Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Suhu dan Tingkat Keasaman (pH) pada Tahap

Pralakuan Koagulasi (Koagulan Aluminum Sulfat) dalam


P r o s e s P e n g o l a h a n A i r M e n g g u n a ka n M e m b r a n
Mikrofiltrasi Polipropilen Hollow Fibre
Eva Fathul Karamah dan Adhi Septiyanto
Departemen Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Kampus UI Depok 16424, Tel. 7863516, Fax. 7863515
e-mail: eva@che.ui.edu

Abstrak

Membran mikrofiltrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengolahan air
bersih. Namun teknologi ini rentan terhadap pengotoran/fouling oleh partikel dalam air limbah yang
berupa koloid yang mengakibatkan kinerja dan selektivitas dari membran dapat berkurang. Salah satu
proses untuk mengurangi laju fouling dalam membran adalah proses koagulasi. Suhu dan pH merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi. Variasi suhu yang dilakukan adalah suhu
30, 40 dan 500C, sedangkan variasi pHnya adalah 5, 7 dan 9. Hasil menunjukkan bahwa kondisi
optimum untuk tahapan koagulasi yang diperoleh adalah pada suhu 400C dan pH = 5. Dengan bantuan
tahapan koagulasi ini maka hasil yang diperoleh dalam proses pengolahan air menggunakan teknologi
membran diantaranya fluks permeat tertinggi yang diperoleh mencapai 0,0238 m3/m2.Jam dan persen
rejeksi untuk TDS sebesar 56,52 % sedangkan persen rejeksi untuk COD sebesar 38,9 %.
Kata kunci : mikrofiltrasi, koagulasi, fouling
Abstract

Microfiltration membrane are widely used in wastewater treatment. However, it is very susceptible to
fouling that is caused by colloid particles in the wastewater. This fouling can affect the performance and
selectivity of membrane. To reduce the fouling rate on membrane, pretreatment process is usually used,
such as coagulation. Temperature and pH are two factors that affect the coagulation process. Variation
of temperature is conducted at 30, 40 and 50 0C, while the variation of pH is at 5, 7 and 9. The result
shows that the optimum condition for coagulation process is at 400C and pH of 5. With this coagulation
process, the result of water treatment process using membrane technology reaches the highest
performances with value of permeate flux is 0,0238 m3/m2.hour and the % Rejection for TDS is 56,52 %
and also % Rejection for COD is 38,9%.
Keywords: microfiltration, coagulation, fouling

1. Pendahuluan menjadi air yang layak untuk digunakan


yang memenuhi standar yang telah
Semakin berkembangnya peradaban ditetapkan yaitu ; tidak berbau, tidak
manusia, menyebabkan pencemaran berwarna dan tidak berasa serta memenuhi
lingkungan semakin meningkat, termasuk standar baku mutu yang telah ditetapkan.
pencemaran air. Air bersih semakin sulit Metode yang dapat digunakan untuk
didapat, terutama di wilayah kota-kota mengolah air minum sangat beragam,
besar dan kawasan industri. diantaranya adalah filtrasi, koagulasi,
Kelangkaan air bersih yang layak sedimentasi, adsorpsi, distilasi, ozonisasi,
digunakan untuk air minum, mendorong klorinasi, radiasi ultraviolet dan proses
para ilmuwan untuk melakukan penelitian, membran.
untuk mengolah air yang ada (air danau, air
sungai) yang mungkin telah tercemar untuk
Salah satu membran yang biasanya pH yang optimum untuk proses koagulasi,
digunakan dalam proses pengolahan air yang akhirnya dapat diaplikasikan untuk
minum adalah membran mikrofiltrasi[2], meningkatkan kinerja membran dan
yang mempunyai ukuran pori antara 0,1 – kualitas air olahan.
10 μm. Dengan ukuran tersebut, membran Parameter yang digunakan dalam
mikrofiltrasi cocok untuk menahan suspensi mengukur kualitas air minum sangat
dan emulsi, juga dapat digunakan untuk beragam, akan tetapi dalam penelitian ini
memisahkan partikel (bakteri dan ragi). parameter yang digunakan untuk mengukur
Membran mikrofiltrasi lebih banyak kualitas air minum adalah TDS (Total
digunakan dalam proses pengolahan air Dissolved Solid) dan COD (Chemical
minum karena merupakan membran yang Oxygen Demand).
relatif murah baik dari segi biaya investasi
maupun dari segi biaya operasinya jika 2. Penelitian
dibandingkan dengan membran jenis Dalam penelitian ini ada 3 tahap utama
lainnya. Selain harga membran mikrofiltrasi yang dilakukan, yaitu tahap variasi suhu
yang lebih murah, proses mikrofiltrasi juga koagulasi, variasi pH umpan dalam tahap
membutuhkan tekanan operasi yang lebih koagulasi serta proses pengolahan air
kecil (kurang dari 2 bar), sehingga dengan membran.
membutuhkan alat pendukung/utilitas yang Air umpan yang digunakan dalam
lebih sedikit. Dengan demikian, biaya penelitian ini adalah air sungai Ciliwung
operasi lebih rendah karena konsumsi yang mengalir di Cililitan Kecil, Jakarta
energi yang diperlukan selama proses Timur. Air sungai ini memiliki kandungan
separasi berlangsung juga relatif kecil. TDS sekitar 1000 sampai dengan 2000
mg/L dan COD 30-85 mg/L (di wilayah
Kontras dengan kemampuannya
Cililitan Kecil) sedangkan nilai pHnya
memisahkan partikel, mikroba dan bakteri,
adalah sebesar 6,7-7,3.
membran mikrofiltrasi kurang efektif untuk
memisahkan pengotor berupa koloid[1]. Hal
2.1 Variasi Suhu Koagulasi
ini dikarenakan oleh sifat koloid yang stabil
Diagram alir peneltian tahap ini dapat
sehingga susah diendapkan, juga karena
dilihat pada Gambar 1.
ukuran koloid umumnya lebih kecil dari
ukuran pori membran mikrofiltrasi, yang
dapat menimbulkan masalah fouling pada P e n g a m b ila n S a m p e l
membran. Untuk mengatasi masalah ini d i S u n g a i C i li w u n g
maka proses mikrofiltrasi dalam
pengolahan air bersih harus dipadukan
A n a li s a K u a l i ta s A i r
dengan proses pralakuan yang salah satunya s e b e lu m k o a g u la s i
adalah dengan koagulasi-flokkulasi. (C O D & T D S )
Dalam penelitian ini, koagulan yang
digunakan adalah alumunium sulfat
P ro s e s K o a g u la s i
(Al2(SO4)3.18H2O). Koagulan tersebut (V a ria s i s u h u )
digunakan karena penggunaannya dalam 3 0 , 4 0 , 5 0 oC
proses pengolahan air minum sudah sangat
umum, selain itu mudah diperoleh serta
A n a l i s a K u a l it a s A ir
cukup efektif untuk mengendapkan S e te la h K o a g u la s i
pengotor yang terlarut dalam air[3]. (C O D & T D S )
Dalam penelitian ini, dilakukan variasi
suhu dan pH pada proses koagulasi. Hal ini
karena suhu dan pH, seperti juga dosis
S u h u O p ti m u m K o a g u l a s i
koagulan yang digunakan dan waktu
pengadukan, merupakan faktor yang
mempengaruhi kualitas koagulasi. Variasi
Gambar 1. Diagram alir penelitian variasi
ini bertujuan untuk mendapatkan suhu dan
suhu koagulasi
Sampel air sungai diambil sebanyak 20 Air sungai diberi perlakuan pengasaman
L dan dimasukkan ke dalam wadah proses dan pembasaan dengan menggunakan asam
pralakuan, sebagian air sungai tersebut sulfat H2SO4 untuk menurunkan pH dan
diambil untuk analisa awal TDS dan COD. diberi natrium hidroksida NaOH untuk
Air sungai diberi perlakuan koagulasi dan menaikkan pH air (dengan variasi pH
koagulan Al2(SO4)3.18H2O sebanyak 1 adalah 5, 7 dan 9), pada suhu optimum
gram dan diaduk dengan cepat (120 rpm) yang telah diperoleh sebelumnya. Prosedur
selama kurang lebih 2 menit kemudian selanjutnya sama dengan sebelumnya.
dengan kecepatan rendah (40 rpm) selama
10 menit[5], pada saat ini variasi suhu 2.3. Proses Pengolahan Air dengan
dilakukan yaitu dari 30, 40, dan 50 0C. Membran
Air di dalam wadah dibiarkan hingga Membran yang digunakan dalam
terjadi pengendapan selama 30 menit. penelitian ini adalah membran polipropilen
Setelah waktu pengendapan selama 30 Hollow fibre. Diagram alir penelitiannya
menit, sebagian air di wadah yang telah dan sekema alat dapat dilihat pada Gambar
dikoagulasi diambil sebagai sampel untuk 3 dan Gambar 4.
analisis COD dan TDS Kondisi operasi dari proses membran
adalah : tekanan sistem 10 cmHg, jumlah
2.2 Variasi pH Umpan Tahap Koagulasi umpan yang digunakan 20 Liter, jumlah
Pada variasi pH ini, temperatur membran dalam modul sebanyak 50 buah
koagulasi yang digunakan adalah kondisi dengan panjang 52 cm. Data yang diambil
optimum dari tahapan sebelumnya. dari tahap ini adalah COD dan TDS
Diagram alir peneltian tahap ini dapat sebelum dan sesudah koagulsi serta setelah
dilihat pada Gambar 2. lewat membran, dan volume permeat
membran tiap jam
P e n g a m b ila n S a m p e l P e n g a m b ila n S a m p e l
d i S u n g a i C iliw u n g d i S u n g a i C iliw u n g

A n a lis a K u a lita s A ir A n a lis a K u a lita s A ir


s e b e lu m k o a g u la s i s e b e lu m k o a g u la s i
(C O D & T D S ) (C O D & T D S )

P ro s e s K o a g u la s i
P ro s e s K o a g u la s i
(V a ria s i p H , p a d a s u h u (D en g an p H d an su h u
O p tim u m ) o p tim u m )
5, 7, 9

A n a lis a K u a lita s A ir A n a lis a K u a lita s A ir


S e te la h K o a g u la s i S e te la h K o a g u la s i
(C O D & T D S ) (C O D & T D S )

P ro s e s M ik ro filtra s i
S u h u d a n p H O p tim u m d en g an m em b ran
K o a g u la s i P o ly p ro p ile n e

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Variasi


A n a lis a K u a lita s A ir
Umpan Tahap Koagulasi S e la m a d a n S e te la h
M ik ro filtra s i
Sampel air sungai diambil sebanyak 20 (C O D & T D S ) s e rta K in e rja
M e m b ran
L dan dimasukkan ke dalam wadah proses
pralakuan, sebagian air sungai tersebut Gambar 3. Diagram Alir Penelitan Proses
diambil untuk analisa awal TDS dan COD. Pengolahan Air dengan Membran.
Kenaikan suhu air umpan akan
menaikkan kelarutan dari koagulan alum[4],
sehingga ion aquometalik lebih cepat
terbentuk, dan partikel-partikel koloid lebih
cepat ternetralisir membentuk flok seiring
dengan kenaikan suhu.
Namun, saat suhu optimum telah
tercapai, peningkatan suhu tidak lagi
memperbesar ukuran flok, karena kelarutan
flok meningkat seiring dengan peningkatan
suhu. Sehingga kenaikan suhu akan
Gambar 4. Skema Alat Pralakuan meningkatkan kadar TDS (menurunkan %
Koagulasi dan Proses Mikrofiltrasi efektifitas koagulasi) karena flok-flok yang
sudah jenuh tadi akan melarut kembali.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.2 Variasi pH Umpan Koagulasi
3.1 Variasi Suhu Koagulasi Gambar 6 menunjukkan efektifitas
Parameter yang digunakan untuk koagulasi untuk variasi pH. Gambar
menunjukkan pengaruh suhu terhadap tersebut menunjukkan bahwa baik COD
koagulasi adalah efektifitas koagulasinya maupun TDS menunjukkan pola yang sama
baik berdasarkan TDS maupun COD. bahwa semakin tinggi pH maka efektifitas
Gambar 5 menunjukkan efektifitas koagulasinya akan turun.
koagulasi untuk variasi suhu. pH umpan dapat mempengaruhi
Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa kelarutan dari suatu koagulan. Alum
baik COD maupun TDS, mempunyai memiliki kelarutan yang besar pada rentang
kecenderungan yang sama dalam hal pH 5-7[4]. Semakin mudah larut suatu
efektifitas koagulasi dengan variasi suhu. koagulan, maka semakin mudah
Pada kondisi optimum yang diperoleh yaitu terbentuknya ion aquometalik yang
pada suhu 400C, efektifitas koagulasinya akhirnya semakin cepatnya partikel koloid
mencapai 31.25% untuk TDS dan 41 % ternetralisasi membentuk flok. Semakin
untuk COD. besar pH, maka kelarutan dari Alum
Peningkatan suhu akan meningkatkan semakin kecil, sehingga ion aquometalik
kecepatan gerak partikel dalam sistem semakin sulit terbentuk, yang akhirnya
sehingga semakin banyak tumbukan antar mengurangi jumlah partikel koloid yang
partikel yang dapat terjadi yang akhirnya dapat ternetralisasi membentuk flok
mempercepat terbentuknya flok.
% Efektifitas Koagulasi

70
50 60
% Efektifitas Koagulasi

50
40 40 TDS
30 COD
30
TDS 20
20 COD 10
0
10 2 4 6 8 10
0 pH
20 30 40 50 60
Suhu ( C )

Gambar 6. Efektifitas Koagulasi untuk


Gambar 5. Efektifitas Koagulasi untuk Variasi pH
Variasi Suhu
3.3 Proses Pengolahan Air dengan
Membran 0.025
Parameter yang digunakan untuk
melihat kinerja dari membran yang 0.02

Fluks (m3/m2.jam)
digunakan dalam proses pengolahan air
0.015
adalah fluks permeat dan persen rejeksi.
Gambar 7 menunjukkan fluks permeat 0.01
diperoleh untuk tiap jam operasi membran.
0.005
Gambar tersebut menunjukkan bahwa fluks
permeat akan menurun seiring dengan 0
bertambahnya waktu. Hal ini dikarenakan 0 1 2 3 4 5

semakin lama waktu operasi mikrofiltrasi, W aktu (jam)

semakin banyak pengotoran/fouling yang


terjadi pada membran. Fouling ini semakin Gambar 7. Fluks Permeat untuk tiap Jam
lama akan semakin meningkat, hingga Operasi Membran
menutupi pori-pori membran, yang
membuat kerja membran menjadi semakin
berat dan menghasilkan penurunan jumlah
60
permeat yang dihasilkan. Karena fluks
permeat berbanding lurus dengan volume 50

permeat pada waktu tertentu, maka % Rejeksi


40
TDS
penurunan volume permeat menyebabkan 30
COD
turunnya fluks permeat. 20
Sedangkan untuk persen rejeksi,
10
ditampilkan pada Gambar 8. Dari Gambar
0
8, terlihat bahwa semakin lama waktu
0 1 2 3 4 5
operasi akan meningkatkan % rejeksi TDS
Waktu (Jam)
dan COD. Hal ini karena seiring dengan
waktu, fouling yang tejadi pada permukaan
maupun didalam membran juga semakin Gambar 8. Persen Rejeksi vs Waktu
meningkat, dan membuat semakin banyak Operasi Membran
cake yang terbentuk pada permukaan
membran. Cake akan berperan sebagai filter
tambahan untuk menyaring air sebelum 4. Kesimpulan
berkontakan dengan permukaan membran
mikrofiltrasi. Hal ini membuat semakin 1. Semakin besar suhu maka efektifitas
sulitnya partikel terlarut dan komponen koagulasi semakin besar (COD dan
organik untuk menembus membran TDS), namun jika suhu optimum telah
bersama air, sehingga membuat kadar COD tercapai, penambahan suhu akan
dan TDS pada permeat menjadi berkurang, menurunkan efektifitas koagulasi.
dan pada akhirnya meningkatkan persen 2. Semakin besar nilai pH umpan, maka
rejeksi terhadap partikel terlarut maupun semakin kecil nilai efektifitas
komponen organik tersebut. koagulasinya baik berdasarkan TDS
maupun COD.
3. Kondisi optimum untuk tahap
pralakuan koagulasi dalam penelitian
ini adalah suhu 400C dan pH umpan 5
4. Pada proses pengolahan air dengan
membran, fluks permeat tertinggi yang
diperoleh sebesar 0,0238 m3/m2.Jam,
sedangkan persen rejeksinya mencapai
56,52 % untuk basis TDS serta 38,9%
untuk basis COD.
Daftar Pustaka

1. Mulder, Marcel, “Basic Principles of


Membrane Technology”, Kluwer
Academic Publisher, Netherlands, 1997
2. http://www.google.com/search/polypro
pylenemembrane.html
3. Ravina, Louis, “Coagulation and
Flocculation”, Virginia Zeta-Meter,
Inc., 1993
4. Pernitsky, David J, “Coagulation 101”,
Associated Engineering, Calgary,
Alberta.
5. Lubis, Andrie Oktafauzan, “Pralakuan
Koagulasi dalam Proses Pengolahan
Air dengan Membran Polipropilen
Hollow Fibre : Pengaruh Waktu
Pengadukan Pelan Koagulan
Alumunium Sulfat terhadap kinerja
Membran”, Skripsi, Program Studi
Teknik Kimia, Universitas Indonesia,
2003.

Anda mungkin juga menyukai