(Jawa Tengah)
Maesha Sandewa
1410015111039
Widya Mulia Sari
Ruma
h
Adat
Kudus
Lokasi Kudus
Kota Kudus terletak di sebelah timur laut kota Semarang dengan jarak kurang lebih 51
km. Secara geografis, Kudus mempunyai posisi yang cukup strategis, karena merupakan
daerah perlalu-lintasan yang menghubungkan daerah- daerah di sekitarnya menuju
Daerah ini mempunyai iklim tropis yang bertemperatur sedang. Curah hujan yang terjadi
relatif rendah yaitu rata-rata dibawah 300 mm per tahun dan lama waktu hujan rata-rata 150
hari per tahun. Suhu udara maksimum pada bulan september
270 C dan suhu terendah pada
bulan juli 230 C (sumber: Kantor
diberi
Puspitan
nama
diawali
dukuh
terlebih
penduduk
dikarenakan
setempat
hampir
menganut
Agama
Filosofi
Filosofi rumah adat jawa yaitu nya rumah adat
kudus sebagai salah satu simbol kebudayaan
masyarakat Jawa, merupakan media perantara
untuk menyatu dengan Tuhan (kekuatan Ilahi)
sebagai tujuan akhir kehidupan (sangkan paraning
dumadi).
Sejarah Rumah
Tradisional Kudus
Dahulu ada seorang pengukir yang disangka sebagai penculik permaisuri
sultan, meskipun itu tidak benar adanya. Untuk membuktikannya Sultan
menyuruh pengukir tersebut untuk mengukir anaknya. Dan pada saat
mengukir patung anak sultan tersebut, si pengukir tidak sengaja
menjatuhkan tatahnya dan mengenai bagian bawah payudara sehingga
terbentuk sebuah cekungan. Padahal yang mengetahui adanya cekungan
dibawah payudara hanyalah sang anak dan sultan sendiri. Sehingga sultan
pun menganggap bahwa pengukir itulah yang menculik permaesurinya.
Kemudian penculik tersebut dihukum dengan diterbangkan bersama layanglayang.
Pada saat dihukum sang penculik masih membawa tatah ( peralatan untuk
mengukir kayu ), dan pada saat penculik tersebut melayang di udara tatah
itupun jatuh. Dan pada saat itu penculik mengatakan bahwa daerah
tersebut akan menjadi daerah ukir. Tatah tersebut jatuh di daerah Jepara,
sehingga sampai sekarang memang terkenal dengan kemahiran ukirannya.
Sedang sang pengukir tersebut jatuh di salah satu desa di daerah Kudus
yang di beri nama desa sungging (Pengukir/penatah ).Kemudian seiring
dengan berkembangnya waktu para warga desa tersebut berhasil membuat
rumah adat Kudus dengan ukir-ukirannya yang khas .
Soko Guru
Soko guru
menopang dari
konstruksi atap
rumah.
Gebyok
Susunan Ruang
Jogo satru
(Paseban)
Ruang dalam
Pawon
Kamar mandi
(sumur)
Program Ruang
Lantai pada dalem ini mengingatkan akan konstruksi rumah panggung yang
merupakan konstruksi rumah tradisional yang umum di kawasan Asia Tenggara.
Konstruksi ini dimaksudkan untuk mengatasi kondisi alam serta binatang. Daerah
Kudus yang dahulunya merupakan daerah rawa-rawa kemungkinan merupakan sebab
rumah- rumah di daerah ini berlantai panggung untuk mengatasi kelembaban lantai
serta banjir. Pada rumah tradisional kudus konstruksi ini tetap dipertahankan tetapi
dengan menambah pondasi menerus pada keliling bangunan.
Dinding dapat dibedakan menjadi dua, yakni dinding pengisi
yang menutup dan membatasi ruang dan rangka dinding
yang menyangga beban dari atap
VARIASI MOTIF
Motif dan gaya seni ukir itu bervariasi:
Motif China berupa ukiran naga yang terletak pada bangku kecil
untuk masuk ruang dalam.
Motif Hindu digambarkan dalam bentuk perpaduan yang terdapat
di gebyok ( pembatas antara ruang Jogo Satru dan ruang dalam )
Motif Persia / Islam digambarkan dalam bentuk bunga, terdapat
dalam ruang Jogo Satru
Motif Eropa digambarkan dalam bentuk mahkota yang terdapat
diatas pintu masuk ke gedongan.
Ragam hias ukiran, misalnya : pola kala dan gajah penunggu, rangkaian
bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah),
motif burung phoenix, dan lain-lain.
TERIMA KASIH