Anda di halaman 1dari 7

MODUL 1 - PENGANTAR PENGOLAHAN CITRA

Aditya Pratama (18315006), Aisyah Fitriannisa P. (18315025), Navila Akhsanil F. (18315012)


Dosen: Tati R. Mengko & Astri Handayani
Tanggal Percobaan: 19/09/2018
EB4106 – Pengolahan Citra Biomedika
Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Laporan Tugas DSKC - Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer – STEI ITB 1
Abstrak HSV adalah salah satu model warna yang digunakan
dalam pengolahan citra selain RGB dan CMYK. Ada
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan modul 1 yang
tiga parameter dalam model warna HSV, yakni hue
memuat 3 pokok bahasan, yaitu image formatting, melakukan
atau warna yang ditunjukkan sumbu radial dari
operasi aritmetik dan geometrik pada citra, dan transformasi
Gambar 3-1, saturation atau derajat keabuan suatu
dua buah citra digital. Percobaan dilakukan dengan
warna, dan value yang berarti intensitas dari suatu
mengimplementasikan script MATLAB yang terdapat pada
warna. Dibandingkan dengan RGB yang sering
modul, kemudian dianalisis bagaimana hasil yang diperoleh.
digunakan sebagai default format untuk citra digital,
Beberapa tujuan analisis adalah melihat bagaimana hubungan
HSV lebih mirip dengan persepsi manusia dalam
derajat keabuan dan warna citra pada format yang berbeda,
melihat warna sehingga lebih mudah bagi manusia
bagaimana pengaruh operasi aritmetik dan geometrik dapat
memformulasikan warna menggunakan model
merubah tampilan citra dari sudut pandang yang sama, dan
warna HSV.
yang terakhir menganalisis dua buah citra berdasarkan hasil
transformasi yang berupa magnitude dan fasanya.
Kata kunci: MATLAB, citra, format, aritmetik,
geometrik, transformasi.

1. PENDAHULUAN

Citra, secara umum, dapat diartikan sebagai bentuk


pemetaan suatu sinyal pada bidang dua dimensi.
Sekalipun pengertian ini berlaku untuk segala jenis
sinyal, istilah citra lebih kerap digunakan untuk
menggambarkan hasil pemetaan sinyal cahaya Gambar 2-2 Natural Brightness
tampak. Pengolahan citra atau image processing
merupakan proses yang menerima masukan berupa Hue dari HSV memiliki natural brightness jika dilihat
citra, melakukan pengolahan terhadapnya, dan dalam model warna grayscale. Dari gambar dapat
menghasilkan keluaran yang juga berbentuk dilihat bahwa kuning memiliki tingkat kecerahan
citra.[1] tertinggi dan berseberangan dengan ungu yang
tingkat kecerahannya paling rendah. Ini berarti
Percobaan kali ini akan berfokus pada image bahwa hanya dengan mengubah warna suatu citra,
format, operasi aritmatik dan geometrik, serta format HSV dapat mendeteksinya jika citra tersebut
operasi transformasi. Tujuan dari percobaan ini diubah menjadi grayscale.
antara lain menganalisis perbedaan formatting
dalam citra digital, menganalisis perubahan citra 2.2
akibat operasi aritmatik dan geometrik, serta 2.3 T
menganalisis hasil transformasi pada sebuah Sebagaimana pada satu dimensi, operasi
citra. transformasi dapat dilakukan terhadap sinyal dua
dimensi. Istilah transformasi citra mengacu pada
2. STUDI PUSTAKA proses transformasi dengan menggunakan
operator matriks uniter, sehingga menjamin
2.1 HSV (HUE, SATURATION, VALUE) berlakunya sifat-sifat transformasi uniter.
Beberapa operasi transformasi yang umum
digunakan dalam pengolahan citra digital adalah
transformasi DFT (Discrete Fourier Transform),
DCT (Discrete Cosine Transform), dan DWT
(Discrete Wavelet Transform), serta FFT (Fast
Fourier Transform).[1]
DFT banyak digunakan untuk Digital Signal
Processing yang salah satu aplikasinya adalah pada
image processing. Untuk melakukan transformasi ,
menggunakan DFT dapat menjadi rumit, kompleks,
dan memerlukan jumlah komputasi yang sangat
besar. Metode lain yang dapat membuat DFT lebih
efisien adalah FFT (fast fourier transform).[2]

Gambar 2-1 HSV

Laporan Tugas DSKC - Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer – STEI ITB 2
Variabel I dan K yang menyimpan fungsi
imread(‘nama_file’) dalam source code tersebut akan
3. METODOLOGI membaca file dan menghasilkan keluaran berupa
matriks berisi piksel-piksel citra dalam format RGB,
4. HASIL DAN ANALISIS CIELAB, ICCLAB, atau CMYK. Untuk
membandingkan formatnya, variabel J dan L akan
4.1 PERCOBAAN 1 : IMAGE FORMAT menyimpan hasil konversi dari RGB ke HSV
menggunakan fungsi rgb2hsv(var). Kemudian
Berikut Berikut adalah gambar asli yang akan
variabel J akan diplotting berdasarkan tiga parameter
dibandingkan dalam percobaan ini:
HSV. Berikut adalah hasil plotting kedua citra.

Gambar 4-3 Hue cabai1.jpg (kiri) dan cabai2.jpg (kanan)

Gambar 4-1 cabai1.jpg


Gambar 4-4 Saturation cabai1.jpg (kiri) dan cabai2.jpg
(kanan)

Gambar 4-5 Value cabai1.jpg (kiri) dan cabai2.jpg (kanan)

Dari hasil di atas, sulit menentukan secara visual


apakah kedua gambar adalah gambar yang berbeda
kecuali berdasarkan parameter hue. Untuk
membuktikannya, akan dilihat histogram kedua
gambar tersebut menggunakan fungsi imhist(var).
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4-2 cabai2.jpg

Sedangkan source code yang digunakan dalam


percobaan ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4-6 Histogram hue cabai1.jpg (kiri) dan cabai2.jpg


(kanan)

Laporan Tugas DSKC - Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer – STEI ITB 3
I=double(imread('kotak1.bmp'));
J=fft2(I);
figure,imshow (uint8(I));
figure,imagesc(log10(abs(J)+1)),axis
image,colormap hot,colorbar;
figure,imagesc(angle(J)) ,axis
image,colormap hot,colorbar;
K=double(imread('kotak2.bmp'));
L=fft2(K);
figure,imshow (uint8(K));
Gambar 4-7 Histogram saturation cabai1.jpg (kiri) dan figure,imagesc(log10(abs(L)+1)),axis
cabai2.jpg (kanan) image,colormap hot,colorbar;
figure,imagesc(angle(L)) ,axis
image,colormap hot,colorbar;

Untuk menjalankan source code di atas, folder


tempat gambar disimpan sudah terlebih dahulu
dijadikan satu dengan folder tempat source code
/script MATLAB disimpan.
Hasil yang diperoleh setelah menjalankan script
MATLAB di atas dapat dilihat pada tabel berikut :
Gambar 4-6 Histogram value cabai1.jpg (kiri) dan Figure Keterangan Gambar
cabai2.jpg (kanan) ke -
1 Original
Dari hasil histogram di atas, terlihat bahwa image
persebaran warna abu-abu dalam parameter “kotak1.bmp”
saturation dan value dalam citra cabai1.jpg sama
dengan citra cabai2.jpg. Hal ini menandakan bahwa
kedua citra memiliki kontras yang sama dalam
parameter tersebut. Sedangkan pada parameter hue,
terdapat pergeseran puncak distribusi warna. Citra
pertama memiliki paling banyak warna abu-abu 2 Peta
dengan intensitas ~0.85. Sedangkan citra kedua Magnitude
memiliki paling banyak warna abu-abu dengan “kotak1.bmp”
intensitas ~0.7 dan justru memiliki sedikit warna
abu-abu dengan intensitas ~0.8.

4.2 PERCOBAAN 2 :
3 Peta Fasa
4.3 PERCOBAAN 3 : OPERASI “kotak1.bmp”
TRANSFORMASI

Hasil Percobaan :

Pada percobaan Operasi Transformasi ini


dijalankan sebuah script MATLAB yang
mengandung fungsi untuk melakukan
transformasi pada gambar kotak1.bmp dan 4 Original
kotak2.bmp, yang mulanya berada pada domain image
spasial menjadi domain frekuensi . Fungsi yang “kotak1.bmp”
dimaksud adalah FFT (Fast Fourier Transform).
Dengan menggunakan metode transformasi fft ini,
memungkinkan kita untuk memperoleh
informasi lain dari suatu citra yang tidak dapat
dilihat dengan hanya melihat citra tersebut
sebelum ditransformasi. Informasi yang
dimaksud adalah magnitude dan fasa dari tiap
piksel.
Script MATLAB yang digunakan sesuai modul
adalah sebagai berikut :

Laporan Tugas DSKC - Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer – STEI ITB 4
5 Peta
Magnitude Pada variabel J nilai dari FFT 2 dimensi
“kotak1.bmp” gambar “kotak1.bmp” disimpan. Dan
untuk gambar “kotak2.bmp” disimpan
dalam variabel L.

Setelah melalui ketiga proses tersebut, kita


sudah dapat mendapatkan nilai magnitude
dan fasa dari citra yang diolah.
6 Peta Fasa
Untuk menampilkan hasilnya digunakan
“kotak1.bmp”
baris kode sebagai berikut.

figure,imagesc(log10(abs(J)+1)),axis
image,colormap hot,colorbar;
figure,imagesc(angle(J)) ,axis
image,colormap hot,colorbar;
atau untuk gambar “kotak2.bmp” :
Tabel 4-3 Hasil Transformasi citra “kotak1.bmp” dan
“kotak2.bmp” figure,imagesc(log10(abs(L)+1)),axis
image,colormap hot,colorbar;
figure,imagesc(angle(L)) ,axis
image,colormap hot,colorbar;
Pada source code yang telah diimplementasikan
pada percobaan ini, proses operasi transformasi
Pada kode tersebut, untuk menampilkan
untuk mendapatkan peta magnitude dan fasa
magnitude maka pada fungsi imagesc ,
dari citra dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
variabel J dan L yang menyimpan nilai citra
hasil transformasi dibuat absolute dengan
1. Load image pada program
I=double(imread('kotak1.bmp')); fungsi abs(J) atau abs(L). Kemudian
Kode tersebut menunjukkan bahwa nilai absolute tersebut ditambah konstanta 1
gambar “kotak1.bmp” diambil ke karena untuk skala logaritmik log(0) tidak
program dan diletakkan pada variabel I terbaca.
menggunakan fungsi imread. Tipe file Skala yang digunakan untuk menampilkan
gambar ini diubah menjadi double magnitude adalah logaritmik agar rentang
karena untuk melakukan fft 2D pada nilai dari yang rendah hingga tinggi dapat
citra menggunakan MATLAB hanya teroetakan dengan jelas. Untuk menampilkan
dapat dilakukan pada tipe data double skala logaritmik tersebut digunakan fungsi
atau single. Sedangkan integer tidak log10(). Sedangkan untuk menampilkan
dapat diproses dengan baik. peta dari fasa hasil transformasi citra
2. Mengubah tipe data gambar digunakan fungsi angle().
Setelah dilakukan konversi ke tipe Selain fungsi-fungsi tersebut, ada 3 fungsi lain
variabel double, ukuran data akan yang juga mendukung plotting image
membesar. Untuk menampilkan diantaranya :
/plotting hasil transformasi, citra perlu - axis image, fungsi ini digunakan untuk
dikonversi kembali agar rentang nilai menampilkan nilai-nilai pada sumbu
pixel tidak terlalu besar. Untuk itu, pemetaan megnitude/fasa dari citra
digunakan fungsi uint8 pada baris kode - colormap hot digunakan untuk
figure,imshow (uint8(I)); dan menentukan range warna yang
digunakan untuk memetakan intensitas
figure,imshow (uint8(K)); atau besarnya magnitude/fasa sesuai
skala yang dipakai
3. Melakukan transformasi - colorbar merupakan bar berwarna disertai
skala yang menunjukkan keterangan
Selanjutnya dilakukan transformasi penggunaan warna dalam plot
fourier pada gambar “kotak1.bmp” dan magnitude/fasa.
“kotak2.bmp” menggunakan kode
seperti di bawah ini. Berdasarkan hasil transformasi yang telah
dilakukan, dapat dilihat pada tabel antara
J=fft2(I); magnitude citra “kotak1.bmp” dengan
magnitude “kotak2.bmp” adalah sama,
L=fft2(K); sedangkan pada plot fasa dari kedua citra
Laporan Tugas DSKC - Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer – STEI ITB 5
menunjukkan perbedaan. Perbedaan [3] https://www.kirupa.com/design/little_about_c
paling jelas terlihat dariperubahan olor_hsv_rgb.htm diakses tanggal 19 September
intensitas yang mana pada citra 2018, 9.57 WIB.
“kotak1.bmp” perubahan fasa terlihat
seperti batas diagonal yang lurus [4] k
sedangkan pada fasa “kotak2.bmp”
terlihat ada belokan sudut pada titik
paling tengahnya.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua citra
sebenarnya adalah suatu citra yang
sama namun mengalami inverting
sehingga intensitasnya terbalik. Pada
citra originalnya, hal ini terlihat dari
perbedaan warna hitam putih yang
dibalik saja pada pattern yang sama.

5. KESIMPULAN
Dari percobaan di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Image Format
Dengan menggunakan format HSV, dapat
diketahui warna, derajat keabuan, dan
intensitas suatu citra. Dan dari percobaan di
atas dapat disimpulkan bahwa kedua citra
memiliki intensitas dan derajat keabuan
yang sama tetapi memiliki warna yang
berbeda.

2. Operasi Aritmetik dan Geometrik

3. Operasi Transformasi
Dengan melakukan transformasi, dapat
diketahui informasi yang tidak terlihat
secara langsung pada sebuah citra,
yaitu magnituda tiap piksel dan
fasanya. Untuk mendapatkan peta dari
magnitude dan fasa ini dapat dilakukan
dengan metode fast fourier transform.
Berdasarkan hasil percobaan, hasil
transformasi menunjukkan bahwa
kedua citra uji adalah citra yang sama
namun diinvers, hal ini dapat diketahui
berdasarkan kesamaan magnitude dan
perbedaan fasanya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Modul 1 – Pengantar Pengolahan Citra Digital.
[2] https://www.google.co.id/search?q=dinus.ac.id%2Fre
pository%2F...%2FYEPE-
Mengapa_Kita_Butuh_FFT-
2016.p...&oq=dinus.ac.id%2Frepository%2F...%2F
YEPE-Mengapa_Kita_Butuh_FFT-
2016.p...&aqs=chrome..69i58j69i57.4195j0j7&so
urceid=chrome&ie=UTF-8. Diakses 19
September 2018 pukul 20.00 WIB.
Laporan Tugas DSKC - Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer – STEI ITB 6
Laporan Tugas DSKC - Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer – STEI ITB 7

Anda mungkin juga menyukai