Anda di halaman 1dari 30

RUMAH ADAT KUDUS

(Jawa Tengah)

Maesha Sandewa
1410015111039
Widya Mulia Sari

Ruma
h
Adat
Kudus

Arsitektur rumah tradisional Kudus merupakan salah satu


fariasi rumah tradisiopnal Jawa yang pernah berkembang pesat
pada masa kejayaan perekonomian masyarakat kudus lama. Saat
ini kondisi rumah adat ini sangat memprihatinkan. Kabar terakhir
rumah adat yang masih lengkap tinggal satu buah di Kudus
(Kompas 30
Desember 2006). Ratusan rumah adat yang lain telah dijual
ke berbagai kota dan negara karena bagi waris. Rumah adat
Kudus dibuat dari kayu dengan konstruksi knock down sehingga
memungkinkan dibongkar pasang dan dipindah ke tempat lain
tanpa merusak fisik bangunannya.
Peninggalan budaya yang sangat berharga ini mungkin tidak
lama lagi akan hilang tanpa bekas kalau tidak ada perhatian serta
apresiasi terhadapnya. Salah satu cara mengapresiasi adalah
dengan mengenal lebih dalam arsitektur rumah adat kudus. Salah
satu bagian yang unik adari rumah tradisional Kudus adalah
konstruksi bangunannya.

Lokasi Kudus

Kota Kudus terletak di sebelah timur laut kota Semarang dengan jarak kurang lebih 51
km. Secara geografis, Kudus mempunyai posisi yang cukup strategis, karena merupakan
daerah perlalu-lintasan yang menghubungkan daerah- daerah di sekitarnya menuju
Daerah ini mempunyai iklim tropis yang bertemperatur sedang. Curah hujan yang terjadi
relatif rendah yaitu rata-rata dibawah 300 mm per tahun dan lama waktu hujan rata-rata 150
hari per tahun. Suhu udara maksimum pada bulan september
270 C dan suhu terendah pada
bulan juli 230 C (sumber: Kantor

Keberadaan rumah - rumah


penduduk sebagai cikal bakal
munculnya sebuah permukiman
yang

diberi

Puspitan

nama

diawali

dukuh

terlebih

dahulu dengan pembangunan


masjid Puspitan sebagai salah
satu bangunan publik sekaligus
sebagai penanda keberadaan
dukuh tersebut, berupa tempat
ibadah

penduduk

dikarenakan

setempat
hampir

keseluruhan penduduk dukuh


Puspitan
Islam.

menganut

Agama

Rumah adat kudus merupakan salah satu rumah tradisional yang


terbentuk sebagai akibat endapan evolusi kebudayaan manusia
yang memiliki proses akulturasi secara terus-menerus dan
terbentuk karena daya cipta manusia pendukungnya. Hasilnya
adalah sebuah arsitektur rumah tinggal yang sangat indah sarat
dengan makna dan filosofi-filosofi kultural yang tidak terdapat di
daerah lain. Konon katanya rumah adat kudus memang merupakan
akulturasi dari kebudayaan hindu-budha dan islam ditambah

Filosofi
Filosofi rumah adat jawa yaitu nya rumah adat
kudus sebagai salah satu simbol kebudayaan
masyarakat Jawa, merupakan media perantara
untuk menyatu dengan Tuhan (kekuatan Ilahi)
sebagai tujuan akhir kehidupan (sangkan paraning
dumadi).

Sejarah Rumah
Tradisional Kudus
Dahulu ada seorang pengukir yang disangka sebagai penculik permaisuri
sultan, meskipun itu tidak benar adanya. Untuk membuktikannya Sultan
menyuruh pengukir tersebut untuk mengukir anaknya. Dan pada saat
mengukir patung anak sultan tersebut, si pengukir tidak sengaja
menjatuhkan tatahnya dan mengenai bagian bawah payudara sehingga
terbentuk sebuah cekungan. Padahal yang mengetahui adanya cekungan
dibawah payudara hanyalah sang anak dan sultan sendiri. Sehingga sultan
pun menganggap bahwa pengukir itulah yang menculik permaesurinya.
Kemudian penculik tersebut dihukum dengan diterbangkan bersama layanglayang.
Pada saat dihukum sang penculik masih membawa tatah ( peralatan untuk
mengukir kayu ), dan pada saat penculik tersebut melayang di udara tatah
itupun jatuh. Dan pada saat itu penculik mengatakan bahwa daerah
tersebut akan menjadi daerah ukir. Tatah tersebut jatuh di daerah Jepara,
sehingga sampai sekarang memang terkenal dengan kemahiran ukirannya.
Sedang sang pengukir tersebut jatuh di salah satu desa di daerah Kudus
yang di beri nama desa sungging (Pengukir/penatah ).Kemudian seiring
dengan berkembangnya waktu para warga desa tersebut berhasil membuat
rumah adat Kudus dengan ukir-ukirannya yang khas .

Struktur dan Konstruksi


Tumpang
sari

Tumpang songo merupakan tumbukan balok


kayu pada bagian atap yang berjumlah sembilan
yang disusun secara horizontal dan tumpang

Soko Guru
Soko guru
menopang dari
konstruksi atap
rumah.

Gebyok

Susunan Ruang
Jogo satru
(Paseban)

Ruang dalam
Pawon
Kamar mandi
(sumur)

Program Ruang

Keterangan Program Ruang


Bentuk bangunan tradisional kudus terdiri dari
bagian kepala, badan dan kaki. Bagian kepala
bangunan pada masing-masing unit bangunan
berbeda . Dalem beratap joglo tinggi atau biasa
disebut dengan pencu, jogosatru beratap
panggang pe (sosoran), Pawon beratap kampung
dengan sosoran dobagian depan atau disebut
dengan atap kampung gajah ngombe. Sosoran ini
menggabungkan dalem, pawon dan jogosatru.

Konstruksi Rumah Adat Kudus di bagian luar

Halaman merupakan unsur yang penting dan selalu ada, halaman


mengikat ruang-ruang di sekitarnya menjadi satu kesatuan rumah.
Memisahkan bangunan utama yang prifat dengan sumur dan sisir yang
merupakan daerah serfis. Menjadi perantara daerah luar dan daerah dalam.

Bentuk bangunan tradisional kudus terdiri dari bagian


kepala, badan dan kaki. Bagian kepala bangunan pada
masing-masing unit bangunan berbeda . Dalem beratap
joglo tinggi atau biasa disebut dengan pencu, jogosatru
beratap panggang pe (sosoran), Pawon beratap kampung
dengan sosoran dobagian depan atau disebut dengan atap
kampung gajah ngombe. Sosoran ini menggabungkan
dalem, pawon dan jogosatru.

Struktur rumah tradisional kudus


merupakan struktur rangka kayu. Dibuat
sedemikian rupa sehingga setiap
bagiannya dapat dibongkar pasang.
Secara umum struktur bangunan dapat
dibagi menjadi 3 bagian yakni rangka atap
(empyak), kolom (cagak) dan pondasi
(bebatur).

Batur atau pondasi


mertupakan pondasi menerus
dari bahan batu kali, pondasi
ini membentuk peil lantai
yang tinggi dan berundakundak mulai dari jogosatru
sampai ke dalem. Pondasi
digunakan sebagai alas
perletakan balok kerangka
rumah yang
merupakan balok kayu
dengan dimensi besar
(20X30 yang diletakkan tidur).
Pondasi umpak (pondasi
setempat) dari batu bata
dipakai pada sko guru,
bentuk umpak tinggi di atas
lantai, kadang-kadang ada
yang sampai setinggi 2
meter.

Lantai pada dalem ini mengingatkan akan konstruksi rumah panggung yang
merupakan konstruksi rumah tradisional yang umum di kawasan Asia Tenggara.
Konstruksi ini dimaksudkan untuk mengatasi kondisi alam serta binatang. Daerah
Kudus yang dahulunya merupakan daerah rawa-rawa kemungkinan merupakan sebab
rumah- rumah di daerah ini berlantai panggung untuk mengatasi kelembaban lantai
serta banjir. Pada rumah tradisional kudus konstruksi ini tetap dipertahankan tetapi
dengan menambah pondasi menerus pada keliling bangunan.
Dinding dapat dibedakan menjadi dua, yakni dinding pengisi
yang menutup dan membatasi ruang dan rangka dinding
yang menyangga beban dari atap

Pada ruang jogosatru terdapat tiang


tunggal yang disebut soko geder. Soko
ini berfungsi membantu mendukung
blandar utama di atas jogosatru,
keberadaan tiang ini lebih mempunyai
arti simbolis daripada fungsi
strukturalnya. Tanpa adanya tiang ini
blandar utama sudah didukung oleh
konsol dari dua kolom yang mengapit
pintu utama dalem. Mengapa balok
besar ini bisa terletak agak ditengah
ruang?. Hal ini terjadi karena
perluasan ruang Jogosatru. Ruang
yang sebenarnya adalah emperan
rumah diperluas dan ditutup dengan
dinding gebyog menjadi ruang tamu.
Untuk mendapatkan ruang yang lebih
luas dinding dalem diundurkan dari
garis yang seharusnya. Yakni garis
dimana terdapat balok dinding dan
tempat jatuhnya jurai. Hal ini dapat
dilihat pada jatuhnya dudur yang tidak
pada dinding dalem tetapi maju lebih
kurang 1meter.

Pada daerah Kudus ini masih mengenal stratifikasi


sosial pada masyarakat. Salah satu masyarakat Kudus yang
terkemuka adalah kaum bangsawan keturunan Sunan
Kudus yang secara turun temurun dalam beberapa generasi
kemudian berkembang menjadi kelompok masyarakat yang
terpandang dan maju dalam segi ekonominya.

UKIRAN KHAS KUDUS


Mengapa Rumah Adat Kudus itu paling tersohor? Paling terkenal di jagad seni ukir
kuno di Indonesia? Lebih punya nama daripada Jogjakarta dan Surakarta yang
memiliki keraton dengan tradisi ukir? Baik di Kasultanan, Paku Alaman Jogja,
maupun Kasunanan dan Mangkunegaran Solo? Bahkan lebih popular dengan
ukiran Jepara, yang banyak disebut sebagai Kota Ukir?
Ini jawabannya. Sejarah seni ukir di Kudus sejatinya sudah dimulai sejak seorang
imigran dari Tiongkok yang bernama The Ling Sing tiba pada abad 15. Beliau
datang ke lereng Gunung Muria itu tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, tetapi
juga menekuni keahliannya dalam kesenian mengukir. Aliran kesenian The Ling
Sing adalah Sun Ging. Seni ukir yang halus dan bermotif indah. Dari daerah
Kudus inilah beliau banyak menerima murid yang mempelajari agama maupun
seni ukir.

Detail Dan Bentuk Ukiran Pada Rumah adat Kudus

VARIASI MOTIF
Motif dan gaya seni ukir itu bervariasi:
Motif China berupa ukiran naga yang terletak pada bangku kecil
untuk masuk ruang dalam.
Motif Hindu digambarkan dalam bentuk perpaduan yang terdapat
di gebyok ( pembatas antara ruang Jogo Satru dan ruang dalam )
Motif Persia / Islam digambarkan dalam bentuk bunga, terdapat
dalam ruang Jogo Satru
Motif Eropa digambarkan dalam bentuk mahkota yang terdapat
diatas pintu masuk ke gedongan.
Ragam hias ukiran, misalnya : pola kala dan gajah penunggu, rangkaian
bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah),
motif burung phoenix, dan lain-lain.

Mengapa Rumah Adat Kudus ini paling mahal?


Pertama, karena semua terbuat dari kayu jati, minimal 95 persen.
Kedua, semua sisi diukir lembut, detail, berpola.
Ketiga, mahal tidaknya tergantung dari lebar dan panjang soko guru, empat tiang
yang ada di paling tengah, yang menyangga beban paling besar.
Pembuatan atau produksi rumah adat Kudus ini membutuhkan waktu 7 bulan, untuk
ukuran 1012 meter, plus 2 meter teras rumahnya.
Proses pemasangan, dibutuhkan waktu 7 hari non stop.

GENTING RUMAH ADAT KUDUS


Salah satu yang memikat perhatian orang adalah genting rumah adat Kudus.
Dari bentuk rumah adatnya sendiri sudah unik. Namanya Joglo Pencu.
Tengahnya tetap ada 4 sokoguru, ada tumpang sari, atapnya tinggi menjulang,
berkesan anggun dan perkasa.
Perhatikan atap rumah adat Kudur baik-baik! Di atas genteng bertengger
gendeng yang pada umumnya kepala gendeng bermotif tumbuh-tumbuhan
(sulur-suluran) sebagai ciri budaya Islam. Ada beberapa jenis gendeng yaitu
gendeng wedok (gelung cekak), gendeng gajah (gendeng pendamping di
bubungan atap ), gendeng raja (gendeng tengah pada bubungan atap). Pada
puncak atap bertengger gendeng raja dengan motif tumbuh-tumbuhan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai