Sejarah Gempa PDF
Sejarah Gempa PDF
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung
Sari
Kajian seismogenetik menunjukkan pulau Jawa dengan sistem tektonik tunjamannya merupakan
bagian dari Satuan Seismotektonik Busur Sangat Aktif (Jawa Barat bagian barat dan Sumatera) dan Satuan
Seismotektonik Busur Aktif (Jawa Barat bagian barat – Jawa Tengah – Jawa Timur). Secara keseluruhan
daerah ini merupakan Daerah Rawan Gempa Bumi Indonesia No. VI, VII, VII dan IX. Di daerah ini gempa
bumi berkekuatan > 8,5 SR pernah terjadi (Jawa bagian barat), gempa bumi berkekuatan 7 SR sering
terjadi dan gempa bumi berkekuatan 5 - 6 SR umum terjadi (Jawa bagian selatan). Gempa bumi berpotensi
merusak Pulau Jawa umumnya berkekuatan > 5,6 SR dan merupakan gempa bumi lajur tunjaman selatan
Jawa yang berkedalaman dangkal < 30 km. Jarak sumber, kekuatan gempa bumi, kondisi geologi setempat
serta kepadatan penduduk dan infrastruktur sangat menentukan indeks kebencanaan dan risiko di Pulau
Jawa. Guna mewaspadai bahaya gempa bumi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, penilaian
risiko bahaya gempa bumi yang berbasiskan makrozonasi dan mikrozonasi kerentanan bencana dan risiko
gempa bumi merupakan hal utama dan mendasar yang diperlukan di berbagai wilayah tingkat provinsi,
kabupaten maupun kota yang terkait.
Kata kunci: Seismotektonik, seismogenetik, makro dan mikro zonasi, potensi bencana dan risiko
Abstract
A seismogenetic study shows the Jawa Island Arc and its subduction zone system belong to a highly active
seismotectonic arc unit (west Jawa and Sumatera) and an active seismotectonic arc unit (western part of
West Jawa – Central Jawa – East Jawa). In general, these regions are part of the Indonesian Earthquake
Hazard Zones No. VI, VII, VII and IX. The regions are characterized by the presence of rare earthquake of
magnitude > 8.5 Richter Scale (western part of Java), frequent magnitude of 7 Richter Scale and common
5 - 6 Richter Scale (Southern part of Java). The potential hazardous earthquake in Jawa that is > 5,6
Richter Scale of magnitude and shallow depth (< 30 km) is due to a subduction zone earthquake. Epicenter
distance, magnitude, geological site conditions, population, and infrastructure are the index of earthquake
hazard and risk in these regions. The earthquake hazard mitigation programme in the near future is a risk
assesment based on macro and microzonation of earthquake hazard and risk. These macrozonation and
microzonation assessments are essentially needed for provinces, districts, and cities.
Keywords: Seismotectonic, seismogenetic, macro and micro zonation, potential hazard and risk
227
228 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
Laut Arafura
Gambar 1. Peta Satuan Seismotektonik Indonesia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 2003).
yang mempunyai infrastruktur dan penduduk padat gempa bumi yang berpotensi menimbulkan bencana
tersebut berada di kota-kota besar sepanjang lajur gempa bumi.
potensi bahaya gempa bumi, seperti Pelabuhanratu,
Bogor, Jakarta, Sukabumi, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Malang, Surabaya, serta kota-kota ke-
Metodologi
cil lainnya sebagai penyangga kota besar tersebut.
Puslitbang Geologi (Pusat Survei Geologi) sejak
Metodologi yang diterapkan dalam kajian ini
tahun 1979 telah melakukan penelitian dan pemetaan
adalah sebagai berikut:
seismotektonik di berbagai wilayah rawan bencana
• Kajian, evaluasi dan analisis data sekunder geo-
gempa bumi Indonesia (Gambar 2). Selain itu, juga
telah dilakukan kajian-kajian bersifat mendasar me- logi (struktur geologi aktif) wilayah yang dikaji,
ngenai penilaian risiko gempa bumi untuk kota-kota geofisika (kegempaan) sebagai paramerter dasar
besar yang dinyatakan rawan bencana/risiko gempa bidang seismotektonik
bumi sebagai upaya menyiapkan data dasar mitigasi • Pembuatan peta makro dan mikrozonasi kerentan-
risiko gempa bumi. an bencana dan risiko gempa bumi daerah rawan
bahaya gempa bumi (data dasar mitigasi).
Tujuan
Geologi Regional
Tujuan upaya ini adalah melakukan kajian,
evaluasi, dan analisis terhadap kondisi seismotek- Empat data dasar kondisi geologi regional Jawa
tonik Jawa sebagai data dasar kebencanaan gempa yang sangat berperan dalam kajian ini, yakni tek-
bumi, serta menentukan keberadaan lajur sumber tonik regional, bentang alam regional, kondisi dan
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi) 229
Gambar 2. Peta rawan bencana gempa bumi Indonesia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 2004).
sebaran batuan, serta struktur geologi, khususnya tiga bagian. Untuk wilayah Jawa Barat dikenal se-
struktur geologi aktif. bagai Lajur Pegunungan Selatan Jawa Barat, Lajur
Bentang alam Jawa Barat, Palung Bogor, Dataran
Tektonik Regional Pantai Utara Jawa Barat serta Kubah Bayah. Semen-
Tektonik regional wilayah Jawa dikontrol oleh tara untuk wilayah Jawa Tengah dan Timur dikenal
tektonik tunjaman selatan Jawa. Akibat tunjaman sebagai Lajur Pegunungan Selatan Jawa Tengah dan
tersebut terbentuk struktur-struktur geologi re- Timur, Lajur Bentang alam Jawa Tengah dan Timur,
gional di wilayah daratan Jawa. Struktur tersebut Depresi Solo, Lajur Pegunungan Antiklinorium-
dapat diamati di daratan Jawa bagian barat hingga Sinklinorium Kendeng dan Rembang, Lajur Depresi
Jawa bagian timur, di antaranya Sesar Banten, Randublatung serta Lajur Pantai Utara Jawa Tengah
Sesar Cimandiri, Sesar Citarik, Sesar Baribis, Sesar -Timur. Batas masing - masing lajur tersebut kadang-
Citanduy, Sesar Bumiayu, Sesar Kebumen – Se- kadang merupakan batas struktur geologi regional,
marang - Jepara, Sesar Lasem, Sesar Rawapening, misalnya batas selatan Lajur Depresi Randubla-
Sesar Opak, Sesar Pacitan, Sesar Wonogiri, Sesar tung dan utara Lajur Pegunungan Antiklinorium-
Pasuruan, dan Sesar Jember. Sinklinorium Kendeng. Diduga kontak antara
keduanya sebagai kontak struktur regional Jawa
Bentang Alam yang disebut sebagai terusan Sesar Busur Belakang
Bentang alam regional yang juga dikenal sebagai Bali, ke arah barat disebut sebagai Sesar Baribis.
lajur fisiografi Jawa secara umum dapat dibagi atas Selain lajur - lajur utama tersebut di atas dikenal
230 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
juga cekungan-cekungan, seperti Cekungan Jakarta, terobosan dan malihan dijumpai pada lajur-lajur
Cekungan Bandung, Cekungan Citanduy, Cekungan lemah sepanjang sesar dan bentang alam. Batuan
Gajahmungkur, dan lain lain. rombakan berupa kolovium dan aluvium dijumpai
di kaki dan lereng bentang alam atau gawir-gawir
Litologi sesar, dataran pantai selatan dan utara Jawa. Selain
Batuan penyusun wilayah Jawa berdasarkan itu, batuan serupa dapat dijumpai pada cekungan-
peta geologi Lembar Jawa bagian Barat (Ratman cekungan pengendapan Kuarter, seperti Cekungan
drr., 1998), Lembar Jawa bagian Tengah (Amin Bandung, Cekungan Jakarta, Cekungan Citanduy,
drr., 1999) dan Lembar Jawa bagian Timur (Ga- Cekungan Gajahmungkur, Dataran Semarang, dan
foer drr., 1999), terdiri atas batuan sedimen laut, Dataran bentukan delta seperti Mauk, Kendal, dan
batuan malihan, batuan beku dan batuan rombakan. Citarum.
Batuan sedimen laut dapat dijumpai di Palung Bo-
gor, Jawa Barat, Lajur Pegunungan Antiklinorium-
Sinklinorium Kendeng dan Rembang, serta Depresi Kegempaan Regional
Randubelatung. Sementara batuan bentang alam
umumnya dijumpai di sepanjang lajur bentang alam Kegempaan regional wilayah Jawa dapat dibagi
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Batuan atas dua kelompok kegempaan, yakni kegempaan
Gambar 3. Blok diagram morfologi kedalaman gempa bumi Lajur Penunjaman Selatan Jawa - Bali.
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi) 231
lajur tunjaman selatan Jawa dan kegempaan lajur selatan Jawa ini merupakan bagian dari Lempeng
sesar aktif Jawa. Gempa bumi lajur tunjaman Jawa tektonik Samudra Hindia – Australia yang menun-
dijumpai berkedalaman dangkal hingga dalam jam di bawah bagian Lempeng tektonik Benua
(0 – 400 km) (Gambar 3). Gempa bumi di lajur Asia – Eropa. Berdasarkan penampakan morfologi
tunjaman ini umumnya tercatat berkekuatan >4 kedalaman kegempaannya, lajur tunjaman selatan
SR. Gempa bumi berkekuatan besar di wilayah Jawa ini dapat dibagi atas enam lajur, yakni Lajur
Jawa ini dapat mencapai 8,5 SR, terutama di Jawa Selat Sunda, Lajur Jawa Barat Bagian Barat, Lajur
bagian barat, sedangkan yang berkekuatan 5 – 6 SR Jawa Barat Bagian Timur - Jawa Tengah Bagian Ba-
sering terjadi di wilayah Jawa bagian selatan (NEIC, rat, Lajur Jawa Tengah Bagian Timur-Jawa Timur
USGS, 2006). Wilayah Jawa ini merupakan daerah Bagian Barat, Lajur Jawa Timur Bagian Timur
rawan bencana gempa bumi Indonesia No. VI, VII, - Madura, dan Lajur Bali. Batas antara lajur satu
VIII, dan IX (Puslitbang Geologi, 2004). Gempa dengan lajur lainnya diperlihatkan oleh perbedaan
bumi lajur tunjaman ini umumnya memperlihatkan sudut kemiringan tunjamannya dari satu tempat
mekanisme gempa bumi sesar naik, gempa bumi ke tempat lainnya dan disebut sebagai rumpang
bermekanisme sesar normal dapat juga terjadi pada gempa bumi mendatar. Dari wilayah Jawa bagian
lajur ini, terutama pada kedalaman >300 km di barat hingga Jawa bagian timur sudut tunjaman
sebelah utara Jawa. Gempa bumi dengan mekanisme tersebut makin tegak. Rumpang gempa bumi tegak
normal tersebut disebabkan oleh proses peregangan pada lajur tunjaman ini juga dapat ditemui pada
(extension) pada lajur di bawah rumpang gempa kedalaman bervariasi antara 250 - 350 km. Lajur
bumi (seismic gap). seismotektonik sesar aktif daratan Jawa berkaitan
Gempa bumi berkedalaman dangkal (< 30 km) erat dengan keberadaan struktur sesar aktif, di
yang berpusat pada lajur sesar aktif memperli- antaranya lajur seismotektonik sesar aktif Banten,
hatkan mekanisme sesar naik, geser, dan normal. lajur seismotektonik sesar aktif Cimandiri, lajur
Gempa bumi bermekanisme sesar naik telah terjadi seismotektonik sesar aktif Citarik, lajur seismotek-
pada lajur Sesar Cimandiri pada peristiwa gempa tonik sesar aktif Baribis, lajur seismotektonik sesar
bumi Gandasoli Sukabumi (1982) dan gempa aktif Citanduy, Lajur seismotektonik sesar aktif Bu-
bumi Cibadak Sukabumi (2000). Gempa bumi miayu, Lajur seismotektonik Kebumen – Semarang
Majalengka 1990 bermekanisme sesar naik telah - Jepara, lajur seismotektoniksesar aktif Lasem,
terjadi pada lajur sesar naik Baribis. Gempa bumi lajur seismotektonik sesar aktif Rawapening, lajur
bermekanisme sesar mendatar menganan telah seismotektonik sesar aktif Opak, lajur seismotek-
terjadi di lajur sesar geser Bumiayu pada peristiwa tonik sesar aktif Pacitan, lajur seismotektonik
gempa bumi Bumiayu (1995). Demikian pula hal- sesar aktif Wonogiri, lajur seismotektonik sesar
nya pada peristiwa gempa bumi Yogyakarta (2006) aktif Pasuruan, dan lajur seismotektonik sesar aktif
yang memperlihatkan mekanisme sesar mendatar Jember. Peta seismotektonik Jawa diperlihatkan
mengiri. dalam Gambar 4.
Seismotektonik merupakan ilmu pegetahuan Transek seismotektonik Jawa ini dilakukan un-
yang mempelajari tentang hubungan antara tek- tuk mengevaluasi potensi kegempaan Jawa, dengan
tonik, khususnya struktur geologi dengan kejadian tujuan mendapatkan gambaran mengenai ancaman
gempa bumi (seismogenetik) serta bahaya ikutan- bahaya gempa bumi yang berasal dari sumber
nya (Pavoni, 1987). Berdasarkan kondisi hubungan gempanya (lajur sumber gempa bumi tunjaman
antara tektonik dan kegempaannya, Pulau Jawa dan sesar aktif) terhadap tempat-tempat tertentu
dapat dibagi menjadi dua lajur seismotektonik, dan terpilih di Jawa, seperti ibu kota provinsi dan
yakni lajur seismotektonik tunjaman selatan Jawa kabupaten serta kota-kota kecil penyangga di seki-
dan lajur seismotektonik sesar sesar aktif daratan tarnya. Dalam kajian ini telah dibuat sistem seismo-
Jawa. Karakteristik lajur seismotektonik tunjaman tektonik transek Pelabuhanratu – Bogor – Jakarta
232 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
Skala 1 : 2.750.000
Gambar 4. Peta Seismotektonik Jawa dan Bali (Pusat Survei Geologi, 2005).
-5,60N -5,60N
LEGENDA
0
-5,7 N -5,70N GEOLOGI
1. Endapan Dataran Banjir
2. Endapan Rawa
3. Endapan Laut Dangkal
-5,80N -5,80N 1 2 3 4 5 4. Endapan Pantai
5. Endapan Sungai Muda
Aluvium Pantai
Gosong Pantai Utara Jakarta
-5,90N -5,90N Endapan Pantai Citanglar Teras Sungai Gosong Pantai
Muda Selatan
Fluvial G. Gede, G. Pangrango, G. Salak
-6,50N -6,50N
Batuan Metamorfik Pra Tersier
-6,60N -6,60N
-7,00N -7,00N
-7,10N -7,10N
KEGEMPAAN
-7,50N -7,50N
Ibukota Negara
-7,70N -7,70N Ibukota Kabupaten/Kota
Kota Lain
Jalan Tol
-7,80N -7,80N
Jalan Utama
Jalan Lain
-7,90N -7,90N Jalan Kereta
Sungai
-8,00N -8,00N
-8,10N -8,10N
-8,20N -8,20N
-8,30N -8,30N
-8,40N -8,40N
0
-8,6 N -8,60N
-8,70N -8,70N
0
-8,8 N -8,80N
-8,90N -8,90N
-9,00N -9,00N
-9,10N -9,10N
-9,20N -9,20N
0
-9,3 N -9,30N SKALA
1 : 400.000
-9,40N -9,40N
-9,50N -9,50N
-9,60N -9,60N
106,40E 106,50E 106,60E 106,70E 106,80E 106,90E 107,00E 107,10E
Gambar 5. Peta seismotektonik daerah Pelabuhanratu - Bogor - Jakarta (Soehaimi drr., 2007).
234 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 227-240
LEGENDA
GEOGRAFI
GEOLOGI
BATUAN
-6,50 S -6,50 S
Endapan Aluvium Sungai (Holosen)
Endapan Gunungapi
Sunda Tua
(Kuarter Bawah) Endapan Gunungapi Tertua (Kuarter Bawah)
Breksi Tuf
(Plistosen)
Sedimen Laut
(Miosen)
-7,50 S -7,50 S
STRUKTUR GEOLOGI
0
0
-8,0 S -8,0 S
KEGEMPAAN
Kompresi
Kecil Dangkal
Mb < 5 < 30 km
Mekanisme Fokal
Sedang Sedang
6 > mb > 5 31 - 100 km
Delatasi
-9,00 S -9,00 S
-9,50 S -9,50 S
,
-10,00 S -10,00 S S K A LA
U 1 : 470.000
Centimeter
B T Kilometer
Gambar 6. Peta seismotektonik Lajur Sindangbarang - Bandung - Purwakarta (Soehaimi & Setianegara, 2007).
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi) 235
LEGENDA
GEOLOGI
STRUKTUR GEOLOGI
Lipatan Tunjaman Tua Kapur Awal
(diduga)
Sesar Normal
KEGEMPAAN
Kecil Mb < 5
Dangkal < 30 km
,
U
B T
S
S K A L A 1 : 470.000
Kilometer
1080 30’ 1080 45’ 1090 00’ 1090 15’ 1090 30’
- 60 15’
LEGENDA
- 60 30’
GEOLOGI
- 70 15’
STRUKTUR GEOLOGI
Sesar Naik
- 70 45’
Sesar Normal
KEGEMPAAN
- 80 30’
- 80 45’
- 90 15’
Kedalaman Dalam Km
- 90 30’
- 90 45’
- 100 00’
,
U
S K A L A 1 : 350.000
B T
- 100 15’
1120 00’
1120 15’
1120 30’
1120 45’
1130 00’
1130 12’
- 50 30’
LEGENDA
- 50 45’
GEOLOGI
- 60 45’
- 70 30’
Sesar Naik
Sesar Normal
- 70 45’
- 80 00’
KEGEMPAAN
- 80 15’ Mb < 5 Dangkal < 30 km
- 80 45’
- 90 00’
- 90 15’
- 90 30’
PENAMPANG GEMPABUMI SELATAN - UTARA
- 90 45’
- 100 00’
- 100 15’
- 100 30’
- 100 45’
- 110 00’
,
U
S K A L A 1 : 500.000
- 110 15’
B T
S
- 110 30’
Peringatan Dini Bahaya Gempa Bumi kedalaman, kekuatan, mekanisme fokal, intensitas
dan percepatan serta respons tanah setempat ter-
Peringatan dini bahaya gempa bumi adalah hadap getaran alami). Sementara evaluasi bencana
suatu upaya yang dapat dilakukan sebelum terjadi dan penilaian risiko berbasiskan pada kepadatan
bahaya gempa bumi. Upaya tersebut berupa suatu penduduk dan infrastuktur serta tata guna lahan
upaya tindakan nyata berupa kajian-kajian yang yang ada. Untuk tingkat kota, dibutuhkan parameter
mendasar terhadap fenomena alam gempa bumi, yang sama, namun dilakukan dalam skala yang lebih
yakni penelitian seismotektonik yang berbasiskan terperinci.
asal-usul kejadian gempa bumi (seismogenetic) di Pembagian wilayah (zonasi) berdasarkan
suatu daerah yang telah dinyatakan sebagai daerah karakteristik daya dukung lahan terhadap bencana
rawan bencana gempa bumi untuk tingkat provinsi dan risiko gempa bumi (makro dan mikrozonasi)
dan kabupaten. merupakan hal pokok dan mendasar dalam anti-
Penelitian seismotektonik di tingkat provinsi sipasi secara dini. Selain itu, sosialisasi mengenai
dan kabupaten ditekankan pada penelitian terhadap feno-mena alam gempa bumi dan bahaya yang
struktur geologi aktif yang bersifat regional dan lokal ditimbulkannya serta penyelamatan diri bila terjadi
di suatu kawasan yang mempunyai catatan gempa gempa bumi merupakan hal pokok dan mendasar
bumi merusak masa lalu dan bertindak sebagai lajur untuk dilakukan, khususnya di daerah rawan ben-
sumber gempa bumi. Penelitian tersebut sebaiknya cana gempa bumi. Contoh peta mikrozonasi serta
ditekankan pada hubungan antara kondisi geologi matriks kerentanan bencana dan risiko gempa bumi
(tektonik, bentang alam, struktur geologi, batuan wilayah Yogyakarta masing-masing ditampilkan
dan tanah) dengan kegempaan wilayah (episentrum, dalam Gambar 10 dan Tabel 1.
LEGENDA
Geografi Skala 1 : 85.000 U
Garis
Kontur Jalan B T
Sungai S
-7045’ Endapan Teras Sungai
(Holosen)
Geologi
Aluvium Holosen Endapan Teras Sungai
(Holosen)
Endapan Gosong Pantai Endapan Rombakan
(Holosen) (Detris/Holosen)
Endapan Gunung Api Endapan Batugamping
Merapi(Kuarter) Formasi Sentolo/Tersier
Satuan Tuf(Formasi Satuan Tuf
Sambiputu/Tersier) (Formasi Semilir/Tersier)
-7050’ Satuan Breksi Formasi Satuan Breksi Andesit
Ngalangan/Tersier Formasi Kebobuntak/Tersier)
Satuan Napal-Batugam- Satuan Batugamping Terumbu-
pingFormasi Kepek/ Formasi Wonosari/Tersier)
Kegempaan
-8000’ Pusat Gempabumi Stasiun Pengamatan Gempa Bumi
27 Mei 2006 Pusat Survei geologi
Pusat Gempa bumi Susulan
dan Gempa bumi Makro
Mekanismepokal
Rusuk Berat
Rusuk Sedang
Rusuk Ringan
-8005’
Gempa bumi Susulan (Hasil
Pengamatan Stasiun P3G)
Klasifikasi Bencana dan Risiko Gempa Bumi Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya
< 0,1 Detik (stabil) 0,2 - 0,3 Detik > 0,4 Detik (Keren-
(Kerentanan Sedang) tanan Sangat Tinggi)
0,1 - 0,2 Detik (Kerentanan 0,3 - 0,4 Detik (Kerentanan
Rendah) Tinggi)
Gambar 10. Peta mikrozonasi kerentanan bencana dan risiko gempa bumi wilayah Yogyakarta dan sekitarnya (Marjiyono
drr., 2006).
Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa
(A. Soehaimi) 239
Tabel 1. Matriks Bencana dan Risiko Gempa Bumi Wilayah Yogyakarta dan sekitarnya (Marjiyono drr., 2006)
KERENTANAN Umumnya Endapan Gunungapi Intensitas 50% pemukiman penduduk, Guncangan Pengerasan lahan fondasi,
SANGAT dataran Merapi, aluvium s. maksimum 40% persawahan, 10% tanah kuat, fondasi kuat pada tanah
TINGGI lembah opak dan rombakan. vii – viii, mmi, perkebunan, kecamatan sesar gempa, keras, rumah tahan gempa
Sungai dan bersifat lepas, mudah perioda dominan Piyungan, Pleret, Sewon, retakan menjauhi tebing dan
Lereng Bukit digali. > 0,4 detik Jetis, Imogiri, Bambang, tanah, serta lembah terjal.
Lipuro, Pundong, Kretek, pelulukan
Kota Gede, Pajangan.
KERENTANAN Dataran, Endapan Gunungapi Intensitas 40% pemukiman penduduk, Guncangan Pengerasan lahan fondasi,
TINGGI lembah Merapi, aluvium s. maksimum vii, 30% persawahan, 30% tanah kuat, fondasi kuat pada tanah
sungai dan Opak, rombakan dan mmi, perioda perkebunan, kecamatan sedang keras dan batuan dasar
lereng bukit Breksi. mudah digali, dominan 0,3 - Piyungan, Pleret, Sewon, retakan (breksi), rumah tahan
sukar digali. 0,4 detik Jetis, Imogiri, Bambang, tanah, serta gempa menjauhi tebing dan
Lipuro, Pundong, Kretek, pelulukan lembah terjal.
Kota Gede, Pajangan.
kERENTANAN Dataran dan Endapan Gunungapi Intensitas 40% pemukiman penduduk, Guncangan pengerasan lahan fondasi,
SEDANG lereng bukit Merapi, aluvium maksimum v - vi, 40% persawahan, 20% tanah fondasi kuat pada tanah
s. Opak, rombakan mmi, perioda perkebunan, kecamatan sedang, keras dan batuan dasar
dan breksi serta dominan 0,2 - Piyungan, Pleret, Sewon, retakan (breksi, batu gamping),
batugamping. mudah 0,3 detik Jetis, Imogiri, Bambang, tanah. rumah tahan gempa
digali, sukar digali. Lipuro, Pundong, Kretek, menjauhi tebing terjal.
Kota Gede, Pajangan.
KERENTANAN Dataran, Endapan Gunungapi Intensitas 40% pemukiman penduduk, Guncangan Fondasi kuat pada tanah
RENDAH lembah Merapi, breksi dan maksimum v, 30% perkebunan dan hutan, tanah keras dan batuan dasar
sungai, dan Batugamping. mudah mmi, perioda kecamatan Kashian, Sanden, sedang, (breksi, batugamping,
lereng Bukit digali, sukar digali. dominan 0,1 - Pandak, Pajangan. retakan endapan gunungapi
0,2 detik tanah. merapi), rumah tahan
gempa, menjauhi tebing
terjal.
KERENTANAN Dataran, Endapan Gunungapi Intensitas 20% pemukiman penduduk, Guncangan Rumah sederhana tahan
SANGAT Lereng Merapi, breksi dan maksimum iv, 50% persawahan, 30% hutan, tanah sedang gempa, menjauhi tebing
RENDAH / Bukit, Dan Batugamping. mudah mmi, perioda kecamatan Gadean, Ngaglik, – ringan. dan lembah berdindinga
STABIL Perbukitan digali, sukar digali. dominan < 0,1 Depok, Brebah, Piyungan, terjal.
detik Patuk, Dlingo, Karangrejo,
Parang Teritis, Sanden.