Anda di halaman 1dari 21

LOGIKA

Judul

PERANCANGAN CO-WORKING SPACE

Dosen

Ir. Nasril Sikumbang, M.T., IAI

Anggota Kelompok:

Maesha Sandewa (1410015111039)

Japuja Fitriani (1710015111016)

Ananda Putri Fadhila (1710015111028)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS BUNG HATTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjamurnya startup baru semakin menjadikan kebutuhan akan adanya sebuah ruang kerja
bersama seperti co-working space semakin meningkat. Karena para startup ini umumnya
adalah perusahaan-perusahaan baru yang hanya beranggotan 1-4 orang dan jika menyewa
sebuah kantor tentu akan memakan biaya yang sangat mahal. Co-working space kemudian
menjadi solusi untuk permasalahan ini. Selain startup, co-working space juga sangat
dibutuhkan oleh entrepreneur, para pekerja lepas, komunitas maupun pelajar. Mereka ini
biasanya membutuhkan sebuah ruang kerja yang cukup nyaman namun dengan suasana yang
lebih santai dan berbeda.
Start up merupakan pendatang baru yang sebagian besar dari mereka memiliki modal
terbatas, akan sangat banyak mengahabiskan biaya apabila para start up tersebut harus
menyewa tempat dengan ketentuan minimum waktu sewa atau bekerja di restoran dan cafe.
Bekerja di rumah (home office) bisa menjadi opsi yang paling tepat karena tidak
mengeluarkan biaya sama sekali. Akan tetapi bekerja di rumah dengan waktu yang lama
dapat timbul rasa jenuh karena merasakan suasana yang sama setiap harinya serta akan sulit
berkonsentrasi untuk membagi waktu antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan. Minimnya
motivasi bekerja bisa berakibat kurangnya semangat kerja dan bisa menimbulkan stres.
Keterbatasan tempat untuk berkumpul dengan tim, rekan kerja, dan client apabila akan
mengadakan diskusi atau rapat kerja. Serta fasilitas listrik yang tidak memadai bisa
menghambat pekerjaan dan mengakibatkan masalah teknis lainnya. Membedakan tempat
tinggal dengan tempat kerja akan didapatkan rasa nyaman dan timbul kesan yang berbeda
pada kedua tempat tersebut, bukan hanya dalam bidang pekerjaan saja dalam berkeluarga
dan berteman, pekerja dapat menempatkan dirinya sesuai dengan porsi.
Di Indonesia ada beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat kerja seperti rumah,
gedung, ruko dan co-working space. Co-working space temasuk tempat yang belum banyak
diketahui oleh masyarakat Indonesia dan masih dalam proses pengenalan, tetapi didalam
komunitas, para start up, dan dunia kerja freelance, sebagian dari mereka sudah mengenal
tempat kerja dengan konsep coworking space karena, bagi kalangan pekerja yang selalu
berpindah-pindah tempat sesuai project yang mereka dapatkan akan lebih menghemat biaya
serta efisien jika bekerja di co-working space.
Co-working space membuat sebuah jaringan kerja baru yang saling terkoneksi dengan
berbagai disiplin ahli, setiap orang bisa bekerjasma dengan kelompok pekerja, komunitas,
dan individu lainnya. Dengan semakin berjalannya konsep ini coworking space bukan hanya
sebagai tempat bekerja, akan banyak ide baru bermunculan, mendapatkan pengalaman baru
dengan orang lain, dan banyak pilihan link yang mungkin bisa menjadi rekan kerja. Yang
hadir dalam coworking sangat beragam, mulai dari freelance, fotografer, desainer, online
shop owner, penulis, jurnalis, inovator, hingga individu/komunitas kreatif lainnya. Hal ini
menjadikan co-working space sebagai tempat yang tepat untuk orang-orang yang senang
mempelajari hal baru.
Kurangnya co-working space dikota Padang menyebabkan sebagian orang lebih
memilih untuk bekerja freelance di cafe-cafe dan rumah (home office). Bekerja dirumah
tentu membuat sebagaian orang merasa jenuh karna merasakan suasana yang sama setiap
hari. Bekerja di co-working space tentu memberikan kesan tersendiri untuk bekerja serta
dapat bertemu dengan orang baru dengan latar belakang berbeda.
Dibalik kurangnya pengetahuan orang dengan co-working space, saat sekarang ini
tidak banyak lagi dijumpai peninggalan-peninggalan arsitektur yang mempunyai nilai
sejarah. Hal itu justru mengakibatkan hilangkan identitas asli dari sebuah kota dan daerah.
Perubahan-perubahan yang banyak dilakukan pada bangunan sejarah justru menghilangkan
bentuk asli dari bangunan itu sendiri bahkan perubahan yang dilakukan bertolak belakang
dari keadaan semula. Semua itu terjadi akibat kurangnya perhatian pemerintah dan
masyarakat sekitar yang hanya memandang bangunan sejarah sebagai bangunan biasa yang
sudah tua saja.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan menelaah peranan media maket
dalam presentasi arsitektur,lebih khusus lagi tulisan ini membhas hubungan antara proses
komunikasi menggunakan maket dengan hasil penyampaian informasi termasuk keuntungan
maket sebagai media presentasi. . Kami ingin mengetahui peranan atau kelebihan yang
membuat maket belum dapat digantikan oleh media lain.Hal inilah yang akan
menjawabpertanyaan akan pamor maket sebagai media presentasi masa kini. Harapan kami
tulisan ini dapat menjadi sumbangsih bagi kami dan mahasiswa arsitektur lainnya. Sehingga
nantinya lebih mampu mengomunikasikan desain melalui maket,agar berimbang dengan
media gambar yang lazim diajarkan di Universitas bung hatta program studi arsitektur.

1.3 Rumusan Masalah


Lingkup pembahasan laporan ini adalah media komunikasi visual yang digunakan dalam
presentasi logika arsitektur . Hal ini didiskusikan dengan mengulas presentasi arsitektur
terkait dengan proses penginderaan “melihat” dalam konteks visual berupa
dimensi/bentuk,skala, dan karakter warna. Era digital yang dimaksud adalah perkembangan
teknologi, pada penulisan ini difokuskan pada model visual. Dalam tulisan ini tidak
diuraikan lagi teknik-teknik pembuatan model fisik karena telah berada diluar bahasan.

1.4 Sasaran
Mahasiswa, karena menurut seorang mahasiswa maket sangat berguna karena maket
merupakan media komunikasi ide terbaik, ia selalu memprioritaskan maket sebagai media
presentasinya karena menurutnya media presentasi berupa gambar dan skema tidak cukup
jelas dan menyampaikan kualitas ruang. Begitupun dengan mahasiswa lainnya, ia juga
menegaskan bahwa maket mampu memberikan pengalaman ruang yang lebih baik dari pada
gambar. Namun maket tidak selalu menjadi prioritas sebagai media presentasi, menurut
pendapat salah satu mahasiswa menjelaskan bahwa peran maketdalam
presentasikeseluruhan tidak mencapai 50% dan maket bukanlah prioritas baginya karena
dapat menggunakan cara lain, gambar dapat menjadi bagus jika ide utama tersampaikan.

BAB II
PENDAHULUAN
II.1 Kawasan
Wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Pada
masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya sungai,
gunung, atau laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-batas tersebut dibuat oleh negara yang
menduduki daerah tersebut, dan berikutnya dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum
digunakan adalah batas nasional.

II.2 Tapak

II.2.1 Pengertian Tapak

Tapak merupakan sebidang lahan atau sepetak tanah dengan batas-batas yang jelas, dengan kondisi
permukaan serta ciri-ciri istimewa yang dimiliki oleh lahan tersebut. sebuah tapak tidak pernah tidak
berdaya tetapi merupakan sekumpulan jaringan yang sangat aktif yang terus berkembng yang jalin-menjalin
alam perhubungan-perhubungan yang rumit. Sedangkan perencanaan tapak adalah pengolahan fisik tapak
untuk meletakkan seluruh kebutuhan rancangan di dalam tapak. Perencanaan tapak dilakukan dengan
memperhatikan kondisi tapak dan dampak yang muncul akibat perubahan fisik diatasnya.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa semua yang berkaitan dengan tapak sangat
penting. selain hanya mengetahui pengertian dari tapak maka perlu juga kita ketahui tujuan dari
perencanaan tapak.Dalam konteks penataan ruang, orientasi perencanaan tapak dispekulasikan kedalam
penyusunan rencana yang bersifat detail. Dalam hal ini dinamakan sebaga analisis tapak. Analisis tapak
dalah mengaitkan semua data yang terkumpul sehingga mengetahui kendala dan masalah yang ada pada
tapak.

II.2.2 Perencanaan Tapak Dalam Perspektif Ilmu Arsitektur

Tapak dalam peerspektif Ilmu Arsitetur adalah alahan atau tempat dimana bangunan yang
direncanakan akan didirikan. Perencanaan tapak dimaksudkan untuk meletakkan bangunan atau kelompok
bangunan pada tapak yang ditentukan dengan tepat, maka perlu dilakukan analisis terhadap kondisi rona
awal tapak dalam kelebihan dan kekurangannya. Perencanaan tapak dalam ilmu Arsitektur lebih
diprioritaskan kedalam keindahan, keserasian dan keestetikaan objek bangunan yang akan menempati
jarak.
Untuk mendapatkan hasil yng diinginkan dalam proses pengerjaan tapak dilakukan sebuah proses yang
dinamakan analisis tapak. Titik fokus perencanaan tapak dalam ilmu arsitektur antara lain lebih berproporsi
pada lokasi objek bangunan yang akan menempati tapak, sirkulasi dan pencapaian, zoning, KDB (Koefisien
Dasar Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan), GSB (Garis Sempadan Bangunan) dan GSP (Garis
Sempadan Pagar).

1. Lokasi Sekitar Objek Bangunan Yang Menempati Jarak, Lokasi merupakan hal paling
utama diidentifikasi oleh arsitek sebelum melakukan pengkoderasian bangunan.
2. Lokasi memegang peranan penting dalam terpenuhinya beberapa syarat pembuatan
bangunan hunian yang memuaskan dan nyaman.
3. Sirkulasi dan Pencapaian, Sirkulasi yang dimaksud adalah kemudahan orang-orang di
dalamnya mengakses baik bagi pejalan kaki atau kendaraan.
4. Orientasi Arah Angin, mencakup Ventilasi udara baik dengan pengudaraan alami ataupun
buatan.
5. Orientasi Matahari, mempengaruhi suhu dalam bangunan.
6. Tautan Lingkungan, lingkungan sekeliling tapak juga berpengaruh pada perletakan
bangunan.
7. Kontur, kontur menantang arsitek untuk membuat bangunan yang menyesuaikan dengan
kondisi tanah. Perbaikan kontur dan tanah harus dilakukan sesedikit mungkin. Perataran tanah
besar-besaransebaiknya dihindari.
8. KDB (Koefisien Dasar Bangunan), adalah angka yang digunakan untuk menghitung luas
lantai dasar bangunan maksimum yang didirikan diatas lahan.
9. KLB (Koefisien Lantai Bangunan), adalah angka yang digunakan untuk menghitung luas
maksimum lantai bangunan yang didirikan pada lahan.
10. GSB (Garis Sempadan Jalan), adalah batas dinding terluar bangunan yang didirikan.
11. Kenampakan Bangunan.
12. Kebisingan.
13. Bangunan (Material, Bentuk dan Pola Massa).

II.3 Massa bangunan

Massa sebagai elemensite dapat tersusun dari massa berbentuk bangunan dan vegetasi kedua-
duanya baik secara individual maupun kelompok menjadi unsur pembentuk ruang outdoor.
Ruang luar adalah sebuah ruang yang terbentuk oleh batas horizontal bawah (bentang alam) dan
batas vertical (massa bangunan atau vegetasi)Massaberupa bangunan atau vegetasi dan ruang luar yang
terbentukdiantaranya, bersama-samaperludisusundandiintegrasikandalamsite untuk menciptakan sebuah
lingkungan yang baik. Massa bangunan ditata sedemikian sesuai organisasi yang diinginkan, sehingga
membentuk ruang luar yang jelas alurnya.

A B

Massa bangunan yang ditata tanpa pertimbangkan ruang luar yang terbentuk,akan menghasilkan ruang
luar tidak jelas alurnya (gambarA); sebaliknya gambar B alurnya jelas karena massa di organisasikan.

Massa bangunan yang ditata dengan pengorganisasian tertentu, akan menghasilkan alur yang jelas.
Penataan ini membentuk ruang luar yang bersifatlinier organis, dan memberikan keuntungan adanya
pemandangan dan focus yang berubah-ubah dan dinamis.
Massa bangunan disusun sedemikian sesuai organisasi yang diinginkan, sehingga kaitan dan relasi antar
massabangunan serta orientasinya

Penataan massa bangunan yang acak (tidak berorder/ tidak beraturan) membuat relasi antar massa
bangunan lemah dan orientasi tidak jelas.

II.3.1 Pola Penempatan Masa Bangunan

Pola merupakan suatu yang mengungkapkan skema organisasi struktural mendasar yang
mencangkup suatu penataletakan masa, baik itu bangunan maupun lingkungan, yang menciptaan
suatu hubungan keseimbnagan dan keselarasan. Untuk jenis pola masa dapat dibagi menjadi
beberapa yaitu (Yadnya, 2012) :

3.1.1. Monolit (Tunggal)

 Dimensi bangunan besar dan tinggi.


 Hubungan kegiatan sangat kompak.
 Cocok dikembangkan pada tapak pada tapak dengan luas tanah terbatasdan harga mahal.
 Cocok dikembangkan pada tapak yang relatif datar.
 Kesan formal.

3.1.2. Kompak

 Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.


 Hubungan kegiatan kompak.
 Cocok dikembangkan pada tapak yang luas terbatas dan hargga mahal
 Cocok dikembangkan pada tapak datar.
 Kesan informal.

3.1.3. Linear

 Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.


 Hubungan aktivitas kurang kompak menjadi tidak efisien dan efektif bila panjang jalur
menjadi sangat panjang.
 Kurang cocok diterapkan pada tapak yang luas.
 Cocok diterapkan pada tapak miring.
 Kesan informal dan formal

3.1.4. Grid (Papan Catur)

 Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.


 Hubungan aktivitas kurang kompak.
 Sangat cocok dikembangkan pada tapak luas.
 Sanagt cocok dikembangkan pada tapak datar.
 Kesan informal dan monoton.

3.1.5. Cluster

 Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.


 Hubungan kegiatan ruang kompak (komunikasi berjenjang antar kelompok jauh dalam
kelompok dekat)
 Cocok dikembangkan pada tapak luas.
 Cocok dikembangkan pada tapak datar.
 Kesan informal.

3.1.6. Memusat

 Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.


 Hubungan kegiatan kurang kompak.
 Cocok dikembangkan pada tapak luas.
 Cocok dikembangkan pada tapak datar.
 Kesan informal.

II.4 Sirkulasi

II.4.1 Definisi Sirkulasi

Adapun definisi sirkulasi adalah sebagai berikut:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1361), sirkulasi adalah suatu
peredaran.
2. Menurut Cryill M. Haris (1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan suatu pola lalu
lintas atau pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau bangunan. Di dalam bangunan,
suatu pola pergerakan memberukan keluwesan, pertimbangan ekonomis, dan fungsional.
3. Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan atau tali yang
menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara bersama-sama (D.K. Chink,
1973).

Sistem sirkulasi adalah prasaran penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan
dan penggunaan suatu lahan di atas suatu area dan di dalam bangunan yang mempertimbangkan
aspek fungsional, ekonomis, keluwesan dan kenyamanan (Tofani, 2011).
II.4.2. Jenis-jenis Sirkulasi

Logi Tofani (2011) dalam laporan tugas akhirnya, menyebutkan pada dasarnya sirkulasi dapat
dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu:

1. Sirkulasi Manusia: Pergerakan manusia akan mempengaruhi sistem sirkulasi dalam tapak.
Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau plaza yang membentuk hubungan erat
dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain lebar
jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan (Hari,
2009). Selain itu ada beberapa ciri dari sirkulasi manusia, yakni: 1) kelonggaran dan
flaxsibel dalam bergerak, 2) berkecepatan rendah, dan 3) sesuai dengan skala manusia
(Tofani, 2011).
2. Sirkulasi Kendaraan: Aditya Hari (2008) mengungkapkan bahwa secara hierarki sirkulasi
kendaraan dapat dibagi menjadi 2 jalur, yakni antara lain: 1) jalur distribusi, jalur untuk
gerak perpindahan lokasi (jalur cepat), dan 2) jalur akses, jalur yang melayani hubungan
jalan dengan pintu masuk bangunan.
3. Sirkulasi Barang: Sirkulsi barang umumnya disatukan atau menumpang pada sistem
sirkulasi lainnya. Namun, pada perancangan tapak dengan fungsi tertentu sistem sirkulasi
barang menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Contoh sitem sirkulasi barang secara
hovizontal dan vertikal adalah lift barang, conveyor belt, jalur troli, dan lain-lain (Rahmah,
2010).

Sistem sirkulasi memiliki dua tujuan, diantaranya yakni (Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):

1. Mempunyai maksud tertentu dan berorientasi ke tempat tujuan, lebih bersifat langsung.
Pemakai mengharapkan bahwa perjalanan dalam system ini akan lebih singkat dan cepat
dengan jarak seminimal mungkin.
2. Bersifat rekreasi dengan waktu tidak menjadi batasan. Kenyamanan dan kenikmatan lebih
diutamakan.
Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang suatu sistem
sirkulasi pada bangunan yaitu (Tofani, 2011):

1. Aspek-aspek estetis yang dapat menimbulkan aspek emosional.


2. Perencanaan yang lebih baik pada tingkat keamanannya.
3. Kesan estetis pertama yang diperoleh pada daerah sirkulasi banyak berpengaruh terhadap
banguna secara keseluruhan.
4. Pencapaian ke dalam meyebabkan penerimaan bangunan secara keseluruhan akan menarik,
menyenangkan dan mengejutkan.
5. Pola sirkulasi yang tidak efisien tidak hanya mempertimbangkan ukuran, ruang, skala
monumental, terbuka dan indah secara visual. tetapi pola sirkulasi harus jelas tanpa
penambahan tanda-tanda pengarah orang berjalan.
6. Pencapaian ke dalam hall yang luas dan menarik dengan melalui sebuah pintu yang tinggi
kemudian ke dalam koridor selasar yang bagus akan mengakibatkan nilai bangunan secara
keseluruhan menjadi menarik,menyenangkan dan mengejutkan.

II.4.3. Pola Sirkulasi


Pola sirkulasi dapat dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berkut (Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011):

1. Linier: Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang. Jalan
dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang,
atau membentuk putaran (loop). Ciri-ciri pola sirkulasi linier, antara lain (Sofyan, 2010 ;
Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
o Sirkulasi pergerakan padat bila panjang jalan tak terbatas dan hubungan aktifitas
kurang efisien.
o Gerakan hanya 2 arah dan memiliki arah yang jelas.
o Cocok untuk sirkulasi terbatas.
o Perkembangan pembangunan sepanjang jalan.
o Mengarahkan sirkulasi pada titik pusat.
2. Radial: Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat
bersama. Ciri-ciri dari pola sirkulasi radial adalah sebagai beriku (Sofyan, 2010 ; Tofani,
2011 ; Yadnya, 2012):

 Orientasi jelas.
Masalah yang ditimbulkan merupakan masalah yang sulit di tanggulangi
 Kurang mengindahkan kondisi alam.
 Sulit dikombinasikan dengan pola yang lain.
 Menghasilkan bentuk yang ganjil.
 Menunjang keberadaan monumen penting.
 Pergerakan resmi.
 Mengarahkan sirkulasi pada titik pusat.

3. Pola Grid: Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan
pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat. Ciri-
ciri pola sirkulasi grid adalah sebagai berikut (Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):

 Memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah sehingga hubungan aktifitas kompak
dan efisien.
 Menata grid berdasarkan sistem heararki jalan.
 Penataan bangunan di sisi jalan dengan karakter yang berbeda.
 Kesan monoton ditanggulangi.
 Masalah kurang menginahkan kondisi alam sulit ditanggulangi.
 Masalah kemacetan pada titik simpul ditanggulangi dengan mengatur sirkulasi searah.
 Akibat dimensi yang sama pada grid secara visual akan menciptakan kesan monoton.
 Kurang mengindahkan kondisi alam seperti topografi keistimewaan tapak.
 Semakin jauh dari simpul jalan pergerakan semakin baik namun pada titik simpulnya dapat
menimbulkan kemacetan akibat banyak arah sirkulasi yang ditampung pada titik simpul
tersebut.
 Kepadatan gerakan atau sirkulasi lebih mungkin dihindari.
4. Pola Organik: Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik
tertentu dalam ruang. Ciri-ciri pola sirkulasi organik adalah sebagai berikut (Sofyan, 2010
; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):

 Peka terhadap kondisi alam.


 Ditandai dengan garis-garis lengkungberliku-liku.
 Pada tapak yang luas sering membingungkan karena sulit berorientasi.

II.5. Struktur Bangunan


Pengertian struktur Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur.
Fungsi struktur (sutrisno,1985) :
1.Untuk melindungi suatu ruang terhadap iklim dan bahaya –bahaya yang
ditimbulkan oleh alam.
2. Menyalurkan beban ke dalam tanah

II.5.1 Struktur Atas (Upper Structure)

Upper Structure adalah seluruh bagian struktur dari bangunan yang ada diatas permukaan
tanah, yaitu kerangka-kerangka pemikul bangunan tersebut (structural part), dalam hal ini
kerangka-kerangka beton bertulang, beton pratekan, ataupun kerangka baja dari suatu bangunan.
Yang harus dikuasai adalah perhitungan-perhitungan kekuatan, kestabilan serta keamanan dari
kerangka-kerangka pemikul tersebut baik akibat gaya grafitasi, gaya angin ataupun gaya gempa,
beserta sifat-sifat dari bahan bangunan sendiri ( baja, beton, kayu, bahan petro kimia dsb ).
Bangunan Struktur Atas (Upper Structure) berfungsi untuk menampung beban-beban yang
ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan, dan lain sebagainya. Bangunan atas biasanya terdiri
dari pelat, lapisan permukaan jalan, dan gelagar dari jembatan
Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama pendukung
berat bangunan dan beban luar yang bekerja padanya. Rangka bangunan untuk bangunan
bertingkat sederhana atau bertingkat rendah, umumnya berupa struktur rangka portal (frame
structure). Struktur ini berupa kerangka yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan
rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat.
Kolom portal harus dibuat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-
kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat
kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak
sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin keatas boleh makin kecil. Perubahan
dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai agar pada satu lajur kolom mempunyai kekakuan
yang sama.
Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban
dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung.
Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat
menahan Momen, Gaya vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, dibagian
pangkal pada pertemuan dengan kolom boleh ditambah tebalnya.
Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap beban-beban sebagai
berikut :
Beban mati, dinyatakan dengan lambang : M
Beban hidup, dinyatakan dengan lambang : H
Beban angin, dinyatakan dengan lambang : A
Beban gempa, dinyatakan dengan lambang : G
Beban khusus, dinyatakan dengan lambang : K
Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu konstruksi bangunan dipakai
pembebanan tetap yang terberat. Setelah diproses ukuran dari konstruksi portalnya berdasarkan
tegangan ijin bahan, langkah selanjutnya adalah mengadakan hitungan kontrol terhadap beban
sementara atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih membahayakan konstruksi.
Apabila pada hitungan kontrol ternyata konstruksi tidak aman terhadap beban sementara, maka
ukuran konstruksi tersebut harus diperbesar lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan
mampu mendukung beban tetap, beban sementara dan atau beban khusus.
Pengertian Beban :
Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur
tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin, yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari rangka bangunannya.
Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, yang bukan
merupakan bagian dari bangunan. Pada atap, beban hidup termasuk air hujan yang tergenang.
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya, karena adanya selisih
tekanan udara (hembusan angin kencang).
Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat
adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik.
 Beban khusus adalah beban kerja yang berasal dari adanya selisih suhu, penurunan pondasi, susut
bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.
Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan konstruksi beton
bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat menahan gaya desak, sedang tulangan baja
mampu menahan gaya tarik, jadi bahan beton bertulang merupakan konstruksi bangunan yang
mampu menahan gaya desak dan gaya tarik, yaitu gaya-gaya yang bersifat merusak pada
konstruksi.Selain itu beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api, merupakan
bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.

Langkah-langkah dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat adalah :


1) Hitungan mekanika : pada tahap ini ditentukan besarnya beban yang bekerja, kemudian dengan
dasar gambar konstruksi dan metoda hitungan yang berlaku, dicari besarnya momen, gaya lintang
dan gaya geser akibat beban tetap.
2) Perencanaan konstruksi : misal akan dipakai konstruksi beton bertulang, maka dengan
berdasarkan tegangan ijin bahan dan hasil hitungan mekanika, dapat ditentukan dimensi dari
struktur beton dan tulangannya.
3) Kontrol gaya gempa : pada tahap beban sementara ini dilakukan kontrol hitungan dari hasil
dimensi struktur yang sudah didapat, agar nantinya struktur betul-betul mempunyai konstruksi
yang mantap, aman dan stabil.
Untuk membuat bangunan lebih tahan tehadap gempa tidak harus selalu memperbesar dimensi
dari elemen-elemen strukturnya. Hal ini justru akan membuat bangunan menjadi berat dan tidak
menguntungkan terhadap gaya gempa, sebab makin berat suatu bangunan akan makin besar dia
menyerap gaya gempa (ingat rumus : F = M.a).
Gambar Struktur Atas (Upper Structure) pada Deck

Struktur Atas (Upper Structure) terdiri dari :


1.Komponen
a.Deck Jembatan
b. Bearing
Bearing adalah bantalan yang bertujuan untuk mengurangi gesekan untuk benda/poros yang
bergerak secara rotasi ataupun linier.

Gambar Pot Bearing


c.Expansion Joint
Expansion Joint adalah suatu sabungan yang bersifat flexible, sehingga
saluran yang disambungkan memiliki tolerasi gerak.

Gambar Expansion Joint

Struktur bawah (sub structure)

struktur bangunan terdiri dari dua bagian utama, yaitu struktur bawah (Sub structure) dan
struktur atas (Upperstructure). Struktur bawah (sub structure) merupakan bagian struktur yang
mempunyai fungsi meneruskan beban kedalam tanah pendukung, dan struktur atas
(Upperstructure) merupakan struktur yang menopang beban yang terjadi pada atap, lantai,
dinding, perabot dan pengguna bangunan.
Bangunan Struktur Bawah (Substructure)
Bangunan struktur bawah berfungsi untuk menerima atau menahan beban-
beban yang disalurkan dari beban struktur atas, dan kemudian beban – beban tersebut disalurkan
ke pondasi.
Struktur bawah ini terdiri dari :
1.Pondasi
Pondasi pada jembatan memiliki fungsi yang sama dengan pondasi yang
ada pada struktur bangunan gedung, dimana fungsi dari pondasi itu sendiri adalah menyalurkan
beban-beban yang di tahan ke tanah. Pondasi memiliki 2 bagian yaitu :
a.Tiang Pancang / Bore Pile / Sumuran
b.Pile Cap

Gambar Tiang Pancang dan Pile Cap


2.Kolom Pier
a.Pier
b.Pier Head

Gambar Struktur Bawah (Sub Structure) pada Pier

3. Abutment
Abutment merupakan bagian dari bangunan pada ujung-ujung jembatan, yang memiliki fungsi
sebagai pendukung untuk bangunan struktur atas dan juga berfungsi untuk penahan tanah.
Abutment mempunyai bagian sebagai berikut :
a.Abutment
b.Wing Wall
c.Pelat Injak
d.Back Wall
4. Oprit
Oprit adalah akses penghubung antara jembatan dengan jalan yang ada. Perencanaan konstruksi
oprit ini sangat perlu diperhatikan agar design oprit yang dihasilkan nantinya dapat aman dan awet
sesuai dengan umur rencana yang telah ditentukan

Pondasi sering disebut struktur bangunan bagian bawah (sub structure) terletak paling
bawah dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan ke
tanah dibawahnya. Mengingat letaknya yang didalam tanah tertutup oleh lapisan tegel maupun
tanah halaman, maka pondasi harus dibuat kuat, aman, stabil, awet dan mampu mendukung beban
bangunan, karena kerusakan pada pondasi akan sangat sulit untuk memperbaikinya.
Kerusakan pondasi akan selalu diikuti oleh kerusakan-kerusakan pada bangunan bagian atasnya.
Misalnya pondasi pecah atau mengalami penurunan, maka dibangun bagian atas akan tampak
kerusakan yang berupa :
- Dinding retak-retak dan miring
- Lantai bergelombang dan pecah-pecah
- Kedudukan kusen pintu/jendela bergeser, menyebabkan daun pintu/daun jendela sulit dibuka
- Sudut kemiringan tangga berubah
- Penurunan bangunan, atap bangunan, bahkan mungkin menyebabkan keruntuhan
seluruh bangunan.
Dalam merencakan pondasi ada 2 hal penting yang perlu selalu diingat, yaitu ; bahwa kekuatan
pondasi didasarkan pada kekuatan bahan pondasinya sendiri dan kekuatan tanah dibawahnya.
Bahan pondasi harus mempunyai kekuatan penuh dan tidak akan rusak oleh beban bangunan, hal
ini dapat dilakukan analisa hitungan berdasarkan tegangan ijin bahan. Kekuatan tanah di bawah
pondasi harus mampu mendukung beban pondasi dan beban bangunan diatasnya tanpa adanya
penurunan, hal ini dapat direncanakan dengan membuat ukuran pondasi sedemikian besar
berdasarkan rekomendasi penyelidikan tanah, sehingga tegangan ijin tanah tidak dilampaui.

Secara umum bayangan mengenai Pondasi adalah suatu konstruksi :


a. Pondasi dangkal (shallow footing) yang berupa :

 Pondasi tapak (square footing)


 Pondasi menerus (continous footing)
 Pondasi Setempatb.

b. Pondasi Dalam (Deep Footing), yang antara lain :

 Pondasi sumuran (bored pile) dibedakan yang menggunakan casing atau tanpa casing.
 Pondasi tiang pancang
 Pondasi caisson; yaitu macam pondasi dalam yang mempunyai diameter tiang yang besar.
BAB III

Anda mungkin juga menyukai