuan kondisi air

Parameter Keterangan
Input  Perintah sistem mikroprosesor untuk melakukan
akuisisi data pengukuran dari sensor
Output  Masing-masing modul sensor mengirimkan data kepada
mikroprosesor untuk disimpan dalam memori eksternal
dan dikirim ke antarmuka pengguna
Fungsi  Memperoleh data kondisi air danau berdasarkan pH,
kadar logam, kadar oksigen terlarut, kadar kekeruhan,
dan temperatur.

 Diagram subsistem penentuan koordinat

Gambar 5 Diagram subsistem penentuan koordinat

Untuk subsistem penentuan koordinat, komponen yang sangat diperlukan yaitu modul
GPS. Komponen ini harus memiliki tingkat akurasi dan presisi yang
tinggi. Bergantung pada jenis sistem mikroprosesor yang akan digunakan,
pencapaian tingkat akurasi dan presisi ini terkadang memerlukan tambahan sistem
mikroprosesor yang didedikasikan secara khusus untuk menangani pembacaan koordinat
dimana prototipe berada. Hal ini disebabkan sistem mikroprosesor utama akan menangani
banyak fungsi sehingga penyesuaian timing yang presisi dan akurat akan menjadi sangat sulit.
Tabel 3 Penjelasan diagram subsistem penentuan kondisi air

Parameter Keterangan
Input  Perintah sistem mikroprosesor untuk melakukan
akuisisi data koordinat berdasarkan lintang utara dan
lintang selatan yang menyatakan lokasi kapal dan
prototipe berada

Output  Hasil pembacaan GPS terhadap lokasi kapal dan


prototipe berupa nilai koordinat pada lintang utara dan
lintang selatan

Fungsi  Mengetahui koordinat lokasi kapal dan prototipe


dimana kondisi air ditentukan pada suatu waktu tertentu

 Diagram subsistem pengiriman data

Gambar 6 Diagram subsistem pengiriman data

Subsistem antarmuka pengguna memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas


komunikasi antara pengguna dan sistem. Komunikasi tersebut dilakukan dengan menggunakan
sebuah graphical user interface (GUI) yang dapat ditampilkan pada PC atau smartphone.
Dengan menggunakan PC atau smartphone, hasil pengukuran dari sensor dan koordinat dimana
prototipe berada dapat dilihat dengan mudah dan intuitif dalam satu perangkat antarmuka.
Tabel 4 Penjelasan diagram subsistem pengiriman data

Parameter Keterangan
Input  Data hasil pengukuran sensor dan koordinat yang dihasilkan
dari modul GPS

Output  Graphical User Interface yang menyediakan menu-menu


untuk melihat hasil berdasarkan posisi dari prototipe

Fungsi  Menjembatani antara pengguna dengan sistem secara intuitif


dan interaktif melalui penggunaan graphical user interface.

 Menampilkan informasi yang dibutuhkan yaitu berupa data


dari masing-masing sensor dan koordinat lokasi dimana
prototipe berada.

B. Desain Interaksi Pengguna dan Sistem


Interaksi pengguna dan sistem merupakan sesuatu yang perlu dilakukan oleh pengguna
terhadap sistem agar sistem ini dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya. Beberapa jenis
interaksi pengguna dan sistem yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.

1. Konfigurasi awal sistem

Dalam konfigurasi awal sistem, pengguna diharuskan melakukan pengecekan


terhadap kapasitas baterai dengan cara melihat jumlah kapasitas baterai pada pengendali
daya. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat memastikan bahwa daya pada baterai cukup
untuk menjalankan mikroprosesor dengan baik.

Selain itu, pengguna juga harus melakukan pengecekan terhadap jumlah kuota
internet pada kartu GSM, sehingga pengguna dapat memastikan bahwa data yang
dihasilkan oleh sensor dan modul GPS akan terkirim pada cloud server. Namun, untuk
pengecekan jumlah pulsa cukup dilakukan hanya satu kali dalam dua minggu.

2. Konfigurasi pengoperasian sistem

Dalam konfigurasi pengoperasian sistem, pengguna diharuskan untuk mengubah


switch menjadi on. Switch berada pada prototipe bagian dalam, untuk menemukannya yaitu
dengan membuka salah satu bagian prototipe (depan). Switch merupakan penguhung antara
mikroprosesor dan baterai untuk menentukan apakah mikroprosesor akan bekerja dan tidak
bekerja.
Sebagai tambahan, sebelum meletakkan prototipe pada permukaan danau, perlu
dilakukan kalibrasi sensor agar sensor dapat kembali bekerja secara maksimal. Setelah
melakukan konfigurasi tersebut, pengguna dapat melakukan peletakan prototipe pada
permukaan danau dengan hati-hati.

3. Konfigurasi penonaktifan sistem

Sebagai konfigurasi penonaktifan sistem, pengguna harus mengangkat prototipe


dari permukaan danau setelah kapal berhenti bergerak. Setelah mengangkat prototipe,
pengguna harus memastikan protitipe dalam keadaan kering untuk memastikan tidak ada
air yang akan masuk ke bagian dalam prototipe. Setelah prototipe kering, dilakukan
pengubahan switch menjadi off dengan kembali membuka terlebih dahulu bagian depan
prototipe dimana switch berada.

Dari uraian sebelumnya, diagram alir interaksi pengguna dan sistem untuk melakukan
konfigurasi pengoperasian pada sistem seperti pada gambar berikut.

Gambar 7 Diagram tahap konfigurasi


ANALISIS
Dilihat dari kegunaan dan fungsinya sebagai instrumentasi dan control, Portable Water
Quality System Prototype for Lake Monitoring jika dibandingkan dengan alat yang sudah ada
(pluto buoy), harga dari alat ini jauh lebih murah dan memiliki fitur yang lebih baik karena
kualitas sensor yang digunakan adalah kualitas standard tetapi untuk dikembangkan agar dapat
mengirimkan data secara real time dan dapat melakukan pemetaan terhadap daerah di sekitar
danau karena alat ini dilengkapi dengan modul GPS.

1. Akurasi

Sistem ini diharapkan memiliki akurasi yang sangat tinggi, khususnya pada modul sensor
dan modul GPS. Pada modul sensor, data hasil pengukuran harus memiliki akurasi yang sangat
tinggi agar ketika pengguna melihat hasil pengukuran tidak menghasilkan pengambilan solusi
yang salah. Toleransi yang diberikan untuk modul sensor ini adalah 5%. Pada modul GPS,
akurasi diperlukan agar tidak terjadi kesalahan lokasi ketika terdapat masalah dalam kondisi
air danau pada suatu daerah. Pada modul pengendali daya juga diperlukan adanya akurasi yang
tepat. Akurasi diperlukan agar daya yang berada pada baterai sesuai dengan daya yang berada
pada pengendali. Hal ini dibutuhkan oleh sistem agar sistem dapat bekerja dengan baik.

2. Dimensi prototipe

Prototipe ini merupakan pengembangan dari prototipe yang sudah ada sebelumnya yang
memiliki ukuran yang cukup besar, yakni berbentuk tabung dengan berdiameter 50 cm dan
tinggi 25 cm. Sesuai dengan spesifikasi awal, prototipe ini memiliki desain berbentuk seperti
kapsul yang terdiri atas tiga bagian, yaitu depan, tengah dan belakang. Prototipe ini memiliki
panjang keseluruhan 50 cm dan diameter 14 cm.Dimensi prototipe ditujukan agar setiap
komponen yang digunakan dapat ditempatkan pada bagian dalam prototipe dengan posisi yang
klop, sehingga ketika terjadi guncangan pada prototipe, komponen yang berada di dalamnya
tidak bergerak. Hal ini mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan penentuan kondisi
air.

3. Konsumsi daya

Konsumsi daya akan sangat dipengaruhi oleh perangkat-perangkat elektronik yang


digunakan. Komponen yang berpotensi menjadi konsumen daya terbesar adalah keseluruhan
modul sensor dengan perkiraan konsumsi daya sekitar 30 watt (dinamis). Modul GPS yang
digunakan mengambil daya sekitar 6 watt. Modul GSM yang digunakan mengambil daya
sekitar 10 watt. Mikroprosesor yang digunakan mengambil daya sekitar 12.5 watt. Dengan
demikian, perkiraan kasar total konsumsi daya sistem secara keseluruhan dalam beban puncak
sekitar 58.5 watt. Sistem ini akan menerima sumber daya dari luar berupa tegangan DC yang
telah stabil pada angka 12 V dan dengan arus yang cukup. Sistem ini menggunakan sumber
daya yang bersumber dari baterai yang dibuat sedemikian rupa agar memiliki tegangan
keluaran sebesar 12 V.
IMPLEMENTASI
Sebelum Prototype ini di uji coba-kan pada kondisi sebenarnya, prototype ini dapat
dilakukan uji coba pada ruangan yang memungkinkan semua fitur pada prototype ini diuji.
Pengujuan juga dilakukan kolam atau ember besar untuk menguji sensor apakah bekerja atau
tidak. Pengujian dilakukan berulang-ulang pada waktu yang berbeda. Semua hasil pengujian
kemudian dianalisis.

Lalu pada dokumen ini berisi penjelasan tentang proyek pengembangan “Portable
Water Quality System Prototype for Lake Monitoring” untuk melakukan pengawasan kualitas
Danau Toba. Prototype ini nantinya akan dipasang pada kapal-kapal yang ada di danau,
sehingga GPS dapat memetakan jalur yang dilalui oleh kapal dan mengukur kualitas air pada
jalur tersebut. Adapun penjelasan mengenai spesfikasi proyek pengembangan prototipe ini
terdiri dari beberapa bagian, meliputi spesifikasi sistem berdasarkan kemampuan dan
fungsionalitas, spesifikasi sistem berdasarkan deskripsi fisik dan lingkungan, spesifikasi sistem
berdasarkan standardisasi, spesifikasi sistem berdasarkan keandalan dan perawatan, spesifikasi
sistem berdasarkan keterbatasan yang ada, dan interaksi pengguna dengan sistem. Selain itu,
dalam dokumen ini juga dijelaskan perencanaan verifikasi terhadap sistem yang dibuat untuk
menentukan pemenuhan sistem terhadap spesifikasi yang telah ditentukan .
DESAIN MOCK-UP DAN DOKUMENTASI

Gambar 8 Desain implementasi bagian atas body

Gambar 9 Desain implementasi bagian tengah pertama body

Gambar 10 Desain implementasi bagian tengah kedua body

Gambar 11 Desain implementasi bagian bawah body


DAFTAR PUSTAKA
1. Alfiah, Taty. 2017. Pengolahan Lindi Pios Menggunakan Sequencing
Batch Reactor (Sbr) Pada Perbandingan F/M Rendah. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan V 2017. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2 Aldo, Enrike, dan Frans Deo. 2018. Portable Water Quality System Prototype for lake
Monitoring. Dokumen B300. Institut Teknologi Del
3 Alfiah, Taty. 2017. Pengolahan Lindi Pios Menggunakan Sequencing
Batch Reactor (Sbr) Pada Perbandingan F/M Rendah. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan V 2017. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
4 Castaneda, J. E., Patino, O. A., & Santos, J. C. (2016). AquApp, an Information System
for a Collaborative Sensor Network. 1-6.
5 Chandra, Handi. 2016. Aplikasi Teknologi Pemantauan Kualitas Perairan. Kementrian
Kelautan dan Perikanan.
6 G. Tuna, O. Arkoc, and K. Gulez. 2013. Continuous Monitoring of Water Quality using
portable and low-cost approaches. International Journal of Distributed Sensor Networks
2013, Article 249598 (May, 2013), 11 pages.
7 G. Tuna, B. Nefzi, O.Arkoc, and S. M. Potirakis. 2014. Wireless Sensor Network Based
Water Quality Monitoring System. In Proc. of Materials and Applications for Sensors and
Transducers III (Key Engineering Materials), Vol. 605. Trans Tech Publications, 47-50.
8 Prihatmoko, Dias. 2017. Pemanfaatan Raspberry Pi Sebagai Server Web untuk
Penjadwalan Kontrol Lampu Jarak Jauh, Vol. 9. Jurnal Infotel, 84 – 91.
9 Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Volume XXX. Jurnal Oseana,
21 - 26.
10 Schneider, J., Schultz, L. E., Mancha, S., Hicks, E., & Smith, R. N. (2016). Development
of a Porbale Water Quality Sensor for River Monitoring from Small Rafts. 1-10.

Anda mungkin juga menyukai