Anda di halaman 1dari 4

KEDUDUKAN DAN MAKNA

PEMBUKAAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA RI TAHUN 1945

1. Kedudukan Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal


18 Agustus 1945, yang kemudian disebut dengan UUD 1945, adalah Undang-Undang
Dasar Proklamasi, artinya sebagai perwujudan dari tujuan Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945.1 Pada saat ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan dimuat
dalam Lembaran Negara Nomor 7 Tahun II tanggal 16 Februari 1946, UUD 1945 terdiri
dari bagian Pembukaan, Batang Tubuh, Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan. 2
Demikian pula Pasal II Aturan Tambahan Perubahan Keempat UUD Negara RI Tahun
1945 menentukan: “Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan
dan pasal-pasal.”3
Meskipun Pembukaan merupakan bagian dari UUD 1945, Pembukaan
mempunyai kedudukan setingkat lebih tinggi dari Pasal-pasal Batang Tubuh UUD 1945.
Kedudukan lebih tinggi ini karena Pembukaan UUD 1945: (a) mengandung jiwa
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan suasana kerohanian dari terbentuknya
Negara RI; (b) memuat tujuan negara dan dasar negara Pancasila; (c) menajdi acuan
atau pedoman dalam perumusan Pasal-pasal UUD 1945. Dengan demikian Pembukaan
UUD 1945 merupakan Staatsfundamentalnorm atau yang disebut dengan Norma
Fundamental Negara,4 Pokok Kaidah Fundamental Negara, 5 atau Norma Pertama,6 yang
merupakan norma tertinggi dalam suatu negara. Ia merupakan norma dasar
(Grundnorm) yang bersifat pre-supposed’ atau ditetapkan terlebih dahulu oleh
masyarakat dan karena itu tidak dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi. Ia juga
merupakan norma yang menjadi tempat bergantungnya norma-norma hukum di
bawahnya, termasuk menjadi dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang
Dasar suatu negara. Ia juga merupakan landasan dasar filosofis yang mengandung
kaidah-kaidah dasar bagi pengaturan negara lebih lanjut. 7 Menurut Hans Kelsen bahwa
norma hukum yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan norma hukum yang
1
Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong Mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peratutan Perundangan Republik Indonesia yang merupakan satu
kesatuan dari Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966.
2
Bagian Penjelasan UUD 1945 baru dimuat bersama-sama dengan Pembukaan, Batang Tubuh,
Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan dalam Lemabaran Negara Nomor 7 Tahun 1959 setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.
3
Republik Indonesia. Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2002). Pasal II Aturan Tambahan.
4
Istilah Norma Fundamental Negara digunakan oleh A. Hamid S. Attamimi. “Peranan Keputusan
Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara”. Disertasi (Jakarta: Fakultas
Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990), hlm.359.
5
Istilah Pokok Kaidah Fundamental Negara digunakan oleh Notonagoro dalam pidatonya pada
Dies Natalis Universitas Airlangga yang pertama (10 Nopember 1955).
6
Istilah Norma Pertama digunakan oleh Juniarto. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia
(Jakarta: Bina Aksara, Cetakan Ke 1, 1982), hlm. 6.
lebih tinggi, dan norma hukum yang lebih tinggi itu tidak boleh bertentangan dengan
norma lain yang lebih tinggi lagi, begitu seterusnya hingga rangkaian norma ini diakhiri
oleh suatu norma dasar tertinggi (staatsfundamentalnorm).8 Pendapat Kelsen ini
kemudian dikenal dengan Stufentheorie.
2. Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945

Istilah “pokok-pokok pikiran” Pembukaan UUD 1945 pertama kali tertuang


dalam Penjelasan Umum UUD 1945 yang menyebutkan bahwa Pembukaan UUD 1945
mengandung 4 (empat) pokok pikiran, yaitu: (1) Negara persatuan yang melindungi dan
meliputi segenap bangsa seluruhnya; (2) Negara kesejahteraan yang hendak
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat; (3) Negara yang berkedaulatan rakyat;
(4) Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
Keempat pokok pikiran tersebut jika dilihat dari alinea-alinea Pembukaan UUD
1945 tampaknya hanya diambilkan dari sebagian pokok pikiran yang terkandung dalam
alinea keempat dan belum menggambarkan seluruh pokok pikiran yang ada dalam
setiap alinea. Karena menurut Pasal II Aturan Tambahan Perubahan Keempat UUD
1945 yang dinyatakan sebagai UUD 1945 adalah bagian Pembukaan dan pasal-
pasalnya, maka 4 (empat) pokok pikiran yang dinyatakan dalam Penjelasan Umum UUD
1945 tersebut sudah tidak lagi mempunyai kekuatan hukum mengikat. Di samping itu
keberadaan Penjelasan UUD 1945 memang tidak lazim bagi suatu Undang-Undang
Dasar. Keberadaan Penjelasan UUD 1945 juga penuh “misteri”, karena tidak pernah ikut
dibahas dan ditetapkan oleh BPUPKI dan PPKI, dan tiba-tiba ikut dimuat dalam
Lembaran Negara No.7 Tahun 1959 setelah Dekrit Presiden 1959.
Karena itu dalam mengelaborasi pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945, tidak harus mengacu pada Penjelasan UUD 1945. Pokok-pokok
pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dapat dielaborasi dengan mengacu pada makna
yang terkandang dalam setiap alinea9.
Pokok-pokok Pikiran Setiap Alinea Pembukaan UUD 1945
Alinea Bunyi Alinea Makna
1 Bahwa sesungguhnya kemerdekaan 1. Pengakuan terhadap prinsip universal
adalah hak segala bangsa dan oleh yang berupa hak kemerdekaan sebagai
sebab itu, maka penjajahan di atas hak asasi setiap bangsa yang harus
dunia harus dihapuskan, karena tidak dijunjung tinggi.
sesuai dengan peri kemanusiaan dan 2. Menunjukkan keteguhan dan kuatnya
peri keadilan. pendirian bangsa Indonesia dalam

7
Maria Farida Indrati S. Ilmu Perundang-undangan 1, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan
(Yogyakarta: Kanisius, Cetakan ke 13, 2007), hlm. 45-47.
8
Hans Kelsen. Teori Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif-Empiirik, Alih Bahasa Drs. H. Somardi, (Jakarta: BEE Media Indonesia, 2007), hlm.
155.
9
Uraian makna tiap Alinea Pembukaan UUD 1945 bisa dlihat pada Achmad Fauzi DH.
Pancasila Ditinjau Dari Segi Sejarah, Segi Yuridis Konstitusional, dan Segi Filosofis. (Malang: Lembaga
Penerbit Universitas Brawijaya, 1983), hal.83 – 85.
menentang penjajahan atau imperialisme
di mana saja karena bertentangan
dengan perikemanusiaan dan rasa
keadilan.
2 Dan perjuangan pergerakan 1. Pengakuan dan penghargaan secara
kemerdekaan Indonesia telah obyektif bahwa kemerdekaan Negara
sampailah kepada saat yang Indonesia adalah hasil perjuangan dan
berbahagia dengan selamat sentausa pergerakan bersama seluruh bangsa
mengantarkan rakyat Indonesia ke Indonesia.
depan pintu gerbang kemerdekaan 2. Pengakuan akan kesadaran bahwa
Negara Indonesia yang merdeka, kemerdekaan Negara Indonesia bukanlah
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. akhir perjuangan melainkan merupakan
pintu masuk bagi terwujudnya sebuah
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
3 Atas berkat rahmat Allah Yang Maha 1. Pengakuan yang didasarkan atas
Kuasa dan dengan didorong oleh keyakinan yang kuat bahwa pada
keinginan luhur, supaya hakekatnya kemerdekaan Negara
berkehidupan kebangsaan yang Indonesia adalah takdir, kehendak,
bebas, maka rakyat Indonesia rahmat, dan sekaligus amanat dari Tuhan
menyatakan dengan ini Yang Maha Kuasa yang harus dijaga dan
kemerdekaanya. dipertahankan.
2. Kesadaran bahwa disamping takdir,
kehendak, dan rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa, kemerdekaan Negara Indonesia
juga merupakan cita-cita luhur yang telah
sejak lama diperjuangkan.
4 Kemudian daripada itu untuk 1. Tujuan Negara yang harus menjadi acuan
membentuk suatu Pemerintahan bagi penyelenggaraan pemerintahan:
Negara Indonesia yang melindungi melindungi segenap bangsa Indonesia
segenap bangsa Indonesia dan dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteran umum
untuk memajukan kesejahteran mencerdaskan kehidupan bangsa dan
umum mencerdaskan kehidupan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
bangsa dan ikut melaksanakan berdasar kemerdekaan, perdamaian
ketertiban dunia yang berdasar abadi dan keadilan sosial.
kemerdekaan, perdamaian abadi dan 2. Negara Konstitusional, yaitu negara yang
keadilan sosial. Maka disusunlah berdasarkan Undang-Undang Dasar.
kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
3. Negara Republik Demokrasi dengan dasar
itu dalam suatu Undang-Undang
kedaulatan rakyat.
Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan 4. Dasar Negara: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Negara Republik Indonesia yang Kemanusian yang adil dan beradap,
berkedaulatan rakyat dengan Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
berdasar kepada Ketuhanan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
Maha Esa, kemanusian yang adil dan dalam permusyawaratan /perwakilan,
beradap, persatuan Indonesia, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
kerakyatan yang dipimpin oleh Indonesia; yang lazim disebut dengan
hikmat kebijaksanaan dalam PANCASILA.
permusyawaratan /perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Hubungan antara Proklamasi dan Pembukaan UUD Negara RI 1945

Pembukaan UUD 1945 pada prinsipnya adalah penuangan jiwa Proklamasi


Kemerdekaan 17 Agustus 1945.10 Dalam pandangan Notonagoro, Pembukaan UUD
1945 adalah pernyataan kemerdekaan yang terperinci yang mengandung cita-cita luhur
Proklamasi 17 Agustus 1945. Pembukaan UUD 1945 merupakan satu rangkaian dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Karena itu Pembukaan UUD 1945 tidak
dapat diubah oleh siapa pun, termasuk oleh MPR hasil Pemilu berdasarkan Pasal 37
UUD 1945, sebab mengubah Pembukaan berarti pembubaran Negara. 11
Pembukaan UUD 1945 adalah hasil rancangan dari Panitia Kecil yang dibentuk
oleh Panitia Perancang UUD yang oleh Soekiman disebut dengan Gentlemen’s
Agreement (Perjanjian Luhur) sedang Moh. Yamin menyebutnya dengan Jakarta
Charter (Piagam Jakarta). Pada mulanya naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 yang
dihasilkan oleh Panitia Kecil itu oleh BPUPKI dipecah menjadi dua, yaitu bagian
“Pernyataan Indonesia Merdeka” (alinea 1 s.d 3) dan bagian ‘Pembukaan” (alinea 4). 12
Namun karena peristiwa sejarah menjelang detik-detik Proklamasi rancangan naskah
“Pernyataan Indonesia Merdeka” yang telah disiapkan oleh BPUPKI tidak jadi
dibacakan. Karena itulah dalam Sidang PPKI 18 Agustus 1945 disepakati untuk kembali
ke naskah “preambule” atau “mukadimah” lama dengan beberapa perubahan.
(A.Rosyid Al Atok – P2P UM)***

10
Memorandum DPR-GR, 9 juni 1966.
11
Notonagoro. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Cetakan Kelima (Jakarta: Pancuran
Tujuh), hal. 17.
12
RM. A.B. Kusuma. Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Memuat Salinan Dokumen Otentik
Badan Oentoek Menyelidiki Uoesaha2 Persiapa Kemerdekaan (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2004), hal.469 – 473.

Anda mungkin juga menyukai